8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
1/22
Case Report Session Rotasi II
OSTEOARTHRITIS
Oleh :
Hasra Mukhlisan
0910312117
Preseptor :
dr. Sandra Yelli
.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS SEBERANG PADANG
PADANG
2014
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
2/22
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
3/22
maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari
oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas
mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoarthritis primer lebih
sering ditemukan dibanding OA sekunder. 1,2,3
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan yang
tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat
bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme
kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum
jelas diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi
multifaktorial antara lain karena faktor umur, stres mekanik atau penggunaan sendi
yang berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik, humoral dan faktor kebudayaan.
Jejas mekanis dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting yang merangsang
terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan
sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan
nyeri. Osteoarthritis ditandai dengan fase hipotrofi kartilago yang berhubungan
dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh kondrosit
sebagai kompensasi perbaikan ( repair ). Osteoarthritis terjadi sebagai hasil kombinasi
antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. 1,2
Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi dapat melakukan
perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi
matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu
polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel.
Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensintesis asam deoksiribonukleat (DNA)
dan protein seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan
adalah insuline-like growth factor (IGF-1), growth hormone, transforming growth
factor (TGF- ) dan coloni stimulating factors (CSFs). Faktor pertumbuhan seperti
IGF-1 memegang peranan penting dalam proses perbaikan rawan sendi. Pada keadaan
inflamasi, sel menjadi kurang sensitif terhadap efek IGF-1. 1,2
Faktor pertumbuhan TGF- mempunyai efek multipel pada matriks kartilago
yaitu merangsang sintesis kolagen dan proteoglikan serta menekan stromelisin, yaitu
enzim yang mendegradasi proteoglikan, meningkatkan produksi prostaglandin E 2
(PGE 2) dan melawan efek inhibisi sintesis PGE 2 oleh interleukin-1 (IL1). Hormon
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
4/22
lain yang mempengaruhi sintesis komponen kartilago adalah testosteron, -estradiol,
platelet derivat growth factor (PDGF), fibroblast growth factor dan kalsitonin. 1,2
Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme
rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu
respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi. Rerata perbandingan antara sintesis
dan pemecahan matriks rawan sendi pada pasien OA kenyataannya lebih rendah
dibanding normal yaitu 0,29 dibanding 1. 1,2
Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas
fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya
penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkhondral yang
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkhondral tersebut. Ini
mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin
yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkhondral yang diketahui
mengandung ujung serabut saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.
Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi
seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendo
atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan.
Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan
radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena
intramedular akibat statis vena intermedular karena proses remodelling pada trabekula
dan subkhondrial. 1,2
Peran makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang
oleh jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan
memproduksi sitokin aktivator plasminogen (PA) yang disebut katabolin. Sitokin
tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF- dan , dan interferon (IFN) dan . Sitokin-
sitokin ini akan merangsang kondrosit melalui reseptor permukaan spesifik untuk
memproduksi CSFs yang sebaliknya akan mempengaruhi monosit dan PA untuk
mendegradasi rawan sendi secara langsung. Pasien OA mempunyai kadar PA yang
tinggi pada cairan sendinya. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks rawan
sendi. 1,2
Interlekuin-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi, yaitu
meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi, yaitu stromelisin dan
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
5/22
kolagenosa, menghambat proses sintesis dan perbaikan normal kondrosit. Pada
percobaan binatang ternyata pemberian human recombinant IL-1a sebesar 0,01 ng
dapat menghambat sintesis glukoaminoglikan sebanyak 50% pada hewan normal.
Khondrosit pasien OA mempunyai reseptor IL-1 2 kali lipat lebih banyak dibanding
individu normal dan khondrosit sendiri dapat memproduksi IL-1 secara lokal. 1,2
Faktor pertumbuhan dan sitokin tampaknya mempunyai pengaruh yang
berlawanan selama perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi
komponen matriks rawan sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan merangsang sintesis,
padahal IGF-1 pasien OA lebih rendah dibandingkan individu normal pada umur yang
sama. Percobaan pada kelinci membuktikan bahwa puncak aktivitas sintesis terjadi
setelah 10 hari perangsangan dan kembali normal setelah 3 4 minggu. 1,2
1.3. Faktor-faktor Risiko Osteoarthritis
Untuk penyakit dengan penyebab yang tak jelas, istilah faktor risiko (faktor
yang meningkatkan risiko penyakit) adalah lebih tepat. Secara garis besar faktor
risiko untuk timbulnya OA (primer) adalah seperti di bawah ini. Harus diingat bahwa
masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera, dan persentase gangguan yang
berbeda, sehingga peran faktor-faktor risiko tersebut untuk masing-masing OA
tertentu berbeda. Dengan melihat faktor-faktor risiko in, maka sebenarnya semua OA
individu dapat dipandang sebagai: 1,2
Faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata Faktor-faktor yang menyebabkan beban biomekanis tak normal pada sendi-
sendi tertentu.
Kegemukan, faktor genetik, dan jenis kelamin adalah faktor risiko umum yang
penting. 1,2
1.3.1. Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
OA hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada usia di bawah 40 tahun, dan
sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat
ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan perubahan
pada OA. 1-4
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
6/22
1.3.2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih
sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara keseluruhan, di bawah
45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi di atas 50 tahun
(setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA. 1-4
1.3.3. Suku Bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbadaan
di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih jarang di antara
orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada
orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan. 1-4
1.3.4. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari
seorang wanit dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden)
terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak
perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang sendi seperti
kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi). 1-4
1.3.5. Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk
timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya
berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan OA
sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu, di samping faktor mekanis
yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik danhormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
7/22
antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi. Pasien-
pasien osteoarthritis ternyata mempunyai risiko penyakit jantung koroner dan
hipertensi yang lebih tinggi daripada orang tanpa osteoarthritis. 1-4
1.3.6. Cedera Sendi, Pekerjaan, dan Olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
(misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan risiko OA
tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera
sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang
berulang pada timbulnya OA masih menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu
dapat menjadi predisposisi OA cedera traumatik (misalnya robekan meniskus,
ketidakstabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi, selain cedera yang
nyata, hasil-hasil penelitian tak menyokong pemakaian yang berlebihan sebagai suatu
faktor untuk timbulnya OA. Meskipun demikian, beban benturan yang berulang dapat
menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi
OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA. 1-4
1.3.7. Kelainan Pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan
dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia
muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-
laki dan ras tertentu. 1-4
1.3.8. Faktor-faktor Lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko terjadinya
OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang lebih padat (keras) tak membantu
mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih
tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang
lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA. Merokok dilaporkan
menjadi faktor yang melindungi untuk timbulnya OA, walaupun mekanismenya
belum jelas. 1-4
1.3.9. Faktor-faktor untuk Timbulnya Keluhan
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
8/22
Bagaimana timbul rasa nyeri pada OA sampai sekarang masih belum jelas.
Demikian juga faktor-faktor apa yang membedakan OA radiografik saja
(asimptomatik) dan OA simptomatik masih belum diketahui. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita dan orang yang gemuk cenderung lebih sering
mempunyai keluhan daripada orang-orang dengan perubahan yang lebih ringan.
Faktor-faktor lain yang diduga meningkatkan timbulnya keluhan adalah hipertensi,
merokok, kulit putih, dan psikologis yang tak baik. 1-4
1.4. Sendi-sendi yang Terkena
Adanya predileksi OA pada sendi-sendi tertentu (karpometakarpal I,
metatarsofalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang, lutut, dan paha) adalah nyata
sekali. Sebagai perbandingan, OA siku, pergelangan tangan, glenohumeral, atau
pergelangan kaki jarang sekali dan terutama terbatas pada orang tua. Distribusi yang
selektif seperti itu sampai sekarang masih sulit dijelaskan. Salah satu teori
mengatakan bahwa sendi-sendi yang sering terkena OA adalah sendi-sendi yang
paling akhir mengalami perubahan-perubahan evolusi, khususnya dalam kaitan
dengan gerakan mencengkram dan berdiri dua kaki. Sendi-sendi tersebut mungkin
mempunyai rancang bangun yang sub optimal untuk gerakan-gerakan yang mereka
lakukan, mempunyai cadangan mekanis yang tak mencukupi, dan dengan demikian
lebih sering gagal daripada sendi-sendi yang sudah mengalami adaptasi lebih
lama. 1,2,3
1.5. Riwayat Penyakit
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah
berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan. 1,2,3
1.5.1. Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke
dokter (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya).
Nyeri baisanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain. Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau
akibat radikulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
9/22
menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang
biasa disebut dengan claudicatio intermitten .1,2,3
1.5.2. Hambatan Gerakan Sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri. 1,2,3
1.5.3. Kaku Pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas,
seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah
bangun tidur. Kekakuan ini biasanya hanya bertahan selama beberapa menit, bila
dibandingkan dengan kekakuan sendi dipagi hari yang disebabkan oleh rheumatoid
arthritis yang terjadi lebih lama yaitu lebih dari 1 jam. 1,2,3
1.5.4. Krepitasi
Rasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. 1,2,3
1.5.5. Pembesaran Sendi (Deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di
lutut atau tangan) secara perlahan-lahan membesar. 1,2,3
1.6. Pemeriksaan Fisik
1.6.1. Hambatan Gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini
(secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit,
sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat
konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu gerakan saja). 1,2,3
1.6.2. Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat
terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. 1,2,3
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
10/22
1.6.3. Pembengkakan Sendi yang Seringkali Asimetris
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak (
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
11/22
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
12/22
Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya
pada satu sendi
Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan)
pada salah satu sendi secara terus menerus sekurang-kurangnyaselama 6 minggu
Pembengkakan pada seurang-kurangnya salah satu sendi Pembengkakan sendi yang bersifat simetris Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah ekstensor Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis reumatoid Uji aglutinasi faktor reumatoid
Pengendapan cairan musin yang jelek Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia Gambaran histologik yang khas pada nodul
Berdasarkan kriteria ini maka disebut:
Klasik, bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya 6 minggu
Definitif, bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya 6 minggu Kemungkinan reumatoid, bila terdapat 3 kriteria dan sudah
berlangsung sekurang-kurangnya 4 minggu
Artritis psoriatik
Artritis psoriatik mengenai bagian distal jari tangan berupa artritis erosif yang
menyebabkan destruksi tanpa adanya osteofit. 3
Artritis gout
Pada artritis gout biasanya bersifat poli-artritis kronik disertai dengan benjolan berupa tofus dan pada pemeriksaan radiologis terlihat adanya destruksi peri-
artikuler. 3
Artritis tuberkulosa 3
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
13/22
1.10. Pengelolaan
1.10.1. Penerangan
Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk
tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah,
serta persendiannya tetapi dapat dipakai. 1,2,3
1.10.2. Terapi Fisik dan Rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit. 1,2,3
1.10.3. Penurunan Berat Badan
Berat badan yang berlebih ternyata merupakan faktor yang akan memperberat
penyakit OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan.
Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila
mungkin mendekati berat badan ideal. 1,2,3
1.11. Terapi Farmakologis
1.11.1. Analgesik Oral Non Opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya,
terutama dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-
obatan yang dijual bebas yang mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien
mengetahui hal ini dari iklan pada media masa, baik cetak (koran), radio, maupun
televisi. 1-4
1.11.2. Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak
sekali yang dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini,
sebelum memakai oabt-obatan peroral lainnya. 1-4
1.11.3. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Apabila dengan cara-cara tersebut di atas tidak berhasil, pada umumnya pasien
mulai datang ke dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS,
oleh karena obat golongan ini di samping mempunyai efek analgetik juga mempunyaiefek anti inflamasi. Oleh karena pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
14/22
obat-obatan jenis ini harus sangat berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek
sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, di samping itu
pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus dilakukan. 1-4
1.11.4. Chondroprotective Agent
Yang dimaksudkan dengan Chondroprotective Agent adalah obat-obatan yang dapat
menjaga atau merangsang perbaikan ( repair ) tulang rawan sendi pada pasien OA.
Sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting Anti
Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs
(DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk ke dalam golongan obat ini adalah:
tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosamonoglikan, vitamin C,
superoxide desmutase, dan sebagainya. 1,2
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat kerja
enzim MMP dengan cara menghambatnya. Salah satu contoh adalah
doxycycline, sayangnya obat ini baru dipakai pada hewan dan belum dipakai
pada manusia. 1,2
Asam hialuronat, disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah satu
manfaat obat ini adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial, obat ini
diberikan secara intra artikular. Asam hialuronat ternyata memegang peranan
penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan
proteoglikan. Di samping itu pada binatang percobaan, asam hialuronat dapat
mengurangi inflamasi pada sinovium, menghambat angiogenesis dan
khemotaksis sel-sel inflamasi. 1,2
Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam
proses degradasi tulang rawan, antara lain: hialuronidase, protease, elastase,
dan cathepsin B1 in vitro dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam
hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia. 1,2
Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok
vertebrata, dan terutama terdapat pada matriks ekstraseluler sekeliling sel.
Salah satu jaringan yang mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan
sendi dan zat ini merupakan bagian dari proteoglikan. 1,2
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
15/22
Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas enzim
lisozim. Pada pengamatan ternyata vitamin C mempunyai manfaat dalam
terapi OA. 1,2
Superoxide dismutase, dapat dijumpai pada setiap sel mamalia danmempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxil
radicals .1,2
Steroid intra artikuler, pada penyakit arthritis reumatoid menunjukkan hasil
yang baik. Kejadian inflamasi kadang-kadang dijumpai pada pasien OA, oleh
karena ini kortikosteroid intra artikuler telah dipakai dan mampu mengurangi
rasa sakit, walaupun hanya dalam waktu yang singkat. Penelitian selanjutnya
tidak menunjukkan keuntungan yang nyata pada pasien OA, sehingga
pemakaiannya dalam hal ini masih kontroversial. 1,2
1.12. Terapi Bedah
Tindakan operasi dilakukan apabila: 3
Nyeri yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan lokal Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas pada sendi Adanya kerusakan sendi pada tingkat lanjut Untuk mengkoreksi beban pada sendi agar distribusi terbagi sama rata.
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
16/22
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny. Z/perempuan/57 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Ibu Rumah Tangga/Tamat SD
c. Alamat : Muaro
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 5 orang
c. Status ekonomi keluarga :
Mampu, Penghasilan anak pasien dan menantu Rp5.000.000,00/bulan
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah : Rumah permanen milik sendiri, satu tingkat, terdiri dari 4 kamar tidur,
lantai keramik
Pekarangan cukup luas Listrik ada Sumber air: PDAM, air minum: galon isi ulang Jamban ada 1 buah, di dalam rumah Sampah dijemput oleh petugas setiap hari
Kesan : hygiene dan sanitasi baik.
3. Kondisi lingkungan keluarga Pasien tinggal bersama suami, anak perempuannya, dan menantu, serta
kedua orang cucu.
Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk.
4. Aspek psikologis keluarga Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain baik. Faktor stress dalam keluarga tidak ada.
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
17/22
5. Keluhan Utama
Nyeri pada lutut kanan yang hilang timbul sejak 2 hari yang lalu.
6. Riwayat Penyakit Sekarang Nyeri pada lutut kanan yang hilang timbul sejak 2 hari yang lalu. Nyeri
terutama dirasakan setelah pasien beraktivitas seperti menaiki tangga
atau berjalan cukup jauh. Nyeri berlangsung selama 30 menit, tidak
menjalar, dan berkurang dengan istirahat. Pasien belum mendapatkan
pengobatan untuk sakitnya kali ini.
Selain nyeri, pasien juga sering merasa kaku terutama pada pagi hari
kira-kira selama 5 menit dan hilang saat pasien sudah menggerak-
gerakkan lutut kanannya.
Nyeri sudah dirasakan sejak 6 tahun yang lalu, nyeri hilang timbul
dan bergantian di lutut kiri dan kanan, awalnya nyeri terasa ringan dan
berangsur-angsur menjadi lebih nyeri dalam 1 tahun ini.
Keadaan ini membuat pasien sulit berjalan sehingga pasien
menggunakan tongkat.
Merah dan panas pada sendi yang nyeri tidak ada. Riwayat kesemutan pada kaki tidak ada. Aktivitas berat sehari-hari tidak ada, pasien hanya sering di rumah dan
melakukan pekerjaan rumah sehari-hari.
7. Riwayat Penyakit Dahulu/Penyakit Keluarga Pasien sudah mengalami penyakit seperti ini selama 6 tahun terakhir,
hilang timbul, dan pasien sudah mendapatkan pengobatan sebelumnya
untuk penyakitnya ini.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien.
Riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan ginjal tidak ada. Riwayat sakit maag tidak ada.
8. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Nadi : 84 kali/menit
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
18/22
Nafas : 20 kali/menit
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : afebris
BB : 80 kg
TB : 163 cm
Status gizi : Baik, BMI: 26,1
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing-/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung murni, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Anggota gerak :
Refleks fisiologis ++/++, refleks patologis -/-, oedem -/-, hipotrofi -/-
Tungkai kanan (lutut):
pergerakan terbatas, nyeri tekan (-), bengkak (-), kemerahan(-), panas
(-)
Tungkai kiri : dalam batas normal
Jari-jari tangan dan kaki dalam batas normal.
9. Laboratorium
10. Pemeriksaan Anjuran Rontgen genu dekstra AP-lateral
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
19/22
11. Diagnosis kerja
Osteoarthritis genu dekstra
12. Diagnosis banding
Rheumatoid arthritis
13. Manajemen
Preventif :
Menjaga berat badan agar tetap ideal dan menghindari berat badan
yang berlebihan, karena berat badan yang berlebih dapat memperburuk
penyakit.
Berhati-hati agar tidak terjatuh, karena cedera dapat memperburuk
penyakit.
Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari
seperti jangan menaiki tangga.
Promotif :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya, yaitu
osteoarthritis yang disebabkan oleh proses penuaan dimana terjadi
kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut, terutama pada sendi besar yangmenanggung beban tubuh.
Mengedukasi keluarga pasien agar lingkungan sekitar pasien dijaga
untuk melindungi pasien dari cedera, misalnya kerapian rumah dan
lantai supaya tidak licin.
Jelaskan kepada pasien untuk mengistirahatkan dan menghindari
aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Mengedukasi keluarga pasien untuk memberi motivasi kepada pasien,misalnya untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari dan memberi pasien dorongan untuk berobat.
Kuratif :
Piroksikam tablet 10 mg diminum 1 x 1 tablet sehari setelah makan Bioneuron diminum 1 x 1 tablet sehari setelah makan Ranitidin tablet 150 mg diminum 2 x 1 tablet sehari sebelum makan
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
20/22
Rehabilitatif :
Kontrol teratur ke Puskesmas, datang kembali ke Puskesmas jika obat
telah habis namun lutut masih nyeri.
Istirahat yang cukup 6 jam per hari dan kurangi aktivitas yang
berlebihan pada sendi yang sakit.
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
21/22
Dinas Kesehatan Kodya PadangPuskesmas Seberang Padang
Dokter : Hasra Mukhlisan
Tanggal : 27 November 2014
R/ Piroxicam tab 10 mg No. V
S 1 dd tab 1
R/ Bioneuron No. V
S 1 dd tab 1
R/ Ranitidin tab 150 mg No X
S 2 dd tab 1
Pro : Ny. ZUmur : 57 tahun
8/10/2019 Case Report Session Rotasi II - Osteoarthritis
22/22
DAFTAR PUSTAKA
1. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrisons
manual of medicine 15th ed. Boston: McGraw-Hill, 2002.
2. Setyohadi, Bambang, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta;
PAPDI. 2004.
3. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar Ilmu
Bedah Ortopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue, 2007.
4. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI, 1999.
Top Related