Post on 28-Nov-2014
description
1
TINGKAT KEBUGARAN PADA MAHASISWA DENGAN OLAH RAGA TAEKWONDO
DI UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRACT
FITNESS LEVEL IN STUDENTS WITH TAEKWONDO SPORT
at AIRLANGGA UNIVERSITY
by:
AGUSTIAN SAQURIN
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga 2013
Students with their activities and bustle are required to have a good physical fitness in
order to not disrupt their daily activities. Some sources say that sport, is one ways to improve
fitness. One of popular sports lately and good for fitness is Taekwondo. This study is expected to
be able to describe the fitness level of students with Taekwondo sport at Airlangga University
briefly and clearly.
This is a descriptive research with evaluation study design. Samples were taken from
students of Airlangga University who are members of the UKM Taekwondo UNAIR using
purposive sampling method. From that, it is obtained 20 respondents. Fitness can be measured by
looking at the Harvard Step Test, 15 minutes run test, and measurement of the vital signs for each
respondent.
As a result, there is relationship between fitness level in students with Taekwondo sport at
Airlangga University. Majority of the respondents showed a good fitness level indicated by VO2
max, fitness index, also vital signs involve heart rate, respiratory rate, and blood pressure.
From the result of the research, it can be concluded that the physical fitness of students
with Taekwondo sport at Airlangga University are in a good level. This research found that
Taekwondo training provides fitness benefit to its members. Further research is expected to be
able to explain the short-term effects of practicing Taekwondo for its members with different and
larger respondents
Keywords: level of fitness, sport, Taekwondo
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mahasiswa adalah murid pada
perguruan tinggi yang memulai jenjang
kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa
dalam tahap perkembangannya digolongkan
sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu
usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Knoers,
F.J, & Haditono, 2001). Fase tersebut
merupakan masa yang penuh dengan
masalah dan ketegangan emosional, periode
isolasi sosial, periode komitmen dan masa
ketergantungan perubahan nilai-nilai,
kreatifitas dan penyesuaian diri pada pola
hidup yang baru (Indarjo, 2009). Mahasiswa
merupakan bagian dari civitas akademika
yang berperan untuk mengembangkan diri,
sebab mahasiswa adalah calon pemimpin
bangsa di masa mendatang. Untuk itu
seorang mahasiswa harus memilki cara
pandang yang baik, jiwa kepribadian serta
mental yang sehat dan kuat dalam
menghadapi masalah apapun.
Kebugaran adalah kapasitas tubuh
secara umum dalam menghadapi kerja fisik
baik dalam posisi bergerak maupun duduk
dengan aman dan efektif dan masih dapat
memnuhi fungsinya dalam keluarga maupun
masyarakat serta menikmati kegiatan
pilihannya tanpa mengalami kelelahan
(Siregar, 2010). Dengan demikian setiap
orang mutlak memerlukan kebugaran agar
bisa menjalankan kehidupannya dengan
nyaman tanpa keluhan.Namun karena
kesibukan aktifitas dan tugas kuliah,
dimungkinkan seorang mahasiswa
menjadikan olah raga bukan sebagai
prioritas yang harus dilaksanakan, yang pada
akhirnya mempengaruhi kebugaran
tubuhnya. Penelitian Taylor mengatakan
bahwa ujian, praktikum, tugas memicu
timbulnya gangguan yang berhubungan
dengan peristiwa akademik, yang dalam
tingkat keparahan tinggi dapat menekan
ketahanan tubuh (Ariana, 2006).
Sebagai mahasiswa, kebugaran
mutlak diperlukan agar dapat menjalankan
setiap kewajiban di kampus dengan baik dan
agar dapat berkembang secara
akademis.Lain halnya dengan makan dan
2
istirahat, tidak semua orang menjadikan
olahraga sebagai bagian dari rutinitas
kegiatannya. Dari studi pendahuluan di
Universitas Airlangga diketahui bahwa rata-
rata hanya 3 dari 10 mahasiswa yang masih
rutin melakukan olahraga (Yulianti, 2008).
Di Indonesia, sebuah penelitian yang dimuat
pada Majalah Ilmu Faal Indonesia
menyatakan bahwa dari 30 orang responden
remaja usia 18 hingga 23 tahun yang diteliti
kebugaran jasmaninya, 22 orang berada pada
level buruk, 8 orang pada level sedang dan
tidak ada yang berada pada level baik
(Indrawagita, 2009). Peneliti lain
mengatakan, level kebugaran nasional
pelajar di Indonesia hanya 45,9% yang
ditunjukan dengan level rendah dan sangat
rendah (Anggrawati, 2009).
Dalam hal kebugaran,
perkembangan dunia keperawatan sekarang
ini tidak hanya sebatas di rumah sakit saja
tetapi lebih dari itu perawat dapat terlibat
dalam aktivitas olah raga pada lingkup
persiapan dan evaluasi aktivitas, pencegahan
& penanganan cedera, serta rehabilitasi
(Wong, 2002). Pemberian konseling untuk
partisipasi dalam olah raga akan
memberikan kesenangan dan keuntungan
fisik dari usia anak-anak sampai dewasa
(Wong, 2002). Dalam buku Konsep dasar
keperawtan anak, Supartini (2002)
menyebutkan bahwa olah raga/latihan fisik
berdampak pada fisik dan perkembangan
psikososial yang secara fisik dapat
meningkatkan sirkulasi darah dan suplai
oksigen. Berdasarkan Buku Pedoman Kerja
Puskesmas, terdapat 20 kegiatan pokok
kesehatan yang salah satunya adalah
kegiatan promotif dengan olah raga
(Effendy, 1998).
Olah raga adalah aktifitas fisik
yang terencana, terstruktur, berulang dan
bertujuan memperbaiki atau menjaga
kesegaran jasmani (Adiwinanto,
2008).Wahjuni (2012) mengatakan, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kebugaran diantaranya adalah
dengan berolahraga. Seseorang yang
melakukan olahraga maka dalam otaknya
akan terjadi perubahan biokimiawi yang
menyebabkan seseorang menjadi gembira
atau baik suasana hatinya. Terdapat
penelitian yang menunjukan bahwa olah
raga beladiri memberikan manfaat pada
kebugaran aerobik, otot, kelentukan fisik,
serta ketangkasan dengan sangat baik (Irfan,
2011). Olah raga sudah merupakan suatu
kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
halnya makan. Olahraga yang dilakukan
secara teratur dan terukur dapat
menurunkan berat badan, mencegah
penyakit, dan mengurangi stres (Suryanto,
2011). Berbicara mengenai jenisnya, salah
satu olah raga yang mengalami kemajuan
secara signifikan tahun terakhir ini dengan
jumlah praktisi mencapai ratusan juta, dan
dipraktikan hampir di 200 negara di dunia
adalah Taekwondo (Suryadi, 2008). Sebagai
pertimbangan di Universitas Airlangga saja
meskipun terdapat 7 jenis beladiri yang
dikembangkan, namun 6 tahun terakhir,
Taekwondo merupakan dengan jumlah
peminat tertinggi dengan pendaftar
mencapai diatas 200, melebihi olah raga
beladiri lain.
Taekwondo merupakan cabang
olah raga beladiri yang menggunakan tangan,
kaki dengan disiplin diri, sehingga
taekwondo bermanfaat besar dalam
kehidupan bermasyarakat (Tirtawirya, 2005).
Taekwondo berasal dari Korea, yang
sekarang mempunyai anggota lebih dari 165
negara dan berkembang di Indonesia sejak
tahun 1970.Taekwondo mengembangkan
komponen-komponen biomotor yang sangat
berguna bagi anggota yang latihan
rutin.Komponen biomotor tersebut antara
lain koordinasi, keterampilan, kecepatan,
fleksibilitas, kekuatan otot, keseimbangan,
postur, power, dan daya tahan (Tirtawirya,
2005).Sebuah hasil studi menunjukkan
bahwa praktek Taekwondo memiliki potensi
untuk menaikkan detak jantung yang cukup
untuk meningkatkan kebugaran
kardiorespirasi (Melhim, 2001). Menurut
Skelton (1991) Taekwondo dapat
meningkatkan kekuatan fisik, mengurangi
lemak tubuh, meningkatkan pengkondisian
kardiovaskular dan daya tahan,
meningkatkan keseimbangan dan koordinasi,
mengurangi stres, meningkatkan konsentrasi
dan fokus, meningkatkan kinerja dalam
pekerjaan seseorang, sekolah, atau
olahraga, menyediakan program terstruktur
dengan kemajuan dicapai tujuan, dan
meningkatkan disiplin diri dan percaya diri
(Bell & Chang, 2002).
Pieter & Toskovic mengatakan
bahwa dengan berlatih Taekwondo dengan
frekuensi, durasi, dan intensitas tertentu
akan memberikan manfaat bagi kebugaran
kardiorespiratory (Kordi et.al, 2009). Hong
menyatakan atlet Taekwondo tidak hanya
berlatih tentang kekuatan, tetapi juga melatih
komponen aerobic dan anaerobic pada
latihan rutinnya. Beberapa penelitian pada
3
taekwondoin pria dan wanita usia 20 tahun
memiliki rata-rata VO2 max antara 54-61
ml/kg (Kordi et.al, 2009).
Populer nya Taekwondo sebagai
olah raga beladiri yang dipraktikan di pusat
kebugaran baik dalam lingkup nasional
maupun internasional, belum banyak
ditemui penelitian yang menjelaskan
hubungan antara Taekwondo dengan
kebugaran. Oleh karenanya seiring dengan
kemajuan ilmu di bidang keperawatan dan
kedokteran yang semakin pesat dimana
kebutuhan akan terpenuhinya tuntutan fisik,
fisiologi, biomekanik, nutrisi, latihan, dan
sebagainya yang secara umum bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup, maka
dipandang perlu untuk dilakukan penelitian
tentang hubungan olah raga Taekwondo
dengan kebugaran pada mahasiswa. Dengan
harapan bisa menjadi alternatif solusi
meningkatkan kebugaran yang
menyenangkan bagi mahasiswa.
Identifikasi masalah
Melhim (2001)
Taekwondo
memiliki potensi
untuk menaikkan
detak jantung yang
cukup untuk
meningkatkan
kebugaran
kardiorespirasi
Tirtawirya (2005)
Taekwondo
mengembangkan
komponen biomotor
antara lain koordinasi,
keterampilan, kecepatan,
fleksibilitas, kekuatan
otot, keseimbangan,
postur, power, dan daya
tahan
mahasiswa
Olah raga
Taekwondo
Peningkatan aktifitas fisik
Emosi tersalurkan
Kebugaran tubuh
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat
kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga
Taekwondo di Universitas Airlangga?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Menjelaskan hubungan tingkat kebugaran
pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo
di Universitas Airlangga.
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi kebugaran fisik pada
mahasiswa dengan olah raga Taekwondo
dengan indikator VO2 max dan fitness
index.
2. Mengidentifikasi TTV pada mahasiswa
dengan olah raga Taekwondo.
3. Mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi kebugaran fisik mahasiswa
dengan olah raga Taekwondo.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini akan membantu
mengembangkan penelitian tentang peningkatan
kebugaran melalui olahraga Taekwondo dengan
proses latihan dan pembinaan mental. Sehingga
dapat digunakan sebagai rujukan dalam penelitian
selanjutnya.
Manfaat praktis
1. Memberikan alternatif pilihan olah
raga yang menarik untuk
meningkatkan kebugaran tubuh.
2. Sebagai alternatif aktifitas dalam
bentuk kegiatan olahraga untuk
mengelola kebugaran mahasiswa
sehingga dapat meningkatkan kualitas
belajar.
3. Bagi club/institusi Taekwondo akan
memberikan nilai positif untuk
dikembangkan sebagai program
latihan peningkatan kebugaran bagi
mahasiswa
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep kebugaran
Pengertian kebugaran
Sumosardjuno mendefinisikan
kebugaran/kesegaran jasmani sebagai kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan/tugasnya
sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa kelelahan
yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau
cadangan tenaga untuk menikmati waktu
senggangnya dan untuk keperluan - keperluan yang
mendadak (Suharjana & Purwanto, 2008).
Komponen kebugaran
Komponen-komponen kesegaran jasmani
menurut Roji (2002) meliputi beberapa hal
meliputi daya tahan jantung/peredaran darah dan
paru-paru,kemampuan adaptasi biokimia seperti
enzim-enzim dalam darah dan konsentrasi asam
laktat dalam plasma darah, bentuk tubuh,kekuatan
otot,tenaga ledak otot,daya tahan
otot,kecepatan,kelincahan,kelentukan,kecepatan
reaksi,koordinasi (Maselah, 2012)
Menurut Morehouse dan Miller dalam
Nurhasan, (2006) kesegaran/kebugaran jasmani
merupakan bagian dari total fitnes. Dalam total
fitnes terdapat beberapa komponen yaitu :
1. Anatomi fitness
Adalah hal yang sukar dapat
dikembangkan oleh karena untuk
pengembangannya harus dimulai sejak
masa pertumbuhan anak-anak, sehingga
akan memerlukan waktu yang sangat
banyak dan hasilnya sangat minim sekali,
karena kita akan terbentur pada faktor
heriditer yang tidak banyak dapat
dipengaruhi.
2. Physiological fitness (kesegaran jasmani)
Kemampuan tubuh untuk menyesuaikan
fungsi fisiologisnya terhadap keadaan
lingkungan dan atau terhadap tugas fisik
yang memerlukan kerja otot secara :
efisien, tak mengalami kelelahan yang
berlebihan, telah memperoleh yang
sempurna sebelum datangnya tugas-tugas
pada hari berikutnya. Psychological
fitness adalah suatu kemampuan untuk
melakukan tugas tertentu yang
memerlukan usaha otot. Sistem otot dan
persyarafan merupakan hal yang lebih
primer, karena untuk kerja dapat
ditampilkan melalui perkembangannya
kerja kelompok otot-otot besar yang
didukung oleh syaraf. Sedang sistem
jantung, paru-paru dan peredaran darah
merupakan kelompok sistem yang
mendukung dari kerja sistem primer otot-
otot dan persyarafan (Maselah, 2012).
Sedangkan komponen-komponen kesegaran
jasmani menurutSajoto (1995) terdiri dari :
1. Kekuatan (Strenght)
Komponen kondisi fisik seseorang
tentang kemampuannya dalam
mempergunakan otot untuk menerima
beban sewaktu bekerja.
2. Daya tahan (Endurance)
Dalam hal ini dikenal dengan dua daya
tahan, yakni :
1) Daya tahan umum (general
endurance) kemampuan seseorang
dalam mempergunakan sistem
jantung paru-paru dan peredaran
darahnya secara efektif dan efisien
untuk menjalankan kerja terus
menerus yang melibatkan kontraksi
otot-otot dengan intensitas tinggi
dalam waktu yang cukup lama.
2) Daya tahan otot (local endurance)
adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan ototnya untuk
berkontraksi terus menerus dalam
waktu relatif lama dengan beban
tertentu.
3. Daya otot (Muscular power)
Kemampuan seseorang untuk
mempergunakan kekuatan maksimum
yang dikerahkan dalam waktu yang
sependek-pendeknya. Dapat dinyatakan
bahwa daya ledak otot = kekuatan(force)
x kecepatan (felocity). Seperti dalam
lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain
yang bersifat eksplusif.
4. Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan seseorang
untuk mengerjakan gerakan keseimbangan
dalam bentuk yang sama dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya seperti dalam
lari cepat, pukulan dalam tinju, balap
sepeda, panahan dan lain-lain.Dalam hal
ini ada kecepatan gerak dan kecepatan
eksplusif.
5. Daya lentur (Fleksibility).
Kelenturan adalah aktifitas seseorang
dalam menyesuaikan diri untuk segala
aktifitas dengan penguluran tubuh yang
luas. Hal ini akan mudah ditandai
dengan tingkat fleksibilitas pada seluruh
tubuh.
6. Kelincahan (agility)
Kelincahan adalah kemampuan
seseorang mengubah posisi diarea
tertentu. Seseorang yang mampu
mengubah satu posisi yang berbeda
dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi
yang baik, berarti kelincahannya cukup
baik.
7. Koordinasi (coordination)
Adalah kemampuan seseorang
mengintegrasikan bermacam-macam
gerakan yang berbeda kedalam pola
gerakan tunggal secara efektif.
8. Keseimbangan ( balance )
Kemampuan seseorang untuk
mengendalikan organ-organ syaraf otot,
seperti dalam hand-stand atau dalam
mencapai keseimbangan sewaktu
seseorang sedang berjalan kemudian
terganggu(misalnya tergelincir dan lain-
lain).
9. Ketepatan ( accuracy )
Ketepatan adalah kemampuan seseorang
mengendalikan gerak-gerak bebas
terhadap suatu sasaran-sasaran, ini dapat
merupakan suatu jarak atau mungkin
suatu objek yang langsung yang harus
dikenai dengan salah satu bagian tubuh.
10. Reaksi (reaction)
Reaksi adalah kemampuan seseorang
untuk segera bertindak secepatnya dalam
menghadapi rangsangan yang
ditimbulkan lewat indera, syaraf atau
feeling lainnya. Seperti dalam
mengantisipasi datangnya bola yang harus
ditangkap dan lain-lain. (Maselah, 2012)
Dari beberapa pendapat para ahli tentang
komponen-komponen kebugaran jasmani dapat
disimpulkan bahwa komponen-komponen
kebugaran jasmani terdiri dari: kekuatan otot, daya
tahan otot, kecepatan, kelincahan, koordinasi.
Pengukuran tingkat kebugaran
1. Nadi sewaktu istirahat
Potter & Perry (2005) menuliskan, nadi adalah
aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di
berbagai tempat pada tubuh. Nadi merupakan
indicator status sirkulasi.Sirkulasi merupakan
alat sel menerima dan membuang sampah yang
dihasilkan dari sisa metabolisme. Supaya sel
berfungsi normal, harus ada aliran darah yang
kontinyu dan dengan volume sesuai yang
didistribusikan darah menuju sel yang
membutuhkan nutrien (Marniyah, 2007).
Cara mengetahui tingkat kebugaran dan
mengukur kemajuan latihan adalah dengan
mengawasi kecepatan denyut jantung waktu
istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu
istirahat. Prinsipnya adalah semakin rendah
kecepatan nadi sewaktu istirahat, maka
semakin baik bentuk jantung (Marniyah, 2007)
.
Tabel 2.1 Hubungan antara umur, jenis kelamin, nadi istirahat bedasarkan tingkat latihan menurut Carol &
Smith (1992)
Nadi istirahat permenit
Umur (tahun) 20-29 30-39 40-49 50-59
Laki –laki
Sangat baik <60 <64 <66 <68
Baik 60-69 64-71 66-73 68-75
Sedang 70-85 72-81 74-79 76-91
Kurang >85 >87 >89 >91
Perempuan
Sangat baik <70 <72 <74 <76
Baik 70-77 72-79 74-81 76-83
Sedang 78-94 80-96 82-89 84-100
Kurang >94 >96 >98 >100
2. Tekanan darah
Potter & Perry (2005) menuliskan tekanan
darah sebagai kekuatan dinding arteri tubuh
oleh darah yang didorong dengan tekanan dari
jantung.Tekanan arteri darah adalah indikator
yang baik tentang kesehatan jantung
(Marniyah, 2007).
Potter & Perry (2005) juga menuliskan faktor
yang turut mempengaruhi tekanan darah
adalah genetic, usia, stres, dan gaya hidup.
Ansietas, nyeri, takut, dan stres emosi
menimbulkan stimulasi simpatik yang
meningkatkan frekuensi denyut jantung, curah
jantung, dan ketahanan vaskuler perifer
sehingga meningkatkan tekanan darah
(Marniyah, 2007)
Tabel 2.2 Tekanan darah menurut WHO
Kategori Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Tekanan Darah
Diatol (mmHg)
Optimal
Normal
Normal-Tinggi
< 120
< 130
130-139
< 80
< 85
85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)
Sub-group: perbatasan
140-159
140-149
90-99
90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
(Isolated systolic hypertension)
Sub-group: perbatasan
≥ 140
140-149
< 90
<90
3. Frekuensi napas
Kelangsungan hidup manusia bergantung pada
kemampuan oksigen untuk mencapai sel tubuh,
dan sel mengeluarkan CO2.frekuensi, kedalaman,
dan irama napas menandakan kualitas dan
efisiensi ventilasi (Marniyah, 2007). Ventilasi
diatur oleh kadar O2 , CO2 dan konsentrasi ion H+
(pH) dalam darah (Potter & Perry, 2005).
Guyton & Hall (1997) mengatakan latihan fisik
yang berulang akan merangsang otak secara
progresif menjadi lebih mampu untuk
menghasilkan sinyal otak yang sesuai dan
dibutuhkan untuk mempertahankan faktor kimia
dalam darah pada nilai normalnya (Marniyah,
2007).
Pernapasan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah dengan olah raga
yang dapat meningkatkan frekuensi dan
kedalaman napas untuk memenuhi kebutuhan
tubuh dalam memenuhi O2.Frekuensi pernapasan
dihitung dengan mengobservasi inspirasi dan
ekspirasi penuh.Frekuensi normal pada orang
dewasa adalah 12-20 kali/menit (potter & Perry,
2005).
Kebugaran juga dapat dinilai dengan melakukan
beberapa metode tes antara lain Harvard step test dan
tes lari 15 menit.
1. Harvard Step Test
Merupakan pengukuran kebugaran seseorang
berdasarkan kemampuan kardiovaskuler yang
dibuat melalui penelitian di Harvard USA.Tujuan
dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan
tubuh seseorang untuk menyesuaikan terhaddap
beban kerja dan nadi pulih asal dari kerja tersebut
(Sibson & Taylor, 2004).
Prosedur pelaksanaan Harvard Step Test
1. Subjek penelitian diminta berdiri
menghadap bangku/tangga setinggi 40 cm
untuk laki-laki dan 30 cm untuk perempuan.
2. Meminta responden untuk naik turun
bangku dengan posisi badan tegak sebanyak
30 kali naik dan turun selama 1 menit.
3. Siklus tersebut dilakukan terus menerus
sampai responden tidak kuat lagi, tetapi
tidak boleh lebih dari 5 menit pelaksaaan.
4. Segera setelah melakukan tes ini responden
diminta duduk, dan dihitung denyut nadinya
selama 30 detik setelah istirahat menit
pertama.
Interpretasi hasil
Denyut nadi dihitung setelah menit pertama
istirahat selama 30 detik, kemudian dimasukan dalam
rumus berikut (Gilang, 2007)
𝐹𝑖𝑡𝑛𝑒𝑠𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥
=lama naik turun bangku dalam detik x 100
5,5 x denyut nadi selama 30 detik
Standart nilai menurut Liebenson (2007):
>90 = baik sekali
80 – 89 = baik
65 – 79 = diatas rata-rata
55 – 64 = rata - rata
<55 = jelek
2. Tes lari 15 menit
Tes lari selama 15 menit merupakan salah
satu tes untuk mengetahui tingkat kebugaran
jasmani terutama daya tahan (endurance)
(Irwansyah, 2007).
Cara melakukan tes tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Sebelum tes, responden harus
melakukan pemanasan dan peregangan
yang cukup.
2. Setelah siap dan diberi aba-aba untuk
lari selama waktu 15 menit dan dicatat
waktunya.
3. Standar patokan untuk subjek yang
mampu melakukan lari sejauh 2500 m
dalam 15 menit adalah memiliki VO2
max = 39,00 ml/kg BB/menit.
4. Standar hitungan untuk lebih atau
kurang dari jarak 2500 adalah 1,22
ml/kg BB/menit untk tiap 100 meter.
5. Dapat juga menggunakan rumus :
VO2 max = kecepatan lari selama 15 menit – 133 x 0.172 + 33,3
Tabel 2.3 Tingkat kebugaran berdasarkan VO2 max seseorang dikutip dari buku Principles and Labs for Fitness
and Wellness 3th edition, 2010.
Jenis kelamin
Usia
Klasifikasi tingkat kebugaran
(berdasarkan VO2 max dalam ml/kg/mnt)
Jelek Cukup Rata-rata Baik Sangat baik
Laki – laki
< 29 < 24,9 25-33,9 34-43,9 44-52,9 > 53
30 – 39 < 22,9 23-30,9 31-41,9 42-49,9 >50
40 – 49 < 19,9 20-26,9 27-38,9 39-44,9 >45
50 – 59 < 17,9 18-24,9 25-37,9 38-42,9 >43
60 – 69 < 15,9 16-22,9 23-35,9 36-40,9 >41
>70 < 12,9 13-20,9 22-32,9 33-37,9 > 38
Perempuan
< 29 < 23,9 24-30,9 31-38,9 39-48,9 > 49
30 – 39 < 19,9 20-27,9 28-36,9 37-44,9 > 45
40 – 49 < 16,9 17-24,9 25-34,9 35-41,9 > 42
50 – 59 < 14,9 15-21,9 22-33,9 34-39,9 > 40
60 – 69 < 12,9 13-20,9 21-32,9 33-36,9 > 37
>70 < 11,9 12-19,9 20-30,9 31-34,9 > 35
Konsep Olahraga
Pengertian Olahraga
Olahraga adalah aktivitas fisik yang
terencana, terstruktur, berulang dan bertujuan
memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani
(Adiwinanto, 2008). Sedangkan dalam deklarasi
international council of sport and physical Education
tentang olahraga dinyatakan bahwa olahraga adalah
setiap kegiatan fisik yang bersifat permainan dan yang
beruoa oerjuangan terhadap diri sendiri atau orang
lain atau terhadap kekuatan-kekuatan alam tertentu
(Darmayanti, 2007).
Adapun konsep olahraga kesehatan adalah
padat gerak, bebas stres, singkat (cukup 10 - 30 menit
tanpa henti), adekuat, massal, mudah, murah, meriah
dan fisiologis (bermanfaat dan aman). Massal adalah
ajang silaturahmi, ajang pencerahan stres, ajang
komunikasi sosial. Jadi olahraga kesehatan membuat
manusia menjadi sehat jasmani, rohani dan sosial,
yaitu sehat seutuhnya sesuai konsep sehat WHO.
Adekuat artinya cukup, yaitu cukup dalam waktu (10
– 30 menit) dan cukup intensitasnya (Suryanto, 2011).
Ruang lingkup Olahraga
Menurut UU RI No.3 Tahun 2005 BabVI,
Pasal 17 tentang sistem keolahragaan nasional
dijelaskan bahwa “Ruang lingkup olahraga meliputi
kegiatan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan
olahraga prestasi, olahraga.”
Penjelasan lebih lanjut terkait ruang lingkup
olahraga secara jelas termaklumat pada UU RI No.3
Tahun 2005 Bab I, Pasal 1, ayat 11, 12, 13, 14, 15 dan
16 tentang sistem keolahragaan nasional, yaitu :
1. Olahraga pendidikan adalah pendidikan
jasmani dan olahraga yang dilaksanakan
sebagai bagian proses pendidikan yang
teratur dan berkelanjutan untuk
memperoleh pengetahuan, kepribadian,
keterampilan, kesehatan, dan kebugaran
jasmani.
2. Olahraga rekreasi adalah olahraga
yang dilakukan oleh masyarakat
dengan kegemaran dan kemampuan
yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kondisi dan nilai budaya
masyarakat setempat untuk kesehatan,
kebugaran, dan kegembiraan.
3. Olahraga prestasi adalah olahraga yang
membina dan mengembangkan
olahragawan secara terencana,
berjenjang, dan berkelanjutan melalui
kompetisi untuk mencapai prestasi
dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan
4. Olahraga amatir adalah olahraga yang
dilakukan atas dasar kecintaan atau
kegemaran berolahraga.
5. Olahraga profesional adalah olahraga
yang dilakukan untuk memperoleh
pendapatan dalam bentuk uang atau
bentuk lain yang didasarkan atas
kemahiran berolahraga.
6. Olahraga penyandang cacat adalah
olahraga yang khusus dilakukan sesuai
dengan kondisi kelainan fisik dan/atau
mental seseorang.
Manfaat Olahraga
Moelok menjelaskan manfaat olahraga dapat
diukur dengan “double product”, yaitu frekuensi
denyut jantung dan tekanan sistolik.Latihan dapat
menurunkan frekuensi denyut jantung, nadi dan
tekanan darah, sehingga merupakan peningkatan
efisiensi jantung dalam melakukan olahraga. Manfaat
lainnya adalah memperbaiki fungsi paru, penurunan
kolesterol, trigliserida dan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus, menurunkan berat badan,
dan menambah kesegaran jasmani dan rohani
(Darmayanti, 2007).
Supandi menjelaskan beberapa manfaat
olahraga antara lain:
1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung,
pembuluh darah dan paru yang ditandai
dengan
1) Denyut nadi istirahat menurun.
2) Isi sekuncup bertambah.
3) Penumpukan asam laktat berkurang.
4) Meningkatkan pembuluh darah
kolateral.
2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan
tulang.
3. Meningkatkan kelenturan tubuh sehingga
tidak mudah cedera.
4. Meningkatkan metabolisme tubuh.
5. Mengurangi resiko terjadinya penyakit
seperti
1) Tekanan darah tinggi.
2) Jantung koroner dengan menambah
HDL dan mengurangi lemak.
6. Meningkatkan aktifitas sistem kekebalan
tubuh terhadap penyakit melalui peningkatan
pengaturan kekebalan tubuh (Tarmin, 2011).
Syarat Olahraga Yang Baik
Olahraga yang baik dapat mempengaruhi
hal-hal sebagai berikut :
1. Memperlambat degenerasi karena perubahan
usia.
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan
jasmani dalam kehidupan (adaptasi).
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga
cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalnya sakit
(Darmayanti, 2007).
Macam Latihan Fisik
1. Latihan Aerobik
Latihan aerobik membuat otot – otot tubuh yang
besar bekerja, terutama otot -otot dari tungkai
atau latihan dapat dilakukan terus – menerus,
diulang dengan intensitas yang cukup tinggi
dengan menggunakan oksigen dan
energi.Contoh dari latihan aerobik adalah
berjalan, jogging, berenang, loncat tali, menari
dan permainan dengan bola dan raket.
2. Latihan Kalestenik
Latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan
kekuatan, ketahanan, dan kelenturan sendi dan
otot. Contoh dari latihan ini adalah melambaikan
tangan, menyentuh jari-jari kaki, memutar
pinggang, taekwondo, Tai Chi, push-up, dan sit-
up
3. Latihan Relaksasi
Merupakan gerakan terkendali dan latihan
pernafasan.Bila dilakukan dengan benar, latihan
ini dapat meningkatkan tonus dan kelenturan otot
dan meningkatkan kebugaran kardio-respirator.
4. Latihan Anaerobik
Latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan
kekuatan otot, ketahanan otot, tenaga otot dan
kapasitas anaerobik.Contoh dari latihan ini adalah
lari cepat jarak pendek, angkat beban dan latihan
– latihan isometrik (Darmayanti, 2007).
Konsep Taekwondo
Pengertian Taekwondo
Yoyok Suryadi mendefinisikan Taekwondo
adalah seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni
beladiri yang menggunakan teknik kaki dan
tangan kosong. Taekwondo adalah olahraga
beladiri Korea yang populer dan juga merupakan
olahraga Nasional Korea (Rasyono, Rahayu, &
Soegiyanto, 2012).
Taekwondo merupakan cabang olahraga
beladiri yang menggunakan tangan, kaki dengan
disiplin diri, sehingga taekwondo bermanfaat besar
dalam kehidupan bermasyarakat (Tirtawirya, 2005).
Taekwondo berasal dari Korea dan bermarkas besar
di Kukkiwon seoul Korea, sekarang mempunyai
anggota lebih dari 165 negara dan berkembang di
Indonesia sekitar tahun 1970. Taekwondo
mengembangkan komponen-komponen biomotor
yang sangat berguna bagi para anggota taekwondo
yang latihan rutin. Komponen-komponen biomotor
yang dikembangkan cabang olahraga Taekwodo
antara lain koordinasi, keterampilan, kecepatan,
fleksibilitas,kekuatan otot, keseimbangan, postur,
power, daya tahan. Taekwondo yang cenderung
sebagai olah raga fisik secara psikologis sangat
berperan dalam proses pelatihan maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan
psikologis ada dua hal yang diberikan saat belajar
taekwondo, yaitu moral dan mental (Tirtawirya,
2005).
Sejarah Taekwondo di Indonesia
Taekwondo mulai berkembang di Indonesia
pada tahun 1970-an, dimulai oleh aliran Taekwondo
yang berafiliasi ke ITF (International Taekwondo
Federation) yang pada waktu itu bermarkas di
Toronto Kanada dan dipelopori oleh
GenChoHonHi. Kemudian berkembang juga aliran
Taekwondo yang berafiliasi ke WTF yang berpusat
di Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan dengan presider
Dr. Un Yong Kim. Pada 28 Maret 19 musyawarah
nasional Taekwondo berhasil menyatukan kedua
pihak dan berubah menjadi Taekwondo Indonesia
yang berkiblat WTF dan dipimpin oleh Leo
Lopolisa, dan kini Taekwondo Indonesia telah
berkembang di seluruh propinsi Indonesia (Bassa,
2009).
Tirtawirya (2005) menjelaskan Taekwondo
adalah suatu ungkapan fisik dari kehendak manusia
untuk survival dan suatu aktivitas untuk memenuhi
keinginan rohani dari seorang laki-laki.Pada
dasarnya semua tindakan dalam taekwondo
dikembangkan dari naluri manusia untuk pertahanan
diri diperkuat dengan unsur yang positif, dan pada
akhimya menjangkau status yang absolut untuk
mengalahkan ego dan tiba pada suatu
kesempurnaan.Taekwondo mempunyai sejarah yang
sangat panjang seiring dengan perjaranan sejarah
bangsa Korea.Sebutan Taekwondo sendiri baru
dikenal sejak tahun 1954, yang merupakan
modifikasi dan penyempumaan dari berbagai
beladiri tradisional Korea. Seiring dengan
kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, konsep
baru tentang kebudayaan dan tradisi mulai bangkit.
Banyak para ahli seni beladiri mendirikan
sekolah/perguruan beladiri. Dengan meningkatnya
populasi dan hubungan kerjasama yang baik antar
perguruan beladiri, akhirnya diputuskan menyatukan
berbagai nama seni beladiri Korea dengan sebutan
Taekwondo pada tahun 1954. Pada tanggal 16
September 1961 sempat berubah menjadi Taesodo
namun kembali menjadi Taekwondo dengan
organisasi nasionalnya bernama Korea Taekwondo
Associacion (KTA) pada tanggal 5 Agustus 1965,
dan menjadi anggota Korean Sport Council, dan
pada era tahun 1965 sampai 1970-an, KTA banyak
menyelenggarakan berbagai acara pertandingan dan
demonstrasi untuk berbagai kalangan pada skala
nasional.
Taekwondo berkembang dan menyebar
diberbagai kalangan, hingga diakui sebagai
disiplin/program resmi oleh pertahanan nasional
Korea, menjadi olahraga wajib bagi tentara dan
polisi.Tentara Korea yang berpartisipasi dalam
perang Vietnam dibekali keahlian Taekwondo, saat
itulah Taekwondo mendapatkan perhatian besar
dunia.Nilai lebih ini menjadikan Taekwondo
dinyatakan sebagai olahraga nasional di Korea.Pada
tahun 1972, Kukkiwon didirikan, sebagai markas
besar Taekwondo, hal ini menjadi penting bagi
pengembangan Taekwondo ke seluruh
dunia.Kejuaran dunia yang petama diadakan pada
tahun 1973 di Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan dan
hingga sampai saat ini kejuaraan dunia rutin
dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Untuk
meningkatkan kualitas Instruktur Taekwondo di
seluruh dunia, Kukkiwon membuka Taekwondo
Academy, mulai tahun 1998 telah membuka
Program pelatihannya bagi instruktur Taekwondo
dari seluruh dunia. Kukkiwon, sebagai markas besar
Taekwondo dunia, pusat penelitian dan
pengembangan Taekwondo, pelatihan para
instruktur, dan sekretariat promosi ujian tingkat
intemasional.
Pada tanggal, 28 Mei 1973 didirikan The
World Taekwondo Federation (WTF), dan sekarang
mempunyai 156 negara anggota, Taekwondo telah
dipraktekkan oleh lebih dari 50 juta orang di seluruh
penjuru dunia, dan angka ini masih terus bertambah
seiring perkembangan Taekwondo yang makin maju
dan populer, hingga sampai ke Indonesia dan
berkembang tahun 1970. Taekwondo telah
dipertandingkan diberbagai pertandingan baik
nasional maupun intemasional di seluruh dunia, dan
telah dipertandingkan sebagai ekshibisi pada
Olympic Games 1988 Seoul dan telah
dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di
Olympic Games 2000 Sydney (Tirtawirya, 2005).
Prinsip dasar Taekwondo
Secara umum Prof. Kyong Myong Lee
menjelaskan Taekwondo dibagi menjadi dua tipe
(latihan dan pertandingan) Taekwondo kontak yang
disebut sparring(untuk pertarungan) dan non kontak
atau poomse untuk latihan rutin (Suryadi,
2008).Poomse adalah kata Korea untuk
mendefinisikan bentuk/gerakan.Semua siswa
Taekwondo diwajibkan belajar memahami bentuk
tertentu. Sebagai siswa Taekwondo semua akan
belajar Poomse Taegeuk sebagai wujud paradigma
seni beladiri yang mengandung gerakan dari fisik
dan juga filosofi seni Taekwondo.
Secara harfiah “Tae” adalah besar dan
“Geuk” berarti keabadian yang menunjukan
Taegeuk adalah sebagai keabadian besar.Terdapat 8
bentuk Taegeuk yang bermakna prinsip dasar
orientasi. Delapan bentuk tersebut berasal dari
kekuatan alam semesta “ Yin dan Yang”. Yin adalah
kekuatan kreatif utama dan “Yang” adalah penerima
kekuasaan utama. Setiap kombinasi taegeuk
diwakili oleh simbol yang disebut trigram, disebut
demikian karena mengandung tiga baris. Delapan
trigram tersebut diatur dalam lingkaran Yin dan
Yang dan membentuk kutub yang mewakili alam
semesta.
Keuntungan belajar Taekwondo
Manfaat belajar taekwondo tidak sekedar
untuk menjadi atlet kyorugi tetapi akan
memberikan rasa aman pada orang yang
menguasai ilmu bela diri. Menguasai ilmu bela
diri taekwondo berarti mempunyaipertahanan
diri menggunakan tangan kosong yang sewaktu-
waktu dapat digunakan dalam keadaan darurat
untuk mengamankan diri.Mempunyai keahlian
bela diri seperti membawa senjata yang bisa
dibawa ke mana-mana.Selain sebagai ilmu bela
diri, latihan taekwondo juga membuat badan
menjadi sehat. (Tirtawirya, 2005). Selain itu
ketika seseorang melakukan poomse, maka
dalam setiap gerakan akan dituntut untuk selalu
tenang dengan menyatukan pikiran (Suryadi,
2008).
Menurut Skelton (1991) Taekwondo dapat
meningkatkan kekuatan dan otot, mengurangi
lemak tubuh, meningkatkan pengkondisian
kardiovaskular dan daya tahan, meningkatkan
keseimbangan dan koordinasi, mengurangi stres,
meningkatkan konsentrasi dan fokus,
meningkatkan kinerja dalam pekerjaan
seseorang, sekolah, atau olahraga, menyediakan
program terstruktur dengan kemajuan
dicapai tujuan, dan meningkatkan disiplin diri
dan percaya diri (Bell & Chang, 2002).
Pieter & Toskovic mengatakan bahwa
dengan berlatih Taekwondo dengan frekuensi,
durasi, dan intensitas tertentu akan memberikan
manfaat bagi kebugaran kardiorespiratory(Kordi
et.al, 2009).
Hong menyatakan atlet Taekwondo tidak
hanya berlatih tentang kekuatan, tetapi juga
melatih komponen aerobic dan anaerobic pada
latihan rutinnya. Beberapa penelitian pada
taekwondoin pria dan wanita usia 20 tahun
memiliki rata-rata VO2 max antara 54-61 ml/kg
(Kordi et.al, 2009).
Peranan Taekwondo Bagi Manusia
Tirtawirya (2005) menjelaskan beberapa
manfaat dari belajar Taekwondo antara lain :
1. Pembinaan Fisik
Fisik manusia adalah tubuh, seandainya tubuh
tidak pernah dirawat dan dikembangkan maka tubuh
tidak akan menjadi baik. Supaya tubuh menjadi baik
dan sehat maka tubuh harus dirawat, untuk bisa
berkembang dengan baik maka perlu adanya
perlakuan atau aktifitas yang baik. Perawatan tubuh
yang baik banyak macamnya, antara lain dengan
olahraga taekwondo. Taekwondo merupakan olahraga
beladiri yang mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan beberapa komponen biomotorik
yang baik dalam tubuh manusia yaitu
1) Kekuatan otot
2) Kecepatan
3) Power
4) Keseimbangan
5) Feksibilitas
6) Daya tahan
7) Ketrampilan gerak .
Kekuatan otot merupakan keadaan tubuh mampu
mengatasi beban dalam jumlah tertentu.Kondisi tubuh
harus cukup kuat jika sedang melakukan pertarungan,
sebab cedera patah tulang, terkilir atau yang lainnya
bisa terjadi jika otot tidak cukup kuat.oleh karena itu
dalam latihan taekwondo selalu diberikan latihan fisik
berupa kekuatan. Latihan kekuatan dalam taekwondo
misalnya push-up, sit-up, back-up, leg press, dan lain-
lain.Latihan kekuatan ini tidak harus dengan alat
tetapi bisa berpasangan dengan teman.
Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan
tendangan dalam waktu yang sesingkat mungkin,
kecepatan merupakan komponen yang sangat penting
dalam pertarungan taekwondo.
Power adalah hasil kali antara kekuatan dan
kecepatan, sehingga jika tungkai mempunyai power
yang bagus, tentu saja jika melakukan tendangan
hasilnya akan relatif kuat dan cepat. Latihan power
dalam olahraga taekwondo banyak menggunakan
plyometric, misalnya lompat-lompat, naik turun
tangga, drill nare chagi dan lain-lain.
Daya tahan adalah kemampuan tubuh untuk
melakukan aktifitas baik aerobik maupun anaerobik
dalam waktu yang cukup lama.Fleksibilitas adalah
kondisi otot dan sendi yang mampu melakukan
gerakan seluas-luasnya.Fleksibilitas ini penting karena
angka terbanyak didapatkan jika seorang atlet dapat
melakukan tendangan dan mengenai kepala
lawanya.Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk
melakukan beberapa aktifitas dalam waktu yang
relatif bersama-sama. Latihan koordinasi dalam
olahraga taekwondo misalnya tendang dolyo cagi
dengan dua kaki bergantian ditambah langkah,
mengangkat satu lutut setinggi rata-rata air sambil
gerak ke depan, dan lain-lain. Latihan ini dilakukan
saat latihan teknik, cara ini dilakukan supaya
taekwondoin mempunyai koordinasi yang bagus.
Dengan koordinasi bagus maka keterampilan gerak,
kelincahan dan keseimbangan bisa terbentuk.
Olahraga taekwondo sebagai olahraga bela diri
yang mengandalkan fisik saat bertanding tidak akan
bisa berprestasi dengan baik jika kondisi fisik tidak
dilatih secara benar dan kontinyu.
2. Pembinaan Psikis
Taekwondo mengurangi ketegangan, Secara
sosial bisa diterima fisik, pengendalian dari agresi
untuk permusuhan. Suatu kepercayaan bahwa
kegiatan fisik secara teratur akan mencegah penyakit
dan degenerasi, memperbaiki kesehatan dan
memperpanjang hidup sampai tua sebagai layaknya
manusia itu sendiri. Kenyataan itu diyakini oleh
masyarakat dan sudah menjadi hal yang sangat lazim,
bahwa berolahraga itu sehat.Olahraga yang sehat
tentunya perlu adanya keteraturan dan penyesuaian
dosis dari latihan itu. Olahraga yang positif
hendaknya dilakukan dengan senang atas keinginan
sendiri, karena secara psikologis jika orang
berolahraga dengan terpaksa maka hasilnya tidak akan
baik.
Sabuk yang dipakai dalam olahraga taekwondo
dari dasar sampai tingkatan “DAN” berbeda-beda dan
itu menunjukkan tingkat kemampuan
Taekwondoin.Warna sabuknya adalah putih, kuning,
hijau, biru, merah dan hitam.Setiap tingkatan sabuk
mempunyai materi latihan yang berbeda-beda dan itu
merupakan materi latihan yang
berkesinambungan.Dedikasi mencapai suatu tujuan
dan prestasi menyangkut tujuan untuk meningkatkan
gambaran diri seseorang dan pengertian seseorang
dari harga diri.
3. Nilai Moral
Taekwondo mempromosikan karakter baik dan
suatu sikap yang tidak kejam dengan pengajaran
kehormatan, kerendahan hati, integritas, rasa tormat
untuk orang lain, kepercayaan diri dan keberanian.
4. Nilai Mental
Taekwondo belajar detasemen dan konsentrasi
yang dipusatkan dari pengacauan.Ada keindahan dan
saling menghormati dalam menguasai dan
mengendalikan badan serta pikiran seseorang saat
aktifitas.Keseluruhan sikap menjadi satu-satunya
pertimbangan yang paling utama ketika mulai belajar
taekwondo.
Berikut ini beberapa hal yang akan didapatkan
saat belajar Taekwondo sebagai upaya pematangan
mental :
1) Mengenal Diri
Keberanian untuk bertarung dalam olahraga
taekwondo tidak dimiliki oleh semua
taekwondoin, baik yang sabuk rendah
maupun tingkat DAN.Untuk mempunyai
keberanian Taekwondoin harus mempunyai
modal yang cukup, artinya bahwa seorang
yang berani bertanding bisa karena
mempunyai mental bawaan yang pemberani,
atau siap dari segi fisik, teknik, taktik dan
kematangan bertanding.Untuk menjadi
berani seseorang harus dapat mengenali siapa
diri sendiri. Taekwondo akan mengajarkan
bagaimana mengenal diri sendiri.
2) Menghadapi stres
Stres adalah keadaan yang tidak nyaman
yang harus diatasi. Kenyataanya itu
merupakan hal yang sangat manusiawi yang
sering dihadapi oleh seseorang. Dalam
berlatih Taekwondo seseorang akan belajar
untuk mengelola stresnya sendiri melalui
kontrol diri saat bertarung.
Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah
mahasiswa anggota UKM Taekwondo Universitas
Airlangga. Anggota terdaftar per 1 januari 2013
adalah sejumlah 200 mahasiswa, namun peneliti akan
mengambil populasi terjangkau yaitu anggota yang
sudah mencapai tingkatan sabuk hijau atau lebih
tinggi. Hal ini dimaksudkan karena anggota yang
berada dibawah tingkatan tersebut masih memiliki
porsi latihan yang ringan. Selain itu terdapat juga
anggota yang tidak aktif dalam latihan rutinnya,
sehingga dimungkinkan kurangnya akurasi data yang
diambil. Adapun populasi terjangkau dalam penelitian
ini adalah sejumlah 25 responden.
Sampel
Sampel yang diambil oleh peneliti adalah
mahasiswa yang memenuhi kriteria tertentu, antara
lain
Kriteria Inklusi :
1. Anggota UKM Taekwondo yang sudah mencapai
tingkatan sabuk hijau atau lebih tinggi dan
memulai latihan Taekwondo di Universitas
Airlangga.
21 tahun
420%
20 tahun
735%
22 tahun
420%
19 tahun
420%
24 tahun
15%
laki-laki60%
perempuan
40%
3 tahun30%
2 tahun60%
5 tahun5%
1 tahun5%
2. Mahasiswa yang sudah berlatih Taekwondo
minimal satu tahun terakhir. Dalam hal ini,
subjek yang diambil melakukan latihan
taekwondo berupa gerakan poomsae sekurangnya
sekali dalam seminggu selama 3 bulan berturut-
turut, dengan durasi 90 menit di setiap latihannya.
3. Mahasiswa dengan usia 18 – 25 tahun.
4. Anggota bukan sebagai pelatih.
Kriteria Eksklusi :
1. Anggota yang melakukan aktifitas olah raga
selain Taekwondo secara rutin dalam hal ini
melakukan olah raga diluar Taekwondo lebih dari
satu kali dalam seminggu.
2. Mahasiswa yang mempunyai kelainan jantung
bawaan dan penyakit pernapasan (asma, ISPA)
baik akut maupun kronis.
3. Anggota yang merupakan atlet profesional.
Adapun besar sampel pada penelitian ini yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah
sejumlah 20 responden
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Student Center
Kampus C Universitas Airlangga pada tanggal 7-15
Mei 2013.
Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan
instrumen berupa observasi dan tes fisik untuk
mengetahui variabel dependen yaitu kebugaran pada
mahasiswa.Instrumen yang dirancang oleh peneliti
adalah menggunakan 2 tes yaitu HST (Harvard Step
Test) dan Tes lari 15 menit. Dari tes tersebut peneliti
akan mendapatkan nilai indeks kebugaran seseorang
dan juga nilai VO2 max responden sebagai tolok ukur
kebugaran.
Hasil penelitian
Gambaran umum lokasi penelitian
UKM Taekwondo Universitas Airlangga
merupakan salah satu dari 7 UKM beladiri yang
dikembangkan di UNAIR. UKM ini didirikan sejak
31 tahun yang lalu oleh beberapa sabeumnim sabuk
hitam, yang merupakan pelopor dari pengenalan
Taekwondo di Universitas Airlangga. UKM ini
awalnya bermarkas di student center kampus B
Universitas Airlangga yang pada tahun 2010
dipindahkan ke kampus C menempati gedung baru
sekretariat kampus C Universitas Airlangga
Jl.Mulyorejo, Surabaya. Setiap tahunnya UKM ini
melakukan rekrutmen anggota yang dalam 5 tahun
terakhir merupakan UKM dengan peminat tertinggi
daripada UKM lainnya dengan jumlah pendaftar lebih
dari 200 peserta.
Data umum
1. Hasil observasi responden berdasarkan usia
Gambar 5. 1 Karakteristik responden penelitian di
student center universitas airlangga berdasarkan usia
Dari diagram dapat dilihat dari 20 responden jumlah
subjek terbanyak adalah usia 20 tahun 35%.
2. Hasil observasi responden berdasarkan
jenis kelamin
Gambar 5. 2 Karakteristik responden penelitian di
student center Universitas Airlangga berdasarkan
jenis kelamin
Diagram 5.2 menunjukan jumlah responden
terbanyak adalah laki-laki 60%.
3. Hasil observasi responden berdasarkan
lamanya berlatih Taekwondo
Gambar 5. 3 Karakteristik responden penelitian di
student center Universitas Airlangga berdasarkan
lamanya telah berlatih
Diagram 5.3 menunjukan mayoritas responden
dalam penelitian ini sudah berlatih Taekwondo selama
2 tahun yaitu sebanyak 60%.
Data khusus
Tabel 5. 1 Hasil observasi VO2 max responden
tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga
Taekwondo di Universitas Airlangga
Interpretasi
nilai VO2 max
Jenis kelamin
∑
% L P
Sangat baik 0 0 0 0%
Baik 9 3 12 60%
Diatas rata-rata 3 5 8 40%
N 12 8 20 100%
p = 0,006
Dari tabel menunjukan VO2 max responden
penelitian mayoritas berada pada level baik, sebagian
kecil pada level diatas rata-rata. Level terendah paling
banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan.
Tabel 5. 2 Hasil observasi VO2 max responden
tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga
Taekwondo di Universitas Airlangga
Interpretasi
nilai VO2 max
Lama latihan
(tahun)
∑
%
1 2 3 5
Sangat baik 0 0 0 0 0 10%
Baik 0 6 5 1 12 85%
Diatas rata-rata 1 6 1 0 8 5%
N 20 100%
p = 0,569
Dari tabel menunjukan indeks kebugaran
responden penelitian mayoritas berada pada level baik,
sebagian kecil pada level sangat baik dan diatas rata-
rata.
Tabel 5. 3 Hasil observasi indeks kebugaran
responden tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan
olah raga Taekwondo di Universitas Airlangga
Interpretasi
nilai indeks
kebugaran
Jenis kelamin
∑
% L P
Sangat baik 2 0 2 10%
Baik 10 7 17 85%
Diatas rata-rata 0 1 1 5%
N 12 8 20 100%
p = 0,387
Dari tabel menunjukan VO2 max responden
penelitian mayoritas berada pada level baik, sebagian
kecil pada level diatas rata-rata.
Tabel 5. 4 Hasil observasi indeks kebugaran
responden tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan
olah raga Taekwondo di Universitas Airlangga
Interpretasi
nilai indeks
kebugaran
Lama latihan
(tahun)
∑
%
1 2 3 5
Sangat baik 0 0 1 1 2 0%
Baik 0 12 5 0 17 60%
Diatas rata-rata 1 0 0 0 1 40%
N 20 100%
p = 0,036
Dari tabel menunjukan indeks kebugaran responden
penelitian mayoritas berada pada level baik, sebagian
kecil pada level sangat baik dan diatas rata-rata.
Tabel 5. 5 Hasil observasi tanda-tanda vital responden
tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga
Taekwondo di Universitas Airlangga
TTV (diukur saat responden tidak
latihan fisik)
∑ %
HR/
menit
<60 0 0%
60 – 80 20 100%
> 80 0 0%
RR/
menit
12 – 20 20 100%
>20 0 0%
TD
Sistole
<130 19 95%
130-139 1 5%
Distole
<85 20 100%
85-89 0 0%
Gambaran secara umum dari data diatas
adalah bahwa mayoritas pada responden penelitian
menunjukan nilai kebugaran pada level baik. Nilai
yang diteliti ditemukan pada level terendah adalah
pada responden perempuan yaitu pada level diatas
rata-rata. Tanda-tanda vital pada responden
menunjukan semuanya dalama batas normal
.
Pembahasan
Kebugaran fisik pada mahasiswa
dengan olahraga Taekwondo
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan
mayoritas kebugaran responden berada
pada level baik. Peneliti menggunakan
indikator VO2 max dan indeks
kebugaran untuk pengukuran dalam
penelitian ini.
Indikator pertama adalah VO2
max, merupakan pengukuran
kebugaran jasmani terutama daya
tahan. Nilai VO2 max menunjukan
efisiensi jantung dan sistem
pernapasan dalam mensuplai O2 dalam
tubuh seseorang (Irwansyah, 2007).
Hasilnya VO2 max terbanyak
ditemukan pada level baik. Level
terendah ditemukan pada perempuan
yaitu diatas rata-rata.
Dalam teorinya Kordi (2009) yang
menuliskan taekwondoin tidak hanya
berlatih tentang kekuatan, tetapi juga
melatih komponen aerobic dan
anaerobic pada latihan rutinnya, serta
baik pada pria dan wanita usia 20
tahun memiliki VO2 max yang berada
pada level sangat baik.
Namun menurut peneliti kondisi
ini masih belum tercapai sepenuhnya
dengan ditemukannya 40% responden
memiliki level diatas rata-rata. Faktor
yang bisa menyebabkan perbedaan
tersebut antara lain jenis kelamin,
dimana menurut Amstrong (2006)
bahwa VO2 max juga dipengaruhi jenis
kelamin, dan terbukti berada dalam
level terendah yaitu diatas rata-rata
adalah perempuan.
Indikator kedua adalah indeks
kebugaran responden, merupakan
pengukuran kebugaran seseorang
berdasarkan kemampuan
kardiovaskuler, yaitu dengan
mengukur kemampuan menyesuaikan
terhadap beban kerja dan nadi pulih
asal dari kerja tersebut (Sibson &
Taylor, 2004).
Hasilnya mayoritas responden
juga memiliki kebugaran baik,
sebagian kecil ditemukan pada level
sangat baik dan diatas rata-rata.
Darmayanti (2007) menjelaskan
manfaat dari olah raga adalah dapat
menurunkan tekanan darah, sehingga
meningkatkan efisiensi jantung.
Selain itu terdapat juga teori yang
menyatakan bahwa latihan
Taekwondo memiliki potensi yang
cukup untuk menaikan detak jantung
yang bermanfaat bagi kebugaran
kardiorespirasi (Melhim, 2001).
Terbukti dalam penelitian ini
bawa responden dilihat dari indeks
kebugaran memiliki level yang baik.
Level baik ditemukan terbanyak pada
responden yang sudah berlatih selama
2 tahun. Nilai ini berbeda bagi
responden lain yang lama latihan nya
kurang dari 2 tahun atau lebih.
Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukan bahwa
secara umum semua responden
memiliki fisik yang bugar, meskipun
tingkatanya bervariasi tetapi tidak
ditemukan level kebugaran jelek pada
responden. Hal ini menunjukan bahwa
penelitian ini memperkuat teori yang
telah ada bahwa latihan Taekwondo
memberikan manfaat bagi kebugaran
seseorang.
Tanda-tanda vital pada mahasiswa
dengan olah raga Taekwondo
Hasil observasi yang diukur pada saat
responden tidak melakukan latihan fisik
dengan melihat pada denyut jantung,
frekuensi nafas serta tekanan darah
berdasarkan standard WHO, ditemukan
bahwa semua tanda-tanda vital pada
mahasiswa dengan olah raga Taekwondo
dalam batas normal.
Nilai pertama yang diukur adalah
nadi responden. Cara mengetahui
tingkat kebugaran dan kemajuan
latihan adalah dengan mengawasi
denyut jantung, prinsipnya semakin
rendah kecepatan nadi (dalam
standard) maka semakin baik bentuk
jantung (Marniyah, 2007). Nadi
permenit yang ditemukan adalah
semuanya berada pada nilai 60-80
yang menunjukan nilai normal.
Nilai kedua adalah frekuensi
napas permenit. Pernapasan dapat
dipengaruhi beberapa faktor salah
satunya dengan olah raga fisik
(Marniyah, 2007). Frekuensi
pernapasan dihitung dengan
mengobservasi inspirasi dan ekspirasi
penuh. Dari penelitian menunjukan
semuanya memiliki frekuensi napas
pada 12-20 x/menit, dimana menurut
Potter & Perry (2005) nilai tersebut
menunjukan dalam batas normal.
Selanjutnya peneliti mengukur
tekanan darah responden, dimana
tekanan darah merupakan indikator
yang baik tentang kesehatan jantung
(Marniyah,2007). Dari observasi
ditemukan tekanan darah sistole
<140mmHg, distole <90 mmHg. Hal
ini menunjukan kondisi fisik
responden yang baik. Dengan TTV
berada pada nilai normal tubuh
responden akan mampu bekerja
dengan baik tanpa mengalami keluhan
fisik dalam aktifitasnya.
Dari penelitian ini menunjukan
pada responden mahasiswa usia 18-25
tahun, terbukti bahwa latihan
Taekwondo dapat memberikan
manfaat yang baik bagi fisik
anggotanya.
Faktor yang berpengaruh terhadap
kebugaran fisik pada mahasiswa
dengan olah raga Taekwondo
Dari penelitian ini, menunjukan
bahwa mayoritas responden yang
diteliti kebugaran fisiknya berada pada
level baik, sebagian kecil juga
diemukan level sangat baik dan diatas
rata-rata. Meskipun terdapat variasi
tersebut namun tidak ada responden
dengan nilai jelek. Dengan indikator
VO2 max dan indeks kebugaran yang
mengukur dari komponen berbeda,
menurut peneliti terdapat faktor yang
mempengaruhi perbedaan nilai
masing-masing responden.
Faktor pertama adalah jenis
kelamin, dimana menurut Amstrong
(2006) VO2 max bisa juga dipengaruhi
jenis kelamin. Dalam penelitian ini
terdapat 40% responden memiliki level
kebugaran VO2 max diatas rata-rata.
Dari hasil tersebut menunjukan
responden terbanyak adalah dengan
jenis kelamin perempuan. Pada hasil
crosstab ditemukan nilai p = 0,006
dengan α=0,05. Nilai p=0,006 tersebut
memperkuat dugaan bahwa jenis
kelamin seseorang berpengaruh
terhadap nilai VO2 max yang berarti
mempengaruhi perbedaan kebugaran.
Faktor kedua menurut peneliti
adalah lamanya responden telah
berlatih. Hal ini berdasarkan nilai
indeks kebugaran responden yang
menunjukan mayoritas responden yang
berlatih 2 tahun memiliki kebugaran
yang baik. Nilai lain pada responden
dengan lama latihan berbeda
menunjukan nilai indeks kebugaran
yang berbeda pula. Mukholid (2007)
menyebutkan bahwa program latihan
fisik dalam olah raga perlu juga
memperhatian lamanya latihan. Pieter
& Toskovic (2004) mengatakan bahwa
dengan berlatih Taekwondo pada
durasi dan intensitas tertentu akan
bermanfaat bagi kebugaran
kardiorespiratory (Kordi, 2009). Pada
hasil crosstab lama latihan dengan nilai
indeks kebugaran didapatkan p=0,036
dengan α=0,05. Nilai p=0,036 tersebut
memperkuat dugaan bahwa lamanya
latihan responden berpengaruh
terhadap nilai indeks kebugaran yang
berarti mempengaruhi perbedaan
kebugaran seseorang.
Dari hasil analisa menunjukan bahwa level
kebugaran pada responden penelitian tingkat
kebugaran pada mahsiswa dengan olah raga
Taekwondo di Universitas Airlangga, bisa
dipengaruhi oleh factor jenis kelamin dan lamanya
responden tersebut sudah berlatih Taekwondo.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kebugaran fisik pada mahasiswa dengan
olahraga Taekwondo di Universitas Airlangga
menunjukan level baik. Tanda-tanda vital pada
mahasiswa yang melakukan olah raga
Taekwondo menunjukan semuanya dalam batas
normal. Penelitian ini menunjukan bahwa
dengan latihan Taekwondo pada durasi dan
intensitas tertentu akan mampu memberikan
manfaat bagi kebugaran anggotanya.
6.2 Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya
Agar mengembangkan penelitian ini di
Indonesia umumnya dengan sasaran
responden yang lebih besar dan pada
jenjang usia yang berbeda.
Peneliti mampu menjelaskan manfaat
jangka pendek berlatih Taekwondo dengan
harapan bisa menarik minat seseorang
dalam melakukan olahraga dengan waktu
singkat.
2. Bagi institusi pendidikan (PSIK FKp
Unair)
Mengenalkan kegiatan olah raga ini
melalui organisasi mahasiswa guna
memberikan wawasan tentang alternatif
kegiatan untuk menjaga kebugaran tubuh.
Berkembangnya dunia kesehatan
khususnya keperawatan, perawat mampu
mengembangkan kemampuannya di bidang
kesehatan dengan memberikan alternatif
kegiatan dalam bentuk olah raga untuk
kesehatan.
3. Bagi klub terkait
Karena telah terbukti menunjukan hasil
yang baik bagi kebugaran anggotanya pada
usia 18-25, melihat banyaknya anggota
yang masuk setiap tahunnya, UKM
diharapkan memberikan informasi pada
anggota baru tentang manfaat olah raga ini
dengan harapan lebih banyak anggota yang
aktif berlatih.
Daftar Pustaka
Adiwinanto, W. (2008). Pengaruh Olahraga di
Sekolah terhadap Indeks Masa tubh dan
Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi
Pada Remaja Obesitas. Semarang:
Tesis Universitas Diponegoro.
Amstrong, N. (2006). Aerobic fitness of childreen
and adolescent. Jornal de Pediatria ,
82.
Anggrawati, H. (2009). The corelation between
physical fitness and study performance
in high school students after 1200 M
run. media majalah ilmu faal Indonesia
vol.9 no.1 , 1.
Ariana, A. (2006). Efektifitas terapi humor terhadap
penurunan tingkat stres pada
mahasiswa baru. Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga.
Bassa, A. M. (2009). Hubungan Motivasi
Berprestasi Dengan Pengambilan
Keputusan pada Anggota UKM
Taekwondo UIN Malik Ibrahim
Malang. Skripsi , 48.
Bell, R. C., & Chang, C. M. (2002). The exploration
of Taekwondo training on personality
traits. the sport journal vol.5 no.3 , 1.
Daldiyono. (2009). How to be a succesful student
(buku panduan untuk menjadi sarjana
yang sadar dan berpikir). jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Darmayanti, S. (2007). Pengaruh Latihan Tai Chi
Chuan Terhadap Peningkatan
Kebugaran Pada Manula. Skripsi , 20.
Effendy, N. (1998). Keperawatan kesehatan
masyarakat. Jakarta: EGC.
Gilang, M. (2007). Pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan. Bandung: Ganeca exact.
Hoeger, W. W., & Hoeger, S. A. (2010). Principles
and labs for fitness and wellness 3th
edition. United States of America:
Yolanda Cossio.
Indarjo, S. (2009). Kesehatan jiwa remaja.
Journal.Unnes , 49 - 54.
Indrawagita, L. (2009). Hubungan status gizi,
aktifitas fisik, dan asupan gizi dengan
kebuigaran pada mahasiswi FKMUI
2009. Skripsi , 1-2.
Irfan, M. (2011). Pedoman olahraga yang
menyehatkan. Unimed Journal vol.17
no.65 .
Irwansyah. (2007). Pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan. Bandung: PT. Grafindo
Media Pratama.
Kim, J. W. (2010). Taekwondo Student manual.
South Yosemite Street:
www.jwkimtkd.com.
Knoers, F.J, M., & Haditono, S. (2001). Psikologi
Perkembangan : Pengantar dalam
berbagai Bagiannya. In F. M. Monk,
Psikologi Perkembangan : Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya (pp. 260-
262). yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Kordi, R. e. (2009). Combat sport medicine. New
Jersey: Springer.
Marniyah. (2007). Pengaruh senam yoga terhadap
peningkatan kebugaran pada lansia.
Skripsi , 23-25.
Maselah, M. (2012). Pengaruh permainan
tradisional terhadap siswa putra kelas 5
SD negeri sidoagung magelang. Tesis ,
9-13.
Melhim, A. F. (2001). Aerobic and anaerobic power
responses to the practice of Taekwondo.
Brj. sport Med. volume.35 , 231-234.
Mukholid, A. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga
dan kesehatan. Jakarta: Yudhistira.
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Rasyono, Rahayu, T., & Soegiyanto. (2012). Model
Extracurricular Taekwondo For A Basic
Of Talent Scouting Athletes. Journal of
Physical Education and Sports , 2.
Saqurin, A. (2013). Tingkat kebugaran pada
mahasiswa dengan olah raga
Taekwondo di Universitas Airlangga.
Surabaya: Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
Sibson, A., & Taylor, J. (2004). Sport examined.
London: United Kingdom.
Siregar, Y. I. (2010). Peranan kebugaran jasmani
dalam meningkatkan kinerja. Unimed
Journal Vol.16 No.60 Thn.XVI , 77 - 83.
Suharjana, F., & Purwanto, h. (2008). Kebugaran
jasmani D2 PGSD penjas FIK UNY.
JPJI vol.5, no.2 , 65.
Supartini, Y. (2002). Konsep dasar keperawatan
anak. Jakarta: EGC.
Suryadi, V. Y. (2008). Gambar gerakan taekwondo.
In Poomsae Taekwondo Untuk
Kompetisi (edisi bahasa Indonesia) (pp.
27-42). Jakarta: PT.Gramedia.
Suryanto. (2011). Peranan Olahraga Dalam
Mengurangi Stres. WUNY Majalah
Ilmiah Populer , 1-6.
Tarmin. (2011). Pengelolaan pelatihan olahraga
pencak silat unggul di PPLP Pencak
Silat Jawa Tengah. Tesis , 1.
Tirtawirya, D. (2005). Perkembangan dan peranan
Taekwondo dalam pembinaan manusia
di Indonesia. In Jorpres (pp. 195-211).
Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Keolahragaan UNY.
Wong, D. L. (2002). Buku ajar keperawatan
pediatrik vol.1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Yulianti, R. (2008). Hubungan persepsi tentang
tubuh bugar dengan tindakan
mahasiswa dalam menjaga kebugaran.
Skripsi , 1.