8/13/2019 Diaper Rash Referat Kecil
1/7
1
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT KECIL
UNIVERSITAS HASANUDDIN SEPTEMBER 2012
DIAPER RASH
DISUSUN OLEH:
M. Yusuf Irianto
(110 208 126)
PEMBIMBING:
dr. Idrianti Idrus Patturusi
DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2012
8/13/2019 Diaper Rash Referat Kecil
2/7
2
I. PENDAHULUANDiaper Rash sering juga disebut juga napkin dermatitis yang
menunjukkan terjadinya erupsi inflamasi pada daerah popok. Setiap erupsi
mempunyai banyak penyebab, sehingga istilah diaper rash sebaiknya
dihindari dan hanya dipakai untuk pengertian yang lebih luas. Istilah
Dermatitis Popok Iritan Primer (DPIP) lebih tepat dipakai pada keadaan
dimana erupsi yang terjadi akibat kontak iritan dengan bahan excreta.
Dermatitis popok iritan primer merupakan gangguan kulit yang paling sering
di daerah popok, diperkirakan 50% dari bayi yang menderita DPIP. Penyakit
ini mulai timbul pada usia 1-3 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 7-
12 bulan. Jarang timbul pada usia neonatus (1)
II. DIAGNOSISSering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang
diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita
neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal. Diagnosis diaper
rash umumnya berdasarkan pada pemeriksaan klinis (temuan klinis).
Anamnesis riwayat penyakit yang baik akan mempersempit diagnosis
banding penyakit. Informasi histopatologi sangat terbatas. Diagnosis dapat
dilakukan dengan menilai adanya ruam merah cerah pada daerah yang sering
kontak dengan popok seperti bokong, kelamin, perut bagian bawah, daerah
atas paha, area mons pubis, labia mayor dan skrotum. Manifestasi awal dari
diaper rash berupa eritem perianal ringan yang asimptomastis pada daerahkulit yang terbatas dengan maserasi dan gesekan. Pada kondisi ini bayi akan
merasa tidak nyaman dan perih. Pada diaper rashberat terdapatpunched-out
lesionatau erosi batas yang luas. (2-4)
8/13/2019 Diaper Rash Referat Kecil
3/7
3
Gambar: Diaper dermatitis (iritan). Disebabkan oleh karena popokyang jarang diganti (5)
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan riwayat perjalanan
penyakit dan pemeriksaan terhadap ruam. Biasanya tidak diperlukan
pemeriksaan laboratorium kecuali penyebabnya adalah infeksi jamur dan
reaksi alergi. Pada kecurigaan reaksi alergi dapat digunakan salep yangmengandung kortikosteroid.(5)
III. DIAGNOSIS BANDING (1-4)Dermatitis seboroikDefisiensi zinkPsoriasis vulgarisIntertrigoDermatitis atopikCandidiasisMiliaria
8/13/2019 Diaper Rash Referat Kecil
4/7
4
IV. PENATALAKSANAANPermasalahan diaper rash sangat berhubungan dengan ketentuan
profilaksis. Keberhasilan pengobatan diaper rash tergantung pada
pengetahuan akan faktor penyebab. Pemberian preparat topical tanpa
memperhatikan frekuensi penggantian popok sering mengakibatkan
kegagalan terapi. (1,6)
a. Penggunaan popokTujuan utama penatalaksanaan DPIP adalah mengurangi kelembapan,
karena itu yang paling penting adalah keberhasilan yang baik dan
menjaga daerah popok agar tetap bersih dan kering dengan mengganti
popok secara teratur dan menggunakan popok sekali pakai seperti popok
golongan sintesis yang mengurangi kontak kulit dengan urin. Ada dua
bentuk utama popok sekali pakai, popok konvensional cellulose-core
dan popok daya serap tinggi yang menggunakan absorbent gelling
material (AGM). Popok konvensional mempunyai lapisan dalam yang
bersentuhan dengan kulit dan mencegah kontak antar kulit dengan
cellulose-core diaper. AGM merupakan polimer yang mempunyai berat
molekul tinggi yang akan merubah menjadi gel bila mengalami hidrasi,
dan mampu menyerap urin 80 kali dari berat AGM. Penggunaan popok
ini mengakibatkan insidens diaper rash lebih rendah dan lesi lebih
ringan, bila dibandingkan dengan penggunaan popok yang digunakan
berulang. Pada penderita DPIP, popok sebaiknya diganti lebih sering,
minimal tiap dua jam pada siang hari dan sekali pada malam hari.
Daerah popok dibersihkan dengan aquous cream dan air, kemudian
dioleskan dengan salep pelindung seperti zinc oxide ointment atau
petrolatum setiap kali mengganti popok dan hindari pemakaian sabun,
dan celana karet. Zink oksida efektif mencegah dan mengobati diaper
rash. Salep pelindung sangat bermanfaat mengurangi kontak antara kulit
dengan urin dan feses. Pada tidewater dermatitis, bedak bayi yang
mengandung cornstarchdapat mengurangi kelembapan da gesekan kulit.
8/13/2019 Diaper Rash Referat Kecil
5/7
5
Baking soda dan boric acid, tidak boleh digunakan karena dapat
diabsorpsi dan menyebabkan kematian. Pengobatan yang paling cepat
adalah menghentikan penggunaan popok pada bayi yang mengalami
diaper rash, tetapi cara ini tidak terlalu praktis.(1,7,8)
b. Terapi spesifikDiaper rash sedang dan berat tidak akan mengalami perbaikan bila
hanya menggunakan krim pelindung. Pada keadaan tersebut, dianjurkan
penggunaan kortikosteroid topical potensi rendah dan krim pelindung.
Krim hidrokortison 1% digunakan dua kali sehari selama 3-5 hari. Bila
dicurigai terjadi superinfeksi dengan kandida dapat digunakan
klotrimazol 1% atau mikonazol 2%. Hidrokortison dan anti jamur
dioleskan bersamaan dua kali sehari pada saat mengganti popok,
kemudian dioleskan barier ointment di atasnya. Dapat pula digunakan
hidrokortison kuat sebab popok bersifat oklusif dan meningkatkan
absorpsi kortikosteroid yang dapat menimbulkan atrofi kulit dan
penekanaan kelenjar adrenal. Untuk terapi lanjutan dan pencegahan
digunakan nistatin, amphoterin B atau imidazol dalam bentuk powder. (1)
Pada diaper rashdengan infeksi Candida albicanssedang hingga
berat diberikan mupirocin 2%. Mupirocin 2% mengeradikasi Candida
albicans dalam waktu 2-6 hari. Pada diaper rash yang disertai infeksi
jamur saluran cerna, dianjurkan menambah nistatin oral 150.000 unit
tiga kali sehari. Neomisin sering menimbulkan sensitasi sehingga tidak
digunakan pada pengobatan diaper rash. Infeksi yang meliputi sebagian
tubuh kadang membutuhkan antibiotic sistemik. Pada infeksi
Staphylococcussebaiknya menggunakan sepalosporin generasi pertama,
dicloxacin atau amoxilin-clavunat dan sebaiknya menghindari
pemakaian eritromisin Preparat dari bahan dasar petroleum adalah
sangat efektif untuk meningkatkan fungsi sawar kulit walau pada bayi
prematur sekalipun. Obat-obatan yang dijual bebas hanya bisa digunakan
pada kasus-kasus tertentu. Obat-obatan yang mengandung antibiotik dan
anti jamur harus dengan resep dokter ahli anak.(1,9,10)
8/13/2019 Diaper Rash Referat Kecil
6/7
6
V. PROGNOSISDiaper Rashhampir selalu menunjukkan respon terhadap terapi yang
akan membaik bila pemakaian popok tidak terlalu lama. Kebanyakan kasus
sembuh setelah orang memperhatikan kebersihan popok. Banyak kasus
diaper rashyang sering terjadi berulang-ulang. Namun penyabab terjadinya
belum diketahui apakah berhubungan dengan suseptibilitas, pH, kandungan
amoniak atau kandungan alkali pada urin. (1,10)
VI. KESIMPULANDiaper Rash adalah penyakit yang ditandai erupsi inflamasi pada
daerah popok. Penyakit ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor
seperti urin, feses, gesekan antara kulit dan popok, air dan mikroorganisme.
Pada kasus ringan, biasanya hanya tampak eritem yang bila dibiarkan akan
mengelupas dan terjadi udem. Mungkin disertai vesikel dan bulla, bila
terjadi erosi akan menunjukkan gejala klinis yang eksematous dan
poidermik. Tujuan utama penatalaksanaan DPIP adalah mengurangi
kelembapan, karena itu yang paling penting adalah hygiene yang baik dan
menjaga daerah popok agar tetap bersih dan kering dengan cara mengganti
popok secara teratur dan menggunakan popok sekali pakai. Pencegahan
merupakan tindakan yang paling baik. Tujuannya adalah untuk mengurangi
kontak antara kulit dengan bahan iritan.
8/13/2019 Diaper Rash Referat Kecil
7/7
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Aminuddin, Dali. Diaper Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Makassar. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin;
2003.h.357-62
2. Kazzi, Antoine, A; Dib, Rania. Pediatr ic Diaper Rash. [online] 2009 [citied2012 Februari 20] Available from:
www.emedicine.medscape.com/article/801222-overview
3. Djuanda, Adhi; Hamzah Mochtar; Aisah, Siti. Edisi ke-4. Ilmu PenyakitKulit dan Kelamin. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2005.h.108
4. Shin, T, Helen. Diaper Dermati tis that does not quit .Dermatologic Therapy,Vol. 18. Backwell Publishing, Inc; 2005.p.125-9
5. Atherton D.J., Gennery A.R., Cant A.J. The Neonate. In: Burns T., BreathnachS., Cox N., editors. Rooks Textbook of DermatologyVol. I, 7thEd. Oxford:
Blackwell Publishing Company; 2004. Page 14.23-14.27
6. Arnold, L, Harry; Odom, B, Richard; James, D, William. Edisi ke-8.Andrews Disease of the Skin: Clinical Dermatology. Philadelphia: W.B.
Saunders Company. 1990. p.76
7. Schachner, A, Lawrence; Hansen, C, Ronald. Edisi ke-2. PediatricDermatology.New York: Churchill Livingstone: 1985. p.705
8. Gupta, K, Aditya: Skine, R, Alayne, Management of Diaper Dermatitis.International Journal of Dermatology [online] 2003 [cited 2012 Februari 20]:
Volume 43, Available from:www.wileyinterscience.com
9. Adam, Ralf. Skin Care of the Diaper Area. Pediatric Dermatology [online]2008 [cited 2012 Februari 20]: Volume 25 No. 4. Available from:
www.wileyinterscience.com
10.Pediatric in review. Rasmussen, E, James. Diaper Dermatitis. [online] 1984.[cited 2012 Fabruari 20] Available from:www.pedsinreview.aapblications.org
http://www.emedicine.medscape.com/article/801222-overviewhttp://www.emedicine.medscape.com/article/801222-overviewhttp://www.wileyinterscience.com/http://www.wileyinterscience.com/http://www.wileyinterscience.com/http://www.wileyinterscience.com/http://www.wileyinterscience.com/http://www.pedsinreview.aapblications.org/http://www.pedsinreview.aapblications.org/http://www.pedsinreview.aapblications.org/http://www.pedsinreview.aapblications.org/http://www.wileyinterscience.com/http://www.wileyinterscience.com/http://www.emedicine.medscape.com/article/801222-overviewTop Related