International Accounting Standards (IFRS) dan penerapannya di
Indonesia
International Accounting Standards (IFRS) merupakan standar pelaporan keuangan
internasional yang menjadi rujukan atau sumber konvergensi bagi standar-standar akuntansi
di Negara-negara di dunia dikeluarkan oleh International Accounting Standards Board
(IASB) atau dalam bahasa Indonesia disebut juga sebagai Badan Standar Akuntansi
internasional. Pada 1 April 2001. Standar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).
Sejumlah standar yang dibentuk sebagai bagian dari IFRS dikenal dengan nama
terdahulu Internasional Accounting Standards (IAS). IAS dikeluarkan antara tahun 1973
dan 2001 oleh Badan Komite Standar Akuntansi Internasional (Internasional Accounting
Standards Committee (IASC)). Pada tanggal 1 April 2001, IASB baru mengambil alih
tanggung jawab gunan menyusun Standar Akuntansi Internasional dari IASC. Selama
pertemuan pertamanya, Badan baru ini mengadaptasi IAS dan SIC yang telah ada. IASB
terus mengembangkan standar dan menamai standar-standar barunya dengan nama IFRS.-
Wikipedia
KENDALA KONVERGENSI PSAK KE DALAM IFRS
a. Dewan standar kauntansi yang kurang sumberdaya
b. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika masih dalam proses adopsi satu standar IFRS
dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut
c. Kendala bahasa, karena stiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dan seringkali ini tidaklah mudah
d. Infrastruktur profesi akuntansi yang belum siap
e. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti acuan ke IFRS
f. Support pemerintah terhadap issue konvergensi
MANFAAT KONVERGENSI IFRS
a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
dikenal secara internasional
b. Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi
c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
secara global
d. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan
e. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk
melakukan earning management
Dalam konvergensi IFRS ini sendiri dianalisis akan membawa beberapa dampak,
diantaranya adalah
SAK Pasca Dicanangkan Konvergensi IFRS
Setelah dicanangkannya konvergensi IFRS, Indonesia saat ini memiliki 3 SAK yaitu,
SAK Umum (berbasis IFRS), SAK ETAP (berjiwa IFRS for SME), dan SAK Syariah
(bernafaskan prinsip-prinsip syariah di Indonesia). Dampak terdapatnya 3 SAK bagi
peraturan perpajakan adalah, dalam peraturan perpajakan, dinyatakan bahwa pembukuan
(untuk tujuan pajak) menggunakan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali Peraturan
Perpajakan menyatakan lain. Hal ini berarti, untuk tujuan pajak, digunakan perlakuan
akuntansi sesuai dengan peraturan pajak, kecuali jika tidak diatur dalam peraturan
perpajakan, maka pengaturan akuntansinya menggunakan SAK (KUP 28/2007).
Aset Tak berwujud
Contoh item yang tidak diatur dalam peraturan pajak dan oleh karena itu
menggunakan SAK sebagai dasar adalah aset takberwujud. Dalam peraturan perpajakan, aset
takberwujud mengacu ke SAK (dalam hal batasan dan pengakuan) sesuai dengan Pasal 28
UU KUP. Padahal, pengaturan aset takberwujud untuk SAK ETAP dan SAK Umum berbeda.
Untuk SAK Umum, aset takberwujud dapat dihasilkan secara internal (dari proses
pengembangan/development) maupun eksternal (membeli lisensi, hak cipta, dll). Untuk SAK
ETAP, aset takberwujud hanya yang dihasilkan secara eksternal saja. Perlakuan untuk
amortisasi aset takberwujud berdasar UU KUP adalah 20 tahun atau mengikuti klasifikasi UU
No.11 mengenai aset, sedangkan berdasar SAK Umum dapat berumur terbatas atau
takterbatas, dan berdasarkan SAK ETAP umurnya terbatas.
Mata Uang Pembukan dan Mata Uang Pelaporan
Terdapat perbedaan pengaturan dalam hal penggunaan mata uang pelaporan.
Berdasarkan peraturan pajak dan SAK ETAP, mata uang pelaporan dan pembukuan dalam
rupiah. Sedangkan dalam SAK Umum menggunakan mata uang fungsional sebagai mata
uang pembukuan dan mata uang pelaporan rupiah.
Fair Value Accounting
Seringkali yang ditakutkan dari dampak konvergensi IFRS terhadap peraturan
perpajakan adalah mengenai diterapkannya Fair Value Accounting (FVA).
Revaluasi
Berdasarkan SAK Umum, revaluasi merupakan pilihan dan tidak perlu seizin
regulator. Berdasarkan peraturan perpajakan, PMK No.79/PMK.03/2008, revaluasi tidak
dapat dilakukan setiap saat. Sedangkan berdasarkan SAK ETAP revaluasi harus seizin
regulator.
Goodwill
Berdasarkan peraturan perpajakan, goodwill diamortisasi. Berdasarkan SAK Umum,
goodwill tidak diamortisasi namun diuji penurunan nilainya. Untuk kombinasi bisnis, SAK
Umum sudah tidak mengizinkan pooling of interest method – sesuai perlakuan dalam IFRS
(kecuali untuk perlakuan transaksi entitas sepengendali).
Masa Transisi
Dalam masa transisi dari penggunaan SAK lama ke SAK baru yang berbasis IFRS,
banyak entitas yang tiba-tiba memiliki aset dalam jumlah besar, atau melakukan revaluasi
sehingga nilai asetnya naik.
Perbedaan Akuntansi dan Pajak, Selamanya
Di belahan dunia manapun, hingga saat ini, pengaturan akuntansi selalu berbeda
dengan peraturan perpajakan. Hampir tidak ada peraturan akuntansi yang sama dengan
peraturan perpajakan. Hal ini dikarenakan tujuan dari akuntansi dan tujuan perpajakan
berbeda. Selain itu, prinsip-prinsip dari standar akuntansi dan peraturan perpajakan juga
berbeda. Pengaturan dalam standar akuntansi berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan
digunakan untuk pelaporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statement),
sedangkan pengaturan dalam peraturan perpajakan berdasarkan aturan (rule based) dan
bertujuan khusus (untuk penarikan pajak – kepentingan si penarik pajak/pemerintah). Oleh
karena itu, konvergensi IFRS tidak harus membuat peraturan perpajakan juga ikut konvergen
(apalagi peraturan perpajakan induknya adalah undang-undang, yang mana jika ingin
mengubah undang-undang proses birokrasinya sangat lama dan berbelit di DPR).
Konvergensi IFRS di Indonesia
Tahun 1994 – 2004: perubahan patokan standar keuangan dari US GAAP ke IFRS.
Hal ini telah menjadi kebijakan Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan
International Accounting Standards sebagai dasar membangun standar keuangan Indonesia.
Pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar – standar akuntansi
baru, IAS mendominasi isi dari standar ini selain US GAAP dan dibuat sendiri.
Tahun 2006 – 2008: dilakukan konvergensi IFRS tahap 1. Sejak tahun 1995 sampai
dengan tahun 2010, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara
berkesinambungan, proses revisi ini dilakukan sebanyak enam kali, yakni 1 Oktober 1995, 1
Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007 dan 1 Juli 2009.
Sampai dengan 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru 10 standar.
Tahun 2011 disebutkan sebagai tahap persiapan konvergensi IFRS di Indonesia.
Persiapan akhir ini terdiri dari penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan dan
penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
Tahun 2012 diharapkan sebagai tahun untuk pengimplementasi IFRS di Indonesia. Seperti
pernyataan Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI M Jusuf Wibisana (28/5/2009)
yang dikutip penulis dari Detik finance, “Konvergensi International Financial Reporting
Standards (IFRS) akan diterapkan pada tahun 2012. Konvergensi IFRS ini akan
memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan Standar Akuntansi
Keuangan yang dikenal secara internasional”. Implementasi terdiri dari dua garis besar yaitu
penerapan IFRS secara bertahap dan juga evaluasi dampak penerapan PSAK secara
komperhensif.
Konvergensi IFRS terhadap SAK yang sudah diterapkan di Indonesia dapat dijabarkan
kedalam beberapa tahan dari tahun ke tahunnya seperti berikut yang diperoleh penulis dari
situs resmi IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), International Financial Reporting Standar
(IFRS) merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara global,
sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman standar
akuntan di Indonesia untuk membuat laporan keuangan. Indonesia sebagai bagian dari
pertumbuhan ekonomi dunia telah merespon perubahan-perubahan sistem pelaporan
keuangan terkini dengan melakukan konvergensi IFRS ke dalam PSAK.
A. PSAK
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah kerangka acuan dalam prosedur
yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. PSAK saat ini menjadi peraturan yang
mengikat, agar pengertian yang ada menjadi tidak bias pada suatu pos laporan keuangan.
PSAK menjadi standar yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan. BUMN juga termasuk perusahaan yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan karena laporannya diberikan kepada masyarakat.
B. IFRS
Apakah IFRS? IFRS kepanjangan International Financial Reporting Standards. IFRS :
Standar, Interpretasi & Kerangka Kerja dlm rangka Penyusunan & Penyajian Laporan
Keuangan yang diadopsi oleh IASB. IASB → International Accounting Standards Board.
Sebelumnya IFRS ini lebih dikenal dengan nama International Accounting Standards (IAS).
Di benua Amerika, hampir semua negara di Amerika Latin dan Kanada mengadopsi IFRS. Di
Eropa, negara-negara selain Uni Eropa seperti Turki dan Rusia juga telah mengadopsi IFRS
secara penuh. Negara2 Asia yang telah mengimplementasi IFRS: India (2011 2014),
Indonesia (2012), Malaysia(2012), Korea (2012), Jepang (2010-2015), Thailand (2011-2015).
Sedangkan negara-negara Australia, Hongkong dan Singapore sudah menerapkannya lebih 90
persen. Sebagian besar negara anggota G20 juga merupakan pengadopsi IFRS.
C. Pentingnya Standar Akuntansi Internasional
Alasan perlunya Standar Akuntansi International antara lain: Peningkatan daya banding
laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional.
Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam
ketentuan pelaporan keuangan. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan
multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
D. Indonesia dan Konvergensi
Indonesia memutuskan untuk berkiblat pada Standar Pelaporan Keuangan Internasional atau
IFRS. Konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu didukung agar Indonesia mendapatkan
pengakuan maksimal. Pengakuan maksimal ini didapat dari komunitas internasional yang
sudah lama menganut standar ini. Jurang pemisah terdalam PSAK dengan IFRS telah teratasi
yaitu dengan diperbolehkannya penggunaan nilai wajar (fair value) dalam PSAK.
Tujuh manfaat sekaligus Penerapan IFRS :
1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK)
2. mengurangi biaya SAK,
3. meningkatkan kredibilitas & kegunaan lap. keuangan,
4. meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan
5. meningkatkan transparansi keuangan,
6. menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar
modal, dan terakhir
7. meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
E. Strategi dan Target DSAK dalam Proses Konvergensi
Keputusan DSAK (Dewan Standard Akuntansi Keuangan) saat ini adalah mendekatkan
PSAK dengan IAS/IFRS dengan membuat dua strategi:
a. Strategi selektif, dilakukan dengan empat target yaitu; Target pertama, mengidentifikasi
standar-standar yang paling penting untuk diadopsi seluruhnya. Target kedua, menentukan
batas waktu penerapan standar yang diadopsi. Target ketiga, melakukan adopsi standar
selebihnya yang belum diadopsi sambil merevisi standar yang telah ada. Dan target terakhir
adalah melakukan konvergensi proses penyusunan standar dengan IASB.
b. Untuk strategi kedua,strategi dual standard yang menerjemahkan seluruh IFRS sekaligus
dan menetapkan waktu penerapannya bagi listed companies.
Penerapan kedua strategi tersebut harus mempertimbangkan lima hal, sebagai berikut:
1. Konvergensi standar dan proses konvergensi itu sendiri.
2. Ketersediaan dana untuk penerjemahan standar persediaan dana untuk penerjemahan standar.
3. Ketentuan perundang-undangan di Indonesia.
4. Sosialisasi standar dan peluang "moral hazards" dalam penyusunan laporan keuangan.
5. Ketersediaan sumber daya manusia.
Sasaran konvergensi PSAK ke IFRS yang direncanakan Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) IAI:
Tahap Adopsi
(2008 – 2010)
Tahap Persiapan
Akhir
(2008 – 2010)
Tahap Implementasi
(2008 – 2010)
Adopsi seluruh IFRS
ke PSAK
Penyelesaian persiapan
infrastruktur yang
diperlukan
Penerapan PSAK
berbasis IFRS secara
bertahap
Persiapan infrastruktur
yang diperlukan
Penerapan secara
bertahap beberapa
PSAK berbasis IFRS
Evaluasi dampak
penerapan PSAK secara
komprehensif
Evaluasi dan kelola
dampak adopsi
terhadap PSAK yang
berlaku
Jika kita bandingkan antara semua standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan IFRS,
dengan jelas kita temukan perbedan kuantitas sebagai berikut:
PSAK IFRS
43 Standards (PSAK)
8 Syari’ah Standard
11 Interpretation (ISAK)
4 Technical Bulletins
1 SAK ETAP (Entitas
37 Standards
- 8 IFRS
- 29 IAS
27 Interpretation
16 IFRIC Interpretation
tanpa akuntanbilitas
publik/UKM) 11 SIC
Di Indonesia juga masih terdapat Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang masih mengacu
pada PSAK lama. Kemungkinan besar setelah konvergensi PSAK ke IFRS akan menyusul
perubahan pada SAP.
Tidak semua standar IFRS tersebut diatas dicontek habis dan dirubah menjadi PSAK, itulah
mengapa IAI memilih konvergensi dari para adaption dan adoption. Sedikit gambaran saja
untuk membedakan ketiga istilah tersebut saya jelaskan dalam tabel berikut:
Perbedaan Adaption Convergence Full Adoption
Arti
harafiah
Adaptasi/
Penyelarasan
Pertemuan pada suatu titik Adopsi/pemakaian
Standart
akuntansi
Membuat standar
yang benar benar baru
Membuat standar baru
dengan mempertimbangkan
keadaan yang berlaku
Mentranslet
standar lama
menjadi standar
baru
Contoh
Negara
Indonesia sebelum
IFRS
Indonesia setelah 2012 Australia,
Hongkong
Perkembangan konvergensi PSAK ke IFRS sampai dengan saat ini:
PSAK/ISAK yang berlaku efektif 2008 -2010
No PSAK/ISAK Ref Issued Effective
Date
1 PSAK 13 Properti Investasi IAS 40 2007 1-Jan-08
2 PSAK 16 Aset Tetap IAS 16 2007 1-Jan-08
3 PSAK 30 Sewa IAS 17 2007 1-Jan-08
4 PSAK 14 Persediaan IAS 2 2008 1-Jan-09
5 PSAK 26 Biaya Pinjaman IAS 23 2008 1-Jan-10
6 PSAK 50 Instrumen Keuangan:
Penyajian dan Pengungkapan
IAS 32 2006 1-Jan-10
7 PSAK 55 Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran
IAS 39 2006 1-Jan-10
8 ISAK 8 Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Suatu Sewa
dan Pembahasan Lebih Lanjut
Ketentuan Transisi
IFRIC
4
2007 Sep-10
PPSAK (Pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)/ISAK yang berlaku efektif
2008 -2010
No PSAK/ISAK Issued
Effective
Date
1 PPSAK
No.1
Pencabutan:
PSAK 32: Akuntansi Kehutanan
PSAK 35: Akuntansi
Pendapatan Jasa
Telekomunikasi
PSAK 37: Akuntansi
Penyelenggaraan Jalan Tol
2009 1-Jan-10
2 PPSAK
No.2
Pencabutan:
PSAK 41: Akuntansi Waran
PSAK 43: Akuntansi Anjak
Piutang
2009 1-Jan-10
3 PPSAK
No.3
Pencabutan:
PSAK 54: Akuntansi
Restrukturisasi Utang Piutang
Bermasalah
2009 1-Jan-10
4 PPSAK
No.4
Pencabutan:
PSAK 31: Akuntansi Perbankan
PSAK 43: Akuntansi
Perusahaan Efek
2009 1-Jan-10
5 PPSAK
No.5
Pencabutan:
ISAK 06: Interpretasi atas
Par.12 dan 16 PSAK 55 (1999)
Tentang Instrumen Derivatif
2009 1-Jan-10
Melekat pada Kontrak dalam
Mata Uang Asing
PSAK yang berlaku efektif per 1 Januari 2011
No PSAK Ref
1 PSAK 1
Penyajian Laporan Keuangan
IAS 1
Presentation of Financial Statement
2 PSAK 2
Laporan Arus Kas
IAS 7
Statement of Cash Flow
3 PSAK 3
Laporan Keuangan Interim
IAS 34
Interim Financial Reporting
4 PSAK 4
Laporan Keuangan Konsolidasian dan
Laporan Keuangan Tersendiri
IAS 27
Consolidated and Separated Financial
Statement
5 PSAK 5
Segen Operasi
IFRS 8
Segment Reporting
6 PSAK 7
Pengungkapan Pihak-pihak yang
Berelasi
IAS 24
Related Party Disclosures
7 PSAK 12
Bagian Partisipasi Dalam Ventura
Bersama
IAS 31
Interest in Joint Ventures
8 PSAK 15
Investasi Pada Entitas Asosiasi
IAS 28
Investment in Associates
9 PSAK 19
Aset Tak Berwujud
IAS 38
Intangible Assets
10 PSAK 22
Kombinasi Bisnis
IFRS 3
Business Combination
11 PSAK 23
Pendapatan
IAS 18
Revenue
12 PSAK 25
Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi & Kesalahan
IAS 8
Accounting Policies, Change in
Accounting Estimated and Errors
13 PSAK 48 IAS 36
Penurunan Nilai Aset Impairment of Assets
14 PSAK 57
Provisi, Liabilitas Kontijensi & Aset
Kontijensi
IAS 37
Provisions, Contingent Liabilities
15 PSAK 58
Aset Tidak Lancar yang Dimiliki
untuk Dijual & Operasi yang
Dihentikan
IFRS 5
Non-current Assets Held for sale and
Discontinued Operations
ISAK yang berlaku efektif per 1 Januari 2011
No ISAK Ref
1 ISAK 7
Konsoliasi Entitas Bertujuan Khusus
SIC 12
Consolidation – Special Purposes
Entities
2 ISAK 9
Perubahan Atas Liabilitas Purna
Operasi, Liabilitas Restorasi &
Liabilitas Serupa
IFRIC 1
Change in Existing
Decommissioning, Restoration and
Similar Liabilities
3 ISAK 10
Program Loyalitas Pelanggan
IFRIC 13
Customer Loyalty Programs
4 ISAK 11
Distribusi Aset Non Kas Kepada
Pemilik
IFRIC 17
Distributions of Non-Cash Assets to
Owners
5 ISAK 12
Pengendalian Bersama Entitas:
Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer
SIC 13
Jointly Controlled Entities – Non
Monetary Contributions by Venturers
6 ISAK 14
Aset Tak Berwujud: Biaya Situs Web
SIC 32
Intangible Assets – Web Site Costs
PSAK yang berlaku efektif per 1 Januari 2012
No PSAK Ref
1 PSAK 8
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
IAS 10
Event After Balance Sheet Date
2 PSAK 10
Pengaruh Perubahan Nilai Tukar
Valuta Asing
IAS 21
The Effect of Change in Foreign
Exchange Rates
3 PSAK 34
Akuntansi Kontrak Konstruksi
IAS 11
Construction Contact
4 PSAK 46
Akuntansi Pajak Penghasilan
IAS 12
Income Taxes
5 PSAK 24
Imbalan Kerja
IAS 19
Employee Benefit
6 PSAK 18
Akuntansi dan Pelaporan Program
Manfaat Purnakarya
IAS 26
Accounting and Reporting by
Retirement Benefit Plans
7 PSAK 56
Laba per Saham
IAS 33
Earnings per Share
8 PSAK 53
Pembayaran Berbasis Saham
IFRS 2
Share-based payment
9 PSAK 28
Akuntansi Akuntansi Kerugian
IFRS 4
Insurance Contract
10 PSAK 36
Akuntansi Akuntansi Jiwa
11 PSAK 29
Akuntansi Minyak dan Gas Bumi
IFRS 6
Exploration for and Evaluation of
Mineral Resources
12 New PSAK (ED PSAK 60) IFRS 7
Financial Instrument: Disclosure
13 New PSAK (ED PSAK 61) IAS 20
Accounting for Government Grants
and Disclosure of Government Grant
14 New PSAK (ED PSAK 63) IAS 29
Financial Reporting in Hyper
Inflationary
15 New PSAK IAS 41
Agriculture
ISAK yang berlaku efektif per 1 Januari 2012
No PSAK Ref
1 ISAK 13
Lindung Nilai Investasi Neto dalam
Kegiatan Usaha Luar Negeri
IFRIC 16
Hedges of Net Investment in a
Foreign Operation
2 ED ISAK 16
Perjanjian Konsesi Jasa
IFRIC 12
Service Concession Arrangements
3 ED ISAK 15
PSAK 24 – Batas Aset Imbalan
Pasti, Persyaratan Pendanaan
Minimum dan Interaksinya
IFRIC 14
IAS 19 – The Limit on a Defined
benefit Asset, Minimum Funding
Requirement and their Interaction
4 ED ISAK 17
Laporan keuangan Interim dan
penurunan Nilai
IFRIC 10
Interim Financial Reporting and
Impairment
PSAK akan dicabut, dikaji dan direvisi berlaku efektif per 1 Januari 2012
No PSAK Ref
1 PSAK 21 Ekuitas Akan dicabut
2 PSAK 27 Akuntansi Koperasi Akan dicabut
3 PSAK 38 Restrukturisasi Entitas
Sepengendali
Masih dikaji
4 PSAK 44 Aktivitas pengembangan
Real Estat
Masih dikaji, kemungkinan
diganti IFRIC 15
5 PSAK 51 Kuasi Reorganisasi Masih dikaji
6 PSAK 45 Akuntansi Entitas Nirlaba Direvisi
7 PSAK 47 Akuntansi Tanah Masih dikaji
8 PSAK 39 Akuntansi Kerjasama
Operasi
Komentar.
Dalam artikel diatas banyak hal yang harus diperhatikan menyambut konvergensi IFRS ke
PSAK. Seperti yang telah dijelaskan diatas, Tahun 2012 diharapkan sebagai tahun untuk
pengimplementasi IFRS di Indonesia. Seperti pernyataan Ketua Dewan Standar Akuntansi
Keuangan IAI M Jusuf Wibisana (28/5/2009) yang dikutip penulis dari Detik finance,
“Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) akan diterapkan pada
tahun 2012. Konvergensi IFRS ini akan memudahkan pemahaman atas laporan keuangan
dengan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional”.
Implementasi terdiri dari dua garis besar yaitu penerapan IFRS secara bertahap dan juga
evaluasi dampak penerapan PSAK secara komperhensif.
Konvergensi IFRS terhadap SAK yang sudah diterapkan di Indonesia dapat dijabarkan
kedalam beberapa tahan dari tahun ke tahunnya seperti berikut yang diperoleh penulis dari
situs resmi IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), International Financial Reporting Standar
(IFRS) merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara global,
sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman standar
akuntan di Indonesia untuk membuat laporan keuangan. Indonesia sebagai bagian dari
pertumbuhan ekonomi dunia telah merespon perubahan-perubahan sistem pelaporan
keuangan terkini dengan melakukan konvergensi IFRS ke dalam PSAK.
Mengapa harus mengadopsi International Financial Reporting Standards (IFRS)? Dengan
mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya kredibilitas pasar
modal Indonesia di mata investor global, meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan
meningkatkan efisiensi alokasi modal. Teknologi informasi yang berkembang pesat telah
mengubah lingkungan pelaporan keuangan. Kemajuan ini membawa jutaan investor (jika
tidak milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Antusiasme para investor
tidak akan terhalangi oleh batasan negara, misal: Investor dr Amerika bisa dengan mudah
berinvestasi di Eropa atau di Singapore atau bahkan di Indonesia. Bukan hanya investor &
analis yang membutuhkan informasi seperti ini, melainkan jg dibutuhkan oleh stakeholder
lainnya. Upaya pemerintah Untuk meningkatkan kualitas IFRS akan melindungi investor
dalam negeri, karena dengan penerapan standar internasional akan meningkatkan
kepercayaan internasional untuk investasi di Indonesia.
Konvergensi IFRS ke dalam PSAK akan berdampak besar bagi dunia usaha, terutama dari
sisi pengambilan kebijakan perusahaan yang didasarkan kepada data-data akuntansi. Suatu
perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam
laporan keuangannya. Selain itu, dengan mengimplementasikan IFRS, perusahaan akan
menikmati biaya modal yang lebih rendah. Juga konsolidasi yang lebih mudah & sistem
teknologi informasi yang terpadu.
Mengutip pernyataan Prof Indra Wijaya dalam orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, beliau mengatakan: “Indonesia
mengadopsi secara penuh seperti Australia sangat tidak mungkin, adopsi yang mungkin
adalah Mengadopsi IFRS berkarakteristik Indonesia yang lebih bersifat taylor-made namun
memenuhi kebutuhan internasional serta dapat melepaskan diri dari tekanan dunia
internasional”. Pernyataan itulah yang lebih tepat menjelaskan istilah konvergensi bagi
Indonesia.
Top Related