WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

100
WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA TUGAS AKHIR SKRIPSI OLEH MUHAMMAD RIZAL NIM. 14148112 PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2021

Transcript of WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

Page 1: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM

ABRACADABRA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD RIZAL

NIM. 14148112

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2021

Page 2: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

i

WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM

ABRACADABRA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan

mencapai derajat Sarjana Strata 1 (S-1)

Program Studi Film dan Televisi

Jurusan Seni Media Rekam

OLEH

MUHAMMAD RIZAL

NIM. 14148112

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2021

Page 3: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

ii

PENGESAHAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM

ABRACADABRA

Oleh

MUHAMMAD RIZAL

NIM 14148112

Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Pada tanggal 10 Februari 2021

Tim Penguji

Ketua Penguji : Nur Rahmat Ardi Candra Dwi Atmaja, MSn. .…..............

Penguji Bidang : Ranang Agung Sugihartono, S.Pd., M.Sn. ...................

Pembimbing : I Putu Suhada Agung, S.T., M.Eng. ...................

Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) pada Institut Seni

Indonesia Surakarta

Surakarta, 10 Februari 2021

Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain

Joko Budiwiyanto, S.Sn., M.A.

NIP. 197207082003121001

Page 4: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

iii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Rizal

NIM : 14148112

Prodi : Film dan Televisi

Menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir Skripsi berjudul WARNA SEBAGAI

PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA adalah karya saya sendiri dan

bukan jiplakan atau plagiarism dari karya orang lain. Apabila di kemudian hari,

terbukti sebagai hasil jiplakan atau plagiarism, maka saya bersedia mendapatkan

sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Selain itu, saya menyetujui laporan Tugas Akhir ini dipublikasikan secara online

dan cetak oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan tetap memperhatikan

etika penulisan karya ilmiah untuk keperluan akademis.

Demikian, surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 10 Februari 2021

Yang menyatakan

Muhammad Rizal

NIM.14148112

Page 5: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

iv

MOTTO

MOTTO

Creativity Takes Courage

- Henri Matisse

Page 6: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

v

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

Untuk calon keluargaku tersayang dan

semua yang akan membaca skripsi ini

Page 7: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

vi

ABSTRAK

“WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA”.

(Muhammad Rizal, 2021) Skripsi Program Studi Film dan Televisi, Jurusan

Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia

Surakarta.

Film Abracadabra merupakan film yang dirilis pada tahun 2020. Film yang

disutradarai oleh Faozan Rizal ini bercerita tentang pesulap yang menghilangkan

seorang anak di dalam kotak. Film Abracadabra ini menggunakan warna yang

tidak konvensional. Hal tersebut yang menarik peneliti untuk mengkaji film

Abracadabra melalui aspek warna, khususnya pada setting. Tujuan penelitian ini

untuk mendeskripsikan warna dalam setting pada film. Penelitian yang memiliki

objek kajian film Abracadabra ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Penelitian ini menggunakan kajian teori warna dan setting. Pengumpulan data

dilakukan menggunakan observasi, wawancara, studi pustaka, dan dengan teknik

analisis data model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warna

merupakan proses kreatif dan teknis yang memiliki peran yang sama pentingnya

dengan narasi, adegan, dan shot. Warna pada setting film Abracadabra dapat

menunjukkan ruang dan waktu, status sosial, suasana (mood), dan mendukung

aksi. Warna dalam film Abracadabra disesuaikan dengan adegan dan berfungsi

memperkuat setting.

Kata kunci: warna, setting, Abracadabra, dan film.

Page 8: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya proses Tugas

Akhir Skripsi, berjudul Warna sebagai Penguat Setting Film Abracadabra.

Kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar

tanpa dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. I Putu Suhada Agung, S.T., M.Eng., selaku dosen Pembimbing Akademik

dan dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan

banyak arahan dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Ranang Agung Sugihartono, S.Pd., M.Sn., selaku Penguji Bidang Tugas

Akhir Skripsi yang telah memberikan pengarahan, masukan, dan saran

pada ujian kelayakan maupun pendadaran.

3. Nur Rahmat Ardi Candra Dwi Atmaja, M.Sn., selaku Ketua Penguji Tugas

Akhir Skripsi yang telah memberikan, masukan, pengarahan dan motivasi

dalam pendadaran hingga memberikan hasil yang optimal.

4. Faozan Rizal, selaku sutradara sekaligus narasumber yang

memperbolehkan menggunakan filmnya sebagai objek penelitian,

sehingga dapat tersusun karya ilmiah ini.

5. Nurhayati dan Zaenal Arifin, ibu dan wali yang tak pernah berhenti

memberi dukungan dan motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kinanti Wilujeng yang selalu memberikan dorongan serta motivasi hingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 9: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

viii

7. Teman-teman angkatan 2014 Program Studi Film dan Televisi.

8. Terima kasih kepada Mika Haryani, S.Pd, selaku Tenaga Administrasi

Akademik Jurusan Seni Media Rekam yang membantu dalam dokumen

tugas akhir hingga selesai.

9. Terima kasih kepada Pustakawan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI

Surakarta sehingga saya bisa melakukan penelitian dengan acuan dari

perpustakaan.

10. Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

Tugas akhir ini jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik diperlukan

untuk menjadikan laporan ini lebih baik. Mohon maaf jika ada salah kata dan

penulisan, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembacanya.

Surakarta, 10 Februari 2021

Penulis

Page 10: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

ix

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ...................................................................................................... ii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iii

MOTTO ................................................................................................................. iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4

C. Tujuan ................................................................................................................. 4

D. Manfaat............................................................................................................... 4

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 4

F. Kerangka Konseptual .......................................................................................... 7

1. Mise-En-scene ......................................................................................... 7

2. Setting .................................................................................................... 10

3. Warna .................................................................................................... 11

4. Pallet Warna.......................................................................................... 14

5. Color Grading ....................................................................................... 20

6. Cerita dan Plot ....................................................................................... 20

7. Struktur Tiga Babak .............................................................................. 20

G. Metode Penelitian ............................................................................................. 23

1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 23

2. Objek Penelitian .................................................................................... 23

Page 11: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

x

3. Data dan Sumber Data .......................................................................... 23

4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 24

5. Analisis Data ......................................................................................... 26

H. Sistematika Penulisan Laporan ........................................................................ 28

BAB II FILM ABRACADABRA

A. Spesifikasi Film Abracadabra ......................................................................... 29

1. Deskripsi Film ....................................................................................... 29

2. Sinopsis Film ......................................................................................... 30

B. Kredit Film ....................................................................................................... 31

1. Pemeran ................................................................................................. 31

2. Kru ........................................................................................................ 32

C. Identifikasi Setting Film Abracadabra ............................................................. 33

1. Identifikasi Babak Film Abracadabra .................................................. 34

2. Setting Film Abracadabra ..................................................................... 37

BAB III WARNA PADA SETTING FILM ABRACADABRA .............................. 46

A. Warna Menunjukkan Waktu ............................................................................ 46

1. Kantor Polisi (Babak Pertama).............................................................. 47

2. Rumah Ashima (Babak Pertama) .......................................................... 50

B. Warna sebagai Penunjuk Status Sosial ............................................................. 53

1. Panggung Pertunjukan (Babak Pertama) .............................................. 54

2. Institute Magician (Babak Kedua) ........................................................ 55

C. Warna Membangun Mood ................................................................................ 56

1. Panggung Pertunjukan (Babak Pertama) .............................................. 57

2. Rumah Lukman (Babak Kedua)............................................................ 60

Page 12: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

xi

D. Warna sebagai Simbol ...................................................................................... 63

1. Kantor Polisi (Babak Pertama).............................................................. 64

E. Warna sebagai Pendukung Aksi ....................................................................... 66

1. Setting Stonehenge dan Air Terjun (Babak Kedua) .............................. 67

2. Hutan (Babak Kedua) ............................................................................ 68

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 72

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 72

B. Saran ................................................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75

LAMPIRAN .......................................................................................................... 79

Page 13: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Film Intolerance (1916) ...................................................................... 12

Gambar 2. Film Haxan (1922) .............................................................................. 13

Gambar 3. Film Greed (1924) ............................................................................... 14

Gambar 4. HSV Image Color ............................................................................... 14

Gambar 5. Alur pikir ............................................................................................. 22

Gambar 6. Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman..................................... 26

Gambar 7. Poster film Abracadabra ..................................................................... 29

Gambar 8. Panggung pertunjukan ......................................................................... 37

Gambar 9. Kantor Polisi ........................................................................................ 38

Gambar 10. Rumah Ashima .................................................................................. 39

Gambar 11. Rumah Lukman ................................................................................. 40

Gambar 12. Bukit batu .......................................................................................... 41

Gambar 13. Hutan ................................................................................................. 41

Gambar 14. Air terjun ........................................................................................... 43

Gambar 15. Sungai ................................................................................................ 44

Gambar 16. Pantai ................................................................................................. 45

Gambar 17. Rangkaian shot cerita antara Barnas dan Komisioner Polisi............. 47

Gambar 18. Kantor Polisi tempat Barnas bercerita ............................................... 48

Gambar 19. Barnas dan Lukito (flashback) .......................................................... 49

Gambar 20. Rangkaian shot kejadian masa lalu ................................................... 50

Gambar 21. Rangkaian shot cerita Lukman dan Ashima ...................................... 50

Gambar 22. Setting rumah Ashima saat bercerita kepada Lukman ...................... 51

Page 14: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

xiii

Gambar 23. Rangkaian shot cerita masa lalu Lukito ............................................ 52

Gambar 24. Panggung pertunjukan ....................................................................... 54

Gambar 25. Jamuan makan para pesulap .............................................................. 55

Gambar 26. Panggung sulap ................................................................................. 57

Gambar 27. Panggung sulap 2 .............................................................................. 58

Gambar 28. Panggung sulap 3 .............................................................................. 59

Gambar 29. Lukman membuka kotak ................................................................... 60

Gambar 30. Penari Sofnila muncul dari kotak ...................................................... 61

Gambar 31. Sofnila sedang duduk ........................................................................ 62

Gambar 32. Sofnila masuk keruangan .................................................................. 63

Gambar 33. Kantor Polisi ...................................................................................... 64

Gambar 34. Kantor Polisi 2 ................................................................................... 65

Gambar 35. Setting dalam film dan realita............................................................ 67

Gambar 36. Setting jingga hutan ........................................................................... 68

Page 15: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama-nama pemain film Abracadabra .................................................. 31

Tabel 2. Nama-nama kru film Abracadabra ......................................................... 32

Tabel 3. Rangkuman warna pada fungsi setting film Abracadabra ..................... 69

Page 16: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Film fiksi merupakan media hiburan massa yang diberikan kepada

penonton dengan cerita dan teknik audio visualnya. Film pada masa kini hadir

dengan banyaknya ragam cerita dan efek di dalamnya, dari yang bermula hanya

film bisu dan hitam putih, seperti halnya karya Mèliès pada tahun 1902 yang

berjudul Trip to The Moon (Eboch, 2015, p. 17). Berkembang hingga kemudian

menjadi film berwarna. Warna dalam film saat ini merupakan proses kreatif dan

teknis yang memiliki peran sama pentingnya dengan narasi, adegan, dan shot.

Warna menjadi aspek yang sangat diperlukan, dan salah satunya yaitu dalam film

fantasi.

Warna dapat digunakan dalam membangun adegan, untuk menambahkan

nilai dramatisnya. Seperti penggunaan tint dan tone, warna ditentukan oleh

suasana hati atau emosi yang dominan dalam film. Penggunaan warna dalam film

merupakan tujuan estetis untuk memperkuat dramatisasi dalam sebuah cerita. Apa

yang dimaksud adalah saat membangun suasana romantic harus menyesuaikan

warna dalam ceritanya, di dalam adegan berciuman warna merah muda adalah

tone yang sesuai dalam menambahkan dramatis dalam adegannya.

Proses pembuatan film tentu selalu mengikuti perkembangan teknologi

pada eranya. Salah satunya adalah warna dalam film, dimana penggunaan warna

Page 17: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

2

sebagai bentuk perayaan telah ditemukannya teknologi baru (Turner, 2002, p. 84).

Selain menunjukkan perkembangan teknologi dalam aspek teknis film, warna juga

memiliki tujuan estetis dan motivasi dalam penggunaanya. Salah satunya untuk

membangun narasi cerita dalam suatu adegan, sehingga pesan dalam film dapat

tersampaikan kepada penonton.

Warna merupakan salah satu elemen sinematik dari film Abracadabra,

warna sendiri merupakan salah satu elemen dari mise-en-scene, warna

berkesinambungan dengan hampir keseluruhan elemen yang ada dalam film,

seperti pencahyaan, kostum, set dekorasi, dan properti (Gibbs, 2002, p. 8).

Mise-en-scene merupakan segala hal yang berada di depan kamera untuk

diambil gambarnya yang telah ditentukan dalam sebuah produksi film (Pratista,

2017, p. 97). Mise en scene memiliki salah satu elemen aktif yang penting, yaitu

setting dan berfungsi memberi informasi tentang lokasi dan waktu dalam

film. Meskipun setting terlihat seperti pendukung cerita semata, namun fungsinya

dapat dieksplorasi secara artistik dengan berbagai aspek. Setting mampu memberi

makna pada naratif. Bagian dari setting, yaitu properti, berperan aktif dalam

akting si karakter (Studio Antelope, 2020). Setting dalam film juga menjadi media

pengaplikasian warna, terutama dalam film Abracadabra warna dalam setting

dihadirkan bervariatif. Warna akan menjadi fokus utama dalam penelitian film

Abracadabra (fourcoloursfilms, 2020).

Film Abracadabra bercerita tentang pementasan terakhir seorang pesulap

bernama Lukman. Nahasnya dalam pementasan terakhirnya Lukman

menghilangkan seorang anak kecil, yang dimasukkan ke dalam kotak. Ini yang

Page 18: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

3

membuat sulapnya menjadi gagal. Lukman harus terlibat dengan kepolisian,

karena tuduhan penculikan. Dengan bantuan teman-teman pesulapnya Lukman

pergi mencari tahu tentang misteri kotak tersebut.

Film Abracadabra merupakan karya sutradara Faozan Rizal, dengan

durasi sekitar 96 menit, dan tayang di bioskop pada 9 Januari 2020. Film

Abracadabra sempat tayang perdana dan menjadi film pembuka pada Jogja

Netpac Asian Film Festival ke 14 tahun 2019. Selain itu film tersebut juga

mendapat 3 nominasi pada Film Pilihan Tempo. Film Abracadabra termasuk

dalam film dengan genre komedi dan drama, namun memiliki latar fantasi,

sehingga penyajian visualnya imajinatif yang dapat membuat kagum di setiap

scene. Penggunaan spesial efek hingga tone warna yang tak lazim serta setting

yang disajikan diambil sutradara dari lukisan seperti karya Leonardo Davinci yang

membuat setiap scene unik. Dari Salah satu contohnya adalah setting lokasi kantor

polisi yang didominasi dengan warna merah jambu yang menjadikan kesan unik

dan menonjol, tentu penerapan warna tersebut menegaskan dunia fantasi.

Film Abracadabra menitik beratkan teknis warna pada setting yang tidak

konvensional untuk memperkuat setting dalam setiap scene-nya, serta

menyampaikan pesan dalam film. Dari uraian di atas, maka warna dalam film

Abracadabra memiliki daya tarik untuk diteliti, sehingga dapat diketahui

bagaimana warna memperkuat setting dalam film tersebut.

Page 19: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

4

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah

penelitian ini, yaitu bagaimana warna sebagai penguat setting film Abracadabra.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan warna sebagai

penguat setting pada film abracadabra.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian mengenai warna sebagai penguat setting film

Abracadabra, yaitu:

1. Menjadi bahan rujukan tentang konsep penggunaan warna pada setting film,

bagi penelitian selanjutnya dengan pendekatan dan konsep-konsep yang masih

terkait.

2. Menambah pengetahuan pembaca mengenai aplikasi warna dalam film,

sehingga pembaca atau penonton film dapat meningkatkan respon dan

perhatiannya terhadap pengaplikasian warna dalam film.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu tentang warna dalam film digunakan oleh penulis

sebagai acuan untuk mengetahui objek penelitian, teori, dan metode penelitian

yang digunakan agar objek dan teori yang digunakan berbeda. Hal ini bertujuan

Page 20: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

5

untuk menghindari plagiarisme dan memastikan bahwa penelitian ini belum

pernah dilakukan sebelumnya. Adapun informasi penelitian terdahulu yang

dikutip ialah (1) info data peneliti. (2) tujuan, teori, metode dan hasil penelitian,

(3) persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis.

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang

dilakukan.

Penelitian Saga Tanjung Ilham dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta

dalam tugas akhirnya yang berjudul Implementasi Warna Tata Artistik sebagai

Pendukung Karakter Tokoh pada Film Fiksi ‘Dalam Bis’, pada tahun 2017. Tugas

akhir ini membahas tentang implementasi warna tata artistik film yang meliputi,

properti, kostum, setting, dan set dressing. Hal ini bertujuan untuk mendukung

karakter para tokoh pada film “Dalam Bis”, dan penonton dapat lebih mudah

menangkap atau memahami karakter tokoh yang disampaikan melalui warna

artistiknya. Persamaan penelitian Saga Tanjung Ilham dengan penilitian penulis

ialah menggunakan variable bebas penelitian, yaitu warna dalam sajian audio

visual. Sedangkan, perbedaan penilitian terletak pada variable terikat, dimana

dalam penelitian Saga menggunakan tata artistik yang berhubungan dengan

karakter tokoh, sedangkan penelitian penulis keseluruhan aspek yang muncul pada

layar atau mise-en-scene yang berhubungan dengan aspek penceritaan.

Penelitian Mandella Majid Praciharadari dari Institut Seni Indonesia

Yogyakarta dalam tesis yang berjudul Warna sebagai Look dan Mood pada

Videografi Film Televisi “Pancer”, tahun 2016. Penelitian ini membahas manfaat

warna dalam film mampu menciptakan look (nuansa) dan mood (suasana). Dalam

Page 21: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

6

penelitian terapan ini hal yang dihasilkan merupakan film yang menjadi alternatif

baru sebagai tontonan dengan mengutamakan warna dan unsur visual sebagai

pembawa pesan pada setiap adegannya. Penelitian tersebut membahas penciptaan

warna melalui artistik, properti, pencahayaan, dan kostum (tata busana) dengan

teknik videografi. Persamaan dalam penelitian ini adalah, variabel bebas

penelitian, yaitu warna dalam sajian audio visual. Sedangkan, perbedaan

penelitian terletak pada variable terikat, dimana dalam penelitian Pracihara

menggunakan videografi, sedangkan penelitian penulis keseluruhan aspek yang

muncul pada layar atau mise-en-scene.

Penelitian Andi Patotori Anhas dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta

dalam tugas akhirnya yang berjudul Analisis Color Palette pada Elemen Artisitik

sebagai Penguat Karakter Tokoh Utama dalam Film“My Stupid Boss”, pada

tahun 2018. Tugas akhir ini membahas tentang implementasi warna pada tata

artistik film, yang bertujuan untuk memperkuat karakter tokoh. Persamaan

penelitian Andi dengan penelitian penulis ialah, menggunakan metode penelitian

yang sama yaitu deskriptif kualitatif dengan menggunakan data visual untuk

menganalisis objek penelitian tentang warna. Perbedaan penilitian Andi dengan

penelitian penulis ialah fokus penelitian, Andi lebih fokus pada tokoh, sedangkan

penulis pada mise-en-scene.

Selain dari penelitian terdahulu, buku-buku yang digunakan sebagai acuan

ialah The Designer’s of Color (Adams, S., & Helfand, J. 2017), Warna: Teori

dan Kreativitas Penggunaanya (Darmaprawira W. A & Sulasmi, 2002), A History

of Film (Eboch, M. M., 2015), Mise-en-scène: Film style and interpretation

Page 22: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

7

(Gibbs, J., 2002), Color and Mastering for Digital Cinema (Kennel, G, 2007),

Colours Psychology Today (McLeod, J, 2016), Memahami Film (Edisi 2)

(Pratista, H., 2017), How to do Media & Culture Studies (Stokes, J. C., 2003).

F. Kerangka Konseptual

Penelitian ini fokus pada warna dan mise-en-scene, khususnya warna dari

latar dan properti, serta color grading. Dari keterkaitan antar dua unsur tersebut

dapat diketahui bagaimana warna memperkuat setting dalam film Abracadabra.

1. Mise-En-scene

Mise-en-scene digunakan dalam dunia film sebagai gaya visual, kata mise-

en-scene berasal dari bahasa Perancis, dan biasa digunakan dalam dunia teater.

John Gibbs (2002:5), menyebutkan elemen mise-en-scene terdiri dari: lighting,

costume, colour, props, decour, action & performance dan setting.

a. Lighting

Selain menerangi set dan aktor lighting memiliki peran lain. Lighting

dapat menentukan mood (suasana) suatu adegan. Untuk memberi arti lebih tentang

seorang karakter, pencahayaan pun dapat digunakan sebagai fungsi lain. Agar

mendapatkan pencahayaan yang baik juga perlu memanipulasi arah tembakan

cahayanya. Sutradara akan pencahayaan dengan kontras tinggi, sehingga dapat

menunjukkan dua ruang adegan yang berbeda. Pencahayaan ini dengan adegan

mood bisa dibuat intens dan dramatis.

Page 23: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

8

b. Costume

Costume dan unsurnya, yakni gaya, karakter tokoh film bisa disampaikan

melalui gaya berpakaian. Penampilan karakter akan memberikan kesan terhadap

penonton, agar penonton mengetahui apa yang ingin disampaikan cerita dalam

film (Subagiyo & Sulistyo, 2013, p. 185). Untuk memperkuat penyampaian

naratif bisa menggunakan costume, misalnya posisi sosial seorang karakter.

Dalam film Rebel Without a Cause (Nicholas Ray,1955), adegan Jim dan Judy

mengenakan mantel baju merah menunjukkan sedang dimasukkan masyarakat

dewasa (Gibbs, 2002, p.7-8). Pada film Soekarno, orang Belanda memakai baju

warna putih, celana panjang, dan setelan jas lebih modern. Sedangkan orang Jawa

memakai kebaya dan jarik pakaian tradisional (Sugihartono & Sintowoko, 2014).

Perbedaan budaya dan kasta dalam film, bangsawan dan rakyat jelata

digambarkan dari identitas pakaian yang ditampilkan.

c. Colour

Colour adalah elemen ekspresif yang penting bagi para pembuat film, dan

sering dimobilisasi dengan kostum, yang memiliki keuntungan dari asosiasi

langsung dengan karakter tertentu. Selain itu juga bersamaan dengan fitur

pencahayaan, dekorasi set, dan alat peraga tertentu (Gibbs, 2002, p. 8). Warna

digunakan hampir disetiap elemen dalam pembuatan film, seperti halnya dalam

proses pengambilan gambar antara background dengan pemain akan dibedakan

secara kontras, sehingga tidak akan membaur dan menyebabkan pemain tidak

terlihat dalam frame.

Page 24: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

9

d. Props

Props (properti) bisa diartikan sebagai peralatan rumah tangga yang

digunakan secara berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan narasi atau cerita

dalam sebuah produksi film (Gibbs, 2002, p. 9). Dalam produksi film, props

digunakan sebagai pendukung cerita, seperti dalam film dengan tema perang

senjata api menjadi elemen yang hadir sehingga mendukung narasi tentang

perang, mobil perang, peta wilayah akan hadir sebagai pendukung cerita sesuai

dengan tema yang hadir.

e. Decour

Decour memiliki arti tata letak panggung dalam dunia teater sebelum

lahirnya film. Decour bisa memiliki fungsi dalam menata latar, ruang, dan waktu,

sehingga bisa memberikan kehidupan dalam memberikan visual yang lebih hidup

(Tri Budi Antono, 2013).

f. Action & Performance

Acting/Performance adalah sebuah seni. dengan rancangan dan latihan

dapat menghasilkan gerakan serta ekspresi yang matang (Gibbs, 2002, p. 10).

Akting bukan suatu kegiatan yang spontan. agar dapat menyampaikan pesan

utama film akting aktor harus diatur. Spontanitas tidak akan menghasilkan pesan

yang baik untuk disampaikan (Studio Antelope, 2020). Acting/performance

dilakukan oleh pelaku dalam film dipandu langsung sutradara sehingga

menghasilkan cerita yang sesuai dengan naskah, Acting/performance menentukan

naik turunnya emosi yang disampaikan sehingga sutradara akan mengulang jika

dirasa tidak sesuai dengan naskah yang ingin disampaikan.

Page 25: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

10

2. Setting

Setting adalah seluruh yang ada pada latar bersama propertinya (Pratista,

2017, p. 98). Setting dan properti menjadi satu kesatuan, dalam film setting

semakin jelas jika properti hadir. Memilih setting sama pentingnya dengan

memilih karakter. Faktanya, setting adalah karakter. Setting dapat bertindak

sebagai perpanjangan dari karakter, membantu untuk mengkomunikasikan

keadaan emosi atau pemikiran batin, atau bahkan bisa menjadi karakter itu sendiri.

Setting dapat menetapkan nada dan suasana untuk seluruh film, seperti Pride Rock

di film The Lion King (Renée, 2021). Suasana yang dibangun dalam film tersebut

menghadirkan alam liar seperti hutan, sungai, tebing, dan air terjun. Setting dapat

berkomunikasi dengan penonton. Himawan Pratista (2017:101-104) menjelaskan,

bahwa setting memiliki fungsi, sebagai berikut.

a. Ruang dan Waktu

Sempurnya sebuah setting adalah antara setting dan konteks cerita saling

berkesinambungan. Penonton haruslah dapat diyakinkan dengan setting bahwa

lokasi cerita dan latar waktu benar-benar terjadi. Film Aach...Aku Jatuh Cinta,

waktu tahun 1970 ditampilkan menggunakan setting ruang tamu dengan televisi

tertera merk “Arjuna” TR 1700 SD, merk tersebut merupakan yang diproduksi

pada tahun 1970 (Sagita & Da, 2018).

b. Status Sosial

Status sosial para pelaku ceritanya dapat ditentukan oleh dekor setting

(bersama kostum). Kalangan atas memiliki kesan mewah, luas, megah, terang,

Page 26: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

11

properti (perabot) lengkap, ornamen detil, dan rumit. Sedangkan setting kalangan

bawah gelap, kecil, sempit, serta properti sederhana, dan minim.

c. Mood Adegan

Mood dan suasananya dapat dibangun dengan setting dan berhubungan

dengan tata cahaya. Setting terang, bersifat formal, hangat, dan akrab. Sementara

setting gelap, bersifat bernuansa misteri, dingin, intim, dan mencekam.

d. Motif dan Simbol

Tuntutan cerita film, setting harus menampilkan motif atau simbol yang

dapat memiliki makna tertentu. Elemen natural oleh sineas dimanfaatkan untuk

menampilkan status fisik dan mental tokoh-tokohnya, misalnya api yang berkobar

digunakan sebagai simbol amarah.

e. Pendukung Aktif Aksi/Adegan

Film aksi serta komedi memiliki set dan properti dapat berfungsi aktif

untuk mendukung adegan aksinya. Setting terdiri dari dua jenis, yaitu: realistik,

dan non realistik. Masing-masing dari jenis tersebut memiliki ciri khas. Setting

realistik, dapat menyakinkan penonton bahwa film itu nyata. Sedangkan setting

non-realistik, memiliki warna yang tidak terduga, abstrak, aneh, mengungkapkan

karakter atau keadaan pikiran, dan juga pada film animasi.

3. Warna

Penggunaan warna dalam sebuah film akan membuat gambar menjadi

berwarna, dinamis, dan indah. Tetapi ada alasan lain juga yang membuatnya

hanya sebagai penceritaan visual. Penggunaan warna yang baik dalam film akan

Page 27: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

12

menceritakan sebuah kisah yang menarik jika diolah sedemikian rupa. Seperti

dalam film Dick Tracy (1990) dengan menampilkan mise-en-scène yang dominan

dengan warna merah, menunjukkan karakter dengan pembunuhan Lips oleh anak

buah Big Boy (Berens, 2014).

Warna memegang posisi yang kuat di antara elemen-elemen struktur pada

film. Warna seperti bahasa universal, menarik bahkan bisa dinikmati bagi mereka

yang buta huruf, anak-anak dan orang dewasa. Fungsi warna di layar bersifat

utilitarian dan estetis. Warna tidak hanya dilihat tetapi dirasakan secara emosional

oleh setiap penonton.

Sebelum mengenal film bersuara, terlebih dahulu teknologi perfilman

mengenal film berwarna. Warna dalam film bukan sekadar teknis, namun lebih

kepada seni atau cara untuk menyampaikan sebuah pesan. Seperti pada generasi

sebelumnya, D.W. Griffith dalam filmnya yang berjudul Intolerance (1916)

menggunakan perbedaan warna dalam gambar untuk menunjukkan perbedaan

waktu.

Gambar 1. Film Intolerance (1916)

(Sumber: Youtube Colour In Storytelling.

https://www.youtube.com/watch?v=aXgFcNUWqX0

Time code 02:24-2:30 - 05:09-05:11)

Page 28: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

13

Benjamin Christensen dalam karyanya Hexan (1922) menggunakan warna

sebagai reaksi psikologis, seperti dalam scene film yang membuat penonton

merasa jauh lebih gelisah ketika layar ditutupi dengan warna merah, kemudian

dihadirkan shot yang jauh lebih tenang dengan warna biru.

Gambar 2. Film Haxan (1922)

(Sumber: Youtube Colour In Storytelling.

https://www.youtube.com/watch?v=aXgFcNUWqX0.

Time code 25:52-25:58 - Time code 27:41-27:45)

Warna juga menjadi cara untuk melambangkan perasaan karakter dalam

film karya Erich von Stroheim, yang berjudul Greed (1924). Cerita tentang

seorang pria yang istrinya memenangkan lotre, dalam beberapa scene kita melihat

Money Hum berwarna kuning, dan pada akhir film sebagai layar memiliki tone

kuning, yang melambangkan kesepian, dan keputusasaan.

Page 29: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

14

Gambar 3. Film Greed (1924)

(Sumber: Youtube Colour In Storytelling.

https://www.youtube.com/watch?v=aXgFcNUWqX0.

Time code 01:41:01-01:41:04)

Beberapa contoh potongan film Haxan dan Greed, membuktikan bahwa

dunia film memperoleh cara bercerita secara metaforis melalui warna. Warna

dalam film dapat membangun harmoni atau ketegangan dalam sebuah adegan.

4. Pallet Warna

Palet warna film yang dirancang dengan baik membangkitkan suasana hati

dan mengatur nada untuk film. Tiga komponen utama warna adalah rona atau hue,

saturasi, dan value atau gelap/terang warna.

Page 30: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

15

Gambar 4. HSV Image Color

(Sumber: Sean Adams, The Disigner’s Dictionary of Color, 2017, pg. 12-15)

Gambar warna di atas terbagi dalam tiga pengertian, yaitu hue, saturation,

dan value. Masing-masing memiliki memiliki properti warna yang dapat

diidentifikasikan serta fungsinya.

“Properti warna merah, hijau, dan kuning yang dapat diidentifikasi, hue,

dll. Hue didasarkan pada panjang gelombang cahaya yang terlihat.

Saturasi warna didasarkan pada tingkat kemurnian, dari warna murni

100% menjadi abu-abu 0%. Gambar yang sangat jenuh sangat cerah dan

cerah. Gambar desaturasi akan tampak kusam, atau sepia. Value

ditentukan oleh jumlah pencahayaan pada suatu warna. Warna pada value

100% akan tampak murni. Pada value 50%, warnanya akan lebih gelap”

(Adams & Helfand, 2017, pp. 13–15).

Hue adalah jumlah warna dan saturasi adalah tingkat keredupan cahaya. Saturasi

akan terang dan jelas atau akan buram dan menghilang. Value adalah tingkat

kepekatan warna seperti biru muda dan biru tua.

Page 31: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

16

a. Merah

Warna merah merupakan yang paling menarik perhatian di antara warna

lainnya. Warna ini bermakna darah, seks, marah, berani, kekuatan, bahaya, cinta,

kejantanan, dan kebahagiaan (Darmaprawira W. A & Sulasmi, 2002, p. 45). Di

Asia, merah diasosiasikan sebagai lambang dewa-dewa. Merah adalah warna yang

paling populer di China, tetapi ada perbedaan antara merah China dan merah

dalam budaya Asia lainnya (McLeod, 2016, pp. 45–46).

b. Merah Jambu atau Pink

Biru untuk anak laki-laki, pink untuk anak perempuan. Ini adalah warna

rayuan, romansa, dan feminitas. Pink juga terkait dengan kelembutan dan

kebahagiaan. Warna pink tercipta dari gabungan antara merah dan putih. Pink

merupakan representasi dari mawar, memiliki makna positif, yaitu: eminitas,

romansa, rayuan, kebahagiaan, kelembutan, dan masa muda. Sedangkan warna

pink sendiri juga sering dikaitkan untuk gadis atau anak perempuan (Pickolor,

2021).

c. Jingga

Warna jingga seperti pada awan jingga. Awan jingga bisa terlihat pada

pagi hari dan malam hari. Pada pagi hari warna jingga melambangkan

kemerdekaan dan anugerah. Sedangkan pada sore hari menjelang malam awan

jingga melambangkan bahaya. Warna jingga memiliki karakter anugerah,

dorongan, merdeka, semangat, dan anugerah, tapi jingga memiliki karakter bahaya

(Sanyoto, 2010, p. 46).

Page 32: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

17

Warna jingga menciptakan kedekatan dan spontanitas. Jingga dapat

dianggap negatif sebagai keras/kegaduhan atau menjengkelkan (McLeod, 2016,

pp. 50–51). Dalam filsafat Timur, jingga mewakili pusat kreatif sebagai chakra

kedua, yang terletak di bawah pusar. Di Irlandia Utara, jingga mewakili Protestan.

Di Amerika Serikat dan Kanada, jingga dikombinasikan dengan hitam mewakili

Halloween (Pickolor, 2021).

d. Kuning

Warna kuning merupakan asosiasi warna dari matahari yang menunjukkan

terang dan hangat. Kuning merupakan warna cerah sehingga seringkali

dilambangkan sebagai kesenangan atau kelincahan (Sanyoto, 2010, p. 46). Kuning

pucat tidak seperti kuning cerah yang melambangkan penyakit, kesuraman, dan

kesedihan. Kuning juga dikaitkan dengan kekuatan, kekuasaan, dan ego (warna

Kaisar Cina). Pertama dan terpenting, kuning adalah warna yang melambangkan

keterbukaan dan kontak sosial: kuning dikaitkan dengan persahabatan dan

persaudaraan serta pengetahuan.

Makna positif warna kuning: pesta, kegembiraan, kehangatan, ego,

kekuatan, pengetahuan, dan persahabatan. Makna negatif: pengkhianatan,

kebohongan, dan penipuan. Representasi warna kuning: kotak surat, pasir,

matahari, telur, dan bunga (bunga aster).

e. Hijau

Warna hijau termasuk dalam warna sejuk dan memiliki karakter yang

hampir sama dengan warna biru namun cenderung lebih netral pengaruh

emosinya. Hijau memiliki watak segar, muda, hidup, tumbuh, dan beberapa watak

Page 33: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

18

lain yang mendekati warna biru (Sanyoto, 2010, p. 49). Namun, berarti kegagalan

dan kemalangan. Hijau dikaitkan rumah sakit dan apotek dalam logo mereka.

Hijau warna dari kombinasi biru dan kuning. Makna positif warna hijau

adalah: harapan, keberuntungan, stabilitas, dan konsentrasi. Makna negatif:

kegagalan dan kemalangan. Representasi: tanaman dan sayuran (Paprika, kacang

hijau) (Pickolor, 2020).

f. Biru

Warna biru merupakan bagian yang termasuk warna dingin. Ada beberapa

asosiasi dari warna biru yaitu langit dan air laut. Biru membentuk makna,

kesendirian, membuat jarak, dingin, dan terpisah (Darmaprawira W. A & Sulasmi,

2002, p. 46). Seperti air yang padam, biru memiliki perasaan segar dan murni

yang memungkinkan untuk menemukan ketenangan batin tertentu yang terkait

dengan hal-hal yang dalam.

Biru adalah simbol kebenaran, seperti air jernih yang tidak bisa

menyembunyikan apapun (Pickolor, 2020). Warna ini umumnya menarik bagi

semua generasi, namun seharusnya tidak digunakan secara berlebihan. positif

warna biru melambangkan kesegaran, mimpi, kebijaksanaan, kesetiaan,

ketenangan, dan kebenaran. Makna negatif: melankolis, representasi dari warna

biru, adalah: lautan dan langit.

g. Ungu atau Lavender

Karena warna ungu banyak digunakan oleh oleh keluarga kerajaan,

agama-agama Timur, dan Katolik, Ungu membawa konotasi spiritualitas dan

aristokrasi. Ungu adalah kombinasi dua warna, merah, dan biru. Jika warnanya

Page 34: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

19

lebih merah, warnanya akan lebih hangat, lebih cerah, dan lebih intens. Jika berisi

lebih banyak biru, itu akan memiliki efek lebih dingin dan lebih tenang.

Ungu, berhubungan dengan agama dan politik, bisa menjadi polarisasi

(National Geographic, 2021). Campuran yang sama merah dan biru, cenderung

terasa datar dan tidak menarik. Banyak desainer menggunakan versi dengan lebih

banyak merah atau lebih biru untuk memberikan kedalaman warna dan sudut

pandang. Dalam budaya Barat, ungu mewakili kekayaan dan kemewahan. Ungu

pucat dan menuju lavender terhubung ke Paskah. Di zaman Romawi, hanya kaisar

yang bisa mengenakan warna ungu (Adams & Helfand, 2017, p. 75).

Makna positif dari warna ungu adalah warna raja, kebesaran, kejayaan,

keningratan, kebangsawanan, dan kewibawaan. Sedangkan arti negatifnya adalah

kekejaman, arogansi, duka cita, dan keeksotisan (Sanyoto, 2010, p. 8).

h. Putih

Warna putih termasuk warna murni. Warna putih menampilkan karakter

positif, merangsang, cemerlang, ringan, dan sederhana. Putih juga melambangkan

arti kesucian, polos, jujur, dan murni (Darmaprawira W. A & Sulasmi, 2002, p.

47).

i. Hitam

Kegelapan dan ketidakadilan selalu melambangkan warna hitam, hitam

bisa bermakna misteri, warna pada malam selalu kebalikan dari warna putih atau

terang (Darmaprawira W. A & Sulasmi, 2002, p. 48).

Page 35: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

20

5. Color Grading

Dalam pascaproduksi color grading digunakan untuk keperluan

pewarnaan dan penyeimbangan dalam editing.

“Color grading lebih dari sekedar menyesuaikan atau mengoreksi warna

dari adegan ke adegan untuk memberikan konsistensi dan kontinuitas. Hal

ini juga membantu menanamkan konteks emosional cerita, dan

melengkapi pencahayaan dan pencahayaan yang digunakan oleh

sinematografer untuk menangkap adegan. “(Kennel, 2007, p. 90).

Color grading mengacu pada pewarnaan skema warna video rekaman.

Pewarnaan ini bisa sangat artistik seperti pada film-film populer, atau bisa pula

terlihat natural. Sumber yang dikutip dari situs Studio Binder, color grading dapat

menyesuaikan warna skema rekaman, membangkitkan emosi spesifik dari

penonton, dan melakukan finishing rekaman video.

6. Cerita dan Plot

Rangkaian kejadian-kejadian yang tersusun secara kronologis disebut

plot. Adapun cerita rangkaian peristiwa tersaji dalam film maupun tidak (Pratista,

2017, p. 75).

7. Struktur Tiga Babak

Struktur naratif film memiliki tahapan perkembangan cerita dan dibagi tiga

tahapan disebut tiga babak, yaitu: babak pertama (Permulaan), babak kedua

(Pertengahan), serta babak ketiga (Penutupan) (Pratista, 2017, p. 76). Pada tahap

pembukaan film hanya memiliki panjang cerita seperempat durasi filmnya,

tahapan pertengahan tahapan digunakan untuk memasukan inti cerita atau konflik,

sehingga paling lama dan biasanya panjangnya lebih dari separuh film. Tahapan

Page 36: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

21

penyelesaian adalah tahapan penyelesaian konflik, dalam penutupan biasanya

sekitar seperempat dari durasi film dan biasanya merupakan segmen yang

terpendek.

a. Babak pertama (Pemulaan).

Tahap permulaan adalah titik awal dalam sebuah jalan cerita film

dikarenakan dari sinilah segalanya bermula. Pada titik inilah cerita akan dimulai.

Pada tahap ini masing-masing tokoh dalam cerita seperti pelaku utama dan

pendukung, pihak protagonis dan antagonis, masalah, tujuan dari cerita maupun

tokoh, serta aspek ruang, dan waktu cerita.

b. Babak kedua (Pertengahan).

Tahap pertengahan berisi bagaimana tokoh utama atau protagonis mulai

untuk menyelesaikan masalah dengan mencari solusi dari setiap masalah yang

telah terjadi pada tahap permulaan. Alur cerita tahap ini berubah arah dan bahkan

bisa juga diluar perkiraan yang dilakukan karakter utama atau pendukung.

c. Babak ketiga (Penyelesaian).

Klimaks dari cerita adalah tahap penutupan. Titik inilah film mencapai

titik ketegangan tertinggi. Cerita akan klimaks hingga mendapatkan konklusi dari

semua permasalahan atau konflik yang ada pada tahap pertengahan sebelumnya.

Page 37: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

22

Gambar 5. Bagan Alur Pikir Penelitian

Dalam proses penulisan alur pikir bagan atas diawali oleh subjek utama

penelitian yaitu film Abracadabra, turun ke bawah adalah setting dengan lima

fungsi setting yang dipengaruhi oleh warna, sehingga warna dalam masing-

masing fungsi setting memiliki peran masing-masing.

Warna sebagai penguat setting

Page 38: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

23

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif

kualitatif, suatu proses penelitian yang mencoba untuk mendapatkan deskriptif

ucapan atau tulisan. Data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata dan juga

bukan berupa angka-angka (Moleong, 1996, p. 4). Penelitian ini berupaya untuk

mendeskripsikan aplikasi warna dalam memperkuat cerita pada film

Abracadabra.

2. Objek Penelitian

Penelitian ini fokus pada film Abracadabra sebagai objek kajian dengan

menempatkan film sebagai teks. Dalam membangun cerita film Abracadabra

didukung oleh teknik pewarnaan atau color grading dalam proses

pascaproduksinya.

Analisis mengenai media dibagi menjadi tiga fase, yaitu produser

(industri), teks, dan khalayak (Stokes, 2003, p. 4). Oleh karena itu, fokus kajian

film sebagai teks ini terletak pada warna dalam film Abracadabra yang dapat

membangun memperkuat setting.

3. Data dan Sumber Data

a. Data Primer

Sumber data terbagi menjadi dua jenis, yaitu: data primer dan data

sekunder. Data yang memberikan langsung data kepada pengumpul data adalah

Page 39: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

24

data primer (Sugiyono, 2008, p. 137). Data primer yang diteliti berupa film

Abracadabra dalam video, dengan durasi 96 menit. Sumber film berupa softfile

yang didapat melalui email dengan link terkunci sehingga membuat file hanya bisa

akses atas izin pihak perusahaan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah sumber data pendukung yang tidak langsung di

butuhkan kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen

(Sugiyono, 2008, p. 137). Adapun beberapa situs yang menjadi referensi, yaitu

situs fourcolors yang digunakan untuk mencari data pada penelitian utama, semua

informasi selain dari sutradara dari situs tersebut, sehingga menguatkan semua

sumber yang nanti akan digunakan. Selain itu, situs pickolor merupakan situs

yang membahas tentang warna, mereka manampilkan karakter warna serta sifat

dari warna itu sendiri, sehingga di dalamnya terdapat makna warna, walaupun

tidak semua digunakan tetapi ini juga menjadikanya referensi dalam isi penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data kualitatif yang dilakukan menggunakan tiga

cara, yaitu: Observasi, wawancara, dan studi pustaka. Langkah strategis dalam

penelitian adalah mendapatkan data yang akurat. Pengambilan data dilakukan

dengan menggunakan metode.

a. Observasi

Pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang

tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian (Sugiyono,

Page 40: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

25

2008, p. 31). Observasi dilakukan dengan cara mengamati objek kajian penelitian

yang telah ditentukan yaitu film Abracadabra. Pengamatan dilakukan pada warna

yang digunakan dalam setting, untuk kemudian dipilih berdasarkan setting utama.

Terdapat banyak setting dalam keseluruhan film, kemudian dikerucutkan lagi

menjadi setting disetiap babak. Setiap babak nantinya dipilih warna yang sesuai

dengan fungsi setting.

b. Wawancara

Wawancara bebas terpimpin dengan pertanyaan bebas tetapi pada

pedoman yang dibuat (Arikunto, 2013, p. 199). Pewawancara memberikan

pertanyaan secara bebas namun berkembang kepada terwawancara. Dari

wawancara tersebut mendapatkan data pendukung secara langsung. Narasumber

yang diberikan pertanyaan yaitu Faozan Rizal selaku sutradara film Abracadabra.

Proses wawancara dilakukan dengan media telepon dikarenakan narasumber

Faozan Rizal berada di Paris.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka ini dilakukan dengan menghimpun data yang berkaitan

dengan objek kajian yaitu film Abracadabra, literatur yang digunakan dalam

penelitian ini ialah berita dan artikel yang diakses melalui internet. Laman web

yang diakses adalah sebagai berikut: fourcolors, pickolor, seleb.tempo,

filmindonesia, studioantelope, kutu-film, nofilmschool, dan tirto.

Page 41: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

26

5. Analisis Data

Setelah data penelitian terkumpul, maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu

analisis data. Dalam prosesnya analisis data ini menggunakan Model Interaktif

yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis ini terdiri tiga komponen:

reduksi data (data reduction), model data (data display), dan penarikan serta

pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007, p. 104).

Gambar 6. Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman

(Sumber: Pawito, 2007)

a. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada dua tahap dan setiap tahapannya memiliki

prosesnya sendiri hal ini juga disampaikan oleh Pawito (2010:105) menyatakan

mengenai langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,

melibatkan editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua,

menyusun catatan-catatan (memo), dan kode-kode mengenai berbagai hal. Pada

penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memilah scene yang mengandung

warna disetiap setting dalam film Abracadabra. Masing-masing scene diseleksi

Page 42: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

27

yang terdapat penggunaan warna yang tidak konvensional kemudian

pengelompokan setting menjadikan acuan dalam meringkas data..

b. Model Data

Model data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan

data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain

(Pawito, 2007, pp. 105–106). Pada penelitian ini model data disusun berdasarkan

hasil dari reduksi data yang mengacu pada klasifikasi yang telah ditentukan.

Scene-scene yang telah dipilah, kemudian disajikan dalam bentuk still image dan

dilanjutkan dengan pembahasan berupa deskripsi adegan, warna yang digunakan,

dan analisis narasi dalam adegan tersebut.

c. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, ditemukan hasil penelitian

yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil pada

penelitian ini didasarkan pada hasil analisis pengaplikasian warna pada fungsi

setting film Abracadabra yang telah dibagi dalam beberapa scene, dan dijabarkan.

Kesimpulan yang ditarik dari tiap-tiap data kemudian, menghasilkan kesimpulan

sehingga mampu mewakili hasil penelitian secara keseluruhan.

Page 43: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

28

H. Sistematika Penulisan Laporan

Penelitian disajikan dalam empat bab yang tersusun sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

BAB I merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka konseptual, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II FILM ABRACADABRA

BAB II merupakan penjabaran mengenai objek kajian film Abracadabra

yang berisi spesifikasi film Abracadabra, kredit film, dan identifikasi setting film

Abracadabra.

BAB III WARNA PADA SETTING FILM ABRACADABRA DALAM

MENGUATKAN CERITA

BAB III merupakan bab pembahasan. Pada bab ini berisi uraian fungsi

setting warna menunjukan waktu, warna sebagai penunjuk status sosial, warna

membangun mood, warna sebagai simbol, dan warna sebagai pendukung aksi.

BAB IV PENUTUP

BAB IV ini merupakan bab penutup. Pada bab ini terbagi dua subbab,

yaitu: kesimpulan dan saran.

Page 44: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

29

BAB II

FILM ABRACADABRA

A. Spesifikasi Film Abracadabra

1. Deskripsi Film

Film Abracadabra (2020) merupakan film dengan genre drama, yang

berdurasi 86 menit. Film ini usai diproduksi pada tahun 2019, namun perdana

tayang di bioskop pada Januari 2020. Film ini diproduseri oleh Ifa Isfanyah,

disutradarai dan ditulis oleh Faozan Rizal, serta diperankan oleh Reza Rahadian,

Butet Kartaredjasa, dan Salvita Decorte (FilmIndonesia, 2020).

Gambar 7. Poster film Abracadabra

(Sumber: https://fourcoloursfilms.com/abracadabra/)

Page 45: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

30

2. Sinopsis Film

Film Abracadabra menceritakan petualangan dengan menghadirkan latar

dunia fantasi, mengisahkan seorang pesulap yang gagal melakukan triknya

sehingga diapun mulai menemukan fakta antara kotak peninggalannya dan

menghilangnya ayahnya. Semua terangkum dalam sinopsis dalam situs Film

Indonesia sebagai berikut.

“Keajaiban tidak lagi membuat percaya Lukman seorang grandmaster

sulap. Lukman berencana untuk gagal di pertunjukan sulap terakhirnya

dan sekaligus pamitan ke teman-temannya pensiun bermain sulap. Lukman

mempersiapkan kotak kayu milik ayahnya untuk melakukan trik.

memanggil salah satu penonton masuk ke dalamnya, memakunya, ucapkan

"Abracadabra!", dan orang tersebut masih ada dalam kotak. Tidak ada

kejaiban. Tapi Lukman tidak tahu bahwa kotak itu di masa lalu milik

banyak penyihir besar, hingga sampai ke ayah Lukman juga seorang

grandmaster.

Pertunjukan berlangsung, dan anak laki-laki menghilang setelah masuk ke

kotak. Lukman tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi. Lukman tidak

tahu cara mengembalikan anak itu. Seorang Kepala Polisi menginginkan

kotak itu mengejar Lukman dan menuduhnya dengan kasus penculikan

anak. Kisah berubah menjadi permainan kejar-kejaran antara Lukman dan

Kepala Polisi, mantan pesulap, yang ingin menangkap Lukman dan

memiliki kotak itu untuk dirinya sendiri. Kepercayaan Lukman pada

keajaiban dan kembali menjadi rumit ketika bertemu seorang perempuan,

Sofnila muncul dari kotaknya. Sofnila percaya pada dirinya sendiri adalah

salah satu asisten Lukito, ayah Lukman, yang pernah menghilang di kotak

itu. Selanjutnya membuat Lukman bertemu dengan beberapa penyihir

teman lama ayahnya, dan Lukman mulai mengerti bahwa tidak pernah

dilahirkan oleh siapapun kecuali ayahnya yang menemukannya di dalam

kotak itu.”(FilmIndonesia,2020)

Page 46: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

31

B. Kredit Film

1. Pemeran

Keberhasilan film Abracadabra tidak luput dari pemain serta peran

kerabat produksi yang berkerja dalam setiap bidangnya masing-masing. Dari film

mulai dibuat hingga tayang di bioskop, hasil kerja keras semua pihak yang terlibat

di dalamnya. Berikut merupakan pemain produksi film Abracadabra.

Tabel 1. Nama-nama pemain film Abracadabra

(Sumber: https://www.imdb.com/title/tt11187956/fullcredits)

Nama Peran Nama Peran

Reza Rahadian Lukman Jajang C Noer Savitri

Butet Kartaredjasa Kepala Polisi Egi Fedly Barnas

Salvina Decorte Sofnila Lukman Sardi Lindu

Ence Bagus Polisi Poppy Sovia Winda

Imam Darto Polisi Paul Agusta Zakaria

Dewi Irawan Ashima Landung S. Lukito

Veronika K. Astrolog Kembar Asmara Abigail Laila

Valerie K. Astrolog Kembar M. Adiyat Iwan

Mbok Tun Rawit MN Qomarudin Sopir Taksi

Kill The DJ Marjuki Yati Pesek Sutini

Yan Widjaya Master Wong Alex Suhendra Penonton

Ismail Basbeth Pesulap Arab Seno Aji Pesulap Jawa

Zed Makarim Pesulap Samuel Briyan Pesulap

Denta Aditya Pesulap Bintang Timur Lukman Muda

Arifan Pesulap Vanda Mutiara Polwan

Rulyani I. Wanita Tua Anneke F. Asisten

Ibnu Gundul Orang desa Suroto Operator

Adi Marsono Orang Desa Hirozel R. Bayi

Page 47: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

32

2. Kru

Prosesnya dalam produksi film kru merupakan elemen penting yang

menjadikan berhasilnya sebuah film, mereka bekerja sesuai dengan jabatan

masing-masing sehingga jalannya produksi tidak terganggu, bentuk apresiasi

diberikan kepada kru yang terlibat dengan mencantumkan nama serta jabatannya,

ini juga bisa menjadikan narasumber sebagai referensi dalam penelitian

selanjutnya berhubungan dengan departemen yang ditugaskan.

Tabel 2. Nama-nama kru film Abracadabra

(Sumber: https://www.imdb.com/title/tt11187956/fullcredits)

DEPARTEMEN PRODUKSI

Nama Jabatan Nama Jabatan

Faozan Rizal Sutradara & Script Shane Kelly Prod.Eksekutif

Ifa Isfansyah Produser Lim Ker Han Prod.Eksekutif

April Priscilla Line Produser Andi Boediman Prod.Eksekutif

Ahmad Aditya Associate Prod. Pandu Birantoro Prod.Eksekutif

Pinkan Veronique Associate Prod. Rahadian Agung Prod.Eksekutif

Robin Moran Associate Prod. Mandy Marahimin Prod.Eksekutif

Amrin Nugraha Associate Prod. Peter Bithos Prod.Eksekutif

Isabelle G. Co-Produser Jennifer Bathy Prod.Eksekutif

Justin Deimen Co-Produser Bryan Seah Prod.Eksekutif

Jeremy Sim Co-Produser Pritagita A. Ass. Sutradara

Terence Kong Co-Produser Indra Pame Ass. Sutradara 2

Allison Chew Co-Produser Ilana WP K. Manajer Unit

James Teo Prod.Eksekutif Panca Windu Koordinator Cast

DEPARTEMEN KAMERA

Nama Jabatan Nama Jabatan

Page 48: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

33

Gandang W. Penata Kamera Wanda P.K Ass. Penata Kamera

Dimas Kribo Ass. Penata Kamera

DEPARTEMEN GRIP & LISTRIK

Nama Jabatan Nama Jabatan

Aziz Farikhun Gaffer Andi Faisal Penata Cahaya

Moh. Abas Penata Cahaya Moh Abdul R. Penata Cahaya

Deni Ardiana Penata Cahaya Sahirun Penata Cahaya

DEPARTEMEN ARTISTIK

Nama Jabatan Nama Jabatan

Hagai Pakan Perancang Busana Hikmah K. Ass. Penata Artistik

Eba Sheba Penata Rias Silviah Diah Ass. Penata Artistik

Vida Sylvia Penata Artistik Sucipto Dwiki Properti

DEPARTEMEN SUARA & MUSIK

Nama Jabatan Nama Jabatan

Krisna Purna Penata Suara Primas Setiawan Boomer

Krisna Purna Penata Musik Ivo Kurnia Artis Foley

Dicky Permana Perekam Suara Galih P. Editor Dialog

Hendra H. Boomer Kristiawan Bayu Editor Foley

DEPARTEMEN PENYUNTINGAN

Nama Jabatan Nama Jabatan

Akhmad Fesdi Penata Gambar Helmi Nur R. Ass. Penata Gambar

Keliek Wicaksono Efek Visual Susanto Priyo Colorist

C. Identifikasi Setting Film Abracadabra

Hal yang dibahas dalam penelitian ini adalah aspek warna pada fungsi

setting yang mampu memperkuat setting film Abracadabra. Penelitian ini dibatasi

pada segala hal yang dihadirkan pada setting film ini, baik dekorasi maupun

properti (perabot). Pemilahan data dilakukan berdasarkan setting utama pada tiap

Page 49: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

34

babak cerita dalam film Abracadabra. Adapun pemilahan data yang dilakukan

adalah.

1. Identifikasi Babak Film Abracadabra

a. Babak Permulaan (Time code: 00:00:47 – 00:22:20)

Bagaimana Lukman terbangun dari mimpinya dan mendapati surat untuk

melakukan pertunjukan surat kembali, Lukman melihat kembali kenangan dan

peninggalan dari ayahnya termasuk kotak kayu milik Lukito, yaitu ayahnya.

Acara tersebut ternyata adalah rencana dari Barnas, pensiunan pesulap yang ingin

mendapatkan kotak kayu ajaib milik ayah Lukman, dengan berkerja sama dengan

polisi mereka membuat kesepakatan untuk mengambil kotak itu. Dalam acara

sulap yang Lukman lakukan sebelum melakukan pertunjukan utama Lukman

menyampaikan diri untuk mengundurkan diri, dalam triknya Lukman

menawarkan kepada penonton untuk dimasukkan ke dalam kotak dan

menghilangkannya, namun saat Lukman meneriakkan mantra berkali-kali Iwan

sesosok anak kecil yang masuk ke dalam kotak tidak kunjung keluar, sehingga

menimbulkan kegelihasan terhadap Lukman pada acara tersebut. Semua pesulap

datang untuk membantu, gagal namun gagal sehingga Lukman dicurigai serta

dimintai keterangan oleh polisi.

Barnas dan polisi mendiskusikan perihal hilangnya anak dalam

pertunjukan di dalam kantor polisi, namun insiden terjadi di dalam kantor

sehingga kotak tersebut dibawa lari oleh Barnas. Barnas buru-buru membawa

keluar karena melihat pin nama yang ada dalam kotak. Saat Lukman sedang di

Page 50: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

35

hotel Lukman tiba-tiba mendapatkan telepon yang menyebut dirinya istri Barnas,

Ashima menyuruh Lukman datang karena Barnas menghilang juga dalam kotak.

b. Babak Pertengahan (Time code: 00:22:21 – 01:09:29)

Saat Lukman sedang berada di rumah Ashima Lukman mendapatkan

dirinya terkejut dengan adanya kotak Yggdrasil, Lukman diceritakan tentang

hilangnya Barnas karena apa, Lukman mendapatkan masukan dari Ashima untuk

mencari jawaban atas kotak tersebut. Lukman kembali ke hotel dan mencoba

mengucapkan mantra lagi namun gagal. Polisi datang ke rumah Ashima untuk

menanyakan perihal kotak tersebut, namun Ashima membantah sehingga polisi

menekannya. Lukman kaget ternyata saat anak yang sedang menanyakan kelinci

ternyata berasal dari kotak sehingga Lukman mengejarnya.

Saat sedang di bandara Lukman dikagetkan sesuatu dalam kotak, saat

petugas membuka ternyata isinya seekor kelinci. Dalam kantor polisi rapat

dilakukan membahas hilangnya salah satu petugasnya yang hilang, namun para

petugas dikagetkan dengan seekor singa yang berada dalam ruangan

komandannya. Polisi datang saat para pesulap sedang melakukan diskusi

membahas sulap Lukman, namun polisi menanyakan perihal keberadaan

Lukman, namun diputar-putar seolah dihindarkan. Polisi datang ke rumah istri

Barnas dan menanyakan perihal Barnas, sang istri membantahkan karena tujuan

polisi sebenarnya adalah mencari kotak Yggdrasil.

Lukman pergi menuju pantai rahasia rumah yang ditinggalinya, sampai di

rumah Lukman berusaha membuka dan memanggil Iwan dari dalam kotak, saat

Lukman membuka keluar seorang wanita misterius dari kotaknya langsung menari

Page 51: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

36

seolah-olah ada parade, wanita itu menanyakan Lukman perihal kotaknya dan

menuduh mencurinya, wanita yang keluar dari kotak bertanya perihal dirinya

berada dimana, Lukman menjelaskan bahwa Sofnila baru saja keluar dari dalam

kotak, Lukman menyuruh menceritakan kejadian yang dirasakan saat berada

dalam kotak.

Lukman menanyakan ke sosok nenek menuju peramal kembar, polisi

akhirnya juga tahu arah Lukman yang sedang dituju. Lukman bertanya perihal

kotaknya dan ayahnya kepada peramal kembar dan mendapati fakta yang

sebenarnya. Lukman berhenti di hutan tempat yang ditunjukkan peramal tersebut

dan Lukman tertidur di samping kotaknya. Polisi akhirnya sampai juga di hutan

lokasi Lukman berada, saat Lukman bangun dan membuka kotaknya lagi berharap

sesuatu terjadi, Lukman kecewa dan membuat kota tersebut di sungai, namun saat

kotak hanyut Lukman mendengar suara dan mengejarnya. Saat Lukman

mengambil kotaknya ternyata perempuan yang sempat muncul di rumah muncul

kembali.

c. Babak Penyelesaian (Time code : 01:09:29– 00:22:58)

Lukman pergi meninggalkan hutan bersama wanita sebelumnya dan

memperkenalkan diri sebagai Sofnila. Polisi datang mengunjungi Ashima namun

ternyata Ashima sudah meninggal. Lukman berada di rumahnya kembali dan

mencoba mantranya bersama Sofnila, saat polisi sedang berhenti di jalan tiba-tiba

jenazah Ashima berada dalam bagasinya, dibantu Sofnila akhirnya Lukman

berhasil dalam membaca mantranya, semua yang menghilang dalam kotak

kembali bermunculan. Saat polisi sesampai di rumah Lukman, polisi tidak

Page 52: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

37

mendapati keberadaan Lukman, ternyata Lukman kabur di tepi jurang kemudian

masuk ke dalam kotak dan menghilang. Polisi menghancurkan kotak kayu.

2. Setting Film Abracadabra

Film Abracadabra memiliki 279 setting secara keseluruhan, jumlah setting

keselurahan dipisahkan setiap babak. Pada setiap babak terdapat setting utama dan

setting pendukung, sehingga dijadikan acuan dalam memilih shot dan tersaji di

bawah ini.

a. Babak 1

Terdapat 64 setting pada babak 1 terdapat 3 setting utama didalamnya. 3

setting tersebut, yaitu: panggung pertunjukan, kantor polisi, dan rumah Ashima.

1) Panggung pertunjukan

Gambar 8. Panggung pertunjukan

(Time code: 00.06.12)

Page 53: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

38

Setting panggung pertunjukan memiliki total 8 setting utama dengan

setting pendukung, yaitu: 4 setting labirin, dan 3 setting lorong. Tempat Lukman

melakukan pertunjukkan sulapnya, dan awal dari mulai menghilangnya anak

dalam kotak. Warna yang terdapat dalam setting adalah biru dan merah.

2) Kantor Polisi

Gambar 9. Kantor polisi

(Time code: 00.16.48)

Setting kantor polisi memiliki total 45 setting utama pada keseluruhan,

setting pada babak 1 terdapat 17 setting. Kantor polisi merupakan lokasi Barnas

dan polisi melakukan diskusi, membahas perihal kotak kayu yang menghilangkan

Iwan saat pertunjukan sulap. Warna yang terdapat dalam setting adalah pink.

Page 54: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

39

b. Babak 2

Terdapat 188 setting pada babak 2 dengan 6 setting utama didalamnya. 6

setting tersebut, yaitu: Rumah Ashima, rumah Lukman, bukit batu, hutan, air

terjun, dan sungai.

1) Rumah Ashima

Gambar 10. Rumah Ashima

(Time code: 00.23.13)

Setting rumah Ashima memiliki total 21 setting dengan setting pendukung,

yaitu: 2 stasiun depan rumah Ashima dan 3 setting teras rumah Ashima. Setting

rumah Ashima adalah tempat Lukman mendapat cerita tentang kotak kayu

peninggalan ayahnya. Warna yang terdapat dalam setting adalah jingga dan putih.

Page 55: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

40

2) Rumah Lukman

Gambar 11. Rumah Lukman

(Time code: 00.38.15)

Setting rumah Lukman memiliki total 68 setting pada babak 2, dengan

setting pendamping, yaitu: 2 setting depan rumah Lukman, 1 setting pantai rumah

Lukman, 3 setting menara pengawas. Setting rumah Lukman tempat munculnya

Sofnila dari kota kayu dan menarik gembira. Warna yang terdapat dalam setting

adalah hijau, jingga, orange, cokelat, dan merah.

Page 56: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

41

3) Bukit Batu

Gambar 12. Bukit batu

(Time code: 00.57.41)

Setting bukit batu memiliki total 5 setting. Setting tempat Lukman bertemu

dengan penyihir kembar. Warna yang terdapat dalam setting adalah abu-abu,

cokelat, dan biru.

Page 57: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

42

4) Hutan

Gambar 13. Hutan

(Time code: 01.03.04)

Setting hutan memiliki total 16 setting. Setting hutan tempat lukman

beristirahat atas saran penyihir kembar. Warna yang terdapat dalam setting adalah

cokelat dan biru.

Page 58: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

43

5) Air Terjun

Gambar 14. Air Terjun

(Time code: 01.04.04)

Setting air terjun memiliki total 3 setting. Adegan yang terdapat pada

setting ini Lukman membuang kotak kayu karena frustasi. Warna yang terdapat

dalam setting adalah cokelat dan biru.

Page 59: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

44

6) Sungai

Gambar 15. Sungai

(Time code: 01.04.04)

Setting sungai memiliki total 4 setting dengan setting pendukung yaitu: 1

setting tebing batu dan 1 setting jalan sepanjang sungai. Adegan Lukman dan

Sofnila bertemu setelah Sofnila keluar dari kayu yang dilempar Lukman berada

pada setting di sungai. Warna yang terdapat dalam setting sungai adalah cokelat

dan biru.

c. Babak 3

Terdapat 27 setting pada babak 3 dengan 1 setting utama didalamnya. 1

setting tersebut yaitu pantai.

Page 60: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

45

1) Pantai

Gambar 16. Pantai

(Time code: 01.18.25)

Setting pantai memiliki total 4 setting pada babak 3 dengan setting

pendukung yaitu 1 setting laut. Adegan tempat Lukman masuk ke dalam kotak

kayu dan menghilang. Warna yang terdapat dalam setting adalah biru, putih, dan

coklat.

Page 61: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

46

BAB III

WARNA PADA FUNGSI SETTING FILM ABRACADABRA

Upaya dalam membangun dramatisasi film dapat dilakukan dengan

berbagai cara, salah satunya yaitu memperkuat cerita pada beberapa elemen

sebagai penunjang adegannya. Film memiliki keleluasaan melakukan proses mulai

dari praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi. Film Abracadabra merupakan

film genre fantasi yang menampilkan warna yang tak umum pada setiap setting di

dalamnya. Warna yang ada dalam setting mendukung adegan menciptakan unsur

dramatik tertentu melalui fungsi setting cerita pada film. Hampir semua setting

dalam film Abacadabra lebih banyak ditemukan warna yang saling bertabrakan

atau tidak ada di dunia nyata. Sebagian kecil warna pada setting tersebut juga

ditemukan untuk membangun unsur dramatis. Warna di dalam film Abracadabra

digunakan untuk meningkatkan fungsi setting menunjukkan waktu, penunjuk

status sosial, pembangun mood, sebagai simbol, dan pendukung aksi pada adegan

tersebut.

A. Warna Menunjukkan Waktu

Film Abracadabra menceritakan tentang sebuah kotak peninggalan

seorang ayah yang berprofesi sebagai pesulap dan meninggalkanya kepada

anaknya. Kotak tersebut membawa kisah masa lalu misteri menghilangnya sang

ayah. Film ini memiliki beberapa adegan yang menggunakan latar waktu berbeda,

Page 62: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

47

untuk memperjelas hubungan kausalitas dari munculnya kotak kayu tersebut,

yaitu masa kini dan masa lampau.

Setting yang menunjukkan waktu ada dua, yaitu: kantor polisi dan rumah

Ashima. Setting pada kantor polisi memiliki setting pendamping tempat

pertunjukan sulap di China dan panggung pertunjukan dengan warna putih, abu-

abu dan hitam. Sedang rumah Ashima memiliki setting pendamping rumah

Lukman dengan warna putih, abu-abu, dan hitam.

1. Kantor Polisi (Babak Pertama)

Gambar 17. Rangkaian shot cerita antara Barnas dan Komisioner Polisi

(Time code: 00.18.50 – 00.19.45)

Setelah tragedi hilangnya Iwan (anak kecil) di dalam kotak pada

pertunjukan terakhir Lukman, menjadikan kotak kayu tersebut sebagai barang

bukti kasus penculikan. Pada menit 00:18:50, Barnas datang ke kantor polisi,

hendak meminjam kotak kayu tersebut, namun sebelum meminjamnya, Barnas

bercerita pada polisi kotak tersebut terbuat dari pohon kehidupan. Pada zaman

Soekarno, Barnas dan Lukito diutus untuk belajar sulap, karena pada masa itu

istana presiden butuh hiburan. Saat Barnas belajar sulap di sirkus China, dia

Page 63: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

48

bertemu seorang guru yang memperkenalkannya dengan sebuah kotak bernama

Yggdrasil tersebut. Guru tersebut kemudian menghilang setelah mengajarkan

sesuatu pada Lukito. Pada saat narasi (off-screen) Barnas menceritakan kisahnya,

frame berubah menjadi gambar hitam putih, dengan setting masa lampau.

Scene dalam gambar 17 menampilkan dua frame berbeda, frame pertama

memiliki tampilan warna dominasi merah muda dan frame kedua memiliki

tampilan warna hitam putih. Pada frame pertama kantor polisi memperlihatkan

tiga orang yang sedang berdiskusi dengan memperlihatkan warna dominan yang

ada pada frame, sedang pada frame kedua menunjukkan sebuah pertunjukan sulap

yang hampir semua setting berwarna hitam dan putih.

Gambar 18. Kantor polisi tempat Barnas bercerita

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code: 00.18.50)

Setting kantor polisi memiliki ruang dengan dinding berwarna merah

muda, jendela warna merah muda, kursi serta meja menjadi satu berwarna merah

muda, dan lampu atas berwarna merah muda dengan menampilkan cahaya lampu

Page 64: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

49

dengan warna merah muda. Semua yang terdapat dalam ruangan tersebut

memberikan makna waktu masa kini.

Gambar 19. Barnas dan Lukito (flashback)

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code: 00.19.30)

Pada setting Lukito berada menampikan rumah dengan dinding rumah

berwarna putih dan atap hitam, serta properti berwana putih dan kotak yang

digunakan sulap berwarna hitam memberikan makna masa lampau. Pola hitam

putih ini juga muncul beberapa kali dalam adegan berbeda, pada saat Ashima (istri

Barnas) menceritakan kisah masa lalu Lukito pada Lukman. Selanjutnya pola

hitam putih ini juga terdapat pada menit 00:31:30, saat komisioner polisi

mengingat-ingat kembali kejadian menghilangnya Marjuki, yang merupakan

anggota kepolisian.

Page 65: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

50

Gambar 20. Rangkaian shot kejadian lalu

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code: 00.31.20 – 00.31.28)

2. Rumah Ashima (Babak Pertama)

Gambar 21. Rangkaian shot cerita Lukman dan Ashima

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code: 00.23.13 – 00.25.13)

Setelah kotak Yggdrasil berhasil dibawa oleh Barnas dari kantor polisi,

kemudian Ashimaa menelepon Lukman, karena Barnas yang tiba-tiba

menghilang. Lukman datang ke rumah Ashima, kemudian Ashima menceritakan

kisah tentang masa lalu Lukito (ayah Lukman). Dalam adegan tersebut, Lukman

kemudian mengingat kembali masa kecilnya, saat sang ayah mengajarkannya

sulap. Representasi ingatan masa kecil Lukman dimunculkan melalui setting

rumah Lukman, namun menggunakan hitam putih juga. Warna pada shot yang

Page 66: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

51

muncul saat Ashima memulai cerita berubah menjadi hitam putih dengan frame

hitam di sekelilingnya.

Scene yang terdapat pada gambar 21 menampilkan dua setting yang

berbeda, pada setting pertama berada dalam rumah Ashima, yang memiliki warna

jingga sebagai warna dominannya. Sedang setting pada frame kedua rumah Lukito

yang merupakan bayangan dari cerita Ashima memiliki warna setting hitam,

putih, dan abu abu.

Gambar 22. Setting rumah Ashima saat bercerita kepada Lukman

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code: 00.25.45)

Ruang tamu rumah Ashima memiliki dinding berwarna putih bagian atas

dan berwarna kuning bagian bawah, lantai dengan puzzle berwarna kuning dan

putih, kursi berwarna coklat, meja berwarna merah muda dan lampu gantung

dengan warna cahaya berwarna kuning menampilkan kesan makna hangat dalam

Page 67: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

52

ruangan tersebut. Ruang tamu Ashima menjadi setting waktu masa kini didukung

oleh dekorasi yang ada.

Gambar 23. Rangkaian shot cerita Masa lalu Lukito

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code: 00.23.37 – 00.25.13)

Adegan-adegan yang dimulai dari pertunjukan sulap Lukman yang sudah

lewat, proses negosiasi Barnas, dan interogasi Ashima, tersaji dalam rangkaian

shot hitam putih seperti gambar di atas. Hal ini merupakan salah satu dari tiga

adegan yang menceritakan masa lampau. Efek hitam, abu-abu, dan putih dalam

adegan tersebut muncul dalam pola yang sama, sebagai pembeda kejadian di masa

kini dan masa lampau. Hitam putih mewakili gaya film di masa lalu. Masa kini

ditunjukkan dengan frame berwarna, sedangkan masa lampau ditunjukkan dengan

frame monokrom hitam putih. Dari uraian frame monokrom hitam putih dari tiga

scene berbeda, dengan pola narasi yang sama, dapat diketahui bahwa kemunculan

Page 68: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

53

frame monokromatik hitam putih digunakan untuk menunjukkan waktu yang

berbeda.

B. Warna sebagai Penunjuk Status Sosial

Dalam setting (bersama kostum) sebuah film dapat menentukan status

sosial pelaku ceritanya. Setting bisa saja wujud megah mulai bangunan yang luas,

warna terang di setiap dinding atau area dalam ruangan seperti halnya singgasana

raja yang mewah, serta perabotan yang lengkap, ornamen yang rumit, dan detail di

sekitar tempat layaknya sebuah rumah penuh seni menjadikan identitas dalam

membangun status sosial. Sedangkan setting untuk kalangan bawah, umumnya

bangunan kecil yang sempit, area gelap kumuh, serta properti yang minim dan

sederhana menjadikan sekilas tahu bagaimana setting disampaikan. Film ini juga

menunjukkan status sosial dari warna di setiap setting, sehingga menguatkan

cerita.

Setting yang menunjukan status sosial ada dua, yaitu: panggung

pertunjukan dan Institute Magician. Setting pada panggung pertunjukan memiliki

setting pendamping labirin tangga dan lorong, warna dominan yang ditampilkan

pada panggung pertunjukan adalah ungu, biru, dan merah. Sedang Insitute

Magician tidak memiliki setting pendamping dengan satu ruangan perjamuan

dengan warna dominan biru dan kuning emas.

Page 69: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

54

1. Panggung Pertunjukan (Babak Pertama)

Gambar 24. Panggung pertunjukan

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:06:21)

Penunjukan status sosial diperlihatkan pada setting megah panggung

pertunjukan bergaya Eropa, yang tak lain adalah panggung pertunjukan sulap

Lukman. Lukman dikenal sebagai pesulap hebat yang telah lima kali mendapat

gelar grand master. Tentu saja, di kalangan pesulap lainnya, Lukman termasuk

pesulap kalangan atas.

Hal itu terlihat dari warna ungu pada latar panggung, ornamen mata

berwarna merah dan gorden penutup panggung berwarna merah. Menjadi identitas

dari dunia magis atau sulap, warna ungu juga sering digunakan pada latar film

fantasi. Warna ungu sendiri selalu berkaitan pada dunia spiritual. Selain itu, di

zaman Romawi Kuno, ungu merupakan warna kerajaan, warna yang menunjukkan

status sosial seseorang, hanya kaisar yang bisa mengenakan warna ungu.

Page 70: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

55

Penggunaan warna ungu juga didukung dengan warna lainnya pada frame,

yaitu warna merah. Merah yang merupakan lambang dari api, dapat berarti sebuah

semangat, kemenangan, dan passion. Selain pada setting, bukti bahwa Lukman

memang digambarkan pesulap kelas atas, terdapat adegan beberapa pesulap yang

menonton pertunjukan Lukman, membicarakan gelar grand master yang telah

diperolehnya selama lima kali berturut-turut. Hal itu menunjukkan bahwa warna

ungu melambangkan status Lukman sebagai kalangan atas dalam kelompok sulap.

2. Institute Magician (Babak Kedua)

Gambar 25. Jamuan makan para pesulap

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:35:09)

Scene semua orang yang melihat pertunjukan lukman berkumpul,

mendiskusikan kejadian menghilangnya anak kecil dalam kotak kayu serta, curiga

akan tingkah polisi yang terus menyelidiki seolah penasaran dengan kotak kayu

Page 71: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

56

tersebut. Setting ruangan menampilkan warna dominan kuning keemasan dengan

paduan biru dan jingga.

Dinding yang berada pada belakang pesulap berkumpul memiliki dua

warna, yaitu biru pada bagian atas dan kuning emas pada bagian bawah. Dinding

bagian samping memiliki warna jingga, untuk jendela menggunakan warna

kuning sebagai bingkai serta ornamen kaca dengan paduan tiga warna, yaitu biru,

kuning emas, dan jingga. Pada meja persegi panjang dengan alas atas meja

bercorak kuning keemasan dengan paduan warna biru, pada bagian bawah

menggunakan warna kuning keemasan. Lantai pada ruangan berwarna jingga

dominan dengan paduan warna biru.

Warna yang digunakan pada setting dan properti memiliki makna

tersendiri, kuning emas sebagai warna dominan melambangkan kekuasaan dan

status tinggi. Biru juga memiliki kesamaan seperti warna kuning emas yaitu

keagungan layaknya bangsawan Eropa. Jingga pada setting memberikan makna

dan kesan kreatif kepada para pesulap.

C. Warna Membangun Mood

Suasana merupakan hal yang dibangun dalam setiap scene. Suasana dalam

film juga bisa nampak pada setting adegan. Cara membangun mood pada setting

terdapat unsur lain yang saling berhubungan erat, yaitu tata cahaya. Setting terang

bersuasana lebih cenderung bersifat formal, akrab, dan hangat. Setting gelap

suasana lebih cenderung bersifat dingin, intim, bernuansa misteri, dan mencekam.

Page 72: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

57

Setting yang menunjukan membangun mood ada dua, yaitu: panggung

pertunjukan dan rumah Lukman. Setting pada panggung pertunjukan memiliki

warna dominan ungu, biru, dan merah namun saat Lukman berada di panggung

sendiri gelap ditampilkan. Sedang rumah Lukman memiliki setting pendamping

menara pengawas dan halaman rumah Lukman.

1. Panggung Pertunjukan (Babak Pertama)

Gambar 26. Panggung sulap

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:06:12)

Pada menit 00:06:12 Lukman memulai pertunjukan dengan penuh rasa

percaya diri, lampu dari setting panggung berwarna ungu serta gemerlap kuning di

sekitar panggung menggambarkan kemewahan dan fantasi, kesenangan, dan

perayaan. Kemudian konflik dimulai pada menit 00:09:35 saat Iwan, yang

menjadi sukarelawan sulap menghilang dalam kotak. Kejadian hilangnya Iwan

kemudian menjadikan Lukman sebagai tersangka penculikan. Lukman kecewa,

Page 73: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

58

karena di pertunjukan terakhirnya gagal menunjukkan sulap tanpa trik. Adegan

tersebut kemudian ditutup dengan Lukman mengangkat topi sulapnya dan suasana

setting menjadi suram.

Gambar 27. Panggung sulap 2

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:09:49)

Dari warna panggung yang cerah ungu kebiruan, kemudian berubah

menjadi hitam dan gelap, bersama dengan ruangan yang kosong dan Lukman

yang berdiri seorang diri tertunduk di panggung

Page 74: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

59

Gambar 28. Panggung sulap 3

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:06:12)

Tampilan setting panggung yang berubah menjadi hitam karena efek

cahaya, mengisyaratkan suasana pada adegan Lukman merasa kecewa, sedih,

karena telah gagal dan harus berurusan dengan hukum. Meskipun hitam bukan

digolongkan sebagai warna, di budaya Barat, hitam dikaitkan dengan duka,

kesedihan dan keputusasaan, ketakutan dan kematian. Selain itu pada scene ini

juga diterapkan teknik color discordance atau penerapan warna yang menonjol,

yaitu warna merah pada kostum Lukman. Ketidakcocokan yang disengaja ini

bertujuan untuk memfokuskan perhatian pada karakter.

Page 75: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

60

2. Rumah Lukman (Babak Kedua)

Gambar 29. Lukman membuka kotak

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:39:27)

Penerapan warna pada setting untuk menggambarkan suasana juga

terdapat pada menit 00:39:38, menunjukkan adegan yang memperlihatkan

Lukman membuka kotak kayu yang baru tiba di rumahnya. Sesaat sebelum

dibukanya kotak tersebut diketuk terlebih dahulu, Lukman kemudian

membukanya, dan ternyata muncul sesosok gadis dengan pakaian gemerlap dari

dalam kotak tersebut, yang membuatnya terkejut karena tiba-tiba menari riang.

Dalam scene pada Gambar 29 menggunakan warna monokromatik jingga.

Warna jingga yang mendominasi pada Gambar 29 termasuk dalam

dimensi warna monokromatik, karena menggunakan nuansa warna tunggal, yang

terdiri dari krem, jingga muda, jingga, dan jingga tua. Penggunaan warna yang

harmonis menciptakan perasaan yang lembut, dan menyejukkan. Warna jingga

dimunculkan melalui kostum yang dipakai Lukman (jingga) tersebut, properti

Page 76: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

61

kotak (jingga tua hampir kecoklatan), ruas-ruas setting rumah (jingga muda), dan

pintu (krem hampir ke kuning). Penggunaan warna jingga dalam scene ini untuk

menciptakan rasa kedekatan dan spontanitas. Jingga juga menggambarkan

kebahagiaan, dan enerjik. Hal ini selaras dengan adegan yang dimunculkan, yaitu

kepemilikan Lukman dengan kotak tersebut merupakan suatu kedekatan.

Gambar 30. Penari Sofnila muncul dari kotak

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:39:43-00:40:09)

Suasana penuh tawa saat sang penari berpindah posisi dari kiri kekanan

sebagai bentuk kebahagiaan. Pada Gambar 30 dihadirkan spontanitas dan enerjik

yang hadir dari sang penari, penari muncul keluar dari dalam kotak. Makna positif

warna jingga adalah: kegembiraan, yang sesuai dengan adegan pada gambar di

atas. Namun pada menit 00:41:38, saat sang penari sedih lantaran tahu, bahwa

dirinya tidak akan bisa kembali lagi frame pada film dipersempit, sehingga warna

yang nampak dominan adalah warna kuning.

Page 77: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

62

Gambar 31. Sofnila sedang duduk

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:41:38)

Selain menggambarkan kebahagiaan, warna kuning juga memiliki makna

negatif, terutama warna kuning pucat, tidak seperti kuning cerah yang

melambangkan penyakit, kesuraman, dan kesedihan. Warna kuning ini Nampak

diterapkan dominan pada pintu setting rumah yang menjadi background sang

penari. Warna kuning pada setting rumah Lukman juga menggambarkan

kesedihan sang penari yang rindu akan kehadiran Master Yan. Hal ini tergambar

pada suasana adegan menit 00:44:16.

Page 78: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

63

Gambar 32. Sofnila masuk keruangan

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:44:16

Warna kuning pada Gambar 32 dimunculkan melalui pintu-pintu rumah

Lukman. Penggunaan warna kuning dalam scene ini untuk menciptakan rasa

kesedihan akan rindu. Warna kuning ikut membangun mood saat sang penari

sedih ketika kembali mengingat Master Yan.

D. Warna sebagai Simbol

Narasi film seringkali terdapat simbol atau motif yang muncul, yang

bersifat bertentangan dengan realita yang biasa diketahui. Setting dapat

memunculkan motif atau simbol tertentu sesuai tuntutan cerita film tanpa disadari

ataupun sengaja diperlihatkan. Namun elemen natural biasanya seringkali

dimanfaatkan para sineas dalam menggambarkan status fisik dan mental tokoh-

tokohnya, misalnya, api yang berkobar seringkali digunakan sebagai simbol

amarah, adapula warna biru gelap yang melambangkan kesunyian dan

Page 79: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

64

kesendirian. Setting yang menunjukan simbol hanya satu saja , yaitu: kantor

polisi.

1. Kantor Polisi (Babak Pertama)

Gambar 33. Kantor polisi

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code : 00:16:50)

Setting kantor polisi pada film Abracadabra, di Indonesia biasanya kantor

polisi dikenal dengan warna kuning dan coklat, namun pada film ini setting kantor

polisi dihadirkan dengan nuansa merah muda (pink). Hampir keseluruhan dekorasi

dan properti yang ada di kantor polisi menggunakan warna pink, mulai dari meja,

kursi, telepon, rak, kusen jendela, lampu, dan ATK (alat tulis kantor).

Page 80: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

65

Gambar 34. Kantor polisi 2

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:20:22)

Pink selalu dikaitkan dengan arti lembut, penuh kasih, dan baik hati.

Warna yang dikenal sebagai warna yang penuh kasih dan perhatian, pink juga

memiliki makna negatif. Pink dalam artian negatif secara personality adalah

jebakan spektrum. Pink dapat memunculkan sisi licik, orang yang manipulatif,

dan terutama dalam lingkungan serba merah muda. Warna merah muda dapat

mendukung kurangnya motivasi. Hal ini tentu selaras dengan narasi yang

dibangun dalam cerita.

Dalam film Abracadabra, komisioner polisi digambarkan sebagai tokoh

antagonis. Meskipun seharusnya penegak hukum menjadi tokoh yang berada pada

sisi kebenaran, namun dalam cerita digambarkan bahwa sang polisi tersebut

memiliki dendam pada pesulap. Komisioner polisi digambarkan materialistik,

Page 81: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

66

memanfaatkan jabatan dalam mengancam orang, selalu melakukan sindiran kasar,

dan bertingkah konyol.

Menit 00:20:22 diperlihatkan komisioner polisi mengizinkan Barnas

membawa kotak Yggdrisil dengan sarat memberi uang (suap). Pink digambarkan

dengan kesan feminim, digunakan oleh anak perempuan dengan kesan lemah

lembut. Dalam film ini pink menjadi konotasi negatif pada setting kantor polisi

yang harusnya terlihat maskulin. Setting pink pada kantor polisi ingin

menunjukkan kelemahan, dan kebodohan atau kekonyolan.

E. Warna sebagai Pendukung Aksi

Pada pertengahan film hingga klimaks, hampir keseluruhan bercerita

tentang Lukman yang mencari tahu kebenaran tentang kotak Yggdrasil. Setting

yang digunakan pada babak konflik ini adalah hutan, air terjun, dan bukit batu. Di

hutan klimaks sendiri menampilkan setting outdoor, memungkinkan akhir dari

petualangan Lukman dalam mencari kebenaran dari kotak kayu tersebut. Setting

yang menunjukan warna sebagai pendukung aksi ada dua, yaitu: Stonehenge

bersama air terjun dan hutan.

Page 82: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

67

1. Setting Stonehenge dan air terjun (Babak Kedua)

Gambar 35. Setting dalam film dan realitas

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:57:49- 00:58:28 dan 01:04:26-

01:07:47 )

Dari perbandingan gambar di atas, dapat diketahui bahwa setting dalam

film Abracadabra mengalami proses color grading, yang merupakan secondary

grading berupa perubahan warna pada bagian tertentu. Gambar yang

dibandingkan adanya perbedaan warna pada bagian rumput, dan pepohonan.

Gambar asli, warna rumput dan pepohonan berwarna hijau, terkesan sejuk, dan

alami. Setting dalam film cenderung berwarna jingga yang bertempratur hangat.

Warna pada setting ini sangat bertolak belakang atau bertentangan dengan kostum

berwarna biru yang digunakan oleh Lukman.

Page 83: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

68

2. Hutan (Babak Kedua)

Gambar 36. Setting jingga hutan

(Sumber: Film Abracadabra, 2020. Time code 00:58:43-01:09:00)

Warna komplementer atau warna berlawanan sering terkait dengan

konflik, baik internal maupun eksternal. Warna jingga dan biru merupakan salah

satu warna yang berseberangan seperti terdapat dalam shot Lukman yang bertemu

dengan penyihir kembar bagaimana hutan diberikan warna coklat sedang lukman

mengenakan stelan baju berwarna biru, menegaskan dalam cerita bahwa teka-teki

kotak semakin membuatnya frustasi, hal inilah juga menggambarkan konflik batin

yang sedang dialami oleh Lukman. Selain itu, penggunaan warna yang

berseberangan pada setting hutan yang jingga dan kostum Lukman yang berwarna

biru, ditujukan agar penonton dapat fokus pada setiap aksi atau momen yang

dialami Lukman. Maka dari itu, warna pada setting hutan ini membantu

Page 84: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

69

menonjolkan aksi dari Lukman, dan juga menggambarkan pertentangan emosi

batin dengan lingkungannya sehingga memperkuat penyampaian tokoh dalam

adegan tersebut.

Dari pembahasan warna pada fungsi setting di atas, pembahasan

dirangkum sehingga menghasilkan poin utama yang ringkas disetiap

penjabarannya. Dalam rangkuman tersaji fungsi setting, yaitu penunjuk waktu,

penunjuk status sosial, membangun mood, sebagai simbol, dan pendukung aksi.

Warna dari masing-masing fungsi setting dijabarkan berdasarkan setting utama

setiap fungsi setting.

Tabel 3. Rangkuman warna pada fungsi setting

Fungsi setting Setting Keterangan

Warna Menunjukkan

Waktu

Kantor Polisi

(Babak Pertama)

Perbedaan setting utama kantor polisi

dengan setting pendamping, menjadi

penunjuk waktu ada pada perubahan

warna setting. Kedua warna ditampilkan

secara kontras, kantor polisi dengan

warna merah muda sedangkan setting

pendamping berwarna hitam, putih, dan

abu-abu. Dengan demikian pergantian

waktu dengan jelas disampaikan saat

setting berubah diikuti dengan warnanya.

Waktu yang ditampilkan dalam setting

masa kini dan masa lampau.

Rumah Ashima

(Babak Kedua)

Warna setting utama rumah Ashima,

dengan setting pendamping rumah ayah

Lukman, menunjukan kilas balik waktu

masa lampau. Dengan dihadirkannya dua

setting warna berbeda saat pergantian

setting. Dari rumah Ashima menuju

rumah ayah Lukman diikuti warna hitam,

putih, dan abu-abu. Menyampaikan waktu

yang berbeda. Warna setting rumah

Ashima sebagai setting waktu masa kini,

sedangkan setting rumah ayah Lukman

Page 85: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

70

sebagai setting waktu masa lampau.

Warna sebagai

Penunjuk Status Sosial

Panggung

Pertunjukan

(Babak Pertama)

Status sosisal dihadirkan setting pada

panggung, dengan latar panggung ungu

ditambah ornamen mata dan gorden

berwarna merah. Warna ungu hanya

kaisar yang boleh menggunakan pada

Romawi Kuno, menegaskan status sosial

Lukman sebagai grand master sulap.

Ornamen berwarna merah mendukung

setting panggung melambangkan jiwa

semangat, kemenangan, dan passion.

Sesuai dengan gelar Lukman sebagai

grand master lima kali berturut-turut.

Institute

Magician

(Babak Kedua)

Simbol status sosial dalam Institute

Magician terdapat pada setting warna

ornamen di dalam ruangan perjamuan.

Dinding berwarna biru dan emas, jendela

dengan kaca berornamen biru, kuning

emas dan jingga, meja berwarna biru dan

kuning emas, dan lantai berwarna jingga

dan biru. Warna yang ada pada ornamen

memiliki makna status sosial. Kuning

emas melambangkan kekuasaan dan

status tinggi, biru melambangkan

keagungan layaknya bangsawan Eropa,

dan jingga kreatifitas.

Warna Membangun

Mood

Panggung

Pertunjukan

(Babak Pertama)

Mood pada setting ditunjukan warna pada

perubahan panggung pertunjukan. Warna

ungu dan biru yang ada pada setting

panggung Lukman, berubah menjadi

hitam dan gelap. Yang berarti perubahan

suasana hati Lukman yang kecewa dan

sedih karena kegagalannya.

Rumah Lukman

(Babak Kedua)

Penerapan warna pada setting rumah

Lukman yang menggambarkan suasana

berada pada setiap property. Kotak

berwarna jingga tua kecoklatan, ruas-ruas

rumah berwarna jingga, pintu berwarna

krem hampir ke kuning dan dinding

berwarna kuning. Warna tersebut

memiliki warna kebahagian namun bisa

juga kesedihan untuk mendukung adegan.

Page 86: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

71

Warna sebagai Simbol (Kantor Polisi

Babak Pertama)

Warna pada setting kantor polisi memiliki

makna negatif yang dihadirkan. Pink

setting kantor polisi yang terlihat seperti

kelembutan, penuh kasih, dan baik hati.

Sebenarnya dihadirkan dengan makna sisi

licik dan manipulaif secara personality

Warna sebagai

Pendukung Aksi

Stonehenge dan

Air Terjun

Stonehenge dan air terjun menjadi

pendukung aksi pada setting film

Abracadabra. Gambar asli pada bagian

rumput dan pepohonan berubah setelah

proses color grading untuk mendukung

setting genre dunia fantasi.

Hutan Warna setting hutan keseluruhannya

adalah jingga. Warna tersebut menjadi

bertolak belakang dengan warna biru.

Kostum yang Lukman gunakan dengan

setting hutan berwarna jingga

menonjolkan setiap aksi Lukman. Warna

yang saling bertolak belakang juga

memberikan makna konflik.

Dari tabel di atas, warna menjadi bagian tak terpisahkan dari film

Abracadabra yang menjadikannya sangat penting, sehingga cerita bisa

disampaikan dengan memperkuat setiap fungsi setting dalam adegannya. Warna

menjadi penunjuk waktu dengan perubahan warna setting. Memberikan mood

untuk menunjang adegan. Status sosial diperlihatkan melalui warna ornamen dan

propertinya. Simbol-simbol dihadirkan warna pada setiap setting. Warna

memperkuat setting genre dunia fantasi dengan merubah warna asli menjadi tidak

beraturan.

Page 87: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

72

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Film Abracadabra merupakan film yang mengusung tema magic dalam

ceritanya, yang menerapkan color grading secara dominan di dalamnya. Pada

beberapa bagian, warna yang digunakan pada film ini, khususnya setting turut

berperan dalam menunjukkan ruang dan waktu, membangun mood, menunjukkan

status sosial, dan mendukung aksi. Jenis-jenis harmoni warna yang digunakan

beragam, dalam penempatannya juga mempertegas bahwa film tersebut berlatar

sebuah dunia fantasi.

Warna untuk membangun ruang dan waktu biasanya cenderung

menggunakan warna gelap dan terang, dimana antara scene yang memiliki

perbedaan waktu biasanya memiliki perbedaan warna, warna yang digunakan

biasanya hitam putih atau sefia. Warna untuk membangun suasana atau mood

cenderung sesuai dengan karakter filosofi warna, misalnya warna jingga untuk

menggambarkan kehangatan.

Warna sebagai penunjuk status sosial, mempertimbangkan sejarah

penggunaan warna, seperti halnya warna ungu dalam pertunjukkan Lukman untuk

menunjukkan kelas atas, warna ungu hanya boleh dipakai oleh bangsawan. Warna

pada setting juga dapat mendukung aksi tokoh, seperti penggunaan warna artistik

yang melekat pada tokoh cenderung berlawanan dengan warna setting, hal ini

Page 88: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

73

bertujuan membuat penonton fokus pada gerak tokoh. Dari beberapa uraian

tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan warna dalam setting film

Abracadabra berperan untuk memperkuat setting dalam film.

B. Saran

Warna merupakan salah satu mise-en-scene dalam film. Penggunaa warna

pada setting film berperan penting untuk memperkuat setting dalam suatu adegan,

mulai dari menunjukkan ruang waktu, mood, status sosial, dan mendukung aksi.

Penggunaan warna dalam film dapat memiliki persepsi yang berbeda, bergantung

pada elemen-elemen lain, seperti garis besar cerita, adegan tokoh, ekspresi, dialog.

Pengkajian warna memerlukan detil yang teliti dari setiap aspek dalam film,

mengingat warna sendiri memiliki makna ganda. Seperti warna merah dapat

melambangkan amarah, dapat juga melambangkan gairah.

Penelitian warna dengan genre film yang berbeda tentu dalam penggunaan

warna pasti memiliki arti atau makna yang berbeda. Penelitian ini berfokus pada

kajian teks, dengan menganalisis warna pada setting yang didukung dengan teori-

teori warna. Selain melalui observasi, validitas data melalui wawancara dengan

pihak yang bersangkutan, penting untuk mendukung hasil observasi.

Film Abracadabra sendiri merupakan film drama komedi yang

memainkan warna pada setiap setting, dengan menyalahi warna asli atau warna

konvensional. Selain keberadaan warna sebagai penguat setting pada film

tersebut, masih banyak pula hal-hal menarik lain dari film Abracadabra yang

Page 89: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

74

dapat dikaji baik dari segi konten maupun teknis, sehingga dapat dihasilkan

penelitian baru yang lebih informatif, dan inovatif.

Page 90: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

75

DAFTAR ACUAN

Pustaka:

Adams, S., & Helfand, J. (2017). The Designer’s Dictionary of Color. Abrams.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Ed. Rev. VI,

Cet. 14). Rineka Cipta.

Darmaprawira W. A & Sulasmi. (2002). Warna: Teori dan Kreativitas

Penggunaannya. Penerbit ITB.

Eboch, M. M. (2015). A History of Film. Abdo Publishing.

Gibbs, J. (2002). Mise-en-scène: Film Style and Interpretation. Wallflower Press.

Kennel, G. (2007). Color and Mastering for Digital Cinema. Focal Press.

Moleong, L. J. (1996). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. PT Remaja

Rosdakarya.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKiS.

Pratista, H. (2017). Memahami Film (Edisi 2) (2nd ed.). Montase Press.

Sanyoto, S. E. (2010). Nirmana Elemen-Elemen Seni dan Desain.

Subagiyo, Sulistyo. (2013). Dasar Artistik 1. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Stokes, J. C. (2003). How to do Media & Cultural Studies. SAGE.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D). Alfabeta.

Turner, G. (Ed.). (2002). The Film Cultures Reader. Routledge.

Sumber Internet:

Alur (Plot) Adalah—Pengertian, Contoh, Unsur, Jenis, Tahap. (n.d.). Retrieved

February 23, 2021, from https://www.gurupendidikan.co.id/alur-plot/

Dari India Hingga Afrika, Ini Makna Warna di Beberapa Negara Dunia—Semua

Halaman—National Geographic. (n.d.). Retrieved February 23, 2021,

Page 91: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

76

from https://nationalgeographic.grid.id/read/131665120/dari-india-hingga-

afrika-ini-makna-warna-di-beberapa-negara-dunia?page=all

FilmIndonesia. (2021, February 20). Abracadabra.

http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-a011-19-

948197_abracadabra#.YDDPkNgzbDd

Fourcoloursfilms. (2021, February 20). Abracadabra.

https://fourcoloursfilms.com/abracadabra/

Studioantelope. (2021, February 20). Mise en Scene dan Fungsinya dalam Film.

https://studioantelope.com/apa-itu-mise-en-scene/

Pickolor. (2021, February 20). PINK - Pink Color.

http://www.pickolor.com/meaning/pink.html

Artikel:

Berens, D. J. (n.d.). The Role of Colour in Films: Influencing the Audience’s

Mood. 51. http://danberens.co.uk/

M. Deswal and N. Sharma, “A Simplified Review on Fast HSV Image Color and

Texture Detection and Image Conversion Algorithm,” Int. J. Comput. Sci.

Mob. Comput., vol. 3, no. 5, p. 7, 2014

McLeod, J. (2016). Colours Psychology Today. O Books.

https://www.overdrive.com/search?q=F57C1358-C12C-4B44-9825-

70FA11D9C411

Sagita, R. P., & Da, NRA. C. (2018). Visualisasi Setting sebagai Penunjuk Waktu

dalam Film Aach Aku Jatuh Cinta. Capture : Jurnal Seni Media Rekam,

9(2), 92. https://doi.org/10.33153/capture.v9i2.2090

Sugihartono, R. A., & Sintowoko, D. A. W. (2014). Kostum dalam Membangun

Karakter Tokoh pada Film Soekarno. Capture : Jurnal Seni Media Rekam,

6(1), 18. http://doi.org/10.33153/capture.v6i1.725

Tri Budi Antono, U. (2013). Dekorasi dan Dramatika Tata Panggung Teater.

Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 10(2), Article 2.

https://doi.org/10.24821/resital.v10i2.478

Page 92: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

77

GLOSARIUM

Analogue : Penggunaan warna yang berdekatan satu sama

lain pada roda warna

Chakra : Dala Hinduisme dan dalam sebagian budaya

Asia, cakra dipahami sebagai pusat energi

metafisik dan/atau biofisis dalam tubuh

manusia.

Color Grading : Pewarnaan skema warna video rekaman

Complementer : Penggunaan warna yang berseberangan satu

sama lain pada roda warna

Frame : Tangkapan gambar

Genre : Klasifikasi film dengan pola yang sama

Mise en scene : Segala hal yang berada di depan kamera

Monochrome : Skema berdasarkan variasi nilai dan intensitas

satu warna.

Off screen : Suara yang dihasilkan oleh karakter/obyek

diluar frame.

Scene : Segmen pendek/sebagian adegan dari

keseluruhan cerita

Setting : Waktu dan tempatyangadasaat cerita

dimunculkan, termasuk faktor-faktor

pendukung(iklim/musim, pemandangan,

orang, struktur sosial,faktor ekonomi, adat,

dan moral).

Page 93: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

78

Shot : Adegan yang direkam kamera

Tint : Campuran suatu warna dengan putih untuk

meningkatkan kecerahan

Tone : Campuran suatu warna dengan kelabu, untuk

meningkatkan shading atau bayangan.

Triadic : Penggunaan tiga warna yang berjarak sama

satu sama lain pada roda warna

Yggdrasil : Pohon kehidupan, dan pohon yang sangat

besar yang memiliki mistis serta

menghubungkan beberapa dunia dalam

mitologi Nordik

Page 94: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

79

LAMPIRAN

Page 95: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

80

Lampiran Transkip Wawancara Terhadap Faozan Rizal

Media: Telepon

Waktu: Rabu, 18 Maret 2020

Durasi: 14:52 Menit

Pewawancara Selamat malam mas

Faozan Rizal Iya malam

Pewawancara Sebelumnya perkenalkan, saya Muhammad Rizal dari Institut

Seni Indonesia Surakarta, saya menghubungi mas Fozan untuk

melakukan wawancara dan verifikasi data. Karena penelitian

saya meneliti film abracadabra, kalau begitu langsung saja mas

ya. Untuk genre sendiri film abracadabra itu apa mas ?

Faozan Rizal Kita itu membebaskan genre, tapi kalau kita melihat disitu

fantasi pasti yakan, nanti dimasukin ke genre fantasi. Karena

waktu abracadabra ini ditulis, sebenarnya kita nyari itu ke

horor dan fantasi festivalkan dananya. Naskahnya kan menang

pertama kali di (Pocha) Korea Selatan, disitu kita punya uang

sedikit untuk development naskah, nah kita mulai development

naskah di draft duakan itu diundang Sydney film festival.

Untuk fantasi film festival juga, disana kita dapat grand juga

untuk story development, jadi kita develop lagi trus kemudian

diudang di Italy di Udinesse. Nah di Italy Udinesse ini kita

ketemu orang-orang media dari Singapore, yang tertarik untuk

membiayainya. Kalau dilihat sejarah dari film ini kita founding

itu ya fantasi film.

Pewawancara Untuk konsep dibebaskan tapi diarahkannya berarti di fantasi

mas ya ?

Faozan Rizal Iya

Pewawancara Settingnya sendiri untuk abracadabra itu bagaimana mas

sebenarnya ? di dunia real kita atau dunia fantasi?

Faozan Rizal Abracadabra sebenarnya menggaris bawahi sewaktu kecil kita

menonton sulap. Kita kan gak tahu apa-apa kita bingungkan,

orang bisa dipotong, orang bisa terbang. Secara nalar kita

bingungkan, kita lebih menekankan kebingungan itu dengan

kita gak merasa yakin dengan kita lihat. Dengan kita

Page 96: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

81

menggunakan trik-trik seperti CGI berbagai macam untuk

menanggulangi itu kan jadi kayak film fantasi banget,

banyaklah film yang kayak gitu Starwars juga begitukan. Kita

dibawa antara percaya dan tidak percaya. Tapi kita tetap dalam

koridor dalam film festival dengan film eksperimentalnya, ada

dieksperimentasi naratif itu sendiri. Menjadi bingung seperti

waktu kita menonton sulap itu sendiri. Saya ingin membawa

kesitu sebenarnya.

Pewawancara Jadi eksperimentalnya itu lebih dinaratifnya ?

Faozan Rizal Iya, iya tidak tiba ternyata ini ternyata itu, jadi ya gitu-gitu aja

kita potong-potong. Kita bolak balik logika seharian logika

film, dan logika tata Hollywood dan cara bercerita Hollywood.

Pewawancara Di film bagian warna kan yang paling menonjol, dari hasil

analisis saya sendiri menggunakan color pallet, dari mas

Faozan sendiri sebenarnya menggunakan apa ?

Faozan Rizal Color pallet pasti, jangan lupa kita mengkumpulkan temen-

temen kita kayak Vida di tata artistik dan (Ajai) kostum, adalah

temen-temen yang seleranya sama dilukisan. Kita sama-sama

suka lukisannya Friza sama-sama suka lukisan Bosch. Dari situ

itu saya lebih gampang mengplan penata artistik dan penata

kostum saya untuk “ ini scene ini dibikin lukisannya Friza deh

karena ini sama ini itu (colorbratif)”. Nah kayak gitu itu saya

dapat lihat pameran, baca buku, lihat lukisan. Dan semuanya

keluar saat kita bikin frame jadi frame by frame itu semua dari

lukisan. Kalau ada anak dari seni murni pasti keinget para

maestro-maestro seni lukis kita.

Pewawancara Itu hampir semua scene atau beberapa mas ?

Faozan Rizal Shot malah, pershot itu lukisan orang

Pewawancara Jadi pershot itu adalah menggunakan referensi lukisan orang ya

mas ?

Faozan Rizal Kayak shotnya si Sofnila yag lagi bangun dari box yang

pertama itukan sebenarnya menggunakan Salvador Dali,

Salvador Dali women in the sea itu jamannya dia belum

surealis, kita menambahkan surealis dengan gagangan pintu

dibanyakin aja deh. Biar orang kembali mengingat ini tu Dali,

ini komposisinya Dali judulnya women in the sea tapi waktu

Dali masih awal-awal melukis belum menjadi maestro surealis

sekarang ini.

Page 97: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

82

Pewawancara Kalau untuk kostum dan makeup sendiri bagaimana mas?

Faozan Rizal Sama kita mensurealistikanya gini, kita masuk ke wilayah yang

banyak kritik sosial jugakan,. Maksudnya kita masuk ke kantor

polisi, banyak kantor polisi yang menggunakan abu-abu, coklat

sehingga biasa aja. Ketika aku bikin pink orang akan ingat satu

Wes Anderson, kita kasih kantor polisi pinkkis apasih yang

terjadi dengan polisi sekarang ini. Kalau membawanya kekritik

sosial kita juga melakukan dengan warna itu.

Pewawancara Jadi untuk setting banyak menggunakan kritik sosial mas ya

untuk warnanya ?

Faozan Rizal Kebanyakan warna kantor polisi, kebanyakan kita bawa kesitu

walaupun secara satir dan kita masukinnya ke black komedi.

Karena banyak festival menganggap itu black komedi.

Yasudahlah aku bukan orang yang mematok genre film.

inginnya menampilin sesuatu yang gak pernah dipikirkan oleh

penyutradaraan Indonesia. Karena sutrada Indonesia terpatok

jumlah penoton, dan takut penonton ngerti ceritanya gak, dan

sebagainya. Kita pengennya membebaskan karya ini sebagai

relaksasi visualnya

Pewawancara Untuk propertinya juga sama penggunaan referensinya?

Faozan Rizal Semuanya, kayak Reza tidur di badthup waktu di hotelnya,

setelah melenyapkan orang. Ngapain dia tidur di badthup ?.

Tapikan kita melihat hal seperti itu banyak di karya

temporerinya Le Corbusier fotografer Prancis yang yang lebih

mirip lukisan.

Pewawancara Mungkin itu dulu mas, saya jadi mendapatkan banyak sekali

data dan refereni untuk penelitian ini.

Faozan Rizal Karena referensi kita gila-gilaan semuanya dari pelukis, dari

perframe-perframe bisa tahu, ada Escher disitu dengan tangga-

tangga, itu desain grafis dari Italy. Sebenernya yang bikin saya

menangis itu kan disitu banyak pink masa itu

misunderstanding, kayak Budapest yang serba pink masa

misunderstand semua. Kita itu sebenarnya mau menyampaikan

yang lainkan. Kita hadirkan visual sulapanlah, kamu jangan

tertipu dengan visualnya. Kamu ingin ikut ceritanya, tapi

ceritanya kita bikin eksperimental naratif tapi gak bisa

mengiktinya. Jadi apa yang bisa kamu ikutin? Ya kamu ikutin

sans mu divisual arts. Apapun warna dan bentuk, adegan,

acting. Semuanya bisa mempicturekan kamu ke apa? Mungkin

Page 98: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

83

ingatan masalalu tentang tong setankah, potong leherkah yang

ada di kampung-kampung kita ada carousel. Ambil aja bagian

satu shot kamu pulang kamu bisa senyum pernah teringat

sesuatu di masa kecil. Ada mimpi mu yang kayak gitu. Saya

membuat film kayak gitu bukan ngomongin cerita yang ada

direal atau cerita yang bikin fantasi.

Pewawancara Kalau untuk warna sendiri mas, secara psikologis secara mood

bagaimana ?

Faozan Rizal Waktu kita masuk ke rumah Reza kita menggunakan tosca dan

pink, dan Reza menggunakan biru dan kuning. Di teori

manapun itu warna yang saling menabrak. Tapikan kita lagi

nabrakin teori.

Pewawancara Seperti adegan Reza di hutan itukan bagaimana Reza dengan

lingkungan yang mencolok sehingga emosinya berbeda itu

bagaimana?

Faozan Rizal Kita selalu menabrakan teori sehingga pink gak bisa sama tosca

masukin aja gak papa ininya pink ininya tosca, kita melihat

color pallet, anti palletnya bisa nih kita mainin. Kalau misalnya

kita ngecat mobilnya jadi pink. Dan berjalan di hijau itu

harmonik bagi kita. Tapi saat daunnya kita rubah jadi kuning

kecoklatan walaupun itu seperti adobe photoshop. Tapikan lagi

ngomongin lain, kamu akan melihat mobil itu karena kamu gak

enak lihat daun dengan warna kuning itu. Karena secara

psikologi visual kamu secara alam bawah sadarmu gak akan

terima Indonesia daunnya kuning.

Pewawancara Mungkin untuk sementara itu dulu pak.

Faozan Rizal Baik, kamu whatsapp aja kalau butuh sesuatu karena pandemik

ini jadi susah segalanya.

Pewawancara Baik pak. Terima kasih atas waktunya.

Page 99: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

84

Lampiran Surat Ijin Permohonan Penelitin Dari Kampus Kepada Rumah Produksi

Fourcolors

Page 100: WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

85

Lampiran Email Balasan Perijinan Penelitian Film Abracadabra Beserta Link

Film