Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal...

20
WORK-LIFE BALANCE KARINA HAKMAN

Transcript of Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal...

Page 1: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

WORK-LIFE BALANCEKARINA HAKMAN

Page 2: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

OUTLINE▪ Definition

▪ The Importance of Work Life Balance

▪ Underlying problem in balancing Work and Life

▪ What can we do

▪ Closing

2

Page 3: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

DEFINITION

Bismillah.. :) Assalamualaikum wr wb. Semuanya..

Sebelum kita membahas berbagai hal, saya ingin menyamakan persepsi kita dulu tentang makna Work-Life Balance. Semua orang bebas berpendapat tentang apa makna Work-Life Balance (WLB) bagi mereka Setiapdefinisi itu akan berpengaruh kepada apa yang akan dilakukan untuk bisa mencapai WLB versi mereka.

Dalam konteks kulwap kita kali ini, definisi yang saya akan pakai adalah;

“Work – Life Balance adalah kondisi di mana seseorang dapat secara umum dapat mencapaikebutuhannya dalam ranah pribadi dan dunia kerja”

Berikut adalah penjelasannya ya…

Page 4: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

DEFINITION CONT….Dari definisi tersebut, ada beberapa hal yang ingin saya bahas dulu;

1) Ranah pribadi itu luas :) Jadi work-life balance bukan hanya untuk para ibu dan ayah, tapi juga untukpara single atau married couple tanpa anak. Namun dalam sesi kali ini, sesuai konten dari panitia, kita akan fokus pada keluarga.

2) Saya menggunakan term “dunia kerja” karena materi ini ditujukan spesifik bagi mereka yang bekerjaformal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), tapi beberapa materimungkin bisa relavan juga bagi pelaku bisnis, pelaku seni, termasuk, para pedagang OL Shop yang sedang membangun “karir” juga di dunia karya. :)

3) Saya letakkan term “secara umum” karena pada dasarnya secara psikologis, kualitas emosi dan spiritual seseorang naik dan turun. Naik turun tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhiproduktifitas dalam berbagai hal yang kita lakukan. Sehiingga, kita memang tidak bisa berharap 24/7 seumur hidup semua akan lurus-lurus saja, namun yang terpenting adalah bagaimana kita menjagaagar semua tetap on track dan bergerak maju mencapai tujuan yang kita butuhkan.

4) Saya menggunakan term “kebutuhan” dan bukan “tanggung jawab”. Hal ini untuk meng-highlight bahwa pekerjaan apapun yang dilakukan seseorang idealnya adalah “bentuk kebutuhannya untuksesuatu”, kebutuhan bersosialisasi, beraktualisasi, berkontribusi, bahkan kebutuhan sekedar inginmenyalurkan hobby di dunia kerja. Kalaulah ada yang merasa “bekerja/berkarya tak menjadikebutuhannya”.. Hmm.. Berarti jangankan bisa Work-Life Balance, hehe… Bab meng-optimalkan“Work” nya saja berarti perlu di-treatment lagi. ☺

Jadi, yang saya address di sini adalah orang-orang yang ingin bisa optimal di dua ranah di atas, namunmasih belum menemukan celahnya. Semoga pembahasan kita kali ini bisa bermanfaat dan berkah.

4

Page 5: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

THE IMPORTANCE OF WORK-LIFE BALANCE

Secara sederhana, saya akan coba deskripsikan apa urgensi terwujudnya WLB ini dari perspektifpelaku/pekerja dan pihak manajemen/organisasi ya… :)

Page 6: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

THE IMPORTANCE OF WORK LIFE BALANCE

EMPLOYEE/WORKER

▪ Health and Well-Being

▪ Peningkatan kualitas dan produktivitas

Kedua hal di atas agaknya adalah poin-poin yang biasa dikeluhkan oleh para ayah dan ibu dan menjadi pembahasan di dunia akademisi.

Ketika banyak kebutuhan tak terpenuhi baik di ranah keluarga maupunkerja, emosi & perasaan negatif seringkali muncul dan melahirkanpenurunan produktifitas. Perasaan gagal, bersalah, sedih, bingung, intinya… “galau” hehe.. Dari emosi negative itu, secara tidak langsung berpengaruhpula pada kesehatan. Dan akhirnya bolak balik semakin salingmempengaruhi, produktifitas menurun, hari-hari di dominasi stress tanpahenti.

Nonton, makan bareng, nongkrong, bahkan tenggelam dalam dunia kerjabisa saja menghilangkan keresahan/kegalauan sejenak, namun ketika dirisedang sendiri, masalah-masalah itu akan dating lagi. Hmm… nggak mau yah gitu… :D

Maunya mah, kita bisa hidup sehat, kebutuhan diri dan keluarga terpenuhi, kebutuhan di dunia kerja pun terpenuhi, dan kita hidup happily ever after… :D

MANAGEMENT/ORGANISATION

▪ Retaining talent

▪ Increasing organization performance

Kedua hal ini yang barangkaliiiii…. Sering luput dari perhatianmanajemen/organisasi. :D

Dengan menjaga kenyamanan para pekerja, sebetulnya organisasisedang melakukan penjagaan terhadap talent-talent terbaiknya. Cobakita hitung-hitungan, ada berapa banyak ibu-ibu muda, yang prestatifbanget baik dulu di kampus maupun di tempat kerja, tapi akhirnyaresign gegara merasa kebutuhan keluarganya tak terpenuhi… hmmm…. Sounds familiar ya… :D

Berapa banyak juga, generasi milenial (kelahiran 85 – 2000), yang kerenbanget di dunia kerja, gaji gede, tapi juga yang udah kaya kelinci lompatke sana kemari pindah kerjaan gegera nggak terpenuhi kebutuhannyadi kantor yang lama atau sekedar “bosan” heuheu..

Padahal, kalaulah pihak organisasi bisa memfasilitasi, dan para talent itu happy, para talent nya juga akan lebih produktif, lebih loyal, daanorganisasinya pun performanya akan lebih bagus bukan… :)

6

Page 7: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

UNDERLYING PROBLEMS

Page 8: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

UNDERLYING PROBLEMS: WIF & FIWApa yang dimaksud dengan WIF & FIM? Di dunia akademisi, itu singkatan popular untukmenyederhanakan factor yang dianggap berkontribusi paling besar menimbulkanmasalah. WIF refers to Work Interfere with Family. Dimana kebutuhan keluarga terganggu denganatribut2 dunia kerja. Sementara FIM refers to Family Interfere with Work adalahsebaliknya, kebutuhan di dunia kerja terganggu dikarenakan atribut2 dunia keluarga. Gangguan tersebut bisa muncul dalam berbagai bentuk;1) Time Management

Salah satu penyebab yang sering dikeluhkan adalah masalah waktu. Co: jam kerja yang Panjang terkadang ditambah lembur mengganggu waktu bersama dengan pasangan & anak. Sebaliknya, pelatihan-pelatihan ke luar kota banyak yang harus dicancel dikarenakan bentork dengan jadwalliburan anak, misal; weekend.

2) UnmindfulPenyebab lain yang sering muncul adalah walaupun waktunya ada, tapiiii…. “nggak bisa focus”. Undmindful maksudnya ketika mengerjakan sesuatu, pikiran dan hati entah kemana. Lagingerjain laporan, tapi pikiran inget anak di rumah. Lagi liburan bareng keluarga, pikiran masihngejer target kerjaan, hehe… ada yang pernah merasakan?

8

Page 9: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

UNDERLYING PROBLEMS: DISCRIMINATIONMasalah lain yang berpotensi membuat WLB sulit terwujud adalah diskriminasi. :)Terutama, diskriminasi tidak langsung….

Diskriminasi bisa bermula dengan stereotype. Sederhananya, stereotype adalah asumsiyang kita berikan kepada seseorang berdasarkan atribut orang tersebut. Misal, di kalangan angkatan pekerja baru ada yang kemudian sudah menikah dan punya anakTanpa sadar, rekan-rekannya menganggap kapasitas kerjanya akan lebih rendah dari yang lain karena kesibukannya bersama anak.

Diskriminasi juga bisa berbuah menjadi exclusion. Sebagai contoh, ada rekan kerja yang sudah menjadi ayah/ibu, sehingga jrang bisa ikut makan setelah kerja atau nongkrong di weekend. Tanpa sadar ketidakhadirannya dalam pertemuan2 informal menjadi penyebab“ter-exclude-kan”nya dia dari obrolan-obrolan ringan di tempat kerja. Secara tidak sadar, rekan-rekan lain memperlakukan dia sebagai bagian luar grup / bukan bagian darimereka.Hal tersebut dangat mungkin terjadi tanpa sadar, tapii… mengganggu ya, dan bisa bikinpara ibu/ayah tersebut kurang nyaman. :) belum kalua kita ambil contoh diskriminasi yang terkait dengan jenjang karir/posisi/promosi, dsb. Hmm…

9

Page 10: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk solusi?

Untuk poin time-management, sebetulnya, kita sangat memerlukan peran manajemen/organisasi untukmemberikan kebijakan skema kerja yang fleksibel.

Di Australia, perusahaan dengan karakteristik tertentu, diwajibkan memberikan kesempatan bekerja part-time. Jam kerja yang disesuaikan dengan pergi-pulang jemput anak sekolah juga sudah banyak diterapkan.

Di New Zealand, sedang diuji coba pemberlakuan 4 hari kerja di perusahaan2 tertentu yang ternyatameningkatkan produktifitas pekerja dan mereka bisa meningkatkan hasil lebih baik disbanding ketikabekerja 5 hari sepekan.

Ada bentuk lain, seperti Working-From-Home, namun inisiatif ini pada akhirnya banyak menuai kritikkarena ketika fasilitas rumah tidak memadai, WFH initiative justru menurunkan produktifitas karenabanyak distraksi.

Poin diskriminasi juga membutuhkan dukungan dan inisiatif dari pihak organisasi. Bagaimanamenciptakan lingkungan kerja yang penuh empati namun suportif untuk mengajak orang lain menjadilebih maju terlepas atribut yang melekat pada mereka. Kebijakan-kebijakan anti-diskriminasi juga diperlukan untuk membuat sanksi bagi pelaku diskriminatif.

Naah, tapi mau sampai kapan menunggu kebijakan itu berubah. Maka porsi kita saat ini lebih kepada“Bagaimana agar bisa mengoptimalkan waktu dengan kebijakan yang sudah ada?”

10

Page 11: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

WHAT CAN WE DO

Page 12: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

1) BEING MINDFULTerlepas bagaimanapun jam kerja yang dimiliki, minimal kita harus focus menjalani setiap peranyang sedang dijalani.

▪ Sudah banyak penelitian tentang para ibu yang dihujani “guilty feeling” ketika bekerja atau para ayah yang harus lembur ketika weekend.

Guilty feeling memang tetap diperlukan. Menghilangkan guilty feeling sama sekali khawatir akanmenghilangkan fitrah ibu dan ayah kita. Tapi pembahasan tentang guilty feeling sebaiknya bukandilakukan ketika bekerja, tetapi sebelum memutuskan untuk bekerja, atau pada saat rapatkeluarga. Misal, “saya merasa bersalah harus meninggalkan anak-anak yang masih kecil di rumah, tapi dikarenakan pertimbangan a, b, dan c, bismillah saya insyaAllah akan teruskanbekerja/mengambil lembur ini”.

Sehingga ketika memang sudah di tempat kerja, berhadapan dengan pekerjaan, sudah tidak adalagi perasaan bersalah yang tinggal. Kalaupun ada, segera diingat kembali, “alasan kenapa harusbekerja”.

Sebaliknya, ketika di rumah, lepaskan, dan bebaskan urusan pekerjaan, tutup semua jalurkoordinasi/komunikasi dunia kerja dan focus kepada anak-anak.

12

Page 13: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

Nemenin anak itu menyenangkan, kalau… 1) Fokus 2) dengan kasih saying 3) ikhlas…

Jadi kalua ada yang berasa bosen nemein anak, ayo ayo… dibangkitkan lagi fitrah ke-ayahan dan ke-ibuan yang mungkin sedang tertimbun tanah-tanah rutinitas atauapapun itu… ;) ;)

Page 14: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

2) REDUCING ‘WASTE’Apa yang dimaksud dengan ‘waste’ di sini?

Segala aktivitas yang tidak berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan kita di keluarga dan dunia kerja. :)

Di dunia kerja, mungkin hal ini sulit terjadi, karena dibantu dengan suasana dan kode etikperkerjaan. Di rumah, sebaliknya, seringkali ‘waste’ ini menjadi pelampiasan berbagai Lelah setelah bekerja. Obrolan nggak penting, scrolling Instagram, window shopping, nongkrong, nonton, yang sebetulnya nggak penting-penting amat.. Bukan berarti nggak bisa kumpul bareng temen, atau jadi excluded dari dunia nyata, hehe.. Hanya saja porsi untuk keluarga harus didahulukan.

Karena ketika memutuskan menjadi orangtua, kita mau tidak mau sudah mengambil satupaket:- Hak dan kewajiban- Kesenangan dan komitmen- Pahala dan juga amanah Pendidikan

Selain itu, ketika hak keluarga tidak tertunai hanya karena urusan gadget dan nongkrong, cenderungya, hal tersebut akan semakin menambah masalah di rumah. Anak-anak semakintidak terkondisi, sulit nurut, jadi nakal, dsb. Kondisi keharmonisan pun seringkali jaditerganggu. :)

14

Page 15: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

Kalau ada yang merasa rumah tangga berasa garing, hmmm..

Hayuk coba dicek lagi faktor “mindful” dan “waste” tadi… ;) ;)

Page 16: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

3) MANAGING SPIRITUAL QUOTIONDulu, memang adalah zamannya Emostion Quotion :) kecerdasaan mengendalikan emosi, tapi sekarang semakin banyak penelitian yang menyebutkan spiritual quotion sebagaikunci, kecerdasan manajemen spiritual.

Di dunia akademisi pun, di kampus saya yang tidak mengenal agama, meningkatkanmindfulness salah satunya dengan manajemen spiritual. Setiap pekan ada pertemuanuntuk sesi sharing, mindfulness, terapi, dan sebagainya gratis. Setiap pekan. :D

Jadi, bagi yang beragama, jangan remehkan itu setiap ibadah yang kita lakukan, :) Kalausudah rajin mengerjakannya, maka yang diperlukan adalah meningkatkan kualitasnya. Kalau kualitasnya semakin baik maka kuantitasnya pun akan bertambah.

Ketika manajemen spiritulan ini bagus, maka akan lahir perasaan-perasaan positif.

16

Page 17: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

Feeling content; rasa syukur, bahagia, senang, sabar, hanyaakan muncul ketika manajemen spiritualnya bagus…

Kalau ada yang ngerasa gampang galau, cepet marah, anaknumpahin air aja langsung marah, hmmm…. :) mungkiiin… kita perlu perbaiki area ini yaaa….

Page 18: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

4) PENDIDIKAN BER-KELUARGASebanyak-banyaknya waktu membersamai anak…Sebaik-baiknya manajemen spiritual yang ada…

Kalau tidak tahu ilmunya, hmm… akan sangat mungkin tetap tidak akan optimal juga..

Udah bareng anak kok, ☺ tapi tetap aja kebutuhan anak nggak terpenuhi hehe… wakturasanya kurang, perkembangan anak tidak sesuai harapan..

Udah bareng sama pasangan kok, ☺ tapi tetap aja garing… sering-sering bareng kok makinbanyak berantem…

Waah, kalaulah demikian, barangkali memang ada penerapan yang salah…

Yang Namanya berkeluarga, kehidupan akan senantiasa berubah, dinamis, berperingkat. Tantangan dan ujian akan dating secara bertahap dengan lebel yang berbeda-beda. Kalau kitanggak meng-update ilmu, sama saja seperti kita mau naik promosi jabatan tapi nggak dikasitraining dulu :D,

Bayangkan ada orang nggak ada pengalaman kerja yang sesuai, latar belakang nggaknyambung, tanpa pelatihan, tahu-tahu.. Tadaaaa anda diangkat menjadi direktur keuangan, hehe… silahkan lanjutkan dengan khayalan masing-masing

18

Page 19: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

Dan karena pernikahan itu seumur hidup… Pendidikan anakseumur hidup… maka jangan dipikir satu kali ikut kulwap laluselesai… :D

Itulah kenapa setidaknya kita mengusahakan untuk bisamengikuti kajian/seminar tematik di atas secara berkala. Sebulan sekali misalnya, lalu ditopang dengan kajian/seminar seputar kehidupan lainnya. Bagi yang beragama, bisa denganmengkaji melalui kitab sucinya masing-masing yang seharusnya sudah merangkum berbagai kebutuhan kitadalam berkeluarga. :)

Page 20: Work-life balance - Kementerian Keuangan Republik Indonesia · formal di perusahaan dengan jadwal kerja formal (co: kerja dari pagi-sore), ... yang saya address di sini adalah orang-orang

PENUTUP

Alhamdulillah, kurang lebihdemikian materi pengantaryang bisa saya berikan.

Tentunya, masih banyak solusilain yang bisa diterapkan, namun untuk kesempatansekarang, insyaAllah sayacukupkan sampai di sini.

Untuk kurang lebihnya sayamohon maaf. Terima kasihbanyak atas kesempatansharingnya. Dengan senanghati akan menerimapertanyaan atau sharing pengalaman teman-temandalam mengeleola kehidupankerja dan keluarganya.

Karina Hakman