Post on 13-Jul-2015
Community-Based Approach For Prevention And Control of Dengue Hemorrhagic Fever in
Kanchanaburi Province, Thailand
Anggota PBL 8
• Jessica Theo (2012060040)
• Jesslyn Nathasya (2012060042)
• Elen Angela (2012060043)
• Denish Gunawan (2012060090)
• Garry Grimaldi (2012060109)
• Marcelin Suryana (2012060110)
• Natasha Olivia Gunawan (2012060111)
• Celine (2012060191)
• Alfredo Bambang (2012060193)
• Yustinus Harianto (2012060195)
• Maria Gracia Devita Windharta (2012060196)
• Felicia (2012060197)
• Gabrielle Glenis (2012060212)
Pendahuluan
• Wabah besar DHF di Thailand terjadi
pertama kali tahun 1958, terutama di
Bangkok dan sekitarnya
• Jumlah kasus tahun 1999-2003 bervariasi,
mulai dari 30.000 - 120.000 kasus, dengan
case fatality rate = 0,12 - 0,21 %
• Menyerang kelompok usia < 15 tahun dan
mengalami kenaikan dari 20% menjadi
30%, dengan insidensi tertinggi pada
kelompok usia 5-9 tahun
Pendahuluan
• Wabah DHF perlu dipelajari lebih lanjut karena tidak hanya terjadi saat musim hujan, tetapi sepanjang tahun
• Komunitas merupakan titik utama dalam perkembangan, pelaksanaan dan evaluasi Community-Based DHF Control Program
• Di Thailand program pencegahan yang ada kurang efektif, penyebabnya karena sulitnya menyatukan semua sektor
• Perlu perhatian khusus pada partisipasi masyarakat untuk mencegah & mengontrol DHF, diiringi kebiasaan hidup serta budaya setempat
Pendahuluan
• Komunitas perlu melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mengurangi sumber penyebaran penyakit :
–Mengosongkan tempat penampungan air
–Membuang barang bekas seperti ban bekas, kaleng bekas, dsb
–Mencegah nyamuk berkembang biak di tambak / tempat lainnya
Latar Belakang
• Angka morbiditas DHF di propinsi Kanchanaburi : 86,5 per 100.000 populasi (melebihi target nasional < 60 per 100.000 populasi)
• Angka insidensi tertinggi pada distrik Mueang
• Penelitian ini dilakukan di dua desa pada distrik Mueang untuk melihat efektivitas community-based empowerment program (CBEP) dalam mengubah pengetahuan, melihat kerentanan, mengukur keberhasilan kegiatan survei yang berkaitan dengan pencegahan DHF (melalui pengamatan CI, HI, BI)
Container Index
(CI): % tempat
penampungan yang
positif untuk jentik
A. aegypti
House Index (HI):
% rumah yang
positif terdapat
jentik-jentik
A. aegypti
Breteau Index (BI):
jumlah tempat
penampungan yang
positif mengandung
jentik-jentik pada
setiap 100 rumah
• Lokasi studi: 1 desa di sub distrik Vang Yen & 1 desa di sub distrik Ban Kao
• Tokoh masyarakat di desa Vang Yen yang diketahui: relawan kesehatan desa, kepala desa, guru sekolah, petugas kesehatan sub distrik, dan anggota TAO (Tambon Administration Organization)
• Mereka semua diberdayakan melalui CBEP (Community-based Empowerment Program)
• Strategi program ini yaitu pelatihan tentang konsep dasar proses penyelesaian masalah: identifikasi masalah, klarifikasi masalah, identifikasi kemungkinan solusinya, pengembangan proyek, implementasi, dan evaluasi
• Setiap tokoh masyarakat merencanakan aktivitas kontrol DHF dengan wakil anggota rumah tangga di daerah mereka
• Untuk meningkatkan pengalaman belajar melalui pembelajaran partisipatif, maka setiap output dan outcome dilaporkan pada rapat bulanan
• Keefektivan program dinilai dengan indikator: pengetahuan yang didapat mengenai DHF digunakan untuk menilai output; survei jentik nyamuk secara berkala
• Eliminasi dan kontrol tempat perkembangbiakan nyamuk digunakan untuk menilai output program
• Reduksi CI, HI, & BI digunakan untuk menilai outcome program
• Instrumen penelitian berupa kuesioner dan formulir survei larva
• Kuesioner terdiri dari 4 bagian: variabel sosio-demografik, pengetahuan akan DHF, kerentanan yang diketahui dan self-efficacy, & dan kebiasaan dalam mengontrol dan mengeliminasi nyamuk, juga survei jentik yang dilakukan secara berkala
• Koefisien Cronbach’s alpha digunakan untuk menilai keandalan kuesioner
• Survei jentik dilakukan pada awal, tengah, dan akhir program
• Data kualitatif dikumpulkan dari tokoh masyarakat serta wakil dari rumah tangga terpilih
• Analisis univariat dilakukan untuk variable demografik
• Student’s t-test dilakukan untuk menilai perbedaan pengetahuan, persepsi, self-efficacy, dan praktek survei larva antara kelompok percobaan dan perbandingan
• Variabel yang sangat terkait (Beta value) pada praktek survei larva dianggap untuk inklusi dalam model multivariat
• Multiple Classification Analysis (MCA) digunakan untuk menentukan faktor penting, penyesuaian untuk semua variabel model dalam memprediksi perilaku saat survei jentik
Sampel studi terdiri dari : • 53 tokoh masyarakat (18,5%) dan 234
perwakilan anggota rumah tangga (81,5%).
• Mayoritas adalah perempuan (55,4%), usia 30-49 tahun (53,7%).
• Sekitar 69,0% sudah menikah,
• Tingkat pendidikan terakhir kelas 6 Sekolah Dasar atau lebih rendah (52,3%).
• Pekerjaan : petani (28,9%) dan pekerja tidak terampil (32,1%) dengan pendapatan bulanan ≤ 3.000 baht (sekitar US $ 75) (41,8%).
Sampel dalam Penelitian (Rata2 Kedua Kelompok)
Perbandingan Kedua Populasi Sampel
• Chi-square (χ2) test
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara eksperimen dan kontrol kecuali pada umur dan pekerjaan → p < 0,05 (Tabel 1)
• Penting untuk analisis bivariat berikutnya
• Pengetahuan tentang DBD, kerentanan terhadap DBD, pertahanan tubuh kontrol dan penghapusan tempat berkembang biak nyamuk
• Uji signifikansi antara nilai mean dari variabel output dalam kelompok percobaan dan kelompok pembanding baik sebelum dan sesudah percobaan diringkas dalam Tabel 2.
Uji Signifikansi
• Skor minimum dan maksimum : 0-12 (untuk pengetahuan tentang DBD)
Sebelum percobaan : • Kelompok pembanding (7,09) > Kelompok eksperimen
(6,87)
• p-value=0.383
Setelah percobaan : • Kelompok eksperimen (9.58) > Kelompok pembanding (7,46)
• p-value < 0.01
Skor tentang Pengetahuan mengenai DBD
• Selama survei pertama, sebelum percobaan, kedua kelompok penelitian memiliki CI, HI,dan BI lebih tinggi dari target maksimum nasional untuk CI dan HI = 10, dan BI = 50.
• Namun ketika CI, HI, dan BI dari survei pertama, kedua, dan ketiga dibandingkan, ditemukan bahwa hanya CI, HI, dan BI kelompok percobaan yang menurun.
Perbedaan CI, HI dan BI
• Tabel 4 menunjukkan Indeks untuk daerah tempat perkembangbiakan utama Aedes aegypti selama survei pertama, kedua, dan ketiga.
Indeks Daerah Perkembangbiakan
Survei pertama :
• 5 besar tempat perkembangbiakann nyamuk Aedes aegypti (eksperimental) : 1. Sampah (botol bekas, kaleng bekas, plastik, batok
kelapa dan botol rusak)
2. Air toilet
3. Diluar dan didalam barang rumah tangga
4. Air semen
5. Tempat penyimpanan
Hasil Survei
• Nilai CI pada tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti ini pada daerah pembanding tidak terlihat seperti adanya penurunan, namun meningkat pada survei kedua dan ketiga
Nilai CI
• Multiple Classification Analysis (MCA)
• Model aditif, variabel yang siginifikan dan mempunyai nilai β (β value) yang lebih tinggi
• Laki-laki, tokoh masyarakat, lansia memiliki tingkat pengetahuan, persepsi dan pertahanan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.
• DHF telah menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat selama kurang lebih 30 tahun.
• Usaha untuk mengontrol pertumbuhan dari nyamuk Aedes juga sudah diterapkan dari provinsi hingga community-based dengan menggunakan volunteer kesehatan.
• Akan tetapi, semua usaha ini masih kurang efektif terhadap pembasmian DHF, dikarenakan DHF tetap menjadi masalah kesehatan hampir diseluruh negara.
• Usaha yang efektif yang seharusnya dilakukan adalah dengan memusnahkan habitat dari larva Aedes aegypti.
• 2 desa dari distrik Mueang dari Kanchanaburi memiliki tingkat insiden tertinggi untuk DHF
• 2 desa ini dipakai untuk menjadi patokan dalam melihat efektivitas dari pendekatan komunitas untuk usaha preventif terhadap DHF
• Hasil dari usaha ini meningkat secara signifikan. Hal ini dikarenakan program dari pemberdayaan berbasis komunitas mampu membuat pemimpin masyarakat tersebut menjadi aktif berpartisipasi.
• Setiap perwakilan dari tiap daerah mempunyai tanggung jawab dalam mengontrol pemusnahan habitat nyamuk Aedes aegypti.
• Setelah itu semua yang didapat dari perwakilan daerah ini akan didiskusikan dengan perwakilan daerah lainnya setiap bulannya.
• Hal ini dilakukan untuk memonitor program kerja dan re-planning jika dibutuhkan
• Dari hasil yang didapat terlihat jelas bahwa cara ini sangat efektif dalam membasmi DHF.
• Hasilnya insiden DHF menurun secara drastis hingga mencapai lebih rendah dari target nasional.
• Hal ini dibuktikan pada hasil survei yang dilakukan setiap minggu saat program ini berlangsung.
• Setelah melakukan eksperimen ini, dinyatakan bahwa daerah studi merupakan prediktor terbaik.
• Dalam studi ini dengan semakin banyaknya survei yang dilakukan, maka tingkat kesuksesan program ini akan meningkat secara signifikan.
• Hal ini disebabkan dengan bertambahnya survei maka akan berdampak langsung kepada tindakan pemimpin masyarakat setempat.
Conclusion
• Program studi ini terbukti efektif dan telah dibuktikan dengan unvariate, bivariate, dan multivariate data analysis.
• Kerjasama dalam usaha mencegah DHF pada tingkat primer, sekunder, dan tersier dengan pemimpin masyarakat merupakan salah satu titik paling penting dalam studi program ini.
• Untuk mengontrol insidensi penyakit DHF dan beberapa penyakit lainnya, harus dimonitor secara rutin.
Thank You for Your Attention!
Adapted from : Therawiwat M, Fungladda W, Kaewkungwal J, Imamee N,
Steckler A. Community-based approach for prevention and control of dengue hemorrhagic fever in
Kanchanaburi Province, Thailand. 2005