Post on 24-Oct-2021
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
93
PERANAN AKUNTANSI DAN PROFESI AKUNTAN DALAM
EKSTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN (ENVIRONMENT
COSTING)
Chairina1, Diah Fitriaty2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat1,2
chairina_adnan@yahoo.co.id1, diah.fitriaty1995@gmail.com2
ABSTRACT
The need for environmental cost disclosure is felt increasingly important, hence the
awareness of all parties needed to undertake the environmental management more
efficiently. Accountant has a significant role in implementing environmental cost
with considering of environmental information in company’s Accounting system.
The purpose of this research was to observe the relationship between subjective
norm and behavioral attitude toward the Accountants’ intention to disclose the
environmental information in Accounting information system and how the
disclosure of information in financial statements. The population of this research
was the Accountants who are the members of the Indonesian Institute of
Accountants of South Kalimantan Region. Questionnaires were distributed to 86
Accountants. 54 questionnaires were returned and analyzed, with a respons rate of
62.8%. The analysis method that used was Person Correlation with SPSS. The
result showed that there is a strong relationship between subjective norm and
behavioral attitude toward the Accountants’ intention for considering
environmental information into Accounting system. The statistical result showed
the subjective norm correlates with Accountants’ intention of (r) = 0,390,
significance of 0,004. While behavioral attitude correlates with Accountants’
intention of (r) = 0.414, significance of 0.002. Basically, Accountants have good
intention to play a role in Accounting issues. The Accountants’ understanding of
Cost Accounting will encourage the disclosure of environmental Accounting in
financial statements.
Keywords: environmental accounting, environmental cost, accountant.
PENDAHULUAN
Penerapan akuntansi lingkungan dalam sebuah perusahaan dapat
meningkatkan efisiensi dan peningkatan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.
Perusahaan yang berorientasi pada laba akan berusaha menggunakan sumber daya
yang dimilikinya semaksimal mungkin untuk memperoleh laba demi kelangsungan
hidupnya sehingga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Kerusakan
lingkungan adalah dampak utama yang terjadi bila perusahaan menutup mata
terhadap keadaaan sekitar dan hanya melihat laba dan pencapaian yang
dihasilkannya. Hal ini menyebabkan kondisi pelaporan keuangan di Indonesia
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi
lingkungan masih rendah (Dian, 2012).
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
94
Implementasi pelaporan berkelanjutan sehubungan dengan akuntansi
lingkungan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan seperti UU No. 23/ 1997
tentang manajemen lingkungan dan aturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Indonesia mengenai prosedur dan persyaratan listing dan juga standar laporan
keuangan (PSAK). Penerapan Sustainability Reporting dalam permasalahan
akuntansi lingkungan di Indonesia masih sedikit sekali diterapkan oleh perusahaan
– perusahaan di Indonesia. Jayaningrat ( 2012) mengungkapkan laporan
berkelanjutan merupakan pengungkapan dari tiga aspek kerja, yakni lingkungan,
sosial, dan ekonomi.
Akuntansi, sebagai disiplin ilmu yang tumbuh belakangan, dituntut pula
untuk berperan dalam masalah ini. Akuntansi tidak dapat menutup mata terhadap
keadaan ini dan perlu berperan dalam penyelamatan lingkungan. Akuntan
(khususnya) akuntan manajemen atau akuntan yang bekerja di perusahaan sebagai
analis dan menyedia informasi biaya, dapat memainkan peran penting dalam
mengubah pertimbangan informasi lingkungan ini. Fokus perhatian terhadap biaya
lingkungan timbul karena tekanan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
Dari dalam perusahaan, pentingnya informasi mengenai biaya-biaya lingkungan
timbul karena meningkatnya kebutuhan untuk keputusan internal, timbulnya
kebutuhan bagi staf hukum, staf akuntansi, staf keuangan, manajer produksi,
manajer pabrik, dan terakhir pada level manajemen tertinggi. Dari luar perusahaan,
timbulnya pergerakan terhadap akuntabilitas publik yang lebih besar dalam hal
konsekuensi lingkungan dari proses produksi, penggunaan produk dan pembuangan
produk. Walaupun hanya sedikit perusahaan yang melaporkan informasi biaya-
biaya lingkungan, tekanan agar perusahaan lebih memperhatikan lingkungan akan
terus tumbuh sebagai bagian dari pergerakan yang lebih besar terhadap standar yang
lebih tinggi untuk sistem manajemen lingkungan perusahaan, akuntabilitas publik
dan akuntansi.
Peranan akuntansi dalam pengendalian polusi dapat diwujudkan dengan
mencatat biaya polusi yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam akun-akun laporan
keuangan dan melaporkannya kepada stakeholder. Untuk tujuan itu, profesi
akuntan memerlukan pula dukungan dari berbagai pihak yang mempunyai
kewenangan memberikan regulasi terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki
potensi menghasilkan polusi. Tujuan penelitian inia adalah menganalisis
bagaimana sikap akuntan dalam mempertimbangkan informasi lingkungan dalam
sistem akuntansi perusahaan dan bagaimana pengungkapan akuntansi lingkungan
tersebut dalam penyajian laporan keuangan perusahaan.
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengertian Akuntansi Lingkungan
Akuntansi lingkungan adalah suatu istilah yang berupaya untuk
mengelompokkan pembiayaan yang dilakukan perusahaan dan pemerintah dalam
melakukan konservasi lingkungan ke dalam pos lingkungan dan praktik bisnis
perusahaan. akuntansi lingkungan juga dapat dianalogikan sebagai suatu kerangka
kerja pengukuran yang kuantitatif terhadap kegiatan konservasi lingkungan yang
dilakukan oleh perusahaan atau organisasi (Suartana, 2010: 106). Ikhsan (2008)
dalam Suartana (2010: 107) mendefinisikan akuntansi lingkungan sebagai biaya –
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
95
biaya lingkungan yang dimasukkannya ke dalam praktik akuntansi perusahaan atau
lembaga pemerintah. Badan Perlindungan Lingkungan Amerikan Serikat atau
United States Environment Protection Agency (US EPA) menyebutkan akuntansi
lingkungan merupakan fungsi yang menggambarkan biaya – biaya lingkungan yang
harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan perusahaan di dalam
pengidentifikasian cara – cara yang dapat mengurangi atau menghindari biaya –
biaya pada waktu yang bersamaan dengan usaha memperbaiki kualitas lingkungan.
Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) adalah istilah yang berkaitan
dengan dimasukkannya biaya lingkungan atau environmental costs ke dalam
praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah (Anonim, 2011).
Fungsi Akuntansi Lingkungan
Fungsi akuntansi lingkungan terbagi menjadi dua, yaitu internal dan
eksternal. Fungsi internal memungkinkan perusahaan untuk mengatur biaya
konservasi lingkungan dan menganalisis biaya lingkungan dengan manfaatnya,
serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi aktivitas konservasi yang terkait
dengan keputusan yang dibuat. Melalui pengungkapan hasil pengukuran kuantitatif
dan kegiatan konservasi lingkungan, fungsi eksternal memungkinkan sebuah
perusahaan untuk memengaruhi keputusan stakeholder, seperti konsumen, mitra
bisnis, investor, dan masyarakat lokal.
Tujuan Akuntansi Lingkungan
Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah
informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat
menggunakannya. Keberhasilan akuntansi lingkungan tidak hanya tergantung pada
ketetapan dalam menggolongkan biaya – biaya yang dibuat perusahaan, akan tetapi
kemampuan dan keakuratan data akuntansi perusahaan yang menekan dampak
lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan (Anonim, 2011). Ikhsan
(2008: 15), tujuan dari pengembangan akuntansi lingkungan menurut adalah karena
alasan yang mendasari akuntansi lingkungan mengarah pada keterlibatannya dalam
konsep ekonomi dan informasi lingkungan. Akuntansi lingkungan juga merupakan
suatu bidang yang terus berkembang dalam mengidentifikasikan pengukuran –
pengukuran dan mengkomunikasikan biaya – biaya aktual perusahaan atau dampak
potensial lingkungannya. Biaya ini meliputi biaya – biaya pembersihan atau
perbaikan tempat – tempat yang terkontaminasi, biaya pelestarian lingkungan,
biaya hukuman dan pajak, biaya pencegahan polusi teknologi dan biaya manajemen
pemborosan.
Definisi Biaya Lingkungan
Arfan ikhsan mendefinisikan biaya lingkungan sebagai “dampak yang
timbul dari sisi keuangan maupun non keuangan yang harus dipikul sebagai akibat
dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan” (2008: 13). Berdasarkan
definisi biaya lingkungan yang dikemukakan oleh berbagai pakar/ahli dan peneliti
terdahulu, peneliti menyimpulkan biaya lingkungan adalah pemakaian sumber daya
yang digunakan karena adanya usaha-usaha untuk memperbaiki atau mencegah
perusakan lingkungan akibat limbah hasil produksi.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
96
Eksternalisasi Biaya Lingkungan
Eksternalitas output dari suatu proses yang menimbulkan manfaat maupun
dampak negatif pada pihak lain disebut. Pengakuan adanya eksternalitas oleh suatu
perusahaan akan menimbulkan sejumlah permasalahan essential bagi kelangsungan
hidupnya, hal ini mempunyai implikasi penting bagi akuntan. Akuntan, dengan
konsep-konsep matching, accrual dan produlence, mulai berusaha untuk
menghitung biaya-biaya ini pada saat kemunculannya.
Peranan Akuntan
Akuntan memiliki peran yang cukup besar dalam terlaksananya perhitungan
biaya dalam akuntansi lingkungan. Peran ini dapat diwujudkan dengan
memodifikasikan perhitungan akuntansi konvensional dengan memasukkan unsur
biaya lingkungan maupun biaya sosial lainnya. Hal ini sebenarnya merupakan
kesempatan dan tantangan bagi seorang akuntan dalam mengembangkan
keterampilan profesinya. Salah satu alasannya adalah meningkatnya bukti bahwa
kinerja lingkungan suatu perusahaan dapat mempengaruhi kinerja bisnisnya. Hal
ini terjadi karena tekanan untuk melakukan tindakan untuk lebih peduli pada
lingkungan semakin berkembang pesat.
Persepsi Perilaku
Persepsi perilaku menunjukkan mudahnya atau sulitnya seseorang untuk melakukan
tindakan yang dianggap sebagai cerminan pengalaman masa lalu di samping halangan
atau hambatan yang dapat diantisipasi. Pengukuran langsung suatu variabel kontrol
keperilakuan persepsian seharusnya dapat menangkap keyakinan responden bahwa
mereka mampu menunjukkan perilaku yang dimaksud Ajzen (2000a). Perilaku
yang dimaksud adalah niat akuntan untuk mengaplikasikan akuntansi
lingkungan ke dalam sistem akuntansi perusahaan.
Norma subyektif.
Norma subyektif sebagai faktor sosial menunjukkan tekanan sosial yang
dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan perilaku. Suatu
pernyataan sikap dapat berisi hal-hal positif mengenai objek sikap (favorable), yaitu
berisi pernyataan yang mendukung atau yang memihak objek-objek sikap. Namun
sebaliknya suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif (unfavorable)
rnengenai objek sikap.
Hipotesis Penelitian
H : Terdapat hubungan positif antara norma subyektif dan sikap perilaku terhadap
niat akuntan untuk mempertimbangkan akuntansi lingkungan ke dalam
sistem akuntansi perusahaan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi survei yaitu data yang dihasilkan dari
pengamatan terhadap Menganalisis sikap akuntan dalam mempertimbangkan
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
97
informasi lingkungan dalam sistem akuntansi perusahaan. Penelitian yang akan
dilaksanakan bersifat survei yaitu mengumpulkan data pokok dari suatu populasi
dengan menggunakan instrumen kuesioner.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Akuntan yang menjadi anggota
IAI Wilayah Kalimantan Selatan yang tersebar sebagai akuntan publik, akuntan
pendidik dan akuntan internal.
Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah: Data Primer, yaitu data yang
bersumber dari responden berupa jawaban atas kuesioner yang disebarkan kepada
Akuntan yang menjadi anggota IAI Wilayah Kalimantan Selatan
Teknik Pengumpul Data
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kombinasi teknik-teknik
pengumpulan data sebagai berikut: Daftar pertanyaan berupa kuesioner yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data secara langsung dari responden penelitian.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Niat Berperilaku
Variabel niat dapat diukur dengan merumuskan pernyataan yang
menunjukkan sesuatu yang akan dilakukan atau suatu estimasi perilaku.
Perilaku yang dimaksud adalah niat akuntan untuk mengaplikasikan akuntansi
lingkungan ke dalam sistem akuntansi perusahaan. Pertanyaan mengenai niat
berperilaku akuntan, untuk meyakinkan agar item-item yang dipilih
menunjukkan saling berkorelasi tinggi antara item satu dengan yang lainnya.
Dalam hal ini, korelasi yang tinggi menunjukkan niat atau komitmen yang
tinggi atas instrumen tersebut.
Norma subyektif.
Norma subyektif sebagai faktor sosial menunjukkan tekanan sosial yang
dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan perilaku. Seperti halnya
sikap akuntan terhadap perilaku, norma subyektif akuntan terhadap informasi
lingkungan. Suatu pernyataan sikap dapat berisi hal-hal positif mengenai objek sikap
(favorable), yaitu berisi pernyataan yang mendukung atau yang memihak objek-
objek sikap. Namun sebaliknya suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal
negatif (unfavorable) rnengenai objek sikap. Pengukuran sikap ini dengan
menggunakan skala likert, yaitu tidak setuju (1), kurang setuju (2), cukup setuju (3),
setuju (4) dan sangat setuju (5).
Sikap Terhadap Perilaku.
Sikap terhadap perilaku menunjukkan tingkat dimana seseorang
mempunyai control yang baik atau kurang baik atas perilaku tertentu. Sikap
akuntan di sini, diukur secara langsung dengan menggunakan instrumen seperti
skala untuk item-item biaya yang dipakai dalam penelitian Pengukuran sikap
ini dengan menggunakan skala Likert, yaitu tidak penting (1), kurang penting
(2), cukup penting (3), penting (4) dan sangat penting.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
98
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik
deskriptif, uji kualitas data, uji hipotesis dengan menggunakan analisis Person
Correlation.
Metode Analisis Data
a. Statistik Deskriptif : Penggunaan statistik deskriptif adalah untuk memberikan
gambaran mengenai variabel-variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan
total deskriptif yang menunjukkan angka maksimum, minimum, rata-rata dan
standar deviasi pada variabel penelitian.
b. Uji Kualitas Data: Setelah kuesioner terkumpul untuk melakukan analisis data
perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Kedua pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan sesuai dengan yang diukur
dan juga konsistensi dengan data yang dikumpulkan.
ANALISIS HASIL PEMBAHASAN
Deskripsi Penyebaran Kuisioner
Data penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 86
responden. Kuesioner dibagikan secara random kepada Akuntan Publik, Akuntan
Manajemen dan Akuntan pendidik. Penyebaran kuesioner dilakukan baik secara
langsung maupun via email. 54 kuesioner kembali dan dianalisis dalam penelitian
ini dengan tingkat respon rate 62,8%.
Frekwensi Jawaban reponden
1. Norma Subyektif
Norma subyektif sebagai faktor sosial menunjukkan tekanan sosial yang
dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan perilaku. Sikap akuntan
terhadap perilaku terhadap informasi lingkungan. Suatu pernyataan sikap dapat berisi
hal-hal positif mengenai objek sikap (favorable), yaitu berisi pernyataan yang
mendukung atau yang memihak objek-objek sikap.
Tabel 1. Sikap Akuntan Terhadap Aspek Regulasi
No Pernyataan Respon Akuntan Rata-
Rata
1 2 3 4 5
1 Lembaga Profesi Akuntan (IAI)
seharusnya mewajibkan
pengungkapan hal-hal yang
berkaitan dengan lingkungan oleh
perusahaan
0 1 3 20 20 4,3
2 Pengungkapan informasi kinerja
keuangan seharusnya diwajibkan
dengan hukum dan peraturan
perundangan lainnya
0 1 8 36 9 4,0
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
99
3 Pengungkapan informasi
lingkungan adalah masalah
peraturan hokum
0 1 20 26 7 3,7
4 Pengungkapan informasi
lingkungan di Indonesia akan
meningkat di masa depan
0 1 8 25 21 4,2
5 Peranan Hukum lingkungan di
kawasan regional dan internasional
akan meningkat di masa depan
0 0 4 26 24 4,4
Sumber : Data diolah kembali, 2017
Berdasarkan hasil Tabel 1 berkaitan dengan sikap akuntan terhadap aspek-
aspek regulasi yang berkaitan dengan akuntansi dan isu lingkungan. Respon dari
responden untuk tiap-tiap pertanyaan menunjukkan skoryang cukup tinggi dengan
rentang rata-rata 3,7 – 4,4. Secara umum sikap akuntan terhadap aspek-aspek regulasi
mempunyai kecenderungan untuk mengungkapkan informasi lingkungan secara
positif dengan mamatuhi regulasi yang ada.
Tabel 2. Sikap Akuntan Terhadap Kepentingan Publik (Public Wachdog)
No Pernyataan Respon Akuntan Rata-
Rata
1 2 3 4 5
1 Masyarakat mempunyai hak yang
fundamental terhadap informasi
dampak lingkungan atas
operasional perusahaan
0 0 3 24 27 4,4
2 Keahlian akuntan menunjang
sensitivitas perusahaan tempatnya
bekerja terhadap masalah
lingungan
0 0 10 34 10 4,0
3 Pemegang saham perusahaan,
investor, kreditor dan stakeholder
lain membutuhkan informasi
mengenai kinerja lingkungan
perusahaan
0 0 3 34 17 4,3
4 Pengungkapan informasi mengenai
lingkungan kepada masyarakat
membuat dunia usaha semakin
terbuka dan sehat
0 0 3 23 29 4,5
Sumber : Data diolah kembali, 2017
Berdasarkan hasil Tabel 2 berkaitan dengan sikap akuntan terhadap
kepentingan publik (Public Wachdog). Respon dari responden untuk tiap-tiap
pertanyaan menunjukkan skor yang tinggi dengan rentang rata-rata 4,0 – 4,5. Kondisi
menyatakan keahlian akuntan menunjang sensitivitas perusahaan terhadap
lingkungan, sedangkan pemegang saham, investor, kreditor dan stakeholder
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
100
membutuhkan informasi mengenai kinerja lingkungan perusahaan. Pengungkapan
informasi lingkungan kepada masyarakat membuat dunia usaha semakin terbuka dan
sehat.
Tabel 3. Sikap Akuntan Terhadap konvensional Akuntan
No Pernyataan Respon Akuntan Rata-
Rata
1 2 3 4 5
1 Masalah-masalah lingkungan tidak
penting bagi akuntan
13 28 11 2 0 2,4
2 Tugas akuntan hanya terbatas
dalam mempersiapkan data dan
pelaporan keuangan
6 32 11 5 0 2,3
3 Akuntan tidak perlu banyak
memikirkan pelaporan akuntansi
12 35 3 4 0 2,0
4 Biaya pengungkapan informasi
mengenai lingkungan amat besar
bagi perusahaan
7 26 20 1 0 2,3
5 Jika informasi lingkungan
dipertimbangkan dalam pekerjaan
akuntan, akan terlalu banyak
perubahan dalam akuntansi
10 34
0 10 0 2,2
6 Ada pekerjaan akuntan yang lebih
penting daripada mengurus
masalah lingkungan
3 16 25 10 0 2,8
7 Bidang pekerjaan akuntan akan
berkembang tanpa harus
mengkhawatirkan masalah-
masalah lingkungan
3 28 20 3 0 2,4
8 Pengungkapan kinerja lingkungan
perusahaan tidak akan
meningkatkan professional akuntan
4 30 12 7 1 2,4
Sumber : Data diolah kembali, 2017
Berdasarkan Tabel 3 berkaitan dengan pembahasan terhadap aspek-aspek
peranan konvensional dari akuntan. Pernyataan-pernyataan ini merupakan pernyataan
yang negatif. Respon dari responden untuk tiap-tiap pertanyaan menunjukkan skor
yang rendah dengan rentang rata-rata 2,0 – 2,8.
Tabel 4. Sikap Akuntan Sebagai Motivator
No Pernyataan Respon Akuntan Rata-
Rata
1 2 3 4 5
1 Profesional akuntan dituntut untuk
melakukan inovasi system
informasi yang baru yang cocok
dengan perkembangan bisnis
0 0 3 34 17 4,3
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
101
2 Akuntan seharusnya
menyumbangkan keahliannya
terhadap sensitivitas lingkungan
perusahaan tempatnya bekerja
0 0 8 35 11 4,0
3 Akuntan seharusnya dilibatkan
dalam persiapan informasi
mengenai lingkungan untuk
manajemen
0 0 9 37 8 4,0
4 Akuntan seharusnya dilibatkan
dalam persiapan informasi
mengenai lingkungan untuk
masyarakat/public
0 1 8 37 8 4,0
5 Pengungkapan informasi
lingkungan oleh perusahaan harus
diusahakan agar menjadi praktik
yang umum dimasa dating
0 0 5 33 16 4,2
6 Akuntan seharusnya menjadi
pelopor utama dalam
pengungkapan informasi
lingkungan, karena isu lingkungan
sangat penting bagi perusahaan
0 2 14 28 10 3,9
Sumber : Data diolah kembali, 2017
Berdasarkan Tabel 4 berkaitan dengan aspek-aspek mengenai akuntan
sebagai motivator, yang berusaha mengadakan inovasi-inovasi baru dalam usahanya
meningkatkan peran akuntan. Respon dari responden untuk tiap-tiap pertanyaan
menunjukkan skor yang cukup tinggi dengan rentang rata-rata 3,9 – 4,3. Hasil
menggambarkan bahwa akuntan seharusnya menjadi pelopor utama dalam
pengungkapan lingkungan, karena isu lingkunga sangat penting bagi perusahaan.
2. Sikap Perilaku
Tabel 5. Sikap Perilaku Akuntan Terhadap Biaya Polusi
No Pernyataan Respon Akuntan Rata-
Rata
1 2 3 4 5
1 Biaya-biaya energy (bahan bakar
minyak, listrik, gas)
0 0 3 23 26 4,4
2 Biaya-biaya air untuk pembersihan
/ pembuangan limbah
0 0 4 22 28 4,4
3 Biaya-biaya perizinan pembuangan
emisi udara, limbah cair atau padat
0 0 2 33 19 4,3
4 Biaya-biaya
pengetesan/monitoring limbah
udara / limbah cair/ limbah
berbahaya dalam wilayah pablrik
0 0 1 38 15 4,3
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
102
5 Biaya-biaya pra pembersihan,
pembersihan limbah cair dalam
wilayah pabrik
0 0 5 36 13 4,1
6 Biaya-biaya pra pembersihan,
pembersihan limbah berbahaya
dalam wilayah pabrik
0 0 4 29 21 4,3
7 Penangan limbah berbahaya dalam
wilayah pabrik
0 0 4 23 27 4,4
8 Pengendalian Emisi udara dalam
wilayah pabrik
0 0 6 27 21 4,3
9 Biaya transportasi limbah
berbahaya ke tempat pembuangan
diluar wilayah pabrik
0 0 10 25 19 4,2
10 Biaya-biaya pra pembersihan,
pembersihan limbah cair/ limbah
berbahaya untuk dipindahkan ke
tempat pembuangan diluar wilayah
pabrik
0 1 4 35 14 4,1
11 Klaim kompensasi
keamanan/kesehatan
0 1 5 29 19 4,2
12 Denda dan hukuman karena
pelanggaran peraturan lingkungan
0 1 8 25 20 4,2
13 Pelaporan kepada badan-badan
pemerintah
0 0 10 32 12 4,0
14 Biaya tenaga kerja staf lingkungan
dan hokum
0 0 5 41 8 4,1
15 Pelatihan staf untuk penataan
peraturan-peraturan dalam bidang
lingkungan
0 1 8 32 13 4,1
16 Pengaruh image perusahaan di
mata masyarakat terkait dengan
kinerja lingkungan
0 0 13 28 13 4,0
17 Pengaruh buruk bagi kesehatan
masyarakat dari emisi udara atau
limbah cair masyarakat
0 0 6 27 21 4,3
18 Masalah kerusakan sumber daya
alam dan lingkungan sekitar
0 0 4 25 25 4,4
Sumber : Data diolah kembali, 2017
Berdasarkan Tabel 5 berkaitan dengan biaya polusi. Biaya polusi merupakan
biaya-biaya yang tipikal dikeluarkan oleh perusahaan untuk pengendalian,
pengurangan atau pencegahan polusi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Respon dari
responden untuk tiap-tiap pertanyaan menunjukkan skor yang tinggi dengan rentang
rata-rata 4,0 – 4,4. Hasil ini mengindikasikan bahwa akuntan menganggap penting
biaya kerusakan lingkungan alam dan lingkungan sekitar, biaya-biaya untuk
pembersihan/pembuangan limbah, biaya energi dan biaya penangan limbah
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
103
berbahaya.
3. Niat
Tabel 6. Niat Akuntan
No Pernyataan Respon Akuntan Rata-
Rata
1 2 3 4 5
1 Saya berniat untuk
mempertimbangkan informasi
lingkungan ke dalam sistem
pelaporan akuntansi
0 2 16 31 5 3,7
2 Saya akan mencoba untuk
mempertimbangkan informasi
lingkungan ke dalam sistem
pelaporan akuntansi.
0 2 15 32 5 3,7
3 Saya merencanakan untuk
mempertimbangkan informasi
lingkungan ke dalam sistem
pelaporan akuntansi
0 0 17 32 5 3,8
4 Saya mempertimbangkan
informasi lingkungan ke dalam
sistem pelaporan akuntansi dimasa
yang akan dating
0 1 21 26 6 3,7
5 Jika saya ingin, saya dengan mudah
mempertimbangkan informasi
lingkungan ke dalam sistem
pelaporan akuntansi
1 12 20 13 8 3,3
6 Kemampuan saya untuk
mengendalian pertimbangan yang
berkaitan dengan informasi
lingkungan ke dalam sistem
pelaporan akuntansi
0 4 26 22 2 3,4
7 Semua terserah saya untuk
mempertimbangkan atau tidak,
informasi lingkungan kedalam
sistem pelaporan akuntansi
1 12 20 13 8 3,3
Sumber : Data diolah kembali, 2017
Berdasarkan Tabel 6 berkaitan dengan niat akuntan dalam menerapkan
akuntansi lingkungan. Respon dari responden untuk tiap-tiap pertanyaan
menunjukkan skor yang cukup tinggi dengan rentang rata-rata 3,3 – 3,8. Hasil ini
menunjukkan sikap yang cukup baik terhadap akuntansi lingkungan dan
menerapkannya dalam informasi akuntansi perusahaan.
Hubungan Norma Subyektif dan Sikap Perilaku terhadap Niat Akuntan
Tabel 7. Hasil Korelasi Norma Subyektif dan Sikap Perilaku terhadap Niat
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
104
Akuntan
Dari Tabel 7 tersebut di atas dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi antara
Norma Subyektif (X1) dengan Niat Akuntan (Y) adalah sebesar (r) = 0,390 disertai
signifikansi 0,004. Berdasarkan kriteria keputusan di atas maka dapat simpulkan
bahwa korelasi dari kedua variabel tersebut adalah signifikan, oleh karena
signifikasi yang menyertainya lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05).
Dari tabel output tersebut di atas dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi
antara Sikap Perilaku (x2) dengan niat (y) adalah sebesar (r) = 0,414 disertai
signifikansi 0,002. Berdasarkan kriteria keputusan di atas maka dapat simpulkan
bahwa korelasi dari kedua variabel tersebut adalah signifikan, oleh karena
signifikasi yang menyertainya lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05).
Korelasi yang terjadi bersifat positif baik Variabel Norma Subyektif (X1)
dan Sikap Perilaku (X2) terhadap Niat Akuntan (Y), artinya apabila variabel bebas
(independent) meningkat, maka akan disertai oleh meningkatnya variabel terikat
(dependent), korelasi yang terjadi berada dalam kategori sangat kuat.
Berdasarkan hasil pengujian koreasi pada Tabel 7 menunjukkan hubungan
yang sangat kuat antara norma subyektif dan sikap perilaku terhadap niat akuntan
untuk mengeksternalisasi biaya lingkungan kedalam sistem informasi akuntansi.
Akuntan pada dasarnya mempunyai niat yang baik untuk dapat berperan dalam isu-
isu lingkungan. Pemahaman akuntan terhadap akuntansi biaya akan mendorong
pengungkapan akuntansi lingkungan dalam laporan keuangan. Akuntan mempunyai
keahlian sebagai analis dan penyedia informasi biaya yang memiliki peran penting
dalam mempertimbangan informasi lingkungan tersebut. Untuk mendapatkan
informasi mengenai lingkungan dan dampaknya terhadap keuangan. Kebutuhan
tersebut digunakan agar secara konprehensif dapat mengevaluasi kinerja
lingkungan dan implikasinya terhadap entitas dimasa depan dan kepentingan dari
para stakeholder.
Pengungkapan akuntansi lingkungan di Indonesia sampai saat ini masih
bersifat sukarela, dan belum ada pengaturan yang tegas sehingga masih banyak
entitas bisnis yang belum melakukan pengungkapan akuntansi lingkungannya
dengan baik. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa perusahaan
dengan ukuran yang lebih besar ada kecenderungan untuk pengungkapan akuntansi
lingkungan yang lebih baik, hal ini dikarenakan semakin besarnya ukuran
perusahaan maka tuntutan transparansi informasi akan semakin tinggi. Dimana
pengungkapan pelaporan akuntansi lingkungan ini sebenarnya adalah informasi
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
105
penting bagi para investor, karena dapat diketahui gambaran keseruisan perusahaan
dalam mengelola lingkungannya sehinga mengurangi resiko dan biaya yang
mungkinan timbul atas kerusakan lingkungan. (Hidayat, 2016).
Peran Akuntansi terhadap Lingkungan
Akuntansi, sebagai disiplin ilmu yang tumbuh belakangan, dituntut pula
untuk berperanan dalarn mengatasi masalah ini. Akuntansi tidak dapat menutup
mata terhadap keadaan ini dan perlu berperan dalam penyelamatan lingkungan.
Dengan adanya perubahan dalarn lingkungan bisnis dan tuntutan masyarakat yang
menghendaki akuntan ikut memikirkan masalah yang penting bagi kelangsungan
hidup, dengan demikian akuntansi dan akuntan dihadapkan kepada suatu tekanan
untuk bereaksi masalah masalah tersebut. Peningkatan kesadaran akan pentingnya
lingkungan hidup juga telah mendorong untuk mendefinisikan kembali hubungan
antara dunia usaha dan lingkungan.
Peranan akuntan dalam membantu manajemen mengatasi masalah
lingkungan melalui lima tahap, yaitu (Gray 1993 dalam Akbar, 2011) :
1. Sistem akuntansi yang ada saat ini dapat dimodifikasi untuk mengidentifikasi
masalah lingkungan dalam hubungannya dengan masalah pengeluaran seperti
biaya kemasan, biaya hukum, biaya sanitasi dan biaya lain-lain yang berkenaan
dengan efek lingkungan.
2. Hal-hal yang negatif dari sistem akuntansi saat ini perlu diidentifikasikan,
seperti masalah penilaian investasi yang belum mempertimbangkan masalah
lingkungan.
3. Sistem akuntansi perlu memandang jauh kedepan dan lebih peka terhadap
munculnya isu-isu lingkungan yang selalu berkembang.
4. Pelaporan keuangan untuk pihak eksternal dalam proses berubah, seperti
misalnya berubah ukuran kerja perusahaan di masyarakat.
5. Akuntansi yang baru dari sistem informasi memerlukan pengembangan.
Pengakuan, Pengukuran dan Pengungkapan Biaya Lingkungan
Klasifikasi : Pengelompokkan Biaya Lingkungan dalam tahap analisis lingkungan
sebagaimana yang ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) antara lain sebagai berikut: Identifikasi Pertama kali perusahaan akan
menentukan biaya untuk pengelolaan biaya penanggulangan eksternality yang
mungkin terjadi dalam kegiatan operasional usahanya adalah dengan
mengidentifikasi dampak negatif tersebut. Dalam akuntansi lingkungan pada
umumnya menggunakan kata-kata seperti penuh (full), total (total), dan siklus
hidup (life cycle). Menurut Susenohaji dalam Amalia (2011) menyebutkan bahwa
biaya lingkungan sebagai berikut : Biaya pemeliharaan dan penggantian dampak
akibat limbah dan gas buangan, Biaya pencegahan dan pengelolaan lingkungan,
Biaya pembelian bahan bukan hasil produksi, Biaya pengoahan untuk produk dan
Penghematan biaya lingkungan.
Pengakuan: Menurut (Winarno, 2008) mengemukakan pandangannya bahwa
pengalokasian pembiayaan untuk biaya pengelolaan lingkungan dialokasikan pada
awal periode akuntansi untuk digunakan selama satu periode akuntansi tersebut.
Nilai atau jumlah biaya yang dipersiapkan pada periode tertentu akan berkurang
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
106
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan setiap unit biaya yang memerlukannya
(Whaley dalam Akbar, 2011). Singkatnya, biaya yang digunakan oleh perusahaan
setiap bulannya untuk mengelola limbah perusahaan dengan cara mengambil dari
biaya yang sudah dicadangkan (dianggarkan) sebelumnya yakni melalui
pembiayaan dibayar dimuka.
Pengukuran : Pengukuran (measurement) adalah penentuan angka atau satuan
pengukur terhadap suatu objek untuk menunjukkan makna tertentu dari objek
tersebut (Suwardjono,2010). Pengukuran biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk pengelolaan lingkungan dengan menggunakan satuan moneter
yang sudah ditetapkan sebelumnya dan sebesar yang dikeluarkan. Sehingga akan
diperoleh jumlah dan nilai yang tepat sesuai kebutuhan riil perusahaan setiap
periode.
Penyajian : Penyajian menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos
dalam seperangkat laporan keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup
informatif, standar akuntansi biasanya memuat ketentuan tentang apakah suatu
informasi objek harus disajikan secara terpisah dari laporan utama, apakah suatu
informasi harus disajikan digabung dengan akun laporan keuangan yang lain,
apakah suatu pos perlu dirinci, atau apakah suatu informasi cukup disajikan dalam
bentuk catatan kaki (Suwardjono, 2010). Perusahaan dapat meyajikan kepedulian
lingkungan dalam laporan keuangan guna membantu menciptakan kesan
Pengungkapan : Global Reporting Initiatives (GRI) menurut Anonim (2011)
dalam sebuah organisasi nirlaba yang bekerja ke arah ekonomi global yang
berkelanjutan dengan memberikan panduan pelaporan berkelanjutan. Indikator
lingkungan yang dikungkapkan meliputi kinerja yang berhubungan dengan input
(misalnya material, energi, dan air) dan output (misalnya emisi, air limbah, dan
limbah). Sebagai tambahan, indikator ini melingkupi kinerja yang berhubungan
dengan biodiversity (keanekaragaman hayati), kepatuhan lingkungan, dan informasi
relevan lainnya seperti pengeluaran lingkungan (environmental expenditure) dan
dampaknya terhadap produk dan jasa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Kebutuhan akan pengungkapan biaya lingkungan dirasakan semakin penting,
sehingga diperlukan kesadaran semua pihak untuk melakukan pengelolaan
lingkungan yang secara efektif dan efisien.
b. Norma subyektif dan perilaku berhubungan kuat dengan niat akuntan untuk
mempertimbangkan informasi lingkungan ke dalam sistem akuntansi. Akuntan
pada dasarnya mempunyai niat yang baik untuk berperan dalam isu-isu
lingkungan. Pemahaman akuntan terhadap akuntansi biaya akan mendorong
pengungkapan akuntansi lingkungan dalam laporan keuangan.
c. Akuntan menganggap bahwa biaya polusi yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk pengendalian, pengurangan atau pencegahan polusi adalah penting, seperti
biaya kerusakan lingkungan alam dan lingkungan sekitar, biaya-biaya untuk
pembersihan/pembuangan limbah, biaya energi dan biaya penangan limbah
berbahaya.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
107
d. Akuntan berperan dalam memberikan masukan kepada perusahaan untuk lebih
peduli lingkungan dan menjadi pelopor utama dalam pengungkapan lingkungan,
sedangkan pemegang saham, investor, kreditor dan stakeholder membutuhkan
informasi mengenai kinerja lingkungan perusahaan. Pengungkapan informasi
lingkungan kepada masyarakat membuat dunia usaha semakin terbuka dan sehat.
Saran-saran
a. Niat dan perhatian akuntan sudah cukup tinggi dalam isu lingkungan sehingga
perlu mendapat dukungan dari semua pihak seperti regulasi, pemerintah dan
masyarakat sehingga profesi dalam hal ini akuntan dapat berpartisipasi dalam
pelestarian lingkungan sesuai profesinya.
b. Pengidentifikasian biaya-biaya lingkungan dalam akuntansi lingkungan akan
membantu perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang lebih efisien,
sehingga mampu meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan.
c. Penelitian dibidang akuntansi lingkungan terus dikembangkan sehingga
informasi lingkungan menjadi bagian dari sistem akuntansi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani. 2005. Tanggung Jawab Lingkungan Dan Informasi Biaya Lingkungan
Dalam Pengambilan Keputusan Manajemen.
Atkinson, A. A.,Kaplan, R.S., & Young, S. M. (2004). Management accounting.
Additon 4
Anatan, Lina. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan
Praktik di Indonesia. Jurnal Universitas Kristen Maranatha Bandung
Anonim. 2011. Google.co.id. “Pengungkapan Akuntansi Lingkungan”. (Diakses
10 September 2017)
Bennet, Martin and Peter James,1998, The Green Bottom Lines, Management
Accounting Journal (November).
Gray. Rob, Jan bebbington, Diane walters. 1993. Accounting For The Environment.
Published in asssociation with the Chartered Association of Certified
Accountant. London: Paul Chapman Publishing Ltd
Hart, L. Stuart, 1997, Beyond Greening:Strategies for a Suistainable World,
Harvard Business Review, January-February.
Hansen, Don R dan Mowen. 2009. Managerial Accounting : Akuntansi
Manajerial. Buku 1. Deny Arnus Kwary (trans). Edisi 8. Salemba Empat.
Jakarta
Hasyim, M. 2012. Akuntansi Lingkungan: Apakah Sebuah Pilihan atau
Kewajiban?. Jurnal Politeknik Negeri Ujung Pandang
Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Ke Lima. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN. Yogyakarta
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
108
The Copenhagen Charter, Published by The House of Mandag Morgan, Denmark,
November, 1999.
Nuswantara, Dian Anita. 2011. Akuntansi Lingkungan: Antara Mandatory dan
Voluntary. Jurnal Universitas Airlangga Surabaya
Panggabean, Rosinta Ria dan Deviarti, Holly. 2012. Evaluasi Pengungkapan
Akuntansi Lingkungan dalam Perspektif PT. Timah (Persero) Tbk.
Universitas Bina Nusantara Jakarta
Rustika, Novia. 2011. Analisis Pengaruh Penerapan Akuntansi Manajemen
Lingkungan dan Strategi terhadap Inovasi Perusahaan. Skripsi Universitas
Diponegoro Semarang
Sekaran, Uma. 2007. Research Methods For Business : Metodologi Penelitian
untuk Bisnis. Buku 1. Kwan Men Yon (trans). Edisi 4. Salemba Empat.
Jakarta
Wikipedia, ensiklopedia bebas, 2013..http://id.wikipidia.org/wiki/Lingkungan.
(Diakses tanggal 7 februari 2013).
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Uji Validitas
No Indikator Item Corrected Item-
Total Correlation
Keterangan
1 Norma Subjektif X1.1 0.710 Valid
X1.2 0.713 Valid
X1.3 0.330 Valid
X1.4 0.605 Valid
X1.5 0.633 Valid
X1.6 0,468 Valid
X1.7 0,402 Valid
X1.8 0,417 Valid
X1.9 0,533 Valid
X1.10 0,785 Valid
X1.11 0,634 Valid
X1.12 0,370 Valid
X1.13 0,330 Valid
X1.14 0,402 Valid
X1.15 0,517 Valid
X1.16 0,675 Valid
X1.17 0,669 Valid
X1.18 0,578 Valid
X1.19 0,696 Valid
X1.20 0,576 Valid
X1.21 0,670 Valid
X1.22 0,459 Valid
X1.23 0,462 Valid
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
109
2 Sikap Perilaku X2.1 0,570 Valid
X2.2 0,665 Valid
X2.3 0,631 Valid
X2.4 0,564 Valid
X2.5 0.768 Valid
X2.6 0,771 Valid
X2.7 0,744 Valid
X2.8 0,867 Valid
X2.9 0,719 Valid
X2.10 0,632 Valid
X2.11 0,847 Valid
X2.12 0,817 Valid
X2.13 0,636 Valid
X2.14 0,644 Valid
X2.15 0,698 Valid
X2.16 0,775 Valid
X2.17 0,713 Valid
X2.18 0,828 Valid
3 Niat Y1.1 0,678 Valid
Y1.2 0,729 Valid
Y1.3 0,730 Valid
Y1.4 0,622 Valid
Y1.5 0,488 Valid
Y1.6 0,509 Valid
Y1.7 0,488 Valid
Sumber : Data diolah kembali, 2017
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Croncbach's Batas
Reliabilitas Keterangan
Alpha
Norma Subyektif 0,744 0,7 Reliabel
Sikap Perilaku 0,763 0,7 Reliabel
Niat 0,733 0,7 Reliabel
Sumber : Data diolah kembali, 2017