ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA HASIL ISOLASIDARI FRAKSI ETIL ASETAT AKAR TANAMAN TURI
MERAH (Sesbania grandiflora (L.) Pers) SERTA PENGUJIANSENYAWA SEBAGAI ANTIBAKTERI
(Skripsi)
Oleh
WAHYUNI DEWI LESTARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRACT
ISOLATION AND IDENTIFICATION ISOLATED COMPOUNDS FROMETHYL ACETATE FRACTION OF ROOTS RED TURI (Sesbania
grandiflora (L.) Pers) AND ITS ANTIBACTERIAL ACTIVITY
By
WAHYUNI DEWI LESTARI
Sesbania grandiflora (L.) Pers, locally known as turi is belong to Fabaceae,which can be used as a traditional medicine because it contains bioactivecompounds such as antibacterial, antioxidant and antifungal. This was aimed toisolation, identification the isolated compound of ethyl acetate extract of red turiroots (S. Grandiflora). The ethyl acetate extract and isolated obtained wasassayed the antibacterial activity against E. coli. This research was conducted oncollection and sample preparation, extraction, isolation and purification usingTLC, VLC and CCG. Two isolated compounds were obtained yellow crystalneedle of N-5 Ed (3.4 mg) and orange solids N-5 (0.5 mg). The purity test of thecompound was carried out using thin layer chromatography (TLC) and themeasurement of melting point, N-5 Ed compound have a melting point at 211.5-215 0C. Based on the physical properties and IR spectroscopic analysis data, N-5Ed compounds was predicted a type of aryl benzofuran compounds of 2-(2’.3’-dihydroxy-5’-methoxyphenyl)-6-methoxybenzofuran-3-carbaldehyde). Theantimicrobial activity of isolated compound against E. coli showed that it hasmedium activity with inhibition zone of 9 and 8 mm at the concentration of 200ppm and 100 ppm
Keywords: Sesbania grandiflora, red turi, aryl benzofuran, antibacterial, E. coli.
ABSTRAK
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA HASIL ISOLASI DARIFRAKSI ETIL ASETAT AKAR TANAMAN TURI MERAH (Sesbania
grandiflora (L.) Pers) SERTA PENGUJIAN SENYAWA SEBAGAIANTIBAKTERI
Oleh
WAHYUNI DEWI LESTARI
Turi merah (Sesbania grandiflora (L.) Pers) adalah salah satu tumbuhan familyFabaceae yang dapat digunakan sebagai obat tradisional karena mengandungsenyawa bioaktif diantaranya sebagai antibakteri, antioksidan dan antijamur.Pada penelitian ini telah dilakukan isolasi, identifikasi senyawa hasil isolasi darifraksi etil asetat akar tanaman turi merah (S. grandiflora). Dan uji aktivitasantibakteri pada ekstrak kasar etil asetat dan senyawa hasil isolasi terhadapbakteri E. coli. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan dan persiapan sampelkemudian ekstraksi, isolasi dan pemurnian secara berulang menggunakan KLT,KCV dan KKG. Dua Isolat yang diperoleh berupa kristal jarum berwarnakuning, yaitu N-5 Ed (3,4 mg) dan padatan berwarna orange yaitu N-5 (0,5 mg).Uji kemurnian senyawa dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis(KLT) dan pengukuran titik leleh, senyawa N-5 Ed memiliki titik leleh sebesar211,5-215 0C. Berdasarkan sifat fisik dan data analisis spektroskopi IR, senyawaN-5 Ed diduga sebagai senyawa jenis aril benzofuran yaitu 2-(2’,3’-dihidroksi-5’-metoksifenil-6-metoksibenzofuran-3- karbaldehid. Uji bioaktivitas antibakterisenyawa hasil isolasi terhadap bakteri E. coli, senyawa N-5 Ed menunjukkanaktivitas dalam kategori sedang dengan diameter hambat 9 dan 8 mm padakonsentrasi 200 ppm dan 100 ppm.
Kata kunci: Sesbania grandiflora, turi merah, aril benzofuran, antibakteri, E.coli.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA HASIL ISOLASIDARI FRAKSI ETIL ASETAT AKAR TANAMAN TURI
MERAH (Sesbania grandiflora (L.) Pers) SERTA PENGUJIANSENYAWA SEBAGAI ANTIBAKTERI
Oleh
Wahyuni Dewi Lestari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA SAINS
Pada
Jurusan KimiaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Negeri, Lampung Timur pada
tanggal 05 November 1995. Penulis merupakan anak
ketiga dari tiga bersaudara, putri dari bapak Roso Wiyono
dan ibu Sujiati. Jenjang pendidikan diawali Taman Kanak-
Kanak (TK) di TK Aisyah yang diselesaikan pada tahun
2001.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1
Bandar Negeri yang diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP Negeri 1 Pasir Sakti yang diselesaikan pada tahun 2010, dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Pasir Sakti yang diselesaikan
pada tahun 2013. Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada tahun 2013
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi salah satu mahasiswa penerima
Beasiswa PGN selama enam semester, yaitu pada pada semester enam (XI)
sampai dengan semester delapan (XIII). Penulis pernah aktif dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) Fakultas MIPA periode 2013-2014 dan
2015-2016 sebagai anggota bidang Sains dan Penalaran Ilmu Kimia (SPIK).
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas MIPA periode 2014-2015 sebagai
anggota Deputi Pengembangan Sains. Penulis pernah menjadi asisten praktikum
Kimia Dasar dan Kimia Organik untuk Fakultas Pertanian jurusan Teknologi
Hasil Pertanian (THP) dan Kimia Organik 1 serta Kimia Organik II untuk jurusan
Kimia FMIPA.
MOTTO
Orang yang pandai adalah yang mengevaluasi dirinya sendiriserta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan
orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawanafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.
(HR. Imam Turmudzi)
Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnyakesungguhan itu adalah untuk dirinya sendiri.
(Qs. Al-ankabut: 6)
Succes is walking from failure to failure with no loss ofenthusiasm.
(Winston Churchill)
Jangan berhenti untuk melakukan yang terbaikdalam setiap usahamu, karena akan selalu ada
hikmah didalamnya.(Wahyuni Dewi Lestari)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamiin.......
Dengan kerendahan hati dan mengharap ridho allah SWT, Ku
persembahkan karya sederhana ini ini teruntuk.....
Kedua orang tuaku, bapak dan mamak tercinta yang telah memberikan
do’a, cinta, kasih sayang, dukungan dan bimbingan kepada ananda
selama ini,
Saudara kandungku tersayang mbk Siti Musyarofah, mas Heri
Riswanto dan mas iparku Zainal Efendi yang selalu menyayangi,
mendo’akan, memberikan senyuman terhangat dan menjadi pelengkap
dalam hidup ananda,
Keponakan-keponakanku tersayang Aditya Imam Rafli dan Diyana
Musyarofah yang selalu memberikan keceriaan. Senyum dan canda
tawa kalian menjadi semangat ananda,
Ibu Dr. Noviany, S. Si., M. Si yang telah membimbing dan memotivasi
selama di perkuliahan,
Calon imamku yang telah tertulis di lauhul mahfudz
Sahabat dan teman teman yang telah
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis serta selalu
berbagi keceriaan,
Teruntuk almamaterku tercinta Unila
SANWACANA
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi .wa barakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA HASIL ISOLASI
DARI FRAKSI ETIL ASETAT AKAR TANAMAN TURI MERAH (Sesbania
grandiflora (L.) Pers) SERTA PENGUJIAN SENYAWA SEBAGAI
ANTIBAKTERI”. Shalawat serta salam senantiasa senantiasa penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW semoga senantiasa menjadi suri tauladan dan
memberikan syafa’atnya kepada seluruh umatnya di dunia dan di akhirat, amiin...
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari jasa baik segenap pihak baik moral
maupun spiritual, baik berupa bimbingan, motivasi dan do’a yang senatiasa
berguna bagi penulis hingga saat ini dan di masa yang akan datang.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada :
1. Kedua orang tuaku, bapakku Roso Wiyono dan mamakku Sujiati yang sangat
aku cintai dan sayangi yang telah membesarkan, merawat dan mendidikku
dengan segala cinta, kasih sayang dan kesabaran yang tulus sehingga ananda
menjadi anak yang baik, selalu memberikan dukungan, nasihat dan do’anya
untuk keberhasilanku dan penyemangatku.
2. Ibu Dr. Noviany S. Si., M. Si. selaku pembimbing pertama yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, gagasan, bantuan, dukungan,
semangat, kritik dan saran kepada penulis dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Tati Suhartati, M. S., selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, kritik dan saran kepada penulis
sehingga penelitian dan skripsi ini terselesaikan .
4. Ibu Dr. Nurhasanah selaku pembahas yang telah memberikan semangat,
arahan, kritik dan saran kepada penulis.
5. Bapak Dr. Suripto Dwi Yuwono, M.T., Selaku pembimbing akademik atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, bantuan, nasehat kepada
penulis.
6. Bapak Dr. Suripto Dwi Yuwono, M.T., selaku ketua Jurusan Kimia Fakulata
Matematika dan Ilmu Pengeatahuan Alam Universitas Lampung.
7. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakulatas
Matematika dan Ilmu Pengeatahuan Alam Universitas Lampung.
8. Seluruh dosen FMIPA Unila yang dengan senang hati memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama kuliah.
9. Keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a
untuk keberhasilanku.
10. Kakak-kakakku tersayang Siti Musyarofah dan Heri Riswanto serta kakak
iparku zainal Efendi dan sepupuku Suharsono yang selalu mendukung dan
menasehatiku. Dua keponakanku tersayang Aditya Imam Rafli dan Diyana
Musyarofah yang selalu memhhibur tante dengan keceriaan dan tawa kalian.
11. Partner penelitian tersayang FIGHTING S.Si: Anggun Ferliasari Pertiwi
“Mbk Sar” , Erva Alhusna “Mbak Hus”, Nessia Kurnia “Mbk Kur” dan Nita
Yuliyan “Mbk Yul” atas kerja sama, bantuan, dukungan, semangat, motivasi,
persaudaraan, kebersamaan, kehangatan dalam suka maupun duka selama
penelitian.
12. Rekan-rekan Noviany Research: Mbk Ratu, Mbk Ningrum, Kak Arif, Kak
Radius, Mbk Erva, Ines, Mbk Nita, Anggun, Ufi, Risky, Dicky, Ella, Eva,
Isnaini, Tosa, Santi, dan Hanif yang telah membantu dalam proses penelitian.
13. Sahabat-sahabatku “Sekelek”: Fatimah “Panjul” Anggun Ferliasari P
“embem” Lulu Nur Rachmi “Loloks” Mita Sasta Viana “Mitol” atas
kebersamaan, keceriaan kalian, selalu memberikan canda tawa dan kegilaan
bersama yang dapat menghilangkan kepenatan rutinitas kuliah. Semoga kita
diberi kemudahan dalam segala urusan.
14. Sahabat-sahabat dari SD: Ayu Istiani, Fitri Wijayanti, Eka Nurmulia Janah,
Nika Indra Lestari yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis ketika merasa lelah dalam peenelitian dan menyelesaikan skripsi.
15. Keluarga tercinta kimia 2013, Anggun, Anton, Anita, Aul, Mami Selta, Bara,
Citra, Dona, Dicky, Eka M, Eka S, Esti, Paul, Imeh, Lulu, Siti, Mita, Mbk
Nita, Mbk Arni, Riska, Mbk Gita, Ana, Vicka, Badi, Nurul, Mbk Erva, Ines,
Imah, Shella, Nova, Mbk Ismi, Febri, Yolanda, Riyan Wah, Riyan Amha,
Sinta, Mia, Fika, Ezra, Nia, Fina, Mbk Uut, Tika, Yuda, Netty, Herma,
Yunitri, Yulia, Indah, Atun, Tias, Della, Kartika, Oci, Awan, Arif, Mak Ita,
Dilla, Inggit, Yuni, Monic, Linda, Renita, Nabila, Dewi Rumondang, Gesa,
Fentri, Umi Murnita, Megafhit, Radho, Mawar,
16. Rekan-rekan Laboratorium Kimia Organik: Mbk Wit, Mbk Tiara, Mbk
Ningrum, Kak Arif, Mbak Tazkia, Kak Rio, Mbak Dona, Mbak Yepi, Mbak
Ismi, Mbak Ajeng, Mbak Susi, Vicka, Badiatul, Nurul, Mbk Arni, Inggit,
Erva, Mbk Nita, Ines, Anggun, Dona, Aul, Shella, Imah, Siti, Kak Radius,
Risa, Ufi, Dicky, Laili, Herda, Elisabeth, Gabriella, Astrifa, Ella, Yolanda,
Kartika, Nella, Dhia Hawari, Clodina,
17. Teman teman kontrakan lama : Rian, Silvia, Fitri, Siska; asrama putri ayu :
Mami, Siti, Situn, Teh Opi, Yuli, Tias, Leli, Indah dan kawan-kawan wisma
putri arista yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
18. Teman teman KKN Payung Dadi Pubian : Mbk Sri, mbk Nabil, Mak Melita,
Kak Adam, Kak Widi dan Dicky. Semoga Allah membalasnya dengan
keberkahan.
19. Almamater tercinta Universitas Lampung.
20. Semua pihak yang tidak dapat diucapkan satu persatu yang telah membantu
penulis selama kuliah, penelitian, hingga penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi sedikit harapan semoga skripsi sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi diri penulis secara pribadi maupun pembaca. Amin.
Bandar Lampung, 27 Desember 2017
Penulis
Wahyuni Dewi Lestari
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
C. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
A. Turi Merah (S. grandiflora) ................................................................ 5
B. Kegunaan dan Efek Farmakologi Tanaman Turi ................................ 8
C. Kandungan Metabolit Sekunder pada Famili Fabaceae..................... 9
D. Senyawa yang Telah Diisolasi dari S. grandiflora ............................. 12
E. Antibakteri .......................................................................................... 14
F. Antibiotik ............................................................................................ 16
1. Amoxicillin .................................................................................. 162. Sefalosporin .................................................................................. 173. Tetrasiklin ..................................................................................... 18
G. Ekstraksi.............................................................................................. 19
H. Kromatrografi...................................................................................... 20
1. Kromatografi Lapis Tipis .............................................................. 212. Kromatografi Cair Vakum ............................................................ 223. Kromatografi Kolom Gravitasi ..................................................... 22
I. Identifikasi Spektroskopi .................................................................... 23
ii
1. Spektroskopi UV-VIS ................................................................... 242. Spektroskopi IR ............................................................................ 253. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (RMI) .............................. 26
J. Uji Aktivitas Antibakteri..................................................................... 27
1. Metode Difusi ............................................................................... 282. Metode Dilusi................................................................................ 29
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 30
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 30
B. Alat dan Bahan.................................................................................... 30
1. Alat-alat yang digunakan .............................................................. 302. Bahan-bahan yang digunakan ....................................................... 31
C. Prosedur Penelitian ............................................................................. 31
1. Persiapan Sampel .......................................................................... 312. Ekstraksi dengan Berbagai Pelarut ............................................... 323. Kromatografi Cair Vakum (KCV) ................................................ 324. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .................................................. 335. Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG)......................................... 336. Analisis Kemurnian ...................................................................... 347. Spektroskopi Infra Red (IR).......................................................... 348. Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir (NMR) ....................... 359. Uji Aktivitas Antibakteri............................................................... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 38
A. Isolasi Senyawa.................................................................................. 38
1. Fraksi E ....................................................................................... 411.1. Subfraksi Ec......................................................................... 421.2. Subfraksi Ed......................................................................... 44
B. Analisis dan Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi ................................ 46
1. Senyawa N-5 Ed .......................................................................... 461.1. Analisis Kemurnian ............................................................. 461.2. Identifikasi Spektroskopi IR ................................................ 48
2. Senyawa N-5................................................................................ 511.1. Analisis Kemurnian ............................................................. 511.2. Identifikasi Spektroskopi 1H-NMR ..................................... 52
C. Uji Bioaktivitas Terhadap Bakteri E. coli.......................................... 53
iii
V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 55
A. Simpulan ............................................................................................. 55
B. Saran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57
LAMPIRAN.................................................................................................... 62
1. Diagram Alir Penelitian............................................................................... 63
2. Perhitungan Konsentrasi untuk Uji Antibakteri .......................................... 68
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi..................................26
2. Nilai geseran kimia untuk proton dalam molekul organik............................27
3. Hasil uji antibakteri sampel ekstrak kasar etil asetat akar turi merah
dan senyawa N-5 Ed......................................................................................54
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Batang, daun, buah, biji dan akar tanaman turi merah...................................7
2. Beberapa senyawa diterpen dari famili Fabaceae ..........................................11
3. Senyawa flavonoid dari famili Fabaceae .......................................................11
4. Beberapa senyawa yang telah diisolasi dari S. grandiflora ............................13
5. Struktur kimia Amoxicillin .............................................................................17
6. Struktur kimia Sefalosporin ............................................................................17
7. Struktur kimia Tetrasiklin ..............................................................................19
8. Jenis radiasi elektromagnetik dan panjang gelombang...................................24
9. Kromatogram KLT ekstrak kasar dengan eluen etil asetat/n-heksana(2:8) .................................................................................................................40
10. Kromatogram KLT 9 fraksi dari fraksi gabungan hasil KCV denganEluen etil asetat/n-heksana (2:8) .....................................................................42
11. Kromatogram KLT fraksi gabungan hasil KCV Ea-Ef dengan Eluenetil asetat/n-heksana (2,5:7,5) ........................................................................43
12. Kromatogram KLT fraksi gabungan hasil KKG A’-H’ dengan Eluenetil asetat/n-heksana (25:75) ...........................................................................44
13. Kromatogram KLT fraksi gabungan hasil KKG subfraksi A-Gdengan eluen aseton/n-heksana (2:8) ..............................................................44
14. Kromatogram KLT kristal dari fraksi Ed 18-21 dan senyawa arilbenzofuran (2-(2’, 3’-dihidroksi- 5’-metoksifenil)-6-metoksibenzofuran-3-karbaldehid) dengan Eluen aseton/n-heksana (2:8)....................................45
vi
15. Kristal jarum kuning dari senyawa N-5 Ed.....................................................46
16. Kromatogram KLT fraksi gabungan hasil KKG fraksi Ed denganeluen etil asetat/n-heksana (2:8)......................................................................46
17. Padatan orange dari senyawa N-5 ...................................................................47
18. Kromatogram KLT tiga sistem eluen: aseton/n-heksan (3:7),klorofom/metanol (99:1) dan diklorometan/n-heksan (9:1) dari kristalN-5 Ed dan senyawa aril benzofuran (2-(2’, 3’-dihidroksi-5’-metoksifenil)-6-metoksibenzofuran-3-karbaldehid) .......................................48
19. Perbandingan spektrum IR dari senyawa N-5 Ed dan senyawa arilbenzofuran (2-(2’, 3’-dihidroksi-5’-metoksifenil)-6-metoksibenzofuran-3-karbaldehid) .................................................................50
20. Struktur senyawa aril benzofuran (2-(2’, 3’-dihidroksi-5’-metoksifenil)-6-metoksibenzofuran-3-karbaldehid) .......................................51
21. Kromatogram KLT senyawa N-5 dan senyawa aril benzofuran (2-(2’,3’-dihidroksi-5’-metoksifenil)-6-metoksibenzofuran-3-karbaldehid)dengan 3 sistem eluen: aseton/n-heksana (2:8), diklorometan/n-heksan (95:5) dan klorofom/metanol (99:1) ...................................................52
22. Spektrum 1H-NMR dari senyawa N-5 ............................................................53
23. Uji biokativitas senyawa N-5 Ed dan ekstrak kasar etil asetat akar turimerah terhadap E. coli setelah diinkubasi 24 jam ..........................................55
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat tradisional dipakai secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Negara-
negara di Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap
pengobatan primer. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan
obat tradisional untuk pengobatan primer. Indonesia mempunyai keragaman
hayati yang sangat tinggi dan berada pada urutan terkaya kedua setelah Brazil dan
memiliki kekayaan pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan tumbuhan untuk
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan berbagai penyakit (Depkes RI, 2007).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut
yang digunakan dalam pengobatan tradisional secara turun-temurun. Obat
tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat
ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah didapat,
harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan
serta pencegahan penyakit (Maharani, 2010).
Tumbuhan dikenal mengandung berbagai golongan senyawa kimia tertentu
sebagai bahan obat yang mempunyai efek fisiologis terhadap organisme lain, atau
sering disebut sebagai senyawa bioaktif. Kurang lebih 80% obat-obatan yang
2
digunakan oleh masyarakat Indonesia berasal dari tumbuhan yang berkhasiat
sebagai obat. Telah banyak senyawa aktif asal tumbuhan yang memasuki aplikasi
komersial untuk berbagai kegunaan. Senyawa alam hasil isolasi dari tumbuhan,
juga digunakan sebagai bahan asal untuk sintesis bahan-bahan biologis aktif dan
sebagai senyawa model untuk merancang senyawa baru yang lebih aktif dengan
sifat toksik yang lebih rendah (Sasongko and Asmara, 2002). Salah satu manfaat
senyawa aktif adalah sebagai antibakteri.
Penelitian-penelitian pencarian bahan antibakteri telah banyak dilakukan terutama
dari berbagai jenis tumbuhan. Namun para ilmuwan terus berusaha untuk mencari
sumber antibakteri baru, terutama yang mudah tumbuh di Indonesia. Tumbuhan
yang digunakan untuk obat tradisional dapat dijadikan alternatif pencarian zat
antibakteri, karena pada umumnya memiliki senyawa aktif yang berperan dalam
bidang kesehatan. Tanaman yang ada di Indonesia yang diduga memiliki senyawa
bioaktif sebagai antibakteri salah satunya adalah tanaman turi (Sesbania
grandiflora (L.) Pers).
Tanaman turi mempunyai banyak manfaat. Tanaman digunakan untuk mencegah
erosi, getahnya untuk pewarna tekstil, kayunya digunakan untuk bahan bangunan,
daunnya dan batang mudanya untuk pakan ternak. Daun muda, polong biji dan
bunganya juga dapat dikonsumsi manusia sebagai lalapan dan sayur. Bagian-
bagian tanaman yang lain seperti batang, kulit batang, akar, daun dan bunganya
dapat digunakan untuk pengobatan tradisional mengatasi flu, demam, sakit perut,
diare dan kulit kusam (Powthong et al., 2012 dan Hasan et al., 2012). Daun-nya
3
memiliki sifat antixiolitik dan antikovulsan sedangkan bunganya mengandung zat
antimikrobial (Avalaskar et al., 2011).
Berdasarkan warna bunga turi dibedakan menjadi dua yaitu turi putih dan turi
merah namun menurut pengamat peneliti, populasi bunga merah lebih sedikit
dibandingkan bunga turi putih. Ke duanya mempunyai potensi mikrobial karena
mengandung senyawa metabolit sekunder. Berdasarkan informasi penelitian
sebelumnya turi merah dapat digunakan sebagai obat dikarenakan kandungan
kimia seperti tanin, saponin, glikosida, vitamin A dan B, kalsium oksalat, sulfur,
zat besi dan zat gula, dimana kandungan kimia turi merah lebih banyak dari pada
yang terdapat pada turi putih (Maharani, 2010). Bunga turi merah dimanfaatkan
masyarakat pedesaan untuk pengobatan kencing manis atau diabetes.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dilaporkan bahwa daun
turi mengandung metabolit sekunder berupa saponin, tanin, dan flavonoid
(Prasetyono dan Sunar, 2012).Selain itu pada bagian jaringan akar turi putih pada
penelitian sebelumnya berhasil diisolasi senyawa 5,7-dihydroxy-6,2'-
dimethoxyisoflavone-7-O-α-L-rhamnopyranoside yang merupakan senyawa
flavonoid dan memiliki aktifitas sebagai antijamur dan antibakteri (Saxena and
Mishra, 1999a). Sedangkan baru-baru ini berhasil diisolasi senyawa baru jenis aril
benzofuran pada bagian kulit batang turi putih (Nurhidayat, 2016). Berdasarkan
uraian diatas, pada penelitian ini akan digunakan bagian akar tanaman turi merah
yang diduga mengandung senyawa bioaktif dan memiliki aktivitas sebagai
antibakteri.
4
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengisolasi senyawa dari akar tanaman turi merah (S. grandiflora).
2. Mengidentifikasi senyawa hasil isolasi.
3. Menguji aktivitas antibakteri dari senyawa hasil isolasi dengan menggunakan
metode difusi agar terhadap bakteri E. coli.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang kandungan
senyawa hasil isolasi dari akar turi merah (S. grandiflora) dan dapat digunakan
sebagai data tambahan sumber alami tumbuhan yang berpotensi sebagai
antibakteri.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Turi Merah (Sesbania grandiflora (L.) Pers
Turi dengan nama latin S. grandiflora atau Agati grandiflora termasuk dalam
famili tumbuhan Fabaceae. Tanaman turi dikenal dengan nama yang berbeda-
beda pada setiap daerah di Indonesia. Di Sumatera tanaman ini dikenal dengan
nama turi, sedangkan di daerah Jawa, Melayu, Sunda dan Madura dikenal dengan
nama turi, toroy. Di daerah Nusa Tenggara dan Bali tanaman ini dikenal dengan
nama gala-gala, tuwi, palawu, tannumu, ghunga, ngganggala sengon dan kalala.
Selain itu di daerah Sulawesi dikenal dengan nama tuli, turi, turineg, suri,
uliango dan gongogua (Hariana, 2006; purwanto, 2007 dan Dalimartha, 2009). Di
luar Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama cork wood tree, west indian
pea (Hariana, 2006 dan Dalimartha, 2009). Sinonim dari tanaman turi ini dikenal
dengan nama A. grandiflora.
Tanaman turi memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
6
Marga : Sesbania
Jenis : Sesbania grandiflora (L.) Pers.
(Sumber : Cronquist, 1981 dan The Angiospermae Phylogeny Group, 2003.)
Turi merah (S. grandiflora) merupakan pohon kecil anggota berkayu lunak serta
berumur pendek. Tumbuhan ini ditanam sebagai tanaman hias di halaman-
halaman rumah dan di sawah-sawah sebagai tanaman pelindung. Turi biasanya
digunakan sebagai tanaman pelindung pohon rambatan seperti tanaman lada atau
vanila.
Ciri-ciri umum turi, diantaranya yaitu: tanaman ini dapat ditemukan di daerah
ketinggian 1200 mdpl, berumur pendek, berkayu lunak, tingginya dapat mencapai
5-12 m, dan ranting seringkali menggantung. Batang tanaman turi berlendir dan
berair. Kulit batang luar turi berwarna kelabu hingga kecoklatan tidak rata
dengan alur membujur dan melintang tidak beraturan dan lapisan gabus mudah
terkelupas, percabangan baru keluar setelah tinggi tanaman mencapai sekitar 5 m.
Daun pada tanaman turi ini memiliki ciri yaitu berdaun majemuk dan letak daun
tersebar dengan daun penumpu yang panjangnya 0,5-1 cm, panjang tangkai daun
20-30 cm, menyirip genap dengan 20-40 pasang anak daun yang bertangkai
pendek. Helaian anak daun memiliki tepi yang rata, panjangnya 3-4 cm, dan
lebar 0,8-1,5 cm.
Sementara bunganya keluar dari ketiak daun dengan 2-4 bunga yang bertangkai,
kuncup berbentuk sabit, panjang 7-9 cm, jika mekar bunga berbentuk kupu-kupu.
Ada dua varietas turi yaitu yang berbunga putih dan yang berbunga merah. Akar
tanaman turi berbintil-bintil, berisi bakteri yang dapat memanfaatkan nitrogen
7
sehingga bisa menyuburkan tanah. Selain jaringan diatas tumbuhan ini juga
memiliki buah dan biji, buahnya berbentuk polong yang menggantung,
berbentuk pita, panjang 20-55 cm dan lebar 7-8 mm. Ketika buahnya masih muda
berwarna hijau, setelah tua berwarna kuning. Sedangkan bijinya berbentuk bulat
panjang dan berwarna coklat muda.Secara lengkap tumbuhan turi merah dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. (a) Batang, (b) Daun, (c) Bunga, (d) Biji, (e) Akar dari tanamanturi merah (S. grandiflora)
8
B. Kegunaan dan Efek Farmakologi Tanaman Turi
Tumbuhan turi memiliki banyak manfaat terutama dalam bidang pengobatan,
masyarakat Indonesia sering menggunakan tumbuhan turi, hal ini karena
tumbuhan turi dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Tanaman turi
memiliki efek farmakologis pada bagian masing masing jaringan tanaman tersebut.
Efek farmakologis daun turi yaitu dapat mencairkan gumpalan darah, mempunyai
efek deuretik, menghilangkan rasa sakit oleh karena itu daun turi dimanfaatkan
untuk mengatasi radang tenggorokan, menyembuhkan luka yang tidak terlalu
dalam. Selain itu daun turi juga mempunyai manfaat sebagai antioksidan,
mengatasi keputihan, memperbanyak produksi asi dan meredakan demam. Bidang
kedokteran di India telah menggunakan daun turi sebagai media penyembuhan
penyakit epilepsi (Kasture et al., 2002).
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Doddola et al., (2008) yang menyatakan
jus daun turi dapat digunakan sebagai pemecah batu ginjal yang cukup efektif.
Penelitan lain yang dilakukan oleh Ramesh and Begum (2006); Ramesh et.al
(2007) dan Ramesh et al.(2010), menyatakan bahwa suplemen daun turi
menunjukkan pencegahan oksidasi yang dapat merusak paru-paru, hati, dan ginjal.
Pengujian pada mencit menunjukkan bahwa daun tumbuhan turi memiliki potensi
sebagai antioksidan.
Efek farmakologis bunga turi adalah sebagai pelembut kulit dan obat pencahar,
sedangkan efek farmakologis kulit batang turi adalah mengurangi rasa sakit
(analgetik), penurun panas dan kegunaan yang lain yaitu untuk meredakan disentri
9
dan mengobati cacar air. Bubuk batang turi, di Filipina digunakan sebagai obat
borok atau bisul yang terdapat dalam mulut dan sistem pencernaan sedangkan di
Kamboja potongan batang turi digunakan sebagai media penyembuhan penyakit
kudis. Sedangkan di daerah pulau Jawa bubuk batang turi digunakan sebagai obat
sariawan, polio, dan sakit perut (Wagh et al., 2009). Kulit batang turi dapat
digunakan sebagai obat kumur untuk sariawan karena mempunyai kandungan
kimia saponin, flavonoid, polifenol dan tanin yang diketahui dapat menghambat
pertumbuhan jamur penyebab sariawan dan berkhasiat sebagai obat (Hariana,
2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sertie et al.(2001) dari hasil
penelitiannya menyatakan bahwa ekstrak etanol dari batang turi menunjukkan
aktivitas antiinflamasi yang cukup baik.
Sedangkan akar turi memiliki efek farmakologis untuk meredakan nyeri sehingga
akar turi dapat digunakan untuk mengatasi pegal linu. Bagian akar secara umum
juga digunakan sebagai antiinflamasi dan penurun demam (Wagh et al., 2009).
Investigasi juga dilakukan oleh (Shareef et al., 2012) menyatakan bahwa turi
memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi, antiseptik, analgesik, serta
antioksidan. Efek antioksidan dari turi kemungkinan dikarenakan kandungan
senyawa flavonoid yang mampu menangkap radikal bebas melalui donor proton
hidrogen dari gugus hidroksil flavonoid (Amic et al., 2003).
C. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder pada Famili Fabaceae
Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu
organisme yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pertumbuhan,
10
perkembangan atau reproduksi organisme. Berbeda dengan metabolit primer yang
ditemukan pada setiap spesies tertentu. Fungsi senyawa ini pada organisme adalah
untuk bertahan hidup terhadap predator, kompetitor, dan membantu proses
reproduksi (Hebert,1996). Adapun senyawa metabolit sekunder yaitu tanin,
saponin, flavonoid, steroid, terpenoid, dan alkaloid. Identifikasi kandungan
metabolit sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian
pencarian senyawa bioaktif baru dari bahan alam yang dapat menjadi prekursor
bagi sintesis obat baru yang mempunyai aktivitas tertentu (Harborne, 2006).
Pada tanaman famili Fabaceae mengandung senyawa metabolit sekunder yang
cukup banyak dan beragam, dari susunan molekul sederhana hingga molekul yang
paling rumit sekalipun ada pada famili ini. Secara garis besar senyawa metabolit
sekunder dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu senyawa fenolik dan non-
fenolik. Salah satu metabolit sekunder non-fenolik yaitu kelompok terpenoid.
Kelompok terpenoid ini ditemukan dalam berbagai variasi misalnya diterpen dan
triterpen glikosida yang disebut dengan saponin. Dalam famili Fabaceae telah
diisolasi senyawa diterpen berupa senyawa furanoditerpen tipe cassane. Senyawa
jenis ini atau furanoditerpen merupakan senyawa yang telah diselidiki memiliki
kemampuan sebagai antimalaria, senyawa furanoditerpen ini banyak ditemukan
pada genus Caesalpinia. Tidak hanya furanoditerpen yang telah diisolasi dari
famili Fabaceae, contoh lain senyawa yang telah diisolasi yaitu norcaesalpinin E
(1), caesalpinin C (2), caesalpinin D (3) yang ketiganya telah diselidiki memiliki
kemampuan sebagai antimalaria (Linn et al., 2005). Ke tiga senyawa dapat dilihat
pada Gambar 2.
11
(1) (2) (3)
Senyawa fenolik hasil isolasi yang banyak ditemukan pada famili Fabaceae
adalah flavonoid. Misalnya dari Guibourtia coleosperma, senyawa flavanoid yang
dihasilkan adalah flavanoid yang terikat dengan glikosida misalnya epikatecin-(4b
-8)- 7-O-β-D- xyloppiranosil-epikatecinyang berupa dimer dan 7-O-β-D-
xyloppiranosil-epikatecin yang berupa monomer (Bekker et al., 2006). Kedua
senyawa disajikan pada Gambar 3.
(a)
(b)
Gambar 2. Senyawa diterpen dari famili Fabaceae (1)norcaesalpinin E,(2) caesalpinin C, dan (3)caesalpinin D
Gambar 3. Senyawa flavonoid dari famili Fabaceae (a)(4b -8)- 7-O-β-D-xyloppiranosil-epikatecin, dan (b) 7-O-β-D- xyloppiranosil-epikatecin
12
D. Senyawa yang Telah Diisolasi dari Sesbania grandiflora (L.) Pers
Sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian tentang tumbuhan turi dan banyak
senyawa yang sudah berhasil diisolasi dari tumbuhan ini. Penelitian tentang
tumbuhan turi telah dilakukan sejak tahun 1960-an. Senyawa yang pertama
diisolasi yaitu senyawa alkohol sederhana α-5-methyl-5-pentacosanol atau
grandiflorol (1) yang diisolasi dari jaringan daun tumbuhan turi (Tiwari and
Bajpai, 1964). Setelah itu pada tahun-tahun berikutnya dilanjutkan peneliti
Srivastava et al. (1968) yang melaporkan telah mengisolasi senyawa
galactomannan (2) dari biji kacang tumbuhan turi. Sedangkan pada kulit
tumbuhan turi pertama kali terisolasi senyawa golongan flavonol glikosida yang
diyakini senyawa 4’-O-metil-8-prenilkaemferol-3-O-( -L-rhamnosil-(1—6)-β-D-
galactopiranosida)-7-O-D-galactopiranosida (3). Sedangkan pada akar telah
diisolasi senyawa 5,7-dihydroxy-6,2'-dimethoxyisoflavone-7-O-α-L-
rhamnopyranoside (4) (Saxena and Mishra, 1999a) selain itu juga terisolasi
senyawa 3,7-dihydroxy-8-methoxyflavone-7-O-β-D-galactoside (5) jenis lain dari
flavon glikosida. Jaringan lain seperti batangpun juga diperoleh senyawa yang
berhasil diisolasi senyawa tersebut adalah 3-β-hydroxy-28-p-
hydroxyphenoxyolean-12-ene (6) (Saxena and Mishra, 1999b). Selain itu, baru-
baru ini juga berhasil diisolasi senyawa jenis aril benzofuran yaitu 2-(2’, 3’-
dihidroksi- 5’-metoksifenil)-6-metoksibenzofuran-3-karbaldehid (7) pada jaringan
kulit batang turi putih (S. grandiflora) (Nurhidayat, 2016). Senyawa- senyawa
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
13
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
(7)
Gambar 4. Senyawa hasil isolasi dari S.grandiflora (1)α-5-methyl-5-pentacosanolatau grandiflorol, (2)galactomannan,(3)4’-O-metil-8-prenilkaemferol-3-O-( -L-rhamnosil-(1—6)-β-D-galactopiranosida)-7-O-D-galactopiranosida, (4)5,7-dihydroxy-6,2'-dimethoxyisoflavone 7-O-α-L-rhamnopyranoside, (5)3,7-dihydroxy-8-methoxyflavone-7-O-β-D-galactoside, (6)3-β-hydroxy-28-p-hydroxyphenoxyolean-12-ene, (7)2(2’,3’-dihidroksi-5’-metoksifenil)-6-metoksibenzofuran-3-karbaldehid
14
E. Antibakteri
Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan
bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme
bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membunuh
mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan serta
perusakan bahan oleh mikroorganisme (Sulistyo, 1971).
Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa
antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan
permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan
makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat,
penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.
Aktivitas daya hambat bakteri dinyatakan berdasarkan zona bening yang
dihasilkan di sekitar paper disk. Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri
diukur dalam satuan mm dan dijadikan ukuran kuantitatif untuk ukuran zona
hambat. Efektifitas dari bahan aktif, ditentukan oleh perbandingan diameter zona
hambat dengan nilai standar. Aktivitas tersebut dikelompokkan menjadi 4 kategori
yaitu : aktivitas lemah (<5mm), sedang (5–10 mm), kuat (>10–20 mm), sangat
kuat (>20–30 mm) (Morales et al., 2003).
Menurut Madigan et al.,(2000), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya, senyawa
antimikroba mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan mikroba yaitu:
15
1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi
tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis
protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan
antimikroba pada kultur mikroba yang berada pada fase logaritmik. Setelah
penambahan zat antimikroba pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total
maupun jumlah sel hidup adalah tetap.
2. Bakteriosida memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi
lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikroba
pada kultur mikroba yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat
antimikroba pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap sedangkan
jumlah sel hidup menurun.
3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah sel
berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antimikroba. Hal ini
ditunjukkan dengan penambahan antimikroba pada kultur mikroba yang berada
pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikroba pada fase
logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.
Kemampuan antimikroba diukur secara in vitro agar dapat ditentukan kemampuan
suatu zat antimikroba (Jawetz and Adelberg, 2001). Adanya fenomena ketahanan
tumbuhan secara alami terhadap mikroba menyebabkan pengembangan sejumlah
senyawa yang berasal dari tanaman yang mempunyai kandungan antibakteri dan
antifungi (Griffin, 1981).
16
F. Antibiotik
Di bidang farmasi, bahan antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu suatu
substansi kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat menghambat
pertumbuhan mikroba lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja secara
bakteriostatik, bakteriosidal, dan bakteriolitik (Pelczar and Chan, 1986).
Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
1. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,
Polypeptide dan Cephalosporin.
2. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone.
3. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari
golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline.
4. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya Ionomycin, Valinomycin.
5. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
Antimetabolit, misalnya Azaserine.
1. Amoxicillin
Amoxicillin adalah antibiotik yang paling banyak digunakan. Hal
ini karena amoxicillin cepat diserap di usus dan efektif untuk berbagai jenis
infeksi. Amoxicillin dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada telinga,
hidung, tenggorokan, gigi, saluran genitourinaria, kulit, struktur kulit dan saluran
pernapasan bawah oleh Streptococcus spp., S. pneumoniae, Staphylococcus spp.,
H. influenzae, E. coli, P.mirabilis atau E. faecalis. Amoxicillin juga bermanfaat
untuk pengobatan gonore akut tanpa komplikasi oleh N. gonorrhoeae.
17
Amoxicillin termasuk antibiotik spektrum luas dalam kelompok
penisilin. Mekanisme amoxicillin yaitu mencegah sintesis dinding sel bakteri
dengan menghambat enzim D-transpeptidase bakteri. Akibatnya, bakteri tidak
dapat berkembang biak. Struktur amoxicillin dapat ditunjukkan pada Gambar 5.
2. Sefalosporin
Sefalosporin termasuk golongan antibiotik Betalaktam. Seperti antibiotik
Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba sefalosporin adalah dengan
menghambat sintesis dinding sel mikroba dan yang dihambat adalah reaksi trans-
peptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.
Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif, tetapi
spektrum masing-masing derivat bervariasi. Struktur sefalosporin dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 5. Struktur amoxicillin (Anggreani, 2016)
Gambar 6. Struktur sefalosporin (Gentili et.al., 1999)
18
Modifikasi R1 pada posisi 7 cincin betalaktam dihubungkan dengan aktivitas
antimikrobanya, sedangkan substitusi R2 pada posisi 3 cincin dihidrotiazin
mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya. Modifikasi R1 dan R2
berhubungan dengan masing-masing jenis sefalosporin-nya. Mekanisme kerja
antimikrobanya dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba (sintesis
peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk kekuatan dindingnya) dan yang
dihambat ialah reaksi trans-peptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi
pembentukan dinding sel. Spektrum kerja sefalosporin luas dan meliputi banyak
kuman gram-positif dan gram-negatif, termasuk E.coli, Klebsiella dan Proteus.
3. Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah zat antimikroba yang diperoleh dengan cara deklorinasi
klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau dengan fermentasi. Tetrasiklin
merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl
tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil
sehingga cepat berkurang potensinya. Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok
tetrasiklin mempunyai kerangka dasar karbon dari naftasen C-18 yang
terhidrogenasi secara parsial, oleh karena itu disebut juga kerangka hidronaftasen.
Struktur tetrasiklin dapat dilihat pada Gambar 7.
19
tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal
ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30S sehingga t-RNA
tidak menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya amino
asetil RNA. Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram
negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah
sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom
30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama karena memiliki mekanisme
yang sama, namun terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing
derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang
dipengaruhi obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang bersifat
bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
G. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
matahari langsung (Depkes RI, 1979). Ekstraksi adalah proses penarikan
Gambar 7. Struktur tetrasiklin (Perdian, 2015)
20
komponen atau zat aktif suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu.
Prinsip ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi digolongkan
ke dalam dua bagian besar berdasarkan bentuk fasa yang diekstraksi yaitu
ekstraksi cair-cair dan ekstraksi cair-padat. Ekstraksi cair-cair dapat
menggunakan corong pisah, sedangkan ekstraksi cair-padat terdiri dari beberapa
cara yaitu maserasi, perkolasi dan sokletasi (Harborne, 2006).
Pada penelitian ini digunakan ekstraksi menggunakan metode maserasi.
Maserasi merupakan suatu teknik ekstraksi dengan melakukan proses
perendaman sampel dengan pelarut organik yang sesuai serta dilakukan pada
temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam dan karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam
dan di luar sel sehingga senyawa metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakukan (Lenny, 2006). Menurut Markham,
(1988) proses ini dilakukan beberapa kali dengan tujuan untuk mendapatkan
hasil yang lebih maksimal dan ekstrak kemudian disatukan lalu diuapkan dengan
menggunakan penguap putar vakum.
H. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran bergantung pada
perbedaan perpindahan masing-masing campuran melalui suatu fase diam
21
dibawah pengaruh gerakan fase gerak. Kromatografi digunakan oleh para ilmuan
dengan tujuan untuk pemisahan atau pemurnian zat-zat dari campurannya.
Pendukung utama teknik pemisahan adalah fase diam atau fase stasioner dan
fase gerak atau fase mobil. Berbagai dasar terjadinya pemisahan pada
kromatografi adalah adsorpsi, partisi, filtrasi dan suhu kritik. Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) merupakan perkembangan dari kromatografi adsorpsi yang memakai
fase diam padat dan fase gerak cair (Mulja, 1991).
1. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah metode kromatografi cair yang paling
sederhana, murah dan dapat memisahkan senyawa yang berbeda seperti senyawa
organik alam yang dilakukan dalam beberapa menit dengan alat yang harganya
tidak terlalu mahal. Data diberikan dalam bentuk harga Rf senyawa dalam sistem
pelarut tertentu. KLT sebenarnya melibatkan dua peubahnya yaitu fase diam dan
dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam contohnya seperti
silika gel (asam silikat), alumina (alumina oksida), kiselgur (tanah diatome) dan
selulosa. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran
pelarut. Semua zat dengn fase diam dan fase gerak yang berbeda akan
mempunyai harga Rf yang berbeda pula (Gritter et al., 1991).
Pada pelaksanaan kromatografi lapis tipis, larutan cuplikan atau sampel
ditotolkan pada plat dengan pipet mikro atau injektor paling sedikit 0,5 µL.
Setelah kering plat dikembangkan dengan fase gerak sampai pada batas tertentu.
Pada proses pengembangan dilakukan dalam wadah tertutup yang diisi dengan
eluen yang tepat dan telah dijenuhi uap eluen agar dihasilkan pemisahan yang
22
baik. Deteksi bercak yang dihasilkan pada plat KLT dapat dilakukan secara kimia
dan fisika. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak
dengan suatu pereaksi dengan cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas.
Sedangkan cara fisika yang biasa digunakan untuk memperjelas bercak yaitu
dengan cara pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet.
2. Kromatografi Cair Vakum
Kromatografi Cair Vakum (KCV) disebut juga sebagai fast chromatography.
KCV adalah kromatografi yang dipercepat dengan penggunaan vakum/penyedot.
Efek dari vakum ini adalah untuk mengurangi tekanan dan meningkatkan
kecepatan alir dari pelarut. Kromatografi ini dilakukan berdasarkan perbedaan
kemampuan migrasi diferensial senyawa melewati fase diam. Di dalam kolom
karena perbedaan kemampuan partisi dan kelarutan senyawa menyebabkan
pemisahan melewati fase diam berupa pita-pita kemudian keluar meninggalkan
kolom dan ditampung kemudian dideteksi. KCV biasa digunakan untuk
pengisolasian/pemurnian senyawa, analisis kuantitatif suatu senyawa, dan cocok
untuk senyawa nonvolatil (Hosstetman et al., 1995).
3. Kromatografi Kolom Gravitasi
Kromatografi kolom gravitasi (KKG) biasanya digunakan dalam teknik
pemurnian, yaitu mengisolasi suatu senyawa dari campurannya (Johnson and
Stevenson, 1991). Kromatografi kolom grafitasi merupakan salah satu teknik
pemisahan lebih lanjut setelah metode KLT. Pemisahan suatu komponen dari
campuran senyawa, dilakukan dengan mengalirkan eluen (fasa gerak) yang sesuai
23
terhadap sampel dalam suatu kolom kaca vertikal yang berisi adsorben (fasa
diam). Cairan eluen yang mengalir melalui kolom ini disebabkan oleh gaya
gravitasi (Poole, 2009; Williamson and Master, 2010).
Pada kolom kromatografi akan terjadi kesetimbangan antara zat terlarut yang
diadsorbsi adsorben dan pelarut yang mengalir melewati kolom, sehingga terjadi
pola pemisahan dari masing-masing komponen senyawa yang kemudian dapat
ditampung menurut pola pemisahannya. Selain itu, ukuran partikel fasa diam akan
mempengaruhi aliran pelarut melewati kolom. Fasa diam dengan ukuran partikel
lebih kecil biasanya digunakan dalam kromatografi flash, sedangkan ukuran
partikel besar digunakan dalam kromatografi kolom gravitasi (Heftmann, 1983).
I. Identifikasi Spektroskopi
Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara menganalisis
spektrum suatu senyawa dan interaksi antara radiasi elektromagnetik. Teknik
spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur dari senyawa organik
tersebut (Fessenden and Fessenden, 1999). Radiasi elektromagnetik tersebut dapat
berupa radiasi sinarγ, sinar-X( X-ray), UV-Vis (ultra ungu tampak), infra merah
(IR), gelombang mikro dan gelombang radio (Harvey, 2000). Berdasarkan
panjang gelombang radiasi elektromagnetik dapat dibagi menjadi beberapa jenis
yang ditunjukkan pada Gambar 8.
24
Macam-macam metode spektroskopi antara lain, spektroskopi ultraungu-tampak
(UV-VIS), spektroskopi infra merah (IR), spektroskopi resonansi magnetik inti
(NMR).
1. Spektroskopi UV-Vis
Dalam spektoskopi UV-VIS penyerapan sinar tampak dan ultraviolet oleh suatu
molekul akan menghasilkan transisi diantara tingkat energi elektronik molekul
tersebut. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan, orbital non-ikatan
atau orbital anti-ikatan. Panjang gelombang serapan yang muncul merupakan
ukuran perbedaan tingkat-tingkat energi dari orbital suatu molekul (Sudjadi,
1983).
Spektroskopi UV mempunyai kisaran sinar dengan panjang gelombang
200-400 nm, sedangkan sinar tampak adalah panjang gelombang sekitar
400-900 nm. Spektroskopi ini digunkan untuk tujuan analisi kuantitatif maupun
kualitatif. Dengan menggunakan data yang diperoleh dari analisis berdasarkan
spektrofotometer ultraviolet-visible ini dapat diketahui absorptivitas molar
Gambar 8. Jenis radiasi eleltromagnetik dan panjanggelombang (Harvey, 2000).
25
senyawa yang diperoleh. Absorptivitas molar senyawa dihitung dengan
menggunakan persamaan Lambert-Beer berikut:
A = ε b c atau ε = .Keterangan: A = absorbansi
ε = absorptivitas molarb = tebal sel (cm)c = konsentrasi (mol/liter)
Absorbansi (A) diperoleh dari data spektrum yang terdapat pada puncak-puncak
serapannya. Tebal sel (b) adalah ketebalan sel dalam alat yang digunakan,
sedangkan konsentrasi (c) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan:
Konsentrasi (c) = = .Keterangan: g = massa senyawa hasil isolasi (gram)
BM = berat molekul relatif (gram/mol)L = volume larutan yang digunakan (L)
(Ibrahim dan Sitourus, 2013).
2. Spektroskopi IR
Spektroskopi infra merah merupakan suatu analisis senyawa organik dan
anorganik yang berdasarkan pada interaksi antara gelombang elektromagnetik
infra merah (IR) dengan materi. Dengan adanya energi dari gelombang
elektromagnetik menyebabkan terjadinya vibrasi molekul pada materi tersebut.
Ada tiga jenis vibrasi pada spektroskopi infra merah (IR) yaitu rotasi, regangan
dan guntingan (Gauglitz and Vo-Dinh, 2003). Analis secara spektroskopi infra
merah digunakan untuk menganalisis gugus fungsi yang terdapat pada zat yang
diuji. Setiap gugus fungsi akan akan memberikan puncak-puncak yang tetap,
informasi inilah yang digunakan untuk menganalisis secara kualitatif pada zat
26
tersebut. Misalnya gugus fungsi C=O akan memberikan puncak pada bilangan
gelombang 1650 cm-1sebagai asam karboksilat, 1700 cm-1sebagai keton dan 1800
cm-1sebagai halida asam (klorida asam) (Harvey, 2000).
Tabel 1. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi
Gugus Serapan (cm-1) Gugus Serapan (cm-1)
OH 3600 CH 2 2930NH2 3400 2860CH 3300 1470
HA r 3060 C O 1200-1000
CH 2
3030287014601375
C C
C N
1650
1600
C N 1200-1000 C C 1200-1000
C O 1750-1600
Sumber : Banwell and McCash (1994)
3. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (RMI)
Spektroskopi resonansi magnetik inti adalah teknik yang memanfaatkan sifat
magnetik dari inti tertentu. Instrumen yang paling umum dan paling populer
digunakan adalah Spektroskopi H1-NMR (Proton) dan C13-NMR (karbon-13).
Metode spektroskopi jenis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel
yang sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Energi yang dipakai
dalam pengukuran dengan metode ini berada pada daerah frekuensi radio 400-600
MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukur (Silverstein et al., 1986).
Informasi yang diberikan oleh spektroskopi resonansi magnetik inti ini cukup
banyak. Pada dasarnya metode ini digunakan untuk mengidentifikasi suatu
27
struktur senyawa atau rumus bangun molekul senyawa organik. Berikut adalah
beberapa pergeseran kimia senyawa organik :
Tabel 2. Pergeseran kimia untuk proton dalam molekul organik.
Jenis Senyawa Jenis Proton 1H (δ) ppmAlkanaAlkuna
EterAlkenaFenol
AlkoholAromatik
Aldehid
Karboksilat
C CH3
C C CHH3C OH2C CAr OHR OHAr H
0,5 – 22,5 - 3,53,5 - 3,84,5 - 7,5
4 - 85 - 5,56 - 9
9,8 - 10,5
11,5 - 12,5
(Sudjadi, 1983).
J. Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi. Disc diffusion test
atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone)
yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh
suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak atau sampel (Hermawan et al., 2007).
Aktivitas antimikroba diukur secara in vitro untuk menentukan potensi zat
antibakteri dalam larutan, konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan dan
kepekaan suatu bakteri terhadap konsentrasi obat yang digunakan. Metode yang
digunakan untuk uji aktivitas antimikroba secara in vitro ada dua macam, yaitu
metode difusi dan metode dilusi.
28
1. Metode difusi
Metode difusi yang sering digunakan yaitu metode cakram kertas dan metode
lubang (perforasi). Pada metode cakram kertas, digunakan cakram kertas saring
dengan diameter tertentu yang telah dibasahi dengan larutan uji, kemudian
ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi
bakteri uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter daerah hambat (DDH)
sekitar cakram terlihat sebagai daerah jernih. Metode ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor kimia dan fisika, selain faktor antara zat antibakteri dengan
bakteri (misalnya: sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan
stabilitas zat antibakteri) (Mudihardi et al., 2005). Metode difusi lubang, yaitu
membuat sumuran pada medium agar dengan garis tengah tertentu dan diisi
dengan larutan uji yang digunakan (Kristanti et al., 2008).
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) adalah konsentrasi terendah bahan
antimikroba yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba. KHM
merupakan petunjuk konsentrasi antibiotik yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dan juga memberikan petunjuk mengenai dosis
yang diperlukan dalam pengobatan penyakit. Metode ini memberikan petunjuk
mengenai konsentrasi antibiotik yang harus dicapai pada lokasi infeksi agar dapat
menghambat mikroorganisme. Apabila KHM dan sifat cairan tubuh seperti darah
dan urine telah diketahui, maka dapat ditentukan jenis antibiotik yang ampuh
untuk pengobatan, besarnya dosis yang diperlukan, dan cara pemberian antibiotik.
Umumnya batas keamanan penggunaan antibiotik untuk pengobatan penyakit
adalah sepuluh kali dosis KHM (Lay, 1994).
29
2. Metode Dilusi
Metode dilusi dengan menggunakan zat antibakteri dengan kadar menurun secara
bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri
uji dan diinkubasi. Tahap akhir yaitu dilarutkan zat antibakteri dengan kadar yang
menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi memakan waktu dan
penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja (Mudihardi et al., 2005).
Metode dilusi dapat digunakan untuk menentukan nilai KHM dan KBM. Pada
penentuan KHM, inokulum baku mikroorganisme ditambahkan pada deretan
pengenceran tabung yang berisi antibiotik dan pertumbuhan pertumbuhan
mikroorganisme dilihat dari kekeruhan dalam tabung. Kekeruhan tabung setelah
waktu inkubasi menunjukkan bahwa konsentrasi antibiotik dalam tabung tidak
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sebaliknya tidak adanya
kekeruhan menunjukkan bahwa mikroorganisme peka terhadap konsentrasi
antibiotik dalam tabung (Lay, 1994).
Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) adalah konsentrasi terendah bahan
antimikroba yang dapat mematikan mikroba. KBM ditentukan dengan cara
mengambil suspensi menggunakan ose dari tabung-tabung yang digunakan untuk
menentukan nilai KHM dan menyebarkannya pada permukaan agar Mueller-
Hinton secara sektoral. Kemudian cawan petri tersebut diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 35ºC. Konsentrasi terendah yang menunjukkan tidak ada pertumbuhan
bakteri ditetapkan sebagai KBM (Rollins et al., 2003)
30
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 -November 2017, bertempat di
Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung. Analisis spektroskopi yang
digunakan meliputi Spektroskopi Infra Red (IR) SHIMADZU dilakukan di
Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Gajah Mada
Yogyakarta. Spektroskopi Nuclier Magnetic Resonance (NMR)Agilent 500 MHz
dengan sistem konsol DD2 dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan
Alam Institut Teknologi Bandung (ITB). Pengujian antibakteri dilakukan di
Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, penguap
putar vakum (vacuum rotary evaporator), satu set alat Kromatografi Cair Vakum
(KCV), satu set alat Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG), pengukur titik leleh
(Melting Point Apparatus Gallenkamp), lampu UV, pipet kapiler, inkubator,
31
laminar air flow, autoclave, Spektrofotometer Infra Merah (IR), spektrofotometer
NMR Agilent frekuensi 500 MHz 1H-NMR,
2. Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah akar tumbuhan turi merah (S. grandiflora) yang
telah dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh dari daerah Sidosari, Kec.
Simbaringin, Lampung Selatan. Bakteri Escherichia coli . Pelarut yang digunakan
untuk ekstraksi dan kromatografi berkualitas teknis yang telah didestilasi
sedangkan untuk analisis spektrofotometer berkualitas pro-analisis. Bahan kimia
yang dipakai meliputi etil asetat (EtOAc), metanol (MeOH), n-heksana (n-C6H14),
aseton (C3H6O2), akuades (H2O), toluen, benzen ( C6H6), klorofom (CHCl3),
serium sulfat (Ce(SO4)2), diklorometana (CH2Cl2), silika gel Merck G 60 untuk
impregnasi, silika gel 60 GF 254 (35-70 Mesh), plat KLT. Bahan uji bakteri yang
diperlukan selain bakteri tersebut diatas yakni Nutrien agar, antibiotik standar
(Amoxicillin 20 µg), kontrol negatif (DMSO 10%) dan akuades.
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Sampel
Akar tumbuhan turi merah (S. grandiflora) diperoleh dari daerah Sidosari,
Lampung Selatan pada bulan Desember 2016. Akar turi merah dicuci bersih
dengan air dan diiris kecil-kecil kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di
bawah panas sinar matahari selama satu minggu. Selanjutnya akar turi merah
digiling hingga menjadi serbuk , serbuk ini yang kemudian digunakan sebagai
sampel dalam penelitian ini.
32
2. Ekstraksi dengan Berbagai Pelarut
Serbuk akar turi merah yang diperoleh ditimbang sebanyak ±2500 gram kemudian
direndam dengan menggunakan beberapa pelarut masing-masing yaitu n-heksana,
etil asetat, serta metanol selama 3 x 24 jam, dan setiap 1 x 24 jam pelarut diganti.
Ketiga ekstrak hasil perendaman disaring dengan kertas saring dan dicampurkan.
Masing-masing filtrat dari berbagai pelarut yang didapat lalu dipekatkan dengan
vacuum rotary evaporator. Ekstrak kasar pekat dari ketiga fraksi yang didapat lalu
ditimbang.
3. Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Ekstrak kasar hasil evaporator kemudian difraksinasi dengan Kromatografi Cair
Vakum (KCV). Terlebih dahulu fasa diam silika gel halus sebanyak 10 kali berat
sampel dimasukkan ke dalam kolom. Kemudian kolom dikemas kering dalam
keadaan vakum menggunakan alat vakum. Eluen yang kepolarannya rendah,
dimasukkan ke permukaan silika gel halus terlebih dahulu kemudian divakum
kembali. Kolom dihisap sampai kering dengan alat vakum dan siap digunakan.
Ekstrak kasar yang telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada
silika gel kasar, kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah berisi
fasa diam dan kemudian dihisap secara perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan
cara memvakumkannya. Setelah itu kolom dielusi dengan etil asetat/n-heksana
0%:100%, sampai dengan etil asetat/ n-heksana 100%:0%. Kolom dihisap dengan
vakum sampai kering pada setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan).
Kemudian fraksi-fraksi yang terbentuk dikumpulkan berdasarkan pola
33
fraksinasinya. Fraksinasi sampel dengan teknik KCV dilakukan berulang kali
dengan perlakuan yang sama seperti tahapan KCV awal di atas.
4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Uji KLT dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga fraksi-
fraksi yang didapat setelah perlakuan fraksinasi. Uji KLT dilakukan menggunakan
sistem campuran eluen menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat, metanol dan
diklorometana. Hasil kromatogram tersebut kemudian disemprot menggunakan
larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa
tersebut. Ketika diperoleh fraksi yang lebih sedikit bercak/noda dilihat dibawah
lampu UV gelombang pendek (254 nm) dan lampu UV gelombang panjang (356
nm) setelah dilakukan elusi terhadap plat KLT. Setiap fraksi yang menghasilkan
pola pemisahan dengan Rf (Retention factor) yang sama pada kromatogram,
digabung dan dipekatkan sehingga diperoleh beberapa fraksi gabungan yang akan
difraksinasi lebih lanjut.
5. Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG)
Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit, tahapan
fraksinasi selanjutnya dilakukan menggunakan teknik Kromatografi Kolom
Gravitasi (KKG). Adsorben silika gel 60 Merck (35-70 Mesh) dilarutkan dalam
pelarut yang akan digunakan dalam proses pengelusian. Slurry dari silika gel
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kolom, atur fasa diam hingga rapat (tidak
berongga) dan rata. Selanjutnya masukkan sampel yang telah diimpregnasi pada
silika gel ke dalam kolom yang telah berisi fasa diam. Pada saat sampel
34
dimasukkan, usahakan agar kolom tidak kering/kehabisan pelarut karena akan
mengganggu fasa diam yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak akan
terganggu.
6. Analisis Kemurnian
Uji kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan uji titik leleh. Uji kemurnian
secara KLT menggunakan beberapa campuran eluen paling sedikit 3 sistem eluen.
Kemurnian suatu senyawa ditunjukkan dengan adanya satu noda dengan sistem
berbagai campuran eluen yang digunakan, dan disemprot menggunakan larutan
serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa tersebut
dan pereaksi.
Pada uji titik leleh kristal yang berukuran besar terlebih dahulu digerus hingga
berbentuk serbuk kemudian kristal yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan
pada lempeng kaca, diambil sedikit dengan menggunakan pipet kapiler, alat
dihidupkan dan titik leleh diamati dengan bantuan kaca pembesar. Suhu pada saat
kristal pertama kali mulai meleleh sampai semua zat meleleh, itulah titik leleh dari
senyawa tersebut.
7. Spektroskopi Inframerah
Sampel kristal hasil isolasi yang telah murni dianalisis menggunakan
spektrofotometer Infra Red (IR). Kristal yang telah murni dibebaskan dari air
kemudian digerus bersama-sama dengan halida anorganik, KBr. Gerusan kristal
murni dengan KBr dibentuk menjadi lempeng tipis atau pelet dengan bantuan alat
35
penekan berkekuatan 8-10 ton per satuan luas kemudian pelet tersebut diukur
puncak serapannya.
8. Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir (NMR)
Sampel berupa kristal murni yang akan diidentifikasi dilarutkan ke dalam pelarut
inert yang tidak mengandung proton seperti CCl4 dan CDCl3, kemudian
ditambahkan sedikit senyawa acuan. Larutan ini ditempatkan dalam tabung gelas
tipis dengan tebal 5 mm di tengah-tengah kumparan frekuensi radio (rf) di antara
dua kutub magnet yang sangat kuat kemudian energi dari kumparan frekuensi
radio ditambah secara terus-menerus. Energi pada frekuensi terpasang dari
kumparan frekuensi radio (rf) yang diserap cuplikan direkam dan memberikan
spektrum NMR.
9. Uji Aktivitas Antibakteri
Uji bioaktivitas sampel terhadap bakteri E. coli bertujuan untuk mengetahui reaksi
resistansi sampel tersebut. Hal pertama dilakukan adalah peremajaan/membuat
kultur bakteri Eschericia coli. Sebanyak 1,68 gram NA (Nutrien Agar) dilarutkan
dengan 60 mL akuades dalam erlenmeyer dan dipanaskan sampai berwarna
kuning bening, lalu dituangkan dalam tabung reaksi sepertiga bagian, didiamkan
pada kondisi miring selama ± 2 hari hingga media memadat untuk membuat
media agar miring. Setelah media agar miring memadat, diinokulasikan bakteri E.
coli pada media agar miring dan diinkubasi selama 24 jam. Hal penting yang
tidak boleh terlupakan pada tahap uji antibakteri yaitu sterilisasi alat dan media
dengan menggunakan autoclave selama 15 menit. Mempersiapkan bahan yang
36
akan digunakan pada uji ini yaitu Nutrien Agar (NA). Sebanyak 1,69 gram NA
dilarutkan dalam 60 mL akuades dalam erlenmeyer dan dipanaskan selama 15
menit hingga homogen. Dibutuhkan sekitar 2 tabung reaksi yang digunakan untuk
menampung sebanyak 15 mL garam fisiologis 0,89 % (larutan NaCl 0,89 %) pada
masing masing tabung dan 15 ml akuades satu tabung reaksi. Selanjutnya, bahan
yang disiapkan distrerilisasi selama 15 menit dengan autoclave.
Senyawa isolat dan ekstrak kasar fraksi etil asetat yang telah didapatkan dari
tumbuhan turi merah (S. grandiflora) selanjutnya diuji bioaktivitasnya terhadap
bakteri E. coli menggunakan metode difusi agar. Dibuat sebanyak dua variasi
konsentrasi yaitu 200 ppm dan 100 ppm. Untuk membuat larutan stock
konsentrasi 200 ppm, sampel sebanyak 1 mg dilarutkan dalam 5 mL kontrol
negatif dan konsentrasi 100 ppm dibuat dengan rumus pengenceran bertingkat, 2,5
mL larutan stock 200 ppm diambil kemudian ditambahkan kontrol negatif ke
dalam labu ukur 5 mL. Selanjutnya untuk diimpreknasikan kedalam paper disk
sebanyak 20 µL. hal yang sama juga dilakukan terhadap kontrol negatif.
Sedangkan pada kontrol positif digunakan antibiotik standar Amoxicillin 25 µg.
Seluruh alat dan bahan yang telah disterilisasi disiapkan kemudian dimasukkan
kedalam laminar air flow. Media sebanyak ±15 ml NA dimasukkan kedalam
cawan petri dan ditunggu sampai kering/memadat. Kultur bakteri Eschericia coli
disuspensikan kedalam larutan garam fisiologis 0,89% ( larutan NaCl 0,89%),
dihomogenkan dan dibandingkan kekeruhannya dengan standar Mc Farland 0,5
untuk membuat inokulum bakteri. Inokulum bakteri dimasukkan dalam cawan
petri yang berisi media secara merata menggunakan stik swap. Setelah itu, paper
37
disk yang telah diimpreknasikan larutan uji, kontrol positif, dan kontrol negatif
dimasukkan kedalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan plastic
wrap dan dibalut kertas dan diletakkan dalam inkubator selama 24 jam.
55
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian ini, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa N-5 Ed berupa kristal jarum
berwarna kuning sebanyak 3,4 mg dengan titik leleh 211,5-215 0C dan
senyawa N-5 berupa padatan orange sebanyak 0,5 mg.
2. Hasil kromatogram, uji titik leleh dan data analisis spektroskopi IR
menunjukkan bahwa senyawa N-5 Ed memiliki struktur senyawa jenis
benzofuran yaitu2-(2’, 3’-dihidroksi- 5’-metoksifenil)-6-metoksibenzofuran-3-
karbaldehid.
3. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa senyawa N-5 Ed dan ekstrak kasar
fraksi etil asetat akar turi merah memiliki aktivitas antibakteri dalam kategori
sedang terhadap bakteri E. coli dengan zona hambat yang dimiliki senyawa N-
5 Ed adalah 9 mm dan 8 mm pada kosentrasi 200 ppm dan 100 ppm,
sedangkan ekstrak kasar etil asetat pada konsentrasi 200 ppm dan 100 ppm
memiliki zona hambat 8 mm.
56
B. Saran
1. Penelitian lebih lanjut terhadap sampel akar turi merah (S. grandiflora) pada
fraksi lain hasil fraksinasi sehingga didapatkan senyawa hasil isolasi tambahan
dan memperoleh informasi lebih dari senyawa hasil isolasi.
2. Perlu dilakukan variasi konsentrasi sampel yang sesuai terhadap kontrol positif
yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri pada senyawa hasil isolasi dari
akar turi merah (S. grandiflora).
57
DAFTAR PUSTAKA
Amic, D. Dusaanka, D. A. Beslo and Trinasjia. 2003. Structure RadicalScavenging Activity Relationships of Flavonoids. Croat Chem Acta. 76(1).hal. 55–61.
Anggreani, T. 2016. Identifikasi dan Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotikapada Sekret Telinga Penderita Otitis Media di Poliklinik THT RSUD Prof.Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Skripsi. Fakultas Farmasi. UniversitasMuhammadiyah Purwokerto.
Avalaskar, A. N., P. R. Itankar., V. S. Jhosi., M. Agrawal. and J. Vyas. 2011.Phythocemical and TLC Studies of Extract of Sesbania grandiflora(Fabaceae). Int. J. Pharm. Tech. Res. 3(3). hal. 1346-1349
Banwell, C. N. and E. M. McCash. 1994. Fundamentalof MolecularSpectroscopy. Mc-Graw Hill Book Company. London. hal. 1204-1206.
Bekker, M. R. Bekker and V. E. Brand. 2006. Two Flavonoid Glycosides and aMiscellaneous Flavan from the Bark of Guibourtia coleosperma.Phytochem. 67. hal. 818-823.
Cronquist, A. 1981. An Intregated System of Clasification of Flowering Plants.Columbia University Press. New York.
Dalimartha. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Pustaka Bunda.Jakarta.
Davis and Stout. 1971. Disc Plate Methode of Microbiological Antibiotic Essay.J. Microbio. 22(4). hal 659-665.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. BPOM Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. BPOM Depkes RI.Jakarta.
Doddola, S., H. Pasupulati., B. Koganti., V. Koganti and S. R. G. Prasad. 2008.Evaluation of Sesbania grandiflora for Antiurolithiatic and Antioxidant
58
Properties. J. Nat. Med. 62. hal. 300–307.
Fessenden, R.J. and J. S. Fessenden. 1999. Kimia Organik Jilid I. Erlangga.Jakarta.
Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta.
Gauglitz, G and T. Vo-Dinh. 2003. Handbook of Spectroscopy. Wiley-VCH.Weinheim, Jerman. hal. 89;125;129; dan 347.
Gentili, D., M. Macchia., E. Menchini., S. Nencetti., E. Orlandin., A. Rosello., G.Broccali and D. Limonta. 1999. Synthesis and Antimicrobial Properties ofCephalosporin Derivatives Substituted on the C(7) Nitrogen WithArylmethyloxyimino or Arylmethyloxyaminoarylmethyloxyamino AlkanoylGroups. II Farmaco. 54(4). hal.224-231.
Griffin. 1981. Fungal Physiology. John wiley and sons, inc. New york.
Gritter, R. J., J. M. Bobbitt and A. E. Schwarting. 1991. Penganta Kromatografi.Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Harborne, J. B. 2006. Metode fitokimia: Penuntun Cara Modern MenganalisisTumbuhan. Edisi IV. Kokasih P. dan I. Soediro. (penterjemah). ITB.Bandung. hal. 354.
Hariana. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta
Harvey, D. 2000. Modern Analitical Chemistry. McGraw-Hil. USA. hal. 369; 372dan 402.
Hasan, N., H. Osman., W.K. Chong., K. Awang and A. S. M. Zahariluddin. 2012.The Chemical Components of Sesbania grandiflora Root and TheirTuberculosis Activity. Pharmaceuticals. 5. hal 882-889.
Heftman, E. 1983. Fundamental and Application of Chromatographic andElectrophoretic Methods. Elsevier Scientific Publishing Company.Amsterdam. hal. 139-160.
Herbert, R. B. 1996. Biosintesis Metabolit Sekunder. Alih Bahasa BambangSrigandono. IKIP Semarang Press. Semarang. hal. 103-123.
Hermawan, A., W. Hana and T. Wiwiek. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih(Piper betle L .) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus danEscherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Artikel Ilmiah. Unair.Surabaya
59
Hosstetman K., M. Hosstetman and A. Marson. 1995. Cara KromatografiPreparatif Penggunaan pada Senyawa Bahan Alam. Alih Bahasa olehKosasih Padmawinata. ITB. Bandung. hal. 1-38.
Ibrahim, S. and M.Sitourus. 2013. Teknik Laboratotium Kimia Organik. GrahaIlmu. Yogyakarta. hal. 20-23.
Jawetz, Melnick and Adelberg’s. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. PenerbitSalemba Medika. Jakarta.
Johnson, E. L and Stevenson. 1991. Dasar Dasar Kromatografi Cair.Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung. hal. 50-55.
Kasture, V. S., V. K. Deshmukh. and C. T. Chopde. 2002. Anxiolytic andAnticonvulsive Activity of Sesbania grandiflora Leaves in ExperimentalAnimals. Phytother. Res. 16. hal. 455–460.
Kristiani, A.N., N.S. Aminah., M. Tanjung dan B. Kurniadi. 2008. Buku AjarFitokimia. Airlangga University Press. Surabaya.
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. KaryaIlmiah. Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara. Medan.
Linn, T. Z., S. Awale., Y. Tezuka., A. H. Banskota., S. K. Kalauni., F. Attamimi.,J. Ueda., P. Budi., S. Asih., D. Syafaruddin., K. Tanaka and S. Kadota.2005. Cassane and Norcassane from Caesalpinia crista of Indonesia andTheir Antimalarial Activity against the Growth of Plasmodium falciparum.J. Nat. Prod. 14(17). hal. 706-710.
Madigan, M. T., J. M. Martinko. and J. Parker. 2000. Brock Biology ofMicroorganisms, 9thEdition. Prentice-Hall Inc. New Jersey.
Maharani, L. F. 2010. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Turi Merah (Sesbaniagrandiflora PERS. Var. rubra ) Terhadap Geliatan Mencit Balb/c yangDiinjeksi Asam Asetat 0,1%. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran.Universitas Diponegoro.
Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Alih Bahasa KosasihPadmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. hal. 117.
Morales, G., P. Sierra., Mancilla and A. Paredes. 2003. Secondary MetabolitesFrom Four Medicinal Plants From Northern Chile : AntimicrobialActivityand Biotoxicity Against Artemia salina. J. Chil. Chem. Soc. 48(2).
Mulja, M and A. Syahrani. 1991. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Teori Dasar,Instrumrntasi dan Aplikasi. Mecphiso Grafika. Surabaya.
60
Mudihardi, E., Kuntaman., E. B. Wasito., N. M. Mertaniasih., S. Harsono and L.Alimsardjono. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Salemba medika. Jakarta.
Nurhidayat, A. 2016. Isolasi dan Identifikasi Seyawa Metabolit Sekunder dariKulit Batang Tumbuhan Turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers. ) Serta UjiAktivitas Antibakteri Escherichia coli Resisten Terhadap Kloramfenicol.Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. UniversitasLampung
Pelczar, M. J and E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press.Jakarta. hal. 137-140, 452-459.
Perdian, A. H. 2015. Analisis Residu Golongan Tetrasiklin pada AyamDikawasan Coblong Kota Bandung dengan Kromatografi Cair KinerjaTinggi. Skripsi. Program Studi Farmasi FMIPA. Universitas Islam Bandung.
Poole, C. 2009. Chomatographic Analysis of Alkaloids. CRC Press. hal. 664.
Powthong, P., B. Jantrapanukorn., A. Thongmee and P. Suntornthiticharoen.2012. Evaluation of Endophytic Fungi Exctract for Their AntimicrobialActivity from Sesbania grandiflora (L.) Pers. Int. J. Pharm. Biomed. 3(2).hal. 132-136.
Prasetyono and D. Sunar. 2012. Daftar Tanaman Obat Ampuh di Sekitar Kita.Flash Books. Yogjakarta.
Purwanto, I.2007.Mengenal Lebih Dekat Leguminosae. Kanisius. Yogyakarta.
Rollins, D. M., J. J. Temenak., P. Shields., and S. W. Joseph. 2003. MicrobialPathogenesis Laboratory Manual. 2nd Edition, Published & AvailableOnline.
Ramesh, T. and V. M. H. Begum. 2006. Hypolipidemic Effect of Sesbaniagrandiflora on Cigarette Smoke Exposed Rats. J. Pharmacol. 3. hal 309–323.
Ramesh, T., R. Mahesh and V. H. Begum. 2007. Hypolipidemic Effect ofSesbania grandiflora On Membran- Bond ATPasess in Cigarette SmokeExposed Rats. J. Pharmacol. Toxicol. 2(6), hal. 559–566.
Ramesh, T., C. Sureka., S. Bhuvana and V. H. Begum. 2010. Sesbaniagrandiflora Diminishes Oxidative Stress and Ameliorates AntioxidantCapacity in Liver and Kidney of Rats Exposed to Cigerette Smoke. J.Physiolog. Pharmacol. 61(4). hal. 467–476.
Sasongko, H and W. Asmara. 2002. Pengaruh Minyak Atsiri Dlingo (Acoruscalamus L.) Terhadap Profil Protein Bakteri Gram Positif dan Gram
61
Negatif. Teknosains. 15 (3). hal. 527–543.
Saxena, V. K and L. N Mishra. 1999a. flavone Glycoside from Sesbaniagrandiflora. J. Inst. Chemists. (India). 71. hal 191-193.
Saxena, V. K and L. N Mishra. 1999b. A New Isoflavone Glycoside from theRoots of Sesbania grandiflora. Res. J. Chem. Environ. 3(3). hal 69-70.
Sertie, J. A., G. Wieze., R. G. Woisky and J. C. Carvalho.2001. AntiulcerActivity of the Ethanol Extract of Leaves of Sesbania grandiflora (L). J.Pharm Sciens. 37. hal 107-111.
Shareef, H., G. H. Rizwani., M. Zia-Ul-Haq., S. Ahmad and H. Zahid. 2012.Tocopherol and Phytosterol Profile of Sesbania grandiflora ( L) Seed Oil. J.Med. Plants Res. 6(18). hal. 3478–3481
Silverstein, R., M. Bassler and T. C. Morrill. 1986. Penyelidikan SpektrometrikSenyawa Organik. Alih bahasa Drs. A. J. Hartomo. ITS. Semarang. hal191-195.
Srivastava, H. C., P. P. Singh and R. P. V. Subba. 1967. A Galactomannan Fromthe Seeds of Sesbania grandiflora pers. Carbohyd Res. 6. hal. 361–366.
Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta.hal. 283.
Sulistyo. 1971. Farmakologi dan Terapi. EKG . Yogyakarta.
The Angiosperm Phylogeny Group. 2003. Un Update of the AngiospermPhylogeny Group Classification for the Order and Families of FloweringPlants: APG II. Botanic. J. Linn. Soc. 141. hal 399-436.
Tiwari, R. D and R. K. Bajpai. 1964. Chemical Examinition of Sesbaniagrandiflora Leaves. II. Isolation of a Saponin. Phycical Sciences. 34(2). hal.239-244.
Wagh, V. D., K.V. Wagh., Y. N. Tandale and S. A. Salve. 2009. Phytochemical ,Pharmacological and Phytopharmaceutics Aspects of Sesbania grandiflora :A Riview. J. Pharm Res. 2(5). hal. 889–892.
Williamson, K and K. Master. 2010. Macroscale and Microscale Organicexsperiment. Cengage Learning. hal. 131.
Zhao, P., Y. Iwamoto., I. Kouno., Y. Egami and H. Yamamoto. 2004. Stimulatingthe Production of Homoisoflavonoids in Cell Suspension Cultures ofCaesalpinia pulcherrima Using Cork Tissue. Phytochemistry. 65. hal. 2455-2461.