1
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI
KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA
STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE
MANAGEMENT AT WONOKROMO DISTRICT SURABAYA
LISA STUROYYA FAAZ dan YULINAH TRIHADININGRUM
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
email: [email protected]
Abstrak
Jumlah penduduk di Kecamatan Wonokromo (181.170) mempengaruhi jumlah timbulan sampah di kecamatan
tersebut. Sampah yang dihasilkan belum dipisahkan dari komponen sampah B3. Hal inilah yang mendasari
penggunaan Kecamatan Wonokromo sebagai wilayah studi tugas akhir ini. Tujuan penelitian ini adalah mengukur
timbulan sampah B3 dan komposisinya, serta menentukan sistem pengelolaannya.
Metode pelaksanaan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah berdasarkan SNI 19-3964-1995.
Jumlah timbulan sampah B3 di Kecamatan Wonokromo adalah 88,62 kg/hari. Hasil studi merekomendasikan agar (i)
kapasitas wadah sampah B3 untuk rumah tangga adalah 30 L,(ii) pengangkutan sampah B3 dari sumber ke TPS
menggunakan motor boks, dan (iii) pengumpulan sampah B3 di TPS menggunakan kontainerberdasarkan karakteristik
sampah B3nya dengan kapasitas masing-masing 4 m3.
Kata kunci: Kecamatan Wonokromo, sampah B3, pengelolaan sampah B3.
Abstract
The population of Wonokromo District (181,170) affects the solid waste generation. Until now the solid waste
in this district has not been separated from the hazardous components by the community. Therefore, Wonokromo
2
District was selected as a study area for conducting this research, which was focused on the determination of
hazardous waste generation and composition, and it’s management system.
Measurements of solid waste generation and composition were done according to SNI 19-3964-1995 methods.
The generation rate of HHW was 88.62 kg/day. This study recommended that: (i) household hazardous solid waste
components should be placed in a 30 L container¸(ii) collection of the HHW to the transfer station should use a
particular motor cycle, with a particular design, (iii) the flammable, corrosive, and toxic waste components should
placed in different containers of 4 m3 capacity.
Keywords: Wonokromo District, household hazardous waste, solid waste management.
1. Pendahuluan
Kehadiran sampah B3 RT di dalam timbulan sampah kota relatif masih kecil, namun perlu
diupayakan penanganan yang komprehensif. Jelasnya adalah sampah tersebut memiliki karakteristik
yang sangat berbahaya seperti beracun, korosif, mudah terbakar, mudah meledak, dan karsinogenik
yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi warga dan lingkungan di sekitar tempat pembuangan
akhir sampah. Bagi masyarakat wajib memisahkan sampah B3-RT di rumah-rumah, ke dalam suatu
wadah terpisah.
Pada tugas akhir ini akan dibahas pengelolaan sampah B3 permukiman, dimana
pengelolaannya tidak berbeda jauh dengan pengelolaan sampah biasa tetapi harus ada perlakuan
yang lebih khusus. Wilayah studi untuk tugas akhir ini adalah Kecamatan Wonokromo karena di
kecamatan tersebut belum ada pola pengelolaan sampah B3.
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan tujuan khusus
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sampah B3.
2. Menghitung timbulan sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo Surabaya.
3
3. Menghitung komposisi sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo Surabaya.
4. Mengetahui kondisi fasilitas pewadahan, pengumpulan, dan pengangkutan sampah
permukiman di sumber dan di TPS di Kecamatan Wonokromo Surabaya.
5. Menentukan pola pengelolaan sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo
Surabaya.
Sampah B3
Menurut SNI 3242:2008, sampah domestik B3 adalah sampah yang berasal dari aktivitas
rumah tangga, mengandung bahan dan atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan atau
beracun, karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan
kesehatan manusia.
Karakteristik Sampah B3
Sampah B3 adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dan
sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun (B3). Karakteristik sampah B3 sama
dengan karakteristik limbah B3. Untuk mengetahui karakteristik limbah B3 dapat dilakukan uji
karakteristik. Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang: Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, uji karakteristik limbah B3 meliputi:
1. mudah meledak;
2. mudah terbakar;
3. bersifat reaktif;
4
4. beracun;
5. menyebabkan infeksi; dan
6. bersifat korosif.
2. Gambaran Umum Wilayah Studi
Kecamatan Wonokromo termasuk wilayah Geografis Kota Surabaya yang merupakan
bagian dari Wilayah Surabaya Selatan. Luas wilayah Kecamatan Wonokromo ± 6,70 km2 terbagi
menjadi 6 kelurahan yaitu:
1. Sawunggaling
2. Wonokromo
3. Jagir
4. Ngagelrejo
5. Ngagel
6. Darmo
Batas wilayah Kecamatan Wonokromo antara lain:
Sebelah utara : Kecamatan Tegalsari
Sebelah timur : Kecamatan Gubeng
Sebelah selatan : Kecamatan Wonocolo
Sebelah barat : Kecamatan Dukuh Pakis
5
Kecamatan Wonokromo mempunyai jumlah penduduk yang cukup tinggi yang
mempengaruhi jumlah timbulan sampah di kecamatan tersebut. Selama ini sampah yang dihasilkan
belum dilakukan pemilahan dan pengelolaan sampah. Wadah sampah yang ada di Kelurahan Jagir
dan Kelurahan Wonokromo terbuat dari ban bekas yang dicat tetapi ada juga wadah yang permanen
yang terbuat dari beton. Wadah sampah di Kecamatan Wonokromo yang terbuat dari ban bekas.
Pengangkutan sampah di Kecamatan Wonokromo menggunakan gerobak sampah dengan frekuensi
pengambilan sampah dua hari sekali. TPS di Kelurahan Sawunggaling, Kelurahan Jagir, dan
Kelurahan Wonokromo belum mempunyai fasilitas pengelolaan sampah dan hanya sebagai tempat
pengumpulan sampah sementara yang selanjutnya akan ditimbun di TPA. Wilayah studi untuk
pengambilan contoh timbulan sampah di Kecamatan Wonokromo meliputi 3 kelurahan, yaitu
Kelurahan Jagir, Kelurahan Sawunggaling, dan Kelurahan Wonokromo.
3. Hasil dan Pembahasan
Alat yang digunakan untuk mengukur densitas sampah berupa kotak kayu berukuran 20 cm
× 20 cm × 100 cm dan berat 1,4 kg.. Metode pelaksanaan pengambilan dan pengukuran sampel
timbulan sampah berdasarkan SNI 19-3964-1995 tentang metode pengambilan dan pengukuran
sampel timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Setelah diketahui densitasnya maka dapat
dilakukan perhitungan volume sampah dengan rumus sebagai berikut:
Volume sampah (m3) =
a. Kelurahan Jagir
Timbulan sampah B3 di Kelurahan Jagir adalah 0,29 g/orang.hari atau 0,002
L/orang.hari. Komposisi sampah B3 di Kelurahan Jagir dapat dilihat pada Gambar 1.
Berat Sampah (kg)
Densitas (kg/m3)
6
Gambar 1 Komposisi Sampah B3 di Kelurahan Jagir
b. Kelurahan Wonokromo
Timbulan sampah B3 di Kelurahan Wonokromo adalah 0,34 g/orang.hari atau 0,003
L/orang.hari. Komposisi sampah B3 di Kelurahan Wonokromo dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2 Komposisi Sampah B3 di Kelurahan Wonokromo
c. Kelurahan Sawunggaling
Timbulan sampah B3 di Kelurahan Sawunggaling adalah 0,84 g/orang.hari atau 0,006
L/orang.hari. Komposisi sampah B3 di Kelurahan Sawunggaling dapat dilihat pada
Gambar 3
7
Gambar 3 Komposisi Sampah B3 di Kelurahan Sawunggaling.
Jadi timbulan sampah B3 di Kecamatan WonokromoTahun 2010 adalah 88,62 kg/hari atau
660,49 L/hari.
Pengolahan Data Hasil Kuesioner
Kuesioner dibagikan kepada responden yang berada di permukiman Kecamatan
Wonokromo khususnya kepada aparat pemerintah antara lain ketua RW dan RT yang ada di
Kelurahan Jagir, Kelurahan Wonokromo, dan Kelurahan Sawunggaling sebanyak 20 responden
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang sampah B3. Hasil
kuesioner dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Frekuensi Penggunaan Produk yang Mengandung B3
8
Pada Gambar 4 pendapat aparat pemerintah tentang sampah B3 dapat diketahui bahwa
sebanyak 85% responden sama sekali tidak mengetahui tentang sampah B3 dan 15% responden
sedikit mengetahui tentang sampah B3. Maksud dari sedikit mengetahui adalah responden dapat
menyebutkan beberapa produk rumah tangga yang mengandung B3 di antaranya pembersih lantai
dan pembasmi serangga. Jika diadakan sosialisasi mengenai pemilahan sampah B3, sebanyak 25%
responden memilih arisan sebagai forum, 65% responden memilih forum khusus, dan 10%
responden memilih forum lainnya seperti rapat pengurus RT atau RW.
Pola Pewadahan Sampah B3
Pengambilan sampah B3 disarankan akan diambil petugas dari sumber ke TPS setiap 3
bulan sekali (90 hari). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah B3 Penghasil Limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling lama 90
hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun
limbah B3. Berdasarkan peraturan tersebut, maka disarankan sampah B3 disimpan di wadah
sampah B3 paling lama 90 hari.
Volume sampah B3 terkumpul = Volume sampah tiap rumah × frekuensi
= 0,02 L × 90
= 1,64 L
Karena volume sampah B3 terkumpul yang dihasilkan dari perhitungan terlalu kecil apabila
untuk mendesain kapasitas wadah sampah B3 jadi volume wadah yang disarankan adalah 30 L
dengan panjang 30 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 50 cm. Wadah sampah B3 disarankan sesuai dengan
SNI 19-2454-2002 yaitu dengan wadah warna merah yang diberi lambang khusus (simbol limbah
9
B3 klasifikasi campuran). Persyaratan umum wadah sampah B3 berdasarkan Kep-
01/Bapedal/09/1995 Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Pola Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah B3
Pengumpulan sampah B3 dari sumber ke TPS menggunakan motor box yang dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5 Motor Box Pengangkut Sampah B3
Dimensi boks untuk motor boks disarankan berdasarkan dimensi box yang ada di pasaran
yaitu 160 cm × 125 cm × 110 cm. di dalam box akan diletakkan 9 buah wadah dengan dimensi
masing-masing wadah adalah 50 cm × 30 cm × 60 cm. Wadah tersebut diperuntukkan untuk
sampah B3 berdasarkan jenis dan karakteristiknya.
Frekuensi pengumpulan sampah B3 dari rumah warga akan disarankan 3 bulan 1 kali. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada skema sistem pengumpulan sampah B3 pada Gambar 6.
10
Rumah Warga
(Sumber Sampah
B3)
Rumah Warga
(Sumber Sampah
B3)
Rumah Warga
(Sumber Sampah
B3)
1 RW (Rukun Warga)
3 bulan 1 kali
Instansi Khusus
Pengelola Sampah
B3
1 Kelurahan
1 Kecamatan
Gambar 6 Skema Sistem Pengumpulan Sampah B3
Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa dilakukan pengumpulan dari sumber sampah B3 secara
door to door setiap 3 bulan 1 kali. Rute pengumpulan sampah adalah 1 RT (Rukun Tetangga).
Setelah dilakukan pengumpulan, sampah B3 diangkut ke TPS sampah B3 untuk disimpan di
kontainer sampah B3. Selanjutnya sampah B3 yang terkumpul akan dikelola oleh instansi yang
khusus mengelola sampah B3. Pengangkutan sampah B3 yang disarankan berpedoman pada SK
Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. 725 Tahun 2004 Tentang Pengangkutan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) karena belum ada peraturan khusus yang mengatur pengangkutan
sampah B3. Pengangkutan sampah B3 disarankan dilengkapi dokumen. Berdasarkan Kep. Bapedal
No. 2 Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, setiap pengangkutan
limbah B3 harus dilengkapi dengan dokumen resmi. Dokumen sampah B3 yang disarankan tidak
11
terdiri dari tujuh rangkap seperti dokumen limbah B3. Dokumen sampah B3 hanya terdiri dari tiga
rangkap dengan perincian sebagai berikut:
a. Lembar pertama disimpan oleh penghasil sampah B3
b. Lembar kedua disimpan oleh petugas pengumpul sampah B3
c. Lembar ketiga disimpan oleh pengelola TPS sampah B3
Dokumen sampah B3 dibuat oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan
BLH Kota Surabaya.Dokumen sampah B3/manifes sampah B3 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Manifes Sampah B3
MANIFES SAMPAH B3 RUMAH TANGGA Nama : Alamat : Kecamatan : Kelurahan : RT / RW : Lokasi TPS Sampah B3 : No Jenis Sampah B3 (√) Jumlah (buah) 1 Kemasan bekas pembersih WC/lantai/kaca 2 Kemasan bekas semir sepatu 3 Kemasan bekas pemutih pakaian dan pembersih lainnya 4 Kemasan bekas oli 5 Accu bekas 6 Kemasan bekas air accu 7 Kemasan bekas cat kuku dan pembersihnya 8 Kemasan bekas pewarna rambut 9 Kemasan bekas Hair Spray 10 Kemasan bekas cat dan thinner
11 Kemasan bekas obat pembasmi hama tanaman (herbisida dan insektisida)
12
No Jenis Sampah B3 (√) Jumlah (buah) 12 Kemasan bekas pupuk kimia 13 Baterai 14 Tinta/cartridge 15 Lampu neon 16 Obat-obatan kadaluarsa 17 Kemasan bekas obat pembasmi serangga 18
Lain-lain:
Yang Menyerahkan : Tanda Tangan : Petugas Pengumpul : Tanda Tangan : Tanggal :
Kontainer Sampah B3 di TPS
Sampah B3 yang telah diangkut dari sumber akan ditampung di TPS yang selanjutnya akan
ditangani oleh instansi khusus yang mengelola limbah B3. Pada TPS disediakan kontainer yang
akan menampung sampah B3 untuk sementara yang akan disimpan selama maksimal 90 hari
dengan persyaratan lokasi penyimpanan sampah B3 berdasarkan Kep. Bapedal No. 1 Tahun 1995
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Kontainer ini harus disediakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.
Volume masing-masing kontainer sampah B3 di TPS disarankan berdasarkan Keputusan Kepala
Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang: Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yaitu berupa bak kontainer berpenutup
dengan kapasitas 4 m3.
13
Standar Operasional Prosedur
Standar operasional prosedur untuk penghasil sampah B3 adalah:
1. Penghasil sampah B3 menyimpan sampah B3 yang dihasilkannya pada wadah sampah B3
yang tertutup rapat.
2. Sampah B3 disimpan di dalam kemasan aslinya pada wadah sampah B3. Untuk lampu neon,
selain disimpan masih pada kemasan aslinya juga dibungkus kantong plastik untuk
keamanan apabila pecah.
3. Sampah B3 yang dihasilkan dalam jumlah besar sehingga tidak muat apabila disimpan di
wadah sebaiknya disimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak seperti
garasi, gudang, dan sebagainya.
4. Penghasil sampah B3 menyimpan sampah B3 yang dihasilkannya si wadah sampah B3
selama-lamanya 90 hari sampai dikumpulkan oleh petugas pengumpul sampah B3.
5. Penghasil sampah B3 menyerahkan sampah B3 yang disimpannya selama 90 hari kepada
petugas pengumpul sampah yang mengambil sampah B3 tiap 3 bulan 1 kali.
6. Penghasil sampah B3 wajib mengisi manifes sampah B3 yang diserahkan oleh petugas
pengumpul sampah B3.
Standar operasional prosedur untuk petugas pengumpul sampah B3 adalah:
1. Petugas pengumpul sampah B3 wajib memenuhi persyaratan umum dan khusus pengemudi
kendaraan pengangkut sampah B3.
2. Petugas pengumpul sampah B3 mengambil sampah B3 yang dikumpulkan oleh penghasil
sampah B3 tiap 3 bulan 1 kali.
14
3. Petugas pengumpul sampah B3 memilah sampah B3 yang dihasilkan penghasil sampah B3
berdasarkan jenisnya untuk dimasukkan ke masing-masing wadah berdasarkan jenis sampah
B3nya pada box kendaraan pengangkut.
4. Petugas pengumpul sampah B3 mengambil manifes di kantor kecamatan dan menyerahkan
manifes ke penghasil sampah B3 untuk diisi.
5. Petugas pengumpul sampah B3 menyimpan salah satu manifes yang telah diisi oleh
penghasil dan menyerahkan satu manifes yang lain ke pengelola kontainer sampah B3 di
TPS sampah B3.
Standar operasional prosedur untuk pengurus TPS sampah B3 adalah:
1. Menerima sampah B3 berdasarkan karakteristiknya dari petugas pengumpul sampah B3.
2. Menempatkan sampah B3 berdasarkan karakteristiknya pada kontainer sampah B3.
3. Menerima dan menyimpan manifes sampah B3 dari petugas pengumpul sampah B3.
4. Menyerahkan sampah B3 yang telah disimpan paling lama 90 hari di TPS ke instansi khusus
pengelola sampah B3.
Rekomendasi
Rekomendasi untuk pengelolaan sampah B3 di Kecamatan Wonokromo antara lain:
1. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang sampah B3 sangat rendah sehingga perlu
dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya sampah B3, upaya reduksi sampah
B3, dan pengelolaan sampah B3.
2. Dari hasil sampling masih ditemukan sampah B3 yang cukup banyak sehingga masyarakat
perlu melakukan upaya reduksi untuk megurangi timbulan sampah B3.
15
3. Sampah B3 permukiman yang diperoleh dari hasil sampling berupa sampah B3 karakteristik
mudah terbakar, korosif, dan beracun. Masyarakat sebaiknya lebih cermat dalam memilih
produk yang mengandung B3 atau dapat mengganti produk yang berpotensi mengandung
B3 dengan produk alternatif yang aman.
4. Wadah sampah yang digunakan di Kecamatan Wonokromo berupa wadah sampah yang
terbuat dari ban bekas dan beton. Wadah sampah untuk sampah basah dan sampah kering
masih tercampur karena belum dilakukan pemilahan sampah. Hasil studi ini
merekomendasikan agar mayarakat mengganti wadah sampah yang digunakan di
Kecamatan Wonokromo dengan wadah sampah berdasarkan komposisi sampahnya antara
lain sampah basah, sampah kering, dan sampah B3 sehingga pemilahan sampah telah
dilakukan di sumbernya.
5. Hasil studi merekomendasikan agar kapasitas wadah sampah B3 untuk skala rumah tangga
adalah 30 L, pengangkutan sampah B3 dari rumah penduduk (sumber) ke TPS
menggunakan motor box, pengumpulan sampah B3 karakteristik mudah terbakar, korosif,
dan beracun di TPS menggunakan bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 4 m3. Untuk
jenis sampah B3 yang dimensinya besar dan jumlahnya banyak sehingga tidak muat apabila
disimpan di wadah sampah B3, masyarakat dapat langsung membuangnya pada kontainer
sampah B3 di TPS khusus sampah B3 di kelurahan.
16
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan antara lain:
1. Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner yang dibagikan kepada 20 aparat pemerintah (staf
kelurahan, ketua RT, dan ketua RW) dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap sampah B3 sangat rendah.
2. Timbulan sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo adalah 88,62 kg/hari atau
660,49 L/hari.
3. Hasil penelitian menunjukkan komposisi sampah B3 yang ada di Kelurahan Jagir,
Kelurahan Wonokromo, dan Kelurahan Sawunggaling terdiri dari sampah B3 karakteristik
mudah terbakar, beracun, dan korosif.
4. Wadah sampah yang ada di Kelurahan Jagir dan Kelurahan Wonokromo terbuat dari ban
bekas yang dicat tetapi ada juga wadah yang permanen yang terbuat dari beton.
Pengangkutan sampah di Kecamatan Wonokromo menggunakan gerobak sampah dengan
frekuensi pengambilan sampah dua hari sekali.
5. Pola pengelolaan sampah B3 terdiri dari pewadahan sampah B3 dengan wadah berkapasitas
30 L, pengumpulan sampah B3 dari sumber ke TPS dilakukan dengan pengangkutan
menggunakan motor box, pengumpulan sampah B3 karakteristik korosif, mudah terbakar,
dan beracun di TPS menggunakan bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 4 m3.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya melakukan analisis biaya untuk pola
pengelolaan sampah.
17
5. Daftar Pustaka
Anonim. 1995a. “Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan (SNI 19-3964-1995)”. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta
Anonim. 1995b. “Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang: Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun”.
Anonim. 1995c. “Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 Tentang: Simbol dan Label Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun”.
Anonim. 1999a. “.Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun”.
Anonim. 1999b. “Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang: Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun”.
Anonim. 2004. “SK Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. 725 Tahun 2004 Tentang
Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)”.
Anonim. 2008. “Pengelolaan Sampah di Permukiman (SNI 3242-2008)”. Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Top Related