M A N A G I N G M I G R A T I O N F O R T H E B E N E F I T O F A L L
IOM International Organization for Migration
OIM Organisasi Internasional untuk Migrasi
2008A n n u a l R e p o r t L a p o r a n T a h u n a n
IOM in Brief / Sekilas IOM
Established in 1951, the International Organization for
Migration (IOM) is the principal intergovernmental
organization in the field of migration. IOM is dedicated
to promoting humane and orderly migration for
the benefit of all. It does so by providing services
and advice to governments and migrants.
Headquartered in Geneva, Switzerland, IOM is
growing rapidly and currently counts 125 states as
members. A further 16 states and 74 international
and non-governmental organizations hold observer
status.
IOM’s expenditures in 2007 reached US$783.8 million
while the year 2005 saw a peak programme budget
in excess of US$952 million. Approximately 5,600
staff are working on more than 1,770 projects from
over 420 field offices in 129 countries (November
2008).
IOM works in the four broad areas of migration
management:
• Migration and development
• Facilitating migration
• Regulating migration
• Forced migration.
IOM activities that cut across these areas include
the promotion of international migration law, policy
debate and guidance, protection of migrants’ rights,
migration health and the gender dimension of
migration.
Berdiri pada 1951, International Organization for
Migration (Organisasi Internasioal untuk Migrasi) atau
IOM adalah organisasi internasional utama di bidang
migrasi. IOM berdedikasi menjunjung tinggi migrasi
yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan
bersama. IOM melakukannya dengan memberikan
pelayanan dan nasehat ke pemerintah maupun
migrants.
Berkantor pusat di Jenewa, Swiss, IOM berkembang
pesat dan kini 125 negara tercatat sebagai anggota.
Selain itu, 16 negara dan 74 organisasi internasional
dan organisasi swadaya berstatus pengamat.
Anggaran IOM pada 2007 mencapai AS$ 783,8 juta
sementara pada 2005 anggaran program mencapai
puncak hingga AS$952 juta. Sekitar 5.600 staff
bekerja di lebih dari 1.770 proyek atas 420 kantor di
129 negara (Nopember 2008).
IOM bergerak menangani migrasi di empat bidang
umum:
• Migrasi dan pembangunan
• Mengfasilitasi migrasi
• Mengatur migrasi
• Migrasi yang dipaksakan
Sejumlah kegiatan IOM yang mencakup bidang-
bidang tersebut meliputi pengenalan wacana
hukum migrasi internasional, perdebatan dan acuan
kebijakan, perlindungan hak-hak para migran,
kesehatan migrasi dan dimensi gender dari migrasi.
IOM operations in Indonesia began with the
processing of Vietnamese migrants in Tanjung
Pinang, Riau, in 1979. These efforts were immediately
followed by another major operation providing for
the care, maintenance and assisted voluntary return
of internally displace East Timorese.
IOM’s relationship with the Government of Indonesia
extends back to 1991 when Indonesia became a
formal Observer in the IOM Council. A Cooperative
Agreement signed in 2000 recognized the valuable
association established between the Government
and IOM towards improving migration management.
IOM Indonesia’s programmes have expanded
dramatically both in terms of their geographic reach
and target populations, particularly since the tsunami
struck Aceh province on the northernmost tip of the
island of Sumatra December, 2004. Sub-offices are
now located across the country with over 600 staff
members working on a wide range of activities.
IOM in Indonesia / OIM di Indonesia
IOM memulai operasinya di Indonesia dengan
memproses migran Vietname di Tanjung Pinang, Riau
pada 1979. Serangkain usaha berlanjut dengan
penyediaan perawatan, pemeliharaan dan bantuan
pemulanan sukarela bagi para pengungsi Timor
Timur.
Hubungan IOM dengan pemerintah Indonesia dimulai
pada 1999 ketika Indonsia resmi menjadi pengamat
dalam dewan IOM. Sebuah Perjanjian Kerjasama yang
ditandatangai pada 2000 mengakui Hubungan yang
sangat bermanfaat antara Pemerintah dan IOM dalam
meningkatakan penanganan migrasi.
Program-program IOM Indonesia telah berkembang
dari sisi geografis maupun target penduduk, khususnya
sejak tsunami menghantam propinsi Aceh di ujung
utara pulau Sumatera pada Desember 2004. Kantor-
kantor cabang kini berdiri di penjuru nusantara
dengan lebih dari 600 staff bekerja dalam beragam
kegiatan.
4IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Table of Contents/ Daftar Isi
01 Message from the Chief of Mission / Pesan dari Ketua Misi05 Introduction / Kata Pengantar09 Emergency, Post-Conflict Migration Management / Penanganan Migrasi Darurat Pasca-Konflik
10 National Construction Services / Layanan Konstruksi Nasional
24 Water and Sanitation / Air dan Sanitasi
30 Livelihood Support Programme / Program Dukungan Mata Pencaharian
46 Post-Conflict Reintegration Programme / Program Reintegrasi Pasca-Konflik
62 Decommissioning Temporary Living Centres / Pengosongan Tempat Tinggal Sementara
65 Regulating Migration66 Counter-Trafficking Efforts / Upaya Penanggulangan Perdagangan Manusia
78 Technical Cooperation & Capacity Building [ Police Training ]/ Kerjasama Teknis dan Pembangunan Kapasitas [ Pelatihan Polisi ]
86 Irregular Migration / Migrasi Gelap
95 Facilitating Migration / Menfasilitasi Migrasi
99 Migration Health / Kesehatan Migrasi
113 Project Development & Donor List / Pengembangan Proyek & Daftar Donor114 Project Development / Pengembangan Proyek
115 Donor List / Daftar Donor
117 IOM Indonesia Offices / Kantor-kantor OIM di Indonesia
1IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Message from the Chief of Mission / Pesan dari Ketua Misi
01
2IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Colleagues and Friends,
It is with great pleasure that I present you the
International Organization for Migration (IOM)
Annual Report for 2008. This report summarizes
the strategic and operational service responses of
our many and varied programming activities in
Indonesia in accordance with the principle that
humane and orderly migration benefits migrants
and society.
In 2008, IOM Indonesia built on its close working
relationship with the Government of Indonesia
and its traditional donors, tapping decades of
experience in emergency response, post-conflict
reintegration programming and technical expertise
in the field of migration management. To improve
the Government’s capacity to employ appropriate
strategies and technology to monitor and take
action against irregular migration and address
other critical issues such as human trafficking and
smuggling, IOM supports national and regional
capacity-building activities and provides direct
assistance to migrants in need.
IOM’s flexible and results-oriented approach has
allowed the organization to establish itself as one
of the major partners of the Indonesian
Government and the international community in
situations of internal displacement in Indonesia.
IOM was one of the first international agencies
working on the ground in Aceh after the 2004
Tsunami and continues to lead the way in
providing post-disaster and post-conflict
development assistance.
With almost 240 million people spread across
an archipelago spanning 5,000 kilometres and
comprising 17,600 islands, Indonesia is a prime
source, destination and transit country for
Para rekan dan teman saya sekalian,
Dengan bahagia saya persembahkan laporan tahunan
International Organization for Migration (IOM) Tahun
2008. Laporan ini merangkum bantuan strategis dan
operasional yang tercakup dalam program kegiatan kami
yang beragam di Indonesia sejalan dengan prinsip kami
bahwa migrasi yang manusiawi dan tertib membawa
manfaat bagi para migran maupun masyarakat.
Pada tahun 2008, IOM Indonesia membangun
kerjasamanya yang erat dengan Pemerintah Republik
Indonesia dan para donornya, memanfaatkan puluhan
tahun pengalaman di bidang penanganan situasi
darurat, program reintegrasi pasca konflik serta
keahlian teknis di bidang penanganan migrasi. Dalam
rangka meningkatkan kapasitas pemerintah RI untuk
menerapkan berbagai strategi dan teknologi yang
tepat guna untuk memonitor dan mengambil tindakan
terhadap migrasi non-reguler dan menanggulangi
masalah penting lainnya seperti perdagangan manusia
dan penyelundupan manusia, IOM mendukung kegiatan
peningkatan kapasitas tingkat nasional maupun
regional dan memberikan bantuan secara langsung
kepada para migran yang membutuhkan.
Pendekatan yang diterapkan oleh IOM yang bersifat
fleksibel dan berorientasikan pada hasil telah
memungkinkannya untuk mengukuhkan diri sebagai
salah satu mitra utama pemerintah RI dan masyarakat
internasional menyangkut situasi pengungsian internal
di Indonesia. IOM merupakan salah satu badan
internasional pertama yang beroperasi di lapangan di
Aceh setelah terjadinya tsunami di tahun 2004 dan tetap
merupakan badan terdepan dalam memberikan bantuan
pembangunan pasca-bencana dan pasca-konflik.
Dengan hampir 240 juta penduduk tersebar di sebuah
kepulauan yang terbentang seluas 5.000 kilometer dan
terdiri dari 17.600 pulau, Indonesia merupakan negara
2
3IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
3
migrants with its porous borders and weaknesses
in border and immigration management systems.
It also experiences important internal migration
flows due to constant labour movement, conflict
and disasters.
Migration continues to be one of the defining
global issues of this century, with more and more
people on the move today than at any other
point in human history. IOM’s diverse programme
architecture in Indonesia reflects these important
and complex dynamics through capacity
building and assistance in the field of migration
management and by contributing to population
stabilization after natural disasters, economic
instability and conflict.
This report has been divided into three key
operational areas which reflect the work of IOM
in Indonesia:
Emergency and Post-Conflict Migration Management
programming provides immediate and long-
term assistance to displaced populations in post-
disaster situations like those in Aceh and Java,
and those affected by armed conflict, as has been
the case in Aceh since the signing of the
historic peace agreement in August 2005.
The broad category of Regulating Migration
includes migration management capacity-building
activities with our government partners, service
delivery to stranded migrants, the reintegration
of thousands of victims of human trafficking,
and a nation-wide police training to support of
the Indonesian National Police reform programme.
Migration Health covers the orderly and voluntary
return of medical evacuees in post-disaster
situations, and extends to training, research and
sumber, tujuan dan transit utama bagi migran, mengingat
panjangnya perbatasan dan kelemahan dalam sistem
penanganan imigrasi. Indonesia juga mengalami arus
migrasi internal yang cukup besar mengingat sering
terjadinya pergerakan tenaga kerja, konflik dan bencana
alam.
Migrasi terus menjadi permasalahan global utama pada
abad ini, dengan semakin banyaknya jumlah penduduk
yang bergerak dewasa ini dibanding waktu lainnya dalam
sejarah manusia. Kerangka program IOM yang beragam
di Indonesia mencerminkan dinamika yang penting dan
kompleks ini melalui peningkatan kapasitas dan bantuan
di bidang penanganan migrasi dan dengan memberi
kontribusi pada stabilisasi penduduk setelah terjadinya
bencana alam, ketidakstabilan ekonomi dan konflik.
Laporan ini telah dibagi berdasarkan tiga bidang
operasional utama yang mencerminkan kegiatan IOM
di Indonesia:
Program Penanganan Migrasi Masa Darurat dan Pasca-
Konflik, yang memberikan bantuan langsung maupun
jangka panjang kepada penduduk yang mengungsi
dalam situasi pasca-bencana seperti di Aceh dan Jawa,
serta penduduk yang terkena imbas konflik bersenjata,
sebagaimana yang terjadi di Aceh sejak penandatanganan
perjanjian perdamaian bersejarah di bulan Agustus 2005.
Kategori luas mengenai Penanganan Migrasi meliputi
peningkatan kapasitas penanganan migrasi yang
dilaksanakan bersama para mitra pemerintah,
penyampaian layanan kepada para migran yang
terdampar, reintegrasi ribuan korban perdagangan
manusia, serta pelatihan polisi secara nasional guna
mendukung program reformasi Kepolisian Republik
Indonesia.
Kesehatan Migrasi mencakup pemulangan secara tertib
dan sukarela para pasien yang dievakuasi selama masa
4IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
direct mental and psychological assistance to
migrants in distress – including victims of conflict,
disaster and human trafficking in Indonesia.
We are determined that IOM Indonesia will
continue to meet the challenges and outstanding
needs of vulnerable and mobile populations
throughout the archipelago. We are committed
to working with the Government of Indonesia
in developing new sustainable programmes and
projects to maintain our effective and holistic
management of migration issues and intend
to pursue this important task with the same
energy and motivation in years to come.
pasca-bencana, dan mencakup juga pelatihan, riset dan
bantuan mental dan psikologis secara langsung kepada
para migran yang menghadapi masalah – termasuk
korban konflik, bencana dan perdagangan manusia di
Indonesia.
Kami bertekad agar IOM Indonesia akan terus menjawab
tantangan dan kebutuhan mendesak para penduduk
yang rentan dan bergerak di seluruh nusantara. Kami
berkomitmen untuk bekerjasama dengan Pemerintah
Indonesia dalam mengembangkan serangkaian program
dan proyek baru yang berkelanjutan dan berkeinginan
untuk memenuhi tugas mulia ini dengan tenaga dan
motivasi yang sama di tahun-tahun mendatang.
J. Steve CookIOM Indonesia Chief of Mission/
Ketua Misi OIM Indonesia
5IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Introduction/ Kata Pengantar
05
6IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
The International Organization for Migration is the
leading intergovernmental organization working
with migrants and governments to develop effective
responses to migration challenges. Dedicated to
promoting humane and orderly migration for the
benefit of all for more than five decades, IOM has
a proven record for success around the world.
IOM established its first operations in Indonesia in
1979, facilitated the processing of Indo - Chinese
boat people in Riau province during the 1980’s.
Following the mass displacement and humanitarian
crisis triggered by East Timor’s vote for independence
in 1999, the Organization established a massive
sea, land and air bridge to help some 150,000 East
Timorese return home.
The operation cemented IOM’s relations with the
Government of Indonesia (GoI) and led to the
establishment of an office in Jakarta and the signing
of a Memorandum of Understanding in 2000.
The excellent working relationship between IOM
and the Government enabled the Organization to
provide immediate large scale emergency response,
recovery and reconstruction assistance, following
the succession of natural disasters that struck Aceh
(2004), Nias (2005), Yogyakarta (2006) and Padang
(2007.)
IOM’s global mission values of supporting the
efforts of government institutions to assist migrants
wove themselves through operations across the
nation, further linking programmes and expertise
together.
The mission has brought relief to tens of thousands
of tsunami and earthquake survivors through
The International Organization for Migration
adalah organisasi antar-pemerintah terkemuka
yang berhubungan erat dengan pemerintah
untuk mengembangkan langkah-langkah yang
efektif dalam menghadapi permasalahan
migrasi. Dengan dedikasi menjunjung migrasi
yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan
semua, selama lebih dari lima dekade, IOM
menunjukkan keberhasilannya di banyak negara.
IOM pertama kali memulai perannya di Indonesia
pada 1979 dengan menangani manusia perahu
Indo-Cina di propinsi Riau pada 1980an.
Setelah perpindahan masal dan krisis kemanusian
yang terpicu oleh refendum di Timor Timur pada
1999, organisasi ini hadir memberikan bantuan
besar-besaran melalui laut, darat dan udara
untuk membantu 150.000 kembali ke tempat
asalnya.
Sejumlah kegiatan tersebut menjadi dasar
hubungan IOM dan pemerintah Indonesia hingga
akhirnya dibukanya kantor perwakilan di Jakarta
dan ditanda tanganinya nota kesepahaman pada
2000.
Hubungan erat antara IOM dan pemerintah
telah memungkinkan orgasniasi ini memberikan
bantuan tanggap darurat, pemulihan dan
rekonstrusi dalam skala besar ketika serangkaian
bencana alam menimpa Aceh (2004), Nias (2005),
Yogyakarta (2006) dan Padang (2007).
Misi global IOM mendukung badan-badan
pemerintah dalam membantu penduduk migran
menyatu dengan kegiatan operasional di seluruh
negeri dan memadukan beragam program dan
keahlian.
7IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
logistics support, the restoration of livelihoods,
construction of shelters, clinics and community
centres, and also post-disaster physical- and mental
health services.
Throughout 2008 IOM and its partners continued
to respond to migration health challenges in
Indonesia in the fields of maternal and child health
for internally displaced populations; psychosocial
and mental health for conflict-affected communities;
emergency medical response for victims of natural
disasters; migration health assessments for migrants
and refugees, and health services for irregular
migrants and victims of trafficking.
IOM’s global experience in post-conflict
environments led the Indonesian Government and
international donors to entrust the Organization
to assist and support the Government with the
reintegration of nearly 5,000 former combatants
and amnestied political prisoners into mainstream
Acehnese society, following the signing of the
2005 Helsinki Peace Accord. IOM further delivered
tangible support to unemployed youth in high-
risk parts of Aceh where to date, more than 1,100
clients have been referred to a job, apprenticeships,
trainings, or small-business networks.
The Government also turned to IOM in its efforts to
combat human trafficking. Over the past four years
the mission has provided specialist training for law
enforcement officials, prosecuters and judiciaries,
including the Justices of the Indonesian Supreme
Court. IOM has also created Asia’s first medical
recovery centres in selected police hospitals for
trafficking victims.
Helping government manage migration-related
issues is one of IOM’s core missions. IOM supports
Misi ini telah menyalurkan bantuan bagi ribuan korban
selamat tsunami dan gempa bumi melalui dukungan
logistik, pemulihan mata pencaharian, pembangunan
tempat penampungan sementara, klinik, fasilitas
umum dan juga pelayanan-pelayanan fisik dan mental
pasca bencana alam.
Selama 2008, IOM dan mitra-mitranya masih terus
menjawab tantangan-tantangan dalam kesehatan
migrasi di Indonesia, termasuk kesehatan ibu hamil dan
anak-anak dikalangan pengungsi; kesehatan psikososial
dan jiwa bagi masyarakat yang terkena dampak
konflik; tanggap darurat medis bagi korban bencana
alam; pemeriksaan kesehatan migrasi bagi para
migran dan pengungsi, dan pelayanan-pelayanan
kesehatan bagi migrant gelap dan korban perdangan
manusia.
Pengalaman global IOM di linkungan pasca konflik
telah meyakinkan pemerintah Indonesia dan donor
internasional untuk memberikan bantuan bagi
organisasi ini dan dukungan bagi pemerintah dalam
proses reintegrasi hampir 5.000 mantan kombatan dan
tahanan politik ke masyarakat Aceh sebagai kelanjutan
penandatangan perjanjian damai Helsinki pada 2005.
Lebih jauh lagi, IOM telah memberikan bantuan bagi
kelompok muda yang tidak bekerja di daerah-daerah
bersiko tinggi di Aceh, dimana hingga kini lebih 1.100
diantaranya telah menerima pekerjaan, praktek kerja,
pelatihan-pelatihan, atau jaringan-jaringan bisnis
kecil.
Pemerintah juga meminta bantuan IOM dalam
memerangi perdagangan manusia. Dalam empat tahun
terakhir, misi ini telah memberikan pelatihan-pelatihan
khusus bagi para perangkat hukum, pengacara dan
jaksa, termasuk peradilan di tingkat Mahkamah Agung.
IOM juga telah membentuk pusat pemulihan bagi
korban perdangan manusia di sejumlah rumah sakit
8IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
the Government’s efforts to regulate the movement
of irregular migrants through Indonesia by providing
extensive support services to stranded migrants.
The Organization is also working with the
Indonesian Government to bolster the Indonesian
National Police’s (INP) reform agenda. It has already
trained almost 100,000 policemen and women in
community policing and human rights, as part of
a six-year programme, which was launched in
2004.
IOM Indonesia’s mission stems from its partnerships
with national and local government, non-
governmental agencies, grassroots community
organizations and the donor community.
IOM programmes continue to address the
outstanding needs of vulnerable and mobile
populations throughout the archipelago. And,
innovative new programmes and projects currently
under development will continue to do so in the
years to come.
polisi dan merupakan yang pertama dilakukan di Asia.
Membantu pemerintah dalam menangai masalah-
masalah yang berhubungan dengan migrasi adalah
salah satu misi utama IOM. IOM mendukung usaha
pemerintah untuk mengatur migran gelap melalui
penyediaan pelayanan dukungan menyeluruh bagi
migrant yang terdampar.
Organisasi ini juga berkerja dengan pemerintah
Indonesia mendukung agenda reformasi Polri. Hingga
kini, hampir 100.000 polisi termasuk polisi wanita
dilatih dalam perpolisian masyarakat (polmas) dan
hak azasi manusia (HAM), sebagi bagian dari enam
tahun program yang diluncurkan pada 2004.
Program-program IOM masih terus bersentuhan
dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang lemah
dan berpindah di seluruh negeri ini. Dan, program-
program baru yang inovatif kini tengah dikembangkan
dan akan terus dikembangkan di tahun-tahun
mendatang.
9IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Emergency and Post-Conflict Migration Management/ Penanganan Migrasi Darurat dan Pasca-Konflik
10 National Construction Service / Layanan Konstruksi Nasional |
24 Water and Sanitation / Air dan Sanitasi |
30 Livelihood Support Programme / Program Dukungan Mata Pencaharian |
46 Post-Conflict Reintegration Programme / Program Reintegrasi Pasca-Konflik |
62 Decommissioning Temporary Living Centers / Pengosongan Tempat Tinggal Sementara |
09
10IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
National Construction Services/ Layanan Konstruksi Nasional
10
I am very grateful because I plan to spend the rest of my life in this house. Soon my youngest son will also get married, but I will be safe and comfortable here. / Saya sangat
berbahagia karena
saya berencana
menghabiskan
hidup saya di rumah
ini. Tidak lama lagi
putra bungsu saya
juga akan menikah,
namun saya akan
merasa aman dan
nyaman disini.
{ Mursidah }
Mursidah enjoys playing with her granddaughter,
Rini, while her house is being rebuilt by IOM in
Lampeudaya village, in Mesjid Raya sub-district,
Aceh Besar.
The village is a quiet, peaceful place now,
but almost four years ago, when the tsunami
swept in, Mursidah lost her house and almost
everything she owned.
For nearly a year she and her three sons lived
in a cramped barrack block with hundreds of
other families made homeless by the disaster.
They were happy and grateful when, together with
16 other families, they were among the first to
receive a brick and timber house from the
international NGO Oxfam.
In the past three years two of Mursidah’s sons
have got married and moved out to start
families of their own. But now, after three years,
the timber structure of the house has begun to
deteriorate.
IOM, with funding from Oxfam, is now upgrading
the timber superstructure with more long-lasting,
durable, light-gauge steel and fiber cement board.
“I am very grateful because I plan to spend the rest
of my life in this house. Soon my youngest son will
also get married, but I will be safe and comfortable
here,” says Mursidah.
Mursidah tengah bercengkrama dengan cucu
perempuannya, Riri ketika rumahnya dibangun IOM
di desa Lampeudaya, kecamatan Mesjid Raya, Aceh
Besar.
Desa ini begitu tenang, namun hampoir empat tahun
yang lalu ketika tsunami menyapu desa ini, Mursidah
kehilangan rumah dan hampir semua harta benda
miliknya.
Selama hampir setahun, ia dan ketiga putranya
tinggal di barak penampungan yang padat sementara
bersama keluarga-keluarga lain korban tsunami.
Mereka berbahagia dan penuh syukur ketika bersama
16 keluarga lainya termasuk orang pertama yang
menerima bantuan sebuah rumah yang dibangun dari
bata dan kayu dari NGO internasional Oxfam.
Dalam tiga tahun terkahir, dua dari tiga anaknya telah
menikah dan keluar rumah untuk memulai kehidupan
baru. Namun, kini setelah tiga tahun struktur kayu
rumahnya mulai rusak
IOM dengan bantuan dana Oxfam kini tengah
menjalankan program untuk menggantikan struktur
bagian atas rumah dengan baja ringan yang lebih
tahan lama dan papan fiber cement.
“Saya sangat berbahagia karena saya berencana
menghabiskan hidup saya di rumah ini. Tidak lama lagi
putra bungsu saya juga akan menikah, namun saya
akan merasa aman dan nyaman disini,” kata Mursidah
Mursidah Gets a Better House / Mursidah Dapat Rumah yang Lebih Baik
11IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
3 4
2
1
© IOM Indonesia 2008
© IOM Indonesia 2008
© IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008
1. Mursidah
and her
granddaughter
Rini
/
Mursidah dan
Rini cucu
perempuannya.
2. Mursidah’s new
house
/
Rumah baru
Mursidah.
3 & 4. Mursidah’s
and her new life.
/
Mursidah dan
kehidupan
barunya.
12IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Shelter/HousingAfter three years of post-tsunami reconstruction
work in Aceh and Nias, IOM’s construction and
housing services have seen the culmination of
a range of projects designed to stabilize and
revitalize communities displaced by the two
natural disasters.
Construction was carried out in coordination
with government and NGO partners, in close
consultation with community committees, at the
request of the Government of Indonesia.
By early 2008, the final units of permanent housing
for tsunami-affected families were completed.
A total of 4,448 transitional shelters and permanent
houses were built, along with 388 public buildings
including schools, clinics and community centers.
IOM’s construction programme was active in 125
communities across Aceh’s 15 coastal districts.
With its original shelter projects now complete,
IOM is currently providing shelter construction
assistance to several NGOs who constructed semi-
permanent shelters for tsunami-affected families
in Aceh as an interim measure after the tsunami.
Oxfam, using a community-driven approach,
constructed many houses throughout Aceh in 2005.
The design used a masonry substructure and a
wooden superstructure, which allowed beneficiary
families to be involved in the construction and
resulted in fast completion.
But the timber superstructures proved vulnerable
to weather and insect infestation, resulting in
deterioration and structural damage. They now
need to be replaced with more durable structures.
IOM is currently conducting a project to remove
the wooden superstructure of 48 houses and
replace it with new, permanent superstructures
using light-weight steel frames.
In Banda Aceh and Aceh Besar, IOM in partnership
with CARE, is also implementing a project to
demolish existing structures and replace them with
earthquake-resistant RISHA-designed houses.
PerumahanSetelah tiga tahun rekonstruksi pasca tsunami di Aceh
dan Nias, pelayanan-pelayanan IOM konstruksi dan
perumahan telah menunjukkan puncah dari beragam
kegiatan yang dirancang untuk menstablilkan dan
memulihkan masyarakat korban kedua bencana
alam.
Konstruksi dilakukan melalui koordinasi dengan
pemerintah dan mitra NGO, konsultasi dengan
kelompok-kelompok masyarakat, sesuai permintaan
pemerintah Indonesia.
Pada awal 2008, pembangunan unit rumah permanen
terkhir untuk penerima bantuan korban tsunami
selesai. Secara keseluruhan, 4,448 rumah sementara
dan rumah permanen telah dibangun bersamaan
dengan 388 bangunan umum seperti sekolah, klini dan
gedung serba guna. Program konstruksi IOM aktif di
125 komunitas di 15 kabupatan sepanjang pesisir
Aceh.
Dengan berakhirnya proyek perumahan, IOM kini
tengah memberikan bantuan konstruksi perumahan
atas sejumlah NGO yang telah membangun rumah
semi permanen sebagai tempat sementara setelah
tsunami.
Oxfam, menggunakan pendekatan berbasis
masyarakat, telah membangun banyak rumah diseluruh
Aceh selama 2005. Rancangan yang menggunakan
dinding beton pada struktur bagian bawah dan kayu
pada bagian atas ini memungkinkan penerima
bantuan terlibat dalam pembangunan dan selesai
dalam waktu singkat.
Tetapi bagian atas dari kayu tersebut terbukti tidak
kuat atas perubahan cuaca dan gangguan serangga
yang berakibatnya rusaknya struktur.
Kini IOM tengah melaksanakan sebuah proyek untuk
mengganti struktur kayu atas 48 dengan atap permanen
yang baru menggunakan struktur baja ringan.
Di Banda Aceh dan Aceh Besar, IOM yang bermitra
dengan CARE juga menjalankan sebuah proyek
untuk menggantikan struktur bangunan lama dan
menggantinya dengan RISHA.
Construction was carried out in coordination with government and NGO partners, in close consultation with community committees, at the request of the Government of Indonesia. / Konstruksi dilakukan
melalui koordinasi
dengan pemerintah
dan mitra NGO,
konsultasi dengan
kelompok-kelompok
masyarakat,
sesuai permintaan
pemerintah
Indonesia.
13IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
IOM has used the RISHA design developed and
certified in Indonesia since 2005. It incorporates a
38 to 44m2 modular reinforced pre-cast concrete
structure and a septic system that can deal with
the high water table found in most coastal
communities.
The project will construct 122 new 44m2 housing
units, complete with three partitioned rooms, a
kitchen alcove, and additional separate toilet and
washing facilities connected to a sanitation system.
IOM menggunakan rancangan rumah RISHA yang
dikembangkan dan resmi digunakan di Indonesia
sejak 2005. Rancangan ini terdiri atas 38 hingga 44m2
struktur beton modular dan system sanitasi yang
dirancang untuk menangani tingkat permukaan air
yang cukup tinggi dikebanyakan daerah pesisir.
IOM akan membangun 122 unit rumah baru tipe 44m2,
lengkap dengan tiga ruang terpisah, sebuah dapur
dalam, kamar mandi dan tempat mencuci yang
terhubung dengan saluran langsung ke system sanitasi.
Aceh - Nias / Aceh - Nias
• Construction / Konstruksi
1,233 Transitional shelters constructed post-tsunami. /
Penampungan sementara yang telah dibangun pasca-tsunami
3,215 Permanent houses constructed post-tsunami. /
Rumah permanen yang telah dibangun pasca-tsunami
4,448 Total shelters and houses constructed. /
Jumlah penampungan sementara dan rumah yang telah dibangun
247 Three-room school buildings constructed. /
Tiga ruang bangunan sekolah yang telah dibangun
141 Other public buildings (clinics, community centres). /
Bangunan umum lainnya (klinik, gedung serba guna)
4,836 Total units constructed (including houses, clinics, schools, community centers etc.) in Aceh and Nias. /
Jumlah unit yang telah dibangun (termasuk rumah, klinik, sekolah, gedung serba guna, dll) di Aceh dan Nias
Yogyakarta & Central Java / Yogyakarta & Jawa Tengah
• Construction / Konstruksi
24 MCA prototype residential houses constructed. /
Rumah contoh MCA telah dibangun.
5 Community Centers constructed. /
Fasilitas umum telah dibangun.
• Training / Pelatihan
3,627 Beneficiaries that have received training in safe and earthquake-resistant construction practices. /Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan di bidang Konstruksi Tahan Gempa.
3,608 Beneficiaries trained in Disaster Preparedness and Management. /Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan di bidang Kesiapsiagaan Bencana.
196 Community leaders trained in training others in basic community-based disaster risk management concepts. /
Kader Lokal yang telah dikenalkan dengan Konsep Pengurangan resiko Bencana Berbasis Masyarakat.
820 Beneficiaries of household finance training. /Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan keuangan rumah tangga.
63 Beneficiaries of entrepreneurship training. /Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan kewirausahaan.
By the Numbers / Berdasarkan Angka
(31 October 2008)
(30 June 2008)
14IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Ulee Kareng is most famous throughout
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) province as
a place for drinking coffee. Here, people from
all walks of life gather at the Solong coffee shop
to drink and chat about everything from social,
economic and political issues to daily life.
You can also find 12 houses here donated by the
Queensland Government and built by IOM in
2006, housing families of staff working for the
Dinas Pertanian (Department of Agriculture) at
the time of the December 2004 tsunami.
Ibu Munajirah, wearing a Dinas Pertanian uniform,
is an energetic single parent who lost almost all
of her family when the wave struck. ”It was
shattering for me. My husband had passed away a
month earlier. Then the tsunami took almost all
my other relatives. My two precious children are
the reason why I have struggled and survived
all this time,” she says.
Another resident of the housing complex,
Pak Syarifuddin, has a wife and three young
children – two daughters and one son – aged
four to 11 years old. They were living in a Dinas
Pertanian house in Punge Ujong when the
tsunami came and devastated their world. He
remembers losing his father-in-law minutes after
telling him about the giant wave sweeping in
from the ocean.
Di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, nama Ulee
Kareng telah dikenal sebagai sebuah tempat untuk
menikmati kopi aceh. Di tempat ini, masyarakat dari
berbagai kelompok dan golongan datang menikmati
kopi sambil berbincang beragam hal mulai masalah
sosial, ekonomi, politik hingga masalah keseharian.
Di tempat ini pula, anda bisa menemukan 12 rumah
sumbangan pemerintah Queensland dan dibangun
oleh IOM pada 2006, yang merupakan perumahan bagi
staff yang bekerja pada Dinas Pertanian ketika bencana
tsunami 2004 terjadi.
Ibu Munajirah yang mengenakan seragam Dinas
Pertanian adalah seorang orangtua tunggal penuh
semangat meski telah kehilangan hampir seluruh
anggota keluarga ketika ombak menyergap. “Bencana
itu sangat tak terkira, terlebih setelah kepergian suami
saya,” kata Ibu Munajirah. “Sebulan kemudian, tsunami
merenggut anggota keluarga yang lain. Kedua anak
tersayang saya adalah alasan saya untuk tetap berjuang
dan bertahan selama ini.”
Salah satu penghuni lain perumahan tersebut, Pak
Syarifuddin hidup dengan seorang istri dan tiga orang
anak, dua putri dan satu putra berumur antara empat dan
11 tahun. Mereka tingal di sebuah rumah Dinas Pertanian
di Punge Ujong ketika tsunami menghantam dan
menghancurkan kehidupan mereka. Ia masih ingat
kehilangan bapak mertuanya sesaat stelah menyampaikan
kabar tentang ombak raksasa yang datang dari laut.
From Tin Roof to Earthquake ~ Resistant House/ Dari Atap Seng ke Rumah Tahan Gempa
© IOM Indonesia 2008
Ibu Munajirah, is an energetic single
parent who lost almost all of her
family when the wave struck.
/
Ibu Munajirah adalah seorang orangtua
tunggal penuh semangat meski telah
kehilangan hampir seluruh anggota
keluarga ketika ombak menyergap.
15IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
“I grabbed my family and rode my motorbike
away from the sea with the wave roughly 300
meters behind us. My son saw it and is still
traumatized by the memory of the tsunami and
the earthquake,” he says.
“We had to live in a single room in a hot tin roof
warehouse belonging to Dinas Pertanian for over
a year. We were very insecure and had to share
the space with the Government because they
needed it for offices.”
But the family are now happy and grateful for
their new home provided by IOM and the
Queensland Government. “It has helped us to
get back to a normal life. I can focus on my work
and feel assured now that my family is now living
in a safe, earthquake-resistant house. Also it now
takes me less than five minutes to get to work –
I used to have to travel 10 kms,” smiles Pak
Syarifuddin.
Pak Syarifuddin and Ibu Munajirah have been
able to restart their lives in their new homes,
returning to work and putting traumatic
memories of the earthquake and tsunami behind
them.
“I will raise my two lovely children here and leave
all the memories of pain and sorrow behind me,”
says Ibu Munajirah.
© IOM Indonesia 2008
“Saya segera membawa keluarga saya dengan sepeda
motor dan berusaha menjauh dari kejaran ombak yang
berjarak sekitar 300 meter di belakang,” katanya. “Putra
saya melihat semua kejadian tersebut dan hingga kini
masih mengalami trauma atas gempa dan tsunami.”
“Lebih dari satu tahun kami harus tinggal digudang
beratap seng milik Dinas Pertanian. Kami hidup penuh
ketakutan dan merasa tidak yakin dengan pengaturan
huninan sementara. Kami harus berbagi tempat dengan
pemerintah karena mereka membutuhkan tempat untuk
kegiatan perkantoran.”
Namun kini kedua keluarga berbahagia dan bersyukur
atas rumah baru mereka yang diberikan IOM dan
pemerintah Queensland. “Rumah ini telah membantu
kami kembali ke kehidupan normal. Saya dapat fokus
pada pekerjaan saya dan sekarang merasa yakin bahwa
keluarga saya hidup di sebuah rumah yang aman dan
tahan gempa. Terlebih lagi, kini saya membutuhkan
waktu kurang dari lima menit untuk menuju tempat
kerja, sebelumnya saya harus menempuh hingga 10km,”
senyum Pak Syarifuddin.
Pak Syarifuddin dan Ibu Munajirah telah dapat memulai
awal kehidupan baru , kembali bekerja dan melupakan
pengalaman-pengalaman traumatis.
“Saya akan membesarkan kedua anak saya disini dan
meninggalkan kepedihan dan kesedihan dimasa lalu,”
kata Ibu Munajirah.
These houses were built by IOM in
2006 with support from Queensland
Government
/
Rumah-rumah ini dibangun oleh
IOM pada 2006 dengan bantuan dari
pemerintah Queensland.
16IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
1. One of the 96 —
44m2 — permanent
houses built by IOM
in Blang Raya.
/
Satu dari 96
rumah permanen
berukuran 44m2
yang dibangun IOM
di Blang Raya.
2, 3, 4. The
reconstruction
process of
permanent house,
a school and a
community center
in Blang Raya.
/
Proses
pembangunan
rumah permanen,
sekolah dan gedung
serba guna di
Blang Raya.
2
1
© IOM Indonesia 2008
© IOM Indonesia 2008
3 4
© IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008
17IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
In order to ensure fairness and make sure
residents would integrate with
people from other areas,
houses in the development
were distributed through a
lottery system. /
Untuk memastikan
keadilan dan
menyatunya
penduduk dengan
para pendatang,
rumah-rumah
tersebut dibangun
dan ditetapkan
melalui sistem undi.
The road to Blang Raya in Pidie district winds
through beautiful green hills and acres of paddy
fields. The place conjures up the beauty of rural
Indonesia and is far removed from the blistering
heat of Sigli, the district capital.
IOM has built 96 44 m2 permanent houses, a school
and a community center in Blang Raya, making it
the largest new community in the area. While some
residents are local, others are from western coastal
areas affected by the tsunami.
“This is now our home and we are very grateful.
There are many children here, but the school means
that we do not have to worry about them having
going to school somewhere far away,” says mother–
of-four Khadijah.
A multi-function community hall built on land
bought by BRR, the Aceh and Nias Rehabilitation
and Reconstruction Agency, allows residents get
together and organize community activities.
“If someone wants to organize a wedding
reception, we can have it here,” Abdus Salam,
a resident of the colourful, hillside community.
The hall is also used for village committee
meetings, including gatherings to discuss IOM’s
current project in the village, which addresses water
and sanitation issues.
In order to ensure fairness and make sure
residents would integrate with people from
other areas, houses in the development were
distributed through a lottery system.
“This was a good system. Without it people
from Blang Raya would probably have formed
a separate community and people from other
villages would have chosen to live near people
from their old village. The lottery system forced
us to mix and will foster a new sense of
community,” says a young housewife living in
the complex.
Jalan menuju kabupaten Pidie berliku melalui perbukitan
hijau yang indah dan paran pematang padi. Tempat ini
merupakan gambaran alam desa Indonesia dan sangat
berbeda dibanding ibukota kabupaten, Sigli, yang panas
terik.
IOM telah membangun 96 rumah permanen berukuran
44m2, sebuah sekolah dan sebuah gedung serba guna
di Blang Raya, menjadikannya sebagai komunitas baru
terbersar di kawasan tersebut. Sebagian penduduknya
adalah penduduk asli dan sebagian lainnya berasal
dari pesisir pantai barat yang terimbas tsunami.
“Sekarang inilah rumah kami dan kami sangat bersyukur.
Disini ada banyak anak tapi dengan sekolah ini kami tidak
lagi harus khawatir karena mereka tidak lagi harus pergi
ke sekolah lain yang jauh,” ujar ibu dengan empat anak,
Khadijah.
Sebuah gedung serba guna yang berfungsi untuk
tempat musyawarah dan kegiatan umum dibangun
diatas tanah yang telah dibeli Badan Rekonstruksi
dan Rehabilitasi Aceh dan Nias (BRR).
“Bila seseorang hendak melangsungkan resepsi pernikahan,
kami bisa melaksanakannya di sini,” ujar Badus Salam,
seorang penduduk yang tinggal di perumahan penuh
warna di perbukitan.
Gedung serba guna juga digunakan untuk pertemuan desa,
termasuk pertemuan untuk mendiskusikan proyek IOM
dibidang air bersih dan sanitasi yang tengah berlangsung
di desa.
Untuk memastikan keadilan dan menyatunya penduduk
dengan para pendatang, rumah-rumah tersebut dibangun
dan ditetapkan melalui sistem undi.
“Ini adalah sistem yang bagus. Tanpa ini warga dari
Blang Raya mungkin akan membentuk komunitas sendiri
sementara warga dari daerah lain akan memilih tinggal
berkelompok dengan warga dari kampung asalnya
masing-masing. Sistem undi ini membuat kami harus
bercampur dan menghadirkan perasaan bermasyarakat,”
seorang ibu muda yang tinggal di perumahan ini.
Colours in Blang Raya/ Warna-warna di Blang Raya
18IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Rebuilding Hopes / Membangun Kembali Harapan - harapan
Tanjong village used to be on the road to Lhoknga
beach in Aceh Besar. On December 26th 2004 Yuni
Miranda – Mira to her friends – was in the village.
She remembers the coconut trees swaying in the
sea breeze.
”The waves came from two directions - not only
from Lhoknga beach, but also from the direction
of Ulee Lhue port,” she says.
She fled on a motorcycle with three other adults
and an infant. The group survived the waves
by reaching the Cut Nyak Dhien Museum and
running up to the roof.
But that morning Mira lost most of her family. Her
mother and two sisters died in Calang, Aceh Jaya,
her mother’s home town, where her father worked
as a policeman.
When Mira and her father gathered enough courage
to return to Tanjong several days later, they saw
that the entire village had been destroyed. All that
remained of their house were the foundations.
Mira’s hopes of rebuilding were raised when her
father was subsequently registered to receive
a new house as part of a community-driven housing
project organized by the international NGO CARE.
IOM, with funding from CARE, has now become
involved in the project and has started work on
a new house for the family.
“My spirits are soaring. Soon I will be getting a
new house and my cousin also just got a new
job in a bank. Things are getting better,” says Mira.
Desa Tanjong dulu terletak di jalur menuju pantai
Lhoknga di Aceh Besar. Pada 26 Desember 2004 Yuni
Miranda – Mira ia biasa dipanggil – berada di desanya.
Masih jelas teringat dibenaknya nyiur melambai ditiup
angin pantai.
“Ombak tidak hanya datang dari pantai Lhoknga, tapi
juga dari arah pelabuhan Ulee Lheu,” ingat Mira.
Mira melarikan diri dengan mengendarai sebuah sepeda
motor bersama tiga orang dewasa lain dan seorang
bayi. Mereka selamat dari kejaran ombak dengan
memanjat atap Museum Cut Nyak Dhien.
Namun pada pagi yang naas itu, ia kehilangan hampir
seluruh anggota keluarganya. Ibu dan dua saudara
perempuannya meninggal di Calang, Aceh Jaya yang
merupakan kampung halaman ibunya dan tempat
tugas ayahnya sebagai seorang anggota kepolisian.
Ketika keberanian Mira dan ayahnya terkumpul,
beberapa hari kemudian mereka memberanikan diri
kembali Tanjong. mereka melihat desa Tanjong yang
telah hancur. Yang tersisa hanyalah dasar rumah.
Harapan Mira mulai tumbuh ketika ayahnya terdaftar
untuk mendapatkan bantuan rumah dari CARE sebagai
bagian proyek perumahan berbasis masyarakat.
IOM dengan dukungan CARE kini melanjutkan program
tersebut dan telah mulai membangun sebuah rumah
baru bagi keluarga ini.
“Harapan saya membumbung tinggi. Sebentar lagi
saya akan mendapatkan sebuah rumah baru dan
sepupu saya juga akam mulai bekerja di sebuah bank.
Keadaan kini lebih baik,” kata Mira.
1 2
© IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008
1. Mira in her new
place of work.
/
Mira di tempat
kerjanya yang baru.
2. Mira’s land in
Tanjong village,
Aceh Besar
/
Tanah milik Mira
di desa Tanjong,
Aceh Besar.
My spirits are soaring. Soon I will be getting a new house... / Harapan saya
membumbung tinggi.
Sebentar lagi saya
akan mendapatkan
sebuah rumah baru...
{ Mira }
19IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
3 4
2
1
© IOM Indonesia 2008
© IOM Indonesia 2008
© IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008
1 & 4. Participants
of MCA’s training
that provided by
IOM.
/
Peserta pelatihan
MCA yang diberikan
oleh IOM.
2 & 3. The
participants of
the training
courses in disaster
preparedness
and save and
earthquake
resistant
construction
exchange their
reward point
from the training
with building
materials.
/
Peserta pelatihan
kesiapsiagaan
dan pencegahan
bencana serta
pelatihan konstruksi
tahan gempa,
menukarkan poin
yang dikumpulkan
selama pelatihan
dengan bahan-
bahan bangunan.
20IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Lahir dan dibesarkan di Bantul, Agus, 32, adalah
salah seorang korban selamat dari bencana gempa
bulan Mei 2006 dan menyaksikan kehancuran desa
tempat tinggalnya. Pagi 3 Agustus 2008 itu , dengan
semangat Agus mendampingi staf IOM menurunkan
perlengkapan dari truk. Bersama dengan 200 anggota
masyarakat lain dari desanya, Dusun Jati, Desa
Sriharjo, Agus mempersiapkan Simulasi Gempa dan
Latihan Simulasi Evakuasi yang dikoordinasi oleh
IOM.
Agus adalah salah satu warga yang telah aktif
berpartisipasi dalam Pelatihan Kesiapsiagaan dan
Pencegahan Bencana IOM, serta mengikuti Pelatihan
Konstruksi Tahan Gempa. Sebagai salah satu peserta
yang antusias, staf IOM memilih Agus sebagai
kandidat tepat untuk menjadi salah satu kader lokal
untuk melatih anggota masyarakat yang lain dengan
mengikuti Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana
Berbasis Masyarakat (PBBM).
Simulasi yang dilakukan pagi itu meliputi pemasangan
peta ancaman, pemasangan tanda rute evakuasi, dan
elemen penting lain mengenai persiapan dan respon
yang perlu dilakukan terhadap bencana. Masyarakat
telah memperoleh keterampilan ini melalui program
Pelatihan Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bencana
yang telah diadakan selama bulan Agustus 2007
hingga Juni 2008. Pelatihan ini dilaksanakan di
10 desa tersebar di provinsi Yogyakarta dan Jawa
“I Have Learned How to Save Lives…” (a story of a member of a local cadre for disaster preparedness)
“Saya Belajar Cara untuk Menyelamatkan Korban…”(sebuah cerita kader lokal untuk program kesiapsiagaan bencana)
Safe construction training participants
fill in their post-test forms after
completing their 6th module.
/
Peserta pelatihan konstruksi tahan gempa
menjawab pertanyaan-pertanyaan setelah
menyelesaikan modul ke enam.
© IOM Indonesia 2008
Born and raised in Bantul, Agus, 32, was a survivor
of the earthquake on May, 2006 and witnessed
the complete devastation of his home village. On
the 3rd August, 2008 a smiling Agus assisted IOM
staff in unloading equipment from the truck.
Together with 200 other community members
from his village, Agus prepared for the Earthquake
Simulation and Evacuation Drill being coordinated
by IOM.
Agus actively participated in IOM’s training
courses in disaster preparedness and prevention;
as well as training in safe and earthquake
resistant construction practices. As an enthusiastic
participant, IOM staff identified him as a perfect
candidate for becoming a member of a local cadre
for training other community members in
Community Based Disaster Risk Management
(CBDRM).
The simulation entailed hazard mapping,
installation of evacuation route signs, and
other critical elements of disaster response. The
community had already acquired these skills
through the disaster preparedness training
programme conducted from August, 2007 until
June, 2008. The training was conducted in 10
villages across the provinces of Yogyakarta
and Central Java. All the community members
are encouraged to take part in the simulation,
21IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Tengah. Semua anggota masyarakat dianjurkan
untuk ikut serta dalam simulasi, termasuk aparat
lokal setempat. IOM juga mengundang PMI cabang
Bantul untuk berpartisipasi.
Simulasi gempa dan simulasi evakuasi ini telah
menunjukkan kapasitas masyarakat untuk merespon
bencana alam, khususnya gempa. Terlebih lagi,
kegiatan ini juga memperkuat fungsi panitia dusun,
yang telah dibentuk dengan fasilitasi IOM, mendirikan
dan mensosialisasikan tempat bertemu saat evakuasi
bencana, dan memastikan koordinasi dengan
organisasi yang merespon keadaaan darurat seperti
Palang Merah. Sebagai tambahan, masyarakat belajar
bagaimana mendirikan dan mengoperasikan dapur
umum, serta mempraktekkan pertolongan pertama
pada korban gempa. Masyarakat secara aktif
berpartisipasi dalam simulasi evakuasi, berperan
sebagai korban gempa dan responden bencana.
Sebagai koordinator yang ditunjuk, Agus menjalankan
tanggungjawabnya dengan baik pada saat simulasi,
memastikan bahwa setiap langkah dalam rencana
kesiapsiagaan bencana telah dilaksanakan. Agus
dan rekan-rekannya yang telah lulus dari pelatihan
IOM melakukan tugas dengan baik dan jika terjadi
bencana di masa depan, mereka sudah cukup terlatih
untuk menyelamatkan korban bencana.
Agus menjelaskan, “Menurut saya, program IOM
MCA-Agus, one of Local cadre
in Jati sub village.
/
Agus, salah seorang kader MCA
di dusun Jati.
© IOM Indonesia 2008
including the local authorities. IOM also invited
the local branch of the Indonesian Red Cross (PMI)
to participate.
The simulation of the earthquake and evacuation
drill demonstrated the community’s capacity
to respond to natural hazards, and specifically
earthquakes. Moreover, it reinforced the function
of the community committee, (formed with the
assistance of IOM), established and socialized
an evacuation meeting point, and ensured
coordination with emergency response agencies
such as the Indonesian Red Cross. In addition,
the community learnt about setting up and
operating a public kitchen, as well as, practicing
First Aid on earthquake victims. The community
energetically participated in the evacuation
simulation, playing roles as earthquake victims
and disaster responders.
As an appointed coordinator, Agus took his
responsibility seriously during the simulation,
ensuring that each step of the disaster
preparedness plan was undertaken. Agus and
his fellow graduates from IOM’s training courses
performed exceedingly well and in the event
of a real disaster, they would surely save lives.
Agus explains, “ I found the IOM programme to be
really useful because I gained a lot of important
22IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
The training courses in disaster
preparedness and safe and earthquake
resistant construction form part of the
activities that IOM is implementing under
the Mobile Community Assistance (MCA)
programme.
/
Pelatihan kesiapsiagaan dan pencegahan
bencana dan pelatihan konstruksi tahan
gempa merupakan bagian dari kegiatan IOM
yang dilaksanakan di bawah Program Mobile
Community Assistance (MCA).
© IOM Indonesia 2008
knowledge from the trainings. The many things
I learned included First Aid, disaster preparation
steps, and we were also able to establish
a network of local disaster responders should a
disaster reoccur. Moreover, we established
a very good relationship with IOM and were
able to coordinate the simulation exercise
together.”
The training courses in disaster preparedness and
safe and earthquake resistant construction form
part of the activities that IOM is implementing
under the Mobile Community Assistance (MCA)
programme. The programme was implemented
with the support from the Yogyakarta and Central
Java Assistance Program (YCAP), which forms
part of the Australia – Indonesia Partnership. The
MCA Programme is based on a CBDRM framework
aimed at rebuilding communities holistically. It
incorporates a number of integrated activities in
addition to those mentioned above, including
construction of seismic resistant prototype
houses and community centres and livelihood
interventions such as business management
training and asset replacement.
IOM has built the capacity of over 9,000 community
members in a variety of fields, including:
construction, disaster preparedness, household
finance, entrepreneurship and business
sangat berguna karena saya memperoleh berbagai
pengetahuan penting dari pelatihan tersebut.
Beberapa hal yang saya pelajari antara lain
pertolongan pertama, langkah-langkah kesiapsiagaan
bencana, dan bahwa kami dapat menghubungi
kontak lokal terdekat jika bencana terjadi. Terlebih
lagi, kami menjalin hubungan yang sangat baik
dengan IOM dan mampu berkoordinasi dengan
lancar dalam simulasi bersama.”
Pelatihan kesiapsiagaan dan pencegahan bencana
dan pelatihan konstruksi tahan gempa merupakan
bagian dari kegiatan IOM yang dilaksanakan di
bawah Program Mobile Community Assistance (MCA).
Program ini dilaksanakan dengan bantuan dari
Yogyakarta and Central Java Assistance Program
(YCAP), bagian dari Kemitraan Australia- Indonesia.
Program MCA berdasar pada kerangka PBBM yang
bertujuan membangun masyarakat secara menyeluruh.
Program ini menggabungkan berbagai aktivitas
terintegrasi, selain yang telah disebutkan di atas, yaitu
konstruksi rumah contoh tahan gempa dan fasilitas
umum serta intervensi di bidang mata pencaharian
seperti pelatihan manajemen bisnis dan penggantian
asset.
IOM telah meningkatkan kapasitas lebih dari 9.000
anggota masyarakat di berbagai bidang, termasuk:
konstruksi, kesiapsiagaan bencana, keuangan rumah
tangga, kewirausahaan dan manajemen bisnis.
23IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
IOM has built the capacity of over
9,000 community members in a variety
of fields, including: construction,
disaster preparedness household
finance, entrepreneurship and business
management.
/
IOM telah meningkatkan kapasitas lebih
dari 9.000 anggota masyarakat di berbagai
bidang, termasuk: konstruksi, kesiapsiagaan
bencana, keuangan rumah tangga,
kewirausahaan dan manajemen bisnis.
© IOM Indonesia 2008
management. In addition, IOM has completed the
construction of 24 prototype residential houses
and 5 community centers. The principles applied
in the construction of these buildings are the
same as those taught during the safe construction
training. In this way, the buildings serve as an
educational resource for the communities. In
addition, IOM has successfully conducted a
number of disaster preparedness festivals, which
have experienced a very high community
participation rate.
The IOM has also actively participated in the
Disaster Risk Reduction (DRR) Public Campaign
held from May to June, 2008. This campaign aims
to raise public awareness of the importance of
DRR strategies across various sectors and will
see joint activities undertaken by humanitarian
agencies, local NGOs, Government institutions,
the media and community organizations. As a
key stakeholder in this Forum, the IOM have been
able to provide a positive contribution through
the materials developed in the MCA programme
and their close relationship with the provincial
level Governments. The IOM are well-positioned
to move forward with further contributions
toward this important growth area. All of these
activities will ensure that communities are more
resilience to future disasters and better equipped
to respond to them when they occur.
Sebagai tambahan, Program MCA telah menyelesaikan
pembangunan 24 rumah contoh dan 5 fasilitas
umum. Teknik konstruksi yang digunakan dalam
membangun bangunan ini sama dengan prinsip
membangun yang diajarkan pada pelatihan konstruksi
tahan gempa. Melalui cara ini, bangunan berguna
sebagai sumber pendidikan bagi masyarakat. Sebagai
tambahan, IOM telah sukses melaksanakan beberapa
festival siaga bencana, yang melibatkan partisipasi
aktif masyarakat.
IOM juga secara aktif berpartisipasi dalam Kampanye
Publik Pengurangan Resiko Bencana (PRB) yang
diadakan pada bulan Mei hingga Juni 2008. Kampanye
ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat akan pentingnya strategi Pengurangan
Resiko Bencana (PRB) dalam berbagai sektor dan
dapat melihat aktivitas gabungan berbagai organisasi
kemanusiaan, LSM lokal, institusi pemerintah, media
serta organisasi masyarakat. Sebagai pemain aktif
dalam forum ini, IOM turut memberi kontribusi positif
melalui materi yang dikembangkan dalam Program
MCA dan juga hubungannya yang cukup erat dengan
Pemerintah Daerah. IOM telah memiliki posisi yang
baik untuk bergerak maju memberikan kontribusi
lebih lanjut terhadap sektor yang penting dan
berkembang ini. Semua aktivitas ini akan menjamin
masyarakat lebih siap menghadapi kemungkinan
bencana di masa depan dan memiliki perlengkapan
lebih untuk merespon saat hal itu terjadi.
24IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Water and Sanitation / Air dan Sanitasi
24
The community agreed to participate in the project, they established a Village Water and Sanitation Committee (BPAPL) and started making contributions to the establishment of a permanent water supply./Masyarakat sepakat
untuk berpartisipasi
di proyek ini, mereka
membentuk sebuah
Village Water
and Satnitation
Committee/VWSC
atau Badan Pengelola
Air dan Sanitasi
Lingkunga (BPAL) dan
mulai memberikan
kontribusi atas
hadirnya sebuah
sistem penyaluran air
permanen.
Located in the hills of Atong village in Montasik
sub-district, Aceh Besar, Eumpe Awee, population
193, received 50 houses from the IOM-
American Red Cross Shelter project for relocated
earthquake and tsunami victims. Eumpe Awee’s
residents mainly come from coastal villages in
Banda Aceh and Aceh Besar, such as Kajhu and
Ulee Lheu. Most earn a living from farming,
small businesses and day labour.
Water and SanitationThe area, which is hilly and more arid than other
parts of Aceh Besar, has limited access to clean
water. Before the IOM built a water resevoir and a
large well, residents had to walk to a neighbouring
village for water.
At the end of 2007 IOM started using trucks to
deliver water as a temporary solution, while
working with the community to plan a permanent
water supply. Eventually they decided on a large,
shallow well reservoir and a piping system to
deliver the water to individual homes. In the
interim, IOM built a large water reservoir and clean
water was brought in by PDAM Tirta Moentala-
Lambaro.
Village Water and Sanitation CommitteeWhen the community agreed to participate in
the project, they established a Village Water
and Sanitation Committee (BPAPL) and started
making contributions to the establishment of a
permanent water supply. The community took
Terletak di perbukitan desa Atong, kecamatan Montasik,
Aceh Besar, Eumpe Awee, dengan 193 penduduk
menerima 50 rumah bantuan kerjasama IOM dan
American Red Cross (ARC) melalui proyek relokasi korban
gempa dan tsunami. Komunitas Eumpe Awee terdiri
dari penduduk yang berasal dari kampung-kampung
pesisir di Banda Aceh dan Aceh Besar, seperti Kajhu dan
Ulee Lheu. Kebanyakan mereka hidup dari berkebun,
berdagang dan buruh harian.
Water and SanitationDibanding daerah lain di Aceh Besar, kawasan yang
berbukit ini tergolong kering dan memiliki sedikit akses
atas air bersih. Sebelum dibangunnya tempat
penampungan air dan sumur besar oleh IOM,
penduduk setempat harus berjalan ke desa lain untuk
mendapatkan air.
Pada akhir 2007 IOM mulai menggunakan truk sebagai
solusi sementara pada saat bersamaan bekerja sama
dengan masyarakat untuk merencanakan sebuah
penyaluran air permanen. Akhirnya, mereka bersepakat
atas sebuah sumur penampungan air yang lebar,
dangkal dan sebuah sistem pipa untuk menyalurkan
air ke masing-masing rumah. Sementara itu, IOM
telah membangun sebuah tempat penampungan
air yang besar dan air bersih disediakan oleh PDAM
Tirta Moentala-Lambaro
Village Water and Sanitation CommitteeKetika masyarakat sepakat untuk berpartisipasi di
proyek ini, mereka membentuk sebuah Village Water
and Satnitation Committee/VWSC atau Badan
Water and Sanitation in Eumpe Awee/Air dan Sanitasi di Eumpe Awee
25IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
1. Access to a clean
water supply is one
of the key factors in
promoting durable
solutions for people
displaced by the
tsunami in Aceh.
/
Akses atas
tersedianya air
bersih merupakan
salah satu kunci
utama dalam
mengembangkan
pemecahan jangka
panjang bagi
pengungsi korban
tsunami di Aceh.
2. The completed
well in Eumpee
Awee.
/
Sumur gali Eumpee
Awee setelah selesai.
3. At the end of
2007 IOM started
using trucks to
deliver water
as a temporary
solution, while
working with the
community to plan
a permanent water
supply.
/
Pada akhir
2007 IOM mulai
menggunakan
truk sebagai
solusi sementara
pada saat
bersamaan bekerja
sama dengan
masyarakat untuk
merencanakan
sebuah penyaluran
air permanen.
4. The water
from the well
is distributed
through all water
tabs in Eumpee
Awee.
/
Air dari sumur gali
sudah mengalir ke
setiap water tab di
Eumpee Awee
3 4
2
1
© IOM Indonesia 2008
© IOM Indonesia 2008
© IOM Indonesia 2008© IOM Indonesia 2008
26IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
charge as the planner, executor and supervisor
of the water supply project.
IOM facilitation ensured that the committee,
which comprised seven men and 15 women,
including health cadres, gained the capacity it
needed to manage the water supply system. BPAPL
members were trained in how to manage basic
finances and how to manage water treatment.
The community also asked to be trained in how
to identify disease symptoms in children and
simple first aid for children. Other trainings
included participatory hygiene and sanitation.
BPAPL AchievementsThe IOM team followed a series of community-
based decision making and activities, during
which the BPAPL decided to provide the labour to
build the large shallow well. BPAPL subsequently
led and coordinated the construction, as well as
many hygiene and environmental health activities.
The Construction of Shallow WellCollecting ideas from the community, IOM
facilitators at first did not believe it was possible
to build one shallow well to provide for the water
needs of the entire community. The normal size
of a shallow well is 80-100cm in diameter and
300-600cm in depth. The actual need was
15,000m3 of water per day, which meant they
needed to build a well 230cm in diameter with
a depth of 700cm, which was calculated as able
to supply 18,000 liters of water per day.
BPAPL conducted meetings with the community
about plans to construct such a large well.
The result of the meetings was followed up by
making a commitment that the well should be
built within 21 days and completed by community
members. Next, they would install the pipes
from well to reservoir, build a pump house and install
Pengelola Air dan Sanitasi Lingkunga (BPAL) dan mulai
memberikan kontribusi atas hadirnya sebuah sistem
penyaluran air permanen. Para warga berperan sebagai
perencana, pelaksana sekaligus pengawas atas proyek
penyaluran air ini.
Fasilitasi dilakukan IOM untuk memastikan, kepanitiaan
yang terdiri dari tujuh laki-laki dan 15 perempuan
termasuk diantaranya kader kesehatan ini mendapatkan
kemampuan yang dibutuhkan untuk mengelola sistem
penyaluran air. Anggota BPAPL dilatih dalam mengelola
pembukuan dasar dan bagaimana merawat perangkat
penjernih air.
Pencapaian BPAPL Tim IOM mengikuti sejumlah musyawarah dan
kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat, dimana BPAPL
memutuskan untuk menyediakan tenaga kerja untuk
membangun sumur dangkal yang lebar. Lebih jauh
BPAPL memimpin dan mengkoordinasikan konstruksi
termasuk sejumlah kegiatan berhubungan dengan
higienitas dan kesehatan lingkungan.
Pembangunan Sumur DangkalMengumpulkan masukan dari masyarakat, IOM
fasilitator pada awalnya tidak yakin apakah mungkin
membangun sebuah sumur dangkal guna memenuhi
kebutuhan seluruh masyarakat atas air. Ukuran normal
dari sebuah sumur dangkal adalah diameter 80-100cm
dan kedalaman 300-600cm. Kebutuhan air per hari
adalah 15.000m3 dengan demikian dibutuhkan
pembangunan sebuah sumur dengan diameter
230cm dan kedalaman 700cm yang diperhitungkan
dapat mensuplai 18.000 liter air per hari.
BPAPL melakukan serangkain pertemuan dengan
masyarakat tentang rencana-rencana untuk
membangun sebuah sumur lebar. Hasil dari serangkain
pertemuaan itu dilanjutkan dengan membuat komitmen
untuk membuat sumur tersebut dalam 21 hari dan
diselesaikan oleh anggota masyarakat. Kemudian
mereka akan memasang pipa-pipa dari sumur ke
tempat penampungan, membangun sebuah rumah
Parents started to realize how important it is to wash their hands with soap, especially for their children. /Para orang tua mulai
menyadari betapa
pentingnya mencuci
tangan mereka
dengan sabun,
khususnya untuk
anak-anak.
{ Pak Edhy Musharwan }BPAPL treasurer /
Bendahara BPAPL
27IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
the pump, plaster the floor of the well and set up a
fence.
The community of Eumpe Awee has reaped the
rewards of the well they constructed and can
even share the water for future community
building needs.
Bapak Abdul Wahab, a member of the Eumpe Awee
community, when asked about the advantages of
having a well says: “kamoe jinoe hana masalah lee
ngon ie.” (”We will no longer have any problems
getting water.”)
BPAPL informed to the community about
“rules of the game” in order to maintain the
sustainabilty of their water supply. They collect a
fee for water in the amount of Rp1,000 per cubic
meter of water they use. The money collected
is allocated mostly for the maintainance of the
pump and pipes. They have their own form to
write down their usage of water based on what they
learnt from their IOM training.
“Alhamdulillah... until now we haven’t found any
problems but still we try our best to be better,”
says BPAPL leader Pak Zaman, three months
into the community running its own water system.
Hygiene AdvisoryBPAPL Eumpe Awee actively deliver health
messages to their community. Every time they
have a chance, they will ask their neighbours to
help their community become healthy through
changing their attidudes and actions – such as
not throwing rubbish into the drainage and to
participate in gotong royong community self-
help. Hygiene promotions are also conducted
through formal activities such as hand washing
with soap demonstrations.
Perhaps the most interesting hygiene promotion
tool that BPAPL produced was a movie called
Wash Your Hands with Soap. Every local stakeholder
pompa dan memasang pompa, melapisi lantai sumur
dan memasang pagar.
Masyarakat Eumpe Awee telah menikmati hasil dari
sumur yang mereka bangun dan bahkan dapat
membagi air untuk kebutuhan bangunan-bangunan
umum dimasa depan.
Bapak Abdul Wahab, seorang anggota masyarakat
Eumpe Awee, ketika ditanya tentang keuntungan-
keuntungan dari sebuah sumur mengatakan: “kamoe
jinoe hana masalah lee ngon ie.” (“Kami tidak akan lagi
menjumpai masalah untuk mendapatkan air”)
BPAPL menjelaskan kepada masyarakat tentang “aturan
main” agar dapat menjaga kelangsungan penyaluran
air mereka. Mereka mengumpulkan iuran sebesar
Rp1.000 per kubik meter air yang mereka gunakan.
Uang yang terkumpul sebagian besar digunakan untuk
perawatan pompa dan pipa-pipa. Mereka masing-
masing mengisi formulir tentang penggunaan air
berdasarkan pelatihan yang diberikan IOM
“Alhamdulillah... hingga kini kami belum menjumpai
masalah apapun namun tentunya kami masih berusaha
melakukan yang terbaik,” ujar ketua BPAPL Pak Zaman,
masyarakat telah menjalankan sistem penyaluran air
ini selama tiga bulan.
Pesan-pesan KesehatanBPAPL Eumpe Awee secara aktif menyampaikan pesan-
pesan kesehatan ke anggota masyarakatnya. Disetiap
kesempatan, mereka akan meminta tetangga masing-
masing untuk membantu menjadikan lingkungan
mereka menjadi sehat melalui perubahan perilaku dan
tindakan, seperti tidak membuang sampah ke saluran
drainase dan berpartisipasi dalam gotong royong.
Promosi-promosi kesehatan pun dilakukan melalui
sejumlah kegiatan resmi seperti demonstrasi mencuci
tangan dengan sabun.
Boleh jadi, sarana promosi kesehatan yang palin menarik
yang dihasilkan BPAPL adlah sebuah film berjudul
“Cucilah Tanganmu dengan Sabun”. Semua pihak yang
28IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Water and SanitationAccess to a clean water supply is one of the
key factors in promoting durable solutions for
people displaced by the tsunami in Aceh. IOM is
currently working with 14,240 such people living
in IOM-constructed houses throughout the
province.
With a community-based approach, IOM works
with households to form Village Water and
Sanitation Committees (VWSC) to maintain water
and sanitation systems.
The VWSC will not only maintain these systems
after the project ends, but will host a variety
Air dan SanitasiAkses atas tersedianya air bersih merupakan salah satu
kunci utama dalam mengembangkan pemecahan jangka
panjang bagi pengungsi korban tsunami di Aceh. IOM
bekerja sama dengan 14.240 korban selamat tsunami
yang tinggal di rumah bantuan IOM diseluruh Aceh.
Dengan pendekatan berbasis masyarakat, IOM bekerja
sama dengan para keluarga membentuk Komite Penairan
dan Sanitasi Desa atau Village Water and Sanitation
Commitee (VWSC) guna memelihara sistem pengairan
dan sanitasi.
VWSC dibentuk tidak sekedar untuk memelihara sistem
pengairan dan sanitasi setelah proyek ini berakhir, namun
We had a talk before with the Indonesia Cooperative Boards for Aceh about the plan and we got a green light to develop it into a cooperative. /Sebelumnya kami
telah berbicara
dengan Badan
Koperasi Indonesia
untuk Aceh tentang
rencana ini dan
kami mendapat
lampu hijau untuk
menjadikannya
sebagai sebuah
koperasi.
{ Edhy Musharwan }BPAPL treasurer /
Bendahara BPAPL
participated - the community, the health cadre and
the local health clinic.
“Parents started to realize how important it is to
wash their hands with soap, especially for
their children,” says BPAPL treasurer Pak Edhy
Musharwan, who worked as the film’s cameraman
and director.
BPAPL and Future PlansThe community realized how important it was
to have an organization managing the water
supply and hope to develop the BPAPL to
become the main organization to assist the
village in other areas, not only on water
management and environmental issues.
Coordinator of Eumpe Awee housing complex
Pak Jamal says that he had discussions with BPAPL
to develop it into a cooperative. He received
positive feedback from BPAPL.
“We had a talk before with the Indonesia
Cooperative Boards for Aceh about the plan and
we got a green light to develop it into a
cooperative,” Pak Edhy says. “We plan later that one
of the functions will be to save and loan money,
with seed money coming from members’
contributions”.
berkepentingan terlibat, masyarakat, kader kesehatan
dan klinik kesehatan setempat.
”Para orang tua mulai menyadari betapa pentingnya
mencuci tangan mereka dengan sabun, khususnya
untuk anak-anak,” kata bendahara BPAPL Pak Edy
Musharwan yang berkerja sebagai juru kamera dan
sutradara film.
BPAPL dan Recana-rencana Masa Depan Masyarakat menyadari betapa pentingnya untuk memiliki
sebuah organisasi yang mengelola penyaluran air dan
berharap untuk mengembangkan BPAPL untuk menjadi
organisasi utama yang membantu desa di daerah-
daerah lain, tidak hanya tentang manajemen air dan
masalah-masalah lingkungan.
Koordinator perumahan Eumpee Awee Pak Jamal
mengatakan bahwa ia telah berdiskusi dengan BPAPL
untuk mengembangkannya menjadi sebuah koperasi. Ia
menerima umpang balik yang positif dari BPAPL
“Sebelumnya kami telah berbicara dengan Badan
Koperasi Indonesia untuk Aceh tentang rencana ini dan
kami mendapat lampu hijau untuk menjadikannya
sebagai sebuah koperasi,” ujar Pak Edhy. “Kami
berencana bahwa salah satu fungsinya adalah untuk
simpan pinjang, dengan uang modal yang berasal dari
kontribusi anggota.”
(31 October 2008)
(30 June 2008)
29IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008
Community Water and Sanitation / Air dan Sanitasi Masyarakat
14,000 Individuals benefit from their improved water supply systems. /Jumlah orang yang menerima sistem penyaluran air yang lebih baik
1,412 Septic systems constructed or improved to national environmental health standards. /Sistem septic yang telah dibangun atau diperbaiki untuk memenuhi standar kesehatan lingkungan nasional
7,000 Individuals reached with hygiene promotions towards healthier communities. /Jumlah orang yang tercakup dalam promosi higienitas menuju masyarakat yang lebih sehat
27,490 Metres of drainage under construction. /
Panjang drainase yang dalam proses pembangunan
By the Numbers / Berdasarkan Angka
community events to promote hygiene and
share skills and knowledge with the wider
community.
The project works in 83 communities in
11 districts of Aceh where IOM built houses for
people who lost their homes, people relocated
from various affected areas, and people in
pre-existing communities.
To coordinate progress over such a broad area,
IOM developed an innovative monitoring and
evaluation system for all areas of the project
– from community hygiene promotion to
increased access to water and improved sanitation.
IOM community teams surveyed participating
villages in order to create specific solutions
for water, drainage and sanitation, hygiene
promotion and training.
The results of this survey and community
mapping of over 1,000 households found that
in most areas there is already considerable
knowledge of water and sanitation issues, but
low practice rates. Project teams use the
information to develop tailored solutions for the
communities in which they work.
The project further aims to improve village
sanitation through construction of drainage
systems and improved septic systems for up to
1,413 households. These measures will help to
ensure that villages meet Indonesian national
standards and reduce potential environmental
impact.
juga mengadakan beragam kegiatan kemasyarakatan
untuk dalam menggalakan perilaku hidup bersih dan
berbagi keahlian serta pengetahuan ke khalayak luas.
Proyek ini bekerja di 83 kelompok masyarakat di
11 kabupaten di Aceh dimana IOM telah membangun
perumahan bagi mereka yang telah kehilangan tempat
tinggalnya, masyarakat yang direlokasi dari berbagai
daerah yang terkena bencana dan msayarakat yang
telah lebih dahulu tinggal.
Untuk mengkoordinasikan kemajuan program yang
cukup luas ini, IOM mengembangkan sebuah inovasi
sistem pengawasan dan evaluasi atas semua bagian dari
proyek ini mulai dari penggalakan kebersihan masyarakat
hingga peningkatan akses atas air bersih dan sanitasi.
Sejumlah tim IOM melakukan survey atas desa-desa
yang terlibat untuk mencari pemecahan khusus untuk
masalah air, drainase dan sanitasi, promosi higienitas
dan pelatihan-pelatihan.
Hasil survey dan pendataan atas 1.000 keluarga
menunjukkan tingkat pemahaman atas pentingnya
air bersih dan sanitasi tergolong tinggi dikebanyakan
masyarakat namun tingkat pelaksanaannya tergolong
rendah. Tim proyek ini menggunakan informasi
tersebut untuk mengembangkan pemecahan alternatif,
disesuaikan dengan daerah tempat mereka bekerja.
Proyek ini lebih jauh bertujuan untuk meningkatkan
sanitasi desa melalui pemembangunan dan peningkatan
sistem septik untuk 1.413
Top Related