Analisis Kualitas Signal Wireless Berdasarkan Received Signal
Strength Indicator (RSSI) pada
Universitas Kristen Satya Wacana
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Tri Satya Jaya Putra (672014132)
Dr. Indrastanti R. Widiasari, MT.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2018
Analisis Kualitas Signal Wireless Berdasarkan Received
Signal Strength Indicator (RSSI) pada
Universitas Kristen Satya Wacana
1)Tri Satya Jaya Putra, 2)Dr. Indrastanti R. Widiasari, MT.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Dr. O. Notohamidjojo, Salatiga 50714, Indonesia
Email : 1) [email protected], 2) [email protected]
Abstract
The use of wireless technology is urgently needed at this time by various circles,
especially those students who need the internet to perform various exchange of information as
well as other necessities. Satya Wacana Christian University has needs an internet connection
that is widely used by students and professors, but the wireless network has a wireless signal
radiates weakness caused by obstacles such as walls, wood , trees and other wireless signals
that affect the quality of the signal received by the user. one way to find out the quality of the
wireless signal that is received by using the method of Received Signal Strength Indicator
(RSSI). RSSI is the measured power received by a wireless device. This monitoring is done on
the research on access point radiates wireless signals in the area outside the building using
Wi-Fi Analyzer application to obtain information such as signal strength and the channel
graph to note if there co-channel interfernce of access point and Wi-Fi application SNR to pay
attention to noise nuisance from the transmitted signal. the results show the quality of the
wireless signal is emitted on the outside of the building area of Satya Wacana Christian
University have been very good standard TIPHON i.e. over-70 dBm, but has obstacles and
other signal noise which resulted in the distance the emitted signal declining and the distance
to access the internet with good and stable too is decreasing.
Keywords : Signal Wireless, Received Signal Strength Indicator, Signal To Noise Rasio, Co-
Channel Interference
Abstrak
Penggunaan teknologi wireless pada saat ini sangat dibutuhkan oleh berbagai kalangan,
khususnya mahasiswa yang membutuhkan internet untuk melakukan berbagai pertukaran
informasi maupun kebutuhan lainnya. Universitas Kristen Satya Wacana memiliki kebutuhan
koneksi internet yang banyak digunakan oleh mahasiswa maupun dosen, namun jaringan
wireless memiliki kelemahan dalam memancarkan signal wireless yang disebabkan oleh
hambatan yang ada seperti dinding, kayu, pepohohan dan signal wireless lain yang
mempengaruhi kualitas signal yang diterima oleh pengguna. salah satu cara untuk mengetahui
kualitas signal wireless yang diterima adalah dengan menggunakan metode Received Signal
Strength Indicator (RSSI). RSSI merupakan pengukuran terhadap daya yang diterima oleh
sebuah perangkat wireless. pada penelitian ini dilakukan monitoring pada access point yang
memancarkan signal wireless pada area luar gedung menggunakan aplikasi Wi-Fi Analyzer
untuk memperoleh informasi seperti signal strength dan channel graph untuk memperhatikan
bila terjadi co-channel interfernce dari access point serta aplikasi Wi-Fi SNR untuk
memperhatikan noise gangguan dari signal yang ditransmisikan. hasilnya menunjukkan
kualitas signal wireless yang dipancarkan pada area luar gedung Universitas Kristen Satya
Wacana sudah sangat bagus sesuai standar TIPHON yaitu lebih dari -70 dBm, namun memiliki
hambatan dan noise dari signal lain yang mengakibatkan jarak signal yang dipancarkan
semakin menurun dan jarak untuk mengakses internet dengan baik dan stabil juga menurun.
Keywords : Signal Wireless, Received Signal Strength Indicator, Signal To Noise Rasio, Co-
Channel Interference
1. Pendahuluan
Perkembangan Teknologi saat ini sangat dibutuhkan oleh berbagai kalangan
masyarakat, khususnya mahasiswa yang membutuhkan internet untuk melakukan berbagai
pertukaran informasi maupun kebutuhan lainnya. Teknologi jaringan Wireless memberikan
kemudahan bagi mahasiswa untuk dapat mengakses internet dengan bebas dan fleksibel dalam
bertukar informasi, semakin tingginya kebutuhan mahasiswa untuk mengakses internet di
kampus maka kualitas signal wireless harus semakin baik dan stabil.
Universitas Kristen Satya Wacana merupakan salah satu area yang memiliki kebutuhan
koneksi internet yang banyak digunakan oleh mahasiswa maupun dosen untuk mengerjakan
segala tanggung jawab dan kebutuhan saat berada di kampus, sehingga teknologi Wireless
sangat dibutuhkan untuk setiap orang yang akan melakukan koneksi dengan internet dengan
menggunakan teknologi yang mendukung koneksi dengan teknologi Wireless. Namun kualitas
signal wireless sering dipengaruhi oleh berbagai macam penghalang dan lokasi yang membuat
koneksi di Universitas Kristen Satya Wacana sering terputus karena kualitas signal wireless
yang tidak baik dan tidak stabil. Perbedaan lokasi dan hambatan yang ada pada setiap
penempatan access point membuat kualitas signal strength yang diterima menurun dan jarak
pancaran signal berbeda. Received Signal Strength Indicator (RSSI) merupakan salah satu
metode untuk mengukur kualitas signal yang diterima oleh pengguna dan Signal to Noise Ratio
merupakan indicator untuk melihat seberapa besar noise mengganggu signal yang
ditransmisikan oleh access point, sehingga dapat mengetahui apakah terjadi penumpukkan
signal pada channel yang digunkan (Co-Channel interference).
Oleh karena itu, dengan melakukan Analisis kualitas Signal wireless berdasarkan
Received Signal Strength Indicator pada Universitas Kristen Satya Wacana diharapkan dapat
mengetahui kualitas signal wireless yang ada pada setiap area yang memiliki access point
dengan memperhatikan hambatan dan interferensi yang terjadi sehingga mendapatkan area
yang memiliki kualitas signal wireless yang baik dan stabil.
2. Tinjauan Pustaka
Menurut Puspitasari [1], ketinggian penempatan perangkat Wi-Fi berpengaruh terhadap
nilai kekuatan signal (RSSI) yang diterima oleh receiver. Kekuatan sinyal RSSI yang diterima
oleh receiver tidak hanya bergantung pada jarak antara transmitter dan receiver, akan tetapi
menunjukkan variasi yang besar terhadap fading dan shadowing pada sebuah lokasi.
Menurut Garnis dkk [2], dari hasil penelitian yang dilakukan untuk melihat kualitas
signal dari posisi Wi-Fi Access point dengan menggunakan aplikasi wifi analyzer dan
perhitungan manual diperoleh nilai selisih RSSI yang tidak jauh berbeda dan semakin jauh
jarak antara dua titik Access point ke titik kumpul, maka semakin kecil nilai kualitas signal
RSSI yang diterima pengguna dan sebaliknya. Menurut Cahyaningtyas dan Sulistyo [3], hasil
pengukuran menggunakan Unifi Controller dan perhitungan secara teoritis memiliki
perbedaan. Hal ini disebabkan karena perhitungan secara teoritis didasarkan hanya pada jarak
antara pemancar dan penerima sehingga layout suatu bangunan tidak diperhitungkan sehingga
hasil perhitungan secara teoritis lebih bagus karena nilainya lebih mendekati nilai positif,
sedangkan pengukuran Unifi Controller dipengaruhi oleh keadaan sekitar maka penempataan
Access point perlu diperhatikan.
Teknologi wireless terus berkembang hingga saat ini. Generasi teknologi wireless yang
dikembangkan berdasarkan IEEE adalah sebagai berikut: a) Standar 802.11a digunakan untuk
mendefinisikan jaringan wireless yang menggunakan frekuensi 5 GHz Unlicensed National
Information Infrastrusture (UNII). Kecepatan jaringan ini lebih cepat dari standar 802.11 dan
standar 802.11b pada kecepatan transfer sampai 54 Mbps. Kecepatan ini dapat lebih cepat lagi
jika menggunakan teknologi yang tepat [4], Daya pancar maksimun yang kurang lebih 60 meter
tanpa hambatan dengan kecepatan data rate 6 Mbps. Jika memaksimalkan data rate sampai
sebesar 54 Mbps maka daya pancar menurun hingga kurang lebih 22 meter. Kecepatan ini
dapat lebih cepat lagi jika menggunakan teknologi yang tepat. b) Standar 802.11b merupakan
standar yang paling banyak digunakan di kelas standar 802.11. Standar ini merupakan
pengembangan dari standar 802.11 untuk lapisan fisik dengan kecepatan tinggi. 802.11b
digunakan untuk mendefinisikan jaringan wireless direct-sequence spread spectrum (DSSS)
yang menggunakan gelombang frekuensi indusrial, scientific, medicine (ISM) 2,4 GHz dan
berkomunikasi pada kecepatan hingga 11 Mbps. Ini lebih cepat daripada kecepatan 1 Mbps
atau 2 Mbps yang ditawarkan oleh standar 802.11a. Standar 802.11b juga kompatibel dengan
semua perangkat DSSS yang beroperasi pada standar 802.11 [4], Daya pancar signal maksimun
yang dapat dicapai 105 meter dengan data rate 1 Mbps. Jika memaksimalkan data rate sebesar
11 Mbps maka daya pancarnya hanya sejauh kurang lebih 50 meter. c) Standar 802.11g pada
dasarnya mirip dengan standar 802.11a yaitu menyediakan jalur komunikasi kecepatan tinggi
hingga 54 Mbps. Namun, frekuensi yang digunakan pada standar ini sama dengan frekuensi
yang digunakan standar 802.11b yaitu frekuensi gelombang 2,4 GHz dan juga dapat
kompatibel dengan standar 802.11b. Hal ini tidak dimiliki oleh standar 802.11a [4], Daya
pancar maksimun signal kurang lebih 90 meter dengan data rate 6 Mbps. Jika memaksimalkan
data rate sampai sebesar 54 Mbps maka daya pancarnya hanya sejauh kurang lebih 30 meter.
d) Standar 802.11n merupakan standar yang menyediakan fungsionalitas WLAN ke
penggunanya setingkat diatas dengan penggunaan teknologi Fast Ethernet (802.3u) yang
mampu mengirimkan data penggunanya dengan kecepatan 100Mbps, dimana 802.11n mampu
mentransmisikan data dengan kecepatan sampai dengan 600Mbps. 802.11n menggunakan HT-
OFDM yang dapat beroperasi pada pita frekuensi 2.4 GHz dan 5GHz. Fitur utama dari standar
802.11n adalah kapabilitas dari Multiple Input Multiple Output (MIMO) untuk meningkatkan
datarate sehingga mencapai jumlah ratusan mega bit per detik [4], e) Standar 802.11ac adalah
standar yang ditetapkan IEEE sebagai penerus teknologi Wi-Fi generasi kelima yang beroperasi
pada pita frekuensi dibawah 6 GHz dan teknik antena yang digunakan adalah Multiple-User
MIMO (MU-MIMO). Standar 802.11ac ditetapkan untuk gigabit WLAN yang memungkinkan
pengguna teknologi ini memperoleh Throughput yang sangat tinggi pada lingkungan multi-
user dan mengizinkan para pengguna melakukan transfer data dengan kecepatan hingga 7
Gbps [5].
RSSI adalah pengukuran terhadap daya yang diterima oleh sebuah perangkat Wireless.
Pengukuran dilakukan berdasarkan Signal Strength yang diterima. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat keakurasian pengukuran dan perhitungan dengan menggunakan Wireless
[1]. RSSI digunakan sebagai indeks yang menunjukkan kekuatan sinyal yang diterima oleh
receiver dari Access point , satuan kekuatan signal wireless ditunjukan dengan satuan dBm
dengan rentang Signal Strength yaitu -10 dBm sampai kurang lebih -100 dBm. Semakin
mendekati angka positif maka kualitas signal semakin bagus. Standarisasi Signal Strength
menurut TIPHON ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1 Standar Signal Strength menurut TIPHON
Kategori Signal Strength (dBm)
Sangat Bagus > - 70 dBm
Bagus -70 dBm s/d -85dBm
Sedang -86 dBm s/d -100 dBm
Jelek -100 dBm
Sumber : Arnomo[7]
Signal To Noise Ratio (SNR) merupakan perbandingan antara signal strength dengan
noise level (derau), semakin besar nilai SNR maka semakin tinggi kualitas jaringan dan satuan
ukuran SNR adalah decibel (dB). menurut Adiati dkk [6] SNR merupakan parameter yang
harus diperhatikan dan digunakan untuk menunjukkan seberapa banyak noise mengganggu
signal yang ditransmisikan. Menurut Arnomo [7] Standar untuk mengukur signal to noise ratio
(SNR) untuk pengujian kualitas signal wireless berdasarkan jarak dan halangan ditunjukkan
pada Tabel 2.
Tabel 2 Standar Signal To Noise Ratio menurut TIPHON
Kategori SNR (dB)
Outstanding (sangat bagus) > 29 dB
Excellent (bagus) 20,0 dB s/d 28,dB
Good (Baik) 11,0 dB s/d 19,9 dBm
Fair (Cukup) 07,0 dB s/d 10,9 dB
Bad (buruk) < 06,9 dB
Sumber : Arnomo[7]
Keterangan :
29,0 dB - ke atas = Outstanding (bagus sekali)
20,0 dB - 28,9 dB = Excellent (bagus) • Koneksi stabil.
11,0 dB - 19,9 dB = Good (baik) • Sinkronisasi sinyal ADSL dapat berlangsung lancar.
07,0 dB - 10,9 dB = Fair (cukup) • Rentan terhadap variasi perubahan kondisi pada
jaringan.
00,0 dB - 06,9 dB = Bad (buruk) • Sinkronisasi sinyal gagal atau tidak lancar (ter-
putus²).
Pada jaringan wireless terdapat sebuah channel yang merupakan pembagian jalur lebar
pita frekuensi pada jaringan wireless. Pemilihan dan pembagian channel pada wireless akan
menentukan frekuensi yang dipakai untuk beroperasi pada gelombang radio sehingga
meminimalisir sebuah interferensi [3]. Ada 11 channel yang dipakai untuk frekuensi 2,4 GHz
di Indonesia dan Amerika memiliki range mulai dari 2,4 GHz – 2,5 GHz yang ditunjukkan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Pembagian Channel menurut ITU (International Telecommunication Union)
Channel Frequency
(GHz)
Range Channel Range
1 2.412 2.401-2.423 1-3
2 2.417 2.406-2.428 1-4
3 2.422 2.411-2.433 1-5
4 2.427 2.416-2.438 2-6
5 2.432 2.421-2.443 3-7
6 2.437 2.426-2.448 4-8
7 2.442 2.431-2.458 5-9
8 2.447 2.436-2.458 6-10
9 2.452 2.441-2.463 7-11
10 2.457 2.446-2.468 8-11
11 2.462 2.451-2.473 9-11
12 2.467 2.456-2.478 Not US
13 2.572 2.461-2.483 Not US
14 2.484 2.473-2.495 Not US
Setiap channel memiliki lebar 22 MHz atau 0,022 GHz yang mengakibatkan sinyal dari
channel lain masih mempengaruhi. Penggunaan channel yang berdekatan akan mengakibatkan
terjadinya interferensi antar channel seperti ditunjukkan pada Gambar 1
Gambar 1 Graphical Frequensy Channel 2.4 GHz
Optimalisasi pembagian channel untuk menghindari interferensi adalah channel 1, 6
dan 11. Dimana setiap channel memiliki jarak yang tidak saling tumpang tindih, Interferensi
merupakan signal-signal yang saling tumpang tindih dalam band frequency yang dapat
mengubah atau menghapuskan signal.
Interferensi menjadi masalah yang besar pada jaringan wireless, penyebab terjadinya
interferensi pada jaringan yaitu interferensi yang disebabkan pada jaringan wireless lain yang
bekerja pada band frequency yang sama dan interferensi yang terjadi pada jaringan sendiri
karena menggunakan band frequency channel yang tidak mempunyai jarak atau spasi antar
channel. Menurut Ardyatama dan Sulistyo [8], interferensi Co-Channel berpengaruh pada
kekuatan signal access point sehingga menghasilkan perbedaan dari hasil pengukuran Quality
Of Service (QOS) dan perangkat-perangkat lain berpengaruh terhadap kestabilan kekuatan
signal dari masing-masing access point. Interferensi Co-Channel sangat mempengaruhi
kualitas signal wireless sehingga pengaturan channel harus memperhatikan frequency channel
yang digunakan.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi beberapa tahapan
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Indentifikasi Masalah
Studi Literatur
Persiapan dan Pengumpulan
Data
Analisis Data
Penentuan titikaccess point
Pengukuran kualitas sinyal wireless
Nilai RSSI yang diterima receiver
Jarak access point
dengan receiver
Lokasi titik pengukuran
Penulisan Laporan
Gambar 2 Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian pada Gambar 2, dijelaskan sebagai berikut :
a. Identifikasi Masalah : Penentuan Masalah yang akan dibahas dalam penelitian adalah
menganalisa proses kinerja
b. Studi Literatur : Pada tahap ini mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti yang diperoleh dari buku, artikel, jurnal dan internet.
c. Persiapan dan Pengumpulan Data : Pada tahap ini dilakukan proses penginstalan aplikasi
dan pengambilan data dari aplikasi untuk memperoleh nilai RSSI memiliki beberapa proses
yaitu :
- Pemilihan titik Access point : tahapan ini dilakukan pemilihan Access point terdekat
pada area penelitian
- Pengukuran signal wireless : tahapan ini terbagi dalam beberapa pengukuran yaitu
pengukuran nilai RSSI yang diterima receiver, jarak Access point dengan receiver,
hambatan/noise dan interfensi co-channel.
d. Analisis Data : pada tahap ini dilakukan proses analisis data yang telah dikumpulkan untuk
mendapatkan hasil kualitas signal yang ada pada area UKSW.
e. Penulisan Laporan : Pada tahap ini dilakukan penulisan laporan penelitian dari tahap awal
sampai terakhir Analisis Kualitas Signal wireless Berdasarkan Received Signal Strength
Indicator (RSSI) pada Universitas Kristen Satya Wacana.
Pada tahapan identifikasi masalah dilakukan pengecekan setiap access point yang
memancarkan signal wireless pada area Universitas Kristen Satya Wacana untuk mengetahui
setiap kebutuhan yang akan dipakai dalam analisis signal wireless.
Pada tahapan studi literatur dilakukan pengumpulan informasi data dari setiap konsep-
konsep yang akan digunakan dan saling berhubungan dengan masalah yang diteliti yang
diperoleh dari artikel jurnal, buku maupun internet.
Pada tahapan persiapan dan pengumpulan data dilakukan proses penginstalan perangkat
lunak yang dibutuhkan untuk analisis signal wireless. Perangkat yang digunakan meliputi, Wifi
Analyzer dan Wifi SNR. Sedangkan perangkat keras yang digunakan meliputi Access point
UniFi AP AC Lite, Unifi AP AC Mesh pro, Unifi AP Outdoor+, Laptop Toshiba Satellite L745
dan Smartphone OPPO Neo 5. Proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa proses
meliputi :
1) Pemilihan titik access point yang memiliki pancaran signal wireless pada area
Universitas Kristen Satya Wacana diperoleh 16 titik lokasi Access point yang berbeda dan
memiliki pancaran signal yang cukup jauh pada sekitar area lingkungan kampus Universitas
Kristen Satya Wacana.
Gambar 3 Denah kampus dan titik lokasi Access point
Pada gambar 3 merupakan hasil pemilihan titik access point yang akan dimonitoring,
Titik lokasi Access point berwarna merah menggunakan Access point indoor sedangkan titik
lokasi Access point berwarna hitam menggunakan Access point outdoor.
2) pengukuran Signal Strength dengan memperhatikan setiap nilai RSSI yang diterima
receiver, jarak Access point dengan receiver, hambatan/noise (SNR) dan interfensi co-channel.
- Pada tahapan pengukuran nilai RSSI dilakukan dengan monitoring setiap area pancaran signal
wireless dari titik access point dengan mengukur dan membandingkan jarak ketika memiliki
hambatan dan tanpa memiliki hambatan sehingga membentuk sebuah coverage area pancaran
signal wireless. Hal ini berupa sketsa atau gambar hasil pengukuran jarak pancaran signal
wireless dari access point .
- Pada tahanpan pengukuran nilai SNR dilakukan dengan monitoring pada area coverage signal
wireless dengan mengukur jarak dan noise yang ada pada titik lokasi access point serta
membandingkan jarak pengukuran nilai RSSI.
- Pada tahapan interferensi co-channel dilakukan monitoring pada titik lokasi access point yang
berdekatan dan memiliki band frequensi channel yang sama serta memperhatikan dampak
interferensi tersebut pada penerima signal wireless.
4. Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini dilakukan analisis hasil dari monitoring nilai RSSI, nilai SNR dan
interferensi co-channel yang mempengaruhi signal wireless yang terpancar pada area UKSW.
Analisis signal strength menggunakan aplikasi wifi Analyzer untuk mendapatkan nilai RSSI
dari access point yang diukur. Berdasarkan pengukuran dan monitoring dari 16 titik access
point dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 4 Hasil pancaran signal wireless
Pada Gambar 4 menunjukkan daya pancaran signal wireless dari 16 titik lokasi Access
point yang diukur memiliki pancaran signal wireless yang berbeda dari setiap sisi area
dikarenakan adanya hambatan dan interfernsi channel, sedangkan signal wireless yang
dipancarkan tanpa ada hambatan mampu menembus jarak yang lebih jauh sesuai Access point
yang digunakan. Pancaran signal wireless berwana biru merupakan Access point outdoor dan
pancaran signal wireless berwarna merah adalah Access point indoor. Berdasarkan hasil
monitoring melalui aplikasi wi-fi analyzer diperoleh nilai Signal Strength dari 16 titik lokasi
access yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil pengukuran nilai RSSI dengan aplikasi Wi-Fi Analyzer
Titik lokasi
AP Jenis AP Channel
Signal Strength
(dBm)
Jarak tanpa hambatan
(meter)
Jarak memiki hambatan
(meter) Kategori
1 Indoor 6 -68 < 14 m < 6m Sangat Bagus
2 Indoor 6 -69 < 16 m < 7 m Sangat Bagus
3 Indoor 6 -67 < 20 m < 9 m Sangat Bagus
4 outdoor 1 -68 < 30 m < 11 m Sangat Bagus
5 outdoor 6 -69 < 50 m < 13 m Sangat Bagus
6 outdoor 1 -67 < 50 m < 11 m Sangat Bagus
7 Indoor 11 -68 < 12 m < 6 m Sangat Bagus
8 Indoor 6 -69 < 15 m < 7 m Sangat Bagus
9 Indoor 11 -68 < 15 m < 7 m Sangat Bagus
10 Indoor 6 -67 < 16 m < 7 m Sangat Bagus
11 outdoor 6 -67 < 50 m < 10 m Sangat Bagus
12 outdoor 1 -69 < 50 m < 11 m Sangat Bagus
13 Indoor 11 -68 < 12 m < 7 m Sangat Bagus
14 Indoor 6 -68 < 16 m < 8m Sangat Bagus
15 Indoor 11 -69 < 20 m < 8m Sangat Bagus
16 outdoor 11 -68 < 60 m < 14m Sangat Bagus
Pada Tabel 4 menunjukkan hasil pengukuran kualitas Signal Strength Access point
outdoor dann Access point indoor menggunakan aplikasi Wi-fi analyzer untuk mendapatkan
informasi dari setiap Access point seperti SSID, Frequensi, channel, Signal Strength, Mac
Address, dan lainnya. Dari hasil pengukuran menggunakan metode RSSI menunjukkan bahwa
kekuatan signal wireless yang telah diperoleh dari setiap titik lokasi access point menunjukkan
hasil yang sangat bagus, tetapi jika diperhatikan dari jarak pancaran signal wireless antara
access point dengan penerima memiliki perbedaan seperti ditunjukkan pada Gambar 4,
dikarenakan penggunaan jenis access point yang digunakaan dan hambatan yang ada pada area
titik lokasi berbeda beda.
Pengunaan access point indoor (UniFi AP AC Lite) di Universitas kristen satya wacana
memiliki jarak pancaran signal wireless tanpa hambatan yaitu kurang dari 20 meter dengan
kualitas signal strength lebih dari -70 dBm atau sudah sangat bangus sesuai standar THIPON.
Namun ketika memiliki hambatan seperti dinding, pepohonan, kayu, besi dan signal wireless
lain pada area sekitar titik lokasi jarak pancaran signal menurun hingga kurang dari 9 meter
dengan kualitas signal strength yang sama.
Penggunaan access point outdoor (Unifi AP Outdoor+) memiliki pancaran signal
wireless tanpa hambatan yaitu kurang dari 60 meter dengan kualitas signal strength lebih dari
-70 dBm. Sedangkan ketika memiliki hambatan jarak pancaran signal wireless berkurang
hingga 15 meter karena hambatan yang ada pada area luar gedung universitas begitu besar
seperti tembok, gedung bangunan, pepohonan dan signal wireless lain yang mempengaruhi
pancaran signal wireless yang diterima.
Pengaruh kualitas signal wireless yang diterima oleh penerima pada area UKSW
ditentukan tidak hanya tergantung jarak antara access point dan penerima, akan tetapi kondisi
lingkungan pada setiap area UKSW yang memiliki hambatan yang mempengaruhi nilai RSSI,
sehingga setelah melakukan penelitian dengan metode RSSI pada setiap Access point yang
memancarkan signal wireless pada area luar gedung di UKSW diperoleh beberapa area yang
membutuhkan penambahan access point untuk menjangkau area yang memiliki kualitas signal
wireless yang sering terputus dan terhalang oleh hambatan yaitu pertama pada area luar timur
BU-UKSW membutuhkan satu Access point outdoor yang dapat memancarkan signal wireless
pada area taman sekitar lapangan sepak bola, yang kedua pada halaman depan gedung E
membutuhkan Access point outdoor yang dapat memancarkan signal dengan luas agar pada
area tersebut mendapatkan kualitas signal dengan sangat bagus, yang ketiga pada area belakang
gedung F membutuhkan Access point outdoor agar kualitas signal wireless diterima pada area
semakin bagus, karena pada titik lokasi ini tidak dapat dijangkau oleh AP pada titik lokasi ke-
11 dan titik lokasi 13 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Proses pengambilan nilai SNR dari Access point dilakukan dengan cara monitoring dari
16 Access point menggunakan wifi SNR dengan mengukur jarak terbaik dari Access point ke
penerima untuk mengakses internet dengan sangat bagus. Hasil monitoring dari 16 titik lokasi
Access point dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pengukuran nilai SNR dengan aplikasi Wi-Fi SNR
Titik lokasi AP
Jenis AP Channel Signal To Noise Ratio
(dB) Jarak
(meter)
1 Indoor 6 8 - 38 < 10 m 2 Indoor 6 7 - 44 < 10 m 3 Indoor 6 9 - 48 < 10 m 4 outdoor 1 8 - 24 < 15 m 5 outdoor 6 9 - 34 < 30 m 6 outdoor 1 8 - 38 < 30 m 7 Indoor 11 7 - 44 < 10 m 8 Indoor 11 8 - 42 < 10 m 9 Indoor 11 8 - 44 < 10 m
10 Indoor 6 7 - 38 < 10 m 11 outdoor 6 7 - 41 < 30 m 12 outdoor 1 8 - 48 < 30 m 13 Indoor 11 9 - 44 < 10 m 14 Indoor 6 8 - 55 < 10 m 15 Indoor 11 7 - 38 < 15 m 16 outdoor 1 8 - 23 < 25 m
Pada Tabel 5 menunjukkan hasil pengukuran nilai SNR dari setiap Access point
memiliki perbedaan nilai SNR dan jarak yang diperoleh untuk mendapatkan kualitas signal
wireless yang terbaik ketika mengakses internet. Dari 16 titik lokasi access point yang
digunakan memiliki nilai SNR yang berbeda dan jarak untuk mengakses internet dengan baik
dan stabil berbeda, dikarenakan pada titik lokasi access point memiliki noise dari signal
wireless lain yang mengganggu signal yang diterima dan hambatan yang ada pada area
coverage access point. Perbedaan penggunaan jenis access point juga dapat mempengaruhi
jarak untuk memperoleh nilai SNR, dimana pada Tabel 5 menunjukkan penggunaan access
point indoor memiliki jarak terjauh kurang dari 15 meter dan penggunaan access point outdoor
memiliki jarak terjauh kurang dari 30 meter dikarenakan nilai SNR yang diperoleh semakin
menurun jika terdapat banyaknya pengaruh dari signal wireless lain yang saling bertumpukan
pada band frequence channel yang digunakan, seperti pada titik lokasi AP 1 diperoleh nilai
SNR sebesar 8 – 38 dB dengan jarak kurang dari 10 meter yang merupakan jarak terbaik untuk
mengakses internet dengan sangat baik, dikarenakan pada titik lokasi terjadi co-channel
interference seperti ditunjukkan pada Gambar 5 terjadi penumpukan pada frequency channel 6
yang digunakan, walaupun kualitas signal yang diterima sangat bagus namun pengaruh dari
signal wireless lain yang saling bertumpukan membuat pertukaran data yang dilakukan
terganggu dan menyebabkan nilai SNR yang diperoleh rendah hingga 8 dB pada jarak yang
sama yaitu kurang dari 10 meter, namun ketika jarak melebihi dari 10 meter maka signal
wireless yang diterima tidak stabil dan nilai SNR semakin kecil yang mengakibatkan
pertukaran data semakin lambat.
Gambar 5 Channel Graph titik lokasi AP 1
Pada gambar 6 di titik lokasi AP 2 diperoleh nilai 7 – 44 dB dengan jarak kurang dari
10 meter yang merupakan jarak terbaik untuk mengakses internet, dikarenakan pada titik lokasi
terjadi co-channel interference seperti ditunjukan pada Gambar 5 terjadi penumpukan yang
besar pada frequency channel 6 yang digunakan, kualitas signal yang diperoleh sangat
terpengaruhi oleh berbagai signal wirless lain yang membuat nilai SNR menurun hingga 7 dB
dengan jarak yang sama yaitu 10 meter, penggunaan frequency channel yang sama dengan titik
lokasi AP 1 juga membuat signal yang diperoleh saling mempengaruhi dan tidak memiliki
jarak/spasi antar frequency channel sehingga nilai SNR yang diperoleh semakin kecil yang
mengakibatkan pertukaran data yang dilakukan semakin menurun.
Gambar 6 Channel Graph titik lokasi AP 2
Pada titik lokasi AP 3 diperoleh nilai SNR 9 – 48 dB dengan jarak kurang dari 10 meter
yang merupakan jarak terbaik untuk mengakses internet dengan kualitas signal wireless yang
sangat baik, dikarenakan pada titik lokasi terjadi co-channel interference seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 7 terjadinya penumpukan pada frequency channel 6 yang digunakan,
kualitas signal wireless yang diterima pada titik lokasi ini sangat terpengaruhi oleh signal
wireless yang membuat nilai SNR turun hingga 9 dB dengan jarak yang sama kurang dari 10
meter, hal ini dikarenakan pertukaran data terganggu oleh signal wireless lain dan frequency
channel yang digunakan sama dengan titik lokasi AP 2 saling berdekatan, sehingga
mempengaruhi signal wireless yang dipancarkan bertumpukan pada frequency channel yang
sama.
Gambar 7 Channel Graph titik lokasi AP 3
Titik lokasi access point ke-16 diperoleh nilai SNR 8 – 24 dB dengan jarak kurang dari
25 meter yang merupakan jarak terbaik untuk mengakses internet, dikarenakan pada titik lokasi
terjadi co-channel interference seperti ditunjukkan pada Gambar 8 terjadi penumpukan yang
sangat besar pada frequency channel 1 yang digunakan, sehingga mempengaruhi signal
wireless yang diterima dan nilai SNR yang rendah dengan jarak yang semakin pendek dari
pancaran signal access point yang sebenarnya, pada titik lokasi access point ini pertukaran data
sangat lambat walaupun signal wireless yang diterima pada kategori yang bagus berbeda
dengan titik lokasi access point lainnya.
Gambar 8 Channel Graph titik lokasi AP 16
Sedangkan pada titik lokasi access point lain terjadi juga co-channel interference ketika
aktifitas mahasiswa sedang ramai menggunakan wireless pada titik lokasi access point.
Penumpukan signal wireless dapat menjadi lebih besar pada tiap access point dikarenakan
adanya hotspot pribadi dari smartphone mahasiswa yang membuat signal yang diterima
terpengaruhi oleh perangkat pengguna yang lainnya dan nilai SNR semakin kecil yang
membuat pertukaran data semakin menurun. Dari hasil pengukuran nilai SNR dan dampak Co-
channel interference pada setiap access point memberikan pengaruh pada signal strength yang
diterima sehingaa penurunan nilai RSSI pada jarak tertentu yang memiliki kualitas signal
wireless yang sama.
5. Simpulan
Berdasarkan pengukuran dan monitoring terhadap 16 titik lokasi access point yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan aplikasi WiFi Analyzer
diperoleh nilai RSSI dari Access point pada area di Universitas Kristen Satya Wacana memiliki
kualitas signal wireless yang sangat bagus sesuai standar TIPHON yaitu lebih dari -70 dBm,
namun signal wireless yang dipancarkan memiliki hambatan dan noise dari signal lainnya yang
mengakibatkan jarak signal yang dipancarkan semakin menurun untuk mendapatkan kualitas
signal yang sangat baik dan dengan aplikasi Wifi SNR diperoleh jarak untuk mengakses internet
semakin pendek dikarenakan memiliki hambatan dan noise dari signal lain pada area titik
lokasi access point. Perbedaan kondisi lokasi dan hambatan seperti tembok, pepohonan,
penumpukan signal wireless dan lainnya yang ada pada area Universitas Kristen Satya wacana
mengakibatkan access point sulit memancarkan signal wireless dengan kualitas Signal
Strength yang baik dan stabil, sehingga terjadinya perbedaan jarak pancaran signal wireless
yang mempengaruhi kualitas Signal Strength wireless pada penerima. Pada setiap access point
di Universitas Kristen Satya Wacana terjadi Co-Channel Interference yang sangat
mempengaruhi kualitas signal wireless yang diterima, sehingga terjadi penurunan nilai SNR
yang menggangu pertukaran data antara access point dengan penerima pada area titik lokasi
access point.
6. Saran
Penempatan Access point outdoor perlu ditambahkan pada area yang masih memiliki
kualitas signal lemah seperti area timur BU-UKSW, halaman depan gedung E dan halaman
belakang gedung F agar signal wireless dapat di jangkau ke seluruh area kampus UKSW. Saran
untuk peneliti selanjutnya melakukan perhitungan dan pengujian kualitas signal wireless
dengan memperhatikan area coverage dan tinggi Access point yang ada pada area Universitas
Kristen Satya Wacana.
7. Daftar Pustaka
[1] Puspitasari, N.F. 2014.Analisis Rssi (Receive Sinyal Strength Indicator) Terhadap
Ketinggian Perangkat Wi-Fi Di Lingkungan Indoor. Jurnal Ilmiah Dasi Vol. 15 No. 04.
ISSN: 1411-3201. STMIK AMIKOM. Yogyakarta.
[2] Garnis, A. Surorso. Soim, S. 2017.Pengkajian Kualitas Sinyal Dan Posisi Wifi Access point
Dengan Metode Rssi Di Gedung Kpa Politeknik Negeri Sriwijaya. Teknik Elektro. Politeknik
Negeri Sriwijaya.
[3] Cahyaningtyas, W. Sulistyo, W. 2017. Analisis Radio Frequency Channel Wireless Fidelity
(WiFi) pada Performa Jaringan WiFi FTI UKSW (Studi Kasus WiFi FTI UKSW). Teknik
Informatika. Fakultas Teknologi Informasi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
[4] Arief, M.F. 2007. Teknologi Jaringan Tanpa Kabel (Wireless). SNT, ISSN : 1978 – 9777.
Stmik Amikom. Yogyakarta.
[5] Afdha., Elizar. (2014). IEEE 802.11ac sebagai Standar Pertama untuk Gigabit Wireless
LAN. Jurnal Rekayasa Elektika Vol. 11, No. 1. Fakultas Teknik. Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh.
[6] Adiati, R.F., Kusumawardhani, A., Setijono, H. 2017. Analisis Parameter Signal to Noise
Ratio dan Bit Error Rate dalam Backbone Komunikasi Fiber Optik Segmen Lamongan-
Kebalen. Jurnal Teknik ITS Vol. 6, No. 2. Departemen Teknik Fisika. Fakultas Teknologi
Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
[7] Arnomo, S.A. 2014. Analisis Quality Of Signal Wifi (Qsw) Pada Jaringan Hotspot Rt/Rw
Berdasarkan Jenis Halangan Dan Lokasi. Program Studi Sistem Informasi. Universitas Putera
Batam. Batam.
[8] Ardyatamam H.B., Sulistyo, W. 2017. Analisis Pengaruh Fresnel Zone Dan Interferensi
Co-Channel Dengan Parameter QOS Dan RMA Pada Jaringan Wireless LAN Di SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan. Program Studi Teknik Informatika. Fakultas Teknologi
Informasi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Jawa Tengah.
Top Related