PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA PERUSAHAAN
TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN BAGI
PERUSAHAAN YANG MEMPUBLIK
Disusun oleh:
Dora Shinta Siregar
Dosen Pembimbing:
Darsono, SE., MBA., Akt.
Timely financial reporting becomes an important issue in relationship with transparency
on corporate governance which brings financial and non-financial benefit for company. This
research aims to test whether Corporate Governance mechanism as non-financial aspect and
Corporate Performance as a financial aspect affect timely financial report to Bapepam.
Corporate governance aspect consist of Board of Commissioners, Independent Commissioner,
and the Audit Committee. Corporate performance aspect consist of Profitability Ratio, Leverage
Ratio, Liquidity Ratio, and the Activity.
With purposive sampling as a method of sampling determination has obtained 222
sample manufacturing company listed on BEI stock exchange which divided into two period in
2007 and 2008. The data analysis technique used was logistic regression.
The results based on descriptive frequency analysis showed that in 2007 there were 74
companies submit timely financial report to Bapepam. But in 2008 this situation dropped that
only 37 companies submit timely financial report to Bapepam. The results based on logistic
regression analysis showed that from seven independent variables only liquidity ratio has a
significant relationship with timely financial reports to Bapepam, with a significance 0,049.
Keywords: timely financial reports, corporate governance, corporate performance
PENDAHULUAN
Ketepatan waktu merupakan hal penting dalam kaitannya dengan aspek transparansi pada
tata kelola perusahaan (Abdullah, 2006) dan merupakan aspek bernilai tambah bagi peningkatan
aspek finansial perusahaan. Di Asia Timur, khususnya Indonesia, transparansi perusahaan
menjadi isu penting sejak terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997 dan 1998 dan sejak
runtuhnya perusahaan – perusahaan besar tahun 2001 di Amerika seperti Enron, Worldcom,
Tyco, serta London & Commonwealth.
Ketepatan waktu menunjukkan kualitas yakni tersedia pada waktu yang tepat dan
dijadwalkan dengan baik (Owusu-Ansah, 2000). Hal ini berarti ketepatan waktu merupakan
istilah yang dipakai untuk menggambarkan bahwa data sebagai informasi disajikan tidak
terlambat dan sesuai dengan waktu informasi itu diperlukan. Informasi yang telah lewat akan
lebih sedikit digunakan oleh partisipan pasar dalam proses pembuatan keputusan investasi karena
sudah tidak relevan (Kadir, 2008), karena informasi yang relevan harus mempunyai nilai
prediktif (Hilmi dan Ali, 2006). Keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan dapat
memberikan indikasi positif maupun negatif mengenai informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan (Almilia dan Setiady, 2006). Indikasi negatif dari keterlambatan penyampaian laporan
keuangan adalah kurangnya manfaat dari laporan keuangan itu sendiri (PSAK, 2009). Indikasi
positifnya adalah bahwa perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan
diasumsikan menyajikan laporan keuangan dengan lengkap dan komprehensif karena waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya lebih banyak.
Menurut Choi dan Meek (2005), ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, laporan
tahunan, laporan kepada pihak regulator, dan siaran pers yang menyangkut laporan akuntansi
berbeda-beda ditiap negara. Di Brazil, Kanada, dan Chili, jangka waktu pelaporan ini dilaporkan
berkisar antara 30-60 hari. Sementara di Argentina, Australia, dan Denmark, rata-rata berkisar
61-90 hari. Di Austria, Belgia, Prancis, dan Jerman berkisar antara 91-120 hari. Dan untuk
Pakistan rata-rata jangka waktu melebihi 120 hari. Di Indonesia menurut SAK (2009),
perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan paling lama 4 bulan setelah tanggal
neraca. Tetapi berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam, yaitu peraturan No X.K.7,
Lampiran No. Kep-40/BL/2007 pada tanggal 30 Maret 2007, perusahaan yang terdaftar di Bursa
Eek Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan akuntan
dengan pendapat yang lazim selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah
tanggal laporan keuangan tahunan/tanggal neraca. Keterlambatan penyampaian laporan
keuangan kepada Bapepam akan dikenai sanksi administratif sebesar Rp 1.000.000,- per satu
hari keterlambatan.
Tujuan penetapan keputusan ini oleh pemerintah dalam hal ini Bapepam tidak lain untuk
mewujudkan pasar modal yang semakin efisien menjelang era globalisasi dan modernisasi.
Tetapi keputusan ini tidak serta merta menjadi momok yang dianggap penting bagi praktik bisnis
yang sehat dalam rangka peningkatan keuntungan finansial dan nonfinansial perusahaan. Hal ini
terlihat jelas bahwa pada tahun 2002, Bapepam mengenakan sanksi administratif berupa denda
kepada 186 emiten dan sanksi berupa peringatan tertulis kepada 83 emiten dan sanksi berupa
peringatan tertulis kepada 1 emiten. Untuk tahun 2004, sebanyak 27 emiten melakukan
pelanggaran berupa tidak menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu.
Kondisi ini sejalan dengan konsep kepatuhan yang telah dikemukakan oleh Boeree (2008),
bahwa perusahaan mematuhi peraturan lebih dikarenakan otoritas penyusun hukum tersebut
memiliki hak untuk mendikte perilaku. Artinya adalah ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan semata-mata merupakan perilaku yang didasarkan untuk menjadi apa yang lingkungan
harapkan dan merupakan reaksi yang timbul untuk merespon tuntutan lingkungan sosial yang
ada karena mengandung sanski hukum yang tegas dan mengikat. Padahal seharusnya ketepatan
waktu menjadi sebuah kesadaran dari perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku karena menganggap ini sebuah kebutuhan yang baik dalam
meningkatkan keuntungan finansial dan nonfinansial bagi perusahaan.
Penelitian-penelitian tentang ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah banyak
dipakai dalam setting yang berbeda-beda, dari ketepatan waktu pelaporan keuangan tahunan
(Abdullah, 2007; Kadir, 2008; Almilia dan Setiady, 2006; Owusu-Ansah, 2000; Dogan et al.,
2007), ketepatan waktu pelaporan keuangan interim (Ismail dan Chandler, 2003), hingga
ketepatan waktu pelaporan informasi keuangan diinternet (Ezat dan El-Masry, 2008; Abdelsalem
dan El-Masry, 2008; Poon et al., 2003; Ashbaugh et al., 1999). Penelitian-penelitian memperoleh
hasil yang beragam berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut. Tetapi semua penelitian tersebut
menggunakan unsur ketepatan waktu yang merupakan aspek kualitatif sebagai variabel dependen
penelitian.
Oleh karena masih belum ditemukannya penelitian di Indonesia mengenai ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan dengan dummy variabel sebagai variabel dependen dan
aspek corporate governance sebagai variabel independen mendorong untuk dilakukannya
pengujian terhadap komponen-komponen corporate governance seperti dewan komisaris,
komisaris independen, dan komite audit terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Disamping karena beragamnya hasil penelitian menggunakan aspek kinerja sebagai
variabel independen, mendorong untuk dilakukannya pengujian kembali pada variabel
profitability ratio, leverage ratio, dan liquidity ratio serta menambahkan variabel activity ratio
sebagai salah satu variabel baru dalam aspek kinerja yang belum diteliti oleh peneliti terdahulu.
TELAAH TEORI
Teori Agensi (Agency Theory)
Teori agensi dilatarbelakangi oleh sistem pasar di Inggris dan di Amerika Serikat yang
diatur sedemikian rupa sehingga pemilik, yang terutama para pemegang saham perusahaan yang
terdaftar, mendelegasikan kegiatan perusahaan kepada manajemen perusahaan. Akibat dari
pendelegasian ini ada pemisahan kepemilikan dan kontrol yang akhirnya menimbulkan masalah
keagenan menjadi terkenal (Salomon, 2007).
Menurut Jensen dan Meckling (1976), manajer dalam perusahaan dianggap sebagai agen
dan pemegang saham atau pemilik perusahaan dianggap sebagai prinsipal. Pemegang saham
yang adalah pemilik perusahaan atau “prinsipal” dalam perusahaan, mendelegasikan
pengambilan keputusan sehari-hari perusahaan pada direktur, yang merupakan “agen” dari
pemilik perusahaan/pemegang saham (Salomon, 2007).
Menurut Salomon (2007), masalah yang timbul sebagai akibat dari sistem kepemilikan
perusahaan adalah bahwa agen tidak selalu membuat keputusan demi kepentingan terbaik
prinsipal. Satu asumsi utama teori agensi adalah konflik tujuan/kepentingan dari agen dan
prinsipal. Konflik kepentingan ini yang bila tidak segera di tanggulangi akan berdampak buruk
pada kelangsungan hidup perusahaan.
Upaya untuk mengatasi masalah keagenan atau konflik kepentingan yaitu dengan
melakukan pengawasan. Pengawasan atas setiap tindakan prinsipal dan agen harus dilakukan
guna mencapai kata sepakat yang pada akhirnya membawa perusahaan pada atmosfir kerja yang
positif. Pengawasan ini menimbulkan biaya yang tidak sedikit yang menjadi bagian dalam biaya
keagenan (agency cost).
Menurut Jensen dan Meckling (1976), agency cost meliputi monitoring cost, bonding
cost, dan residual loss. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal
untuk memonitor perilaku agen, seperti biaya audit dan biaya untuk menetapkan rencana
kompensasi manajer. Bonding cost adalah biaya yang ditanggung agen untuk menetapkan dan
mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal,
seperti biaya yang dikeluarkan unuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham.
Sedangkan residual loss adalah biaya timbul karena tindakan agen yang kadangkala berbeda
dengan tindakan untuk kepentingan prinsipal. Biaya pengawasan ini tercermin dari dibentuknya
komite audit dan dewan komisaris serta dilibatkannya pihak independen untuk melindungi
kepentingan pemegang saham minoritas yang disebut komisaris independen.
Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Menurut Boeree (2008), kepatuhan adalah fenomena yang mirip dengan penyesuaian diri,
hal ini karena penyesuaian diri merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk menjadi seperti
yang pada umumnya atau sesuai dengan sikap dan perilaku orang-orang dilingkungannya.
Perbedaannya terletak pada segi pengaruh legitimasi (kebalikan dengan paksaan atau tekanan
sosial lainnya), bahwa seseorang yang melakukan sikap dan perilaku patuh lebih banyak
dikarenakan adanya tuntutan lingkungan/sosial yang akan memberi sanksi baik moral maupun
hukum yang jelas apabila dilanggar dan tidak ditaati. Sedangkan penyesuaian diri dilakukan
bukan karena paksaan tapi karena keinginan dan menjadi sebuah kebutuhan untuk dapat tetap
bertahan dan survive di dalam kehidupan sosial dan lingkungan tempat dia berada.
Penelitian terkemuka mengenai kepatuhan dilakukan oleh Milgram (1963, 1974), dan dari
hasil penelitiannya didapat bahwa kepatuhan muncul bukan karena adanya keinginan dari
pelaksana perintah untuk menyesuaikan diri sesuai dengan konsep kepatuhan Boeree (2008)
yang pertama, tetapi lebih karena didasarkan akan kebutuhan untuk menjadi apa yang
lingkungan harapkan atau reaksi yang timbul untuk merespon tuntutan lingkungan sosial yang
ada.
Konsep kepatuhan menurut Boeree (2008) sesuai dengan konsep kepatuhan prespektif
normatif Tyler, dimana perusahaan mematuhi peraturan lebih dikarenakan otoritas penyusun
hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku (normatif melalui legitimasi/normative
commitment through legitimacy). Seperti halnya konsep tadi, kepatuhan akan penyampaian
laporan keuangan tahunan kepada Bapepam lebih disebabkan karena adanya otoritas penyusun
hukum yaitu UU No.8 tahun 1995 tentang pasar modal, yang secara tidak tertulis menyebutkan
bahwa setiap perusahaan yang terdaftar wajib menyampaikan laporan keuangan tahunannya
kepada Bapepam selaku badan yang dipercaya pemerintah untuk membina, mengatur, dan
mengawasi pasar modal. Sehubungan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan oleh
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka kepatuhan emiten dalam
melaporkan laporan keuangan merupakan suatu hal yang mutlak dalam memenuhi kepatuhan
terhadap prinsip pengungkapan informasi yang tepat waktu.
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Ketepatan waktu merupakan salah satu aspek kualitatif dari laporan keuangan untuk
disajikan secepat mungkin kepada para pengguna, sehingga laporan keuangan dan data lain yang
dihasilkan oleh laporan keuangan perusahaan dapat membantu pengguna mengembangkan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan spesifik (Fraser & Ormiston, 2004). Ketepatan waktu juga
merupakan bagian dari aspek transparansi pada tata kelola perusahaan.
Gregory dan Van-Horn (1963) dalam Owusu-Ansah (2000), mengatakan bahwa secara
konseptual yang dimaksud dengan tepat waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat
yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu. Karena semakin
pendek jarak waktu antara akhir tahun akuntansi dan tanggal dipublikasikan, maka akan semakin
besar keuntungan yang diperoleh dari laporan keuangan itu.
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan merupakan salah satu pendukung
mekanisme tata kelola perusahaan yang baik. Dimana ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan akan mengurangi insider trading, kebocoran-kebocoran, dan rumor pada pasar saham
(Owusu-Ansah, 2000).
Karena merupakan salah satu karakteristik kualitatif informasi keuangan, maka
keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan mengurangi manfaat dari laporan keuangan
itu sendiri. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai salah
satu dasar pengambilan keputusan ekonomi dan menghindari kelambatan pengambilan
keputusan tersebut (PSAK, 2009).
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan berkala di Indonesia diatur oleh
Bapepam sesuai dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No: KEP-40/BL/2007.
Dijelaskan bahwa setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib
menyampaikan laporan keuangannya kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan
ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan atau setelah tanggal neraca.
Sedangkan menurut PSAK (2009), suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan
keuangan paling lama empat bulan setelah tanggal neraca. Faktor – faktor seperti kompleksitas
operasi perusahaan tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidakmampuan perusahaan
menyediakan laporan keuangan tepat waktu.
Oleh karena objek pengenaan peraturan menurut PASK dan Bapepam berbeda, dimana
objek peraturan menurut PSAK yaitu seluruh perusahaan baik yang terdaftar maupun yang tidak
terdaftar, sedangkan objek peraturan menurut Bapepam adalah perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penelitian ini mengacu pada peraturan yang disampaikan
oleh Bapepam dan bukan PSAK. Keterlambatan penyampaian laporan keuangan kepada
Bapepam akan dikenai sanksi tertulis dan administratif. Adapun sanksi administratif yang
dikenakan adalah Rp 1.000.000,- per satu hari keterlambatan.
Corporate Governance (Tata Kelola)
Menurut Griffin (2002) pengertian corporate governance yaitu the roles of shareholders,
directors and other managers in corporate decision making, yang berarti “Peran pemegang
saham, direktur, dan manajer lainnya dalam pembuatan keputusan perusahaan”. Sedangkan
menurut Forum Corporate Governance Indonesia (n.d), corporate governance adalah
seperangkat aturan yang menyajikan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur,
pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak
dan tanggungjawabnya, atau sebuah sistem dengan cara bagaimana perusahaan diarahkan dan
dikendalikan.
Menurut Salomon (2007), tidak ada definisi yang jelas tentang apa itu corporate
governance. Pandangan sempit (narrow view) mengatakan bahwa corporate governance terbatas
pada hubungan antara perusahaan dan para pemilik perusahaan/pemegang saham, ini merupakan
paradigma keuangan yang kuno, yang tertuang pada “Agency Theory”, tetapi pandangan lain
mengatakan bahwa corporate governance tidak hanya menyangkut hubungan perusahaan dengan
pemilik perusahaan (pemegang saham) tetapi juga antara perusahaan dengan pemakai
kepentingan lainnya (stakeholder).
Runtuhnya perusahaan terkenal Enron pada tahun 2001, menjadi awal dibutuhkannya
peran corporate governance untuk melindungi perusahaan serta para pemilik kepentingan.
Perlindungan ini dapat dilakukan lewat mekanisme dari dalam perusahaan (monitoring dan
internal control) maupun lewat mekanisme dari luar (Husnan, 2010). Lebih lanjut menurut
Husnan (2010), dua bentuk mekanisme ekternal yang penting adalah bahwa sistem corporate
governance tersebut terdiri dari (1) berbagai peraturan yang menjelaskan hubungan antara
pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah dan stakeholder yang lain (peraturan yang
menjelaskan hak dan kewajiban pihak-pihak tersebut) dan (2) berbagai mekanisme yang secara
langsung ataupun tidak langsung menegakkan peraturan-peraturan tersebut.
Implementasi mekanisme ekternal ini tertuang dalam peraturan No.1 tentang Ketentuan
Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa huruf C-1, dimana dalam rangka
penyelenggaraan pengelolaan yang baik (good corporate governance) perusahaan tercatat wajib
memiliki:
1. Komisaris Independen;
2. Komite audit; dan
3. Sekertaris perusahaan.
Penyelenggaraan corporate governance seharusnya tidak dilakukan hanya karena
pengaruh legitimasi saja tetapi diterapkan atas dasar kesadaran akan praktik bisnis yang sehat.
Menurut Forum Corporate Governance Indonesia (n.d), ada beberapa keuntungan yang didapat
dengan diterapkannya corporate governance dalam perusahaan, diantaranya yaitu:
1. Lebih mudah untuk menambah modal
2. Turunnya biaya modal
3. Peningkatan kinerja bisnis dan peningkatan kinerja ekonomi.
4. Ada dampak yang baik pada harga saham.
Keuntungan Penerapan good corporate governance dapat menciptakan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan (FCGI, n.d).Keuntungan ini didapat hanya apabila penerapan
corporate governance tidak hanya sekedar formalitas karena unsur legitimasi tetapi diterapkan
dan menjadi bagian integral dari aktivitas bisnis perusahaan.
Adapun unsur penting corporate governance menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (2006), yaitu:
1. Transparansi (Transparency)
Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Salah satu isi pedoman
pokok pelaksanaan dari penerapan prinsip transparansi adalah informasi yang tepat
waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh
pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara trasparan dan
wajar. Oleh karena itu perusahaan harus dikelola dengan benar, terukur, serta sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain.
3. Responsibility (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan keselarasan. Menjamin
perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham
minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen
dengan para investor.
Adapun prinsip-prinsip corporate governance menurut Organisation for Economic Co-
operation and Development (2004):
1. Hak-hak para pemegang saham.
2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham.
3. Peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam corporate governance.
4. Transparansi dan pernjelasan.
5. Peranan dewan komisaris.
Dengan dibentuknya Komite Nasional Corporate Governance oleh pemerintah maka disusunlah
Code for Good Corporate Governance yang mengatur tata kelola perusahaan di Indonesia.
Kinerja Perusahaan
Kinerja merupakan hasil akhir dari sebuah proses yang sistematis yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Wikipedia (2011), kinerja merupakan jawaban dari berhasil
atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Jadi kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada
pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi
yang dipunyai suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari
suatu kebijakan operasional yang diterapkan. Dalam penelitian ini, alat ukur yang dilakukan
untuk menilai kinerja perusahaan yaitu profitability ratios, leverage ratios, liquidity ratios, dan
activity ratios.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan
Keuangan
GCG (Good
Corporate
Governance)
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite Audit
Kinerja
Perusahaan
Leverage Ratios
Profitability Ratios
Liquidity Ratios
Activity Ratios
Variabel Independen
Variabel Dependen
Hipotesis Alternatif
H1A : Ukuran dewan komisaris tidak berhubungan dengan ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan.
H2A : Komposisi komisaris independen tidak berhubungan dengan ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan.
H3A : Komposisi komite audit tidak berhubungan dengan ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan.
H4A : Rasio profitabilitas tidak berhubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
H5A : Rasio leverage tidak berhubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
H6A : Rasio likuiditas tidak berhubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
H7A : Rasio aktivitas tidak berhubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
METODE PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengacu pada perusahaan manufaktur yang termuat di
Capital Market Directory Indonesia priode 2008 dan 2007. Pengambilan sampel dilakukan
dengan purposive sampling dengan kriteria-kriteria tertentu diantaranya yaitu: 1). Terdaftar di
BEI periode 2007 dan 2008 serta terdaftar di ICMD periode 2008 dan 2009, spesifikasi sektor
industri manufaktur; 2). Menampilkan profil perusahaan pada situs Bapepam yaitu
www.idx.com; 3). Memiliki komisaris independen dan komite audit dalam struktur organisasi
perusahaan; 4). Menampilkan data tanggal penyampaian laporan keuangan tahunan kepada
Bapepam periode 2007 dan 2008; 5). Mempublikasikan laporan keuangannya kepada publik.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diperoleh sampel berjumlah 222 perusahaan yang dibagi
dalam 2 periode yaitu tahun 2007 dan 2008.
Definisi Operasional
Variabel Dependen
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu ketepatan waktu (timeliness)
penyampaian laporan keuangan tahunan. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
kepada Bapepam diukur berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor X.K.7 Lampiran Kep-
40/BL/2007 bahwa laporan keuangan tahunan dan disertai dengan laporan akuntan disampaikan
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (31 Maret) setelah tanggal laporan keuangan
tahunan (financial year-end).
Variabel Independen
1. Dewan Komisaris
Diproksi ke ukuran dewan komisaris yang diukur dari jumlah anggota dewan komisaris yang
ada pada perusahaan.
2. Komisaris independen
Diproksi ke komposisi komisaris independen yang diukur dari persentase komisaris
independen terhadap total anggota komisaris yang ada pada perusahaan.
3. Komite Audit
Diproksi ke komposisi komisaris independenn yang diukur dari persentase pihal independen
yang ada dalam komite audit terhadap total anggota komite audit yang ada pada perusahaan.
4. Profitabilitas Rasio
Diukur dengan menggunakan ROA (Return On Assets)
5. Leverage Ratio
Diukur dengan menggunakan rasio utang (Debt Ratio)
6. Likuiditas Rasio
Diukur dengan menggunakan rasio lancar (Current Ratio)
7. Aktivitas Rasio
Diukur dengan menggunakan rasio perputaran total aktiva
Metode analisis yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan uji hipotesis dengan logistik
regresi sebagai alat analisis. Adapun model regresi logistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis sebagai berikut:
Dimana:
- = Variabel dummy ketepatan waktu, dimana kategori 1 untuk
perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan secara tepat
waktu (TIMELY) dan 0 untuk perusahaan yang menyampaikan
laporan keuangan tidak tepat waktu (UNTIMELY)
ε = Error
DEKOM = Ukuran Dewan Komisaris
KOMIN = Komposisi Komisaris Independen
KOMAUD = Komposisi Komite Audit
PROFIT = Profitability Ratio
LEVER = Leverage Ratio
LIQUID = Liquidity Ratio
ACTIV = Activity Ratio
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan secara multivariate dengan menggunakan alat uji regresi
logistik binari. Multivariate analysis yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis data yang
variabelnya lebih dari dua. Regresi logistik merupakan suatu metode analisis yang digunakan
untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel
bebasnya (Ghozali, 2009). Logistik regresi memiliki kelebihan dibandingkan dengan alat uji
lainnya, adapun kelebihan yang dipunyai oleh metode logistik regresi yaitu (Heriyanto &
Wahyuddin, 2007):
1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan
dalam model. Artinya, variabel penjelas tidak harus memiliki ditribusi normal, linier,
memiliki varian yang sama dalam setiap group.
2. Variabel-variabel prediktor dalam regresi logistik, bisa merupakan campuran dari
variabel kontinyu, diskrit, dan dikotomis.
3. Regresi logistik sangat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas variabel hasil
diharapkan non-linier dengan satu atau lebih variabel prediktor.
Menilai Model Fit (Overall Model Fit Test)
Menilai model fit merupakan langkah pertama dalam analisis logistik regresi, yang
bertujuan untuk menemukan apakah model fit atau tidak dengan data. Keputusan untuk tidak
menolak hipotesa nol didasarkan pada nilai Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit yang
nilainya diatas 0,05. Output spss menyajikan 2 nilai -2logL yaitu satu untuk model yang hanya
memasukkan konstanta saja dan nilai -2logL jika variabel bebas ditambahkan. Model yang hanya
memasukkan konstanta saja memiliki nilai -2logL sebesar 307,757, dengan koefisien konstanta
sebsar 0,000 yang berarti bahwa nilai ini signifikan pada alpha 5% dan hipotesis nol ditolak yang
berarti model hanya dengan konstanta saja tidak fit dengan data. Adapun nilai -2logL untuk
model yang dengan penambahan variabel bebas pada model yaitu sebesar 296,245 ternyata tidak
signifikan pada alpha 5% yang berarti hipotesis nol tidak dapat ditolak dan model fit dengan
data.
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
Berdasarkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dengan
menggunakan SPSS, diperoleh nilai Chi-square sebesar 4,206 dengan profitabilitas signifikan
sebesar 0,838 yang nilainya jauh diatas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa hipotesis nol
tidak dapat ditolak (H0 diterima) dan berarti model fit dengan data. Dengan demikian dapat
disimpulkan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak digunakan untuk langkah
analisis berikutnya karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi
dengan klasifikasi yang diamati.
Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model digunakan nilai 0,90
sebagai alat ukur, apabila korelasi antar variabel independen sama dengan atau lebih besar 0,90
berarti ada korelasi yang tinggi antar variabel independen atau terjadi multikolonieritas.
Keterkaitan/hubungan antara variabel independen dalam logistik regresi dapat dilihat dalam tabel
correlation matrix yang disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Nilai Multikolinearitas
DEKOM KOMIN KOMITE PROFIT LEVER LIQUID ACTIV
Step 1 DEKOM 1,000 0,034 -0,274 0,035 0,119 0,0,71 -0,096
KOMIN 0,034 1,000 0,033 -0,102 -0,177 -0,027 0,076
KOMITE -0,274 0,033 1,000 -0,030 0,013 0,060 0,069
PROFIT 0,035 -0,102 -0,030 1,000 0,569 0,079 -0,160
LEVER 0,119 -0,177 0,013 0,569 1,000 0,292 -0,167
LIQUID 0,071 -0,027 0,060 0,079 0,292 1,000 -0,114
ACTIV -0,096 0,076 0,069 -0,160 -0,167 -0,114 1,000
Sumber: Lampiran B
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa nilai korelasi menunjukkan tidak ada gejala
multikolinearitas yang serius antar variabel independen yang letaknya di bawah 0,90. Korelasi
yang tinggi antar variabel independen terjadi antara variabel rasio profitabilitas (PROFIT)
dengan rasio leverage (LEVER) dengan nilai 0,569 dan nilai ini masih jauh dari 0,90. Nilai
korelasi yang negative (-) menunjukkan bahwa antar variabel independen terdapat hubungan
yang tidak langsung atau berkorelasi negatif.
Menguji Koefisien Regresi
Pengujian koefisien regresi dapat dilakukan dengan regresi logistik yang hasilnya dapat
dilihat pada output SPSS variabel in the equation yang disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Uji Koefisien Logistik Regresi
B Wald Sig.
Step 1(a) DEKOM 0,140 2,579 0,108
KOMIN -0,614 0,401 0,527
KOMIT 0,548 0,927 0,336
PROFIT 0,222 0,485 0,486
LEVER 0,258 0,867 0,352
LIQUID 0,161 3,887 0,049**
ACTIV -0,228 1,132 0,287
Constant -0,698 1,121 0,290
*) Sign< 0,10; **) Sign< 0,05; ***) Sign< 0,01
Sumber: Lampiran B
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari ketujuh variabel independen yaitu dewan
komisaris, komisaris independen, komite audit, rasio profitabilitas, rasio hutang, rasio likuiditas,
dan rasio aktivitas hanya satu variabel yaitu variabel likuiditas yang mempengaruhi ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan. Hal itu dapat dilihat dari nilai signifikansi rasio likuiditas
sebesar 0,049 yang berada di bawah 0,05 sehingga dari hasil tersebut dapat dibuat persamaan
sebagai berikut:
- : Variabel ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
LIQUID : Rasio likuiditas
Hasil Pengujian Hipotesis 1
H1 : Dewan komisaris berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
perusahaan.
Hasil pengujian menggunakan regresi logistik diperoleh bahwa variabel DEKOM
mempunyai nilai koefisien positif sebesar 0,140 dengan tingkat signifikansi 0,108 yang lebih
besar dari 0,05 (α) dan statistik wald 2,579 yang lebih besar dari 1,6. Dengan demikian, hasil ini
tidak mendukung hipotesis alternatif 1 diatas sehingga H0 gagal ditolak. Kegagalan menolak H0
berarti hipotesis alternatif tidak signifikan. Arti dari hasil pengujian atas hipotesis alternatif ini
adalah dewan komisaris yang diproksi kedalam jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh
terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ke Bapepam.
Hasil Pengujian Hipotesis 2
H2 : Komisaris independen berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan perusahaan.
Hasil pengujian menggunakan logistik regresi diperoleh bahwa variabel KOMIN
mempunyai nilai koefisien negatif sebesar -0,614 dengan tingkat signifikansi 0,527 yang lebih
besar dari 0,05 (α) dan statistic walt 0,401 yang lebih kecil dari 1,6. Dengan demikian, hasil ini
tidak mendukung hipotesis alternatif 2 diatas sehingga H0 gagal ditolak. Kegagalan menolak H0
berarti hipotesis alternatif tidak signifikan. Arti dari hasil pengujian atas hipotesis alternatif ini
adalah komisaris independen yang diproksi kedalam komposisi komisaris independen pada
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
kepada Bapepam.
Hasil Pengujian Hipotesis 3
H3 : Komite audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
perusahaan.
Hasil pengujian menggunakan logistik regresi diperoleh bahwa variabel KOMIT
mempunyai nilai koefisien positif sebesar 0,548 dengan tingkat signifikansi 0,336 yang lebih
besar dari 0,05 (α) dan statistik wald 0,927 yang lebih kecil dari 1,6. Dengan demikian, hasil ini
tidak mendukung hipotesis alternatif 3 diatas sehingga H0 gagal ditolak. Kegagalan menolak H0
berarti hipotesis alternatif tidak signifikan. Arti dari hasil pengujian atas hipotesis alternatif ini
adalah komite audit yang diproksi kedalam komposisi pihak independen terhadap jumlah
anggota dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan kepada Bapepam.
Hasil Pengujian Hipotesis 4
H4 : Rasio profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan perusahaan.
Hasil pengujian menggunakan logistik regresi diperoleh bahwa variabel PROFIT
mempunyai nilai koefisien positif sebesar 0,222 dengan tingkat signifikansi 0,486 yang lebih
besar dari 0,05 (α) dan statistik wald 0,485 yang lebih kecil dari 1,6. Dengan demikian, hasil ini
tidak mendukung hipotesis alternatif 4 diatas sehingga H0 gagal ditolak. Kegagalan menolak H0
berarti hipotesis alternatif tidak signifikan. Arti dari hasil pengujian atas hipotesis alternatif ini
adalah profitabilitas yang diproksi kedalam ROA tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan kepada Bapepam.
Hasil Pengujian Hipotesis 5
H5 : Rasio leverage berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
perusahaan.
Hasil pengujian menggunakan logistik regresi diperoleh bahwa variabel LEVER
mempunyai nilai koefisien positif sebesar 0,258 dengan tingkat signifikansi 0,352 yang lebih
besar dari 0,05 (α) dan statistik wald 0,867 yang lebih kecil dari 1,6. Dengan demikian, hasil ini
tidak mendukung hipotesis alternatif 5 diatas sehingga H0 gagal ditolak. Kegagalan menolak H0
berarti hipotesis alternatif tidak signifikan. Arti dari hasil pengujian atas hipotesis alternatif ini
adalah leverage yang diproksi kedalam rasio hutang tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan kepada Bapepam.
Hasil Pengujian Hipotesis 6
H6 : Rasio likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan perusahaan.
Hasil pengujian menggunakan logistik regresi diperoleh bahwa variabel LIQUID
mempunyai nilai koefisien positif sebesar 0,161 dengan tingkat signifikansi 0,049 yang lebih
kecil dari 0,05 (α) dan statistik wald 3,887 yang lebih besar dari 1,6. Dengan demikian, hasil ini
mendukung hipotesis alternatif 6 diatas sehingga H0 ditolak. Kemampuan menolak H0 berarti
hipotesis alternatif signifikan. Arti dari hasil pengujian atas hipotesis alternatif ini adalah
likuiditas yang diproksi kedalam rasio lancar berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan kepada Bapepam.
Hasil Pengujian Hipotesis 7
H7 : Rasio aktivitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
perusahaan.
Hasil pengujian menggunakan logistik regresi diperoleh bahwa variabel AKTIV
mempunyai nilai koefisien negatif sebesar -0,228 dengan tingkat signifikansi 0,287 yang lebih
besar dari 0,05 (α) dan statistik wald 1,132 yang lebih besar dari 1,6. Dengan demikian, hasil ini
mendukung hipotesis alternatif 7 diatas sehingga H0 gagal ditolak. Kegagalan menolak H0 berarti
hipotesis alternatif tidak signifikan. Arti dari hasil pengujian atas hipotesis alternatif ini adalah
aktivitas yang diproksi kedalam rasio perputaran total aktiva tidak berpengaruh signifikan
terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan kepada Bapepam.
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap variabel-variabel yang ada diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahun 2007, dari 111 perusahaan sampel, terdapat 74 perusahaan yang tepat waktu
dan hanya 37 perusahaan sampel yang tidak tepat waktu menyampaikan laporan
keuangan kepada Bapepam.
2. Hal sebaliknya terjadi pada tahun 2008, dari 111 perusahaan sampel, hanya 37
perusahaan saja yang tepat waktu dan terdapat 74 perusahaan yang tidak tepat waktu
menyampaikan laporan keuangan kepada Bapepam.
3. Variabel dewan komisaris memiliki nilai signifikansi sebesar 0,108 (>0,05). Hal ini
berarti dewan komisaris yang diproksi kedalam ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
4. Variabel komisaris independen memiliki nilai signifikansinya 0,527 (>0,05). Hal ini
berarti komisaris independen yang diproksi kedalam komposisi komisaris independen
yang berada dalam dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Purwati (2006).
5. Variabel komite audit memiliki nilai signifikansi 0,336 (>0,05). Hal ini berarti komite
audit yang diproksi kedalam komposisi pihak independen yang berada dalam komite
audit tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Abdullah (2006) dan Purwati (2006).
6. Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi 0,486 (>0,05). Hal ini berarti rasio
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kadir (2008) dan Saleh (2004).
7. Variabel leverage memiliki nilai signifikansi 0,352 (>0,05). Hal ini berarti rasio
leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hilmi
dan Ali (2008).
8. Variabel likuiditas memiliki nilai signifikansi 0,049 (<0,05). Hal ini berarti rasio
likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hilmi
dan Ali (2008).
9. Variabel aktivitas memiliki nilai signifikansi 0,287 (>0,05). Hal ini berarti rasio
aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini yaitu:
1. Periode penelitian hanya dua tahun dengan jumlah sampel 222 perusahaan-perusahaan
industri manufaktur. Sehingga hasil yang diberikan lebih spesifik dan tidak bisa
disimpulkan secara universal bagi seluruh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Variabel bebas penelitian hanya dibatasi pada tujuh variabel yang berpengaruh terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan kepada Bapepam.
Saran
Dengan berbagai telaah dan analisa yang telah dilakukan serta berdasarkan atas
keterbatasan-keterbatasan penelitian yang dipaparkan diatas, maka saran yang dapat diberikan
pada penelitian selanjutnya yaitu:
1. Agar hasil penelitian dapat digunakan secara umum, sebaiknya periode penelitian
diperpanjang menjadi lebih dari dua tahun dan perusahaan sampel yang digunakan
dalam penelitian sebaiknya diperbesar, mencakup industri lain seperti agriculture,
forestry, and fishing; animal feed and husbandry; mining and mining services; dan
konstruksi.
2. Variabel bebas penelitian dapat ditambahkan untuk memperoleh cakupan penelitian
yang lebih luas, seperti komite nominasi (Abdullah, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Abdelsalam, O. and A. El-Masry. 2008. “The Impact Of Board Independence And Ownership
Structure On The Timeliness Of Corporate Internet Reporting Of Irish-Listed
Companies.” Managerial Finance Journal, Vol 34, No.12, pp.907-918
Abdullah, S. N. 2006. “Board Composition, Audit Committee And Timeliness Of Corporate
Financial Reports In Malaysia.” Ukraine Journal Corporate Ownership And Control,
Vol. 4, No.3, pp.33-45
Ahmad, R. A. R. and K. A. Kamarudin. n.d. “Audit Delay And The Timeliness Of Corporate
Reporting: Malaysian Evidence.” Working Paper, MARA University of Technology,
Malaysia. Diakses tanggal 6 Mei 2010, dari www.google.com
Almilia, L. S. dan L. Setiady. 2006. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ.” Seminar Nasional Good
Corporate Governance, STIE Perbanas, Surabaya. Diakses tanggal 10 Juni 2010, dari
http://xa.yimg.com/kq/groups/24927445/844854208/name/UNKNOWN_PARAMETER_
VALUE
Ashbaugh, H., K. M. Johnstone, and T. D. Warfield. 1999. “Corporate Reporting In The
Internet.” American Accounting Association, Vol. 13, No.3, pp.241-257
Atkinson, R. L., R. C. Atkinson, dan E. R. Hilgard. 1993. Pengantar Psikologi. Edisi 8.
(Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Boeree, C. G. 2008. Psikologi Sosial. (Terjemahan). Yogyakarta: Prismasophie
Brigham, E. F. dan J.F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 15.
(Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat
Budiarto. 2006. “Pengaruh Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Opini
Audit, Dan Kualitas Auditor terhadap Ketepatanwaktu Penyampaian Laporan
Keuangan.” Jurnal Akuntansi Dan Auditing Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, Vol.3, No.1, pp23-45
Choi, F. D.S. dan G. K. Meek. 2005. International Accounting. Edisi 5. (Terjemahan). Jakarta:
Salemba Empat
Davis, G. B. 1988. Kerangka dasar Sistem Informasi Manajemen. Cetakan Keempat.
(Terjemahan). Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo
Deloof, M. and V. Weets. 2003. “External Financial, Information Disclosure And The
Timeliness Of Annual Shareholder meetings And Financial Statement Filings In
Belgium.” International Journal, Version: April 22,2003. Diakses tanggal 28 Juni 2010,
dari http://www.google.com
Djalil, S. A. 2000. “Good Corporate Governance”, Seminar Corporate Governance, Universitas
Sumatra Utara, Medan
Dogan, M., E. Coskun, and O. Celik. 2007. “Is Timing Of Financial Reporting Related To Firm
Performance?-An Examination On Ise Listed Companies.” International Research
Journal Of Finance And Economic, Vol 12, pp. 220-233
Ezat, A. and A. El-Masry. 2008. “The Impact Of Corporate Governance On The Timeliness Of
Corporate Internet Reporting By Egyptian Listed Companies.” Managerial Finance
Journal, Vol. 34, No. 12, pp.848-867
Forum Corporate Governance Indonesia. 2010. Peranan Dewan Komisaris Dan Komite Audit
Dalam Pelaksanaan Corporate Governnance (Tata Kelola Perusahaan), Jakarta
Fraser, L. M. dan A. Ormiston. 2004. Memahami Laporan Keuangan. Edisi 7. (Terjemahan).
Jakarta: Indeks
Griffin, R. W. 2002. Management. Edisi 7. (Terjemahan). Boston: Houghton Mifflin
Ghozali, I. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, I. 2009. Analisis Multivariate Lanjutan Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Hanafi, M.M. dan A. Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Harahap, S. S. 2002. Teori Akutansi Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara
Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik I. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara
Helfert, E. A. 1997. Teknik Analisis Keuangan. (Terjemahan). Jakarta: Gelora Aksara Pratama
Herawaty, S. A. 2007. “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan
Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi
X. Buku 4. AUEP-09
Heriyanto dan M. Wahyuddin. n.d. “Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Kerja, Dan
Sarana Prasarana Terhadap Prestasi Siswa SMA Di Kota Surakarta”. Diakses tanggal 26
Juni 2010, dari http://www.google.com
Hilmi, U. dan S. Ali. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu
Penyampaiaan Laporan Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Buku 3
Husein, M. F. dan A. Wibowo. 2002. Sistem Informasi Manajemen. Edisi revisi. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN
Husnan, S. n.d. “Corporate Governance Di Indonesia”. Diakses tanggal 10 Mei 2010, dari
http://matakuliah.files.wordpress.com/2007/09/perekin-2.pdf
Husnan, S. 1998. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE
Ismail, K. N. I. K. and R. Chandler. 2003. “The Timeliness of Quarterly Financial Reports of
Companies in Malaysia”. Social Science Research Network. Malaysia
Jensen, M. C. and W. H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics, p305-360.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta: Balai Pustaka
Kadir, A. 2008. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan.” Tesis Tidak Dipublikasikan, Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia, Jakarta
Machfoedz, M. 1990. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Martono dan A. Harjito. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: Ekonisia
Masodah dan F. Mustikaningrum. 2009. ”Pengaruh Rentabilitas, Size, dan Struktur Modal
Terhadap Keterlambatan Publikasi Laporan Keuangan Perusahaan Go Publik Sektor
Aneka Industri dan Sektor Industri Dasar dan Kimia.” Procedding PESAT (Psikologi,
Ekonomi, Sastra, Arsitektur, dan Sipil), Vol.3, pp.B56-B64
McGee, R. W. and X. Yuan. 2008. “Corporate Governance And The Timeliness Of Financial
Reporting: An Empirical Study Of The People’s Republic Of China.” Working Paper.
Florida International University
Munawir, S. 1999. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty
Organization For Economic Co-Operation And Development. 2004. Prancis
Owusu-Ansah, S. 2000. “Timeliness Of Corporate Financial Reporting In Emerging Capital
Markets: Empirical Evidence From The Zimbabwe Stock Exchange.” Accounting &
Business Research, Vol. 30, No. 3, h..n.p
Pernyataa Standar Akuntansi Keuangan. 2009. Jakarta: Salemba Empat
Prastowo, D.D. dan R. Juliaty. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom
Purwati, A. S. 2006. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di BEJ”. Tesis Tidak
Dipublikasikan, Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro
Qin, L. and T. Liwen. 2006. “An Empirical Analysis of the Relation Between Board
Independence and Earnings Management.” Working Paper, School of Economics and
Management, Wuhan University, P.R. China. Diakses tanggal 6 Juli 2010, dari
www.google.com
Saleh, R. 2004. “Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur
Di Bursa Efek Jakarta.” Tesis Tidak Dipublikasikan, Magister Akuntansi, Universitas
Diponegoro Semarang.
Salomon, J. 2007. Corporate Governance and Accountability. London: John Wiley & Sons Ltd
Siegel, G., and H. Ramanauskas. 1989. Behavioral Accounting. Cincinnati: South Western
Skousen, K. F., S. M. Glover, and D. F. Prawitt. 2005. An Introduction To Corporate
Governance And The SEC.. Ohio: South-Western
Supriyono. 1998. Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE
Syamsuddin, L. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT RasaGrafindo
SFAC. 2010. “Objectives Of Financial Reporting.” Diakses tanggal 20 Mei 2010, dari
http://people.wku.edu/jack.hall/sfac1.html
Utami, T. S. 2006. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan pada Perusahaan-Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”,
Skripsi Tidak Dipublikasikan, Program Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas
Diponegoro Semarang
Van Horne, J. C. dan J. M. Wachowicz. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.
(Terjemahan). Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat
Weston, J. F dan T. E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. (Terjemahan). Edisi 9. Jakarta:
Binarupa Aksara
Wild, J. J., K. R. Subramanyam, dan R. F. Halsey. 2004. Financial Statement Analysis.
(Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat
www.wikipedia.co.id
LAMPIRAN A Descriptives Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DEKOM 222 1 10 3,96 1,728
KOMIN 222 ,00 1,00 ,4139 ,14672
KOMITE 222 ,00 1,00 ,3401 ,25808
PROFIT 222 -112,4767 ,5613 -,491070 7,5516655
LEVERAGE 222 ,0711 72,7317 ,999199 4,8690500
LIQUID 222 ,0117 17,6093 2,020228 2,1334203
ACTIVITY 222 ,0000 3,7543 1,211034 ,6632470
Valid N (listwise) 222
Frequencies Statistics
Nama
Perusahaan Tahun 2007 Tahun 2008
N Valid 111 111 111
Missing 0 0 0
Mean ,67 ,33
Std. Error of Mean ,045 ,045
Median 1,00 ,00
Mode 1 0
Std. Deviation ,474 ,474
Variance ,224 ,224
Skewness -,717 ,717
Std. Error of Skewness ,229 ,229
Kurtosis -1,514 -1,514
Std. Error of Kurtosis ,455 ,455
Range 1 1
Minimum 0 0
Maximum 1 1
Sum 74 37
Percentiles 10 ,00 ,00
20 ,00 ,00
25 ,00 ,00
30 ,00 ,00
40 1,00 ,00
50 1,00 ,00
60 1,00 ,00
70 1,00 1,00
75 1,00 1,00
80 1,00 1,00
90 1,00 1,00
Frequency Table Nama Perusahaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ADES 1 ,9 ,9 ,9
ADMG 1 ,9 ,9 1,8
AISA 1 ,9 ,9 2,7
AKKU 1 ,9 ,9 3,6
ALMI 1 ,9 ,9 4,5
AMFG 1 ,9 ,9 5,4
APLI 1 ,9 ,9 6,3
AQUA 1 ,9 ,9 7,2
ASGR 1 ,9 ,9 8,1
ASIA 1 ,9 ,9 9,0
BATA 1 ,9 ,9 9,9
BATI 1 ,9 ,9 10,8
BIMA 1 ,9 ,9 11,7
BRNA 1 ,9 ,9 12,6
BRPT 1 ,9 ,9 13,5
BTON 1 ,9 ,9 14,4
BUDI 1 ,9 ,9 15,3
CEKA 1 ,9 ,9 16,2
CNTX 1 ,9 ,9 17,1
CTBN 1 ,9 ,9 18,0
DPNS 1 ,9 ,9 18,9
DSUC 1 ,9 ,9 19,8
EKAD 1 ,9 ,9 20,7
ESTI 1 ,9 ,9 21,6
FAST 1 ,9 ,9 22,5
FASW 1 ,9 ,9 23,4
GDYR 1 ,9 ,9 24,3
GGRM 1 ,9 ,9 25,2
GJTL 1 ,9 ,9 26,1
HDTX 1 ,9 ,9 27,0
HEXA 1 ,9 ,9 27,9
IGAR 1 ,9 ,9 28,8
IKAI 1 ,9 ,9 29,7
IKBI 1 ,9 ,9 30,6
INAF 1 ,9 ,9 31,5
INAI 1 ,9 ,9 32,4
INCI 1 ,9 ,9 33,3
INDF 1 ,9 ,9 34,2
INDR 1 ,9 ,9 35,1
INDS 1 ,9 ,9 36,0
INTA 1 ,9 ,9 36,9
INTD 1 ,9 ,9 37,8
INTP 1 ,9 ,9 38,7
JECC 1 ,9 ,9 39,6
JKSW 1 ,9 ,9 40,5
JPRS 1 ,9 ,9 41,4
KAEF 1 ,9 ,9 42,3
KARW 1 ,9 ,9 43,2
KBLI 1 ,9 ,9 44,1
KBLM 1 ,9 ,9 45,0
KDSI 1 ,9 ,9 45,9
KIAS 1 ,9 ,9 46,8
KICI 1 ,9 ,9 47,7
KKGI 1 ,9 ,9 48,6
KONI 1 ,9 ,9 49,5
LMPI 1 ,9 ,9 50,5
LMSH 1 ,9 ,9 51,4
LPIN 1 ,9 ,9 52,3
LTLS 1 ,9 ,9 53,2
MASA 1 ,9 ,9 54,1
MDRN 1 ,9 ,9 55,0
MERK 1 ,9 ,9 55,9
MLBI 1 ,9 ,9 56,8
MLIA 1 ,9 ,9 57,7
MLPL 1 ,9 ,9 58,6
MRAT 1 ,9 ,9 59,5
MTDL 1 ,9 ,9 60,4
MYOH 1 ,9 ,9 61,3
MYOR 1 ,9 ,9 62,2
MYRX 1 ,9 ,9 63,1
NIPS 1 ,9 ,9 64,0
PAFI 1 ,9 ,9 64,9
PBRX 1 ,9 ,9 65,8
PICO 1 ,9 ,9 66,7
PRAS 1 ,9 ,9 67,6
PSDN 1 ,9 ,9 68,5
PTSP 1 ,9 ,9 69,4
PYFA 1 ,9 ,9 70,3
RDTX 1 ,9 ,9 71,2
RICY 1 ,9 ,9 72,1
RMBA 1 ,9 ,9 73,0
SAIP 1 ,9 ,9 73,9
SCCO 1 ,9 ,9 74,8
SCPI 1 ,9 ,9 75,7
SIMM 1 ,9 ,9 76,6
SKLT 1 ,9 ,9 77,5
SMAR 1 ,9 ,9 78,4
SMCB 1 ,9 ,9 79,3
SMGR 1 ,9 ,9 80,2
SMSM 1 ,9 ,9 81,1
SOBI 1 ,9 ,9 82,0
SPMA 1 ,9 ,9 82,9
SQMI 1 ,9 ,9 83,8
SRSN 1 ,9 ,9 84,7
STTP 1 ,9 ,9 85,6
SULI 1 ,9 ,9 86,5
TBLA 1 ,9 ,9 87,4
TBMS 1 ,9 ,9 88,3
TCID 1 ,9 ,9 89,2
TFCO 1 ,9 ,9 90,1
TIRA 1 ,9 ,9 91,0
TIRT 1 ,9 ,9 91,9
TOTO 1 ,9 ,9 92,8
TRST 1 ,9 ,9 93,7
TSPC 1 ,9 ,9 94,6
TURI 1 ,9 ,9 95,5
ULTJ 1 ,9 ,9 96,4
UNIC 1 ,9 ,9 97,3
UNTR 1 ,9 ,9 98,2
UNVR 1 ,9 ,9 99,1
VOKS 1 ,9 ,9 100,0
Total 111 100,0 100,0
Tahun 2007
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak Tepat Waktu
37 33,3 33,3 33,3
Tepat Waktu 74 66,7 66,7 100,0
Total 111 100,0 100,0
Tahun 2008
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak Tepat Waktu
74 66,7 66,7 66,7
Tepat Waktu 37 33,3 33,3 100,0
Total 111 100,0 100,0
Pie Chart
Tahun 2007
Tepat Waktu
Tidak Tepat Waktu
Tahun 2008
Tepat Waktu
Tidak Tepat Waktu
LAMPIRAN B Logistic Regression Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 222 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 222 100,0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
0 0
1 1
Block 0: Beginning Block Iteration History(a,b,c)
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 307,757 ,000
a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 307,757 c Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Table(a,b)
Observed Predicted
TIMELINESS Percentage
Correct 0 1
Step 0 TIMELINESS 0 0 111 ,0
1 0 111 100,0
Overall Percentage 50,0
a Constant is included in the model. b The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant ,000 ,134 ,000 1 1,000 1,000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables DEKOM 3,492 1 ,062
KOMIN ,666 1 ,414
KOMITE 2,381 1 ,123
PROFIT 1,040 1 ,308
LEVERAGE 1,043 1 ,307
LIQUID 3,438 1 ,064
ACTIVITY ,330 1 ,566
Overall Statistics 10,659 7 ,154
Block 1: Method = Enter
Iteration History(a,b,c,d)
a Method: Enter b Constant is included in the model. c Initial -2 Log Likelihood: 307,757 d Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 11,512 7 ,118
Block 11,512 7 ,118
Model 11,512 7 ,118
Iteration -2 Log
likelihood Coefficients
Constant DEKOM KOMIN KOMITE PROFIT LEVER LIQUID ACTIVITY
Step 1 1 296,585 -,640 ,133 -,576 ,525 ,164 ,234 ,139 -,215
2 296,322 -,703 ,141 -,611 ,550 ,188 ,257 ,161 -,226
3 296,269 -,703 ,141 -,613 ,550 ,198 ,258 ,162 -,227
4 296,252 -,701 ,140 -,613 ,549 ,206 ,258 ,162 -,227
5 296,247 -,700 ,140 -,614 ,548 ,214 ,258 ,161 -,228
6 296,245 -,699 ,140 -,614 ,548 ,219 ,258 ,161 -,228
7 296,245 -,698 ,140 -,614 ,548 ,221 ,258 ,161 -,228
8 296,245 -,698 ,140 -,614 ,548 ,222 ,258 ,161 -,228
Model Summary
Step -2 Log
likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 296,245 ,051 ,067
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 4,206 8 ,838
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
TIMELINESS = 0 TIMELINESS = 1
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 15 14,531 7 7,469 22
2 15 13,087 7 8,913 22
3 11 12,451 11 9,549 22
4 12 11,990 10 10,010 22
5 12 11,670 10 10,330 22
6 11 11,309 11 10,691 22
7 8 10,703 14 11,297 22
8 12 9,971 10 12,029 22
9 7 8,694 15 13,306 22
10 8 6,593 16 17,407 24
Classification Table(a)
Observed Predicted
TIMELINESS Percentage
Correct 0 1
Step 1 TIMELINESS 0 79 32 71,2
1 57 54 48,6
Overall Percentage 59,9
a The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1(a) DEKOM ,140 ,087 2,579 1 ,108 1,151
KOMIN -,614 ,969 ,401 1 ,527 ,541
KOMITE ,548 ,569 ,927 1 ,336 1,729
PROFIT ,222 ,318 ,485 1 ,486 1,248
LEVERAGE
,258 ,277 ,867 1 ,352 1,295
LIQUID ,161 ,082 3,887 1 ,049 1,175
ACTIVITY
-,228 ,215 1,132 1 ,287 ,796
Constant -,698 ,659 1,121 1 ,290 ,497
a Variable(s) entered on step 1: DEKOM, KOMIN, KOMITE, PROFIT, LEVERAGE, LIQUID, ACTIVITY.
Correlation Matrix
Constant DEKOM KOMIN KOMITE PROFIT LEVER LIQUID ACTIVITY
Step 1 Constant 1,000 -,474 -,606 -,215 -,071 -,251 -,315 -,337
DEKOM -,474 1,000 ,034 -,274 ,035 ,119 ,071 -,096
KOMIN -,606 ,034 1,000 ,033 -,102 -,177 -,027 ,076
KOMITE -,215 -,274 ,033 1,000 -,030 ,013 ,060 ,069
PROFIT -,071 ,035 -,102 -,030 1,000 ,569 ,079 -,160
LEVER -,251 ,119 -,177 ,013 ,569 1,000 ,292 -,167
LIQUID -,315 ,071 -,027 ,060 ,079 ,292 1,000 -,114
ACTIVITY -,337 -,096 ,076 ,069 -,160 -,167 -,114 1,000
Top Related