Laporan Praktek Lapangan - Home Visit
Gizi Kurang dengan ISPA
Disusun oleh
Kelompok 6 C :
Yuni Purwati
G1A010059
Zafir Jehan Andika
G1A010060
Dasep Padilah
G1A010062
Adha Yulina N. S
G1A008087
Pembimbing : dr. Tri Okmawati Handini
NIP
: Puskesmas Kalibagor
BLOK EARLY CLINICAL AND COMMUNITY EXPOSURE I
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
NOVEMBER 2012Halaman Pengesahan
Laporan Home Visit
Gizi Kurang dengan ISPAOleh:Kelompok 6CYuni Purwati
G1A010059
Zafir Jehan Andika
G1A010060
Dasep Padilah
G1A010062
Adha YulinaN
G1A008087
Telah dipresentasikan pada :
Hari
: Rabu
Tanggal: 28 November 2012
Preseptor Fakultas
dr. Tri Okmawati Handini
NIP.
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGANama KK
: Ratimin
Usia
: 42 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP/ Sederajat
Alamat lengkap: Desa Karangdadap RT 02 RW 04 Kecamatan Kalibagor, Banyumas
Nama Pasangan: Sumarni
Usia
: 31 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA / Sederajat
Alamat lengkap : Desa Karangdadap RT 02 RW 04 Kecamatan Kalibagor, Banyumas
Bentuk Keluarga: Nuclear Family
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
NamaKedudukan dalam RumahtanggaL/PUsiaPendidikanPekerjaanKet
RatiminKKL42SMPburuh
Sumarni IstriP31SLTAburuh
AnakP9SDPelajar
Firman Dwi AdityaAnakL20 bln 10 hari
II. STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Firman Dwi AdityaUmur
: 20 Bulan 10 HariJenis kelamin
: Laki-laki
Alamat: Desa Karangdadap RT 02 RW 04 Kecamatan Kalibagor, Banyumas
Status: Belum menikah
Agama: Islam
Suku bangsa: Jawa
Kewarganegaraan: Indonesia
Pekerjaan: -Pendidikan: -Penghasilan/bulan: -
Tanggal periksa: 26 November 2012B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
: berat badan menurun 2. Riwayat Penyakit Sekarang:
a. Onset
: 2 bulan yang lalu
b. Lokasi
: -
c. Kronologi
: semenjak Ny. Sumarni menggunakan KB suntik produksi ASI semakin menurun dan anak mulai susah makan makanan pendamping ASI sehingga berat badan turun akibatnya daya tahan tubuhnya kurang baik sering batuk pilek.
d. Kualitas
: -e. Kuantitas
: -
f. Faktor yang memperberat
: -g. Faktor yang memperingan: -h. Gejala penyerta
: batuk, pilek, demam dan kadang diare3. Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Penyakit dahulu
: sering batuk pilek, kadang demam disertai diare.b. Riwayat obat-obatan
: pengobatan simptomatis batuk, pilek, demam dan diare c. Riwayat kecelakaan
: -d. Riwayat alergi
: -4. Riwayat Penyakit Keluarga dan lingkunganKakak perempuan Firman alergi terhadap telur5. Riwayat Sosial Ekonomi
a. Komunitas: Bermain dengan kakak perempuan dan anak tetanggab. Pekerjaan: -c. Diet
: ASI, MP ASI (dari puskesmas), nasi, sayur (bayam), lauk pauk (ayam, lele), kebiasaan jajan sembarangan tidak ada.d. Perilaku
: terkadang bermain di luar rumah tanpa alas kaki6. Review of Systema. Kepala
: Dalam batas normal
b. Mata
: Dalam batas normal
c. Telinga
: Dalam batas normald. Tenggorokan: Tampak sedikit hipermeise. Pernapasan: Dalam batas normalf. Kadiovaskuler: Dalam batas normal
g. Gastrointestinal : Dalam batas normal
h. Genitourinaria : Dalam batas normal
i. Neurologi : Dalam batas normal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Senin, 26 November 20121. Keadaan Umum
Compos mentis dan rewel2. Tanda-tanda vital
a. Suhu
: 380Cb. Tekanan darah: 100/70 mmHgc. Nadi
: 115 kali/menitd. RR
: 26 kali/menit3. Status gizi
:
BB
: 7,6 kg
PB
: 72 cmKesan
: anak tampak kurus 4. Kulit
: dalam batas normal
5. Kepala
: dalam batas normal6. Mata
: dalam batas normal7. Hidung
: tampak discharge
8. Gigi dan Mulut: sudah tumbuh gigi susu, sudah tumbuh 12 buah.9. Telinga
: dalam batas normal
10. Tenggorok
: tampak sedikit hiperemis11. Leher
: dalam batas normal12. Thoraks
: dalam batas normal13. Jantung
: dalam batas normal14. Paru
: dalam batas normal15. Abdomen
: Inspeksi
: perut datar
Auskultasi
: bising usus positif normalPerkusi
: dalam batas normalPalpasi
: hepar dan lien tidak teraba16. Extremitas superior : dalam batas normalD. PEMERIKSAAN PENUNJANGIII. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGAA. Fungsi Holistik
1. Fungsi biologis
Keluarga penderita terdiri dari ayah (Tn. Ratimin, 42 Tahun), ibu (Ny. Sumarni, 31 Tahun), kakak perempuan (9 Tahun), dan penderita itu sendiri (Firman Dwi Aditya, 20 bulan). Mereka tinggal dalam satu rumah beranggotakan ayah, ibu dan 2 orang anak.2. Fungsi psikologis
Hubungan keluarga mereka secara umum terjalin sangat baik, terbukti dengan permasalahan permasalahan yang ada diatasi dengan bersama sama dalam keluarga ini serta ibu sangat peduli dengan kesehatan anak.3. Fungsi sosial
Ibu dan ayah penderita ikut dalam salah satu kegiatan masyarakat yaitu arisan di RT/RW setempat. Penderita tidak merasa terganggu dengan keadaan fisiknya, dia masih bias bermain denga kakak perempuannya dan tetangga sekitar rumah.
4. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Penghasilan keluarga ini berasal dari ayah dan terkadang ibu penderita. Ayah dan ibu bekerja sebagai buruh. Penghasilan dari keduanya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari keluarga tersebut.Kesimpulan :
Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga penderita berbentuk nuclear family yaitu suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anaknya yang tinggal dalam satu rumah tanpa tambahan anggota keluarga lain (Notoatmojo, 2003).
B. Fungsi fisiologis
Terwujudnya keluarga sejahtera adalah cita-cita semua pihak. Karena apabaila keluarga sejahtera tersebut berhasil diwujudkan maka berarti telah terwujud pula keluarga yang sehat (healthy family). Untuk dapat mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga dikembangkanlah suatu metode penilaian sederhana yang dikenal dengan nama APGAR Keluarga (Family APGAR). Kelima fungsi keluarga yang dinilai pada APGAR keluarga adalah:
1. Adaptasi (Adaptation)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukan dari anggota keluarga lainnya.
2. Kemitraan (Partership)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kominukasi, urun rembuk dalam mengambil suatu keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih sayang (Affection)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga (Goleman, 2000).
Untuk setiap jawaban sering/selalu diberikan nilai 2, jawaban kadang-kadang diberikan nilai 1, sedangkan jawaban jarang/tidak pernah diberikan nilai 0. Bila hasil penjumlahan kelima nilai diatas adalah:
1. 7 10 berarti keluarga yang dinilai adalah sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling mendukung satu sama lain.
2. 4 6 berarti keluarga yang dinilai adalah kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan.
3. 0 3 berarti keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga (Notoatmojo, 2003).
Untuk mempermudah penilaian, APGAR keluarga biasanya dituangkan dalam formulir isian sebagai berikut:
Tabel 3.1. Skor APGAR Ny. SumarniNoA.P.G.A.R Tn. Warsito Rachtomo Nolopitono terhadap keluargaSERING/SELALU
(2)KADANG-KADANG
(1)JARANG/TIDAK
(0)
1
2
3
4
5Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada keluarga saya, bila saya menghadapi masalah.
Saya puas dengan cara-cara keluarga saya membahas serta membagi masalah dengan saya.
Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya melaksanakan kegiatan dan ataupun arah hidup yang baru.
Saya puas dengan cara-cara keluarga saya menyatakan rasa kasih sayang dan menanggapi emosi
Saya puas dengan cara-cara keluarga saya membagi waktu bersama(((((
Total point = 9C. Fungsi PsikologikPenilaian menggunakan SCREEM (Social, Cultural, Religius, Economic, Education, Medication)
Tabel 3.4. Skor SCREEM keluarga Tn. RatiminSumberPatologiKeterangan
SocialInteraksi sosial antar anggota keluarga dan anggota masyarakat cukup baik. -
CultureKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya sangat baik.-
ReligiusPemahaman agama baik.-
EconomicEkonomi keluarga cenderung kurang stabil walau sumber penghasilan keluarga berasal dari ayah dan ibu penderita. -
EducationPendidikan dan pengetahuan anggota keluarga kurang.-
MedicalTidak mempunyai asuransi kesehatan namun keluarga sangat memperhatikan kesehatan keluarga.-
D. Fungsi Genetik, dijelaskan dengan Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: klien
: menikahGambar 3.1. Genogram Keluarga Tn. Ratimin(Gan, Azwar, dan Wonodirekso, 2004; Rakel, 2002)IV. Identifikasi Factor-Faktor Yang Mempengaruhi KesehatanA. Faktor perilaku keluarga
Faktor perilaku dapat dinilai dari tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. Tingkat pengetahuan keluarga dan penderita tentang kesehatan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan dalam kegiatan program kesehatan seperti Posyandu, dan penerapan akan pengetahuan kesehatannya dalam kehidupan sehari-hari sudah cukup baik.
Tingkat pengetahuan ini diikuti dengan sikap yang baik pula oleh keluarga Tn. Ratimin. Keluarga Tn. Ratimin sangat peduli dengan kesehatan anaknya, yaitu dengan mencoba mencari cara agar anaknya nafsu makan meningkat dan berobat ke pelayanan kesehatan apabila sakit. Namun, tindakan tentang kesehtan keluarga ini belum sepenuhnya didukung dengan lingkungan sekitar dan pengaruh ekonomi keluarga.
B. Faktor non perilakuFaktor nonperilaku dapat dinilai dari lingkungan rumah keluarga dan pelayanan kesehatan.
1. Lingkungan rumah keluarga Tn. Ratimin
Gambar 4.1. Skematis Rumah Tn. RatiminRumah keluarga pasien berlokasi di desa dan jauh dari jalan besar. Kepemilikan rumah keluarga pasien adalah sendiri. Bentuk bangunan keluarga pasien permanen dan tidak bertingkat. a. Luas bangunan rumah
Luas rumah keluarga pasien adalah 200 m2, jumlah orang dalam satu rumah adalah sebanyak 4 orang. Perbandingan luas rumah dengan jumlah penghuni adalah 50 m2/orang. Syarat rumah sehat adalah memenuhi luas rumah yang optimum yaitu 2,5-3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga). Dapat disimpulkan bahwa perbandingan luas bangunan rumah terhadap jumlah penghuni rumah keluarga pasien telah memenuhi kriteria rumah sehat (Notoatmodjo, 2003).b. Bahan bangunan
Bahan bangunan berguna dalam membentuk lantai, dinding, atap, tiang, kaso, dan reng. Bahan bangunan merupakan hal yang penting ditinjau guna mewujudkan rumah sehat. Berikut ini adalah kondisi bahan bangunan rumah keluarga pasien :
1) Lantai rumah kedap air
2) Dinding rumah terbuat dari tembok.
3) Atap rumah terbuat dari genteng.
Semua bahan bangunan yang digunakan dalam pembangunan rumah keluarga pasien telah memenuhi kriteria rumah sehat yang disesuaikan dengan kondisi tempat tinggal pasien ditinjau dari bahan bangunan yang membentuknya karena bahan bangunan yang digunakan sesuai dengan daerah tropis, Indonesia. Bahan bangunan yang digunakan dalam pembuatan sebuah rumah perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).
c. Ruangan
Rungan dalam rumah keluarga pasien terdiri dari dua kamar tidur, satu dapur, satu gudang, dua kamar mandi, satu ruang keluarga, dan satu ruang serbaguna. 2. Pelayanan kesehatan
Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga penderita tidak memiliki asuransi kesehatan baik dari tempat bekerja maupun daerah namun keluarga tersebut sangat perhatian dengan kesehatan.Terbukti dengan segera mencari layanan kesehatan apabila ada masalah kesehatan .
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
Gambar 4.2. Faktor Perilaku dan Nonperilaku Keluarga Tn. RatiminDari faktor perilaku dan nonperilaku di atas, maka dikelompokkan menjadi faktor risiko eksternal dan faktor risiko internal. Berdasarkan kasus, faktor faktor yang bermasalah adalah faktor tindakan dan lingkungan rumah. Jika diklasifikasikan berdasarkan bisa atau tidaknya diintervensi, maka faktor tindakan termasuk faktor atau masalah yang dapat diintervesi, sedangkan lingkungan rumah merupakan masalah yang tidak dapat diintervensi. Tabel 4.1. Faktor yang Dapat dan Tidak Dapat DiintervensiFaktor yang dapat diintervensiFaktor yang tidak dapat diintervensi
Tindakan (perilaku)
a. Penderita
1) Penderita susah makan2) Sering bermain tanpa alas kakib. Keluarga
1) ASI tidak lancar2) Sepupu ada yang pernah menderita malnutrisiLingkungan rumah
a. Ventilasi kamar anak < 10% dari luas lantaib. Lantai tidak rata dan berdebuc. Banyak tetangga yang mengalami infeksi saluran pernafasan dan tidak mengetahui cara mencegah penularan
C. DIAGNOSTIK HOLISTIK & PENANGANAN KOMPREHENSIF
Diagnostic holistik (Multiple Aspek) meliputi :
a) Aspek PersonalAlasan Kedatangan (RFE):1. KU (Idea)
Berat badan dibawah garis merah pada KMS.2. Keluhan penyerta (Concern)
Cengeng, Rewel, Batuk, Pilek, Susah makan.3. Harapan Pasien atau Keluarga (Expected)Pasien dapat sembuh dari penyakitnya dan pertumbuhan serta perkembangan pasien menjadi lebih baik (Sesuai KMS) yaitu beratt badan berada di atas garis merah.4. Kekhawatiran Pasien atau Keluarga (Anxiety)Kekhawatiran keluarga pasien adalah pasien terus sulit makan dan mengalami Gizi buruk serta mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.b) Aspek Klinis1. Diagnostik Kerja
Gizi kurang dengan ISPA2. DD
Kwarsiorkor
Marasmus
Marasmik-Kwarsiorkhorc) Aspek Faktor Risiko Internal (Intrinsik)
Pasien berusia 20 Bulan + 10 hari, berjenis kelamin laki-laki, Pasien berwarga negara Indonesia, dan bersuku jawa, pasien sangat sulit untuk makan, nafsu makan pasien sangat rendah, pasien terlihat rewel dan cengeng, pasien juga gemar bermain diluar rumah dimana keadaan diluar rumah banyak kebun dan tanah yang lembab terlebih lagi jika musim hujan.
d) Aspek Faktor Risiko Eksternal (Extrinsik)Perilaku sakit anggota Keluarga Pasien terutama Ibunya sangat perhatian dan khawatir dengan kondisi pasien, Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya di rumahnya yang luasnya 66 ubin, dengan lantai yang belum di plester dan dengan ventilasi dan pencahayaan rumah yang sangat minim. Ayah pasien yang berusia 42 tahun adalah tamatan SMP yang bekerja sebagai Buruh dengan penghasilan Rp 20.000 /Bulan, Ibu pasien yang berusia 31 tahun merupakan tamatan SMEA yang tidak bekerja, jadi pengahsilan keluarga pasien perbulan adalah Rp 20.000. Keadaan lingkungan sekitar rumah pasien tidak terlalu berdekatan dan keadaan rumah tetangganya hampir mirip dengan keadaan rumah pasien. Rumah pasien terletak di dekat sungai dan hutan bambu, Luas tanah 66 ubin dengan lantai yang belum di plester dan belum di keramik, dinding rumah juga belum di cat, terdiri dari 2 kamar tidur, dan Dapur menggunakan tungku untuk memasak. ventilasi rumah serta pencahayaan rumah juga sangat kurang.
e) Aspek skala skor (derajat keparahan penyakit):
Skala Skor pada pasien adalah 1. Karena dilihat dari aspek social penilaian fungsi, terlihat pasien masih dapat beraktivitas normal serta bermain dengan teman-temannya.Penanganan Komprehensif meliputi :
a) Personal care:
1. Initial Plan :
Pemeriksaan/kunjungan di posyandu (melihat KMS). Teruskan ASI, nutrisi harus diperbaiki dengan makanan bergizi (tinggi karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin dan mineral). Makanan pendamping diberikan sedikit tapi sering. Edukasi ke Ibu tentang pentingnya menjaga Higienitas dan Sanitasi yang baik (meningkatkan PHBS) Perbanyak ventilasi dan pencahayaan di dalam rumah serta menjaga kebersihan rumah agar bebas dari debu. Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada anak 1 tahun 2x yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan adalah pemeriksaan Hb, pemeriksaan urin dan pemeriksaan tinja. Pemeriksaan rontgen, mantoux test, pemeriksaan albumin dan globulin (Istiono, 2009)2. Kausatif (Medikamentosa) :
Langkah pertama dalam pengobatan adalah untuk mengoreksi kelainan cairan dan elektrolit dan untuk mengobati setiap infeksi. Kelainan elektrolit yang paling umum adalah hipokalemia, hipokalsemia, hypophosphatemia, dan hypomagnesemiaa) Terapi gizi dengan pemberian susu formula sebagai tambahan ASI untuk mempercepat pertambahan berat badan.
b) Konsumsi vitamin seperti zat besi, Vit A dosis tinggi dan yodium. Berikan tambahan vitamin 200.000 SI dan asam folat 5 mg pada hari pertama selanjutnya 1 mg perhari selama belum ada perbaikan.c) Tinggi kalori dan tinggi protein cukup mineral dan vitamin makanan mudah dicerna atau lunak dan pemberian secara bertahap. Berikan makanan tinggi energy dan protein 60-93 gram.(Grover, 2009).Pengobatan pada ISPA antara lain :Paracetamol digunakan ketika anak mengalami demam dengan sediaan tablet 500 mg atau sirup 120 mg/5 ml botol 60 ml. Dosis untuk anak 1- 5 tahun 1-2 sendok teh atau 120 mg-250 mg tiap 4-6 jam. Sedangkan antibiotik seperti amoksilin atau penicillin digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan. Dosis yang diberikan untuk anak dengan berat badan kurang dari 20 kg diberikan 20-40 mm/kg berat badan perhari, terbagi dalam 3 dosis.3. Non Medikamentosa
a. Edukasi Orang tua pasien mengenai penyakit yang diderita pasien. Beri Pasien ASI secara teratur sampai usia 2 tahun.b. Berikan makanan pendamping ASI yang kaya Protein seperti telur, tempe, tahu, ikan.c. Jaga Higienitas Pasien dan lingkunagn tempat tinggal pasien
d. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya (Jen M, 2010).
e. Peingkatan perilaku hidup bersih sehat (PHBS)Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup, tidak berasap. (DepKes RI, 2008).b) Family Care:
Pemantauan tumbuh kembang anak dengan rutin membawa batita ke posyandu. Segera mencari pertolongan apabila ditemukan gangguan kesehatan. Menjauhkan anggota keluarga yang sakit terutama penyakit menular. Menjga kebersihan lingkungan tempat tinggal (Jen, 2010).c) Local Community Care: Penyuluhan tentang gizi seimbang, pemantauan tumbuh kembang anak-anak. Penyuluhan tentang PHBS dan penularan terhadap penyakit infeksi (Jen, 2010).D. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gizi Kurang adalah keadaan kurang gizi pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) > -3 SD - < -2 SD. Gizi Buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Top Related