5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
1/30
www.indeks-penerbit.com
PT INDEKS
Permata Puri Media Jl. Topaz Raya Blok C2 No. 16Kembangan Jakarta Barat 11610
Telp: 021-58350047; Faks: 021-58350365email: [email protected]
www.indeks-penerbit.com
Buku Baru 2013
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
2/30
2 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 3Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
Setelah 10 tahun berdirinya Indeks, kami telah siap untuk memperluas bidang
penerbitan di tahun-tahun mendatang. Dengan diterbitkannya buletin ini, maka
kami ingin menampilkan ide-ide baru dalam pendidikan, maupun informasi buku
baru dari Penerbit Indeks dan Akademia. Kami telah bertekad untuk menuju se-
buah penerbitan profesional, di mana Indeks tidak hanya menerbitkan buku umum
yang menghibur, kami juga ingin menyajikan buku-buku yang informatif, imajina-
tif, kreatif dan bermakna.
Fokus Indeks pada tahun mendatang adalah melayani kebutuhan informasi dan
ilmu bagi pendidik (orangtua, pembuat kebijakan pendidikan, guru, kepala seko-
lah dll), para profesional (akuntan, dokter, perawat, arsitek, manajer, entrepreneur,
musisi, seniman dll). Oleh karena itu kami telah menerbitkan buku-buku bestsellers
misalnya terjemahan dari seri buku dari Eric Jensen, Martha Kaufeldt, LouAnn John-
son, Oliver Sacks serta buku-buku dari penulis lokal terkenal misalnya Prof. Dr.
Conny Semiawan, Wijaya Kusumah, Dr. Yuliani, Drs.Thomas Sumarsan, Gantina
M.Psi, Dr. Pono dll.
Indeks akan tetap menyumbangkan kepada masyarakat, dengan terjemahan buku-
buku terlaris di tahun mendatang. Di antaranya adalah seri Pendidikan Keberbakat-an dan Talenta, seri buku IFRS yang baru diterapkan di Indonesia, seri kamus saku,
serta buku sains dan matematika yang akan meningkat kan minat anak-anak dan
mahasiswa dalam bidang sains dan teknologi. Kami juga mempersiapkan buku-
buku panduan bagi guru untuk mendukung perubahan kurikulum Kemendiknas
yang akan diterapkan mulai tahun 2013.
Besar harapan kami bahwa dengan ilmu dan sumber daya yang dimiliki Indonesia,
negara ini akan tumbuh menjadi negara yang besar di masa mendatang.
Salam,
Anton Waldemar
FounderPenerbit Indeks
Daftar IsiPengantar 2
Daftar Isi 3
ARTIKELBambang Sarwiji, S.E.
Pendidikan dan Pembangunan Manusia Indonesia 4
Daniel Willingham & David Daniel (ASCD)Mengajarkan Apa yang Umum Dimiliki Siswa 9
Eric JensenMemahami Pembelajaran Berbasis Cara Kerja Otak 16
Eric JensenPengajaran dan Pembelajaran Berbasis Cara Kerja Otak:10 Tips Paling Efektif 24
Wijaya Kusumah, M.Pd.Menjaga Sekolah Agar Tetap Unggul 32
Thomas Sumarsan, S.E. M.M.Semua Orang Dilahirkan Sebagai Individu yang Cerdasdan menjadi Juara atau Pemenang 37
INFORMASI BUKU
Seni dan Ilmu Pengajaran 40
Kecerdasan Multipel di dalam Kelas 41
Jawaban untuk Pertanyaan Sains 42
Mengapa Harus Belajar dengan Cerdas? 43
Manajemen dalam Pembelajaran 44
Cara-Cara Terbaik untuk Mengajar Reading 45
Anaesthesia on the Move 46
Hubungan Autentik 47
Pria yang Salah mengira Istrinya Sebagai Topi 48
Perpajakan Indonesia Edisi 3 49
Pengantar Bisnis 50
Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah 51
Panduan Lengkap Pekerjaan Sekretaris 52
Ekonomi Publik 53
Daftar Harga Buku 2012 - 2013 54
Pengantar
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
3/30
4 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 5Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
BAMBANGSARWIJI
Pendidikan dan Pembangunan Manusia Indonesia
Oleh: Bambang Sarwiji, S.E.Chief Editor Penerbit Indeks Jakarta
Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah proses pemberian pengalaman melalui pengajaran dan pembe-
lajaran yang berdampak membentuk pola pikir, pola perasaan, dan pola tindakan
individu atau kelompok. Yang termasuk pengalaman pendidikan adalah ilmu pe-
ngetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan nilai-nilai masyarakat.
Pada umumnya pendidikan dilakukan melalui sistem persekolahan dengan
menggunakan kurikulum yang telah ditentukan sebelumnya untuk tiap-tiap disiplin
akademis. Sasaran sistem persekolahaan adalah mengajar siswa cara berpikir, yangmeliputi (1) cara menggunakan nalar untuk bertanya tentang hal-hal filosofis, (2)
cara menyusun pertanyaan dan menerapkan metode ilmiah, (3) cara menggali in-
telektualitas, dan (4) cara mencipta pelaku perubahan masyarakat yang positif.
Kurikulum adalah serangkaian pengajaran beserta isinya pada berbagai disiplin
akademis yang ditawarkan di sekolah dan perguruan tinggi. Kurikulum bersifatpre-
scriptive(resep yang harus ditaati) dan disusun berdasar silabus umum yang merinci
apa saja topik yang harus diajarkan, dan hingga taraf mana topik itu harus dikuasai.
Disiplin akademis adalah cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan secara for-
mal di sekolah atau perguruan tinggi. Tiap-tiap disiplin biasanya memiliki sub-di-
siplin atau cabang keilmuan. Contoh disiplin ilmu yang luas adalah matematika,
ilmu komputer, ilmu alam, ilmu sosial, humaniora, dan sains terapan.
Jenjang Pendidikan dan Apa Penekanannya
Jenjang pendidikan biasanya meliputi (1) prasekolah, (2) sekolah dasar, (3) sekolah
lanjutan, (4) pendidikan tinggi.
PENDIDIKAN PRASEKOLAH Prasekolah adalah istilah untuk menyebut seko-
lah bagi anak-anak yang belum cukup umur untuk masuk ke TK, biasanya umur 0
5 tahun. Pendidikan prasekolah mengajarkan dasar-dasar perkembangan yang se-
hat dan pembelajaran seumur hidup, yang berupa anak harus dipenuhi kebutuhan-nya terkait (1) kesuksesan dan kebermaknaan; (2) kesenangan dan kegembiraan; (3)
kebebasan berpendapat atau bertindak dan kebebasan memilih alternatif; dan (4)
rasa menjadi anggota kelompok, hormat-menghormati, sayang-menyayangi.
Pada pendidikan prasekolah, anak masih bergantung sepenuhnya pada guru
untuk memeroleh pengetahuan. Pembelajaran pada tahap ini menuntut pengem-
bangan pengetahuan tentang fakta, keterampilan, dan pelatihan. Anak-anak
mencerna pengetahuan dari guru melalui panca inderanya. Pemerolehan penge-
tahuan dilakukan melalui sejumlah kecerdasan: (1) visual/spatial (penglihatan 2
dan 3 dimensi), (2) musical/ritmic(irama musik), (3) bodily kinestetic(olah gerak
tubuh). Pembelajaran melalui tiga kecerdasan tersebut menuntut guru melakukan:
(1) demonstrasi, (2) manipulasi, (3) pengamatan, (4) pengukuran, (5) modifikasi
perilaku ke arah tertentu, dan (6) mendorong anak agar tidak membedakan antarabelajar dan bersenang-senang.
Bidang perkembangan yang diajarkan pada pendidikan prasekolah bervariasi
dari negara ke negara, tetapi biasanya mencakup: (1) perkembangan pribadi, sosial,
ekonomi, dan emosi; (2) perkembangan komunikasi, yang mencakup pemahaman
akan bahasa tanda, berbicara, dan menyimak; (3) pengetahuan dan pemahaman
akan dunia; (4) perkembangan kreativitas dan estetika; (5) kesadaran dan perkem-
bangan matematika; (6) perkembangan dan kesehatan fisik; (7) bermain; (8) kerja
tim; (9) keterampilan bantuan-diri; (10) keterampilan sosial; (11) pemikiran ilmiah;
(12) seni kreasi dan sastra sederhana.
PENDIDIKAN DASAR Pendidikan dasar umumnya berupa pendidikan sela-
ma enam tahun yang dimulai ketika anak berumur 5 atau 6 tahun. Sasaran utama
pendidikan dasar adalah memeroleh kemampuan dasar pada bidang huruf dan
angka,yang disertai dengan pembentukan fondasi sains, matematika, geografi, se-
jarah, dan sains sosial lain.
Pendidikan dasar biasanya diselenggarakan di dalam kelas. Di situ siswa duduk
berjajar lurus ke depan dari pagi hingga tengah hari, dari kelas 1 hingga kelas
6, dan akhirnya pindah ke pendidikan menengah. Tiap-tiap kelas diajar oleh satu
orang guru yang mengajar hampir semua mata pelajaran. Siswa biasanya keluar
ruang kelas untuk mengikuti pelajaran musik dan olahraga, yang dipimpin oleh
guru non-kelas.
SEKOLAH MENENGAH Tidak ada batasan yang pasti untuk memisahkan an-tara pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Tetapi, biasanya sekolah mene-
ngah dimulai ketika anak berusia 11 atau 12 tahun. Pendikan menengah kadang-
kadang dibagi menjadi dua bagian, dan bagian kedua dimulai ketika anak berusia
sekitar 14 tahun. Di Indonesia, sekolah menengah pertama (tiga tahun pada bagian
pertama) merupakan bagian dari program wajib belajar sembilan tahun. Adapun
bagian kedua pendidikan menengah di Indonesia berupa SMA atau SMK.
Tujuan pendidikan menengah adalah memberikan pengetahuan umum untuk
menyiapkan diri masuk ke pendidikan tinggi atau ke profesi tertentu.
PENDIDIKAN TINGGI Sebagian lulusan pendidikan menengah melanjutkan
belajar ke pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi meliputi: (1) undergraduate atau S1,(2)graduateatau S2, (3) post-graduateatau S3, dan (4) pendidikan dan pelatihan
vokasi (mis. pendidikan dokter spesialis). Pendidikan tinggi biasanya dicirikan de-
ngan kegiatan: (1) pengajaran, (2) riset, (3) karya terapan (mis. kedokteran), dan (4)
pelayanan sosial.
Lulusan perguruan tinggi penting bagi penyediaan tenaga terdidik dan terlatih
yang berguna untuk pembangunan bangsa. Perlu diketahui, pembangunan bangsa
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
4/30
6 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 7Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
dilakukan dengan memanfaatkan sains dan teknologi dan dilakukan oleh orang
yang terdidik dan terlatih. Pendidikan tinggi yang diselenggaran secara efektif dan
efisien akan mampu memasok orang yang terdidik dan terlatih ini.
Pendidikan dan HDI Indonesia
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) biasanya diukur dengan mutu pendidik-
an, kesehatan, dan penghasilan yang dicapai masyarakat di negara bersangkutan.
Ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan kemajuan pembangunan
SDM antar-negara adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development
Index, HDI).
HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) Alat ukur ini dipakai oleh UNDP
untuk melihat pembangunan yang dicapai oleh sejumlah negara. HDI memering-
kat prestasi sejumlah negara berdasarkan penghasilan, pendidikan, dan kesehatan.
HDI merupakan penyempurnaan dari alat ukur pendapatan per kapita.
Menurut data HDI per November 2011, kemajuan pembangunan SDM Indone-
sia ada di peringkat 124 dari 187 negara yang disurvei. Perhatikan Tabel 1 dan 2.
Tabel 1.Peringkat HDI Negara ASEAN
Negara ASEAN Peringkat HDI
Singapura 26
Brunei Darussalam 33
Malaysia 61
Thailand 103
Filipina 112
Indonesia 124
Vietnam 128
Laos 138
Kamboja 139
Timor Leste 147
Myanmar 149
Tabel 2.Peringkat HDI Negara Paling Maju
Negara Paling Maju Peringkat HDI
Norwegia 1
Australia 2
Belanda 3
AS 4
Selandia Baru 5
Irlandia 7
Liechtenstein 8
Swedia 10
Swiss 11
Jepang 12
Hong Kong 13
Dari dua tabel tersebut dapat kita lihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia In-donesia masih belum menggembirakan. Ini berarti bahwa masih banyak PR yang
harus kita selesaikan untuk memajukan bidang pendidikan, kesehatan, dan pereko-
nomian.
Pendidikan Indonesia akan menjadi semakin maju jika ada kerja sama antar
pemangku kepentingan (stakeholders) pada bidang pendidikan. Pemerintah khusus-
nya Kemendiknas dan Kemenag, lembaga pendidikan negeri dan swasta, dan ma-
syarakat termasuk penerbit harus secara sinergis melakukan tugas masing-masing
secara baik untuk mencapai kemajuan bersama.
Untuk memajukan pendidikan, maka perlu ada perbaikan kurikulum, yang di-
ikuti dengan implementasi yang memadai pada jenjang SD, SMP, SMA/SMK, dan
perguruan tinggi. Pelatihan guru dan dosen menjadi unsur penentu kemajuan pen-
didikan.
Ketersediaan buku pelajaran, buku ajar, dan buku referensi yang bermutu tinggi
juga menjadi keharusan demi pencapaian kemajuan pendidikan Indonesia. Kami,
Penerbit Indeks, tentu ingin ikut serta memajukan pendidikan Indonesia dengan
memfasilitasi terbitnya buku ajar dan buku pendukung lain karya penulis global.
Selain itu, kami juga memfasilitasi terbitnya buku-buku bermutu karya anak bang-
sa. Kemitraan dengan sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga keilmuan lain selalu
kami upayakan demi terciptanya buku-buku berkualitas tinggi yang bermanfaat un-
tuk membangun manusia Indonesia.
Sekian tulisan kami. Salam Pendidikan.
BAMBANGSARWIJI BAMBANGSARWIJI
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
5/30
8 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 9Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
Referensi
Education.Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Education
Higher Education. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Higher_education
Human Development Index. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Human_De-
velopment_Index
Human Development Reports. Diakses dari http://hdr.undp.org/en/statistics/hdi/International Human Development Indicators. Diakses dari http://hdr.undp.org/en/
statistics/
Preschool Education. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Preschool_educa-
tion
Primary education. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Primary_education
Secondary Education. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Secondary_educa-
tion
Mengajarkan Apa yang Umum Dimiliki Siswa
Oleh: Daniel Willingham & David Daniel (ASCD)Daniel Willinghamadalah profesor and direktur Program Pascasarjana,
Fakultas Psikologi, University of Virginia, Charlottesville.
David Danieladalah profesor psikologi,
James Madison University, Harrisonburg, Virginia.
ASCD (Association for Supervisor and Curiculum Development,
Asosiasi untuk Supervisi dan Pengembangan Kurikulum)
Penelitian memperlihatkan bahwa pengajaran yang digerakkan oleh karakteristik pembelajaran
yang sama dapat lebih efektif, daripada pengajaran yang berfokus pada perbedaan individu.
Ilmuwan dan penyair melihat dunia dengan cara yang berbeda. Ilmuwan berfokus
pada daya prediksi dan keteraturan; oleh karena itu mereka berminat ke bagaimana
entitas yang tampaknya berbeda melakukan hal yang sebenarnya sama. Penyair
lebih sering berminat ke individu, yang unik. Carl Linnaeus (ilmuwan biologi) me-
lihat kupu-kupu dan memikirkan cara yang menyamakan kupu-kupu itu dengan
serangga lain, bahkan hewan lain yang lebih mirip dengan kupu-kupu, sehingga
dapat saling tertukar dengan kupu-kupu pada spesies yang sama. Robert Frost (pe-
nyair) melihat kupu-kupu dan melihat sesuatu yang bernilai pada eleginya.
Dua perspektif tersebut memiliki nilai, tetapi dua tokoh tersebut menunjukkan
tantangan bagi pendidik: Bagaimana kita berpikir tentang individualitas para siswa?
Bagaimana Berpikir tentang Perbedaan
Pada satu sisi, jika kita berpikir seperti ilmuwan dan berfokus sepenuhnya pada apa
kesamaan para siswa, kita cenderung menamainya praktik terbaik yang kita ang-
gap dapat diterapkan ke semua siswa, dan dengan terlalu bersemangat menerapkan
praktik itu ke siswa yang jelas tidak mendapat manfaat dari praktik itu. Pada sisi
lain, jika kita berpikir seperti penyair dan berfokus sepenuhnya pada individualitas
siswa, kita tidak akan mendapat manfaat dari pengalaman masa lalu. Jika setiap
anak adalah benar-benar unik, maka ketika saya merenungkan cara mengajari Ti-
ffany saya tidak akan yakin bahwa dia akan mendapat manfaat dari metode yangtelah saya gunakan dengan sukses pada siswa lain.
Jika disodori dua ekstrem tersebut, orang sering berasumsi bahwa langkah yang
bijaksana terletak di tengah-tengahnya. Tetapi kita mengatakan bahwa kompromi
itu tidak terjadi di sini. Kita jangan mengimpikan adanya pembelajaran yang ber-
gantung pada seberapa unik dan seberapa sama, dan kemudian menentukan ti-
tik yang ke situlah kita anggap seluruh anak ditempatkan. Melainkan, kami me-
BAMBANGSARWIJI
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
6/30
10 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 11Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
nyarankan tiga kelompok perbedaan yang dapat diterapkan ke karakteristik yang
berbeda-beda pada anak.
Kelompok 1:Karakteristik yang semua siswa punya. Semua siswa benar-benar
memiliki sejumlah hal yang sama. Kenyataannya, akan mengherankan jika mere-
ka tidak memiliki kesamaan. Secara umum, kita tidak berharap manusia individu
akan berbeda secara radikal seperti cara perut berpartisipasi ke penyerapan makan-an atau jantung berkontribusi ke sirkulasi darah. Kemudian, mengapa tidak ada
kesamaan pada fitur dasar kognisi, perkembangan, emosi, dan motivasi?
Kelompok 2:Karakteristik yang berbeda-beda antar siswa, tetapi dapat diklasifi-
kasi. Sejumlah karakteristik yang sering berbeda antar siswa dapat menjadi kategori
penting yang dapat kita gunakan mengelompokkan individu. Ide ini menjadi inti
teori gaya belajar, yang bermuara pada adanya empat kategori gaya belajar yang
membagi semua siswa individu ke empat kelompok itu. Siswa di dalam kategori ter-
tentu agak sama, dan siswa pada kategori yang berbeda adalah kurang sama. Con-
toh lain pendekatan ini adalah pengkategorian siswa menurut tingkat kemampuan
atau minat mereka.Ide pengkategorian siswa terdengar agak kurang enak. Mengapa kita tidak mem-
perlakukan tiap-tiap anak sebagai individu? Kita ingin mengkategorikan anak de-
ngan alasan yang sama dengan cara kita mengkategorikan segala sesuatu apapun:
Pengkategorian memungkinkan kita menerapkan pengalaman kita. Anggaplah bah-
wa apel manapun yang saya lihat adalah unik; saya tidak pernah melihat apel ter-
tentu itu sebelumnya. Tetapi meskipun mengetahui keunikannya, saya dapat mengi-
dentifikasi sejumlah fitur yang memungkinkan saya dengan yakin menempatkannya
ke kategori apel, dan melakukan hal ini berarti bahwa saya mengatahui jauh lebih
banyak tentang apel: saya tahu ia memiliki biji di dalamnya, saya tahu bahwa ia
dapat dibuat pie yang lezat, dst.
Hal yang sama, jika saya mengkategorikan siswa sebagai memiliki gangguanspektrum autisme berdasar pada sejumlah fitur siswa itu yang dapat diamati, peng-
kategorian itu dapat menceritakan kepada saya sejumlah hal tentang siswa itu yang
menjadikan saya mampu mengajar dia dengan lebih efektif.
Karena itu pengkategorian memiliki sejumlah kelebihan, tetapi saya akan me-
lakukan pengkategorian itu di bawah kondisi spesifik tertentu. Siswa akan meraih
manfaat hanya jika: (1) kategori itu bermakna; yakni, anak di dalam kategori terten-
tu adalah lebih sama daripada dengan anak dari kategori berbeda; (2) Saya menge-
tahui mana fitur yang harus diberi perhatian sehingga saya dapat mengkategorikan
anak dengan sukses; dan (3) pembedaan yang ditarik berdasar kategori itu memiliki
makna di bidang pendidikan; yakni, rencana saya memperlakukan siswa secara
berbeda-beda berdasar kategori itu berarti, bahwa setiap orang pada tiap-tiap ka-
tegori belajar dengan lebih baik.
Kelompok 3: Karakteristik yang berbeda-beda antar siswa dan tidak dapat di-
klasifikasikan. Sejumlah karakteristik siswa ada sangat dalam di individu, dan guru
cenderung tidak menemukan cara yang bermanfaat untuk mengelompokkan siswa
berdasar karakteristik ini. Contohnya adalah pengalaman latar belakang siswa dan
kepribadian mereka. Apa yang harus dilakukan guru terkait kelompok 3 ini tampak
relatif kontroversial. Guru yang sukses segera mengetahui siswa mereka sebagai
individu memahami citarasa dan keanehan mereka.
Semua tiga kelompok perbedaan tersebut berpotensi penting bagi kesuksesan
pengajaran. Tetapi kami berpendapat bahwa pendidik harus memberikan perhatian
yang lebih besar ke kelompok pertamacara yang membuat semua siswa adalahsama. Bukti penelitian yang ada sangat mendukung pengetahuan kita tentang ciri
umum pikiran siswa (Pashler et al., 2007; Willingham, 2009), sedangkan bukti un-
tuk mengkategorikan siswa jauh kurang pasti.
Karakterisik Umum Siswa
Maka apa jenis karakteristik yang kita anggap dimiliki semua anak? Karakteristik
kognisi umumnya muncul dengan dua variasi: (1) hal yang diperlukan agar sistem
kognisi bekerja dengan efektif, dan (2) metode yang tampak berjalan baik untuk
membantu sebagian besar anak memenuhi kebutuhan tersebut. Mengindentifi-
kasi yang pertama agak mirip dengan menspesifikkan vitamin, mineral, dan un-
sur diet sehat lain; kita akan menyebut hal ini sebagai wajib ada. Mengidentifikasi
yang kedua adalah seperti menyarankan makanan yang tinggi unsur wajibnya dan
bagaimana cara memasukkan makanan ini ke diet kita; kita akan menyebut hal ini
sebagai sebaiknya ada.
Penunjukan ke kebutuhan kognisi (wajib ada), tidak berarti memaksakan metode
pedagogi atau rencana pelajaran tertentu (sebaiknya ada). Penunjukan kebutuhan
kognisi itu baru sekadar mendaftar protein sebagai esensial bagi pemeliharaan ke-
sehatan, contohnya, dan kita belum meresepkan mana makanan kaya protein yang
akan dihidangkan. Penunjukan kebutuhan kognisi itu baru merupakan resep yang
belum spesifik.Mari kita lihat sejumlah contoh karakteristik yang memengaruhi pembelajaran.
Wajib Ada
Pengetahuan fakta.Agr dapat berpikir kritis terhadap sains, sejarah, atau sastra, kita
memerlukan banyak pengetahuan bidang spesifik (Penner & Klahr, 1996). Contoh-
nya, salah satu keterampilan berpikir pada sains adalah mengenali pentingnya hasil
yang anomali. Hasil yang mengejutkan memberi tahu Anda ada hal yang harus
dipelajari pada data itu. Tetapi Anda jangan terkejut atas hasilnya ketika Anda be-
lum membuat prediksi, dan Anda memerlukan pengetahuan bidang spesifik untukmembuat prediksi.
Berikut contoh sederhananya. Andaikan guru menyusun demonstrasi untuk
menciptakan minat terhadap konsep apakah cairan dapat bercampur. Guru memin-
ta siswa mencampur air suling dan minyak zaitun. Kemudian dia meminta mereka
mencampur air suling (dengan pewarna makanan biru ke dalamnya) dan larutan
air-dan-garam (dengan pewarna makanan merah). Siswa tesebut mencatat bahwa
DANIELWILLINGHAM& DAVIDDANIEL DANIELWILLINGHAM& DAVIDDANIEL
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
7/30
12 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 13Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
DANIELWILLINGHAM& DAVIDDANIEL DANIELWILLINGHAM& DAVIDDANIEL
campuran pertama (air dan zaitun) dengan cepat terpisah menjadi dua lapisan yang
dapat dilihat, sedangkan campuran air-dan-garam tidak terpisah. Tetapi jika siswa
tidak tahu bahwa cairan dengan kepadatan berbeda akan terpisah, mereka tidak
akan sangat terkejut atau merasa aneh terhadap demonstrasi itu. Siswa tidak dapat
mengembangkan keterampilan berpikir yang terpisah dari bidang lain; mereka per-
lu mengembangkan keterampilan berpikir dan sekaligus memeroleh pengetahuan
bidang spesifik (Willingham, 2007).
Berlatih.Penting siswa berlatih sejumlah pengetahuan dan keterampilan hing-
ga mereka menjadi otomatis yang tersedia dengan segera dari memori, tanpa
menuntut sumber daya perhatian yang berharga (dan terbatas jumlahnya). Matema-
tikawan dan filsuf hebat Alfred North Whitehead (1911) membuat pendapat ini
sangat jelas dengan mencatat bahwa meskipun kita terdesak untuk membiasakan
memikirkan apa yang kita kerjakan, Yang terjadi adalah benar-benar sebaliknya.
Peradaban menjadi maju karena meluasnya jumlah operasi penting yang dapat kita
lakukan tanpa memikirkannya(p. 61). Contohnya, siswa harus mengetahui fakta
matematika secara otomatis sehingga tidak harus menghitung jumlah atau hasil
perhitungan sederhana tiap-tiap waktu perhitungan itu diperlukan pada pada soal
yang lebih besar (Hecht, 2002). Cara terbaik mendapatkan pengetahuan itu adalah
dengan mengerjakan latihan.
Umpan balik dari sumber yang banyak pengetahuan. Tanpa umpan balik, orang
tidak dapat membaik keterampilannya keterampilan berpikir, musik, atletik,
dan apapun. Kadang-kadang umpan balik tesebut menyatu dengan kinerja. Pela-
wak yang audiensnya melotot kagum atau justru pergi meninggalkan panggung
mendapatkan umpan balik yang jelas tentang aktingnya, dan siswa yang berusaha
memecahkan persamaan aljabar memiliki setidaknya sejumlan penyataan apakah
ia mencapai jawaban yang benar. Tetapi pada dua kasus tersebut, mengetahui bah-
wa hal tertentu tidak berjalan dengan baik adalah tidak sama dengan mengetahuibagaimana melakukan hal tertentu dengan lebih baik.
Ketika siswa memelajari keterampilan baru, seperti menulis paragraf yang baik
atau menganalisis domumen sejarah tertentu, mereka memerlukan orang yang le-
bih banyak pengetahuan untuk memberikan umpan balik. Semakin cepat umpan
balik itu diperoleh, semakin baik. Untuk satu hal, jika umpan balik muncul lama
setelah tugas tertentu selesai dilakukan, siswa mungkin telah kehilangan motivasi
atas tugas itu. Untuk hal lain, siswa mungkin melupakan proses berpikir yang lekat
ke tugas itu dan karena itu akan mengalami kesulitan untuk mengingat mengapa
pilihannya tampak sebagai ide yang bagus pada waktu itu.
Sebaiknya Ada
Mengatakan bahwa siswa harus memiliki pengetahuan fakta adalah sangat baik,
tetapi apa yang dapat dilakukan pendidik untuk mencapai sasaran ini? Sekali lagi,
berdasar karakteristik pembelajaran yang umum berlaku pada semua siswa, berikut
sejumlah hal yang sebaiknya dilakukan, yang sebagian besar akan membantu siswa
mendapatkan pengetahuan fakta yang wajib mereka miliki.
Distribusikan waktu belajar.Salah satu strategi untuk membuat pembelajaran
fakta lebih efektif adalah mendistribusikan waktu belajar. Yakni, jika pelajaran kelas
9 akan dilakukan total 60 menit di kelas dengan memelajari kosakata bahasa Ing-
gris, akan lebih baik untuk mendistribusikan 60 menit itu ke tiga sesi 20 menit padahari yang berbeda, bukannya menjejalkan semua 60 menit ke satu hari. Bahkan
yang lebih penting, siswa harus memelajari ulang materi ini beberapa minggu atau
bulan kemudian (Cepede, Pashler, Vul, Wixted, & Rohrer, 2006).
Berlatihlah untuk mengingat kembali fakta. Temuan laboratorium lain tentang
pembelajaran yang tampaknya dapat diterapkan dengan baik ke kelas adalah man-
faat menanyai diri sendiri. Kebenaran yang mengejutkan adalah menanyai ulang
memori seseorang sebagai upaya untuk menempatkan informasi tertentu adalah
cara yang unggul untuk memastikan, bahwa pengetahuan itu menjadi lekat secara
permanen di memori.
Andaikan masing-masing dari dua kelas sains memiliki tugas selama dua haritentang magnet. Pada hari ketiga, siswa pada kelas pertama mendengarkan guru
mengulas kembali prinsip yang diilustrasikan oleh tugas itu, sedangkan siswa di ke-
las kedua menjawab serangkaian pertanyaan yang mendorong mereka mengingat
sendiri prinsip itu. Maka kelas kedua akan mengingat prinsip itu dengan lebih baik.
Ini terjadi karena setelah sesuatu ada di memori, Anda lebih siap mengingat materi
itu daripada jika Anda memelajarinya kembali (Roediger & Butler, 2011).
Buat siklus di antara konkret dan abstrak.Berikut contoh akhir yang sebaiknya
dilakukan. Konsep abstrakseperti adaptasi pada biologi, variabel pada matema-
tika, atau ironi pada sastraadalah beberapa hal yang paling sulit untuk diajarkan.
Beberapa studi penelitian menunjukkan jalur paling baik untuk membantu siswa
memahami konsep sulit seperti itu. Jawabannya tidak menekankan pada abstrak
atau pada konkret, melainkan dengan mensikluskan ulang atau mengatur ulang
urutan di antara contoh konkret dan prinsip abstrak, dengan lebih menyukai banyak
contoh yang beragam (Kayuga, Chandler, Touvinen, & Sweller, 2001).
Contohnya, salah satu definisi abstrak tentang adaptasi adalah perubahan pada
organisme untuk membuatnya lebih sesuai dengan keadaan sehingga dapat hidup
dengan sukses di lingkungan tertentu. Guru dapat menawarkan beragam contoh.
Fitur tubuh dapat berubah agar mampu memanfaatkan sumber makanan, seperti
yang diamati Darwin pada perubahan paruh burung pelatuk ketika jenis biji yang
berbeda berkurang atau bertambah persediaannya. Adaptasi dapat berupa simbio-
sis, seperti yang dilihat pada hubungan di antara ikan clownfishdan sea anemone;clownfish memangsa hewan invertebrata yang dapat menghancurkan sea anem-
one, dan dia memeroleh perlindungan dari predator melalui sel penyengat pada
anemone. Memadukan secara berkelanjutan contoh seperti itu dengan deskripsi
abstrak prinsip tertentu membantu siswa mengenali prinsip itu ketika mereka akhir-
nya terlibat pada konteks yang berbeda.
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
8/30
14 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 15Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
Pilihan Latihan
Jelas, ada banyak contoh dari literatur kognisi dan pendidikan tentang prinsip yang
nyaris universal yang dengan prinsip itu guru yang baik dapat membentuk latihan-
nya. Kenyataannya, pengamatan dari dekat kelas guru yang berkaliber tinggi akan
mengungkap sejumlah interaksi prinsip ini pada waktu tertentu kapanpun. Karena
banyak prinsip ini didukung oleh konsensus yang signifikan pada literatur ilmiahdan juga tercermin pada pengetahuan terapan, kita dapat dengan cukup yakin
melibatkan diri kita sendiri untuk membahas dan menyebarkannya secara kreatif.
Sebaliknya, pengamatan bahwa tidak setiap siswa dapat melakukan segala hal de-
ngan cara yang sama pada waktu yang persis sama jangan sampai mengakibatkan
reaksi berlebihan untuk sangat mengindividualisasikan kurikulum.
Pengajaran yang dilakukan menurut karakteristik pembelajaran yang sama dan
bukannya menurut perbedaan individu dapat dengan jelas meningkatkan efisiensi
dan menghasilkan manfaat karena guru tidak lagi perlu mengajarkan pelajaran
yang berbeda ke siswa yang masuk ke kategori berbeda. Tetapi penghematan biaya
lainnya adalah lebih penting lagibiaya kegagalan. Meskipun karakteristik yang
dimiliki siswa didokumentasikan dengan sangat baik, sifat perbedaan siswa tidak
pernah didokumentasikan. Karena itu, memfokuskan pengajaran semata-mata pada
perbedaan tidak seefektif yang diharapkan orang. Lebih lanjut, teori perbedaan in-
dividu lazimnya menekankan pada perspektif yang lebih longgar dan kontekstual,
dengan memakai kategori statis yang tidak efektif, karena tidak memungkinkan un-
tuk lugas. Yakni, siswa tertentu mungkin memprosee pelajaran sains secara berbeda
daripada yang dilakukannya pada seni atau sejarah. Jika siswa ini ditempatkan ke
kelompok yang sama pada dua mata pelajaran spesifik itu, kita benar-benar meng-
hancurkan proses pembelajaran siswa itu.
Tentu, siswa akan berbeda menurut bagaimana mereka menanggapi dan men-
dapat manfaat dari strategi pengajaran tertentu pada mata pelajaran tertentu. Tidakdiragukan lagi siswa memiliki perbedaan individu karena situasi dan kelebih-suka-
an siswa tersebut. Dan tidak ada keraguan bahwa guru yang efektif mengatasi per-
bedaan ini dengan menggunakan pengalaman mereka sendiri sebagai pedoman.
Tetapi ketika kita harus menerapkan penelitian ke kelas, tampaknya tidak
disarankan untuk mengkategorikan siswa ke kelompok yang semakin lama sema-
kin khusus berdasar perbedaan yang remeh. Hal ini terjadi karena sains pendidi-
kan dan kognisi telah membuat kemajuan yang signifikan dalam menggambarkan
kompetensi inti yang dimiliki semua siswa. Guru dapat membuat upaya yang hebat
untuk memperbaiki pencapaian siswa dengan menyebarkan hasil penelitian dan
pengajaran yang bersifat umum, bukannya berbeda.
Referensi
Cepeda, N. J., Pashler, H., Vul, E., Wixted, J. T., & Rohrer, D. (2006). Distributed
practice in verbal recall tasks: A review and quantitative synthesis. Psychological
Bulletin, 132, 354380.
Hecht. S. A. (2002). Counting on working memory in simple arithmetic when count-
ing is used for problem solving. Memory and Cognition, 30, 447455.Kalyuga, S., Chandler, P., Tuovinen, J., & Sweller, J. (2001). When problem solving
is superior to studying worked examples.Journal of Educational Psychology, 93,
579588.
Pashler, H., Bain, P., Bottge, B., Graesser, A., Koedinger, K., McDaniel, M., & Met-
calfe, J. (2007). Organizing instruction and study to improve student learning
(NCER 2007-2004). Washington, DC: Institute of Education Sciences, U.S. De-
partment of Education.
Penner, D. E., & Klahr, D. (1996). The interaction of domain-specific knowledge and
domain-general discovery strategies: A study with sinking objects. Child Deve-
lopment, 67, 27092727.
Roediger, H. L., & Butler, A. C. (2011). The critical role of retrieval practice in long-
term retention. Trends in Cognitive Sciences, 15, 2027.
Whitehead, A. N. (1911).An introduction to mathematics. New York: Henry Holt.
Willingham, D. T. (2007, Summer). Critical thinking: Why is it so hard to teach?
American Educator, 819.
Willingham, D. T. (2009). Why don't students like school?.San Francisco: Jossey-
Bass.
DANIELWILLINGHAM& DAVIDDANIEL DANIELWILLINGHAM& DAVIDDANIEL
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
9/30
16 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 17Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
Memahami Pembelajaran Berbasis Cara Kerja Otak
Oleh: Eric Jensenmantan guru, yang mengajar SD hingga universitas, dan baru-baru ini telah menyelesaikan program
doktor (S3) pada bidang perkembangan manusia. Beliau tinggal di Maunaloa, Hawaii, AS.
dari Brain-Based Teachingpada tanggal 14 Februari 2012
Apa Maksudnya Pengajaran berbasis Cara Kerja Otak?
Saya sering ditanyai mengenai hal ini... jadi saya ingin memberikan penjelasanmengenai apa sebenarnya Pengajaran berbasis Cara Kerja Otak itu, agar dapat men-
jadi lebih jelas dan menghilangkan mitos dan miskonsepsi mengenai hal ini.
Pendidikan Berbasis Cara Kerja Otak (brain-based teaching) adalah pelibatan se-
cara aktif strategi-strategi praktis yang didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajar-
an dan perilaku yang didapatkan dari neurosains.
Semua guru menggunakan berbagai strategi; bedanya adalah strategi yang Anda
gunakan adalah sains yang sejati, bukan karena orang lain mengatakan begitu.
Salah satu contoh prinsip ini mungkin adalah ...Otak berubah berdasarkan
pengalaman. Sains mengatakan BAGAIMANA otak berubah sebagai respons dari
pengalaman. Strategi-strategi tersebut didasarkan pada apa yang telah kita pelajari
dari penelitian mengenai cara otak berubah.
Banyak pertanyaan diajukan mengenai keandalan penelitian otak untuk pelatih-
an atau penerapan di kelas. Skeptisme yang konservatif dan penuh kehati-hatian
secara alami akan membuat kita enggan memanfaatkan segala hal baru. Pengambil
risiko yang terlalu curiga atau terlalu impulsif secara alami akan mencoba hampir
semua hal, berdasar pengetahuan atau tidak.
Posisi kami adalah membiarkan neurosains itu berbicara sendiri.
Pendidik yang didukung informasi yang lebih baik biasanya akan membuat kepu-
tusan yang lebih baik. Kami mengumpulkan hasil penelitian, membuat kesimpul-
an, dan memberikan saran. Setiap upaya tersebut dilakukan dengan memilihnya
dari sumber andal yang memberikan data pendukung. Jika sejumlah studi peneliti-
an berlawanan hasilnya, kami akan mengatakan seperti itu atau tidak menyajikan-
nya ke Anda. Anda perlu menjadi hakim ketua mengenai apakah atau bagaimana
penelitian itu sesuai dengan iklim pembelajaran khusus Anda.
Orang harus berhati-hati dan cermat dalam cara menafsirkan penelitian dan
akhirnya menggunakannya. Kebijakan kami adalah mencari basis penelitian neuro-
sains dan memadukannya dengan data dari psikologi terapan atau sains kognisi.
Jika ada banyak studi penelitian, dengan sampel yang baik dan bukti yang jelas,
Anda akan mendengar penjelasan itu.
Kami tidak akan berkata, Penelitian otak membuktikan ... karena semua pene-
litian itu tidak membuktikan apapun. Akan tetapi, penelitian itu menyarankan man-
faat dari jalur penelitian tertentu. Kami telah mendengar lima kritik dasar tentang
pendidikan berbasis cara kerja otak.Berikut apa kritik itu dan jawaban kami atas pertanyaan itu.
1. Temuan penelitian neurosains sering dibesar-besarkan, disalah-tafsirkan, dan
diambil terlalu dalam.
JAWABAN:Kritik ini tulus. Banyak pendidik sok tahu telah melebih-lebihkan pene-
litian dan berkata bahwa terbukti bahwa strategi kelas tertentu layak digunakan.
Kami sering mendengar pendidik membuat klaim yang tidak didasari penelitian.
Pendidik yang akan menggunakan atau mengutip penelitian harus mengetahui apa
unsur yang membuat studi penelitian itu baik, siapa yang mendanainya, reputasipeneliti, rancangan studi penelitian, apa implikasi dan kendala temuan itu. Infor-
masi yang sedikit tentang hal itu akan berbahaya.
Agar dapat dianggap profesional, kita harus mengetahui seluk-beluk permasalah-
an penelitian itu.
Kami membenarkan bahwa penelitian otak tidak membuktikan apa-apa. Tidak
ada penelitian utama berbasis cara kerja otak yang membenarkan setiap strategi
yang disebut pengajaran yang baik. Kenyataannya, sebagian besar dari apa yang
dianggap pengajaran yang baik adalah kumpulan kebijaksanaan masyarakat,
psikologi dasar, dan penalaran umum yang menjadi sempurna karena coba-coba.
Akan tetapi, temuan penelitian baru dapat mengarahkan kita semua ke arah yang
lebih produktif.Apa yang harus dikatakan pendidik adalah berikut ini, Studi penelitian ini me-
nyatakan bahwa XYZ mungkin benar tentang otak. Dengan wawasan seperti itu,
mungkin masuk akal bagi kita, di bawah kondisi ini, untuk menggunakan strategi
ini di kelas.
ERICJENSEN
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
10/30
18 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 19Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
Pendekatan ini, yang merupakan peringatan dan bukan sebab-akibat, terkait
erat dengan kebenaran. Pertama, ada studi penelitian baru yang bernilai tinggi.
Kedua, dengan wawasan yang ada pada studi penelitian itu, tindakan tertentu tam-
pak masuk akal. Kami tidak mengklaim bahwa berbasis cara kerja otak adalah atau
harus menjadi satu-satunya kriteria untuk memutuskan apa yang harus dilakukan.
Merupakan ide yang buruk untuk mendasarkan sekolah hanya pada biologi. Akan
tetapi, jika sekolah mengabaikan biologi, sekolah juga akan menghadapi bahaya.
2. Tidak ada hal baru pada pendekatan ini.
JAWABAN:Ketika orang berkata, guru yang baik telah melakukan hal ini bertahun-
tahun, dua hal adalah benar-benar terjadi. Pertama, Anda mungkin sangat muda
atau memiliki memori yang pendek. Hanya 40 tahun lalu, pengajaran yang baik
didefinisikan dengan ceramah saja, kelas berbasis konten, bangku bersih, siswa
diam kaku (di bangkunya), dan sedikit saja bergerak. Ya, memang benar guru telah
menggunakan strategi yang sesuai dengan cara kerja otak untuk berabad-abad,
tetapi sebagian besar telah beralih menuju pendekatan yang ramah-otak.
Camkan bahwa jika Anda tidak mengetahui mengapa Anda melakukan apa
yang Anda lakukan, maka Anda akan kurang mampu mencapai tujuan dan kurang
profesional. Yang Anda lakukan itu mungkin adalah kumpulan penyempurnaan ke-
bijaksanaan Anda. Tidak ada yang salah dengan pendapat seperti itu, tetapi sejum-
lah kumpulan penyempurnaan kebijaksanaan juga telah berakibat pada sejumlah
pengajaran yang buruk.
Akan tetapi, agar pekerjaan Anda dapat mencapai tujuan; oh, itu ... urusan lain.
Apakah ada temuan terkini dari dunia sains otak/pikiran yang dapat diterapkan
ke kelas? Anda yakin ada!
Berikut adalah daftar yang menekankan sejumlah bidang penelitian spesifikyang memiliki implikasi penting bagi pembelajaran, memori, persekolahan, dan
pelatihan.
Otak pertumbuhan: otak manusia dapat dan benar-benar tumbuh sel barunya.
Otak sosial: bagaimana interaksi dan status sosial memengaruhi level stres.
Otak berhormon: hormon dapat dan benar-benar berdampak pada kognisi.
Otak bergerak: gerakan ini memengaruhi pembelajaran.
Otak plastis: selalu berubah; bagaimana cara yang lebih baik untuk memperka-
ya otak agar mampu mengaitkan kembali perubahan-perubahan di otak itu.
Otak keruangan: bagaimana cara kerja pembelajaran & pengingatan melalui
keruangan dan keterkaitan di otak.
Otak berperhatian: prefrontal cortex; apa yang sebenarnya mendorong perhatiandan ADD (attention deficit disorder gangguan kurangnya perhatian)?
Otak beremosi: dampak ancaman tertentu pada hormon, memori, sel, dan gen.
Otak beradaptasi: dampak dari keadaan kekhawatiran atau kesedihan yang
mendalam, cortisol, dan allostatic(pencapaian kestabilan).
Otak sabar: peran waktu pada pembelajaran.
Otak penghitungan: peran umpan balik pada pembentukan jaringan saraf.
Otak seni: peran seni dan musik.
Otak terhubung: bagaimana otak kita disebut tubuh dan tubuh kita disebut otak.
Otak perkembangan: apa yang harus dilakukan dan kapan melakukannya; man-
faat penting tiga tahun pertama bayi.
Otak lapar: apa yang harus kita makan; peran nutrisi pada pembelajaran dan
memori.
Otak mampu mengingat: bagaimana memori kita disimpan ke bentuk kode dan
dimunculkan kembali.
Otak berkimia: apa unsur kimianya dan melakukan apa & bagaimana mengaktif-
kan salah satu kimia dengan tepat.
Seperti yang dapat Anda katakan, temuan penelitian ini berasal dari banyak
bidang. Kritik yang mengkhawatirkan dari mana penelitian ini berasal akan tidak
memiliki dasar pendapat. Pendidik perlu dan harus mengkombinasikan berbagai
temuan bidang otak/pikiran ini dengan bidang lain untuk meragamkan dan mem-
perkuat penerapannya. Neurosains bukan satu-satunya sumber penelitian; sains ini
merupakan bagian penting daripuzzle yang lebih besar. Jika Anda mensintesiskansains ini dengan bidang lain seperti sosiologi, kimia, antropologi, studi masa depan,
terapi, dan bidang lain, Anda mampu mendapatkan penerapan yang ampuh.
Sains kognisi, psikologi, neurobiologi, dan neurosains semua mengkaji hal yang
sama! Semua berminat pada otak/pikiran dan cara kerjanya. Otak adalah apa yang
Anda miliki, pikiran adalah penggunaan otak itu. Bidang yang berbeda melakukan
penelitian pada level yang berbeda. Penelitian neurosains dasar biasanya dilakukan
pada level molekul, genetik, dan sel. Pada level ini, kita mendengar neurogene-
sis dan pertumbuhan sel induk (stem cell). Yang berlawanan dengan sains kognisi,
yang mungkin membahas studi pada hewan, atau studi klinis yang memperlihatkan
perilaku di dunia nyata yang sama-sama kita minati.
Hikmahnya adalah, kita sekarang cukup mengetahui tentang otak sehingga dapatmemberikan dasar pembenar bagi strategi spesifik yang hanya beberapa tahun lalu
sekadar ide bagus tanpa berbasis keilmuan. Berikut ini contohnya. Kita telah tidak
mau menyalahkan bukti bahwa membenamkan emosi yang intens (seperti peraya-
an atau drama) ke aktivitsa tertentu dapat merangsang keluarnya adrena lin, yang
dapat mengkodekan memori pada pembelajaran hingga jauh lebih kuat.
3. Pendidikan berbasis cara kerja otak itu membingungkan. Satu orang berkata A,
orang lain berkata sebaliknya.
JAWABAN: saya setuju. Kita perlu berbagi dan membentuk jaringan dengan lebihbaik sehingga kita semua ada di halaman buku yang sama. Banyak pengajar yang
kurang infomasi masih bingung tentang sejumlah dasar pembelajaran.
Berikut rangkuman sejumlah mitos dan kenyataan.
ERICJENSEN ERICJENSEN
E J E J
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
11/30
20 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 21Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
ERICJENSEN ERICJENSEN
MITOS:Pengalaman usia dini menyebabkan sypnaptic count(jumlah ruang di an-
tara dua neuron di sel otak atau di antara neuron dan jenis sel lain) berlipat
ganda dengan cepat.
KENYATAAN: Jika sesuatu terjadi, kita kehilangan synapse melalui proses pe-
mangkasan pada lima tahun pertama.
MITOS:Pembelajaran dengan stress rendah adalah yang paling baik.KENYATAAN:Secara umum, level stres menengah mengoptimalkan pembelajaran.
Pada sejumlah kondisi, stres rendah adalah lebih baik; dan pada
kondisi lain, stress yang lebih tinggi adalah lebih baik.
MITOS:Penelitian membuktikan sangat pentingnya memanfaatkan jendela kesem-
patan usia dini.
KENYATAAN: Pengalaman masa anak-anak yang normal biasanya menghasilkan
anak yang normal. Jendela yang paling menentukan kesuksesan
adalah jendela indera kita, keserasian emosi orangtua-bayi, pem-
belajaran bahasa, dan rasa aman yang tanpa kekhawatiran. Semua
itu adalah slot waktu yang tidak dapat dimunculkan lagi pada ke-hidupan kita setelah tahap itu berlalu, menjadi terlalu terlambat.
Kesempatan lain, seperti keterampilan sosial, membaca, dan bahasa
memiliki jendela kesempatan yang jauh lebih lama.
MITOS:Memorisasi penghafalan adalah berlawanan dengan otak.
KENYATAAN:Otak menguatkan pembelajaran melalui pengulangan. Bukan peng-
ulangannya yang buruk; yang buruk adalah ketika pengulangan itu
menjadi terlalu membosankan. Ada banyak cara yang kreatif dan
menyenangkan untuk melakukan telaah ulang.
MITOS:Lingkungan sangat menentukan kesuksesan pebelajar.
KENYATAAN:Banyak faktor memengaruhi kesuksesan pebelajar, yang mencakup
orangtua, teman sebaya, gen, trauma, nutrisi, dan lingkungan. Tidak
ada cara mengkuantifkan semua faktor itu dan mengatakan salah
satu faktor lebih penting dari yang lain.
MITOS:Sebagian besar pebelajar menggunakan hanya 5-10% otaknya.
KENYATAAN:Tidak ada bukti objektif yang menyatakan pernyataan itu benar. Se-
tiap hari kita mungkin menggunakan sebagian besar bidang pada
otak kita. Peningkatan kreativitas atau produktivitas dapat muncul
dari melakukan hal yang benar, atau melakukan hal yang benar de-
ngan lebih sering, bukan sekadar melakukan lebih banyak.
MITOS:Emosi dan kecerdasan adalah terpisah.
KENYATAAN:Meskipun keduanya terpisah asalnya di otak, jalur yang dilalui dua
hal itu biasanya berpapasan di orbitofrontal cortex. Karena itu, dapat
dirasa dua hal itu tidak terpisah.
MITOS:Mozart adalah musik paling baik untuk meningkatkan pembelajaran.
KENYATAAN:Studi penelitian terkini memperlihatkan banyak jenis musik dapat
bertindak sebagus atau lebih bagus daripada Mozart. Salah satu
komposisi Mozart (K.448) telah memperlihatkan kemajuan tingkat
sedang pada pembelajaran keruangan-waktu.
MITOS: Gaya Pembelajaran dan Kecerdasan Jamak berbasis pada cara kerja otak.KENYATAAN:Pernyataan ini masuk akal berdasarkan pada apa yang kita ketahui
tentang otak. Penyataan ini membahas keunikan otak manusia. Kan
tetapi, dua pernyataan ini dikembangkan sebelum pemahaman kita
terkini tentang otak dan memiliki akar yang lebih kuat pada psikolo-
gi dan sains sosial bukannya neurologi.
MITOS:Otak orang dewasa tidak dapat tumbuh sel barunya.
KENYATAAN:Studi penelitian telah memperlihatkan bahwa otak manusia dapat
dan benar-benar tumbuh selnya pada hippocampus. Yang sama
pentingnya, sel tersebut benar-benar melakukan peran fungsional
dan berinteraksi dengan sel yang ada.
MITOS:Mendapatkan jawaban yang benar dengan cepat adalah paling baik.
KENYATAAN: Dengan mengingat pentingnya pembelajaran coba-coba, mungkin
orang yang bukan paling cepat (dan bukan paling lambat) adalah
pemikir yang cenderung lebih baik dan lebih mampu melakukan
refleksi.
MITOS:Lingkungan yang diperkaya adalah lingkungan dengan poster, ponsel, ma-
nipulasi, dan musik.
KENYATAAN:Pengayaan terjadi lebih karena proses yang sedang dilakukan pebe-
lajar. Anda memerlukan kontras khusus atas lingkungan dasarnya.
Jika anak menonton TV spanjang hari, pergi bermain adalah pengaya-
an. Tantangan, umpan balik, kebaruan, keintiman, dan waktu adalah
bahan penting untuk mengaitkan kembali otak. Pengayaan berarti
sel lebih berat, pencabangan dendrit lebih banyak, sel glia lebih
banyak, persimpangan synapse banyak, pertumbuhan sel baru (di
hippocampus).
MITOS:Semakin fokus perhatian siswa di kelas ke guru memperbaiki pembelajar-
an.
KENYATAAN:Siswa memerlukan waktu untuk menyerap, memikirkan, merefleksi-
kan, dan bertindak atas pembelajaran mereka agar keterkaitan di otaknya menguat.
MITOS:Semakin banyak konten per jam adalah lebih baik.
KENYATAAN: Tiap-tiap mata pelajaran dan tiap-tiap pebelajar mungkin memi-
liki jumlah ideal ide per jam yang dapat dipelajari berdasarkan
latar belakang pengetahuan pebelajar, motivasi, keterampilan pem-
belajaran, serta kerumitan dan kebaruan mata pelajaran. Hanya
ERIC JENSEN ERIC JENSEN
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
12/30
22 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 23Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
pemerolehan bahasa terjadi lebih baik jika konten per jamnya lebih
banyak.
MITOS:Otak kiri adalah logika.
KENYATAAN:Sisi kiri otak menjadi semakin baik dengan pengurutan, bahasa, ba-
gian per bagian, penciptaan dialog internal (menafsirkan kejadian).
Logika apapun yang dihasilkan bukan merupakan struktur, tetapimerupakan hasil dari keterkaitan fungsi.
MITOS:Kita sekarang mengetahui cara paling baik menilai pembelajaran.
KENYATAAN:Sebagian besar dari apa yang kita pelajari, kita belum tahu bagaima-
na cara menilainya. Contohnya mencakup kemampuan mengambil
keputusan, kemiripan subjek, dan penyusunan model mental.
MITOS:Semakin banyak synapseyang terbentuk berarti semakin cerdas.
KENYATAAN:Tidak ada bukti bahwa pernyataan ini benar.
MITOS:Semua orang dapat belajar dan mencapai standar tinggi.
KENYATAAN:Hal ini hanya terjadi pada orang yang memiliki otak sehat. Jika di-tambahkan semua orang dengan beberapa jenis permasalahan dis-
fungsi otak [depresi, brain insult, ADD, penyalahgunaan narkoba,
disleksia, OCD (obsessive-compulsive disorder, gangguan obsesi-
kompulsi), kecemasan berlebihan, alkohol, trauma, dll.] dan Anda
akan mendapatkan siswa yang sehat otak adalah 40-60% dari
populasi sekolah Anda, bergantung pada sekolahnya. Otak se-
hat memungkinkan pebelajar yang baik mampu mencapai standar
tinggi. Siswa yang otaknya tidak sehat sering mengalami masalah
pembelajaran. Apakah standar tinggi itu dapat dicapai? Sebagian
siswa dapat mencapainya, jika ada cukup sumber daya. Siswa lain
tidak mampu mencapai potensinya.
MITOS:Otak kanan adalah kreasi.
KENYATAAN:Otak kanan memproses informasi keruangan, bekerja secara acak,
dan menangani keseluruhan (gestalt). Tidak satupun atribut ini menja-
min munculnya kreativitas. Ada perbedaan anatomi dan fungsi yang
sangat jelas di antara otak kiri dan otak kanan. Akan tetapi seberapa
besar nilai dari menerapkan pengetahuan ini masih diperdebattkan.
Rangkuman
Pendidikan berbasis cara kerja otak bukan obat bagi segala penyakit dan bukan
mantera magis untuk menyelesaikan semua masalah pendidikan. Siapapun yang
menyampaikan pendidikan berbasis cara kerja otak itu ke orang lain akan membuat
mereka bingung. Belum ada program, model, atau paket yang dapat diikuti oleh
sekolah. Salah satu kritik terhadap pendidikan berbasis cara kerja otak mengatakan,
ERICJENSEN ERICJENSEN
Setidaknya perlu 25 tahun sebelum manfaat penelitian otak itu mencapai ruang
kelas.
Kami akan mengutip salah satu contoh untuk memperlihatkan ke Anda mengapa
saya tidak setuju terhadap kritik itu.
Produk perbaikan membaca, FastForword, dikembangkan oleh dua pakar neuro-
sains, yaitu Dr. Michael Merzenich dari Stanford Universitydan Dr. Paula Tallal dari
Rutgers University. Produk ini sudah digunakan sekarang di ribuan ruang kelas di
AS. Banyak siswa terbantu oleh produk ini. Produk ini secara khusus menggunakan
temuan plastisitas saraf untuk mengubah kemampuan otak membaca dunia cetak.
Kenyataannya adalah, manfaat sudah menjangkau ruang kelas. Dan manfaat itu
tidak hanya melalui ribuan buku dan layanan pelatihan guru selama jam kerja.
Sekolah jangan dikelola semata-mata berdasar pada biologi otak. Akan tetapi,
mengabaikan apa yang kita ketahui tentang otak akan sama-sama tidak bertang-
gung jawab. Pendidikan berbasis cara kerja otak menawarkan sejumlah arah bagi
pendidik yang lebih menginginkan pengajaran yang semakin mampu mencapai tu-
juan dan semakin berdasar informasi penelitian. Pendidikan tersebut menawarkan
kemungkinan yang lebih sedikit kecerobohannya di ruang kelas. Kita telah meme-lajari tentang bagaimana lingkungan berdampak pada pembelajaran kita, peran
trauma dan pengaruh kecemasan berlebihan dan ancaman. Dengan tambahan
kejelasan penelitian, pendekatan berbasis cara kerja otak segera dapat memberi-
kan opsi yang lebih baik bagi pebelajar yang mengalami perjuangan keras dalam
belajar.
Ya, penelitian otak ada pada tahap kelahirannya atau tahap bayinyabanyak
sekali yang harus dipelajari yang sekarang belum kita ketahui. Akan tetapi meng-
abaikan dan menganggapnya sebagai mode yang tenar sesaat, prematur, atau seka-
dar cari kesempatan sesaat tidak hanya merupakan pemikiran yang rabun jauh,
tetapi juga mungkin berbahaya bagi pebelajar kita. Tentu saja penelitian otak tam-
pak saling bertentangan, membingungkan, dan kontradiksi. Itu bidang baru! Masihbanyak yang diharapkan. Tetapi untuk mengkritiknya? Pada tahap awal, kritik itu
seperti menyebut bolam lampu pertama dari Thomas Edison adalah kegagalan kare-
na bolam itu hanya bola 10 watt dan menghasilkan kecerahan yang sangat minim.
Masa depan ada di tangan orang bervisi yang dapat menggapai tidak hanya ke-
cenderungan, tetapi arti penting pendidikan berbasis cara kerja otak itu. Tidak ada
yang lebih relevan bagi Anda daripada otak Anda atau otak pasangan, orangtua,
atau anak-anak Anda. Kita juga harus membiasakan diri dengan pendidikan itu.
Memadukan penelitian otak dengan kehidupan kita sehari-hari siap kita lakukan.
ERIC JENSEN
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
13/30
24 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 25Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
Pengajaran dan PembelajaranBerbasis Cara Kerja Otak:
10 Tips Paling Efektif
Oleh: Eric Jensenadalah mantan guru, yang mengajar SD hingga universitas, dan baru-baru ini telah menyelesaikan
program doktor (S3) pada bidang perkembangan manusia. Beliau tinggal di Maunaloa, Hawaii, AS.
Pendekatan berbasis Cara Kerja Otak sangat mudah kita pahami mekanismenya
Dasar pemikirannya sederhana tetapi sangat penting: Otak sangat erat terlibat dan
terkait dengan segala hal yang dilakukan guru dan siswa di sekolah. Salah sambung
dalam bentuk apapun akan memunculkan resep bagi frustrasi dan berpotensi me-
nimbulkan bencana. Pendidikan berbasis cara kerja otak (brain-based education)sangat mudah dipahami dengan tiga kata berikut: keterlibatan, strategi, dan prinsip.
Anda harus melibatkan pebelajar dengan menggunakan strategi yang didasarkan
pada sains yang sejati. Di sini sains mencakup sains kognisi, sains saraf, psikologi,
dan sains otak/pikiran lain.
Eric Jensen
Seberapa tinggi gengsi pendidikan berbasis cara kerja otak?
Harvard University,perguruan tinggi papan atas di AS, saat ini menyelenggarakan
program S2 dan S3 pada bidang ini, yang dikenal sebagai MBE program (Mind,
Brain, and Education program). Ada juga jurnal ilmiah kajian dosen sejawat tentang
pendidikan berbasis cara kerja otak. Jurnal triwulanan bergengsi yang diterbitkan
oleh Blackwell Publishersdan the International Mind, Brain, and Education Society
(IMBES) ini membahas laporan penelitian, paper konsepsi, kajian, debat, dan dia-
log. Setelah kami menjelaskan bahwa pendidikan berbasis cara kerja otak adalah
benar-benar ilmu sejati, maka berikut ini adalah hal lain yang juga penting.
Hal penting itu adalah yang kita sebut strategi makro dan strategi mikro.
Strategi mikro situasinya sangat spesifik. Contohnya, ketika Anda memberi tahu
tentang arah tempat, berikan sekali saja, karena otak memerlukan waktu untuk
memproses lokasi, tindakan, dan ciri tindakan itu (Pergilah untuk mencari te-
man satu tim Anda dan tunggulah dengan sabar di tempat mangkal teman satu tim
itu). Saya memberikan contoh ini pada sarasehan yang sebenarnya karena peserta
sarasehan memerlukan demonstrasi dan konteks untuk memaksimalkan pemaham-
an dan transfer pengetahuan. Pada tulisan laporan khusus ini, kami akan berfokus
pada strategi makro (gambar besarnya). Berikut ini adalah intisari strategi makro
yang memberikan hasil besar. Akan tetapi, Anda perlu menggunakan pengalaman
pribadi Anda sendiri untuk merancang secara khusus agar sesuai dengan situasiAnda. Strategi makro yang merupakan pendorong pencapaian prestasi itu adalah
sebagai berikut.
1. Terbukti: Pendidikan Jasmani, jam istirahat, dan gerakan tubuh mendukung
pembelajaran dan menjadi penentu kesuksesan pendidikan
Kita tahu bahwa neuron baru yang ada di sel kita dapat tumbuh sepanjang kehidup-
an kita dan neuron sangat berhubungan dengan memori, mood(suasana hati), dan
pembelajaran. Proses pertumbuhan neuron ini dapat diatur oleh perilaku kita se-
hari-hari, termasuk olahraga. Aktivitas yang optimal untuk kita lakukan adalah akti-
vitas motor kasar secara leluasa, seperti berjalan cepat, olahraga pertandingan, lari,menari, aerobik, olahraga tim, dan renang. Sekarang kita juga tahu bahwa gerakan
anak usia dini mampu menjalin unsur-unsur otak sehingga dapat membuat keter-
kaitan yang lebih efisien. Gerak anak usia dini tersebut mendukung pembelajaran
akademik tahap selanjutnya. Sekolah dapat dan harus memengaruhi variabel ini.
Penerapan praktis di sekolah:
Dukunglah lebih banyak aktivitas fisik, jam istirahat, dan gerakan di ruang ke-
las; jangan dihambat. Aktivitas ini akan meningkatkan zat kimia untuk berpikir,
berfokus, belajar, dan mengingat (noradrenaline, dopamine, dan cortisol). Siswa
memerlukan 30-60 menit aktivitas ini per hari untuk menurunkan respons stres,
meningkatkan neurogenesis, dan meningkatkan pembelajaran. Untuk beberapaminggu awal sekolah, paparkan siswa ke berbagai aktivitas fisik.
Kemudian, tawarkan pilihan aktivitas. Pilihan ini menentukan kesuksesan pem-
belajaran karena aktivitas leluasa benar-benar lebih bagus daripada aktivitas ter-
paksa, yang dapat menyebabkan kelebihan produksi cortisol.
ERICJENSEN
ERIC JENSEN ERIC JENSEN
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
14/30
26 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 27Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
2. Terbukti: Kondisi sosial memengaruhi otak kita dengan sejumlah cara yang tidak
kita ketahuai sebelumnya
Sosiologi didasarkan pada jurnal Sosial Neuroscience. Perilaku di sekolah merupa-
kan pengalaman yang sangat bersifat sosial, yang menjadi terkode genetiknya secara
spesifik melalui indera kita terkait imbalan atas perilaku, penerimaan diri, kesakit-
an, kegembiraan, keeratan persahabatan, daya tarik kepribadian, dan stres. Ke-nyataannya, kondisi sosial yang buruk, isolasi, atau kekalahan sosial berhubungan
dengan lebih sedikitnya sel otak! Tidak ada orang yang tahu kejadian ini lima atau
sepuluh tahun lalu.
Penerapan praktis di sekolah:
Jangan izinkan pembentukan kelompok sosial secara acak untuk lebih dari 10-
20% hari sekolah. Gunakan pembentukan kelompok sosial yang bertujuan, teren-
cana, dan memiliki keragaman dengan sistem mentoring, pembentukan tim, dan
kemitraan. Perkuat kondisi yang pro-sosial. Hubungan guru-siswa itu sangat pen-
ting, demikian pula hubungan siswa dengan siswa lain.
3. Otak itu berubah!Para pendidik harus tahu bahwa otak dapat dan benar-benar
berubah setiap hari. Kenyataannya setiap otak siswa berubah ketika mereka ber-
sekolah. Kemampuan otak memperbarui jaringannya dan memperbarui pemetaan
dirinya melalui neuroplasitas sangat tampak jelas. Journal of Neuroplasticityedisi
baru membahas isu ini dan isu lain yang terkait. Sekolah dapat memengaruhi pro-
ses ini melalui pembentukan keterampilan, membaca, meditasi, seni, karier, dan
pembentukan keterampilan berpikir yang mampu membangun kesuksesan siswa.
Buktinya sangat menarik bahwa jika protokol pembentukan keterampilan yang
benar digunakan, pendidik dapat melakukan perubahan yang positif dan signifikan
pada otak dalam periode waktu singkat. Tanpa memahami kaidah cara otak kita
berubah pendidik dapat boros waktu dan uang, dan siswa akan tersia-siakan.
Kenyataannya, neurossains sedang kuat gaungnya karena temuan tentang otak
yang sangat mudah dibentuk-bentuk. Dahulu kita biasa berpikir bahwa otak terkait
dengan paradigma gen dan pengalaman. Sekarang kita dapat berpikir tentang hi-
brida dari gen dan pengalaman itu!
Jurnal baru yang disebut Gene Expression, Gene Expression Patterns, dan Nature
Geneticsmembahas mekanisme perubahan epigenetik (di luar gen). Sekarang kita
tahu bahwa lingkungan dapat memicu gen untuk mengekspresikan diri mereka
dengan cara yang tidak akan pernah dapat kita perkirakan jika Anda tahu apa
yang akan dikerjakan.
Anda dapat memutakhirkan (meng-upgrade) kapasitas memori, pemprosesan in-formasi, pengurutan informasi, serta pengaturan dan impulsivitas perhatian siswa.
Mengapa Anda tidak mengajarkan keterampilan ini untuk memberi siswa alat men-
capai kesuksesan?
Penerapan sekolah praktis:
Beri guru mandat 30-90 menit per hari dan 3-5 kali per minggu untuk memutakhirkan
serangkaian keterampilan siswa. Ajarkan keterampilan memerhatikan, kete rampilan
mengingat, dan keterampilan memproses informasi. Kemajuan pembelajaran mem-
butuhkan fokus, totalitas, dan setidaknya setengah jam latihan per hari.
4. Stres kronis merupakan isu yang nyata di sekolah pada siswa dan karyawan
Studi penelitian terkini menyebut 30-50% dari seluruh siswa merasakan stres pada
tingkat sedang atau tinggi setiap hari. Stres akut dan kronis dibahas pada the Journal
Stress, the International Journal of Stress Management, the Journal of Axiety, Stress ,
dan the Journal of Traumatic Stress. Di sejumlah sekolah angka itu dua kali lipatnya.
Bagi siswa dari keluarga miskin, angka itu dapat lebih tinggi. Beban stres ber-
dampak fisik yang patogen ini menjadi semakin umum terjadi dan memiliki risiko
pada kesehatan, pembelajaran, dan perilaku yang serius. Isu ini memengarui tingkat
kehadiran, memori, keterampilan sosial, dan kognisi.
Sejumlah stres itu bagus, tetapi stres yang kronis dan akut sangat buruk bagiperilaku dan pembelajaran.
Penerapan sekolah praktis:
Ajari siswa keterampilan menangani stres dengan lebih baik, tingkatkan persepsi
siswa tentang pilihan tindakan, bentuklah keterampilan penanganan stres, perkuat
seni, aktifitas fisik, dan mentoring. Aktivitas ini menciptakan daya pengendalian
terhadap kehidupan seseorang, yang mampu menurunkan stres. Semua aktivitas ini
dapat mengurangi pengaruh stressor.
5. Sekolah didorong agar melakukan Diferensiasi sebagai strategi untuk menga-
tasi perbedaan para pebelajar. Anjuran ini mendekati benar, tetapi tidak cukupbenar. Kenyataanya, meskipun ada siswa yang dikatakan sangat umum otaknya
dan beberapa darinya dengan perbedaan di otaknya, penelitian otak memberi
tahu kita sebaliknya. Mari kita telusuri seberapa umum orang memiliki otak sehat.
Siswa yang menanggapi iklan siswa berotak sehat dari UCLA (University of Cali-
fornia) dan yang menganggap diri mereka normal, hanya 32% yang lolos proses
pemeriksaan telepon awal. Dari orang yang memenuhi syarat untuk mengikuti
pemeriksaan sejarah kesehatan dan pemeriksaan fisik tatap muka, hanya 52% yang
lolos prosedur pemeriksaan ini.
Sekarang kita dapat menghitung:hanya 11% dari individu yang meyakini diri-
nya sehat/normal yang dapat lolos dari pencitraan otak (brain imaging). Dari awal-
nya 2.000 siswa, hanya 200 lebih yang memenuhi kriteria sehat. Studi penelitiannyata ini menyimpulkan dengan berkata, Mayoritas individu yang menganggap
dirinya normal melalui pelaporan diri ternyata tidak sehat seperti itu. Mari kita
ulang: hampir 90% otak manusia adalah tak lazim, rusak, atau keadaan tak sehat
lainnya. Ini tidak berarti banyak siswa kita tidak dapat diperbaiki; mereka dapat
diperbaiki.
ERICJENSEN ERICJENSEN
ERIC JENSEN ERIC JENSEN
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
15/30
28 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 29Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
Penerapan sekolah praktis:
Carilah perbedaan dari aturan umum, bukan kekecualian di sekolah. Validasi per-
bedaan itu. Jangan berharap semua siswa (kelas 4, contohnya) ada pada halaman
yang sama pada buku yang sama pada hari yang sama. Hal ini berlawanan dengan
basis data penelitian yang memperlihatkan variasi tingkat maturasi dan perbedaan
pada otak lainnya. Izinkan anak-anak bangga akan keragaman, kemampuan unik,talenta, dan minatnya. Beri mereka serangkaian keterampilan, persahabatan, dan
pengharapan agar sukses.
6. Bukti baru membuktikan tingginya manfaat pengajaran konten jika disajikan
ke potongan-potongan pelajaran yang semakin kecil. Mengapa? Pemikiran lama
adalah siswa dapat mempertahankan kurang-lebih tujuh potongan pelajaran di ke-
pala sebagai ukuran kapasitas memori kerjanya. Tetapi sains seperti itu sudah kuno.
Penelitian terbaru menyatakan dua hingga empat potongan adalah lebih realistis.
Selain semakin pendeknya kapasitas memori kerja ini, tanki penyimpaan konten
jangka menengah kita, hippocampus, memiliki keterbatasan terkait berapa konten
yang dapat ditahannya. Tanki ini sangat mudah penuh, karena kurangnya latar be-lakang pengetahuan pebelajar dan kerumitan pelajaran.
Ada alasan lain siswa kita mudah penuh dengan konten pelajaran. Pembelajaran
dan memori mengkonsumsi sumber daya fisik seperti glukosa, dan otak kita meng-
gunakannya dengan cepat jika pembelajarannya semakin intens.
Penerapan praktis sekolah:
Guru harus mengajar dalam potongan-potongan konten yang kecil, memproses
pembelajaran itu, dan kemudian mengistirahatkan otak. Terlalu banyak konten
yang diajarkan pada rentang waktu terlalu sempit berarti bahwa otak tidak dapat
memprosesnya, karena itu sama saja kita tidak memelajarinya.
Jeda, waktu istirahat, dan rehat lebih layak diperhatikan daripada konten, konten,dan konten lagi. Inilah pedomannya: semakin sedikit latar belakang pengetahuan
pebelajar dan semakin rumit konten, buatlah potongan waktu konten itu semakin
pendek (gunakan pembelajaran 4-8 menit). Semakin besar pengetahuan latar be-
lakang, semakin sedikit kerumitan, maka semakin panjang Anda dapat membuat
tahap input (pembelajaran 8-15 menit dapat diterima).
Jika tidak ada ketentuan yang pasti, sebaiknya jangan ada lebih dari 15 menit
input konten secara berurutan. Berbagilah ketentuan ini dengan guru Anda. Tetapi
berbagilah dengan potongan yang kecil, dan kemudian siapkan waktu untuk mem-
rosesnya.
7. Peran seni di sekolah terus dikaji secara besar-besaran. Tetapi lima jurusan neu-
rosains di lima universitas (University of Oregon, Harvard, University of Michigan,
Dartmouth, dan Stanford) baru-baru ini telah menyelesaikan proyek penelitian
yang mengkaji dampak seni pada otak. Arts and Neuroscienceadalah jurnal baru
yang melacak kaitan yang sedang dibuat para peneliti itu.
Hasil penelitian terkini menyatakan bahwa seni adalah jauh lebih baik daripada
keyakinan sebelumnya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa seni tertentu
meningkatkan perhatian, memori kerja, dan keterampilan keruangan secara visual.
Seni lain seperti tari, teater, dan drama meningkatkan keterampilan sosial, empati,
kesabaran, memori verbal, dan keterampilan kehidupan yang dapat ditularkan lain-
nya.
Penerapan sekolah praktis:
Jadikan seni sebagai hal yang wajib dan beri siswa sejumlah pilihan berkesenian,
dukung dengan guru pakar dan waktu agar dapat menonjol pada bidang seni itu.
Mulai sekarang, bukti menunjukkan bahwa Anda mendapatkan manfaat yang pa-
ling tinggi dari 30 hingga 60 menit per hari tiga hingga lima kali per minggu. Seni
mendukung perkembangan sistem pengoperasian akademis otak, dengan cara yang
mampu memberikan banyak keterampilan kehidupan yang dapat ditularkan.
8. Manusia memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menyajikan banyak emosi,
tetapi hanya enam darinya yang alami atau merupakan bawaan lahir. Hal ini
dapat dimengerti karena kenyataan ini memberi tahu kita bahwa jika anak-anak
tidak diajari keadaan emosi (perasaan) ini pada usia dini (usia 0-3 tahun), ketika
mereka masuk sekolah, maka emosi mereka akan sempit. Anak-anak bahkan jarang
memiliki keterampilan emosi bawaan yang membuatnya siap masuk sekolah.
Kenyataan ini menimbulkan ke lebih banyak masalah kedisiplinan dan ke me-
lemahnya keterampilan kognisi di sekolah. Ini berarti kita akan mendapati anak-
anak di sekolah tidak memahami respon emosi (misal kerja sama, saling percaya,
rasa malu, dan minder) yang memadai kecuali jika kita mengajari mereka hal itu
di sekolah. Kelas Anda harus menawarkan pembentukan keterampilan sehari-hari
yang diramu dengan latihan sehari-hari.
Jika pembentukan keterampilan itu tidak dilakukan, anak-anak akan menjadinakal, tidak tahu arah kehidupan, tidak mampu menghormati guru, dan tidak
memiliki empati ketika orang lain kesusahan. Ada semakin banyak kanak-kanak
di tempat penitipan anak (60-80%) saat ini dibanding dengan 10-12% pada dua
generasi lalu. Hal ini juga sangat terasa dampaknya karena tidak memungkinkan
munculnya ratusan keadaan emosi, yang beberapa darinya baik untuk pembelajar-
an (misal antisipasi, keingintahuan, kecurigaan, kebingungan). Kenyataannya, se-
bagian sebagian keadaan emosi itu buruk bagi pembelajaran.
Penerapan sekolah praktis:
Keadaan ini menyarankan dua hal. Pertama, kita harus mengajarkan keadaan emo-
si yang pantas sebagai keterampilan kehidupan (misal penghormatan, kesabaran,pemaafan, dan empati). Kedua, penting membaca dan mengelola keadaan emosi
lain di kelas. Pada kondisi emosi yang baik, siswa akan belajar dengan baik dan
berperilaku lebih baik. Dorong agar guru membentuk keterampilan sosial ke setiap
mata pelajaran. Minta agar setiap hari mereka menggunakan struktur sosial yang
mendorong program pembelajaran kerja sama. Semakin baik keterampilan sosial,
C JE SE C JE SE
ERICJENSEN ERICJENSEN
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
16/30
30 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 31Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
semakain baik keterampilan akademisnya. Banyak program pengajaran keadaan
emosi yang baik dapat ditemukan di buku-buku, sarasehan, atau online. Mengapa
perlu mencurahkan usaha pada bidang ini? Anak-anak yang memelajari kesabaran,
perhatian, empati, dan kerja sama akan menjadi siswa yang lebih baik.
9. Telah ada upaya berkepanjangan untuk rehabilitasi gangguan pada otak, yang
mencakup Aspergers, kelambatan pembelajaran, disleksia, dan autisme.
Ada temuan yang mengagumkan bahwa terapi perilaku agresif, obat baru, dan pen-
cangkokan sel induk (stem cell) yang revolusioner dapat digunakan untuk meme-
ngaruhi, mengatur, dan memperbaiki gangguan pada otak. Sekarang kita memiliki
the Journal of Rehabilitationdan jurnal Biological Psychiatry. Jurnal ini memberikan
contoh inovasi yang mengatakan siswa pendidikan khusus (SLB) mampu membaik
jauh lebih tinggi dari yang kita pikirkan sebelumnya.
Penerapan sekolah praktis:
Pastikan semua guru (bukan hanya guru pendidikan khusus) memelajari temuan
penelitian terkini untuk menangani pemulihan kelambatan pembelajaran pendidi-
kan khusus. Sebagian besar anak dapat dibawa kembali ke kelas pendidikan reg-
uler, tetapi tidak dengan strategi inklusi semata-mata. Dibutuhkan pembentukan
keterampilan seharian secara konsisten agar siswa mampu berubah. Pelajari keter-
ampilan yang tepat dan lakukan 3-5 hari seminggu.
10. Temuan otak/pikiran terkini bahwa memori tidak bersifat tetap, melainkan cu-
kup bergerak lentur adalah sangat ampuh pengaruhnya.Setiap saat Anda memang-
gil ulang memori tertentu, memori itu berubah ke keadaan yang berubah-ubah
cepat dan lentur sehingga pada waktu yang singkat dapat mudah disusun ulang.
Hal ini sangat relevan bagi guru dan pengelola sekolah yang bertangung jawab
pada pembelajaran siswa dan pengujian di kelas. Setiap saat siswa melakukan te-laah ulang, mereka dapat mengubah memori mereka (dan sering terjadi seperti itu).
Namun, tanpa telaah ulang, mereka cenderung kurang mengingat pembelajaran
mereka. Hal ini menyarankan agar guru menggunakan sejumlah strategi untuk se-
cara bersinambungan menguatkan memori dari waktu ke waktu bukannya bera-
sumsi setelah dipelajari, memori akan bertahan lama.
Penerapan sekolah praktis:
Pertama, guru harus menelaah ulang konten tertentu di tengah-tengah antara pem-
belajaran awal dan ujian. Jika konten diajarkan Senin dan ujiannya Jumat, maka
telaah ulang harus pada Rabu. Kedua, guru harus menengahi proses telaah ulang
dengan siswa tersebut melalui telaah ulang terstruktur seperti kuis tertulis atau kerjakelompok untuk memastikan pengendalian mutu. Jika hal itu tidak dilakukan, ma-
teri akan cenderung lebih membingungkan dan skor ujian akan turun banyak.
Kita Memiliki Akses ke Pendidikan berbasis Cara Kerja Otak
Ini adalah paradigma baru yang menghasilkan kaitan di antara fungsi otak dan
praktik pendidikan. Bidang ini telah muncul sebagai pendidikan berbasis cara ker-
ja otak (brain-based education) dan sekarang telah lebih dari 20 tahun pendekat-
an mengaitkan titik-titik ini muncul.
Dalam kata-kata yang ringkas, pendidikan berbasis cara kerja otak menyatakan,Segala yang kita lakukan adalah menggunakan otak; mari memelajari lebih ba-
nyak tentang otak dan menerapkan pengatahuan tentang otak tersebut.
Jika pertanyaan Anda adalah Apakah pendekatan dan strategi itu didasarkan
pada penelitian yang kokoh dari disiplin ilmu yang terkait otak atau apakah di-
dasarkan pada mitos, guru pelatih yang beritikad baik, atau dari sains sampah?
Anda akan mengetahui jawabannya. Kami berharap pendidik akan mampu mendu-
kung penggunaan strategi kelas yang khusus dengan penalaran atau studi penelitian
yang ilmiah.
Tiap-tiap pendidikan harus cukup profesional dan mampu berkata, Inilah alas-
an mengapa saya melakukan hal yang harus saya lakukan. Kami akan bertanya:
Apakah orang itu benar-benar akan terlibat ke penggunaan apa yang mereka tahu,
atau sekadar memiliki pengetahuan tentang hal itu, tetapi tidak benar-benar meng-
gunakannya? Apakah mereka menggunakan strategi berdasarkan pada sains ten-
tang cara kerja otak kita? Pendidikan berbasis cara kerja otak adalah tentang pro-
fesionalisme untuk mengetahui mengapa lebih suka menggunakan strategi tertentu
bukan yang lain. Sains ini didasarkan pada apa yang kita ketahui tentang cara kerja
otak kita. Ini adalah profesionalisme yang harus didasarkan pada praktik seseorang.
Camkan bahwa jika Anda tidak mengetahui mengapa Anda melakukan apa yang
Anda lakukan, maka tindakan itu kurang mampu mencapai tujuan dan kurang pro-
fesional.
Ini adalah apa yang Anda inginkan: sains dan strategi. Tetapi bagaimana cara
Anda memelajarinya jika Anda memiliki sedikit saja pengetahuan latar belakang
dan sangat sedikit waktu. Jensen Learning menawarkan solusi yang praktis dan sa-
ngat modern.
J
WIJAYAKUSUMAH
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
17/30
32 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 33Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
Menjaga Sekolah Agar Tetap Unggul
Oleh: Wijaya Kusumah, M.Pd.dalah Guru TIK SMP Labschool Jakarta.
Hp. 0815 915 55 15 Telp. (021) 8482225.
Blog di internet: http://wijayalabs.blogspot.com;
http://wijayalabs.wordpress.com; http://wijayalabs.multiply.com
A. Pendahuluan
Tulisan ini diilhami dari hasil perenungan yang mendalam atas musibah kebakaran
di sekolah Labschool Jakarta, Rabu 30 Juli 2008 dan film Laskar Pelangi yang begitu
menyulut hati dan perasaan penulis bahwa sekolah dengan fasilitas apa adanya
mampu bersaing dan melahirkan peserta didik yang sangat luar biasa.
B. Permasalahan
Benarkah keunggulan fasilitas yang lengkap merupakan syarat mutlak agar sekolah
kita tetap unggul? Bisakah kita belajar dari Labschool dan Laskar Pelangi?
C. Cerita tentang Labschool dan Laskar Pelangi
Labschool lahir di tahun 1968. Sekolah ini berlokasi di Jl. Pemuda, Komplek Uni-
versitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta Timur. Nama Labschool me-lekat pada TK, SD, SMP, dan SMA yang bernaung di bawah Yayasan Pembina Uni-
versitas Negeri Jakarta (dulu IKIP Jakarta).
Di tengah-tengah sibuknya kami mempersiapkan Rintisan Sekolah Bertaraf In-
ternasional (RSBI), datanglah musibah kebakaran yang melumat habis beberapa
fasilitas penting. Tetapi untunglah Tuhan Maha Kuasa, kebakaran itu terjadi di saat
libur sekolah (maulid nabi) sehingga tidak menelan korban jiwa.
Dalam film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel best seller dikisahkan ten-
tang SD Muhammadiyah Gantong di Pulau Belitong tempat sang penulis novel An-
drea Hirata bersekolah pada waktu itu. Kepala sekolahnya sudah tua dan berwajah
sabar, yang bernama Pak Harfan. Sekolah itu juga memiliki guru yang bernama Pak
Bakri yang jarang tersenyum, dan guru muda cantik bernama Ibu Muslimah.
Sekolah ini mau roboh dan hampir saja ditutup karena kurangnya murid. Na-
mun, siapa yang akan mengira kalau sekolah miskin itu telah berhasil mendidik
anak didiknya menjadi anak didik yang berbeda dengan sekolah lainnya, di mana
sekolah itu lebih mengedepankan akhlaqul karimah daripada nilai-nilai pelajaran
yang harus dikuasai siswa. Sekolah itu telah mampu mengajarkan bagaimana ber-
pikir global dan bertindak lokal (think globally act locally) dengan cara tradisional
yang memikat hati dan merambat pelan ke dunia internasional dalam memberikan
pengajaran yang berkualitas. Hal ini dapat dibuktikan dari alumni sekolah itu yang
berhasil sekolah dan mendapatkan gelar di luar negeri. Kesederhanaan, kemiskin-
an, dan ketiadaan fasilitas justru mampu memompa semangat mereka untuk maju.
D. Menjaga Sekolah agar Tetap Unggul
Dari cerita singkat tentang Labschool dan Laskar Pelangi di atas, ada hikmah atau
pelajaran yang dapat kita pelajari. Pelajaran itu adalah bagaimanakah menjaga
sekolah kita agar tetap unggul dan favorit di masyarakat? Berikut ini beberapa
tindakan untuk menjaga sekolah agar tetap unggul dan mampu bersaing di dunia
global tanpa kehilangan budaya lokal.
1. Memiliki guru (tenaga pendidik) yang mempunyai kompetensi, dedikasi, dan
komitmen yang tinggi terhadap kemajuan dunia pendidikan
Guru merupakan agen pembelajaran yang bertugas merencanakan, melaksanakan,dan menilai hasil proses pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan fungsinya de-
ngan baik, guru harus memiliki kompetensi. Kompetensi diartikan oleh Cowell
(Depdikbud, 1988) sebagai keterampilan/kemahiran yang bersifat aktif.
Namun demikian, memiliki kompetensi saja tidak cukup bagi guru. Harus ada
komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam menjaga sekolah agar tetap unggul.
Komitmen dan dedikasi itu terlihat dari perilaku guru yang senantiasa meningkat-
kan kemampuannya untuk terus belajar sepanjang hayat.
Guru ideal dan profesional yang diperlukan Indonesia saat ini adalah: Pertama,
guru memahami benar akan profesinya. Kedua, guru memiliki sifat kemulian, yaitu
Sidiq (benar perkataan dan perbuatan), Tabliq (menyampaikan hal yang harus di-
sampaikan), Amanah (layak dipercaya dan layak mengemban tugas), dan Fathonah
(cerdas) yang disingkat menjadi STAF. Ketiga, guru harus memiliki lima kecer-
dasan, yang mencakup kecerdasan intelektual, moral, sosial, emosi, dan motorik.
2. Memiliki siswa yang mempunyai prestasi yang membanggakan sekolah
Siswa berprestasi dilahirkan dari tangan guru yang profesional melalui proses be-
lajar mengajar yang kreatif dan efektif. Sekolah unggul harus dapat mengembang-
kan otak kiri dan otak kanan siswa yang tercerminkan pada berjalannya kegiatan
ekstrakurikuler dan intrakurikuler. Dalam film Laskar Pelangi digambarkan secara
sederhana bagaimana sekolah itu mampu mengembangkan kreativitas siswa dan
mencapai prestasi yang gemilang.
3. Mengembangkan sumber belajar yang tidak hanya berpusat pada guru
Film Laskar Pelangi mengajarkan pada kita bahwa sumber belajar bukan lagi berpu-
sat pada guru, melainkan dari berbagai sumber. Peran yang seharusnya dilakukan
guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan
berbagai sumber belajar yang ada. Guru merupakan salah satu (bukan satu-satu-
WIJAYAKUSUMAH WIJAYAKUSUMAH
5/24/2018 Buletin Indeks 2013.pdf
18/30
34 www.indeks-penerbit.com [email protected] To Order, Phone: 021 - 58350047, 58350392 35Fax: 021 - 58350365 Permata Puri Media, Jl. Topaz Raya Blok C2 no 16, Kembangan, Jakarta Barat 11610
nya) sumber belajar bagi siswa. Selain guru, masih banyak lagi sumber belajar yang
lain. Lalu, apa sebenarnya sumber belajar itu?
Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar
adalah semua sumber (berupa data, orang, atau benda) yang dapat digunakan un-
tuk memberikan fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meli-
puti pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar.
4. Memiliki budaya sekolah yang kokoh dan tetap eksis di tengah merambahnya
budaya global yang begitu cepat
Jika budaya kita definisikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, dan tra-
disi yang berlangsung dari waktu ke waktu, budaya sekolah adalah satu set ekspe-
ktasi dan asumsi dari norma, nilai, dan tradisi yang secara diam-diam mengarahkan
seluruh aktivitas personalia sekolah (Peterson, 1998). Karena budaya sekolah bukan
entitas statis, maka proses pembentukan norma, nilai, dan tradisi sekolah akan terus
berlangsung melalui interaksi dan refleksi terhadap kehidupan dan dunia secara
umum (Finnan, 2000). Dalam bahasa Hollins (1996), sebagai agen perubahan,
sekolah dibentuk oleh praktik dan nilai budaya serta merefleksikan norma-normadari masyarakat saat mereka masih sedang dikembangkan.
Budaya sekolah yang harus diciptakan agar tetap eksis menurut penulis adalah
budaya keagamaan (religius), budaya kerja sama (team work), budaya kepemimpin-
an (leadership), dan budaya kedisiplinan (dicipline).
5. Memiliki tokoh panutan di sekolah yang mampu menjadi contoh pemimpin
sekolah masa depan
Nama Arief Rachman seakan telah menyatu dengan Labschool. Prof. Dr. Arief
Rachman adalah guru yang pernah mengajar dan menjadi kepala sekolah di SMA
Labschool, Rawamangun, Jakarta Timur. Selain itu ia juga pernah menjadi dosen
luar biasa di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, dan sekarang beliau diang-kat menjadi guru besar di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) serta dosen pascasarjana
UNJ. Saat ini beliau sudah tidak mengajar lagi (pensiun), namun masih aktif di
dunia pendidikan dengan bergabung di sekolah Dipenogoro.
Arief Rachman sendiri lebih dikenal sebagai Pakar Pendidikan. Arief Rachman
selain memberikan keteladanan pada kami di Labschool, juga pernah mengatakan
bahwa guru itu harus memiliki lima kompetensi, yaitu idealisme, akademis, profe-
sionalisme, kepribadian, dan sosial. Kelima kompetensi inilah yang harus menyatu
dan dimiliki oleh para guru dalam menjaga sekolah seperti Labschool agar tetap
unggul.
Dalam film Laskar Pelangi, tokoh terkenal itu diperankan dengan baik oleh
Pak Harfan, kepala sekolah yang berwajah sabar dan berhati mulia. Dia selalu
menekankan pada anak didiknya Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya.
Pak