ABSTRACT Erwita Fitri. NIM.106015000699. Department of Social Science (IPS) Faculty of Tarbiya and Teacher Training. Effect of Emotional Intelligence on Student Results on the Social Science Subject in MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang. This study aims to d concluded whether there is a significant relationship between emotional intelligence on learning outcomes of students in social studies subjects in MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang. Respondents in this study as many as 66 students. Emotional intelligence is the ability to manage and control emotions through self-awareness, self-control, motivation, empathy and social skills. Whereas the study results of IPS is the result of learning about the test scores in social studies subjects. The method used in this research is survey method with cuantitatief techniques. Students' emotional intelligence data obtained through a questionnaire consisting of 35 items. The research result shows rxy Product Moment at 0.314%, and then Ho is accepted. It can be concluded that there was a significant relationship or influence between emotional intelligence and social studies students’ learning outcomes. The coefficient of determination of 9.859% indicated that students' emotional intelligence is very little in influencing students’ learning outcomes of IPS. This means that 75.60 students’ learning outcomes of IPS affected by other factors such as the ability intellectual, interests, and talents of students. Keywords: Emotional Intelligence, Learning Outcomes, IPS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah persoalan pendidikan pada dasarnya adalah menggagas persoalan
kebudayaan dan peradaban. Secara spesifik gagasan pendidikan akan menambah
ke wilayah pembentukan peradaban masa depan, suatu upaya merekontruksi
pengalaman-pengalaman peradaban umat manusia secara berkelanjutan guna
memenuhi tugas kehidupan, generasi demi generasi.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan tempat
pengembangan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, nilai dan sikap yang
berikan secara perkembangan potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi
kepentingan hidupnya.
Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan
yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses
yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.1 Pendidikan
sesuatu hal yang dinamis, selalu bergerak maju mengikuti perkembangan
1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet.2. h. 22.
1
2
masyarakat dan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan perlu perhatian
baik dalam usaha peningkatannya maupun pengembangannya yang sesuai dengan
tuntutan jaman.
Pendidikan itu sendiri bertujuan:
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.2 Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar
memiliki posisi yang sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai makhluk
sosial dan berbudaya. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya
perubahan yang sifatnya positif, sehingga pada tahap akhir akan didapat
keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.
Salah satu hasil belajar dari proses belajar tersebut tercermin dalam
potensi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang optimal,
dibutuhkan proses belajar yang efektif dan efisien. Proses belajar yang menjadi
para individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar
individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di
sekitarnya.
Menurut James O, Whittaker, “belajar merupakan proses di mana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.3 Proses belajar di
sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang
yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar,
seseorang harus memiliki Intelligence Quetient (IQ) yang tinggi, karena integensi
merupakan bekal potensi yang akan memudahkan dalam belajar dan pada
gilirannya akan tercipta hasil belajar yang optimal.
2 Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV,
Mini Jaya Abadi, 2003), h. 5-6. 3 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet 5, h.
104.
3
Proses belajar merupakan bagian dari pendidikan yang dalam pelaksanaan
tidak hanya menyangkut persoalan teknis bagaimana belajar yang efektif menurut
kaidah-kaidah teknik pengajaran atau pendidikan, tetapi juga melibatkan masalah
psikologis. Terutama hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan mental pengajar
dan pengembangan kejiwaan peserta didik. Oleh karena itu, keterkaitan antara
proses pendidikan dan perkembangan kejiwaan memiliki hubungan yang sangat
erat.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembentukan
sumber daya manusia. Dengan adanya pendidikan, manusia dapat
mengembangkan diri sesuai dengan potensi masing-masing. Pendidikan yang
berlangsung di sekolah menekankan pada proses pembelajaran yang dikenal juga
dalam proses kegiatan belajar mengajar atau kegiatan instruksional.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru.
Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik dalam pembelajaran merupakan
modal utama untuk menyampaikan bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya
pelaksanaan pembelajaran. Bahan pelajaran dalam proses pembelajaran
merupakan perangsang tindakan pendidik atau guru, juga hanya merupakan
tindakan memberikan dorongan dalam belajar yang tertuju pada pencapaian
belajar.
Proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas
pendidikan di sekolah, dari proses pembelajaran tersebut, siswa memperoleh hasil
belajar yang merupakan hasil dari interaksi tindak belajar yaitu mengalami proses
untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tidak mengajar yaitu
membelajarkan siswa. Guru sebagi pendidik melakukan rekayasa pembelajaran
berdasarkan kurikulum yang belaku, dalam tindakan tersebut guru menggunakan
asas pendidikan maupun teori pendidikan.
Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan
masa depan bangsa. Manusia sebagai subyek pembangunan perlu dididik, dibina
serta dikembangkan potensi-potensinya dengan tujuan terciptanya subyek-subyek
pembangunan yang berkualitas. Hal itu dapat terwujud dengan pendidikan. Untuk
4
mewujudkan tujuan tersebut, maka pendidikan formal di Indonesia dibagi menjadi
beberapa tingkat, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Universitas atau Perguruan Tinggi.
Tingkatan ini dibuat agar pendidikan berkelanjutan dan kesinabungan.
SMP adalah salah satu sekolah yang termasuk dalam pendidikan tingkat
menengah. Pada kurikulum SMP ini diberikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), dalam pengertian Abu Ahmadi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
“ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi pengguna program
pendidikan di sekolah atau bagi kelompok belajar lainnya, yang sederajat”4.
Dengan demikian jelas bahwa pelaksanaan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di sekolah diatur oleh Undang-undang. Bahkan kajian Ilmu
Pengetahuan Sosial ini meliputi antara lain: geografi, sejarah, ekonomi, dan
sebagainya yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Melalui
mata pelajaran Ilmu Pengeatahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta
menjadi warga yang cinta damai. Selain itu, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Oleh karena itu dengan mata pelajaran
IPS ini, khususnya MTs Al-Mursyidiyyah diharapkan dapat memahami kondisi
sosial masyarakat yang ada disekitarnya.
Tercapainya tujuan tersebut sangat tergantung kepada guru dan siswa itu
sendiri. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memacu para
pendidik untuk terus megikuti perkembangan tersebut, lebih kreatif dan inovatif
dalam mengajar agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik. Untuk
itu perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Faktor-faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
diantaranya adalah fisiologi dan psikologi termasuk di dalamnya adalah
4 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT, Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke 2, h. 3.
5
kecerdasan emosional. Sedangkan faktor eksternal antara lain adalah lingkungan,
keluarga, sekolah dan masyarakat.
Kecerdasan emosional merupakan individu untuk mengatur emosinya
dalam menghadapi situasi emosional dan mampu memberikan reaksi yang sesuai
kepada diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosional perlu ditumbuh
kembangkan pada siswa, agar siswa dapat mengelola kondisi emosionalnya
menjadi lebih terkendali dan terarah. Jika siswa tidak dapat mengendalikan
emosinya, mereka cenderung melampiaskan emosinya ke arah yang negatif
seperti, amarah, dan tindakan destruktif.
Kecerdasan emosional mengajarkan siswa untuk dapat bersikap empatik
dan simpatik kepada sesama siswa, guru, orang tua bahkan masyarakat luas. Jika
siswa mampu menumbuh kembangkan kecerdasan emosional yang tinggi, maka
bukan saja hasil belajar yang baik tetapi juga guru akan memberikan apresiasi
yang tinggi.
Dalam proses belajar siswa, IQ dan EQ sangat diperlukan. IQ tidak dapat
berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata
pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu
saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci
keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidik di sekolah bukan hanya perlu
mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya
dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligensi
siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang kecerdasan emosional dan ingin mengetahui korelasinya
dengan hasil belajar siswa, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Kecerdasan
Emosional terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di MTs Al-
Mursyidiyyah Pamulang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:
6
1. Masih banyak guru yang mementingkan aspek kecerdasan intelektual.
2. Masih banyak pembelajaran yang bersifat konvensional.
3. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS kurang maksimal.
4. Masih banyak guru yang kurang memahami karakter siswa.
5. Kurang baiknya kondisi dikelas.
6. Belum diketahuinya besarnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini akan dibatasi masalah yang ingin diteliti, guna untuk
lebih fokus pada inti permasalahan dan tidak melebarkan permasalahan. Adapun
pembatasan masalahnya adalah: “Hasil belajar siswa kurang maksimal pada mata
pelajaran IPS di MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang”.
D. Perumusan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil
belajar IPS pada siswa kelas VIII di MTs Al- Mursyidiyyah Pamulang?”.
E. Tujuan dan Manfaat
Kegiatan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MTs Al-Mursyidiyyah
Pamulang.
2. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan, pengetahuan tentang latar belakang kecerdasan
emosional dengan hasil belajar.
b. Dapat menjadi dasar bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut dan
lebih mendalam tentang permasalahan yang terkait.
7
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menjadi data dan informasi bagi kecerdasan emosional
dalam rangka memahami hasil belajar sehingga kecerdasan
emosional dapat mengambil sikap lebih tepat dalam mengarahkan
dan mendidik anak sehingga tercapai kemandirian.
b. Menumbuhkan wawasan bagi anak untuk lebih obyektif dalam
menentukan pekerjaan setelah lulus sekolah.
c. Bagi lembaga pendidikan kejuruan penelitian ini diharapkan
memberi informasi yang bermanfaat untuk mengambil kebijakan
dalam peningkatan hasil belajar siswa.
BAB II
DESKRPSI TEORISTIK, KERANGKA PIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Hakikat Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Emosi
Berkaitan dengan hakikat emosi, Beck mengungkapkan pendapat James &
Lange yang menjelaskan bahwa Emotion is the perception of bodily changes wich
occur in response to an event. Emosi adalah persepsi perubahan jasmaniah yang
terjadi dalam memberi tanggapan (respon) terhadap suatu peristiwa. Definisi ini
bermaksud menjelaskan bahwa pengalaman emosi merupakan persepsi dari reaksi
terhadap situasi.1
Cow dan Crow dalam Hartati menyebutkan bahwa emosi merupakan suatu
keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner
adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan
individu.2 Emosi pada definisi ini berperan dalam pengambilan keputusan yang
menentukan kesejahteraan dan keselamatan individu.
Sarlito Wirawan Sartono dalam Syamsu berpendapat bahwa emosi
merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna efektif pada
1 Hamzah B. Uno, M.Pd., Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT
Bumi Aksara 2006, Cet. 1, h. 62. 2 Netty Hartati, M.Si. Dkk, Islam dan Psikologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 90.
8
9
tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas (mendalam).3 Dari beberapa
pendapat di atas, maka emosi merupakan respon atas rangsangan yang diberikan
baik dari lingkungan maupun dari dalam diri individu sendiri sehingga individu
dapat menentukan pilihan dalam hidup yang menetukan kehidupannya.
Akyas Azhari dalam bukunya psikologi umum dan perkembangan
menjelaskan bahwa “emosi atau perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau
peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam
hubunganya dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif”.4
Menurut Akyas Azhari, gejala emosi seseorang tergantung pada: 1. Keadaan jasmani, misalnya badan kita sedang ada dalam keadaan
sakit, perasaan kita lebih mudah tersinggung daripada dalam keadaan sehat dan bugar.
2. Pembawaan, ada orang yang memiliki pembawaan yang halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya.
3. Perasaan seseorang dapat berkembang dengan keadaan yang dapat mempengaruhinya dan dapat memberikan corak dalam perkembangannya. Misalnya: keadaan keluarga, suasana rumah tangga, lingkungan sosial, pendidikan jasmani, pergaulan sehari-hari dan sebagainya.5
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai
berikut: “Pertama, lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainya,
seperti pengamatan dan berpikir. Kedua, bersifat fluktuatif (tidak tetap), dan
Ketiga, banyak bersangkutan paut dengan peristiwa pengenalan panca indera”.6
Terdapat dua macam pendapat tentang terjadinya emosi yaitu terdapat
navistik dan pendapat empiristik. Pendapat navistik beranggapan bahwa emosi
pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir, sementara pendapat empiristik
beranggapan bahwa emosi di bentuk oleh pengalaman dan proses belajar.7
Sebagian orang menganggap bahwa perasaan dan emosi adalah sama. Namun Sabri dalam bukunya mengungkapkan bahwa antara perasaan dan
3 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan anak dan Remaja, (Bandung: Rosda Karya,
2000), Cet. 1, h. 115. 4 Akyas Azhari, Psokologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PT: Mizan Publika,
2004), Cet 1, h. 149. 5 Akyas Azhari, Psokologi Umum dan Perkembangan…..., 149. 6 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan…….., h. 116. 7 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana Perdana Media Group, 2004), h. 166.
10
emosi adalah berbeda, Pada perasaan terdapat kesediaan kontak dengan situasi luar (baik positif maupun negatif), sedangkan pada emosi kontak itu seolah-olah menjadi retak atau terputus (misalnya terkejut, ketakutan, mengantuk, dan lain sebagainya).8
2. Teori-Teori Emosi
Canon Bard merumuskan teori tentang pengaruh fisiologis terhadap
emosi. Teori ini menyatakan bahwa situasi menimbulkan rangkaian pada proses
syaraf. Suatu situasi yang saling mempengaruhi antara thamulus (pusat
penghubung antara bagian bawah otak dengan susunan urat syaraf di satu pihak
dan alat keseimbangan atau cerebellum dengan Creblar Cortex (bagian otak yang
terletak didekat permukaan sebelah dalam dari tulang tengkorak, suatu bagian
yang berhubungan dengan proses kerjanya pada jiwa taraf tinggi, seperti berpikir).
Menurut teori James dan Lange, bahwa emosi itu timbul karena pengaruh
perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya, menangis itu karena sedih,
terawa itu karena gembira, lari itu karena takut, dan berkelahi itu karena marah.
Lindsley mengemukakan teorinya yang disebut “Activition Theory” (teori
penggerak). Menurut teori ini emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau
keras dari susunan syarat terutama otak. Contohnya, apabila individu mengalami
frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-
kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu
menimbulkan emosi.
John B. Waston mengemukakan bahwa ada tiga pola dasar emosi, yaitu
takut, marah, dan cinta. Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan respons tertentu
pada stimulus tertentu pula, tetapi kemungkinan terjadi pula modifikasi
(perubahan).9
Di pihak kaum empiristik dapat kita catat nama-nama William James
(1842-1910), (Amerika Serikat), dan Carl Lange (Denmak). Menurut pendapat
atau teori ini emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan
8 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1993), Cet. 1, h. 74. 9 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan anak dan Remaja,…….h. 117-118.
11
yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsangan-rangsangan yang
datang dari luar.10
3. Menggolongkan Emosi
Membedakan satu emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis ke dalam suatu golongan atau satu tipe sangat sukar dilakukan karena hal-hal berikut ini: a. Emosi yang sangat mendalam misalnya, sangat marah atau sangat
takut menyebabkan aktivitas badan sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh aktif.
b. Penghayatan, satu orang yang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya, kalau marah seorang akan gemetar di tempat, tetapi lain kali ia memaki-maki, atau mungkin lari.
c. Nama emosi, mana yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan oleh sifat rangsangannya.
d. Pengenalan emosi, pengenalan emosi secara subjektif dan introspektif sukar dilakukan, karena selalu saja ada pengaruh dari lingkungan.11
4. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk
hidup yang hanya dimiliki oleh manusia. Kecerdasan ini diperoleh manusia sejak
lahir, dan sejak itulah potensi kecerdasan ini mulai berfungsi mempengaruhi
tempo dan kualitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang,
maka fungsinya akan semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi
kualitas penyesuaian dirinya dengan lingkungannya.
Kemampuan kecerdasan dalam fungsinya yang disebut terakhir bukanlah
kemampuan genetis yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan kemampuan
hasil pembentukan atau perkembangan yang dicapai oleh individu.
Kecerdasan merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau
keterangan. Seseorang menunjukkan kecerdasannya ketika ia bertindak atau
berbuat dalam suatu situasi secara cerdas atau bodoh: kecerdasan seseorang dapat
10 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar……., h. 167. 11 Netty Hartati, M.Si. Dkk, Islam dan Psikologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),
Cet. 1, h. 99.
12
dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat atau bertindak.12 Beberapa ahli
mencoba merumuskan definisi kecerdasan diantaranya adalah:
Amstrong berpendapat bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk
menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa
lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang
diajukan oleh kehidupan kita dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar dari
perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.
Dari beberapa pengertian kecerdasan yang telah dikemukakan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memberikan solusi terbaik dalam penyelesaian masalah yang dihadapinya sesuai
dengan kondisi ideal suatu kebenaran.
Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
kecerdasan linguistic yaitu kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi
dengan kata-kata atau bahasa. Kecerdasan logis-matematis yaitu kemampuan
berfikir (menalar) dan menghitung, berfikir logis dan sistematis. Kecerdasan
visual-spasial yaitu kemapuan berfikir menggunakan gambar, memvisualisasikan
hasil masa depan. Kecerdasan musikal yaitu kemampuan mengubah atau mencipta
musik, dapat bernyanyi dengan baik atau memahami dan mengapresiasi musik
serta ritme. Kecerdasan kinestetik-tubuh yaitu kemampuan menggunakan tubuh
secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan barang serta dapat
mengemukakan gagasan dan emosi. Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan
bekerja secara efektif dengan orang lain dan berempeti. Kecerdasan intrapersonal
yaitu kemampuan menganalisis diri sendiri, membuat rencana dan menyusun
tujuan yang akan dicapai.
5. Hakikat Kecerdasan Emosional
Setelah mengetahui apa itu kecerdasan (intelensi) dan apa itu emosi,
selanjutnya akan dibahas tentang Emotional Intelligence (EI) atau kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional merupakan seperti kemampuan seperti
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi;
12 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 115.
13
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur
suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan
berpikir; berempati dan berdoa.
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan di Amerika pada
tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan Jhon Mayer
dari university of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional
yang tampaknya penting bagi keberhasilan. “kualitas-kualitas ini antara lain
adalah empeti, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah,
kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan
masalah antara pribadi, ketekunan, kesetikawanan, keramahan, dan sikap
hormat.”13 Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan
secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koneksi dan pengaruh manusia.
Goleman (1997) mengemukakan bahwa ada lima indikator untuk meningkatkan kecerdasan emosi yaitu kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
1. Kesadaran diri adalah kemampuan seseorang untuk menyadari emosi yang sedang dialaminya; dapat mengenal emosi itu, memahami kualitas, intensitas dan durasi emosi yang sedang berlangsung serta tahu penyebab terjadinya.
2. Pengendalian diri adalah kemampuan mengendalikan emosi diri, mengolah emosi agar dapat terungkap dengan tepat.
3. Motivasi diri yaitu kemampuan untuk bertahan dan terus berusaha menemukan berbagai cara untuk mencapai tujuan.
4. Empati adalah kemampuan membaca emosi orang lain, kemampuan merasakan perasaan orang lain.
5. Keterampilan sosial yaitu kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain, membaca reaksi perasaan orang lain, memimpin, mengorganisasi dan menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.14
6. Pengukuran Kecerdasan Emosional
13 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence Pada Anak, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1999), Cet. 4, h. 5. 14 Netty Hartati, Mengembangkan Kecerdasan Emosi, (Cirendeu- Ciputat: Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tazkiya of Psychological Journal, 2006, Vol. 6, No. 1, h. 62-63.
14
Kecerdasan emosional mulai di kenal abad ke-19. Namun hingga saat ini
belum terdapat tes standar untuk mengukur kecerdasan emosional.
Namun setidaknya ada dua cara yang ditemukan dan dikemukakan oleh Dr. Reuven Baron yang dapat dilakukan untuk menghitung kecerdasan emosional, yaitu:
a. EQ-I (Emotional Quotient Inventory) adalah ujian yang dilakukan sendiri oleh peserta ujian. Caranya, peserta menjawab sendiri oleh peserta ujian.
b. ECI (Inventory Emotional Competence) adalah ujian 360º, dimana seorang di minta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar orang yang hendak dihitung EQ-nya yang telah dikenal.15
B. Pembelajaran IPS
1. Pengertian Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah, mulai dari jenjang pendididkan dasar sampai kependidikan menengah. Bahkan pada sebagian penggunaan tinggi ada juga dikembangkan IPS sebagai salah satu mata kuliah, yang sasaran utamanya adalah pengembangan aspek teoritis, seperti yang menjadi penekan pada sosial sciences.16
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Merupakan mata pelajaran
yang membahas (mengkaji) kehidupan sosial yang didasarkan pada komponen-
komponen mata pelajaran IPS, yang sekitarnya tak asing bagi kita semua untuk
mengetahui atau memahaminya.
Menurut Syafrudin Nurdin yang mengutip terjemahan Nu’man Sumantri (200:44) mengartikan pendidikan IPS yang diajarkan sekolah sebagai: (1) Pendidikan Islam yang menekankan pada tumbuhannya nilai-nilai kewarganegaraan, moral ideologi Negara dan agama; (2) Pendidikan IPS yang menekakan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial; (3) Pendidiakn IPS yang menekankan pada reflective inquiry; (4) Pendidikan IPS yang mengambil kebaikan-kebaikan dari butir, 2 dan 3 di atas.17
15 Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak refrensi Penting Bagi
Para Pendidik dan Orang Tua, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 33- 36. 16 Syaruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang memperhatikan Individu Siswa dalam
kurikulum berbasis Kompetensi, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) Cet. 1, h. 22. 17 Syaruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang memperhatikan Individu Siswa dalam
kurikulum berbasis Kompetensi, …….Cet. 1 h. 23.
15
Dari pengertian di atas, bahasan tentang PIPS ini lebih ditekankan pada
dunia persekolahan terutama pada sekolah Menengah Atas (SMA), yang biasa
dikenal dengan pelajaran IPS.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa IPS sebagai program
pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata, melainkan
harus pula membina peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga Negara
yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-
luasnya. Apalagi dalam penyajiannya, pelajaran IPS diberikan berdasarkan tingkat
(jenjang) sekolah, jumlah bidang keilmuan yang dilibatkan di dalam IPS berbeda-
beda.
Di tingkat sekolah dasar terdiri dari geografi, sejarah, di tingkat sekolah
lanjutan terdiri dari geografi, sejarah, ekonomi, dan antropologi, di tingkat
menengah atas dasar terdiri dari geografi, sosiologi, ekonomi/akuntansi, tata
Negara dan pendidikan kewarganegaraan, sedangkan di perguruan tinggi hampir
seluruh bidang keilmuan sosial dilibatkan pada kerangka IPS.
Oleh karena itu peserta didik yang dibinanya tidak hanya cukup
berpengetahuan dan kemampuan berfikir yang tinggi, melainkan harus pula
memiliki kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab yang kuat terhadap
kesejahteraan bangsa dan Negara.
Kegiatan pembelajaran IPS dapat berjalan dengan baik dan benar, maka
guru IPS diharapkan dapat memahami serta menggunakan metode pembelajaran
IPS, sebagaimana pembahasan di bawah ini
2. Metode Pembelajaran IPS
Pada hakikatnya pembelajaran IPS tidaklah memiliki perbedaaan yang
begitu berarti dengan metode pembelajaran yang dipergunakan oleh mata
pelajaran lainnya, hal itu dapat dipahami dari ungkapan Abdul AZIZ Wahab
dalam bukunya yang berjudul Metode dan Model-model Mengajar IPS, metode
yang digunakan yaitu “metode ceramah, metode inkuiri, metode diskusi, metode
16
tanya jawab, dan metode simulasi”.18 Penggunaan metode-metode tersebut pada
mata pelajaran IPS, karena pelajaran yang dikembangkan lebih banyak
berorientasi pada upaya penciptaan kesadaran akan pentingnya hidup
berdampingan yang saling menghargai, menghormati selaku sesama mahluk
sosial.
Dari penjelasan tentang metode dan diringi dengan prinsip pembelajaran
IPS di atas, dapat dipahami bahwa dalam melakukan suatu kewajiban dan
tanggung jawab harus benar-benar diawali dari kemampuan atau pun kecakapan
yang dimiliki oleh seorang ahlinya (ahli di bidangnya), terutama dalam
penggunaan metode pembelajaran ini.
Dengan penggunaan metode yang baik oleh guru dalam penyampaian
materi pembelajaran IPS kepada peserta didik dengan baik, sedikit-banyaknya
akan mempermudah dalam pencapaian tujuan pengajaran IPS, sesuai penjelasan
di bawah ini.
3. Media Pembelajaran IPS
Istilah medis berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara/pengantar. Istilah media ini sangat
popular dalam bidang komunikasi, proses belajar mengajar pada dasarnya juga
merupakan proses komunikasi sehingga media yang digunakan dalam
pembelajaran disebut media pembelajaran. Media merupakan alat yang digunakan
sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan dan kemajuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
mengajar.
Media pembelajaran IPS sebagai salah satu komponen pembelajaran, tidak
luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Namun pada
kenyataanya, media pembelajaran IPS masih sering terabaikan dengan berbagai
macam masalah, diantaranya terbatasnya waktu untuk membuat persiapan, sulit
mencari media yang tepat, tidak ada dananya dan yang lainnya.
18 Abdul Aziz Wahab, Metode dan model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial IPS,
(Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. 1, h. 30.
17
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan
lebih efektif dan efisien. Akan tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat
media yang lebih rinci kemp dan Dayton mengidentifikasi beberapa manfaat
media dalam pembelajaran sebagai berikut:
a. Menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan. b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. d. Efisiensi waktu dan tenaga. e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. f. Media dapat memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja. g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar. h. Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.19
Media pembelajaran banyak sekali jenis macamnya, mulai yang paling
sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media
yang dapat diubah oleh guru sendiri, dan nada media yang diproduksi pabrik.
Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataanya tidak banyak jenis media
yang biasanya digunakan oleh guru di sekolah. Beberapa media yang paling akrab
dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku) dan papan
tulis.
Penulis menyimpulkan bahwasannya ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah
salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mulai dari jenjang pendidikan
dasar sampai kependidikan menengah, bahkan pada sebagian perguruan tinggi ada
juga dikembangkan IPS sebagai salah satu mata kuliah yang sasaran utamanya
adalah pengembangan aspek teoritis.
4. Karateristik Pembelajaran IPS
Dari pengertian di atas kita dapat menemukan karateristik pembelajaran
IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial lainnya (geografi,
19 Etin Solihin dan Rahajo, Cooperative learning analisis model pembelajaran IPS,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 23-25.
18
sejarah, ekonomi, hukum, dll). Mari kita kaji bersama ciri dan sifat utama dari
pembelajaran IPS sebagaimana dikemukakan A. Kosasih Djahiri (1979: 4).
1. IPS berusaha mepertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).
2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/topik.
3. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis.
4. Program pembelajaran di susun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik atau alam maupun budayanya.
5. IPS diharapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik pada beratnya pembelajaran adalah terjadi proses internalisasi secara mantap dan aktif pada siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.
6. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antara manusia yang bersifat manusiawi.
7. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan senjata, juga nilai dan keterampilan.
8. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
9. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.20
5. Tujuan Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai
peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya.21
Tujuan utama Ilmu pengetahuan sosial ialah untuk mengembangkan
potensi didik agar peka terhadap masalah sosial terjadi di masyarakat, memiliki
20 Sapriya Dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI Press,
2006), Cet. 1, h. 7-8. 21 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran……., h. 24.
19
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya maupun yang menimpa masyarakat.
Menurut Sapriya dalam bukunya yang berjudul “Pembelajaran dan Hasil
Evaluasi Belajar IPS” mengemukakan bahwa terdapat 5 tujuan pokok
pembelajaran IPS:
1. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian / pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial.
2. Membina siswa agar mampu mengembangkan dan memprektekkan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagainya diharapkan ilmu-ilmu sosial.
3. Membina dan mendorong siswa untuk memahami dan menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual.
4. Membina siswa kearah turut memperngaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan-menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya
5. Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga Negara.22
Menurut Etin Solihatin dan Raharjo tujuan dari pendidikan IPS adalah
“untuk bekal mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, serta berbagai
bekal bagi siswa untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi”.23
Tujuan yang dikemukan oleh Etin tersebut di atas, mengharapkan agar
siswa mampu mengembangkan kemampuan dan sikap yang rasional dalam
menanggapi kenyataan atau permasalahan serta perubahan yang tak menentu
seperti yang terjadi dalam perkembangan masyarakat Indonesia maupun
masyarakat dunia baik yang terjadi pada masa lampau, masa kini atau pun masa
yang akan datang.
22 Sapriya Dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS,……..Cet. 1, h. 13. 23 Eti Solihatin, Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pengajaran IPS,….h. 15.
20
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu
mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada
kajian sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan tatanegara.
C. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Hakikat Belajar
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
“Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak
dapat dilihat”.24
Artinya bahwa proses perubahan setelah belajar dalam diri seseorang tidak
disaksikan, melainkan dapat dilihat dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku
yang Nampak dari yang belajar.
Menurut Gronbach, “Learning is shown by a change in behavior as a
result of experience”.25
Maksudnya adalah belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami.
Dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya.
Dalam buku Education Psychology, Witherington menyatakan bahwa,
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu perhatian”.26
Artinya, ketika seseorang melakukan proses belajar akan mengalami
perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik
maupun psikis.
24 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 90. 25 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
Cet. 11, h. 231. 26 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Karya CV, 1985), Cet.
2, h. 81.
21
“Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggarakan jenis dan jenjang pendidikan”.27
Oleh sebab itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan
segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik
khususnya para guru.
Menurut James O. Wittaker, “Belajar adalah proses di mana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengelaman”.28
“Belajar atau yang disebut dengan learning adalah perubahan yang secara
relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-
penglaman”.29
Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan
perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kerusakan fisik, baik karena
perubahan obat-obat berbahaya maupun karena kecelakaan atau penyakit tertentu.
“Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya
mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk
perubahan perilaku yang relatif menetap”.30
“Belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor”.31
Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri
seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya
tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya perubahan fisik,
mabuk, gila, dan sebagainya.”32
27 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja RosdaKarya, 1995), Cet. 1, h. 87. 28 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. 5, h. 104. 29 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Jakarta: Kizi
Brother’s 2006), Cet Ke-1, h. 76. 30 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, ( Jakarta: pt rineka
cipta,1999), Cet.1, h 28. 31 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,…….., Cet. 1, h. 13. 32 Pupuh Fathurrohman & Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Konsep Islam,…… Cet. 1, h. 6.
22
Maksudnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak
sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan
dalam individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Seperti aspek-aspek
kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam
pengertian belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hanya melalui proses belajar seorang
individu akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik pada
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Pengertian Hakikat Hasil Belajar
Mulyono Abdurrahman berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”33
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam buku landasan psikologi
proses pendidikan hasil belajar (achievement) merupakan realisasi/pemekaran dari
kecakapan-kecakapan pontensial/kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan
hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari pelakunya, baik perilaku dalam
bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan
motoric. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan/perilaku yang diperlihatkan
seseorang merupakan hasil belajar. Disekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari
penguasaan siswa mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan siswa
akan mata-mata pelajaran dalam mata pelajaran tersebut disekolah dilambangkan
dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan
menengah dan huruf a,b,c,d pada pendidikan tinggi.34
Dalam kegitan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut dengan
kegiatan pembelajaran, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru.
Jadi, anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran.
33 Mulyono Abdurrahman, pendidikan………h.37. 34 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Ros Dakarya, 2007), Cet.4, h. 102-103.
23
Keberhasilan seseorang guru dari proses belajar mengajar adalah ketika
siswanya mengerti dan memahami atas apa yang disampaikannya. hal itu
menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam hasil belajar.
Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, dituntut kemampuan para
pendidik untuk membimbing siswanya dalam proses belajar. Seorang guru harus
selalu siap dengan berbagai kondisi dalam mengahadapi siswa dan
lingkungannya, juga harus memiliki kompetensi yang tinggi untuk dapat
menjalankan kewajibannya sebagai guru teladan, agar tercipta sumber daya
manusia yang berkualitas.
Oleh karena itu, kegiatan belajar akan lebih terarah dan sistematis jika
disertai dengan proses pembelajaran. Belajar dengan proses pembelajaran akan
lebih efektif, karena ada guru, bahan ajar, metode, serta ada lingkungan yang
kondusif yang sengaja diciptakan.
Di dalam sistem pendidikan nasional mengenai rumusan tujuan pendidikan
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom secara garis besar
mengacu kepada tiga arah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.35
“Menurut A.j. Romiszowski, hasil belajar merupakan keluaran (outputs)
dari suatu sistem pemprosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut
berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau
kenerja ( performance)”.36
Romiszowski menyatakan perbuatan merupakan petunjuk dari proses
belajar yang telah terjadi. Hasil belajarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Romiszowski menyatakan pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: 1) Pengetahuan tentang fakta. 2) Pengetahuan tentang prosedur. 3) Pengetahuan tentang konsep dan, 4) Pengetahuan tentang prinsip.
Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, di antaranya: 1) Keterampilan untuk berfikir atau keterampilan kognitif. 2) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik.
35 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan….,h.38. 36 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan….,h.38.
24
3) Keterampilan beraksi atau bersikap dan, 4) Keterampilan berinteraksi.37
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal
cenderung mewujudkan hasil yang berarti sebagai berikut: 1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
instrinsik pada diri siswa. 2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya. 4. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif). 5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
dirinya, terutama dalam menilai hasil yang dicapaikannya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.38
Dengan demikian, hasil belajar merupakan kualitas kemampuan yang
dihasilkan melalui proses aktivitas aktif dalam membangun pemahaman informasi
dalam bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar dalam diri seseorang terlihat melalui kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya, belajar membawa perubahan pada individu yang
belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan
dalam bentuk kecepatan, kebebasan, sikap, pengertian dan minat.
Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa yang
akan dilakukan oleh siswa sebelumnya. Hasil belajar dapat terjadi pada individu
yang belajar. Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai
taraf tertentu tidak menghilangkan lagi. Kemampuan yang telah diperoleh menjadi
miliki pribadi yang tidak akan terhapus begitu saja lain keadaan bila orang
melupakan sesuatu, orang itu mendapat kesan bahwa hal yang dipelajarinya telah
menghilang. Jadi seolah-olah hasil belajar tidak berbekas. Namun kesan itu tidak
seluruhnya benar, karena ada dalam ingatannya sisa-sisa dari apa yang
dipelajarinya dahulu.
Jadi hasil belajar yaitu hasil yang telah dicapai secara optimal selama
berlangsungnya belajar.
37 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan….,h.38. 38 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1990), Cet. 1, h. 56-57.
25
Pengambilan keputusan tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan
bagi seseorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya anak didik dalam
proses belajar mengajar. Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan
antara lain oleh:
1. Kemampuan anak didik yang rendah.
2. Kualitas materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak.
3. Jumlah bahan pelajaran teelalu banyak sehingga tidak sesuai dengan waktu
yang diberikan.
4. Komponen proses belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan.
Disamping itu, pengambilan keputusan juga diperlukan untuk mengalami
anak didik dan mengatahui sejauhmana diberikan bantuan terhadap kekurangan-
kekurangan anak didik.
Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang diadakan. Evaluasi
adalah penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan
informasi tentang siswa, baik penguasaan konsep, sikap, kemampuan maupun
keterampilan. Hal ini dapat digunakan sebagai balikan sangat diperlukan dalam
menentukan starategi belajar siswa.
Evaluasi hasil belajar juga bermaksud memperbaiki dan mengembangkan
program pengajaraan. Seseorang dikatakan berhasil apabila ia melakukan sesuatu,
dan ia mendapatkan secara puas. Siswa dikatakan berhasil apabila ia memperoleh
prestasi yang bagus disekolahnya, tentu prestasi tersebut diproleh dengan belajar.
Sebagian orang beranggapan bahwa, belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Ada pula sebagian yang memandang belajar
sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan menulis.
Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Education Psycology The
Teaching Leaning Proses, berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”.39
Hintzman dalam buku The Psycology of Learning and Memory
berpendapat bahwa, “Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
39 Muhibbin Syah, Psikologi……., h. 88.
26
organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”.40
Sedangkan menurut Zikri Neni Iska mendefinisikan “belajar atau disebut
juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada
prilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.41
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Dari beberapa ahli pendidikan atau pengamatan pendidikan banyak sekali
yang mempunyai pendapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Ini
terlihat dari beberapa ahli pendidikan yang mempunyai beberapa pendapat yang
hampir sama ada juga yang sedikit berbeda, tetapi penulis berpandangan faktor-
faktor yang berbeda dari beberapa ahli adalah faktor-faktor yang saling
melengkapi karena tiap ahli berpendapat sesuai dengan keadaan pendidikan pada
masa yang diamati para ahli pendidikan tersebut.
Faktor ekternal lainnya adalah faktor motivasi. “Motivasi adalah segala
sesuatu yang mendorong tingkah laku yang menuntut/mendorong orang untuk
memenuhi suatu kebutuhan.”42 Zikri Neni Iska berpendapat bahwa, “Motivasi
merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku
kearah tujuan”.43 Motivasi sangat penting bagi anak dalam menunjang
keberhasilan belajarnya.
Siswa yang mengalami proses belajar, agar berhasil sesuai dengan tujuan
yang harus dicapainya, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Menurut Ngalim Purwanto, faktor lain yang dapat mempengaruhi proses
dan hasil belajar pada setiap orang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
40 Muhibbin Syah, Psikologi…., h. 88. 41 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Diri........, h. 76. 42 Alisuf Subri Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: Radar Jaya
Offset. 1992), Cet ke-1 h. 129. 43 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri......., h.39.
27
Gambar. 1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Alam
Kurikulum/Bahan Pelajaran
Sosial
Kemampuan kognitif
Motivasi
Kecerdasan
Guru/Pelajaran
Minat
Bakat
Sarana dan Fasilitas
Administrasi/manajemen
Kondisi fisik
Lingkungan
Instrumental
Fisiologi
Luar
Faktor
Dalam
Psikologi
Kondisi panca indera
28
Menurut Abu Ahmadi dan widodo Supriyono merumuskan bahwa faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
1. Faktor internal (faktor yang mempengaruhi dari dalam diri), yang meliputi : a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Misalnya: penglihatan, pendengaran, dan sebagainya. b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang
terdiri atas: faktor non intelektif (seperti kecerdasan, bakat, dan prestasi yang telah dimiliki), dan faktor non intelektif (seperti sikap, kebiasaan dan minat).
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis. 2. Faktor eksternal (faktor yang mempengaruhi dari luar diri), yang meliputi:
a. Faktor sosial, seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.
b. Faktor budaya. c. Faktor lingkungan fisik. d. Faktor lingkungan spiritual.44
Menurut Syaiful Bahri Djamarah menegemukakan bahwa untuk mendapat
hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan luar individu proses ini tidak
dapat dilihat karena bersifat psikologis, kecuali bila seseorang telah berhasil
dalam belajar, maka seseorang itu telah mengalami proses tertentu dalam
belajar.45
Sedangkan menurut Zikri Neni Iska merumuskan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah:
1. Internal/Dalam, yakni: a. Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera. b. Psikologi, yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan
kemampuan kognisi. 2. Esternal/Luar, yakni:
a. Lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial.
44 Abu Ahmadi dan widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
Cet. 1, h. 138-139. 45 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,……, Cet. 1, h. 141.
29
b. Instrumental, yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana prasarana, administrasi dan manajemen.46
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut menyebabkan adanya pengaruh
dari dalam diri siswa sebagai perbuatan belajar yang menimbulkan perubahan
tingkah lakunya.
Sedangkan adanya pengaruh dari luar individu itu juga bersifat wajar,
maksudnya selain keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa (faktor internal),
maka faktor eksternal pun turut mempengaruhi, hal ini dikarenakan baik buruknya
hasil belajar siswa akan didukung pula dari baik buruknya lingkungan tempat
siswa belajar.
Untuk itu faktor-faktor di atas dalam hal ini sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh: seorang siswa yang berintelegensi
tinggi (faktor internal) umunya akan mendapat dorongan positif dari orang tuanya
maupun lingkungannya (faktor eksternal).
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang telah
dicapai seseorang atau sekelompok melalui usaha yang telah dilakukan atau
kegiatan belajar yang dapat diukur dan dinilai.
4. Macam-macam Hasil Belajar
Kingsley membagi hasil belajar menjadi tiga macam yaitu, keterampilan
dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.47 Gagne membagi
hasil belajar menjadi lima kategori yaitu: informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi kognitif, sikap, keterampilan motoris.48 Informasi verbal
diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan
orang dari membaca dan lain-lain. Keterampilan intelektual didapat dari
berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau
gagasan. Strategi kognitif digunakan siswa apabila ia ingin memilih dan
mengubah perhatian, pola belajar, ingatan dan proses berpikir dalam memecahkan
46 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri, …., h. 85. 47 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ….., Cet. 1, h. 22. 48 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar………..h. 22.
30
masalah. Sikap terutama sikap sosial yang muncul dapat mempengaruhi perilaku
seseorang terhadap benda-benda. Menggunakan alat distilasi dalam pembelajaran
kimia merupakan contoh dari keterampilan motoris yang digabung dengan
keterampilan intelektual karena keterampilan motoris tidak hanya mencakup
kegiatan fisik saja.
Abu Ahmadi dalam bukunya mengungkapkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-
faktor tersebut digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor-faktor stimulus belajar, mencakup panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungannya eksternal.
b. Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih, resitasi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-kondisi intensif.
c. Faktor-faktor individual, mencakup usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya kapasitas mental, kondisi kesehatan, jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.49
D. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa apakah pengaruh
kecerdasan emosional dengan hasil belajar yang dicapai siswa atau dengan kata
lain kecerdasan emosional dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk
nilai hasil belajar IPS. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta
berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap. Dan keterampilan
siswa tentang masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia.
Aktiviitas siswa dikelas diarahkan oleh guru untuk menuntunnya dalam
belajar IPS melalui materi-materi yang disampaikan dan kegiatan pratikum.
Disinilah siswa melibatkan mental, fisik, dan emosinya dalam proses
pembelajaran. Siswa diarahkan untuk dapat menyimak penjelasan dari materi
49 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar……, h. 120.
31
yang disampaikan oleh guru, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah
sosial serta melakukan observasi.
Dalam melakukan aktivitas tersebut siswa merasakan berbagai macam
emosi yang timbul seperti bersemangat, senang, bosan, atau putus asa. Untuk
mengatasi emosi ini maka diperlukan kecerdasan emosional siswa untuk
mengendalikan emosinya agar tidak menghambat proses belajar. Tujuan
mempelajari IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan bagi siswa tetapi
juga agar siswa dapat berpikir secara ilmiah. Model pembelajaran IPS yang
bersifat monoton dapat menurunkan semangat belajar siswa sehingga akan
menimbulkan kejenuhan dalam belajar dan putus asa dalam menghadapi
kegagalan dalam tes IPS.
Hambatan emosional dalam mempelajari IPS juga dapat dialami siswa
pada mata pelajaran lain. Siswa yang dapat mengatasi hambatan-hambatan
tersebut akan lebih siap mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan siswa yang
mudah merasa cemas, takut, kecewa, frustasi dalam mengikuti pelajaran akan
mengalami kesulitan dalam mengeluarkan kemampuan mental dan intelektualnya
dalam belajar.
Bagaimana mungkin seorang siswa dapat memahami materi yang
disampaikan secara optimal jika keadaan emosinya labil, misalnya seorang siswa
takut dengan gurunya karena image guru di mata siswa tersebut sebagai guru
pemarah. Secara otomatis ketika sang guru bertanya kepadanya, maka siswa
tersebut lebih memilih untuk diam. Padahal setiap pertanyaan yang diajukan oleh
guru dan jika dijawab dengan baik oleh siswa maka ia akan mendapatkan poin
tambahan. Dengan pilihan siswa tersebut untuk diam maka ia tidak mendapatkan
poin dan hal itu berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi, berempati, dan dapat membina hubungan yang
baik dengan orang lain adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi. Sedangkan siswa yang mengalami kesulitan dalam mengatasi persoalan
tersebut memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Jika kecerdasan emosi
dikaitkan dengan proses belajar mengajar maka siswa dengan kecerdasan
32
emosional tinggi akan lebih mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar
sehinga hasil belajarnya akan meningkat.
Dengan demikian, diduga terdapat hubungan positif antara pengaruh
kecerdasan emosional dengan hasil belajar IPS siswa kelas VIII di MTs Al-
Mursyidiyyah Pamulang.
Gambar. 2
Bagan Kerangka Berpikir Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar
Kecerdasan emosional Hasil Belajar
1. Kesadaran diri
2. Pengaturan diri
3. Motivasi
4. Empati
5. Keterampilan sosial
1. Mengantisipasi kegagalan
2. Optimis dalam belajar
3. Motivasi belajar
4. Memenuhi harapan guru dan orang tua
5. Berkomunikasi dan mengemukakan
pendapat
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan landasaan
teori dan kerangka berpikir maka:
Ho : Tidak terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS di MTs Al- Mursyidiyyah Pamulang.
Ha : Terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS di MTs Al- Mursyidiyyah Pamulang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah MTs Al- Mursyidiyyah
yang alamat Jl. Siliwangi Gg. Anggrek RT/RW 03/18 Pondok Benda - Pamulang
untuk mata pelajaran IPS. Alasan Penelitian memilih MTs Al- Mursyidiyyah
sebagai lokasi penelitian adalah:
a. MTs Al- Mursyidiyyah Pamulang adalah tempat dimana penelitian melakukan
praktek profesi keguruan (PPKT), Sehingga dengan mudah peneliti masuk dan
dekat dengan lingkungan sekolah, karena secara pribadi penelitian telah
memiliki kedekatan dengan semua pihak yang ada disekolah tersebut seperti,
kepala sekolah, guru, siswa-siswi, tata usaha, dan orang-orang lainnya yang
ada disekolah tersebut.
b. MTs Al- Mursyidiyyah Pamulang adalah salah satu sekolah negeri yang
terletak daerah Tangerang selatan, letaknya sangat strategis dan mudah
dijangkau terutama oleh peneliti, karena MTs Al- Mursyidiyyah terletak tidak
jauh dari kampus juga dapat tetap pergi kekampus untuk melakukan
bimbingan dan mencari referensi tambahan.
c. MTs Al- Mursyidiyyah memiliki akreditas A “Amat Baik” karena sekolah.
MTs Al-Mursyidiyyah adalah sekolah yang paling unggul.
33
34
2. Waktu Penelitian
Berikut adalah tabel waktu penelitian melakukan penelitian:
Tabel. 1 Waktu Penelitian
No Tanggal/Hari/Bulan Kegiatan
1 14 Mei 2010 Pembuatan proposal skripsi
2 2 Juni 2010 Pengajuan judul skripsi
3 3 - 23 Juni 2010 Pembuatan Bab 1, 2, dan 3
3 21 September 2010 Observasi lokasi penelitian
4 21 September 2010 Meminta izin kepada pihak sekolah
5 22 September 2010 Meminta dokumentasi dengan staf tata usaha
tentang pendidik, guru dan sarana-prasarana
6 23 September 2010 Observasi menyebar kisi-kisi angket
7 27 September - Oktober
2010
Pengolahan data
8 21 Oktober 2010 Penyusunan Laporan
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey melalui studi kuantitatif yakni
suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian,
karena dalam penelitian ini memerlukan data yang valid agar dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mempunyai dua variabel, yaitu:
1. Variable bebas yaitu kecerdasan emosional (Variabel X).
2. Variabel terikatnya yaitu hasil belajar siswa (Variabel Y).
35
Tabel. 2 Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Konseptual Definisi Oprerasional Sumber
data
1 Kecerdasan
Emosional
Kecerdasan emosional
adalah suatu
kemampuan yang
dimiliki oleh individu
untuk
dapat menggunakan
perasaanya secara
optimal
guna mengenali
dirinya sendiri dan
lingkungan sekitarnya.
Kecerdasan emosional
adalah kemampuan
individu Untuk
mengenali persaannya
sehingga dapat mengatur
dirinya sendiri
dan menimbulkan motivasi
dalam dirinya untuk
meningkatkan kualitas
hidupnya
Kuesioner
2 Hasil
Belajar
Hasil belajar adalah
sesuatu kinerja yang
diindikasikan sebagai
suatu kemampuan
yang telah diperoleh
karena adanya proses
belajar
Suatu hasil belajar yang
telah diperoleh siswa
melalui usaha
yang dilakukan
(kegiatan belajar) yang
dapat di ukur dan di nilai
Nilai
Hasil Tes
Soal
D. Populasi dan Sampel
Populasi menurut Suharsimi Arikunto, “Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian”.1 Dalam penelitian ini penulis tidak menjadikan semua siswa
MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang sebagai subjek penelitian. Akan tetapi yang
menjadi objek penelitian adalah kelas VIII dengan jumlah siswa 80 siswa.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek……., h. 108.
36
Sampel menurut suharsimi Arikunto “Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti”.2 Adapun sampel yang digunakan adalah dengan teknik
cluster sampling atau kelompok. Guna menyederhanakan proses pengumpulan
dan pengolahan data penulis menggunakan teknik sampling. Dalam penelitian ini
jumlah populasi 80 yang terdiri 2 kelas yang menjadi sampel adalah sebanyak 66
siswa.3
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian langsung objek yang diteliti
dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu:
1. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ingin ia ketahui.4
2. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki.5 Dalam hal ini penulis mengadakan
pengamatan dan pencatatan dengan seksama terhadap pelaksanaan kegiatan
yang dilaksanakan di lokasi, penelitian juga mengamati keadaan lingkungan
sekolah seperti fasilitas, keadaan guru dan karyawan, keadaan murid, sarana
prasarana dan kurikulum.
3. Dokumentasi data dalam penelitian naturalistik kebanyakan diperoleh dari
sumber manusia/human resources, melalui observasi dan kuesioner. Tetapi
ada pula sumber bukan manusia, non human resources di antaranya foto
terlampir.
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,………h. 109. 3 Dr. Sugiyono, Statisika Untuk Penelitian, (Bandung: CV ALFABETA, 1999), Cet. 2 h.
63. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1998), Cet XI, h. 128. 5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi, 1980), h. 136.
37
F. Instrumen Penelitian
Instrumen ini terdiri dari 55 item. Setelah di uji kevaliditasannya ternyata
35 item valid atau dipakai. Dari 35 item tersebut dipakai tentang uji EQ-I
(Emotional Quotient Inventory) yang tiap soal terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu
Sangat setuju, Sering, Tidak setuju, Sangat tidak sertuju. Instrumen ini megukur
aspek dengan kategori kesadaran emosi diri, mengenali emosi, memotivasi diri,
dan empati.
Tabel 3
Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban
Jenis Option Positif Negatif
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Tidak Setuju (TS) 2 3
Setuju (S) 3 2
Sangat Setuju (SS) 4 1
Item-item dalam skala kecerdasan emosi di rancang berdasarkan unsur-
unsur kecerdasan emosi menurut Goleman (1996) yaitu:
Tabel 4
Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi (Uji Coba)
NO Indikator No. Item
Jumlah Positif Negatif
1 Kesadaran Diri 1, 16, 22, 26 3, 7, 33, 40, 43 9
2 Kontrol Diri 14, 42, 44 5, 20, 35, 46, 55 8
3 Motivasi Diri 6, 12, 29, 34 11, 31, 37, 51 8
4 Empati 2 25, 38, 48, 54 5
5 Keterampilan Sosial 4 9, 18, 23, 41 5
Jumlah 13 22 35
38
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah data terkumpul makna dilakukan tahap analisis data yaitu, peneliti
berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitiannya. Dalam analisis
data di lakukan beberapa tahapan yang meliputi:
1. Uji Validitas
Skala kecerdasan emosional sebelum diujikan harus ditentukan
validitasnya. Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau sahih,
yakni sejauh mana ketepatan dan kecamatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya.6 Untuk memperoleh pengujian hipotesis yang valid dan obyektif
diperlukan data yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas
dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan
skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment. Rumus
adalah sebagai berikut:7
Rxy = ])([)]([
)()(2222 yyNxxN
yxxyNrxy∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Keterangan:
rxy = Angka Indeks korelasi “r” Product Moment.
N = Number of Cases.
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y.
∑X = Jumlah seluruh skor X.
∑Y = Jumlah seluruh skor Y.
Setelah dilakukan penghitungan uji validitas instrument kecerdasan
emosional sebanyak 55 item, diperoleh 35 yang valid atau dipakai dan 20 butir
item yang tidak valid. pengolahan data ini digunakan uji validitas dengan rumus
teknik korelasi tersebut, dengan menggunakan Sofware SPSS 15.00 For Windows
dengan entre method.
6 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 105. 7 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), Cet. 16. h. 206.
39
2. Reliabilitas
Setelah dilakukan standarisasi nilai instrument, kemudian dilakukan
penguji reliabilitas, instrument kecerdasan emosional dengan menggunakan rumus
metode belah dua (split halp method) sebagai berikut:8
ryr
r xyhit +=
12
Nilai tersebut diperoleh dengan mencari terlebih dahulu nilai rxy dengan
menggunakan rumus “r” Product Moment, yaitu:
])([)]([)()(
2222 yyNxxNyxxyNrxy
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y.
N = Number of Cases.
∑XY = Jumlah perkalian X dan Y.
∑X = Jumlah skor dalam distribusi X.
∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y.
∑X = Jumlah Kuadrat dari X.
∑Y = Jumlah kuadrat dari Y.
Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas terhadap 35 item yang valid,
pengolahan data ini digunakan reliabilitas dengan rumus teknik korelasi tersebut,
dengan menggunakan Sofware SPSS 15.00 For Windows dengan entre method.
H. Teknik Analisa Data
1. Uji Prasyarat Analisis Data
Dalam penelitian ini pengujian prasyarat analisis yang digunakan penulis
adalah uji normalitas. uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan statistik
8 Pratiwi Bintari Oktaviya, Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Hasil Belajar
Sosiologi Siswa, (Jakarta: FITK, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi, 2010), h. 41.
40
Kolmogorov-Smirnov (KS). perhitungan data tersebut dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS 15.00.
a. Uji Normalitas Data.
Uji normalitas merupakan uji prasarat analisis data yang digunakan
untuk mengetahui apakah data yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.
pengujian dilakukan dengan menggunkan rumus Liliefors dan pengambilan
keputusan data normal atau tidak, dapat ditentukan dengan mengunakan dua
cara :
1) Dengan membandingkan skor KS hitung dengan KS tabel:
a) Jika niali KS hitung <KS tabel, maka Ho di tolak dan Ha diterima
artinya data normal.
b) Jika niali KS hitung >KS tabel, maka Ho di terima dan Ha ditolak
artinya data tidak normal.
2) Dengan teknik probabilitas:
a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho di tolak dan Ha diterima
artinya data normal.
b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho di terima dan Ha ditolak
artinya data tidak normal.
Pada penelitian ini pengambilan keputusan untuk uji normalitas dengan
menggunakan teknik probabilitas.9
b. Metode Suksesi Interval
Metode ini di tujukan untuk menaikan data ordinal menjadi interval.
Untuk perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut:10
Rumus:
9 Lampiran 11 dan 12 Uji Normalitas Kecerdasan Emosional dan Uji Normalitas Hasil
Belajar. 10 Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula, (Bandung: Alfabeta 2007), Cet. 4, h. 131.
41
S)x(X1050T
~
ii
−+=
Dari perhitungan prasarat analisis terbukti bahwa data itu adalah normal
dan sudah di tingkatkan menjadi interval maka penulis menggunakan korelasi
Product Moment
2. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis mencakup uji korelasi signifikansi dan koefesien determinasi.
Secara rinci dijabarkan sebagai berikut:
a. Uji Korelasi
Untuk menganalisa hubungan kedua variable digunakan teknik analisis
korelasional Bivariat dengan rumus product Moment dari Karl Pearson,
rumus tersebut sebagai berikut:11
])([])([)()(
2222 yyNxxNyxxyNrxy
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Keterangan:
r = Angka Indeks korelasi “r” Produck Moment.
N = Number of Cases.
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y.
∑X = Jumlah seluruh skor X.
∑Y = Jumlah seluruh skor Y.
Pengolahan data digunakan teknik analisa korelasional dengan rumus product moment tersebut, juga dilkukan dengan software SPSS 15.00 For Windows dengan entre method.
Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan (proses komputasi) dapat diberikan interpretasi atau penafsiran tertentu. Interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy), pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut:12
11 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan……., h. 206. 12 Anas Sudijono, Pengantar Statistik...., h. 190.
42
Tabel 5
Interpretasi Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
Besarnya “r” Product Moment Interpretasi
0,00 - 0,20
0,20 – 0,40
0,40 – 0,70
0,70 – 0,90
0,90 - 1,00
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi). Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, lemah atau rendah. Antara Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
b. Koefesien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variable X terhadap Y
digunakan rumus sebagai berikut:
Rumus Koefesien determinan
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Konstribusi Diterminasi (Kontribusi Variabel X Terhadap
Variable Y)
r2 = Koefesien korelasi antara variable X terhadap varian
Untuk mengetahui besarnya koefesien diterminasi (KD) dan tingkat
linieritas hubungan variable X dan Variabel Y juga menggunakan Software
SPSS 15.00 For Windows dengan entre method.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang
1. Sejarah Yayasan Al Mursyidiyyah Al Asyirotussafi’iyyah
Yayasan Islam Al Mursyidiyyah Al – Asyirotussafi’iyyah (YAMASY)
didirikan sejak tahun 1989 berdasarkan Akte Notaris Ny.R.Arie Soetardjo, SH
No.46 tanggal 20 Januari 1989 dan mulai aktif melakukan kegiatan operasional
tahun 1991 sampai dengan sekarang.
Yayasan ini didirikan oleh seorang wirausahawan sekaligus pemerhati
pendidikan yaitu Bapak KH.Mursyid yang penuh dedikasi tinggi menyumbangkan
tenaga, pikiran maupun materi secara ikhlas dalam rangka memberikan
pendidikan secara merata kepada semua lapisan masyarakat khususnya di wilayah
Desa Pondok Benda tanpa ada diskriminasi dan didukung sepenuhnya oleh
KH.Syafi’i Hadzami seorang ulama besar yang banyak memberikan motivasi dan
petuah-petuah tentang pendidikan. Bahkan nama yayasan yang dikenal sekarang
ini merupakan pemberian dari beliau selaku penasehat yayasan.
Yayasan pendidikan Islam Al-Mursyidiyyah berlokasi di Desa Pondok Benda Kec.Pamulang Kab.Tangerang dan meyelenggarakan pendidikan Islam mulai dari jenjang TKI / RA, MI / SDI, MTS / SMPI dan TPA. Sejalan dengan Visi dan Misi dari yayasan ini yaitu Terdepan dalam bidang keilmuan ,Berakhlakul karimah dan berprestasi. Tujuan dari yayasan ini adalah berusaha meningkatkan pemahaman masyarakat sekitar tentang agama Islam dan ajaran-ajaran mulianya serta mampu melahirkan generasi Islam yang menguasai ilmu
43
44
pengetahuan dan tekhnologi sekaligus berkepribadian Islam dan berakhlak mulia sehingga mampu berkiprah positif dalam masyarakat luas. Dan selama kurang lebih 15 tahun yayasan pendidikan ini telah mampu mendidik kurang lebih 2000 siswa baik dari kalangan masyarakat menengah ke bawah maupun dari masyarakat menengah ke atas. Yayasan ini juga telah meluluskan kurang lebih 1000 siswa baik dari tingkat TKI, MI, maupun MTS dengan kualitas yang cukup baik dan sebagian dari mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi mulai dari sekolah-sekolah negeri favorit sampai lembaga pesantren yang berkualitas. Bahkan ada pula beberapa siswa yang telah berkiprah di masyarakat dengan mengajar mengaji serta aktif dalam organisasi keagamaan maupun masyarakat.
Selain menyelengarakan pendidikan formal yayasan ini juga menyelengarakan kegiatan pendidikan non formal karena adanya permintaan masyarakat sekitar, yaitu membuka taman pendidikan Al-quran (TPA) dan Madrasah Diniyyah Awaliyah, mengadakan pengajian bulanan orang tua murid serta melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan secara berkala bertepatan dengan peringatan hari-hari besar A Kesejahteraan Pegawai.
Sarana dan fasilitas yang diberikan kepada seluruh pegawai, dewan guru dan karyawan di Yayasan Al Mursyidiyyah Al Assyirotussyafi’iyyah dalam menunjang pelaksanaan administrasi dan kegiatan belajar mengajar antara lain dengan cara pengangkatan status kepegawaian, dilakukan oleh pihak Yayasan. 1) Percobaan, diberlakukan kepada karyawan baru selama satu tahun mengabdi 2) Honorer, diberlakukan kepada karyawan yang telah melewati masa percobaan
sampai dengan sepuluh tahun masa mengabdi atau bila ada kebijakan dari yayasan dikerenakan mendapatkan nilai baik dan prestasi, loyalitas dan kinerja yang baik sebagaimana terdapat dalam istrumen DP3.
3) Tetap, diberlakukan kepada peagawai yang telah melewati masa sebagai pegawai honorer atau mendapat Surat Keputusan dari Yayasan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan diangkat sebagai pegawai tetap yayasan berdasar masa pengabdian, loyalitas, dan Daftar Penilaian Pelaksanaaan Pekerjaan (DP3).1
1 Profil MTs Al-Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang
45
Gambar 1
2. Struktur Organisasi MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang
Kabid. Pendidikan YPI Al Mursyidiyyah
Struktur Organisasi MTs AL – Mursyidiyyah2
Kepala Sekolah
Tata Usaha Keuangan Tata Usaha Administrasi
Waka. Bidang Kesiswaan
Waka. Bidang Kurikulum
Wali Kelas VII.1
Wali Kelas VIII.2
Wali Kelas VII.2
Wali Kelas VIII.1
Wali Kelas IX.1
Wali Kelas IX.2
Guru Bidang Studi
Guru Piket
Siswa
Komite Sekolah
Bimbingan Konseling
OSIS
Wabid. Humas
2 Struktur Organisasi MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang
46
1) Fungsi dan tugas Kepala Sekolah
Kepala Sekolah berfungsi sebagai pimpinan administrasi dan
supervisor. Adapun tugas kepala sekolah adalah sebagai berikut :
(a) Menyusun perencanaan.
(b) Mengorganisasikan kegiatan.
(c) Mengarahkan kegiatan.
(d) Mengkoordinasikan kegiatan.
(e) Melaksanakan pengawasan.
(f) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan
(g) Mengatur proses belajar mengajar.
(h) Menjalin hubungan atau komunikasi antara sekolah, yayasan,
masyarakat dan dunia usaha.
(i) Melaksanakan kebijakan yang diputuskan yayasan.
(j) Membuat laporan secara berkala maupun insidentil.
2) Fungsi dan Tugas Bidang Kurikulum
Bidang kurikulum berfungsi membantu kepala sekolah dalam urusan
pengelolaan kegiatan sekolah. Adapun tugas bidang kurikulum
adalah seagai berikut :
(a) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan.
(b) Menyusun pembagian tugas dan jadwal pelajaran.
(c) Mengatur penyusunan program pengajaran (program tahunan,
program semester, program bulanan, dan penyesuaian
kurikulum).
(d) Mengarahkan penyusunan satuan pembelajaran/silabus.
(e) Mengatur pelaksanaan kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler.
3) Fungsi dan Tugas Bidang Kesiswaan
Bidang kesiswaan berfungsi membantu kepala sekolah dalam urusan
kesiswaan. Adapun tugas bidang kurikulum adalah seagai berikut :
(a) Bertanggung jawab terhadap kegiatan kesiswaan.
(b) Bertanggung jawab terhadap kegiatan ekskul.
47
(c) Sebagai pembinan OSIS.
(d) Membina dan menyelesaikan permasalahan siswa setelah dari
BK.
4) Fungsi dan Tugas Bimbingan Konseling
(a) Memberikan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang
bermasalah.
(b) Melakukan Sidak (Operasi Mendadak) kepada siswa.
5) Fungsi dan Tugas Bidang Humas
(a) Mengadakan hubungan dengan masyarakat.
(b) Sebagai koordinasi dengan berbagai pihak luar untuk keperluan
sekolah.
6) Fungsi dan tugas Tata Usaha Administrasi
Adapun tugas tata usaha administrasi adalah sebagai berikut :
(a) Mengetahui jumlah guru.
(b) Mencatat dan mengarsipkan surat masuk dan surat keluar
(c) Menyediakan format penerimaan raport, menghitung kehadiran
guru, rekap kehadiran siswa, guru dan karyawan.
(d) Mengatur pengisisan papan data.
(e) Mengisi buku induk, klaper, mutasi siswa dan sebagainya.
(f) Mendistribusikan dan menerima kembali buku kumpulan
nilai/leger dari guru kelas.
7) Fungsi dan Tugas Tata Usaha Keuangan
Adapun tugas-tugas tata usaha keuangan antara lain :
(a) Menerima SPP dan uang komputer.
(b) Mengetahui masuk dan keluarnya uang.
(c) Bertanggungan jawab atas administrasi penerimaan SPP dan
komputer.
(d) Menyusun administrasi uang SPP dan komputer, biaya ulangan
semester, biaya ujian akhir sekolah, dan lain-lain.
(e) Merekap prosentase pemasukan SPP dan komputer tiap akhir
bulan
48
(f) Menyimpan arsip-arsip yang berkenaan dengan keuangan.
(g) Membuat RAPBS beserta Kepala Sekolah dan yang terkait.
8) Fungsi dan Tugas Guru Kelas dan Guru Bidang Studi
Guru bertanggung jawab kepada sekolah dan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara afaektif dan
efisien. Adapun tugas – tugas guru antara lain :
(a) Membuat perangkat program pengajaran
(b) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan blok,
ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir sekolah.
(c) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
(d) Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Unit-unit Pendidikan YAMASY
YAMASY merupakan yayasan yang berkonsentrasi pada bidang sosial
keagamaan yang memfungsikan dirinya sebagai sarana partisipasi dalam
pendidikan keagamaan yang berorientasi pada pembentukan pribadi muslim yang
berwawasan IPTEK dan IMTAQ dalam bingkai akhlaqul Karimah.
Untuk mencapai sasaran tersebut, YAMASY menyelengarakan unit
pendidikan sebagai berikut :
a. TKI / RA ( Raudahatul Athfal).
b. MI (Madrasah Ibtidaiyyah).
c. MTs (Madrasah Tsanawiyah).
d. TPA ( Taman Pendidikan Al-quran ).3
4. Visi, Misi dan Tujuan MTs Al-Mursyidiyyah
Visi : Sekolah Islam Berilmu, Berakhlaq, dan Berprestasi
Misi :
a. Menyelenggarakan pendidikan integratif dan berkualitas berlandaskan
iman dan taqwa serta adaptif terhadap perkembangan ilmu dan
3 Profil MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang
49
teknologi sehingga mampu membentuk lulusan atas SDM yang unggul
dan kompetitif.
b. Membiasakan siswa menjalankan ibadah, berlaku sopan dan mandiri.
c. Menumbuhkembangkan bakat dan minat siswa melalui kegiatan
kokulikuler dan ekstrakurikuler yang variatif dan berbasis
kemasyarakatan.4
Tujuan yang akan dicapai
a. Disiplin
b. Sholat dengan kesadaran
c. Mengoperasikan komputer program Word, excel, dan Internet dengan
baik.
d. Belajar tuntas
e. Aktif dalam kegiatan ekskul dan berprestasi dibidang akademik.
f. Dapat membaca al-Qur’an dengan baik.
g. Program pembinaan untuk siswa berprestasi dalam bidang Matematika
dan Bahasa Inggris.
Adapun kegiatan ekskul ditawarkan sesuai hobi/kebutuhan siswa,
antara lain : Pembinaan Rohis, Muhadhoroh, Kasidah, Marawis,
Melukis/menggambar, kaligrafi, Olahraga, Pramuka dan safari ta’lim.5
5. Lokasi Sekolah
i. Luas Tanah : 1430 M2
Lokasi : Jl. Siliwangi Gg. Anggrek RT/RW 03/18
Pondok Benda - Pamulang
ii. Batas-batas tanah
Sebelah Utara lapangan olahraga
Sebelah Timur perumahan penduduk
Sebelah Selatan jalan desa
Sebelah Barat perumahan penduduk.6
4 A. Syatiri, Wawancara, Pamulang, 23 September 2010 5 Profil MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang 6 Diringkas dari observasi, Pamulang, 23 September 2010
50
6. Keadaan Guru & Staf
Tenaga guru sebagian besar adalah sarjana dari berbagai displin ilmu. Ada
guru kelas dan juga guru bidang study. Untuk kelas satu sampai kelas enam
diberlakukan guru kelas dan guru bidang study yang masing-masing bertanggung
jawab penuh terhadap kelas yang dipegang. Dan ada guru muatan lokal yaitu
bahasa inggris, Qiroah, dan komputer.
Tabel 6
Data Guru7
Guru/Staf
MTs Al-Mursyidiyyah
Tahun Pelajaran
2006/2007 2007/2008 2008/2009
Kepala Sekolah 1 1 1
Guru tetap (PNS) 3 4 3
Guru tidak tetap (Honorer) 14 14 15
Guru PNS Dipekerjakan (DPK) 2 2 2
Staf Tata Usaha (TU) 1 2 2
Jumlah 21 23 23 Sumber Data: MTs Al-Mursyidiyyah
Tabel 7 Keadaan Siswa MTs
Tahun
Ajaran
Jumlah
Pendaftar Jml
Kls.
I
Jml
Kls.
II
Jml
Kls.
III
Jumlah
Calon
siswa baru
Jml
siswa
Jml
Rombel
2006/2007 50 50 40 49 139 6
2007/2008 60 60 40 51 151 6
2008/2009 66 66 62 53 181 6
Sumber Data: MTs Al-Mursyidiyyah
7 Laporan Bulanan MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang.
51
7. Hubungan Ke Masyarakat
Untuk membina hubungan dengan masyarakat kita sudah ada beberapa
wadah dan sarana, di antaranya komite madrasah, peran serta orang tua dalam
kegiatan sekolah ( dalam santunan dhuafa ), pembagian hewan qurban dan zakat
pada masyarakat sekitar serta keterlibatan masyarakat dalam kepanitian Idul
Qurban, Majelis taklim dan peringatan hari besar Islam.
8. Orientasi Masa Depan
Agar mampu berkiprah secara optimal di tengah masyarakat, MTs Al-
Mursidiyyah bersifat terbuka terhadap temuan-temuan baru, terutama di bidang
pendidikan. Pengalaman selama kurang lebih 15 tahun dijadikan sebagai cermin
untuk mawas diri dalam langkah ke depan agar lebih baik dan sempurna.
Sebagai upaya mencapai visi, misi dan tujuan lembaga ini untuk menuju
optimalisasi dan profesionalisme, maka MTs Al-Mursyidiyyah selalu berusaha
untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas siswa-siswanya.
Untuk itu diadakan seleksi penerimaan murid baru agar bisa meghasilkan
SDM yang handal di tengah masyarakat. Kami mengusahakan untuk mengirimkan
siswa-siswi dalam setiap momentum lomba yang dapat menjadi arena aktualisasi
prestasi siswa.
Demikian juga dengan kualitas guru senantiasa ditingkatkan untuk
mengembangkan metodologi pengajaran serta menambah khazanah ilmu
pengetahuan.
Kemudian masih dalam rangka penigkatan kualitas guru, MTs Al-
Mursyidiyyah mengirim guru untuk mengikuti pelatihan ataupun mengundang
narasumber ke sekolah. Kita pernah menghadirkan Drs. Satimin dan Drs.Sri Budi
dari Puskur Diknas dalam rangka raker dan dialog tentang Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP 2006), pembuatan kisi-kisi soal, penataran Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS ) dan pengunaan alat peraga IPA.
Dalam upaya untuk mengenalkan Al-Mursyidiyyah, kami mengadakan
acara gema maulid dan latihan gabungan yang diadakan setiap tahun dengan
mengundang MTs/SMP di sekitar kecamatan Pamulang. Di samping itu kita
52
mengadakan agenda tahunan yaitu pemberian santunan kepada anak yatim dan
fakir miskin di bulan Ramadhan dan bulan Muharram serta peringatan hari-hari
besar Islam lainnya.
Demikianlah, MTs Al-mursyidiyyah dalam perjalanannya yang pelan tapi
pasti untuk menuju kepada visi dan misinya, sehingga nantinya akan menjadi
sebuah lembaga pendidikan harapan umat. Semoga ALLAH SWT selalu meridhai
segala upaya kita dalam memajukan pendidikan nasional untuk mewujudkan
masyarakat Madani. (Amien).8
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Kecerdasan Eosional (Variabel X)
Untuk menjelaskan gambaran dalam penelitian ini berikut akan dijabarkan
deskripsi data berupa rentang skor, rata-rata, standar deviasi, dan modus. Selain
itu, data akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan histogram untuk
memperjelas deskripsi dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
Tabel 8
Data Kecerdasan Emosional (X)
Deskripsi Nilai
Nilai maksimum 134
Nilai minimum 63
Mean 90,80
Median 89,00
Modus 83
Standar Deviasi 14,650
Pada pengumpulan data kecerdasan emosional siswa, penulis
menggunakan kuesioner dengan model skala likert. Kuesioner disusun
berdasarkan indikator yang mengacu pada teori Goleman. Diantaranya mengukur
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.
8 Profil MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang.
53
Berdasarkan tabel 8 tersebut di atas, menunjukan bahwa perolehan dari 35
item pernyataan skor tertinggi yang diperoleh siswa pada tes kecerdasan
emosional ini sebesar 134 dan skor terendah 63 dan nilai rata-rata (mean) sebesar
90,80. Nilai tengah (median) 89,00, nilai modus 83 dan nilai standar deviasi
sebesar 14,650.
Jika dibuat rentang skor kecerdasan emosional dengan jumlah 66 orang
yang semuanya valid, maka dapat dilihat bahwa frekuensi dan presentasi skor
kecerdasan emosional yang memperoleh angka 63, 68, 69, 70, 74, 79, 81, 86, 92,
93, 96, 99, 103, 104, 113, 114,127, dan 134 masing-masing 1 orang (1,5%), angka
71, 72, 77, 80, 82, 90, 91, 94, 95, 98, dan 124 masing-masing 2 orang (3,0%),
angka 84, 85, 87, 97, 105, dan 106 masing-masing 3 orang (4,5%), dan angka 83
dan 89 masing-masing 4 orang (6,1%). Untuk lebih jelasnya data tetang frekuensi
dan presentasi variabel bebas (X) kecerdasan emosional pada mata pelajaran IPS
di MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang dapat divisualkan pada tabel 9 berikut:
54
Tabel 9
Frekuensi Skor Kecerdasan Emosional (Variabel X)
Kecerdasan Emosional
1 1,5 1,5 1,51 1,5 1,5 3,01 1,5 1,5 4,51 1,5 1,5 6,12 3,0 3,0 9,12 3,0 3,0 12,11 1,5 1,5 13,62 3,0 3,0 16,71 1,5 1,5 18,22 3,0 3,0 21,21 1,5 1,5 22,72 3,0 3,0 25,84 6,1 6,1 31,83 4,5 4,5 36,43 4,5 4,5 40,91 1,5 1,5 42,43 4,5 4,5 47,04 6,1 6,1 53,02 3,0 3,0 56,12 3,0 3,0 59,11 1,5 1,5 60,61 1,5 1,5 62,12 3,0 3,0 65,22 3,0 3,0 68,21 1,5 1,5 69,73 4,5 4,5 74,22 3,0 3,0 77,31 1,5 1,5 78,81 1,5 1,5 80,31 1,5 1,5 81,83 4,5 4,5 86,43 4,5 4,5 90,91 1,5 1,5 92,41 1,5 1,5 93,92 3,0 3,0 97,01 1,5 1,5 98,51 1,5 1,5 100,0
66 100,0 100,0
63686970717274777980818283848586878990919293949596979899103104105106113114124127134Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
55
Jika dibuat tingkat atau level kecerdasan emosional sebanyak 66 orang
adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Emosional
No Interval
Kelas Fabs Fkb Fka X Fr
1 117 – 134 4 52 4 119 6,06 %
2 99 – 117 11 48 1 101 16,66 %
3 81 – 99 37 51 38 83 56,06%
4 63 – 81 14 14 52 65 25,75%
66 100%
Berdasarkan perhitungan perolehan rata-rata skor kecerdasan emosional
siswa sebesar 90,80. Untuk lebih memperjelas tabel 10, di bawah ini disajikan
histogram data gambaran kecerdasan emosional siswa.
Gambar 2
Histogram Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional (X)
Kecerdasan Emosional1401201008060
Freque
ncy
20
15
10
5
0
Histogram
Mean =90.8�Std. Dev. =14.65�
N =66
56
Dari tabel 5 di atas terlihat hanya sekitar 25,75% siswa yang mendapat
skor 63-81, skor 81-99 sebesar 56,06%, skor 99-117 sebesar 16,66%, sedangkan
yang merupakan skor tertinggi yaitu 117-134 persentasenya sebesar 6,06%.
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor yang berada pada
interval 81-99 merupakan skor yang persentasenya paling banyak yaitu 56,06%,.
Berarti dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional siswa baik.
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS
(Variabel Y)
Untuk data hasil belajar IPS, penulis menggunakan hasil tes soal pada
mata pelajaran IPS. Setelah dilakukan proses penghitungan dari data hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS skor tertinggi adalah 95,00 dan skor terendah 45,00
sehingga diperoleh. Nilai mean sebesar 75,60. Nilai median 75,00 nilai modus
75,00 dan standar deviasi sebesar 8,66. Penyebaran skor dapat dilihat pada tabel
data hasil belajar IPS siswa dan distribusi frekuensi table 11 berikut ini:
Tabel 11
Data Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS (Y)
Deskripsi Nilai
Nilai maksimum 95
Nilai minimum 45
Mean 75.6061
Median 75.0000
Modus 75.00
Standar Deviasi 8.66093
Jika dibuat rentang skor hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
dengan jumlah 66 orang yang semuanya valid, maka dapat dilihat bahwa
frekuensi dan presentasi skor kecerdasan emosional yang memperoleh angka 45,
50, 55, 60, 65, 70, 90, dan 95 masing-masing 1 orang (1,5%), angka 65 masing-
masing 4 orang (6,1%), angka 70 masing-masing 9 orang (13,6%), angka 80 dan
57
85 masing-masing 12 orang (18,2%) dan 75 masing-masing 23 orang (34,8%).
Untuk lebih jelasnya dapat divisualkan pada tabel 12 berikut:
Tabel 12
Frekuensi Skor Hasil Belajar IPS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Val
id
45 1 1.5 1.5 1.5
50 1 1.5 1.5 3.0
55 1 1.5 1.5 4.5
60 1 1.5 1.5 6.1
65 4 6.1 6.1 12.1
70 9 13.6 13.6 25.8
75 23 34.8 34.8 60.6
80 12 18.2 18.2 78.8
85 12 18.2 18.2 97.0
90 1 1.5 1.5 98.5
95 1 1.5 1.5 100.0
Total 66 100.0 100.0
Jika dibuat tingkat atau level hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
sebanyak 66 orang adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel 13 berikut:
58
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar
No Interval Kelas Fabs Fkb Fka X Fr
1 89 – 99 2 66 2 91 3,03%
2 78 – 88 24 64 26 81 36,363%
3 67 – 77 32 40 58 70 48,484%
4 56 – 66 5 8 63 59 7,575%
5 45- 55 3 3 66 48 4,545%
66 100%
Berdasarkan perhitungan perolehan rata-rata skor hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS sebesar 75.6061. Untuk lebih memperjelas tabel 13, di bawah ini
disajikan histogram data gambaran kecerdasan emosional siswa.
Gambar 3
Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS (Y)
59
Berdasarkan gambar di atas terlihat hanya sekitar 4,545% siswa yang
mendapat skor 45-55, skor 56-66 sebesar 7,575%, skor 67–77 sebesar 48,484%,
skor 78-88 sebesar 36,363%, dan skor 89-99 mendapat pesentase sebesar 3,03%.
Dengan demikian, skor yang berada pada interval 67–77 merupakan skor
yang persentasenya paling banyak yaitu 48,484%. Berarti dapat dikatakan hasil
belajar IPS siswa baik.
3. Deskripsi Data Hasil Korelasi
Deskripsi data hasil korelasi antara kecerdasan emosional (variabel X) dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan bantuan Software SPSS 15.00
For Windows dengan teknik Enter Method, yaitu dengan cara memasukkan
variabel X (kecerdasan emosional) dan variabel Y (hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS) ke dalam form yang tersedia pada program tersebut, seperti dapat
dilihat tabel 14 berikut:
Tabel 14
Variables Entered/Removedb
Model Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Ya Enter
Perhitungan data tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan
komputer yaitu program SPSS 15.00.
Setelah kedua variabel sebagaimana telah dideskripsikan pada deskripsi
data kecerdasan emosional dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dienter
(dimasukan) ke dalam program SPSS tersebut, maka menghasilkan keluaran
korelasi antara kecerdasan emosional (variabel X) dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS (variabel Y) di MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang.
Output data yang dihasilkan dari Program SPSS 15.00 For Windows
ternyata bahwa korelasi antara kecerdasan emosional dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS memperoleh angka koefisien korelasi Pearson Corerelation
60
dengan rumus Product Moment sebesar 0,314 dengan tingkat kepercayaan 0,05.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 15 berikut :
Tabel 15
Hasil Perhitungan Korelasi Antara Kecerdasan Emosional dan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS
X Y
X Pearson Correlation 1 .314*
Sig. (2-tailed) .010
N 66 66
Y Pearson Correlation .314* 1
Sig. (2-tailed) .010
N 66 66
4. Deskripsi Data Kontribusi Kecerdasan Emosional terhadap Hasil
Belajar pada Mata Pelajaran IPS di MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara kecerdasan emosional dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Menunjukkan dengan tingkat korelasi
R (rxy) sebesar 0,314, maka hasil perhitungan kontribusi (R Square/Koefesien
Diterminasi) atau pengaruh kecerdasan emosional (variabel X) terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS (variable Y) adalah R2 X 100 % = 0,3142 X
100%= 9,85% dengan R Square yang disesuaikan sebesar 0,084% dan standar
Erraor of Estimate 14,01834 hal tersebut ditunjukkan pada tabel 16 berikut.
61
Tabel 16
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .314a .098 .084 14.01834
C. Uji Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas Data
Dalam penelitian ini pengujian prasarat analisis yang digunakan penulis
adalah uji normalitas. uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan statistik
Kolmogorov-Smirnov (KS). Perhitungan data tersebut dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS 15.00 hasilnya terlampir
dalam lampiran 11 dan 12.
Hasil pengujian normalitas data dengan rumus liliefors untuk masing
masing variabel terlihat pada table 17 berikut:
Tabel 179
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kecerdasan
Emosional dan Hasil Belajar
Variabel Asymp.sig Taraf
signifikansi 5% Keputusan
Kecerdasan emosional 0,720 0,05% Normal
Hasil Belajar 0,005 0,05% Normal
Pada table 15 di atas, dapat diketahui nilai probabilitas sig untuk variabel
kecerdasan emosional sebesar 0,720 dan variabel untuk hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS sebesar 0,005 dengan demikian nilai probabilitas sig dari
kedua variabel diatas (kecerdasan emosional terhadap hasil belajar) lebih besar
dari nilai probabilitas 0,05.
9 Lampiran 11 dan 12 Uji Normalitas Kecerdasan Emosional dan Uji Normalitas Hasil
Belajar Siswa.
62
2. Metode Suksesi Interval
Metode ini di tujukan untuk menaikan data ordinal menjadi interval.
Untuk perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut10:
Rumus:
S)x(X1050T
~
ii
−+=
Adapun perhitungannya dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007 dan
hasilnya terlampir dalam lampiran 9.
Dari perhitungan prasarat analisis terbukti bahwa data itu adalah normal
dan sudah di tingkatkan menjadi interval maka penulis menggunakan korelasi
Product Moment
D. Analisis dan Interprestasi Data
1. Kecerdasan Emosional
Berdasarkan deskripsi data kecerdasan emosional siswa MTs Al-
Mursyidiyyah yang berjumlah 66 orang, menunjukkan bahwa sebagian besar
81,81% sangat tinggi dan selebihnya 22,72% kecerdasan emosional siswa posisi
sedang dan rendah memberikan dampak terhadap tingginya hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS.
Berdasarkan deskripsi data, analisis data dan interprestasi data tersebut di
atas, maka dengan demikian bahwa permasalahan pertama dalam skripsi ini
tentang bagaimanakah tingkat kecerdasan emosional telah terjawab.
2. Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPS
Berdasarkan deskripsi data hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di
atas, menunjukkan bahwa prestasi belajar siwa sebagian besar yang hasil
belajarnya berdasarkan tabel indeks hasil belajar mencapai 48,484% dalam posisi
sangat tinggi. Berdasarkan hasil belajar pada posisi tinggi 36,363% dan pada taraf
sedang dan rendah 7,575%.
10 Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula, (Bandung: Alfabeta 2007), Cet. 4, h. 131.
63
Berdasarkan deskripsi data, analisis data dan interprestasi data tersebut di
atas, maka dengan demikian bahwa permasalahan kedua dalam skripsi ini tentang
bagaimanakah tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS telah terjawab.
3. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar IPS
Berdasarkan deskripsi data tersebut di atas bahwa hasil korelasi antara
kecerdasan emosional dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sebesar
0,314%. Angka hasil korelasi tersebut sesuai dengan tabel 18 tentang Interprestasi
nilai r menunjukkan bahwa korelasi antara kecerdasan emosional (Variable X)
dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS (Variabel Y) terdapat korelasi
yang rendah. Dengan rendahnya korelasi kecerdasan emosional dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS, maka semua hal yang dapat menumbuhkan dan
mengembangkan motivasi siswa, baik berasal dari individu, orang tua, teman-
teman dan lingkungannya dituntut terus menerus untuk ditingkatkan, agar hasil
belajar terus meningkat sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 18
Interprestasi Nilai r
Besarnya “r” Product
Moment Interpretasi
0,800-1,00
0,600-0,800
0,400-0,600
0,200-0,400
0,000-0,200
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang sangat tinggi.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang cukup.
Antara Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang agak rendah.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelas yang rendah.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat rendah atau sangat rendahnya sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan Y.
64
4. Kontribusi Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar IPS
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara kecerdasan
emosional (variabel X) dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
(variabel Y) menunjukkan dengan tingkat korelasi R (rxy) sebesar 0,314%
dan R Square/(Koefesien Diterminasinya) adalah 9,859%. Hal ini
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memberi kontribuksi dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS sebesar 9,859%. Korelasi ini
berkatagori rendah di karenakan banyaknya faktor lain yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal sangat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa
walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor eksternal mempunyai andil
dalam menentukan hasil belajar. Karena hasil belajar merupakan hasil dari
usaha belajar yang dilakukan oleh siswa yang meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Ditegaskan oleh Zikri Neni Iska dalam buku Psikologi pengantar
pemahaman diri dan lingkungan, bahwasannya salah satu hal dari faktor
internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah Fisiologi dan
Psikologi, fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera
sedangkan psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi
dan kemampuan kognisi. Adapun faktor ekternalnya yakni terdiri dari
Lingkungan dan Instrumental, lingkungan yang terdiri dari alam dan sosial
sedangkan instrumental yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana
prasarana, administrasi dan manajemen.11
11 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s 2006), Cet.1, h. 85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa pendapat mengenai kecerdasan
emosional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum dapat simpulkan bahwasannya kecerdasan emosional
berpengaruh terhadap hasil belajar kurang cukup baik, di karenakan
kecerdasaan emosional siswa yang berpengaruh sangat rendah, baik yang
terlampir dalam penghitungan kecerdasan emosional serta perhitungan hasil
belajar keduanya saling mempengaruhi akan tetapi hanya memberi signifikan
atau pengaruh yang relatif rendah.
2. Dalam hasil belajar ada Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seperti
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal sangat mempengaruhi hasil
belajar seorang siswa walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor eksternal
mempunyai andil dalam menentukan hasil belajar. Karena hasil belajar
merupakan hasil dari usaha yang dilakukan oleh siswa yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Salah satu hal dari faktor internal yang
mempengaruhi hasil belajar IPS siswa adalah kecerdasan emosional. Namun
bila ternyata dalam penelitian ini ditemukan bahwa kecerdasan emosional
terdapat hubungan/pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada
65
66
mata pelajaran IPS, diduga terdapat faktor-faktor lain yang lebih
mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS seperti minat,
bakat, motivasi, dan intelegensi (IQ) dibandingkan dengan kecerdasan
emosional.
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya tidak hanya faktor emosional saja yang
mempengaruhi faktor hasil belajar akan tetapi banyak faktor lain yang dapat
diperhitungkan.
B. Saran
1. Bagi pihak sekolah diarapkan tidak hanya berorientasi pada
pengembangan kecerdasan intelektual tetapi juga perlu lebih
memperhatikan pengembangan kecerdasan emosional dalam proses belajar
mengajar sehingga dapat tercapai visi yang diharapkan, “Unggul dalam
Prestasi, Cerdas Spiritual dan Emosional.”
2. Para pendidik diharapkan lebih memperhatikan keadaan emosional siswa
dalam proses belajar mengajar, karena keadaan emosional siswa yang
stabil akan membantu siswa menerima pelajaran sehingga hasil belajar
siswa dapat lebih optimal.
3. Siswa dapat lebih memperhatikan dan mulai belajar mengenali dan
memperhatikan keadaan emosi dalam dirinya agar dapat meningkatkan
kecerdasan emosional dan intelektualnya.
4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama
sebaiknya menggunakan alat ukur dan metode yang lebih baik mengingat
bahwa belum adanya tes tertulis tunggal yang dapat menghasilkan nilai
kecerdasan emosional yang baik.
5. Hasil penelitian yang baik mungkin dapat dicapai apabila subyek
penelitian tidak terbatas pada kelompok sampel penelitian ini, tetapi juga
mencakup subyek dengan populasi yang lebih luas dan menggunakan
teknik analisa yang lebih baik.
Top Related