VOL. 8 NO.2 JULI 2011
Transcript of VOL. 8 NO.2 JULI 2011
ANALISIS ALTERNATIF PENGGUNAAN LAHAN UNTUK MENJAMIN KETERSEOIAAN AIR 01 OAS KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA1
(The Analysis Land Use Alternatives to Ensure Water Supply at Konaweha Watershffd Southeast Sulawesi Province)
La Baeo S2, Naik Sinukaban 3, Yanuar J. Purwanto3
, Bunasor Sanim3 dan Oarina Tarigan3
1 Bagian PS DAS SPs 53 Bogor. [email protected]
3 BerturuHurut Ketua Anggota Komisi Pembimbing
ABSTRACT Fenomena decreasing water supply and water demand occurred at Konaweha
watershed. Konaweha watershed shed is a priority watershed in Sulawesi Province due to its crucial function. Land use changes were to be the cause decreasing water supply. One
this condition was maximum discharge increase and minimum discharge decrease of Konaweha River in water Research objectives were (1) to evaluate the effect of land use c~anges on hydrologic condition Konaweha (2) to evaluate water supply and water demand as well as supply and demand water balance at Konaweha watershed, and (3) to formulate use alternatives and management policy of Konaweha watershed. This research had been conducted at Konaweha watershed for 10 months e.g. June 2009 to March 2010. The average declining width during 1991-1999 was 1.25 percent/year, 2001-2005 was 0.52 percent/year and 2006-2011 was 0.90 percent/year. In the same time the availability of minimum discharge as a water supply was decrease. There was no on annual water supply until 2050 but monthly distribution of hydrograph water in started from 2016. Proportion of maintenance cost for watershed function at Municipality was 35 while at the District Konawe, South Konawe and were 28 15 percent, and 22 percent
from total economic value water at Konaweha watershed. Forest economic flora carbon option bequest and existence was
/DR 14,974,716/hectare. Five alternative of land use at Konaweha were: (1) Scenario 1:30 percent 45 percent 6 percent mix garden and 1 bush; (2) Scenario 2: 35 percent 45 percent plantation, 5 mix garden and 1 percent bush; Scenario 3: 44 percent forest, 35 percent plantation, 5 percent mix garden and 1 bush; (4) Scenario 4: 34
45 plantation, mix garden and 1 percent bush; and Scenario 5: 40 plantation, 5 percent mix garden and 2 percent bush. Scenario 4 were not
appropriate while scenario 1, 2, 3 and 5 were appropriate to applied in upper Konaweha Scenario 3 with a minimal of44 percent offorest was best land use alternative.
watershed, land use change, water supply, water demand
PENOAHULUAN penggunaan lahan terjadi penurunan
Fenomena yang akhir-akhir ini terkait infiltrasi peningkatan aliran
dengan· air permukaan pada akhirnya akan
penurunan ketersediaan air disatu mempengaruhi neraca air.
sementara kebutuhan air meningkat terus. Perubahan penggunaan lahan diduga
Fenomena penurunan ketersediaan air dan mengakibatkan terjadinya penurunan
peningkatan kebutuhan air terjadi di sejumlah minimum dan debit maksimum.
DAS' di Indonesia juga di DAS Debit maksimum mei tahun 2000 adalah 380
Provinsi ra. Hal ini m 3fdetik yang menyebabkan dari 10.000
kemungkinan oleh hektar di wi/ayah Wawotobi
Sains Tanah -lurnaillmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 2011 73
Analisis Alternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... La Baco et al.
terendam banjir. Pada tahun yang sama dari
september sampai nopember terjadi kekeringan
dengan debit minimum rata-rata 10,6 m3jdetik
yang mengakibatkan lebih dari 5.000 hektar
sawah di wilayah tersebut tidak mendapatkan
pasokan air yang cukup. Pada bulan september
tahun 2003 maka debit minimum Sungai
Konaweha adalah 27 m3jdetik, pada tahun 2006
dan 2008 maka debit minimum bulan
september menjadi 23 m 3jdetik dan 20
m 3jdetik (Sub Dinas PU Pengairan Provinsi
Sufawesi Tenggara. 2010).
Kebijakan pemerintah pusat tentang
pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
pertambangan di Sulawesi Tenggara akan
memberikan darilj:5ak terhadap perubahan
penggunaan lahan. Untuk tujuan tersebut
maka Provinsi Sulawesi Tenggara mengusulkan
perubahan status hutan seluas 310.165 hektar
menjadi areal penggunaan lain (APL) melalui
revisi Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
(RUTRW) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2010 (Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara,
2010).
DAS Konaweha mempunyai fungsi strategis
karena merupakan DAS terbesar di Sulawesi
Tenggara dengan luas ± 697.841 hektar dan
secara administrasi meliputi empat daerah
otonom yakni Kabupaten Konawe, Konawe
Selatan, Kolaka dan Kota Kendari (BPDAS
Sampara, 2009). Salah satu peranannya yang
sangat vital adalah sebagai sumber air bagi
pemenuhan kebutuhan domestik, industri dan
irigasi keempat daerah tersebut, namun belum
didukung dengan upaya pemeliharaan fungsi
DAS dalam menjaga tata air. Selain itu hingga
sa at ini belum ada kebijakan alternatif
penggunaan lahan di DAS Konaweha, khususnya
kebijakan yang berkaitan dengan keberlanjutan
ketersediaan air jangka panjang. Hal ini
dikhawatirkan akan rnenimbulkan konflik
kepentingan::1t1f;>r wilayah yang memanfaatkan
jasa DAS Konaweha dalam menjaga tata air
(Sinukaban, 2005).
Tujuan penelitian (1) mengkaji pengaruh
perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi
hidrologi DAS Konaweha; (2) mengkaji
ketersediaan dan kebutuhan air di DAS
Konaweha; dan (3) merumuskan alternatif
kebijakan penggunaan lahan yang dapat
menjamin ketersediaan air jangka panjang.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Konaweha Provinsi Sulawesi
Tenggara. Secara administrasi DAS Konaweha
dengan total luas 697.841 hektar meliputi 3
kabupaten dan 1 kota yakni Kabupaten Konawe,
Konawe Selatan Kabupaten Kolaka dan Kota
Kendari. Penelitian dilakukan selama 10 bulan
yakni Juni 2009 sampai dengan Maret 2010.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah berupa data yang
diperoleh dari berbagai sumber, yakni antara
lain data: curah hujan dan data debit; peta
peta; demografi; jenis dan jumlah industri; luas
sawah; dan penggunaan air. Peralatan yang
digunakan adalah Personal Computer (PC)
lengkap dengan software MS Office 2003/
scanner, digitaizer, camera, Geographyca/
Position System (GPS), alat penakar hujan, alat
pengukur tinggi muka air otomatis (AWLR), alat
pengukur tinggi pohon, jangka sorong, meteran,
dan alat tulis kantor.
Metode Penelitian
Kebutuhan air yang diteliti meliputi
kebutuhan air domestik, industri dan irigasi.
Penelitian tentang kebutuhan air domestik dan
industri dilakukan dengan metode survei dar:
wawancara dengan responden. Populasi dan
sampel ditentukan dengan metode stratified
random sampling yang diawali dengan sam pel
lokasi (4 kabupatenjkota, 20 kecamatan dan 40
desajkelurahan) secara purposive, setelah itu
Sains Tanah - Jurnal IImiah IImu Tanah dan Agroklimat%gi 8(2) 2011 74
Analisis Alternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... Lq Boca et 01.
n sampel responden dengan cara
acak.
Analisis perubahan penggunaan lahan
dilakukan melalui citra Sub
DAS Konaweha Hulu menggunakan acuan
petunjuk teknis interpretasi satelit
(Departemen
Kehutanan, n hasH
rupa
bumi, minsitrasi, peta penggunaan lahan
hasH Bakosurtanal dan
Data citra yang
data tahun 1999, 2001, 2004,
2005, 2006, 2008 dan 2011. Analisis perubahan
penggunaan lahan dllakukan
periode yakni 2001-2005
2006-2011. Perubahan penggunaan lahan
yang dikaji lah perubahan tutupan hutan,
semak kebun campuran, tegaian,
perkebunan, permukiman dan terbuka.
Analisis hubungan antara
penggunaan lahan dengan hid DAS
Konaweha menggunakan data tutupan lahan
Sub DAS Konaweha Hulu, data hujan dan data
debit Sungai Konaweha tahun 1999, 2001,
2004, 2005, 2006 dan 2008
menggunakan kriteria keputusan (decission
criteria): debit maksimum (QrnaxL debit
minimum (Qmin), debit (QrnaJQmin),
koefisien aliran permukaan musiman (musim
dan ta Curah hujan rata-rata DAS
Konaweha dianalisis dengan metode poligon
thiessen (Singh, 1992; Van der Weert, 1994),
sedangkan hidrograf aliran selama satu tahun
menggunakan analisis rata-rata aritmetik dan
rata-rata peluang n.
air dilakukan atas
hasil aliran nan
satu tahun n data
debit Sungai Konaweha tahun 1993-2009.
Ketersediaan air dinyatakan dalam ketersediaan
air aktual berdasarkan (m 3) dan
air domestik rnenggunakan standar kebutuhan
air WHO yakni 110 liter/kapita/hari.
Perhitungan butuhan air industri
menggunakan standar yakni 30 m 3/unit/hari
untuk kedl dan 150-300 m 3/unit/hari
untuk industri sedang/besar (Purwanto,
Perhitungan kebutuhan air menggunakan
standar yakni 1,2 liter/detik/hektar (Puslitbang
Pengairan, 1999). njutnya dilakukan
perhitungan neraca n dan
kebutuhan air dalam satuan volume (m3) untuk
kurun waktu 2010-2050. .
Perhitungan nilai ekonomi air. untuk
kebutuhan domestik dan industri menggunakan
pendekatan harga pasar yang ditentukan
PDAM (PDAM Kota Kendari, sedangkan
ekonomi air untuk kebutuhan
menggunakan pendekatan kemauan untuk
membayar (willingness to pay, WTP) (Sanim,
2003; Sihite, 2004; Yunus, 2005).
Alternatif penggunaan la n di DAS
Konaweha n pada aspek lingkungan,
ekonomi n sosial dengan lima (1)
Skenario 1: 30% hutan, 45% perkebunan, 6%
kebun campuran dan 1% semak belukar; (2)
Skenario 2: 35% hutan, 45% perkebunan, 5%
kebun campuran dan 1% belukar; (3)
Skenario 3: 44% hutan, 35% perkebunan, 5%
kebun campuran dan 1% semak (4)
Skenario 4: 34% hutan, 45% F\o,'volh, nan, 7%
kebun campuran dan 1% semak
Skenario 5: 40% hutan, 35% 5%
kebun campuran dan 2% semak belukar.
Analisis kelayakan altematif penggunaan lahan
menggunakan alat pengambil keputusan
tools): (1) lingkungan mencakup
aliran permukaan tahunan (CRO),
rasio
kebutuhan air (D); (2)
aspek ekonomi: rasio maan (R) dengan
biaya dan (3) sosial: penerimaan para
pihak. Analisis lingkungan menggunakan
air curah berganda (multiple
hujan rata-rata yang dan ekonomi n analisis R/C
air (I KA). kebutuhan (penerimaan dan Analisis
Sains Tanah -lurnaillmiah IImu Tanah dan Agroklimatologi 2011 75
Analisis AltematifPenggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air .,. La Boca et 01.
menggunakan standar biaya pemeliharaan
fungsi kawasan menggunakan hasil perhitungan
DP dan KLH NHai ma ekonomi
hutan yang dikaji flora fauna,
penyerapan karbon, nilai pilihan, nllai warisan
dan nilai keberadaan. Valuasi ekonomi flora dan
fauna menggunakan pendekatan produktivitas
pengumpul. Perhitungan nilai ekonomi karbon
hutan.
dihitung
karbon yang
Jumlah yang
pendekatan
allometrik (Hairiah, et 01., 2001; Brown,
Valuasi ekonomi nilai pilihan (option value), nilai
warisan (bequest value) dan nilai keberadaan
(existence value) menggunakan pendekatan
kemauan untuk memba'far (WTP)
HASll DAN PEMBAHASAN Perubahan lahan di DAS Konaweha
Analisis peta penggunaan di Sub DAS
Konaweha Hulu tahun 1991-2011 menunjukkan
bahwa penggunaan hutan masih dominan
n luas 186.850 hektar tahun
1999 dan 158.763 hektar (47,0%) pada tahun
2008. Laju perubahan penggunaan lahan
periode 1991-1999, 2001-2005 dan 2006-2011
disajikan pada Tabell.
Tabel 1 menu bahwa
penggunaan lahan
di Sub DAS Konaweha Hulu periode
berbeda-beda. Penurunan hutan rata-rata
selama periode 1991-1999'pdalah 1,25% per
tahun, periode 2001-2005 0,52% per
dan periode 2006-2011 0,90%
per tahun laju penurunan rata-rata
per tahun. Penurunan luas hutan juga
diikuti dengan peningkatan luas perkebunan,
kebun campuran, semak belukar dan
penggunaan lainnya laju rata-rata
antara 0,06-0,25% per tahun. Laju
luas hutan 1991-1999
tertinggi yang disebabkan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 Pemerintahan Daerah yang
implikasinya adalah laju penurunan luas hutan
menurun menjadi pertahun pad a periode
2001-2005 dan 0,90% per tahun
2006-2011.
Jika perubahan
penggunaan lahan di Sub DAS Konaweha Hulu
mengikuti perubahan dari tahun 1991
2011, luas hutan di DAS
Hulu tahun 2020 adalah tahun 2030
sekitar 27,4%, tahun 2040 2050 masing
18,5% dan 9,6%. Kondisi ini
cukup menghawatirkan, oleh karena itu perlu
adanya kebijakan yang mengatur pola
penggunaan di wilayah
Lahan terhadap Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi Sub DAS Konaweha Hulu
yang digambarkan dari data curah hujan harlan
dan debit harian tahun 2007, 2008 dan 2009
Tabel 1. Perubahan penggunaan lahan tahun 1991-2011 di Sub DAS Konaweha Hulu
Perkebunan 0.15 0.40 Kebun Cam uran 0.15 0.21 0.35 S emak Belukar 0.06 0.05 0.10 0.07
0.10 0.13 0.15 0.13 0.15 0.04 0.00 0.06
0.04 0.08 0.06
Sains Tanah Jumal IImiah IImu Tanah dan Agrokiimataiogi 8(2) 2011 76
Analisis Alternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... l,.a Baca et al.
menunjukkan bahwa terjadi fll:lktuasi debit rata- 2009 disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
rata bulanan, debit maksimum dan minimum Gambar 1 menunjukkan bahwa pola
rata-rata bulanan serta koefisien aliran distribusi debit bulanan baik debit maksimum,
permukaan rata-rata bulanan. Kondisi hidrologi minimum maupun rata-rata bulanan cenderung
Sub DAS Konaweha Hulu tahun 2007, 2008 dan sama . Berdasarkan distribusi debit harian maka
3SO
300
2SO
:i2 :;:::;
200.. "C M oS ~ :c 1SO.. a
100
so
0
I:iilJ Om ax [m3/det )
~Omin (m3/det) ...... Oraia-f1lta [m3/det)
"IT +---------------------~::t---------------------------------------~
+•••••..• +
+------------~~ : :: ::~--------------------------------~.1- .. r--~-.+..--•• •• q :: ::: • .. J.. ••
+______-{!+ _ i !L Ii~ iil-__________________'____~__________j .. ~ +~ •• .-rr: :V :E :: !! [i:
~A • ~. + •• ~ +. ~T. ..... .• :: :~ :::..:: 'i+ ff::L-.. + JIC .. L..- +L--- •• •• K..L..--.. +. ~ "+.+ ~ ~' .1 •• •• ..'-------.. ' •• •• •••••••• +.++v • • ~~ •• •• •• ••+. + • • - .. +. •• •• ••
~ .+ • + • .+ •• •••• :-:::.+ + +
+ + • .+ .+ ~ .+ ..• + • ~.. •• •••••• • •• +. •• •• + • - ••1-- • t-- • - + ~ •• ~ •• I-- •• ~ •• ++t-- • c--~.i: : : it~ :: " :: :: I ,,:: it: i ~
++ + """ i""'" + .. ~: •• ~ ::+ .. ~....... •• IaiI + •• I!!:'-. .... ~ •••• • •• !iI " • ..~ •• •• •• ~ •• .·V · ~ •••••• ~ •• •• •• + • ~ • • • •••• •••• ;H • • - ++r-- + r-- + f- • r-- •• 1-- •• r- K ++ ++V~ +. -.+t•• • • .. +* •• •• ~~.. ••• • • • ++ •• ..:!! •• :: : : : :: :: i: :: '-. ~ ~ ~ ~-r •• • .. ~ +. •• •• •• FIr ~n • ••• • ~ • ~+ • • •• •• ~:: •• • •
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
174 2:E 259 275 313 271 195 161 84 122 160 177
57 67 75 86 109 7B 54 35 16 21 30 39
115 141 163 189 242 168 110 78 32 48 74 91
Gambar 1. Debit rata-rata 2007-2009 10.0
Gambar 2. eRO rata-rata bulanan 2007-2009
Sains Tanah -Jurnal tlmiah IImu Tanah dan Agroklimatologi 8(2) 2011 77
Ana/isis AlternatifPenggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... La Baca et al.
diketahuiiJahwa debit rata-rata tertinggi terjadi
pada bulan mei yakni 242 m 3jdetik dengan
debit minimum sebesar 109 m 3jdetik dan debit
maksimum sebesar 313 m 3jdetik. Pada saat
yang sama maka debit rata-rata terendah 3terjadi pada bulan september yakni 32 m jdetik
dengan debit minimum dan debit maksimum
pad a bulan terse but masing-masing 16 m 3jdetik 3dan 84 m jdetik. Koefisien aliran permukaan
((RO) sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
2 bervariasi dari waktu ke waktu . Koefisien
aliran permukaan tertinggi terjadi pada bulan
mei dengan nilai 51,6% pada tahun 2007, 59,8%
untuk tahun 2008 dan 55,1% untuk tahun 2009,
sedangkan koefisien aliran permukaan terendah
terjadi dari bulan septembersampa r nopember.
Perubahan penggunaan lahan
mempengaruhi kondisi hidrologi Sub DAS
Konaweha Hulu, meliputi koefisien aliran
permukaan musim hujan, koefisien aliran
permukaan tahunan dan fluktuasi debit sungai.
Pengaruh perubahan penggunaan lahan
terhadap kondisi hidrologi Sub DAS Konaweha
Hulu disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 menunju kkan bahwa koefisien
aliran permukaan musim hujan, koefisien aliran
permukaan tahunan dan koefisien regim sungai
(KRS) akan meningkat seiring dengan
penLirunan proporsi luas hutan dan peningkatan
proporsi penggunaan lahan lainnya-.- Koefisien
aliran permukaan musim hujan meningkat dari
41,4% pada tahun 1999 menjadi 55,9% pada
tahun 2008 seiring dengan penurunan luas
hutan dari 55,3% menjadi 47,0%, pada kondisi
yang sama maka koefisien aliran permukaan
tahunan akan meningkat dari 36,3% pada tahun
1999 menjadi 47,1% pada tahun 2008.
Selanjutnya pada periode yang sama maka
fluktuasi debit sungai yang ditunjukkan dengan
peningkatan nilai KRS dari 5,7 pada tahun 1999
meningkat menjadi 13,8 pada tahun 2008.
Angka terse but memperlihatkan bahwa
peningkatan nilai KRS lebih dari dua kali lipat
selama kurang lebih 10 tahun terakhir.
Pola hubungan antara perubahan
penggunaan /ahan dengan kondisi hidrologi Sub
DAS Konaweha Hulu menunjukkan bahwa
penurunan luas hutan yang diikuti peningkatan
luas penggunaan lahan lainnya menyebabkan
peningkatan koefisien a/iran permukaan
tahunan dan debit maksimum, sedangkan debit
minimum mengalami penurunan. Hubungan
penurunan /uas hutan dengan koefisien al ira n
permukaan dan debit minimum disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa luas hutan
berkore/asi negatif terhadap koefisien aliran
permukaan tahunan, artinya semakin /uas
hutan maka koefisien aliran permukaan
tahunan akan semakin keci!' Sebaliknya luas
hutan berkorelasi positif terhadap debit
minimum artinya semakin /uas hutan maka
semakin tinggi debit minimum. Fenomena
tersebut menunju kkan bahwa perubaha n
penggunaan lahan khususnya hutan di daerah
daerah tropis akan mempengaruhi sikius
hidr%gi (Bone/! and Bruijnzeel, 2005) .
Sinukaban (2007) mengemukakan bahwa
Tabel 2. Pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologi Peng ~unaan Lahan (% CRO(%) Qmax Qmin Qmax/Qmin .
Tahun H K Kc Sb T P Lt MH Tahunan _(m3/det) (KRS)
1999 55.3 34.8 3.8 2.6 1.2 0.9 1.1 41.4 36.3 205 36 5.7
2001 51.3 38.3 4 .0 2.9 1.3 0.9 0.7 45 .1 42.4 255 34 7.5 2004 50.1 39.0 4.5 3.0 1.5 1.0 0.4 50.2 43 .8 254 30 8.5 2005 49.2 39.5 4 .7 3.0 1.7 1.0 0.3 51.2 44 .7 258 28 9.2 2006 48.8 39 .6 4.8 3.1 1.8 1.0 0.2 53.5 45.1 266 23 11.6 2008 47 .0 40 .0 5.5 3. ~ 2.1 1.1 0.5 55.9 47.1 275 20 13.8
Keterangan : H: hutan, K: perkebunan, Kc: kebun campuran, Sb: semak belukar, T: tegalan, P: permukiman, Lt : lahan terbuka eRO: koefisien aliran permukaan (%); MH : musim hujan; KRS: koefisien regim sungai Qmax: debit rata-rata bulanan tertinggi, Qmin : debit rata-rata bulanan terendah
Sa ins Tanah - Jurna/llmiah Ilmu Tanah dan Agroklimat%gi 8(2) 2011 78
35
30
25
20
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Analisis Alternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... Lp Baeo et al.
eRO Tahunan (%) 109.0 1.3 Hutan (%)
47.5
45.0
c 42.5 co c ::! .l: co I- 40,00 c::: (.J
37.5
,. 35,0
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Hutan (%)
40 ,-----------------------------------------------,
H utan (%)
Gambar 3. Pola hubungan antara penurunan CRO (a) dan debit minimum (b)
perubahan penggunaan
mempengaruhi kualitas air yang
mengalir. Aylward (2005)
bahwa perubahan penggunaan
lahan akan mempengaruhi hasH air tahunan
musiman. Total hasil air (water yield) yang
keluar dari suatu DAS meningkat, begitu
dengan perbedaan hasil air antara musim
kemarau dan musim hujan (Purwanto dan
2004; Chandler dan Suyanto, 2004).
Tutupan hutan
infiltrasi karena kandungan bahan yang
mencakup karbon organik dan nitrogen
yang lebih tinggi dan menurun jika
dibuka (Yusnaini, et of., 2008).
Pengaruh perubahan penggunaan lahan
kondisi Sub DAS Konaweha
Hulu dijadikan pertimbangan dalam
merumuskan alternatif penggunaan lahan di
masa yang akan datang sehingga diharapkan
tercapai kondisi hidrologi yang baik dengan
aliran permukaan dan debit
maksimum yang menurun serta minimum
yang meningkat.
Sains Tanah -Jurnaf Ifmiah IImu Tanah dan Agroklimatologi 8(2) 2011 79
Ana/isis A/ternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... La Baca et at.
450 0
400 50
350 100
300 150
E:i' E ~ 250 200 -;
ro~ .:;'.E- :z:...:c 200 250 ii...C1J
:::l0 ()
300150
100 350
50 400
45 105 105 105 105 105 105 10545 45 105~ Kebutuhiln 2050 (jutii m3) 45
43 80 80 80 80 43 80 80 80 80.......Kebutuhiin 2010 (jutil m3) 43 43
44 91 91 91 91 44 44 91 91 91 91---Kebutuhiln 2030 (jutil m3) 44
Gambar 5. Kebutuhan air bulanan 2010, 2030 dan 2050 di DAS Konaweha
Jiln Feb Milr Apr MiiY Jun Jui Aug Sep Oct Nov Dee
Jan Feb Mar Apr May Jun Jui Aug Sep Oct Nov Dec
Gambar 4. Curah hujan dan hidrograf aliran Sungai Konaweha
120 ,-------------------------------------------------------
108
'E 8aIII :i :.:::I ... ce !ii
66
.a ~ ::J
11 40 ~
20
Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air di
DAS Konaweha
Ketersediaan air di DAS Konaweha
berhubungan langsung dengan curah hujan di
kawasan tersebut yang dihitung berdasarkan
hidrograf aliran Sungai Konaweha dengan
Sains Tanah
menggunakan data debit tahun 1993-2009 dan
data curah hujan rata-rata tahun 1999-2009.
Hidrograf aliran bulanan dengan rata-rata
aritmetik dan peluang 80% serta curah hujan
rata-rata disajikan pada Gambar 4. Gambar 4
memperlihatkan ketersediaan air yang
Jurnal Jlmiah Jlmu Tanah dan Agroklimatologi 8(2) 2011 80
Ana/isis A/ternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... ~a Baco et at.
1200
M E 1000 •'" I-;
:=>.. ~ 800s:::
A\\'".t: .a ::s .D 600Q)
/ J \~ s:::
'" "tl s::: 400
'" ~/ \\'""tl
Q) III
~ .. ~ 200 Q)
..
'" ~-ii~ .. - - ~ - -0 - --
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
--Ketersediaan 200~ Uuta m3) 306 267 190 456 1019 716 384 176 27 61 74 95
""-Kebutuhan 2000 Uutam3' · 38 38 70 70 70 70 38 38 70 70 70 70
-'-Ketersediaan 2008 Outa m3) 363 428 584 689 737 430 233 141 52 104 124 228
__ Kebutuhan 2008 Outa m3) 43 43 79 79 79 79 43 43 79 79 79 79
Gambar 6. Neraca ketersediaan dan kebutuhan air tahun 2000 dan 2008
700
M
E 600
/\~ ::s
:::> '
« 500
s::: '".t: .a
400::s
/ \.0 Q)
~ s::: '" 300"tl
/ \s::: '" '" "tl
200 ..Q) •
'" /.~ ~ Q)
~ 100
~ 0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
~Ketersediaan Oula m3) 190 262 328 361 590 363 222 141 57 80 121 206
~Kebutuhan 2040 Outa m3) 44 44 97 97 97 97 44 44 97 97 97 97
-.-Kebuluhan 2050 Outa m3) 45 45 105 105 105 105 45 45 105 105 105 105
Gambar 7. Proyeksi neraca ketersediaan dan kebutuhan air tahun 2040 dan 2050
dinyatakan dengan debit rata-rata. Hasil bulan mei yakni 252 m3jdetik dan ketersediaan
perhitungan dengan pendekatan rata-rata air minimum terjadi pada bulan september
aritmetik menunjukkan nilai yang lebih besar yakni 31 m 3jdetik, sedangkan ketersediaan air
dibandingkan dengan pendekatan peluang maksimum berdasarkan peluang kejadian 80%
kejadian. Ketersediaan air maksimum dengan adalah 236 m3jdetik dan minimum sebesar 24
pendekatan rata-rata aritmetik terjadi pada m 3jdetik. Angka-angka tersebut merupakan
5ains Tanah -Jurna/llmiah IImu Tanah dan Agrok/imat%gi 8(2) 2011 81
Anafisis Alternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... La Baco et al.
i: aktual di DAS air baik tahun 2000 maupun 2008 tidak terjadi
Konaweha. Kecenderungan hidrograf aliran
sungai yang memperlihatkan penurunan debit
aliran sungai khususnya dari bulan juli, agustus,
sampai oktober dijadikan acuan
dalam perencanaan sumberdaya air.
air potensial yang dinyatakan
air
penurunan dari waktu ke waktu. Indeks
ketersediaan air (I KA) di DAS Konaweha saat ini
adalah 19,2, akan menurun menjadi 18,8 pada
tahun 2012, tahun 2030, 2040 dan
2050 akan menjadi 13,4 dan Angka
angka tersebut masih berada IKA
rata-rata Indonesia yakni 14,0 dan belum
melewati nilai ambang kritis yakni 1,0 (Pawitan,
et 01., 2003). Penurunan nflai IKA disebabkan
oleh pertambahan jumlah penduduk akibat
komunitas yang cenderung
wilayah
Kebutuhan air di DAS Konaweha cenderung
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Jumlah kebutuhan air total di DAS Konaweha
jumlah seluruh kebutuhan air ketiga
sektor ditambah dengan aliran sungai yang
harus menggelontor sa at Distribusi
bulanan kebutu air total di DAS Konaweha
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 menunjukkan bahwa distribusi
bulanan kebutuhan air total maret
juni dan periode september sampai
Hal ini
disebabkan rena kedua tersebut
merupakan periode tanam untuk tanaman
sawah. Neraca dan kebutuhan air
tahun 2000 dan 2008 disajikan Gambar 6.
Seda n proyeksi neraca ketersediaan dan
kebutuhan air 2040 dan 2050 disajikan pada
Gambar 7.
Gambar 6 menunjukkan bahwa distribusi
bulanan air tahun 2000 untuk
dan oktober .. air,
tahun 2008
bulan ber. antara
defisit pada bulan lainnya. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa perlu dilakukan
pengelolaan yang ditujukan untuk
meningkatkan debit minimum agar kebutuhan
air di wllayah tersebut terpenuhi secara terus
menerus. Gambar 7 menunjukkan bahwa
kebutuhan air tahun 2040 bulan
oktober r 97 m 3,
3ketersediaan air hanya 57 m
pada bulan september dan 80 juta m 3 pada
bulan oktober. kebutuhan air pada
bulan yang sama tahun 2050 adalah 105 juta
. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa
defisit air akan tejadi pada bulan september
oktober. Berdasarkan ini maka neraca
ketersediaan dan air bulan
dan oktober dijadikan acuan dalam
simulasi penggunaan la di DAS
Konaweha.
Berdasa analisis neraca
ketersediaan dan kebutuhan air balk yang
sudah terjadi maupun hasil proyeksi, maka
dapat disimpulk<in bahwa ketersedlaan air
musim hujan masih surplus sedangkan musim
kemarau khususnya bulan september dan
oktober terjadi defisit air. Oleh karena itu maka
perencanaan peningkatan ketersediaan air
difokuskan pemenuhan kebutuhan air
musim kemarau.
Alternatif lahan di DAS
Ekonomi Air dan Hutan
Valuasi ekonomi air dimaksudkan
mengetahui nilai ekonomi air yang
guna memenuhi kebutuhan domestik, industri
dan nilai ekonomi air bagi masing
masing kabupaten/kota digunakan untuk
menghitung proporsi biaya pemeliharaan fungs!
DAS bagi wilayah-wilayah yang memperoleh
manfaat DAS Konaweha. Hasil
nilai ekonomi air dan
n DAS bagi kabupaten/kota
untuk tahun 2050 disajikan pada Gambar 8.
82 Sains Tanah - iurnaillmiah IImu Tanah dan Agroklimatologi 2011
Analisis Alternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... Lq,Baco et al.
Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai sedangkan Kabupaten Konawe, Konawe Selatan
ekoncimi air yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan domestik, industri dan irigasi tahun
tahun 2050 adalah 179 milyar. Nilai tersebut
lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai
ekonomi air pada tahun-tahun sebelumnya.
Apabila nilai ekonomi air yang diperoleh
masing-masing kabupaten/kota digunakan
untuk menghitung dan menentukan nilai
ekonomi yang menjadi tanggung jawab guna
memelihara fungsi DAS Konaweha, maka yang
harus dibayarkan Kota Kendari adalah 35%,
dan Kolaka masing-masing 28%, 22% dan 15%
dari total biaya yang ,bersumber dari nilai
ekonomi air. Berdasarkan proporsi tersebut
maka biaya yang seharusnya dibayarkan oleh
masing-masing wilayah yang memanfaatkan air
dari DAS Konaweha pada tahun 2050 adalah 6,0
milyar rupiah untuk Kota Kendari, sedangkan
Kabupaten Konawe, Konawe Selatan dan Kolaka
masing-masing sebesar 5,0 milyar rupiah, 2,7
milyar rupiah dan 4,1 milyar rupiah. Nilai-nilai
tersebut dihitung berdasi;lrkan asumsi bahwa
100
90 a: e>: ~ to ~ 80I Vl « 0 70'iii en c: ::J
U. c: 60 to ~ to !: 0; 50E 0.." to >. to 40iii c:.. ."
:.:( 30 'f 0c: .x 0 20
LLJ
:§ Z
10
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100 Konsel . Kolaka Kendari
l !)i!~ ~
IV ' ~
';; fL '"
~' - ~"-", -, ' , -. ' "
,llllll'
lill" .. . . " ."-_.,.
Konawe
D Y,
""~
i;;;z:J Nilai Ekonomi Air (milyar Rp)
J2liii]J Proporsi Biaya Pemeliharaan Fungsi DAS (%J
...... Biaya Pemeliharaan Fungsi DAS (milyar Rp)
__ -. 0______ . ---- ._ --. -_ . ,-.-...-.-.".-.-.-,",•. ---_ ... _- -_ .---- ---- -_. ,._- -- -- --_ . .•-_-0"..-.00".0. -•••-.. __.__ .. _- -_.
:-:-:-::.:-:-:-:-:-:-: :-:..::-:-::-::-:-:-:. __ ' _ _ • r ~ __ .
• • · 0 .- •• __ .
·.0 ___ ._--
'.------ -_.
irlll,lii
."
lJi.6 fi
-_ .... _- ---_.". _---- -" --_ ... _. . ,," .. __ -0--- -'---_._ ._ ... "
_.--.'----_ . _.. -_. -._., . .. ---.-----"
_._ ---_.-. " . -. _-.-_ ."" :..:-:-:-:-:-:-:-:.:-:..: -----.-.-- -" ,",".".-.-.".",'.-.-.:-:-:-:-:-:-;-:-:-:-:-:-- ".. _.-- _. ---.-------" .-,-.., .. -.-,-.-.-.-.
.---. -----_.
~:~:~:::i~;~~~I
I1ift~
~ Vl « 0 'iii en c: ::J
U. c: to ~ to !: 0; E 0.. " .. >... iii '§ 0 c. ~
0..
Gambar 8. Nilai ekonomi air dan biaya pemeliharaan fungsi DAS tahun 2050
Tabel 3. Analisis kelayakan alternatif penggunaan lahan di Sub DAS Konaweha Hulu Alternatif Qmax Qmin QmaxlQmin CRO(%) SID RIC Penerimaan Para Pihak
m3/detik
Skenario 1 431 41 10.5 59 1.0 10.074 implementasi UU No. 41 tahun 1999
Skenario 2 376 48 7.8 55 1.2 10.075 implementasi RTRW Konawe dan Kolaka Skenario 3 296 48 6.2 42 1.2 10.056 kondisi eksistin~ Skenario 4 305 41 7.4 55 1.0 10.064 'il¢,?.Jl.,@.plakaA, beILlft\\t:!il'j"eluiui 'DRR Skenario 5 424 41 10.3 48 1.0 10.051 implementasi arahan fungsi kawasan (BPDAS)
1
Keterangan:
Skenario 1 = 30 % hutan, 45 % perkebunan, 6 % kebun campuran dan 1 % semak belukar Skenario 2 = 35 % hutan, 45 % perkebunan, 5 % kebun campuran dan 1 % semak belukar Skenario 3 = 44 % hutan, 35 % perkebunan, 5 % kebun campuran dan 1 % semak belukar Skenario 4 = 34 % hutan , 45 % perkebunan, 7 % kebun campuran dan 1 % semak belukar Skenario 5 = 40 % hutan, 35 % perkebunan, 5 % kebun campuran dan 2 % semak belukar . S=supply atau ketersediaan air; D=demand atau kebutuhan air pada tahun 2050 =40.7 m3/detik atau 105,1 juta m3 C=biaya pemeliharaan fungsi hutan, tidak ada rehabilitasi,biaya menggunakan UNDP dan KLH (1999) =Rp. 1,5 juta/ha . R=penerimaan mencakup nilai ekonomi hutan dan air, APL = areal penggunaan lain
Luas Sub DAS Konaweha Hulu = 337992 hektar : tidak layak
Sains Tanah -Jurnaillmiah IImu Tanah dan Agroklimatologi 8(2) 2011 83
Analisis AlternatifPenggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... La Baca et al.
10% nilai ekonomi air hilruS dibayarkan untuk
memelihara fungsi DAS dalam menjaga tata air.
Nilai ekonomi hutan di
DAS Konaweha Rp. 14.974.617 per
. hektar yang terdiri dari nila! ekonomi rotan
Rp. 672.000 per hektar, madu
Rp. 221.033 per hektar, karbon Rp.
13.351.500 per hektar, nilai pili han, nilai
warisan dan nilai keberadaan masing-masing
Rp. 198.000 per hektar, Rp. 248.417 per
hektar dan Rp. 283.750 per hektar.
Analisis Alternatif lahan Alternatif penggunaan· lahan di Sub DAS
Konaweha Hulu ditetapkan berdasarkan
ke/ayakan yang ditinjau dari aspek lingkungan,
ekonomi dan Alternatif penggunaan
lahan dirumuskan menjadi 5 skenario yang
mengatur proporsi penggunaan lahan yakni
hutan, perkebunan, kebun campuran dan
semak belukar. jenis penggunaan
lahan merupakan penggunaan lahan
dominan di Sub DAS Konaweha Hulu. Proporsi
jenis penggunaan lahan
ditentukan melalui proses simulasi hubungan
antara keempat penggunaan lahan
debit maksimum, minimum,
dan koefisien aliran
yang jika menghasilkan
maksimum yang debit minimum yang
tinggi dan koefisien aliran permukaan tahunan
yang rendah.
proporsi luas hutan
menggunakan acuan Undang-Undang Nomor 41
tahun 1999, RUTRW Kabupaten Konawe dan
Kolaka, kondisi eksisting, dan luas hutan sesuai
arahan fungsi kawasan BPDAS Sampara.
Proporsi penggunaan lahan lain ditentukan
menggu nakan metode iterasi (trial and error)
indikator debit maksimum
debit minimum dan aliran
permukaan tahunan yang rendah.
kan skenario penggunaan
lahan menggunakan kriteria (decision tool)
sebagai berikut: maksimum, debit
84 Sains Tanah
minimum, rasio debit maksimum dan minimum
(Omax/Omin), rasio dan kebutuhan
air (S/D), penerimaan para pihak
Hasil analisis kelayakan alternatif
penggunaan lahan Tabel3.
3 menunjukkan bahwa 1
dengan luas hutan 30%, 45%J
kebun campuran 6% dan semak belukar 1%
akan menghasilkan koeflsien aliran permukaan
59%. Debit minimum yang
dihasilkan yakni 41 m3/detik mampu memenuhi
kebutuhan minimal
40,7 m 3/detik. 2 yang merupakan
RTRW Kabupaten Konawe ka n
luas hutan 35% dikombinasikan
45% nan, 5% kebun campuran
dan 1% semak belukar akan mampu
menurunkan aliran permukaan
menjadi 55% dan meningkatkan ketersediaar
air melebihi kebutuhan minimum yakni 48
m 3/detik. Skenario 3 yang menerapkan
kombinasi luas hutan 44% (kondisi eksisting),
35% perkebunan, kebun campuran, dan 1%
semak belukar lebih efektif menurunkan
aliran perm jika dibandingkan
1 dan 2
42%, akibatnya akan meningkatkan
air (debit minimum) menjadi 48
m 3/detik. Selanjutnya scenario 4 yang
merupakan modifikasi scenario 3
pencadangan 10% untuk penggunaan lain
(APL) pertambangan, dikombinasikan dengan
30% perkebunan, 12% kebun campuran dan
arahan fungsi kawasan yakni luas hutan 40%
dikombinasikan 45% hutan sekunder, 7% kebull
campuran dan 1% semak belukar akan
menghasilkan altran permukaan
sebesar 55% dan minimum r 41
m 3/detik. Sedangkan 5 yang
merupakan a fungsi kawasan lindung
(BPDAS Sampara) dengan luas hutan 40%
dikombinasikan 35% perkebunan, 5%
kebun campuran dan 2% semak belukar akan
menghasilkan koefisien aliran permukaan lebih
rendah yakni 48% debit minimum yang
}urnal flmiah Ifmu Tanah dan Agroklimatologi 2011
Analisis Altematif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... Lq Baca et al.
dapat menjamin kebutuhan air tahun
2050.
Uraian-uraian di atas menunjukkan bahwa
berdasarkan Iingkungan (hidrologi) dan
ekonomi semua scenario alternatif
penggunaan lahan layak untuk diterapkan
dengan SID ~ 1 yang berarti bahwa
ketersediaan air dari debit minimum lebih dari
atau sama kebutuhan air minimal
n nilar RIC> 1. Berdasarkan sosial
maka 1,
skenario 5 layak
oleh para pi k.
rio 2, skenario 3 dan
diterapkan karena
n ketiga
di atas maka skenario 1,
2, skenario 3 dan 5
diterapkan di DAS Konaweha
merupakan aiternatif penggunaan lahan
untuk diterapkan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1991-1999 hutan
layak
penurunan per tahun, 2001-2005
turun 0,52% per dan laju penurunan luas
2006-2011 adalah 0,90% per
tahun, laju rata-rata 0,89% per ta
sehingga diperkirakan luas hutan tahun 2030
adalah 27,4%, tahun 2040 menjadi 18,5% dan
tahun 2050 9,6%. aliran
permukaan dan debit maksimum akan
dan debit minimum menurun seiring
penurunan luas dan
luas penggunaan lahan lain.
Neraca dan air
tahunan dan neraca dan
kebutuhan air musim hujan masih surplus air,
namuri pada musim kemarau
air khususnya bulan
i tahun 2019.
Ketersediaan air potensial
curah rata-rata yang dinyatakan
indeks iaan air (IKA) di DAS
cenderung menurun yang disebabkan
mbahan penduduk akibat pergerakan
komunitas yang mengarah ke wilayah
pemeliharaan DAS
untuk Kota Kendari 35%,
Kabupaten Konawe, Konawe Selatan dan
masing-masing 15% dan 22%. Kota
Kendari harus miiyar
rupiah, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan
dan milyar
2,69 mrlyar rupiah dan milyar rupiah untuk
memelihara DAS pada tahun 2050.
Alternatif penggunaan lahan sesuai dengan
skenario 1, skenario 2, skenario 3 skenario
5 untuk
umumnya Sub DAS Konaweha Hulu
khususnya. 3 n komposisi
hutan 44%, perkebunan 35%, campuran
~---5% dan semak belukar 1% merupakan alternatif
penggunaan lahan terbaik.
Saran
Dalam mengantisipasi defisit· air
yang terjadi tahun 2019 di DAS Konaweha,
maka seyogyanya diterapkan alterantif
penggunaan proporsi
minimal yang dipertaha kurang lebih
40% dari luas Sub DAS Konaweha Hulu.
Proporsi tersebut sebaiknya dikombinasikan
dengan penggunaan lahan lainnya
perkebunan, kebun campuran dan semak
belukar.
Alternatif penggunaan
penggunaan lain (APL)
pertambangan, tidak
karena saat ini belum disetujui.
Perlu dirumuskan yang mengatur
proporsi pemeliharaan fungsi DAS
yang didasarkan nilai manfaat ekonomi air
masing-masing kabupaten/kota.
Soins Tonah - lumollfmiah IImu Tonah dan Agrokfimatologi 8(2) 85
Ana/isis A/ternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... La Boca et 01.
OAFTAR PUSTAKA
Aylward, D. 2005. Land Use, Hydrological Function and Valuation. In:
Water and in the Humid Ed. M. Bonell and LA.
Bruijnzeel. Published University Press.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi 2010. Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Kendari, Sulawesi
2005. Forest, in the Humid Tropics.
University Press.
BPDAS 2009. Rencana Pengelolaan Terpadu DAS Konaweha. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sampara Proviflsi Sulawesi ra. Kendari, Sulawesi
Brown, S. 1997. Biomass and Biomass Change of Tropical Forest a Primer. FAG Forestry 134:1-37.
Chandler, F.J.C., and Suyanto. 2004. Pengakuan dan Pemberian Imbalan bagi Penyediaan Jasa Daerah Aliran Su (DAS). Prosiding Lokakarya di Padang/Singkarak, Sumatera Barat. World Agroforestry Centre.
Kehutanan.201O. Petunjuk Teknis Penafsiran Citra Resolusi untuk Menghasilkan Data Penutupan Lahan 2009. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan.
Kementrian Jakarta.,
G.R. 1972. Forest Resource Economics. Wiley and Sons. New York, USA.
Hairiah K., SM Sitompul, Meine van Noordwijk, and Cheryl Palm. 2001. Method Sampling Carbon Above and Below Ground. ASB Lecture Nate 4B:l
22.
Pawitan, H., R. Boer, Y. Kusmaryono, dan 15. Baharsyah. 2003. Perubahan Iklim Global dan Dampaknya terhadap Masa
Air Prosiding:
Seminar Hari Air Sedunia,
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kendari. 2010. Rencana Peningkatan Pelayanan Konsumen Kota Kendari. Kendari, Sulawesi
Purwanto, M.Y.J. 1995. Water Demand for Industry, Village and City. Seminar on Water ih De~eloping Country, Tokyo, Japan.
Purwanto, E., J. antara Hutan dan Sllngai. Prosiding
Sumatera Barat. World Agroforestry Centre.
Pusat Penelitian dan 1999. Inventarisasi Hidrologi di
Aliran (DAS). Pusat Penelitian bangan Pengairan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.
Sanim, B. 2003. Ekonomi Sumberdaya Air dan Manajemen Pengembangan Sektor, Air Bersih Bagi Kesejahteraan Publik. Grasi IImiah Guru Besar Bidang IImu Ekonomj Sumberdaya dan LingkungarL Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogar.
B. 2005. Handout Mata Kuliah: Ekonomi Lingkungan dan Analisis Kebijakan. Ekonomi Manajemen (FEM), Institut Pertanian
J.H.S. 2004. Valuasi Ekonomi darf Perubahan di DAS Besai-DAS Bawang Lampung,
Doktor, Sekolah Institut Pertanian Bogar.
-E;ngh, V.P. 1992. Elementary Hydrology. Departement of Civil Engineering Louisiana State U Prentice Hall, Englewood Cliffs, New USA.
Sains Tanah Juma/llmiah IImu Tonah dan Agroklimot%gi B(2} 2011 86
An a lis is Alternatif Penggunaan Lahan untuk Menjamin Ketersediaan Air ... Lq Boco et al.
Sfnukaban, N. 2005. Implication of Regional Van der Weert, R. 1994. Hydrological Conditions
Autonomy on Watershed Management. in Indonesia. Delft . Hydraulic,
Paper Presented on Seminar for Netberland.
Contennial Commemoration of the
Indonesian Soil Research Institute,
Bogor.
_____. 2007. Peranan Konservasi Tanah
dan Air Dalam Pengelolaan DAS. Dalam
Agus F., N. Sinukaban, A.N.Gintings, H.
Santoso dan Sutadi (Penyunting). 2007.
Bunga Rampai Konservasi Tanah dan Air. Pengurus Pusat M KTI 2004-2007.
Jakarta .
Sub Dinas PU Pengairan Provinsi Sulawesi Tenggara . 2010. Debit Rata-Rata Sungai Konaweha Tahun 1993 - 2009. Kendari, .
Sulawe~i Tenggara .
United Nation Development Programme (UNDP) dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), 1999. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia : Dampak, Faktor dan Evaluasi. Jilid ·1. Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia . Jakarta .
Yunus, L. 2005. Metode Penilaian Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Kebakaran
Hutan dan Lahan (Studi Kasus di
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat).
Disertasi Doktor pada Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Yusnaini, 5., A. Niswati, MAS. Arif, and M. Nonaka. 2008. ' The Changes of
Earthworm Population and Chemical Properties of Tropical Soil Under Different Land Use System . Journal of
Tropical Soils, Vol. 13, No. 2, 2008.
Sains Tanah - lurnaillmiah IImu Tanah dan Agroklimatologi 8(2) 2011 87