8/19/2019 Abdomen injury
1/25
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di
dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya
melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada
pertol ongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/ korban
dapat tetap bertahan hi dup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah
penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan
yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pert olongan yang cepat,
tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan
dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam
kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan
meninggal.
Salah satu kasus gawat daruratyang memerlukan tindakan segera dimana
pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik
adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di
rongga abdomen adalah organ-organ pencernaan. Selain trauma abdomen
kasus-kasus kegawatdaruratan pada sistem pencernaan salah satunya
perdarahan saluran cerna bai k saluran cerna bagian atas ataupun saluran
cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban
atau pasien bahkanbisa menimbulkan kematian. leh karena itu kita perlu
8/19/2019 Abdomen injury
2/25
2
memahami penanganan kegawatdaruratan pada system pencernaan secara
cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
8/19/2019 Abdomen injury
3/25
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Trauma abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak
diantara toraks dan pel!is. "ongga ini berisi !iscera dan dibungkus dinding
#abdominal wall$ yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna
!ertebralis, dan ilium.
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling
sering dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan
hori%ontal dan dua bidang bayangan !ertikal. &idang bayangan tersebut
membagi dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah #regiones$.
'ua bidang diantaranya berjalan hori%ontal melalui setinggi tulang
rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua
bidang lainnya !ertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga
kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale.
'aerah-daerah tersebut adalah(
a. hypocondriaca de)tra
b. epigastrica
c. hypocondriaca sinistra
d. ilaca de)tra
e. umbilicalis
f. iliaca sinistra
g. inguinalis de)tra
h. hypogastrica
i. inguinalis sinistra
8/19/2019 Abdomen injury
4/25
4
Proyeksi letak organ abdomen yaitu(
a. *ypocondriaca de)tra meliputi organ( lobus kanan hepar, kantung
empedu, sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal
kanan dan kelenjar suprarenal kanan
b. +pigastrica meliputi organ( pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
sebagian hepar
c. hypocondriaca sinistra meliputi organ( gaster, lien, bagian kaudal
pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar
suprarenal kiri
d. umbalis de)tra meliputi organ( kolon ascenden, bagian distal ginjal
kanan, sebagian duodenum dan jejenum
e. Umbilicalis meliputi organ( mentum, mesenterium, bagian bawah
duodenum, jejenum dan ileum
f. umbalis sinistra meliputi organ( kolon ascenden, bagian distal ginjal
kiri, sebagian jejenum dan ileumg. nguinalis de)tra meliputi organ( sekum, apendiks, bagian distal ileum
dan ureter kanan
h. Pubica meliputi organ( ileum, !esica urinaria dan uterus
i. nguinalis sinistra meliputi organ( kolon sigmoid, ureter kiri dan
o!arium kiri
Peritoneum parietalis yang menutup dinding abdomen depan sangat kaya
saraf somatik sementara peritoneum yang menutup pel!is sangat sedikit saraf
somatik sehingga iritasi peritoneum pel!is pasien sulit menentukan lokasi
nyeri. Peritoneum diafragmatika pars sentralis disarafi ner!i spinalis
mengakibatkan iritasi pars sentralis diafragma mempunyai nyeri alih di bahu,
yang disebut 0ehr sign.
8/19/2019 Abdomen injury
5/25
5
1rauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun tidak
disengaja sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh. 2ika
trauma yang didapat cukup berat akan mengakibatkan kerusakan anatomi
maupun fisiologi organ tubuh yang terkena. 1rauma dapat menyebabkan
gangguan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme kelainan
imunologi, dan gangguan faal berbagai organ. Penderita trauma berat
mengalami gangguan faal yang penting, seperti kegagalan fungsi membran sel,
gangguan integritas endotel, kelainan sistem imunologi, dan dapat pula terjadi
koagulasi intra!askular menyeluruh #' 3 diseminated intra!ascular
coagulation$.
1rauma abdomen pada garis besarnya dibagi menjadi trauma tumpul dan
trauma tajam. 0eduanya mempunyai biomekanika, dan klinis yang berbeda
sehingga algoritma penanganannya berbeda.
1rauma abdomen dapat menyebabkan laserasi organ tubuh sehingga
memerlukan tindakan pertolongan dan perbaikan pada organ yang mengalami
kerusakan.
1rauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis(
4$ 1rauma penetrasi ( 1rauma 1embak, 1rauma 1usuk
5$ 1rauma non-penetrasi atau trauma tumpul
diklasifikasikan ke dalam 6 mekanisme utama, yaitu tenaga kompresi
#hantaman$, tenaga deselerasi dan akselerasi. 1enaga kompresi #compression
or concussi!e forces$ dapat berupa hantaman langsung atau kompresi
eksternal terhadap objek yang terfiksasi. 7isalnya hancur akibat
8/19/2019 Abdomen injury
6/25
6
kecelakaan, atau sabuk pengaman yang salah #seat belt injury$. *al yang
sering terjadi adalah hantaman, efeknya dapat menyebabkan sobek dan
hematom subkapsular pada organ padat !isera. *antaman juga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen pada organ berongga dan
menyebabkan ruptur.
Pengeluaran darah yang banyak dapat berlangsung di dalam ka!um
abdomen tanpa atau dengan adanya tanda-tanda yang dapat diamati oleh
pemeriksa, dan akhir-akhir ini kegagalan dalam mengenali perdarahan
intraabdominal adalah penyebab utama kematian dini pasca trauma. Selain itu,
sebagian besar cedera pada ka!um abdomen bersifat operatif dan perlu tindakan
segera dalam menegakan diagnosis dan mengirim pasien ke ruang operasi.
2.1.1 Trauma tajam
1rauma tajam abdomen adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka
pada permukaan tubuh dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang
disebabkan oleh tusukan benda tajam. 1rauma akibat benda tajam dikenal dalam
tiga bentuk luka yaitu( luka iris atau luka sayat #!ulnus scissum$, luka tusuk
#!ulnus punctum$ atau luka bacok #!ulnus caesum$.
uka tusuk maupun luka tembak akan mengakibatkan kerusakan jaringan
karena laserasi ataupun terpotong. uka tembak dengan kecepatan tinggi akan
menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap organ !iscera,
8/19/2019 Abdomen injury
7/25
7
dengan adanya efek tambahan berupa temporary ca!itation, dan bisa pecah
menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya.
0erusakan dapat berupa perdarahan bila mengenai pembuluh darah
atau organ yang padat. &ila mengenai organ yang berongga, isinya akan keluar
ke dalam rongga perut dan menimbulkan iritasi pada peritoneum.
2.1.2 Trauma tumpul
1rauma tumpul kadang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada
permukaan tubuh, tetapi dapat mengakibatkan cedera berupa kerusakan daerah
organ sekitar, patah tulang iga, cedera perlambatan #deselerasi$, cedera kompresi,
peningkatan mendadak tekanan darah, pecahnya !iskus berongga, kontusi atau
laserasi jaringan maupun organ dibawahnya.
7ekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya
deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan #non
complient organ$ seperti hati, lien, pankreas, dan ginjal. Secara umum mekanisme
terjadinya trauma tumpul abdomen yaitu(
a$ Saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak di antara
struktur. Akibatnya, terjadi tenaga potong dan menyebabkan robeknya
organ berongga, organ padat, organ !isceral dan pembuluh darah,
khususnya pada bagian distal organ yang terkena.
ontoh pada aorta distal yang mengenai tulang torakal mengakibatkan
gaya potong pada aorta dapat menyebabkan ruptur. Situasi yang sama
8/19/2019 Abdomen injury
8/25
8
dapat terjadi pada pembuluh darah ginjal dan pada cer!icothoracic
junction. b$ si intra abdominal hancur diantara dinding abdomen anterior dan columna
!ertebra atau tulang toraks posterior. *al ini dapat menyebabkan
ruptur, biasanya terjadi pada organ-organ padat seperti lien, hati, dan
ginjal.
c$ 8aya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan intra-
abdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya biasanya menyebabkan
ruptur organ berongga. &erat ringannya perforasi tergantung dari gaya
dan luas permukaan organ yang terkena cedera.
2.2 uptur l!en
ien merupakan suatu organ dari sistem reticulo-endothelial, yang
merupakan jaringan limfe #limfoid$ terbesar dari tubuh. ien berukuran kira-kira
sebesar kepalan tangan dan terletak tepat di bawah hemidiafragma kiri. 9arnanya
kemerahan dan pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 45, cm, lebar :,
dan tebal 6, cm, dengan berat 4; gram #ber!ariasi antara ;-5; gram$.
Proyeksi letak lien pada abdomen yaitu berada di hypocondriaca
sinistra. rgan ini terletak di kuadran kiri atas dorsal abdomen, menempel pada
permukaan bawah diafragma dan terlindung oleh lengkung iga. Sumbu
panjangnya terletak sepanjang iga 4;. Sejajar bagian posterior iga
8/19/2019 Abdomen injury
9/25
9
0apsula lienalis adalah struktur fibrosa dengan peritoneum melekat di
permukaanya. ien terpancang di tempatnya oleh beberapa ligamen
suspensoria. igamentum gastrosplenik membawa seluruh pembuluh darah
gastrika bre!is dan gastroepiploika sinistra ke fundus dan kur!atura mayor
lambung. igamen yang lainnya tidak berpembuluh, kecuali pada hipertensi porta
yang menimbulkan sangat banyak !ena kolateral. igamentum lienorenal
membawa pembuluh darah lienalis dan kauda pankreas ke arah ginjal kiri.
'arah arteri pada organ lien berasal dari arteri lienalis. Aliran balik melalui !ena
lienalis yang bergabung dengan !ena mesenterika superior membentuk !ena
porta.
Pada permukaan irisan segar lien tampak dengan mata telanjang
daerah-daerah bulat atau lonjong berwarna kelabu dengan diameter ;,5-;,: mm.
'aerah yang lebih terang dari pulpa putih disebut badan 7alphigi, terdiri
atas jaringan limfoid difus dan nodular seperti pada korteks limfonodus.
Pulpa merah terdiri atas pembuluh darah berbentuk tidak teratur berkaliber besar
yaitu sinus !enosus, bersama ruang berisikan sel diantara sinus-sinus yang
menyusun korda lien #chordae &illroth$. 9arna pulpa merah disebabkan
banyaknya eritrosit dalam lumen sinus !enosus dan menyebuki korda lien
disekitarnya. ien memiliki simpai berkolagen dengan juluran-juluran ke
bagian dalam yang disebut trabekel. Simpai itu menyatu dengan kerangka
retikular halus yang memenuhi bagian dalam organ dan menangkap di celah-
celahnya sel bebas dari parenkim lien. Simpai menebal pada hilus organ,
tempat ia melekat pada lipatan peritoneum #ligamen$ untuk masuknya arteri dan
8/19/2019 Abdomen injury
10/25
10
saraf. Struktur internal lien dalam keterkaitan antara folikel putih dan merah
berdasarkan atas penyebaran pembuluh darahnya. =olikel putih parenkim lien
tersusun diantara arteri dan pulpa merah yang mengisi celah-celah diantara
sinus !enosus.
8ambar 5. ien dengan potongan melintang
ien memiliki peran penting untuk mempertahankan sistem kekebalan
tubuh terhadap mikroorganisme, dengan menghasilkan limfosit dan sel
plasma. ien bekerja menghasilkan respons imun, terutama respon imun
humoral yang akan menghasilkan immunoglobulin #g$ terutama g8. ien tidak
dirangkaikan dengan sistem saluran limfe, tetapi dirangkaikan dengan sistem
peredaran darah dan mempunyai banyak sel-sel fagositik.
=ungsi lien juga merupakan tempat destruksi trombosit tua dan sel-sel
darah merah, tempat penyimpanan trombosit normal, tempat menyaring sel
darah yang tidak normal, sehingga lien merupakan filter imunologik terhadap
benda asing yang ada dalam sistem sirkulasi darah.
2.2.1 Et!olo"! ruptur l!en
"uptur lien dapat disebabkan oleh trauma tumpul, trauma tajam, atau
ruptur spontan. ien merupakan organ abdomen yang paling sering
mengalami cedera akibat trauma tumpul, cedera lien terjadi pada seperempat dari
trauma tumpul organ !iscera. 1rauma tumpul pada lien adalah cedera yang
disebabkan oleh benda tumpul seperti pukulan, benturan dan penekanan.
0eadaan ini mungkin disertai kerusakan usus halus, hati dan pankreas.
8/19/2019 Abdomen injury
11/25
11
"uptur lien terjadi akibat deselerasi cepat, kompresi, transmisi energi
melalui dinding dada posterolateral lalu menuju lien, atau bisa juga akibat fraktur
iga sekitar yang menusuk ke dalam. 'eselerasi cepat menyebabkan lien terus
terlempar ke depan, namun tetap terlambat pada titik pelekatannya.
"uptur lien yang lambat dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa
hari sampai beberapa minggu setelah trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini
kurang dari : hari. *al ini terjadi karena ada laserasi kecil yang
menyebabkan tamponade, atau terbentuk hematom subkapsular yang
membesar secara lambat dan kemudian pecah.
"uptur lien dapat disebabkan karena trauma tajam, jenis ini dapat
terjadi akibat tusukan pisau atau benda tajam lainnya. Pada luka jenis ini
biasanya organ lain ikut terluka, bergantung pada arah trauma. rgan yang sering
turut tercederai ialah paru, lambung, dan yang paling lebih jarang adalah
pankreas, ginjal kiri, dan pembuluh darah mesenterium.
Pecahnya lien dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar
merupakan pengertian dari ruptur spontan lien. "uptur jenis ini biasanya
terjadi pada penyakit yang disertai dengan pembesaran lien, seperti gangguan
hematologik jinak maupun ganas, mononukleosis, malaria kronik, sarkoidosis,
dan splenomegali kongestif pada hipertensi porta.
2.2.2 Pene"a#an d!a"no$!$
*al pertama yang dilakukan saat menghadapi pasien trauma dengan
sebab apapun ialah melakukan primary sur!ey dalam rangka menyelamatkan
8/19/2019 Abdomen injury
12/25
12
pasien dari ancaman jiwa segera. Semua tindakan pemeriksaan dilakukan
sesederhana mungkin dalam memastikan kondisi airway, breathing, dan
circulation. Setelah primary su!ey selesai baru dilakukan secondary sur!ey
berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang lengkap.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan dasar diagnosis cedera lien.
1anda fisik yang ditemukan pada ruptur lien bergantung pada ada
tidaknya organ lain yang ikut cedera, banyak sedikitnya perdarahan, dan ada
tidaknya kontaminasi rongga peritoneum. Perdarahan hebat akibat ruptur lien
dapat mengakibatkan syok hipo!olemik berat. *ipotensi atau takikardi
merupakan tanda yang menunjukan adanya cedera lien.
1anda-tanda lain adanya cedera pada lien yaitu( riwayat trauma
walaupun ringan, diikuti oleh nyeri abdomen terutama kuadran kiri atas,
datang dengan gambaran menyerupai tumor intra abdomen bagian kiri atas yang
nyeri apabila di tekan disertai tanda anemia sekunder. +le!asi tungkai di tempat
tidur atau pada posisi 1rendelenberg dapat menimbulkan nyeri pada puncak
bahu kiri yang disebut 0ehr sign.
iri diagnostik lain termasuk( peningkatan atau penurunan hematokrit,
leukositosis lebih dari 4.;;;, foto rontgen yang memperlihatkan fraktur iga kiri
bawah, peninggian diafragma, letak lambung bergeser mendesak ke arah
garis tengah, gambaran tepi lien menghilang pada pemeriksaan 1
scan.
2.2.% S#ala ruptur l!en
8/19/2019 Abdomen injury
13/25
13
Penentuan skoring atau skala digunakan untuk memperoleh informasi
obyektif sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan. 1 scan merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu
menentukan grading ruptur lien. Penentuan skala pada ruptur lien sangat
diperlukan, karena tidak semua grading memiliki penanganan yang sama.
2.2.& Penatala#$anaan ruptur l!en
Penatalaksanaan ruptur lien dapat dilakukan secara pembedahan
maupun terapi tanpa pembedahan. 1 scan dapat membantu menentukan tata
laksana yang akurat dan menentukan klasifikasi dari beratnya cedera.
ndikasi pembedahan lien adalah hipersplenisme, anemia hemolitik
jenis tertentu, kista, abses, ruptur, tumor, dan aneurisma arteri lienalis.
Pembedahan lien mencakup pengangkatan seluruh lien, reseksi parsial, atau
perbaikan. Perdarahan merupakan hal yang paling memerlukan perhatian karena
besarnya jumlah darah yang terkandung di dalam organ lien.
uriga ruptur lien segera dioperasi bila ada tanda meliputi hipotensi
#1ekanan darah sistol > 6;.@, protrombin time ?4 detik, cedera multipel dan memerlukan transfusi
darah. Agar pajanan adekuat, dilakukan insisi garis tengah, subkosta kiri,
paramedialis atau tran!ersus. Selain itu, lambung di dekompresi dengan selang
8/19/2019 Abdomen injury
14/25
14
nasogaster agar lapang pandang lebih jelas dan pemotongan lebih mudah
dilakukan.
2.2.&.1 Non operat!'
*ematom dan robeknya jaringan kapsular lien yang tidak dalam dapat
ditangani secara konser!atif. Pemeriksaan penunjang sangat diperlukan seperti
identifikasi menggunakan 1 scan dan radiologi untuk melihat berapa besar
cedera organ tubuh yang terkena. Penatalaksanaan ruptur lien non operatif
dilakukan pada pasien yang sadar, mengalami hemodinamika stabil, dan tanpa
adanya cedera serius pada cedera abdomen. Pada skala dan robekan
pada kapsul lien cukup aman, tidak mengenai tubuh trabekular lien dapat
dilakukan terapi konser!atif. hal-hal yang perlu diperhatikan pada
penatalaksanaan non operatif yaitu( monitoring !ital sign, monitoring produksi
urin, e!aluasi hemoglobin dan identifikasi ulang menggunakan 1 scan B-45
minggu untuk mempercepat penyembuhan.
2.2.&.2 Splenora'!
Splenorafi adalah operasi yang bertujuan mempertahankan lien yang
masih berfungsi dengan teknik bedah. Splenorafi merupakan teknik yang
sering digunakan pada pasien yang menderita cedera traumatik pada lien,
dan keberhasilan prosedur ini tergantung pada pemahaman ahli bedah
tentang anatomi lien. Pembedahan dengan teknik splenorafi dengan cara
melakukan penjahitan luka robekan lien merupakan tindakan yang aman.
8/19/2019 Abdomen injury
15/25
15
Splenorafi dilakukan pada trauma lien dengan hemodinamik yang
stabil, adanya cedera intraabdomen lain dan sesuai dengan skala trauma lien.
Pada skala dan C memerlukan mobilisasi untuk memaparkan hilus.
Splenorafi dilakukan dengan membuang jaringan non!ital, mengikat
pembuluh darah yang terbuka, dan menjahit kapsul lien yang terluka. 2ika
penjahitan laserasi kurang memadai, dapat ditambahkan dengan pemasangan
kantong khusus dengan atau tanpa penjahitan omentum.
Prosedur pada splenorafi yaitu(
a$ ien dimobilisasi sepenuhnya dari semua perlekatannya
sehingga dapat di inspeksi secara cermat. 2ika perdarahan banyak,
dianjurkan mengendalikan arteri lienalis utama segera dengan
menggunakan loop pembuluh darah
b$ Setelah lien dimobilisasi, lien biasanya diperiksa dengan
melepas bekuan darah di daerah yang cedera sehingga tempat-
tempat perdarahan di dalam laserasi lien dapat diidentifikasi.c$ Setelah keseluruhan cedera dinilai, ligasi selektif pembuluh
darah hilum segmental yang tepat dapat dilakukan. Pada tahap ini
dapat diambil keputusan tentang apakah melakukan
splenektomi parsial formal akan diperlukan atau apakah
splenorafi dapat dilakukan dengan jahitan penutup parenkim dan
kapsula lien.
8/19/2019 Abdomen injury
16/25
16
2.2.&.% Splene#tom!
Splenektomi dilakukan jika terdapat kerusakan lien yang tidak dapat
diatasi dengan splenorafi, splenektomi parsial, atau pembungkusan.
Splenektomi diindikasikan hanya untuk kerusakan lien yang sangat parah.
Splenektomi traumatik dilakukan untuk cedera pada lien yang menyebabkan
perdarahan intra abdomen. Prosedur ini mengikuti pedoman untuk
splenektomi elektif dan digabung dengan reparasi cedera lain sesuai yang
diindikasikan saat laparotomi darurat.
Spelenektomi parsial terdiri atas eksisi satu segmen, dilakukan jika
ruptur lien tidak mengenai hilus dan bagian yang tidak cedera masih !ital.
Sedangkan splenektomi total harus selalu diikuti dengan reimplantasi lien
yang merupakan suatu autotransplantasi. aranya ialah dengan membungkus
pecahan parenkim lien dengan omentum dan meletakannya di bekas tempat lien
atau menanamnya di pinggang pada belakang peritoneum dengan harapan lien
dapat tumbuh dan berfungsi kembali.
Prosedur dalam melakukan splenektomi yaitu(
a$ Splenektomi dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang.
Pemaparan lien dapat dipermudah dengan menempatkan pasien dalam
posisi 1rendelenburg terbalik dan dengan memiringkan sisi kanan meja
operasi ke arah bawah
b$ Selang nasogastrik yang diinsersikan ke dalam lambung setelah
intubasi pada kasus elektif, berguna untuk mendekompresi lambung
8/19/2019 Abdomen injury
17/25
17
dan membantu pemaparan. 'alam splenektomi darurat untuk trauma,
insersi selang nasogastrik dapat dilakukan sebelum intubasi untuk
mengosongkan lambung
c$ Untuk splenektomi elektif jika lien berukuran normal atau sedikit
membesar, insisi subkostal kiri memberikan pemaparan yang baik. Pada
kasus trauma abdomen, atau pada kasus dimana splenektomi
dikombinasikan dengan prosedur intra abdomen lain seperti laparotomi
staging untuk penyakit *odgkin, sebaiknya menggunakan insisi panjang
di garis tengah
d$ 7obilisasi lengkap lien untuk kemudahan ligasi, agar arteri dan !ena
lienalis dapat terlihat
e$ Perlekatan ligamentosa dan !ena-!ena lambung yang berjalan dari lien ke
kur!atura mayor lambung #termasuk pembuluh darah gastrika bre!is$
dan ligamentum lienorenale dipotong. Pemotongan pembuluh darah
tersebut diselesaikan dengan lien dibawa ke insisi abdomen atau pada lien
yang masif ke dinding abdomen
f$ igasi arteri dan !ena lienalis yang dekat dengan hilus dengan
jahitan ganda
g$ ien diangkat
Pada pasien dengan keadaan hemodinamik tidak stabil, splenektomi
tetap merupakan terapi pilihan. 2ika ruptur lien sangat serius #skala C$
pemelihan pembedahan splenektomi sangat dianjurkan.
2.2 Pen"aru( $plene#tom! dan #ompl!#a$!n)a
Setelah splenektomi dilakukan, fungsi imun akan ikut berperan
meningkatkan insidensi infeksi pascaoperatif serius, pasien pasca splenektomi
8/19/2019 Abdomen injury
18/25
18
tergolong imunokompromasi terhadap bakteri berkapsul seperti meningokokus
dan pneumokokus. rganisme ini harus dibasmi melalui opsonisasi dan
folikel limfoid, lien merupakan tempat utama terjadinya proses ini. 7aka
perbaikan lien yang mengalami laserasi akibat trauma atau cedera intra operatif
lebih diusahakan daripada pengangkatan lien.
0omplikasi pasca splenektomi terdiri atas atelektasis lobus bawah
paru kiri karena gerak diafragma sebelah kiri pada pernafasan kurang bebas.
1rombositosis pasca bedah, yang mencapai puncaknya pada sekitar hari
kesepuluh, tidak cenderung menimbulkan trombosis karena trombosit yang
bersangkutan merupakan trombosit tua. Sepsis pascasplenektomi #PSS,
o!erwhelming postsplenectomy sepsis$ yang berat dan mungkin fatal
mengancam penderita seumur hidup. Sepsis biasanya disebabkan oleh
pneumokokus, kadang *.influen%a atau meningokokus. Penderita dianjurkan
untuk !aksinasi dengan pneumo!aks 56 #campuran !aksin berbagai macam
pneumokokus$ dan diberi amoksisilin profilaksis setiap kali ada infeksi yang
menyebabkan demam di atas 6B,Dc. Caksinasi bertujuan untuk mengurangi
resiko infeksi setelah splenektomi.
INDIKASI DILAKUKAN PE*BEDAHAN
A. Ind!#a$! berda$ar#an e+alua$! abdomen
8/19/2019 Abdomen injury
19/25
19
4. 1rauma tumpul abdomen dengan 'P E
5. 1rauma tumpul abdomen dengan hipotensi berulang setelah
resusitasi cairan
6. Peritonitis difusa
. *ipotensi dengan luka tembus
. Perdarahan dari gaster, anus, tr.ur inarius akibat luka tembus
F. uka tembak melalui rongga peritonium atau retroperitonium
:. +!iscerasi
B. Ind!#a$! berda$ar#an pemer!#$aan ron$en
4. Udara bebas, udara retroperitoneal atau ruptur diafragma akibat
trauma tumpul
5. 1 scan E kontras memperlihatkan perforasi organ berongga akibat
trauma tumpul dan penetrans
TINDAKAN PE*BEDAHAN
1. E#$plora$! Laparotom!
aparotomi eksplorasi adalah laparotomi dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi yang tidak tersedia melalui metode diagnostik klinis. *al
8/19/2019 Abdomen injury
20/25
20
ini biasanya dilakukan pada pasien dengan nyeri akut abdomen, pada pasien yang
telah mengalami trauma abdomen, dan kadang-kadang pada pasien dengan
keganasan. ndikasi dilakukannya laparotomy adalah (
4. Gyeri akut abdomen dan temuan klinis yang menunjukkan patologi
intraabdominal yang membutuhkan operasi darurat
5. 1rauma abdomen dengan hemoperitoneum dan hemodinamik yang tidak stabil
6. Gyeri abdomen kronik
. Perdarahan gastrointestinal yang nyata
0ontraindikasi dilakukannya laparotomy adalah ketidaksempurnaan untuk
anestesi umum. Peritonitis dengan sepsis berat, dan kondisi komorbiditas lainnya
dapat membuat pasien tidak layak untuk anestesi umum.
2. Dama"e ,ontrol Sur"er)
&eberapa isitilah lainnya yang dikenal untuk damage control surgery
adalah bail out surgery, abbre!iated surgery, staged laparatomy, temporary
abdominal closure. 1eknik damage control surgery didefinisikan sebagai kontrol
awal yang cepat terhadap perdarahan dan kontaminasi dengan melakukan packing
dan penutupan sementara, diikuti resusitasi di U dan eksplorasi kembali bila
diperlukan, kemudian bila kondisi fisiologis pasien telah kembali normal
kemudian dilakukan pembedahan definitif. Semakin singkat waktu pembedahan
8/19/2019 Abdomen injury
21/25
21
akan semakin tinggi tingkat sur!i!al pasien dan semakin rendah morbiditasnya
walaupun terjadi penundaan perbaikan organ definiti!e.
2.-.1. Pem!l!(an Pa$!en
Perencanaan penggunaan damage control surgery dimulai saat awal resusitasi
dengan mengidentifikasi pasien.Pasien dengan kebutuhan damage control surgery
yang jelas tidak boleh diberikan waktu terlalu lama untuk pemeriksaan penunjang
dan harus segera dipindahkan ke dalam ruang operasi.&ila di dalam ruang
pembedahan kondisi fisiologis pasien memburuk dengan cepat, teknik damage
control, harus cepat dilaksanakan dan perbaikan yang lengkap harus ditunda.
1erdapat tiga indikasi yang sangat jelas untuk pembedahan damage control pada
pasien yang mengalami perlukaan yang parah, yaitu(
a. 0ebutuhan untuk mengakhiri laparatomi dengan cepat pada pasien dengan
hipotermia, dan asidosis yang telah mengalami koagulopati, dan hampir
mati pada saat pembedahan di meja operasi
b. 0etidakmampuan untuk mengendalikan perdarahan dengan ligasi,
penjahitan, atau perbaikan pembuluh darah, dan keharusan untuk
melakukan kontrol tidak langsung menggunakan packing atau tamponade
balloon
c. 0etidakmampuan untuk menutup abdomen tanpa disertai tension karena
edema !iseral yang masif, dan kekakuan dinding abdomen.
2.-.2. Ta(apan Te#n!# Dama"e ,ontrol Sur"er)
8/19/2019 Abdomen injury
22/25
22
7enurut "otondo and Schwab #5;;:$, teknik damage control surgery memiliki
tiga tahapan yang jelas, terdiri dari(
a$ 1ahap ( perasi terbatas # pengendalian pendarahan dan kontaminasi$
Setiap pasien yang memerlukan damage control surgery harus mendapat
pembedahan sesedikit mungkin.1ujuan pembedahan adalah untuk
pengendalian perdarahan yang mengancam hidup, menghentikan
kontaminasi lebih lanjut, abdominal packing, dan penutupan luka yang
cepat."esusitasi dan penghangatan harus dilakukan secepatnya di dalam
kamar operasi
b$ 1ahap ( "esusitasi #restorasi homeostasis fisiologis$
Setelah pembedahan di dalam kamar operasi selanjutnya pasien dirawat di
U untuk melanjutkan pemulihan keadaan fisiologis.=ase ini
membutuhkan pengawasan yang intensif, penghangatan aktif, resusitasi
dengan cairan hangat dan produk darah, dan perawatan suportif terhadap
penurunan fungsi organ tubuh.Pasien sering memerlukan resusitasi cairan
dalam jumlah besar, transfusi P" dan produk koagulasi. Sur!ey tersier
juga perlu dilakukan pada pasien ini untuk mengidentifikasi semua
perlukaan yang terjadi.
c$ 1ahap ( Pembedahan kembali #pengangkatan packH perbaikan definitif$
Pasien yang sudah diresusitasi penuh, normotermi, dan memiliki
hemostasis yang efektif dapat kembali menjalani ke ruang operasi untuk
pengangkatan pack dan perbaikan definitif.
8/19/2019 Abdomen injury
23/25
23
BAB III
KESI*PULAN
1rauma abdomen merupakan kasus gawat darurat yang perlupenanganan
segera dikarenakan adanya ancaman kematian. Penanganan dari keadaan klien
dengan trauma abdomen sebenarnya sama denganprinsip penanganan
kegawatdaruratan, dimana yang pertama perlu dilakukan primary sur!ey.
Penilaian keadaan penderita d an prioritas terapi dilakukan
berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda !ital dan mekanisme trau ma pada
penderita yang terluka parah terapi diberikan berdasarkan p rioritas.
Pengelolaan primary sur!ery yang cepat dan kemudian resusitasi, secondary
sur!ey dan akhirnya terapi de finitif. Proses ini merupakan A& Inya trauma
dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu,
dengan berpatokan pada urutan berikut( Airway, menjaga airway dengan kontrol
ser!ikal #cer!ikal spine control$, &reathing, menjaga pernafasa n dengan !entilasi
control #!entilation control$, irculation dengan control perdarahan #bleeding
control$, 'isability ( status neurologis #tingkat kesadaran/8S, "espon Pupil$,
+)posure/en!ironmental control
8/19/2019 Abdomen injury
24/25
24
Secondary sur!ey dari kasus ini dilakukan kembali pengkajian secara
head to toe, dan obser!asi hemodinami k klien setiap 4 I 6; menit bila
stabil dan membaik bisa dilanjutkan dengan obser!asi setiap 4 jam sekali.
Pemasangan cateter pada klien ini untuk menilai output cairan, t erapi
cairan yang diberikan da n tentu saja hal penting lainnya adalah untuk melihat
adanya perdarahan pada urine.
Pasien dipuasakan dan dipasang G81 #Gasogastrik tube$ utnuk
membersihkan perdarahan saluran cerna, memi nimalkan resiko mual dan aspir
asi, serta bila tidak ada kontra indikasi dapat dilakukan la!age. 7onitoring status
mental klien perlu dilakukan untuk menilai efektifitas terapi dan tindakan
keperawatan yang dilakukan, bila tindakan yang dilakukan sudah cepat, tepat
dan cermat maka ancaman kematian dan kecacatan pada pasien dengan
trauma abdomen dapat dihindari.
8/19/2019 Abdomen injury
25/25
25
DATA PUSTAKA
American ollege of Surgeons, 4
Top Related