1
Strategi Pemasaran Crude Palm Oil (CPO)
(Studi Kasus pada PT.Aman Jaya Perdana-Lampung)
Oleh:
ARIYANTO
212009033
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisinis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAGEMENT
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
2
3
4
5
Abstract
Aman Jaya Perdana, Ltd is the supplier company of CPO (Crude Palm Oil) for export
market. Suppose to its activity, AJP. Ltd apply certain strategies in marketing its product. The
objective of the research are to find the marketing strategies of the company and the factors
which considered in determining the marketing strategies . The research used primary data from
an interview with general manager of Aman Jaya Perdana and collect related export data of the
company. While the secondary data for national CPO export data obtained from BPS website.
Based on data analysis the company’s marketing strategies used 4P marketing mix. Product
strategy of the company is the use of PORAM and SNI CPO standard for buyer. The CPO price
strategy is based on CPO price rate on Rotterdam and Kuala Lumpur stock exchange, and also
standard export price (HPE) on Indonesia stock exchange.The owner also determined the price
of the product. The distribution strategy of the company is an indirect distribution, which using a
broker to distribute their product to the buyer. The company also use abroker to promote their
product. Furthermore, AJP, LTD considering two factors to determine the marketing strategies,
there are internal factors that include human resources quality, organization structure, and
infrastructure aspects, and external factor such as the point of view of destination country’s
society, the role of GAPKI association, and export market
6
Strategi Pemasaran Crude Palm Oil (CPO) Lampung
Studi Kasus PT. Aman Jaya Perdana
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang
tersebar luas di seluruh kawasan di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga terkenal
dengan tanahnya yang subur sehingga dimana saja menanam tanaman bisa
tumbuh dengan subur. Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian
Indonesia karena memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melalui
ekspor. Oleh karena itu perlu diadakannya pembangunan di dalam sektor
pertanian sehingga dapat bersaing tidak saja di pasar dalam negeri tetapi juga di
luar negeri (Darmawan, 2013).
Pertanian memiliki subsektor-subsektor yang memiliki peran dan potensi
dalam membangun perekonomian Indonesia, diantaranya adalah sub sektor
perkebunan. Ada sejumlah komoditi unggulan di sub sektor perkebunan ini, salah
satunya adalah kelapa sawit. Sebenarnya awal mula pemanfaatan kelapa sawit
sudah ada sejak tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan
secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,
seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal
perkebunan mencapai 5.123 ha (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit menghasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO)
yang menjadi andalan komoditi ekspor Indonesia. Kelapa sawit memiliki peran
strategis karena beberapa alasan: (1) sebagai bahan baku utama minyak goreng
sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng.
Hal ini penting karena minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan
pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat; (2) sebagai salah satu komoditi pertanian andalan non migas,
mempunyai prospek yang baik sebagai sumber pendapatan devisa maupun pajak;
7
(3) dalam proses produksi maupun pengolahan mampu menciptakan kesempatan
kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Anggit et al, 2012).
Indonesia merupakan Negara produsen CPO nomor satu di dunia dengan
total produksi ±21.140.000 ton atau ±46,7% dari total produksi CPO dunia pada
tahun 2009. Malaysia sebagai produsen CPO kedua terbesar di dunia setelah
Indonesia dengan total produksi ±17.570.000 ton atau ±38,82% dari total produksi
CPO dunia pada tahun 2009. Indonesia memiliki peluang yang besar untuk
meningkatkan produksi, karena ketersediaan lahan yang relatif luas dan sesuai
untuk tanaman kelapa sawit sehingga dapat memacu pertumbuhan ekspornya.
(Hasibuan, 2012).
Salah satu wilayah di Indonesia yang memberikan kontribusi besar sebagai
pemasok CPO adalah Lampung. Komoditi kelapa sawit memiliki areal
perkebunan terluas dan menjadi primadona sektor perkebunan di propinsi
Lampung. Hal tersebut tampak dari data pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Beberapa Tanaman Komersial di Provinsi
Lampung pada tahun 2012
No. Jenis Tanaman Luas Areal (ha) Produksi (ton)
1. Kelapa Sawit 196.533 395.713
2. Kopi Robusta 161.677 139.583
3. Karet 133.168 75.173
4. Tebu 107.903 720.961
5. Nanas - 585.608
6. Lada 63.640 23.005
7. Kakao 53.832 28.495
Sumber: Lampung dalam Angka 2013 (BPS Provinsi Lampung, 2013)
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012 terlihat bahwa luas
areal kelapa sawit di Propinsi Lampung adalah yang terbesar dibandingkan
tanaman komersil lainnya. Sejalan dengan luasnya areal lahan, produksi kelapa
sawit pada tahun 2012 juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan
tanaman komersil lainnya.
8
Menurut Muslih dkk (2013) bahwa di Provinsi Lampung, produksi CPO
terlebih dahulu digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri (30-40%)
yang kemudian sisanya (60-65%) untuk diekspor ke luar negeri. Dominannya
jumlah CPO yang diekspor dikarenakan industri pengolahan kelapa sawit di
Lampung dan di Indonesia masih terbatas dan perkembangannya relatif lambat
dibandingkan dengan peningkatan produksi CPO. Hal tersebut menyebabkan
beberapa provinsi penghasil kelapa sawit di Indonesia, termasuk Provinsi
Lampung melakukan perdagangan kelapa sawit untuk ekspor dalam bentuk CPO.
Industri kelapa sawit memang industri yang menjanjikan baik bagi Propinsi
Lampung pada khususnya maupun bagi Indonesia pada umumnya, hal ini seiring
dengan perkembangan dan kedudukannya di pasar Internasional. Namun
demikian, industri ini bukannya tanpa masalah. Di tahun 2014 sejumlah masalah
dalam negeri yang dihadapi industri sawit nasional adalah sebagai berikut:
1. Kepastian Hukum menyangkut lahan/tata ruang masih tetap menjadi momok
bagi industri kelapa sawit dan masih terdapat kebun-kebun lama yang sudah HGU
banyak mengalami masalah tumpang tindih dengan kawasan hutan.
2. Infrastruktur yang masih belum mengalami kemajuan yang menyebabkan
naiknya biaya transportasi yang berakibat pada kurangnya daya saing CPO
Indonesia.
3. Terbitnya beberapa regulasi baru yang akan berdampak pada pengembangan
industri sawit seperti PP 71/2014 tentang pengelolaan lahan gambut, UU 18/2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, dan lain-lain.
4. Pelaksanaan mandatori BBN 10% masih belum efektif sehingga penyerapan
didalam negeri belum tinggi. Penetapan harga BBN juga masih belum kondusif di
sisi produsen.
5. Perda di daerah, jumlah perda “bermasalah” semakin banyak.
6. Kampanye negatif dari dalam dan luar negeri dimana di beberapa negara Eropa
telah melaksanakan food labeling “Palm Oil Free” terkait informasi produk
makanan kepada konsumen dan pemberlakuan biodiesel anti dumping duty.
7. Kasus kebakaran lahan masih menjadi “ancaman” karena masalah kebakaran
lahan diproses hukum dianggap sebagai masalah pidana.
9
Permasalahan sebagaimana diungkapkan di atas menjadi masalah
kebanyakan pelaku usaha kelapa sawit di Lampung. Salah satunya adalah PT.
Aman Jaya Perdana, yang juga melakukan aktivitas pemasaran ekspor CPO.
Adanya sejumlah masalah yang dihadapi sebagaimana dikemukakan di atas perlu
mendapat perhatian dari pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini dimaksud agar
daya saing CPO perusahaan di pasar internasional tidak kalah oleh negara-negara
lain yang juga sebagai produsen CPO seperti misalnya Malaysia, Thailand,
Colombia dan Nigeria.
Peningkatan daya saing eskpor CPO memang sudah sepatutnya menjadi
perhatian PT Aman Jaya Perdana. Hal ini karena pada era persaingan global
produk CPO PT Aman Jaya Perdana harus bersaing ketat dengan produk sejenis
dari negara pesaing. Fakta di lapangan seringkali menunjukkan bahwa tingkat
efisiensi untuk menghasilkan produk termasuk CPO cenderung rendah. Berbagai
retribusi besar dan tentunya terkalkulasi sebagai beban biaya produksi secara
keseluruhan, sehingga memiliki konsekuensi terhadap harga output itu sendiri.
Akibatnya hal tersebut akan mempengaruhi daya saing produk CPO di pasar
internasional (Agustian dan Hadi, 2004).
Oleh karena itu, daya saing CPO perlu lebih ditingkatkan lagi jika
menghendaki tetap memiliki keunggulan di pasar global (Agustian dan Hadi,
2004). Agar daya saing CPO dapat meningkat PT Aman Jaya Perdana
memerlukan strategi pemasaran yang tepat.
Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk
keberhasilan perusahaan umumnya dan pada bidang pemasaran khususnya.
Disamping itu strategi pemasaran yang diterapkan harus ditinjau dan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar tersebut.
Dengan demikian strategi pemasaran harus dapat memberikan gambaran yang
jelas dan terarah tentang apa yang dilakukan perusahaan dalam menggunakan
setiap kesempatan atau paduan pada beberapa sasaran pasar (Kusumaningrum,
2009). Dalam penyusunan strategi pemasaran yang tepat, perusahaan perlu
memperhatikan faktor-fakor yang mempengaruhi strategi pemasaran baik itu
faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan.
10
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian
dengan judul “Strategi Pemasaran Crude Palm Oil (CPO) pada PT Aman Jaya
Perdana”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pemasaran Crude Palm Oil (CPO) yang dilakukan
oleh PT Aman Jaya Perdana?
2. Faktor-faktor apa yang dipertimbangkan dalam penetapan strategi
pemasaran Crude Palm Oil (CPO) oleh PT Aman Jaya Perdana?
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan strategi pemasaran Crude Palm Oil (CPO) yang
dilakukan oleh PT Aman Jaya Perdana
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam
menetapkan strategi pemasaran Crude Palm Oil (CPO) oleh PT Aman
Jaya Perdana.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun
praktis. Dari sisi teoritis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan di bidang
bisnis internasional khususnya berkaitan dengan strategi pemasaran ekspor Crude
Palm Oil (CPO). Dari sisi praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi dan
masukan bagi PT Aman Jaya Perdana dalam pengelolaan dan pemasaran ekspor
Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia.
Telaah Teoritis
Konsep Pemasaran
Pemasaran merupakan proses sosial yang dengan proses itu individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005). Pemasaran juga diartikan sebagai
sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan
produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan
jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial (Swastha dan Sukotjo, 2002).
11
Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran
organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para
pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Kotler, 2005). Konsep pemasaran
adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan (Swastha dan Handoko, 2000).
Strategi Pemasaran
Dalam kegiatan memasarkan produknya, perusahaan berusaha
mengembangkan suatu strategi pemasaran tertentu untuk dapat mencapai tujuan
perusahaan, serta untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka
panjang. Strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau
segmen pasar yang di jadikan target oleh perusahaan. Menurut Tull dan Kahle
(dalam Tjiptono, 2001), strategi pemasaran adalah suatu rencana jangka panjang
yang diterapkan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan pada pasar yang
dimasuki dengan mengembangkan daya saing secara terus menerus dan melayani
pasar sasaran tersebut dengan program pemasaran yang diterapkan
Strategi pemasaran menurut Armstrong dan Kotler (2000) yaitu “the
marketing logic by which the business unit hopes to achieve its marketing
objective” yang artinya logika pemasaran dimana unit bisnis berharap
untuk mencapai tujuan pemasaran. Strategi pemasaran pada dasarnya adalah
rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran yang
memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan agar tercapainya
tujuan pemasaran suatu perusahaan. Strategi pemasaran dapat juga diartikan
sebagai serangkaian tujuan, sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah
kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu pada masing-
masing tingkatan dan acuan serta alokasinya sebagai tanggapan perusahaan dalam
menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah (Assauri,
2007).
12
Salah satu unsur strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran
(marketing mix), yang merupakan strategi yang dijalakan perusahaan, yang
berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan penawaran
produk pada satu segmen pasar tertentu yang merupakan sasaran pasaranya.
Kotler (2005) mendefinisikan bauran pemasaran (marketing mix) yaitu
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus- menerus
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran, alat-alat pemasaran tersebut
diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut “empat P”:
produk (Product), harga (Price), tempat (Place), dan promosi (Promotion).
Keempat unsur bauran pemasaran tersebut dijabarkan berikut ini:
1. Produk
Produk adalah suatu barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan
kepada konsumen. Produk tersebut dibuat oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Keunggulan produk yang sering dicari
oleh konsumen adalah kualitas, spesifikasi, bentuk, dan desain dari produk
tersebut (Kotler, 2005).
2. Harga
Banyaknya keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dapat ditentukan
oleh penetapan harga akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
Penentuan harga tersebut tentu menjadi dasar pembelian oleh konsumen. Yang
dimaksud dengan harga adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan oleh
pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa (Monroe, 2005). Konsumen tentu
akan mengukur apakah jumlah uang yang dikeluarkan sesuai dengan harga dari
produk tersebut. Oleh karena itu, penetapan harga tentu merupakan hal yang
penting diperhatikan oleh perusahaan.
3. Promosi
Promosi adalah faktor yang dapat menentukan sejauh mana produk akan
dikenal. Promosi adalah teknik mengkomunikasikan informasi mengenai produk
(Ebert dan Griffin, 2011). Semakin jelasnya informasi tentang produk yang
ditawarkan, maka konsumen akan tertarik untuk membeli produk tersebut. Selain
itu, adanya promosi dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengenalkan produk
13
barunya dan membuat konsumen tertarik. Oleh karena itu, promosi merupakan
salah satu faktor yang membuat produk menjadi terjual.
4. Penyaluran / distribusi
Penyaluran atau distribusi merupakan salah satu hal yang tak kalah penting
dengan unsur lainnya. Kotler (2005) mendefinisikan promosi sebagai komunikasi
dari pesan-pesan perusahaan yang didesain untuk menstulasi terjadinya kesadaran
(awareness), ketertarikan (interest) dan dengan tindakan pembelian (purchase)
yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan. Dengan
kata lain, adanya kegiatan dilakukan oleh perusahaan untuk menyampaikan
produknya ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang
tepat (Arlina, 2004). Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menentukan saluran
distribusi (channel of distribution) yang tepat. Adanya masalah yang terjadi pada
distribusi akan menghambat penyaluran produk dari perusahaan ke konsumen.
Dalam konteks pasar global, sangat penting bagi perusahaan dalam
memformulasikan sebuah strategi pemasaran yang efektif untuk menghadapi
pasar global yang kompetitif. Strategi pemasaran yang dirancang oleh suatu
perusahaan menunjukkan tingkat respon perusahaan terhadap kondisi pasar yang
kompetitif (Lee dan David, 2004). Tingkat pergerakan (turbulances) lingkungan,
termasuk perkembangan teknologi yang sangat cepat juga mengharuskan
perusahaan membangun kekuatan adaptabilitas dan kemampuan aksesibilitasnya.
Kekuatan adaptabilitas yang dimaksud adalah kemampuan seluruh potensi
perusahaan untuk sesegera mungkin menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan
keinginan (needs and wants), baik konsumen, supplier, maupun pihak lain yang
mempunyai kekuatan pengaruh terhadap pasar.
Keegan (dalam Martono, 2012) mengusulkan lima alternatif strategi global
dalam kaitannya dengan produk dan promosi. Alternatif pertama adalah strategi
yang dinamakan strategi perluasan langsung (straight extension strategy). Dalam
strategi ini perusahaan memperkenalkan produk di pasar luar negeri tanpa
perubahan apapun. Manajemen puncak menginstruksikan wiraniaganya untuk
mencari pelanggan bagi suatu produk apa adanya. Sebelumnya perusahaan harus
14
menetukan apakah pelanggan luar negeri menggunakan produk tersebut.
Perluasan langsung menarik karena tidak melibatkan tambahan biaya litbang,
perubahan peralatan pabrik, atau modifikasi promosi. Alternatif kedua adalah
strategi adaptasi produk (product adaptation). Di sini adaptasi produk mencakup
perubahan produk untuk memenuhi kondisi atau preferensi lokal. Ada beberapa
tingkat adaptasi. Perusahaan dapat memproduksi versi regional dari produknya,
versi negara, versi kota, dan versi pengecer. Hal ini untuk mengantisipasi
bermacam-macam kondisi dan situasi yang berbeda di masing-masing
tempat/wilayah. Alternatif strategi yang ketiga adalah strategi produk baru
(product invention). Perusahaan yang menggunakan strategi ini mempunyai dua
pilihan yaitu backward invention dan forward invention. Yang pertama adalah
yang dinamakan backward invention. Dalam strategi ini sebenarnya produk suatu
perusahaan sudah lama dikenal di negara asalnya, kemudian perusahaan
memperkenalkan produk yang baru bagi pasar lokal yang dituju. Bentuk lain dari
strategi ini adalah apa yang dinamakan forward invention. Dalam strategi ini
perusahaan membuat produk yang benar-benar baru untuk mernenuhi kebutuhan
pasar setempat. Altematif strategi keempat adalah strategi adaptasi komunikasi
(communication adaptation). Dalam hal ini perusahaan menyesuaikan
promosinya dengan kondisi seternpat. Akhimya, alternatif strategi yang kelima
adalah adaptasi ganda, di mana perusahaan menyesuaikan baik produk maupun
cara promosinya dengan kondisi setempat.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Strategi Pemasaran
Keberhasilan strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan
tergantung pada analisa dan pengamatan yang cermat oleh perusahaan terhadap
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi pemasaran perusahaan. Kotler
(2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran
secara umum terbagi menjadi dua bagian utama yaitu lingkungan eksternal dan
lingkungan internal. Berikut penjabaran dari faktor-faktor tersebut:
1. Lingkungan eksternal
15
Lingkungan ekternal merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
perencanaan strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan
peluang dan ancaman bagi perusahaan (Umar, 2008). Kekuatan ekternal dapat
dibagi menjadi dua yaitu : lingkungan makro dan lingkungan industri.
Lingkungan makro merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar
perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan. Lingkungan tersebut memberikan perusahaan peluang
(opportunity) dan ancaman (threat). Lingkungan eksternal makro terdiri atas
faktor ekonomi, sosial budaya, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi
serta demografi. Sementara itu, lingkungan industri akan lebih mengarah pada
aspek persaingan di mana perusahaan berada. Faktor- faktor yang
mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman pada perusahaan dan
kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan termasuk kondisi persaingan industri
tersebut meliputi pendatang baru, produk pengganti, pembeli, pemasok dan
pesaing.
2. Lingkungan internal
Lingkungan internal merupakan suatu kondisi yang ada di dalam suatu
perusahaan. Analisis internal adalah proses perencanaan strategi menentukan
letak kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Lingkungan internal
menurut David (2004) merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan pada
area fungsional bisnis, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi
manajemen.
Manajer perusahaan perlu menganalisa faktor-faktor internal perusahaan yang
menjadi kemampuan menemukan peluang yang menarik dan memanfaatkan
peluang tersebut. Suatu perusahaan pasti tidak harus memperbaiki seluruh
kelemahannya, atau sebaliknya perusahaan malah menyombongkan seluruh
kekuatan perusahaan yang dimiliki (Kotler, 2005). Dalam menganalisis
lingkungan internal ada beberapa unsur yang dianalisis, yaitu diantaranya:
struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan, sumberdaya perusahaan.
16
Menurut Duncan (2007) menganalisa lingkungan internal dan eksternal
merupakan hal penting dalam proses perencanaan strategi. Faktor-faktor
lingkungan eksternal didalam perusahaan biasanya dapat digolongkan sebagai
Strength (S) atau Weakness (W), dan lingkungan eksternal perusahaan dapat
diklasifikasikan sebagai Opportunities (O) atau Threat (T). Analisis lingkungan
strategi ini disebut sebagai analisis SWOT.
David (1997) menyebutkan bahwa analisis SWOT adalah metode
perencanaan strategis yang berfungsi untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman suatu perusahaan. Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis dan mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Menurut Thompson (2008), analisis SWOT adalah simpel tetapi merupakan alat
bantu yang sangat kuat untuk memperbesar kapabilitas serta mengetahui
ketidakefisienan sumber daya perusahaan, kesempatan dari pasar dan ancaman
eksternal untuk masa depan agar lebih baik lagi.
Penelitian Terdahulu
Kusumaningrum (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa
Perusahaan Dian Mandala Yogyakarta yang menjalankan usaha penyamakan kulit
ikan pari menggunakan 4 variabel bauran pemasaran atau sering disebut
marketing mix untuk strategi pemasaran ekspornya, yang meliputi strategi produk,
strategi harga, strategi promosi, dan strategi distribusi. Saluran distribusi yang
digunakan adalah saluran distribusi langsung dan distribusi tidak langsung,
keduanya saling melengkapi. Namun, brand image dan promosi belum
dikembangkan sepenuhnya oleh Perusahaan Dian Mandala. Alternatif strategi
yang bisa dikembangkan oleh Perusahaan Dian Mandala adalah memperkokoh
brand image perusahaan dengan memanfaatkan keunggulan kulit ikan pari
sebagai bahan dasar produk Keunggulan tersebut juga dapat dimanfaatkan dalam
kegiatan promosi sehingga positioning Perusahaan Dian Mandala semakin kuat di
benak kosumen.
17
Ali (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa berdasarkan analisis
lingkungan internal maka diketahui bahwa faktor- faktor yang menjadi kekuatan
PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara Jakarta adalah: program
pengembangan, penelitian dan informasi pasar dengan sistem pemasaran bersama,
sumber daya keuangan, kualitas SDM pemasaran, transformasi dari KPB-PTPN
menjadi PT KPBN, mekanisme penetapan harga CPO melalui system lelang/
tender, kualitas dan keunggulan CPO yang dipasarkan, visi dan misi perusahaan,
pelayanan kepada pelanggan, jaringan pemasaran, dan lokasi cabang perwakilan
PT KPBN. Sementara itu faktor internal yang menjadi kelemahan adalah:
promosi yang dijalankan masih kurang optimal, pengembangan dan inovasi
produk yang masih kurang serta kendala dalam saluran distribusi produk.
Sehubungan dengan faktor ekternal, yang menjadi peluang perusahaan adalah
potensi industry CPO Indonesia yang masih besar, permintaan CPO yang terus
meningkat, kebijakan pemerintah, penduduk Indonesia yang terus bertambah,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta kepercayaan dan
hubungan dengan pelanggan. Sedangkan faktor yang menjadi ancaman adalah
fluktuasi kondisi ekonomi global, isu global warming, black campaign mengenai
CPO Indonesia, ketergantungan terhadap pemasok, perusahaan pesaing, produk
substitusi, perdagangan bebas, kenaikan harga minyak goreng. Strategi
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan adalah jaga dan pertahankan (hold and
maintain) melalui pengembangan dan penetrasi pasar.
18
Metode Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dimana menurut
pendapat Creswell (2010) penelitian kualitatif merupakan suatu studi kasus yang
memfokuskan pada kasus penetapan strategi pemasaran Crude Palm Oil (CPO)
pada PT Aman Jaya Perdana. Pada studi kasus ini penelitian ini juga hendak
meneliti secara lebih lanjut terkait dengan; faktor-faktor apa yang
dipertimbangkan dalam penetapan strategi pemasaran, dan bagaimanakah strategi
pemasaran Crude Palm Oil (CPO) yang dilakukan oleh PT Aman Jaya Perdana.
Dalam penelitian ini informsi yang dikumpulkan adalah mengenai strategi
yang dilakukan PT Aman Jaya Perdana yaitu menetapkan strategi pemasaran
Crude Palm Oil (CPO) di pasar internasional. Sumber data primer diperoleh
melalui wawancara dengan manajer pemasaran PT Aman Jaya Perdana.
Sementara data sekunder penelitian yaitu dokumen-dokumen PT Aman Jaya
Perdana yang berhubungan dengan penelitian ini seperti misalnya data ekspor
CPO perusahaan, website Badan Pusat Statistik untuk data ekspor CPO nasional.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif didasarkan pada pendekatan yang
digunakan dimana dalam penelitian ini digunakan pendekatan studi kasus dengan
langkah-langkah analisis sebagai berikut (Afriani, 2009): (a) mengorganisir
informasi, (b) membaca keseluruhan informasi dan memberi kode, (c) membuat
suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya, (d) menetapkan pola dan
mencari hubungan antara beberapa kategori, (e) selanjutnya peneliti melakukan
interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk
peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain, (f) menyajikan secara
naratif.
19
Hasil dan Pembahasan
Profil Perusahaan
PT. Aman Jaya Perdana ( yang selanjutnya disingkat dengan PT. AJP )
pertama kali didirikan pada tanggal 14-3-1982 oleh Pak Aman, pada awalnya
perusahaan hanya menjual lada dan kopi, tetapi seiring dengan terus
berkembangnya kelapa sawit di daerah Lampung, pada akhirnya PT. AJP mulai
berbisinis kelapa sawit juga. Pada waktu itu PT AJP hanya menjual kelapa sawit
dalam bentuk CPO di dalam negeri seperti Palembang, Medan, dan Jambi, karena
PT. AJP hanya memiliki persediaan kelapa sawit dalam skala kecil jadi belum
bisa memenuhi kuota untuk melakukan ekspor. Selain kuota yang harus dipenuhi,
untuk dapat mengeksport CPO suatu perusahaan harus memenuhi standard
kualitas.
Pada tahun 2008 barulah PT. AJP mulai masuk ke dalam pasar ekspor
dengan tujuan negara China (karena pasarnya masih potensial), setelah itu seiring
berjalannya waktu PT. AJP juga mulai masuk ke pasar Eropa melalui Belanda
dua tahun setelahnya. PT. AJP mulai masuk pasar ekspor setelah CPO yang
dikumpulkan memenuhi kuota ekspor dan standar kualitas ekspor. Kuota eksport
dalam hal ini adalah jumlah minimum untuk memenuhi permintaan ekspor yaitu
1.000 ton (1.000.000 kg).
Sebagai salah satu eksporter, PT. AJP merupakan salah satu perusahaan
yang menjadi pengekspor CPO dari Lampung selain PT. AJP adapula PT Tunas
Baru Lampung, dan PT. Sinarmas Tbk yang merupakan dua eksporter besar dari
Lampung. Pada saat memulai usaha, PT. Aman Jaya Perdana memiliki jumlah
tenaga kerja awal sebanyak 20 orang. Namun seiring dengan makin banyaknya
bisnis yang dipegang oleh PT. AJP saat ini jumlah tenaga kerja inti (di kantor)
mencapai 35 orang.
20
Berikut ini adalah data penjualan eksport perusahaan:
Gambar 1. Nilai Eksport CPO PT Aman Jaya Perdana
Periode tahun 2010-2014 (dalam US dolar)
Sumber: PT Aman Jaya Perdana (2015)
Gambar 2. Harga rata-rata per tahun
Periode tahun 2010-2014 (dalam US dolar)
21
Gambar 1 memperlihatkan perkembangan nilai volume ekspor dari PT.
Aman Jaya Perdana pada periode tahun 2010-2014 tergolong kurang baik. Nilai
ekspor tertinggi dicapai pada periode tahun 2010 namun mengalami penurunan
pda tahun 2011 dan 2012, bahkan pada tahun 2013 penjualan ekspor mencapai
angka nol karena tidak ada kuota ekspor yang tidak mencukupi. Hal ini
dikarenakan adanya dampak kerusuhan yang terjadi di Mesuji, Lampung yang
berimbas kepada tidak adanya proses produksi pada perusahaan tempat PT.AJP
mendapatkan pasokan CPO. Adapun nilai ekspor ini juga mengikuti harga CPO
yang berlaku secara umum. Harga rata- rata CPO mengalami penurunan untuk
perode 2010-2014. Harga CPO pada 2010 adalah sebesar 1200 USD/ kg namun
hingga periode 2014 yang mencapai 830 USD/ kg. Penurunan harga CPO ini
merupakan imbas dari turunnya harga CPO Indonesia di pasar global. Menurut
GAPKI sepanjang tahun 2013, harga rata-rata CPO USS 841,71 per metrik ton
(Cif Rotterdam). Jika dibandingkan dengan harga rata-rata tahun lalu US$
1.028,40 per metrik ton, kita bisa melihat bahwa harga mengalami tekanan yang
cukup berat dengan penurunan sekitar 18%. Tekanan penurunan harga disebabkan
krisis ekonomi yang berkepanjangan di negara Uni Eropa. Dampak dari krisis ini
adalah lemahnya daya beli sehingga permintaan melemah. Selain itu, pembeli
utama CPO Indonesia yaitu India mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi
disertai pelemahan mata uangnya dan Cina mengalami perlambatan
ekonominya. Hal ini ditambah dengan akumulasi pasokan yang berasal dari stok
dan produksi yang dimiliki Indonesia menambah tekanan pada harga. Pelemahan
harga juga diperkirakan sebagai akibat dari penurunan hingga pembebasan pajak
ekspor dan dihilangkannya quota ekspor CPO oleh Malaysia, inkonsistensi
mandatori penggunaan biodiesel berbahan baku minyak sawit di Uni Eropa, dan
kampanye negatif terhadap minyak kelapa sawit
(http://www.gapki.or.id/Page/PressReleaseDetail?guid=d414bf22-e99e-4cbd-9305-
1deb5d019f4e)
PT. AJP merupakan perusahaan perdagangan di mana salah satu
komoditas yang ditangani adalah CPO. Untuk pasar luar negeri ada rangkaian
rantai suplai (suply chain ) yang diterapkan perusahaan.
22
Supply chain dari CPO PT. AJP dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Supply Chain PT Aman Jaya Perdana
Sumber: PT Aman Jaya Perdana (2015)
Gambar 3 merupakan bagan suply chain CPO PT. Aman Jaya Perdana.
PT. AJP mendapat pasokan dari perusahaan rekanan yang berasal dari Lampung
dan Bengkulu. Adapun pasokan CPO yang berasal dari Lampung ( 8 pabrik) dan
Bengkulu ( 4 pabrik). Dalam menjalin hubungannya degan pemasok PT AJP
menerapkan quality control dan deadline kepada para pemasok CPO agar CPO
yang didapat memenuhi syarat untuk diekspor. Untuk deadline PT AJP
menargetkan minimal pasokan CPO berkisar antara 3 minggu sekali untuk
pemasok yang ada di Lampung dan 1 bulan sekali kepada pemasok CPO yang
berasal dari Bengkulu ( waktu panen sawit setelah di panen untuk panen
berikutnya 2 minggu dan proses pengolahan sawit untuk menjadi CPO yaitu ±
2jam ) . PT AJP memberikan tenggat waktu yang lebih lama untuk pemasok yang
ada di Bengkulu daripada di Lampung dikarenakan jarak tempuh dari Bengkulu
ke Lampung. CPO yang didapat dari pemasok Lampung dan Bengkulu kemudian
Pabrik CPO
Lampung
Pabrik CPO
Bengkulu
PT. AJP
Broker Singapore
Buyer
Internasional
23
dikumpulkan sementara di gudang PT. Aman Jaya Perdana, dan dikirim ke pasar
ekspor melalui broker di Singapore.
PT. AJP menginformasikan stock CPO yang dimiliki dan harga yang
ditetapkan kepada broker untuk kemudian ditawarkan kepada buyer yang ada di
China dan Belanda. Sementara untuk proses pendistribusian PT AJP
menggunakan system FOB (Free on Board). Melalui sistem FOB, PT Aman Jaya
Perdana hanya sebatas berkewajiban mengantarkan CPO sampai di atas kapal
yang telah disepakati oleh broker di Singapura dan di pelabuhan pengiriman yang
juga telah disepakati. Sementara itu, segala risiko serta seluruh biaya (termasuk
freight dan insurance) setelah barang berada di atas kapal, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab broker yang ada di Singapura tersebut. Inilah salah satu kelebihan
menggunakan system distribusi tidak langsung karena PT. AJP hanya perlu
mengantarkan CPO sampai ke pelabuhan dan selebihnya diurus oleh
broker.Selanjutnya melalui broker itulah produk CPO PT Aman Jaya Perdana di
ekspor ke negara di Eropa (seperti Belanda) maupun di Asia (seperti misalnya
China).
Strategi pemasaran Crude Palm Oil (CPO) yang dilakukan oleh PT Aman
Jaya Perdana
Dalam menghadapi persaingan pemasaran produk CPO maka PT. Aman Jaya
Perdana menerapkan berbagai strategi pemasaran CPO dengan berbagai
pertimbangan dan analisis pasar CPO. Selanjutnya strategi yang diterapkan
tersebut mencakup faktor internal perusahaan, produk, harga, proses distribusi,
maupun pemasaran produk CPO. Perumusan strategi pemasaran dapat dirinci
sebagai berikut:
Strategi produk
Produk yang selama ini dijual perusahaan dalam bentuk CPO. CPO merupakan
hasil olahan dari kelapa sawit yang merupakan bahan baku untuk meinyak goreng,
margarine, sabun, dll. Dengan pengolahan yang lebih modern CPO dapat dibuat
menjadi biodisel yaitu bahan bakar disel yang ramah lingkungan. Selama ini CPO
yang dijual PT. AJP telah memenuhi beberapa standar, yaitu; standar ISO,
24
PORAM agar memenuhi syarat masuk pasar internasional. CPO yang yang
memenuhi standar PORAM (Palm Oil Refiners Association of Malaysia)
meliputi:
a. Crude Palm Oil dengan kualitas layak untuk diperdagangkan, dalam bentuk
curah, unbleached;
b. Free Fatty Acid tidak lebih dari 5%;
c. Moisture and Impurities tidak lebih dari 0,25%.
Satndar kualitas CPO yang juga digunakan adalah standar nasional Indonesia
untuk CPO yaitu SNI 01-2901-2006 dengan mutu minyak kelapa sawit yang
umum dipakai dalam perdagangan internasional sesuai dengan perkembangan
yang terakhir. Sementara untuk strategi produk secara global PT. AJP
menggunakan strategi perluasan langsung (straight extension strategy ) yaitu
produk yang diperkenalkan oleh perusahaan tanpa ada perubahan.
Tabel 1. Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Mentah (CPO) Menurut Badan
Standarisasi Nasional (BSN)
Kriteria uji Satuan Persyaratan Mutu
Warna - Jingga kemerahan
Kadar air dan kotoran %, fraksi masa 0,5
Asam lemak bebas %, fraksi masa maks 5
Bilangan Yodium -g yodium/100g maks 50 – 55
Sumber : Badan Standarisasi Nasional
Untuk memenuhi CPO yang memenuhi standar tersebut, maka PT. AJP
mendapatkan pasokan dari jaringan suplier CPO dari Lampung (8) dan Bengkulu
(4) . Hal ini tetap dilakukan oleh perusahaan agar dapat memenuhi ketersediaan
produk, permintaan dan memberikan kepuasan kepada para konsumen CPO.
Strategi harga
Patokan harga CPO yang ditetapkan oleh PT. Aman Jaya Perdana diawali dengan
melihat harga pasaran dunia tahun berjalan. Pasar ekspor mengacu pada harga
rata-rata CPO di bursa Rotterdam dan Kuala Lumpur serta harga jual rata-rata
CPO di bursa luar negeri (dalam hal ini BEI). Kebijakan penetapan harga jual
ekspor oleh perusahaan tersebut mengacu pada kebijakan baru yang dibuat oleh
25
Kementrian Perdagangan. Seperti dikemukakan oleh Bayu Krisnamurthi, wakil
Menteri Perdagangan pembobotan untuk menentukan referensi Harga Patokan
Ekspor (HPE) minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) adalah 60 persen
dari bursa Jakarta, 20 persen didsarkan pada bursa KualaLUmpur dan 20 persen
dari bursa Rotterdam. Kebijakan tersebut berlaku mulai 1 Juli 2013. Perubahan
komposisi penggunaan bursa di dalam negeri tersebut adalah sebgai upaya untuk
meningkatkan daya tawar produk minyak sawait Indonesia. Dengan perubahan
struktur penentuan HPE tersebut, diharpakan bursa berjangka dalam negeri bisa
lebih dipandang penting. Selain itu harga CPO dalam negeri juga menjadi relaitf
lebih stabil dan tidak terpengaruh kondisi luar negeri
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/07/20062166/Acuan.Harga.
Ekspor.CPO.Diubah). Selanjutnya melihat pajak ekspor yang harus di bayar
dan menghitung harga Tandan Buah Segar yang ditetapkan pemerintah. Pihak
yang turut berperan dalam merumuskan strategi pemasaran dan juga penetapan
harga CPO PT. AJP adalah owner yang sekaligus merangkap penjuaanl.
Strategi Distribusi
PT Aman Jaya Perdana mengguakan strategi distribusi tidak langsung yaitu
dengan menggunakan jasa broker, broker menggunakan sistem FOB (Free On
Board) dalam pendistribusian CPO ke konsumen. Kelebihan dari penggunaan
broker ini adalah untuk meminimalisir segala risiko serta seluruh biaiya (termasuk
freight dan insurance) pendistribusian produk kepada konsumen, namun teknik
ini juga memiliki kekruangan yaitu perusahaan tidak dapat mengontrol waktu dan
kualitas produk CPO yang sampai pada konsumen.
Strategi Promosi
Potensi pasar produk CPO sangat besar, namun PT.Aman Jaya Perdana tidak
menggunakan media promosi khusus dalam pemasaran produkya. Pihak
perusahaan hanya menjalin kerjasama dengan broker untuk mempromosikan
produk secara tidak langsung. Adapun kebijakan untuk tidak melakukan promosi
diambil dengan pertimbangan menekan biaya promosi yang terlalu besar dan
mengantisipasi potensi return perusahaan yang tidak seimbang dengan biaya
promosi CPO.
26
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan strategi pemasaran
Crude Palm Oil (CPO) oleh PT Aman Jaya Perdana
Lingkungan internal
Lingkungan internal perusahaan sebagai faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penetapan strategi pemasaran Crude Palm Oil (CPO) oleh PT Aman Jaya
Perdana mencakup: kualitas sumber daya manusia, struktur organisasi perusahaan,
sarana dan infrastruktur, dan produk CPO. Berikut ini adalah penjelasannya :
1. Kualitas Sumber daya manusia
Sebagai salah satu penyedia produk Crude Palm Oil (CPO) maka PT.
Aman Jaya Perdana memerlukan sumber daya manusia berkualitas dan
bervariatif sesuai dengan divisi yang ada. PT. Aman Jaya Perdana
menggunakan tenaga kerja yang berkualitas yang telah memenuhi kriteria
utama yang dibutuhkan perusahaan yaitu; Ilmu pengetahuan dan memiliki
ketrampilan dan pengalaman yang sesuai dengan masing masing bidang.
Sebagi contoh konkrit penempatan sumberdaya dilakukan berdasarkan pada
kemampuan serta kompetensi individu yang bersangkutan terlihat pada
individu yang berada pada posisi quality control, dimana SDM yang ada
secara terliti memantau setiap kualitas CPO yang diperoleh dari suplier
sehingga CPO yang diterima sudah memenuhi standar kualitas yang
diinginkan buyer. Selain itu PT. AJP sebagai penyedia produk Crude Palm
Oil (CPO) memiliki SDM yang mampu menjalin kerjasama yang baik
dengan pihak broker maupun dengan supplier, sehingga pihak broker dan
supplier tetap dapat menjadi rekanan dalam penjualan produk CPO.
Sementara SDM lapangan yang dipekerjakan PT. Aman Jaya Perdana dapat
bekerja secara efektif dan efisien, sehingga produk CPO sampai pada broker
dengan kualitas yang memenuhi standar yang ditetapkan.
2. Struktur Organisasi
PT Aman Jaya Perdana dalam menjalankan usahanya terikat pada
pembagian kerja yang didasari pada struktur organisasi yang telah
ditetapkan. Struktur organisasi perusahaan ini berbentuk garis (line
27
organization), yang merupakan alur kekuasaan mengalir secara langsung
berjenjang dari pimpinan ke kepala bagian dan kemudian terus ke
karyawan-karyawan di bawahnya. Pemimpin (direktur) perusahaan
menjalankan fungsinya sebagai pimpinan tertinggi terkait dengan kebijakan
perusahaan dan juga sebagai pemasar produk CPO. Pemimpin membawahi
beberapa kepala bagian seperti: kepala bagian administrasi dan keuangan,
kepala personalia, kepala bagian pembelian produk serta kepala bagian
pemasaran produk. Masing-masing bagian merupakan unit yang berdiri
sendiri dan kepala bagian menjalankan semua fungsi pengawasan dalam
bagiannya. Melalui struktur organiasi yang berjenjang inilah, maka
perusahaan dapat mengoptimalkan setiap unit operasional perusahaan.
Adapun kontrol kinerja dari setiap bagian dilakukan oleh kepala bagian atau
pimpinan yang menaungi bagian-bagian yang ada. Melalui sistem kerja
tersbut maka setiap kendala yang ada dapat diminimalisir sedemikian.
Namun ada beberapa kekurangan dalam system organisasi perusahaan ini
yaitu tidak adanya bagian khusus untuk menangani kegiatan ekspor
sehingga selama ini perusahaan hanya mengandalkan broker.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa struktur
organisasi yang diterapkan oleh perusahaan merupakan kelemahan bagi PT
Aman Jaya Perdana dalam melakukan pemasaran ekspor produk CPO dan
menangani apapun yang berhubungan dengan ekspor CPO tersebut. Adapun
struktur organisasi PT Aman Jaya Perdana ditampilkan dalam gambar 3
pada lampiran.
3. Sarana dan Infrastruktur
Sarana dan Infrastruktur merupakan salah satu hal penting dalam faktor
internal perusahaan karena dengan lengkapnya sarana dan infrastruktur
kinerja perusahaan akan menjadi lebih cepat dan efektif. Dalam hal ini
sarana angkut PT. AJP terbilang sudah lengkap, seperti kendaraan
operasional Mobil tangki yang merupakan sarana paling vital yaitu untuk
mengangkut CPO dari para pemasok dan mengantarkan CPO ke pelabuhan
sudah tersedia dalam jumlah yang cukup. Sementara untuk infrastruktur
28
juga sudah terbilang lengkap, gudang tempat penyimpanan sementara CPO
yang diperoleh dari supplier sudah dimiliki oleh PT. AJP.
Lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal yang memengaruhi PT. Aman Jaya Perdana dalam
menentukan strategi pemasar meliputi; pandangan masyarakat di negara tujuan
ekspor, pasar luar negeri, pemerintah, dan peran asosiasi GAPKI.
1. Pandangan masyarakat negara tujuan dan Pasar Luar Negeri
Aturan yang berlaku di negara tujuan ekspor CPO PT.AJP ternyata ikut
mendukung dan memberikan ruang bagi ekspor CPO. Hal ini dikemukakan
oleh pihak perusahaan bahwa selama ini respon pasar di negara tujuan ekspor
cukup baik. Meskipun sempat ada pemberitaan larangan masuk CPO
Indonesia ke pasar Uni Eropa dikarenakan dalam proses pembukaan lahan
banyak merusak lingkungan dan ekosistem namun ternyata tidak terlalu
berdampak signifikan pada ekspor CPO PT. AJP. Hal tersebut dikarenakan
pemberitaan-pemberitaan di berbagai media perihal larangan masuk CPO
Indonesia ke pasar Uni Eropa bernuansa politis yang dapat merugikan pelaku
pasar usaha di dalam negeri. Kenyataan ini seperti diungkapkan oleh Wakil
Ketua Delegasi Parelmen Uni Eropa yang membantah adanya larangan dari
institusinya agar produk minyak kelapa sawit mentah (CPO) tak bisa
menembus pasar Eropa. Keputusan proteksi dan institusi UE hnya pelabelan
untuk mengindikasikan bahwa produk ini terbuat dari CPO, minyak zaitun
atau bunga matahari. Adapun keterangan label itu berdasarkan permintaan
dari warga mereka sendiri. Oleh sebab itu dibuat kebijakan tersebut.
Sementara itu, anggota parlemen UE asal Inggris, Richard Ashwort
menyarakan agar Pemerintahan Indonesia membuat suatu program untuk
menjangkau politik dunia dan memberikan informasi mengenai kandungan
CPO RI tidak membahayakan lingkungan
(http://dunia.news.cica.co.id/news/read/603003-ue--tidak-ada-larangan-
cpoindonesia-masuk-eropa). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
29
dikatakan bahwa aturan yangberlaku di negara tujuan ekspor ternyata menjadi
ancaman bagi PT Aman Jaya Perdana dalam melakukan pemasaran ekspor
produk CPO karena sewaktu-waktu bisa menghambat kegiatan ekspor CPO
dari perusahaan, walaupun buyer CPO hanya menghendaki standar produk
diakui secara internasional terpenuhi oleh PT. AJP tetapi tetap saja dapat
menghambat perkembangan ekspor CPO.
Sementara, adanya pangsa pasar global yang berpotensi terlihat pada
permintaan produk Crude Palm Oil (CPO) secara umum di pasar luar negeri
tergolong tinggi, hal ini terlihat pada standar kuota minimal ekspor yang
ditetapkan untuk dapat oleh perusahan penyedia Crude Palm Oil (CPO).
Perkembangan Indonesia sebagai produsen CPO dunia terlihat pada
peningkatan produksi pada beberapa dekade. Pada tahun 1964-1969, Nigeria
merupakan negara produsen utama dunia. Produksi CPO Nigeria rata-rata
32.56% dari total produksi CPO dunia, sementara total produksi CPO
Indonesia 13.4%. Selanjutnya, pada tahun 2006 produksi CPO Indonesia
mencapai 16.6 juta ton, sedangkan Malaysia sebesar 15.29 juta ton. Sejak
2006, Indonesia berhasil mengungguli Malaysia dengan pangsa masing-
masing 44.43% dan 40,9% terhadap produksi CPO dunia. Keberhasilan ini
sekaligus mencerminkan pertumbuhan produksi CPO Indonesia lebih besar
dibandingkan dengan Malaysia, yakni 11,6% per tahun dan 10.9% per tahun.
Pada tahun 2013, produksi CPO Indonesia mencapai 31 juta ton (55.5%) dan
produksi CPO Malaysia mencapai 19.2 juta ton, dengan pangsa 34.4%. (data
Oil World- Perkembangan Produksi CPO Dunia Tahun 1964-2013).
Berdasarkan data tersebut, maka terlihat bahwa sebagai produsen CPO
Indonesia terus mengalami peningkatan. Bahkan produk CPO yang telah
memenuhi standar dapat besaing di pasar internasional. Secara umum potensi
pasar CPO sangat besar dan hal ini mendorong pelaku usaha CPO secara
berkesinambungan meingkatkan potensi sehingga dapat bersaing di pasar
CPO dunia yang terus meningkat secara signifikan. Pasar luar negeri selama
ini sangat berperan dalam menunjang pemasaran produk CPO PT. Aman Jaya
Perdana.
30
2. Pemerintah
Peran pemerintah dalam pemasaran CPO terlihat pada penentuan Harga
Patokan Ekspor (HPE) dan besaran pajak ekspor yang harus dibayar oleh PT.
Aman Jaya Perdana. Dalam hal ini pajak yang ditetapkan pemeerintah lebih
tinggi dibandingkan dengan pajak yang berlaku pada negara saingan yaitu
Malaysia. Pajak ekspor CPO yg diberlakukan Pemerintah Indonesia mencapai
8%-22%, sedangkan pajak ekspor CPO Malaysia hanya 4,5%. Selain masalah
pajak masalah lainnya yang harus dihadapi oleh para produsen CPO ialah
soal sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) , ISPO merupakan
sertifikat yang diperlukan oleh para produsen CPO Indonesia untuk
menunjukan bahwa CPO Indonesia ramah lingkungan dan sustainable.
Disamping kekurangan yang dimiliki pemerintah Indonesia, namun ada juga
tindakan pemerintah yang mendukung, yaitu pemerintah berperan dalam
menetapkan standar produk CPO nasional Indonesia dengan adanya standar
mutu SNI 01-2901-2006 dengan mutu minyak kelapa sawit yang umum
dipakai dalam perdagangan internasional sesuai dengan perkembangan yang
terakhir. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah lebih
menjadi ancaman dalam aktivitas perusahaan.
3. Peran asosiasi GAPKI
PT.AJP sebagai perusahaan yang bergerak di bidang ekspor CPO , menjadi
anggota GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia). Asosiasi ini
sesungguhnya memiliki peran untuk melakukan berbagai upaya memajukan
industri kelapa sawit di Indoneisa. GAPKI selaku mitra pemerintah telah
memberikan masukan-masukan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyususn berbagai kebijakan terkait dengan hal-hal seputar usaha kelapa
sawit, termasuk penetapan kebijakan tata niaga minyak sawit yang
memberikan harga jual yang menarik sehingga akan merangsang untuk
melakukan investasi pada perkebunan kelapa sawit.
Namun pada kenyatannya menurut pihak perusahaan GAPKI tidak begitu
memiliki banyak peran bagi PT. AJP di dalam memasarkan produk CPO ke
31
luar negeri, karena perusahaan ketersediaan CPO merupakan tanggung jawab
pribadi perusahaan sementara harga CPO dunia digunakan sebagai patokan
harga jual CPO. Perusahaan harus berupaya sendiri dalam mencari pasokan di
dalam negeri serta mencari pasar di luar negeri.
Hal ini bertentangan dengan pernyataan Heiranto (2008) bahwa anggota
GAPKI menyediakan minyak sawit sebagai bahan baku untuk kepentingan
industri dalam negeri dengan jumlah yang cukup dan secara terus menerus,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap minyak goreng
dengan harga terjangkau dan juga mengekspor minyak sawit dalam
meningkatkan pendapatan devisa negara juga. Hal ini sesuai dengan tujuan
GAPKI menurut Herianto (2000) yang di antaranya adalah:
1. Mengembangkan usaha-usaha perkelapa sawitan seutuhnya dalam
rangka menunjang kebijaksanaan pemerintah di bidang perkebunan.
2. Mempersatukan perusahan-perusahan kelapa sawit di Indonesia agar
menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang dapat meningkatkan
kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
3. Meningkatkan daya saing perusahaan kelapa sawit Indonesia di pasar
internasional.
Berdasarkan penjelasan tersebut, makadapat dikatakan bahwa keberadaan
asosiasi pengusaha yang tergabung dalam gabungan pengusaha kelapa sawit
Indonesia (GAPKI) hanya berperan mengkontrol harga dan standar produk,
sementara tidak menjadi fasilitator dalam memperoleh dan memasarkan
produk CPO di pasar luar negeri. Adapaun hal ini menjadi peluang karena
sebenarnya GAPKI bisa sangat membantu dalam aktivitas perusahaan.
32
SWOT Analysis
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat matriks hasil analisis
SWOT berdasrkan faktor eksternal dan i nternal sebagai berikut:
Tabel 2. Analisis terhadap Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
Penetapan Strategi Pemasaran CPO oleh PT Aman Jaya Perdana
Faktor Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
Faktor Internal:
1. Kualitas SDM
2. Struktur organisasi
3. Sarana & Infrastuktur
Faktor Eksternal:
1. Pandangan masyarakat
negara tujuan & Pasar
Luar Negeri
2. Pemerintah
3. Peran asosiasi GAPKI
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Beranjak dari SWOT PT Aman Jaya Perdana terkait dengan strategi pemasaran
Crude Palm Oil (CPO) maka disusunlah matriks SWOT sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil SWOT Analisis PT Aman Jaya Perdana
S (Strenght)- Kekuatan
1. Kualitas SDM mampu
menjalin hubungan baik
dengan supplier
2. Sarana dan infrastruktur
yang dimiliki sudah
mendukung
W(Weakness)-
Kelemahan
Struiktur Organisasi
tidak memiliki bagian
khusus yang
menangani kegiatan
ekspor
33
O (Opportunity)- Peluang
1. Pangsa pasar CPO
Indonesia di luar negeri
semakin meningkat
2. Peran asosiasi (GAPKI)
Strategi S-O
1. Berupaya menjalin
hubungan dengan pihak
suplier
2. Terus berupaya
memperluas jaringan
penyuplai produk
Strategi W-O
Memilih broker yang
handal dalam
pemasaran
T (Threats) – Ancaman
1. Pandangan masyarakat
negara tujuan tentang CPO
Indonesia
2. Pemeritah
Strategi S-T
1. Terus menjaga standar
kualitas CPO bagi para
konsumen
2. Berupaya menjalin
hubungan dengan
suplier dari luar wilayah
Lampung (Bengkulu)
Streategi W-T
Berupaya memenuhi
standar kualitas ISO
dan PORAM (Palm Oil
Refiners Association of
Malaysia)
Berdasarkan dari tabel hasil SWOT analisis terhadap PT Aman Jaya Perdana
dalam proses pemasaran Crude Palm Oil (CPO) maka diketahui ada beberapa hal
penting yang menjadi dasar pertimbangan dalam menyusun strategi pemasaran di
antaranya adalah:
Kekuatan (Strengh)
PT Aman Jaya Perdana memiliki kekuatan dalam factor internal, kualitas SDM
dan sarana infrastruktur yang dimiliki PT. AJP sangat mendukung aktivitas
perusahaan. Kualitas SDM yang selalu menetapkan quality control pada produk
yang didapat dari supplier sehingga produk selalu bisa memenuhi standar kualitas
ekspor serta membangun hubungan baik dengan para supplier membuat CPO
yang dijual perusahaan diterima baik oleh buyer.
Kelemahan (Weakness)
Struktur organisasi PT AJP yang belum memiliki bagian untuk menangani
kegiatan ekspor merupakan kekrungan yang dimiliki perusahaan, mengingat
perusahaan yang sudah menjangkau pasar ekspor diperlukan bagian sendiri untuk
mengurus kegiatan ekspor perusahaan. Selain itu perusahaan tidak memproduksi
CPO sendiri namun memperoleh pasokan dari supplier rekanan. Perusahaan hanya
menerima pendapatan penjualan berdasarkan nilai kesespakatan dengan pihak
broker. Jika ditinjau dari rantai suplai produk maka untuk sistem distribusi, PT
34
Aman Jaya Perdana melakukan secara langsung atau/ tanpa agen. Perusahan juga
tidak melakukan promosi secara khusus terkait dengan produk Crude Palm Oil
yang dijual.
Peluang (Opportunity)
PT. Aman Jaya Perdana memiliki kesempatan untuk tetap mengembangkan pasar
dengan adanaya peluang pasar luar negeri atas produk CPO dan pandangan positif
dari masyarakat luar terkait dengan berkembangnya perkebunan sawait sebagai
penyuplai produk CPO.
Peran GAPKI sendiri sebenarnya menjadi peluang untuk perusahaan karena
dengan bantuan GAPKI perusahaan bisa lebih mengembangkan pasar..
Ancaman (Threats)
Pemerintah dalam hal ini merupakan salah satu ancaman yang dimiliki PT, AJP,
dengan pajak ekspor yang lebih tinggi dari pesaing mengakibatkan CPO Indonesia
sulit bersaing dengan CPO Malaysia, selain itu Pemerintah yang belum
mengeluarkan sertifikasi ISPO untuk CPO Indonesia membuat CPO Indonesia
sewaktu-waktu dapat sulit diterima oleh buyer luar negeri. Selain pemerintah,
ancaman juga datang dari pandangan masyarakat tujuan, pandangan masyarakat
tujuan yang masih menilai negative terhadap CPO Indonesia sewaktu-waktu bisa
mempengaruhi ekspor CPO perusahaan meskipun buyer tidak memperdulikan itu.
35
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Strategi pemasaran PT.AJP mengacu pada 4P marketing mix, yaitu :
Strategi produk PT.AJP adalah produk yang dijual kepada buyer
dalam hal ini CPO sudah memenuhi standar PORAM dan SNI.
Untuk strategi harga PT. AJP menetapkan harga berdasarkan harga
rata-rata CPO di bursa Rotterdam dan Kuala Lumpur serta harga
patokan ekspor (HPE) di BEI dengan pembobotan 60% HPE, 20%
bursa Rotterdam, dan 20% bursa Kuala Lumpur. Pihak yang berperan
dalam menentukan harga ialah owner yang sekaligus merangkap
penjualan
PT. AJP menggunakan strategi distrbusi tidak langsung dengan
menggunakan jasa broker dan untuk mendistribusikan produk ke
buyer broker menggunakan sistem FOB (Freee On Board).
PT. AJP tidak menggunakan media khusus untuk melakukan promosi
dengan pertimbangan biaya promosi yang terlalu besar tidak seimbang
dengan return yang diterima perusahaan, jadi perusahaan hanya
memanfaatkan broker untuk mempromosikan produk.
2. Dalam proses penetapan strategi pemasaran CPO PT. AJP
mempertimbangkan 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal mencakup kualitas sumber daya manusia,struktur
organisasi, dan sarana infrastruktur. Sementara untuk faktor eksternal
meliputi pandangan masyarakat tujuan, pemerintah, peran asosiasi
GAPKI, dan pasar luar negeri.
36
SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas maka peniliti dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. PT. AJP harus memperbanyak jumlah supplier CPO agar dapat menambah
persediaan CPO untuk memenuhi kuota ekspor.
2. Struktur Organisasi PT.AJP perlu ditambah di bidang ekspor agar
perusahaan bisa mengontrol aktivitas ekspor sendiri.
3. PT. AJP harus bisa membangun hubungan baik dengan GAPKI agar dapat
menerima masukan terkait dengan pesediaan perusahaan untuk
mengembangkan pangsa pasar.
4. PT. AJP juga perlu melengkapi CPO dengan ISPO ( Indonesia Sustainable
Palm Oil ) yaitu sertifikat yang menunjukan CPO Indonesia ramah
lingkungan dan sustainable sehingga padangan negara tujuan ekspor
terkait dengan perkebunan sawit sebagai penghasil produk CPO ramah
terhadap lingkungan dan tetap memelihara lingkungan.
5. PT. AJP dapat melakukan negosiasi dengan pemerintah untuk mencoba
menurunkan pajak ekspor yang terlalu tinggi dibandingkan Malaysia
KETERBATASAN PENELITIAN
Penulis menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan dalam penelitian ini antara
lain:
1. Penelitian ini masih terbatas meneliti pemasaran produk CPO pada kurun
waktu yang singkat yaitu dari tahun 2010-2014 tanpa mengerti situasi dan
kondisi finasnsial internal perusahaan yang bersifat pribadi.
37
2. Peneliti tidak meneliti secara mendalam terkait dengan kinerja rantai suplai
produk dari pihak PT. Aman Jaya Perdana hingga sampai pada konsumen.
3. Peneliti juga tidak meneliti secara lebih detail terkait dengan hal-hal apa
yang memungkinkan persediaan CPO dapat menurun kualitasnya atau
terjadinya kelangkaan CPO. Melalui penganalan potensi munculnya
penurunan kualitas dan kelangkaan dapat menjadi bahan pertimbangan
perusahaan terkait dengan upaya untuk mengantisipasinya yang mungkin
akan memberikan hasil yang berbeda nantinya.
Berdasarkan keterbatasan tersebut diatas, maka beberapa hal yang dapat
dijadikan untuk penelitian mendatang antara lain:
1. Penelitian mendatang perlu meneliti kondisi finasnsial internal perusahaan
sehingga lebih mengenal bagaimana kondisi perusahaan.
2. Peneliti perlu meneliti secara mendalam terkait dengan kinerja rantai suplai
produk dari pihak perusahan hingga sampai pada konsumen.
3. Peneliti juga perlu mengetahui upaya yang telah dilakukan perusahaan dalam
mengantisipasi kelangkaan stok CPO dan penurunan kualitas CPO mungkin
akan memberikan strategi pemasaran yang berbeda nantinya.
38
Daftar Pustaka
Anggit, Rashid Y.A.D., Suyastiri, Ni Made, Suprihanti, Antik., 2012. Analisis
Daya Saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di Pasar Internasional.
SEPA Vol 9 No 1.
Anonim, 2010. Kinerja Ekspor CPO Indonesia Tak Terganggu Isu
Lingkung. http://www.greenomics.org. Diakses tanggal 23 maret 2014
Darmawan, Gani., 2013. Peran Pertanian dalam Perekonomian Indonesia.
http://blog.umy.ac.id. Diakses tanggal 23 maret 2014.
Hasibuan, Akhmaluddin., 2012. Manjemen Perubahan, Membalik Arah
Menuju Perkebunan Yang Tangguh Melalui Strategi Optimalisasi
Efisien. Andi Offset, Yogyakarta.
Mangoensoekarjo S., dan Semangun H., 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Martono, Siswo., 2012. Analisis Strategi Pemasaran PT. Intercraft Sedati
Sidoarjo. SNASTI
Prayogo, Oginawa., 2013. Ini 3 Masalah Industri Kelapa Sawit di Tahun 2012.
http://industri.kontan.co.id. Diakses tanggal 23 maret 2014.
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/07/20062166/Acuan.Harga.Eks
por.CPO.Diubah).
http://www.gapki.or.id/Page/PressReleaseDetail?guid=d414bf22-e99e-4cbd-
9305-1deb5d019f4e
39
Lampiran 1
Gambar 3. Struktur Organisasi PT Aman Jaya Perdana
Kepala Bagian
Adm&Keuanga
n
Kepala
Bagian
Personalia
Kepala
Bagian
Pembelian
Kepala Bagian
Pemasaran
Staf
Staf
Staf
Staf
Direktur
40
Lampiran 2 REALISASI EKSPORT CPO
PT. AMAN JAYA PERDANA TAHUN 2010
NO BULAN TANGGAL JUMLAH NILAI
HARGA RATA-RATA
PEB BARANG (KG) PABEAN (USD) (PER KG)
1 JANUARI 22-01-2010 4.000.000,00 2.877.500,00
0,7194
2 FEBRUARI 12-02-2010 5.500.000,00 4.073.500,00
0,7406
3 MARET 29-03-2010 6.000.000,00 4.560.000,00
0,76
4 APRIL 20-04-2010 2.000.000,00 1.576.500,00
0,7883
5 MEI 14-05-2010 2.000.000,00 1.547.000,00
0,7735
6 JUNI 09-06-2010 2.000.000,00 1.564.000,00
0,782
15-06-2010 2.000.000,00 1.530.000,00
0,765
7 JULI - - -
8 AGUSTUS 02-08-2010 5.000.000,00 3.748.500,00
0,7497
06-08-2010 3.000.000,00 2.282.500,00
0,7608
9 SEPTEMBER 03-09-2010 500.000,00 425.000,00
0,85
17-09-2010 1.280.000,00 1.110.400,00
0,8675
10 OKTOBER 18-10-2010 500.000,00 412.500,00
0,825
25-10-2010 3.000.000,00 2.647.500,00
0,8825
11 NOVEMBER 27-10-2010 1.000.000,00 932.500,00
0,9325
29-10-2010 5.500.000,00 4.838.750,00
0,8798
12 DESEMBER 30-11-2010 3.000.000,00 3.195.000,00
1,065
09-12-2010 1.160.000,00 1.299.200,00
1,12
13-12-2010 2.000.000,00 2.270.000,00
1,135
JUMLAH 49.440.000,00 40.890.350,00
41
REALISASI EKSPORT CPO
PT. AMAN JAYA PERDANA TAHUN 2011
NO BULAN TANGGAL JUMLAH NILAI HARGA RATA-
RATA
PEB BARANG (KG) PABEAN (USD) (PER KG)
1 JANUARI 17-01-2014 2.000.000,00 2.395.000,00 1,1975
18-01-2014 500.000,00 595.000,00 1,19
2 FEBRUARI 31-01-2011 500.000,00 550.000,00 1,1
3 MARET 25-02-2011 500.000,00 550.000,00 1,1
09-03-2011 1.500.000,00 1.821.250,00 1,2142
28-03-2011 2.000.000,00 2.405.000,00 1,2025
4 APRIL 04-04-2011 500.000,00 590.000,00 1,18
08-04-2011 500.000,00 550.000,00 1,1
5 MEI 06-05-2011 2.500.000,00 2.830.000,00 1,132
11-05-2011 500.000,00 550.000,00 1,1
6 JUNI 31-06-2011 1.500.000,00 1.732.500,00 1,155
17-06-2011 1.000.000,00 1.123.000,00 1,123
7 JULI 08-07-2011 1.500.000,00 1.600.000,00 1,0667
08-07-2011 3.000.000,00 3.115.000,00 1,0383
8 AGUSTUS 10-08-2011 1.000.000,00 1.002.500,00 1,0025
9 SEPTEMBER 16-09-2011 1.000.000,00 1.055.000,00 1,055
10 OKTOBER 14-10-2011 500.000,00 522.500,00 1,045
11 NOVEMBER 15-11-2011 500.000,00 550.000,00 1,1
25-11-2011 2.500.000,00 2.373.000,00 0,9492
42
12 DESEMBER 07-12-2011 1.000.000,00 992.500,00 0,9925
JUMLAH 24.500.000,00 26.902.250,00
REALISASI EKSPORT CPO PT. AMAN JAYA PERDANA
THN 2012
NO BULAN TANGGAL JUMLAH NILAI HARGA RATA-
RATA
PEB BARANG (KG) PABEAN (USD) (PER KG)
1 JANUARI 16-01-2012 4.500.000,00
4.413.500,00 0,9808
2 FEBRUARI 31-01-2012 510.000,00
512.550,00 1,005
10-02-2012 1.500.000,00
1.518.750,00 1,0125
23-02-2012 3.000.000,00
3.180.000,00 1,06
3 MARET 09-03-2012 1.020.000,00
1.068.450,00 1,0475
13-03-2012 1.000.000,00
1.070.000,00 1,07
28-03-2012 1.000.000,00
1.120.000,00 1,12
4 APRIL 23-04-2012 2.000.000,00
2.242.500,00 1,1213
5 MEI 30-04-2012 1.500.000,00
1.681.250,00 1,1208
15-05-2012 1.000.000,00
1.130.000,00 1,13
6 JUNI 05-06-2012 1.000.000,00
1.130.000,00 1,13
7 JULI 03-07-2012 1.000.000,00
1.007.500,00 1,0075
04-07-2012 1.000.000,00
1.005.000,00 1,005
17-07-2012 1.000.000,00
1.005.000,00 1,005
8 AGUSTUS 07-08-2012 1.000.000,00
990.000,00 0,99
07-08-2012 1.000.000,00
990.000,00 0,99
43
9 SEPTEMBER 04-09-2012 1.000.000,00
975.000,00 0,975
04-09-2012 1.000.000,00
975.000,00 0,975
10 OKTOBER 09-10-2012 1.000.000,00
820.000,00 0,82
09-10-2012 1.000.000,00
820.000,00 0,82
11 NOVEMBER -
-
12 DESEMBER -
-
JUMLAH 27.030.000,00
27.654.500,00
REALISASI EKSPORT CPO PT. AMAN JAYA PERDANA
TAHUN 2014
NO BULAN TANGGAL JUMLAH NILAI HARGA RATA-
RATA
PEB BARANG (KG) PABEAN (USD) (PER KG)
1 JANUARI - -
-
2 FEBRUARI 07-02-2014 7.500.000,00
6.112.500,00
0,815
3 MARET - -
-
4 APRIL - -
-
5 MEI - -
-
6 JUNI 30-05-2014 1.000.000,00
860.000,00
0,86
7 JULI 11-07-2014 500.000,00
397.500,00
0,795
21-07-2014 5.000.000,00
4.015.000,00
0,803
44
21-07-2014 2.000.000,00
1.620.000,00
0,81
8 AGUSTUS 17-08-2014 5.000.000,00
3.987.500,00
0,7975
17-08-2014 1.000.000,00
780.000,00
0,78
9 SEPTEMBER - -
-
10 OKTOBER 24-10-2014 1.000.000,00
627.500,00
0,6275
11 NOVEMBER 05-11-2014 2.000.000,00
1.300.000,00
0,65
12 DESEMBER
JUMLAH 25.000.000,00
19.700.000,00
Top Related