350
ISLAMIC HIGHER EDUCATION CURRICULUM BASED ON
INDONESIA NATIONAL QUALIFICATIONS FRAMEWORK
(KKNI)
Prof.Dr.Ali Mufrodi, MA.
ABSTRACT
The Regulation of the President of the Republic of Indonesia No. 8 of 2012 on the
National Qualifications Framework for Indonesia (Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia/KKNI), which was passed on January 17, 2012, and has been published in the
Gazette of the Republic of Indonesia of 2012 number 24, must be note. This is
noteworthy because in the future humans will be seen to Indonesia where his education,
which will determine the level or the level of qualifications they have. Indonesia's
National Qualifications Framework that has been socialized, although it is not yet
complete in Indonesia, consists of nine levels (level), starting from the first qualifying
as a qualification to qualification to the lowest-9 as the highest
qualification. Qualification level is the level of learning achievement, which is based on
the size of the education and / or training acquired through formal education, nonformal,
informal, or work experience. Qualification on KKNI describe the learning outcomes
obtained by a person through education, training, work experience, and independent
learning.
The first level up to the third level are grouped at the operator position, levels are
grouped in the fourth to the sixth position technicians or analysts, and the level of the
seventh to the ninth entry in a professional career. Basic education graduates are at the
first level, graduates of secondary education are the lowest on the second level, a
diploma graduates is at the lowest level 3, a graduate diploma 2 are the lowest on the
ladder of four, a graduate diploma three lowest levels are at 5, and graduates 4 or a
graduate diploma and applied degree is at the lowest level of 6. Graduates of
professional education equivalent to level 7 and 8, a graduate degree and masters of
applied equivalent to the lowest level 8, and applied doctoral graduate or doctorate level
equivalent to 9, as well as graduate education specialist levels equivalent to 8 and
9.With the enactment of competence through qualifications hierarchy KKNI these
adjustments must be made within 5 years.
The problem, among others, have Islamic Higher Education (IHE) which is under the
auspices of the Ministry of Religious Affairs has been prepared to make adjustments? If
not, then the Directorate of Islamic Education under the Director General of Islamic
351
Education will have great job in the next five years. How many courses that have to
adjust the desired qualifications in KKNI? The faculty or department that is under the
auspices of the Ministry of Religious Affairs have 1284 pieces, consisting of 249 faculty
/ department under PTAIN (State Islamic University) and 1035 are in PTAIS (Private
Islamic University). Faculty or department that manages as many as 931 courses (Prodi)
in 1309 PTAIN and Prodi on PTAIS, so there are 2243 in number Prodi. Two thousand
two hundred forty-study program must conform to the qualifications KKNI, which
means having to adjust the curriculum with learning outcomes. The implementation of
adjustment programs as quickly the next 5 years can be planned. Among others is to
socializise KKNI through PTAIN and PTAIS. After that, many Prodi at the institutions
making the curriculum adjusted to the desired learning outcomes. The results of making
the curriculum adjusted to KKNI must be discusse in the seminar to complete the new
curriculum. Finally, the Ministry of Religious Affairs approve the curriculum for the
seminar were implemented nationally.
Pendahuluan
Presiden Republik Indonesia telah memutuskan peraturan tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pada 17 Januari 2012 sebagai Peraturan
Presiden no.8 Tahun 2012, yang bertujuan memberi arah tenaga kerja Indonesia.
Kerangka Kualifikasi Nasional tersebut menjadi dasar bagi penyusunan kurikulum
perguruan tinggi yang harus dilaksanakan dalam jangka lima tahun mendatang.
Kerangka Kualifikasi tersebut memfokuskan kepada capaian pembelajaran (learning out
comes) untuk suatu jenjang pendidikan. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
terdiri dari 9 jenjang, mulai dari kualifikasi pertama sebagai jenjang yang terendah
hingga kualifikasi ke-9 sebagai jenjang tertinggi. Jenjang kualifikasi adalah tingkat
capaian pembelajaran, yang disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau
pelatihan yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau
pengalaman kerja.
Kurikulum di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) harus ditata ulang dan
dipersiapkan bagi peserta didik dengan bekal ilmu yang direncanakan oleh lembaga
pendidikan tinggi tersebut.
Pada saat ini, menurut data terbaru yang diunduh 11 Oktober 2012, terdapat
2.243 program studi (prodi) yang berada di bawah naungan Kementerian Agama
Republik Indonesia. Program studi sebanyak itu tersebar luas pada 1.284 fakultas baik
negeri maupun swasta.356 Program-program studi yang dikelola oleh PTAI tersebut
harus meredesign kurikulumnya agar sesuai dengan KKNI. Tentu ini merupakan kerja
356 http://www.ranking-ptai.info/Lbg&Fak&ProPtai/
352
besar yang harus dikerjakan bersama. Direkturat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama, diharapkan membuat kebijakan umum tentang kurikulum berbasis
KKNI yang kemudian ditindaklanjuti oleh aparat yang ada di bawahnya hingga ke
fakultas-fakultas beserta program-program studinya untuk mengimplementasikan
kurikulum tersebut.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Dalam Bab I Ketentuan Umum Peraturan Presiden tersebut mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan KKNI ialah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang
dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan
dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Kualifikasi ialah
penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan kedudukannya dalam KKNI.
Sedangkan capaian pembelajaran ialah kemampuan yang diperoleh melalui
internalisasi pengetahuan, sikap, ketrampilan, kompetensi dan akumulasi pengalaman
kerja. Pengalaman kerja ialah pengalaman melakukan pekerjaan dalam bidang tertentu
dan jangka waktu tertentu secara intensif yang menghasilkan kompetensi. Kompetensi
kerja dinilai dengan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif
melalui uji kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Standar
Internasional, dan/atau Standar Khusus. Sertifikat kompetensi kerja ialah bukti tertulis
yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi terakreditasi yang menerangkan bahwa
seseorang telah menguasai kompetensi kerja tertentu sesuai dengan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia. Sedangkan profesi ialah bidang pekerjaan yang memiliki
kompetensi tertentu yang diakui oleh masyarakat.
Dalam Bab II Peraturan Presiden itu berbunyi bahwa KKNI terdiri dari 9
jenjang. Jenjang 1- 3 dikelompokkan dalam jabatan operator. Jenjang 4 – 6 merupakan
kelompok jabatan teknisi atau analis, sedangkan jenjang 7 – 9 adalah kelompok jabatan
ahli. Setiap jenjang kualifikasi memiliki kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang
dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja.
Penyetaraan capaian pembelajaran dihasilkan melalui pendidikan dengan
jenjang kualifikasi pada KKNI sebagaimana berikut: a. lulusan pendidikan dasar setara
dengan jenjang 1. b. lulusan pendidikan menengah paling rendah setara dengan jenjang
2, c. lulusan Diploma 1 paling rendah setar dengan jenjang 3, d. lulusan Diploma 2
paling rendah setara dengan jenjang 4, e. lulusan Diploma 3 paling rendah setara dengan
jenjang 5, f. lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling rendah setara
dengan jenjang 6, g. lulusan Magister Terapan dan Magister paling rendah setara
dengan jenjang 8, h. lulusan Doktor Terapan dan Doktor setara dengan jenjang 9, i.
353
lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 atau 8, dan j. lulusan pendidikan
spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9.357
Jenjang-jenjang dalam KKNI itu lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini:358
Dalam lampiran Peraturan Presiden tersebut dinyatakan deskripsi tiap jenjang.
Umpamanya, jenjang kualifikasi 1: mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas,
bersifat rutin, dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan serta
di bawah bimbingan, pengawasan, dan tanggung jawab atasannya. Memiliki
pengetahuan faktual, dan bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri serta tidak
bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain. Selanjutnya akan dilihat jenjang
kualifikasi 6 sampai 9, karena relevansinya jenjang tersebut dengan kepentingan PTAI,
yakni tamatan sarjana, magister dan doktor.
Jenjang 6 memiliki : kemampuan mengaplikasikan bidang keahliannya dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di bidangnya dalam
357 http://www.dikti.go.id/files/atur/KKNI/Perpres8-2012-KKNI.pdf 358 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2010/2011 Kementerian Pendidikan Nasional Republik
Indonesia, KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA, Jakarta, 2011, 7.
354
menyelesaikan masalah serta mampu beradaptasi dengan situasi yang dihadapi.
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis
bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu
memformulasikan penyelesaian masalah prosedural. Mampu mengambil keputusan
yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk
dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok. Bertanggung
jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil
kerja organisasi.
Jenjang 7: mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tanggung
jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah
pengembangan strategis organisasi. Mampu memecahkan permasalahan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di bidang keilmuannya melalui pendekatan
monodisipliner. Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan
akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di bawah
tanggung jawab bidang keahliannya.
Jenjang 8: mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di
bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan
karya inovatif dan teruji. Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau
multidisipliner. Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi
masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional.
Jenjang 9: mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni baru
di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga
menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji. Mampu memecahkan permasalahan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di bidang keilmuannya melalui pendekatan
inter, multi, dan transdisipliner. Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan
riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia, serta
mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional.359
Capaian pembelajaran atau learning out comes PTAI diharapkan memiliki
kompetensi sebagaimana dalam jenjang-jenjang KKNI tersebut. Umpamanya, lulusan
S1 atau sarjana PTAI berada pada jenjang/level 6 tersebut harus mampu
mengaplikasikan bidang keahliannya, yakni ilmu Agama Islam. Ia juga harus dapat
memanfaatkan ilmu pengetahuan agama tersebut, dengan menggunakan teknologi,
dan/atau seni di bidang ilmu agama itu untuk menyelesaikan masalah. Ia juga harus
359 http://www.depdagri.go.id/media/documents/2012/02/03/f/i/-1.pdf
355
mampu beradaptasi dengan situasi masyarakat yang dihadapinya. Ia juga harus
menguasai konsep teoritis bidang ilmu Agama Islam secara umum dan konsep teoritis
bagian-bagian khusus ilmu agama tersebut secara mendalam, serta mampu
memformulasikan penyelesaian masalah secara prosedural. Lulusan prodi Sejarah dan
Peradaban Islam (SPI) umpamanya, harus mampu menguasai bidang kesejarahan Islam
khususnya secara mendalam, di samping penguasaan atas ilmu keislaman secara umum
(fiqh, tauhid, al-Qur’an, al-Hadis dan lain-lain). Lulusan S1 PTAI harus mampu
mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data yang
diperolehnya, serta mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif
solusi secara mandiri atau berkelompok. Ia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya
sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi. Nah,
kurikulum S1 perguruan tinggi tersebut harus diarahkan ke jenjang 6 tersebut sesuai
dengan konsep KKNI.
KURIKULUM
Kurikulum ialah dokumen perencanaan tentang tujuan yang harus dicapai, isi
materi yang harus dilakukan peserta didik, strategi dan cara yang dapat dilembagakan,
evaluasi dan implementasi dokumen dalam bentuk nyata. Kurikulum meliputi 4 hal,
yakni: 1. planned learning experiences, 2. offered within an educational
institution/programme, 3. represented as a document, 4. includes experiences resuting
from implementing that document.
Kurikulum memiliki 3 peran: 1. konservatif, 2. kreatif, 3. kritis dan evaluatif.
Peran konservatif ialah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu.
Dengan peran konservatif, kurikulum berperan menangkal berbagai pengaruh yang
dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajekan dan identitas masyarakat
akan tetap terpelihara dengan baik. Peran kreatif ialah kurikulum yang mampu
menjawab setiap tantangan zaman yang selalu berubah secara dinamis. Dalam hal ini
kurikulum harus mengandung sesuatu yang baru yang dapat membantu peserta didik
untuk mengembangkan potensinya agar bisa berperan aktif dalam masyarakat yang
berubah dengan cepat. Kurikulum berperan untuk menyeleksi dan mengevaluasi nilai
budaya mana yang harus dipertahankan dan budaya baru yang harus diberikan kepada
peserta didik.
Kurikulum memiliki 4 fungsi, yakni: 1. fungsi pendidikan umum, 2.
suplementasi, 3. eksplorasi, 4. keahlian. Fungsi pendidikan umum kurikulum ialah
untuk mempersiapkan peserta didik agar supaya mereka menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Tiap-tiap peserta didik
memiliki perbedaan kemampuan, minat, maupun bakat. Kurikulum sebagai alat
pendidikan harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap peserta didik sesuai
356
dengan perbedaannya tersebut. Fungsi eksplorasi kurikulum ialah bahwa kurikulum
harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing peserta
didik. Kurikulum juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
sesuai dengan keahliannya berdasarkan atas minat dan bakatnya.
Ahli yang lain, Alexander Inglis, sebagaimana dikutip oleh Sanjaya mengatakan
bahwa kurikulum memiliki 6 fungsi, yakni: 1. fungsi penyesuaian, 2. integrasi, 3.
diferensiasi, 4. persiapan, 5. pemilihan, 6. diagnostik. Fungsi penyesuaian ialah
kurikulum harus dapat mengantar peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dalam
kehidupan sosial masyarakat. Fungsi integrasi ialah bahwa kurikulum harus dapat
mengembangkan pribadi peserta didik secara utuh. Kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik harus berkembang secara terintegrasi. Fungsi diferensiasi ialah bahwa
kurikulum harus dapat melayani setiap peserta didik dengan segala keunikannya.
Persiapan ialah kurikulum yang harus dapat memberikan pengalaman belajar peserta
didik baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk
kehidupan di masyarakat. Fungsi pemilihan ialah kurikulum yang dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya.
Sedangkan fungsi diagnostik ialah kurikulum untuk mengenal berbagai kelemahan dan
kekuatan peserta didik.
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata kuliah yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan
kurikulum setiap mata kuliah pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud ialah Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan yang dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi lulusan.360
Menurut Hamanik kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus
ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Kurikulum memuat isi
dan materi, juga memuat rencana pembelajaran, serta pengalaman belajar yang meliputi
belajar di kelas dan di di luar kelas.
Kurikulum dapat dikembangkan berdasarkan: a. tujuan filsafat dan pendidikan
nasional, b. sosial, budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat, c. perkembangan
peserta didik, d. keadaan lingkungan, e. kebutuhan pembangunan, f. perkembangan ilmu
pengetahuan. Sedangkan komponen kurikulum ada 5 hal yang saling berhubungan,
yakni: tujuan, materi, metode, organisasi dan evaluasi.
Pengembangan kurikulum memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: prinsip
orientasi pada tujuan, relevansi/kesesuaian dengan kebutuhan, efisiensi dan efektifitas,
fleksibilitas/keluwesan, kesinambungan/kontinuitas, keseimbangan, keterpaduan, dan
360 Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenada, cet.iii, 2010, 1 dst.,
357
bermutu.361 Dari pengertian dan teori-teori tentang kurikulum di atas, sudah waktunya
kurikulum yang ada di PTAI untuk diadakan perubahan dan pengembangan sesuai
dengan KKNI.
Kurikulum PTAI
Kurikukum yang ada pada PTAI baik negeri maupun swasta mengacu pada
kurikulum yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI, yang berbasis pada pedoman
penyusunan kurikulum dari Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). Berdasarkan
Surat Keputusan (SK) Mendiknas nomor 232 tahun 2000 dikemukakan struktur
kurikulum perguruan tinggi yang bertujuan: a. learning to know, b. learning to do, c.
learning to live together, dan d. learning to be. Mata kuliah yang ada di perguruan
tinggi sebagai implementasi dari kurikulum nasional disusun menjadi 5 kelompok:
a.Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), b. Mata Kuliah Keilmuan dan
Ketrampilan (MKK), c. Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), d. Mata Kuliah
Perilaku Berkarya (MPB), e. Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).
Kurikulum tersebut berbasis pada kompetensi, walau tidak dikatakan demikian secara
eksplisit dalam SK.
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002 mengatur lagi masalah
kurikulum perguruan tinggi. Inilah yang dijadikan landasan KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi), yang meliputi kurikulum inti dan kurikulum institusional. Kompetensi
yang dimaksud dalam SK tersebut ialah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung
jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. SK Mendiknas
no.232/2000 hampir sama dengan SK 045/2002. Lima kelompok mata kuliah dalam SK
Mendiknas nomor 232/2000 itu dikatakan sebagai elemen-elemen kompetensi dalam
SK 045/2002. Kurikulum inti merupakan kompetensi utama dan kurikulum institusional
sebagai kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya.
Kurikulum inti yang menjadi ciri-ciri kompetensi utama bersifat: a. dasar untuk
mencapai kompetensi lulusan, b. acuan baku minimal mutu penyelenggaraan prodi, c.
berlaku secara nasional dan internasional, d. lentur, akomodatif terhadap perubahan
yang sangat cepat di masa mendatang, e. kesepakatan bersama antara kalangan
perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan.
Dengan adanya kurikulum baru yang berbasis pada kompetensi itu, maka sistem
penilaian juga berubah. Yakni meliputi aspek-aspek: a. penilaian hasil belajar, b.
penilaian proses belajar mengajar, c. penilaian kompetensi mengajar dosen, d. penilaian
361 Oemar Hamanik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, cet.xii, 2011, 16-32. Lihat
pula Endah Sulistyowati, Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter, Jogjakarta, Citra Aji Parama, 2012, 79-80.
358
relevansi kurikulum, e. penilaian daya dukung sarana dan fasilitas, f. penilaian program
(akreditasi). Kurikulum Berbasis Kompetensi ini diberlakukan bagi semua tingkat
pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi sejak tahun 2004.362
Menurut Arif Furqan, kurikulum itu bagaikan jasa layanan yang “dijual” pada
masyarakat. Oleh karena masyarakat akan “membeli” kurikulum itu, maka kurikulum
harus dikemas sedemikian rupa agar masyarakat yakin bahwa mereka tidak akan merugi
belajar di lembaga pendidikan tersebut. Kurikulum perguruan tinggi seharusnya
memuat: a. misi perguruan tinggi, b. visi ke depan, c. tujuan kurikuler, d. profil lulusan,
e. pendekatan yang diambil dalam proses pendidikan, f. aspek kepribadian mahasiswa
yang dikembangkan, g. program studi yang dikembangkan di perguruan tinggi tersebut,
h. daftar mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa, i. deskripsi mata kuliah, j.
sistem evaluasi yang diterapkan, k. sistem perkuliahan yang diterapkan di perguruan
tinggi tersebut. Menurut Furqan lebih lanjut, haruslah disusun buku pedoman
pelaksanaan kurikulum di setiap PTAI agar supaya masyarakat tahu ke mana perguruan
tinggi itu diarahkan, bagaimana caranya, dan bagaimana mengevaluasi
keberhasilannya.363
Perguruan Tinggi Agama Islam yang saat ini memiliki 1.284 fakultas dan
mengelola 2.243 prodi itu menggunakan kurikulum yang dikeluarkan oleh Kementerian
Agama tersebut. Dalam implementasinya, kurikulum IAIN Sunan Ampel Surabaya
misalnya, disusun dalam kompetensi dasar, kompetensi utama dan kompetensi
tambahan/pendukung. Kompetensi dasar ada 34 SKS (Satuan Kredit Semester), yang
harus dipelajari oleh mahasiswa di semua fakultas dan semua prodi atau jurusan.
Kompetensi utama dan tambahan bisa sampai 126 SKS, yang penting jumlah semua
SKS -dasar, utama dan tambahan- tidak lebih dari 160 SKS.364 Kompetensi dasar dan
utama adalah kompetensi inti kalau dilihat dalam konsep KBK. Sedangkan kompetensi
tambahan/pendukung masuk ke kompetensi institusional.
Dilihat dari kurikulum yang ada seperti di IAIN Sunan Ampel, mahasiswa yang
telah lulus dari almamaternya diharapkan menjadi anggota masyarakat yang berakhlaqul
karimah, secara akademik dan profesional, dan mampu menerapkan, mengembangkan,
menciptakan ilmu-ilmu keislaman dan seni yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.
Lulusan itu juga diharapkan menyebarkan ilmu-ilmu keislaman dan seni yang dijiwai
oleh nilai-nilai keislaman serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan
362 Swara Ditpertais: No.17 Th.II, 18 Oktober 2004, download dari
http://www.ditpertais.net/swara/warta10-02.asp 363 Arif Furqan, Anatomi Problem Kurikulum di PTAI, download dari
http://www.ditpertais.net/artikel/arief02.asp
364 IAIN Sunan Ampel, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata Satu (S1) Tahun 2011,
Surabaya, 2011, 67-135.
359
taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.365 Tentu harapan itu
masih abstrak, belum membumi betul. Lewat kurikulum itulah tujuan pendidikan itu
diwujudkan, dan kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan KKNI.
Kurikulum PTAI Berbasis KKNI
Bagaimana model kurikulum PTAI yang harus diredesign sesuai dengan KKNI?
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia mengharuskan pendidikan terfokus ke
learning out comes, capaian pembelajaran agar peserta didik dapat bekerja sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki dan mendapat pengakuan baik nasional maupun
internasional. Dalam kata lain, mau dijadikan apa mahasiswa yang dididik dalam suatu
lembaga pendidikan itu. Di sini, tujuan pendidikan harus jelas, dan otomatis
kurikulumnya harus jelas pula. Tamatan sarjana akan berbeda kompetensinya dengan
lulusan magister ataupun doktor, sebagaimana terlihat dalam lampiran Perpres no.8
tahun 2012 tersebut.
Di bawah ini dipaparkan contoh kurikulum bidang pertanian berbasis KKNI
untuk membuat kurikulum bagi prodi di PTAI. Contoh kurikulum bidang pertanian ini
dikemukakan untuk mengetahui secara nyata, realistik apa yang dihadapi ahli pertanian
itu, sehingga kurikulum bidang agama juga dapat dibuat seperti halnya bidang
pertanian, walau tidak sama persis. Tidak berada di awang-awang, di langit, kurang
membumi, kurang praktis lulusannya, seperti yang terjadi selama ini, walau tidak semua
tentunya.
Deskripsi umum: sesuai dengan Ideologi Negara dan budaya Bangsa Indonesia,
maka implementasi sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan kerja yang
dilakukan di Indonesia pada setiap level kualifikasi mencakup proses yang
menumbuhkembangkan afeksi sebagai berikut:
- Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya.
- Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung
perdamaian dunia.
- Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi
terhadap masyarakat dan lingkungannya.
- Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta
pendapat/temuan orisinal orang lain.
365 Ibid., 4.
360
- Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan
kepentingan bangsa serta masyarakat luas.
Deskriptor kualifikasi SDM (Sumber Daya Manusia) level 6 pada KKNI, yang
dihasilkan oleh prodi D-IV atau S1 (bidang pertanian) : deskripsi generik level 6
(paragraf pertama) adalah mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahliannya
dan mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah.
Deskripsi spesifik: 1. Mampu memanfaatkan ilmu dan pengetahuan dasar dalam sistem
produksi pertanian yang mendasarkan pada ilmu biologi, fisika, kimia, bibometrika,
dasar-dasar pengelolaan tanaman dan perlindungan tanaman untuk pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari. 2. Mampu menerapkan IPTEKS di
bidang sistem produksi tanaman secara efektif dan produktif berdasarkan prinsip
pertanian berkelanjutan baik secara modern maupun yang mengangkat kearifan lokal.
Deskripsi generik level 6 (paragraf kedua), menguasai konsep teoritis bidang
pengetahuan spesialis dan mendalam di bidang-bidang tertentu, serta mampu
memformulasikan penyelesaian masalah prosedural. Deskripsi spesifik: 1. Mampu
mamahami prinsip-prinsip sosial, budaya, ekonomi, ekologi, hukum, sains dan
teknologi dalam pengembangan sistem produksi pertanian yang berorientasi pada
kebutuhan masyarakat, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. 2. Mampu
memahami pengelolaan sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan dan usaha
agribisnis yang ramah lingkungan yang berbasis masyarakat. 3. Mampu melakukan
identifikasi, analisis, perumusan dan penyelesaian masalah dalam sistem pertanian yang
berkelanjutan.
Deskripsi generik level 6 (paragraf ketiga), mampu mengambil keputusan
strategis berdasarkan analisis informasi dan data, dan memberikan petunjuk dalam
memilih berbagai alternatif solusi. Deskripsi spesifik: mampu merancang dan
mengembangkan teknologi produksi secara efektif, produktif, terpadu, berwawasan
lingkungan, serta mampu mengidentifikasi, merumuskan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, menilai sebuah sistem operasi agribisnis, mengelola resiko
ketidakpastian.
Deskripsi generik level 6 (paragraf keempat), bertanggung jawab pada pekerjaan
sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.
Deskripsi spesifik: bertanggung jawab pada aktivitas budidaya tanaman secara aman,
memproduksi pupuk organik dan anorganik, memproduksi agen hayati, memproduksi
benih berkualitas, melakukan konservasi lahan serta mampu menyelesaikan masalah di
bidang pertanian.366
Mengaca dari kurikulum berbasis KKNI bidang pertanian tersebut, dapatlah
dibuat kurikulum PTAI sesuai dengan jurusan atau prodi masing-masing di tiap
366 http://nasih.files.wordpress.com/2011/02/kkni-pertanian-pertanian.pdf
361
fakultas. Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam (SPI) umpamanya, memiliki kompetensi
dasar, kompetensi utama dan kompetensi tambahan. Kompetensi dasar mencakup: 1.
pemilikan ilmu tentang Islam serta mampu menerapkannya di masyarakat dalam
menjalankan profesinya, 2. ketrampilan berbahasa Indonesia dan asing yang menunjang
profesinya, 3. menjadi sarjana muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, 4.
memiliki kecakapan partisipatif dan bertanggug jawab dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, 5. memiliki sikap ilmiah dan bertanggung jawab terhadap ilmunya.
Kompetensi utama meliputi: 1. memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
sejarah peradaban Islam, mulai masa klasik sampai masa modern dan posisinya dalam
konteks sejarah peradaban dunia, 2. memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
sejarah Islam Indonesia dan Asia Tenggara dalam berbagai manifestasi intelektual dan
kelembagaan sosialnya, 3. memiliki kecakapan dan ketrampilan melakukan penelitian
dan membuat laporan penelitian sebagai penerapan metodologi penelitian sejarah dan
peradaban, 4. memiliki pengetahuan yang memadai tentang teori sejarah dan penulisan
sejarah Islam, 5. memiliki penguasaan terhadap ilmu-ilmu bantu sejarah dan peradaban.
Kompetensi tambahan termasuk: 1. memiliki ketrampilan menggunakan data
etnografis, ekonomis, dan teks-teks berbahasa Jawa, Arab dan Inggris sebagai sumber
sejarah, 2. menguasai ketrampilan tulis menulis dan teknologi yang dapat mendukung
penelitian sejarah peradaban Islam.367
Dari keterangan di atas diketahui bahwa kompetensi dasar jurusan SPI ialah
menjadi manusia Muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia. Kompetensi utama
lulusannya ialah kemampuan menulis sejarah dan peradaban Islam, dan kompetensi
tambahan ialah menguasai ilmu bantu sejarah. Dari kompetensi-kompetensi yang dicita-
citakan tersebut, maka disusunlah kurikulum yang mengarahkan capaian pembelajaran
atau leraning out comes untuk dapat menguasai ilmu peradaban Islam dan kemahiran
menulis sejarah dan peradaban Islam melalui penelitian sesuai dengan KKNI.
Dapatlah disusun kurikulum SPI berbasis KKNI sebagai berikut:
Deskripsi umum untuk semua prodi sama dengan contoh yang ada pada prodi
pertanian tersebut di atas. Deskriptor kualifikasi SDM level 6 pada KKNI prodi SPI
yang dihasilkan oleh S1: Deskripsi generik level 6 (paragraf pertama) adalah mampu
memanfaatkan ilmu dan teknologi di bidang keahliannya, dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan untuk menyelesaikan masalah. Deskripsi spesifik: 1.mampu
memanfaatkan ilmu dan pengetahuan dasar tentang sejarah berdasarkan ilmu bantu
sejarah untuk mengetahui perkembangan sejarah peradaban Islam dari masa klasik
hingga masa modern. 2. Mampu menerapkan ilmu dan pengetahuan di bidang
kesejarahan dan peradaban Islam dengan menulis sejarah Islam lokal, nasional atau
internasional/umum.
367 Hasil Review Kurikulum S1 jurusan SPI, Malang, 21-23 Desember 2011.
362
Deskripsi generik level 6 (paragraf kedua), menguasai konsep teoritis bidang
pengetahuan spesialis dan mendalam di bidang-bidang tertentu (kesejarahan), serta
mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural. Deskripsi spesifik: 1.
Mampu memahami prinsip-prinsip sosial, budaya, ekonomi, ekologi, hukum, ilmu dan
teknologi dalam mengembangkan penulisan sejarah dan peradaban Islam yang
berorientasi kepada kebutuhan masyarakat, lingkungan, dan pembangunan
berkelanjutan. 2. Mampu memahami penulisan sejarah dan Islam yang komprehensif
dan memahami hasil usaha penulisan sejarah dan peradaban Islam secara ekonomis. 3.
Mampu melakukan identifikasi, analisis, perumusan dan penyelesaian masalah dalam
sistem penelitian dan penulisan sejarah dan peradaban Islam yang berkelanjutan.
Deskripsi generik level 6 (paragraf ketiga): mampu mengambil keputusan
strategis berdasarkan analisis informasi dan data, dan memberikan petunjuk dalam
memilih berbagai alternatif solusi. Deskripsi spesifik: mampu merancang dan
mengembangkan penelitian sejarah dan peradaban Islam secara efektif, produktif,
terpadu, berwawasan lingkungan dan global, serta mampu mengidentifikasi,
merumuskan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, menilai sebuah model
pemasaran hasil penulisan sejarah dan peradaban Islam dan mengelola resiko
ketidakpastian.
Deskripsi generik level 6 (paragraf keempat): bertanggung jawab pada pekerjaan
sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.
Deskripsi spesifik: bertanggung jawab pada aktifitas penelitian dan penulisan sejarah
dan peradaban Islam, menghasilkan karya sejarah dan peradaban Islam dan mampu
menyelesaikan masalah di bidang sejarah dan peradaban Islam.
Kurikulum SPI tersebut sebagai contoh untuk menyusun kurikulum prodi-prodi
yang lain di PTAI. Prodi Tafsir dan Hadis umpamanya akan berbeda learning out
comes-nya dari prodi Perbandingan Agama (Fakultas Ushuluddin) atau Bahasa dan
Sastera Arab (Adab) atau Pendidikan Agama Islam (Tariyah). Dari kurikulum tersebut
dijabarkan lagi menjadi bermacam mata kuliah yang diajarkan kepada mahasiswa.
Mata kuliah mata kuliah inilah yang memperinci kemauan kurikulum yang akan
mengeluarkan learning out comes yang diharapkan sesuai dengan KKNI.
PENUTUP
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia merupakan suatu keniscayaan yang
harus diusahakan. Program pemerintah lewat Perpres tentang KKNI diharapkan dapat
memperbaiki lulusan perguruan tinggi yang siap kerja, dan dapat diterima di dalam
maupun luar negeri dengan adanya penjenjangan kualitas learning out comes.
Perguruan Tinggi Agama Islam belum terlambat untuk menyusun kurikulum prodi-
prodinya berbasis KKNI yang sekarang ini sedang ramai-ramainya dilaksanakan oleh
363
lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Indonesia. Kerja bersama antarperguruan tinggi
di lingkungan Kementerian Agama untuk menyusun kurikulum tersebut perlu digalang
dan direncanakan dengan matang agar menuai hasil yang maksimal. Semoga, amin.
Surabaya, 14 Oktober 2012
Prof.Dr.Ali Murodi, MA.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2010/2011 Kementerian Pendidikan Nasional
Republik Indonesia, KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA,
Jakarta, 2011.
Furqan, Arif, Anatomi Problem Kurikulum di PTAI, download dari
http://www.ditpertais.net/artikel/arief02.asp
Hamanik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, cet.xii, 2011.
Hasil Review Kurikulum S1 jurusan SPI, Malang, 21-23 Desember 2011.
IAIN Sunan Ampel, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata Satu (S1)
Tahun 2011, Surabaya, 2011.
http://nasih.files.wordpress.com/2011/02/kkni-pertanian-pertanian.pdf
http://www.depdagri.go.id/media/documents/2012/02/03/f/i/-1.pdf
http://www.dikti.go.id/files/atur/KKNI/Perpres8-2012-KKNI.pdf
http://www.ranking-ptai.info/Lbg&Fak&ProPtai/
Swara Ditpertais: No.17 Th.II, 18 Oktober 2004, download dari
http://www.ditpertais.net/swara/warta10-02.asp
Sanjaya, Wina, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenada, cet.iii, 2010.
Sulistyowati, Endah, Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter, Jogjakarta, Citra
Aji Parama, 2012.
Top Related