siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi,...

16
FORMAT RINGKASAN HIBAH Nama Donor I. Ringkasan Proyek Nama Donor/mitra ACIAR Judul Kerjasama penelitian Increasing productivity of allium and solanaceous vegetable crops in Indonesia and sub-tropical Australia. ACIAR HORT/2009/056 UK/UPT Pelaksana Balai Penelitian Tanaman Sayuran Nama Peneliti Utama Dr. Witono Adiyoga Tanggal mulai proyek April 2012 (Januari 2017) Tanggal berakhir proyek Desember 2016 (Juli 2018) Nilai Hibah AUD 184 467 (AUD 31 503) Nomor Register 72818801 Lokasi Cirebon, Brebes, Bantul, Nganjuk II. Deskripsi Proyek (Ringkasan Proyek) a. Latar Belakang Bawang merah (Allium cepa var aggregatum) dan cabai merah (Capsicum annuum) adalah dua komoditas sayuran prioritas di Indonesia. Kedua komoditas ini terutama banyak ditanam di daerah dataran rendah dan seringkali digunakan sebagai tanaman rotasi padi. Dibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan, namun juga cenderung lebih berisiko. Kedua komoditas ini pada dasarnya memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani. Namun demikian, produktivitas dan keuntungan usahatani bawang dan cabai merah masih sering terkendala oleh berbagai limitasi agronomis. Isu-isu utama yang membatasi produktivitas dan profitabilitas kedua komoditas ini diantaranya adalah belum optimalnya pengendalian penyakit dan virus, belum tersedianya pasokan benih umbi bebas penyakit dan penggunaan nitrogen serta pestisida yang berlebih (Harper et al. 2010).Terlebih lagi, pada saat di luar musim, pasokan kedua komoditas ini berkurang tajam dan seringkali menyebabkan lonjakan harga yang berdampak terhadap tingkat inflasi. b. Tujuan

Transcript of siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi,...

Page 1: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

FORMAT RINGKASAN HIBAH

Nama Donor

I. Ringkasan ProyekNama Donor/mitra ACIARJudul Kerjasama penelitian

Increasing productivity of allium and solanaceous vegetable crops in Indonesia and sub-tropical Australia. ACIAR HORT/2009/056

UK/UPT Pelaksana Balai Penelitian Tanaman SayuranNama Peneliti Utama Dr. Witono AdiyogaTanggal mulai proyek April 2012 (Januari 2017)Tanggal berakhir proyek

Desember 2016 (Juli 2018)

Nilai Hibah AUD 184 467 (AUD 31 503)Nomor Register 72818801Lokasi Cirebon, Brebes, Bantul, Nganjuk

II. Deskripsi Proyek (Ringkasan Proyek)

a. Latar BelakangBawang merah (Allium cepa var aggregatum) dan cabai merah (Capsicum annuum) adalah dua komoditas sayuran prioritas di Indonesia. Kedua komoditas ini terutama banyak ditanam di daerah dataran rendah dan seringkali digunakan sebagai tanaman rotasi padi. Dibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan, namun juga cenderung lebih berisiko. Kedua komoditas ini pada dasarnya memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani. Namun demikian, produktivitas dan keuntungan usahatani bawang dan cabai merah masih sering terkendala oleh berbagai limitasi agronomis. Isu-isu utama yang membatasi produktivitas dan profitabilitas kedua komoditas ini diantaranya adalah belum optimalnya pengendalian penyakit dan virus, belum tersedianya pasokan benih umbi bebas penyakit dan penggunaan nitrogen serta pestisida yang berlebih (Harper et al. 2010).Terlebih lagi, pada saat di luar musim, pasokan kedua komoditas ini berkurang tajam dan seringkali menyebabkan lonjakan harga yang berdampak terhadap tingkat inflasi.

b. Tujuan

Mengkarakterisasi praktek-praktek agronomis system produksi bawang merah – cabai merah – padi.

Mengidentifikasi dan mengkuantifikasi insiden pathogen signifikan dan isu-isu agronomis (termasuk nutrient budgeting) pada tanaman bawang merah dan cabai merah.

Mengevaluasi peluang/kemungkinan pengembangan system pasokan benih umbi bawang merah bersih pathogen.

Page 2: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

Mengevaluasi, mengembangkan dan mempromosikan perbaikan agronomis dan strategi pengelolaan penyakit pada bawang merah dan cabai merah.

c. Output dan OutcomeOutput: Karakterisasi praktek-praktek agronomis system produksi bawang merah

– cabai merah – padi. Identifikasi dan kuantifikasi insiden pathogen signifikan dan isu-isu

agronomis (termasuk nutrient budgeting) pada tanaman bawang merah dan cabai merah.

Evaluasi peluang/kemungkinan pengembangan system pasokan benih umbi bawang merah bersih pathogen.

Evaluasi, pengembangan dan promosi perbaikan agronomis dan strategi pengelolaan penyakit pada bawang merah dan cabai merah.

Outcome: Petani dan penangkar mendapatkan tambahan pengetahuan dan

keterampilan dalam menyeleksi dan memberi perlakuan benih sebelum tanam, pembudidayaan benih di lapangan serta penanganan dan pemeliharaan benih setelah panen (agar petani dapat menggunakan benih umbi bawang merah relatif bebas patogen

Beberapa penangkar dan petani tertarik dan mulai mencoba memproduksi benih bawang merah asal biji botani (TSS) dari varietas Trisula di bawah bimbingan teknis dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

d. Metodologi

Proyek kerjasama ini melakukan review, survai dan karakterisasi praktek-praktek agronomis sistem produksi bawang-cabai padi dan sistem rantai pasok di sentra-sentar produksi kunci di Jawa. Berdasarkan kegiatan ini, kendala agronomis diidentifikasi, didokumentasikan dan didiseminasikan kepada petani. Survai dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa patogen tanaman penting serta menandai distribusi regionalnya. Asesi plasma nutfah lokal dikarakterisasi dan diidentifikasi kandungan virusnya serta diperiksa kemungkinan penggunaannya sebagai material untuk skim sistem perbenihan bawang bebas penyakit. Survai dan percobaan lapangan sehubungan dengan efisiensi penggunaan unsur hara pada bawang merah dan cabai merah juga dilakukan.

Secara umum, metode penelitian yang digunakan di dalam kerjasama multi tahun ini meliputi percobaan laboratorium, percobaan lapangan, demo plot, pelatihan petani, diskusi kelompok fokus dan survai. Proyek kerjasama ini terfokus di 4 sentra produksi bawang/cabai merah, yaitu Brebes (Jawa Tengah), Cirebon (Jawa Barat), Yogyakarta (DIY) dan Nganjuk (Jawa Timur).

e. Mitra PelaksanaMitra Pelaksana di dalam proyek kerjasama hibah ini adalah:

1. Universitas Gadjah Mada (Prof. Siti Subandiyah)2. Institut Pertanian Bogor (Dr. Sri Hendrastuti)

Page 3: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

f. Penerima Manfaati. Petaniii. Penangkar benihiii. Penyuluh Pertanianiv. Pengamat Hama

g. Ruang Lingkup Kegiatan

i. Survai usahatani dan survai patogenii. Percobaan lapangan – demplotiii. Percobaan laboratoriumiv. Diskusi Kelompok Fokusv. Lokakaryavi. Pelatihan

III.Perkembangan Proyek

1. Conduct further surveys to assess the distribution of PYLCV and other allium pathogens across East Indonesia. Continue genetic selection for PYLCV resistance. Dari 11 kegiatanuntuk Objective ini, hanyakegiatanSeleksiresistensi PYLCV yang masihberjalan. Kegiatanlainnyasudahselesai.

2. Continue tissue culture research to remove viruses from alliums and conduct research to identify the impact of viruses on shallot crop productivity. Objective inididukungoleh 3 kegiatanpenelitianlaboratoriumdan 2 kegiatanpenelitianlapangan. KelimakegiataninisudahmendekatipenyelesaiankarenaditargetkanselesaipadaakhirOktober 2017

3. Evaluate agronomic practices to improve True Seed Shallot production. Objective initerdiridari 1 penelitianlapang (IVEGRI) dan 2 penelitianmahasiswa S3 UGM

4. Assess improved allium and chili germplasm. Objective initerdiridariduapertukaran plasma nutfah yang dilaksanakanoleh UGM. Sedangberjalan.

5. Conduct integrated crop management research to address excessive N application and fusarium in shallot production. Objective initerdiridari 1 penelitianlapanganBalitsa (sudahselesai) dansatupenelitianmahasiswa S2 UGM (sedangberjalan)

6. Conduct farmer workshops and training to provide best crop management options, market and seed supply issues and the priority issue of improved pest management. Objective inididukungolehkegiatan TOT di Sulawesi SelatandanJawaTimur (TOT di Enrekang, Sulawesi Selatan akan dilaksanakan pada 23-28 Juli 2017).

Page 4: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

A. Rangkaian akhir kegiatan kultur jaringan untuk mengupayakan diperolehnya tanaman sehat/bersih dan material bawang merah true to type dilaksanakan di Balitsa mencakup: (a) pengaruh penambahan PPM (plant preservative mixtures) ke MS media terhadap proliferasi jaringan meristem bawang merah, (b) pengaruh penambahan antiviral Ribavirin dan perlakuan pemanasan (heat trreatment) terhadap proliferasi shoot tipsbawang merah, (c) pengaruh penambahan PPM (plant preservative mixtures) dan antiviral Ribavirin terhadap proliferasi jaringan meristem bawang merah, dan (d) pengaruh penambahan phytohormone picloram dan BAP terhadap proliferasi jaringan meristem bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) penambahan PPM dapat mengurangi jumlah kultur yang terkontaminasi, (b) pemberian perlakuan pemanasan dapat mengurangi kontaminasi kultur tetapi tidak berpengaruh terhadap proliferasi jaringan meristem bawang merah, (c) pada umumnya, baik dari meristem maupun shoot tip tumbuh satu shoot, dan (d) penambahan hormon picloram dan BAP dapat meningkatkan persentase plantlet normal. Diskusi: Secara umum, kemajuan cukup pesat telah diperoleh dalam pengembangan teknik kultur jaringan untuk mengeliminasi virus. Pendekatan termoterapi dan kemoterapi serta pengkulturan meristem apikal telah dilakukan dan sudah pada jalur/arah yang tepat, namun masih terlalu dini untuk menyatakan bahwa pendekatan ini dapat digunakan sebagai platform produksi benih sehat/bersih.

B. Penelitian tentang nutrient budgetingpada perpanjangan proyek dilakukan Balitsa melalui kegiatan “Efisiensi penggunaan unsur hara Nitrogen untuk dua varietas bawang merah pada tanah jenis alluvial”. Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan petani di Pabedilan Kulon (12 m dpal), Cirebon, Jawa Barat dari bulan Juli sampai Oktober 2017. Rancangan percobaan yang digunakan adalah split plot. Perlakuan terdiri dari dua faktor, yaitu (a) varietas (Bima Curut dan Timur) sebagai main plotdan (b) dosis Nitrogen (0, 80, 160, 240, 320, and 400 N kg ha-1) sebagai sub plot. Hasil penelitian menunjukkan: (a) pada penelitian serupa sebelumnya diperoleh informasi bahwa produktivitas bawang merah tertinggi dicapai pada dosis Nitrogen 240 kg N ha-1, (b) pada penelitian ini secara umum tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan, baik dari parameter pertumbuhan maupun komponen hasil, (c) varietas Timur cenderung menunjukkan besaran parameter pertumbuhan dan komponen hasil yang lebih tinggi dibanding varietas Bima Curut walaupun tidak berbeda nyata. Diskusi: (a) tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan diduga karena adanya penggunaan pupuk berlebihan di musim tanam bawang merah sebelumnya – lahan yang digunakan untuk percobaan adalah lahan yang sebelumnya digunakan untuk menanam bawang merah, dan (b) agar diperoleh hasil percobaan yang lebih akurat maka penelitian efisiensi penggunaan N disarankan dilakukan langsung di lahan bekas padi atau tebu (musim tanam pertama bawang merah).

C. Penelitian tentang TSS(true shallot seed) pada perpanjangan proyek dilakukan Balitsa melalui percobaan berjudul: Pengaruh ZPTdankerapatantanamterhadap infeksi virus sertaproduksi umbi mini asal

Page 5: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

TSS di dataran tinggi. Penelitian dilaksanakan di KebunPercobaanBalitsaLembang (1250 dpal). Waktu pelaksanaan dari bulanAgustus2017 sampaidenganbulanApril 2018. Penelitian dilakukan di lapangandan di laboratorium. Rancanganpercobaan yang digunakanyaituRancanganAcakKelompokPolaFaktorialdenganduafaktor yang diulang 3 kali. Faktorpertama adalah jenisZPTyang terdiridari A.1 = BAP konsentrasi 50 ppm, A.2 =NAAkonsentrasi 50 ppm, A.3 = GA3konsentrasi 50 ppm, dan A.4 = kontrol. Faktorkeduaadalahkerapatantanamyang terdiri dari B.1 = kerapatantanam 5 gram/m2, B.2 = kerapatantanam 7 gram/m2, dan B.3 =kerapatantanam 9 gram/m2. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa: (1)pemberian ZPT ( BAP, NAA dan GA3) tidakberpengaruhterhadapdayaberkecambahbijibawangmerahdanpertumbuhantanaman, jumlahtanam yang hidupsertahasilumbi di lapanganmaupun di rumahkaca, (2) kerapatantanam5dan 7 gram/m2berpengaruhterhadappertumbuhantanamandanintensitaspenyakitrendahbaik di lapanganmaupun rumahkaca, (3)hasiluji Elisa padasampeldauntidakterdeteksiadanya virus SYSV, OYDV dan LYSV, (4) kerapatantanam 7 gram/m2berpengaruh nyata terhadap hasil umbibaik di lapanganmaupun di rumahkaca, dan (5) jumlahsiung yang dihasilkan di lapanganbersiungtunggalsampai 5, sedangkan di rumahkacadominan bersiungtunggal. Diskusi: (a) umbi mini TSS merupakan alternatif potensial material tanam yang lebih sehat/berkualitas, (b) berdasarkan pertim-bangan waktu produksi umbi mini yang cukup panjang, 5-7 bulan sampai benih/umbi mini siap tanam, tampaknya kegiatan ini hanya layak/mungkin dilakukan oleh penangkar benih, (c) perlu ada penelitian lanjutan untuk secara spesifik mempelajari produktivitas dan kelayakan ekonomis penggunaan benih umbi mini TSS dibandingkan dengan umbi benih konvensional.

Penelitian TSS kedua diarahkan untuk memperbaiki dan mempelajari kelayakan ekonomis teknologi budidaya bawang merah asal TSS melalui kegiatan yang berjudul Perbaikan teknik penyemaian dan pindah tanam pada budidayabawang merah TSS. Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan konfirmasi tentang cara semai TSS yang paling layak secara teknis dan ekonomis. Percobaan dilakukan di Kabupaten Brebes Provinsi Jawa tengah dari bulan April sampai dengan September 2017.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 2 faktor dan 4 ulangan. Faktor pertama adalah cara penyemaian (S) terdiri dari 3 taraf yaitu: S1: disebar secara merata pada media tanam dengan jumlah biji 10 gram/m2; S2: disebar mengikuti alur (100 cm) dan jarak antar alur 10 cm; dan S3: disemai menggunakan cara semai soil-media cake. Faktor kedua adalah umur semai pada saat dipindahkan ke lapangan (U), yang terdiri dari 2 taraf yaitu: U1: umur semai 30 hari dan U2: umur semai 45 hari. Pada saat pindah tanam (transplanting), semaian yang berasal dari cara semai tabur dan alur ditanam

Page 6: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

1 semaian per lubang tanam. Sementara itu semaian yang berasal dari cara soil-media cake ditanam 1 blok tanah (berisi 2-3 semaian) per lubang tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhanvegetatiftanaman yang berasal dari carasemaisoil media cakesecarakonsisten lebihbaikdibandingkandengan carasemaisebardangarit/alur (paling layak secara teknis). Jumlahpopulasitanaman yang matisaatpindahtanamdenganmenggunakancara semai soil media cakelebihrendahdibandingkandengancarasemaisebardangarit/alur, karena perakaransemaian/tanamanrelatif tidakterganggu. Bobottertinggi per sampleterdapatpadatanamandengancarasemaisoil media cake karena tanaman tidak mengalami stres berkepanjangan pada saat pindah tanam. Sementara itu, bobotumbi per tanamantertinggiterdapatpadaperlakuancarasemaigaritdansebar karena tidak ada persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara. Carasemaidenganmenggunakan soil media cake menghasilkanbobotumbi (basahmaupunkering) tertinggidibandingkandengancarasemaisebardangarit/alur. Produksi per hektardengancarasemaisoil media cakeadalah 29,3 ton/ha (15,8 ton/ha - efisiensi lahan 54%) bobotbasah. Sementara itu, produksibobotumbikering per hektaradalahsebesar 17,7 ton/ha (9,6 ton/ha - efisiensi lahan 54%). Mengacupadaindikator B/C ratio tertinggi (0,75)dantingkatpengembalianmarjinaltertinggi(27.769%), makadapatdinyatakanbahwacarasoil media cake&umursemai 30 harimerupakanperlakuan yang secarafinansial paling menguntungkan. Biaya produksi semaian berkisar antara Rp. 37,6 - Rp. 42,6 per semaian. Dengan jarak tanam 10 x 10 cm dan expected efisiensi lahan 65%, maka populasi tanaman per hektar adalah sekitar 650.000 tanaman/semaian. Biaya yang dibutuhkanuntukmemproduksi 650.000 semaianberkisar antara Rp. 24,4 juta – Rp. 27,7 juta. Biaya di persemaian sebesar ini dapat menghapus salah satu advantage penggunaan TSS karena ekivalen dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli 1.200 kg benih umbi pada harga Rp. 20.000/kg pada usahatani bawang merah asal benih umbi. Analisis usahatani lebih lanjut menunjukkan bahwa total biaya produksi rata-rata per hektar adalah sebesar Rp. 123.154.398. Dengan tingkat produksi rata-rata sebesar 6.750 kg/ha (bobot kering jual), maka titik impas harga adalah Rp. 18.245 per kg. Besaran titik impas ini menunjukkan bahwa usahatani bawang merah TSS akan merugi jika harga jual bawang merah kering per kg di bawah Rp. 18.245 per kg. Walaupun menunjukkan potensi hasil (bobot basah) yang cukup tinggi (18-29 ton/ha), namun karena efisiensi lahan yang relatif rendah (54%) serta rata-rata susut bobot yang relatif tinggi (56%), maka hasil panen yang dapat dipasarkan (marketable harvest) menjadi rendah, sehingga probabilitas mengalami kerugian masih cukup tinggi. Diskusi: (a) Berbagai referensi menyatakan bahwa salah satu keunggulan penggunaan TSS adalah lebih murahnya pengeluaran untuk benih. Pernyataan ini dapat dikonfirmasi jika biaya yang dihitung hanyalah biaya pembelian benih TSS saja. Perlu

Page 7: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

diperhatikan bahwa dalam konteks penghitungan biaya usahatani bawang merah asal biji botani, biaya benih yang harus dihitung adalah biaya produksi material tanam (semaian). Biaya produksi semaian terdiri dari dari biaya pembelian TSS ditambah dengan biaya penyemaiannya. Biaya produksi per hektar di persemaian adalah sebesar Rp. 32.182.037 (26,1%), sehingga biaya per semaian adalah sebesar Rp. 40,7 per semaian. Biaya di persemaian sebesar ini ekivalen dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli 1.500 kg benih umbi pada harga Rp. 21.455/kg pada usahatani bawang merah asal benih umbi. Dengan demikian, pernyataan tentang biaya benih TSS yang lebih murah dibanding biaya benih umbi pada usahatani bawang merah perlu ditinjau kembali melalui penelitian-penelitian serupa berikutnya, (b) Biaya produksi per semaian berkisar antara Rp. 37,6 - Rp. 42,6 per semaian. Dengan jarak tanam 10 x 10 cm dan expected efisiensi lahan 65%, maka populasi tanaman per hektar adalah sekitar 650.000 tanaman/semaian. Biaya yang dibutuhkanuntukmemproduksi 650.000 semaianberkisar antara Rp. 24,4 juta – Rp. 27,7 juta. Kisaranbiayatersebutpada dasarnya tidak berbeda dengan biaya benih yang harus dikeluarkan pada usahatani bawang merah asal umbi. Hal ini tentu akan mengurangiinsentifbagipetaniuntukmenggunakan TSS sebagaisumberbenih. Dengan kata lain, biayaproduksisemaianakansangatberpengaruh terhadap peluang adopsi TSS, belum lagi jika memperhitungkan durasi waktu tanam-panen TSS yang satu bulan lebih panjang. Oleh karena itu, penelitian lanjutanyang diarahkan untuk menekan biaya produksi semaian semurah mungkin masih sangat diperlukan, dan (c) Hasil penelitian mengimplikasikan masih perlunya penelitian-penelitian lanjutan yang diarahkan untuk menekan biaya produksi semaian semurah mungkin, meningkatkan produktivitas TSS, meningkatkan efisiensi lahan, dan menurunkan susut bobot umbi TSS.

IV.Permasalahan dan Tindak Lanjut (jika ada)Jadwal TOT agak mundur karena juga ditentukan oleh kesediaan lokasi target untuk menerima TOT. Namun secara keseluruhan, tidak ada masalah berarti.

Page 8: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

V. Foto-foto Kegiatan (2017)

A. Kegiatan Kultur Jaringan

Gamb 1. Umbi bawang merah Gamb 2. Terkontaminasi jamur Gamb 3. Proliferasi plantlets

Gamb 4. Proliferasi plantlets Gamb 5. Plantlets normal Gamb 6. Plantlets normal

Gamb 7. Plantletsnormal Gamb 8. Plantlets normal

Gamb 9. Proliferasi abnormal Gamb 10. Proliferasi abnormal Gamb 11. Proliferasi abnormal

Page 9: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

B. Kegiatan Produksi Umbi Mini

C. Kegiatan Nitrogen Use Efficiency

Page 10: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,

D. Kegiatan Analisis Kelayakan Ekonomis Budidaya bawang merah Asal TSS

PENYEMAIAN BENIH TSS

Page 11: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,
Page 12: siporphln.pertanian.go.idsiporphln.pertanian.go.id/uploads/98357... · Web viewDibanding padi, kedua tanaman sayuran ini biaya produksinya lebih tinggi dan dianggap lebih ekonomis/menguntungkan,