Pendahuluan
Sistem Agribisnis di Indonesia masih
menerapkan sistem terpisah, saling berdiri
sendiri, sehingga sering menimbulkan
ketidakseimbangan pada proses distribusi
produk-produknya. Mulai dari masalah
pengembangan produk agribisnis yang
tidak terpusat, distibusi produk yang
belum optimal hingga harga produk yang
fluktuatif. Pokok permasalahan yang
terjadi lebih banyak disebabkan oleh
ketidak seimbangan informasi antara
petani dengan penyalur atau dengan pasar,
sehingga sering terjadi kesalahan pada
pemilihan jenis tanaman atau jumlah
tanaman. Pada akhirnya di satu pasar
dibanjiri produk yang sama, sementara di
pasar lain justru kekurangan. Kurangnya
koordinasi antara petani sebagai pemain
dengan pemerintah sebagai pengatur,
banyak menimbulkan kebingungan bagi
petani. Pasokan alat-alat dan bibit
pertanian, distribusi hasil pertanian yang
tidak tepat, juga merupakan masalah yang
sering menimpa para petani, sehingga
waktu penanaman dan kualitas produk
terganggu. Untuk itu perlu dibuat suatu
pola hubungan komunikasi dan distribusi
antara pelaku yang berada dalam sistem
pertanian yang dapat mengurangi masalah-
masalah tersebut, yaitu dengan
menerapkan konsep Supply Chain
Management. Supply Chain Management
(SCM) merupakan satu konsep
pengelolaan produk melalui integrasi yang
terbentuk diantara pemasok (supplier),
pembuat (producer), penyalur (distributor),
gudang (warehouse) dan penjual (retail)
serta konsumen, sehingga diperoleh suatu
pola distribusi produk dengan jumlah,
lokasi dan waktu yang tepat, dimana pada
akhirnya dapat meminimasi ongkos sambil
tetap dapat meningkatkan tingkat
pelayanan kepada konsumen. Dengan
pesatnya penggunaan teknologi informasi,
SCM PRODUK PERTANIAN BERBASIS IT
Budi Sulistyo Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
Jl. Telekomunikasi-Dayeuhkolot Bandung, 40257
Telp. (022) 7564108, Fax (022) 7565932
E-mail: [email protected]
Abstract Conceptually, Supply Chain Management (SCM) includes all value-adding activities from the
extraction of raw materials through the transformation process and through delivery to the end
user. Supply Chain Management is one of the principal areas which focusing to increase
competitive advantage and shareholder value and reduce cost production and distribution.
The SCM for agriculture product distribution in Indonesia is a chain of process that facilitates
business activity between trading partners, from the purchase of raw goods and supporting
products for farming to the delivered process of the agriculture product to the market. The
production and distribution of agriculture products in Indonesia largely possess a number of
weaknesses and inefficiencies such as unplanned and poorly-managed production, as well as
lengthy distribution chain and unstable price. In this paper, we propose a model of
implemented SCM Network for Agriculture Product Distribution in Indonesia to create a
better communication and distribution network among the players based on Information
Technology.
Keywords: Supply Chain Management, Agriculture Product, Distribution, Information
Technology
SCM saat ini dapat dikelompokkan dalam
suatu ekonomi baru dengan paradigma:
- Kompetisi berbasis waktu
- Terciptanya sinkronisasi fungsi-fungsi
yang ada di perusahaan
- Layanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pemasok dan pengguna
- Meningkatkan konsolidasi antara
pemasok dan perusahaan
SCM terdiri dari tiga komponen utama,
yaitu :
- Struktur SCM (Hubungan antara
anggota SCM)
- Proses Bisnis SCM
- Manajemen Konsep SCM
2. Struktur SCM
Hubungan antar anggota SCM dilakukan
melalui tahapan-tahapan berikut:
a. Anggota SCM produk pertanian terdiri
dari :
- Pemasok
- Petani
- Kolektor (Pengumpul)
- Industri Pengolah makanan
- Agen
- Pengecer
- Konsumen
Pemasok berfungsi sebagai penyedia
bahan pertanian dan sarana pendukung
pertanian, seperti bibit, pupuk, pestisida,
mesin dan sarana pendukung lain.
Kolektor atau Pengumpul berfungsi
mengumpulkan hasil produk pertanian dan
mendistribusikan ke pasar langsung atau
ke proses pengembangan selanjutnya.
Sebagian petani bahkan didanai oleh
kolektor untuk menanam suatu produk dan
memberikan hasilnya kepada kolektor. Hal
ini menyebabkan kolektor memiliki peran
yang sangat strategis dalam sistem
pertanian di Indonesia. Industri pengolah
makanan berfungsi mengolah hasil produk
pertanian petani menjadi produk olahan
makanan atau bahan baku makanan.
Agen, pengecer dan konsumer merupakan
anggota akhir dari sistem SCM dalam
proses penjualan dan konsumsi. Aliran
distribusi produk pertanian secara umum
dapat digambakan seperti pada Gambar 1.
Agen, pengecer dan konsumen merupakan
anggota SCM paling hilir yang terlibat
dalam kegiatan penjualan dan konsumsi
produk-produk pertanian. Pada gambar di
atas terlihat aliran informasi (dari kanan ke
kiri) dan aliran produk/material (dari kiri
ke kanan). Elemen diluar sistem, seperti
Pemerintah atau Badan Independen
mempengaruhi sistem melalui aturan-
aturan, kebijakan harga, aspek teknologi
Pemasok Petani Kolektor
Pengecer Agen Konsumsi
Domestik
Eksportir Konsumsi Ekspor
Pemerintah, Masyarakat
Badan Independen
Pengolah
Gambar 1. Aliran Umum Distribusi Produk Pertanian
dan sebagainya.
b. Jenis hubungan antar anggota dapat
dikelompokkan pada beberapa kategori,
yaitu:
- Penting (hubungan yg kuat dan sering)
- Temporer (kadangkala berhubungan
dengan anggota lain)
- Non Aktif (berpengaruh pada saat
aktif)
- Tidak berpengaruh (tidak secara
langsung berpengaruh)
Hubungan antara anggota SCM
dikelompokkan untuk menentukan
tingkat pemenuhan informasi yang
dibutuhkan dan wewenang akses ke sistem
SCM. Pola hubungan antar anggota SCM
ditentukan berdasarkan kebutuhan
informasi dari masing-masing anggota
SCM dan tujuan dari SCM itu sendiri.
Contoh berikut memperlihatkan pola
hubungan antar anggota SCM.
3. Proses Bisnis SCM
Perancangan SCM untuk distribusi
produk-produk pertanian harus melalui
suatu penelaahan terhadap Proses Bisnis
sistem pertanian tersebut, seperti terlihat di
Gambar 2. Proses Transaksi SCM (gambar
3) dan Proses Pemesanan Produk
Pendukung (Gambar 4).
3.1 Entitas produk dan proses
Dari proses bisnis di atas dapat dirinci
entitas produk dan proses sebagai berikut. a. Produk
- Segmen produk pertanian (Kategori utama, sub kategori)
- Harga produk - Masa Tanam - Petani - Perlakuan Produk Pertanian
Khusus - Dukungan produk
b. User
- Jenis Keanggotaan (Bisnis, Umum, Non Member)
c. Group User
- Jenis Grup (Bisnis, Biasa) - Jenis Hubungan (Important,
Temporary, Non-Active, Un-Influence)
d. Petani (Produser)
- Jenis Produk Pertanian - Alamat
e. Transaksi - Harga - Tanggal Transaksi - Sistem Pembayaran - Jumlah
f. Shippers
Table 1. Hubungan antar Anggota SCM Produk Pertanian
Relationship Konsumen Petani Kolektor Pengecer Pemasok Distributor
Konsumen - N I I U T
Petani - I T I I
Kolektor - I U I
Pengecer - U I
Pemasok - U
Keterangan: I: Importance ; T: Temporary; N: Non-Active; U: Uninfluenced/Tidak
berpengaruh
Retailer
Supplier
Shipper
Database
Product
Information
Product
Catalog
Product Searching
Selecting Product
Product Order
Buying
Purchasing
User
Public
Business
Transaction
Receive Order
Shipment
Confirmation Information Display
FAQ, A&Q
Articles
Gambar 2. Proses Bisnis SCM
No
Yes
Start
Database
Supplier
Shipper
Bank
Selected Product,
Process, Shipper, Price
Agree?
Producer
Confirmation
Product delivered
Payment
Gambar 3. Proses Transaksi SCM
- Nama Penyalur - Jenis Produk - Metoda penyaluran - Harga
g. Pemasok - Jenis Produk Pendukung
Pertanian (Saprotan) - Harga
h. Pengecer
- Jenis produk - Harga
3.1 Entitas produk dan proses
Dari proses bisnis di atas dapat dirinci
entitas produk dan proses sebagai berikut. a. Produk
- Segmen produk pertanian (Kategori utama, sub kategori)
- Harga produk - Masa Tanam - Petani - Perlakuan Produk Pertanian
Khusus - Dukungan produk
i. User
- Jenis Keanggotaan (Bisnis, Umum, Non Member)
j. Group User
- Jenis Grup (Bisnis, Biasa) - Jenis Hubungan (Important,
Temporary, Non-Active, Un-Influence)
k. Petani (Produser) - Jenis Produk Pertanian
l. Transaksi - Harga - Tanggal Transaksi - Sistem Pembayaran - Jumlah
m. Shippers - Nama Penyalur - Jenis Produk - Metoda penyaluran - Harga
n. Pemasok - Jenis Produk Pendukung
Pertanian (Saprotan) - Harga
Start
Database
Supplier
Bank
Selected Product and
Producer
Producer
List of Supported
Product & Supplier
Selecting Supplier
Order Product
Payment & Delivering
Gambar 4. Proses Pemesanan Produk Pendukung
o. Pengecer - Jenis produk - Harga
3.2 Informasi SCM
Informasi yang disajikan dalam SCM
untuk Distribusi Produk Pertanian dapat
dikategorikan dalam beberapa kelompok,
yaitu informasi produk, proses transaksi
dan informasi lain.
a. Katalog Produk
- Jenis produk komoditas
- Sarana Produk Pendukung
(Saprotan), seperti pupuk, bibit,
pembasmi hama, alat pertanian dan
sebagainya
- Kategori komoditas
- Harga
- Ketersediaan (kuantitas, produser,
waktu, grade, tempat)
b. Proses Transaksi
- User
- Informasi produk
- Petani
- Harga
- Kuantitas
- Pengiriman
- Pembayaran
- Waktu Pelaksanaan
c. Informasi Lain
- Pemesanan Produk
- Laporan Penjualan dan Pembelian
- Laporan Persediaan produk dan
jadwal penanaman
- Kondisi pasar
- Peta distribusi produk dan Rute
transportasi (Shortest Path)
- Perkiraan musim tanam
- Dan sebagainya
4. Manajemen Konsep SCM
Keberhasilan penerapan SCM sangat
dipengaruhi oleh kedisiplinan para pemain
SCM dalam mengikuti aturan yang ada,
untuk itu diperlukan suatu manajemen
yang dapat menjalankan SCM sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Disamping
itu dengan digunakannya IT dalam
mendukung semua kegiatan baik informasi
maupun pergerakan produk, sistem
informasi yang ada harus dijaga kebaruan
maupun keamanan dan kehandalannya.
Untuk itu diperlukan suatu perencanaan
yang rinci berkaitan dengan:
- Aliran Bisnis
- Struktur Organisasi
- Metoda dan Teknologi Komunikasi
- Metoda dan Manajemen
- Rentang Kendali
- Kebiasaan, Sikap dan Budaya
5. Penutup
Supply Chain Management untuk
pengelolaan produk-produk pertanian
bukan merupakan sesuatu hal yang baru,
terutama di negara maju seperti Jepang
dan Amerika. Namun di Indonesia hal ini
akan menjadi tanda tanya besar, manakala
SCM akan diaplikasikan. Untuk itu
beberapa langkah penting harus dilakukan
dalam menerapkan SCM, khususnya pada
distribusi produk-produk pertanian.
Pertama, gambarkan dengan rinci
hubungan antara anggota-anggota dalam
sistem SCM, termasuk jenis hubungan dan
aliran-aliran informasi dan produk yang
dibutuhkan. Kedua gambarkan proses-
proses bisnis yang ada di dalam SCM
secara rinci. Hal ini berguna dalam
menentukan ruang lingkup, terutama
dengan digunakannya Teknologi Informasi
sebagai urat nadi keberhasilan penerapan
SCM. Ketiga tentukan manajemen konsep
SCM, meliputi aturan main dan hal-hal
yang harus diikuti oleh semua pemain
yang berada didalam SCM. Keberhasilan
para petani di Jepang dan Amerika dalam
menerapkan SCM, ditentukan oleh
kedisiplinan mereka dalam menjaga SCM
dengan senantiasa mentaati aturan-aturan
yang ada dan tentunya memanfaatkan
Teknologi Informasi seluas-luasnya.
Konsep yang dibahas pada makalah ini
masih harus dikembangkan lebih lanjut,
terutama bila akan diaplikasikan secara
nyata.
Referensi
Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., Simchi-
Levi, E. (2003). Designing &
Managing the Supply Chain
Management. New York: Mc.Graw
Hill.
Sulistyo, B., (2002). SCM Design for
Agriculture Product. UEC-Japan,
Research Report.
Top Related