Volume 2, No 2, Tahun 2020
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright© 2020 – KERUGMA | 82
Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17
Lamtiur Pasaribu
Prodi Pendidikan Agama Kristen, STT Injili Indonesia Medan
Email: [email protected]
Abstract:
Having children with disciplined, kind and polite behavior is certainly the dream of every parent and
they will do what they think is good to educate and teach to achieve that. However, many parents do
not understand properly how to teach and educate children well, specifically in accordance with
God's Word. Usually children will be educated according to the experience they have experienced,
educating with the aim of intellectual achievement, and the emphasis on discipline is not appropriate.
The Word of God is very clear in helping educators, including parents, how to educate children
properly. Proverbs 29 verses 15 and 17 provide a small section that provides guidance on how to
educate children and the goals of children's education can be achieved, namely having children who
are disciplined, good, obedient and in accordance with God's will. Hopefully this article can help
every parent as a child educator.
Keywords: Educational principles; children; proverb
Abstrak:
Memiliki anak dengan perilaku disiplin, baik dan sopan tentunya menjadi mimpi setiap orangtua dan
mereka akan melakukan cara yang baik menurut mereka untuk mendidik dan mengajari demi
mencapai hal itu. Akan tetapi banyak orangtua yang belum memahami dengan benar bagaimana
mengajar dan mendidik anak dengan baik, secara khusus yang sesuai dengan Firman Tuhan. Biasanya
anak akan dididik sesuai dengan pengalaman yang mereka alami, mendidik dengan tujuan untuk
pencapaian intelektual, dan penekanan disiplin yang kurang tepat. Firman Tuhan sangat jelas
menolong para pendidik, termasuk orangtua bagaimana mendidik anak dengan benar. Amsal 29 ayat
15 dan 17 bagian kecil yang memberikan tuntunan bagaimana mendidik anak dan tujuan pendidikan
anak dapat dicapai yaitu memiliki anak yang disiplin,baik, taat dan sesuai dengan dengan
kehendaknya Tuhan. Semoga Tulisan ini dapat menolong setiap orangtua sebagai pendidik anak-anak.
Kata Kunci: prinsip mendidik; anak; amsal
I. PENDAHULUAN
Pembentukan perilaku seseorang dimulai dari lembaga yang paling kecil, yaitu
Keluarga. Dalam sebuah keluarga ada orang tua yang bertugas sebagai pendidik
pertama. Pembentukan perilaku seorang anak tidaklah cukup hanya sekali pengajaran
saja, melainkan harus secara terus-menerus serta harus memahami betapa pentingnya
disiplin dalam pembentukan perilaku anak.
Amsal 29:15 dan 17 merupakan sebuah perintah tentang mendidik anak di mana
para orang tua dipanggil untuk mendisplinkan anak, menerima panggilan sebagai
tanggung jawab untuk mendidik anak yaitu dengan mendisiplinkannya, maka mereka
Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17
Copyright© 2020 – KERUGMA | 83
akan melihat bagaimana anak tersebut akan memberikan kedamaian dan sukacita
melalui prestasinya kelak di kemudian hari.
II. METODE PENELITIAN
Di dalam menyajikan tulisan ini penulis memakai metode literatur artinya
mengumpulkan data-data sebagai fakta yang benar melalui sumber-sumber literatur.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menjelaskan arti setiap kata atau frasa dengan
menggunakan buku-buku, tafsiran, kamus-kamus untuk mencari makna kata dan Frasa
dalam Amsal 29:15 dan 17. Langkah kedua adalah membuat kesimpulan dari setiap
pengertian dari beberapa sumber tersebut. Langkah ketiga mengaplikasikan prinsip-
prinsip tersebut dalam mendidik anak
III. PEMBAHASAN DAN HASIL
Latar Belakang Kitab Amsal
Pengajaran dari orangtua terhadap anak-anak dalam Perjanjian Lama (PL)
menurut kitab Amsal adalah kedisiplinan. Kitab Amsal memberi penekanan yang sangat
besar pada disiplin dan benar-benar menaruh perhatian sehingga disiplin dijalankan
bersamaan dengan hukuman di dalamnya. Disiplin berarti harus meneladani apa yang
Tuhan ajarkan berdasarkan hukum taurat dan apabila anak lalai melakukannya maka
akan diberlakukan hukuman berdasarkan kasih 1
Dalam Perjanjian Lama, pengetahuan akan Allah dikaitkan dengan pengalaman
hubungan perjanjian dengan TUHAN. Karena hanya Allah yang memiliki Hikmat dan
memberikan pengertian pada manusia. 2 Hal ini membuktikan bahwa pendidikan
berpusatkan pada Allah. Bagi anak Yahudi tidak ada buku lain yang mereka memiliki
keharusan untuk dipelajari selain Alkitab (Taurat) untuk menjadi pegangan dan
pelajaran tentang Allah dan karyaNya. Pendidikan adalah kegiatan utama dan
diintergrasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan mereka tidak hanya secara
teori, tetapi menjadi kegiatan sehari-hari dalam cara hidup dan keagamaannya.
Pendidikan anak Yahudi bermula di rumah. Dimulai dari pangkal tentang peranan
seorang ibu yang penuh kasih dan ayah yang tegas, sama-sama bertanggung jawab dan
saling melengkapi di dalam mendidik anak mereka. Jadi peranan orang tua sangat
1Amsal 3:11-12 2Carl Alvin Reed, Diktat Kuliah, Eksposisi PL I, Semester II, STTII Medan, 2009, 61.
Volume 2, No 2, Tahun 2020
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright© 2020 – KERUGMA | 84
penting dalam mendidik anaknya sehingga anak-anak kelak akan memberikan
ketentraman dan sukacita kepada orang tuanya. Penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa pentingnya pendidikan anak dan harus ditangani dengan serius oleh para
pendidik dan pengajar. Dalam hal ini orangtua (bapak dan ibu) berperan penting dalam
mendidik anak dengan mengajarkan prinsip-prinsip yang ada dalam Alkitab.
Penulis Amsal
Kebanyakan kitab Amsal ditulis oleh raja Salomo. Hal tersebut dapat dilihat dari
permulaan kitab Amsal berbunyi Amsal Salomo bin Daud, raja Israel. Dalam pasal 25-
29:27 dicatat bahwa “Amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan dalam pemerintahan
Hizkia.”3 Jadi Amsal itu sendiri yang mengatakan bahwa penulisnya ialah raja Salomo.
Salomo mendominasi penulisan kitab Amsal, namun bukan berarti keseluruhan dari
kitab tersebut.
Kebijakan Amsal Salomo, perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan, pengetahuan
ensiklopedianya, dan keahlianannya di bidang sastra yang dibukukan dengan baik
dalam Perjanjian Lama. Berdasarkan 1 Raja-Raja 4:29-34, pengetahuan dan pengertian
Salomo melampaui pengetahuan semua orang bijaksana pada berbagai akademika di
dunia timur dekat Kuno. Salomo diakui sebagai yang mengutarakan sebanyak 3000
Amsal (ratusan diantaranya terpelihara dalam kitab Amsal) dan 1005 nyanyian (Maz 72,
127). Jelas sekali bahwa raja Salomo adalah “Pelindung” kesenian di Israel Kuno. Ia
tidak hanya mempopulerkan hikmat umat Ibrani, tetapi juga teladannya sebagai orang
bijak dan cendikiawan merupakan panutan bagi generasi-generasi yang akan datang. 4
Tujuan Penulisan Kitab Amsal
Kitab Amsal terutama menekankan pengertian dan ketaatan. Dua kutub di mana
hal itu bergerak jelas bersifat intelektual dan etik. Karena orang Israel yakin bahwa hati
adalah pusat pikiran, dan pengertian dan pengambilan keputusan, maka hati lah yang
dituju oleh kitab Amsal.
Tujuan dari Amsal hikmat dalam Israel dapat diringkas dengan satu kata,
3J. Sidlow Baxter, Menggali isi Alkitab (Ayub-Maleaki) Penerjemah: Sastro Soedirdjo (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002), 125. 4Andrew E. Hill dan John H. Walton, 6Survei Perjanjian Lama (Malang: Penerbit Gandum
Mas, 2004), 466.
Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17
Copyright© 2020 – KERUGMA | 85
“pendidikan”. Banyak Amsal berasal dari lingkungan keluarga dan pendidikan anak
muda dalam lingkungan suku, barangkali lama sebelum Israel menjadi suatu bangsa.5
Hal ini menjelaskan bahwa tujuan kitab Amsal hikmat dapat diajarkan melalui
pendidikan.
Prinsip Mendidik Anak dalam Amsal 29:15
Amsal ini membawa kita kembali kepada pokok mendidik anak. Anak-anak yang
bertumbuh disertai dengan teguran yang perlu akan menjadi anak-anak yang bijaksana,
sedangkan jika anak-anak yang dibiarkan dalam kehidupan yang tidak berdisiplin akan
mempermalukan ibu-ibu mereka.
Di dalam kitab Amsal 29 terdapat beberapa prinsip yang harus dilakukan oleh
pendidik yang menjadi tanggung jawab yang harus dilakukan oleh orangtua atau
pendidik. Sehingga dengan demikian pengajaran pada kitab Amsal menyatakan bahwa
pendidikan tidak dapat diabaikan, melainkan harus dibawa kemanapun. Ini adalah
perintah yang menjadi keharusan bagi pendidik supaya tidak mendapatkan rasa malu
dan pedih karena tidak menerapkan pendidikan dalam disiplin yang tepat.
Menggunakan Teguran
Salah satu prinsip mendidik anak dalam Amsal 29:15 adalah dengan
menggunakan teguran. Kata teguran berasal dari kata Ibrani tx;k;Atw>â (wütôkaHat)
merupakan kata benda yang absolute sebagai objek langsung yang memiliki arti
“correction, rebuke”. Kata menegur yang dimaksud yaitu mengoreksi,
kemarahan/diomeli. Artinya tindakan menegur dilakukan ketika ada tindakan yang tidak
sesuai dengan kebenaran. 6 Jadi dalam usaha mendidik dengan teguran diperlukan
kebijaksanaan bagi seorang pendidik. Dalam kebijaksanaan itu diperlukan disiplin yang
disertai dengan kasih untuk mendidik anak.
Kata “teguran, tegur” memiliki arti menegur, memperbaiki. Kata menegur yang
dimaksud disini yaitu menegur dalam kebenaran, kerendahan hati dan kasih sayang.
Mereka yang bijak terus menegur seseorang sampai orang itu mampu berdiri sendiri dan
melakukan sesuai dengan kebenaran, tetapi seseorang tidak boleh menegur dalam
5A.S. Hadiwiyata, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 297. 6Bible Works Versi 10 copyright 2015- Word Analisis, CD-ROM.
Volume 2, No 2, Tahun 2020
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright© 2020 – KERUGMA | 86
kondisi kemarahan.7
Kata menegur sudah ada dalam perjanjian dinasti yang dibuat Allah dengan Daud,
Ia berjanji untuk menegur dengan tongkat manusia manapun, dari keturunannya diatas
tahta yang akan melanggar perjanjian (2 Samuel 7:14)”8 menanggapi kesalahan umat,
Tuhan mendisiplinkan kesalahan umat-Nya dengan teguran (Maz 39:11), termasuk rasa
sakit dari penyakit yang serius (Ayub 33:19), untuk mendapatkan itu satu perubahan
dari cara yang berbahaya. Orang yang menerima koreksi Allah dianggap diberkati,
namun demikian karena celaan Tuhan bisa sangat marah, orang mungkin dengan
sungguh-sungguh meminta Tuhan untuk tidak menegur karena kemarahannya (Maz 6:1)
jadi dapat kita lihat bahwa menegur memiliki nuansa memperingatkan dimana bahwa
Allah sebagai subjek.9
Hal ini dapat ditelusuri dalam tulisan Hubbard: Alternatif yang ditetapkan dalam
ayat 15 adalah disiplin (untuk “teguran,” lihat 1:23, 25, 30; untuk “tongkat,” lihat 23:
13–14) atau “rasa malu,” hasil yang mengerikan bagi kita semua, terutama ke seorang
Oriental. Kebijaksanaan diperoleh dalam banyak cara menurut orang bijak: Dengan
mendengarkan orang tua dan guru yang bijak, dengan menjawab panggilan
kebijaksanaan, dengan takut akan Tuhan sebagai permulaan kebijaksanaan, dengan
mengamati bagaimana perilaku yang baik dan buruk bekerja dan disimpan. Sumber
kebijaksanaan yang bahkan lebih praktis adalah dimarahi dan dikoreksi dengan
penguatan beberapa hukuman atau perampasan dimana "tongkat" berfungsi sebagai
simbol. Tanpa teguran yang penuh kasih itu terukir dalam ingatan dengan rasa sakit
yang kuat tetapi tak tertahankan, seluruh struktur cinta keluarga hancur. “Seorang anak
dibiarkan sendiri”10
Teguran yang seharusnya diberikan bukan saja untuk memberitahukan kesalahan
anak, tetapi juga harus memberi petunjuk supaya ia tidak melakukan kesalahan. Jadi
sangatlah penting adanya teguran dalam mendidik anak, teguran yang diberikan
merupakan kebijaksanaan yaitu pendidik memahami bagaimana perbuatan yang baik
7E.H. Merril, kata tx;k;Atw dalam New International Dictionary Of Old Testament Theology
and Eksegesis. Zondervan Publising House Software (CD-ROM) 8Ibid., 1. 9Ibid., 2. 10Hubbard, David A. ; Ogilvie, Lloyd J.: The Preacher's Commentary Series, Volume 15 :
Proverbs. Nashville, Tennessee : Thomas Nelson Inc, 1989 (The Preacher's Commentary Series 15), 465.
Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17
Copyright© 2020 – KERUGMA | 87
dan buruk. Mereka yang tidak melakukan teguran dalam mendidik anaknya akan
mendapat malu tetapi; mereka yang melakukannya akan merasa tenang (dapat
mempercayai anak-anak mereka) dan senang dengan pertumbuhan dan prestasi anak-
anak.
Menggunakan Tongkat
Prinsip kedua dalam mendidik anak menurut Amsal 29:15 adalah dengan
memberikan teguran/koreksi dan menghukum menggunakan tongkat. Tongkat dalam
bahasa aslinya disebut בט ש (ṥḗḇeṯ) dengan terjemahan rod yakni ukuran yang
menandakan lambang kekuasaan.11 Dengan kekuasaan dalam mendidik maka ukuran
dalam mengoreksi dapat menggunakan tangkai, batang, sambuk dan balok. Hal ini dapat
di lakukan ketika anak melakukan suatu tindakan yang tidak benar.
Di dalam Amsal 29:15 yang menggambarkan disiplin dengan “tongkat didikan”.
Sebagaimana seorang gembala menggunakan tongkat untuk menggembalakan
dombanya. Tongkat ini digunakan untuk memimpin, mengoreksi, dan mengarahkan
domba gembalaannya. Pengertian ini dipakai juga ketika orangtua melakukan disiplin
terhadap anaknya. Metafora gembala memiliki peranan penting, dimana gembala
memegang tongkat untuk mengarahkan dan mendisiplin domba termasuk menolong.
Arti tongkat dalam konteks bangsa Israel digunakan sebagai instrument.12 dalam
Amsal tongkat adalah symbol dari disiplin dan kegagalan untuk menggunakan disiplin.
Dan secara metaforis Tuhan menggunakan Asyur sebagai instrumennya untuk
mengoreksi Israel. 13 Tongkat diartikan sebagai instrument atau sebagai alat untuk
mengoreksi seseorang atau bangsa yang tidak taat akan perintah atau aturan.
Tongkat dalam Perjanjian Lama adalah sangat dimengerti oleh orang Israel
sebagai suatu intrumen untuk mengoreksi kehidupan mereka. Tongkat diartikan rill
sebagai ukuran/standard. Pada zaman itu tindakan disiplin juga dilakukan dengan
menggunakan tongkat secara rill termasuk di dalam memberikan pendidikan disiplin
kepada anak.
11Bible Works Versi 10 copyright 2015- Word Analisis, CD-ROM. 12Keluaran 2;1:20. 13 Harris, et als, dalam theological Wordbook Of The Old Testament (Chicago: Moody
Publisher,1980).
Volume 2, No 2, Tahun 2020
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright© 2020 – KERUGMA | 88
Tidak Membiarkan Anak
Prinsip selanjutnya dalam mendidik anak menurut konteks Amsal 29:15 adalah
dengan “tidak membiarkan.” Kata “tidak membiarkan” adalah lawan kata dari
“dibiarkan” dalam bahasa Ibrani adalah xL'ªvum.÷ (müšulläH) dari akar kata xl;v'
(šälaH)yang berarti mengirim. 14 Menurut kamus Brown Driver Briggs (BDB), kata
xL'ªvum.÷ (müšulläH) ini berarti tidak di kendalikan.15 Kata xL'ªvum.÷ (müšulläH) merupakan
kata kerja Pual yang menjelaskan tindakan dalam bentuk participle Maskuline yang
bersifat absolute. 16 Dari pemakaian bentuk participle masculine maka kata xL'ªvum.÷
(müšulläH) merupakan sebuah tindakan nyata yang dilakukan oleh subyek. Artinya
tindakan orangtua yang membiarkan anaknya adalah sepenuhnya tanggung jawab
orangtua. Dengan kata lain orangtua bertanggung jawab penuh untuk mengendalikan
anaknya. Orangtua yang tidak mengendalikan anaknya sama dengan tindakan
pembiaran dan yang mengabaikan tanggung jawabnya.
Jika seorang anak dibiarkan oleh orangtua, maka menurut penulis kitab Amsal,
anak itu akan “mempermalukan” ibunya. Kata yang dipakai adalah vybiîme (mëbîš) dari
kata dasar vAB (bôš). 17 kata ini adalah kata Qal hifil (kata kerja),. Kamus BDB
memberikan arti membuat malu atau bertindak memalukan. Jadi vybiîme (mëbîš) adalah
sebuah tindakan hasil dari membiarkan anak, yaitu mempermalukan atau membuat
menjadi malu.
Menurut Jamieson tongkat dan teguran memberi hikmat tetapi seorang anak yang
meninggalkan (pada dirinya sendiri) yang membuat ibunya malu. Sang ibu, karena
kelemahan dan kesenangan yang berlebihan adalah yang paling bersalah, dan karena itu
akan menanggung rasa malu. 18 Maka kita dapat melihat kata membiarkan yang
dimaksud adalah tindakan atau kelemahana dan kesenangan yang dilakukan ibu
14Bible Work -10- Analisis kata word-xL'ªvum.÷,(CD-ROM). 15 Franscis Brown, S.R. Driver dan Charles A. Briggs, Bible Work -10- Analisis kata
word,(CD-ROM). 16Kata kerja pual adalah pasif dari piel. Dari semua pemakaian kata kerja dalam PL Pual
terdapat hanya 417 kali (0,6%). Apabila pual dilihat biasanya terdapat dalam bentuk partisip 17Bible Work -10- Analisis kata word-, vAB, (CD-ROM). 18Jamieson, Fausset, and Brown Commentary, Electronic Database, Copyright © 1997, 2003,
2005, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserved).
Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17
Copyright© 2020 – KERUGMA | 89
mendapat malu. Secara khusus kata kelemahan dan kesenangan yang dimaksud
memiliki arti yang sesungguhnya yakni menurut Barnes seseorang yang telah manja dan
dimanjakan. Maka disini dikatakan ibu yang menghasilkan dengan lemah sama
bersalahnya dengan meninggalkan/membiarkan anak yang dirusaknya, seolah-olah dia
mengusirnya dan karena pengabaiannya yang jahat akan jatuh kepada hukuman yang
benar yaitu mendapat malu.19
Jadi pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orangtua yang tidak mengendalikan
anaknya sama dengan orangtua yang mengabaikan tanggung jawabnya, dan orangtua
yang telah memanjakan anaknya adalah tindakan kelemahan yang akan mendapatkan
rasa malu.
Prinsip Mendidik Anak dalam Amsal 29 :17
Seorang anak tumbuh menjadi seorang yang berhasil dipengaruhi oleh pendidikan
yang diterimanya, dan yang menjadi tanggung jawab utama dalam mendidik anak
adalah orang tua.
Kata Yasser dalam konteks ini adalah mendidik, kata ini dapat digunakan sebagai
didikan yang berasal dari Allah dan juga didikan dari manusia. tetapi dalam konteks
Amsal 29:17 kata ini menuju kepada didikan yang berasal dari manusia.
Prinsip pendidikan dalam kitab Amsal berdasarkan penggunaan kata “rSEåy:,,
(Yasser), dalam bahasa Ibrani yaitu kata kerja piel imperatif maskulin tunggal.
Berdasarkan terjemahan BHS dalam kitab Amsal dengan arti mengoreksi, menghukum
dan mendisiplin.20 Secara sintaksis dan gramatikanya kata ini dikatakan kata kerja, yang
menekankan kata kerja perintah yang digunakan dalam teks ini merupakan kewajiban
dari si pendidik untuk mendidik anak. dapat dikatakan mendidik disini bukan bicara
tentang anjuran, tawaran tetapi sebuah keharusan yang harus dilakukan oleh pendidik.
Prinsip pendidikan yang terdapat dalam kitab Amsal adalah untuk
mengindikasikan tentang bagaimana sebenarnya seorang pendidik mendidik dalam
konteks menghajar adalah supaya anak kelak dapat menjadi penghiburan bagi mereka
yang melakukan pendidikan. Hal ini terdapat dalam Amsal 29:17 arti mendidik dalam
arti menghajar anak digunakan kata rSEåy:,,... Yasser dalam bentuk kata kerja Piel imperatif
19 Barnes, dalam theological Wordbook Of The Old Testament(Chicago: Moody
Publisher,1980), 89. 20Bible Work -10- Analisis kata word-yasser (CD-ROM).
Volume 2, No 2, Tahun 2020
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright© 2020 – KERUGMA | 90
maskulin tunggal, yang artinya mengoreksi, menghukum, mendisiplin.21 Berdasarkan
pemakaian piel imperatif, maka jelaslah ayat ini menegaskan suatu perintah yang harus
dilakukan orang tua dalam mendidik anak .
Mendidik Anak Melalui Disiplin
Disiplin merupakan salah satu faktor yang sangat diperlukan dalam perkembangan
anak, khususnya dalam keseimbangan orang tua mengasihi anak. Jika ada kasih, harus
ada disiplin. Keseimbangan ini dapat dikatakan pola didik yang sehat. Dalam kitab
amsal sangatlah ditekankan prinsip mendidik anak melalui disiplin, adapun di dalam
konteks Amsal 15:32 dikatakan siapa yang mengabaikan disiplin adalah membuang diri
sendiri.
Jadi siapa yang memberi respon yang baik terhadap disiplin, maka ia akan
berharga. Matthew Henry’s mengatakan dengan tegas bahwa: Kebodohan orang-orang
yang tidak akan diajarkan, karena menolak disiplin, dan yang tidak akan memperhatikan
hal itu, tetapi mereka berpaling atasnya, atau tidak akan mendengarnya, tapi giliran hati
mereka terhadap hal itu. Mereka menolak disiplin, dan mereka tidak menerimanya,
maka mereka yang melakukannya adalah menghina jiwa mereka sendiri, mereka
menunjukkan bahwa mereka memiliki pendapat yang rendah dan tidak berarti dari
mereka, dan berada dalam perawatan kecil dan keprihatinan tentang mereka, dianggap
sebagai rasional dan abadi, disiplin yang dirancang untuk mengolah dan mempersiapkan
alasan bagi Negara abadi. Kesalahan mendasar dari orang-orang berdosa adalah
merendahkan jiwa mereka sendiri. Kebijaksanan dari mereka yang bersedia, tidak hanya
diajarkan, tetapi untuk di disiplin; Dia yang mendengar disiplin, maka akan
mendapatkan pemahaman, dengan mana jiwanya dijamin dari cara-cara yang buruk dan
diarahkan dengan cara yang baik, dan dengan demikian ia baik bagi nilai jiwanya
sendiri dan menempatkan kehormatan sejati atasnya.22
Dasar dari teologi tentang disiplin adalah dasar hubungan dengan Yahweh dalam
ketetapannya dengan manusia, dan kata ini ditemukan hampir 90 kali dalam pentateukh,
21Duane A. Garrett, Nashville, Tennessee, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung dalam The
New American Commentary (USA: Broadman &Holman Publisher All Right Reserved, 1993).
22Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, PC Study Bible Formatted Elektronic
Database Copyright @ 2006 by Biblesoft, Inc. All Rights reserved (CD-ROM)
Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17
Copyright© 2020 – KERUGMA | 91
26 kali dalam kitab nabi-nabi dan 36 kali dalam kitab Amsal.23 Hal ini menunjukkan
bahwa yasser merupakan suatu makna kata yang mengindikasikan tentang disiplin,
yang mana hal itu dikaitkan juga dengan hubungannya dalam Yahweh terhadap
ketetapannya dengan manusia. Oleh karena itu jelas bahwa mendisiplin anak merupakan
salah satu prinsip yang baik digunakan dalam pendidikan. Sebab mendidik anak dalam
hal disiplin sudah dipakai dalam Perjanjian Lama.
Adapun empat hal yang disebutkan oleh bapak Berry Brazelton yang harus
dilakukan dalam hal mendisiplin anak dalam pendidikan adalah:
Pertama: kelakuan buruk anak harus dihentikan. Kedua: mungkin anak perlu
mengendalikan emosi dan menenangkan diri sebelum siap melangkah maju, ketiga:
anak perlu memikirkan perbuatan dan memahami konsekuensinya, termasuk juga
akibatnya pada orang lain. Keempat: tentang pemecahan masalah, dan selagi anak
berusaha memperbaiki, kadang kala ada negoisasi atau kompromi.24
Jadi hal diatas jelas mengindikasikan bahwa ternyata mendisiplin anak adalah hal
yang tepat dan baik digunakan dalam pendidikan. Sebab mendisiplin adalah suatu
prinsip yang dipaparkan dalam kitab Amsal. Pengajaran dan penerapan disiplin
diharapkan mampu mendidik anak. Seperti ungkapan Emiyati “disiplin merupakan cara
mendidik anak-anak dengan cara yang patut, untuk menanamkan karakter pada anak
sehingga mereka dapat memiliki ketaatan dan kemampuan untuk memilih dan
melakukan hal-hal yang benar25
Mengoreksi Anak
Mendidik anak dalam kitab Amsal memiliki Prinsip yang menjadi kewajiban bagi
setiap pendidik, terutama dalam Amsal 29:17 ini tugas dan tanggung jawab seorang
pendidik ditujukan kepada orang tua. Dan dalam mendidik dengan cara mengoreksi
sangatlah penting dilakukan oleh seorang pendidik yaitu orangtua.
Dalam nyanyian perjanjian Musa dikatakan bahwa YAHWEH disebut sebagai
Bapa (Ulangan 32:6), dari umat perjanjian mengajarkan hal yang sama yaitu seseorang
yang mendisiplinkan putranya bukan tanpa perjanjian dan signifikansi dan
23R. Laird Harris, G. L. Archer, Jr., Bruce K. WaltkerSEåy:,,.... dalam theological Wordbook of The
Old Testament (Chicago: Moody Publisher,1980) 24T. Berry Brazelton, Disiplin Anak (Jakarta: BIP, 2005), 71. 25Ayang Emiyati “Mendisiplin Anak Menurut Prisip Kristen “ dalam Evangelikal: Jurnal
Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Volume 2, Nomor 2, Juli 2018: 147-156
Volume 2, No 2, Tahun 2020
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright© 2020 – KERUGMA | 92
teologis.Masa Musa, Allah sebagai Bapa telah mengoreksi bangsa Israel, sebagaimana
perintah Tuhan diberikan kepada Musa menjadi tolak ukur bangsa Israel berjalan
menuju tanah perjanjian. Musa melakukan perintah Tuhan dengan memimpin umatNya
dengan memberikan ajaran hukum taurat..26
Dalam kitab Amsal 30 penggunaan kata mengoreksi. Dalam Amsal 3:11-12
Mussar dan tokahat “teguran, koreksi” dikatakan berasal dari Yahweh, Dia menegur
bahkan seperti ayah seorang putra dimana Dia berkenan. Oleh karena itu mengoreksi
merupakan salah satu cara disiplin memberi kepastian status anak yang menunjuk pada
cara hidup yang berpusat pada Tuhan.27
Menurut Sidjabat orangtua perlu memberikan tugas-tugas bagi anak agar anak
dapat berlatih mengerjakannya. Jika ada kesalahan, tugas orangtua adalah memberikan
koreksi kepada anak. jika anak berhasil orangtua perlu memberi pujian kepada anak28
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Mengoreksi” berarti memeriksa dan
membetulkan. 29 jadi mengoreksi anak berarti memeriksa anak ketika melakukan
kesalahan dan orangtua harus membetulkan atau memiliki petunjuk atau arahan untuk
kesalahan yang dilakukan anak. Jika anak sengaja melakukan kesalahan agar ia tidak
melakukan lagi dan bila anak tidak sengaja agar ia melakukan yang benar.
Jadi penting sekali bagi orangtua untuk memahami bagaimana mendidik anak
dengan memberikan koreksi kepada anak, seperti halnya orangtua juga perlu
memberikan tugas-tugas agar anak dapat bertanggung jawab, dan disinilah orangtua
dapat memantau anak jika anak melakukan kesalahan perlunya peran orangtua untuk
membetulkan kesalahan anak tersebut.
Mendidik Anak dengan Memberi Hukuman
Dalam kitab Amsal menguraikan tentang perintah menghukum anak berdasarkan
pemakaian kata rSEåy: yasser yaitu kata kerja piel imperatif maskulin tunggal. Kata ini
dipakai secara umum dalam rumpun simetik adalah untuk mengajar dan membimbing,
26 Harris, et als, dalam theological Wordbook Of The Old Testament(Chicago: Moody
Publisher,1980), 132. 27Ibid. 28B.S Sidjabat, Membesarkan Anak dengan Kreatif (Yogyakarta: ANDI, 2012), 214. 29 Purwadarminta A. kata “Mengoreksi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976.
Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17
Copyright© 2020 – KERUGMA | 93
kata kerja Yasser secara spesifik bukanlah pendidikan secara formal melainkan lebih
menekankan hasil dan norma-norma dari tingkah laku yang secara verbal dengan
menolak secara fisik.30 Dan lebih tegas dijelaskan bahwa kata ini sebagai hukuman
dimana manusia sebagai subjek. Dalam Perjanjian Lama menggunakan kata ini juga
dalam Amsal 19:18, untuk menyatakan hukuman yang diberikan orang tua kepada
anaknya adalah untuk melepaskan anaknya dari kematian dan hal itu akan membawa
sukacita yang besar bagi orangtua mereka.31
Dalam Amsal 19:18 kata yasser dalam bentuk kata kerja Piel Imperatif maskulin
tunggal, yang artinya mengoreksi, menghukum, mendisiplin. 32 Dan berdasarkan
pemakaian piel maka artinya bahwa pendidik diminta untuk memberi hukuman dengan
menghajar anak, sebab kata ini dalam piel adalah kasus denominatif dengan bentuk
perintah.33 Oleh karena itu jelaslah bahwa menghajar anak adalah sebuah perintah yang
dinyatakan dalam kitab Amsal. Dan dengan tegas dikatakan dalam ungkapan hajarlah
anakmu….tetapi jangan menginginkan kematiannya, adalah berbicara sebagaimana
bunyi pararelnya dalam Amsal 23:14 yang berbicara tentang hajaran sebagai tindakan
yang menyelamatkan anak dari kematian, demikian juga barangkali Amsal ini melalui
pernyataan yang diringkaskan mempunyai maksud sama: “jangan berpantang memberi
hajaran dan dengan demikian membawa dia kepada kematian.”34
Hal ini jelas menunjukkan bahwa tindakan menghajar anak merupakan satu
tindakan yang baik dalam pendidikan untuk menyelamatkan anak dari kematian. Dan
hajaran yang diberikan sebagai bentuk dari hukuman kepada anak harus berdasarkan
dengan kasih. ’Orang tua diberi kuasa mutlak untuk menanamkan iman percaya pada
Allah kepada anak-anaknya. Untuk dapat menanamkan iman pada anak, orang tua
maupun pendidik harus menghindari perbuatan yang membuat anak-anak sakit hati.’35
Keluarga adalah pelaku utama pendidikan, tetapi gaya otoriter dapat menimbulkan
30 E.H. Merril, rSEåy:,,.dalam New International Dictionary Of Old Testament Theology and
Eksegesis. Zondervan Publising House Software (CD-ROM) 31Ibid., 187. 32 Driver, dan Briggs rSEåy:,,...dalam The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew and
Lexicon, 416. (CD-ROM) 33Kata kerja ini dalam bahasa Ibrani tua dianggap pangkal yang membuat Qal lebih kuat atau
intensif. Dan kata kerja ini dipakai dalam beberapa kasus, yaitu: pertama Piel adalah transitif dari kata
kerja Qal statif dan intrasitif. Kedua, Piel adalah resultif dari Qal transitif. Ketiga, Denominatif: kata
benda dijadikan kata kerja. (Carl A. Reed, Diktat Kuliah Bahasa Ibrani I Sem III, (Yogyakarta: STTII,
2004), 67. 34Harris, “Amsal” dalam the wycliffe Bible Commentary, 335. 35 Jumliati Patodingan, Pandangan Perspektif Alkitab Terhadap Anak Anak Dalam Hidup
Berbangsa Di Lembang Kayuosing, JURNAL%20MP%202%20(2).pdf, diakses tgl 19 Agustus 2021
Volume 2, No 2, Tahun 2020
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright© 2020 – KERUGMA | 94
penolakan. Alangkah baiknya kalau dapat diciptakan suasana di mana anak-anak berani
sharing pertanyaan dan pergumulan dengan orang tua yang adalah pendengar yang baik
bukan hanya pengkhotbah ulung36
Hasil dari Mendidik Anak
Dalam amsal 29:17 yang mengatakan: “Didiklah Anakmu, maka ia akan memberi
ketentraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” Kalimat diatas
memberi perintah kepada setiap orangtua berkewajiban dalam mendidik anaknya dan
sesuatu kehormatan apabila anak dapat dididik dengan baik.
Orangtua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya dan mempersiapkan
masa depan anaknya. Agar pendidikan berhasil diperlukan situasi pendidikan yang baik
dan tepat. Orangtua sangat berpengaruh besar dalam mendidik anak, jika salah dalam
memberi didikan maka orangtua akan melihat anak terjerumus dalam keadaan dunia dan
tidak akan ada harapan untuk orangtua merasakan tentram dan damai melihat tingkah
laku anaknya.
Menurut Edwin keberhasilan dari orangtua dalam mengajar anak adalah
menetapkan prinsip-prinsip yang benar dalam mendidik anak, prinsip yang paling utama
orangtua diperintahkan untuk mengajarkan anak tentang ketetapan Firman Tuhan.
Mereka harus melindungi hal yang mereka ajarkan dan menjaganya dari pengaruh
paparan materi negative, yaitu dari pengaruh paparan materi negative dan pengajaran
buruk yang diterimanya.37
Untuk itu sangatlah penting bagi orangtua dalam mendidik anak untuk
memperhatikan ajaran yang diterima oleh anak dan selalu mengajarkan anak sesuai
dengan perintah yang Tuhan ajarkan melalui FirmanNya agar kelak mendatangkan
ketentraman dan sukacita dari hasil didikan yang orangtua berikan kepada anaknya.
Mendatangkan Ketentraman
Dalam Amsal 29:17 kata “ketentraman” ditulis ך יניח wî|nîHeºkä38 yang merupakan ו
36Tri Astuti Yeniretnowati dan Yakub Hendrawan Perangin Angin “Peran Parenting Orangtua
Dalam Perspektif Pendidikan Kristen di Era Digital´dalam Jurnal Harati . Vol. 1, No. 1, April 2021. 37Edwin Charis, Smart Parenting (Yogyakarta: ANDI, 2016), 157. 38Berasal dari kata ו particle conjunction נוח verb hiphil imperfect 3rd person masculine
singular suffix 2nd person masculine singular jussive in meaning, but no unique form for jussive
Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17
Copyright© 2020 – KERUGMA | 95
kata kerja Hiphil Imperfek39 yang artinya to give rest, put yakni “untuk memberikan
istrahat/ketenangan” dan kata put artinya meletakkan. Jadi arti kata Ketentraman sesuai
gramatikal sintaksis sebagai kausatif (menyebabkan sesuatu) adalah ketentraman yang
terjadi dalam hati dan pikiran, dalam waktu yang belum terjadi. Maka ketentraman
terjadi apabila didikan diberikan kepada anak dengan benar.
Dalam mendidik anak setiap orangtua pasti berharap ada hasil yang baik dari
didikan yang diberikan kepada anak yaitu adanya kedamaian/ketentraman dalam hati
dan pikiran. Ketentraman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan
tentram, keamanan, ketenangan.40
Ketenteraman yang dimaksud dari kitab Amsal 29:17 jelas mengatakan
ketenteraman didapatkan oleh anak ketika orangtua dapat mendidik dengan benar. Jika
anak dididik dengan hal tersebut secara otomatis ketenteraman atau ketenangan terjadi
pada orangtua.
Jadi arti ketentraman ialah adanya ketenangan atau kedamaian dalam hati dan
pikiran seseorang. Namun dalam mendidik anak ketika orangtua berhasil mendidik anak
dengan benar maka hasil didikan tersebut akan mendatangkan kedamaian dalam hati
dan pikiran orangtua karena keyakinan akan keberhasilan anaknya dari didikan yang
diberikan dengan benar.
Mendatangkan Sukacita
Dalam Amsal 29:17 kata “mendatangkan sukacita” ditulis ך׃ ש נפ ים ל מעדנ
ma`ádannîm lünapšeºkä.41merupakan genetif akibat dan bentuk konstruk yang dipaikai
untuk melakukan sesuatu. Artinya bahwa kata “mendatangkan sukacita” artinya
kesenangan bagi Jiwa. Kesenangan bagi jiwa ini terjadi hasil dari tindakan yang sudah
dilakukan yaitu memberikan ketentraman bagi anak. Kesenangan bagi jiwa adalah
menjadi titik pencapaian atau tujuan dari apa yang dilakukan.
Ketika orangtua melakukan tugas dalam mendidik anak dengan baik dan benar
dan memahami kebutuhan dasar anak dalam rangka pembentukan dan pengembangan
wataknya secara sehat maka dikemudian hari orangtua akan menerima hasil dari
homonym 1. Brown, Driver, Briggs,Hebrew and English Lexicon Versi 10-Bible Works. CD-ROM.
39Kata kerja aktif yang memakai waktu/keterangan. (Carl A. Reed, Diktat Kuliah Bahasa Ibrani
I Sem III, (Yogyakarta: STTII, 2004), 69. 40Purwadarminta A, kata “ketentraman” Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pembinaan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976). 41Merupakan participle yaitu kata kerja yang bersifat sekarang yang terjadi dari masa lampau.
Volume 2, No 2, Tahun 2020
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright© 2020 – KERUGMA | 96
didikannya itu. Namun kenyataannya sekarang ini banyak orangtua karena berbagai
alasan seperti kesibukan, tidak memiliki pemahaman dan pengertian sehingga
mengabaikan kebutuhan anak dalam mendisiplin. Karena kesibukan yang ada,
pengasuhan anak akhirnya diserahkan kepada pembantu yang tidak berani bersikap
tegas. Akibat dari kurangnya disiplin yang baik dan benar, akhirnya dikemudian hari
anak memberontak, sulit dikendalikan, dan mencari perhatian secara berlebihan. Itulah
sebabnya orangtua perlu memperhatikan pendidikan yang diterima oleh anaknya.
“Pendidikan yang terencana dengan baik adalah tindakan untuk membesarkan anak
sedemikian rupa hingga dia akan beranjak dewasa menjadi seorang pribadi yang
bertidak dengan bertanggung jawab seraya menemukan sukacita dalam eksistensinya.”42
Itulah sebabnya perlunya kesadaran orangtua dalam tanggung jawabnya mendidik anak
dan memastikan agar anak mereka mendapat pendidikan yang benar untuk
mendatangkan sukacita di waktu dini dan waktu yang akan datang.
IV. KESIMPULAN/PENUTUP
Dalam Amsal 29: 15 dan 17 terdapat prinsip-prinsip mendidik anak yaitu
mendidik anak dengan teguran. Kalau anak melakukan kesalahan hal yang paling utama
dilakukan adalah menegur mereka dengan kasih. Yang kedua adalah mendidik anak
dengan tongkat. Yang dimaksud dengan tongkat adalah melambangkan kekuasaan.
Dengan kekuasaan dalam mendidik maka ukuran dalam mengoreksi dapat
menggunakan tangkai, batang, sambuk dan balok. Hal ini dapat di lakukan ketika anak
melakukan suatu tindakan yang tidak benar. Terakhir adalah tidak membiarkan anak.
Mendidik anak dengan benar adalah tanggungjawab orangtua. Orangtua yang tidak
mengendalikan anaknya sama dengan tindakan pembiaran dan yang mengabaikan
tanggung jawabnya. Jika seorang anak dibiarkan oleh orangtua, maka menurut penulis
kitab Amsal, anak itu akan “mempermalukan” ibunya.
42Nicholas P. Wolterstoff, Mendidik Untuk Kehidupan. Surabaya: Momentum, 2010.
Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17
Copyright© 2020 – KERUGMA | 97
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, J. Sidlow. Menggali isi Alkitab (Ayub-Maleaki) Penerjemah: Sastro Soedirdjo.
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002.
Barnes, Theological Wordbook Of The Old Testament. Chicago: Moody
Publisher,1980.
Berry, Brazelton, T. . Disiplin Anak. Jakarta: BIP, 2005.
Charis, Edwin. Smart Parenting. Yogyakarta: ANDI, 2016.
Driver, dan BriggsrSEåy:,,...dalam The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew and
Lexicon.
E.H. Merril, rSEåy:,,.dalamNew International Dictionary Of Old Testament Theology and
Eksegesis. Zondervan Publising House Software.
Garrett, Duane A. Nashville, Tennessee, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung dalam
The New American Commentary. USA: Broadman &Holman Publisher All Right
Reserved, 1993.
Hill, Andrew E. dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama. Malang: Penerbit
Gandum Mas, 2004.
Hadiwiyata, A.S. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Harris, et als, dalam theological Wordbook Of The Old Testament. Chicago: Moody
Publisher,1980.
Henry, Matthew. Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, PC Study Bible
Formatted Electronic Database Copyright @ 2006 by Biblesoft, Inc. All Rights
reserved.
Hubbard, David A. ; Ogilvie, Lloyd J.: The Preacher's Commentary Series, Volume 15 :
Proverbs. Nashville, Tennessee : Thomas Nelson Inc, 1989. The Preacher's
Commentary Series 15.
Jamieson, Fausset, and Brown Commentary, Electronic Database, Copyright © 1997,
2003, 2005, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserved.)
Merril, E.H. New International Dictionary Of Old Testament Theology and Eksegesis.
Nicholas P. Wolterstoff, Mendidik Untuk Kehidupan, Surabaya: Momentum, 2010.
Volume 2, No 2, Tahun 2020
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright© 2020 – KERUGMA | 98
Purwadarminta A. kata “Mengoreksi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976.
Purwadarminta A, kata “ketentraman” Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976.
R. Laird Harris, G. L. Archer, Jr., Bruce K. Waltke rSEåy:,,.... dalam theological Wordbook of
The Old Testament. Chicago: Moody Publisher,1980.
Sidjabat, B.S. Membesarkan anak dengan kreatif. Yogyakarta: ANDI, 2012.
Top Related