WKC (Warta Keluarga Chevalier) AGUSTUS 2014

48
Membangun cinta persaudaraan 50 TAHUN NOVISIAT MSC MISSIONING MSC INTO THE FUTURE BEING MSC IN OUR WORLD TODAY SPIRITUALITAS REPARASI AMETUR UBIQUE TERRARUM COR IESU SACRATISSIMUM, IN AETERNUM TO REMEMBER TO CELEBRATE TO RENEW KONFERENSI MSC ASIA, PASIFIK, AUSTRALIA 2014 DI PINELENG - MANADO APAKAH SPIRITUALITAS SILIH MASIH RELEVAN UNTUK KEHIDUPAN KITA MASA KINI? Chevalier WARTA KELUARGA TAHUN XII • NO. 6 • AGUSTUS 2014

description

Monthly publication of Chevalier Family Indonesia (MSC, FDNSC, FBHK, TMM and Lay Associates).

Transcript of WKC (Warta Keluarga Chevalier) AGUSTUS 2014

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 1

Membangun cinta persaudaraan

50 TAHUN NOVISIAT MSC

MISSIONING MSC INTO THE FUTUREBEING MSC IN OUR WORLD TODAY

SPIRITUALITAS REPARASI

AMETUR UBIQUE TERRARUM COR IESU SACRATISSIMUM, IN AETERNUM

TO REMEMBER TO CELEBRATE TO RENEW

KONFERENSI MSC ASIA, PASIFIK, AUSTRALIA 2014DI PINELENG - MANADO

APAKAH SPIRITUALITAS SILIH MASIH RELEVAN UNTUK

KEHIDUPAN KITA MASA KINI?

Chevalier

W A R T A K E L U A R G A

TAHUN XII • NO. 6 • AGUSTUS 2014

2 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

SPIRITUALITAS REPARASI MASIH RELEVANKAH?

HARI BERTABUR PERAK DAN EMAS

DAFTAR ISI

MGR. ANDREAS SOL & THE FLYING DUCTHMAN

Doa-doa silih/reparasi seakan menghilang dari kasanah doa-doa

kita. Masih relevankah spiritualitas reparasi itu di masa kini?

Bagaimana spiritualitas reparasi dapat menjadi cara hidup?

Awal Juli merupakan hari-hari bertabur perak dan emas bagi para

Suster PBHK Provinsi Indonesia. Beberapa suster merayakan pesta perak dan pesta emas membiara.

Spiritualitas yang hidup mengejawantah dalam kenyataan hidup sehari-hari. Bagaimana hal itu nyata dalam keseharian konfrater MSC tertua di Indonesia?

SPIRITUALITAS HOLISTIK

16

MENGHADIRKANHATI YANG PEDULIKita yang menghidupi spiritualitas hati, akan senantiasa ditantang untuk memberi preferensi dan prior-itas bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan hati yang peduli.

04

12

07

20

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 3

MISSIONING MSCINTOTHE FUTURE

5O TAHUN NOVISIAT MSC SANANTASELA

MELAWAN ARUS DEMI HATI KUDUS YESUS

EDITORIAL

HAL. 22

HAL. 27

HAL. 28

HAL. 44

Pesta Hati Kudus Yesus 27 Juni 2014 dirayakan sebagai puncak

50 tahun Novisiat MSC Sanantasela. Perayaan mengambil

tema: To Remember, To Celebrate and To Renew.

Berkarya di pedalaman Kaliman-tan merupakan pengalaman yang menantang. Bagaimana hal itu dihayati oleh P Stanislaus Kuway MSC?

Diterbitkan oleh: Ametur Indonesia Redaktur: Joni Astanto MSC Keuangan: Sr. M. Rosina Angwarmase PBHK Gra�s & Tata Letak : Joni Astanto MSC Team Redaksi: P. Joni Astanto MSC Sr. M. Violetha Kereh PBHK Fr. Vincensius BHK P. Patris Jeujanan MSC Sr. M. Evarina PBHK Sr. M. Fransina Ulmasembun TMM Distribusi : Keluarga Chevalier Kontributor: P. Joseph Harbelubun MSC P. Jimmy Balubun MSC P. Antonius Dedian MSC P. Lexy Sarkol MSC P. Aris Angwarmase MSC P. Gregorius Hertanto MSC Sr. M. Margaretha PBHK Sr. M. Cornelia PBHK Sr. M. Agusta PBHK Fr. Kardinus BHK Fr. Patrik BHK Sr. M. Paskalina Fun TMM Bp. Yan Pontoan Drg. Petrus Sidharta Maringka Koresponden Luar Negeri: P. Hermas Asumbi MSC (Jepang) P. Angky Welliken MSC (Ekuador) P. Adrianus Budhi MSC (US) P. Alfin Buarlele (Australia) P. Anton Kaseger (Australia) Sr. M. Valentine PBHK (Afrika) Sr. M. Virginia PBHK (Afrika) P. Timoteus Ata MSC (Philippines).

AMETUR INDONESIALantai 1 Gedung Pax, Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23 JAKARTA 10130Tlp : (021) 6326737, 63857105. Fax : (021) 6326778. Email: [email protected]; [email protected]

32

24

38

MENTAL SETINGGI SOPUTAN

PEKAN PERTUKARAN MAHASISWA

PERUTUSAN MISIONARIS CUBA

AGEN PERDAMAIAN LINTAS BATAS

4 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Kunjungan-kunjungan dari Paus Fransiskus, baik di dalam maupun di luar negara Italia, menarik untuk disimak. Dalam setiap kunjungan-nya, selain ada pertemuan formal dengan para kepala pemerintahan dan pimpinan agama-agama, se-lalu disertakan pertemuan dengan kaum yang terpinggirkan seperti para pengungsi, orang-orang ca-cat, sakit, miskin, narapidana, dsb. Perjumpaan ini bahkan menjadi preferensi, prioritas dan program utama atau titik perhatian (high-light) dalam setiap kunjungannya. Hal yang sama nampak dalam penampilan publiknya ketika beliau mengadakan audiensi umum.

Di dalam wilayah Italia Paus mengunjungi Cagliari, pada 22 September 2013, di mana ia secara khusus bertemu dengan dan menyapa para buruh/pekerja, orang-orang miskin dan narapi-dana. Di Lampedusa, pada 8 Juli 2013, ia datang untuk menjumpai para imigran dan pengungsi Afrika yang menyeberang lautan ganas dengan kapal seadanya untuk mencari suaka, dengan risiko besar dihadang kematian hanya demi mencari hidup yang lebih layak serta aman, dan tidak se-dikit yang tewas tenggelam. Bapa Suci membuang karangan bunga ke laut untuk menghormati dan mengenang para pengungsi yang mati tenggelam di perairan yang memisahkan Eropa dan Afrika. Dalam kunjungannya di Assisi,

MENGHADIRKAN HATI YANG PEDULI Realitas sekitar kita masih menunjukkan bahwa banyak orang membutuhkan sentuhan kasih dan solidaritas nyata.

pada 4 Oktober 2013, ia menemui dan menyapa orang-orang miskin, orang-orang sakit dan anak-anak cacat. Ia merayakan dan memba-suh kaki sejumlah anak remaja di penjara Casal del Marmo, Roma, pada hari Kamis Putih, 28 Maret 2013, dan sejumlah orang-orang cacat di sebuah pusat rehabilitasi di luar kota Roma pada hari Kamis Putih, 17 April 2014.

Dalam kunjungan di luar Ita-lia Paus selalu mengagendakan perjumpaan dengan kaum yang terpinggirkan. Dalam rangkaian kunjungannya untuk merayakan Hari Kaum Muda Sedunia, 22 – 29 Juli 2013, di Brasil, ia menyem-patkan diri berkunjung ke salah satu kawasan kumuh bernama Varginha, Rio de Janeiro, yang dijuluki “Jalur Gaza”, yakni suatu daerah yang kerap dilanda aksi kekerasan dan baku tembak antara

para pengedar obat bius dan polisi. Ia berkata kepada para penghuni kawasan ini: “Saya katakan: Anda tidak sendirian, gereja bersama dengan anda, Paus ada untuk anda.” Dalam kunjungannya ke Tanah Suci, pada 24-26 Mei 2014, beliau juga berkenan menjumpai para pengungsi dan orang-orang muda cacat yang terkena dampak kekerasan, konflik dan perang.

Dalam audiensi-audiensi umum, setelah memberikan wejangan dan berkat, beliau berkeliling dengan mobil kepausannya untuk menya-pa para hadirin dari dekat. Per-hatian khusus diarahkan kepada anak-anak dan orang-orang yang berkebutuhan khusus, misalnya seorang bapak yang menderita penyakit neuorofibromatosis yang merusak sekujur tubuhnya seperti nampak jelas pada wajahnya yang buruk. Ia juga mengundang se-

BUDAYA CINTAOleh: P. Johanis Mangkey MSC

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 5

Dalam setiap kunjungannya, Bapa Suci Paus Fransiskus selalu memberi kesempatan untuk

berjumpa dengan mereka yang terpinggirkan.

jumlah gelandangan untuk makan siang bersamanya di tempat kedia-mannya di Vatikan.

Dalam semuanya itu beliau in-gin menyampaikan pesan cinta dan solidaritas, sukacita dan penghara-pan di tengah penderitaan. Beliau ingin meyakinkan bahwa mereka tidak sendirian dalam menanggung derita hidup mereka. Ia ingin mem-bawa dan menghadirkan hati Tu-han yang peduli dan berbelaskasih kepada mereka. Demikian, dengan tegas beliau memberi preferensi dan prioritas bagi mereka.

Para kaum marjinal yang dikunjungi oleh Paus Fransiskus mewakili jutaan orang di pelbagai belahan dunia yang menderita akibat pelbagai situasi yang tidak menyenangkan seperti perang, konflik, kekerasan, kemiskinan, ketidakadilan, intoleransi, penin-dasan, dsb., yang menyebabkan mereka tersingkirkan dan terp-inggirkan. Mereka mewakili jutaan orang yang merindukan terciptan-ya hidup yang layak, kesetaraan,

kemerdekaan, kedamaian, kese-jahteraan dan keadilan. Mereka mewakili kaum marjinal yang membutuhkan dan merindukan cinta dan solidaritas, sukacita dan pengharapan. Mereka harus men-jalani realitas kehidupan dengan pengorbanan luar biasa besar yang kadang-kadang melampaui ba-tas-batas kemampuan manusiawi mereka.

Realitas di sekitar pelayanan kita juga menunjukkan bahwa ma-sih banyak orang yang membutuh-kan sentuhan kasih dan solidaritas yang nyata. Dalam kunjungan a- khir-akhir ini ke panti asuhan Pon-dok Damai di Pondok Gede, Bekasi, dan panti jompo Santa Anna di Teluk Gong, Jakarta, serta panti jompo Bina Bhakti di Serpong, saya berjumpa dengan anak-anak dan orang-orang lanjut usia yang me-rindukan perhatian dan solidaritas kasih. Mereka membutuhkan sa-paan yang memberi kegembiraan dan harapan. Mereka membutuh-kan orang-orang yang membawa

dan menghadirkan hati yang peduli dan menyayangi, yang jauh lebih berarti dari pemberian-pemberian materiil. Menggetarkan hati ikut merasakan kondisi hidup mereka. Tetapi membesarkan hati pula menyaksikan ada banyak orang yang punya hati yang peduli, dan di antara mereka ada orang-orang muda yang solider, berbagi kasih dan menghadirkan kegembiraan dan pengharapan kepada orang-orang yang sungguh membutuh-kannya.

Kita, yang menghidupi suatu spiritualitas hati, akan senantiasa ditantang untuk memberi pre- ferensi dan prioritas bagi sauda-ra-saudara kita yang membutuh-kan hati yang peduli, hati yang berbagi kasih, hati yang menyinar-kan kegembiraan dan pengharap- an. Tidak sedikit orang di sekitar kita yang membutuhkan kita untuk menghadirkan secara nyata hati Tuhan yang peduli dan berbelas-kasih!

6 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Warta Keluarga Chevalier (WKC) memohon maaf kepada para pembaca

atas tidak terbitnya WKC edisi Juni dan Juli 2014 dikarenakan keterbatasan tenaga untuk mengerjakannya,

sehubungan dengan tugas-tugas lain yang harus diselesaikan.

WKC membuka kesempatan untuk siapa saja, baik Imam, Biarawan, Biarawati

maupun awam angggota Keluarga Chevalier untuk berkontribusi dalam bentuk tulisan.

Tulisan dikirim ke Redaksi melalui email: [email protected] atau [email protected],

disertai dengan ilustrasi atau foto.

Tulisan yang tidak dimuat tidak dikembalikan.

Para Keluarga Besar Cheva-lier yang terkasih, Salam Damai Sejahtera mengawali jumpa kita di warta ini.

Perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini yang demikian pesatnya sehingga nyaris tidak terbendung lagi. Kehidupan ma-nusia saat inipun tidak bisa dipi-sahkan dari penggunaan teknologi. Teknologi ada di setiap sudut kehidupan dan mempermudah manusia dalam menjalani kehidup- annya. Dengan kemudahan ini, pe-san dapat dikirimkan tidak hanya dalam bentuk tulisan, namun juga gambar, suara, serta video melalui jaringan internet. Perkembangan teknologi komunikasi ini banyak menghasilkan teknologi-teknologi modern yang sangat canggih.

Kecanggihan teknologi ini memudahkan setiap pelaku ko-munikasi melakukan feedback satu sama lainnya. Tapi terkadang ada pikiran-pikiran atau gagasan-ga-gasan yang menyatakan bahwa internet dapat mendatangkan suatu dampak negatif. Pada in-ternet terdapat situs-situs por-no. Internet itu virus dan hal-hal negatif lainnya. Padahal yang paling terpenting adalah bagaima-na kita sendiri melihat hal tersebut. Bagaimana cara kita menggunakan

Semoga Hati Kudus Yesus dikasihi di mana-mana. Selama-lamanya. Amin.

sarana komunikasi ini sebagai me-dia yang bermanfaat, dan bergu- na bagi kita dan masyarakat luas. Kita, Keluarga Chevalier, harus bersyukur dengan hadirnya media komunikasi ini, sebab kita dapat melakukan berbagai macam hal yang dapat kita lakukan. Media Ko-munikasi ini telah mengubah dan menjadikan dunia kita ini bagaikan dunia tanpa batas dan dapat mem-bantu kita untuk berbagi hal-hal yang positif dan berguna.

St. Yohanes Paulus ke II mem-

perlihatkan bahwa dunia pun mengajarkan sesuatu pada Ge-reja. Perkembangan dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah sesuatu yang patut dihindari. Gereja perlu mem-buka pintu keterbukaan agar dise-garkan oleh perkembangan yang ada di dunia ini. Namun, keterbu-kaan itu tidak dilepaskan dalam kesetiaannya akan Injil dan tradisi. Di dalam semua itu tampak bahwa ada kepercayaan akan bimbingan Roh Kudus. Paus memberi kesak-sian imannya bahwa perjalanan Gereja masih terus berlanjut, karenanya Gereja perlu terus-me-nerus mempercayakan perjalanan peziarahan hidupnya ke dalam terang Roh Kudus agar senantiasa diperbarui dan memperbarui diri.

Dengan demikian, kita percaya bahwa melalui bimbingan Roh Kudus kita semua dituntun mema-suki jejaring yang semakin meluas dan berdialog dengan realitas yang semakin baru, sebagai sakramen keselamatan Allah dan perutusan-nya untuk mewujudkan Kerajaan Allah semakin sungguh dijalankan.

Sr. Margarethis Kelen TMMPemimpin Umum TMM

SAPAAN

Sr. M. Margarethis Kelen TMMPemimpin Umum

Suster Tarekat Maria Mediatrix

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 7

SPIRITUALITAS REPARASI:MASIH RELEVANKAH?Tulisan ini merupakan terjemahan bebas kreatif dari karya Pastor Alfred Bour MSC yang berjudul “Is the Spirituality of Reparation Still Relevant Today?”, dan menjadi bahan permenungan rekoleksi bulanan Komunitas Rumah Induk MSC, yang disam-paikan oleh P. John Giscard Mitakda MSC, Kamis 5 Juni 2014. P. Alfred Bour MSC telah mempelajari dan mengkaji manfaat dan peran Reparasi dalam Spiritualitas MSC selama 40 tahun terakhir. Judul “Is the Spirituality of Reparation Still Relevant Today?” adalah bagian dari tesis yang dipresentasikan di Universitas Strassburg tahun 1970.

Reparasi adalah mencintai kembali Cinta yang lebih dahulu menunjukkan cinta-Nya

kepada kita.

“Tomorrow’s devout person will either be mystic – someone who has experienced something – or else they will not be devout at all,” (orang-orang beriman masa depan akan menjadi mistik – seseorang yang telah meng- alami sesuatu – atau mereka akan menjadi tidak beriman sama sekali). Demikian kata teolog Karl Rahner. Tentu Rahner tidak bermaksud bah-wa semua orang Kristen harus men-jadi rahib, pertapa, atau menjalani hidup monastik dengan menarik diri dari keramaian duniawi dan memilih hidup kontemplatif asketik.

Teologi Rahner amat dipengaruhi oleh filsafat Martin Heidegger yang menganalisa “everydayness” secara mendalam dalam eksistensi ma-nusia. Keberadaan kita sejatinya bercorak mistik tetapi “terlempar” dalam keseharian dan untuk me- nyadari kekayaannya perlu kita gali dan sadari. Corak mistik hidup ma-nusia adalah corak primordial yang menjadikan manusia sebagai manu-sia. Mistik dalam pemikiran Rahner ditempatkan dalam pemahamannya tentang rahmat yang pertama-tama dipahami sebagai cara Allah mengko-munikasikan diri-Nya kepada manu-

SAJIAN UTAMA

Reparasi adalah mencintai kembali Cinta

8 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

sia. Rahmat adalah komunikasi Allah secara universal dengan manusia, bukan sekadar potongan-potong- an pemberian yang diberikan Allah kepada manusia. Dalam pandangan ini, semua manusia adalah tujuan utama dari komunikasi diri Allah. Oleh karenanya, semua tindakan manusia adalah tindakan yang be-bas dan entah positif atau negatif adalah tanggapan terhadap pem-berian diri Allah itu. Rahmat terletak pada pusat eksistensi manusia. Tidak ada pemberian lain kepada manu-sia selain diri Allah sendiri. Menurut Rahner, manusia adalah “homo mys-ticus” – makhluk mistik. Oleh kare-na itu dalam diri manusia tertanam secara asali suatu kesadaran akan kehadiran Allah dan pengalaman akan kehadiran Allah dalam keseha- rian hidupnya. Untuk menjelaskan pengalaman eksistensial primordial ini, Rahner meminjam istilah Martin Heidegger “pre-apprehension”; suatu bentuk pengalaman langsung (tan-pa perantara), pengalaman yang be-lum terumuskan perihal pengalam- an akan Allah. Inilah unsur mistik

dalam kekristenan. Rahner menulis: “dalam setiap pribadi manusia.... ada sesuatu seperti suatu pengalaman mendasar yang berorientasi kepada Allah yang anonim, tak bertema, dan mungkin ditekan, yang dapat ditekan tetapi tidak hancur, yang mistis atau (jika Anda lebih memilih terminologi secara lebih hati-hati) memiliki pun-caknya dalam apa yang disebut oleh para guru klasik sebagai kontemplasi yang tertanam.” [Karl Rahner, Theresa Avila: Doctor of the Church, in The Great Church Year, ed. Albert Raffelt and D. Egan, New York: Crossroad, 1993. P. 362 – 363.]

Corak mistik ini patut dikede-pankan karena menurut P Alfred Bour, dalam spiritualitas reparasi, aspek mistik dan aksi dipadukan se-cara amat harmonis. Mistik senan- tiasa menyentuh apa yang paling da-lam pada diri kita. Mistik adalah apa yang membuat kita hidup dan men-gapa serta untuk siapa kita hidup. Mistik adalah kerinduan kita untuk bersatu dalam seluruh keberadaan kita dalam misteri cinta Tritunggal yang merupakan asal dan tujuan

hidup mistik kita. Rahner memakai istilah “the mysticism of daily life”, “the mysticism of the masses” dan “the mysticism of the classical masters”. Yang mengagumkan adalah bahwa Rahner mengedepankan aspek mis-tik dengan menggali dimensi spiritual kita dari aktivitas harian kita seperti berjalan, duduk, melihat, tertawa, makan, tidur, dan sebagainya.

Apa itu Spiritualitas?

Spiritualitas menurut E.J. Cuskelly adalah “jumlah dari sikap dan tinda-kan-tindakan seseorang yang per-caya kepada Tritunggal sebagai sum-ber cinta dari keberadaan kita, yang menciptakan kita untuk kebahagiaan kekal dan yang memanggil kita, da-lam hidup ini, agar percaya kepada Yesus Kristus, untuk mengikuti ajar- an-ajarannya, untuk menghargai karunia-karunia, untuk mengasihi Tuhan Allah kita dan sesama seperti kita mengasihi diri sendiri, dan un-tuk berkarya bagi Kerajaan-Nya.” [EJ. Cuskelly, Walking the Way of Jesus, An Essay on Christian Spirituality. P. 11].

Dengan kata lain Spiritualitas adalah suatu cara seorang berdiri di hadapan Allah dengan corak khas dan bakat-bakat atau anugerah khu-sus. Cuskelly mengurai 6 unsur dari spiritualitas Kristiani:1. Kita harus menyadari bahwa Al-

lah ada bersama kita dalam se-gala sesuatu yang kita lakukan – di dalam keluarga, tempat kita bekerja, dan di mana saja.

2. Kita butuh kesadaran yang kuat akan kehadiran Allah – dalam diri manusia maupun dalam alam ciptaan.

3. Kita diutus untuk mempromosi- kan kerajaan Allah di dunia ini.

4. Kita menghidupi spiritualitas hi-dup kita sebagai murid-murid Ye-sus – dalam komunitas Gereja.

5. Doa pribadi adalah unsur yang sangat mendasar dalam hidup spiritual.

6. Di bawah dan di dalam semua hal yang lain: (a) kita tahu bahwa Al-lah mencintai kita, dan (b) kita ha-rus berjuang untuk memancarkan cinta itu kepada orang lain.

Spiritualitas reparasi atau silih adalah hasil dari permintaan khusus Yesus pada Santa Margaretha Maria

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 9

Alacoque. Spiritualitas itu diteguhkan dan diangkat ke ranah tertinggi Ge-reja lewat Ensiklik Misserentissimus Redemptor oleh Paus Pius XI. Kare-na itu spiritualitas silih cocok untuk dimasukkan ke dalam Spiritualitas Hati. Dari segi arti kata, “reparasi” berarti memperbaiki yang rusak. Se-cara rohani reparasi berarti mencin-tai atas cara tertentu sebagai jalan untuk memberikan tambahan cinta agar membereskan cinta yang ma-sih kurang dari mereka yang tidak mencintai.

Ada nama lain dari konsep repa- rasi atau silih ini, yakni “redamatio” (latin), dari kata “red-amare” yang berarti “mencintai kembali”. Inilah arti asali reparasi dalam mistik Kristen. Itu berarti suatu cinta yang mencintai kembali seorang yang pertama-tama telah menunjukkan cintanya kepa-da kita. Menurut Alfred Bour, spirit- ualitas MSC akan dimiskinkan bila kehilangan makna mendalam dari “Reparasi – Redamasi” ini.

Apa kata ajaran resmi Gereja ten-tang reparasi? Apa yang diungkap-kan dalam ensiklik Miserentissimus Redemptor (1928) oleh Paus Pius XI

dapat menjadi patokan. Paus Pius XI menempatkan reparasi dalam kon-teks Devosi kepada Hati Kudus Yesus sebagaimana dikembangkan oleh Margaretha Maria Alacoque, sebagai berikut:

(1) Kata “cinta” muncul banyak kali. Paus melihat “konsekrasi” dan “reparasi” sebagai dua aspek devosi yang amat dasariah dan tak terpi-sahkan. Paus menulis: “Sebab jika hal pertama dan terpenting dalam konsekrasi adalah ini, bahwa cinta para makhluk ciptaan harus diber-ikan sebagai balasan untuk cinta Sang Pencipta, hal lain mengikuti hal ini sekaligus, yaitu bahwa Cin-ta yang sama dan tak tercipta, jika telah diabaikan oleh kelupaan atau dihina oleh pelanggaran, semacam kompensasi harus diberikan untuk luka, dan hutang itu biasa disebut dengan nama reparasi.” [No. 6]

(2) Paus menggunakan ungkapan “honorable satisfaction” yakni padan- an dari kata reparasi [No. 6].

(3) Paus menempatkan repara-si dalam konteks Ekaristi dan me-mandang tindakan reparasi kita se-bagai suatu persembahan bersama

persembahan Kristus: Oleh karena itu dengan Korban Ekaristi yang pa- ling mulia ini, harus ada persembah- an baik dari para pelayan maupun dari umat beriman, agar supaya me- reka juga dapat mempersembahkan diri mereka sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan ke-pada Allah (Roma 12: 1). [No. 9].

(4) Paus memandang reparasi se-bagai tindakan “menghibur” Yesus, tetapi kini dalam konteks misteri. “Dan kini, dengan cara yang me- ngagumkan namun sungguh-sung-guh, kita dapat dan harus menghibur Hati Yang Mahakudus yang terus- menerus dilukai oleh dosa-dosa orang-orang yang tak tahu berterima kasih itu… “ [No. 13].

(5) Paus secara jelas menying-gung suatu derita yang terus dia- lami oleh saudara dan saudari kita. “... penderitaan Kristus sebagai silih diperbaharui dan atas salah satu cara dilanjutkan serta dipenuhi dalam tu-buh-mistik-Nya, yakni Gereja.” [No. 14].

(6) Paus Pius XI menjelaskan bah-wa sasaran utama dan pertama dari silih itu adalah dosa-dosa dan keku-rangan-kekurangan kita. “Sekarang, siapa saja dari umat yang telah de- ngan saleh merenungkan hal-hal ini harus dinyalakan dengan amalkasih Kristus dalam sakrat maut-Nya dan membuat suatu usaha yang lebih keras untuk memperbaiki kesala-han-kesalahan mereka dan orang-orang lain…” [No. 18].

Berdasarkan tinjauan ringkas atas ensiklik tersebut kita dapat mene-mukan banyak unsur yang bisa kita temukan dalam pemahaman baru atas “reparasi”: mengutamakan cin-ta dan membalas cinta karena cinta; melihat diri kita pertama-tama se-bagai pendosa; relasi dengan derita dan kekerasan dalam dunia ini; kait- an erat dengan Ekaristi dan lewat misteri dengan derita serta wafat Kristus.

Reparasi mengajak kita untuk “berjaga bersama Yesus satu jam saja” (Mat 26: 40) dalam konteks Getsemani dan Golgota. Rahner menulis: “Reparasi berarti menang-gung situasi tanpa allah bersama dan dalam Putera, di Getsemani dan Golgota, dan turut serta dalam cinta Kristus bagi dunia yang penuh dosa,

Reparasi adalah mengutamakan cinta, mem-balas cinta dengan cinta dan karena cinta.

10 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

yang nampaknya tak berbuah.” Dan “dalam kebaktian kepada Hati Ku-dus Yesus kita menyembah Tuhan kita dalam cinta yang menebus da-lam Sabda yang menjadi manusia. Konsekuensinya, devosi kepada Hati Kudus Yesus haruslah menyertakan Reparasi yang merupakan suatu bentuk partisipasi dalam cinta yang menebus ini dan sekaligus meng- ambil bagian dalam nasibnya.” [Karl Rahner, “Some theses on theology of the devotion”, dalam Joseph Stierli ed., Heart of the Savior: A symposium on Devotion to the Sacred Heart. New York: Herder and Herder, 1957. P. 142.]

Reparasi Menurut Jules Cheva-lier

Saya ingin memberikan gamba-ran panoramik ringkas tentang re- parasi dalam sejarah Tarekat MSC. Tarekat kita didirikan oleh seo-rang pastor paroki. Layakny banyak tarekat yang telah didirikan pada masa itu, MSC tumbuh dari pohon spiritualitas Mazhab Perancis. Jules Chevalier bertumbuh dalam paroki yang dikembangkan oleh St. Vincent de Paul dan sangat dipengaruhi oleh Spiritualitas Sulpicians semenjak di seminari dan menemukan Devosi kepada Hati Kudus Yesus pada masa studinya. Terpesona dengan isi kuli-ah-kuliah tentang inkarnasi sabda Allah dan hati sebagai sabda yang menjelma itu Chevalier menulis: “This doctrine went straight to my heart, and the more I went into it, the more I rel-ished it, seeing afresh its attractiveness,” (Jules Chevalier, Personal Notes).

Devosi kepada Hati Kudus Yesus haruslah memberi jalan yang mam-pu memadukan mistisisme, human-isme dan Gereja bersamaan dengan kerasulan dan karya-karya sosial. Chevalier tidak pernah melucuti pe-mahaman akan hati Allah dan Sabda yang menjelma ke dalam ranah pe-mahaman manusiawi belaka. Bagi- nya, pemahaman akan Hati Yesus sebagai Sabda yang menjelma ada-lah suatu anugerah roh Kudus. Che-valier menulis: “Kita telah dihantar untuk mengetahui misteri iman kita, tetapi bila roh Kudus tidak membantu kita, kita tidak sanggup menangkap harmoni dari misteri ini. Sama hal- nya kita tidak mampu mengkontem-

plasikan atau mengagumi keindahan suatu karya besar di dalam suatu ru-angan bila tidak ada cahaya yang me-neranginya. Dari sudut pandang ilahi, buku kebenaran iman kita dan buku alam pun akan tetap tertutup bagi mata kita tanpa Roh Kudus.” (Dennis Murphy, The Heart of the Word Incar-nate, hal. 56-57).

Jules Chevalier memadukan De-vosi kepada Hati Kudus dengan memperkenalkan praktek “perpetual worship” (kebaktian abadi). Kebaktian ini terdiri dari doa-doa harian yang terpusatkan pada satu atau bebera- pa “cita-rasa Hati Kristus”. Spiritual-itas di balik praktek ini adalah agar kita memiliki dalam diri kita, dalam hati kita “cita-rasa/sentiment” yang kita temukan juga dalam Hati Yesus.

Pantas dicatat bahwa gagasan Pater Chevalier tentang “menyerupai hati Kristus” telah mencakup pema-hamannya tentang reparasi/silih. Perpetual worship itu disebut “culte perpetual d’honnoeur et de raparation envers le Sacre-Coeur de Jesu”. [Mark McDonald MSC, “A new reparation: Our Vision of the Sacred Heart put into Practice.”] Berbagai keutamaan Hati yesus yang harus kita miliki termasuk adorasi, cinta, doa, ucapan syukur, permohonan, dan kepuasan hati; semuanya itu dipandang sebagai tindakan-tindakan lain dari reparasi. Jelaslah bahwa Pater Pendiri me-mandang Reparasi sebagai suatu sikap dan tindakan Kristus yang ingin kita tiru.

Pater Jan Bovenmars MSC da-lam koleksi karya-karya tulisan Pater Chevalier menterjemahkan ungkap- an Pater Chevalier tentang reparasi. Tulisnya, “Putra Allah menghendaki semua orang ditebus untuk meng- ambil bagian dalam karya repara-si-Nya sehingga terciptalah kese-larasan antara hati-Nya dan hati kita. Apakah karya reparasi itu berhenti di Kalvari? Tidak! Karya itu berlanjut di atas altar kita, karena aliran keti-dakadilan tak pernah berhenti un-tuk menggulungkan air kesedihan di tengah-tengah generasi manusia. Secara terus-menerus dalam kondisi sebagai seorang korban, Yesus mem-persembahkan kepada Bapa-Nya penebusan atas dosa-dosa dunia, persembahan-Nya di salib. Hati-Nya yang menawan dalam pengorbanan

mistik-Nya, secara berkesinambung- an memperbaiki (repair) pelanggar- an yang telah dilakukan manusia; persembahan diri-Nya yang aba-di dan mutlak bagaikan suatu lagu pujian yang menyelubungi suara gaduh para penghujat dan pezalim. Di sanalah, pada altar persembahan atau dalam tabernakel, Yesus berse-ru bukan untuk balas dendam dan menuntut keadilan, melainkan untuk belas kasih dan damai,” (Florilege Che-valier, dikumpulkan oleh Jan Boven-mars msc, 1992, hal. 217).

Jelaslah dari kutipan Pater Boven-mars tersebut Pater Chevalier tidak pernah mengarahkan Spiritualitas Hati Kudus kepada penderitaan dan penebusan pribadi, tetapi menu-ju cinta Yesus Kristus yang berbe-las kasih. Di atas segala-galanya, bagi Pater Chevalier, reparasi adalah suatu pemahaman yang mendalam akan Kristus, akan hati-Nya, akan perasaan-perasaan-Nya, karena un- tuk mencintai seseorang, perlulah kita mengenalnya terlebih dahulu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pe-mahaman Pater Chevalier tentang reparasi berkaitan dengan gambaran baru tentang Allah. Saat dilaksanakan kapitel khusus tahun 1890, Cheva-lier mencoba menerangkan gagasan tentang reparasi yang sejalan dengan gambaran Allah yang baru. Ia berbica- ra tentang Allah yang mencintai dan cinta-Nya ditolak. Chevalier berbica- ra tentang “unloved love.” Karena itu reparasi harus diberikan kembali ke-pada Allah yang dikecewakan oleh kurangnya rasa terima kasih dalam diri manusia. Namun tidak berar-ti Allah marah dan kemarahan-Nya harus diredakan. Reparasi bukanlah suatu tindakan meredakan kema-rahan Allah. Chevalier terus bergu-mul untuk memadukan di satu pihak tuntutan Allah akan keadilan dan cinta-Nya yang tak bersyara di lain pihak. Chevalier mungkin akan mera-sa lega bila mendengar kata-kata Santo Yohanes Paulus II dalam au-diensi Rabu 28 Juli 1999, yang me- ngatakan bahwa kutukan abadi tidak bisa dikenakan pada inisiatif Allah. Paus memberi alasan, “because in his merciful love he can only desire the sal-vation of the beings he created. In real-ity, it is the creature that closes himself to his love.” [dikutip dari Hans Kwak-

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 11

Return love for love.

Mereparasi cinta berarti

memusatkan kita untuk

senantiasa terarah pada

Allah dan manusia secara

tak terpisahkan.

man, Jules Chevalier’s charism and the identity of the Chevalier Family, 2011. Hal. 41).

Reparasi adalah Suatu Cara Hidup

Sabda yang menjelma mengam-bil bagian dalam kematian kita. Bila tidak, maka Sabda sungguh-sung-guh tak berinkarnasi. Kita perlu me- rangkul semua kondisi kemanusiaan kita. Bila kita memandang Yesus maka kita memandang dia yang me-ngungkapkan cinta Allah. Bila tinda-kan cinta Allah adalah suatu tindakan kasih dari Sabda yang menjadi ma-nusia, peran kita dalam hal ini per-tama-tama adalah cinta. Return love for love. Reparasi adalah suatu cara hidup yang diubah oleh kasih, suatu hidup yang mengambil bagian dalam cinta penebusan Yesus, suatu hidup pelayanan ketimbang cinta diri.

Reparasi bukanlah semata-mata suatu bentuk doa. Kita harus men-jadi dan menghidupi reparasi. Paulus menjelaskan dengan indah kepada umat di Roma, “Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus,” (Roma 6: 10-11). Di dalam Kristus, relasi kita dengan Allah dibereskan dan disempurnakan. Oleh karena itu, reparasi adalah relasi antara manu-sia dan Hati Kudus Yesus. Reparasi pertama-tama dan terutama adalah tindakan kasih Yesus di mana kita ingin untuk menuruti dia dalam tin-dakan kita. Bersama Yesus kita ingin mencintai dan berhasrat memba- ngun suatu budaya cinta. Reparasi ti-dak dapat diasingkan dari Hati Kudus Yesus (Jules Chevalier, Surat Edaran 1888).

Yohanes Paulus II menyampaikan makna reparasi sebagai suatu cara hidup. Ia menulis: “Dekat dengan Hati Yesus, hati manusia belajar un-tuk mengenal makna sebenarnya dan satu-satunya dari hidup dan nasib kita, untuk memahami nilai hi- dup Kristen yang sebenarnya, untuk menghindari ketidakwajaran tertentu dari hati manusia, untuk menya- tukan cinta Allah dengan cinta pada

sesama. Demikian, peradaban cinta, Kerajaan Hati Kristus bisa dibangun di atas reruntuhan yang diakibatkan oleh kebencian dan kekerasan. Hal ini sebenarnya adalah reparasi yang diharapkan oleh Hati Penyelamat,” (Surat JP II kepada Hans Kolvenbach, Superior General Serikat Yesus da-lam “Prayer and Service”, vol 1. 1987, hal. 3. Dikutip oleh Dennis Murphy, The Heart of the Word Incarnate, 2002, hal. 127).

Dalam Devosi Kepada Hati Kudus Yesus, relasi pribadi dengan Kristus hadir dalam Ekaristi yang menja-di pusatnya. Dalam Ekaristi, Kristus yang mencitai kita, juga memberikan diri-Nya untuk kita (Gal 2: 20; Fil 3: 7 – 11). Pater Chevalier memandang Yesus sebagai Ekaristi seluruh tata ciptaan. “Jesus is the supreme and in-finite glory of God, the revelation par excellence of this infinite goodness, the Eucharist of the universe and the per-manent ecstasy of creation in God…” (Le Sacre Coeur de Jesus, hal. 23).

Return love for love. Demikian P Alfred Bour mendefinisikan reparasi. Mereparasi cinta berarti memusat-kan kita untuk senantiasa terarah pada Allah dan manusia secara tak terpisahkan:

Pendewaan hal-hal badani (sen-sualitas) diperbaiki lewat askese.Penghujatan diubah dengan pu-jian.Rasa tak tahu terima kasih diper-baiki oleh ucapan terima kasih.Sikap tak senonoh dengan peng-hormatan.Ateisme dengan pengakuan iman.Kekerasan dengan jalan damai.Ketidakadilan dengan komitmen pada keadilan.Penghinaan atas hak-hak asasi manusia dengan pembelaan hak-hak asasi manusia.Kebencian dengan kasih.Kepentingan diri sendiri dengan penyerahan diri.

12 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Di tengah hiruk pikuk Piala Dun-ia 2014 di Brasil yang bagi seba-gian orang menegakkan kepala se-dangkan bagi fans yang team-nya kalah harus menundukkan kepala, saya ingin membagi pengalaman dan pengamatan atas keseharian konfrater MSC tertua di Indonesia, Mgr. Andreas Sol dan Suster Anna Maria Sarisway TMM, penjaga dan perawat setianya.

Perjalanan saya dari Ambon ke Namlea, Pulau Buru, tertunda paling kurang 2 hari menunggu lautan Maluku dan Tanjung Alang yang garang reda agar tenang dan aman dilayari oleh kapal-kapal menuju Namlea. Selama hari-hari itu saya mengamati keseharian hidup dan aktivitas Mgr. Andreas Sol dan Suster Anna yang merawat beliau. Keseharian hidup Mgr Sol

menjelaskan kian tajam dan kon- krit apa yang dikatakan oleh Teolog Karl Rahner soal "mistik dalam keseharian." Kita tentunya ingat ungkapan terkenal Rahner tentang pentingnya menyadari dan men-dalami mistik harian kekristenan kita. Bila hilang sentuhan mistik itu maka revelansi kekristenan di dunia mondern pun akan sirna.

Sudah memasuki tahun ketiga Suster Anna menemani dan mera- wat Mgr. Sol. Suster Anna berasal dari Pulau Letty di wilayah Maluku Tenggara Barat Daya, atau dulu masih dikenal dengan nama Teng-gara Jauh. Pada tahun 1988 ketika seorang dokter Inpres meninggal di sana, dicatat bahwa nama Letty tidak termasuk dalam nama gugu-san pulau di Indonesia tetapi justru masih dicatatat dalam indeks na-

ma-nama Pulau di Maluku terbitan Pemerintah Belanda. Kini Pulau Letty telah menjadi bagian dari kabupaten baru, Maluku Tenggara Barat Daya yang salah satu pulau terjauhnya hanya berjarak 1 km jauhnya dari semenanjung Timor Leste.

Suster Anna adalah lulusan Akademi Fisioterapi Tomohon, Sulawesi Utara, tahun 2010. Usai menggenggam Diploma Fisiotera-pi, ia ditugaskan untuk mengurus para suster lansia TMM di Mangga Dua, Langgur, Maluku Tenggara.

Sejak tahun 2012, Tarekat TMM menugaskan Suster Anna dengan SK khusus untuk merawat dan menemani Mgr Andreas Sol khu-susnya usai beliau dirawat selama sebulan di RSUD Ambon.

Kalau mencari contoh sikap dan

MGR ANDREAS SOLTHE FLYING DUTCHMAN&

P. JOHN GISCARD MITAKDA MSC

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 13

semangat melayani dengan suka- cita, Suster Anna adalah contoh hidup konkrit. Dengan motto, "Se-belum berangkat, tersenyum biar cuma sekali," Suster Anna men-dampingi, merawat dan melayani Mgr. Sol dengan hati, peduli dan sukacita. Pada mulanya ia takut, segan dan merasa tak mampu melayani Bapa Uskup karena per-bedaan usia, jenis kelamin, nasion-alitas dan disiplin, namun karena cinta dan kerendahan hatinya, semua kesulitan itu dialami dengan rasa hormat dan peduli. Tak sadar Sr. Anna menghidupi kata-kata Ibu Teresa dari Calcutta yang mengatakan, "Let us always meet each other with smile, for the smile is the beginning of love. Peace begin with a smile."

Ketika ditanya aktivitas harian Mgr. Sol, suster Anna memberikan detailnya.

Mgr. Sol umumnya bangun pagi pada jam 05.00 atau bahkan sebelumnya. Usai urusan toilet, Mgr. Sol akan disajikan makan pagi. Menu kegemarannya ada-lah roti yang diolesi madu, tentu berdasarkan rekomendasi dokter. Suster masih membantu mengo-lesi madu pada potongan roti dan membiarkan Mgr. Sol melayani dirinya sendiri. Buah dan juice buah selalu disiapkan untuk melengkapi makan paginya. Semua juice buah diteguk oleh Mgr. Sol kecuali juice

nanas yang menurut dokter terlalu tinggi kandungan asamnya. 10 menit dipakai Mgr. Sol untuk duduk membiarkan makanan yang diasup itu dicerna lalu beliau tidur lagi.

Sekitar jam 07.30 Mgr. Sol ba- ngun pagi untuk kedua kalinya lalu mandi air hangat. Dengan kondisi tubuh yang hangat Mgr. Sol menghabiskan waktu sekitar 30 menit untuk berolahraga. Ditemani Suster Anna ia berjalan menyusuri koridor dan bagian balkon lantai dua Biara MSC Emaus, Batu Gan-tung. Gerak badan yang "lumayan" ini membantu beliau untuk duduk merayakan misa bersama suster di pagi hari. Suster Anna amat bahagia menceriterakan bagaima-na selama 5 hari berturut-turut Mgr. Sol merayakan misa dengan menyanyikan banyak bagian dari liturgi misa. Mulai dari pembukaan bahkan berkat penutup dan peng-utusan pun dinyanyikan dengan nada suara yang tinggi, keras dan masih tetap berwibawa. Terka- dang karena "faktor usia", terjadi lompatan-lompatan kecil dalam mengikuti Tata Perayaan Ekaristi. Pada bagian itu Suster selalu sigap untuk mengingatkan Mgr. Sol akan tata perayaan yang benar. Seti-ap hari Mgr. Sol dan Suster Anna menghabiskan beberapa menit un-tuk latihan menyanyi dalam misa dan mempersiapkan Tata Perayaan Ekaristi. Mgr. Sol melakukannya

dengan penuh sukacita dan Suster Anna pun menemaninya tanpa be-ban. Selama misa, Mgr. Sol jarang memakai kaca mata dan bila ada kutipan-kutipan tertentu yang sulit dibaca, beliau akan menggunakan magnifying glass yang terletak di atas meja kamarnya.

Mgr. Sol masih menghabiskan sekitar 1 jam untuk mendaraskan mazmur dari brevir-nya. Usai doa Brevir Mgr. Sol akan kembali tidur. Untuk hal tidur dan bangun ini Suster Anna selalu akan memban-tu karena mengingat rentannya kondisi tubuh Mgr. Sol dari gera-kan-gerakan yang bisa membaha-yakan fisiknya. Karena itu Suster-lah yang mengatur posisi tidurnya dan bila membangunkannya maka Suster pun yang akan membantu hingga Mgr. Sol mendapat posisi yang "aman." Sekitar jam 11.00 -12.30 Mgr. Sol beristirahat lagi hingga dibangunkan untuk makan siang pada jam 12.30. Asupan utama protein adalah ikan yang hanya dikukus atau direbus serta ditaburi bumbu-bumbu yang tak pedas. Sebagai Uskup yang amat mencintai Maluku dan isinya, be-liau amat gemar makan ikan yang menurutnya resep untuk menjaga kebugaran dan keawetan fisik. Menu makanan Mgr. Sol dire-komendasikan oleh Dr. Krisna yang senantiasa siap mendampingi dan mengetahui "health track record"

Mgr. Andreas Sol dan Suster Anna

Maria Sarisway TMM, penjaga

dan perawat setianya.

14 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

dari Mgr. Sol. Suster Annapun tidak akan gegabah memberikan makanan kepada Mgr. Sol tanpa berkonsultasi dengan Dr. Krisna. Dokterpun akan datang mengun-jungi Mgr. Sol bila diminta Suster Anna atas persetujuan Mgr. Sol sendiri.

Sesudah makan siang, Mgr. Sol akan kembali siesta sampai sebe-lum jam 4 sore. Beliau tidak pernah bangun sesudah jam 4 sore, de-mikian Suster Anna mengamati- nya. Minum teh sore dilakukan usai bangun tidur dan ditemani Suster Anna, Mgr. Sol akan berjalan-jalan menyusuri koridor Biara MSC dan terkadang berhenti di depan TV untuk menonton dan mendengar berita. Selama pagelaran Piala Dunia di Brasil beliau selalu me-nonton siaran ulangan bahkan nyaris menonton seluruh pertan- dingan Belanda melawan Spanyol. Dengan berpakaian piyama-nya, Mgr. Sol bahkan bisa mengikuti gaya "the flying Dutchman" Robin van Persie ketika merobek gawang Casillas. Nama Roben dan bebera- pa pemain Belanda amat dikua-sainya. Beliau berbicara dengan penuh keyakinan akan bagusnya permainan anak-anak asuhan Louis Van Gaal. Selain jalan-jalan dan nonton di ruang rekreasi Biara MSC Emaus, Mgr. Sol selalu berdoa

Rosario. Beliau tak pernah meng- habiskan waktu sore seharipun tanpa mendoakan doa rosario entah sendirian atau bersama Sr. Anna. Suster merasa terkadang bila dia tidak berada di kamar bersama Mgr. Sol, ada "suara panggilan dari Bunda Maria" untuk datang melihat dan mendampingi Mgr. Sol. Dan Mgr. Sol pun meng- akui bila amat membutuhkan ke-hadiran Suster Anna, beliau hanya minta pada Bunda Maria. Mgr. Sol amat mencintai dan dicintai Bunda Maria. Oleh karena itu ketika ber-tugas aktif sebagai uskup Am-boina, banyak Gereja di seantero provinsi 1.000 pulau ini dibaktikan kepada Maria Stella Maris.

Pada jam 18.30 beliau disa-jikan makan malam. Usai makan malam Mgr. Sol akan beristirahat lagi sampai sekitar jam 9 malam. Entah bangun sendiri atau dibantu dibangunkan oleh Sr. Anna, Mgr. Sol akan menghabiskan sekitar 1 jam setiap malam untuk membaca entah membaca koran Belanda, Koran Indonesia atau buku-buku lainnya. Pastor Bohm yang me- ngunjunginya setiap 2 hari seka-li selalu membawa koran atau majalah pada Mgr. Sol. Beliau amat menikmati dan dikuatkan oleh kunjungan konfraternya. Menurut Suster Anna, pada jam 22.00 Mgr.

Sol akan kembali tidur. Sering kali bila bacaannya menarik, Mgr. Sol baru akan tidur sekitar jam 23.00.

Mengenai tamu-tamu yang se- ring mengunjungi Mgr. Sol. Suster Anna agak ketat mengontrol dan menyeleksi penerimaan tamu. Hal ini berhubungan dengan upaya menjaga emosi dan ketahanan mental Mgr. Sol. Banyak tamu yang non-religious kini dibatasi karena menurut Sr. Anna seba-gian besar datang untuk meminta bantuan finansial dari Mgr. Sol. Bahkan ada yang pernah terkesan "memaksakan" kehendaknya pada Mgr. Sol untuk membantunya. Melihat hal demikian, Suster Anna telah memperingatkan sang tamu dan juga meminta Mgr. Sol agar tidak mengisi pikiran dengan beban hidup orang lain yang membutuhkan bantuan keuangan. Namun Mgr. Sol selalu menimpali peringatan Suster Anna dengan mengatakan bahwa sampai wa-fatpun hati dan pikiran manusia harus terarah untuk melayani dan membahagiakan orang lain. Ibu Teresa dari Calcutta mengatakan, "You must love until you are hurt." Mgr. Sol nyaris menjangkau usia seabad namun kualitas hatinya yang terbuka bagi sesama melam-paui ruang dan waktu.

Robin van Persie, The Flying Dutchman, “terbang” menjebol gawang Spanyol, dalam salah satu pertandingan Belan-da melawan Spanyol dalam Piala Dunia 2014 di Brasil.

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 15

Menyaksikan tengkorak-teng-korak dan peti dalam kuburan Lon-da – Tana Toraja (Kamis, 05 Juni 2014), bulu kudukku berdiri karena ketakutan. Namun dalam beberapa detik menjadi tenang kembali, ke-tika tanganku dipegang oleh sang guide yang membawa lampu gas atau petromax.

Tangan pembawa lampu gas itu bagaikan Roh Keperkasaan, “Semoga kami Kau kuatkan de- ngan memegang tangan-Mu yang senantiasa menuntun kami.” Da-lam dunia zaman sekarang, Per-tolongan Tuhan itu diungkapkan dalam lirik sebuah lagu, “S’lalu baru dan tak pernah terlambat pertolon-gan-Mu, besar setia-Mu di s’panjang hidupku…” Memang setiap orang yang dalam derita dan down se- nantiasa membutuhkan pertolong- an Tuhan.

Saya menjadi ingat akan ki-sah “Jejak-Jejak Kaki di Tepi Pantai” tulisan Margaret Fishback (1900 – 1985) yang sudah melegenda itu. Kisahnya demikian. Seorang lelaki tengah baya tidak mema-hami mengapa justru pada saat sangat membutuhkan Tuhan di tepi pantai, ia merasa ditinggalkan. Tetapi Tuhan berkata, “Anak-Ku, Aku mengasihi engkau dan tidak akan pernah meninggalkan engkau pada saat sulit dan penuh bahaya sekalipun. Ketika engkau melihat hanya ada satu pasang jejak kaki, itu adalah kakiku. Aku menggen-dong engkau” – When you saw only one set of footprints. It was then that I carried you.

Pertolongan Tuhan kadang ter-jadi secara tidak terduga. Bahkan di kala jatuh dalam kekelaman, di sana – nampaknya – Tuhan hadir.

“The darkest night is just before dawn” – Malam terasa gelap justru tanda fajar hampir datang. Hal ini pula yang menjadi keyakinan John Baptist de La Salle (1651 – 1719) dalam salah satu kata-kata muti-aranya, “Throw yourself in to God’s arms. He will carry you when the road is rough.”

Akhirnya, di kala kita mengalami kegelisahan yang mencekam, kita percayakan hidup kita kepada per-tolongan Tuhan. St. Paulus pernah menulis surat kepada jemaat di Ibrani, “Sebab itu, marilah kita de- ngan penuh keberanian mengha-dap Allah yang memerintah de- ngan baik hati. Allah akan meng-hasihani kita dan memberkati kita supaya kita mendapat pertolongan tepat pada waktunya” (Ibr 4: 16). MARKUS MARLON

PERTOLONGAN TUHAN

16 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

SPIRITUALITAS HOLISTIKSpiritualitas Holistik mengajak kita melihat segala sesuatu sebagai tanda kehadiran Allah.

Tanggal 19 Mei 2014, di Novisi-at Sananta Sela Karanganyar-Ke-bumen, para Novis memulai pro- ses Spiritualitas Holistik. Proses ini diberikan oleh Rm. Berry Pare-ra MSC. Seperti tertera pada judul di atas, spiritualitas holistik mau mengajak kita untuk melihat sega-la sesuatu sebagai tanda kehadiran Allah: baik hewan, tumbuhan, ben-da-benda dan sebagainya.

Spiritualitas sendiri diambil dari

kata “SPIRITUS” yang berarti “NA-FAS” atau terjemahan lain berarti ‘semangat yang memberi hidup atau yang menjiwai seseorang’. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan dan harapan, melihat arti kehidupan dan meme-lihara relasi dengan yang ada di luar diri. Spiritualitas menghubungkan antara relasi Intra-Personal (rela-si dengan diri sendiri), relasi In-ter-Personal (relasi dengan orang

lain), dan relasi Trans-Personal (relasi dengan diri sendiri dan Tu-han). Sedangkan kata holistik ber-asal dari kata “WHOLE-LISTIC” dan “HOLY-LISTIC”. Whole-listic artinya keadaan yang utuh atau menyatu dengan ciptaan Tuhan dan hidup yang suci.

Rm. Berry mengajak kami untuk selama empat hari menggunakan waktu sebaik mungkin merenung-kan dan mengkontemplasikan

OLEH: Fr Julianus Vino Batvin

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 17

“Alam ciptaan Tuhan” karena pendekatan Spiritualitas Holis-tik adalah belajar dari alam cipta-an. Realitas alam meliputi ham-paran ciptaan alam yang terdiri dari gunung, bukit, ngarai, lautan, sungai dan lain-lain. Bahkan real-itas alam bisa menjangkau semua yang ada di luar angkasa, seperti matahari, bulan, bintang, komet, galaksi dan lain-lain. Realitas alam adalah bukti keagungan Allah; Allah yang Maha Besar; Allah yang Maha Kuasa; Allah yang Maha bijaksana.

Kami semua belajar dari po-hon-pohon, tanaman, tumbuhan, dan ciptaan Tuhan lainnya. Ma- sing-masing mempunyai objek yang dijadikan bahan permenung- an untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, sekaligus memaha-mi kebaikan, keadilan, kebijaksa-naan, kemurahan Allah. Selain itu, Spiritualitas Holistik juga mengajak setiap pribadi untuk mendekat-kan diri pada hewan atau binatang dan menemukan sisi baik (kehen-dak Allah) dari kehadiran-Nya. Dan yang paling utama adalah meng-

arahkan manusia pada kebaikan Tuhan. Maka itu, tujuan proses ini adalah agar kita sebagai manusia setia mempunyai pandangan yang menyeluruh tentang alam semesta beserta alam segala isinya. Univer-salitas pandangan ini akan memu-ngkinkan manusia untuk tidak ha- nya terpaku pada kesan negatif dari alam ciptaan, melainkan se-makin terdorong untuk menjaga serta memeliharanya.

Selama empat hari kami para Novis sungguh-sungguh meng-gunakan waktu sebaik mungkin untuk berkontemplasi. Suasana pada hari-hari itu sangat tenang dan proses berjalan dengan lan-car tanpa ada masalah yang be-rarti. Sebagian dari kami menggu-nakan moment-moment ini untuk menyendiri dan mendekatkan diri dengan alam ciptaan Tuhan, ter-utama semua ciptaan yang dapat kami lihat di sekitar kompleks No-visiat seperti tumbuhan-tumbuh- an, hewan dan sebagainya. Kon-templasi pertama tentang alam semesta ciptaan Allah dengan ba-

han dari kitab Kejadian 1:6-10, 14-19; kontemplasi kedua tentang pohon, tumbuhan, tanaman cipta-an Allah dengan bahan dari kitab Kejadian 1:11-13; kontemplasi ke-tiga tentang hewan darat, hewan laut, dan hewan di udara ciptaan Allah dengan bahan dari kitab Ke-jadian 1:20-25. Terakhir kami diberi waktu untuk menginternalisasikan keseluruhan proses mulai dari hari pertama sampai hari terakhir dan mencoba menggali input-input apa saja yang ditemukan dalam pro- ses ini, khususnya lewat medita-si-meditasi yang dibuat.

Di hari kelima, berakhirlah pro- ses “Spiritualitas Holistik”. Semua yang kami dapat lewat proses ini sungguh-sungguh membantu kami dan juga menjadi bekal bagi kami para Novis untuk menjalankan panggilan ini sebagai seorang bi-arawan MSC yang hidup dan sung-guh-sungguh menghayati sema- ngat Hati Kudus Yesus karena Hati Yesus merupakan spirit yang men-jiwai hati setiap manusia.

Realitas alam meliputi hamparan ciptaan alam yang terdiri dari gunung, bukit, ngarai, lautan, sungai dan lain-lain. Bahkan realitas alam bisa menjangkau semua yang ada di luar angkasa, seperti matahari, bulan, bintang, komet, galaksi dan lain-lain. Realitas alam adalah bukti keagungan Allah; Allah yang Maha Besar; Allah yang Maha Kuasa; Allah yang Maha bijaksana.

18 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

ANTAR KITA

Bagi saya secara pribadi, acara ziarah ke Sendangsono telah me- narik perhatian saya jauh-jauh hari sebelumnya. Saya rindu berkun-jung dan melihat bagaimana sebe- narnya Sendangsono itu. Namun, jauh di dalam lubuk hati, saya rindu untuk berteduh sejenak bersama dengan banyak orang lain di kaki Ibu Maria. Layaknya seorang anak, saya mau untuk bertatap muka dan merasakan kehangatan kasih seorang ibu, mengingat begitu ba- iknya dia selama ini kepada saya.

Saya terkesan dengan kata-ka-ta Scott Hahn dalam bukunya Hail Holy Queen, ketika menanggapi seseorang yang mengatakan bahwa tidak ada gunanya meng-ulang-ulang doa Salam Maria. Secara ringan, dia mengatakan, “Berdoa salam maria mengan-daikan kita sebagai seorang anak kecil, yang tak jemu-jemunya mengatakan kepada ibu, I love you Mom, I love you Mom, I love you Mom.” Ini membuat saya tersentuh dan bermenung tentang kedekatan

saya dengan Ibu Maria. Betapa dia telah banyak mencurahkan rahmat yang saya butuhkan sejak dulu hingga sekarang ini. Dia menyertai, membimbing dan menemani den-gan setia. Dan yang bisa saya balas hanyalah dengan mengatakan, “I love you Mom”. Saat berdoa Rosa-rio, saya selalu ingat akan kata-ka-ta Scott Hahn itu sehingga kadang membuat saya terharu mengingat kasih Ibu Maria kepada saya dan salam saya kepadanya. I love you mom. Saya merasa seperti seorang anak kecil di hadapannya. Saya bahagia menjadi anaknya. Saya rindu berada di dekatnya. Saya mencintai dia.

Special Moment

Saya ingat ketika masih di Seminari Menengah dulu, ada saat di mana saya begitu rindu mama saya, sehingga hampir setiap hari saya menghubunginya lewat hand-phone. Untunglah ada hari libur pada akhir semester, sehingga saya boleh melepas rindu kepa-

da mama, bercerita, dan berse-nang-senang bersama.

Bulan Mei dan Oktober bagi saya merupakan special moments untuk melepas rindu kepada ibu kita, ibu surgawi kita, ibu rohani kita, ibu Maria. Setiap hari bersama dengan anak-anaknya yang lain, kita berucap, “I love you Mom, I love you Mom.” Sungguh indah sekali. Saya sangat merindukan saat-saat seperti itu. Namun, bukan berarti karena ada saat seperti itu (Mei dan Oktober), maka baru-lah kita berbondong-bondong datang kepada Mama. Kita sebagai anak-anak yang dikasihinya dapat datang secara pribadi kepada- nya, sekadar untuk mengatakan, “Ma, aku rindu. Aku mencintaimu.” Mama kita selalu ada untuk kita, anak-anak kesayangannya. Kita pun sebagai anak-anak, hendak- nya berusaha menyediakan waktu untuk sekadar berseru kepada mama kita dengan polos namun penuh cinta, “I love you Mom. I love you Mom.” Bill Lira

Pada tanggal 25 Mei 2014 yang lalu, kami, komunitas Novisiat MSC Sananta Sela, mengada-kan ziarah ke Sendang sono. Kami mengadakan jalan salib, lalu sejenak berteduh dalam doa bersama ibu Maria di Gua. Dan terakhir kami mengadakan misa untuk mengakhiri ziarah kami di Sendangsono

I LOVE YOU MOM...

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 19

Gerak para anggota Awam Keluarga Chevalier (AKC) di daerah-daerah mulai nampak geliatnya. Salah satu komunitas AKC yang hidup adalah AKC Kapencar Jawa Tengah. Kebutuhan untuk memperdalam Spiritualitas Hati ditanggapi positif oleh Ametur Indonesia dengan mengadakan sarasehan sehari.

Pada tanggal 15 Juni 2014 yang lalu sejumlah anggota Awam Keluarga Chevalier (AKC) di Paroki Kapencar bersarasehan bersa-ma beberapa anggota Tim Dana Ametur dari Jakarta, bertempat di Taman Rohani Anggrunggondok, Kapencar, Jawa Tengah. Sudah menjadi kerinduan yang cukup lama dari para anggota AKC setempat untuk mendapatkan penyegaran, khususnya memper-dalam Spiritualitas Hati. Hadir da-lam sarasehan tersebut Tim Ame-tur Indonesia yang terdiri dari P Petrus Joseph Budi Santoso MSC, P Joni Astanto MSC, Sr M Evarina PBHK, Sr M Rosina Angwarmase PBHK dan Bpk. Yan Pontoan.

Sarasehan dilaksanakan selama satu hari. Setelah diantar dengan menempatkan sarasehan ini dalam konteks penghayatan kehidupan rohani setempat oleh P Joni As-tanto yang mengupas tembang dolanan Jawa “Ilir Ilir”, para anggota

AKC diajak untuk semakin menge- nal diri mereka sebagai awam Gereja, dan lebih khusus lagi awam Gereja yang ikut ambil bagian da-lam penghayatan Spiritualitas Hati, oleh Bpk. Yan Pontoan.

P Budi Santoso kemudian menghantar para anggota AKC ini dalam penghayatan Spiritu-alitas Hati Kudus dalam konteks kehidupan sehari-hari. P Budi mengajak mereka mendalami dan memaknai kehidupan mereka yang sebagian besar adalah para petani tembakau. Dengan antusias para anggota AKC berbagi per-gulatan hidup dan iman mereka. Tidak kalah semangatnya Tim Dana Ametur yang datang dari Jakarta bergabung dalam sharing pengalaman. Latar belakang yang berbeda-beda saling memperkaya pengalaman masing-masing.

Hadir pula dalam sarasehan beberapa Suster PBHK baik dari Komunitas Parakan maupun

Kapencar, Pemimpin Daerah MSC Jawa Tengah – Kalimantan Selatan P Florianus Miranta MSC, P Eu-stachius Suparmanto MSC, serta Br Maxi Dumanauw MSC yang adalah penggerak AKC di wilayah timur Keuskupan Purwokerto.

Seluruh rangkaian sarasehan diakhiri dengan Perayaan Ekaristi hari Minggu yang dipimpin oleh P Miranta MSC. Dalam homilinya, P Miranta menyambut baik usa-ha untuk memberdayakan AKC. Selama tahun ini memang Ametur Indonesia lebih memfokuskan diri pada pembinaan para awam, baik mereka yang sudah secara resmi bergabung dalam AKC maupun mereka yang belum bergabung namun memiliki kaitan langsung dengan Keluarga Chevalier. Setelah AKC Kapencar, diharapkan kelom-pok-kelompok lainnya menyusul untuk melaksanakan pendalaman Spiritualitas Hati. Jonast.

SARASEHAN SPIRITUALITAS HATIAKC KAPENCAR

20 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

HARI BERTABUR EMAS DAN PERAKHari itu Selasa, 01 Juli 2014

tampak aneka kesibukan di Ko-munitas PBHK Purworejo. Kapel dihias nan anggun, aula siap dengan dekorasinya. Selasar dan ruang lain pun ditata dengan indah dan rapi. Para Suster dari berbagai penjuru komunitas datang turut bergabung.

Tepat pukul 17.00 alunan lagu “Aku dengar bisikan suara-Mu” berkumandang mengiring per-arakan 9 Suster menuju ke da-lam kapel. Sore Vigili pesta bagi 5 Suster yang merayakan pesta Emas membiara. Mereka adalah : Sr. M. Anastatia Suminah PBHK, Sr. M. Cristien Sumiatsih PBHK, Sr. M. Gaudentia Ernestien PBHK, Sr. M. Laetitia Sianiwati PBHK dan Sr. M.

Eustacia Isbandiah PBHK. Juga bagi keempat Suster yang merayakan pesta perak membiara. Mereka adalah Sr. M. Klara Puji Rahayu PBHK, Sr. M. Stephana Wakijah PBHK, Sr. M. Yosefita Sukatinem PBHK dan Sr. M. Editha Meluk PBHK.

Usai ibadat bersama dilanjut-kan makan dan malam gembira di Aula Susteran PBHK Purworejo. Aneka gerak dan lagu ditampikan dari beberapa Komunitas. Dalam sambutannya Sr. Kathrinia Endang Rusmini PBHK selaku Superior Daerah Jawa mengungkapkan bahwa kesembilan Suster yang merayakan pesta hari itu adalah anugerah terindah bagi tarekat. Mereka telah ikut ambil bagian

Awal bulan Juli 2014 menjadi hari-hari yang

membahagiakan bagi Komunitas PBHK Purwore-

jo, maupun Tarekat Para Suster Puteri Bunda Hati

Kudus (PBHK) Provinsi Indonesia. Hari-hari

tersebut merupakan hari-hari bertabur emas dan perak. Beberapa Suster

merayakan 25 tahun dan 50 tahun hidup bakti.

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 21

mewarnai kehidupan para Sus-ter yang pernah hidup bersama mereka. Keteladanan dan kesak-sian hidup mereka telah menjadi persembahan cinta bagi Tuhan lewat tugas dan pelayanan dalam komunitas. Sementara itu Sr. M. Christien Sumiatsih PBHK mewa- kili teman-teman yang berpesta mengucap syukur dan terimakasih, karena boleh menerima rahmat kesetiaan dari Tuhan lewat keber-samaan dalam tarekat.

Rabu, 02 Juli 2014 rangkaian pesta disatukan dalam Ekaristi syukur yang bertempat di Gereja Santa Perawan Maria Purworejo. Keluarga pestawati dan tamu un-dangan yang lain hadir untuk turut mensyukuri anugerah kesetiaan

dari Tuhan. Ekaristi bertajuk “Allah adalah Kasih” dipersembahkan oleh Rm. Aloysius Endro Wignyo-seputro MSC didamping Rm Ste-fanus Tri Supriationo MSC dan Rm Tarcisius Wignyosoemarto, MSC beserta 10 Romo yang lain. Koor Deo Gratias memeriahkan Ekaristi syukur pada siang hari itu. Sebe-lum bagian persembahan, para Yubilaris membaharui Kaul-kaul mereka di hadapan Tuhan – peja-bat Gereja dan umat yang hadir.

Pembaharuan ini sebagai lam-bang bakti dan syukur yang ingin dipersembahkan para Yubilaris bagi Tuhan seumur hidup mereka, yang dilambangkan dengan per- sembahan lilin menyala kepada Tuhan dengan perantaraan Bunda

Hati Kudus.Dalam homilinya Rm. Stefa-

nus Tri MSC mengungkapkan kekaguman akan keberanian pa- ra Yubilaris dalam menanggapi panggilanTuhan hingga mencapai usia perak dan emas. Begitupun Sr. M. Laurentia Piranti PBHK selaku Dewan Pimpinan Umum, berkenan memberikan sambutan dan salam bahagia bagi kesem-bilan Yubilaris. Acara syukur pada siang hari itu dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan siang bersama di Taman Bunda Hati Kudus - Susteran PBHK Purworejo. Taburan Emas dan Perak mewarnai suasana pesta siang itu. Marga PBHK

Kebahagiaan terpancar di wajah para Suster yang merayakan kesetiaan Allah selama 25 tahun dan 50 tahun hidup membiara.

22 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

MENTALSETINGGI SOPUTAN

Para frater Pranovis yang menempa mental setinggi Gunung Soputan bersama dengan Chevalier Montaineering Club dan Rm Hendrikus Suhendro MSC.

Beberapa tahun terakhir, Rumah Bina Pra-Novisiat MSC Pineleng selalu melaksana- kan program mendaki gunung. Sebelumya, yang menjadi sasaran pendakian selalu Gunung Klabat sebagai gunung tertinggi di Minahasa Utara. Para pranovis angkatan 2013/2014 yang berjumlah tujuh orang ini merupakan angkatan pertama yang diberi tantangan untuk menaklukan Gunung Soputan yang terletak di Minahasa selatan. Kendatipun tidak sesulit mendaki gunung Klabat, men-tal seorang perjuang tetap dibutuhkan untuk menaklukan gunung ini.

Dalam kegiatan ini para pranovis didampi- ngi oleh kelompok pencinta alam CMC (Cheva-lier Mountaineering Club) yang beranggotakan para frater Skolastik. Pendakian Gunung Sopu-tan ini juga menjadi peristiwa istimewa bagi angota tim CMC karena kegiatan ini menjadi kesempatan pertama mereka memandang mentari senja dari puncak Gunung Soputan.

Gambaran Umum Kegiatan

Kami berangkat dari Pineleng, Jumat 25 April, sekitar pukul 13.30 siang dan tiba di Pi-nabetengan, desa yang terletak dekat dengan gunung ini, kurang lebih pukul 15.00. Pada pukul 16.30 kami bergerak mendekati gunung. Masing-masing peserta selain membawa perlengkapan pribadi juga dibebani perleng-kapan umum. Sekitar pukul 19.00 rombongan tiba di base camp dan membangun tenda, makan kemudian istirahat malam. Keesokan harinya, kegiatan berlangsung sepanjang hari, yakni perayaan Ekaristi Kudus, olahraga pagi, pemberian materi oleh Rm. Hendrikus Suhen-dro, games, menikmati pesona alam di puncak gunung dan diakhiri dengan malam kebersa-maan upacara api unggun. Minggu 27 April, sekitar pukul 06.00 mereka bangun dan ber-siap-siap untuk meninggalkan gunung. Kegia-tan ini disempurnakan dengan misa bersama umat di stasi Pinabetengan. Sore harinya,

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 23

Menghadapi medan yang sulit dan perjalanan yang panjang dan melelahkan menjadi kesempatan yang tepat untuk mengenal reaksi dalam diri masing-masing peserta.

seluruh peserta kembali ke komu-nitas.

Peserta kegiatan ini berjumlah 20 orang, terdiri dari 6 frater dan 1 bruder Pranovis serta anggota tim CMC. Kehadiran Rm Hendro, Pem-bina senior Pra-Novisiat Pineleng sekaligus pendiri dan moderator tim CMC memberi warna tersendi-ri. Kegiatan ini menjadi yang ke-6 kalinya bagi beliau untuk mendaki gunung itu.

Bukan Sekedar Mendaki

Kegiatan ini memiliki bebera- pa tujuan yang tidak lepas dari kerangka pembinaan yakni sebagai sarana pengolahan mental, waha- na pengenalan diri, dan sebagai upaya untuk membangkitkan rasa kecintaan terhadap alam.

Mendaki gunung bukanlah sebuah aktivitas yang mudah. Aktivitas ini membutuhkan mental dan tenaga yang ekstra. Banyak orang yang mati niatnya hanya dengan memandang sebuah gunung. Lepas dari persoalan mau atau tidak, suka atau tidak suka, para frater dan bruder Pranovisiat diwajibkan untuk berdiri di sana. Sebagai misionaris mereka dilatih untuk memiliki jiwa petualang, tak kenal lelah dan bermental baja, tak mudah menyerah, kreatif dalam bekerja sendiri maupun dalam bekerja bersama. Beberapa jenis permainan coba dirancang untuk menggodok mental mereka.

Kegiatan ini juga menjadi ke- sempatan untuk semakin menge- nal diri dan kemampuan peserta. Menghadapi medan yang sulit dan perjalanan yang panjang dan melelahkan menjadi kesempatan yang tepat untuk mengenal reaksi dalam diri masing-masing peserta. Mereka dilatih menyadari setiap perasaan yang muncul entah itu rasa marah, jengkel, sakit hati, lelah, lapar, haus, bosan dan bah-kan putus asa. Kadang perasaan itu membuat mereka menjadi apatis, diam terhadap kesulitan teman lain atau mementingkan kenyamanan diri sendiri. Di saat seperti itulah mereka dibantu untuk mengolah dan mengontrol

reaksi-reaksi tersebut. Di samping itu, mereka secara tidak langsung juga dibantu mengenal kemam-puan dan kreativitas mereka dalam berjuang sendiri maupun berjuang bersama-sama; mencari solusi yang dapat membantu mereka untuk keluar dari situasi sulit entah untuk membantu diri sendiri mau-pun teman lain yang mungkin lebih lemah.

Tujuan lain yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah membang- kitkan rasa kecintaan terhadap alam. Dalam khotbahnya saat merayakan Ekaristi di atas gunung, Rm Hendro mengajak peserta untuk senantiasa menjaga keber-satuan dengan alam. Alam adalah anugerah yang harus dijaga dan dirawat. Manusia dan alam mesti-nya menjadi re-Creatio. Demikian alam mestinya dipandang sebagai partner dalam hidup yang darinya Allah dimuliakan.

Pesona puncak gunung Sopu-tan memberi penegasan bahwa alam itu dapat memperindah dirinya sendiri. Kekaguman yang mendalam membawa semua pada kata sepakat bahwa alam harus dihargai dan dipelihara sebagai anugerah Tuhan.

Pantaslah kegiatan ini diabadi-kan bukan hanya sebagai kenang- an historis tetapi sebagai saat yang sarat makna. Sebagai subjek bina, mendaki gunung merupakan sebuah simulasi kehidupan. Reali-tas di masa depan dipadatkan dan dikonkretkan kini dalam cara yang sederhana. Sebagai misionaris mereka dilatih untuk menghada-pi situasi yang konkret. Mereka dipersiapkan untuk mengantisi-pasi kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi kelak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mendaki gunung Soputan adalah salah satu cara untuk memper-siapkan diri menjadi seorang mis-ionaris yang sejati. Pribadi-pribadi dengan mental setinggi dan seko-koh Gunung Soputan dipastikan dapat melewati gunung-gunung kecil dalam kehidupan. Sarkol M.

24 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Tanggal 27 Juni 2014 merupakan Hari Raya Hati Kudus Yesus. Pada hari yang sama Novisiat MSC Sananta Sela merayakan 50 tahun berdirinya Novi-siat MSC Sananta Sela di Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah. Seharusnya pesta emas ini sudah dirayakan pada tanggal 8 Januari 2014 yang lalu, na-mun berdasarkan pertimbangan aca-ra puncak dipindahkan pada tanggal 27 Juni bertepatan dengan Hari Raya Hati Kudus Yesus.

Dalam perayaan 50 tahun ini, panitia telah mengatur rangkaian acara yang diawali dengan reuni para alumni Novisiat pada tanggal 25 Juni. Kemudian kegiatan dilan-jutkan dengan ziarah di Taman Ro-hani Anggrunggondok pada tanggal 26 Juni, dan dipuncaki pada 27 Juni dengan misa syukur yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Pur-wokerto, Romo Tarcisius Puryatno Pr sebagai selebran utama, didampingi oleh P. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC selaku Provinsial MSC In-donesia serta P. Samuel Maranresy MSC, Pastor Dwi Rahadi MSC, Pastor Berry Parera MSC, Pastor Fred Sarkol MSC, dan P. Florianus Miranta MSC sebagai konselebran. Hadir pula para anggota MSC yang lain, para imam diosesan Keuskupan Purwokerto, dan biarawan-biarawati dari pelbagai tarekat. Misa syukur ini dimeriahkan oleh koor gabungan dari para fra- ter novis MSC dan para suster PBHK. Misa berlangsung dengan khidmat,

dengan khotbah menarik yang di- bawakan oleh Romo Vikjen. Beliau menggarisbawahi Kasih Allah yang sungguh nyata dialami oleh Tarekat MSC, sebab dalam usia ke-50 Novi-siat Sanantasela ini, di samping telah membina 876 novis, juga telah memi-liki banyak sumbangsih bagi Gere-ja yaitu lewat tugas perutusan yang diemban oleh para misionaris dan

awam yang berkualitas di manapun mereka berada.

Dalam sambutannya di akhir Pe- rayaan Ekaristi, P. Rolly menekan- kan pentingnya semangat misi yang harus dimiliki setiap anggota Tarekat MSC dan Novisiat inilah tempat yang dirasa paling cocok untuk mendalami dan mengaplikasikan semangat misi itu. Novisiat menjadi tempat di mana setiap pribadi yang berbeda-beda dibina dan dibentuk sesuai dengan semangat dan spiritualitas Tarekat. Dalam sambutan itu pula, Romo Rol-ly menjelaskan data statistik jumlah novis yang dibina di Novisiat. Jumlah yang bisa dibilang tidak sedikit. Hing-ga 1 Mei 2014 sebanyak 876 novis telah dibina di Novisiat Sanantase-la. Dari jumlah tersebut 627 orang mengikrarkan kaul pertama dan 249

orang ditahbiskan sebagai imam. Di antara mereka yang mengikrarkan kaul adalah 45 orang bruder. Tentu di antara mereka yang dibina di Novisiat Sanantasela ini tidak semua melan-jutkan hidup sebagai biarawan MSC entah sebagai bruder maupun imam, namun mereka juga mewartakan cin-ta Hati Kudus sebagai awam, sesuai dengan peran mereka masing-masing

dalam masyarakat.P. Sam Maranresy menjelaskan

tema Perayaan kali ini: “To Remem-ber, To Celebrate, To Renew”. To Re-member (memperingati) berarti me- ngenangkan kembali peristiwa sejak 50 tahun yang lalu dengan segala di- namika di dalamnya, di mana peng- alaman jatuh-bangun dan pengala-man penuh rahmat. To Celebrate (me- rayakan) mengandung makna bahwa 50 tahun bukanlah waktu yang sing-kat, sehingga pantas dirayakan. Ke-limpahan rahmat Tuhan itu patutlah disyukuri karena terukir dalam seja-rah panjang berdirinya Novisiat MSC di tanah Jawa. To Renew (memper-baharui) berarti bahwa usia 50 tahun menjadi titik tolak untuk memperba-harui diri. Sebagai anggota Tarekat kerapkali semangat dan spiritualitas

50 TAHUN NOVISIAT MSC SANANTASELA

To remember, to celebrate, to renew, menjadi tema perayaan 50 tahun Novisiat Sananta Sela. Kita mengenang perjalanan novisiat selama 50 tahun, merayakannya dan belajar dari sejarah itu demi pembaharuan.

TO Remeber, TO Celebrate, TO Renew

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 25

Perayaan Syukur dalam Ekaristi Mulia dipimpin oleh Rm Tarcisius Puryatno Pr, Vikaris Jenderal Keuskupan Purwokerto (atas) dan sejumlah alumni Novisiat MSC Sanantasela mengadakan reuni. Nampak hadir Bapak Uskup Keuskupan Purwokerto Mgr Julianus Sunarka SJ (bawah).

hati kurang dihidupi dan terabaikan. Maka saat ini menjadi moment un-tuk instrospeksi diri serta melihat ke depan untuk semakin membaharui diri sehingga dapat mengembangkan Tarekat menjadi lebih baik dan meng-hasilkan generasi muda MSC yang sungguh hidup dalam semangat dan spiritualitas Tarekat sesuai dengan penghayatan para pendahulu teruta-ma berpatokan pada Pater Chevalier, Pendiri Tarekat.

Seusai misa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Para undangan disambut dengan Tarian Cakalele khas Kei dan Tarian Tifa khas Tanimbar. Para alumni Novisiat MSC Sananta Sela juga diundang untuk tampil me- nyanyikan lagu “Sanantasela”. Me-wakili pemerintahan Kecamatan Ka-ranganyar, Bapak Iwan memberikan

sambutan. Tampil pula Duet “The Prayer” yakni Fr. Sandro dan Fr. Bill. Bapak Stefanus Fanny Najoan selaku alumnus membagikan pengalaman-nya. Bapak Fanny mengungkapkan bahwa beliau tetap seorang MSC, “Masih Sangat Cinta” pada almama-ternya. Kemeriahan menjadi lebih nampak ketika para frater novis mem-bawakan atraksi Musik Botol dengan lagu ‘Gundul-gundul pacul’ dan ‘To- peng’. Di penghujung acara, P. Anto-nius Dwi Rahadi MSC sebagai ketua panitia perayaan membawakan kata sambutan dan dilanjutkan dengan pemotongan kue 50 Tahun Novisiat MSC bersama dengan P. Rolly Untu dan P. Sam Maranresy. Rangkaian acara diakhiri dengan ungkapan hati dari Dekan Novisiat, Br. Verry Laian, serta lagu “Tangan Tuhan” yang di- bawakan oleh para Novis.

Lima puluh tahun merupakan usia yang sudah matang. Banyak hal yang telah terjadi selama kurun waktu tersebut. Semoga dalam usia yang su-dah matang ini, Novisiat MSC Sanan-ta Sela selalu dan semakin menjadi Rumah yang senantiasa memberikan kesegaran bagi siapa saja yang meng- alami proses kehidupan di dalamnya, terlebih bagi para calon Misionaris Hati Kudus yang hidup dan dibina di dalamnya. Semoga dari rahim Novi-siat Sanantasela lahir para pewar-ta yang mampu menyebarkan cinta kasih Allah di mana saja dan kepada siapa saja. Br. Thio Batmaro

26 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

ULANG TAHUN TMM KE-87

Pembakaran lilin lambang intensi masing-masing suster dalam permenungan perjalanan Tarekat.

ANTAR KITA

Tidak terasa usia Tarekat sudah mencapai umur 87 tahun. Usia tarekat yang sudah tua ini menyimpan sejuta persoalan yang dialami oleh setiap anggota seputar perkembangan karya – karya tarekat dan perkembangan anggota yang makin hari berkurang, namun bukan segi kuantitas yang menjadi pengha- lang tetapi dengan berkurangnya anggota memberi motivasi dan dorongan bagi kita untuk terus meman-tapkan karya-karya kita menjadi lebih baik. Tentu sebagai anggota tarekat pasti ada harapan, cita-cita untuk memajukan tarekat ini ke arah yang lebih baik, namun tidak bisa dihindari bahwa ketika segala se- suatu hendak diperjuangkan selalu ada saja halangan dan hambatan terus datang dan pergi. Menjelang moment penting hari berdirinya Tarekat tanggal 1 Mei, semua anggota di berbagai wilayah menggelar doa Novena selama 9 hari. Khususnya para suster di wilayah Maluku Tengah memeriahkan hari ulang tahun tarekat dengan berbagai kegiatan-kegiatan diantaranya pertandingan bola volley dan cerdas cermat yang dilaksanakan tanggal 27 April di Novisiat Waiyare. Usai kegiatan lomba, kegiatan dilanjutkan dengan malam persembahan pada tanggal 31 April di kapel Generalat diawali permenungan seputar per- jalanan tarekat yang dibawakan oleh Sr Edelburga

TMM. Suasana malam yang tenang mengajak para suster untuk bermenung. Masing-masing suster di-minta untuk membakar lilin dengan membawa inten- si khusus yang akan dibakar. Semoga Tuhan meng-abulkan ujud intensi kita. Tepat tanggal 1 Mei seka-ligus pembukaan bulan Maria, para suster merayakan pesta bersama umat di gereja Maria Bintang Laut Benteng yang dipimpin oleh Pastor Agus Soplanit MSC dengan koor dari para suster novis. Usai misa, umat memberi salam jabatan tangan sebagai ujud peneguhan dan ucapan profisiat atas hari ulang tahun. Selanjutnya semua suster kembali ke aula Generalat untuk mengikuti acara santap malam dan pembagian hadiah lomba, dan diakhiri dengan pemo-tongan kue ulang tahun. Acara ini berlangsung sangat sederhana namun penuh makna dalam suasana per-saudaraan yang sangat akrab. Inilah salah satu nilai karakter yang terus bercahaya dan selalu menjadi inti dalam membangun sebuah komunitas persaudaraan dalam hidup membiara. Proficiat untuk semua anggo-ta tarekat di manapun berkarya. Dirgahayu TMM, se-moga semboyan untuk Kristus Raja Kita Jadilah, selalu memberi motivasi bagi kita dalam memperjuangkan dan mengembangkan karya tarekat. Sr Fransina TMM

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 27

Jakarta, 16 Juli 2014 - Dalam misa harian Rabu 16 Juli 2014 telah dilaksanakan misa perutusan bagi P. Victor Kaanubun MSC dan P. Hengky Ponamon MSC untuk tugas misi di Keuskupan Guantanamo, Cuba. Misa dihadiri oleh para anggota komunitas Rumah In-duk dan Provinsialat, serta beberapa umat di Jakarta.

Dalam homilinya, P. Albert Jamlean yang memim- pin Perayaan Ekaristi mengingatkan akan nama yang diberikan oleh Pater Jules Chevalier sebagai identi-tas MSC yakni Misionaris Hati Kudus. Dari namanya sudah menyiratkan kesiapsediaan untuk diutus ke mana-mana untuk menjadi saksi-saksi cinta dan belas kasih Allah yang dinyatakan dalam Hati Kudus Yesus. P. Albert juga mengingatkan bahwa setiap kali kita menyanyikan semboyan kita, Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum, dinyanyikan dengan semangat. Kiranya semangat yang sama juga ada pada kedua misionaris yang akan diutus.

Mengomentari bacaan pertama yang mengatakan: “Adakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya, atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang mempergunakannya? Seolah-olah gada menggerakkan orang yang mengangkatnya, dan se-

olah-olah tongkat mengangkat orangnya yang bukan kayu!” (Yes 10: 15) P Albert mengingatkan bahwa kita para misionaris adalah alat yang digunakan Tuhan. Perlu kerendahan hati untuk mengakui bahwa kita hanyalah alat-alat Tuhan.

Sesudah komuni kedua misionaris menerima salib perutusan. Dalam sambutannya baik P Victor maupun P Hengky mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Tarekat untuk mengutus mereka berdua. P Hengky menerima perutusan ini dengan tangan terbuka. Walaupun ada kesulitan, namun dunia masa kini dengan sarana komunikasi yang sudah maju, tentu mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. P Victor mengucapkan terima kasih atas dukungan seluruh komunitas. Kiranya dalam karya misi ini kehidupan komunitas menjadi kekuatan tersendiri dalam melaksanan perutusan.

Kedua misionaris berangkat Rabu 16 Juli 2014 sore, melalui penerbangan Jakarta - Kuala Lumpur - Amsterdam dan akhirnya menuju Havana, Cuba, untuk selanjutnya mereka akan menuju Guantanamo. Selamat bermisi bagi P Victor dan P Hengky. Jonast

PERUTUSAN MISIONARIS CUBA

Misa Perutusan P Hengky Ponamon MSC (kanan) dan P Victor Kaanubun MSC (kiri) untuk misi ke Kuba dipersembahkan oleh P Albertus Jamlean MSC.

28 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Frater...“Kok ada cewek berjilbab tinggal di dalam biara? Buat apa mereka tinggal di sini?” Demikian ungkapan dan komentar seorang tamu, umat Paroki Hati Kudus Yesus Karombasan-Manado ke-tika melihat Suryani dan teman- nya, mahasiswi Sekolah Tinggi A- gama Islam Negeri Manado (STAIN) memasuki unit Apia, Skolastikat MSC Pineleng. Ada kegiatan apa sehingga Suryani bisa masuk dalam daerah klausura di biara Skolasti-kat MSC Pineleng? Ternyata ada kegiatan pertukaran mahasiswa antarkampus, yakni Sekolah Tinggi

Filsafat Seminari Pineleng (STF-SP), Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon, dan STAIN Manado yang diselenggara-kan pada tanggal 4-11 Mei 2014. Tema yang diusung dalam kegiatan ini adalah “Kasih Tuhan Menem-bus Batas Perbedaan”, dengan sub temanya adalah: “Menciptakan Di-alog yang Terbuka Antarumat Be-ragama Atas Dasar Kasih Tuhan”.

Latar Belakang dan Tujuan Kegiatan

Kegiatan pertukaran segitiga mahasiswa antarketiga kampus ini

PEKANPERTUKARANMAHASISWA

Para peserta Pertukaran Mahasiswa dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Manado (STAIN) dan Fakultas Teologi Universaitas Kristen Tomohon bersama para frater.

Pertukaran Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Manado (STAIN), Fakultas Teologia Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT), dan Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF-SP) diselenggarakan 4 - 11 Mei 2014.

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 29

bukan baru kali ini dilaksanakan. Setiap tahun selalu dibuat kegiatan serupa. Kegiatan ini sudah dilak-sanakan sejak tahun 1976, dan yang menjadi pesertanya adalah STF-SP dan Fakultas Teologi UKIT. Dalam beberapa tahun terakhir ini STAIN Manado telah bergabung un-tuk melaksanakan kegiatan ini. Ke-giatan ini lahir dari kesadaran ber-sama akan pentingnya kerjasama dan dialog antaragama, khususnya antarlembaga pendidikan agama yang mendidik calon-calon pemim- pin agama di masa depan. Tradisi pertukaran ini dilestarikan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam bingkai pluralisme sambil tetap mempertahankan kekhasan masing-masing agama dan dibalut dalam suasana ilmiah yang men-ciptakan suatu dialog yang dapat membangun masing-masing pihak dalam rangka menjaga relasi dan menjalin hubungan yang harmo-nis antarumat beragama. Kegiatan pertukaran seperti ini dirasa ma-sih sangat relevan hingga saat ini mengingat kondisi real negara In-donesia yang memiliki keragaman dengan adanya suku, budaya, ba-hasa, agama, dan masih banyak lagi. Tak dapat dipungkiri bahwa ke-beragaman itu, sering menimbul-kan kesalahpahaman dan agama merupakan isu yang sangat sensi-tif. Perbedaan agama merupakan topik pembahasan yang tidak ada habisnya. Berhadapan dengan re-alitas bangsa yang majemuk itu, di-alog antar agama harus dijalankan terus-menerus, demi terciptanya situasi yang kondusif. Berhadapan dengan hal itu, Sekolah Tinggi Fil-safat Seminari Pineleng (STF-SP) bekerja sama dengan Fakultas Te-ologi Universitas Kristen Indone-sia Tomohon (UKIT) dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mana-do mengupayakan suatu bentuk kegiatan yang dapat memfasilitasi dialog antar agama itu. Kegiatan yang dimaksud adalah Pekan Per-tukaran Mahasiswa. Pertukaran Mahasiswa tahun ini diketuai oleh Fr. Wayan Sugiarta (calon imam Keuskupan Manado), sekretarisnya

adalah Fr. Samuel Anitu Fangohoi, MSC, serta bendaharanya adalah Caroline Taroreh (mahasiswi kate-ketik STF-SP)

Dengan kegiatan ini diharapkan agar para peserta dapat mendalami dan mengalami kasih Tuhan melalui dialog yang terbuka. Selain itu, se-cara khusus yang ingin dicapai dari kegiatan pertukaran mahasiswa ini, yakni kesadaran dan keyakinan bahwa kasih Tuhan sungguh men-embus batas perbedaan yang ada. Di samping itu, dapat terjalin relasi dan dialog yang terbuka antarumat beragama.

Isi Kegiatan

Berdasarkan Tema yang diang-kat, kegiatan Pekan Pertukaran Mahasiwa dijalankan dalam ben-tuk live in. Para peserta pertukaran tinggal selama seminggu di ko-munitas-komunitas bina, yakni di Komunitas Diosesan Manado dan Amboina serta Skolastikat MSC Pineleng. Di situ, mereka tinggal dan berbaur dengan para frater dan sekaligus ikut serta dalam proses perkuliahan di STF-SP selama se-pekan. Beberapa mahasiswa dari STF-SP dan STAIN Manado juga diutus untuk tinggal dan mengala-mi hidup serta proses perkuliahan di UKIT. Secara khusus, para pe-

serta pertukaran yang mengada-kan live-in di Komunitas Skolastikat MSC Pineleng berjumlah 6 orang (3 dari STAIN dan 3 lainnya dari UKIT). Mereka tinggal di unit-unit yang ada di Skolastikat MSC Pineleng. De- ngan demikian, mereka mengalami setiap kegiatan yang dilaksanakan di Skolastikat MSC Pineleng, ter-masuk kegiatan misa harian.

Rm. Yohanes Sujono, MSC me-wakili staf Pembina di Skolastikat MSC Pineleng memberi apresiasi kepada semua peserta pertukaran yang telah bersedia datang dan tinggal di rumah komunitas Sko-lastikat MSC Pineleng. Tentunya diharapkan agar persahabatan dan persaudaraan yang dibangun sela-ma kegiatan pertukaran diteruskan dalam upaya membangun relasi yang harmonis antarumat bera- gama. Yongky Wawo MSC

Sebagian peserta kegiatan

Pertukaran Mahasiswa yang tinggal

di Skolastikat MSC Pineleng.

30 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Apa itu gerakan Choice? Pertanyaan ini tidaklah mudah untuk dijawab oleh peserta karena belum per-nah mengikuti kegiatan seperti ini. Supaya peserta tahu dan mencintai Choice maka pertama-tama perlu mengenal apa sebenarnya Choice sekaligus mengenal sejarah Choice yang sebenarnya. Rm Rajabana OMI dan Rm Handoko MSC mengantar para peserta meli-hat sejarah dan visi-misi Choice.

CHOICE adalah sebuah gerakan kaum muda ber-landaskan iman Katolik yang melayani kalangan mu-da-mudi dewasa yang belum menikah untuk meng- ungkapkan arti keterlibatan (belonging) dalam relasi dengan Allah, orang°tua, saudara, teman dan Gereja. CHOICE merupakan bagian dari gerakan Marriage En-counter yang berawal di Amerika sekitar tahun tujuh puluhan, didirikan oleh pastor Tom Morrow seorang imam praja. Dan di Indonesia sendiri, CHOICE mulai aktif di tahun 1982.

Kegiatan ini disebut CHOICE, yakni pilihan, karena kepada peserta ditawarkan untuk memutuskan se-mangat hidup kristiani mana yang mau dipilih dalam relasinya dengan Allah, orangtua, saudara, teman dan gereja. Keputusan sepenuhnya ada pada peserta. Pilih- an terbaik akan terjadi apabila peserta benar-benar terbuka untuk mengikuti dan mengalami sepenuh- nya proses perjalanan yang di dalamnya dimunculkan kembali nilai-nilai kristiani secara lebih aktual serta terprogram.

Selama tiga hari, presentasi-presentasi diberikan berhubungan dengan penggolahan diri. Maka, yang diperlukan dari peserta adalah keterbukaan, kejujuran, keberanian dan kesetiaan untuk menggolah luka ba-tin yang selama ini tidak di sadari namun menghalangi bahkan menganggu kehidupan bersama dengan orang lain. Tujuan menggolah luka batin adalah agar bisa mencapai sense of belonging atau rasa keterlibatan

WEEKEND REGULER CHOICEDISTRIK PURWOKERTOTanggal 9 – 11 Mei 2014 yang lalu, telah terselenggara Weekend Choice di Ka-liori. Peserta Weekend kali ini berjumlah 24 orang. Pendamping Weekend ini adalah Romo, Agustinus Handoko, MSC dan Romo Rajabana,OMI

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 31

yang mendalam.Melalui weekend ini para pe-

serta merasa semakin diperkaya dengan kualitas-kualitas hidup yang dimiliki oleh setiap pribadi. Setiap sesi memberikan kesan dan nilai positif bagi peserta. Mereka diajak untuk menemukan nilai dan kualitas diri melalui permenung- an, refleksi pribadi dan kesaksian dari tim tentang pengalaman hi- dup mereka. Kesaksian tim melalui membantu peserta untuk masuk dan melihat pengalaman hidup mereka sendiri. Namun, tak bisa dipungkiri juga bahwa selama se-si-sesi berjalan dari hari pertama sampai hari terakhir ruangan sela-lu dibasahi oleh tetesan air mata. Para peserta kagum melihat ke-setiaan para tim untuk masuk ke kedalaman diri dan berani menga-krabi, menggolah, dan menerima pengalaman-pengalaman pahit yang dialami dalam hidup mereka. Tak jarang, presentasi dari para tim menyentuh pengalaman luka para peserta. Namun demikian, pema-haman para peserta yang awalnya masih kabur tentang diri sendiri

perlahan-lahan semakin terbuka. Para peserta juga dibantu dengan pertannyaan refleksi sehingga le-bih mudah untuk masuk ke dalam diri sendiri.

Para peserta dituntun untuk menyadari jati diri mereka sebagai bagian dari orang lain. Mereka itu termasuk orang-orang yang per-nah melukai kita, dan tidak jarang mereka itu adalah keluarga, teman, sahabat dan orang lain yang kita jumpai.

Perubahan dan perkembangan yang kuat di dalam diri kita terjadi di saat kita mulai berelasi dengan lingkungan yang lebih luas. Mulai dari pengalaman cinta dan perha-tian yang baik dari keluarga seo-rang pribadi berkembang menjadi pribadi yang seimbang. Pribadi yang seimbang adalah pribadi yang mampu terlibat dengan orang lain dan membiarkan orang lain mem-punyai arti dalam hidupnya. Dalam berelasi kita juga menjadi bagian dari kehidupan orang lain, berarti melibatkan diri kita sepenuhnya ke-pada orang lain. Namun semuanya itu tidak dapat terjadi dalam seke-

jap. Dibutuhkan waktu dan proses yang lama.

Berkomunikasi

Untuk menjadi pribadi yang be-bas dalam berelasi dan berkomu-nikasi dengan siapa saja seseo-rang perlu menyadari, menggolah dan melepaskan topeng-topeng atau kedok-kedok yang selama ini membelenggu hidupnya. Keti-ka seorang pribadi mampu meng-golah dan berani untuk menjadi diri sendiri maka ia hidup dengan bebas dan merdeka dengan siapa saja. Sebaliknya, dengan memakai kedok dalam berelasi dan berko-munikasi dengan orang lain yang akan terjadi adalah pandangan dan penilaian yang keliru tentang orang lain. Obat mujarap untuk mengurangi pandangan, pikiran dan perasaan seperti ini adalah ko-munikasi. Melalui komunikasi kita akan lebih mengenal orang lain dan orang lain pun mengenal kita. Yang dituju adalah relasi dan keter-bukaan yang nyata dengan sekeli- lingnya. Br. Friben Korisen, MSC.

Para peserta Akhir Pekan Choice Reguler Disktrik Purwokerto yang diselenggarakan di Kaliori 9 - 11 Mei 2014.

32 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

MISSIONING MSC INTO THE FUTURE: BEING MSC IN OUR WORLD TODAYKonferensi MSC APIAManado, 20 - 30 Juli 2014

Oleh:John Giscard Mitakda

Pada tanggal 2 – Juli 2014, 43 utusan MSC dari Indonesia, Korea, Jepang, Vietnam, India, Philippines, Uni Pasifik dan Australia berkum-pul di Manado, menghadiri Konfe-rensi APIA yang diselenggarakan setiap dua tahun. Ada 4 kelompok utama dalam konferensi tersebut yakni para Pembina, kelompok Jus-tice Peace and Integrity of Creation (JPIC), kelompok para Bruder, dan Para Superior. Pertemuan kelom-pok para Pembina dan kelom-pok para Bruder dilaksanakan di Skolastikat MSC dan Pranovisiat MSC di Pineleng. Untuk kelompok JPIC, selain bertemu di Pranovisiat MSC mereka juga berkunjung ke Ternate dan Tobelo untuk exposure di sana, mendengar, menyaksikan dan berefleksi bersama pengala-man-pengalaman konflik yang pernah terjadi di wilayah tersebut beberapa tahun yang lalu. Per-temuan para Superior dilaksana- kan tanggal 28 dan 29 Juli bertem-pat di Rumah MSC Pal 3, Karom-

basan, Manado.Tema Konferensi MSC APIA

2014 ini adalah “Missioning MSC into the Future: Being MSC in Our World Today.” Sejak pembukaan se-cara resmi di Aula Skolastikat MSC, tema tersebut didalami sesuai dengan konteks kelompok mas-ing-masing. Mengantar Konfer-ensi ini, dalam pembukaan P Chris R. McPhee MSC mengingatkan seluruh peserta akan identitas se-bagai MSC. “Kita semua bergabung dalam hidup religius, kita ber-gabung dengan MSC karena relasi kita dengan Kristus. Relasi dengan Kristus itulah yang memanggil kita. Kristus adalah inspirasi kita dan kekuatan pendorong – dan rela-si kasih yang mendalam dengan Kristus itulah yang menarik kita kepada perutusan kita, misi kita.” Lebih lanjut P Chris mengingatkan bahwa kita tidak disebut “Para imam Hati Kudus Yesus” dan juga tidak disebut “Bruder-bruder Hati Kudus Yesus, tetapi kita disebut

“Misionaris Hati Kudus Yesus” – TITIK. Tidak boleh ada embel-em-bel lain lagi, sebab kita berkumpul karena panggilan dan perutusan yang sama seperti dikatakan da-lam Konstitusi nomor 28.

Pada hari pertama Konferensi, sore harinya seluruh peserta be-ranjak ke gereja Katedral Manado. Di sana, Konferensi APIA 2014 di-mohonkan berkat dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Manado Mgr. Joseph Theodorus Suwatan MSC. Mgr Jos tahu persis sejarah APIA sebab beliau terlibat langsung sejak awal munculnya cikal-bakal Konferensi APIA.

Hari Selasa 22 Juli – Jumat 25 Juli merupakan hari-hari pertemu- an masing-masing kelompok. Fokus pembicaraan kelompok para Pembina adalah program pembi-naan sesudah novisiat dan secara lebih khusus program persiapan kaul kekal. Di akhir rangkaian pertemuan, para Pembina APIA

We are not called ‘Priest of the Sacred Heart’ nor are we called ‘Brothers of the Sacred Heart’ ... we are called Missionaries of the Sacred Heart of Jesus - FULL STOP. Demikian P Chris McPhee MSC menga- jak seluruh peserta Konferensi MSC APIA 2014 di Pineleng, Manado, menyadari identitasnya.

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 33

MISSIONING MSC INTO THE FUTURE: BEING MSC IN OUR WORLD TODAY

merasa perlu untuk mempunyai program persiapan kaul kekal yang seragam. Dirasakan pula perlunya kehadiran seseorang yang telah menjalani program Cor Novum. Selain itu setiap provinsi ber-komitmen untuk melihat kembali program persiapan kaul kekal dalam terang dokumen Valladolid dan Konstitusi Tarekat, meninjau program tersebut dalam konteks visi dan misi pembinaan – apakah itu muncul dari visi untuk menjadi MSC dalam dunia sekarang ini. Persiapan kaul kekal sama pen- tingnya dengan program novisiat.

Diusulkan juga pertemuan reguler bagi para pembina (aspiran, pranovisiat, novisiat dan skolas-tikat) di setiap provinsi/uni, untuk mengusahakan program pembi-naan yang berkesinambungan. Ditegaskan sekali lagi bahwa visi dan program pembinaan dari seti-ap rumah pembinaan harus sesuai dengan dokumen-dokumen MSC (Konstitusi dan Valladolid).

Untuk Konferensi APIA berikut-nya, diusulkan beberapa hal yang akan menjadi pokok pembicaraan para pembina yakni program on going formation khususnya bagi imam-imam balita atau setelah kaul kekal, seleksi panggilan, professional standard and conduct in ministry, serta isu-isu menyangkut child abuse.

Dalam kelompok para Bruder, walaupun ada kendala “lost in translation”, semangat untuk berbagi pengalaman kehidupan tidak surut. Apa yang disampaikan oleh P Chris McPhee dalam sesi pembukaan tentang identitas MSC menggema kuat dalam pertemuan para Bruder. Sharing P Carl Tranter MSC tentang Cordate Community yang dibangun oleh para MSC Ero-pa menjadi inspirasi pembicara- an tentang kecenderungan kleri-kalisme di mana para imam lebih menonjol, lebih dihargai dan lebih dikenal ketimbang para bruder. Klerikalisme juga sering meng-

Seluruh peserta Konferensi yang terdiri dari 4 delegasi dari Philip-pines, 4 delegasi dari Australia, 3

delegasi dari Papua New Guinea, 3 delegasi dari Uni Pasifik, 1 dele-gasi dari Jepang, 1 delegasi dari Vietnam, 4 delegasi dari Korea,

2 delegasi dari India, 18 delegasi dari Indonesia dan 2 delegasi dari Pimpinan Umum di Roma. Semua

delegasi terdiri dari 10 Bruder dan 31 Imam, ditambah 2 Imam pener-

jemah untuk pertemuan para Bruder.

34 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Seluruh delegasi dari pelbagai provinsi, regio dan uni di Asia,

Pasifik dan Australia (APIA) dengan tekun mengikuti combine meeting di Aula Skolastikat MSC, Pineleng. Combine meeting mendengarkan

resolusi kelompok Pembina,

para Bruder dan JPIC.

hambat tumbuhnya panggilan untuk menjadi bruder. Di lain pihak, seperti juga diungkapkan dalam konferensi APIA 2012 di Korea, para bruderlah yang sering kali benar-benar tampil sebagai MSC. Dirasakan perlunya promosi panggilan yang pertama-tama menampilkan figur MSC dan bu-kan hanya figur imam. Selain itu, pengalaman pembinaan bersama para bruder dengan calon imam dalam jangka waktu yang lebih lama, lebih membantu tumbuhnya penghayatan identitas sebagai MSC. Oleh sebab itu diusulkan agar pembinaan bersama para bruder dan para frater calon imam diberi porsi waktu yang lebih lama. Selain itu diusulkan agar program persiapan kaul kekal para bruder dan para frater calon imam dilaku-kan bersama. Diharapkan juga ke depan para bruder semakin dilibat-kan dalam misi bersama, termasuk misi ke luar negeri.

Kelompok JPIC, selain menga-dakan pertemuan dan refleksi ber-sama di Pranovisiat MSC Pineleng, juga melaksanakan exposure bersama selama 3 hari di wilayah konflik antara umat Islam dan Kris-ten di Ternate dan Tobelo. Dalam exposure mereka dihadapkan pada orang-orang yang telah terping-girkan, mereka yang “kalah”, dan terluka sebagai korban kejahatan

yang dilestarikan oleh sistem. Di-hadapkan dengan realitas itu mereka menyadari jati diri MSC sebagai pembawa harapan, orang-orang yang terpanggil untuk membangun masyarakat yang le- bih manusiawi, yang didorong oleh tradisi compassio sebagai tanggap- an bagi penyakit-penyakit jaman.

Dari pengalaman exposure dan refleksi bersama kelompok JPIC MSC APIA sadar akan tantang- an dan panggilan sebagai MSC. Pertama, menjadi adalah be-ing dan bukan doing. MSC harus menjadi sakramen kehadiran Hati Allah yang berbelarasa. Kedua, kita mendapatkan kekuatan dari doa dan Ekaristi. Doa dan Ekaristi menghantar kita agar tidak jatuh pada aktivisme belaka. MSC di-panggil untuk menghadirkan kepenuhan penebusan, kini dan di sini. Ketiga, panggilan kita sebagai MSC selalu menghantar kita untuk berpihak kepada “the least, last and the lost”. Keempat, pengalaman exposure di Ternate dan Tobelo mengajar provinsi MSC lainnya di mana bangunan perdamaian ma-sih rapuh. Dengan itu semua, JPIC MSC berusaha untuk benar-benar menjadi Hati Allah di dunia.

Kelompok JPIC mengakhiri hari-hari refleksi ini dengan menegas-kan perlunya kerjasama di tingkat internasional dan keterkaitan

antar provinsi. Kerjasama tersebut antara lain dibangun melalui social media networking yang memberi ruang untuk berbagi pengalaman. Selain itu provinsi-provinsi yang belum menempatkan JPIC dalam struktur mereka, didorong untuk memasukkan JPIC dalam struktur mereka.

Apa yang telah dibicarakan dalam ketiga kelompok (Pembina, Bruder, dan JPIC) dipresentasikan dalam pertemuan pleno pada Sab-tu, 26 Juli pagi di Aula Skolastikat MSC. Selanjutnya hasil pertemuan kelompok-kelompok tersebut di-bahas dalam pertemuan para Su-perior yang dilaksanakan tanggal 28 – 29 Juli di Rumah Biara MSC Paal III, Karombasan.

Para superior menanggapi re- solusi dari ketiga kelompok Bruder, Pembina dan JPIC. Selain itu para superior menghasilkan beberapa keputusan dan pertimbangan se-hubungan dengan provinsi ma- sing-masing, yakni:a. Sepakat untuk memilih “Profes-

sional Standard Conduct in Min-istry” sebagai tema pertemuan MSC APIA 2016 di Nagoya, Jepang.

b. Setiap provinsi memandang perlu persiapan kaul kekal untuk bruder dan imam sepen- ting pembinaan Novisiat. Oleh karena itu dibutuhkan satu ta-

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 35

hun persiapan untuk kaul kekal. Persiapan kaul kekal Bruder dan calon imam perlu diinte-grasikan.

c. Merujuk pada letak rumah bina yang berjauhan, maka perlu para formator bertemu setahun sekali untuk mengkhususkan diri memperdalam misi dan meneguhkan identitas sebagai MSC.

d. Menyetujui P Sam Maran-resy MSC, sebagai convenor dan koordinator yang mem-persiapkan pertemuan para formator; menyetujui Bruder Yos Daempal MSC sebagai koordinator para Bruder MSC bersama Bruder Antonio Teb-weao MSC dari Pacific Union; menyetujui John Giscard Mita-kda MSC sebagai koordinator JPIC MSC APIA,

e. Dalam hubungan dengan JPIC, para superior mengajak provin-si-provinsi yang belum memiliki JPIC desk/secretary atau komisi untuk mulai membentuknya.

Selain itu Para Superior MSC APIA membuat pernyataan-per-nyataan umum:a. Para Superior MSC APIA sadar

akan bertumbuhnya kesadaran

bahwa "Kita adalah MSC. Titik!” Dan sebagai MSC, kita bukan penonton dalam misi MSC melainkan pemain utama di mana misi adalah identitas MSC dan bukan kewajiban ataupun tugas.

b. Para Superior menyadari pentingnya seleksi calon-calon dengan menggunakan standar psikologi yang profesional. Seti-ap provinsi diharapkan meman-faatkan psikolog atau psikiater dlm proses seleksi.

c. Para Superior memandang suatu kemendesakan agar tiap Provinsi memiliki standar pro-fessional dalam pelayanan dan diharapkan utk selalu membagi informasi. P. Tim Brennan MSC kini bertugas mengumpulkan informasi dan mengontak seti-ap provinsi menyangkut hal ini.

d. Misi bersama ke China: Provinsi MSC Indonesia, Provinsi Philip-pines dan Regio Korea Selatan oleh para Superior ditugaskan untuk kembali ke China. Setiap provinsi diberi kewenangan untuk berkunjung ke beberapa wilayah di China dan menjajaki kemungkinan membuka pelu-ang karya atau pembentukan komunitas. Hal ini menjadi kian

mendesak mengingat perkem-bangan baru bahwa China dira-malkan menjadi negara Kristen terbesar di Asia.

Konferensi MSC APIA 2014 secara resmi ditutup dalam Pera- yaan Ekaristi pada hari Sabtu sore 26 Juli 2014, di gereja Hati Kudus Yesus Karombasan. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Provinsi-al MSC Indonesia P Benediktus Estephanus Untu MSC didampingi oleh para Asisten General P Chris R McPhee MSC dan P Carl Tranter MSC, Pemimpin Daerah Sulawesi – Kalimantan Timur P Johny Luntun-gan MSC serta Uskup Keuskupan Manado Mgr. Jos Suwatan MSC.

Salah satu mata acara menarik Konferensi adalah malam budaya, di mana setiap negara menampil-kan kekhasannya. Selain mengi-kuti pertemuan-pertemuan, para delegasi Konferensi MSC APIA 2014 juga berkunjung ke Seminari St. Fransiskus Xaverius Kakas-kasen, mengunjungi Taman Rohani Kelong di Kakaskasen. Pada hari Minggu 27 Juli 2014 seluruh dele-gasi mengadakan outing bersama ke Taman Laut Bunaken. Jonast/JGM

Seluruh delegasi bersama para imam MSC di Manado dan sekitarnya serta Bpk Uskup Mgr Josephus Suwatan MSC, sesudah misa penutupan di gereja Hati Kudus Yesus Karombasan.

36 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Penyelenggaraan Konferensi MSC APIA 2014 tidak lepas dari peran komunitas-komunitas MSC di Manado dan Pineleng, yakni Komunitas Daerah Sulawesi – Ka-limantan Timur di bawah Pimpinan P Johny Luntungan MSC yang juga merupakan Ketua Panitia Lokal, Komunitas Skolastikat MSC di bawah pimpinan P Gino Farneu-bun MSC, dan Komunitas Prano-visiat MSC di Pineleng di bawah pimpinan P Petrus Suroto MSC dan P Simon Manumpil MSC. Sudah sejak jauh-jauh hari mereka mem-persiapkan pertemuan akbar MSC APIA ini. Para frater sendiri terlibat langsung dengan setia melayani para delegasi bak pelayanan hotel bintang lima.

Tidak mengherankan bahwa penyelenggaraan Konferensi MSC APIA 2014 di Manado ini dinilai sebagai “the best APIA Conference” oleh pelbagai pihak. Ada beberapa alasan yang bisa diangkat sebagai dasar predikat tersebut.

Tema sentral bukan saja meng- ajak para peserta untuk memper-siapkan secara rohani tetapi juga semua konferensi dan rapat yang

dilaksanakan selama 8 hari telah mendalami, mengembangkan, membagi pengalaman dan akhir- nya menegaskan kembali identitas kita sebagai MSC. Banyak peserta disadarkan dan merasakan identi-tas kita: ‘We are Missionaries of the Sacred Heart. Full stop!” Pengalam- an ini dimekarkan, disegarkan dan api identitas MSC dinyalakan dan kini kian menghangat dalam diri para peserta.

Ke-5 konferensi (Para Bruder, Para Pembina, JPIC, Pertemuan gabungan, dan Para Superior), bukan saja menggemakan kembali tema utama tetapi mendalaminya dan bahkan konsep dan semangat indentitas MSC itu diperbaharui sebagai misi. Misi bukan suatu ke-wajiban, bukan suatu tugas, tetapi misi adalah identitas MSC. We are men with a mission, sebagaimana Pendiri kita.

Organisasi,manajemen dan koordinasi penyelenggaraan Kon-ferensi APIA tahun ini dipandang amat rapi, terstruktur jelas, persi- apan yang kolaboratif dengan pe- rencanaan yang jelas dan eksekusi lapangan yang penuh semangat.

Para peserta dari Luar Negeri telah mengetahui tema dan prosesnya jauh-jauh hari sebelumnya dengan komunikasi yang terbuka, cepat, pro-aktif dan responsif. Para peserta telah bahkan merasakan “aroma” Indonesia sebelum me- reka tiba di Indonesia. Bahkan be-berapa delegates dari Luar Negeri seperti Australia, Phillipines, Korea dan Vietnam telah mereservasi tiket and itinerary plan mereka 3 bulan sebelum konferensi.

Dipilihnya rumah-rumah bina (Skolastikat MSC, Pra-Novisiat MSC) di Pineleng sebagai tempat Konferensi menegaskan tema dan terjemahannya dalam ranah pembinaan MSC. Keterlibatan dan tata kerja para frater Skolastikat dan seluruh staff Pra-Novisiat dan Skolastikat tercermin dalam kerja keras penuh semangat dan keterlibatan amat aktif dari para frater dan staff. Para frater Skolas-tikat MSC Pineleng adalah mereka yang mendapat kredit paling tinggi dari penyelenggaraan Konferensi MSC APIA 2014. Mereka bukan saja mempersiapkan perleng-kapan sekretariat, internet hot

THE BESTAPIA CONFERENCE

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 37

spots, baliho, ruangan aula dan konferensi lain, tetapi juga terli-bat dalam koor misa pembukaan/penutup. John Walker (superior MSC Komunitas Canberra) menga-kui “bulu badan”nya tegak berdiri ketika mendengar para Frater MSC Pineleng menyanyikan lagu Ame-tur dan lagu-lagu misa Penutupan di Paal III. Di atas segala-galanya para frater melayani meja makan dengan senantiasa “fully alert” atas ketersediaan makan minum serta penataannya yang oleh P Frank Dineen MSC (superior Skolastikat MSC Melbourne) dinilai sebagai pelayanan “first class.” Beberapa frater bahkan tidur jam 00.30 dan bangun jam 05.00 pagi selama 10 hari untuk memastikan kebersihan meja-meja makan yang ditata di Aula Pra-Novisiat MSC Pineleng, mempersiapkan kopi, menata meja, dll. Ketika memasuki kom-pleks Pra-Novisiat, konfrater kita asal Fiji, Br Laisenia Ralake MSc, mengira bahwa dia memasuki suatu hotel berbintang. Hal yang sama juga diakui oleh P Diomides “Jomy” Burgos MSC dari Philipines. Beberapa delegasi merasakan

bertumbuhnya self-confidence dalam diri para frater selama 10 hari pertemuan. P Carl Tranter MSC mengakuinya ketika ber-cakap-cakap dengan beberapa frater yang berani mengungkapkan diri dalam bahasa Inggris.

Selama 10 hari konferensi ha- nya P Matthew Park MSC, Superi-or Regio MSC Korea Selatan yang mengeluh gangguan sakit perut dan pusing. Itupun terjadi di hari kedua Pertemuan para Superior di Paal III, ketika mereka diun-dang makan di luar. Makanan dan minuman telah menjadi percaka-pan penuh syukur di antara para peserta. “Makanan luar biasa, enak dan mantap!” Demikian ungkapan Benedict Lee, Bruder MSC asal Korea Selatan yang serius belajar Bahasa Indonesia dari beberapa frater. Tante Cattie Lumowa dan team di dapur telah memanja-kan para peserta dengan sajian makanan yang istimewa penuh selera Ausie, Italiano, Pacific, India bahkan Vietnamese. “Bubur Mana-do” ternyata menjadi “table items” yang dinikmati dengan lahap. P Claude Mostowik MSC, ketua

JPIC MSC Australia dan direktur Pax Christi Australia-Selandia Baru bahkan amat menyukainya. Dalam pembicaraan dengan para delegates banyak yang mengeluh: “Wah… berat badan saya naik!”

Konferensi MSC APIA Manado 2014 telah menjadi ajang “expo hospitalitas” Indonesia yang tercermin dalam perilaku dan interaksi konfrater MSC Indonesia di Skolastikat dan Manado. P John Mulrooney MSC (Provinsial MSC Australia) di website MSC Asutralia menulis: “The Indonesian Province must be commended for both the ef-ficient organization of the conference and the extraordinary hospitality shown to all.” Ia pun menambahkan: “The hospitality of the Indonesian MSC was “five star” and they made us all feel very welcome. They are an extraordinary Province and wonder-ful to work with.”

Proficiat untuk Provinsi MSC Indonesia atas terselenggaranya MSC APIA CONFERENCE 2014 dengan sukses. Terima kasih atas peran serta semua pihak sehingga event ini dapat terselenggara de- ngan baik dan sukses. Jonast/JGM

Seluruh Peserta Konferensi berfoto di depan Skolastikat MSC Pineleng (kiri), Penampilan para frater dalam Malam Budaya (tengah atas), Kolaborasi para frater skolastik dan Br Benedict Lee dari Korea menghasilkan melodi indah (tengah bawah), Pe-layanan bintang lima oleh para frater (kanan atas), Para Asisten General menikmati snorkeling di Taman laut Bunaken (kanan bawah)

38 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

MELAWAN ARUS DEMI HATI KUDUSPASTORALIA

P Stanislaus Kuway MSC ditahbiskan sebagai seorang imam Biarawan MSC pada tang-gal 02 Februari 2008 di Katedral Ambon. Sebagai imam baru ia ditugaskan di Paroki Santo Paulus Palu sebagai Pelaksana Harian Yayasan Persekolahan Katolik Keuskupan Manado Perwakilan Palu, merangkap sebagai kepala SMA Katolik Santo Andreas Palu, Mei 2008-Agustus 2009. Di akhir masa tugas tersebut, Pemimpin Daerah Sulawesi Kalimantan Timur meminta P Stan untuk pindah tugas ke Paroki Santo Eugenius de Mazenod Tanjung Redeb-Keuskupan Tanjung Selor-Kalimantan Timur. Sesudah bertu-gas selama setahun sehari di Tanjung Redeb-Berau bersama pastor paroki P Anselmus Hans Dahua MSC, kemudian ia diminta lagi untuk pindah ke daerah pedalaman meng-gantikan pastor Aloysius Endro Wignyoseputra MSC di Paroki Hati Kudus Yesus Kam-pung Long Ayan. Paroki ini baru berusia 2 tahun. Sebelumnya, paroki baru ini merupa-kan stasi dari paroki Santo Eugenius de Mazenod Tanjung Redeb.

P. STANISLAUS KUWAY MSC

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 39

Ketika diminta pindah ke paroki baru ini, tanpa banyak pertimbang- an P Stan mengatakan: “Kalau me-mang itu kepercayaan dan kepu-tusan kongregasi maka saya siap menerima dan melaksanakannya. Saya siap menerima tugas baru itu sebagai suatu tugas perutusan dan kepercayaan kongregasi bagi saya untuk dilaksanakan.” Maka sejak tanggal 12 September 2010-seka-rang P Stan menjadi pastor paroki “pedalaman” di paroki Hati Kudus Yesus Kampung Long Ayan-Ke-camatan Segah-Kabupaten Be-rau-Kalimantan Timur-Keuskupan

Tanjung Selor.

Paroki Hati Kudus Yesus Kam-pung Long Ayan

Pada tanggal 11 April 1982 terjadi baptisan pertama di paroki ini. Sebanyak 123 umat dibaptis di Long Laai, maka agama Katolik mulai tersiar ke kampung-kam-pung suku Dayak lain, seperti Kam-pung Long Ayan (baptisan pertama tanggal 15 Desember 1982, ber-jumlah 64 orang); Kampung Long Ayap (baptisan pertama tanggal 12 Juni 1983, berjumlah 33 orang); Kampung Punan Malinau (baptisan

pertama tanggal 03 Januari 1991, berjumlah 19 0rang); Kampung Long Okeng (baptisan pertama tanggal 16 April 1991, berjumlah 37 orang).

Diceritakan bahwa umat Katolik di Kampung Long Ayan, Long Ayap, Punan Malinau dan Long Okeng memutuskan untuk memeluk aga- ma Katolik bukan karena dipaksa, tetapi karena mereka sudah men-dengar bahkan mengenal agama “baru” ini dari anak-anaknya yang pada bersekolah di Long Laai dari guru mereka Bapak Andreas Hat Nyuk. Maklumlah pada waktu itu sekolah hanya ada di Long Laai.

Paroki Hati Kudus Yesus Kam-pung Long Ayan adalah Paroki ke-14 dari 15 Paroki yang ada di Keuskupan Tanjung Selor yang diresmikan oleh Uskup Keuskup- an Tanjung Selor Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF pada tanggal 26 Juni 2008. Pastor paroki pertama paroki ini adalah adalah Pastor Aloysius Endro Wignyoseputra MSC (26 juni 2008-12 September 2010) dan sejak tanggal 12 Sep-tember 2010 sampai sekarang umat ini digembalakan P Stanis-laus Kuway MSC.

Paroki Hati Kudus Yesus ter-letak di Kampung Long Ayan, Ke-camatan Segah, di sebelah selatan Kabupaten Berau. Dalam struktur kewilayahan Gerejawi, paroki ini merupakan wilayah paling selatan dari “Dekanat Selatan”, Keuskupan Tanjung Selor, mempunyai tujuh stasi, yaitu: Stasi Santa Theresia Long Okeng, Stasi Santo Andreas Long Laai, Stasi Santo Antonius Long Ayap (bagian Hulu Sungai Segah), Stasi Santo Thomas Rasul Punan Malinau (dan Long Ayan-Bagian Tengah), stasi Santo Mikael Harapan Jaya, Stasi Hutan Hijau Mas, Stasi Malindomas Perkebunan (Bagian Hilir Sungai). Sarana transportasi yang digu-nakan untuk turney adalah dengan menggunakan perahu ketinting (6 stasi), masih dilanjutkan lagi dengan naik motor atau truk, milik perusahaan kelapa sawit (2 sta-si). Sungai Segah selain sebagai

P. Stan MSC, Ketua DPP HKY Bpk Thomas Basog, Fr. Sabarindo Surbak-ti Pr mengantar Pinda SulKaltim P. Johny Luntungan MSC mengunjungi Stasi Punan Mali-nau, stasi terdekat dari Pusat paroki Long Ayan

40 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

sarana transportasi juga berfungsi untuk pelbagai keperluan hidup sehari-hari bagi masyarakat segah.

Situasi Kondisi Umat Paroki

Umat Katolik Paroki Segah, ter-diri atas: masyarakat Suku Dayak, yang kebanyakan tinggal di wilayah Hulu sungai Segah (5 stasi) dan masyarakat Nusa Tenggara Timur (3 stasi) yang tinggal di Hilir, dan mereka bekerja sebagai karyawan perusahaan kelapa sawit. Disam- ping itu, masih ada beberapa suku lain, yang jumlahnya tidak banyak, misalnya Jawa, Toraja, Batak, Ambon.

1. Masyarakat Dayak

Kehidupan masyarakat Dayak sangat berkaitan erat dengan ladang dan sistem perladangan. Karena sistem perladangan yang berpindah-pindah maka sistem ini membentuk masyarakat yang siap untuk setiap kali berpindah. Mobilitas merupakan kelebihan sekaligus kekurangan. Kesiapan untuk berpindah juga berkaitan dengan tradisi berburu. Berburu sangat ditentukan oleh binatang buruan. Binatang selalu bergerak, maka tidak mengherankan ka-

lau masyarakat pemburu seperti masyarakat Dayak juga siap untuk bergerak. Sistem perladangan ber-pindah mempunyai konsep waktu yang tertentu. Proses menebas, menebang pohon, membakar, “nugal” (tanam padi), tanam, dan panen merupakan urutan proses yang tetap. Menunggu dan menye-suaikan dengan irama waktu alam adalah inti dari konsep waktu yang mereka hayati. Konsep waktu dari jam ke jam, menit ke menit tidak berfungsi bagi masyarakat pem-buru dan peramu. Disamping itu, paham kolektivisme penting bagi mereka. Kebersamaan sangat dihargai, misalnya mulai tebas hutan, “nugal” dan panen, dikerja-kan secara gotong-royong. De-mikian pula saat ada perkawinan, orang bersama-sama membuat panggung dan memasak; pada saat ada peristiwa kematian war-ga, mereka membuat “ungun” (peti jenasah dari satu batang kayu yang utuh). Ketidakhadiran dalam keber-samaan ini dinilai sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan hati dan merasa terasing dari kelompoknya. Suku Dayak pada umumnya halus budi dan menghindari perteng-

karan. Permusuhan dihadapi secara pasif. Bila orang disakiti hatinya, cenderung menghindar- kan diri, ngambeg dan mogok, acuh dan apatis. Pada awalnya orang Dayak akan bersikap hati-hati, waspada, tidak mudah terbuka dan percaya pada orang lain, tetapi setelah saling mengenal, mereka bisa diajak duduk ngobrol berjam- jam lamanya. Mereka sangat peka akan tanda-tanda alam dan per-caya pada kekuatan alam/gaib.

2. Masyarakat Nusa Tenggara Timur

Kelompok umat selanjutnya menunjuk pada beberapa suku yang berasal dari Flores dan seki-tarnya. Mereka datang ke Segah untuk mencari nafkah sebagai karyawan PT. Kelapa Sawit. Kondisi ini sangat mempengaruhi perilaku hidup sehari-hari dan kehidupan menggereja. Gaji yang diterima relatif pas-pasan (Rp. 42.500,- per hari) maka orientasi hidup lebih terarah pada usaha mencari uang. Mereka berasal dari daerah dengan tradisi Katolik dan adat nenek-moyang yang sangat kuat. Adat nenek moyang ini merupakan penjabaran dari ide tentang Lewo Tana. Lewo Tana merupakan suatu keyakinan religius-moral untuk menjunjung tinggi tanah kelahir- an. Keyakinan ini dipegang teguh dan dipatuhi hampir tanpa syarat oleh hampir setiap orang NTT, bahkan ada unsur rasa takut jika tidak menjunjung tinggi keyakinan ini. Keyakinan akan Lewo Tana ini kemudian dijabarkan dalam adat-istiadat yang lebih detil berkaitan dengan hormat kepa-da orang tua, paman, tetangga di

Kunjungan Pater Provin-sial MSC P. Rolly Untu MSC ke Paroki Hati Kudus Yesus Kampung Long Ayan.

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 41

kampung bahkan sampai pada pe-nentuan jodoh yang tepat dari kel-uarga yang tepat. Aturan ketat di bidang penghayatan agama Katolik dan tekanan sosial adat istiadat di tempat asal tidak dirasakan lagi ketika mereka tinggal di luar NTT. Akibatnya mereka sangat “longgar” dalam penghayatan hidup be-ragama Katolik dan adat istiadat. Bahkan mereka kurang menunjuk-kan sikap hidup orang Katolik yang militan. Mereka kurang berse-mangat pergi ke Gereja pada hari Minggu, terlebih-lebih bila mereka tidak dijemput dengan kendaraan milik perusahaan. Jumlah umat Katolik yang pergi ke gereja pada hari Minggu untuk beribadat-sabda tanpa imam semakin sedikit bila pastor/frater/suster tidak datang turney. Doa-doa di lingkungan/basis tidak ada/sulit diwujudkan, kecuali doa Rosario pada bulan Mei dan Oktober.

Kondisi Geografis

Secara geografis semua stasi dari paroki ini berada di sepanjang pinggir sungai Segah. Karena itu alat transportasi utamanya adalah perahu ketinting. Jalan utamanya

adalah lewat jalur sungai. Medan pelayanan yang ditempuh ke stasi-stasi memang berat. Na-mun lebih tepat bila dikatakan menantang dan menarik. Situasi geografis yang demikian justru tidak menyurutkan semangat dalam melayani umat. “Ada satu penghayatan tersendiri bahwa Kemanapun saya pergi dan diutus kalau itu Karya Tuhan pasti Tuhan akan menjaga, melindungi dan membimbing saya. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan saya berkarya sendiri tanpa bantuan dan perlindungan-Nya. Pelayanan yang dilaksanakan sungguh dilak-sanakan dengan penuh cinta dari hati yang tulus tanpa mau mencari keuntungan diri,” tegas P Stan.

Kerasan

Sering kali kepada P Stan diaju-kan pertanyaan: “Mengapa kerasan bertugas di sini?” Ia mengalami, merasakan dan menghayati bah-wa dalam sudah ada satu sikap yang tumbuh sejak kecil. Sikap itu diperkuat lagi ketika masuk biara. “Kemana saja saya diutus, saya harus terbuka dan besrsedia belajar terus-menerus mencintai

tugas dan lingkungan tempat saya tinggal. Di dalamnya ada manu-sia-manusia yang membutuhkan cinta, mereka punya adat budaya, mereka tinggal dalam lingkung- an geografis tertentu. Saya mau mengenal, mencintai, menerima umat, masyarakat, adat istiadat dan budayanya.”

Menerima tempat tugas dengan medan berat tidak menyurutkan semangat melayani, malah mem-beri semangat untuk terus-me-nerus melayani. “Prinsip saya dalam melayani mereka adalah saya boleh mengikuti arus tanpa harus terbawa arus. Maksudnya saya boleh saja hidup berbaur dan menyatu dengan mereka dalam segala macam hal tanpa harus kehilangan identitas saya sebagai seorang imam biarawan MSC yang selalu melekat pada Tuhan,” tegas P Stan.

Membangun jaringan kerja

Sudah sejak awal bertugas di paroki tersebut P Stan sangat menyadari bahwa jika ia melayani seorang diri tanpa melibatkan orang lain maka akan terjadi “ma-lapetaka” bagi diri sendiri dan juga

P. Stan MSC mengikuti acara pertemuan Dayak Gaai di stasi Santo Andreas Long Laai

42 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

umat. Karena itu dalam melak-sanakan pelayanan dibangun suatu ‘jaringan kerja’ dalam melayani umat.

a). Membentuk Tim Pastoral Paroki (Pastor, Frater, Para Sus-ter PRR dan Katekis).

Tim Pastoral adalah tim khusus yang bertanggung dalam keber-samaan, persaudaraan dan cinta berkeliling dari stasi ke stasi untuk melayani umat; memimpin pera- yaan Ekaristi dan ibadat-ibadat, berkatekese, melatih dan mem-persiapkan para pemimpin ibadat sabda Hari Minggu dan ibadat lain-nya, mempersiapkan penerimaan sakramen-sakramen. Mereka me- rupakan petugas resmi dari paroki. Karena itu jika tim ini, entah secara bersama-sama maupun sendiri- sendiri berkunjung ke stasi-stasi sesuai jadwal pelayan paroki maka mereka mereka datang secara resmi atas nama paroki. Suasana yang dibangun dalam tim pastoral ini adalah persaudaraan, kekom- pakkan, keterbukaan, saling men-dengarkan, menghargai dan cinta yang menjadi dasar pengikat tim. Ada kesempatan untuk perayaan Ekaristi bersama, rekreasi dan berbagi pengalaman dalam pe-layanan umat.

b). Membangun Kerjasama dengan Dewan Pastoral Paroki (DPP), Dewan Pastoral Stasi (DPS), Tokoh-tokoh umat dan masyarakat.

DPP, DPS dan para tokoh umat adalah orang-orang kunci dalam kehidupan umat yang pantas dan harus diperhatikan secara khu-sus dalam membangun jaringan kerja yang baik. Selain tim pastoral paroki mereka juga merupakan mitra kerja pastor paroki dalam mengemban tugas perutusan. Melalui kerjasama yang baik, penuh persaudaraan dan peng-hargaan dan cinta dengan mere-ka, umat bisa digerakkan dengan cukup mudah. Untuk membangun relasi yang baik ini dalam seta-hun diadakan 6 kali rapat khusus dengan DPP, DPS dan para tokoh umat untuk membicarakan dan mengevaluasi kehidupan umat beriman. Dengan kata lain rapat dibuat setiap 2 bulan sekali. Jika ada hal-hal yang mendesak tentu bisa lebih dari 6 kali rapat dalam setahun. Selalu diusahakan untuk mendengarkan, berdialog, mem-beri pujian, memberi masukkan bagi mereka untuk membangun kehidupan iman umat yang lebih baik. Ada juga misa khusus untuk

mereka sesudah perayaan Natal dan Paskah untuk seluruh umat.

c.) Membangun Kerjasama dengan seluruh umat

P Stan menghayati bahwa seluruh umat paroki adalah umat Tuhan yang dipercayakan/dititip-kan untuk digembalakan. Kare-na mereka adalah umat Tuhan, maka ia berusaha untuk hadir di tengah-tengah mereka sebagai saudara-saudari, dengan penuh persaudaraan dan cinta melayani mereka secara rohani. Hidup berbaur dan mengalami kehidupan mereka secara nyata membuat P Stan tidak pernah menghakimi mereka, malahan berusaha un-tuk mengerti pergumulan mereka sekaligus memberikan masu-kan-masukan yang perlu agar mereka tetap tegar dan maju dalam membangun hidup beriman mereka yang lebih baik. Menerima mereka apa adanya, tidak banyak menuntut, kerja bakti bersama, akrab dan sendau gurau dalam persaudaraan dan cinta yang tulus bersama mereka membuat kami merasa saling memiliki satu sama lain. “Dalam khotbah atau kunjung- an-kunjungan saya selalu menga-jak mereka untuk selalu memban-gun persatuan dan persaudaraan

P. Stan MSC diantar motoris ke stasi Santo Andreas

Long Laai

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 43

sejati antara mereka satu sama lain, juga antar stasi dengan stasi di paroki ini. Sungguh suatu pengalaman yang luar biasa dan meneguhkan saya dalam menja- lani tugas.”

d). Membangun Kerjasama dengan Tokoh-tokoh mas-yarakat dan agama lain

Tidak bisa dipungkiri bahwa Ge-reja hadir bukan hanya untuk umat katolik saja tetapi juga bagi mas-yarakat pada umumnya. Karena itu relasi yang baik dengan para tokoh masyarakat dan tokoh agama lain juga menjadi prioritas dalam mem-bangun kehidupan iman yang baik. Lewat para tokoh masyarakat dan agama lain didapatkan banyak informasi yang berguna untuk membangun kehidupan umat dan masyarakat yang lebih baik. Hal tersebut membuat Gereja diterima, dihargai, disegani tapi juga menjadi tempat untuk bisa memberi masukkan yang baik untuk mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Buah-Buah

Dari pengalaman hidup ber-sama umat saya dirasakan dan dialami bahwa ada cukup banyak hal yang sedang dan telah tum-

buh menjadi suatu kebiasaan baik dalam kehidupan umat, antara lain: persaudaraan umat semakin kenta; keterlibatan aktif dalam ke-hidupan menggereja, entah dalam bidang liturgi, kerja bakti, maupun tanggung jawab umat kepada Gereja; sense of belonging antar stasi dan Pusat paroki; perasaan bangga menjadi orang katolik; ke-beranian umat untuk tampil dalam hidup bermasyarakat

Wilayah pelayanan Paroki Hati Kudus Yesus cukup luas dengan medan yang cukup berat. Kendati demikian, tugas pelayanan umat selalu dijalankan secara terjadwal dan teratur, sehingga setiap bulan pasti seluruh umat stasi di Paroki ini terlayani. Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah menganugerahkan kepada paroki ini orang-orang yang punya hati untuk membangun kehidupan umat beriman ke depan. Terima kasih kepada Fr. Marianus Ada MSC, Sr. M. Brigita PRR, Sr. M. Virgo PRR, Sr. Renata PRR, Bpk Thomas Basog dan sdra. Thom-as Didmus sebagai Tim Pastoral Paroki, juga kepada DPP, DPS, para tokoh umat, umat beriman, tokoh masyarakat dan tokoh agama lain yang sudah membangun kerjasa-ma selama ini.

“Saya sangat menyadari bahwa daerah pelayanan paroki ini cukup berat, dan karenanya sebagai pastor paroki saya sadar bah-wa kami tak dapat menjalankan tugas sendirian tanpa bantuan dan kerjasama dengan mitra kerja. Kekompakkan, kesatuan, keterbukaan, kerjasama dan cinta yang dibangun dan dialami ser-ta dirasakan oleh Tim Pastoral berpengaruh positif dalam tugas pelayanan kepada umat.”

Semoga karya Cinta Tuhan Yesus semakin berkembang dalam kehidupan bersama umat dan masyarakat. Sesuai Visi dan Misi Keuskupan Tanjung Selor 2008-2014, semoga Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus Long Ayan Segah menjadi pelaksana kehendak Allah yang memahami, mengungkapkan dan menghayati imannya sebagai saksi Kristus di tengah masyarakat demi terwu-judnya kerajaan keselamatan-Nya. Dan semoga sensus catolicus semakin dirasakan dan dialami da-lam hidup nyata umat. Semuanya dimaksudkan supaya Hati Kudus Yesus semakin dikasihi dima-na-mana. P. Stan Kuway MSC

Beberapa Umat Katolik Paroki Hati Kudus Yesus Kampung Long Ayan sementara menyelamat-kan bahan-bahan material aula Bunda Hati Kudus yang diterjang banjir

44 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Simpulan Komnas HAM dalam laporan tahun 2013 menyam-paikan bahwa konflik antar umat beragama di Indonesia semakin marak ketika aparat Negara lebih berpihak pada agama mayoritas. Akibatnya, Negara terseret sebagai pelanggar HAM. Memprihatinkan juga bahwa dalam kenyataan masih ada saja tokoh-tokoh agama yang tidak secara arif menyampai- kan pesan perdamaian pada umatnya.

Bertempat di sekretariat Wahid Institute, Jl. Taman Amir Hamzah No.8 Matraman Jakarta Pusat pada 31 Mei 2014 lalu ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace) yang didukung lembaga donor HSF (Hans Seidel Foundation) berhasil mempertemukan para pemuka agama dan kepercayaan juga pimpinan organisasi massa

keagamaan. Pertemuan terbatas yang dikemas dalam Pelatihan Pendidikan Konstitusi, HAM dan Demokrasi bagi penyuluh-penyu-luh agama ini dihadiri oleh sekitar 20 undangan dari berbagai ag-ama dan kepercayaan. Pemuka agama tidak hanya harus paham bagaimana pesan-pesan perda-maian yang berasal dari Kitab Suci tetapi juga wajib memahami Hak Asasi Manusia, demokrasi, konsti-tusi serta etika bagaimana mem-berikan ceramah pada umatnya.

Pemuka agama memiliki posisi strategis dalam memberikan para-digma pada umatnya. Para pemu-ka agama sengaja diundang dari latar belakang yang berbeda dalam acara ini untuk saling berbagi pengalaman. Dialog seperti ini penting untuk mengetahui apa yang sedang dialami di komunitas

AGEN PERDAMAIANLINTAS BATAS

Intoleransi dan radikal- isme semakin lama se-makin menguat dalam

masyarakat belakangan ini. Sesungguhnya,

ancaman utama bu-kan datang dari kelom-pok-kelompok intoleran

tersebut tapi justru datang dari ketidakmampuan

Negara dalam meredam dan mengontrol kelom-

pok-kelompok radikal itu.

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 45

masing-masing. “Benturan-benturan ke-

hidupan beragama berawal dari ketidakpahaman seseorang akan sejarah agama-agama,” Kata Mohammad Monib Direktur ICRP ketika memberi sesi Konstitusi, HAM dan Demokrasi. “Banyak orang Islam menolak paham HAM dan Demokrasi karena berasal dari Barat. Bila kita menengok pada teks-teks masa lalu dapat ditemukan bahwa prinsip-prinsip demokrasi dan Hak Asasi Manusia bukan berasal dari Barat. Kajian ini dipelajari oleh Nurcholish Madjid (Cak Nur) bahwa prinsip-prisip tersebut sudah dimulai sejak Islam ada. Saat itu di Negara Madinah, Islam sebagai minoritas, Umat islam saat itu 1500, Yahudi 4500, penyembah berhala 6500. 3 kom-ponen kepercayaan ini diikat oleh konstitusi saat itu. Dalam Konsti-tusi dan Piagam Madinah orang

wajib menghargai kebebasan hak orang lain dan harta milik orang lain. Prinsip ini kemudian diadopsi oleh pemikir Barat seperti John Locke pada abad 17 yang kemudi-an menjadi Prinsip HAM Intenasi-onal dengan Liberte, Fraternite dan Egalite.”

Hadir dalam acara ini aktivis LSM OASE milik Komunitas Muslim Syiah yang sering kita dengar da-lam pemberitaan bagaimana neg-ara memberikan label sesat pada mahzab Islam ini. “Tentang Islam, kami juga di Syiah disseat-sesat-kan. Imam Ali mengatakan tebar-lah kebaikan. Kami disesatkan tapi tidak membalas dengan kejahatan. Ketika beragama lihatlah bagaima-na dia memperlakukan sesamanya bukan dari banyaknya sholatnya atau puasanya. Itulah Islam yang saya pahami di Syiah. Kemuliaan hak tertinggi adalah ketika tidak menyakiti siapapun dan berbakti

kepada siapapun.” Ketua umum ICRP, Musdah

Mulia dalam sesi Peran dan Etika penyuluh agama dalam mas-yarakat majemuk berharap supaya pemuka agama juga peka terh-adap isu-isu kemanusiaan dan peningkatan derajat manusia. Ketika berceramah ia diharapkan mampu memberikan pandangan positif bagi umatnya untuk terli-bat dalam persoalan-persoalan kemanusiaan. Dengan demikian tidak terjadi kesenjangan di antara kelompok-kelompok masyarakat sebab kesenjangan itulah yang mejadi titik pokok diskriminasi. Kita punya hak kebebasan tetapi ke-bebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan yang kita miliki adalah kebebasan yang dibatasi oleh hak orang lain.

ICRP diminta untuk terus mengupayakan kegiatan seperti ini untuk menjaga dialog antara tokoh-tokoh agama. Diharapkan juga ICRP tidak hanya memberikan pelatihan ini untuk kalangan tokoh di kota tetapi masuk ke kam-pung-kampung. Seperti diungkap-kan Pastor Patrisius Jeujanan, MSC “Untuk kita yang duduk disini per-soalan seperti ini mudah diterima, tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak berpendidikan dan to-koh-tokoh di kampung-kampung. Untuk mereka lebih menarik me-nonton televisi bersama daripada melakukan kajian keagamaan atau membaca di perpustakaan. Maka perlu dipikirkan bagaimana mem-bahasakan secara baru pemben-tukan paradigma yang toleran dan damai dengan bahasa yang seder-hana dan mudah diterima kalangan bawah. Bahasa visual akan lebih menarik dan mudah diterima dari-pada kajian kajian ilmiah,” ungkap-nya. Lucia Wenehen/ICRP/Patris MSC

Benturan-benturan kehidupan beragama

berawal dari ketidakpahaman seseorang

akan sejarah agama-agama,

46 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Salah satu rahmat yang kita terima benar-benar melimpah dan gratis, tidak perlu membayar se- senpun, adalah waktu. Coba ba- yangkan kalau kita mesti mem-bayar waktu yang kita terima dari Tuhan. Misalnya, 1 detik berhar-ga Rp. 1.000,00, maka waktu 1 jam berharga Rp. 3.600.000,00. Waktu 1 hari sudah berharga Rp. 86.400.000,00. Nah, waktu 1 tahun sudah akan berharga 31.536.000.000. Coba kalikan de- ngan umur anda. Berapakah har-ganya? Akan tetapi sering kali kita lupa bersyukur atas rahmat yang diberikan dengan cuma-cuma ini.

Dalam Kitab Suci, ada dua kata berbeda yang sama-sama berarti “waktu”. Pertama, chronos, yang berarti waktu kronologis, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari.... dan se-terusnya..... sampai dengan hitung- an berabad-abad. Kedua, kairos, yang juga berarti waktu, tetapi lebih berarti: the right time, the supreme moment, waktu perkenan- an Tuhan, kegenapan waktu, saat Tuhan bertindak, saat rahmat. Da-lam Mrk 1: 15 misalnya dikatakan: “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Dengan demikian, chronos adalah waktu kuantitatif, sedangkan kairos ada-lah waktu yang dimengerti secara kualitatif.

Kehidupan kita di dunia modern sekarang ini sering dipenuhi de- ngan pelbagai jadwal dan agenda. Sesudah ini harus melakukan itu, dan sesudah itu, sudah ada agen-da yang lain lagi. Banyak orang mengeluh, “Aduh tidak punya waktu.” Ketika ada undangan untuk kegiatan lingkungan misalnya, jawabannya adalah: “Aduh, saya tidak punya waktu.” Ketika ada undangan untuk kegiatan komuni-

tas, jawabannya juga: “Aduh, saya sibuk!” Kita tenggelam dalam ke- sibukan sehingga waktu terkuras habis, tetapi lupa bahwa kita perlu menyediakan waktu agar men-jadi saat-saat rahmat bersama, bahkan juga untuk keluarga atau komunitas masing-masing.

Suatu kali, seorang suster di se-buah sekolah Katolik, ketika anak-anak Kelompok Bermain istirahat, dia terkejut. Ia melihat seorang anak makan, maaf, dengan cara seperti anjing. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, dige- leng-gelengkan kepalanya, digo- sok-gosok matanya, “Ah...saya bermimpi,” pikirnya. Tapi benar yang dilihatnya: seorang anak makan seperti anjing.

Segera ia menghubungi orang tua dari anak tersebut. Orang tua anak tersebut juga sangat ter-kejut. Bukan cuma terkejut, tapi mereka juga marah: “Masa, anak saya, anak orang terhormat begini makan seperti guguk. Tahu nggak Suster, saya ini direktur perusa-haan “Anu”, masa anak saya makan seperti itu. Suster jangan meng-hina saya ya!” Karena terkejut, marah, dicampur rasa penasaran keesokan harinya ia bergegas ke sekolah saat anak-anak istirahat. Dan benar, ia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ia terhenyak, tak tahu apa yang ingin dikatakan.

Kemudian ditelusuri, mengapa si anak makan dengan cara seperti itu. Ia dan isterinya adalah orang-orang sibuk. Pergi pagi pulang malam, tenggelam dalam peker-jaan. Anak diasuh oleh seorang pembantu. Nah, ketika ditanyakan kepada pembantu, ia mengatakan: “Habis... setiap kali saya ajarin makan yang bener dia nangis..... nggak mau makan.... Nah waktu dia lihat si Browny, anjing kesayangan tuan itu makan, dia menirunya...

dan mau makan. Yah, daripada saya repot, ngajarin dia makan tapi dia nangis terus... saya biarin... yang penting dia diem dan mau makan.....”

Suami-isteri itu seperti ditam-par, diingatkan akan perlunya wak-tu bersama dengan anak-anaknya. Mereka diingatkan akan perlunya kehadiran bersama-sama dengan anak-anaknya.

Waktu adalah anugerah melim-pah yang kita terima dengan cu- ma-cuma. Tetapi, betapa sering kita susah untuk berbagi waktu, bahkan dengan keluarga atau komunitas kita sendiri. Mungkin kita perlu mengagendakan waktu untuk keluarga atau komunitas. Misalnya, tentukan waktu untuk hadir bersama dengan keluarga dan jadikan agenda yang tak dapat diganggu gugat. Buat komitmen bahwa kehadiran dalam rekreasi komunitas tidak dapat dibatal-kan, kecuali, misalnya, Bapa Suci menelpon anda untuk berdiskusi tentang masalah teologis yang sangat penting.

Usahakan agar kehadiran anda benar-benar berkualitas. Orang masa kini sering kali tubuhnya ha- dir di sini, tetapi jiwanya melang- lang buana entah ke mana.......... Apalagi kalau smartphone atau Blackberry atau gadget apa saja sudah di tangan. Kualitas keha- diran kita menjadi berkurang. Ini menjadi tantangan bagi kita untuk menciptakan kehadiran yang lebih berkualitas.

Perlu usaha keras agar waktu hidup kita, tidak hanya menja-di detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari-demi hari yang berlalu begitu saja tanpa makna. Perlu usaha keras agar chronos kita menjadi kairos, agar waktu dan kehadiran kita menjadi saat rahmat bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.

W A K T U

AGUSTUS 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 47

Terima KasihKepada para donatur bulan Mei - Juli 20141. MKS Rp. 250.000,002. Kel. Bpk. Stef Gunadi Rp. 1.500.000,003. Kel. Haryanto Santoso Rp. 50.000,004. Kel. Paulus - Etty Rp. 50.000,005. Kel. Susilo Santoso Rp. 50.000,006. Kel. Andrianto Santoso Rp. 50.000,007. ICRP Rp. 300.000,008. Ibu Irene Rp. 100.000,009. Handy Putra Rp. 200.000,0010. Erni Suci Soekirno Rp. 200.000,0011. Gani Subrata Rp. 200.000,0012. Benawati Widya Rp. 200.000,0013. Hari Rianto Rp. 100.000,0014. Ibu Elly Rp. 50.000,0015. Ibu Margo Rp. 50.000,0016. Ree Nee Rp. 20.000,0017. NN Rp. 20.000,0018. NN Rp. 300.000,00Dukungan anda untuk majalah ini dapat disalurkan melalui:

KCP Hasyim Ashari, JakartaNo. Rek. 2620172963A.N. Sulvisius Joni Astanto atau Rosina Angwarmase

Proficiat atas 25 tahun hidup membiaraBr. Mathias Santoso MSCP. Cornelius Kuli Keban MSCP. Ignatius Welerubun MSCP. Antonius Dwi Rahadi MSCP. Johanis Bosco Ngeljaratan MSCP. Yohanes Wahyu Hersanto MSCP. Robertus Bob Rarun MSCP. Samuel Maranresy MSC

15 Juli 2014

Sr. M. Klara Puji Rahayu PBHKSr. M. Stephana Wakijah PBHKSr. M. Yosefita Sukatinem PBHKSr. M. Editha Meluk PBHK

Proficiat atas 25 Tahun Hidup Membiara:

Proficiat atas 50 Tahun Hidup Membiara: Sr. M. Anastatia Suminah PBHKSr. M. Cristien Sumiatsih PBHKSr. M. Gaudentia Ernestien PBHKSr. M. Laetitia Sianiwati PBHKSr. M. Eustacia Isbandiah PBHK

Proficiat atas 50 TahunHidup Bakti

Sebagai Misionaris Hati Kudus (MSC)15 Agustus 2014

J U B I L E A

48 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 201448 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | AGUSTUS 2014

Salah satu hambatan dalam penyelenggaraan Konferensi MSC APIA 2014 di Pineleng, Sulawesi Utara adalah bahasa. Sering terjadi peserta tertentu, khususnya mereka yang tidak berbahasa Inggris, “lost in translation”. Tidak jarang perlu usaha ekstra untuk convenor pertemuan untuk menangkap apa yang diungkapkan. Akan tetapi semua itu tidak menghalangi para peserta untuk membagikan peng- alaman hidup dan pelayanan mereka. Kesulitan berkomunikasi karena beda bahasa juga tidak menghalangi para peserta konferensi untuk saling berinteraksi satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan para frater di Pineleng pun berusaha untuk berkomunikasi dengan para peserta konferensi. Ada peningkatan self confidence yang significant. Salah satu peserta konferensi yang mengalami kesulitan untuk berinteraksi adalah Bruder Benedict Lee MSC dari Korea. Akan tetapi perlu diakui, semangatnya untuk beru-saha berkomunikasi, berinteraksi dan belajar memang luar biasa. Tiada henti usahanya mengungkapkan sesuatu dengan para frater dan para peserta konferensi yang lain meng- undang senyum dan tawa. Walau demikian, semuanya itu tidak menghalanginya untuk terus berinteraksi dengan orang lain, bahkan dengan gadis-gadis Manado yang “membu-runya” akibat demam KPop. Hambatan bahasa itu tidak menyurutkan juga usahanya untuk melahirkan kolaborasi musik yang indah dengan para frater pada saat malam budaya. Ketika ditanyakan kepadanya “Apa kabar?” atau “Bagaimana pengalaman hari ini?” ia akan menjawab dengan lantang: “Ruaaarrr Biasaaaa....!” sambil tertawa hingga matanya menghilang...

Br. BENEDICT LEE, MSCRuaaarrr... Biasa...

APA DAN SIAPA