Abstrak Whilst the prevention of childhood obesity is the only viable, enduring, cost-effective solution to the obesity epidemic, effective methods for it remain elusive. Sementara pencegahan obesitas adalah satu-satunya, tahan lama, hemat biaya solusi untuk epidemi obesitas, metode yang efektif untuk itu tetap sulit dipahami. Furthermore, strategies to influence obesogenic environments remain relatively unexplored. Selain itu, strategi untuk mempengaruhi lingkungan obesogenic tetap relatif belum diselidiki. In order to be able to develop powerful population-level interventions and public health policies to prevent childhood obesity, it is important to understand its aetiology and those environments that are most amenable to measurable change. Dalam rangka untuk dapat mengembangkan tingkat populasi kuat intervensi dan kebijakan kesehatan masyarakat untuk mencegah obesitas, adalah penting untuk memahami etiologi dan lingkungan-lingkungan yang paling bisa menerima perubahan yang terukur. First, the present paper considers why we should be concerned about obesity in children, from both the perspective of the increased health risk to the individual and the high economic cost of treatment of obesity and related diseases, highlighting why the prevention of childhood obesity is important. Pertama, tulisan ini menganggap mengapa kita harus peduli tentang obesitas pada anak-anak, baik dari perspektif peningkatan risiko kesehatan bagi individu dan biaya ekonomi tinggi pengobatan obesitas dan penyakit terkait, menyoroti mengapa pencegahan obesitas penting . Next, the determinants of health behaviour and the obesogenic environment are explored, which helps us to understand why the aetiology is so complex and that potential causal factors should not be considered in isolation, as the interaction between these factors is also important. Selanjutnya, faktor-faktor penentu perilaku kesehatan dan lingkungan obesogenic dieksplorasi, yang membantu kita untuk memahami mengapa begitu rumit etiologi dan faktor-faktor kausal potensi itu tidak boleh dipertimbangkan dalam isolasi, sebagai interaksi antara faktor-faktor ini juga penting. The paper then considers the multi-factorial aetiology of childhood obesity and the rationale for the increasing trends in obesity that are evident, in order to understand what is changing in society and our children's behaviour that is triggering the positive energy balance leading to obesity. Kertas kemudian mempertimbangkan etiologi multi-faktorial obesitas masa kanak-kanak dan alasan untuk meningkatnya kecenderungan obesitas yang jelas, untuk memahami apa yang berubah dalam masyarakat dan anak-anak kita perilaku yang memicu keseimbangan energi positif menuju obesitas. The review emphasises the need for multi-level approaches if we truly want to prevent childhood obesity. Tinjauan tersebut menekankan perlunya pendekatan multi-level jika kita benar-benar ingin untuk mencegah obesitas. It also serves to highlight that there is a need to extend the current research base in order to build a well-founded framework to form the basis of a strategy for the prevention of childhood obesity. Hal ini juga berfungsi untuk menggarisbawahi bahwa ada kebutuhan untuk memperluas basis penelitian saat ini dalam rangka membangun sebuah kerangka beralasan untuk membentuk dasar dari suatu strategi untuk mencegah obesitas.

Atau

Abstrak

Whilst the prevention of childhood obesity is the only viable, enduring, cost-effective solution to the obesity epidemic, effective methods for it remain elusive. Sementara pencegahan obesitas adalah satu-satunya, tahan lama, hemat biaya solusi untuk epidemi obesitas, metode yang efektif untuk itu tetap sulit dipahami. Furthermore, strategies to influence obesogenic environments remain relatively unexplored. Selain itu, strategi untuk mempengaruhi lingkungan obesogenic tetap relatif belum diselidiki. In order to be able to develop powerful population-level interventions and public health policies to prevent childhood obesity, it is important to understand its aetiology and those environments that are most amenable to measurable change. Dalam rangka untuk dapat mengembangkan tingkat populasi kuat intervensi dan kebijakan kesehatan masyarakat untuk

mencegah obesitas, adalah penting untuk memahami etiologi dan lingkungan-lingkungan yang paling bisa menerima perubahan yang terukur. First, the present paper considers why we should be concerned about obesity in children, from both the perspective of the increased health risk to the individual and the high economic cost of treatment of obesity and related diseases, highlighting why the prevention of childhood obesity is important. Pertama, tulisan ini menganggap mengapa kita harus peduli tentang obesitas pada anak-anak, baik dari perspektif peningkatan risiko kesehatan bagi individu dan biaya ekonomi tinggi pengobatan obesitas dan penyakit terkait, menyoroti mengapa pencegahan obesitas penting . Next, the determinants of health behaviour and the obesogenic environment are explored, which helps us to understand why the aetiology is so complex and that potential causal factors should not be considered in isolation, as the interaction between these factors is also important. Selanjutnya, faktor-faktor penentu perilaku kesehatan dan lingkungan obesogenic dieksplorasi, yang membantu kita untuk memahami mengapa begitu rumit etiologi dan faktor-faktor kausal potensi itu tidak boleh dipertimbangkan dalam isolasi, sebagai interaksi antara faktor-faktor ini juga penting. The paper then considers the multi-factorial aetiology of childhood obesity and the rationale for the increasing trends in obesity that are evident, in order to understand what is changing in society and our children's behaviour that is triggering the positive energy balance leading to obesity. Kertas kemudian mempertimbangkan etiologi multi-faktorial obesitas masa kanak-kanak dan alasan untuk meningkatnya kecenderungan obesitas yang jelas, untuk memahami apa yang berubah dalam masyarakat dan anak-anak kita perilaku yang memicu keseimbangan energi positif menuju obesitas. The review emphasises the need for multi-level approaches if we truly want to prevent childhood obesity. Tinjauan tersebut menekankan perlunya pendekatan multi-level jika kita benar-benar ingin untuk mencegah obesitas. It also serves to highlight that there is a need to extend the current research base in order to build a well-founded framework to form the basis of a strategy for the prevention of childhood obesity. Hal ini juga berfungsi untuk menggarisbawahi bahwa ada kebutuhan untuk memperluas basis penelitian saat ini dalam rangka membangun sebuah kerangka beralasan untuk membentuk dasar dari suatu strategi untuk mencegah obesitas.

Page 1 Page 1

Page 1 Page 1

Page 1 Page 1 The aetiology of childhood obesity: a review Etiologi obesitas masa kanak-kanak: a review Kimberley L. Procter Kimberley L. Procter Nutritional Epidemiology Group, Centre of Epidemiology and Biostatistics, 30–32 Hyde Terrace, Gizi Epidemiology Group, Centre of Epidemiology dan Biostatistics, 30-32 Hyde Terrace, University of Leeds, Leeds LS2 9JT, UK University of Leeds, Leeds LS2 9jt, Inggris Whilst the prevention of childhood obesity is the only viable, enduring, cost-effective solution to Sementara pencegahan obesitas adalah satu-satunya, abadi, solusi efektif biaya untuk the obesity epidemic, effective methods for it remain elusive. epidemi obesitas, metode yang efektif untuk itu tetap sulit dipahami. Furthermore, strategies to influence Selain itu, strategi untuk mempengaruhi obesogenic environments remain relatively unexplored. obesogenic lingkungan tetap relatif belum diselidiki. In order to be able to develop powerful Agar mampu mengembangkan kuat population-level interventions and public health policies to prevent childhood obesity, it is tingkat populasi intervensi dan kebijakan kesehatan masyarakat untuk mencegah obesitas, adalah important to understand its aetiology and those environments that are most amenable to penting untuk memahami etiologi dan lingkungan-lingkungan yang paling setuju untuk measurable change. diukur perubahan. First, the present paper considers why we should be concerned about obesity Pertama, tulisan ini menganggap mengapa kita harus peduli tentang obesitas in children, from both the perspective of the increased health risk to the individual and the high pada anak-anak, baik dari perspektif peningkatan risiko kesehatan bagi individu dan tingginya economic cost of treatment of obesity and related diseases, highlighting why the prevention of biaya ekonomi dari perawatan penyakit obesitas dan terkait, menyoroti mengapa pencegahan childhood obesity is important. obesitas penting. Next, the determinants of health behaviour and the obesogenic Selanjutnya, faktor-faktor penentu perilaku kesehatan dan obesogenic environment are explored, which helps us to understand why the aetiology is so complex and that lingkungan dieksplorasi, yang membantu kita untuk memahami mengapa etiologi begitu kompleks dan bahwa potential causal factors should not be considered in isolation, as the interaction between these faktor-faktor penyebab potensial seharusnya tidak dipertimbangkan dalam isolasi, sebagai interaksi antara factors is also important. faktor yang juga penting. The paper then considers the multi-factorial aetiology of childhood Kertas kemudian mempertimbangkan multi-faktorial etiologi masa kanak-kanak obesity and the rationale for the increasing trends in obesity that are evident, in order to obesitas dan alasan untuk meningkatnya kecenderungan obesitas yang jelas, agar understand what is changing in society and our children's behaviour that is triggering the positive memahami apa yang berubah dalam masyarakat dan anak-anak kita perilaku yang memicu positif energy balance leading to obesity. keseimbangan energi mengarah pada obesitas. The review emphasises the need for multi-level approaches if Tinjauan tersebut menekankan perlunya pendekatan multi-level jika we truly want to prevent childhood obesity. kita benar-benar ingin untuk mencegah obesitas. It also serves to highlight that there is a need to extend Hal ini juga berfungsi untuk menggarisbawahi

bahwa ada kebutuhan untuk memperluas the current research base in order to build a well-founded framework to form the basis of a basis penelitian saat ini dalam rangka membangun sebuah kerangka beralasan untuk membentuk dasar dari suatu strategy for the prevention of childhood obesity. strategi untuk pencegahan obesitas. Aetiology of childhood obesity: Prevention of obesity: Obesogenic environments Etiologi obesitas: Pencegahan obesitas: Obesogenic lingkungan Introduction Pendahuluan The present review focuses on the increasing prevalence of Review saat ini berfokus pada peningkatan prevalensi childhood primary obesity, a condition caused by chronic masa kanak-kanak obesitas primer, suatu kondisi yang kronis yang disebabkan oleh energy imbalance due to excess energy intake and/or ketidakseimbangan energi karena kelebihan asupan energi dan / atau insufficient energy expenditure (as opposed to the rare pengeluaran energi tidak mencukupi (sebagai lawan dari langka instances of secondary obesity, which can occur due to contoh obesitas sekunder, yang dapat terjadi karena endocrine problems (for example, Cushing's syndrome, masalah endokrin (misalnya, Sindrom Cushing, hypothyroidism) or genetic abnormalities (for example, hipotiroidisme) atau kelainan genetik (misalnya, Down's syndrome, Prader–Willi syndrome)) Down syndrome, Prader-Willi syndrome)) 1 1 . . What has Apa changed in society and behavioural patterns in recent years to berubah dalam masyarakat dan pola-pola perilaku dalam beberapa tahun terakhir untuk warrant the rapid rise in the prevalence of childhood obesity menjamin peningkatan cepat prevalensi obesitas that is currently evident? yang saat ini terbukti? Why are children consuming too Mengapa anak-anak mengkonsumsi terlalu much energy and/or not taking enough exercise? banyak energi dan / atau tidak cukup mengambil berolahraga? The paper starts by briefly considering why we should be Kertas dimulai dengan mempertimbangkan secara singkat mengapa kita harus concerned about obesity in children – looking at the impact prihatin tentang obesitas pada anak-anak - melihat dampak of childhood obesity, both in terms of the child's health and obesitas masa kanak-kanak, baik dalam hal kesehatan anak dan the strain it imposes on the health system. memaksakan ketegangan pada sistem kesehatan. These factors Faktor-faktor ini facilitate an understanding of why prevention of obesity in memfasilitasi pemahaman tentang mengapa pencegahan obesitas pada children is so important. anak-anak sangat penting. Next, the determinants of health Selanjutnya, faktor-faktor penentu kesehatan behaviour and the obesogenic environment are explored. perilaku dan lingkungan obesogenic dieksplorasi. Then the review considers whether genetics or the Kemudian meninjau mempertimbangkan apakah genetika atau environment are leading the change, before moving on to lingkungan yang memimpin perubahan, sebelum pindah ke consider the complex, multi-factorial aetiology of childhood mempertimbangkan yang kompleks,

multi-faktorial etiologi masa kanak-kanak obesity and the rationale for the increasing trends in obesity obesitas dan alasan untuk kecenderungan meningkatnya obesitas that are evident, in order to understand what is changing in yang jelas, dalam rangka memahami apa yang berubah society and our children's behaviour that is triggering the masyarakat dan anak-anak kita perilaku yang memicu positive energy balance leading to obesity. keseimbangan energi positif menuju obesitas. Finally the paper Akhirnya kertas draws conclusions about the evidence base for different menarik kesimpulan tentang bukti basis untuk berbagai causes of childhood obesity, in particular considering the masa kanak-kanak menyebabkan obesitas, terutama mengingat importance of the obesogenic environment. obesogenic pentingnya lingkungan. Impact of childhood obesity on health Dampak obesitas pada kesehatan Obesity in children, and adults, is a rapidly growing problem Obesitas pada anak-anak, dan orang dewasa, adalah masalah tumbuh pesat in the UK and worldwide and has been increasing at di Inggris dan di seluruh dunia dan telah meningkat pada accelerating rates in more recent years. mempercepat tingkat di tahun-tahun terakhir. Childhood obesity is Obesitas adalah associated with a number of co-morbidities in childhood and terkait dengan sejumlah ko-morbiditas di masa kanak-kanak dan with an increased risk of adult disease, particularly CVD, dengan peningkatan risiko penyakit dewasa, terutama CVD, hypertension and type 2 diabetes. hipertensi dan diabetes tipe 2. Also obese children tend to Juga anak-anak cenderung gemuk bemoreisolated andhavelowerself-esteemthantheir peers bemoreisolated andhavelowerself-esteemthantheir teman 2 2 . . Abbreviation: SES, socio-economic status. Singkatan: SES, status sosial-ekonomi. Corresponding author: Dr Kimberley L. Procter, fax þ 44 113 343 4877, email k.procter04@leeds.ac.uk Corresponding author: Dr Kimberley L. Procter, faks þ 44 113 343 4877, email k.procter04 @ leeds.ac.uk Nutrition Research Reviews (2007), 20, 29–45 Nutrisi Penelitian Tinjauan (2007), 20, 29-45 q The Author 2007 q The Author 2007 DOI: 10.1017/S0954422407746991 DOI: 10.1017/S0954422407746991

Page 2 Page 2 Reducing childhood obesity and health inequalities is at Mengurangi obesitas dan kesehatan anak kesenjangan adalah pada the centre of the UK government's health policy. pusat Inggris kebijakan kesehatan pemerintah. The Itu government's 'Choosing Health' white paper on improving Pemerintah's 'Memilih Kesehatan' kertas putih pada peningkatan public health in England kesehatan masyarakat di Inggris 3,4 3,4 outlines a number of actions to menguraikan sejumlah tindakan untuk tackle key current public health issues. kunci mengatasi masalah kesehatan masyarakat saat ini. Specifically, six key Khusus, enam kunci priorities for action have been identified, with children’s prioritas aksi telah diidentifikasi, dengan

anak-anak health, particularly childhood obesity, being a major focus. kesehatan, terutama obesitas, menjadi fokus utama. Halting growth in childhood obesity is their prime objective. Menghentikan pertumbuhan obesitas adalah tujuan utama mereka. One of the steps towards achieving this is the development Salah satu langkah menuju pencapaian ini adalah pengembangan of a national social marketing strategy. dari strategi pemasaran sosial nasional. Health-related social Sosial yang berhubungan dengan kesehatan marketing is 'the systematic application of marketing pemasaran adalah "aplikasi sistematis pemasaran concepts and techniques, to achieve specific behavioural konsep dan teknik, untuk mencapai perilaku yang spesifik goals, to improve health and reduce inequalities' tujuan, untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi kesenjangan ' 5 5 . . Importantly this process addresses short-, medium- and Penting proses ini alamat pendek, menengah dan long-term issues, recognising that encouraging healthy isu jangka panjang, mengakui bahwa mendorong sehat choices and associated behavioural change is a complex pilihan dan perubahan perilaku yang terkait adalah kompleks process, requiring more than merely increased public proses, memerlukan lebih dari sekadar peningkatan publik awareness of health issues. kesadaran akan masalah kesehatan. This shows how government Ini menunjukkan bagaimana pemerintah public health policy is moving away from considering kebijakan kesehatan publik bergerak menjauh dari mempertimbangkan disease groupings in isolation, towards a population kelompok penyakit dalam isolasi, terhadap populasi approach that considers the determinants of health – pendekatan yang mempertimbangkan faktor-faktor penentu kesehatan -- which is why obesity has suddenly risen up the agenda. mengapa obesitas yang tiba-tiba bangkit agenda. Obesity-related diseases account for a substantial Penyakit terkait obesitas account substansial proportion of costs of healthcare resources worldwide proporsi biaya sumber daya kesehatan di seluruh dunia 6 6 . . The UK Select Committee Report on Obesity Inggris Pilih Laporan Komite Obesitas 7 7 estimated diperkirakan that the total cost of treating obesity in the UK was £3·3–3·7 bahwa total biaya dari perawatan obesitas di Inggris adalah £ 3,3 -3 · 7 billion in 2002 and will increase to £7 billion by 2020. miliar pada tahun 2002 dan akan meningkat menjadi £ 7 miliar pada 2020. As Sebagai well as being expensive, the treatment of obesity is time baik sebagai mahal, perlakuan terhadap obesitas adalah waktu consuming and ineffective. mengkonsumsi dan tidak efektif. Plus obese children are more Plus anak-anak obesitas lebih likely to become obese adults cenderung menjadi orang dewasa gemuk

8,9 8,9 , with all the corresponding , Dengan semua yang terkait health and social disadvantages. kesehatan dan kerugian sosial. Whilst recognising that the Meskipun mengakui bahwa treatment of obesity is also an important approach that needs pengobatan obesitas juga merupakan pendekatan penting yang perlu to be addressed concurrently with prevention approaches, ditangani bersamaan dengan pendekatan pencegahan, prevention of obesity is likely to be more cost effective than pencegahan obesitas cenderung lebih efektif daripada treatment perawatan 6 6 . . Without a focus on prevention, the unavoidable Tanpa fokus pada pencegahan, yang tidak dapat dihindari exorbitant cost of managing the obesity epidemic will biaya sangat tinggi mengelola epidemi obesitas akan almost certainly be too expensive for many countries. hampir pasti terlalu mahal bagi banyak negara. Accordingly it follows that the prevention of obesity in Dengan demikian maka pencegahan obesitas pada children is key. anak-anak adalah kunci. The importance of the environment in controlling obesity Pentingnya lingkungan hidup dalam mengendalikan obesitas is widely acknowledged. diakui secara luas. A WHO report Sebuah laporan WHO 10 10 states that major menyatakan bahwa besar social and environmental changes to make healthier choices perubahan lingkungan sosial dan membuat pilihan sehat more accessible and preferable are required to prevent lebih mudah diakses dan lebih baik diperlukan untuk mencegah obesity. obesitas. The strength of an environmental approach is that Kekuatan dari pendekatan lingkungan adalah bahwa significant population benefits can result from even fairly manfaat populasi signifikan dapat disebabkan bahkan cukup small effects if a large number of individuals are exposed to efek kecil jika sejumlah besar individu yang terpapar that environment lingkungan 11 11 . . Yet whilst the prevention of childhood obesity is the only Namun sementara pencegahan obesitas adalah satu-satunya viable, enduring, cost-effective solution, effective methods layak, tahan lama, biaya-solusi yang efektif, metode efektif for it remain elusive. untuk itu tetap sulit dipahami. Furthermore, strategies to influence Selain itu, strategi untuk mempengaruhi obesogenic environments remain relatively unexplored. obesogenic lingkungan tetap relatif belum diselidiki. In Di order to be able to develop powerful population-level agar mampu mengembangkan tingkat populasi kuat interventions and public health policies to prevent childhood intervensi dan kebijakan kesehatan masyarakat untuk mencegah masa kanak-kanak obesity, we need to fully understand its aetiology and those obesitas, kita perlu untuk sepenuhnya

memahami etiologi dan orang environments that are most amenable to measurable change, lingkungan yang paling bisa menerima perubahan terukur, which is what the present review seeks to consider. yang meninjau apa yang sekarang berusaha untuk dipertimbangkan. Determinants of health behaviour Faktor-faktor penentu perilaku kesehatan Various models have been proposed to facilitate the Berbagai model telah diajukan untuk memfasilitasi understanding of the complex, multi-factorial aetiology of pemahaman yang kompleks, multi-faktorial etiologi childhood obesity and to identify the role of broader obesitas dan untuk mengidentifikasi peran yang lebih luas environmental influences (obesogenic factors) on energy pengaruh lingkungan (faktor obesogenic) pada energi balance, including: ecological systems theory keseimbangan, termasuk: teori sistem ekologi 12 12 , the , Yang epidemiological triad triad epidemiologi 11,13 11,13 and the ecological model dan model ekologi 14,15 14,15 . . Similarly, Flodmark et al. Demikian pula, Flodmark et al. 1 1 suggest, without the use of a menyarankan, tanpa menggunakan sebuah model, that there are six levels that should each be model, bahwa ada enam tingkat yang masing-masing harus dapat considered when addressing a preventative programme for dipertimbangkan ketika menangani program preventif untuk childhood obesity. obesitas. Each of these models concurs that the determinants of Masing-masing model ini sepakat bahwa faktor-faktor penentu obesity sit at many different levels, and agree that successful obesitas duduk di banyak tingkatan yang berbeda, dan sepakat bahwa sukses prevention of obesity needs to work at all of these levels. pencegahan obesitas perlu bekerja pada semua tingkatan. However, it is how these levels are defined and summarised Namun, adalah bagaimana tingkat ini didefinisikan dan diringkas that varies between the models. yang bervariasi antara model. For example, the ecology Sebagai contoh, ekologi model in F ig. model dalam F ig. 1 considers the multiple levels of influence 1 mempertimbangkan tingkat pengaruh beberapa (both within and outside the individual) on the determinants (baik di dalam maupun di luar individu) pada determinan of health behaviour, seeking to address the complex web of perilaku kesehatan, mencari untuk menangani jaringan kompleks behaviours that impact an individual's dietary and physical perilaku yang mempengaruhi pola makan individu dan fisik activity choices. kegiatan pilihan. Accordingly this model subdivides the Dengan demikian model ini yang subdivides influences on obesity health behaviours into three broad pengaruh pada perilaku kesehatan obesitas menjadi tiga

categories: individual factors, social and cultural factors, kategori: faktor individu, sosial dan faktor-faktor budaya, and the physical environment. dan lingkungan fisik. Individual factors include the knowledge, attitudes and Faktor individu meliputi pengetahuan, sikap dan beliefs of the individual. kepercayaan individu. Social and cultural factors include, for example, the Sosial dan faktor budaya meliputi, misalnya, impact of the influence and behaviours of friends, family, dampak dari pengaruh dan perilaku teman-teman, keluarga, peers, neighbours, and all rules (whether formal, for rekan, tetangga, dan semua aturan (baik formal, untuk example, laws, regulations, policies, or informal, for Misalnya, hukum, peraturan, kebijakan, atau informal, untuk example, institutional rules, including in the home) on the Misalnya, aturan-aturan kelembagaan, termasuk di rumah) pada eating and physical activity behaviours of the individual. makan dan aktivitas fisik perilaku individu. On Di a micro level, this encompasses the 'culture' or 'ethos' of a tingkat mikro, meliputi ini 'budaya' atau 'etos' dari school, home, workplace or neighbourhood. sekolah, rumah, tempat kerja atau tetangga. On a macro Di makro level, this includes the media's impact on influencing the tingkat, ini termasuk dampak media mempengaruhi socio-cultural aspects of food and physical activity, aspek sosial-budaya makanan dan aktivitas fisik, particularly through advertising and marketing. khususnya melalui iklan dan pemasaran. The physical environment category looks at what is Kategori lingkungan fisik terlihat pada apa yang available. tersedia. It includes, for example, food and physical Termasuk, misalnya, makanan dan fisik activity choices that may be impacted by climate, geography pilihan aktivitas yang dapat dipengaruhi oleh iklim, geografi and crime rates (both perceived and actual), as well as dan tingkat kejahatan (baik yang dirasakan dan aktual), serta nutrition and exercise expertise, available technology, and gizi dan olahraga keahlian, teknologi, dan food labelling. label makanan. This category would also encompass Kategori ini juga mencakup financial factors, including both costs and incomes for faktor keuangan, termasuk biaya dan pendapatan untuk consumers, money spent on the promotion of healthy konsumen, uang yang dihabiskan untuk promosi sehat lifestyles by health departments, advertising by fast-food gaya hidup oleh departemen kesehatan, iklan oleh makanan cepat saji outlets and government funding of roads, public transport outlet dan pendanaan pemerintah jalan, angkutan umum and recreation activities. dan kegiatan rekreasi. Fig. Gambar. 1. 1. The ecological approach states that health behaviour is Pendekatan ekologi menyatakan bahwa perilaku kesehatan influenced by more than just individual factors (such as attitudes, dipengaruhi oleh lebih dari sekadar faktor individu (seperti sikap, beliefs and knowledge). kepercayaan dan pengetahuan). Factors outside the individual (ie social and Faktor di luar individu (yaitu sosial dan

cultural and the physical environment) also impact on the choices budaya dan lingkungan fisik) juga berdampak pada pilihan individuals make in relation to health behaviour, as does the individu buat dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan, seperti halnya interaction between the individual and these external factors. interaksi antara individu dan faktor-faktor eksternal ini. KL Procter KL Procter 30 30

Page 3 Halaman 3 This model suggests that health behaviours can be Model ini menunjukkan bahwa perilaku kesehatan dapat changed by impacting factors other than at the individual diubah oleh selain faktor-faktor yang berdampak pada individu level. tingkat. For example, if crime rates were lower, parents may Misalnya, jika tingkat kejahatan yang rendah, orang tua mungkin allow children to play outside more frequently, increasing biarkan anak-anak untuk bermain di luar lebih sering, meningkatkan child physical activity levels and reducing the risk of anak tingkat aktivitas fisik dan mengurangi risiko obesity. obesitas. Consequently, interventions to reduce obesity in Akibatnya, intervensi untuk mengurangi obesitas pada children would be more effective if targeted at multiple anak-anak akan lebih efektif jika ditargetkan pada berbagai levels of influence of the determinants of health, rather than tingkat pengaruh faktor-faktor penentu kesehatan, daripada solely focusing on the child. hanya berfokus pada anak. It is also important to note that the interaction between Juga penting untuk dicatat bahwa interaksi antara these categories means that different individuals will be kategori ini berarti bahwa individu-individu yang berbeda akan influenced by different environmental factors, or in different dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang berbeda, atau dalam berbagai ways by the same environmental factors. cara oleh faktor-faktor lingkungan yang sama. For example, an Sebagai contoh, sebuah individual with a high income level may not be influenced individu dengan tingkat pendapatan yang tinggi tidak dapat dipengaruhi by fluctuations in the price of food, yet lower-income oleh fluktuasi harga makanan, namun berpenghasilan rendah individuals may be easily influenced by such fluctuations individu dapat dengan mudah dipengaruhi oleh fluktuasi seperti and consume less of the produce, such as fruit and dan mengkonsumsi lebih sedikit dari yang memproduksi, seperti buah dan vegetables, when it is higher priced. sayuran, ketika harga lebih tinggi. This makes Hal ini membuat interpretation very difficult and also means that the interpretasi sangat sulit dan juga berarti bahwa interaction between multiple obesogenic factors needs to interaksi antara beberapa faktor yang perlu obesogenic be considered rather than just a single obesogenic factor in dianggap bukan hanya satu faktor obesogenic isolation. isolasi. Genetics or the environment? Genetika atau lingkungan? The regulation of energy balance and the aetiology of Pengaturan keseimbangan energi dan etiologi

obesity are enormously complex, with numerous genetic, obesitas adalah sangat kompleks, dengan berbagai genetik, hormonal, neural, metabolic, behavioural, societal and hormon, syaraf, metabolik, perilaku, sosial dan obesogenic influences obesogenic pengaruh 16,17 16,17 . . Many studies show a strong Banyak studi menunjukkan kuat genetic link with obesity. link genetik dengan obesitas. That is, an individual is more Yaitu, seorang individu lebih likely to be obese if he/she has obese relatives. cenderung obesitas jika dia memiliki kerabat gemuk. For example, Misalnya adoptees' BMI were more similar to biological parents' diadopsi 'BMI lebih mirip dengan orang tua biologis' BMI BMI 18 18 and weight gain in twins showed a genetic factor dan berat badan pada anak kembar menunjukkan faktor genetik 19 19 . . However, the environment has to be, at least partially, Namun, lingkungan harus, setidaknya sebagian, responsible for the rapid rise in obesity, as evidenced by the bertanggung jawab atas peningkatan cepat obesitas, seperti yang dibuktikan oleh following: berikut: (1) The fact that the rise in childhood obesity has been so (1) Kenyataan bahwa kenaikan obesitas telah begitu rapid suggests that environmental factors rather than cepat menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan daripada single gene defects are the primary cause (if the cause cacat gen tunggal adalah penyebab utama (jika penyebabnya were genetic then the increasing prevalence would take itu genetik maka prevalensi yang meningkat akan longer, as it takes time for gene defects to pass between lagi, karena butuh waktu untuk gen cacat untuk lewat antara generations). generasi). (2) Migrant studies suggest a strong influence of (2) Migrant studi menunjukkan pengaruh yang kuat environmental factors on obesity rates, as migrants faktor lingkungan pada tingkat obesitas, sebagai migran have higher BMI than their counterparts still living in memiliki BMI lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka masih tinggal di the country of origin negara asal 20,21 20,21 . . Also immigrants' offspring Juga imigran 'keturunan have higher rates of obesity than their parents memiliki tingkat obesitas yang lebih tinggi daripada orang tua mereka 21 21 and dan second-generation children have higher obesity rates generasi kedua anak-anak memiliki tingkat obesitas yang lebih tinggi than first-generation children dari generasi pertama anak-anak 22 22

. . (3) As developing countries switch to more Western (3) Sebagai negara-negara berkembang lebih beralih ke Barat diets diet 23 23 and reduced physical activity levels dan mengurangi tingkat aktivitas fisik 24 24 , the , Yang prevalence of obesity in children is rising prevalensi obesitas pada anak-anak naik 25,26 25,26 . . Developing countries also show over- and underweight Negara-negara berkembang juga menunjukkan berlebihan dan berat badan children in the same family anak dalam keluarga yang sama 27 27 . . Both of these instances Kedua contoh imply that it is not genetic factors but environmental menyiratkan bahwa bukan faktor genetik tetapi lingkungan factors that are influencing levels of obesity. faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat obesitas. The difficult question of how much of the variation in Pertanyaan yang sulit tentang berapa banyak variasi obesity is explained by each of genes and the environment obesitas dijelaskan oleh masing-masing gen dan lingkungan has been addressed by Allison et al. telah ditangani oleh Allison et al. 28 28 . . This review suggests Tinjauan ini menunjukkan that about 10 % of the population may become overweight bahwa sekitar 10% dari populasi dapat menjadi kelebihan berat badan even in a leptogenic environment and another 10 % would leptogenic bahkan dalam lingkungan dan 10% akan remain slim even in an obesogenic environment. tetap langsing bahkan dalam lingkungan obesogenic. These Ini individuals have strong genetic predispositions to be obese individu memiliki kecenderungan genetik yang kuat untuk menjadi gemuk or slim. atau langsing. The remaining 80 % of us possess 'thrifty' genes, Sisanya 80% dari kita memiliki 'hemat' gen, which evolved to help us deal with periods of famine and yang berevolusi untuk membantu kami menghadapi masa-masa kelaparan dan feast and which have not adapted to the modern obesogenic pesta dan yang belum disesuaikan dengan obesogenic modern world, where energy-dense foods are readily available and dunia, di mana makanan padat energi sudah tersedia dan energy expenditure can be minimal. pengeluaran energi dapat menjadi minimal. So, for the majority of Jadi, untuk sebagian besar us, although we possess the genes to become obese (genetics kita, walaupun kita memiliki gen untuk menjadi gemuk (genetika is the loaded gun), it is the obesogenic environment that is adalah pistol), adalah lingkungan yang obesogenic the primary factor causing obesity (the environment pulls faktor utama yang menyebabkan obesitas (lingkungan menarik the trigger). pelatuk). Aetiology of primary childhood obesity Etiologi obesitas primer

So what, exactly, is causing the increasing prevalence in Jadi apa, tepatnya, yang menyebabkan peningkatan prevalensi di obesity that we are seeing? obesitas bahwa kita melihat? The answers to the questions Jawaban pertanyaan regarding the causes of the increased prevalence of mengenai penyebab peningkatan prevalensi childhood obesity remain subject to debate, with different obesitas tetap tunduk pada perdebatan, dengan berbagai authors holding different opinions and studies producing penulis memegang pendapat yang berbeda dan studi menghasilkan conflicting results. hasil yang bertentangan. It may be that there is not a simple or Mungkin tidak ada sederhana atau exact answer, particularly as obesity is a condition that jawaban yang pasti, terutama sebagai obesitas adalah suatu kondisi yang develops slowly (so the time lag could mask the causes) plus mengembangkan perlahan-lahan (ketinggalan waktu sehingga bisa menutupi penyebab) ditambah its cause is likely to be multi-factorial with many penyebabnya mungkin akan multi-faktorial dengan banyak confounding factors. faktor perancu. Nevertheless, the debate around the Namun demikian, perdebatan di sekitar reasons for the increasing prevalence of childhood obesity alasan untuk peningkatan prevalensi obesitas includes the following possible explanations: the present termasuk kemungkinan berikut: sekarang review will look at how physical activity or inactivity affects review akan melihat bagaimana kegiatan atau aktivitas fisik mempengaruhi obesity, dietary risk factors for obesity and then at various obesitas, faktor risiko diet untuk obesitas dan kemudian di berbagai obesogenic environments. obesogenic lingkungan. Aetiology of primary childhood obesity: physical Etiologi obesitas primer: fisik (in)activity levels (dalam) tingkat aktivitas There is some evidence, particularly in the USA and the UK, Ada beberapa bukti, terutama di Amerika Serikat dan Inggris, of a reduction in habitual energy expenditure in children: dari pengurangan kebiasaan pengeluaran energi pada anak-anak: reduced walking and cycling, and increased use of cars dikurangi berjalan dan bersepeda, dan peningkatan penggunaan mobil 29 29 ; ; increased use of automated transport and technology in the peningkatan penggunaan transportasi dan teknologi otomatis dalam home with more passive leisure pursuits rumah dengan waktu luang lebih pasif pengejaran 30 30 . . A systematic review of studies looking at the relationship Sebuah studi review sistematis melihat hubungan between physical activity in children and obesity found antara aktivitas fisik pada anak-anak dan obesitas ditemukan roughly half had found no effect and the balance had a kira-kira setengah tidak menemukan efek dan keseimbangan memiliki negative effect (ie increased physical activity levels were efek negatif (yaitu peningkatan tingkat aktivitas fisik yang protective) pelindung) 31 31

. . A stronger link has been found between Sebuah link kuat telah ditemukan antara lifestyles characterised by lack of physical activity and gaya hidup yang ditandai oleh kurangnya aktivitas fisik dan excessive inactivity (particularly television viewing) with an berlebihan tidak aktif (khususnya televisi viewing) dengan increased risk of obesity peningkatan risiko obesitas 32 32 . . It should be noted that physical Perlu dicatat bahwa fisik activity can be measured in a number of ways. Aktivitas dapat diukur dalam sejumlah cara. Either energy Entah energi output can be directly measured using calorimetric methods output dapat langsung diukur dengan menggunakan metode calorimetric or indicators of energy expenditure (such as the incidence or atau indikator pengeluaran energi (seperti kejadian atau prevalence of specific physical activities) can be used. prevalensi aktivitas fisik tertentu) dapat digunakan. Alternatively, physical inactivity can be measured as an Atau, aktivitas fisik yang dapat diukur sebagai indicator of low energy expenditure. indikator pengeluaran energi rendah. Television viewing Menonton televisi and/or media time (for example, surfing the web, playing dan / atau media waktu (misalnya, surfing web, bermain video games, etc) are often used as a proxy for all sedentary video game, dll) sering digunakan sebagai proxy untuk semua menetap leisure activities and so for physical inactivity. kegiatan di waktu luang dan aktivitas fisik. Accordingly many cross-sectional and prospective Oleh karena itu banyak cross-sectional dan calon studies have looked at the association between television kajian telah meneliti hubungan antara televisi viewing and childhood obesity. melihat dan obesitas. Some only found a weak Beberapa hanya menemukan yang lemah association asosiasi 33,34 33,34 , but most found a positive association (after , Tetapi kebanyakan menemukan asosiasi positif (setelah adjusting for potential confounders, such as maternal menyesuaikan pembaur potensial, seperti ibu Aetiology of childhood obesity Etiologi obesitas masa kanak-kanak 31 31

Page 4 Halaman 4 overweight, previous overweight, family structure, ethni- kelebihan berat badan, kelebihan berat badan sebelumnya, struktur keluarga, ethni - city, socio-economic status (SES) and maternal and child kota, status sosial-ekonomi (SES) dan ibu dan anak aptitude test scores) in children all over the world – USA skor tes kecerdasan) pada anak-anak di seluruh dunia - Amerika 35 35 , , Mexico Meksiko 36 36 , native Canadian groups , Asli kelompok Kanada 37 37 , Australia Australia

38 38 and the dan UK Inggris 39 39 . . A prospective study by Gortmaker et al. Sebuah studi prospektif oleh Gortmaker et al. 40 40 showed a menunjukkan strong positive dose–response relationship between time kuat dosis-respons positif hubungan antara waktu watching television and prevalence of overweight (as menonton televisi dan prevalensi kelebihan berat badan (sebagai measured at the end of the 4-year study). diukur pada akhir tahun 4-studi). This relationship Hubungan was found after adjusting for potential confounders, ditemukan setelah disesuaikan dengan potensi pembaur, including baseline maternal overweight, previous over- termasuk baseline ibu kelebihan berat badan, sebelumnya di - weight, family structure, ethnicity, SES and maternal and berat, struktur keluarga, etnisitas, SES dan ibu dan child aptitude test scores. skor tes bakat anak. The effect of television viewing on obesity may be Efek dari menonton televisi pada obesitas dapat mediated through one or more of the following factors: (1) a dimediasi melalui satu atau lebih dari faktor-faktor berikut: (1) reduction in physical activity levels pengurangan tingkat aktivitas fisik 38 38 , (2) an increase in , (2) kenaikan energy intake whilst viewing (particularly snacking on sementara asupan energi melihat (terutama ngemil di energy-dense foods and poor portion control) makanan padat energi dan miskin kontrol porsi) 38,41 38,41 , (3) a , (3) reduction in RMR pengurangan RMR 32,42,43 32,42,43 , (4) inappropriate food choices due , (4) tidak tepat karena pilihan makanan to television advertising for foods high in added sugars or untuk iklan televisi untuk makanan tinggi di tambah gula atau fat gemuk 44,45 44,45 , and (5) television programmes or advertisements , Dan (5) program-program televisi atau iklan may confuse or contradict the message about a healthy mungkin membingungkan atau bertentangan dengan pesan tentang sehat lifestyle hidup 46 46 . . Aetiology of primary childhood obesity: diet Etiologi obesitas primer: diet Increased energy intake Peningkatan asupan energi It would seem logical that the rise in obesity prevalence Tampaknya logis bahwa peningkatan prevalensi obesitas might be partly due to increases in energy intake, but mungkin sebagian karena kenaikan asupan energi, tetapi paradoxically, in the USA at least, while the prevalence of paradoks, di Amerika Serikat setidaknya,

sedangkan prevalensi obesity in adolescents has doubled obesitas pada remaja telah berlipat 6 6 , energy intakes (in , Konsumsi energi (dalam adolescents) have apparently decreased remaja) rupanya menurun 47 47 . . There are, Ada, however, concerns about the accuracy of measures relying Namun, keprihatinan mengenai akurasi pengukuran mengandalkan on reported food intake. di melaporkan asupan makanan. Food disappearance data suggest Makanan hilangnya data yang menunjukkan that energy intakes have actually increased while reported konsumsi energi yang sebenarnya telah meningkat sementara dilaporkan food intakes show a decrease makanan yang dikonsumsi menunjukkan penurunan 48 48 . . (Food disappearance is (Makanan hilangnya adalah equivalent to food available for consumption. setara dengan makanan yang tersedia untuk konsumsi. It is calculated Hal ini dihitung by adding total food production (plus imports, minus dengan menambahkan total produksi makanan (ditambah impor, minus exports) and net losses from processing at the mill level and ekspor) dan kerugian bersih dari pabrik pengolahan di tingkat food fed to animals. makanan diberikan kepada hewan. Food disappearance data are a Makanan hilangnya data adalah reasonable approximation in all countries of the trends in pendekatan yang wajar di semua negara dari tren food consumption at the national level. konsumsi pangan pada tingkat nasional. However, the data do Namun, data tidak not reflect actual consumption because additional losses in sebenarnya tidak mencerminkan konsumsi karena kerugian tambahan the food chain linking the producers and mills to the rantai makanan yang menghubungkan produsen dan pabrik ke consumers are not considered.) Also energy balance is the konsumen tidak dianggap.) Juga keseimbangan energi adalah important factor, so the rise in obesity may be due to energy faktor penting, sehingga kenaikan obesitas mungkin disebabkan oleh energi expenditure decreasing by more than the fall in energy pengeluaran menurun oleh lebih dari penurunan energi intake. asupan. Eating patterns Pola makan Changes in dietary patterns and eating habits are likely to be Perubahan dalam pola makanan dan kebiasaan makan cenderung factors related to the increased prevalence of childhood faktor yang berkaitan dengan peningkatan prevalensi masa kanak-kanak obesity. obesitas. Snacking is gaining prominence as a potential risk factor Ngemil adalah mendapatkan ketenaran sebagai faktor risiko potensial for obesity obesitas 49 – 52 49-52 , as is skipping meals. , Seperti skipping makan. Whilst babies and Sementara bayi dan young children characteristically eat frequently, as children khas anak-anak muda makan sering, seperti anak-anak

get older frequent eating is traditionally (in Western society) bertambahnya usia sering makan secara tradisional (dalam masyarakat Barat) replaced by 'three square meals a day'. digantikan oleh 'tiga kali makan sehari'. However, eating Namun, makan occasions are increasingly becoming less well defined and a kesempatan yang semakin menjadi kurang baik didefinisikan dan 'grazing' or snacking culture is permeating our society with 'merumput' atau ngemil menyerap budaya masyarakat kita dengan 'meals' at more frequent or irregular intervals 'makan' di lebih sering atau tidak teratur 53 53 and meals dan makan being skipped. yang dilewatkan. The impact of snacking may be attributed to the types and Dampak ngemil mungkin dimasukkan ke jenis dan amounts of foods eaten as well as the frequency of eating. jumlah makanan yang dimakan serta frekuensi makan. Snacking is often associated with more energy-dense foods Ngemil sering dikaitkan dengan energi lebih banyak makanan padat (and drink) or more total food ingested, particularly outside (dan minuman) atau lebih total makanan dicerna, khususnya di luar the home where the types of foods commonly consumed as rumah di mana jenis makanan yang biasa dikonsumsi sebagai snacks are often high in fat or high in carbohydrates makanan ringan sering tinggi lemak atau tinggi karbohidrat 51 51 . . It has Telah been shown that body weight is not affected by the telah menunjukkan bahwa berat badan tidak terpengaruh oleh frequency of eating – in a laboratory under isoenergetic frekuensi makan - di sebuah laboratorium di bawah isoenergetic conditions. kondisi. However, real life is not isoenergetic. Namun, kehidupan nyata tidak isoenergetic. Marmo- Marmo - nier et al. nier et al. 54 54 demonstrated that snacks delay the next meal menunjukkan bahwa menunda snack makanan berikutnya slightly but that the 'snacking individual' consumes more sedikit tapi bahwa 'ngemil individu' mengkonsumsi lebih banyak total energy over the course of the day. energi total selama hari. This suggests that Hal ini menunjukkan bahwa snacking contributes to positive energy balance, over the ngemil memberikan kontribusi pada keseimbangan energi positif, di short term at least. setidaknya jangka pendek. Longer-duration studies, which may be Lama-lama studi, yang mungkin more predictive of long-term behaviour, show inconsistent lebih prediksi jangka panjang perilaku, menunjukkan tidak konsisten results. hasil. Johnstone et al. Johnstone et al. 55 55 showed no difference in energy menunjukkan tidak ada perbedaan dalam energi intake between snackers and non-snackers over 7 d, whereas asupan antara snackers dan non-snackers lebih dari 7 d, sedangkan Blair Blair

56 56 showed higher weight loss in subjects who stopped menunjukkan penurunan berat badan yang lebih tinggi di mata pelajaran yang berhenti snacking. ngemil. A study of children in Japan showed that snacking Sebuah studi terhadap anak-anak di Jepang menunjukkan bahwa ngemil was correlated with an increased risk of obesity berkorelasi dengan peningkatan risiko obesitas 49 49 , but a , Tetapi longitudinal study by Phillips et al. studi longitudinal oleh Phillips et al. 41 41 found no relationship tidak menemukan hubungan between obesity and the consumption of energy-dense antara obesitas dan konsumsi energi padat snacks. snack. However, snacking can be difficult to measure as it is Namun, ngemil bisa sulit untuk mengukur seperti yang often self-reported, which can be highly inaccurate. sering dilaporkan sendiri, yang bisa sangat tidak akurat. For Untuk example, Barkeling et al. Misalnya, Barkeling et al. 57 57 validated self-reported food divalidasi makanan yang dilaporkan sendiri intake with saliva tests, which showed significant differ- asupan dengan tes air liur, yang menunjukkan signifikan berbeda - ences in levels of sugary foods consumed between the obese ences kadar gula dalam makanan yang dikonsumsi antara obesitas and non-obese groups, yet the food diaries showed no dan non-kelompok gemuk, namun tidak memperlihatkan buku harian makanan significant differences. perbedaan yang signifikan. Children who skip breakfast may have a higher risk of Anak-anak yang melewatkan sarapan mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi subsequent obesity obesitas berikutnya 58,59 58,59 . . The mechanism is unclear, but it Mekanisme tidak jelas, tetapi may be due to breakfast consumption being a marker of mungkin disebabkan oleh konsumsi sarapan menjadi penanda general good healthy behaviour or being related to umum perilaku sehat yang baik atau yang berhubungan decreased fat intake and decreased snacking during the menurun asupan lemak dan menurunkan ngemil selama day. hari. Alternatively, it may be due to an uneven distribution of Atau, hal itu mungkin karena distribusi yang tidak merata energy intake over the course of the day, for example, those asupan energi selama hari, misalnya, mereka who do not consume breakfast tend to eat a large amount of yang tidak mengkonsumsi sarapan cenderung makan dalam jumlah besar food in the evening, and this imbalance could lead to a makanan di malam hari, dan ketidakseimbangan ini bisa menyebabkan higher risk of obesity risiko tinggi obesitas 60 60 . . Also meal times as a family are becoming increasingly Juga waktu makan sebagai sebuah keluarga menjadi semakin uncommon. jarang. This has the effect of fewer social controls on Hal ini memiliki efek yang lebih

sedikit kontrol sosial eating and opportunities to observe good role models, which makan dan kesempatan untuk mengamati model-model peran yang baik, yang can lead to unhealthy eating habits. dapat menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat. Portion sizes of foods and meals are also gaining Ukuran porsi makanan dan makan juga mendapatkan prominence as a potential risk factor for obesity terkenal sebagai faktor risiko potensial untuk obesitas 61 61 . . Research Penelitian has shown that very young children have innate control of telah menunjukkan bahwa anak-anak yang masih sangat muda bawaan pengendalian appetite and energy balance is achieved, but as children age nafsu makan dan keseimbangan energi tercapai, tetapi sebagai anak-anak usia social and environmental factors take precedence over this sosial dan faktor-faktor lingkungan lebih diutamakan daripada ini biological mechanism mekanisme biologis 62,63 62,63 . . In light of this and of the Dalam terang ini dan dari increases in standard portion sizes seen both inside and peningkatan standar ukuran porsi dilihat baik di dalam dan outside the home in recent years di luar rumah dalam beberapa tahun terakhir 64 64 , more research is needed , Lebih banyak penelitian diperlukan to look at the impact of portion size over a long duration untuk melihat dampak dari ukuran porsi durasi yang panjang (rather than just one meal) and also the factors that influence (bukan hanya satu kali makan) dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi this and cause the overriding of our natural biological ini dan menyebabkan kita meng-override biologis alami appetite-control mechanism. mekanisme pengendalian nafsu makan. Psychological factors also play a key role in the Faktor psikologis juga memainkan peran kunci dalam development of childhood obesity. perkembangan obesitas. Increased depression Peningkatan depresi KL Procter KL Procter 32 32

Page 5 Halaman 5 and boredom in this age group can lead to comfort eating dan kebosanan dalam kelompok usia ini dapat mengakibatkan kenyamanan makan and binge eating, which are associated with an increased dan pesta makan, yang dikaitkan dengan peningkatan risk of obesity. risiko obesitas. Diet composition Komposisi diet Dietary composition may be an important risk factor for Komposisi makanan mungkin merupakan faktor risiko penting untuk obesity. obesitas. The amount of fat and type of fat may be important, Jumlah lemak dan jenis lemak mungkin penting, in part due to the energy provision of fat. sebagian karena penyediaan energi lemak. Cross-sectional Penampang surveys of diet indicate that on average children's intake of diet survei menunjukkan bahwa rata-rata

asupan anak-anak fat is close to recommended levels, but that there are big lemak yang dekat dengan tingkat disarankan, tetapi bahwa ada besar between-children variations in intake levels antara-anak variasi di tingkat asupan 65 65 and they also dan mereka juga show that higher fat intakes (as a percentage of energy menunjukkan bahwa konsumsi lemak tinggi (sebagai persentase energi intake) are associated with higher weight asupan) yang berhubungan dengan berat badan lebih tinggi 66 – 68 66-68 . . Energy Energi density may also be important. kepadatan mungkin juga penting. A UK-based cross-sectional UK-based cross-sectional survey showed high-energy-dense diets in young children survei menunjukkan energi tinggi-padat diet pada anak kecil tend to be higher in fat and lower in sugar content than cenderung lebih tinggi di lemak dan kadar gula lebih rendah daripada lower-energy-dense diets rendah-energi-makanan padat 69 69 , although other longitudinal Meskipun longitudinal lain studies have less clear results penelitian hasil yang kurang jelas 34,70,71 34,70,71 . . 'Healthy' food intake 'Sehat' asupan makanan and fruit and vegetable intake are negatively associated with dan buah-buahan dan sayuran yang negatif terkait dengan obesity obesitas 10 10 , although potential confounding issues, such as , Walaupun masalah perancu potensial, seperti deprivation, should be considered. kekurangan, harus dipertimbangkan. Refined carbohydrate Karbohidrat olahan foods, and particularly those with a high glycaemic index makanan, dan khususnya mereka yang tinggi glycaemic indeks such as sugar-sweetened soft drinks, biscuits and cakes, may seperti gula-pemanis minuman ringan, biskuit dan kue, dapat be associated with obesity. dikaitkan dengan obesitas. High-glycaemic-index foods Tinggi-glycaemic-indeks makanan increase postprandial blood glucose concentration and so meningkatkan konsentrasi glukosa darah setelah makan siang dan play a part in appetite regulation. memainkan peran dalam regulasi selera makan. Consumption of unhealthy foods Konsumsi makanan tidak sehat Another dietary risk factor for obesity, unsurprisingly, is a Makanan lain faktor risiko obesitas, tidak mengejutkan, adalah sebuah high consumption of unhealthy foods, and in particular konsumsi tinggi dari makanan tidak sehat, dan khususnya 'fast' foods and soft drinks. 'cepat' makanan dan minuman ringan. The popularity of fast foods has increased over recent Popularitas makanan cepat telah meningkat selama beberapa years and consumption by children has risen 300 % over the tahun dan konsumsi oleh anak-anak telah meningkat 300% di atas last 20 years 20 tahun terakhir 72 72

. . It has been shown that when children eat fast Telah menunjukkan bahwa ketika anak-anak makan cepat food, then that day their energy and fat intake is likely to be makanan, maka hari itu mereka asupan energi dan lemak cenderung higher, and fruit and vegetable intake lower, than normal lebih tinggi, dan buah-buahan dan sayuran lebih rendah, dari biasanya 73 73 . . Also, children who eat fast food frequently consume more Juga, anak-anak yang sering makan fast food mengkonsumsi lebih banyak total energy, more energy per g food, more total fat, more energi total, lebih banyak energi per gram makanan, lebih total lemak, lebih banyak total carbohydrate, more added sugars, and less fibre, less total karbohidrat, lebih ditambahkan gula, dan kurang serat, kurang milk, fewer fruits and vegetables than children who eat fast susu, buah-buahan dan sayuran lebih sedikit daripada anak-anak yang makan cepat-cepat food infrequently makanan jarang 73,74 73,74 . . Accordingly it is not the consump- Oleh karena itu bukan konsumsi tion of fast food, per se, that leads to obesity (as both lean tion dari makanan cepat saji, per se, yang mengarah kepada obesitas (karena keduanya bersandar and obese children consume fast food), but the fact that dan obesitas anak-anak mengkonsumsi makanan cepat saji), tapi fakta bahwa overweight consumers of fast food are less likely to adjust kelebihan berat badan konsumen dari makanan cepat saji kurang kemungkinan untuk menyesuaikan their daily energy intake to take account of an energy-dense asupan energi sehari-hari mereka memperhitungkan energi padat fast-food meal than their lean counterparts makan makanan cepat daripada rekan-rekan mereka yang ramping 75,76 75,76 . . There has also been a massive increase in the amount of Ada juga peningkatan besar dalam jumlah soft drinks consumed. minuman ringan dikonsumsi. Soft drink intake now accounts for the Asupan minuman ringan sekarang account untuk largest single source of non-milk extrinsic sugar intake in sumber tunggal terbesar non-susu ekstrinsik asupan gula dalam young individuals individu muda 65 65 . . These fluids tend to replace milk and Cairan ini cenderung untuk mengganti susu dan Ca intake for adolescents, which is a concern, not least Ca asupan bagi para remaja, yang merupakan perhatian, tidak sedikit because there is an inverse relationship between Ca intake karena ada hubungan terbalik antara asupan Ca and adiposity dan adiposity 74 74 . . Sugar-sweetened soft drinks can lead to Gula-pemanis minuman ringan dapat mengakibatkan increased energy intake, as their energy value is often not peningkatan asupan energi, sebagai nilai energi mereka sering tidak differentiated from the energy of solid food. dibedakan dari energi dari makanan padat. In a study Dalam studi where children were given either a sugar-sweetened or mana anak-anak baik diberi pemanis gula atau

aspartame-sweetened soft drink with a standardised meal, aspartam pemanis minuman ringan dengan standar makan, both groups consumed similar amount of foods, resulting in kedua kelompok mengkonsumsi jumlah makanan yang serupa, yang mengakibatkan the sugar-sweetened group consuming more energy in gula-kelompok manis mengkonsumsi lebih banyak energi dalam total total 77 77 . . Furthermore, a prospective study by Ludwig et al. Lebih jauh lagi, penelitian prospektif oleh Ludwig et al. 78 78 has shown that the consumption of soft drinks is positively telah menunjukkan bahwa konsumsi minuman ringan positif associated with obesity in children (over 19 months) berhubungan dengan obesitas pada anak-anak (lebih dari 19 bulan) 78 78 . . Although this observational study cannot prove causality, Meskipun penelitian pengamatan ini tidak dapat membuktikan kausalitas, the regression models did take other dietary and lifestyle model regresi tidak mengambil makanan dan gaya hidup lainnya differences into account to minimise the impact of perbedaan diperhitungkan untuk meminimalkan dampak confounding on the results, but obviously other unaddressed membingungkan pada hasil, tapi jelas lain unaddressed factors could be at work. faktor bisa berada di tempat kerja. Furthermore, a longitudinal study Lebih jauh lagi, sebuah studi longitudinal over 10 years lebih dari 10 tahun 41 41 also found an association between soda juga menemukan hubungan antara soda consumption and BMI konsumsi dan BMI 41 41 . . A recent cross-sectional analysis Sebuah analisis penampang 79 79 appears to contradict these findings, with no association tampaknya bertentangan dengan temuan ini, tanpa asosiasi found between total amount of beverage consumed and ditemukan antara total jumlah minuman yang dikonsumsi dan weight status of the child, and whilst higher beverage status berat badan anak, dan sementara minuman yang lebih tinggi consumption was associated with total energy intake konsumsi dikaitkan dengan asupan energi (positively) it was not related to BMI. (positif) hal itu tidak berhubungan dengan BMI. However, this study Namun, studi ini considered very young children (2–5 years), which may be dianggap sangat anak-anak (2-5 tahun), yang dapat too young to see the long-term impact of higher energy terlalu muda untuk melihat dampak jangka panjang dari energi yang lebih tinggi intake due to beverages, plus it is limited by its snap-shot asupan karena minuman, ditambah lagi dibatasi oleh snap-shot cross-sectional nature. cross-sectional alam. Aetiology of primary childhood obesity: obesogenic Etiologi obesitas primer: obesogenic environments lingkungan

An obesogenic environment considers the combination of Sebuah lingkungan obesogenic mempertimbangkan kombinasi factors that influence health behaviour and is one that makes faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan merupakan salah satu yang membuat obesity more likely to occur. obesitas lebih mungkin terjadi. It is defined as 'the sum of Didefinisikan sebagai "jumlah dari influences that the surroundings, opportunities or conditions bahwa pengaruh lingkungan, kesempatan atau kondisi of life have on promoting obesity in individuals or kehidupan telah mempromosikan obesitas pada individu atau populations' populasi ' 15 15 . . Six different obesogenic environments are Enam obesogenic lingkungan yang berbeda now considered. sekarang dianggap. The fetal environment Lingkungan janin Birth weight is positively associated with childhood obesity, Berat lahir secara positif terkait dengan obesitas, with an increased risk of obesity for both the heaviest and dengan peningkatan risiko obesitas untuk kedua yang paling berat dan lightest babies teringan bayi 31,80–82 31,80-82 , independent of SES , Independen dari SES 83,84 83,84 and dan gestational age usia kehamilan 85 85 , but may be confounded by maternal , Tetapi mungkin bingung oleh ibu weight bobot 86 86 . . However, other studies suggest that subsequent Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa berikutnya obesity may actually be independent of fetal growth (birth obesitas sebenarnya bisa independen dari pertumbuhan janin (kelahiran weight), instead suggesting that unfavourable conditions in berat), bukan menunjukkan bahwa kondisi tidak menguntungkan the fetal environment are fundamental to the increased risk lingkungan janin fundamental bagi peningkatan risiko of subsequent obesity. selanjutnya obesitas. Maternal diabetes during pregnancy results in offspring Ibu diabetes selama kehamilan menghasilkan keturunan with an increased risk of developing childhood obesity dengan peningkatan risiko obesitas 87 87 . . These infants are likely to be born overweight, revert to Bayi ini cenderung lahir kelebihan berat badan, kembali ke normal weight by 12 months, then become overweight or berat badan normal 12 bulan, kemudian menjadi kelebihan berat badan atau obese as older children gemuk sebagai anak yang lebih tua 87,88 87,88 . . This higher risk of subsequent Risiko yang lebih tinggi ini selanjutnya obesity is independent of birth weight and maternal weight, obesitas tidak tergantung dari berat lahir dan berat badan ibu,

suggesting that the effect is due to the unfavourable fetal menyarankan bahwa efek ini disebabkan oleh janin tidak menguntungkan environment. lingkungan. Maternal smoking during pregnancy is also associated Ibu merokok selama kehamilan juga berhubungan with an increased risk of childhood obesity dengan peningkatan risiko obesitas 89 89 . . There is a Ada dose-dependent relationship between the number of dosis tergantung pada hubungan antara jumlah cigarettes smoked during pregnancy and the extent of rokok merokok selama kehamilan dan sejauh mana childhood overweight or obesity, after accounting for anak kelebihan berat badan atau obesitas, setelah akuntansi untuk potential confounders (social class, maternal weight and potensial pembaur (kelas sosial, ibu berat dan birth weight) berat lahir) 90 90 , which may be due to programming of , Yang mungkin disebabkan pemrograman appetite regulation selera peraturan 91,92 91,92 . . There was no association with Tidak ada asosiasi dengan smoking after pregnancy, suggesting that it is the intra- merokok setelah kehamilan, menunjukkan bahwa itu adalah intra - uterine exposure that was fundamental to the increased risk rahim eksposur yang fundamental bagi peningkatan risiko of obesity. obesitas. Aetiology of childhood obesity Etiologi obesitas masa kanak-kanak 33 33

Page 6 Halaman 6 Maternal fatness may promote childhood obesity Ibu kegemukan dapat mempromosikan obesitas 81,86 81,86 . . Furthermore, studies of famine during pregnancy Selanjutnya, studi tentang kelaparan selama kehamilan 93,94 93,94 again lagi suggest that it is the adverse fetal environment rather than menyarankan bahwa itu adalah janin yang merugikan lingkungan daripada any effect on fetal growth that may be responsible for this berpengaruh pada pertumbuhan janin yang mungkin bertanggung jawab untuk ini relationship with obesity. hubungan dengan obesitas. The infant environment Lingkungan bayi There is strong evidence that the environment in early life Ada bukti kuat bahwa lingkungan hidup awal can determine the risk of subsequent obesity. dapat menentukan risiko obesitas berikutnya. Contrary to the Bertentangan dengan previous section, Kinra et al. bagian sebelumnya, Kinra et al. 95 95 suggest that the critical menunjukkan bahwa kritis period when obesity risk is acquired is postnatally, rather periode ketika resiko obesitas diperoleh adalah postnatally, agak

than prenatally. daripada sebelum lahir. Postnatal weight gain (of the infant) is thought to be Pascakelahiran berat badan (dari bayi) dianggap important in determining the risk of subsequent obesity, penting dalam menentukan risiko obesitas berikutnya, although the exact 'high-risk pattern' of weight gain is meskipun persis 'pola berisiko tinggi' dari berat badan adalah controversial. kontroversial. Rapid weight gain during the first 4 months Cepat berat badan selama 4 bulan pertama increases the risk of subsequent obesity meningkatkan risiko obesitas berikutnya 84 84 , as does rapid , Sebagaimana cepat weight gain during the first 12 months berat badan selama 12 bulan pertama 39 39 ; also children in the ; Juga anak-anak di highest age-standardised weight quarter at age 8 and 18 usia-standar tertinggi seperempat berat badan pada usia 8 tahun dan 18 months are at higher risk bulan berada pada risiko yang lebih tinggi 39 39 . . Conversely it is suggested that it Sebaliknya ia menyarankan bahwa is the mixture of fetal and infant growth that is important. adalah campuran dari janin dan pertumbuhan bayi yang sangat penting. That is, there is an increased risk of obesity for low-birth- Artinya, ada peningkatan risiko obesitas kelahiran rendah - weight babies who show catch-up growth or rapid childhood berat badan bayi yang menunjukkan mengejar pertumbuhan atau masa kanak-kanak cepat growth pertumbuhan 39,86,96 39,86,96 . . Further studies suggest it may be the age of adiposity Menyarankan studi lanjut mungkin usia adiposity rebound that is crucial. rebound yang sangat penting. The evidence is strong that the Bukti kuat bahwa earlier this occurs the higher the risk of subsequent obesity sebelumnya hal ini terjadi semakin tinggi risiko obesitas berikutnya in the child di anak 31,39 31,39 . . However, the mechanism for this Namun, mekanisme ini relationship is unclear and it is undecided whether the hubungan yang tidak jelas dan itu masih ragu-ragu apakah association between early adiposity rebound and subsequent hubungan antara awal dan selanjutnya rebound adiposity obesity is caused by a biological mechanism or whether it obesitas disebabkan oleh mekanisme biologis atau apakah simply reflects a child's predisposition to gain weight easily hanya mencerminkan kecenderungan anak untuk mendapatkan berat badan dengan mudah (as a result of existing genetic or environmental circum- (sebagai akibat dari genetik atau lingkungan yang ada circum - stances). sikap). It does not appear to be due to high early protein Tidak tampak karena awal tinggi protein intake asupan 97 97

. . A systematic review by Baird et al. Tinjauan sistematis oleh Baird et al. 98 98 concluded that the menyimpulkan bahwa highest risk of subsequent obesity was for infants both at the risiko tertinggi berikutnya untuk bayi obesitas adalah baik di tingkat highest end of the distribution for weight or BMI and those akhir tertinggi untuk distribusi berat badan atau BMI dan orang who grow rapidly during infancy. yang tumbuh pesat selama masa kanak-kanak. The mechanism for Mekanisme greater fatness earlier in childhood leading to an increased kegemukan lebih besar di awal masa kanak-kanak menyebabkan peningkatan risk of subsequent obesity is unclear. risiko obesitas berikutnya tidak jelas. It could be because Itu mungkin karena early excessive fatness predicts earlier maturation (at least kegemukan berlebihan memprediksi awal pematangan sebelumnya (setidaknya after 3–4 years of age) setelah usia 3-4 tahun) 31 31 and early maturation is associated dan awal pematangan berkaitan with an increased risk of obesity dengan peningkatan risiko obesitas 99 99 . . However, adolescents Namun, remaja who mature later have higher protein and energy intake as yang matang kemudian lebih tinggi asupan protein dan energi sebagai well as higher activity levels, which might be the factors that serta tingkat aktivitas yang lebih tinggi, yang mungkin menjadi faktor-faktor yang prevent the obesity rather than the timing of maturation mencegah obesitas daripada waktu pematangan itself sendiri 100 100 . . There is evidence for and against the protective effects of Ada bukti bagi dan melawan efek perlindungan breast-feeding. menyusui. It has shown a dose-dependent (better Telah menunjukkan dosis-tergantung (lebih baik protection with longer duration of breast-feeding) reduction perlindungan dengan durasi yang lebih lama menyusui) pengurangan in the risk of subsequent childhood obesity dalam risiko obesitas berikutnya 90,101 – 104 90.101 - 104 , , although more recent studies have shown no or limited meskipun lebih banyak studi terbaru menunjukkan tidak ada atau terbatas protective effect efek perlindungan 105,106 105.106 . . Furthermore the designs of the Selain itu, desain dari studies with protective effects have been called into penelitian dengan efek protektif telah dipanggil ke question Pertanyaan 107 107 . . That said, a fairly recent systematic review Yang mengatakan, yang lumayan baru tinjauan sistematis found that breast-feeding had a (small) protective effect menemukan bahwa menyusui memiliki

(kecil) efek perlindungan against subsequent childhood obesity terhadap obesitas berikutnya 108 108 . . The apparent protective effect may be due to confounding Efek perlindungan yang jelas mungkin karena mengacaukan variables such as maternal diabetes, maternal BMI, maternal variabel seperti diabetes ibu, BMI ibu, ibu smoking during pregnancy, low birth weight, familial merokok selama kehamilan, berat lahir rendah, kekeluargaan dietary patterns or social class diet pola atau kelas sosial 90,109 – 111 90.109 - 111 . . Alternatively, the Alternatif, conflicting results may be due to an interaction between Hasil yang bertentangan mungkin disebabkan interaksi antara breast-feeding and potential confounding factors. menyusui dan faktor-faktor perancu potensial. For Untuk example, Reilly et al. Misalnya, Reilly et al. 39 39 found that breast-feeding amongst menemukan bahwa menyusui antara non-smoking (during pregnancy) women was significantly non-merokok (selama kehamilan) perempuan secara signifikan associated with a reduced risk of obesity in the child at age 7 terkait dengan penurunan risiko obesitas pada anak di usia 7 years. tahun. This effect was not evident in women who smoked Efek ini tidak terlihat pada wanita yang merokok during pregnancy. selama kehamilan. Without this stratification there was no Tanpa stratifikasi ini tidak ada significant relationship between breast-feeding and obesity. hubungan yang signifikan antara menyusui dan obesitas. The mechanism for the proposed protective effect of Mekanisme yang diusulkan efek perlindungan dari breast-feeding may be due to the timing of weaning, as solid menyusui mungkin karena waktu menyapih, seperti padat foods increase the energy density of the diet and so could makanan meningkatkan kepadatan energi dari diet dan jadi bisa lead to excess energy intake and consequent weight gain. mengakibatkan kelebihan asupan energi dan akibatnya berat badan. It Ini might also be a factor of the amount of protein in the diet, mungkin juga menjadi faktor dari jumlah protein dalam makanan, with bottle-feeding and early weaning increasing protein dengan botol-makan dan awal penyapihan meningkatkan protein intake (breast milk provides a relatively high amount of asupan (ASI menyediakan jumlah yang relatif tinggi dari energy from fat), which may reduce the age of adiposity energi dari lemak), yang dapat mengurangi usia adiposity rebound and increase the risk of subsequent obesity rebound dan meningkatkan risiko obesitas berikutnya 112 112 . . Feeding style may also be important to the infant's risk of Gaya makan juga mungkin penting untuk bayi risiko

obesity. obesitas. A 'vigorous' feeding style A 'kuat' gaya makan 113 113 , restrictive patterns , Membatasi pola causing upset to the baby menyebabkan marah kepada bayi 114 114 and a lack of control over the dan kurangnya kontrol atas child's intake asupan anak 115 115 have all been associated with subsequent semua telah dikaitkan dengan berikutnya obesity. obesitas. Sleep duration (as an infant) has been shown to have a Durasi tidur (sebagai bayi) telah terbukti memiliki negative independent association with the risk of childhood asosiasi independen negatif dengan risiko masa kanak-kanak obesity obesitas 39,116,117 39.116.117 . . There are several different possible Ada beberapa kemungkinan mechanisms for this effect. mekanisme untuk efek ini. It may be due to growth Ini mungkin disebabkan oleh pertumbuhan hormone secretion being altered by the duration of sleep or sekresi hormon yang diubah oleh durasi tidur atau because sleep reduces the child's exposure to obesogenic karena tidur mengurangi paparan anak obesogenic factors, such as evening food intake or it could be a marker faktor-faktor, seperti asupan makanan malam atau bisa menjadi penanda for another variable, such as levels of physical activity variabel lain, seperti tingkat aktivitas fisik (more active, more sleep required). (lebih aktif, lebih tidur diperlukan). The family environment Lingkungan keluarga It has been shown that family structure, including the family Telah menunjukkan bahwa struktur keluarga, termasuk keluarga size ukuran 58,118 58.118 , birth order of the child , Urutan kelahiran anak 119 119 as well as whether it is a dan juga apakah itu single- or joint-parent family tunggal atau bersama keluarga dengan orangtua 58 58 may have an effect on mungkin memiliki efek pada childhood obesity. obesitas. However, relatively few studies have Namun, relatif sedikit studi telah been undertaken and the results are inconsistent telah dilakukan dan hasilnya tidak konsisten 31,120 31.120 . . Parent–child interactions, the quality of the home Interaksi orangtua-anak, kualitas rumah environment and the level of care provided within a family lingkungan dan tingkat penjagaan yang diberikan dalam keluarga might also be affecting the behaviours related to the risk of mungkin juga akan mempengaruhi perilaku yang berkaitan dengan risiko obesity. obesitas. These factors may have more of an impact on the Faktor-faktor ini mungkin memiliki lebih dari dampak pada risk of obesity than family structure or deprivation. risiko obesitas daripada struktur keluarga atau kekurangan. For Untuk example, children with low cognitive stimulation are at an Misalnya, anak-anak dengan rangsangan

kognitif rendah pada increased risk of subsequent obesity peningkatan risiko obesitas berikutnya 121 121 , as are children who , Sebagaimana anak-anak yang suffer parental neglect tua menderita mengabaikan 122 122 . . Parenting styles and behaviours may influence the food Gaya pengasuhan dan perilaku dapat mempengaruhi makanan and exercise choices of a child. dan olahraga pilihan anak. Each member of the family Setiap anggota keluarga acts as a role model for the child, their behaviour reinforcing bertindak sebagai model peran bagi anak, perilaku mereka menguatkan and supporting the development of diet and activity dan mendukung pengembangan diet dan aktivitas behaviours perilaku 123 123 . . The family members all share the same Semua anggota keluarga yang sama environment, which may encourage overeating or a lingkungan, yang dapat mendorong makan berlebihan atau sedentary lifestyle gaya hidup 31,124 – 126 31.124 - 126 . . Dietary and activity behaviours Diet dan perilaku aktivitas have been shown to 'run' in families telah ditunjukkan untuk 'lari' dalam keluarga 123 123 , primarily due to , Terutama karena shared environmental factors rather than genetics berbagi faktor lingkungan daripada genetika 127 127 , and Dan parental diet and activity patterns can predict the risk of orangtua diet dan pola kegiatan dapat memprediksi risiko obesity obesitas 123 123 . . KL Procter KL Procter 34 34

Page 7 Halaman 7 Parental BMI (particularly maternal) has a strong positive Parental BMI (terutama ibu) memiliki positif yang kuat association with childhood obesity asosiasi dengan obesitas 34,121,128 34.121.128 . . This predictor Ini prediksi is much stronger with young children jauh lebih kuat dengan anak-anak 129 129 , and also if both , Dan juga jika kedua parents are obese orangtua gemuk 124,130 124.130 . . This latter increase is systematic – Terakhir ini peningkatan sistematis -- with two lean parents having the leanest children, two obese dengan dua orang tua ramping memiliki anak-anak yang paling ramping, dua obesitas parents having the fattest children and children of one lean orangtua yang memiliki anak-anak dan

anak-anak paling gemuk satu kurus and one obese parent falling in between dan salah satu orangtua gemuk jatuh di antara 39,131 39.131 . . This Ini relationship is largely due to lifestyle factors, and parents' hubungan terutama disebabkan oleh faktor-faktor gaya hidup, dan orang tua ' diet and activity patterns can be used to identify obesogenic diet dan pola aktivitas dapat digunakan untuk mengidentifikasi obesogenic or non-obesogenic family clusters, with children in an atau non-keluarga obesogenic cluster, dengan anak-anak dalam obesogenic family cluster having a higher risk of obesity obesogenic cluster keluarga memiliki risiko yang lebih tinggi obesitas 123 123 . . It is also worth noting that parents of overweight children Hal ini juga diperhatikan bahwa orang tua dari anak-anak kelebihan berat badan tend not to recognise that their child has a weight cenderung tidak mengakui bahwa anak mereka memiliki berat problem masalah 132 132 . . However, this was a small study with a sample Namun, ini adalah penelitian kecil dengan sampel of only eighty-three parents. hanya delapan puluh tiga orang tua. Plus, the recognition scale, Plus, skala pengakuan, used to determine the parents' perception of how overweight digunakan untuk menentukan orangtua persepsi tentang bagaimana kelebihan berat badan (or otherwise) their child was, tends to produce a normal (atau sebaliknya) anak mereka, cenderung untuk menghasilkan normal distribution, whereas the actual BMI percentiles of the distribusi, sedangkan sebenarnya dari persentil BMI children in this sample do not appear to be normally anak-anak dalam sampel ini tidak muncul secara normal distributed. didistribusikan. Accordingly we might expect to see greater Dengan demikian kita bisa berharap untuk melihat lebih besar differential between the perceived and actual child weights perbedaan antara yang dirasakan dan anak sebenarnya bobot at the heavier end of the scale in this study. pada akhir yang lebih berat skala dalam penelitian ini. Nevertheless a Namun suatu subsequent, larger, longitudinal study berikutnya, lebih besar, studi longitudinal 133 133 using a five-point menggunakan lima-titik scale questionnaire to determine parental perception of skala kuesioner untuk menentukan persepsi orang tua overweight also found that most of the overweight children kelebihan berat badan juga menemukan bahwa sebagian besar anak-anak kelebihan berat badan (and one-third of obese girls and a half of obese boys) were (dan satu-sepertiga dari obesitas perempuan dan seorang anak laki-laki setengah dari obesitas) adalah judged by their parents to be of normal weight. dinilai oleh orangtua mereka untuk menjadi berat badan normal. These Ini authors suggest that possible reasons for parental low penulis berpendapat bahwa kemungkinan alasan untuk orangtua rendah recognition of a child's weight problem may be due to pengakuan anak masalah berat badan mungkin disebabkan

simple denial, an unwillingness to admit that there is a penyangkalan sederhana, keengganan untuk mengakui bahwa ada problem or even desensitisation to overweight because this masalah atau bahkan desensitisasi untuk kelebihan berat badan karena ini state has become normal. negara telah menjadi normal. Ethnicity could also be important. Etnisitas juga dapat penting. In the West, non-white Di Barat, non-putih children are more likely to be obese than white children; anak-anak lebih cenderung menjadi gemuk daripada anak-anak kulit putih; however, this is largely to do with socio-economic Namun, hal ini terutama berkaitan dengan sosio-ekonomi differences, such as parental education and family perbedaan-perbedaan, seperti pendidikan orang tua dan keluarga income pendapatan 121,134 – 137 121.134 - 137 . . However, the fact that obesity-related Namun, fakta bahwa obesitas terkait diseases (such as type 2 diabetes or high blood pressure) are penyakit (seperti tipe 2 diabetes atau tekanan darah tinggi) adalah more common in individuals from the Indian subcontinent lebih sering terjadi pada individu-individu dari anak benua India and that the risk of obesity-related complications com- dan bahwa risiko komplikasi yang berhubungan dengan obesitas com - mences at lower BMI for these populations has implications mences BMI lebih rendah untuk populasi ini mempunyai implikasi for childhood obesity in these populations – and more untuk obesitas dalam populasi ini - dan lebih research is required into this diperlukan dalam penelitian ini 120 120 . . The school environment Lingkungan sekolah The schools' policy to promote healthy eating (and/or Sekolah 'kebijakan untuk mempromosikan makanan sehat (dan / atau national guidelines) may affect obesity levels. panduan nasional) dapat mempengaruhi tingkat obesitas. That is, the Artinya, choice of foods available during the school day and the pilihan makanan tersedia selama hari sekolah dan types of foods permitted for classroom events may have an jenis makanan yang diperbolehkan untuk kegiatan kelas mungkin memiliki impact on obesity rates. dampak pada tingkat obesitas. The availability of vending Ketersediaan penjual machines in schools is associated with an obesogenic mesin di sekolah-sekolah dikaitkan dengan obesogenic environment, although not all the evidence supports this lingkungan, walaupun tidak semua bukti yang mendukung view melihat 138 138 . . Children who attend breakfast clubs consume more Anak-anak yang menghadiri klub sarapan mengkonsumsi lebih banyak fat and saturated fat than children who do not attend lemak dan lemak jenuh daripada anak-anak yang tidak hadir 139 139 . . Children who bring a packed lunch to school consume a less Anak-anak yang membawa makan

siang ke sekolah mengkonsumsi kurang healthy meal than those eating school dinners makanan sehat daripada sekolah makan makan malam 140 140 . . Externally Eksternal available foods (ie local shops and children being allowed tersedia makanan (yaitu toko-toko lokal dan anak-anak yang diperbolehkan off school premises) may also have an impact on food dari sekolah tempat) mungkin juga berdampak pada makanan choices. pilihan. School food policies that reduce availability of high-fat Makanan sekolah kebijakan yang mengurangi ketersediaan lemak tinggi and high-sugar foods are connected with reduced buying of dan makanan yang tinggi gula terhubung dengan pengurangan pembelian these items item ini 141 141 . . However, a recent study by Gould et al. Namun, studi baru-baru ini oleh Gould et al. 142 142 of dari school meals in the UK found that two-thirds of schools did makanan sekolah di Inggris menemukan bahwa dua pertiga dari sekolah tidak not meet the government nutritional guidelines and pemerintah tidak memenuhi pedoman gizi dan deprivation was associated with the worst food provision perampasan dikaitkan dengan penyediaan makanan terburuk and most unhealthy food choices. dan pilihan makanan paling tidak sehat. This suggests that Hal ini menunjukkan bahwa nutritional standards in isolation do not facilitate healthy standar gizi dalam isolasi tidak memfasilitasi sehat eating in schools. makan di sekolah. Enforcement of the guidelines as well as a Penegakan pedoman serta pricing policy to encourage healthier food choice (or restrict kebijakan harga untuk mendorong pilihan makanan sehat (atau membatasi unhealthy choices) is required to improve the nutrient intake pilihan tidak sehat) diperlukan untuk meningkatkan asupan gizi of schoolchildren. -anak sekolah. Also, nutritional and physical education might help to Selain itu, gizi dan pendidikan jasmani mungkin membantu reduce the risk of childhood obesity, by promoting healthy mengurangi risiko obesitas, dengan mempromosikan sehat eating habits and body image as well as providing kebiasaan makan dan citra tubuh serta menyediakan opportunities for regular exercise. kesempatan untuk latihan teratur. A study in primary schools in Leeds used a population- Sebuah studi di sekolah dasar di Leeds menggunakan populasi - based approach to implement a health-promotion pro- pendekatan berbasis untuk melaksanakan promosi kesehatan yang pro - gramme to prevent risk factors for obesity program untuk mencegah faktor risiko obesitas 143 143 . . Positive Positif changes were seen in school meals, tuck shops, and perubahan yang terlihat di sekolah makan, tuck toko-toko, dan playground activities and the implementation of the kegiatan bermain dan pelaksanaan

programme was a success, yet only nominal behavioural program itu sukses, tetapi hanya nominal perilaku changes were seen in the children perubahan yang terlihat pada anak-anak 144 144 . . A national programme Program nasional launched in Singapore to promote healthy lifestyles, 'trim diluncurkan di Singapura untuk mempromosikan gaya hidup sehat, 'trim and fit', used similar methods to the Leeds study, as well as dan kesesuaian ', menggunakan metode yang serupa dengan studi Leeds, serta giving special attention to overweight children memberikan perhatian khusus kepada anak-anak kelebihan berat badan 145 145 . . Con- Penipu versely, in Singapore obesity levels have fallen since the versely, tingkat obesitas di Singapura telah jatuh sejak commencement of the programme, although this may be dimulainya program ini, meskipun ini mungkin due to factors outside of the programme. disebabkan oleh faktor di luar program. Similarly school Sama sekolah interventions have been run to affect children's activities intervensi telah dijalankan untuk mempengaruhi kegiatan anak-anak outside of school. di luar sekolah. For example, Robinson Sebagai contoh, Robinson 146 146 ran an memuat intervention aimed at reduced levels of television viewing intervensi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat menonton televisi which resulted in a positive association between children’s yang dihasilkan dalam asosiasi positif antara anak-anak changes in levels of television viewing and adiposity. perubahan tingkat menonton televisi dan adiposity. However, often children return to baseline after the Namun, seringkali anak-anak kembali ke awal setelah intervention stops. intervensi berhenti. It has been shown that primary schoolchildren are more Telah menunjukkan bahwa anak-anak sekolah dasar yang lebih active at the weekend than on school days, so although aktif pada akhir pekan daripada hari sekolah, sehingga meskipun schools are well placed to help tackle childhood obesity, sekolah baik ditempatkan untuk membantu mengatasi obesitas, school attendance actually limits levels of physical sebenarnya kehadiran sekolah tingkat batas-batas fisik activity Aktivitas 147 147 . . That said, the level of timetabled physical Yang mengatakan, tingkat fisik timetabled activity at primary school does not affect the overall daily Aktivitas di sekolah dasar tidak mempengaruhi keseluruhan sehari amount of activity undertaken by the child, as they jumlah kegiatan yang dilakukan oleh anak, karena mereka compensate out of school kompensasi keluar dari sekolah 148 148 . . Furthermore, although children Selanjutnya, meskipun anak-anak who walk to primary school expend more energy on that yang berjalan kaki ke sekolah dasar

menghabiskan lebih banyak energi pada journey than children who are driven, there is no difference perjalanan dari anak-anak yang digerakkan, tidak ada perbedaan between the two groups in total weekly physical activity antara kedua kelompok total aktivitas fisik mingguan levels. tingkat. Again, children are compensating elsewhere Sekali lagi, anak-anak kompensasi di tempat lain 149 149 . . Low achievers at school are more likely to become obese, Berprestasi di sekolah rendah lebih cenderung menjadi gemuk, although it is not clear whether the poor performance leads meskipun tidak jelas apakah kinerja yang buruk menyebabkan to obesity or vice versa untuk obesitas atau sebaliknya 150 150 . . The neighbourhood environment Lingkungan sekitar There are many different aspects of the neighbourhood that Ada banyak aspek yang berbeda dari tetangga yang may have an impact on levels of childhood obesity, for mungkin memiliki dampak pada tingkat obesitas, untuk example: contoh: (1) The availability of public transport affects diet and (1) Ketersediaan transportasi umum mempengaruhi diet dan exercise choices individuals make, for example, with latihan membuat pilihan individu, misalnya, dengan where to do the shopping, what to do with the children, mana untuk melakukan belanja, apa yang harus dilakukan dengan anak-anak, Aetiology of childhood obesity Etiologi obesitas masa kanak-kanak 35 35

Page 8 Halaman 8 etc. This impact is obviously larger on families without dll Hal ini jelas dampak yang lebih besar pada keluarga tanpa a car. mobil. (2) Food deserts are areas where there is low (or no) access (2) Makanan padang pasir adalah daerah di mana ada rendah (atau tidak) akses to affordable, healthy food, particularly if the residents yang terjangkau, makanan sehat, terutama jika para penghuni do not have access to a car or good public transport tidak memiliki akses ke mobil atau angkutan umum baik links. link. This may impact on the dietary choices of Hal ini mungkin berdampak pada pilihan diet residents. penduduk. (3) It may be that proximity to or access to parks and green (3) Mungkin kedekatan dengan atau akses ke taman-taman dan hijau spaces has an effect on obesity in children by impacting ruang memiliki efek pada obesitas pada anak-anak dengan berdampak on their physical activity levels (for example, playing pada tingkat aktivitas fisik mereka (misalnya, bermain on swings) or diet (for example, consuming ice creams pada ayunan) atau diet (misalnya, memakan es krim and sugary drinks), although the little research that has dan minuman manis), meskipun penelitian

kecil yang telah been undertaken in this area tends not to show a telah dilaksanakan di daerah ini cenderung tidak menunjukkan relationship hubungan 151 151 . . It is likely that perceived neighbour- Kemungkinan dirasakan tetangga - hood safety is a more important determinant of hood keselamatan adalah lebih penting penentu childhood obesity, but again the evidence is con- obesitas, tapi lagi-lagi bukti con - trary trary 152,153 152.153 . . (4) Crime, both perceived and actual, can affect a parent’s (4) Kejahatan, baik yang dirasakan dan aktual, dapat mempengaruhi orangtua decision whether to let the child outside to play, as can keputusan apakah akan membiarkan anak bermain di luar, seperti dapat road-safety issues, such as safe road crossings, jalan-isu keselamatan, seperti penyeberangan jalan aman, pavements and the speed of traffic trotoar dan kecepatan lalu lintas 151 151 . . Deprivation is commonly associated with obesity, Kekurangan ini umumnya terkait dengan obesitas, although the relationship is not straightforward, depending walaupun hubungan ini tidak mudah, tergantung on the timing of the outcome measure of obesity (that is, pada waktu ukuran hasil obesitas (yaitu, whether it is in childhood or adulthood). apakah itu di masa kanak-kanak atau dewasa). Also different Juga berbeda authors use different measures of deprivation, ranging from penulis menggunakan berbagai ukuran kekurangan, mulai dari a simplistic single indicator of SES as a proxy for yang sederhana indikator tunggal SES sebagai proxy untuk deprivation to a more sophisticated indicator of deprivation perampasan untuk indikator yang lebih canggih dari kekurangan by ranking several different factors. oleh peringkat beberapa faktor yang berbeda. A thorough review in 1999 by Parsons et al. Sebuah tinjauan menyeluruh pada tahun 1999 oleh Parsons et al. 31 31 found a menemukan relationship between low SES in childhood and subsequent hubungan antara SES rendah di masa kanak-kanak dan selanjutnya adulthood obesity, which concurs with subsequent work by dewasa obesitas, yang sependapat dengan karya berikutnya Hardy et al. Hardy et al. 154 154 and Okasha et al. dan Okasha et al. 155 155 , both using father’s , Baik menggunakan ayah occupation as the indicator of childhood SES. pendudukan sebagai indikator SES masa kanak-kanak. This Ini relationship was also shown more recently and using a hubungan itu juga ditampilkan lebih baru dan menggunakan more sophisticated indicator of deprivation (a ranking of indikator lebih canggih kekurangan (suatu

peringkat three different factors – education level, occupation of head tiga faktor yang berbeda - tingkat pendidikan, pekerjaan kepala of household and current employment status) rumah tangga dan status pekerjaan saat ini) 156 156 . . This 'SES Ini 'SES of origin to subsequent adult obesity' relationship may be Asal obesitas dewasa yang berikutnya hubungan mungkin due to: (1) confounding by parental body size (which karena: (1) pembaur oleh ukuran tubuh orang tua (yang insufficient studies have considered penelitian telah dianggap tidak memadai 31 31 ) and (2) SES acting as ) Dan (2) SES bertindak sebagai a proxy for the effect of multiple adverse childhood proxy untuk efek buruk beberapa masa kanak-kanak circumstances, which are then manifesting as adult obesity keadaan, yang kemudian menyatakan sebagai obesitas dewasa in the long term dalam jangka panjang 157 157 . . For example, it has been shown that Sebagai contoh, telah menunjukkan bahwa there is a higher density of fast-food outlets in poorer areas, ada kepadatan yang lebih tinggi dari gerai makanan cepat saji di daerah-daerah miskin, which may (partially) explain the phenomenon yang mungkin (sebagian) menjelaskan fenomena 158 158 . . The 1999 review 1999 review 33 33 did not find any relationship between tidak menemukan hubungan antara childhood SES and childhood obesity, although conversely SES masa kanak-kanak dan anak-anak obesitas, meskipun sebaliknya several recent studies have found that children with lower beberapa studi terbaru menemukan bahwa anak-anak dengan lebih rendah SES or more deprived backgrounds do have an increased SES atau lebih kehilangan memang memiliki latar belakang peningkatan risk of childhood obesity. risiko obesitas. Some studies have used only a Beberapa studi hanya menggunakan single indicator of SES as a proxy for deprivation. indikator tunggal SES sebagai proxy untuk kekurangan. For Untuk example, household income has been shown to be a Misalnya, pendapatan rumah tangga telah ditunjukkan untuk menjadi seorang significant predictor of childhood obesity (inverse relation- prediktor signifikan obesitas (invers relasi - ship) kapal) 121,159 121.159 . . Similarly, using entitlement to free school Demikian pula, menggunakan hak untuk sekolah gratis meals as a proxy for income makanan sebagai proxy untuk pendapatan 160 160 , Cecil et al. , Cecil et al. 160 160 found that it menemukan bahwa was not that these deprived children weighed more than tidak bahwa anak-anak kekurangan ini beratnya lebih dari

their more affluent peers, but that in fact the higher BMI was teman-teman sebaya mereka yang lebih kaya, tapi kenyataannya BMI yang lebih tinggi itu due to shorter height, suggesting possible nutrition-related karena lebih pendek tinggi, dan menganjurkan yang berhubungan dengan gizi growth restriction in low-income families. pembatasan pertumbuhan dalam keluarga berpenghasilan rendah. Also, children Juga, anak-anak from families with lower education levels have a higher risk dari keluarga dengan tingkat pendidikan lebih rendah memiliki risiko yang lebih tinggi of obesity kegemukan 128,161,162 128.161.162 . . However, this effect could be mediated Namun, efek ini bisa ditengahi by confounding factors, such as low income and lower oleh pembaur faktor, seperti pendapatan yang rendah dan lebih rendah levels of cognitive stimulation tingkat stimulasi kognitif 121 121 . . Other studies have Penelitian lain considered multiple SES factors as an index of deprivation. SES beberapa faktor dianggap sebagai indeks dari kekurangan. For example, studies using the Townsend deprivation score Sebagai contoh, studi dengan menggunakan skor perampasan Townsend (an index score based on a combination of adult (skor indeks didasarkan pada kombinasi dewasa unemployment, household size, and car and home owner- pengangguran, ukuran rumah tangga, dan pemilik mobil dan rumah - ship) have shown that children from more deprived areas kapal) telah menunjukkan bahwa anak-anak dari daerah yang lebih kekurangan have a higher risk of obesity (despite lower birth memiliki risiko yang lebih tinggi obesitas (meskipun kelahiran yang lebih rendah weights) beban) 95,163 95.163 . . However, if the deprivation index is based Namun, jika indeks kekurangan didasarkan on the electoral ward of the school (rather than the home), di bangsal pemilihan sekolah (bukan rumah), no relationship with childhood obesity is present tidak ada hubungannya dengan obesitas hadir 164 164 . . The increased prevalence of obesity in children from Peningkatan prevalensi obesitas pada anak-anak dari more deprived backgrounds could be due to a multitude of lebih dirampas latar belakang bisa disebabkan oleh banyak factors: faktor (1) dietary differences are often apparent; (1) diet perbedaan seringkali jelas; (2) no safe play area for the child; (2) tidak ada tempat bermain yang aman untuk anak; (3) lack of opportunity and funds for activities, so (3) kurangnya kesempatan dan dana untuk kegiatan, sehingga television viewing is the primary leisure activity by menonton televisi adalah aktivitas waktu luang utama default; default (4) food deserts (lack of accessible, affordable, healthy (4) makanan gurun (kurangnya diakses, terjangkau, sehat (low-energy-dense) food); (rendah-energi-padat) makanan); (5) constraints on energy per £, which focuses purchases (5) kendala energi per £, yang memfokuskan pembelian

on energy-dense foods. energi-makanan padat. Also, whilst deprivation is commonly associated with Juga, sementara kekurangan yang umumnya terkait dengan obesity, affluence has been less critically considered, yet obesitas, kekayaan telah dianggap kurang kritis, namun there may also be a link. ada juga bisa merupakan link. Certainly early work in Asia found Tentu karya awal di Asia ditemukan such an association seperti asosiasi 165 – 167 165-167 , although this could reflect , Meskipun hal ini dapat mencerminkan cultural differences that are not prevalent in Western society perbedaan budaya yang tidak lazim di masyarakat Barat (that is, whether fatness or thinness is more highly (yaitu, apakah kegemukan atau kekurusan lebih tinggi regarded). dianggap). The macro-environment Lingkungan makro The macro-environment relates to those influences on Lingkungan makro yang berhubungan dengan pengaruh childhood obesity outside of our direct control – in obesitas di luar kendali langsung kami - di particular, industry, media and government. tertentu, industri, media dan pemerintah. Industry. Industri. This aspect of the macro-environment largely Aspek lingkungan makro terutama encompasses all levels of the food industry, from mencakup semua tingkatan dari industri makanan, dari manufacture to retail outlets to eating out. pembuatan outlet ritel untuk makan di luar. However, also Namun, juga included is price and availability of goods that reduce our termasuk adalah harga dan ketersediaan barang yang mengurangi energy expenditure. pengeluaran energi. It encompasses many different issues, Ini meliputi berbagai isu, such as hidden fats and/or sugars in prepared foods and seperti lemak tersembunyi dan / atau gula dalam makanan disiapkan dan greater availability of energy-dense foods, increased use of ketersediaan energi yang lebih besar dari makanan padat, peningkatan penggunaan restaurants and fast-food outlets, larger portions of food restoran dan outlet makanan cepat saji, lebih besar porsi makanan offering better 'value' for money, poor labelling of foods, menawarkan lebih baik 'value' untuk uang, miskin makanan penandaan, subsidised 'bad' foods as loss leaders and expensive 'good' disubsidi 'buruk' makanan sebagai kerugian pemimpin dan mahal 'baik' foods, more frequent and widespread food-purchasing makanan, lebih sering dan luas pembelian makanan opportunities, and cheap and easy access to labour-saving peluang, dan murah dan mudah akses ke yg menghemat kerja devices and cars. perangkat dan mobil. It has already been discussed that a high dietary fat intake Telah dibahas bahwa diet yang tinggi asupan lemak is associated with obesity berhubungan dengan obesitas 66 – 68 66-68 and that high fruit and dan buah tinggi dan vegetable consumption is negatively correlated konsumsi sayur berkorelasi negatif 10 10 . . Addition- Penambahan -

ally the rise in soft drink consumption has already been sekutu peningkatan konsumsi minuman ringan telah highlighted disorot 65 65 . . Furthermore, sugar consumption in general Selain itu, konsumsi gula pada umumnya (including sugar, maize sweeteners, honey and other edible (termasuk gula, pemanis jagung, madu dan lainnya yang dapat dimakan syrups, excluding non-energy sweeteners) has also sirup, tidak termasuk pemanis non-energi) juga increased substantially over the last 20 years, largely due meningkat secara substansial selama 20 tahun terakhir, terutama disebabkan KL Procter KL Procter 36 36

Page 9 Halaman 9 to increased high-fructose maize syrup use in beverages, peningkatan tinggi menggunakan sirup jagung fruktosa dalam minuman, bakery products and processed and prepared foods produk roti dan diproses dan makanan siap 168 168 . . On Di top of this, advances in technology have increased the atas semua ini, kemajuan teknologi telah meningkatkan availability of processed and prepared foods ketersediaan diproses dan makanan siap 169 169 . . Accord- Accord - ingly, it follows that consuming a diet composed of a large ingly, maka mengkonsumsi makanan yang terdiri dari besar quantity of processed and prepared foods with high 'hidden' jumlah diproses dan makanan siap dengan tinggi 'tersembunyi' fat and sugar content (consumption of which has increased lemak dan kadar gula (konsumsi yang meningkat in recent years) may lead, perhaps unwittingly, to increased dalam beberapa tahun terakhir) dapat mengakibatkan, mungkin tanpa sadar, untuk meningkatkan energy intake and so to obesity. asupan energi dan sehingga untuk obesitas. Similarly a diet high in Demikian pula diet tinggi energy-dense fast foods will also lead to increased fat padat energi makanan cepat juga akan menyebabkan peningkatan lemak consumption and higher energy intake, which may increase konsumsi dan asupan energi yang lebih tinggi, yang mungkin akan meningkatkan the risk of obesity as well risiko obesitas juga 73,75,76 73,75,76 . . Accordingly the fact that Sesuai dengan fakta bahwa both eating out generally and fast-food consumption have baik makan di luar secara umum dan konsumsi makanan cepat saji telah increased in recent years meningkat dalam beberapa tahun terakhir 72,170 72.170 should be of concern. harus menjadi perhatian. Spending on eating in the home is now less than eating out Pengeluaran untuk makan di rumah sekarang lebih sedikit daripada makan keluar spending pengeluaran 171 171 . . Furthermore, high fast-food outlet density in Selanjutnya, tinggi outlet makanan cepat saji kepadatan di

an area is negatively associated with SES, which in turn is negatif suatu daerah terkait dengan SES, yang pada gilirannya considered a social determinant of obesity with, generally, a dianggap sebagai determinan sosial obesitas dengan, umumnya, sebuah negative association between obesity and SES asosiasi negatif antara obesitas dan SES 158 158 . . Another factor contributing to increased energy intake, Faktor lain yang berkontribusi terhadap peningkatan asupan energi, and thus highlighted as a plausible risk factor for obesity, is dan dengan demikian masuk akal disorot sebagai faktor risiko obesitas, adalah larger portion sizes porsi yang lebih besar ukuran 76,172 – 174 76.172 - 174 . . This factor relates back to Faktor ini berkaitan kembali ke industry as the macro-environment because most processed industri sebagai lingkungan makro karena sebagian besar diproses and prepared foods have seen rises in the standard portion dan menyiapkan makanan telah melihat kenaikan dalam standar porsi size over the last 20 years ukuran selama 20 tahun terakhir 64,175 64.175 , as have restaurant and fast- , Seperti halnya restoran dan cepat - food outlet portion sizes. outlet makanan ukuran porsi. The fact that many packaged foods Fakta bahwa banyak makanan kemasan contain multiple (not single) servings, and that consumers berisi beberapa (tidak tunggal) porsi, dan bahwa konsumen do not recognise this, exacerbates this problem tidak mengakui ini, memperburuk masalah ini 176 176 . . As well Juga as increasing energy intake on the eating occasion (of the sebagai peningkatan asupan energi pada kesempatan makan (dari product or at the premises), this may also have a knock-on produk atau di tempat), ini mungkin juga memiliki knock-on effect of increasing the expected portion size, or that efek meningkatkan ukuran porsi yang diharapkan, atau bahwa considered appropriate, at a self-serve eating occasion dinilai tepat, pada diri melayani makan kesempatan 177 177 . . This occurrence of 'portion distortion' varies for different Ini terjadinya 'distorsi porsi' bervariasi untuk berbagai foods but does show significant differences (mostly makanan tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (kebanyakan increases) in self-serve portion sizes over the last two meningkat) dalam melayani diri sendiri ukuran porsi selama dua decades dekade 178 178 . . The question of food labelling is frequently discussed as a Pertanyaan label makanan sering dibahas sebagai means to facilitate healthy food choices by the consumer. berarti untuk memfasilitasi pilihan makanan sehat oleh konsumen. In Di the UK, the Food Standards Agency has proposed a 'traffic Inggris, Food Standards Agency telah

mengusulkan sebuah 'lalu lintas light' food-labelling scheme in this regard. cahaya 'skema penandaan makanan dalam hal ini. Whilst several Sementara beberapa retailers have agreed to introduce it on their own products, pengecer telah sepakat untuk memperkenalkan pada produk mereka sendiri, many other retailers and manufacturers are introducing their banyak pengecer dan produsen memperkenalkan own labelling systems, which only serves to add to sistem label sendiri, yang hanya berfungsi untuk ditambahkan ke consumers confusion. konsumen kebingungan. Consumers have been shown to Konsumen telah terbukti change their consumption patterns depending on the mengubah pola konsumsi mereka tergantung pada information given about the fat content of the food informasi yang diberikan tentang kandungan lemak dari makanan 179 179 , , although whether this translates into long-term purchasing meskipun apakah ini diterjemahkan ke dalam pembelian jangka panjang and consumption patterns remains to be seen. dan pola konsumsi masih harus dilihat. The evidence Bukti of providing dietary information about restaurant meals is makanan memberikan informasi tentang makanan restoran adalah hampered by the fact that few restaurants provide this terhambat oleh kenyataan bahwa beberapa restoran menyediakan facility, particularly at point of purchase fasilitas, terutama pada titik pembelian 180 180 , and it has been , Dan telah shown that consumers largely ignore or do not correctly menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen mengabaikan atau tidak benar understand restaurant food labelling memahami label makanan restoran 181 181 . . Poor access to affordable, healthy food is considered to be Miskin akses yang terjangkau, makanan sehat dianggap a contributory factor to poor diet and obesity. faktor yang menyumbang pola makan yang buruk dan obesitas. Whilst the Sedangkan price of food in real terms has reduced, this is largely for harga makanan di riil telah berkurang, ini sebagian besar untuk 'unhealthy' (energy-dense, high-fat, high-sugar) foods 'tidak sehat' (energi-padat, tinggi lemak, tinggi gula) makanan 169 169 and it has been shown that these 'food deserts' do dan telah ditunjukkan bahwa 'makanan gurun' lakukan exist ada 182 – 184 182-184 . . Improving access to food can increase fruit Meningkatkan akses ke makanan dapat meningkatkan buah and vegetable intake, which also suggests that limited dan sayuran, yang juga menunjukkan bahwa terbatas access to healthy, affordable food does affect the diet akses untuk sehat, makanan tidak terjangkau mempengaruhi diet

consumed dikonsumsi 185 185 . . Also Sturm & Datar Juga Sturm & Datar 186 186 found that higher fruit menemukan bahwa buah yang lebih tinggi and vegetable prices were positively correlated with change dan harga sayur berkorelasi positif dengan perubahan in BMI. di BMI. Yet all the evidence does not agree, as some authors Namun semua bukti tidak setuju, karena beberapa penulis have not found a positive relationship between amount of tidak menemukan hubungan positif antara jumlah fruit and vegetables consumed and food deserts buah-buahan dan sayuran dikonsumsi dan makanan gurun 187,188 187.188 , , although the evidence does seem to be stronger in the walaupun bukti tampaknya menjadi lebih kuat dalam USA USA 189 189 . . A clear way to increase healthy choices over Yang jelas sehat cara untuk meningkatkan pilihan di atas unhealthy choices is to provide an economic incentive by, pilihan yang tidak sehat adalah untuk menyediakan insentif ekonomi oleh, for example, healthy food subsidies and unhealthy food misalnya, subsidi makanan sehat dan makanan tidak sehat taxes. pajak. It was shown that young individuals do respond to Itu menunjukkan bahwa orang muda tidak menanggapi this, with price rises reducing purchases of a particular food, ini, dengan kenaikan harga pembelian mengurangi makanan tertentu, and substitution between healthy and unhealthy foods dan substitusi antara makanan sehat dan tidak sehat occurring as prices rise or fall depending on the amount of terjadi ketika harga naik atau turun tergantung pada jumlah disposable income pendapatan 190 190 . . Obesity is also promoted by industry in the macro- Obesitas juga dipromosikan oleh industri dalam makro - environment by the more frequent and widespread food- lingkungan oleh luas lebih sering dan makanan purchasing and -consuming opportunities that currently pembelian dan menyita kesempatan yang saat ini exist. ada. An extensive range of tasty, reasonably priced foods Berbagai pilihan yang lezat, makanan harga terjangkau are accessible almost ubiquitously dapat diakses hampir ubiquitously 172 172 . . On the other side of Di sisi lain the coin, increased access to labour-saving devices and use koin, peningkatan akses ke perangkat menghemat tenaga kerja dan menggunakan of cars has reduced levels of physical activity mobil telah mengurangi tingkat aktivitas fisik 30 30 , which is Yang

further impacted by less habitual energy expenditure lebih dipengaruhi oleh kebiasaan kurang pengeluaran energi 29,30 29,30 . . Given the food industry's role in encouraging, or at least Mengingat peran industri makanan dalam mendorong, atau setidak-tidaknya facilitating, obesogenic behaviour, accordingly they also memfasilitasi, obesogenic perilaku, sesuai mereka juga have a role in preventing obesity. memiliki peran dalam mencegah obesitas. They could reduce the Mereka bisa mengurangi availability of high-fat, high-sugar and energy-dense foods. ketersediaan tinggi lemak, tinggi gula dan makanan padat energi. However, realistically this is not going to happen, as it Namun, secara realistis ini tidak akan terjadi, karena would be too directly damaging to profits. akan terlalu langsung merusak keuntungan. More Lebih pragmatically, food companies could make more (in pragmatis, perusahaan makanan bisa membuat lebih banyak (dalam quantity) healthy and, importantly, cheap products available kuantitas) yang sehat dan, yang penting, murah produk yang tersedia (rather than making these products a high profit margin (daripada membuat produk-produk ini margin keuntungan yang tinggi alternative). alternatif). Clear food labelling would also help. Label makanan jelas juga akan membantu. Finally, a Akhirnya, more indirect role could be taken, with encouraging peran tidak langsung dapat diambil, dengan mendorong consumers to select healthy produce and to collaborate in konsumen untuk memilih sehat memproduksi dan untuk berkolaborasi dalam research to increase our understanding about food and penelitian untuk meningkatkan pemahaman kita tentang makanan dan health kesehatan 191 191 . . Media. Media. There is a broad and strong impact of the media, Ada dampak yang luas dan kuat dari media, both negative as well as positive. baik negatif maupun positif. An example of the positive Contoh positif impact the media can have is the recent success of a UK dampak media dapat miliki adalah keberhasilan baru-baru ini di UK television chef in bringing the public's and government’s koki di televisi membawa masyarakat dan pemerintah attention to the poor diet given to children in schools, perhatian pada pola makan yang buruk diberikan kepada anak-anak di sekolah, leading to changes in awareness of the issue as well as real menyebabkan perubahan dalam masalah kesadaran serta nyata changes. perubahan. Food television advertising, especially that aimed Makanan iklan televisi, terutama yang bertujuan at children, is a classic example of a negative impact of the pada anak-anak, adalah contoh klasik dari dampak negatif dari media particularly as this is often for unhealthy foods media terutama karena hal ini sering untuk makanan tidak sehat 192,193 192.193 , ,

which can lead to unhealthy food choices yang dapat mengakibatkan pilihan makanan tidak sehat 44,45 44,45 . . Additionally Selain advertisers often concentrate on building brand loyalty and pengiklan sering berkonsentrasi untuk membangun loyalitas dan merek 'creating lifelong customers rather than generating immedi- 'menciptakan pelanggan seumur hidup daripada menghasilkan immedi - ate sales' makan penjualan ' 194 194 , which means any resulting unhealthy , Yang berarti tidak sehat yang dihasilkan food choices will be enduring. pilihan makanan akan bertahan lama. Furthermore, television Selain itu, televisi programmes and advertisements may confuse or contradict program dan iklan mungkin membingungkan atau bertentangan the message about a healthy lifestyle pesan tentang gaya hidup sehat 46 46 . . Advertisers refute Pengiklan menyanggah the claim that they contribute to the obesity problem, stating klaim bahwa mereka berkontribusi pada masalah obesitas, yang menyatakan that they cannot compel individuals into buying goods bahwa mereka tidak bisa memaksa individu untuk membeli barang-barang 195 195 . . However, that response is illogical – if the adverts are not Namun, respons yang tidak logis - jika iklan tidak successful why would advertisers go to huge lengths and sukses pengiklan kenapa pergi ke panjang dan besar expense to build brands and advertise products? biaya untuk membangun merek dan mengiklankan produk? Excessive Berlebihan amounts of money are spent on advertising (especially when jumlah uang yang dihabiskan untuk iklan (terutama bila compared with governmental budgets for healthy food dibandingkan dengan anggaran pemerintah untuk makanan sehat promotion). promosi). Also a review of the ecological evidence Juga review dari bukti ekologi Aetiology of childhood obesity Etiologi obesitas masa kanak-kanak 37 37

Page 10 Halaman 10 showed that there is a significant relationship between menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara television advertising and prevalence of overweight iklan televisi dan prevalensi kelebihan berat badan children anak-anak 196 196 . . All in all this suggests that in this day and age Semua di dalam semua ini menunjukkan bahwa dalam zaman ini where obesity is a growing problem, television advertising mana obesitas merupakan masalah yang berkembang, iklan televisi aimed at children should be limited, which probably needs ditujukan pada anak-anak harus dibatasi, yang mungkin perlu to occur at a governmental level as voluntary codes are terjadi pada tingkat pemerintahan sebagai kode sukarela

largely unsuccessful. sebagian besar tidak berhasil. Government. Pemerintah. It is all well and good saying that diet and Itu semua baik dan bagus mengatakan bahwa diet dan exercise are down to individual choice. latihan yang turun ke pilihan individu. But this approach is Tetapi pendekatan ini not working, as demonstrated by the rising prevalence of tidak bekerja, seperti yang ditunjukkan oleh meningkatnya prevalensi obesity. obesitas. Furthermore, in relation to children, their cogitative Selanjutnya, dalam hubungannya dengan anak-anak, mereka yg memikirkan ability is not sufficiently developed to enable them to take Kemampuan ini tidak cukup dikembangkan untuk memungkinkan mereka untuk mengambil the future consequences of their actions into account when konsekuensi masa depan dari tindakan mereka ke account user ketika evaluating what to do. mengevaluasi apa yang harus dilakukan. Whilst it can be argued that parents Meskipun bisa dikatakan bahwa orangtua therefore have a role in deciding what foods and how much Oleh karena itu memiliki peran dalam menentukan apa dan berapa banyak makanan exercise their children should take, arguably there is also a latihan anak-anak mereka harus mengambil, tentu juga ada role for government to help children (and their parents) to peran pemerintah untuk membantu anak-anak (dan orang tua mereka) untuk make healthier choices membuat pilihan sehat 169 169 . . Similarly as the market is not Demikian juga karena pasar tidak providing sufficient, clear, information to allow consumers menyediakan cukup, jelas, informasi untuk memungkinkan konsumen to make rational, healthy, choices, as demonstrated by food- untuk membuat rasional, sehat, pilihan, seperti yang ditunjukkan oleh makanan - labelling confusions, then this also fuels the debate for more penandaan kebingungan, maka ini juga menyulut perdebatan untuk lebih heavy-handed government intervention. berat tangan intervensi pemerintah. If the fact that obesity is associated with increased Jika fakta bahwa obesitas berhubungan dengan peningkatan morbidity and mortality is insufficient by itself to justify morbiditas dan kematian tidak cukup dengan sendirinya untuk membenarkan bringing obesity on to the government's agenda to take membawa obesitas pada agenda pemerintah untuk mengambil action to reduce, then maybe the economic implications tip tindakan untuk mengurangi, maka mungkin implikasi ekonomi ujung the balance. keseimbangan. The healthcare costs associated with obesity are Biaya kesehatan yang berhubungan dengan obesitas increasing and are projected to grow rapidly (as discussed meningkat dan diproyeksikan tumbuh dengan cepat (seperti dibahas earlier). sebelumnya). If prevention measures are not successful then Jika langkah-langkah pencegahan tidak berhasil maka these costs will need to be borne somehow (ie by the biaya-biaya tersebut harus ditanggung entah bagaimana (yaitu oleh taxpayer) pembayar pajak) 169 169 . . Furthermore, the costs of obesity are lop- Selanjutnya, biaya obesitas yang bertelinga sided. sided. On the one hand, even assuming the consumer has Di satu sisi, bahkan dengan asumsi bahwa konsumen

full information about the benefits of physical activity and a informasi lengkap tentang manfaat dari kegiatan fisik dan healthy diet as well as the detrimental health consequences diet yang sehat serta konsekuensi yang merugikan kesehatan of obesity, there will still be some individuals for whom an obesitas, masih akan ada beberapa individu untuk siapa yang obesogenic lifestyle has the lowest 'cost' (in terms of time, gaya hidup obesogenic terendah 'biaya' (dalam hal waktu, opportunity costs, and money) and so this is their optimal biaya kesempatan, dan uang) sehingga mereka ini adalah optimal choice pilihan 197 197 . . However, it is not an optional choice from a Namun, itu bukan pilihan opsional dari national viewpoint because, on the other hand, the taxpayer sudut pandang nasional karena, di sisi lain, para pembayar pajak bears much of the monetary cost of obesity menanggung sebagian besar biaya moneter obesitas 197 197 . . Accordingly Sesuai it follows that there is a role for the government to intervene. maka ada peran pemerintah untuk campur tangan. The fact that industry sells energy-dense, high-fat, high- Kenyataan bahwa menjual industri padat energi, tinggi lemak, tinggi sugar foods and energy-saving and sedentary-behaviour gula makanan dan hemat energi dan menetap-perilaku devices, such as cars, television sets and play stations, is not perangkat, seperti mobil, televisi dan bermain stasiun, tidak good reason for government intervention in the market. alasan yang baik untuk intervensi pemerintah di pasar. They sell these foods because there is demand for them. Mereka menjual makanan ini karena ada permintaan untuk mereka. If Jika consumers demanded healthy products then these would be konsumen menuntut produk sehat maka ini akan menjadi provided – the strength of the diet industry reflects this. disediakan - kekuatan industri makanan mencerminkan ini. However, the food industry is not 'playing fair'. Namun, industri makanan tidak 'bermain adil'. They have Mereka telah used complicated marketing and advertising practices to digunakan rumit praktik pemasaran dan periklanan untuk increase the amount individuals eat, whilst at the same time meningkatkan jumlah orang makan, sementara pada saat yang sama (in the USA at least) lobbying government bodies (di Amerika Serikat setidaknya) melobi badan-badan pemerintah responsible for providing dietary advice to consumers to bertanggung jawab memberikan nasihat kepada konsumen diet untuk ensure the message to reduce their energy intake does not memastikan pesan untuk mengurangi asupan energi mereka tidak get across menyeberang 198 198 . . These aggressive sales tactics are at least Taktik penjualan yang agresif ini sekurang-kurangnya partly due to overproduction of food leading to intense sebagian karena kelebihan produksi makanan menuju intens competition to win sales kompetisi untuk memenangkan penjualan

199 199 . . This sales competition takes Persaingan penjualan ini diperlukan place through new or improved products, increased tempat melalui produk baru atau yang ditingkatkan, peningkatan portions, health claims, advertising, and campaigns at bagian, klaim kesehatan, iklan, dan kampanye di special groups such as children kelompok-kelompok khusus seperti anak-anak 199 199 , all the while aiming to , Sementara bertujuan untuk increase prices as well as sales volumes. kenaikan harga serta volume penjualan. Furthermore, Terlebih lagi, government subsidies have facilitated the increased subsidi pemerintah telah memfasilitasi peningkatan manufacture of cheap, high-fat and -sugar snacks and manufaktur yang murah, tinggi lemak dan gula camilan dan drinks minuman 200 200 . . Industry (ie agriculture, food production and Industri (yaitu pertanian, produksi pangan dan retail, restaurants, diet, pharmaceuticals) does not benefit if eceran, restoran, makanan, obat-obatan) tidak manfaat jika society were to eat less masyarakat adalah untuk makan lebih sedikit 199 199 . . Accordingly they strongly lobby Oleh karena mereka sangat lobi government to ensure little (or no) action is taken to pemerintah untuk memastikan sedikit (atau tidak) tindakan yang diambil untuk discourage overeating mencegah makan berlebihan 199,201 199.201 , as there would be serious , Karena akan ada serius economic consequences for them if obesity reduced. konsekuensi ekonomi bagi mereka jika obesitas dikurangi. In view Mengingat of this lack of fair play, industry cannot be relied upon to kurangnya ini fair play, industri tidak dapat diandalkan untuk comply with any voluntary codes of practice to reduce mematuhi aturan praktek sukarela untuk mengurangi obesity and obligatory policies that need to be established. obesitas dan kebijakan wajib yang harus didirikan. However, the obesity issue is highly political. Namun, masalah obesitas sangat politis. The Itu (potential?) conflict of interest between governmental (potensial?) konflik kepentingan antara pemerintah funding and influences from food companies and the pendanaan dan pengaruh dari perusahaan-perusahaan makanan dan government's responsibility to protect the public need to be tanggung jawab pemerintah untuk melindungi masyarakat perlu borne in mind. diingat. This leads to a 'policy paradox' whereby Ini mengarah ke sebuah 'kebijakan paradoks' dimana governments support the food industry as well as making pemerintah mendukung industri makanan serta membuat lifestyle recommendations to maximise population health gaya hidup penduduk rekomendasi untuk memaksimalkan kesehatan 200 200 and has led to governments taking action contrary to best dan telah menyebabkan pemerintah mengambil tindakan yang bertentangan dengan terbaik

practice for consumer health and more akin to helping boost latihan untuk kesehatan konsumen dan lebih mirip dengan membantu meningkatkan food companies' balance sheets perusahaan makanan 'neraca 202 202 . . Litigation also has a role to play in protecting public Litigasi juga memiliki peran dalam melindungi publik health, particularly when government policy is non-existent kesehatan, terutama ketika kebijakan pemerintah adalah non-existent or insufficient atau cukup 203 203 . . A classic example of this is with the Sebuah contoh klasik dari hal ini adalah dengan tobacco industry. industri tembakau. Whilst a move towards the prolific Sementara yang bergerak ke arah produktif litigation culture of the USA is perhaps not desirable, budaya litigasi Amerika Serikat mungkin tidak diinginkan, nevertheless litigation can help to increase public awareness bagaimanapun litigasi dapat membantu meningkatkan kesadaran publik of the issue and to improve self-regulation of industry, dari masalah dan untuk meningkatkan pengaturan diri industri, eventually restraining those practices that are detrimental to akhirnya menahan mereka praktek-praktek yang merugikan consumers. konsumen. For example, leading food companies need to Sebagai contoh, perusahaan makanan terkemuka perlu rework their merchandise and marketing methods because, pengerjaan ulang barang dagangan mereka dan metode pemasaran karena, with the obesity issue, potential lawsuits are likely to dengan masalah obesitas, potensi tuntutan hukum cenderung include 'unfair and deceptive trade practice' termasuk 'tidak adil dan menipu praktek perdagangan' 203 203 . . Indeed, it Memang, was the wrongdoings of the tobacco manufacturers, adalah kesalahan dari produsen tembakau, rather than the health risks of tobacco, that resulted in daripada risiko kesehatan tembakau, yang mengakibatkan successful litigation against tobacco companies sukses litigasi terhadap perusahaan rokok 203 203 . . The Itu food companies consider litigation a very real threat, as perusahaan makanan litigasi mempertimbangkan ancaman yang sangat nyata, seperti demonstrated by their attempts to try to prevent it from ditunjukkan oleh usaha mereka untuk mencoba untuk mencegah dari being allowed diperbolehkan 204,205 204.205 . . At the present time, turning around public perception of Pada saat ini, berbalik persepsi publik the acceptability of overeating and sedentary behaviour dapat diterima perilaku makan berlebihan dan menetap leading to obesity might seem an impossible task. menyebabkan obesitas mungkin kelihatannya mustahil. Imagine Bayangkan changing social norms about the (un)acceptability of using a mengubah norma-norma sosial tentang (un) akseptabilitas menggunakan car for a short journey rather than walking. mobil untuk perjalanan singkat daripada berjalan.

However, so too Namun, demikian juga was changing attitudes to smoking and drink-driving a berubah sikap untuk merokok dan minum-mengendarai seemingly impossible task, but both have been very tampaknya mustahil, tapi keduanya telah sangat successful (albeit not entirely eliminated). berhasil (walau tidak sepenuhnya dihilangkan). It is argued that Dikatakan bahwa the only way we will see a radical reduction in obesity rates satu-satunya cara kita akan melihat pengurangan radikal di tingkat obesitas is to implement radical policy changes, to regulate food adalah untuk menerapkan perubahan kebijakan radikal, untuk mengatur makanan production, marketing and consumption produksi, pemasaran dan konsumsi 206 206 . . This view was Pandangan ini corroborated in a recent debate at the International dikuatkan dalam perdebatan baru-baru ini di International Conference of Obesity held in Sydney where there was an Konferensi Obesitas diadakan di Sydney di mana ada overwhelming majority in favour of a more 'heavy hand' of Mayoritas mendukung yang lebih 'berat tangan' dari government than that which currently exists across many pemerintah daripada yang saat ini ada di berbagai different countries. negara yang berbeda. Regulation can transform an environ- Peraturan dapat mengubah suatu lingkungan ment in an instant ment dalam sekejap 207 207 . . It could be used to create leptogenic Dapat digunakan untuk membuat leptogenic environments, in the same way that we now have smoke-free lingkungan, dengan cara yang sama bahwa kita sekarang telah bebas asap environments and clean water lingkungan dan air bersih 206 206 . . But is there the political Tapi apakah ada politik will to do what is necessary to fight obesity? kemauan untuk melakukan apa yang diperlukan untuk memerangi obesitas? There are many Banyak conflicts of interest. konflik kepentingan. KL Procter KL Procter 38 38

Page 11 Page 11 There are many possible government interventions that Ada banyak kemungkinan intervensi pemerintah yang may help to prevent obesity. dapat membantu untuk mencegah obesitas. It is important that policy does Adalah penting bahwa kebijakan tidak not solely focus on changing individuals' behaviour, but that tidak hanya berfokus pada individu mengubah perilaku, tetapi it also looks at the role of industry and the media in order to itu juga terlihat pada peran industri dan media untuk make changes at these levels as well. membuat perubahan pada tingkat ini juga. In relation to the impact of television and physical Dalam hubungannya dengan dampak televisi dan fisik activity on childhood obesity there are several suggestions. Aktivitas pada obesitas ada beberapa saran. Ban (or at least more heavily regulate) advertising of Ban (atau setidaknya lebih berat mengatur)

iklan dari unhealthy foods aimed at children, especially in schools and makanan tidak sehat yang ditujukan untuk anak-anak, terutama di sekolah dan on television televisi 170,201,206 – 209 170.201.206 - 209 . . Additionally any food advertis- Selain makanan apa pun advertis - ing to children that is permitted could be taxed, with the ing pada anak-anak yang diizinkan dapat dikenai pajak, dengan proceeds being used to fund healthy lifestyle initiatives and hasil yang digunakan untuk membiayai inisiatif dan gaya hidup sehat education pendidikan 207 207 . . Proactively, public service announcements Proaktif, pengumuman layanan publik could be shown during children's programming to promote dapat ditunjukkan pada program anak-anak untuk mempromosikan healthy eating and physical activity sehat dan aktivitas fisik 210 210 . . Changes to the Perubahan physical environment may also help to prevent obesity lingkungan fisik juga dapat membantu untuk mencegah obesitas 207 207 . . More pavements, less parking, more 'park-and-ride' Lebih trotoar, kurang parkir, lebih 'taman-dan-naik' schemes, more parks, etc, may all promote a more active skema, lebih banyak taman, dll, mungkin semua yang lebih aktif mempromosikan lifestyle. gaya hidup. The school environment is an important influence on Lingkungan sekolah adalah pengaruh penting children. anak-anak. Accordingly it may be helpful to ban unhealthy Oleh karena itu mungkin akan membantu untuk melarang tidak sehat products from school vending machines (or even a total produk dari mesin penjual otomatis sekolah (atau bahkan total ban) ban) 170,201,207 – 209 170.201.207 - 209 . . Clear, enforced, nutritional guidelines Jelas, dipaksakan, pedoman gizi for healthy school dinners are required untuk makan malam sekolah yang sehat diperlukan 201,207,209 201.207.209 , whilst , Sementara providing the schools with the tools required to prepare menyediakan sekolah dengan alat-alat yang diperlukan untuk mempersiapkan these meals. makanan ini. The implementation of healthy eating schemes Pelaksanaan skema makan sehat may also be beneficial. mungkin juga akan bermanfaat. For example, in the UK, there are Sebagai contoh, di Inggris, ada several such schemes, including the new Healthy Start beberapa skema semacam itu, termasuk yang baru Healthy Start Scheme, the continuation of the National School Fruit and Skema, kelanjutan dari Sekolah Nasional Buah dan Vegetable Scheme, and Food in Schools as part of the Skema sayur, dan Makanan di Sekolah sebagai bagian dari Healthy Schools Initiative. Sekolah sehat Initiative. Compulsory physical education Wajib pendidikan jasmani

and nutrition classes in schools may also make a difference dan gizi kelas di sekolah-sekolah mungkin juga membuat perbedaan to the obesity epidemic ke epidemi obesitas 207 207 . . The nutrition classes should Kelas nutrisi harus include how to read food labels, as this will facilitate termasuk cara membaca label makanan, karena ini akan memfasilitasi healthier food choices. pilihan makanan sehat. This obviously also necessitates Ini jelas juga memerlukan clear nutrition labels to be provided by the food jelas label nutrisi harus disediakan oleh makanan industry industri 207,208 207.208 , which probably needs legislation to ensure , Yang mungkin perlu undang-undang untuk menjamin it happens in a coordinated, comprehensible manner. itu terjadi di sebuah terkoordinasi, dipahami cara. Whilst the use of tariffs or import bans cannot be used to Sementara penggunaan tarif atau larangan impor tidak dapat digunakan untuk control consumption due to the implications on global kontrol konsumsi karena implikasi global trade perdagangan 200 200 , this does not prevent the use of taxes to tackle , Hal ini tidak mencegah penggunaan pajak untuk mengatasi obesity. obesitas. A 'fat tax' could be put on unhealthy (energy-dense, A 'pajak lemak' bisa memakai tidak sehat (energi-padat, high-fat or high-sugar) foods, which could fund, at least in tinggi lemak atau gula tinggi) makanan, yang dapat dana, setidaknya di part, these obesity-prevention strategies bagian, ini strategi pencegahan obesitas 170,201,206,209 170.201.206.209 . . Whilst Sementara this is often dismissed as a 'stealth' tax on the poor, if an ini sering dianggap sebagai sebuah 'siluman' pajak orang miskin, jika economic viewpoint is taken, then it is suggested that no sudut pandang ekonomi yang diambil, maka disarankan bahwa tidak ada amount of increased education or clear nutritional peningkatan jumlah pendidikan atau nutrisi jelas information will change the dietary and activity choices informasi akan mengubah pola makan dan pilihan kegiatan some individuals make beberapa individu membuat 197 197 , in which case financial , Dalam hal keuangan incentives (or disincentives) are required. insentif (atau disinsentif) wajib diisi. Also, deprivation Juga, kekurangan is strongly correlated with obesity, with an unhealthy diet sangat berkorelasi dengan obesitas, dengan diet yang tidak sehat being an inexpensive diet menjadi makanan murah 211 211 , so there is an argument to , Jadi ada argumen implement policies that have a larger effect on low socio- melaksanakan kebijakan yang memiliki efek yang lebih besar sosial rendah economic groups. kelompok ekonomi. A similar tax could be levied on products Pajak serupa dapat dikenakan pada produk that promote sedentary activity yang mempromosikan aktivitas menetap 209,210 209.210

. . The other side of this Sisi lain ini coin is to change the way agriculture subsidies work to koin adalah untuk mengubah cara kerja subsidi pertanian untuk reduce the retail costs of fruit and vegetables and to mengurangi biaya eceran buah-buahan dan sayur-sayuran dan untuk discourage, rather than support, the marketing of obeso- mencegah, bukan dukungan, pemasaran obeso - genic foods genic makanan 204 204 . . Given the tripartite conflict of interests between Mengingat tripartit konflik kepentingan antara consumers, industry and governments, which initiatives konsumen, industri dan pemerintah, yang inisiatif will be more successful, a supply-side stance (such as akan lebih berhasil, sebuah sikap sisi penawaran (seperti restricting food advertising) or on the demand side (healthy membatasi iklan makanan) atau pada sisi permintaan (sehat eating education) or a combination of both makan pendidikan) atau kombinasi keduanya 170 170 ? ? Also, can Juga, dapat these initiatives work given the existing influential inisiatif ini bekerja diberikan berpengaruh yang ada economic and agriculture policies? ekonomi dan kebijakan pertanian? Conclusion Kesimpulan From both the perspective of the increased health risk to the Dari kedua perspektif peningkatan risiko kesehatan bagi individual and the high economic cost of treatment of individu dan ekonomi tinggi biaya perawatan obesity and related diseases, it is important that we obesitas dan penyakit terkait, penting bahwa kita preferentially prevent obesity from occurring, whilst preferentially mencegah obesitas dari terjadi, sedangkan nevertheless implementing treatment programmes in tetap melaksanakan program pengobatan di parallel as current rates of obesity are already high and we paralel seperti saat ini tingkat obesitas sudah tinggi dan kami cannot ignore these patients. tidak dapat mengabaikan pasien. However, going forward, Namun, maju, prevention will be more effective in children, as obese pencegahan akan lebih efektif pada anak-anak, seperti obesitas children tend to become obese adults and it may be that anak-anak cenderung menjadi obesitas dewasa dan sangat mungkin bahwa behavioural patterns that determine obesity are set in pola perilaku yang menentukan obesitas diatur dalam childhood. masa kanak-kanak. The present review has also looked at the different levels Sekarang review juga tampak pada tingkat yang berbeda of behaviours leading to obesity, which helps us to dari perilaku yang mengarah ke obesitas, yang membantu kita untuk understand why the aetiology is so complex and that mengerti mengapa etiologi begitu kompleks dan bahwa potential causal factors should not be considered in isolation potensi faktor penyebab tidak dipertimbangkan dalam isolasi as the interaction between these factors is important. sebagai interaksi antara faktor-faktor ini adalah penting. Many Banyak

studies have looked at simple, single or bivariate, kajian telah meneliti sederhana, tunggal atau bivariat, relationships with obesity, rather than considering the hubungan dengan obesitas, bukan mengingat multiple factors that actually comprise the aetiology of beberapa faktor yang benar-benar meliputi etiologi childhood obesity and considering their inter-relationship obesitas dan mempertimbangkan mereka antar hubungan and their relative importance. dan kepentingan relatif mereka. If we do not understand how Jika kita tidak mengerti bagaimana these factors interact, or the relative strength of different faktor-faktor ini berinteraksi, atau kekuatan relatif dari berbagai obesogenic factors, we cannot predict the outcome for any obesogenic faktor, kami tidak dapat memprediksi hasil untuk setiap one individual. individu. The present review of the aetiology of childhood obesity Sekarang tinjauan terhadap etiologi obesitas considered physical activity, diet and various obesogenic dianggap aktivitas fisik, diet, dan berbagai obesogenic environments. lingkungan. Strong predictors of obesity were found to be Kuat prediktor obesitas ditemukan untuk high amounts of sedentary time, snacking, skipping meals, tinggi dalam jumlah banyak bergerak waktu, ngemil, melewatkan makan, portion sizes, energy density of foods and meals and porsi ukuran, kepadatan energi dari makanan dan makanan dan potentially a high sugar consumption. berpotensi tinggi konsumsi gula. Also various Juga berbagai obesogenic environments may be impacting on a child’s obesogenic lingkungan dapat berdampak pada anak risk of obesity. risiko obesitas. Unfavourable conditions in the fetal environment are a Tidak menguntungkan kondisi dalam janin lingkungan adalah risk factor for subsequent obesity. faktor risiko untuk selanjutnya obesitas. Infant postnatal weight Bayi setelah melahirkan berat gain can follow a high-risk pattern – a warning sign for memperoleh dapat mengikuti berisiko tinggi pola - tanda peringatan untuk subsequent obesity is when a child is becoming increasingly selanjutnya obesitas adalah ketika seorang anak menjadi semakin fat when his/her peers are generally showing a reduction in lemak ketika / teman-temannya pada umumnya menunjukkan penurunan fatness (ie between about 6 months and 5 years old), plus if kegemukan (yakni antara sekitar 6 bulan dan 5 tahun), ditambah jika this fatness is developing when other children are tending to ini kegemukan berkembang ketika anak-anak lain yang cenderung decrease fat it is probably a warning of persistent obesity penurunan lemak itu mungkin suatu peringatan persisten obesitas 120 120 . . Breast-feeding may have a protective effect, although this Menyusui mungkin memiliki efek perlindungan, walaupun may be due to confounding variables such as maternal mungkin karena membingungkan variabel seperti ibu diabetes or BMI. diabetes atau BMI. Similarly, longer sleep duration seems to Demikian pula, lebih lama durasi tidur tampaknya

be protective, but may be a marker for other factors. menjadi pelindung, tetapi mungkin menjadi penanda untuk faktor lain. Parental BMI has a strong positive association with Parental BMI memiliki yang kuat asosiasi positif dengan childhood obesity, and familial similarity in behaviour can obesitas, dan kekeluargaan kesamaan dalam perilaku dapat predict the risk of obesity. memprediksi risiko obesitas. The literature supports the view Literatur mendukung pandangan that low SES and/or deprivation in childhood in the home yang rendah SES dan / atau kekurangan dalam masa kanak-kanak di rumah environment is associated with childhood obesity as well as lingkungan terkait dengan obesitas serta subsequent obesity in adulthood. berikutnya obesitas di masa dewasa. However, many studies Namun, banyak penelitian take a too simplistic approach to defining deprivation and mengambil terlalu sederhana pendekatan untuk mendefinisikan kemiskinan dan insufficient consideration of possible confounding factors, tidak cukup mempertimbangkan kemungkinan pembauran faktor, such as parental BMI. seperti orangtua BMI. Also the school environment may Juga lingkungan sekolah dapat Aetiology of childhood obesity Etiologi obesitas masa kanak-kanak 39 39

Page 12 Page 12 influence prevalence of obesity, although the evidence is mempengaruhi prevalensi obesitas, meskipun bukti weaker, but nevertheless schools can be used as a platform lemah, namun sekolah dapat digunakan sebagai platform to help prevent obesity. untuk membantu mencegah obesitas. Developments in industry, stemming Perkembangan industri, yang berasal from economic growth, serve to enhance consumption and dari pertumbuhan ekonomi, melayani untuk meningkatkan konsumsi dan are aspired to by developing countries, yet are contributing yang bercita-cita untuk negara-negara berkembang, namun berkontribusi to our obesity problems. kami obesitas masalah. Government-led regulation and Dipimpin pemerintah peraturan dan industry self-regulation can help to level this playing field, industri pengaturan diri dapat membantu tingkat ini lapangan, albeit many conflicts of interest exist. meskipun banyak konflik kepentingan yang ada. Further, the extensive, Lebih lanjut, luas, robust impact of the media cannot be ignored. kuat dampak media tidak dapat diabaikan. The present review emphasises the need for multi-level Sekarang meninjau menekankan perlunya multi-level approaches if we truly want to prevent childhood obesity. pendekatan jika kita benar-benar ingin untuk mencegah obesitas. It Ini also serves to highlight that there is a need to extend the juga berfungsi untuk menggarisbawahi bahwa ada kebutuhan untuk memperluas current research base in order to build a well-founded penelitian terkini dasar dalam rangka membangun sumur-didirikan framework to form the basis of a strategy for the prevention kerangka untuk membentuk dasar dari suatu strategi untuk pencegahan of childhood obesity, in particular to be able to address masa kanak-kanak obesitas, khususnya

untuk dapat alamat measurable, changeable, environments in order that viable, diukur, berubah, lingkungan agar layak, long-term, population-level prevention strategies can be jangka panjang, populasi tingkat strategi pencegahan dapat successfully implemented. berhasil dilaksanakan. Acknowledgements Ucapan The present study was supported by funding from the ESRC Penelitian ini didukung oleh dana dari ESRC and MRC. dan MRC. Thanks also to Professor Janet Cade, Dr Joan Terima kasih juga kepada Profesor Janet Cade, Dr Joan Ransley and Professor Graham Clarke for their comments Ransley dan Profesor Graham Clarke untuk komentar mereka on the drafts. pada rancangan. References Referensi 1. 1. Flodmark CE, Lissau I, Moreno LA, Pietrobelli A & Flodmark CE, Lissau saya, Moreno LA, Pietrobelli A & Widhalm K (2004) New insights into the field of children Widhalm K (2004) Baru wawasan bidang anak-anak and adolescents' obesity: the European perspective. dan remaja 'obesitas: Eropa perspektif. Int J Int J Obes 28, 1189–1196. Obes 28, 1189-1196. 2. 2. Strauss RS (2000) Childhood obesity and self-esteem. Strauss RS (2000) Childhood obesitas dan harga diri. Pediatrics 105, e15. Pediatrics 105, E15. 3. 3. Department of Health (2004) Choosing Health. Departemen Kesehatan (2004) Memilih Kesehatan. Making Membuat Healthy Choices Easier. Sehat Choices Easier. London: Department of Health. London: Departemen Kesehatan. 4. 4. Foster RK & Buttriss J (2005) A review of the Public Health Foster RK & Buttriss J (2005) A review Kesehatan Umum White Paper. White Paper. Nutr Bull 30, 70–75. Nutr Bull 30, 70-75. 5. 5. National Social Marketing Centre, (2006). Sosial Nasional Marketing Centre, (2006). It's our health! Itu kesehatan kita! Realising the potential of effective social marketing. Menyadari potensi sosial yang efektif pemasaran. Summary, independent review, findings and recommenda- Ringkasan, independen meninjau, temuan dan rekomendasi - tions.http://www.nsms.org.uk/images/CoreFiles/NCCSUM- tions.http: / / www.nsms.org.uk/images/CoreFiles/NCCSUM- MARY ItsOurHealthJune2006. MARY ItsOurHealthJune2006. pdf (accessed 30April 2007). pdf (diakses 30April 2007). 6. 6. World Health Organization (2000) Report of a WHO World Health Organization (2000) Laporan WHO Consultation on Obesity: Preventing and Managing the Konsultasi Obesitas: Mencegah dan Mengelola Global Epidemic. Global Epidemic. WHO Technical Report Series, no. Seri Laporan Teknis WHO, no. 814. 814. Geneva: WHO. Geneva: WHO. 7. 7. Select Committee on Health (2004) House of Commons – Pilih Komite Kesehatan (2004) House of Commons -- Health – Third Report. Kesehatan - Ketiga Report. www.parliament.the-stationery- www.parliament.the-alat tulis -

office.co.uk/pa/cm200304/cmselect/cmhealth/23/2302.htm office.co.uk/pa/cm200304/cmselect/cmhealth/23/2302.htm 8. 8. Guo SS, Roche AF, Chumlea WC, Gardner JD & Siervogel Guo SS, Roche AF, Chumlea WC, Gardner JD & Siervogel RM (1994) The predictive value of childhood body mass RM (1994) prediksi nilai dari masa kanak-kanak massa tubuh index values for overweight at age 35 y. indeks nilai untuk kelebihan berat badan pada usia 35 y. Am J Clin Nutr 59, Am J Clin Nutr 59, 810–819. 810-819. 9. 9. Freedman DS, Khan LK, Mei Z, Dietz WH, Srinivasan SR Freedman DS, Khan LK, Mei Z, Dietz WH, Srinivasan SR & Berenson GS (2002) Relation of childhood height to & Berenson GS (2002) Hubungan masa kanak-kanak tinggi terhadap obesity among adults: the Bogalusa Heart Study. obesitas pada orang dewasa: yang Bogalusa Heart Study. Pediatrics Pediatrics 109, E23. 109, E23. 10. 10. World Health Organization (2003) Report of a Joint World Health Organization (2003) Laporan Bersama WHO/FAO Expert Consultation on Diet, Nutrition and the WHO / FAO Expert Consultation on Diet, Nutrisi dan Prevention of Chronic Disease. Pencegahan kronis penyakit. WHO Technical Report WHO Technical Report Series, no. Series, no. 916. 916. Geneva: WHO. Geneva: WHO. 11. 11. Swinburn B & Egger G (2002) Preventive strategies against Swinburn B & Egger G (2002) Preventive strategi melawan weight gain and obesity. berat badan dan obesitas. Obes Rev 3, 289–301. Obes Rev 3, 289-301. 12. 12. Davison KK & Birch LL (2001) Childhood overweight: a Davison KK & Birch LL (2001) Anak-Anak yang kelebihan berat badan: a contextual model and recommendations for future research. kontekstual model dan rekomendasi untuk penelitian masa depan. Obes Rev 2, 159–171. Obes Rev 2, 159-171. 13. 13. Egger G, Swinburn B & Rossner S (2003) Dusting off the Egger G, Swinburn B & Rossner S (2003) debu dari epidemiological triad: could it work with obesity? triad epidemiologi: bisa bekerja dengan obesitas? Obes Rev Obes Rev 4, 115–119. 4, 115-119. 14. 14. Egger G & Swinburn B (1997) An 'ecological' approach to Egger G & Swinburn B (1997) Sebuah 'ekologi' pendekatan untuk the obesity pandemic. obesitas pandemi. BMJ 315, 477–480. BMJ 315, 477-480. 15. 15. Swinburn B, Egger G & Raza F (1999) Dissecting Swinburn B, Egger G & Raza F (1999) Membedah obesogenic environments: the development and application obesogenic lingkungan: pengembangan dan penerapan of a framework for identifying and prioritizing environ- kerangka untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan lingkungan mental interventions for obesity. mental intervensi untuk obesitas. Prev Med 29, 563–570. Prev Med 29, 563-570. 16. 16. Comuzzie AG & Allison DB (1998) The search for human Comuzzie AG & Allison DB (1998) Pencarian manusia obesity genes. obesitas gen. Science 280, 1374–1377. Science 280, 1374-1377. 17. 17. Deckelbaum RJ & Williams CL (2001) Childhood obesity: Deckelbaum RJ & Williams CL (2001) Anak obesitas:

the health issue. kesehatan masalah. Obes Res 9, Suppl. Obes Res 9, Suppl. 4, 239S–243S. 4, 239S-243S. 18. 18. Sorensen TI, Holst C & Stunkard AJ (1998) Adoption study Sorensen TI, Holst C & Stunkard AJ (1998) Adopsi studi of environmental modifications of the genetic influences on lingkungan modifikasi genetik pengaruh obesity. obesitas. Int J Obes 22, 73–81. Int J Obes 22, 73-81. 19. 19. Bouchard C & Tremblay A (1997) Genetic influences on the Bouchard C & Tremblay A (1997) Genetika pengaruh pada response of body fat and fat distribution to positive and tanggapan lemak tubuh dan distribusi lemak ke positif dan negative energy balances in human identical twins. energi negatif saldo pada manusia kembar identik. J Nutr J Nutr 127, 943S–947S. 127, 943S-947S. 20. 20. McDermott R, O'Dea K, Rowley K, Knight S & Burgess P McDermott R, O'Dea K, Rowley K, Knight S & Burgess P (1998) Beneficial impact of the homelands movement on (1998) Menguntungkan dampak dari daerah asal gerakan health outcomes in central Australian aborigines. hasil kesehatan di pusat aborigin Australia. Aust NZJ Aust NZJ Public Health 22, 653–658. Public Health 22, 653-658. 21. 21. Popkin BM & Udry JR (1998) Adolescent obesity increases Popkin BM & Udry JR (1998) Adolescent obesitas meningkat significantly in second and third generation US immigrants: secara signifikan di generasi kedua dan ketiga US imigran: the National Longitudinal Study of Adolescent Health. National Longitudinal Study of Adolescent Health. J Nutr 128, 701–706. J Nutr 128, 701-706. 22. 22. Popkin BM (1998) The nutrition transition and its health Popkin BM (1998) The gizi transisi dan kesehatan implications in lower-income countries. implikasi di bawah negara-negara berpenghasilan. Public Health Nutr Public Health Nutr 1, 5–21. 1, 5-21. 23. 23. Drewnowski A & Popkin BM (1997) The nutrition Drewnowski A & Popkin BM (1997) The gizi transition: new trends in the global diet. transisi: tren baru di dunia makanan. Nutr Rev 55, Nutr Rev 55, 31–43. 31-43. 24. 24. World Health Organization (2006) Information sheet on World Health Organization (2006) Informasi Lembar obesity and overweight (WHO global strategy on diet, obesitas dan kelebihan berat badan (WHO strategi global diet, physical activity and health). aktivitas fisik dan kesehatan). http://www.who.int/ http://www.who.int/ dietphysicalactivity/media/en/gsfs_obesity.pdf dietphysicalactivity / media / id / gsfs_obesity.pdf 25. 25. Bhave S, Baydekar A & Otiv M (2004) IAP national task Bhave S, Baydekar A & Otiv M (2004) IAP tugas nasional force for childhood prevention of adult diseases: childhood berlaku untuk masa kanak-kanak pencegahan dewasa penyakit: masa kanak-kanak obesity. obesitas. Indian Pediatr 41, 559–575. Indian Pediatr 41, 559-575. 26. 26. Wang Y, Monteiro C & Popkin BM (2002) Trends of obesity Wang Y, Monteiro C & Popkin BM (2002) Tren kegemukan

and underweight in older children and adolescents in the dan berat badan pada anak-anak dan remaja di United States, Brazil, China, and Russia. Amerika Serikat, Brazil, Cina, dan Rusia. Am J Clin Nutr 75, Am J Clin Nutr 75, 971–977. 971-977. 27. 27. Florencio TM, Ferreira HS, de Franca AP, Cavalcante JC & Florencio TM, Ferreira HS, de Franca AP, Cavalcante JC & Sawaya AL (2001) Obesity and undernutrition in a very- Sawaya AL (2001) Obesitas dan undernutrition yang sangat - low-income population in the city of Maceio, northeastern berpenghasilan rendah penduduk di kota Maceio, timur laut Brazil. Brasil. Br J Nutr 86, 277–284. Br J Nutr 86, 277-284. 28. 28. Allison DB, Matz PE, Pietrobelli A, Zannolli R & Faith MS Allison DB, Matz PE, Pietrobelli A, Zannolli R & Iman MS (2001) Genetic and environmental influences on obesity. (2001) genetik dan pengaruh lingkungan pada obesitas. In Di Primary and Secondary Preventive Nutrition, pp. Primer dan Sekunder Pencegahan Gizi, hal. 147–164 147-164 [A Bendich and RJ Deckelbaum, editors]. [A Bendich dan RJ Deckelbaum, editor]. Totowa, NJ: Totowa, NJ: Humana Press. Humana Press. 29. 29. DiGuiseppi C, Roberts I & Li L (1997) Influence of DiGuiseppi C, Roberts I & Li L (1997) Pengaruh changing travel patterns on child death rates from injury: mengubah perjalanan pola anak angka kematian dari cedera: trend analysis. analisis kecenderungan. BMJ 314, 710–713. BMJ 314, 710-713. 30. 30. World Health Organization (2004) Global Strategy on Diet, World Health Organization (2004) Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health: Obesity and Overweight. Aktivitas Fisik dan Kesehatan: Obesitas dan Overweight. http://www.who.int/dietphysicalactivity/publications/facts/ http://www.who.int/dietphysicalactivity/publications/facts/ obesity/en/ obesitas / id / 31. 31. Parsons TJ, Power C, Logan S & Summerbell CD (1999) Parsons TJ, Power C, Logan S & Summerbell CD (1999) Childhood predictors of adult obesity: a systematic review. Masa kanak-kanak prediktor dewasa obesitas: sistematis review. Int J Obes 23, Suppl. Int J Obes 23, Suppl. 8, S1–S107. 8, S1-S107. KL Procter KL Procter 40 40

Page 13 Halaman 13 32. 32. Matheson DM, Killen JD, Wang Y, Varady A & Robinson Matheson DM, Killen JD, Wang Y, Varady A & Robinson TN (2004) Children's food consumption during television TN (2004) anak-anak konsumsi pangan selama televisi viewing. melihat. Am J Clin Nutr 79, 1088–1094. Am J Clin Nutr 79, 1088-1094. 33. 33. Robinson TN, Hammer LD, Killen JD, Kraemer HC, Robinson TN, Hammer LD, Killen JD, Kraemer HC, Wilson DM, Hayward C & Taylor CB (1993) Does Wilson DM, Hayward C & Taylor CB (1993) Apakah television viewing increase obesity and reduce physical menonton televisi meningkatkan obesitas

dan mengurangi fisik activity? aktivitas? Cross-sectional and longitudinal analyses among Cross-sectional dan longitudinal analisis di antara adolescent girls. gadis remaja. Pediatrics 91, 273–280. Pediatrics 91, 273-280. 34. 34. Maffeis C, Talamini G & Tato L (1998) Influence of diet, Maffeis C, Talamini G & Tato L (1998) Pengaruh diet, physical activity and parents' obesity on children’s aktivitas fisik dan orangtua 'obesitas pada anak-anak adiposity: a four-year longitudinal study. adiposity: empat tahun longitudinal study. Int J Obes 22, Int J Obes 22, 758–764. 758-764. 35. 35. Dietz WH Jr & Gortmaker SL (1985) Do we fatten our Dietz WH Jr & Gortmaker SL (1985) Apakah kita gemuk kita children at the television set? anak-anak di televisi? Obesity and television Obesitas dan televisi viewing in children and adolescents. melihat pada anak-anak dan remaja. Pediatrics 75, Pediatrics 75, 807–812. 807-812. 36. 36. Hernandez B, Gortmaker SL, Colditz GA, Peterson KE, Hernandez B, Gortmaker SL, Colditz GA, Peterson KE, Laird NM & Parra-Cabrera S (1999) Association of obesity Laird NM & Parra-Cabrera S (1999) Asosiasi obesitas with physical activity, television programmes and other dengan aktivitas fisik, program televisi dan lain-lain forms of video viewing among children in Mexico city. bentuk menonton video di antara anak-anak di Meksiko kota. Int J Int J Obes 23, 845–854. Obes 23, 845-854. 37. 37. Hanley AJ, Harris SB, Gittelsohn J, Wolever TM, Saksvig B Hanley AJ, Harris SB, Gittelsohn J, Wolever TM, Saksvig B & Zinman B (2000) Overweight among children and & Zinman B (2000) kelebihan berat badan antara anak-anak dan adolescents in a Native Canadian community: prevalence remaja di sebuah Penutur Kanada komunitas: prevalensi and associated factors. dan terkait faktor. Am J Clin Nutr 71, 693–700. Am J Clin Nutr 71, 693-700. 38. 38. Wake M, Hesketh K & Waters E (2003) Television Wake M, Hesketh K & Waters E (2003) televisi computer use and body mass index in Australian primary penggunaan komputer dan indeks massa tubuh di Australia primer school children. anak-anak sekolah. J Paediatr Child Health 39, 130–134. J Paediatr Child Health 39, 130-134. 39. 39. Reilly JJ, Armstrong J, Dorosty AR, Emmett PM, Ness A, Reilly JJ, Armstrong J, Dorosty AR, Emmett AM, Ness A, Rogers K, Steer C & Sherriff A for the Avon Longitudinal Rogers K, Steer C & Sherriff A untuk Avon Longitudinal Study of Parents and Children Study Team (2005) Early life Studi Orangtua dan Anak Study Team (2005) Awal kehidupan risk factors for obesity in childhood: cohort study. faktor risiko obesitas di masa kanak-kanak: studi kohort. BMJ 330, BMJ 330, 1357–1363. 1357-1363. 40. 40. Gortmaker SL, Must A, Sobol AM, Peterson K, Colditz GA Gortmaker SL, Harus A, Sobol PM, Peterson K, Colditz GA & Dietz WH (1996) Television viewing as a cause of & Dietz WH (1996) televisi melihat sebagai penyebab

increasing obesity among children in the United States, meningkatnya obesitas di antara anak-anak di Amerika Serikat, 1986-90. 1986-90. Arch Pediatr Adolesc Med 150, 356–362. Arch Pediatr Adolesc Med 150, 356-362. 41. 41. Phillips SM, Bandini LG, Naumova EN, Cyr H, Colclough Phillips SM, Bandini LG, Naumova EN, Cyr H, Colclough S, Dietz WH & Must A (2004) Energy-dense snack food S, Dietz WH & Harus A (2004) Energi-padat makanan ringan intake in adolescence: longitudinal relationship to weight asupan pada masa remaja: longitudinal hubungannya dengan berat and fatness. dan kegemukan. Obes Res 12, 461–472. Obes Res 12, 461-472. 42. 42. Klesges RC, Shelton ML & Klesges LM (1993) Effects of Klesges RC, Shelton ML & Klesges LM (1993) Efek television on metabolic rate: potential implications for televisi laju metabolik: potensi implikasi bagi childhood obesity. obesitas. Pediatrics 91, 281–286. Pediatrics 91, 281-286. 43. 43. Reilly JJ & McDowell ZC (2003) Physical activity Reilly JJ & McDowell ZC (2003) Aktivitas fisik interventions in the prevention and treatment of paediatric intervensi dalam pencegahan dan pengobatan pediatrik obesity: systematic review and critical appraisal. obesitas: sistematis meninjau dan kritis penilaian. Proc Nutr Proc Nutr Soc 62, 611–619. Soc 62, 611-619. 44. 44. Lewis MK & Hill AJ (1998) Food advertising on British Lewis MK & Hill AJ (1998) Makanan beriklan di Inggris children's television: a content analysis and experimental anak televisi: sebuah analisis isi dan eksperimental study with nine-year olds. penelitian dengan sembilan tahun. Int J Obes 22, 206–214. Int J Obes 22, 206-214. 45. 45. Borzekowski DL & Robinson TN (2001) The 30-second Borzekowski DL & Robinson TN (2001) The 30-detik effect: an experiment revealing the impact of television efek: sebuah percobaan mengungkapkan dampak televisi commercials on food preferences of preschoolers. iklan pada pilihan makanan anak prasekolah. J Am Diet J Am Diet Assoc 101, 42–46. Assoc 101, 42-46. 46. 46. Dietz WH (2001) The obesity epidemic in young children: Dietz WH (2001) Wabah obesitas pada anak-anak: reduce television viewing and promote playing. mengurangi menonton televisi dan mempromosikan bermain. BMJ 322, BMJ 322, 313–314. 313-314. 47. 47. Cavadini C, Siega-Riz AM & Popkin BM (2000) US Cavadini C, Siega-Riz PM & Popkin BM (2000) US adolescent food intake trends from 1965 to 1996. remaja asupan makanan tren 1965-1996. Arch Dis Arch Dis Child 83, 18–24. Anak 83, 18-24. 48. 48. Harnack LJ, Jeffery RW & Boutelle KN (2000) Temporal Harnack LJ, Jeffery RW & Boutelle KN (2000) Temporal trends in energy intake in the United States: an ecologic tren di asupan energi di Amerika Serikat: sebuah ekologis perspective. perspektif. Am J Clin Nutr 71, 1478–1484. Am J Clin Nutr 71, 1478-1484. 49. 49. Takahashi E, Yoshida K, Sugimori H, Miyakawa M, Izuno Takahashi E, Yoshida K,

Sugimori H, Miyakawa M, Izuno T, Yamagami T & Kagamimori S (1999) Influence factors T, Yamagami T & Kagamimori S (1999) Pengaruh faktor-faktor on the development of obesity in 3-year-old children based pada perkembangan obesitas dalam 3 tahun anak-anak berdasarkan on the Toyama study. di Toyama studi. Prev Med 28, 293–296. Prev Med 28, 293-296. 50. 50. Berteus Forslund H, Torgerson JS, Sjostrom L & Lindroos Berteus Forslund H, Torgerson JS, Sjostrom L & Lindroos AK (2005) Snacking frequency in relation to energy intake AK (2005) Ngemil frekuensi dalam kaitannya dengan asupan energi and food choices in obese men and women compared to a dan makanan pilihan dalam obesitas pria dan wanita dibandingkan dengan reference population. populasi acuan. Int J Obes 29, 711–719. Int J Obes 29, 711-719. 51. 51. Jebb SA (2005) Dietary strategies for the prevention of Jebb SA (2005) Dietary strategi untuk pencegahan obesity. obesitas. Proc Nutr Soc 64, 217–227. Proc Nutr Soc 64, 217-227. 52. 52. Sturm R (2005) Childhood obesity – what we can learn Sturm R (2005) Anak obesitas - apa yang dapat kita pelajari from existing data on societal trends, part 2. dari data yang ada di masyarakat tren, bagian 2. Preventing Mencegah Chronic Disease, vol. Kronis penyakit, vol. 2 no. 2 no. 2. 2. http://www.cdc.gov/pcd/ http://www.cdc.gov/pcd/ issues/2005/apr/04_0039.htm issues/2005/apr/04_0039.htm 53. 53. Jahns L, Siega-Riz AM & Popkin BM (2001) The Jahns L, Siega-Riz PM & Popkin BM (2001) The increasing prevalence of snacking among US children peningkatan prevalensi ngemil di antara US anak-anak from 1977 to 1996. 1977-1996. J Pediatr 138, 493–498. J Pediatr 138, 493-498. 54. 54. Marmonier C, Chapelot D & Louis-Sylvestre J (2000) Marmonier C, Chapelot D & Louis-Sylvestre J (2000) Effect of macronutrient content and energy density of Efek macronutrient konten dan kepadatan energi dari snacks consumed in a satiety state on the onset of the next makanan ringan yang dikonsumsi dalam kenyang negara pada awal berikutnya meal. makan. Appetite 34, 161–168. Appetite 34, 161-168. 55. 55. Johnstone AM, Shannon E, Whybrow S, Reid CA & Stubbs Johnstone AM, Shannon E, Whybrow S, Reid CA & Stubbs RJ (2000) Altering the temporal distribution of energy RJ (2000) Mengubah temporal distribusi energi intake with isoenergetically dense foods given as snacks asupan dengan isoenergetically padat makanan yang diberikan sebagai makanan does not affect total daily energy intake in normal-weight tidak mempengaruhi harian total asupan energi dalam normal berat men. pria-pria. Br J Nutr 83, 7–14. Br J Nutr 83, 7-14. 56. 56. Blair AJ (1991) When are calories most fattening? Blair AJ (1991) Kapan kalori paling menggemukkan? Appetite Appetite 17, 161. 17, 161. 57. 57. Barkeling B, Andersson I, Lindroos AK, Birkhed D & Barkeling B, Andersson aku, Lindroos AK, Birkhed D & Rossner S (2001) Intake of sweet foods and counts of Rossner S (2001) Pengambilan makanan manis dan tuntutan cariogenic microorganisms in obese and normal-weight cariogenic mikroorganisme dalam obesitas

dan normal-weight women. perempuan. Eur J Clin Nutr 55, 850–855. Eur J Clin Nutr 55, 850-855. 58. 58. Wolfe WS, Campbell CC, Frongillo EA Jr, Haas JD & Wolfe WS, Campbell CC, Frongillo EA Jr, Haas JD & Melnik TA (1994) Overweight schoolchildren in New York Melnik TA (1994) kelebihan berat badan anak sekolah di New York State: prevalence and characteristics. Negara: prevalensi dan karakteristik. Am J Public Health Am J Public Health 84, 807–813. 84, 807-813. 59. 59. Siega-Riz AM, Popkin BM & Carson T (1998) Trends in Siega-Riz PM, Popkin BM & Carson T (1998) Trends in breakfast consumption for children in the United States sarapan konsumsi untuk anak-anak di Amerika Serikat from 1965 to 1991. 1965-1991. Am J Clin Nutr 67, 748S–756S. Am J Clin Nutr 67, 748S-756S. 60. 60. Thompson OM, Ballew C, Resnicow K, Gillespie C, Must Thompson OM, Ballew C, Resnicow K, Gillespie C, Harus A, Bandini LG, Cyr H & Dietz WH (2006) Dietary pattern A, Bandini LG, Cyr H & Dietz WH (2006) Dietary pola as a predictor of change in BMI z-score among girls. sebagai prediksi perubahan di BMI z-skor antara gadis. Int J Int J Obes 30, 176–182. Obes 30, 176-182. 61. 61. Ebbeling CB, Pawlak DB & Ludwig DS (2002) Childhood Ebbeling CB, Pawlak DB & Ludwig DS (2002) Childhood obesity: public-health crisis, common sense cure. obesitas: kesehatan masyarakat krisis, akal sehat menyembuhkan. Lancet Lancet 360, 473–482. 360, 473-482. 62. 62. Rolls BJ, Engell D & Birch LL (2000) Serving portion size Rolls BJ, Engell D & Birch LL (2000) Serving ukuran porsi influences 5-year-old but not 3-year-old children's food Pengaruh 5-tahun tetapi tidak 3-tahun makanan anak-anak intake. asupan. J Am Diet Assoc 100, 232–234. J Am Diet Assoc 100, 232-234. 63. 63. McConahy KL, Smiciklas-Wright H, Birch LL, Mitchell McConahy KL, Smiciklas-Wright H, Birch LL, Mitchell DC & Picciano MF (2002) Food portions are positively DC & Picciano MF (2002) Makanan porsi yang positif related to energy intake and body weight in early childhood. berkaitan dengan asupan energi dan berat badan pada anak usia dini. J Pediatr 140, 340–347. J Pediatr 140, 340-347. 64. 64. Young LR & Nestle M (2002) The contribution of Young LR & Nestle M (2002) Kontribusi dari expanding portion sizes to the US obesity epidemic. memperluas ukuran porsi ke AS epidemi obesitas. Am J Am J Public Health 92, 246–249. Kesehatan Masyarakat 92, 246-249. 65. 65. Gregory J & Lowe S (2000) National Diet and Nutritional Gregory J & Lowe S (2000) National Diet dan Nutrisi Survey: Young People Aged 4–18 Years, vol. Survey: Kaum Muda Usia 4-18 tahun, vol. 1: Report of 1: Laporan the Diet and Nutrition Survey. Diet dan Nutrisi Survey. London: The Stationery London: The Stationery Office. Kantor. 66. 66. Tucker LA, Seljaas GT & Hager RL (1997) Body fat Tucker LA, Seljaas GT & Hager RL (1997) Body lemak

percentage of children varies according to their diet. persentase anak-anak bervariasi menurut makanan mereka. J Am J Am Diet Assoc 97, 981–986. Diet Assoc 97, 981-986. 67. 67. Guillaume M, Lapidus L & Lambert A (1998) Obesity and Guillaume M, Lapidus, L & Lambert A (1998) Obesitas dan nutrition in children. gizi pada anak-anak. The Belgian Luxembourg Child Study Belgia Luxembourg Anak Studi IV. IV. Eur J Clin Nutr 52, 323–328. Eur J Clin Nutr 52, 323-328. 68. 68. McGloin AF, Livingstone MBE, Greene LC, Webb SE, McGloin AF, Livingstone MBE, Greene LC, Webb SE, Gibson JMA, Jebb SA, Cole TJ, Coward WA, Wright A & Gibson JMA, Jebb SA, Cole TJ, Coward WA, Wright A & Aetiology of childhood obesity Etiologi obesitas masa kanak-kanak 41 41

Page 14 Page 14 Prentice AM (2002) Energy and fat intake in obese and lean Prentice AM (2002) Energi dan asupan lemak di gemuk dan kurus children at varying risk of obesity. anak-anak di berbagai risiko obesitas. Int J Obes 26, 200–207. Int J Obes 26, 200-207. 69. 69. Gibson SA (2000) Associations between energy density and Gibson SA (2000) Asosiasi antara kepadatan energi dan macronutrient composition in the diets of pre-school macronutrient komposisi dalam diet pra-sekolah children: sugars vs starch. anak-anak: gula vs pati. Int J Obes 24, 633–638. Int J Obes 24, 633-638. 70. 70. Robertson SM, Cullen KW, Baronowski J, Baronowski T, Robertson SM, Cullen KW, Baronowski J, Baronowski T, Shaouhua H & de Moor C (1999) Factors related to Shaouhua H & de Moor C (1999) Faktor-faktor yang terkait adiposity among children aged 3–7y. adiposity di antara anak-anak usia 3-7Y. J Am Diet Assoc 99, J Am Diet Assoc 99, 939–943. 939-943. 71. 71. Magarey AM, Daniels LA, Bouton TJC & Cockington RA Magarey AM, Daniels LA, Bouton TJC & Cockington RA (2001) Does fat intake predict adiposity in healthy children (2001) Apakah asupan lemak memprediksi adiposity pada anak-anak sehat and adolescents aged 2-15y? dan remaja berusia 2-15y? A longitudinal analysis. A longitudinal analisis. Eur J Eur J Clin Nutr 55, 471–481. Clin Nutr 55, 471-481. 72. 72. St-Onge MP, Keller KL & Heymsfield SB (2003) Changes St-Onge MP, Keller KL & Heymsfield SB (2003) Perubahan in childhood food consumption patterns: a cause for concern masa kanak-kanak pola konsumsi pangan: memerlukan perhatian khusus in light of increasing body weights. dalam terang meningkatkan berat badan. Am J Clin Nutr 78, Am J Clin Nutr 78, 1068–1073. 1068-1073. 73. 73. Bowman SA, Gortmaker SL, Ebbeling CB, Pereira MA & Bowman SA, Gortmaker SL, Ebbeling CB, Pereira MA & Ludwig DS (2004) Effects of fast-food consumption on Ludwig DS (2004) Dampak cepat-konsumsi pangan di energy intake and diet quality among children in a national asupan energi dan diet kualitas anak-anak di nasional

household survey. survei rumah tangga. Pediatrics 113, 112–118. Pediatrics 113, 112-118. 74. 74. Speiser PW, Rudolf MC, Anhalt H et al.; Obesity Consensus Speiser PW, Rudolf MC, Anhalt H et al.; Obesitas Konsensus Working Group (2005) Childhood obesity. Working Group (2005) Childhood obesitas. J Clin Endocri- J Clin Endocri - nol Metab 90, 1871–1887. nol Metab 90, 1871-1887. 75. 75. Prentice AM & Jebb SA (2003) Fast foods, energy density Prentice PM & Jebb SA (2003) Fast makanan, kepadatan energi and obesity: a possible mechanistic link. dan obesitas: kemungkinan mekanistik link. Obes Rev 4, Obes Rev 4, 187–194. 187-194. 76. 76. Ebbeling CB, Sinclair KB, Pereira MA, Garcia-Lago E, Ebbeling CB, Sinclair KB, Pereira MA, Garcia-Lago E, Feldman HA & Ludwig DS (2004) Compensation for Feldman HA & Ludwig DS (2004) Kompensasi untuk energy intake from fast food among overweight and lean asupan energi dari makanan cepat saji di antara kelebihan berat badan dan ramping adolescents. remaja. JAMA 291, 2828–2833. JAMA 291, 2828-2833. 77. 77. Wilson JF (2000) Lunch eating behavior of preschool Wilson JF (2000) Makan siang perilaku makan dari prasekolah children. anak-anak. Effects of age, gender, and type of beverage Efek usia, jenis kelamin, dan jenis minuman served. dilayani. Physiol Behav 70, 27–33. Physiol Behav 70, 27-33. 78. 78. Ludwig DS, Peterson KE & Gortmaker SL (2001) Relation Ludwig DS, Peterson EK & Gortmaker SL (2001) Hubungan between consumption of sugar-sweetened drinks and antara konsumsi gula dengan pemanis minuman dan childhood obesity: a prospective, observational analysis. obesitas: sebuah prospektif, observasi analisis. Lancet 357, 505–508. Lancet 357, 505-508. 79. 79. O'Connor TM, Yang SJ & Nicklas TA (2006) Beverage O'Connor TM, Yang SJ & Nicklas TA (2006) Minuman intake among preschool children and its effect on weight asupan di antara anak pra-sekolah dan pengaruhnya terhadap berat status. status. Pediatrics 118, 1010–1018. Pediatrics 118, 1010-1018. 80. 80. Fall CH, Osmond C, Barker DJ, Clark PM, Hales CN, Fall CH, Osmond C, Barker DJ, Clark AM, Hales CN, Stirling Y & Meade TW (1995) Fetal and infant growth and Stirling Y & Meade TW (1995) janin dan bayi pertumbuhan dan cardiovascular risk factors in women. faktor risiko kardiovaskular pada wanita. BMJ 310, 428–432. BMJ 310, 428-432. 81. 81. Curhan GC, Chertow GM, Willett WC, Spiegelman D, Curhan GC, Chertow GM, Willett WC, Spiegelman D, Colditz GA, Manson JE, Speizer FE & Stampfer MJ (1996) Colditz GA, Manson JE, Speizer FE & Stampfer MJ (1996) Birth weight and adult hypertension and obesity in women. Berat lahir dan dewasa hipertensi dan obesitas pada wanita. Circulation 94, 1310–1315. Sirkulasi 94, 1310-1315. 82. 82. Curhan GC, Willett WC, Rimm EB, Spiegelman D, Curhan GC, Willett WC, Rimm EB, Spiegelman D, Ascherio AL & Stampfer MJ (1996) Birth weight and Ascherio AL & Stampfer MJ (1996) Kelahiran berat badan dan

adult hypertension, diabetes mellitus, and obesity in US dewasa hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas di AS men. pria-pria. Circulation 94, 3246–3250. Sirkulasi 94, 3.246-3.250. 83. 83. Barker M, Robinson S, Osmond C & Barker DJ (1997) Birth Barker M, Robinson S, Osmond C & Barker DJ (1997) Kelahiran weight and body fat distribution in adolescent girls. berat badan dan lemak tubuh distribusi di gadis remaja. Arch Arch Dis Child 77, 381–383. Dis Child 77, 381-383. 84. 84. Stettler N, Zemel BS, Kumanyika S & Stallings VA (2002) Stettler N, Zemel BS, Kumanyika S & Stallings VA (2002) Infant weight gain and childhood overweight status in a Bayi berat badan dan anak-anak kelebihan berat badan status dalam sebuah multicenter, cohort study. multicenter, kohort studi. Pediatrics 109, 194–199. Pediatrics 109, 194-199. 85. 85. Sorensen HT, Sabroe S, Rothman KJ, Gillman M, Fischer P Sorensen HT, Sabroe S, Rothman KJ, Gillman M, Fischer P & Sorensen TI (1997) Relation between weight and length & Sorensen TI (1997) Hubungan antara berat badan dan panjang at birth and body mass index in young adulthood: cohort saat kelahiran dan indeks massa tubuh pada anak-dewasa: kohort study. studi. BMJ 315, 1137. BMJ 315, 1137. 86. 86. Parsons TJ, Power C & Manor O (2001) Fetal and early life Parsons TJ, Power C & Manor O (2001) janin dan kehidupan awal growth and body mass index from birth to early adulthood in pertumbuhan dan indeks massa tubuh dari lahir sampai awal masa dewasa di 1958 British cohort: longitudinal study. 1958 Inggris kohort: longitudinal studi. BMJ 323, BMJ 323, 1331–1335. 1331-1335. 87. 87. Whitaker RC & Dietz WH (1998) Role of the prenatal Whitaker RC & Dietz WH (1998) Peranan pralahir environment in the development of obesity. lingkungan dalam perkembangan obesitas. J Pediatr 132, J Pediatr 132, 768–776. 768-776. 88. 88. Dabelea D, Hanson RL, Lindsay RS, Pettitt DJ, Imperatore Dabelea D, Hanson RL, Lindsay RS, Pettitt DJ, Imperatore G, Gabir MM, Roumain J, Bennett PH & Knowler WC G, Gabir MM, Roumain J, Bennett PH & Knowler WC (2000) Intrauterine exposure to diabetes conveys risks for (2000) Intrauterine paparan diabetes mengandung risiko type 2 diabetes and obesity: a study of discordant sibships. diabetes tipe 2 dan obesitas: suatu studi tentang sumbang sibships. Diabetes 49, 2208–2211. Diabetes 49, 2208-2211. 89. 89. Power C & Jefferis BJ (2002) Fetal environment and Power C & Jefferis BJ (2002) Fetal lingkungan dan subsequent obesity: a study of maternal smoking. selanjutnya obesitas: suatu studi tentang ibu merokok. Int J Int J Epidemiol 31, 413–419. Epidemiol 31, 413-419. 90. 90. Von Kries R, Koletzko B, Sauerwald T, von Mutius E, Von Kries R, Koletzko B, Sauerwald T, von Mutius E, Barnert D, Grunert V & von Voss H (1999) Breast feeding Barnert D, Grunert V & von Voss H (1999) Menyusui and obesity: cross sectional study. dan obesitas: cross sectional studi. BMJ 319, 147–150. BMJ 319, 147-150.

91. 91. Grove KL, Sekhon HS, Brogan RS, Keller JA, Smith MS & Grove KL, Sekhon HS, Brogan RS, Keller JA, Smith MS & Spindel ER (2001) Chronic maternal nicotine exposure Spindel ER (2001) kronis ibu nikotin eksposur alters neuronal systems in the arcuate nucleus that regulate mengubah neuronal sistem dalam arkuata inti yang mengatur feeding behaviour in the newborn rhesus macaque. makan perilaku pada bayi rhesus monyet. J Clin Clin Endocrinol Metab 86, 5420–5426. Endocrinol Metab 86, 5.420-5.426. 92. 92. Von Kries R, Toschke AM, Koletzko B & Slikker W Jr Von Kries R, Toschke PM, Koletzko B & Slikker W Jr (2002) Maternal smoking during pregnancy and childhood (2002) Ibu merokok selama kehamilan dan masa kanak-kanak obesity. obesitas. Am J Epidemiol 156, 954–961. Am J Epidemiol 156, 954-961. 93. 93. Ravelli AC, van Der M, Osmond C, Barker DJ & Bleker OP Ravelli AC, van Der F, Osmond C, Barker DJ & Bleker OP (1999) Obesity at the age of 50 y in men and women (1999) Obesitas pada usia 50 y pada pria dan wanita exposed to famine prenatally. terkena kelaparan pralahir. Am J Clin Nutr 70, 811–816. Am J Clin Nutr 70, 811-816. 94. 94. Biro FM, McMahon RP, Striegel-Moore R, Crawford PB, Biro FM, McMahon RP, Striegel-Moore R, Crawford PB, Obarzanek E, Morrison JA, Barton BA & Falkner F (2001) Obarzanek E, Morrison JA, Barton BA & Falkner F (2001) Impact of timing of pubertal maturation on growth in black Dampak waktu pubertas pematangan pada pertumbuhan hitam and white female adolescents: The National Heart, Lung, dan wanita kulit putih remaja: The National Heart, Lung, and Blood Institute Growth and Health Study. and Blood Institute Pertumbuhan dan Health Study. J Pediatr 138, J Pediatr 138, 636–643. 636-643. 95. 95. Kinra S, Baumer JH & Davey Smith G (2005) Early growth Kinra S, Baumer JH & Davey Smith G (2005) Awal pertumbuhan and childhood obesity: a historical cohort study. dan obesitas: sejarah penelitian kohort. Arch Dis Arch Dis Child 90, 1122–1127. Anak 90, 1122-1127. 96. 96. Ong KK, Ahmed ML, Emmett PM, Preece MA & Dunger Ong KK, Ahmed ML, Emmett AM, Preece MA & Dunger DB (2000) Association between postnatal catch-up growth DB (2000) Asosiasi antara pascakelahiran mengejar pertumbuhan and obesity in childhood: prospective cohort study. dan obesitas pada masa kanak-kanak: prospektif kohort studi. BMJ BMJ 320, 967–971. 320, 967-971. 97. 97. Dorosty AR, Emmett PM, Cowin S & Reilly JJ (2000) Dorosty AR, Emmett AM, Cowin S & Reilly JJ (2000) Factors associated with early adiposity rebound. Faktor yang terkait dengan awal adiposity rebound. ALSPAC ALSPAC Study Team. Study Team. Pediatrics 105, 1115–1118. Pediatrics 105, 1115-1118. 98. 98. Baird J, Fisher D, Lucas P, Kleijnen J, Roberts H & Law C Baird J, Fisher D, Lucas P, Kleijnen J, Roberts H & Hukum C (2005) Being big or growing fast: systematic review of size (2005) Menjadi besar atau tumbuh cepat: sistematis review ukuran

and growth in infancy and later obesity. dan pertumbuhan pada masa bayi dan kemudian obesitas. BMJ 331, 929–935. BMJ 331, 929-935. 99. 99. Power C, Lake JK & Cole TJ (1997) Body mass index and Power C, Danau JK & Cole TJ (1997) Indeks massa tubuh dan height from childhood to adulthood in the 1958 British born tinggi dari masa kanak-kanak sampai dewasa di tahun 1958 Inggris lahir cohort. kohort. Am J Clin Nutr 66, 1094–1101. Am J Clin Nutr 66, 1094-1101. 100. 100. Post GB & Kemper HC (1993) Nutrient intake and Post GB & Kemper HC (1993) Nutrient asupan dan biological maturation during adolescence. biologis pematangan selama masa remaja. The Amsterdam Amsterdam growth and health longitudinal study. pertumbuhan dan kesehatan longitudinal study. Eur J Clin Nutr 47, Eur J Clin Nutr 47, 400–408. 400-408. 101. 101. Gillman MW, Rifas-Shiman SL, Camargo CA Jr, Berkey Gillman MW, Rifas-Shiman SL, Camargo CA Jr, Berkey CS, Frazier AL, Rockett HR, Field AE & Colditz GA (2001) CS, Frazier AL, Rockett HR, Field AE & Colditz GA (2001) Risk of overweight among adolescents who were breastfed Risiko kelebihan berat badan di kalangan remaja yang sedang menyusui as infants. seperti bayi. JAMA 285, 2461–2467. JAMA 285, 2461-2467. 102. 102. Armstrong J & Reilly JJ; Child Health Information Team Armstrong J & Reilly JJ; Child Health Information Team (2002) Breastfeeding and lowering the risk of childhood (2002) Menyusui dan menurunkan resiko masa kanak-kanak obesity. obesitas. Lancet 359, 2003–2004. Lancet 359, 2003-2004. 103. 103. Dietz WH (2001) Breast feeding may help prevent Dietz WH (2001) Menyusui dapat membantu mencegah childhood overweight. masa kanak-kanak kelebihan berat badan. JAMA 285, 2506–2507. JAMA 285, 2506-2507. 104. 104. Bergmann KE, Bergmann RL, Von Kries R, Bohm O, Bergmann KE, Bergmann RL, Von Kries R, Bohm O, Richter R, Dudenhausen JW & Wahn U (2003) Early Richter R, Dudenhausen JW & Wahn U (2003) Dini determinants of childhood overweight and adiposity in a faktor-faktor penentu masa kanak-kanak kelebihan berat badan dan adiposity dalam birth cohort study: role of breastfeeding. lahir studi: peran menyusui. Int J Obes 27, Int J Obes 27, 162–172. 162-172. KL Procter KL Procter 42 42

Page 15 Halaman 15 105. 105. Li L, Parsons TJ & Power C (2003) Breast feeding and Li L, Parsons TJ & Power C (2003) menyusui dan obesity in childhood: cross sectional study. obesitas pada masa kanak-kanak: cross sectional studi. BMJ 327, BMJ 327, 904–905. 904-905. 106. 106. Victoria CG, Barros FC, Lima RC, Horta BL & Wells J Victoria CG, Barros FC, Lima RC, Horta BL & Wells J (2003) Anthropometry and body composition of 18 year old (2003) Anthropometry dan komposisi tubuh dari remaja berusia 18 tahun men according to duration of breast feeding. laki-laki menurut lama menyusui. Birth cohort Lahir

study from Brazil. studi dari Brasil. BMJ 327, 901–904. BMJ 327, 901-904. 107. 107. Clifford TJ (2003) Breast feeding and obesity. Clifford TJ (2003) menyusui dan obesitas. BMJ 327, BMJ 327, 879–880. 879-880. 108. 108. Arenz S, Rucker R, Koletzko B & von Kries R (2004) Arenz S, Rucker R, Koletzko B & von Kries R (2004) Breast-feeding and childhood obesity: a systematic review. Menyusui dan obesitas: sistematis review. Int J Obes 28, 1247–1256. Int J Obes 28, 1247-1256. 109. 109. Wadsworth M, Marshall S, Hardy R & Paul A (1999) Breast Wadsworth M, Marshall S, Hardy R & Paul A (1999) Payudara feeding and obesity. makan dan obesitas. Relation may be accounted for by Hubungan dapat dijelaskan oleh social factors. faktor-faktor sosial. BMJ 319, 1576. BMJ 319, 1576. 110. 110. Hediger ML, Overpeck MD, Kuczmarski RJ & Ruan WJ Hediger ML, Overpeck MD, Kuczmarski RJ & Ruan WJ (2001) Association between infant breastfeeding and (2001) Asosiasi antara bayi menyusui dan overweight in young children. kelebihan berat badan pada anak-anak. JAMA 285, 2453–2460. JAMA 285, 2453-2460. 111. 111. Poulton R & Williams S (2001) Breastfeeding and risk of Poulton R & Williams S (2001) Menyusui dan risiko overweight. kelebihan berat badan. JAMA 286, 1449–1450. JAMA 286, 1449-1450. 112. 112. Agostoni C, Scaglioni S, Ghisleni D, Verduci E, Giovannini Agostoni C, Scaglioni S, Ghisleni D, Verduci E, Giovannini M & Riva E (2005) How much protein is safe? M & Riva E (2005) Berapa banyak protein yang aman? Int J Obes Int J Obes 29, Suppl. 29, Suppl. 2, S8–S13. 2, S8-S13. 113. 113. Agras WS, Kraemer HC, Berkowitz RI & Hammer LD Agras WS, Kraemer HC, Berkowitz RI & Hammer LD (1990) Influence of early feeding style on adiposity at 6 (1990) Pengaruh awal makan gaya di adiposity pada 6 years of age. tahun. J Pediatr 116, 805–809. J Pediatr 116, 805-809. 114. 114. Wells JC, Stanley M, Laidlaw AS, Day JM, Stafford M & Sumur JC, Stanley M, Laidlaw AS, Hari JM, Stafford M & Davies PS (1997) Investigation of the relationship between Davies PS (1997) Investigasi hubungan antara infant temperament and later body composition. bayi temperamen dan kemudian komposisi tubuh. Int J Obes Int J Obes 21, 400–406. 21, 400-406. 115. 115. Wardle J, Sanderson S, Guthrie CA, Rapoport L & Plomin R Wardle J, Sanderson S, Guthrie CA, Rapoport L & Plomin R (2002) Parental feeding style and the inter-generational (2002) Parental makan gaya dan antar-generasi transmission of obesity risk. transmisi resiko obesitas. Obes Res 10, 453–462. Obes Res 10, 453-462. 116. 116. Sekine M, Yamagami T, Handa K, Saito T, Nanri S, Sekine M, Yamagami T, Handa K, Saito T, Nanri S, Kawaminami K, Tokui N, Yoshida K & Kagamimori S Kawaminami K, Tokui N, Yoshida K & Kagamimori S (2002) A dose-response relationship between short sleeping (2002) A dosis-respons hubungan antara pendek tidur hours and childhood obesity: results of the Toyama Birth jam dan obesitas: hasil Toyama Kelahiran

Cohort Study. Kohort Study. Child Care Health Dev 28, 163–170. Child Care Health Dev 28, 163-170. 117. 117. Agras WS, Hammer LD, McNicholas F & Kraemer HC Agras WS, Hammer LD, McNicholas F & Kraemer HC (2004) Risk factors for childhood overweight: a prospective (2004) Faktor risiko untuk masa kanak-kanak kelebihan berat badan: prospektif study from birth to 9·5 years. belajar dari kelahiran menjadi 9,5 tahun. J Pediatr 145, 20–25. J Pediatr 145, 20-25. 118. 118. Padez C, Mourao I, Moreira P & Rosado V (2005) Padez C, Mourao aku, Moreira P & Rosado V (2005) Prevalence and risk factors for overweight and obesity in Prevalensi dan faktor risiko untuk kelebihan berat badan dan obesitas di Portuguese children. Portugis anak-anak. Acta Paediatr 94, 1550–1557. Acta Paediatr 94, 1550-1557. 119. 119. Wang H, Sekine M, Chen X, Kanayama H, Yamagami T & Wang H, Sekine M, Chen X, Kanayama H, Yamagami T & Kagamimori S (2007) Sib-size, birth order and risk of Kagamimori S (2007) SIB-ukuran, urutan kelahiran dan risiko overweight in junior high school students in Japan: results kelebihan berat badan di siswa SMP di Jepang: hasil of the Toyama Birth Cohort Study. dari Toyama Birth Cohort Study. Prev Med 44, 45–51. Prev Med 44, 45-51. 120. 120. Lobstein T, Baur L & Uauy R for the IASO International Lobstein T, Baur L & Uauy R untuk IASO Internasional Obesity Task Force (2004) Obesity in children and young Obesitas Task Force (2004) Obesitas pada anak-anak dan remaja people: a crisis in public health. orang: krisis dalam kesehatan masyarakat. Obes Rev 5, Suppl. Obes Rev 5, Suppl. 1, 1 4–104. 4-104. 121. 121. Strauss RS & Knight J (1999) Influence of the home Strauss RS & Knight J (1999) Pengaruh rumah environment on the development of obesity in children. lingkungan terhadap perkembangan obesitas pada anak-anak. Pediatrics 103, e85. Pediatrics 103, E85. 122. 122. Lissau I & Sorensen TI (1994) Parental neglect during Lissau I & Sorensen TI (1994) Parental diabaikan selama childhood and increased risk of obesity in young adulthood. masa kanak-kanak dan peningkatan risiko obesitas pada dewasa muda. Lancet 343, 324–327. Lancet 343, 324-327. 123. 123. Davison KK & Birch LL (2002) Obesogenic families: Davison KK & Birch LL (2002) Obesogenic keluarga: parents' physical activity and dietary intake patterns predict orangtua aktivitas fisik dan asupan pola memprediksi girls' risk of overweight. gadis 'risiko kelebihan berat badan. Int J Obes 26, 1186–1193. Int J Obes 26, 1186-1193. 124. 124. Lake JK, Power C & Cole TJ (1997) Child to adult BMI in Danau JK, Power C & Cole TJ (1997) Anak untuk dewasa BMI di the 1958 British birth cohort: associations with parental tahun 1958 Inggris lahir: asosiasi dengan orangtua obesity. obesitas. Arch Dis Child 77, 376–381. Arch Dis Child 77, 376-381. 125. 125. Hood MY, Moore LL, Sundarajan-Ramamurti A, Singer M, Hood MY, Moore LL, Sundarajan-Ramamurti A, Singer M,

Cupples LA & Ellison RC (2000) Parental eating attitudes Cupples LA & Ellison RC (2000) Parental makan sikap and the development of obesity in children. dan perkembangan obesitas pada anak-anak. The Framing- The Framing - ham Children's Study. ham Children's Study. Int J Obes 24, 1319–1325. Int J Obes 24, 1319-1325. 126. 126. Wardle J, Guthrie C, Sanderson S, Birch L & Plomin R Wardle J, Guthrie C, Sanderson S, Birch L & Plomin R (2001) Food and activity preferences in children of lean and (2001) Makanan dan kegiatan preferensi pada anak-anak yang kurus dan obese parents. gemuk orangtua. Int J Obes 25, 971–977. Int J Obes 25, 971-977. 127. 127. Franks PW, Ravussin E, Hanson RL, Harper IT, Allison DB, Frank PW, Ravussin E, Hanson RL, Harper IT, Allison DB, Knowler WC, Tatarnni PA & Salbe AD (2005) Habitual Knowler WC, Tatarnni PA & Salbe AD (2005) Habitual physical activity in children: the role of genes and the aktivitas fisik pada anak-anak: peranan gen dan environment. lingkungan. Am J Clin Nutr 82, 901–908. Am J Clin Nutr 82, 901-908. 128. 128. Danielzik S, Czerwinski-Mast M, Langnase K, Dilba B & Danielzik S, Czerwinski-Mast M, Langnase K, Dilba B & Muller MJ (2004) Parental overweight, socioeconomic Muller MJ (2004) Parental kelebihan berat badan, sosial-ekonomi status and high birth weight are the major determinants of status dan tinggi berat lahir adalah utama penentu overweight and obesity in 5-7 y-old children: baseline data kelebihan berat badan dan obesitas dalam 5-7 y-anak berusia: baseline data of the Kiel Obesity Prevention Study (KOPS). dari Kiel Obesitas Pencegahan Study (KOPS). Int J Obes 28, Int J Obes 28, 1494–1502. 1494-1502. 129. 129. Whitaker RC, Wright JA, Pepe MS, Seidel KD & Dietz WH Whitaker RC, Wright JA, Pepe MS, Seidel KD & Dietz WH (1997) Predicting obesity in young adulthood from child- (1997) Predicting obesitas pada dewasa muda dari anak - hood and parental obesity. tudung dan orangtua obesitas. N Engl J Med 337, 869–873. N Engl J Med 337, 869-873. 130. 130. Wang Y, Ge K & Popkin BM (2000) Tracking of body mass Wang Y, Ge K & Popkin BM (2000) Pelacakan dari massa tubuh index from childhood to adolescence: a 6-y follow-up study indeks dari masa kanak-kanak sampai masa remaja: sebuah 6-y studi lanjutan in China. di Cina. Am J Clin Nutr 72, 1018–1024. Am J Clin Nutr 72, 1018-1024. 131. 131. Garn SM, Bailey SM & Higgins IT (1976) Fatness Garn SM, Bailey SM & Higgins TI (1976) kegemukan similarities in adopted pairs. kesamaan dalam mengadopsi berpasangan. Am J Clin Nutr 29, Am J Clin Nutr 29, 1067–1068. 1067-1068. 132. 132. Etelson D, Brand DA, Patrick PA & Shirali A (2003) Etelson D, Brand DA, Patrick PA & Shirali A (2003) Childhood obesity: do parents recognize this health risk? Obesitas: orangtua mengenali risiko kesehatan? Obes Rev 11, 1362–1368. Obes Rev 11, 1362-1368. 133. 133. Jeffery AN, Voss LD, Metcalf BS, Alba S & Wilkin TJ Jeffery AN, Voss LD, Metcalf BS, Alba S & Wilkin TJ (2005) Parents' awareness of overweight in themselves and (2005) Orangtua 'kesadaran akan

kelebihan berat badan dalam diri mereka sendiri dan their children: cross sectional study within a cohort anak-anak mereka: lintas penampang studi dalam kelompok (EarlyBird 21). (EarlyBird 21). BMJ 330, 23–24. BMJ 330, 23-24. 134. 134. Strauss RS & Pollack HA (2001) Epidemic increase in Strauss RS & Pollack HA (2001) Epidemi peningkatan childhood overweight 1986–1998. masa kanak-kanak kegemukan 1986-1998. JAMA 286, 2845–2848. JAMA 286, 2845-2848. 135. 135. Booth ML, Wake M, Armstrong T, Chey T, Hesketh K & Booth ML, Wake M, Armstrong T, Chey T, Hesketh K & Mathur S (2001) The epidemiology of overweight and Mathur S (2001) The epidemiologi dari kelebihan berat badan dan obesity among Australian children and adolescents, 1995– obesitas di antara Australia anak-anak dan remaja, 1995 -- 97. 97. Aust NZJ Public Health 25, 162–169. Aust NZJ Kesehatan Masyarakat 25, 162-169. 136. 136. Ogden CL, Flegal KM, Carroll MD & Johnson CL (2002) Ogden CL, Flegal KM, Carroll MD & Johnson CL (2002) Prevalence and trends in overweight among US children and Prevalensi dan kecenderungan kelebihan berat badan antara US anak-anak dan adolescents, 1999–2000. remaja, 1999-2000. JAMA 288, 1728–1732. JAMA 288, 1728-1732. 137. 137. Whincup PH, Gilg JA, Papacosta O, Seymour C, Miller GJ, Whincup PH, Gilg JA, Papacosta O, Seymour C, Miller GJ, Alberti KG & Cook DG (2002) Early evidence of ethnic Alberti KG & Cook DG (2002) Early bukti dari etnis differences in cardiovascular risk: cross sectional compari- perbedaan dalam risiko kardiovaskular: lintas penampang compari - son of British South Asian and white children. putra Inggris Asia Selatan dan putih anak-anak. BMJ 324, BMJ 324, 635–641. 635-641. 138. 138. New SA & Livingstone MB (2003) An investigation of the Baru SA & Livingstone MB (2003) Sebuah penyelidikan association between vending machine confectionery pur- hubungan antara mesin penjual manisan pur - chase frequency by schoolchildren in the UK and other mengejar frekuensi oleh anak-anak sekolah di Inggris dan lainnya dietary and lifestyle factors. pola makan dan faktor gaya hidup. Public Health Nutr 6, Public Health Nutr 6, 497–504. 497-504. 139. 139. Belderson P, Harvey I, Kimbell R, O'Neill J, Russell J & Belderson P, Harvey aku, Kimbell R, O'Neill J, Russell J & Barker ME (2003) Does breakfast-club attendance affect Barker ME (2003) Apakah sarapan-klub kehadiran mempengaruhi schoolchildren's nutrient intake? anak sekolah's gizi asupan? A study of dietary intake at Sebuah studi tentang asupan makanan di three schools. tiga sekolah. Br J Nutr 90, 1003–1006. Br J Nutr 90, 1003-1006. 140. 140. Whincup PH, Owen CG, Sattar N & Cook DG (2005) Whincup PH, Owen CG, Sattar N & Cook DG (2005) School dinners and markers of cardiovascular health and Sekolah makan malam dan tanda-tanda kesehatan jantung dan type 2 diabetes in 13-16 year olds: a cross sectional study. diabetes tipe 2 pada 13-16 tahun anak umur: salib seksi studi. BMJ 331, 1060–1061. BMJ 331, 1060-1061.

141. 141. Neumark-Sztainer D, French SA, Hannan PJ, Story M & Neumark-Sztainer D, Perancis SA, Hannan PJ, Story M & Fulkerson JA (2005) School lunch and snacking patterns Fulkerson JA (2005) Sekolah makan siang dan ngemil pola among high school students: associations with school food kalangan siswa SMA: asosiasi dengan makanan sekolah environment and policies. lingkungan dan kebijakan. Int J Behav Nutr Phys Act 2, 14. Int J Behav Nutr Phys Act 2, 14. 142. 142. Gould R, Russell J & Barker ME (2006) School lunch Gould R, Russell J & Barker ME (2006) Sekolah makan siang menus and 11 to 12 year old children's food choice in three menu dan 11-12 tahun makanan anak-anak pilihan dalam tiga secondary schools in England – are the nutritional standards sekolah menengah di Inggris - adalah standar gizi being met? dipenuhi? Appetite 46, 86–92. Appetite 46, 86-92. Aetiology of childhood obesity Etiologi obesitas masa kanak-kanak 43 43

Page 16 Page 16 143. 143. Sahota P, Rudolf MC, Dixey R, Hill AJ, Barth JH & Cade J Sahota P, Rudolf MC, Dixey R, Hill AJ, Barth JH & Cade J (2001) Evaluation of implementation and effect of primary (2001) Evaluasi pelaksanaan dan dampak primer school based intervention to reduce risk factors for obesity. berbasis sekolah intervensi untuk mengurangi faktor risiko obesitas. BMJ 323, 1027. BMJ 323, 1027. 144. 144. Sahota P, Rudolf MCJ, Dixey R, Hill AJ, Barth JH & Cade J Sahota P, Rudolf MCJ, Dixey R, Hill AJ, Barth JH & Cade J (2001) Randomised controlled trial of primary school based (2001) acak controlled trial sekolah dasar berbasis intervention to reduce risk factors for obesity. intervensi untuk mengurangi faktor risiko obesitas. BMJ 323, BMJ 323, 1029–1032. 1029-1032. 145. 145. Toh CM, Cutter J & Chew SK (2002) School based Toh CM, Cutter J & Chew SK (2002) Sekolah berbasis intervention has reduced obesity in Singapore. intervensi telah mengurangi obesitas di Singapura. BMJ 324, BMJ 324, 427. 427. 146. 146. Robinson TN (1999) Reducing children's television viewing Robinson TN (1999) Mengurangi anak-anak menonton televisi to prevent obesity: a randomized controlled trial. untuk mencegah obesitas: a randomized controlled trial. JAMA 282, JAMA 282, 1561–1567. 1561-1567. 147. 147. Metcalf BS, Voss LD & Wilkin TJ (2002) Accelerometers Metcalf BS, Voss LD & Wilkin TJ (2002) accelerometers identify inactive and potentially obese children mengidentifikasi aktif dan berpotensi obesitas anak-anak (EarlyBird 3). (EarlyBird 3). Arch Dis Child 87, 166–167. Arch Dis Child 87, 166-167. 148. 148. Mallam KM, Metcalf BS, Kirkby J, Voss LD & Wilkin TJ Mallam KM, Metcalf BS, Kirkby J, Voss LD & Wilkin TJ (2003) Contribution of timetabled physical education to (2003) Kontribusi timetabled pendidikan jasmani untuk

total physical activity in primary school children: cross total aktivitas fisik di sekolah dasar anak-anak: salib sectional study. sectional studi. BMJ 327, 592–593. BMJ 327, 592-593. 149. 149. Metcalf B, Voss L, Jeffery A, Perkins J & Wilkin T (2004) Metcalf B, Voss L, Jeffery A, Perkins J & Wilkin T (2004) Physical activity cost of the school run: impact on Aktivitas fisik biaya sekolah jalankan: dampak pada schoolchildren of being driven to school (EarlyBird 22). -anak sekolah menjadi terdorong untuk sekolah (EarlyBird 22). BMJ 329, 832–833. BMJ 329, 832-833. 150. 150. Mo-Suwan L, Lebel L, Puetpaiboon A & Junjana C (1999) Mo-Suwan L, Lebel L, Puetpaiboon A & Junjana C (1999) School performance and weight status of children and Kinerja sekolah dan berat status anak-anak dan young adolescents in a transitional society in Thailand. remaja dalam suatu masjarakat peralihan di Thailand. Int J Int J Obes 23, 272–277. Obes 23, 272-277. 151. 151. Timperio A, Salmon J, Telford A & Crawford D (2005) Timperio A, Salmon J, Telford A & Crawford D (2005) Perceptions of local neighbourhood environments and their Persepsi terhadap RT lingkungan dan mereka relationship to childhood overweight and obesity. hubungannya dengan anak kelebihan berat badan dan obesitas. Int J Obes Int J Obes 29, 170–175. 29, 170-175. 152. 152. Burdette HL & Whitaker RC (2005) A national study of Burdette HL & Whitaker RC (2005) Sebuah studi nasional dari neighbourhood safety, outdoor play, television viewing and lingkungan aman, bermain di luar, menonton televisi dan obesity in preschool children. obesitas pada anak-anak prasekolah. Pediatrics 116, 657–662. Pediatrics 116, 657-662. 153. 153. Lumeng LC, Appugliese D, Cabral HJ, Bradley RH & Lumeng LC, Appugliese D, Cabral HJ, Bradley RH & Zuckerman B (2006) Neighbourhood safety and overweight Zuckerman B (2006) Neighbourhood keselamatan dan kelebihan berat badan status in children. status anak-anak. Arch Pediatr Adolesc Med 160, 25–31. Arch Pediatr Adolesc Med 160, 25-31. 154. 154. Hardy R, Wadsworth M & Kuh D (2000) The influence of Hardy R, Wadsworth M & Kuh D (2000) Pengaruh childhood weight and socioeconomic status on change in masa kanak-kanak berat badan dan status sosial ekonomi pada perubahan dalam adult body mass index in a British national birth cohort. tubuh dewasa indeks massa dalam nasional Inggris lahir. Int J Int J Obes Relat Metab Disord 24, 725–734. Obes Relat Metab Disord 24, 725-734. 155. 155. Okasha M, McCarron P, McEwen J, Durnin J & Davey Okasha M, McCarron P, McEwen J, Durnin J & Davey Smith G (2003) Childhood social class and adulthood Smith G (2003) Childhood kelas sosial dan dewasa obesity: findings from the Glasgow Alumni Cohort. obesitas: temuan dari Glasgow Alumni Cohort. J Epidemiol Comm Health 57, 508–509. J Epidemiol Comm Kesehatan 57, 508-509. 156. 156. Mondena CWS, van Lentheb FJ & Mackenbachb JP (2006) Mondena CWS, van Lentheb FJ & Mackenbachb JP (2006) A simultaneous analysis of neighbourhood and childhood Sebuah simultan analisis lingkungan dan

masa kanak-kanak socio-economic environment with self-assessed health and sosial-lingkungan ekonomi dengan diri dinilai kesehatan dan health-related behaviours. kesehatan yang berhubungan dengan perilaku. Health Place 12, 394–403. Kesehatan Place 12, 394-403. 157. 157. Power C & Parsons T (2000) Nutritional and other Power C & Parsons T (2000) Nutrisi dan influences in childhood as predictors of adult obesity. pengaruh di masa kanak-kanak sebagai prediktor dewasa obesitas. Proc Nutr Soc 59, 267–272. Proc Nutr Soc 59, 267-272. 158. 158. Reidpath DD, Burns C, Garrard J, Mahoney M & Townsend Reidpath DD, Burns C, Garrard J, Mahoney M & Townsend M (2002) An ecological study of the relationship between M (2002) Sebuah ekologis studi mengenai hubungan antara social and environmental determinants of obesity. sosial dan lingkungan penentu obesitas. Health Kesehatan Place 8, 141–145. Place 8, 141-145. 159. 159. Stamatakis E, Primatesta P, Chinn S, Rona R & Falascheti E Stamatakis E, Primatesta P, Chinn S, Rona R & Falascheti E (2005) Overweight and obesity trends from 1974 to 2003 in (2005) Kelebihan berat badan dan obesitas tren 1974-2003 di English children: what is the role of socioeconomic factors? Inggris anak-anak: apa peran sosial-ekonomi faktor? Arch Dis Child 90, 999–1004. Arch Dis Child 90, 999-1.004. 160. 160. Cecil JE, Watt P, Murrie IS, Wrieden W, Wallis DJ, Cecil JE, Watt P, Murrie IS, Wrieden W, Wallis DJ, Hetherington MM, Bolton-Smith C & Palmer CN (2005) Hetherington MM, Bolton-Smith C & Palmer CN (2005) Childhood obesity and socioeconomic status: a novel role Childhood obesitas dan status sosial ekonomi: sebuah novel peran for height growth limitation. untuk height pertumbuhan terbatas. Int J Obes 29, 1199–1203. Int J Obes 29, 1199-1203. 161. 161. Lamerz A, Kuepper-Nybelen J, Wehle C, Bruning N, Trost- Lamerz A, Kuepper-Nybelen J, Wehle C, Bruning N, Trost - Brinkhues G, Brenner H, Hebebrand J & Herpertz- Brinkhues G, Brenner H, Hebebrand J & Herpertz - Dahlmann B (2005) Social class, parental education, and Dahlmann B (2005) Sosial kelas, orang tua pendidikan, dan obesity prevalence in a study of six-year-old children in obesitas prevalensi dalam studi enam tahun anak-anak di Germany. Jerman. Int J Obes 29, 373–380. Int J Obes 29, 373-380. 162. 162. Romon M, Duhamel A, Collinet N & Weill J (2005) Romon M, Duhamel A, Collinet N & Weill J (2005) Influence of social class on time trends in BMI distribution Pengaruh kelas sosial tepat waktu tren di BMI distribusi in 5-year-old French children from 1989 to 1999. dalam 5 tahun perancis anak-anak 1989-1999. Int J Obes Int J Obes 29, 54–59. 29, 54-59. 163. 163. Kinra S, Nelder RP & Lewendon GJ (2000) Deprivation and Kinra S, Metode Nelder RP & Lewendon GJ (2000) Perampasan dan childhood obesity: a cross sectional study of 20,973 children obesitas: lintas seksi studi tentang 20.973 anak-anak

in Plymouth, United Kingdom. di Plymouth, Inggris Raya. J Epidemiol Community J Epidemiol Community Health 54, 456–460. Kesehatan 54, 456-460. 164. 164. Dummer TJB, Gibbon MA, Hackett AF, Stratton G & Dummer TJB, Gibbon MA, Hackett AF, Stratton G & Taylor SR (2005) Is overweight and obesity in 9–10-year- Taylor SR (2005) Apakah kelebihan berat badan dan obesitas di 9-10-tahun - old children in Liverpool related to deprivation and/or anak berusia di Liverpool yang berkaitan dengan kekurangan dan / atau electoral ward when based on school attended? pemilihan bangsal ketika didasarkan pada sekolah dihadiri? Public Publik Health Nutr 8, 636–641. Kesehatan Nutr 8, 636-641. 165. 165. Hakeem R (2001) Socio-economic differences in height and body mass index of children and adults living in urban areas of Karachi, Pakistan. Eur J Clin Nutr 55, 400–406. 166. 166. Noor MI (2002) The nutrition and health transition in Malaysia. Malaysia. Public Health Nutr 5, 191–195. 167. 167. Subramanian SV & Smith GD (2006) Patterns, distribution, and determinants of under- and overnutrition: a population- based study of women in India. Am J Clin Nutr 84, 633–640. 168. 168. Coulston AM & Johnson RK (2002) Sugar and sugars: myths and realities. J Am Diet Assoc 102, 351–353. 169. 169. Cawley JH (2006) Markets and childhood obesity policy. Future Child 16, 69–88. 170. 170. Tillotson JE (2004) America's obesity: conflicting public policies, industrial economic development, and unintended human consequences. Ann Rev Nutr 24, 617–643. 171. 171. National Statistics (2006) United Kingdom Input-Output Analyses, 2006 Edition. http://www.statistics.gov.uk/input- output output 172. 172. Hill J & Peters J (1998) Environmental contributions to the obesity epidemic. epidemi obesitas. Science 280, 1371–1374. 173. 173. Rolls B, Roe L, Meengs J & Wall D (2004) Increasing the portion size of a sandwich increases energy intake. J Am J Am Diet Assoc 104, 367–372. 174. 174. Diliberti N, Bordi P, Conklin M, Roe L & Rolls B (2004) Increased portion size leads to increased energy intake in a restaurant meal. Obes Res 12, 562–568. 175. 175. Young LR & Nestle M (2003) Expanding portion sizes in the US marketplace: implications for nutrition counselling. J Am Diet Assoc 103, 231–234. 176. 176. Pelletier AL, Chang WW, Delzell JE Jr & McCall JW (2004) Patients' understanding and use of snack food package nutrition labels. J Am Board Fam Pract 17, 319–323. 177. 177. Geier AB, Rozin P & Doros G (2006) Unit bias: a new heuristic that helps explain the effect of portion size on food intake. asupan. Psychol Sci 17, 521–525. 178. 178. Schwartz J & Byrd-Bredbenner C (2006) Portion distortion: typical portion sizes selected by young adults. J Am Diet J Am Diet Assoc 106, 1412–1418.

179. 179. Roefs A & Jansen A (2004) The effect of information about fat content on food consumption in overweight/obese and lean people. Appetite 43, 319–322. 180. 180. Wootan MG & Osborn M (2006) Availability of nutrition information from chain restaurants in the United States. Am Am J Prev Med 30, 266–268. 181. 181. Krukowski RA, Harvey-Berino J, Kolodinsky J, Narsana RT & Desisto TP (2006) Consumers may not use or understand KL Procter KL Procter 44 44

Page 17 Page 17 calorie labeling in restaurants. J Am Diet Assoc 106, 917–920. 182. 182. Clarke G, Eyre H & Guy C (2002) Deriving indicators of access to food retail provision in British cities: studies of Cardiff, Leeds and Bradford. Urban Stud 39, 2041–2060. 183. 183. Wrigley N (2002) 'Food deserts' in British cities: policy context and research priorities. Urban Stud 39, 2029–2040. 184. 184. Whelan A, Wrigley N, Warm D & Cannings E (2002) Life in a 'food desert'. Urban Stud 39, 2083–2100. 185. 185. Wrigley N, Warm D, Margetts B & Whelan A (2002) Assessing the impact of improved retail access on diet in a 'food desert' a preliminary report. Urban Stud 39, 2061–2082. 186. 186. Sturm R & Datar A (2005) Body mass index in elementary school children, metropolitan area food prices and food outlet density. Public Health 119, 1059–1068. 187. 187. Pearson T, Russell J, Campbell MJ & Barker ME (2005) Do 'food deserts' influence fruit and vegetable consumption? – -- A cross-sectional study. Sebuah studi cross-sectional. Appetite 45, 195–197. 188. 188. Winkler E, Turrell G & Patterson C (2006) Does living in a disadvantaged area mean fewer opportunities to purchase fresh fruit and vegetables in the area? Findings from the Temuan Brisbane food study. Health Place 12, 306–319. 189. 189. Cummins S & MacIntyre S (2006) Food environments and obesity – neighbourhood or nation? Int J Epidemiol 35, 100–104. 190. 190. Epstein LH, Handley EA, Dearing KK, Cho DD, Roemmich JN, Paluch RA, Raja SP & Youngju SB (2006) Purchases of food in youth. Influence of price and income. Psychol Sci 17, 82–89. 191. 191. Dwyer JT & Ouyang CM (2000) What can industry do to facilitate dietary and behavioural changes? Br J Nutr 83, Suppl. Suppl. 1, S173–S180. 192. 192. Linn SE (2004) Food marketing to children in the context of a marketing maelstrom. J Public Health Policy 25, 367–378. 193. 193. Neville L, Thomas M & Bauman A (2005) Food advertising on Australian television: the extent of children's exposure. Health Promot Int 20, 105–112. 194. 194. Connor SM (2006) Food-related advertising on preschool

television: building brand recognition in young viewers. Pediatrics 118, 1478–1485. 195. 195. Hoek J & Gendall P (2006) Advertising and obesity: a behavioral perspective. perspektif perilaku. J Health Comm 11, 409–423. 196. 196. Lobstein T & Dibb S (2005) Evidence of a possible link between obesogenic food advertising and child overweight. Obes Rev 6, 203–208. 197. 197. Finkelstein EA, Ruhm CJ & Kosa KM (2005) Economic causes and consequences of obesity. Annu Rev Public Annu Rev Publik Health 26, 239–257. 198. 198. Elliot A (2003) US food industry ensures that consumers are not told to eat less. BMJ 327, 1067. 199. 199. Nestle M (2003) The ironic politics of obesity. Science 299, 781. 781. 200. 200. Rigby NJ, Kumanyika S & James WPT (2004) Confronting the epidemic: the need for global solutions. J Public Health J Public Health Policy 25, 418–434. 201. 201. Weiss RI & Smith JA (2004) Legislative approaches to the obesity epidemic. epidemi obesitas. J Public Health Policy 25, 379–390. 202. 202. Boseley S (2004) United States accused of sabotaging obesity strategy. Int J Health Serv 34, 553–554. 203. 203. Daynard RA, Howard PT & Wilking CL (2004) Private enforcement: litigation as a tool to prevent obesity. J Public J Publik Health Policy 25, 408–417. 204. 204. Kelley B & Smith JA (2004) Legal approaches to the obesity epidemic: an introduction. J Public Health Policy 25, 346–352. 205. 205. Nelson R (2004) “Cheeseburger Bill” protects food industry. industri. Lancet 363, 954. 206. 206. Davey RC (2004) The obesity epidemic: too much food for thought? Br J Sports Med 38, 360–363. 207. 207. Hayne CL, Moran PA & Ford MM (2004) Regulating environments to reduce obesity. J Public Health Policy 25, 391–407. 208. 208. Butler D (2004) Health experts find obesity measures too lightweight. ringan. Nature 428, 244. 209. 209. Finkelstein E, French S, Variyam JN & Haines PS (2004) Pros and cons of proposed interventions to promote healthy eating. makan. Am J Prev Med 27, Suppl. 3, 163–171. 210. 210. Pratt M, Macera CA, Sallis JF, O'Donnell M & Frank LD (2004) Economic interventions to promote physical activity: application of the SLOTH model. Am J Prev Med 27, Suppl. 3, 136–145. 211. 211. Drewnowski A (2004) Obesity and the food environment: dietary energy density and diet costs. Am J Prev Med 27, Suppl. Suppl. 3, 154–162. Aetiology of childhood obesity Etiologi obesitas masa kanak-kanak 45 45