8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
1/22
BAB I
PENDAHULUAN
Short Bowel Syndrome (SBS) merupakan suatu keadaan malabsorpsi sebagai
akibat dari reseksi masif usus halus. Keadaan ini memiliki karakteristik sebagai
ketidakmampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan energi-protein, cairan,
elektrolit, dan mikronutrien dengan asupan biasa. (1) Bagian usus yang mengalami
cedera menentukan jenis mikronutrien yang akan berkurang di dalam darah oleh
karena malabsorpsi. ejala utama SBS adalah diare. !iare ini bila berkelanjutan akan
berdampak luas pada fisiologi tubuh penderita, yaitu dapat menimbulkan dehidrasi,
malnutrisi dan penurunan berat badan. ejala lain yang mungkin terjadi adalah kram
perut, kembung, rasa panas di dada, dan kelelahan. (")
#nsiden dan pre$alensi dari SBS sangat sulit diestimasi. %eskipun demikian
sebuah laporan oleh &ennard dan 'ones pada tahun ", menyatakan bah*a di
negara #nggris, diestimasikan insiden dari SBS yang membutuhkan terapi adalah "
pasien untuk tiap juta ji*a. Sedangkan data yang dilaporkan oleh Byrne dkk.
menunjukkan bah*a di negara +merika terdapat sekitar 1. hingga ". pasien
SBS yang dira*at dengan nutrisi parenteral.
enyebab utama SBS adalah hilangnya segmen usus halus oleh karena
tindakan pembedahan. emotongan segmen usus ini merupakan tindakan terapi pada
beberapa penyakit usus, jejas pada usus, maupun defek usus yang muncul sejak lahir.
ada bayi baru lahir, SBS dapat terjadi pasca reseksi usus oleh karena berbagai
kondisi seperti necrotizing enterocolytis (/), defek congenital dari usus seperti
$ol$ulus midgut, omfalokel dan gastroschisis, atresia jejunoileal, hernia interna, dan
keadaan lain seperti mekoneum ileus. Sedangkan pada anak-anak dan orang de*asa,
SBS dapat terjadi pasca reseksi usus oleh karena berbagai keadaan seperti
intususepsi, penyakit inflamasi usus seperti penyakit /hron, jejas traumatik pada
usus, kanker usus dan kerusakan pada usus oleh karena terapi kanker usus. SBS juga
dapat disebabkan oleh penyakit atau jejas pada usus yang dapat mengganggu fungsi
normal usus, dalam keadaan ini, panjang usus dapat normal.
1
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
2/22
0atalaksana SBS yang utama ialah terapi nutrisi yang baik dan benar.
0atalaksana SBS dapat berupa terapi rehidrasi cairan per oral, nutrisi parenteral,
nutrisi enteral, dan obat. 0erapi rehidrasi cairan per oral adalah pemberian larutan
yang terdiri dari gula dan garam. utrisi parenteral terdiri dari cairan, elektrolit, dan
nutrisi yang diberikan secara intra$ena. utrisi parenteral memiliki peran yang sangat
penting dalam pengelolaan SBS, namun memiliki beberapa komplikasi dalam
pelaksanaannya termasuk penyakit hati kolestatik. Sedangkan nutrisi enteral adalah
cara memberikan nutrisi ke lambung atau ke usus halus melalui pipa makanan.
!alam tatalaksana SBS perlu dipertimbangkan tingkat keparahan penyakit. ntuk
SBS yang ringan, tatalaksananya terdiri dari pemberian makanan dalam jumlah
sedikit namun sering, pemberian cairan dan suplemen nutrisi, dan obat antidiare.Sedangkan untuk SBS yang sedang, tatalaksananya hampir sama dengan SBS yang
ringan hanya saja ada tambahan berupa pemberian nutri parenteral yang berisi cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan. ntuk SBS yang berat, pasien dapat tetap diberikan
nutrisi enteral atau makanan secara kontinu meskipun banyak nutrien yang tidak
diabsorpsi. 2al ini digunakan untuk merangsang segmen usus yang masih tersisa
untuk dapat segera kembali berfungsi dengan normal sehingga diharapkan pemberian
cairan secara parenteral dapat dihentikan. 0ransplantasi usus dapat menjadi pilihan
terapi untuk beberapa pasien yang gagal dengan terapi kon$ensional dan pasien yang
menderita berbagai keluhan akibat komplikasi pemberian nutrisi parenteral dalam
*aktu yang lama. Komplikasi tersebut dapat berupa sepsis, pengentalan darah, dan
gagal hati yang dapat mengarah pada kemungkinan dibutuhkannya transplantasi hati.
(") Selain transplantasi, masih ada terapi bedah yang dapat dilakukan dengan tujuan
untuk memperlambat transit usus seperti membalik segmen usus halus, interposisi
segmen kolon di antara segmen usus halus, pembuatan katub usus halus, dan
pemasangan pacu elektrik pada usus halus, prosedur longitudinal intestinal
lengthening and tailoring (&0), serial transverse enertoplasty procedure (S0).
amun efektifitas dari berbagai tindakan pembedahan ini masih dipertanyakan
efektifitasnya sehingga masih jarang dilakukan secara rutin sebagai terapi SBS. (3)
2
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
3/22
+khir-akhir ini, penekanan pada rehabilitasi usus adalah dengan tim
multidisipliner sebagai pendekatan komprehensif untuk pengelolaan pasien dengan
SBS. ada beberapa institusi, tim tersebut terdiri dari ahli bedah, ahli
gastroenterologi, terapis okupasi, ahli bedah transplantasi, dan pekerja sosial. (1) 4leh
karena itu bagi seorang ahli bedah, diperlukan pengetahuan yang baik dalam
menangani kasus SBS dengan komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
4/22
1. !efinisi Short Bo*el Syndrome
Short Bo*el syndrome adalah kumpulan gejala akibat kondisi malabsorbsi
berat yang terjadi setelah dilakukannya tindakan reseksi luas pada usus halus. Short
Bo*el Syndrome juga dapat didefinisikan sebagai sisa panjang usus halus 1-1"
cm tanpa kolon, atau sisa panjang usus halus 5 cm dan kolon masih intak. asien
dengan SBS akan mengalami gejala klinis seperti diare kronis, dehidrasi, kelainan
akibat kekurangan elekrolit, malnutrisi yang kesemua hal tersebut disebabkan adanya
gangguan pencernaan dan gangguan penyerapan. 0atalaksana SBS ber$ariasi, dapat
dilakukan dengan hanya memberikan manipulasi diet hingga pasien-pasien yang
memerlukan nutrisi parenteral, bahkan hingga transplantasi usus halus. Short Bo*elsyndrome lebih banyak terjadi pada pasien *anita dibandingkan pria, kemungkinan
disebabkan *anita yang pada a*alnya memang memiliki panjang usus yang relati$e
lebih pendek daripada pria. (6)
anjang usus halus pada orang de*asa berkisar antara 375-7 cm,
apabila reseksi luas pada usus halus akan dilakukan, reseksi 859 usus halus dapat
ditoleransi dengan baik tanpa perlu dilakukan inter$ensi, reseksi 5-:59 sering
memerlukan manipulasi diet, suplementasi oral, dan pengobatan untuk meningkatkan
absorbsi pada usus halus, dan reseksi ;:59 sering memerlukan nutrisi parenteral
yang berkepanjangan. Berdasarkan panjangnya usus halus yang tersisa, pasien dengan
panjang usus halus imal lebih dapat ditoleransi dengan baik
dari pada reseksi pada distal. =eseksi pada jejunum lebih dapat ditolerir daripada
reseksi ileum.
=eseksi pada jejunum lebih ditoleransi dibandingkan reseksi pada ileum
dengan panjang reseksi yang sama, dikarenakan ileum lebih mudah beradaptasi dan
berfungsi mengabsorbsi asam amino, karbohidrat, asam lemak, dan $itamin. #leum
4
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
5/22
yang lengkap dapat membantu mempertahankan kekentalan garam empedu dan
absorbs $itamin B1". %asa transit usus halus dapat dipertahankan bila ileum,
ileocaecal dan colon masih dapat diselamatkan. enyerapan cairan dapat berlangsung
dengan baik pada reseksi jejunum oleh karena mukosa ileum mempunyai kemampuan
untuk mengabsorbsi lebih baik dibandingkan bagian usus halus pro>imal, sedangkan
kolon dapat meningkatkan kemapuan penyerapannya hingga tiga kali lipat. %eskipun
kolon mampu meningkatkan kemampuannya pada reseksi usus halus, restriksi diet
sering diperlukan untuk meningkatkan fungsi optimal penyerapan.
". tiologi dan ejala Klinis Short Bo*el Snydrome
Short Bo*el Snydrome dapat terjadi pada pasien de*asa maupun pasienanak-anak dan mempunyai gejala klinis yang hamper sama. Short bo*el syndrome
terjadi oleh karena tindakan reseksi luas pada usus halus, penyebab dilakukannya
reseksi pada pasien de*asa dan anak-anak antara lain
a. asien de*asa
- crohn?s disease,
- iskemi akut mesenterika,
- $ol$ulus (obstruksi usus halus),
- Kerusakan saluran cerna sebagai akibat dari trauma
- Keganasan dan kerusakan pada saluran cerna yang disebabkan terapi pada
keganasan
- mboli @ thrombus pembuluh darah pada usus
- 2ernia strangulate
- Aistula pada usus halus
- #atrogenic pada terapi pembedahan obesitas
b. asien bayi dan anak-anak
- necrotiing enterocolitis, suatu kondisi yang terjadi pada bayi-bayi
premature dan menyebabkan kematian jaringan usus.
5
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
6/22
- Kelainan congenital pada usus, seperti $ol$ulus, omphaocele, dan
gastrochisis, atresia yeyunoileal, hernia internal, intussusepsi, hirschprung
dan congenital short bo*el syndrome.
- #leus mekonium, suatu kondisi dengan cystic fibrosis
0anda dan ejala
!iare adalah gejala utama dari short bo*el syndrome. !iare dapat memicu
timbulnya dehidrasi, malnutrisi, dan turunnya berat badan. %asalah-masalah ini
dapat memburuk dan menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
ejala yang lain melingkupi C
-Kram
- Kembung
- =asa panas di dada ( heartburn )
- &emas dan kelelahan
0ingkat atau stadium SBS C
1. =ingan, apabila SBS masih dapat diatasi dengan pemberian nutrisi secara oral
dan pengaturan diet
". Sedang, apabila pemenuhan nutrisi SBS harus sudah melalui enteral.
3. Berat , apabila pemenuhan nutrisi SBS hanya dapat dilakukan secara
parenteral.
Kekurangan nutrisi tertentu dapat terjadi tergantung pada daerah mana dari
usus halus yang direseksi atau yang tidak berfungsi dengan baik. +bsorbsi nutrisi
pada usus halus tergantung pada tempatnya, yaituC
- !uodenum, area pertama pada usus halus, dimana at besi diserap
- Deyunum, area pertengahan pada usus halus, dimana karboidrat, protein, lemak,
dan $itamin diserap
- #leum, area terakhir pada usus halus, dimana asam empedu dan $itamin B1"
diserap.
asien dengan short bo*el syndrome juga berisiko untuk mengalami alergi pada
makanan.
6
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
7/22
3. %ekanisme Aisiologis terhadap =eseksi sus 2alus
Sepanjang 15 cm a*al dari usus halus yang merupakan duodenum dan
jejunum pro>imal mempunyai peranan yang sangat besar dalam proses penyerapan
nutrisi. Sehingga apabila terjadi reseksi atau pemotongan pada usus halus akan
menyebabkan hilangnya sejumlah permukaan usus halus dan hilangnya kemampuan
usus halus untuk melakukan penyerapan nutrisi., elektrolit dan cairan. =eseksi usus
halus menyebabkan berbagai macam perubahan fisiologis, yang kebanyakan
mengakibatkan gangguan penyerapan dan pencernaan. =eseksi usus halus juga
memicu terjadinya rangkaian perubahan morfologis dan fungsional pada usus, yang
turut membantu proses penyembuhan fungsi usus dikenal sebagai adaptasi usus halus( intestinal adaptation ). erubahan morfologis meliputi hipertrofi $ili usus untuk
meningkatkan area permukaan penyerapan, meningkatnya panjang dan diameter usus
yang tersisa, sedangkan perubahan fisiologis berupa menurunkan kecepatan transit
makanan pada usus. Bagian ini akan membahas proses pencernaan dan absorbsi yang
normal, dan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi sebagai konsekuensi
tindakan reseksi usus halus.
=eseksi pada usus halus akan menyebabkan penurunan masa transit ( transit
time ) saat makanan mele*ati usus dan menyebabkan gangguan pencernaan makanan
oleh enim-enim pencernaan, serta masa kontak antara makanan dengan permukaan
mukosa usus. Bagian distal usus mempunyai kecenderungan untuk meningkatkan
transit time dari chyme ( bahan makanan setengah tercerna ) yang mele*ati bagian
pro>imal dari usus. ada usus halus, hal ini sangat nyata terlihat pada ileum,
fenomena ini dikenal sebagai ileal brake. Aenomena ileal brake ini dimungkinkan
karena tingginya kadar peptide DD dan glucagon like peptide-" ( &-" ) pada ileum
dan colon. Sehingga reseksi yang dilakukan pada jejunum tidak akan mempengaruhi
pergerakan usus bila dibandingkan panjang reseksi yang sama pada ileum. Katub
ileocaecal dan kolon mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk
meningkatkan transit time.
7
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
8/22
encernaan terutama terjadi pada duodenum dimana chyme ( bahan makanan
yang setengah tercerna ) yang secara bertahap dikeluarkan oleh lambung, bercampur
dengan bahan-bahan sekresi dari pancreas dan kantong empedu. ada reseksi usus
halus, proses ini terganggu oleh karena peningkatan *aktu pengosongan lambung dan
pengosongan usus.
!uodenum juga merupakan tempat penyerapan kalsium, besi, dan asam folat.
Selain itu pada reseksi jejunum pro>imal, sekresi enim pancreas ( yang sekresinya
dipengaruhi oleh makanan ) dan sekresi empedu menurun sebagai akibat sel
enterochromaffin ( mensekresi secretin dan cholecystokinin ) banyak terdapat pada
jejunum pro>imal. Sebagai tambahan peningkatan asam lambung terjadi 3-7 bulan
setelah tindakan reseksi luas usus halus, yang dapat menyebabkan ulserasi pada usushalus pro>imal dan dapat memicu malabsorbsi akibat inakti$asi enim pancreas dan
garam empedu, dimana kedua enim tersebut bekerja paling baik pada p2 netral.
Aungsi normal usus juga bergantung pada kemampuan ileum terminal untuk
menyerap $itamin B1" dan garam empedu. Sepanjang 1cm bagian akhir dari ileum
adalah satu-satunya area untuk penyerapan $itamin B1". encernaan dan penyerapan
$itamin B1" juga tergantung sekresi sel parietal lambung dan hidrolisis $itamin B1"
oleh protease pancreas. aram empedu terkonjugasi membantu lemak pada makanan
dan $itamin larut lemak bercampur dengan air dan meningkatkan pencernaan dan
penyerapannya. Kekentalan garam empedu dipertahankan oleh sirkulasi enterohepatic
( sirkulasi garam empedu pada usus, lalu diserap oleh reseptor spesifik pada
sepanjang 1 cm ileum distal, kemudian dikirim kembali lagi ke hepar melalui $ena
portal dan disekresi lagi oleh li$er ke usus. Sehingga apabila dilakukan reseksi pada
sepanjang 1 cm ileum distal, garam empedu yang tidak terserap akan digantikan
oleh sintesis hepar. amun garam empedu yang tidak terserap tersebut mengadakan
kontak dengan mukosa kolon dan menyebabkan diare sekretorik, yang dikenal
sebagai cholerrheic diarrhea. Sedangkan apabila sepanjang ;1 cm ileum distal
mengalami reseksi maka kekentalan garam empedu tidak dapat dipertahankan oleh
karena kompensasi li$er tidaklah cukup. Steatorrhea akan menjadi lebih berat pada
8
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
9/22
kasus ini, dan diare sekretorik terjadi sebagai akibat tidak terabsorbsinya rantai
panjang asam lemak yang kontak dengan colon.
=eseksi usus halus, terutama reseksi yang melibatkan katub ileocaecal dapat
menyebabkan perubahan jenis dan jumlah bakteri pada usus halus dan akhirnya
memicu pertumbuhan bakteri yang berlebihan pada usus halus. Bakteri ini
menginakti$asi garam empedu sehingga menjadi kurang optimal dalam mengemulsi
lemak pada makanan dan mempengaruhi penyerapan $itamin B1". Komplikasi yang
jarang sebagai akibat pertumbuhan bakteri adalah adanya d-lactic asidosis. !-lactic
acid dihasilkan dari fermentasi karbohidrat yang tidak terserap oleh bakteri kolon
tertentu. %anusia kurang mempunyai kemampuan untuk memetabolisme d-laktat,
yang dapat terbentuk pada tubuh dan memicu anion gap positi$e metabolic asidosisdan ensefalopati. 0atalaksana yang diperlukan pada kasus ini adalah restriksi intake
karbohidrat dan antibiotic oral.
Sekresi dan absorbsi cairan oleh sistem gastrointestinal setelah reseksi usus
halus menentukan perlu tidaknya pasien tersebut mendapat cairan intra$ena. ada
keadaan normal, sejumlah E- liter cairan memasuki usus halus setiap harinya dan
hanya berkisar " liter yang berasal dari intake oral. Sekresi ini menciptakan kondisi
netral dan isotonic, yang diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi yang
optimal. Sekresi cairan tersebut paling banyak berasal dari kelenjar air liur, lambung,
saluran empedu, pancreas dan usus halus. sus halus menyerap E9 dari total cairan,
yaitu berkisar antara 1.5-" liter. Kolon menyerap 9 sisa cairan tersebut dan
meninggalkan ,1 liter cairan pada kondisi pergerakan normal kolon. ada reseksi
usus, kolon mampu meningkatkan kemampuan penyerapannya hingga mencapai "-7
liter cairan per hari.
enyerapan cairan adalah sebuah proses yang pasif dimana terjadi akibat
transport aktif elektrolit dan nutrisi. atrium diserap oleh permukaan enterocyte
melalui pompa a@K +0ase dan melalui kotranspor monosakarida dan asam amino.
2al ini menyebabkan electrochemical gradient sehingga air dapat mengalir secara
pasif dari lumen ke interstitial space melalui enterocyte. enyerapan natrium
9
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
10/22
ditentukan oleh FlonggarnyaG intracellular tight junction pada epitel permukaan usus
halus. ada jejunum, ikatan tight junction ini relati$e longgar, sehingga air dapat
berdifusi kembali kedalam lumen. #nilah yang mempertahankan kondisi isotonic yang
merupakan kondisi ideal untuk pencernaan. ada ileum dan colon ikatan tight
junction lebih ketat sehingga tidak memungkinkan adanya difusi kembali air ke
dalam lumen, mengakibatkan lumen lebih hipertonis dibandingkan plasma. 2al ini
penting untuk mempertahankan cairan.
Sehingga kolon berperan sangat penting dalam mempertahankan garam dan
air. Kolon juga mampu menyimpan hampir 6," %'@d ( 1kcal@d ) energi berasal
dari karbohidrat yang tidak terabsorbsi dan serat pada makanan. Karbohidrat tersebut
difermentasi oleh bakteri anaerob pada kolon menghasilkan rantai pendek asam
lemak, yang kemudian ditransport menuju li$er melalui sirkulasi portal.
ephrolitiasis dan cholelitiasis merupakan " komplikasi yang juga dapat
terjadi pada reseksi luas usus halus. ephrolitiasis oksalat terjadi pada reseksi usus
halus dimana hanya tersisa sedikit bagian dari kolon. ada keadaan normal oksalat
pada makanan mele*ati sistem pencernaan sebagai garam kalsium yang tidak
terlarut, namun keadaan steatorrhea konsentrasi kalsium menurun dikarenakan
kalsium berikatan dengan asam lemak dan oksalat berada dalam bentuk bebas yang
kemudian diserap oleh kolon. asien dengan SBS yang mengalami hipero>aluria
dapat diterapi dengan restriksi lemak dan oksalat pada makanan dan menambahkan
kalsium per oral. asien dengan hypero>aluria berulang dapat ditatalaksana dengan
pemberian kolestiramin ( at yang mengurangi dampak garam empedu pada kolon ),
yang dapat meningkatkan absorbs oksalat. Sebaliknya pada pasien SBS tanpa colon
lebih peka terhadap batu asam urat. /holelitiasis pada SBS disebabkan berkurangnya
jumlah aliran garam empedu, sehingga menimbulkan stasis pada aliran empedu yang
lama kelamaan akan menimbulkan batu saluran empedu. !ikarenakan tatalaksana
cholelitiasis pada pasien dengan SBS jauh lebih sulit, terdapat banyak pendapat yang
saling bertentangan tentang perlunya cholecystectomy pada pasien yang menjalani
10
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
11/22
reseksi usus halus. Beberapa ahli menyarankan perlunya reseksi kolesistektomi
profilaksis pada saat tindakan reseksi luas usus halus.
roses adaptasi usus halus yang berlangsung sebagai akibat reseksi luas usushalus, dimana usus halus yang tersisa mengadakan peningkatan kemampuan untuk
mengabsorbsi nutrisi. roses ini dimulai segera setelah tindakan reseksi usus dan
berlangsung hingga " tahun setelah tindakan. roses ini menghasilkan perubahan
morfologis, terjadi peningkatan luas permukaan pada sisa usus halus dengan cara
pemanjangan $ili-$ili usus, dan perubahan fungsional berupa peningkatan kapasitas
penyerapan fungsional enterocyte dan colonocyte serta peningkatan transit time.
%ekanisme yang menyebabkan proses adaptasi usus halus masih belum diketahui,
perubahan yang sama terjadi pada studi eksperimental menggunakan berbagai macam
at dan neurohumoral factors. Aaktor-faktor yang mempercepat proses adaptasi antara
lain C gro*th hormone, epidermal gro*th factor, insulin-like gro*th factors # and ##,
keratinocyte gro*th factor, peptide DD, glucagon-like peptide ", soluble fiber, short-
chain fatty acids, glutamine, polyamines, interleukines 3, 11 and 15, and sekresi
sistem pancreaticobiliary.
Senya*a kimia yang berperan paling besar dalam proses adaptasi usus halus
adalah glucagon like peptide-" yang dihasilkan terutama oleh ileum. Selain itu
mukosa ileum juga menghasilkan beberapa trophic hormone, dan peptide lain seperti
enteroglucagon, epidermal gro*th factor, dan insulin like gro*th factor. +khir-akhir
ini ditemukan pula senya*a lain yaitu plasma citruline sebagai biomarker potensial
untuk memprediksi kemampuan adaptasi usus halus. /itruline adalah senya*a asam
amino esensial yang diproduksi oleh sel enterocyte, semakin tinggi kadar nya di
dalam plasma darah maka semakin tinggi kemungkinan parenteral independent.
roses adaptasi usus dapat dipercepat dengan memberikan berbagai macam
macronutrient pada usus halus yang tersisa. Selain itu kompleksitas nutrisi yang
diberikan juga mempengaruhi proses adaptasi fungsional usus tersebut. Sebagai
contoh pemberian karbohidrat monosakarida yang tidak memerlukan proses
pencernaan, menyebabkan proses hyperplasia pada usus lambat dibandingkan usus
11
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
12/22
yang mendapat nutrisi karbohidrat polisakarida. 4leh karena itu semakin
kompleksitas jenis makronutrisi yang diberikan mempunyai peranan penting dalam
suksesnya proses transisi pemberian nutrisi melalui enteral. roses adaptasi usus
memakan *aktu hingga 1-" tahun, factor-faktor yang mempengaruhi proses adaptasi
usus antara lain C
1. Stimulasi oleh nutrisi intra lumen
". Stimulasi oleh sekresi pancreas dan empedu
3. fek tropis dari hormon saluran pencernaan
6. eningkatan aliran darah pada usus yang sebelumnya mengalami sumbatan
Aaktor-faktor tersebut hendaknya diupayakan agar tercapai proses adaptasi usus yang
maksimal pada usus yang tersisa.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
!iare adalah gejala utama pada short bo*el syndrome. !iare dapat
menyebabkan dehidrasi, malnutrisi, dan penurunan berat badan.
ejala-gejala lain yaitu C
• Cramping abdominal pain
• Bloating
• Heartburn
• Kelemahan dan fatigue
!efisiensi nutrien spesifik dapat terjadi tergantung bagian mana dari usus
halus yang direseksi atau yang tidak berfungsi dengan baik. embagian absorbsi
nutrien pada usus halus C
• duodenum, tempat absorbsi Ae
• jejunum, tempat absorbsi karbohidrat, protein, lemak, dan $itamin
• ileum, tempat absorbsi asam empedu dan $itamin B-1".
asien dengan SBS juga berisiko mengalami hipersensiti$itas terhadap makanan.
12
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
13/22
Pemeriksaan Fisik
emeriksaan fisik pada pasien dengan short-bo*el syndrome dapat ditemukan
beberapa petunjuk diagnosis, tergantung lama dan beratnya malabsorbsi.
• asien dengan malnutrisi protein dan energi yang berat mungkin datang
dengan temporal wasting , kehilangan massa otot jari-jari, dan edema perifer.
Kulit mungkin kering dan pecah-pecah, kuku menonjol ke atas dan atrofi
papila lidah. ada anak-anak, dapat terjadi gangguan tumbuh kembang.
• asien dengan defisiensi asam lemak esensial akan mengalami retardasi
pertumbuhan, dermatitis, dan alopecia.
• 0ampilan klinis defisiensi $itamin +, berupa ulkus kornea dan pertumbuhan
yang terlambat.
• asien dengan kadar $itamin B kompleks yang rendah dapat mengalami
stomatitis, cheilosis, dan glossitis. !efisiensi $itamin B-1 berhubungan
dengan edema, takikardi, oftalmoplegia, dan penurunan reflek tendon.!efisiensi $itamin B-7 dapat menyebabkan neuropati perifer dan kejang.
europati perifer juga dapat terjadi pada defisiensi $itamin B-1".
• !efisiensi $itamin ! berhubungan dengan pertumbuhan ekstremitas yang
jelek dan bowed extremities.
• !efisiensi $itamin berat dapat menyebabkan ata>ia, edema, dan penurunan
refleks tendon.
• 0anda fisik defisiensi $itamin K berhubungan dengan gangguan hemostasis,
yaitu petekie, ekimosis, purpura, atau gangguan diatesis lainnya.
• 0anda fisik adanya defisiensi besi yaitu anemis, spooned nail, dan glossitis.
13
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
14/22
• !efisiensi Hinc menyebabkan stomatitis angular, penyembuhan luka yang
jelek, dan alopecia, serta rash eritematosa di sekitar mulut, mata, hidung, dan
perineum.
Pemeriksaan Penunjang
• !arah lengkap
0ujuan utama pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
anemia atau tidak. !ua tipe anemia yang paling sering ditemukan adalah
anemia defisiensi Ae dan anemia defisiensi B-1".
• +lbumin
o Kadar albumin dalam plasma merupakan indikator yang penting untuk
menilai status nutrisi secara menyeluruh. rotein ini memiliki *aktu
paruh sekitar "1 hari. Bukti menunjukkan bah*a penurunan kadar
albumin yang berat, terutama diba*ah ".5 g@d&, berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas pada pasien bedah.
o +lbumin juga indikator yang baik dari sintesis protein hepatic. erlu
diperhatikan bah*a selama periode stress atau infeksi, li$er akan
cenderung lebih banyak memproduksi reaktan-reaktan fase akut
(contoh, /-reacti$e protein) dibandingkan albumin.
• realbumin
o realbumin adalah indikator yang baik untuk menilai status nutrisi
akut. Iaktu paruhnya kira-kira 3-5 hari. Banyak praktisi yang
menggunakan protein ini untuk memonitor efikasi dari regimen nutrisi
yang diberikan ke pasien mereka. amun, dikarenakan *aktu
14
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
15/22
paruhnya yang relati$e pendek, prealbumin bukan parameter yang baik
untuk skrining nutrisi. ntuk tujuan ini, lebih dipilih albumin.
o Kadar prealbumin juga dapat dipengaruhi oleh status hidrasi dan
fungsi ginjal.
• nim hepar
o nim hepatoseluler (aspartate aminotransferase J+S0, alanine
aminotransferase J+&0) penting untuk dimonitor, terutama pada
pasien yang menerima nutrisi parenteral jangka-panjang. Banyak
pasien yang mendapatkan support nutrisi parenteral jangka panjang,
kadar enim-enim ini meningkat transient dan kemudian menjadi
normal, terutama saat mereka memulai intake makanan per oral.
o Ke*aspadaan perlu ditingkatkan ketika kenaikan kadar enim ini
menjadi persisten, terutama jika kadarnya menjadi makin meningkat.
#ni merupakan kelompok pasien yang mungkin berkembang progresif
menjadi kerusakan hepatoseluler, sirosis, dan li$er failure.
• BilirubinC Bilirubin serum adalah indikator yang baik untuk menilai fungsi
hepar, tapi sensiti$itasnya untuk menilai kerusakan dini pada hepar lebih
rendah dibandingkan enim-enim hepatoseluler.
• lektrolit serum C elektrolit serum yang biasanya diukur, termasuk natrium,
kalium, klorida, dan /4", sering bermanfaat terutama pada pasien yang
diberikan nutrisi parental jangka panjang. utrisi parenteral total biasanya
berhubungan dengan gangguan komponen ini, dan koreksi sederhana biasanya
sudah cukup untuk mengatasi problem ini.
• BC %engetahui kadar B adalah penting untuk mengetahui fungsi renal.
&ebih penting lagi, pada kelompok pasien ini, peningkatan kadar B
mungkin mengindikasikan bah*a pasien mendapatkan diet protein yang
berlebih. Sebagai alternatif, jika kadar B meningkat tidak proporsional
dalam hubungannya dengan kreatinin (;"C1), pasien mungkin mengalami
dehidrasi.
15
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
16/22
• Kreatinin C kreatinin serum merupakan indikator yang baik untuk menilai
fungsi renal. +danya peningkatan kreatinin, kita harus lebih
mempertimbangkan kemungkinan penurunan fungsi renal dan mungkin perlu
merubah regimen suport nutrisi yang kita berikan.
• Kalsium, magnesium, dan fosfat serumC Kalsium dan magnesium berperan
dalam fungsi beberapa sistem enim, regulasi stabilisasi membran dan
eksitasi, dan memerankan fungsi penting pada konduksi jantung dan area lain.
Aosfat dan protein merupakan anion intraseluler yang utama. Aosfat juga
terlibat dalam pembentukan adenosine triphosphate (+0), sumber energi
utama pada metabolisme aerob. Kekurangan ion-ion ini dapat terjadi pada
diare berat, terutama steatorrhea.
• Kadar $itamin serumC Kadar $itamin serum dapat diukur. 2al ini dikerjakan
jika pada temuan klinis ditemukan gambaran khas defisiensi $itamin.
• Aaktor koagulasi C !efisiensi faktor-faktor koagulasi biasanya merupakan
tanda penyakit li$er lanjut. erlu dinilai international normalized ratio (INR!
prothrombin time ("#! dan activated partial thromboplastin time (a"##
pada semua pasien yang menjalani operasi, terutama pasien dengan disfungsi
li$er. 'ika ditemukan defek, harus segera diberikan terapi (contoh, $itamin K,
$resh $rozen plasma %&&"'
Pemeriksaan radiologis:
• =ontgen thora>C pemeriksaan foto rontgen thora> secara rutin dilakukan pada
semua pasien yang dipasang kateter $ena sentral dalam *aktu yang lama atau
temporer untuk tujuan hiperalimentasi atau tujuan lainnya. Selain itu jugadapat untuk memastikan posisi kateter $ena sudah pada tempatnya
• Aoto polos abdomen C Aoto polos abdomen bertujuan untuk preliminary
assessment status usus.
16
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
17/22
• )pper *I series with small bowel $ollow+throughC sus halus akan tampak
mengalami dilatasi karena ini merupakan mekanisme adaptasi utama dari usus
halus. +rea yang mengalami striktur akan tampak menyempit secara
signifikan. 2al ini biasanya ditemukan pada daerah anastomosis. Secara
keseluruhan, pola mukosa usus relatif tidak berubah.
17
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
18/22
18
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
19/22
19
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
20/22
• /0 Scan abdomenC /0 Scan abdomen dengan kontras dapat digunakan untuk
mengidentifikasi problem di enteral, seperti obstruksi usus. emeriksan ini
juga berguna untuk mengetahui gambaran hepar dan dapat menunjukkan jika
terdapat perubahan ke arah sirosis, atau tanda dini disfungsi li$er seperti fatty
li$er.
• S abdomenC banyak pasien dengan short-bo*el syndrome yang akhirnya
mengalami biliary sludge atau kolelitiasis. ejala-gejala yang konsisten
dengan kolik bilier atau kolelitiasis dapat ditemukan pada S abdomen.
emeriksaan ini memberikan informasi penting, seperti mengetahui ada
tidaknya batu, penebalan dinding vesica $ellea, dan diameter ductus biliaris
comunis. /holedocholithiasis dan $atty liver mungkin juga dapat ditemukan
Pemeriksaan enunjang lain:
• Bone densitometry
20
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
21/22
o asien dengan short-bo*el syndrome, terutama dengan prolonged
0, dapat mengalami penyakit tulang metabolik. %ekanisme
utamanya adalah karena malabsorbsi kalsium dan $itamin !. 0ulang
dapat mengalami dekalsifikasi dan mudah mengalami fraktur.
o !ensitas tulang dapat diperkirakan dengan dual x+ray absorptiometry.
!ensitas mineral tulang diukur dalam satuan g@cm". !ensitas tulang
pasien diukur dan dibandingkan dengan nilai normalnya. Kemudian
ditentukan apakah pasien termasuk osteopeni atau tidak. asien yang
osteopeni dapat diberikan terapi estrogenL kalsitoninL bisphosphonatesL
atau suplementasi kalsium, $itamin !, dan magnesium. asien dapat
diberi nasehat untuk meningkatkan tingkat akti$titas fisiknya secara bertahap.
Prosedur Diagnos!ik:
• Biopsi heparC asien dengan disfungsi hepar, yang dicurigai dengan modalitas
pemeriksaan kimia darah dan radiologi, pengambilan spesimen jaringan
dianjurkan. Biopsi hepar dapat dikerjakan percutaneus dengan panduanultrasound atau /0.
Temuan His!ologis : Beberapa keputusan terapetik, termasuk keputusan untuk
melakukan transplantasi, dibuat berdasarkan temuan pada gambaran histologis. 'enis
tranplantasi yang dilakukan juga berdasar pada kondisi hepar. asien dengan sirosis
hepatik memerlukan transplantasi hepar-intestinal. ada pasien tanpa sirosis dapat
melakukan transplantasi intestinal saja.
21
8/16/2019 Short Bowel Syndrome Lapkas
22/22
DAFTA" PUSTAKA
1. ko Mictor et al.. Short Bowel Syndrome in Children, Current "otential and
#herapies. ediatr !rugs "1"L 16 (3)C 1:-1EE
". ational !igesti$e !isease #nformation /learinghouse. Short Bo*el
Syndrome. #2 publication "
3. Brunicardi /harles et al. Schwartz-s .anual o$ Surgery / ed . %c ra* 2ill,"E. :"-:31
6. arish /arol =. the clinician guide to short bo*el syndrome."5
5. Byrne 0+, ersinger =&, Doung &S, et al. + ne* treatment for patients *ith
short-bo*el syndrome. ro*th hormone, glutamine, and a modified diet. 0nn
Surg . Sep 15L"""(3)C"63-56L discussion "56-5.
7. &ennard-'ones '. #ndications and need for long-term parenteral nutritionC
implications for intestinal transplantation. #ransplant "roc. !ec
1L""(7)C"6":-
:. ational !igesti$e !iseases #nformation /learinghouse. Short Bowel
Syndrome. #2 ublication "L o. N6731
E. ightingale ', Iood*ard ' %. guideline for management of patient *ith short
bo*el."7
22
Top Related