Untitled
-
Upload
yeahrightskripsi -
Category
Documents
-
view
137 -
download
0
description
Transcript of Untitled
-
PESER
ENGARUHRTA KEPE
INTEL
PR
H PROFITAEMILIKANLLECTUAL
DI BU
AGELINA
OGRAM SDEPA
FAKULT
SKR
ABILITASN INSTITUL CAPITAURSA EFE
OL
A WAHYU
10050
STUDI STRARTEMENTAS EKON
RIPSI
S DAN UKUUSIONALAL INDUSTEK INDON
EH
UNI SIMAN
02057
RATA-1 MN MANAJENOMI DAN
URAN PERTERHADA
TRI KEUANESIA
NJUNTAK
MANAJEMEEMEN N BISNIS
RUSAHAAAP KINER
ANGAN
EN
AN RJA
-
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITAS UKURAN PERUSAHAAN SERTA KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KINERJA
INTELLECTUAL CAPITAL INDUSTRI KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan serta kepemilikan institusional baik secara parsial atau bersama-sama, dan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi kinerja intellectual capital di Bursa Efek Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.
Penelitian ini menggunakan 35 sampel perusahaan pada industri keuangan di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian selama 2011-2013. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan profitabilitas yang diproksikan oleh ROA dan ROE, ukuran perusahaan, seta kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu intellectual capital. Sedangkan hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa ROA dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intellectual capital, kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap intellectual capital, sementara ROE berpengaruh negatif namun tidak signiikan terhadap intellectual capital.
Kata kunci : Profitabilitas, ROA, ROE, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Institusional, Intellectual Capital
-
ABSTRACT
EFFECT OF PROFITABILITY, FIRM SIZE, AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP OF INTELLECTUAL CAPITAL PERFORMANCE OF
FINANCIAL INDUSTRY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the
effect of profitability, firm size and institutional ownership to intellectual capital performance either partially or jointly, and to determine variable that affect to the intellectual capital of financial industry companies in the Indonesia Stock Exchange.
The type of this research is quantitative research and the data used for this research is secondary data which came from Indonesia Stocks Exchanges publication in the internet, references of books, magazines, internet and the other science literatures related to the research.
This research uses 35 companies of financial industry in Indonesian Stock Exchange as samples in the period of 2011-2013. The methods used for data analysis are descriptive analysis and multiple linear regression..
The result of this research shows that profitability (ROA and ROE), firm size and institutional ownership simultaneously have a significant influence to the intellectual capital performance (VAIC) of financial industry companies in the Indonesia Stock Exchange, and partially ROA and firm size have significantly positive influence to intellectual capital, institutional ownership has significantly negative inluence to intellectual capital. While ROE has negative influence to intellectual capital but not significant.
Keywords: Profitability, ROA, ROE, firm size, institutional ownership, intellectual capital
-
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK............................................................................................... i ABSTRACT............................................................................................. ii KATA PENGANTAR............................................................................. iii Daftar Isi ................................................................................................. iv Daftar Tabel ........................................................................................... v Daftar Gambar ....................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang ............................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 7 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Landasan Teori ................................................................ 8 2.1.1 Profitabilitas ........................................................... 8 2.1.1.1 Rasio Profitabilitas ..................................... 9 2.1.2 Ukuran Perusahaan ....................................................... 10 2.1.3 Struktur Kepemilikan .................................................... 11 2.1.3.1 Struktur Kepemilikan Manajerial ...................... 11 2.1.3.2 Struktur Kepemilikan Institusional ................... 12 2.1.4 Intellectual Capital ........................................................ 13 2.1.4.1 Defenisi Intellectual Capital ............................ 13 2.1.4.2 Komponen Intellectual Capital......................... 14 2.1.4.3 Pengukuran Intellectual Capital....................... 15 2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................... 19 2.3 Kerangka Konseptual ..................................................... 22 2.4 Pengembangan Hipotesis ................................................ 23 BAB III METODE PENELITIAN 24 3.1 Jenis Penelitian ................................................................ 24 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 24 3.3 Batasan Operasional ........................................................ 24 3.4 Definisi Operasional ....................................................... 25 3.5 Populasi dan Sampel ....................................................... 30 3.6 Jenis Data ........................................................................ 30 3.7 Metode Pengumpulan Data ............................................. 32 3.8 Teknik Analisis Data ...................................................... 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 4.1 Gambaran Umum Industri Keuangan di Bursa Efek
Indonesia 39
4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian 42
-
4.3 Uji Asumsi Klasik.. 4.3.1 Uji Normalitas 4.3.2 Uji Multikolinearitas. 4.3.4 Uji Autokorelasi..
65 65 68 69
4.4 Analisis Regresi Berganda.. 70 4.5 Pengujian Hipotesis.
4.5.1 Uji Simultan (Uji Statistik F) 4.5.2 Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) 4.5.3 Koefisien Determinasi (R2)
72 72 73 75
4.6 Pembahasan.. 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 79
5.1 Kesimpulan. 79 5.2 Saran 79 DaftarPustaka .... 81 Lampiran..........................................................................................
-
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul Halaman
1.1 Net Income pada Perusahaan Industri Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012 .................................
2
1.2 Total Asset Perusahaan Industri Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012 ................................................
3
1.3 Hidden Value pada perusahaan yang mewakili Industri Keuangan yang Terdaftar di BEI .......................................
5
2.1 Penelitian Terdahulu mengenai Intellectual Capital ......... 21 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................. 29 3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel .. 31 3.2 Daftar Perusahaan Objek Penelitian .................................. 31 4.1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian. 64 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov......... 69 4.3 Uji Multikolinearitas.... 69 4.4 Uji Autokorelasi........... 70 4.5 Analisis Regresi Linier Berganda. 71 4.6 Uji Statistik F... 73 4.7 Uji Statistik t.... 74 4.8 Hubungan Antar Variabel.... 76 4.9
Koefisien Determinasi....... 76
-
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul Halaman
2.1 Komponen intellectual capital menurut Stewart 14 2.2 Skandia Model.................................................... 16 2.3 Kerangka Konseptual......................................... 24
4.1 Histogram Dependent Variabel (VAIC)..
66
4.2 Normal P-Plot of Regresion Standarized Residual...............................................................
67
4.3 Uji Heteroskedastisitas.... 69
-
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITAS UKURAN PERUSAHAAN SERTA KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KINERJA
INTELLECTUAL CAPITAL INDUSTRI KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan serta kepemilikan institusional baik secara parsial atau bersama-sama, dan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi kinerja intellectual capital di Bursa Efek Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.
Penelitian ini menggunakan 35 sampel perusahaan pada industri keuangan di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian selama 2011-2013. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan profitabilitas yang diproksikan oleh ROA dan ROE, ukuran perusahaan, seta kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu intellectual capital. Sedangkan hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa ROA dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intellectual capital, kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap intellectual capital, sementara ROE berpengaruh negatif namun tidak signiikan terhadap intellectual capital.
Kata kunci : Profitabilitas, ROA, ROE, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Institusional, Intellectual Capital
-
ABSTRACT
EFFECT OF PROFITABILITY, FIRM SIZE, AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP OF INTELLECTUAL CAPITAL PERFORMANCE OF
FINANCIAL INDUSTRY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the
effect of profitability, firm size and institutional ownership to intellectual capital performance either partially or jointly, and to determine variable that affect to the intellectual capital of financial industry companies in the Indonesia Stock Exchange.
The type of this research is quantitative research and the data used for this research is secondary data which came from Indonesia Stocks Exchanges publication in the internet, references of books, magazines, internet and the other science literatures related to the research.
This research uses 35 companies of financial industry in Indonesian Stock Exchange as samples in the period of 2011-2013. The methods used for data analysis are descriptive analysis and multiple linear regression..
The result of this research shows that profitability (ROA and ROE), firm size and institutional ownership simultaneously have a significant influence to the intellectual capital performance (VAIC) of financial industry companies in the Indonesia Stock Exchange, and partially ROA and firm size have significantly positive influence to intellectual capital, institutional ownership has significantly negative inluence to intellectual capital. While ROE has negative influence to intellectual capital but not significant.
Keywords: Profitability, ROA, ROE, firm size, institutional ownership, intellectual capital
-
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi telah banyak mengubah pola bisnis masa kini. Pertukaran
informasi yang cepat dan kecanggihan teknologi menjadi faktor yang patut
diperhitungkan oleh perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif. Para
pelaku bisnis mulai menyadari bahwa fokus terhadap modal fisik seperti aset
berwujud, tenaga kerja, dan lain-lain tidak cukup lagi. Pelaku bisnis harus cepat
merubah strategi bisnisnya yang pada awalnya berdasarkan labor based business
(bisnis berbasis tenaga kerja) ke arah knowledge based business (bisnis berbasis
pengetahuan) dengan karakteristik penerapan ilmu pengetahuan yang intens
(Sawarjuono dan Kadir, 2003)
Saat ini sulit untuk menemukan sebuah industri, perusahaan maupun
organisasi apapun yang tidak bersifat padat informasi. Ketergantungan terhadap
ilmu pengetahuan sebagai sumber utama untuk menarik pelanggan klien dan
teknologi informasi sebagai sarana penggerak usaha. Melalui penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi secara efisien dan ekonomis dapat memicu
pertumbuhan organisasi berbasis knowledge yang dapat memberikan keunggulan
kompetitif perusahaan serta menjadi senjata untuk memenangkan persaingan
bisnis.
Kondisi ini membuat perusahaan harus segera mengubah strategi mereka
dari productivity based industries yang memiliki moto made and move menjadi
knowledge based industries yang bermoto knowledge and servies (Astuti dan
-
Sabeni, 2005). Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk tetap
bertahan dalam industri berbasis pengetahuan. Salah satunya adalah profitabilitas.
Kemampuan untuk memperolah laba atau profitabilitas suatu perusahaan
sangatlah merupakan faktor penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha
meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu
badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin
(Bottazzi et al, 2008).
Pengukuran profitabilitas suatu perusahaan dapat dihubungkan dengan
volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Hasil pengukuran tersebut dapat
dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini. Jika berhasil mencapai
target yang telah ditentukan mereka dikatakan telah berhasil mencapai target
untuk periode atau beberapa periode, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil
mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi
manajemen untuk periode ke depan.
Profit atau laba merupakan salah satu indikasi kinerja perusahaan yang
baik. Sehingga ketika perusahaan telah mencapai laba, manajer akan cenderung
melakukan aktivitas yang lebih mendorong perusahan untuk terus berinovasi dan
tetap mempertahankan kinerja yang baik. Berikut adalah data net income beberapa
perusahaan industri keuangan pada tahun 2010-2012:
Tabel 1.1 Net Income pada Empat Perusahaan yang Mewakili Industri Keuangan
yang Terdaftar di BEI periode 2010-2012 (dalam jutaan Rupiah) No. Nama Perusahan Sektor 2010 2011 2012 1 Asuransi Ramayana Tbk. Asuransi 24.385 37.159 32.642 2 Adira Dinamika Multi Finance
Tbk. Finansial 1.467.906 1.580.750 1.405.898
3 Panin Sekuritas Tbk. Sekuritas 240.722 203.106 239.840
-
4 MNC Kapital Indonesia Tbk. Lain-lain 90.287 50.456 161.741 Sumber: www.idx.co.id
Tabel tersebut menunjukkan bahwa Adira Dinamika Multi Finance Tbk.
memiliki laba bersih tertinggi selama 3 periode berturut-turut. Keempat
perusahaan sama-sama tersebut mengalami penurunan laba pada tahun 2011.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa keempat perusahaan yang mewakili
sektor keuangan pada Bursa Efek Indonesia tersebut melakukan strategi untuk
mengembangkan inovasi selama periode 2010-2012 berkenaan dengan laba yang
mereka peroleh.
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih
besar untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber. Dengan akses
yang lebih besar berarti perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk
mengembangkan usahanya, baik dari segi modal berwujud maupun modal tak
berwujud. Pada umumnya masyarakat akan lebih memperhatikan perusahaan-
perusahaan besar. Akibatnya perusahaan-perusahaan ini akan lebih berhati-hati
dalam penerapan setiap strateginya (Jao dan Pagalung, 2011). Ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh besarnya
aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Tabel 1.2 Total Asset pada Empat Perusahaan yang Mewakili Industri Keuangan
yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012 (dalam jutaan Rupiah) .No Nama Perusahaan Sektor 2010 2011 2012
1 Asuransi Ramayana Tbk. Asuransi 457.415 609.497 1.070.926 2 Adira Dinamika Multi Finance
Tbk. Finansial 7.599.615 16.889.452 25.460.457
3 Panin Sekuritas Tbk. Sekuritas 1.411.326 1.562.527 1.661.868 4 MNC Kapital Indonesia Tbk. Lain-lain 1.202.580 1.498.803 3.419.677 Sumber: www.idx.co.id
Tabel tersebut menunjukkan bahwa total asset keempat perusahaan
tersebut cenderung meningkat selama periode 2010-2012. Total asset yang paling
-
tinggi dimiliki oleh Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Dengan demikian dapat
diasumsikan bahwa keempat perusahaan yang mewakili sektor keuangan pada
Bursa Efek Indonesia tersebut memiliki peluang yang bertambah besar tiap
tahunnya (2010-2012) untuk mengembangkan usahanya, baik dari segi modal
berwujud maupun modal tak berwujud.
Perubahan pola bisnis dari model konvensional menuju model bisnis
modern tidaklah mudah. Banyak perusahaan yang kehilangan fokus ketika
memasuki persaingan yang lebih besar. Setiap strategi yang diterapkan oleh
perusahaan tidak terlepas dari peranan para pemangku kepentingan yang ada di
suatu perusahaan. Strategi yang ditetapkan akan sangat mempengaruhi
keberhasilan perusahaan. Struktur kepemilikan mencerminkan pihak-pihak yang
mempunyai kekuasaan untuk menentukan kebijakan sebagai pedoman bagi dewan
direksi dalam menjalankan perusahaan. Struktur kepemilikan dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai
perusahaan (Wiranata dan Nugrahanti, 2013).
Satu-satunya modal organisasi maupun bisnis yang tidak ada penggantinya
adalah pengetahuan dan orang-orangnya. Produktivitas modal ini sangat
tergantung pada bagaimana efektivitas orang-orang yang membagikan
kompetensinya dengan orang-orang yang dapat memanfaatkannya (Stewart,
1997:139). Perhatian terhadap pengelolaan ilmu pengetahuan maupun teknologi
sebagai aset ataupun modal perusahaan telah dimulai pada tahun 1990-an.
Sering didapati bahwa nilai pasar suatu perusahaan jauh lebih tinggi dari
pada nilai bukunya. Ini mengindikasikan bahwa ada aset perusahaan yang tidak
-
terlihat atau tidak dapat dinilai secara langsung (hidden value) di dalam laporan
keuangan.
Tabel 1.3 Hidden Value pada Empat Perusahaan yang Mewakili Industri Keuangan
yang Terdaftar di BEI Tahun 2012 (dalam jutaan Rupiah)
Sumber: www.idx.co.id
Tabel tersebut menunjukkan bahwa keempat perusahaan yang mewakili
sektor keuangan pada Bursa Efek Indonesia tersebut sama-sama memiliki hidden
value dan yang tertinggi dimiliki oleh Adira Dinamika Multi Finance. Hal ini
mengindikasikan bahwa keempat perusahaan tersebut memiliki faktor-faktor yang
menambah nilai namun tidak dapat dinilai secara kasat mata.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran
intangible assets atau aset tak terlihat tersebut adalah intellectual capital (IC)
yang menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang baik manajemen, teknologi
informasi, sosiologi maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000; Sullivan dan
Sullivan, 2000; dalam Ulum, 2009:2)
Munculnya konsep intellectual capital telah merubah persepsi para
praktisi dalam mengelola perusahaan. Perhatian terhadap hidden value
perusahaan menjadi lebih besar. Ini disebabkan karena informasi mengenai
intellectual capital tidak dapat diukur ataupun dinilai secara langsung melalui
laporan keuangan tradisional. Intangible baru seperti kompetensi staf, hubungan
pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan administrasi tidak memperoleh
pengakuan dalam model keuangan tradisional dan pelaporan manajemen (Stewart,
.No Nama Perusahaan Sektor Market Value Net Asset
Hidden Value
1 Asuransi Ramayana Tbk. Asuransi 229.578 160.513 69.0652 Adira Dinamika Multi Finansial 10.096.000 5.035.767 5.060.2333 Panin Sekuritas Tbk. Sekuritas 2.304.000 952.597 1.351.403 4 MNC Kapital Indonesia Tbk. Lain-lain 1.055.504 775.850 279.654
-
1997). Perusahaan perlu lebih mempertimbangkan potensi sumber daya manusia
yang akan mereka gunakan dalam mengelola perusahaan, terutama bagi
perusahaan yang berbasis teknologi ataupun knowledge based business supaya
kepentingan stake holder maupun tujuan perusahaan dapat terpenuhi.
Intellectual capital menjadi aset yang cukup dominan pada perusahaan-
perusahaan yang bersifat intellectually intensive seperti sektor finansial,
telekomunikasi maupun industri berbasis teknologi lainnya. Hal yang menarik
pada sektor finansial bahwa para karyawan pada sektor ini lebih homogen
dibandingkan sektor ekonomi lainnya (Kubo dan Saka, 2002 dalam Ulum,
2009:93). Homogenitas ini penting untuk memastikan bahwa seluruh karyawan
memiliki tingkat pengetahuan yang tidak terlalu beragam (heterogen), sehingga
perlakuan terhadap human capital-nya menjadi lebih objektif (Ulum, 2009:93).
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan ini dalam bentuk skripsi yang berjudul Pengaruh
Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan serta Kepemilikan Institusional
Terhadap Intellectual Capital pada Industri Keuangan yang Terdapat di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah profitabilitas,
ukuran perusahaan, serta kepemilikan institusional berpengaruh positif dan
signifikan baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja intellectual
capital?
-
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris
bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, serta kepemilikan institusional
berpengaruh positif dan signifikan baik secara simultan maupun parsial terhadap
kinerja intellectual capital.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
konstribusi sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan wawasan dan
pengetahuan mengenai pengembangan teori manajemen dan manajemen
keuangan, khususnya yang berhubungan dengan teori mengenai intangible asset
dan intellectual capital.
2. Bagi Praktisi
Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh profitabilitas, ukuran
perusahaan serta struktur kepemilikan terhadap kinerja intellectual capital
perusahaan. Selain itu juga untuk mengetahui kinerja intellectual capital
perusahaan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan melakukan
investasi dan keputusan lainnya yang dapat digunakan sebagai sarana untuk
memonitor kinerja perusahaan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai sumber referensi dan informasi untuk melakukan penelitian
selanjutnya mengenai topik ini.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Profitabilitas
Profit atau laba adalah nilai dari bisnis yang merupakan motivasi
seseorang mendirikan suatu bisnis (Madura, 2007:5). Dengan kata lain laba
merupakan salah satu tujuan sebuah perusahaan. Profitabilitas menggambarkan
kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh
modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro (1991:731)
Profitability ratios measure managements objectiveness as indicated by return
on sales, assets and owners equity.
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba merupakan bagian dari
kinerja perusahaan. Menurut Brigham (1993:79) Profitability is the net result of
a large number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some
interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show
the combined objects of liquidity, asset management, and debt management on
operating mult. Profitabilitas menjadi salah satu pertimbangan investor dalam
penanaman modal. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat
menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya,
sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor
menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat
menjadi acuan untuk menilai pengelolaan sumber daya yang telah digunakan.
-
2.1.1.1 Rasio Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu
perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat
analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio profitabilitas
mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh
dari penjualan dan investasi. Ada beberapa pengukuran kinerja terhadap
profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan
volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Dalam prakteknya, menurut
Kasmir (2008 : 199) jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah
1) Profit margin (profit margin on sales)
Profit margin on sales atau ratio profit margin atau margin laba atas
penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin
laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan
laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini dikenal juga dengan
nama profit margin.
2) Hasil Pengembalian Assets (Return on Assets)
Rasio ini adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah
asset secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai
seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari asset yang dimiliki. Apabila rasio
ini tinggi berarti menujukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak
manajemen
-
3) Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur lalu bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya.
4) Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock)
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan
rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk
memuaskan pemegang saham, sebaliknya rasio yang tinggi, kesejahteraan
pemegang saham meningkat. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah
keuntungan
2.1.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang tampak
dalam nilai total aset perusahaan pada neraca akhir tahun (Sujoko dan
Soebiantoro, 2007). Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran
suatu perusahaan. Menurut Ferry dan Jones dalam Sujianto (2001), ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan
oleh total aset, jumlah penjualan, ratarata total penjualan dan ratarata total aset.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan total aset perusahaan.
-
Total aktiva dipilih sebagai proksi atas ukuran perusahaan dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibanding nilai market
capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002).
2.1.3 Struktur Kepemilikan
Pada perusahaan besar pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam
perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer.
Pemisahan kepemilikan pihak manajemen ini, akan menciptakan situasi yang
memungkinkan manajer bertindak untuk kepentingan sendiri daripada untuk
kepentingan para pemegang sahamnya. Dengan demikian, konflik kepentingan
antar pemilik dapat terjadi. Hal ini disebut masalah keagenan, yaitu devergensi
kepentingan yang timbul antara pemilik dan agennya, Widyastuti (2004)
Menurut Jensen dan Mecking (1976) dalam istilah struktur kepemilikan
digunakan untuk ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi juga ditentukan
oleh prosentase kepemilikan saham oleh manajemen dan institusi. Salah satu
bentuk mekanisme corporate governance yang apat digunakan untuk
menyamakan kepentingan principal dan agent adalah konsentrasi kepemilikan
2.1.3.1 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial mencerminkan proporsi kepemilikan saham yang
dimiliki oleh direksi dan dewan komisaris. Kepemilikan saham manajerial akan
membantu mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga
manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Untuk mengurangi
konflik keagenan Jensen dan Meckling (1976) mengatakan perlu peningkatan
kepemilikan manajerial dalam perusahaan sehingga manajer akan bertindak secara
-
hati-hati karena mereka ikut menanggung konsekuensi atas tindakanya. Dengan
adanya kepemilikan saham oleh manajer akan memotivasi mereka untuk
menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan berusaha untuk menurunkan
biaya keagenan. Dengan kata lain manajer yang diangkat oleh pemegang saham
diharapkan akan bertindak yang terbaik bagi pemegang saham dengan
memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran pemegang saham dapat
tercapai (Listyani, 2003).
2.1.3.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional mencerminkan proporsi kepemilikan saham
yang dimiliki oleh perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun
lembaga lain seperti perusahaan-perusahaan. Shleifer dan Vishny (1986), dan
Coffe (1991) dalam Listyani (2003) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
sangat berperan dalam mengawasi perilaku manajer khususnya dalam
meningkatkan take over dan memaksa manajer untuk lebih berhati-hati
mengambil keputusan yang opportunistik. Investor institusional memiliki
beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual, diantaranya yaitu:
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor
individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa informasi,
sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.
3. Investor institusional, secara umum, memiliki realsi bisnis yang lebih kuat
dengan manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan
pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
-
5. investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga
dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat
harga.
Cruthley et al. (1999) menemukan bahwa monitoring yang dilakukan
institusi mampu menstubtitusi biaya keagenan lain (hutang, deviden dan
kepemilikan manajerial) sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan
meningkat. Kepemilikan oleh institusi lain akan menurunkan kemungkinan
perusahaan mengalami kebangkrutan. Namun, apabila struktur kepemilikan
perusahaan dimiliki oleh dewan direksi atau dewan komisarisnya maka dewan
tersebut justru akan cendrung melakukan tindakan-tindakan eksplorasi yang
menguntungkan secara pribadi. Oleh karena itu kepemilikan perusahaan oleh
dewan direksi semakin meningkat maka keputusan yang diambil oleh direksi akan
lebih cenderung untuk menguntungkan dirinya dan secara keseluruhan akan
merugikan perusahaan sehingga kemungkinan nilai perusahaan akan cenderung
mengalami penurunan.
2.1.4 Intellectual Capital
2.1.4.1 Defenisi Intellectual Capital
Intellectual Capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara
nilai pasar perusahaan dengan nilai buku dari aset perusahaan tersebut. Lebih
lanjut intellectual capital juga diidentifikasikan sebagai nilai yang tersembunyi
dari bisnis, karena aset intelektual atau aset pengetahuan tidak terlihat secara
umum seperti layaknya aset tradisional dan aset semacam itu biasanya tidak
terlihat pula pada laporan keuangan (Edvinsson & Malone, 1997, dalam Ulum,
2009:21)
-
Sa
ditawarkan
(OECD) y
kategori a
capital (U
Organizat
semua hal
memberik
Nia (2011
pekerja, p
kompetitif
pada indu
perusaaha
2.1.4.2 Ko
Ste
capital ter
Gambar
Mushraf,
alah satu def
n oleh Or
yang menje
aset tak berw
Ulum, 2009
tions (1997
l yang diket
kan keuntun
1) mendefe
pelatihan bis
f yang berm
ustri yang s
aan secara k
omponen In
ewart (1997
rdiri dari pe
2.1 Komp
2011)
fenisi intell
rganisation
elaskan inte
wujud: (1) o
9). Stewart
7:) menyata
tahui dan di
gan bersain
enisikan int
snis, atau b
manfaat bagi
ama baik d
eseluruhan.
ntellectual
7) dalam Ah
ngetahuan,
onen intell
lectual capi
for Econo
ellectual ca
organisation
dalam Inte
akan bahw
iberikan ole
ng. Hampir
tellectual ca
beragam info
i perusahaa
dalam aspek
.
Capital
hmad dan M
informasi,
llectual cap
tal yang ser
omic Coop
apital sebag
nal (structu
ellectual C
wa intellectu
eh semua or
sama denga
apital seba
formasi yan
an guna bers
k pertumbu
Mushraf (20
intellectual
pital menur
ring diguna
peration an
gai nilai ek
ural) capital
apital The
ual capital
ang dalam p
an Stewart,
agai nilai d
g menyedia
saing denga
uhan maupu
11) menyat
property da
rut Stewar
akan adalah
nd Develop
konomi dar
l; dan (2) h
New Weal
l adalah ju
perusahaan
Yazdanifar
dari pengeta
akan keung
an kompetito
un dalam ki
takan intelle
an pengalam
rt (Ahmad
yang
pment
ri dua
uman
lth of
umlah
yang
rd dan
ahuan
gulan
ornya
inerja
ectual
man.
d dan
-
Brooking (Sawarjuwono dan Kadir, 2003) mengelompokkan intellectual
capital sebagai berikut:
1. Market asset atau Costumer assets; brand, konsumen, loyalitas konsumen,
jaringan distribusi, pemasok dan lain-lain.
2. Human-centered assets: keterampilan dan keahlian, kemampuan
menyelesaikan masalah, gaya kepemimpinan dan segala ssuatu yang berkaitan
dengan karyawan.
3. Intellectual property assets: kecakapan teknik, merek dagang, paten dan hal-
hal yang tidak berwujud lainnya yang berhubungan dengan hak cipta.
4. Infrastructure assets: seluruh hal yang berkaitan dengan teknologi, proses dan
metodologi yang memungkinkan sebuah perusahaan berfungsi.
Dalam Skandia Visualizing Intellectual Capital in Skandia, Supplement to
Skandias 1994 (Ahmad dan Mushraf, 2011) intellectual capital merupakan
sekumpulan aset yang bersifat intangible yang terdiri atas:
1. Human capital (HC): kemampuan karyawan dalam pengetahuan dan
kapabilitas
2. Structural capital (SC): segala sesuatu diluar karyawan, seperti databases,
piranti lunak, struktur organisasi, dll.
3. Customer capital (CC): hubungan yang dibangun dengan pelanggan dan
merupakan bagian yang signifikan dari structural capital.
4. Relational capital (RC): menggambarkan reputasi organisasi dan sifat loyal
konsumen.
-
2.1.4.3 Pe
Te
mengaplik
modal int
lebih jauh
kedalam d
pengukura
Kadir, 200
pengukura
Keunggula
1. Pe
un
sec
Gambar 2
engukuran
eknik meng
kasikan kon
telektual ya
h maka m
dua kelomp
an monetar
03). Harton
an non-mo
an tersebut
ngukuran s
nsur yang m
cara monete
2.2 Skandia
Intellectua
gukur IC m
nsep keungg
ang dikemb
etode yang
pok, yaitu:
ry (financia
no (2001) m
oneter dala
adalah seba
secara non m
membangun
er hal itu ak
a Model (A
al Capital
masih terus
gulan komp
bangkan ole
g dikemban
pengukura
al) Hartono
menguraika
am mengu
agai berikut
moneter ak
modal inte
kan sulit dila
Ahmad dan
s berkemba
petitif. Ada
eh para pen
ngkan terse
an non mon
o (2001) d
an beberapa
ukur intan
t:
kan mudah
elektual dal
akukan.
Mushraf, 2
ang dan pe
banyak kon
neliti saat i
ebut dapat
netary (non
dalam (Sa
a keunggula
ngible asse
untuk menu
lam perusah
2011)
eneliti men
nsep penguk
ini, jika dit
dikelompo
n financial)
awarjuwono
an menggun
ets perusa
nunjukkan u
haan, sedan
ncoba
kuran
telaah
okkan
) dan
o dan
nakan
ahaan.
unsur-
ngkan
-
2. Pengaruh internal development dalam pembentukan modal intelektual
tidak dapat diukur dengan pengukuran atribut moneter.
3. Pengkapitalisasian biaya menjadi asset akan mengakibatkan adanya
manipulasi terhadap laba.
Commissioner Wallman (dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2003)
menyebutkan bahwa ada tiga metode yang dapat digunakan dalam mengukur dan
melaporkan modal intelektual perusahaan. Ketiga metode ini dibagi kedalam dua
kelompok pengukuran yaitu metode pengukuran secara langsung (direct
intellectual capital method) dan tidak langsung (indirect method). Berikut ini
adalah penjelasan dari kedua metode pengukuran tersebut
1. Indirect Methods
Metode ini menggunakan laporan keuangan seperti yang selama ini
dikenal. Metode-metode yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
a. Metode yang menggunakan konsep Return On Asset (ROA)
Metode ini menghitung kelebihan return dari tangible assets milik
perusahaan dan menganggapnya sebagai intangible assets untuk dihitung sebagai
intellectual capital. Metode ini mudah untuk disajikan karena seluruh informasi
telah tersedia dengan mudah pada laporan tahunan, dan dapat segera dibandingkan
dengan rata-rata perusahaan sejenis. Kelemahannya adalah metode ini hanya
mengukur intellectual capital perusahaan masa lalu karena masih mendasarkan
pada historical cost, dan belum dapat diterapkan pada perusahaan baru.
b. Metode Market Capitalization Method (MCM) yang memerlukan penyesuaian
atas inflasi dan replacement cost.
-
Metode ini melaporkan kelebihan kapitalisasi pasar perusahaan (yang
dicerminkan dengan nilai pasar saham) atas stockholders equity (setelah
disesuaikan dengan inflasi dan replacement cost) sebagai nilai intellectual capital.
Salah satu metode yang terkenal adalah Tobins Q. Kelemahan dari metode ini
adalah ketergantungan sepenuhnya pada pasar, dengan asumsi pasar efisien dan
tidak disyaratkannya laporan keuangan yang telah disesuaikan terhadap inflasi.
2. Direct Intellectual Capital (DIC) Methods.
Metode ini langsung menuju ke komponen intellectual capital. Variabel-
variabel intellectual capital dikelompokkan dalam kategori, kemudian dibagi ke
dalam komponen-komponen. Masing-masing komponen diidentifikasikan dan
diukur terpisah sebelum dikompilasi menjadi satu kelompok intellectual capital
Dalam penelitian ini intellectual capital diukur dengan Value Added
Intellectual Coefficient (VAICTM) yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun
1997. Model ini didesain untuk menyajikan tentang value creation efficiency dari
aset berwujud (tangible) dan asset tidak berwujud (intangible) yang dimiliki
perusahaan (Ulum 2009:86)
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan
Value Added (VA). Value Added adalah indikator yang palaing objektif untuk
menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan alam
penciptaan nilai. Value added (VA) merupakan perbedaan antara output (OUT)
dan input (IN). Output (OUT) menggambarkan pendapatan dari semua produk
dan jasa yang terjual di pasar. Input (IN) menggambarkan semua biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan kecuali biaya tenaga kerja. Model ini
tidak memasukkan biaya tenaga ke dalam input karena peran aktifnya pada proses
-
pembentukan nilai sehingga potensi intelektual tidak dihitung sebagai sebuah
biaya (Novitasari dan Januarti, 2009)
VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC), Structural
Capital (SC) Capital Employment (CE) dan Capital Employment (CE).
Hubungan VA dengan Human Capital yang dalam hal ini dilabeli dengan VAHU
menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan
untuk tenaga kerja. Pulic dalam Ulum (2009:88) berpendapat bahwa total salary
dan wage cost adalah indikator dari HC perusahaan. Hubungan VA dengan
Structural Capital (SC) dikenal dengan structural capital coefficient (STVA),
dimana SC bukanlah ukuran independen sebagaimana HC, SC dependen terhadap
value creation. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi
HC. Kemudian hubungan VA dengan Capital Employment disebut dengan
VACA. VACA menunjukkan berapa banyak VA yang dapat diciptakan oleh satu
unit physical capital.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang intellectual capital, strutur kepemilikan, dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.
Beberapa penelitian tersebut adalah :
1. Zanjirdar dan Kabiribalajadeh (2011) melakukan penelitian berjudul
Examining Relationship Between Ownership Structure and
Performance of Intellectual Capital in the Stock Market of Iran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara struktur
kepemilikan sebagai alat ukur good governance dengan intellectual
-
capital pada 80 perusahaan yang terdaftar pada pasar modal di Tehran
pada periode 2003 sampai 2009. Hasil penelitian ini adalah keberadaan
investor institusional dan investor manajerial menurunkan kinerja
intellectual capital, sedangkan investor korporat meningkatkan kinerja
intellectual capital.
2. Penelitian Saleh et al (2008) berjudul Ownership Structure and
Intellectual Capital Performance in Malaysia, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui komponen struktur kepemilikan baik
kepemilikan manajerial, asing, pemerintah maupun kepemilikan
keluarga yang paling berpengaruh terhadap kinerja intellectual capital.
Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh perusahaan yang terdaftar di
Malaysian Exchange of Securities Dealing and Automated Quotation
Market (MESDAQ) selama periode 2005-2007. Hasil penelitian ini
adalah bahwa kepemilikan keluarga memiliki pengaruh negatif terhadap
kinerja intellectual capital, sementara kepemilikan asing dan
kepemilikan manajerial memiliki dampak yang positif terhadap
intellectual capital
3. El-Bannany (2008) dengan judul A Study of Determinants Intellectual
Capital Performance in Bank: The UK Case. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan
intellectual capital pada bank yang terdapat di Inggris selama periode
1999-2005. Penelitian ini menggunakan tingkat investasi pada
teknologi informasi, banks relative efficiency, barriers to entry,
profitabilitas dan tingkat risiko perusahaan sebagai determinan. Hasil
-
penelitian ini menunjukkan bahwa investasi pada teknologi informasi,
banks relative efficiency, barriers to entry, profitabilitas dan tingkat
risiko perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap
intellectual capital.
4. Novitasari dan Januarti (2009) dengan judul Pengaruh Struktur
Kepemilikan terhadap Kinerja Intellectual Capital. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisa pengaruh kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional terhadap kinerja intellectual capital pada
perusahaan perbankan yang terdapat di BEI selama periode 2005-2007.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh pada kinerja intellectual capital, sedangkan kepemilikn
manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja intellectual capital.
Penelitian ini juga menggunakan ukuran perusahaan, leverage, serta
ROA sebagai variabel kontrol.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Intellectual Capital
Tahun, Peneliti
Judul Variabel Independen
Variabel Dependen
Hasil Penelitian
2011, Zanjirdar dan Kabiribalajadeh
Examining Relationship Between Ownership Structure and Performance of Intellectual Capital in the Stock Market of Iran
Kepemilikan manajerial, Kepemilikan institusional
intellectual capital (VAICTM )
Investor institusional dan investor manajerial menurunkan kinerja intellectual capital, sedangkan investor korporat meningkatkan kinerja intellectual capital.
-
Tahun, Penelitian
Judul Variabel Independen
Variabel Dependen
Hasil Penelitian
2008, Saleh et al
Ownership Structure and Intellectual Capital Performance in Malaysia
family ownership, management ownership, govenrment ownership, foreign ownership, profitability, MVEBVE (market value equity over book value equity), leverage.
intellectual capita (VAICTM )
Kepemilikan keluarga memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja intellectual capital, sementara kepemilikan asing dan kepemilikan manajerial memiliki dampak yang positif terhadap intellectual capital
2008, El-Bannany
A Study of Determinants Intellectual Capital Performance in Bank: The UK Case
tingkat investasi, banks relative efficiency, barriers to entry, profitabilitas dan tingkat risiko perusahaan
intellectual capital (VAICTM )
Investasi pada teknologi informasi, banks relative efficiency, barriers to entry, profitabilitas dan tingkat risiko perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap intellectual capital
2009, Novitasari dan Januarti
Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Intellectual Capital.
Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, size, leverage, ROA
intellectual capital (VAICTM
Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap intellectual capital, kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap intellectual capital, ROA berpengaruh positif signifikan terhadap intellectual capital, serta size dan leverage berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap intellctual capital
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini digunakan untuk pengembangan
hipotesis pada penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel dependen yaitu kinerja intellectual capital. Sedangkan variabel
-
independennya adalah profitabilitas, ukuran perusahaan dan kepemilikan
institusional.
Suatu perusahaan dianggap mempunyai kinerja yang baik ketika
menghasilkan banyak laba, begitu pula sebaliknya, dianggap berkinerja buruk bila
tidak menghasilkan laba atau bahkan mengalami kerugian. Hal ini akan
memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya yang berati akan
meningkatkan kinerja intellectual capital perusahaan. Sehingga tingkat
keuntungan adalah salah satu aspek yang menpengaruhi kinerja intellectual
capital. El-Bannany (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami profit
merupakan indikasi perusahaan memiliki kinerja yang baik. Hal ini menyebabkan
tugas-tugas manajer secara teknis dapat berkurang dan manajer memiliki
kesempatan untuk memotivasi karyawannya untuk bekerja lebih baik lagi.
Variabel size (ukuran perusahaan) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002 dalam Nuraini, 2012).
Asumsi bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih
banyak dan biasanya memiliki banyak unit usaha dan memiliki potensi penciptaan
nilai jangka panjang. Perusahaan besar lebih sering diawasi oleh kelompok
stakeholder yang berkepentingan dengan bagaimana manajemen mengelola modal
intelektual yang dimiliki
Kepemilikan institusional juga diindikasikan dapat meningkatkan kinerja
intellectual capital dalam suatu perusahaan. Adanya pengawasan terhadap
manajerial perusahaan memungkinkan untuk mengurangi perilaku oportunistik
para manajer pada perusahaan. Implikasi dari pengawasan ini ialah meningkatnya
-
efisiensi a
institusion
Dari uraia
gambar di
2.4 Penge
Be
penelitian
institusion
terhadap k
Pr
ROA ROE
Kep
Ins
atas pengel
nal berhubun
an tersebut
i bawah ini:
embangan H
erdasarkan
ini adala
nal mempu
kinerja intel
rofitabilitas
A
Size
pemilikan
stitusional
lolaan intel
ngan positif
t dapat dig
Gambar
Hipotesis
uraian ters
ah: profita
unyai penga
llectual capi
s
n
l
llectual cap
f terhadap k
gambarkan
2.3 Kerang
sebut, mak
abilitas, uk
aruh positif
ital.
pital. Deng
kinerja intel
sebuah ke
gka Konsep
ka hipotesi
kuran peru
f baik secar
gan kata la
lectual capi
erangka pik
ptual
s yang ak
sahaan ser
ra parsial m
ain, kepemi
ital perusah
kir seperti
kan diuji d
rta kepemi
maupun sim
Intellec
ilikan
haan.
pada
dalam
ilikan
multan
ctual Capiital
-
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian kuantitatif asosiatif
dengan metode analisis deskriptif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji
teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan
deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya. Penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif angka-angka statistik ataupun kode yang
dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk variabel-variabel dan
operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal,
ordinal, interval, dan rasio
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melaui media internet
dengan situs www.idx.co.id serta website perusahaan yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini. Waktu pelaksanaan penelitian ini dari bulan Januari
2014 sampai dengan bulan Agustus 2014
3.3 Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1. Variabel bebas (independent variable), yaitu profitabilitas yang terdiri dari ROA
dan ROE, ukuran perusahaan, dan kepemilikan institusional
2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu intellectual capital perusahaan
finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
-
b. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan
perusahaan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-
2013
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel yang lainnya (variabel dependen).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, ukuran perusahaan
dan kepemilikan institusional.
1. Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi
suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya.
Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Dalam penelitian ini
saya menggunakan rasio ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity)
untuk mengukur profitabilitas.
a. ROA (Return on Asset)
Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian (%) dari asset yang dimiliki. Apabila rasio ini tinggi berarti
menujukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak manajemen.
ROA =
-
b. ROE (Return on Equity)
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio
ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula
sebaliknya.
ROE =
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang
tampak dalam nilai total aset perusahaan yang terdapat pada neraca akhir tahun
(Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Semakin besar total aset maka semakin besar
pula ukuran suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dihitung
berdasarkan nilai natural log (ln) dari total asset perusahaan pada akhir tahun.
Size = Ln Total Asset
3. Kepemilikan Institusional
Variabel ini menggambarkan tingkat kepemilikan saham oleh institusi
dalam perusahaan yang diukur dalam presentase (%). Tingkat saham institusional
yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif
sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic manajer. (Listyani, 2003).
Berikut rumus untuk menghitung kepemilikan institusional:
Kepemilikan Institusional = Jumlah Saham Institusi x 100% Total Saham Beredar
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kinerja Intellectual Capital yang merupakan value creation
-
efficiency dari aset berwujud (tangible) dan asset tidak berwujud (intangible) yang
dimiliki perusahaan. Penilaian atas intellectual capital pada penelitian ini
menggunakan VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997.
Formulasi dan tahapan perhitungan VAICTM adalah sebagai berikut:
a. Value Added (VA)
Tahap pertama dengan menghitung Value Added (VA). VA dihitung
dengan menggunakan cara yaitu sebagai berikut :
VAi = OUTi - INi
Keterangan :
VAi = Value Added perusahaan tahun i
OUTi = Total Penjualan dan pendapatan lain
Ini = Beban (beban bunga dan beban operasional serta biaya lain) selain beban
karyawan.
b. Value Added Capital Coefficient (VACA)
Tahap kedua dengan menghitung Value Added Capital Coefficient
(VACA). VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari
human capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari
CE terhadap value added perusahaan.
VACAi =
Keterangan:
CAi = Capital Employed perusahaan tahun i = Total Asset Intangible Asset
VAi = Value Added perusahaan tahun i
-
c. Value Added Human Capital (VAHU)
Tahap ketiga dengan menghitung Value Added Human Capital (VAHU).
VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat
oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added
perusahaan.
VAHUi =
Keterangan :
VAi = Value Added perusahaan tahun i
HCi = Human Capital perusahaan tahun i atau total salaries dan wages untuk
pegawai
d. Capital Value Added (STVA)
Rasio ini mengukur jumlah structure capital yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 (satu) rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana
keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Ulum, 2009)
STVAi =
Di mana:
STVAi = Structure Capital Value Added
SCi = Structural capital
VAi = Value Added
f. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
Tahap kelima dengan menghitung Value Added Intellectual Coefficient
(VAICTM). VAIC mengindikasikan kemampuan intelektual perusahaan yang
-
dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). Dari ketiga
proksi tersebut, maka dapat diperoleh value added intellectual coefficient
(VAICTM).
VAICTM = VACAi + VAHUi + STVAi
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Batasan Operasional
Indikator Skala Pengukuran
ROA Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari asset yang dimiliki
ROA =
Rasio
ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
ROE =
Rasio
Size merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total aset perusahaan
Size = Ln Total Asset Rasio
Kepemilikan institusional
(INS)
menggambarkan tingkat kepemilikan saham oleh institusi dalam perusahaan
INS = Jumlah Saham Institusi x 100%
Total Saham Beredar
Rasio
Intellectual capital
(VAICTM)
1.VACA menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added (VA) perusahaan.
VAICTM = VACA + VAHU + STVA VACAi =
Rasio
-
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini merupakan targeted population dimana populasinya
adalah semua perusahaan pada industri keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yaitu sebanyak 42 perusahaan. Perusahaan pada industri
keuangan ini terbagai atas 4 subkelompok yaitu: perusahaan finansial, perusahaan
sekuritas, perusahaan asuransi serta perusahaan lain-lain. Periode pengamatan
dalam penelitian ini adalah tahun 2011-2013. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari semua subkelompok dalam sektor industri keuangan.
Adapun kriteria-kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tidak melakukan merger atau akusisi serta tidak mengalami
kerugian (loss) selama periode penelitian yaitu 2011-2013
2. Tidak delisting (keluar) dari Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun berturut-turut
yaitu 2011, 2012, dan 2013.
3. Perusahaan perbankan telah go public per tahun 2011
Variabel Batasan Operasional
Indikator Skala Pengukuran
2. VAHU menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added perusahaan. 3.STVA mengukur jumlah structure capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 (satu) rupiah dari value added
VAHUi =
STVAi =
-
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel
No KarakteristikPerusahaan JumlahPerusahaan1 Jumlah Perusahaan Industri Keuangan yang Terdaftar
diBEI42
2 Perusahaan yang mengalami kerugian dan tidakmempublikasikan laporan keuangan per tahun secaralengkap
(7)
3 JumlahSampel 35Dengan demikian diperoleh 33 sampel data dengan jumlah observasi sebanyak
105 yang diperoleh dari 35 x 3 (perkalian jumlah sampel dengan jumlah periode).
Ada pun perusahaan yang diadikan sebagai objek penelitian adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Daftar Perusahaan Objek Penelitian
Perusahaan Finansial No. Kode Nama Emiten Tanggal Listing1 AMDF Adira Dinamika Multi Finance Tbk. 31 Maret 2004 2 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk. 10 Nopember 20033 BFIN BFI Finance Indonesia Tbk. 17 Desember 19904 BBLD Buana Finance Tbk. 25 Juni 2008 5 CFIN Clipan Finance Indonesia Tbk. 28 Juni 2002 6 DEFI Danasupra Erapacific Tbk. 13 Juli 2001 7 HDFA HD Finance Tbk. 31 Mei 2000 8 MFIN Mandala Multifinance Tbk. 29 Nopember 19899 TIFA Tifa Finance Tbk 16 April 1990 10 TRUS Trust Finance Indonesia Tbk. 28 Maret 1994 11 VRNA Verena Multi Finance Tbk. 18 Desember 200212 WOMF Wahana Ottomitra Multiartha Tbk 9 September 2004Perusahaan Sekuritas No. Kode Nama Emiten Tanggal Listing 1 HADE HD Capital Tbk. 24 Juni 2005 2 KREN Kresna Graha Sekurindo Tbk. 31 Januari 2000 3 PADI Minna Padi Investama Tbk. 23 Desember 20054 PEGE Panca Global Securities Tbk. 22 Juli 1997 5 PANS Panin Sekuritas Tbk. 19 Maret 1990 6 RELI Reliance Securities Tbk. 20 September 19837 YULE Yulie Sekurindo Tbk. 05 Juli 1995 Perusahaan Asuransi No. Kode Nama Emiten Tanggal Listing1 ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk. 18 Desember 19892 ASBI Asuransi Bintang Tbk. 10 Mei 2011 3 ASDM Asuransi Dayin Mitra Tbk. 06 September 2005 4 AHAP Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. 01 Juni 2009 5 ASJT Asuransi Jasa Tania Tbk. 08 Juli 2011 6 AMAG Asuransi Multi Artha Guna Tbk. 07Mei 1990 7 ASRM Asuransi Ramayana Tbk. 28 November 20028 LPGI Lippo General Insurance Tbk. 10 Desember 2004No. Kode Nama Emiten Tanggal Listing
-
9 MREI Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. 15 Desember 198910 PNLF Panin Financial Tbk. 14 Juni 1983 Perusahaan lain-lain No. Kode Nama Emiten Tanggal Listing1 ARTA Arthavest Tbk. 06 Juli 2001 2 BCAP MNC Kapital Indonesia Tbk. 13 Desember 20043 GSMF Equity Development Investment 28 Mei 1998 4 APIC Pacific Strategic Financial Tbk. 27Agustus 19905 RODA Pikko Land Development Tbk. 05 Nopember 20026 SMMA Sinar Mas Multiartha Tbk. 08 Juni 2001
Sumber: diolah dari www.idx.com
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu jenis data yang didapat melalui perantara atau dengan kata lain
tidak langsung didapat dari sumbernya. Data sekunder diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan pada industri keuangan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek
Indonesia) pada tahun 2011-2013. Laporan keuangan perusahaan perbankan go
public ini diperoleh dari www.idx.com
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi.
Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan dan mempelajari jurnal-jurnal, buku-buku, serta melihat dan
mengambil data-data serta dokumen perusahaan sesuai dengan data yang
diperluhkan, diperoleh dari laporan keuangan yang disampaikan BEI yang
diperoleh dari www.idx.co.id
Data perusahaan yang dikumpulkan dan memenuhi kriteria selama periode
pengamatan akan digabungkan dan dijadikan sample penelitian. Dengan metode
ini kemungkinan akan didapat sampel yang lebih besar yang diharapkan akan
meningkatkan power of test dari penelitian.
-
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan
metode analisis statistik sebagai berikut:
3.8.1 Metode Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
sehingga menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk
dipahami, yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi,
nilai maksimum, dan nilai minimum (Ghozali, 2007). Uji statistik deskriptif
tersebut dilakukan dengan program SPSS 16
3.8.2 Metode Analisis Statistik
Analisis regresi dilakukan untuk menguji seberapa besar hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen serta untuk mengetahui arah
hubungan tersebut. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
VAIC = 0 + 1ROA + 2ROE + 3Size + 2INS + e Keterangan :
VAIC : Value Added Intellectual Capital Coefficient
0 : Konstanta ROA : Retun on Asset
ROE : Return on Equity
Size : Ukuran Perusahaan
INS : Kepemilikan institusional
e : error
-
3.8.3 Uji Asumsi klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah Uji Normalitas, Uji
Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji autokorelasi. Tujuannya agar
model regresi yang diperoleh memberikan hasil regresi yang baik ( BLUE = Best
Linear Unbiased Estimator). Model dikatakan BLUE apabila memenuhi
keempat asumsi di atas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel-variabelnya memiliki distribusi normal atau tidak. Model Regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal, hal ini akan
memperkecil terjadinya bias data. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji
statistik One Sample Kolmogorov Smirnov. Dasar pengambilan keputusan dari uji
normalitas adalah:
(1) Jika hasil One Sample Kolmogorov Smirnov di atas tingkat kepercayaan 0,05
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
(2) Jika hasil One Sample Kolmogorov Smirnov di bawah tingkat signifikansi 0,05
tidak menunjukkan pula distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas (Ghozali, 2007).
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, maka itu uji jenis ini
hanya diperuntukkan untuk penelitian yang memiliki variabel independen lebih
dari satu. Model regresi yaang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
-
independent. Suatu model regresi menunjukkan adanya Multikolinearitas jika: (1)
Tingkat korelasi > 95%, (2) Nilai Tolerance < 0,10, atau (3) Nilai VIF > 10
(Ghozali, 2007).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda
disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah model yang berjenis
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2007).
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Scatter Plot
untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Suatu model dikatakan bebas
dari heteroskedastisitas apabila dalam grafik Scatter Plot tidak ada pola yang jelas
dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali,
2007). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola
tertentu,maka mengidentifikasi telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi Uji autokorelas bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini (t) dengan kesalahan
pada periode sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dan autokorelasi (Ghozali, 2007).
-
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Uji autokorelasi ini dideteksi dengan menggunakan
Runs Tests. Uji ini dapat digunakan untuk melihat apakah observasi (sampel)
diambil secara random. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Pengambilan keputusannya
adalah; tidak menolak hipotesis nol jika taksiran R berada pada jarak interval; dan
menolak hipotesisi nol jika taksiran R diluar batas interval.
3.8.4 Uji Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan
digunakan untuk menganalisis, suatu perhitungan statistik disebut signifikan
secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah
dimana ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah uji F dan uji t.
1. Uji Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam uji
F ini adalah dengan cara quick look, yaitu dengan melihat nilai F. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (=5%). Ketentuan
peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikansi f > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan keempat variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
-
2. Jika nilai signifikansi f 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara simultan keempat variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas secar individul dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji t
digunakan untuk menguji suatu hipotesis mengenai sikap koefisiensi regresi
parsial individual terhadap variabel dependennya. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan significance level 0,05 (=5%). Penerimaan atau penolakan
hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi t 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Penerimaan atau penolakan hipotesis dapat juga dilakukan dengan menggunakan
t-tabel dimana :
H1; bi=0
Artinya : ROA, ROE, SIZE, INS secara parsial berpengaruh tidak signifikan
terhadap intellectual capital (VAIC) industri keuangan di BEI
Hi; bi0 Artinya : ROA, ROE, SIZE, INS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
intellectual capital (VAIC) industri keuangan di BEI
-
Adapun krteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut
1. Jika thitung > ttabel (df, /2) maka H0 ditolak atau H1 diterima 2. Jika thitung
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Industri Keuangan di Bursa Efek Indonesia
4.1.1 Adira Dinamika Multi Finance
Adira Dinamika Multi Finance atau Adira Finance didirikan pada 13
November 1990 dan mulai beroperasi pada tahun 1991. Perusahaan ini go public
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 31 Maret 2004.
Visi: menciptakan nilai bersama demi kepentingan perusahaan dan untuk
meningkatkan kesejahteraaan masyarakat Indonesia
Misi: 1. Menyediakan produk dan layanan yang beragam
2. Memberikan pengalaman yang menguntungkan dan bersahabat kepada
pemangku kepentingan
3. Memberdayakan komunitas untuk mencapai kesejahteraan
4.1.2 Batavia Prosperindo Finance
Batavia Prosperindo Finance adalah suatu perusahaan publik yang
bergerak di bidang Pembiayaan Konsumen untuk kendaraan bermotor roda empat,
terutama kendaraan bekas jenis Penumpang/Pribadi (Passenger) dan Niaga
(Commercial). BPF berkantor pusat di Jakarta dan melayani para pelanggannya
melalui cabang-cabangnya yang terletak di kota-kota besar di seluruh Indonesia.
Visi: Menjadi salah satu perusahaan pembiayaan terkemuka dan terbaik di
Indonesia dengan memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah
-
Misi: Menyediakan produk-produk pembiayaan unggul dengan penawaran
kompetitif yang mengutamakan kecepatan, efisiensi, dan pelayanan yang
sebaikbaiknya kepada nasabah serta mitra kerja perusahaan
4.1.3 BFI Finance Indonesia
Berdiri tahun 1982 sebagai perusahaan patungan dengan Manufacturer
Hanover Leasing Corporation, Amerika Serikat, PT BFI Finance Indonesia Tbk.
(BFI) merupakan salah satu perusahaan pembiayaan tertua di Indonesia. Pada
tahun 1986, PT Bank Umum Nasional dan Essompark Ltd., Hong Kong,
mengambil alih kepemilikan Manufacturer Hanover Leasing Corporation dalam
Perusahaan. Pada tahun 1990, Perusahaan mengubah izin operasi untuk
menjalankan usaha multifinance dan berganti nama menjadi PT Bunas Finance
Indonesia. Pada tahun yang sama Perusahaan berganti status menjadi perusahaan
publik setelah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES). BFI adalah salah satu perusahaan pembiayaan yang pertama kali
menjadi perusahaan publik di tahun 1990.
Visi: Menjadi mitra solusi keuangan yang terpercaya yang turut berkontribusi
terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat
Misi: Menyediakan solusi keuangan yang terpercaya dan efektif kepada
pelanggan
4.1.4 Buana Finance
Perusahaan ini berawal dari pendirian Lembaga Keuangan Swasta
Campuran PT BBL Leasing Indonesia (Bangkok Bank Leasing) pada tanggal 7
Juni 1982. Dengan berjalannya waktu perusahaan terus berkembang
bersama kemajuan industri pembiayaan di Indonesia. Pada Tahun 2005
-
Perseroan berubah nama menjadi PT Buana Finance Tbk., dan semakin
mengukuhkan eksistensinya di Industri Keuangan dengan dukungan Group
Pendiri dari Bank Buana Indonesia
Visi: Menjadi perusahaan jasa keuangan yang paling diminati untuk penyediaan
layanan solusi keuangan yang inovatif, dan menjadi tolok ukur bagi industri
Misi: Menciptakan hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan
dengan para pelanggan, pemasok, dan kreditur bereputasi baik dan terpercaya.
4.1.5 Clipan Finance Indonesia
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1982 sebagai perusahaan patungan
antar Credit Lyonnais dari Perancis dan PT Panin Bank Tbk. Saat ini Perseroan
bergerak dalam bisnis pembiayaan otomotif bagi konsumen dan sewa guna usaha
alat berat. Clipan Finance merupakan perusahaan pembiayaan pertama yang
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Paralel pada tahun
1990.
Visi: menjadi salah satu perusahaan jasa keuangan terdepan yang memberikan
solusi keuangan terbaik bagi nasabah
Misi: Meningkatkan marketshare dan database pelanggan dengan membangun
budaya pelayanan yang bermutu tinggi dan inovasi produk melalui jaringan
distribusi yang komprehensif
4.1.6 Danasupra Erapacific
Perusahaan ini mulai beroperasil pada tahun 1995, dan bergerak dalam
leasing, anjak piutang, dan pembiayaan konsumen. Kegiatan usaha Perusahaan
dibagi menjadi tiga divisi, yaitu sewa (menyediakan layanan pembiayaan dalam
pengadaan barang modal seperti fasilitas dan peralatan produksi), anjak piutang
-
(menyediakan jasa pembiayaan, yang akan membantu pengusaha untuk
meningkatkan modal kerja) dan pembiayaan konsumen (menyediakan jasa
pembiayaan barang-barang konsumen)
Visi: menjadi lembaga pembiayaan terbaik
Misi: membantu meningkatkan perekonomian dalam bentuk penyediaan dana
untuk penambahan modal kerja, investasi dan pembiayaan konsumen
4.1.7 HD Finance
Didirikan dengan nama PT. Indonesia Lease Corporation (Indo Lease)
pada 20 September 1972. Dalam perjalanannya, beberapa kali mengalami
pergantian nama menjadi PT. Mitra Pradityatama Leasing (1988), PT. Niaga
Leasing Corporation (1995), PT. Niaga Leasing (2000), dan PT. Niaga Indovest
Finance (2001)..
Visi: Menjadi Perusahaan Pembiayaan yang terdepan dan terpercaya di Indonesia
Misi: Secara terus-menerus menciptakan lapangan kerja yang layak dan
berkualitas bagi sebanyak mungkin rakyat Indonesia.
4.1.8 Mandala Multifinance
Perusahaan mulai berdiri sejak tahun 1983 dengan nama PT. Vidya Cipta
Leasing Corporation yang bergerak dibidang jasa keuangan. Setelah mengalami
beberapa perubahan nama, akhirnya pada tanggal 31 Januari 1997 nama Mandala
Multifinance disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No.
323/KMK017/1997.
Visi: Menjadi perusahaan pembiayaan terbaik secara finansial yang berorientasi
kepada pelanggan
-
Misi: Menyediakan fasilitas pembiayaan dengan cepat dan efektif melalui
perbaikan proses kerja, teknologi informasi serta perluasan jaringan
4.1.9 Tifa Finance
Perseroan berdiri sejak tahun 1989 sebagai Perusahaan Pembiayaan.
Perseroan memberikan jasa pembiayaan konvensional dan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, dengan jenis layanan pembiayaan sewa guna usaha,
pembiayaan konsumen dan anjak piutang. Pada saat ini Perseroan
memiliki 7 kantor jaringan di Jakarta, Semarang, Surabaya, Samarinda,
Banjarmasin, Pekanbaru dan Makassar untuk menjangkau berbagai wilayah di
Indonesia.
Visi: Menjadi pilihan karena pelayanan yang baik dalam industri Pembiayaan.
Misi: Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, memanfaatkan sumber
daya untuk mencapai hasil yang terbaik serta mencapai hasil operasional terbaik
melalui perbaikan berkesinambungan.
4.1.10 Trust Finance Indonesia
PT Trust Finance Indonesia Tbk (Perusahaan) dahulu PT KIA Asia
Finance, didirikan dengan akta notaris Maria Kristiana Soeharyo, S.H., No. 44
tanggal 12 Pebruari 1990. Akta pendirian ini telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-
1394.HT.01.01.Th.90 tanggal 13 Maret 1990
Visi: menjadi salah satu perusahaan pembiayaan terbaik di Indonesia
Misi: menjadi penyedia jasa keuangan yang profesional dengan mengutamakan
pelanggan, mitrausaha, karyawan, pemegang saham dan masyarakat.
-
4.1.11 Verena Multi Finance Tbk
Pada tahun 2003 PT Verena Oto Finance (Verena), resmi beroperasi
sebagai perusahaan pembiayaan otomotif dengan cabang yang tersebar di kota
Jakarta. Selanjutnya untuk mengembangkan bisnisnya, maka pada tanggal 25 Juni
2008, PT Verena Oto Finane resmi menjadi Perseroan terbuka dengan nama PT
Verena Oto Finance Tbk dimana sahamnya tercatat dan diperdagangkan pada
Bursa Efek Indonesia.
Visi: Menjadi Perusahaan pembiayaan 10 besar di Indonesia.
Misi: Memberikan solusi pembiayaan yang prima
4.1.12 Wahana Ottomitra Multiartha
Perusahaan telah beberapa kali berganti nama. Semula adalah PT Jakarta
Tokyo Leasing yang berdiri tahun 1982. Di tahun yang sama namanya berubah
menjadi PT Fuji Semeru Leasing. Kemudian di tahun 1997 namanya berubah
menjadi PT Wahana Ometraco Multiartha.
Visi: Menjadi salah satu Perusahaan pembiayaan konsumen terbaik di Indonesia
dengan menerapkan tata kelola Perusahaan yang baik.
Misi: Mengutamakan kepuasan konsumen dan mitra kerja lainnya
4.1.13 HD Capital
Pada tahun 1989 perseroan ini didirikan dengan nama PT Harumdana
Sekuritas sebagai perusahaan sekuritas untuk menjalankan kegiatan selaku
perantara pedagang efek, penjamin emisi efek dan penasehat keuangan. Pada
tahun perusahaan ini merubah nama Perseroan menjadi PT HD Capital Tbk dan
-
sekaligus memperkenalkan logo baru Perseroan. Kapitalisasi saham Perseroan
mencapai IDR 466,4 miliar (setara USD 50,7 juta) per 14 Maret 2008.
Visi: Menjadi perusahaan efek dan investasi yang berkompetensi tinggi baik
secara domestik maupun regional
Misi: Menyediakan jasa keuangan yang inovatif dan berkualitas bagi para
nasabah
4.1.14 Kresna Graha Sekurindo
PT Kresna Graha Sekurindo Tbk (Kresna Securities atau Perseroan)
adalah perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan
kode transaksi KREN. Perseroan didirikan pada tahun 1999, dan memperoleh
status hukum dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
melalui Surat Keputusan No-19958.HT.01.01.th.99.
Visi: Menjadi penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia yang
menggabungkan keunggulan global dengan pengetahuan lokal.
Misi: Mendorong pasar modal sebagai lokomotif pembangunan nasional
Indonesia, memelihara budaya kepercayaan, integritas, dan keunggulan di pasar
modal, menyediakan layanan keuangan setiap saat yang komprehensif dan terpadu
seta mengintegrasikan pasar modal Indonesia dengan pasar global
4.1.15 Minna Padi Investama
Didirikan dengan nama PT Batavia Artatama Securindo berdasarkan akte
No. 79 tanggal 28 Mei 1998. Perusahaan ini memperoleh ijin usaha sebagai
Perantara Pedagang Efek dari Badan Pengawas Pasar Modal (sekarang Otoritas
Jasa Keuangan) No. KEP-22/PM/1999 tertanggal 30 Agustus 1999
-
Visi: Menjadi Perusahaan Efek yang menyediakan produk dan jasa yang lengkap
di bidang pasar modal dengan memberi pelayanan terbaik dan profesional serta
memberi sumbangsih yang berarti bagi perkembangan Pasar Modal Indonesia.
Misi: Menjadi Perusahaan Efek yang kokoh di pasar modal dengan manajemen
yang kuat dan didukung dengan teknologi yang canggih melalui produk-produk
yang bermutu dan inovatif serta memberikan nilai tambah bagi para stakeholder.
4.1.16 Panca Global Sekurities
PT Panca Global Securities Tbk. didirikan berdasarkan Akte No. 20 pada
13 Agustus 1999 oleh notaris Fathiah Helmi SH., di Jakarta. Kegiatan bisnisnya
adalah menjalankan usaha selaku Perantara Pedagang Efek. Mengacu pada Surat
Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal No: Kep-17/PM/MI/2002 pada 19
Desember 2002, perusahaan ini mendapatkan izin usaha Perusahaan Efek sebagai
Manajer Investasi.
Visi: Menjadi perusahaan sekuritas terdepan dengan menyediakan pelayanan jasa
keuangan sesuai kebutuhan nasabah, melalui pengunaan secara maksimal seluruh
sumber daya dan jaringan usaha Perseroan.
Misi: Memfokuskan diri dalam penyediaan jasa keuangan yang berkualitas tinggi
untuk para nasabah domestik maupun mancanegara
4.1.17 Panin Sekuritas
Panin Group mendirikan perusahaan sekuritas yang dinamakan PT. Panin
Sekuritasindo melalui Panin Bank di tahun 1989. Di tahun 1991, perusahaan ini
mengundang rekanan baru untuk memajukan Perseroan. Oleh karena itu, nama
kami berubah menjadi PT. Nusamas Panin. Kemudan nama perusahaan ini diubah
menjadi PT. Panin Sekuritas di tahun 1995.
-
Visi: Menjadi perusahaan efek andalan dan terpercaya dalam kegiatan pasar
modal yang dapat memberikan solusi finansial optimal bagi nasabah.
Misi: Mengembangkan Perseroan dengan membangun sumber daya manusia yang
profesional, dedikatif dan memiliki integritas tinggi, serta didukung sumber daya
keuangan yang kuat dan teknologi informasi yang tepat guna.
4.1.18 Reliance Securities
PT Reliance Securities, Tbk adalah perusahaan efek dengan kegiatan
perantara pedagang efek, baik saham maupun pendapatan tetap dan kegiatan
penjamin emisi efek. Reliance pada awalnya didirikan di Jakarta pada tanggal 22
Februari 1993 dengan nama PT Istethmar Finas Securities, yang kemudian
berubah menjadi PT Ludlow Securities pada tanggal 13 September 1999 dan
berganti nama menjadi PT Reliance Securities saat bergabung ke dalam Reliance
Group pada tanggal 28 Maret 2003.
Visi: Menjadi salah satu perusahaan jasa keuangan kelas dunia dengan standar
kinerja pelayanan yang berkualitas dengan nilai integritas tinggi (reliable).
Misi: Memperluas kemampuan perusahaan dalam memberikan solusi
keuangan secara komprehensif.
4.1.19 Yulie Sekurindo
Perseroan didirikan dengan nama PT Ravindo Securitama di Jakarta pada
tanggal 8 Agustus 1989 berdasarkan akta Notaris Rachmat Santoso, S.H. No. 49.
Pada tahun 1996 nama Perseroan diubah menjadi PT Yulie Sekurindo.
Visi: Menjadi perusahaan efek yang terpercaya dan terintegrasi penuh dalam
bidang brokerage, underwriter dan financial advisory service.
-
Misi: Meningkatkan kepercayaan nasabah dengan memberikan kualitas
pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing nasabah
4.1.20 Asuransi Bina Dana Arta Tbk.
Asuransi Bina Dana Arta Tbk. didirikan dan berkedudukan di Jakarta
sesuai dengan akte Notaris Kartini Mulyadi SH No.78 tertanggal 12 Oktober
1982. Perusahaan bergerak dalam bidang Asuransi kerugian dengan jenis
pertanggungan: Kebakaran, Kendaraan Bermotor, Rekayasa, Tanggung Gugat,
Pengangkutan, Alat Berat, Kesehatan, Aneka dan lain-lain.
Visi: Menjadi perusahaan asuransi umum yang handal berlandaskan integritas
yang tinggi dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Misi: Menjadikan ABDA sebagai perusahaan asuransi umum yang kompeten dan
memiliki kredibilitas tinggi.
4.1.21 Asuransi Binta