Post on 22-Nov-2021
BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG
(Lampung Language among Youth of Lampung)
Achril Zalmansyah
Jalan Beringin II No. 40 Kompleks Gubernuran Telukbetung, Bandarlampung
Telepon (0721) 486408, (0721) 480705 Faksimile (0721) 486407 kbpl_2006@yahoo.com
Diajukan: 7 Agustus 2019, direvisi: 21 November 2019
Abstract
The use of Lampung language among youthof Lampung in public places shows a tendency to decrease. However, from this study, it is known that 72% of respondents use Lampung language in their family. This number is categorized as good or positive. On the other hand, in this study, it is also known that only 45% of respondents use Lampung language in the community, which means that this percentage is not good or less when viewed in terms of the use of Lampung language itself. The purpose of this study is to provide an overview of the sociolinguistic interactions of Lampung language retention by youth of Lampung to other local languages and Indonesian. Furthermore, the majority of respondents agreed that Lampung language should be encouraged by its quality and use in formal education, at least at the elementary school level. Therefore, the role of local government and related agencies is very important in the socialization and development of Lampung language.
Key words: Lampung language, youth of Lampung
Abstrak
Penggunaan bahasa Lampung di kalangan anak muda Lampungketika berada di l ingkungan masyarakat umum cenderung menurun jumlahnya. Namun, dari penelitian ini diketahui bahwa 72% responden menggunakan bahasa Lampung di dalam lingkungan keluarga. Angka ini termasuk dalam kategori baik atau positif. Di sisi lain,pada penelitian ini juga diketahuibahwa hanya 45% responden yang menggunakan bahasa Lampung di dalam lingkungan masyarakat, yang berarti tidak atau kurang baik. Ada pun tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran tentang interaksi sosiolinguistik pemertahanan bahasa La mpung oleh anak muda Lampung terhadap bahasa daerah lain dan ba hasa Indonesia. Se lain i tu, sebagian besar responden setuju jika mutu dan penggunaan bahasa Lampung di dalam jenjang pendidikan formal, minimal tingkat sekolah dasar, perlu didorong. Oleh ka rena i tu, peran pemerintah daerah dan instansi terkait sangat penting di dalam pemasyarakatan da n pengembangan bahasa Lampung.
Kata kunci: bahasa Lampung, anak muda Lampung
146
Berbeda dengan kenyataan di
desa/kampung, anak muda suku Lampung lebih suka menggunakan
bahasa ibunya (bahasa Lampung) dibandingkan bahasa lain yang mereka
kuasai, misalnya bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, dalam komunikasi
sehari-hari. Masyarakat suku Lampung, khususnya anak muda, tidak merasa
gengsi atau malu menggunakan bahasa Lampung ketika berkomunikasi dengan
temannya sesama suku Lampung. Oleh
karena itu, penelitian, pengembangan, dan pembinaan terhadap bahasa
Lampung perlu dilakukan sebagai upaya pelestarian bahasa daerah sebagai salah
satu aset budaya bangsa.
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156
muda Lampung. Fenomena seperti ini terlihat amat jelas di dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Lampung,
terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Anak muda Lampung lebih
suka menggunakan bahasa Indonesia dengan logat bahasa Melayu Betawi (lu–
gue) dibandingkan menggunakan bahasa ibunya, bahasa Lampung. Pada
kenyataan yang dijumpai, anak muda Lampung kurang merasa bangga ketika
mereka menggunakan bahasa Lampung dalam pergaulan sehari-hari. Kalangan
anak muda Lampung sepertinya merasa
tidak “PD” jika menggunakan bahasa ibu
mereka ketika bercakap-cakap dengan
temannya sesama suku Lampung. Hal ini tentu bertolak belakang dengan
program pemerintah daerah Lampung
untuk menjadikan bahasa Lampung
sebagai bahan ajar muatan lokal (mulok), mulai dari tingkat sekolah
dasar hingga sekolah menengah
pertama.
Di dalam Politik Bahasa Nasional, bahasa daerah, khususnya bahasa
Lampung, berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan daerah; (2)
lambang identitas daerah; dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan
masyarakat daerah. Oleh sebab itu,
pembinaan, pengembangan, dan pe-
lestarian bahasa Lampung sebagai
bahasa asli di provinsi Lampung menjadi sangat penting. Bahasa yang
digunakan masyarakat pada umumnya
memiliki kecenderungan untuk menjadi
dominan dan tidak dominan. Apabila bahasa pertama (bahasa ibu) jarang
digunakan, bahasa Indonesia berperan
sangat penting dalam komunikasi
sehari-hari. Dalam hal ini, bahasa
Indonesia bisa disebut superior terhadap bahasa pertama penutur
(bahasa Lampung) karena lebih sering dan bahkan lebih dominan digunakan
oleh penuturnya, terutama oleh anak
masyarakat heterogen yang terdiri atas
berbagai suku dengan beragam bahasa daerah memungkinkan bahasa
Indonesia berperan sebagai bahasa per-mersatu bangsa. Berbagai macam suku
di Provinsi Lampung adalah bentuk dari kemultietnikan masyarakat Lampung
sebagai akibat program transmigrasi sejak zaman kolonial Belanda hingga era
Orde Baru. Hal ini berdampak terhadap penggunaan bahasa di lingkungan
mereka, yaitu bahasa Lampung yang di-
pakai oleh masyarakat suku Lampung. Dengan demikian, sudah sepatutnya
penggunaan bahasa Lampung di-
galakkan dan dimasyarakatkan.
1. Pendahuluan Penduduk Lampung sebagai
Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)
147
Rumusan Masalah
Masalah utama pada penelitian ini adalah apakah bahasa Lampung
masih dipertahankan penggunaannya oleh kaum muda Lampung dalam
komunikasi sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungan masyarakat. Beberapa poin yang perlu
menjadi perhatian dalam penelitian iniadalah bagaimanakah penggunaan
bahasa Lampung oleh anak muda
Lampung: a. ketika berbicara dengan orang
lain? b. ketika berbicara dengan orang
tua? c. ketika berbicara dengan orang
yang lebih tua? d. ketika berbicara dengan orang
yang lebih muda? e. ketika berbicara dengan guru? f. ketika berbicara dengan orang
yang baru dikenal? g. ketika berada di tempat yang
menggunakanbahasa Lampung? h. bagaimana sikap bahasa anak
muda Lampung?
Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk
memberi gambaran tentang interaksi sosiolinguistik pemertahanan bahasa Lampung anak muda Lampung terhadap bahasa daerah lain dan bahasa Indonesia, baik di dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat tempat tinggal penutur.
Hasil penelitian ini, di samping
dapat menambah khazanah ke-pustakaan sosiologuistik, juga dapat
menjadi masukan bagi pembinaan bahasa, khususnya pembinaan bahasa
Lampung sebagai aset budaya. Hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi bahan masukan dalam me-
nentukan kebijakan pengajaran bahasa
daerah, sebagai bahan ajar muatan lokal di tingkat sekolah dasar dan menengah
di Provinsi Lampung. Masyarakat suku Lampungyang
merupakan masyarakat bilingualisme cenderung menguasai setidaknya dua
bahasa, yaitu bahasa Lampung sebagai bahasa ibu atau bahasa pertamanya dan
bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya. Secara sosiolinguistik,
bilingualisme diartikan sebagai
penggunaan dua bahasa oleh penutur dalam pergaulannya dengan orang lain
secara bergantian (Fishman 1972).
Untuk dapat menggunakan dua bahasa,
tentu seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, ia harus menguasai
bahasa ibunya dan kedua menguasai
bahasa lain sebagai bahasa keduanya.
Orang yang dapat menggunakan kedua
bahasa disebut orang yang bilingual (dwibahasawan).
Seseorang yang dapat menguasai lebih dari dua bahasa termasuk dalam
kelompok multilingualisme atau bisa juga disebut dengan istilah ke-
anekabahasaan (Inggris: multi-lingualism), yakni keadaan digunakan-
nya lebih dari dua bahasa oleh
seseorang dalam pergaulannya dengan
orang lain secara bergantian (Chaer dan
Agustina, 1995).Penggunaan bahasa Lampung sebagai bahasa ibu atau
bahasa pertamanya (B1) yang jarang digunakan akan digantikan oleh bahasa
Indonesia sebagai bahasa keduanya (B2). Gejala kecenderungan seseorang
berbahasa ibu dan berbahasa Indonesia dapat diamati dalam kehidupan sehari-
hari, terutama di kalangan anak muda, khususnya mereka yang tinggal di
perkotaan, seperti Tanjungkarang dan
Telukbetung.
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156
148
Garvin dan Mathiot (1968) me-
nyatakan bahwa sikap bahasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) kesetiaan
bahasa (language loyalty) yang men-dorong masyarakat suatu bahasa
mempertahankan bahasanya, (2) ke-banggaan bahasa (language pride) yang
mendorong dan mengembangkan bahasanya dan menggunakannya se-
bagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat; (3) kesadaran adanya
norma bahasa (awareness of the norm)
yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun;
dan merupakan faktor yang sangat
besar pengaruhnya terhadap perbuatan,
yakni perbuatan menggunakan bahasa (language use).
Kemampuan seseorang dalam ber-
bahasa sangat dipengaruhi oleh sikap
kebahasaannya. Adapun sikap ke-
bahasaan, menurut Anderson (1974), dibagi dalam dua macam, yaitu (1) sikap
kebahasaan dan (2) sikap nonke-bahasaan (sikap politik, sikap sosial,
sikap estetis, dan sikap keagamaan). Kedua jenis sikap ini dapat menyangkut
keyakinan dan kognisi mengenai bahasa. Anderson berpendapat bahwa
sikap bahasa adalah tata keyakinan atau
kognisi yang relatif berjangka panjang,
mengenai bahasa, objek bahasa. Namun,
perlu dicatat bahwa sikap bahasa bisa positif (kalau dinilai dengan baik atau
disukai) dan bisa negatif (kalau dinilai tidak baik atau tidak disukai).
Pemertahanan bahasa daerah menjadi salah satu fenomena sekaligus
langkah yang muncul di tengah polemik pergeseran bahasa daerah. Baik
pemertahanan maupun pergeseran bahasa menjadi dua sisi mata uang.
Keduanya hadir secara bersamaan.
Artinya, fenomena kebahasaan tersebut
merupakan akibat dari hasil kolektif
pilihan bahasa (language choice).
Pilihan bahasa diartikan sebagai hasil dari proses memilih suatu bahasa yang
dilakukan oleh masyarakat bahasa atau penutur multibahasawan. Artinya, pe-
nutur tersebut menguasai dua bahasa atau lebih sehingga dapat memilih
bahasa yang digunakan dalam tindak tutur melalui variasi tunggal bahasa,
alih kode, dan campur kode (Widianto, 2018).
2. Metode Penelitian Ranah penelitian ini adalah
penggunaan bahasa yang digunakan
anak muda Lampung yang berdomisili
di Kabupaten Lampung Selatan dalam lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat,
serta bagaimana sikap bahasa mereka
terhadap penggunaan bahasa Lampung
ketika berkomunikasi dan sikap mereka terhadap pengajaran bahasa Lampung
di sekolah. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini selanjutnya diolah ber-dasarkan analisis data kualitatif dan
kuantitatif sederhana. Tolok ukur penelitian ini dibuat dalam bentuk
persentase (%). Analisis data kuantitatif
digunakan untuk menghitung tingkat
kekerapan pemilihan bahasa yang
digunakan responden. Langkah se-lanjutnya adalah menganalisis data
kualitatif yang berisi uraian atau deskripsi untuk menjelaskan sifat
(karakteristik) data yang diperoleh dan menghubungkannya dengan faktor-
faktor yang melatarbelakanginya. Kemudian, tahap selanjutnya adalah
menyimpulkan hasil analisis. Untuk menentukan tingkat
pemertahanan bahasa Lampung yang
digunakan responden, batasan yang
Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)
149
digunakan adalah sebagai berikut
(Astar, dkk., 2003). (1) Persentase pemertahanan antara
80—100 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya baik.
(2) Persentase pemertahanan antara 66—79 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya cukup baik.
(3) Persentase pemertahanan antara 56—65 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya cukup.
(4) Persentase pemertahanan antara 45—55 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya kurang.
(5) Persentase pemertahanan antara 1—44 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya sangat kurang.
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan data
dari penyebaran angket atau kuesioner
terhadap lima puluh orang responden
yang berdomisili di Kabupaten
Lampung Selatan yang tersebar di tiga
titik sebaran. Kuesioner disesuaikan
dengan masalah dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini.
Kuesioner tersebut tidak men-cantumkan identitas responden agar
responsen dapat bersikap jujur dan objektif serta tidak ragu-ragu atau takut
dalam menjawab pertanyaan. Dengan demikian, hasil penelitian dapat lebih
objektif dan maksimal.
3. Hasil dan Pembahasan
Objek penelitian ini adalah anak muda Lampung yang berusia sekolah
dasar hingga perguruan tinggi, yakni usia antara 10—25 tahun yang tersebar
di tiga wilayah yang berbeda di Kabupaten Lampung Selatan. Ketiga
wilayah tersebut adalah wilayah selatan
Kabupaten Lampung Selatan (14
responden), wilayah barat Kabupaten Lampung Selatan (15 responden), dan
wilayah utara Kabupaten Lampung Selatan (21 responden). Penyebaran
kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran penggunaan
bahasa Lampung oleh anak muda Lampung. Penyebaran pada satu titik
sebaran sengaja dihindari pada penelitian ini agar mendapatkan data
yang maksimal dan berimbang.
Data diperoleh dari penyebaran kuesioner yang dilakukan terhadap anak
muda Lampung, khususnya mereka yang
berdomisili di Lampung Selatan. Data
meliputi usia, tempat lahir, pendidikan, dan bahasa pertama (bahasa ibu).
Variabel usia dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu 10—14 tahun dan 15—
25 tahun. Variabel tempat lahir dibagi
dalam dua kelompok, yaitu Lampung dan luar Lampung. Variabel pendidikan
dibagi dalam empat kelompok, yaitu sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi. Sementara itu, variabel
bahasa pertama atau bahasa ibu meliputi bahasa Lampung, bahasa
Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa
lainnya (diisi oleh responden).
Sebelum membahas lebih dalam mengenai masalah-masalah yang ber-kaitan dengan penelitian ini, perlu dijelaskan bahwa dari total lima puluh responden, terdapat tiga puluh responden (60%) anak muda pria dan dua puluh responden (40%) anak muda putri. Usia responden yang masuk kategori anak muda dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia 10—25 tahun, dengan rincian lima responden (10%) berlatar pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama usia antara 10—14 tahun dan mayoritas empat puluh responden (80%) berlatar
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156
150
pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas, dan sisanya lima responden berusia antara 15—25 tahun berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi atau mahasiswa sebagaimana terlihat dalam Tabel 1. TABEL 1
Jenis Kelamin dan Rentang Usia Responden
No Varia-bel
Klasifi-kasi
Jum-lah
Per-senta
se 1. Jenis
Kela-min
Pria 30 60%
Wanita 20 40%
2. Ren-tang usia
10—15 tahun
10 20%
15—25 tahun
40 80%
Hal menarik yang didapat dari
data yang diperoleh pada penelitian ini adalah tiga puluh tujuh responden (74%) menyatakan bahwa bahasa ibu mereka adalah bahasa Lampung, dua responden (4%) mengakui bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa pertama sekaligus bahasa kedua mereka, sepuluh responden (20%) menyatakan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa ibunya, dan hanya satu responden (2%) saja yang menyatakan bahasa Melayu Palembang adalah bahasa ibunya (lih. Grafik 1).
Grafik 1
Bahasa yang digunakan
Kedudukan bahasa Lampung yang diakui sebagai bahasa ibu oleh tiga puluh tujuh responden ternyata bertolak belakang dengan hasil yang diperoleh dari angket tersebut yang menyatakan bahwa ada empat puluh responden yang bisa berbahasa Lampung atau pemakai aktif bahasa Lampung, sembilan responden bukan pemakai bahasa Lampung, dan satu responden cenderung untuk tidak memilih. Fakta ini menunjukkan bahwa bahasa Lampung tidak hanya digunakan oleh anak muda Lampung yang berlatar belakang suku Lampung, tetapi juga mereka yang berlatar belakang bukan suku Lampung. Ada sembilan responden (18%) yang merupakan pemakai bahasa Lampung aktif.Alasan responden meng-gunakan bahasa Lampung beragam, antara lain kekhawatiran mereka akan menurunnya jumlahpenutur bahasa Lampung itu sendiri. Dalam hal ini, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pemakaian bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari.
Anak muda yang tinggal di suatu
wilayah yang mayoritas masyarakatnya suku Lampung, walaupun bukan berlatar
belakang suku Lampung, memungkinkan
yang bersangkutan dapat menguasai
lebih dari satu bahasa. Anak mudayang hidup di lingkungan suku Lampung,
walaupun bukan berlatar belakang suku
Lampung,mampu menguasai dua bahasa
daerah, yakni bahasa Jawa dan bahasa
Lampung. Demikian pula dengan bahasa-bahasa daerah lain, seperti
bahasa Sunda, bahasa Banten, bahasa
Komering, bahasa Bali, bahasa Basemah,
dan bahasa-bahasa lain yang tumbuh dan berkembang di Provinsi Lampung
menunjukkan bahwa bahasa-bahasa tersebut memang digunakan oleh
masyarakat Lampung yang terdiri atas
berbagai macam suku dan etnik. Para
pendatang (transmigran atau urban) 0
20
40
60
80
bhs Lampung
bhs Indonesia
bhs Jawa
Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)
151
masuk dan menyebar ke wilayah
Lampung dengan membawa bahasa dan dialeknya masing-masing. Bahasa dan
dialek itu umumnya digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama suku
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka umumnya membentuk komunitas suku
yang mendominasi wilayah tertentu. Wajar jika hal tersebut memungkinkan
terciptanya kawasan bahasa (daerah) tertentu di provinsi ini (Kantor Bahasa
Provinsi Lampung, 2008).
Penggunaan Bahasa Lampung oleh Responden ketika Berbicara dengan
Orang Lain
Jawaban atas tanyaan kapan bahasa Lampung digunakan responden
dapat diketahui dari bahasa yang
mereka gunakan ketika berbicara
dengan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari. Dari lima puluh responden diketahui bahwa bahasa Indonesia
menduduki peringkat pertama, yaitu dua puluh delapan responden (56%), disusul
bahasa Lampung sebanyak dua puluh
responden (40%), dan sisanya dua
responden (4%) menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari.
3ahasa yang Digunakan Responden
ketika Berbicara dengan Orang tua
Bahasa yang digunakan
responden ketika berbicara dengan
orangtuanya sebagian besar meng-
gunakan bahasa Lampung (tiga puluh
lima responden atau 70%), tujuh
responden (14%) menggunakan bahasa
Indonesia, dan sisanya delapan
responden (16%) menggunakan bahasa
Jawa.
Bahasa yang Digunakan Responden ketika Berbicara dengan Orang yang
Lebih Tua
Ketika berbicara dengan orang
yang lebih tua, jumlah responden yang menggunakan bahasa Lampung
sebanyak dua puluh empat responden (48%), sementara jumlah responden
yang menggunakan bahasa Indonesia sebanyak dua puluh empat responden
(48%) juga, sedangkan jumlah responden yang menggunakan bahasa
Jawa hanya dua responden (4%) saja.
Bahasa yang Digunakan Responden ketika Berbicara dengan Orang yang
Lebih Muda
Ketika responden berbicara
dengan orang yang lebih muda, sebagian
besar responden menggunakan bahasa Indonesia (tiga puluh empat responden
atau 68%), lima belas responden (30%)
menggunakan bahasa Lampung, dan
hanya satu responden (2%) yang
menggunakan bahasa Jawa.
Bahasa yang Digunakan Responden
ketika Berbicara dengan Guru
Data yang diperoleh me-nunjukkan bahwa seluruh responden
menggunakan bahasa Indonesia dalam pertemuan resmi di sekolah. Begitupun
dengan bahasa yang digunakan responden ketika berbicara dengan
gurunya di sekolah, responden
cenderung menggunakan bahasa
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
bahasa Lampung cenderung digunakan
dalam situasi yang tidak resmi sebagai
bahasa pergaulan di kalangan anak
muda.
Bahasa yang Digunakan Responden
ketika Berbicara dengan Orang yang
Baru Dikenal
Adapun ketika responden ber-
bicara dengan orang yang baru mereka
kenal, hampir semua responden (empat
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156
152
puluh delapan responden atau 96%)
menggunakan bahasa Indonesia, sementara hanya dua responden (4%)
yang tidak memilih.
Situasi pengguaan Bahasa Lampung
Bahasa Lampung cenderung di-gunakan anak muda sebagai alat komunikasi antarmereka dalam ke-hidupan sehari-hari. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa bahasa Lampung mempunyai kedudukan yang tidak sama dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Di mana bahasa Lampung digunakan dapat diketahui dari latar lingkungan atau tempat ketika responden berbicara dalam bahasa Lampung.
Grafik 2 Dimana Bahasa Lampung Digunakan
Bahasa Lampung ketika Digunakan di
Sekolah
Bahasa Indonesia memainkan peranan sebagai bahasa resmi negara dan
digunakan sebagai bahasa resmi/formal di sekolah. Sebanyak empat puluh
delapan responden (96%) menyatakan bahwa bahasa Indonesia mereka
gunakan di sekolah, sementara sisanya satu responden (2%) meng-gunakan
bahasa Lampung dansatu responden
(2%) menggunakan bahasa Jawa.
Bahasa Lampung Digunakan di
Tempat Umum
Bahasa Lampung sama sekali
tidak digunakan responden ketika berbicara di tempat umum. Sebagian
besar responden (empat puluh sembilan responden atau 98%) menggunakan
bahasa Indonesia ketika berada di tempat umum. Hanya satu responden
(2%) yang menggunakan bahasa Jawa.
Bahasa Lampung Digunakan di Rumah
Bahasa Lampung sangat dominan
digunakan di rumah. Hal ini terlihat dari tiga puluh empat responden (68%) yang
menggunakan bahasa Lampung di
rumah, sementara bahasa Indonesia
hanya digunakan oleh tujuh responden (14%). Bahasa Jawa ternyata juga
menjadi pilihan responden untuk
digunakan di dalam rumah, dengan
jumlah responden sembilan orang
(18%). Hal ini menunjukkan bahwa di samping bahasa Lampung, anak muda
Lampung umumnya dapat menguasai bahasa Jawa sebagai bahasa pergaulan.
Bahasa Lampung Digunakan ketika
Berbicara di Lingkungan Rumah
Bahasa Lampung Digunakan ketika Berbicara di Muka Umum
Bahasa yang digunakan
responden ketika berbicara di muka umum, misalnya di depan kelas atau di
depan orang banyak, adalah bahasa
Indonesia. Kesadaran anak muda
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sekolah Rumah Lingkungan Tempat Umum
Di manaBahasaLampungDigunakan
Bahasa Lampung juga menjadi
pilihan responden untuk digunakan.
Sebanyak dua puluh sembilan responden
(58%) menggunakan bahasa ini ketika
berbicara di lingkungan keluarganya,
enam belas responden (32%)
menggunakan bahasa gh Indonesia,
sementara sisanya lima responden
(10%) menggunakan bahasa Jawa.
Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)
153
Lampung untuk menggunakan bahasa
Indonesia sangat tinggi. Hal ini terbukti dari data kuesioner yang menunjukkan
bahwa seluruh responden (100%) menggunakan bahasa Indonesia untuk
berbicara di muka umum.
Sikap Bahasa
Sikap bahasa dalam penelitian ini mencakup sikap bahasa anak muda Lampung, khususnya yang berdomisili di wilayah Lampung Selatan, terhadap pemakaian bahasa Lampung di radio atau televisi; sikap responden terhadap pemakaian bahasa Lampung di sekolah; sikap bahasa responden terhadap pemakaian bahasa Lampung di dalam lingkungan keluarga, teman dan masyarakat; dan bagaimana sikap responden terhadap pengajaran dan pemakaian bahasa Lampung di kalangan anak muda.
Grafik 3 Sikap Bahasa
Sikap Bahasa Anak Muda Responden
ketika Mendengarkan Siaran Radio
atau Televisi Berbahasa Lampung
Sikap bahasa responden terhadap
pemakaian bahasa Lampung pada siaran televisi atau radio berbahasa Lampung
adalah sembilan belas responden (38%)
menyatakan sering mendengarkan
siaran radio atau televisi berbahasa Lampung, sebelas responden (22%)
menyatakan kadang-kadang
mendengarkan siaran radio atau televisi
berbahasa Lampung, lima belas responden (30%) menyatakan jarang
mendengarkan siaran radio atau televisi berbahasa Lampung, dan lima
responden (10%) menyatakan tidak pernah mendengarkan siaran televisi
atau radio berbahasa Lampung.
Sikap Bahasa Responden terhadap Perlunya Pengajaran Bahasa Lampung di Sekolah
Dari keseluruhan responden, sebanyak delapan belas responden
(36%) menyatakan bahwa pengajaran bahasa Lampung di sekolah sangat perlu,
dua puluh tujuh responden (54%) menyatakan pengajaran bahasa
Lampung di sekolah perlu dilakukan, tiga responden (6%) menyatakan
pengajaran bahasa Lampung di sekolah
tidak perlu, sementara sisanya, masing-
masing satu responden (4%) tidak
memilih dan menyatakan tidak peduli terhadap pengajaran bahasa Lampung.
Sikap Bahasa Responden terhadap Perlunya Pemakaian Bahasa Lampung dalam Percakapan Sehari-hari
Sikap bahasa responden terhadap
pemakaian bahasa Lampung dalam
kehidupan sehari-hariadalahtiga puluh
dua orang (64%) menyatakan bahasa Lampung perlu dipakai dalam
percakapan sehari-hari, delapan
responden (16%) menyatakan sangat
perlu, dan sisanya sepuluh responden
(20%) menyatakan tidak perlu.
Sikap Bahasa Responden terhadap
Pemakaian Bahasa Lampung di dalam Keluarga
Sikap bahasa responden terhadap
pemakaian bahasa Lampung di dalam
0
10
20
30
40
50
60
70
Radi o/TV S ehari-hari Tem an
Sikap
Positif
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156
154
lingkungan keluarga sangat positif. Data
yang diperoleh menunjukkan bahwa dua puluh satu responden (42%)
menyatakan bahwa bahasa Lampung sangat perlu digunakan di dalam
keluarga, sembilan belas responden (38%) menyatakan bahasa Lampung
perlu digunakan, dan sisanya sepuluh responden (20%) menyatakan bahasa
Lampung tidak perlu digunakan di dalam keluarga.
Sikap Bahasa Responden tentang Perlunya Pemakaian Bahasa Lampung ketika Berbicara dengan Teman
Besarnya persentase yang menyatakan bahasa Lampung tidak
perlu digunakan oleh anak muda
Lampung tentu perlu dicermati dan
diadakan penelitian lanjutan. Di satu sisi, sebagian besar responden setuju untuk
menggunakan bahasa Lampung di dalam
lingkungan keluarga, tetapi di sisi lain
mereka cenderung tidak menggunakan
bahasa Lampung ketika berbicara
dengan temannya.Dari data yang
didapatkan diketahui bahwa empat orang responden (8%) menyatakan
bahwa bahasa Lampung sangat perlu digunakan ketika berbicara dengan
teman, dua puluh lima responden (50%) menyatakan perlu, dan dua puluh satu
responden (42%) menyatakan tidak perlu.
Sikap Bahasa Responden terhadap
Kemampuan Anak Muda Lampung Berbahasa Lampung
Sikap bahasa responden terhadap
pemakaian bahasa Lampung oleh anak muda Lampung sangat positif. Dari lima
puluh responden, dua puluh empat
responden (46%) menyatakan sangat
peduli kalau anak muda Lampung
mampu berbahasa Lampung, sementara
sisanya dua puluh enam responden (54%) menyatakan tidak peduli kalau
anak muda Lampung mampu berbahasa Lampung.
Pemakai Bahasa Lampung
Dari lima puluh responden, empat puluh orang (80%) menyatakan bahwa mereka adalah pemakai aktif bahasa Lampung dan sepuluh responden (20%) tidak aktif menggunakan bahasa Lampung. Dari empat puluh responden pemakai bahasa Lampung aktif tersebut, tiga puluh enam orang (90%) adalah mereka yang menggunakan bahasa Lampung sebagai bahasa ibunya dan sisanya empat responden (10%) adalah mereka yang bukan suku Lampung tapi mampu berbahasa Lampung dan aktif menggunakannya.
Grafik 4 Keaktifan Menggunakan Bahasa Lampung
Selanjutnya, jika dilihat dari kemampuan menulis aksara Lampung, data menunjukkan bahwa memiliki kemampuan untuk menulis aksara Lampung tidak menjadi jaminan bahwa mereka juga mampu berbahasa Lampung. Hal itu dapat dilihat dari data yang menunjukkan bahwa tiga puluh sembilan responden (78%) mampu menulis dalam aksara Lampung, sementara sebelas responden (22%) menyatakan tidak mampu menulis dalam aksara Lampung.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
PenggunaanBahasa Lampung
KemampuanMenulis Aksara
Lampung
aktif
pasif
Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)
155
4. Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemertahanan bahasa Lampung
oleh anak muda Lampung ketika berbicara di dalam lingkungan
keluarganya cukup baik (72%). Di dalam pergaulan sehari-hari, anak muda
Lampung cenderung menggunakan bahasa Lampung ketika berkomunikasi.
Demikian juga halnya ketika mereka
berada di dalam lingkungan keluarga, mereka cenderung menggunakan
bahasa Lampung sebagai bahasa ibunya.
Hal positif yang didapat dari penelitian
ini adalah anak muda bukan suku Lampung banyak yang mampu
berbahasa Lampung, baik ketika
berbicara dengan temannnya maupun
ketika berada di tempat umum yang memungkinkan untuk berbahasa
Lampung. Tentu ini akan menjadi
sesuatu yang menarik jika dilakukan penelitian lanjutan.
Sementara itu, kecenderungan responden menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari
memungkinkan penggunaan bahasa
Lampung semakin berkurang.
Keengganan mereka menggunakan bahasa Lampung tentu memiliki alasan
tersendiri, yang tentunya memerlukan
penelitian lebih lanjut mengenai hal-hal
apa saja yang berpengaruh terhadap
keengganan mereka menggunakan bahasa Lampung di dalam pergaulan
sehari-hari.Dari data yang didapat
ketika berbicara di lingkungannya,
sebagian besar responden masih menggunakan bahasa Lampung dalam
pergaulan sehari-hari. Dari hasil penyebaran angket yang dilakukanpada
penelitian ini, hanya 45% yang
menggunakan bahasa Lampung dalam
pergaulan sehari-hari.Hal ini menunjukkan bahwa pemertahanan
bahasa Lampung oleh anak muda ketika berbicara di lingkungannya adalah
kurang. Sikap positif yang ditunjukkan
responden ternyata memberi andil yang besar terhadap perkembangan bahasa
Lampung di wilayah ini. Hal ini tentu diyakini dapat menjadi dasar bagi
peningkatan mutu dan kualitas
pemertahanan bahasa Lampung oleh anak muda Lampung. Sikap bahasa anak
muda Lampung terhadap penggunaan
bahasa Lampung yang sangat positif ini
ditunjukkan dengan banyaknya responden yang menyatakan sering
mendengarkan siaran radio atau televisi
berbahasa Lampung. Responden juga
menyatakan bahwa bahasa Lampung
juga perlu digunakan oleh masyarakat Lampung. Sebagian besar responden
menyatakan keinginannya agar anak muda atau masyarakat Lampung mampu
berbahasa Lampung dan menggunakannya dalam pergaulan
sehari-hari. Keinginan mereka agar bahasa Lampung tetap digunakan di
kalangan anak muda merupakan hal
positif yang perlu terus dipelihara.
Kecenderungan anak muda Lampung
menggunakan bahasa Lampung menunjukkan sikap positif anak muda
Lampung yang ingin mempertahankan bahasa Lampung.
Daftar Acuan Anderson, Edmund A. 1974. Language
Attitudes, Beliefs, and Value: Study in Linguistics Cognitive Frameworks. Disertasi Georgetown University.
Astar, Hidayatul. dkk. 2003. Pemertahanan
Bahasa Cina di Jakarta. Jakarta:
Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156
156
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kemdikbud, 2011. Politik Bahasa (Risalah Seminar Politik Bahasa). Jakarta.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995.
Sosiolinguistik, Suatu Pengantar Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2003.
Kamus Inggris – Indonesia. An English – Indonesian Dictionary. Cetakan XXV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fishman, Joshua A, 1972. Sociolinguistics:
ABrief Introduction. Massachusetts: Newbury House Publisher.
Garvin dan Mathiot. 1968. The Urbanization of
Guarani Language. Problem in Language dan Culture. Paris: The Haque.
Kantor Bahasa Lampung. 2008. Persebaran
Bahasa-Bahasa di Provinsi Lampung. Bandarlampung.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kemdikbud. 2018.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta.
Widianto, Eko. 2018. “Pemertahanan Bahasa Daerah Melalui Pembelajaran dan Kegiatan di Sekolah”. Jurnal Kredo: Jurnal I lmiah Bahasa dan Sastra, Volume 1 Nomor 2, April 2018. Kudus.