UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319886-S-PDF-Ekotyas...
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319886-S-PDF-Ekotyas...
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN
INTENTION TO LEAVE PADA PERAWAT
(The Relationship between Psychological Capital and Intention to
Leave among Nurses )
SKRIPSI
EKOTYAS ELASTRINA A.
0806344692
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI SARJANA REGULER
DEPOK
JUNI 2012
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
i
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN
INTENTION TO LEAVE PADA PERAWAT
(The Relationship between Psychological Capital and Intention to
Leave among Nurses )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
EKOTYAS ELASTRINA A.
0806344692
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI SARJANA REGULER
DEPOK
JUNI 2012
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Ekotyas Elastrina
NPM : 0806344692
Tanda Tangan :
Tanggal : 14 Juni 2012
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Ekotyas Elastrina A.
NPM : 0806344692
Program Studi : Psikologi
Judul Skripsi : Hubungan antara Psychological Capital dan
Intention to Leave pada Perawat
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi pada Program Studi Reguler, Fakultas Psikologi, Universitas
Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dra. Bertina Sjabadhyni, M.Si. ( )
NIP. 196109101987032001
Penguji 1 : Dra. B.K. Indarwahyanti Graito M.Psi. ( )
NIP. 194802291975012001
Penguji 2 : Dra. Derry Busriati, M.Psi. ( )
NIP. 195402271980032002
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 14 Juni 2012
DISAHKAN OLEH
(Prof. Dr. Frieda Maryam Mangunsong Siahaan, M.Ed.)
NIP. 195408291980032001
(Dr. Wilman Dahlan Mansoer, M.Org.Psy.)
NIP. 194904031976031002
Ketua Program Sarjana Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Kuasa atas
segala karunia dan hidayah yang diberikan sehingga saya diberi kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi
ini, sangat sulit bagi saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
saya ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dra. Bertina Sjabadhyni, M.Si. sebagai pembimbing skripsi saya yang telah
meluangkan waktu dan daya upaya untuk membimbing saya dan teman-
teman di payung penelitian Psychological Capital sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan.
2. Luh Surini Yulia Savitri, S.Psi, M.Psi. sebagai pembimbing akademis saya
yang memberikan arahan dan dukungan kepada saya selama perkuliahan di
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
3. Dosen penguji, yaitu Dra. B.K. Indarwahyanti Graito M.Psi. dan Dra.
Derry Busriati, M.Psi. yang telah banyak memberikan arahan dan masukan
terhadap skripsi ini.
4. Kedua orang tua saya Drs. S.E.T. Supriyanto dan Dra. Istyas Endang Sri A.
yang selalu memberikan dukungan, doa yang tiada henti, dan materi yang
cukup kepada saya hingga saya dapat menuntaskan perkuliahan ini. Serta
adik saya Settyas Tedy Andrassukma, terimkasih untuk canda tawa yang
mengahapus semua penat.
5. Teman-teman peer ―Para Cungils‖ (Junita, Anggit, Riri, Junisi, Devy, dan
Lita ) yang selalu memberikan semangat, canda, tangis, dan tawa selama
perkuliahan. Terimakasih telah menerima saya apa adanya dan menjadikan
saya berarti bersama kalian.
6. Teman-teman payung (Monika, Reyna, Miko, Vira, Daniel, Adit, Riri, dan
Yudhis) yang saling membantu satu sama lain sehingga skripsi ini dapat
berjalan dengan lancar.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
v
7. ―Three Musketeers‖ Jauhari Oka Reuwpassa dan Alfath Dwie Perdana,
yang telah menjadi orang –orang terdekat selama saya menjalani
perkulihan di Universitas Indonesia. Terimakasih untuk segala sesuatu
yang telah kalian berikan selama ini.
8. Teman – Teman FUSI 12 dan FUSI 13, yang selalu memberikan doa dan
dukungan sehingga saya memiliki keluarga baru di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia/
9. Teman – teman ―Geng Wasior‖ yang telah memberikan dukungan, doa,
dan inspirasi bagi saya dalam menjalani kehidupan perkuliahan.
Terimakasih untuk pengalaman tak terlupakannya selama sebulan ada di
bumi cendrawasih.
10. Teman – teman PERHIMAK UI yang telah mendampingi saya dari awal
perkuliahan hingga menyelesaikan perkuliahan. Tanpa kalian saya tidak tau
bagaiman caranya bertahan di tanah perantauan.
11. Partisipan-partisipan penelitian yang membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
12. Seluruh sahabat-sahabat dan teman-teman Psikologi UI angkatan 2008
(Psikomplit) yang memberikan berbagai pengalaman selama menjalani
perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Skripsi ini dibuat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampun saya,
tapi tidak menutup kemungkinan jika terdapat kekurangan di dalamnya. Jika ada
hal-hal yang ingin ditanyakan atau didiskusikan lebih lanjut, bisa menghubungi
[email protected]. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan
berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Depok, 14 Juni 2012
Ekotyas Elastrina
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Ekotyas Elastrina
NPM : 0806344692
Program Studi : Reguler
Fakultas : Psikologi
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
―Hubungan antara Psychological Capital dam Intention to Leave pada Perawat‖
beserta perangkat (jika ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini,
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihkan bentuk,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, serta mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagia penulis atau pencipta dan juga sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 14 Juni 2012
Yang menyatakan
(Ekotyas Elastrina)
NPM : 0806344692
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Ekotyas Elastrina A.
Program Studi : Psikologi
Judul : Hubungan antara Psychological Capital dan Intention to
Leave pada Perawat
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara
psychological capitaldan intention to leave pada perawat. Pengukuran
psychological capital menggunakan alat ukur psychological capital questioner
(Luthans, Youssef, & Avolio, 2007) dan pengukuran intention to leave
menggunakan alat ukur anticipated turnover scale (Atwood, 1985). Partisipan
berjumlah 187 orang perawat yang bekerja di rumah sakit umum swasta. Hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
psychological capital dan intention to leave pada perawat (r = -0,169; p = 0.010,
signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi psychological capital yang
dimiliki seseorang, maka semakin rendah intention to leave yang dimiliki.
Berdasarkan hasil tersebut, psychological capital pada perawat perlu
dikembangkan untuk menurunkan intention to leave sehingga dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat.
Kata Kunci:
Psychological capital, intention to leave.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
viii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Ekotyas Elastrina A.
Program of Study : Psychology
Title : The Correlation between Psychological Capital and
Intention to Leave among Nurses.
This research was conducted to find the correlation between psychological capital;
and intention to leave among nurses.Psychological capital was measured using a
modification instrument named psychological capital questioner (Luthans,
Youssef, & Avolio, 2007 ) and intention to leave was measured using a
modification instrument named anticipated turnover scale (Atwood, 1985). The
participants of this research are 187 nurseswho are working in private hospital.
The main results of this research show that psychological capital has negative
correlatio significantly with intention to leave (r = -0.169; p = 0.010, significant at
L.o.S 0.05). That is, the higher psychological capital of one’s own, the lower
showing intention to leave. Based on these results, psychological capital among
nurse need to be developed to reduce intention to leave so they can give the best
health service to the people.
Keyword:
Psychological capital, intention to leave.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Masalah Penelitian ........................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
1.5 Sistematika penulisan .................................................................................... 7
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................. 9
2.1 Psychological Capital ................................................................................... 9
2.1.1 DefinisiPsychological Capital .......................................................... 11
2.1.2 Komponen Psychological Capital .................................................... 12
2.1.3 Pengukuran Psychological Capital ................................................... 15
2.2 Intention to Leave ........................................................................................ 16
2.2.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Intention to Leave ................. 17
2.2.2 Pengukuran Intention to Leave ......................................................... 19
2.3 Rumah Sakit ................................................................................................ 20
2.4 Perawat ....................................................................................................... 23
2.4.1 Karateristik Perawat berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................... 24
2.5 Dinamika Hubungan antara Psycghological Capital dan Intention to
Leave ................................................................................................. 25
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ 28
3.1 Masalah Penelitian ...................................................................................... 28
3.1.1 Masalah Konseptual .......................................................................... 28
3.1.2 Masalah Operasional ......................................................................... 28
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 28
3.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha) ................................................................... 28
3.2.2 Hipotesis Nol (Ho) ............................................................................ 29
3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................... 29
3.3.1 Variabel Pertama: Psychological Capital ......................................... 29
3.3.1.1 Definisi Konseptual ................................................................. 29
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
x Universitas Indonesia
3.3.1.2 Definisi Operasional ................................................................ 29
3.3.2 Variabel Kedua: Intention to Leave .................................................. 29
3.3.2.1 Definisi Konseptual ................................................................. 30
3.3.2.2 Definisi Operasional ................................................................ 30
3.4 Tipe dan Desain Penelitian .......................................................................... 30
3.4.1 Tipe Penelitian ................................................................................... 30
3.4.2 Desain Penelitian ............................................................................... 30
3.5 Partisipan Penelitian .................................................................................... 31
3.5.1 Karakteristik Partisipan Penelitian .................................................... 31
3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 31
3.5.3 Jumlah Sampel .................................................................................. 32
3.6 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32
3.7 Instrumen Penelitian .................................................................................... 32
3.7.1 Alat Ukur Psychological Capital ...................................................... 32
3.7.1.1 Metode Scoring ....................................................................... 32
3.7.1.2 Uji Coba Alat Ukur ................................................................. 34
3.7.2 Alat Ukur Intention to Leave ............................................................. 35
3.7.2.1 Metode Scoring ....................................................................... 35
3.7.2.2 Uji Coba Alat Ukur ................................................................. 36
3.8 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 37
3.8.1 Tahap Persiapan ................................................................................ 37
3.8.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................................ 38
3.8.3 Tahap Pengolahan Data ..................................................................... 38
3.9 Metode Pengolahan Data ............................................................................. 38
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS ......................................................................... 40
4.1 Gambaran Umum Partisipan ....................................................................... 40
4.1.1 Gambaran Demografis Penyebaran Partisipan Penelitian ................. 40
4.1.2 Gambaran Psychological Capital ...................................................... 43
4.1.3 Gambaran Intention to Leave ............................................................ 43
4.2 Hasil Utama Penelitian ................................................................................ 44
4.2.1 Hubungan antara Psychological Capital dan Intention to Leave ..... 45
4.3 Hasil Tambahan Penelitian .......................................................................... 46
4.3.1 Sumbangan Komponen Psychological Capital terhadap
Intention to leave .............................................................................. 47
4.3.2Perbedaan Skor Intention to Leave berdasarkan data Demografis ..... 48
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ............................................ 52
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 52
5.2 Diskusi ......................................................................................................... 53
5.2.1 Diskusi Hasil Utama Penelitian ......................................................... 54
5.2.2 Diskusi Hasil Tambahan Penelitian .................................................. 55
5.2.3 Diskusi Metodologis ......................................................................... 57
5.3 Saran ............................................................................................................ 58
5.3.1 Saran Metodologis ............................................................................. 58
5.3.2 Saran Praktis ...................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
LAMPIRAN .......................................................................................................... 67
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Komponen Psychological Capital ...................................................... 33
Tabel 3.2 Item pada Alat UkurIntention to Leave ............................................... 36
Tabel 4.1 Gambaran Demografis Partisipan ....................................................... 40
Tabel 4.2 Kategori TingkatPsychological Capital .............................................. 44
Tabel 4.3 Kategori Tingkat Intention to Leave ................................................... 42
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Korelasi Psychological Capital dan Intention
to Leave ............................................................................................... 45
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Korelasi Psychological Capital dan Intention
to Leave pada Perawat dengan Status Pegawai Tetap ......................... 46
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Korelasi Psychological Capital dan Intention
to Leave pada Perawat dengan Status Pegawai Kontrak ..................... 47
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Regresi Komponen Psychological Capital
dan Intention to Leave ......................................................................... 47
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Regresi Ganda Komponen Psychological
Capital dan Intention to Leave ............................................................ 48
Tabel 4.9 Gambaran Skor Intention to Leave berdasarkan Data
Demografis .......................................................................................... 49
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
xii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sturktur Organisasi Rumah Sakit X ................................................. 22
Gambar 2.2 Alur Berpikir Hubungan Psychological Capital dan Intention
to Leave ............................................................................................. 24
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A (Hasil Uji Coba Alat Ukur Psychological Capital dan
Intention to Leave) ................................................................. 62
A.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Psychological Capital ............. 62
A.1.1 Hasil uji reliabilitas ........................................................................ 62
A.1.2 Hasil uji validitas item psychological capital ................................ 62
A.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Intention To Leave ................... 63
A.2.1 Hasil uji reliabilitas ........................................................................ 63
A.2.2 Hasil uji validitas item intention to leave....................................... 63
LAMPIRAN B (Hasil Uji Alat UkurPsychological Capital dan Intention
to Leave Pada Saat Field) ........................................................ 64
B.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Psychological Capital ............. 61
B.1.1 Hasil uji reliabilitas ........................................................................ 64
B.1.2 Hasil uji validitas item psychological capital ................................ 62
B.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Intention To Leave ................... 65
B.2.1 Hasil uji reliabilitas ........................................................................ 65
B.2.2 Hasil uji validitas item intention to leave ....................................... 66
LAMPIRAN C (Hasil Utama Penelitian) ........................................................... 66
C.1 Hasil Korelasi antara Psychological Capital dan Intention to Leave ...... 66
LAMPIRAN D (Hasil Tambahan Penelitian) ................................................... 67
D.1 Hasil Regeresi Komponen Psychological Capital dan Intention to
Leave ........................................................................................................ 67
D.2 Hasil Regeresi Ganda Komponen Psychological Capital dan
Intention to Leave .................................................................................... 67
D.3 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Jenis Kelamin ..................... 68
D.4 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Kelompok Usia ................... 69
D.5 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Pendidikan Terkahir ............ 70
D.6 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Masa Kerja .......................... 70
D.7 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Status Kepegawaian ............ 71
D.8 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Penghasilan ......................... 72
LAMPIRAN E (Kuesioner Field) ....................................................................... 73
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan aset penting bagi organisasi. Organisasi
membutuhkan sumber daya manusia untuk dapat menjalankan peran dan
fungsinya. Hal ini didukung oleh definisi organisasi menurut Mc Shame dan
Glinow (2010) yang menyebutkan bahwa organisasi adalah suatu kelompok yang
terdiri dari sekumpulan orang yang saling bekerjasama untuk mencapai satu
tujuan. Dari definisi tersebut terlihat jelas bahwa sumber daya manusia
merupakan komponen utama sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia, salah satu faktor yang signifikan adalah kesehatan. Menurut pasal 1 ayat
1 UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan menjadi penting
karena mempengaruhi produktivitas seorang individu dalam menjalankan peran
dan fungsinya. Kesehatan sangat ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ada
dalam memelihara stabilitas kesehatan individu.
Salah satu sarana dan prasarana yang penting terhadap kesehatan individu
adalah rumah sakit. Menurut UU Republik Indonesia No 44 tahun 2009, rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan, yang menyelenggarakan
pelayanankesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Di sisi lain, rumah sakit adalah
sebuah organisasi dimana individu-individu di dalamnya saling bekerja sama
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pasal 12 ayat 1 UU
Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menjelaskan bahwa
rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan
penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
manajemen rumah sakit, dan tenaga non kesehatan.
Salah satu tenaga kesehatan yang penting adalah perawat. Definisi perawat
menurut Permenkes RI No.HK.02.02/Menkes/148/I/2010 pasal 1 adalah
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
2
Universitas Indonesia
sesorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perawat dapat melaksanakan
praktik keperawatan yang meliputi asuhan keperawatan, promotif, preventif,
pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat pada fasilitas kesehatan yang meliputi
tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (pasal 8 dalam Permenkes
RI No.HK.02.02/Menkes/148/I/2010). Tiga komponen penting dalam profesi
keperawatan adalah perawatan, pengobatan, dan koordinasi (Potter & Perry,
2005). Dalam rumah sakit, pelayanan keperawatan beroperasi selama 24 jam per
hari dan 7 hari seminggu. Perawat memiliki peran penting dalam rumah sakit
karena perawat merupakan penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien
dan keluarganya. Oleh sebab itu, upaya penyelenggaraan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari peran penting profesi perawat.
Perawat di rumah sakit menjadi salah satu faktor penentu kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Ketika pelayanan yang diberikan
kepada pasien baik, maka kualitas sumber daya kesehatan dan psikologis pasien
menjadi baik. Secara tidak langsung kualitas sumber daya manusia di tingkat
masyarakat ikut membaik. Oleh karena itu, terlihat bahwa kualitas pelayanan
perawat berpengaruh kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia secara
luas.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat merupakan salah satu
bentuk performa kerja. Pelayanan yang diberikan perawat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah intention to leave. Intention to leave
merupakan pertimbangan yang serius untuk meninggalkan pekerjaan saat ini (Mor
barak, Nissli, dan Levin 2001). Perawat dengan intention to leave yang tinggi
tidak akan memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien. Perawat yang
memiliki intention to leave yang tinggi akan menunjukan perilaku seperti tidak
masuk kerja, terlambat masuk kerja, dan tidak bersungguh – sungguh dalam
bekerja. Intention to leave yang disertai perilaku keluar dari organisasi, dalam hal
ini perawat yang keluar dari rumah sakit, dapat mengacaukan keberlangsungan
pelayanan yang diberikan, khususnya kualitas pelayanan (Barddock dan Mitche,
1992, dalam Mor barak, Nissli, & Levin 2001).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Sebuah perilaku diawali dengan adanya intention. Lebih lanjut, menurut
Fishbein dan Ajzen (1975) intention terbentuk setelah adanya belief (keyakinan)
dan attitude(sikap). Belief, attitude, dan intention tidak selalu tampak jelas dalam
perilaku, tetapi ketiga hal tersebut akan diwujudkan dalam sebuah tindakan.
Demikian pula dengan perilaku keluar dari pekerjaan yang diawali dengan
adanya intention to leave. Pembentukan intention diawali dengan adanya belief
akan akibat perilaku keluar dari pekerjaan yang merupakan komponen dari
pengetahuan tentang keluar dari pekerjaan, yaitu akibat positif dan akibat negatif
yang didapat bila perawat keluar dari rumah sakit. Semakin banyak segi positif
yang diperoleh perawat tentang akibat perilaku keluar dari rumah sakit, maka
semakin positifattitude perawat terhadap perilaku keluar dari rumah sakit.
Intention seseorang untuk melakukan perilaku keluar dari rumah sakit didasari
oleh attitude perawat terhadap perilaku keluar dari pekerjaan yang akan
diwujudkan dengan perilaku keluar dari pekerjaan. Intention to leave menjadi
penting karena intention to leave merupakan prediktor yang kuat terhadap
turnover (Wolpin & Burke, 1985, dalam Krausz, Koslowsky, Shalom, dan
Elyakim, 1995).
Turnover adalah keluarnya karyawan dari organisasi (Spector,
2000).Tingginya turnover telah diakui sebagai masalah penting dalam lembaga
kesejahteraan masyarakat dalam beberapa dekade ini karena menghalangi
pelayanan yang efektif dan efisien (Powell dan York, 1992 dalam Mor barak
Nissli, & Levin 2001). Selanjutnya Mor barak Nissli, dan Levin (2001)
memaparkan penelitian yang dilakukan oleh Tollen di tahun 1960 pada direksi
sebuah perusahaan. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa turnover pada
karyawan merupakan sesuatu yang merugikan perusahaan dalam menyediakan
pelayanan yang efektif kepada kliennya. Hal ini sebabkan oleh dua alasan,
(1)Tingginya biaya yang dikeluarkan dan memakan waktu, (2) Menyebabkan
kelelahan dalam siklus perekrutan kerja yang menurunkan reputasi organisasi.
Tingginya turnover memiliki implikasi yang negatif , terutama dalam hal
kualitas, konsistensi, dan stabilitas pelayanan yang disediakan kepada
masyarakat. Turnover juga dapat memiliki dampak yang tidak menyenangkan
pada karyawan organisasi yang tetap berjuang untuk memberikan
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
4
Universitas Indonesia
pelayanankarena masyarakat tidak percaya kepada organisasi. Hal ini karena
kekosongan jabatan yang ada, diisi oleh karyawan baru yang belum
berpengalaman (Powell and York 1992 dalam Mor barak, Nissli, & Levin 2001).
Turnover dapat mengecilkan hati karyawan yang ada karena meningkatkan
ketidakpercayaan klien kepada organisasi (Todd & Deery-Schmitt1996; Geurts et
al. 1998, dalam Mor barak, Nissli, & Levin 2001 ). Tunrnover sangat berkorelasi
dengan kapasitas produksi organisasi, terutama pada organisasi yang
terkonsentrasi pada sumber daya manusia yang meliputi, skills, abilities, dan
knowledge (Balfour and Neff 1993 dalam Mor barak, Nissli, & Levin 2001 ).
Selain itu, organisasi juga menanggung kerugian materi yang cukup besar, dimana
banyak biaya yang harus dikeluarkan. Pengeluran tersebut dikelompokkan dalam
tiga jenis kategori, yaitu : separation cost (wawancara keluar, administrasi, uang
perpisahan, dan asuransi), replacement cost (pemasangan iklan dan rekrutmen),
dan training cost ( biaya pelatihan dalam kelas dan pelatihan lapangan) (Braddock
and Mitchell 1992; Blankertz and Robinson 1997 dalam Mor barak, Nissli, &
Levin 2001).
Dari pemaparan di atas, peneliti berasumsi bahwa dampak negatif
intention to leave yang diikuti dengan turnover dapat terjadi di rumah sakit,
dalam hal ini turnover pada perawat. Intention to leave yang diikuti dengan
turnover dapat mereduksi keefektifan rumah sakit dan produktivitas perawat.
Jika intention to leave dan turnover pada perawat tinggi, maka fokus rumah sakit
dalam menyediakan pelayanan kesehatan menjadi terpecah dengan masalah
internal di dalamnya, seperti rekrutmen, seleksi, dan pelatihan bagi perawat baru.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan menjadi tidak optimal dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh.
Untuk mengatasi permasalahan individu di dalam rumah sakit, dibutuhkan
sumber daya psikologis yang disebut dengan psychological capital. Menurut
Luthans, Yousef, dan Avolio (2007;3) Psychological capital adalah suatu
keadaan psikologis positif yang berkembang pada individu dengan karakteristik :
(1) Memiliki kepercayaan diri untuk memilih dan mengarahkan upaya yang
diperlukan agar berhasil pada tugas yang menantang (self efficacy); (2) Membuat
atribusi positif tentang keberhasilan dimasa kini dan mendatang (optimism); (3)
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
5
Universitas Indonesia
Tekun dalam mencapai tujuan dan, bila diperlukan mengalihkan cara untuk
mencapai tujuan dalam rangka meraih keberhasilan (hope); dan (4) Ketika dilanda
masalah, dan kesulitan, individu dapat bertahan dan bangkit kembali bahkan
melampaui keadaan semula untuk mencapai keberhasilan (resiliency) (Luthans,
Youssef, & Avolio, 2007). Psychological capital menjadi penting karena dapat
memprediksi intention to leave dan turnover pada karyawan(Avey, Luthans, &
Jensen, 2009). Semakin tinggi psychological capital seorang individu semakin
rendah intention to leave yang dimilikinya (Avey, Reichard, Luthans, & Mhatre,
2011; Avey, Yousef & Jensen, 2009; Avey, Luthans & Yousef, 2006).
Psychological capital penting dimiliki oleh perawat karena perawat
dengan psychological capital yang tinggi akan memiliki energi dan memberikan
usaha yang termanifestasi dalam performa yang lebih baik untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan tingginya
efficacy diaplikasikan dalam usaha untuk mencapai tujuan individu, dan mereka
percaya dapat mencapainya. Selain itu perawat dengan psychological capital
yang tinggi memiliki willpower dan alternatif solusi untuk pemecahan masalah.
Mereka membuat atribusi positif dan memiliki harapan terhadap hasil yang baik.
Perawat dengan psychological capital yang tinggi akan tetap gigih dalam
menghadapi tantangan dan dapat kembali ke keadaan semula setelah menghadapi
masalah. Secara menyeluruh psychological capital dapat memfasilitasi motivasi
dan intensi tingkah laku untuk sukses dalam memenuhi tujuan dan mengarahkan
tugas untuk menghasilkan pelayanan yang lebih baikpada individu dengan
psychological capital yang tinggi daripada individu yang memiliki psychological
capital yang rendah. Psychological capital memiliki hubungan positif dengan
performancepada perawat, yaitu pelayanan yang diberikan kepada pasien (Avey,
Reichard, Luthans, & Mhatre, 2011).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa psychological
capital yang tinggi dapat berpengaruh pada sumber daya manusia yang meliputi
aspek intention to leave, performance, kesuksesan individu, dan kesuksesan
organisasi. Demikian juga halnya pada perawat, psychological capital yang tinggi
dapat berpengaruh pada intention to leave pada perawat, dimana hal ini akan
berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Meskipun demikian, sejauh ini belum
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
6
Universitas Indonesia
banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti hubungan antara psychological
capital dan intention to leave, halini didukung dari hasil pencarian di website
(uideepwebacsess.com) yang menghasilkan 388 artikel berdasarkan ranking
dengan kata kunci ―psychological capital and intention to leave among nurse‖.
Dari 388 artikel yang ditemukan, tidak ada yang secara langsung penelitian yang
mengemukakan hubungan antara psychological capital dan intention to leave pada
perawat.
Dari penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara
psychological capital dan intention to leave pada perawat. Hal ini dilakukan
mengingat penelitian antara psychological capital dan intention to leave pada
perawat di Indonesia belum pernah dilakukan. Selain itu peneliti memiliki asumsi
bahwa perawat memiliki peran cukup penting dalam dalam rangka meningkatkan
dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Dengan
demikian penelitian ini menjadi penting karena dapat memberikan gambaran
psychological capital dan intention to leave pada perawat sehingga dapat
dijadikan landasan acuan pada penelitian selanjutnya.
1.2. Rumusan Permasalahan
Permasalahan utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah
―Apakah terdapat hubungan antara psychological capital dan intention to leave
pada perawat?‖
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
psychological capital dan intention to leave pada perawat. Selain itu, akan
diperoleh hasil tambahan mengenai gambaran psychological capital pada
perawat dan gambaran intention to leave pada perawat.
1.4 Manfaat Penelitian
Berikut ini adalah beberapa manfaaat yang diperoleh dari penelitian ini
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
7
Universitas Indonesia
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah teori dalam bidang
psikologi industri dan organisasi khususnya mengenai psychological
capital dan intention to leave pada profesi perawat.
2. Merangsang munculnya penelitian-penelitian dengan topik serupa
karena penelitian psychological capital pada perawat di Indonesia
masih perlu dikembangkan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitain ini diharapkan dapat memberikan gambaran awal
mengenai psychological capital pada rumah sakit X yang ingin
mengetahui gambaran psychological capital dan intention to leave pada
perawat di rumah sakitnya.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap
pihak rumah sakit dalam menetapkan langkah – langkah yang akan di
ambil mengenai peningkatan psychological capital dan pengurangan
intention to leave agar dapat memberikan layanan terbaik dalam rangka
peningkatan sumber daya manusia.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka membahas definisi dari variabel penelitian yaitu
psychological capital dan intention to leave , dimensi-dimensi dari setiap variabel,
penelitian sebelumnya terkait kedua variabel, pengukuran psychological
capitaldan intention to leave, hubungan psychological capital dengan intention to
leave, dan penjelasan mengenai perawat.
Bab 3 Metode Penelitian menjelaskan metodologi penelitian hubungan
antara psychological capital dan intention to leave, yang terdiri dari
permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, tipe dan desain
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
8
Universitas Indonesia
penelitian, partisipan penelitian, metode pengambilan data, instrument penelitian,
prosedur penelitian dan teknik statistik yang digunakan.
Bab 4 Hasil dan Analisis akan menguraikan mengenai hasil penelitian,
analisis hasil penelitian, dan hubungan antara psychological capital dan intention
to leave
Bab 5 Kesimpulan, Diskusi, dan Saran merupakan bagian penutup yang
akan menjelaskan mengenai kesimpulan dan diskusi dari penelitian yang telah
dilakukan, serta saran untuk penelitian berikutnya.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang akan digunakan
pada kedua variabel penelitian ini. Teori yang akan diuraikan yaitu mengenai
psychological capital, intention to leave, serta hal-hal lain yang terkait dengan
kedua variabel tersebut.
2.1 Psychological Capital
Positive psychology merupakan studi ilmiah mengenai bagaimana manusia
dapat berfungsi dengan optimal (Sun et al., 2011). Tren terbaru mengenai positive
psychology fokus pada kekuatan serta fungsi optimal manusia (Sun et al., 2011).
Pendekatan yang sering digunakan saat ini adalah pendekatan psikologis positif
untuk mereduksi kekurangan dari pendekatan psikologi negatif. Dalam psikologi
positif terdapat Positive Organizational Scholarship (POS)pada konteks makro
dan level organisasi dan Positive Organizational Behavior (POB) pada level
individu (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007).Positive Organizational Behavior
(Perilaku Positif Organisasi) didefinisikan sebagai sebuah studi dan aplikasi yang
memiliki orientasi positif dari kekuatan sumber daya manusia dan kapasitas
psikologis yang bisa diukur, dikembangkan, dan diatur secara efektif untuk
meningkatkan performa di lingkungan kerja (Luthans, 2002). Perilaku postif
organisasi merupakan perluasan dari psikologi positif yang memiliki pendekatan
untuk menemukan kekuatan manusia, membuat seorang individu semakin kuat
dan produktif sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Untuk dapat digolongkan ke dalam perilaku positif organisasi, harus
memenuhi kreteria sebagai berikut :1) Merupakan suatu konstruk kriteria yang
positif dan unik, 2) Berdasarkan teori dan penelitian akademik, 3) Dapat diukur
dengan valid, 4) Merupakan kriteria yang merupakan state-like dan dapat
dikembangkan, serta 5) Memiliki dampak yang positif terhadap kinerja (Luthans,
Youssef, & Avolio, 2007).
Salah satu syarat untuk dapat digolongkan menjadi perilaku positif
organisasi harus merupakan state-like. State-like memiliki karakteristik terbuka,
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
10
Universitas Indonesia
dapat berubah, dan dapat dikembangkan melalui pelatihan dan aktivitas kerja.
Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan jika konstruk tersebut dapat
berubah berdasarkan kondisi dan intervensi. Pengukuran konstruk state-like
dinilai lebih baik karena kondisi di tempat kerja tidak selamanya sama, terkadang
terdapat situasi yang menguntungkan individu , guncangan pekerjaan, atau hal-hal
yang dapat memicu timbulnya masalah. Sebaliknya konstruk yang berupa trait
like cenderung stabil sehingga tidak memungkinkan HRM (Human Resources
Management) untuk mengembangkannya(Luthans, Youssef, & Avolio, 2007).
Dalam konteks ini psychological capitaldapat digolongkan dalamPerilaku Positif
Organisasi.
Psychological capital merupakan sejenis teori yang mengembangkan
sumber daya manusia, terdapat cara lain untuk lebih memahami psychological
capital sebagai sebuah konstruk yang penting untuk dipelajari. Psychological
capital dikembangkan setelah adanya human capital dan social capital. ―Human‖
mengacu pada seseorang yang bekerja pada suatu organisasi, sedangkan kata
―capital‖ mengacu pada sumber daya yang diinvestasikan pada sebuah organisasi.
Human capital terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pekerja
yang ditampilkan pada kompetensi khusus. Social Capital terdiri dari
kepercayaan, hubungan dengan pekerja yang lain, dan jariangan yang dimiliki
(Luthans, Luthans, &Luthans, 2004). Dengan kata lain human capital lebih
menitik beratkan pada ‖what you know/ apa yang anda tahu?‖ sedangkan social
capital lebih menekankan pada ‖who you know/ siapa yang anda tahu?‖).
SementaraPsychological capital lebih menitik beratkan pada ( ―who are you/
siapa kamu”) dan mengembangkan ―who are you becoming/ akan menjadi siapa
kamu nanti‖). Psychological capital dapat mencakup pengetahuan, keterampilan,
kemampuan teknikal, dan pengalaman. Psychological capital mengacu pada
empat kapasitas positif psikologis yaitu, self efficafcy, hope, optimism, dan
resiliency. Psychological capital memberikan gambaran konseptual yang lebih
komprehensif dalam memahami dan mengembangkan aset organisasi, dalam hal
ini sumber daya menusia dalam lingkungan kerjanya (Luthans, Youssef, &
Avolio, 2007).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
11
Universitas Indonesia
2.1.1 Definisi Psychological Capital
Pada bagian ini akan dijelaskan definisi psychological capital yang
digunakan pada penelitian ini. Berikut adalah definisi psychological capital :
―is an individual’s positive psychological state of development and
is characterized by: (1) having confidence (self-efficacy) to take on and
put in the necessary effort to succeed at challenging tasks; (2) making a
positive attribution (optimism) about succeeding now and in the future; (3)
persevering toward goals and, when necessary, redirecting paths to goals
(hope) in order to succeed; and (4) when beset by problems and adversity,
sustaining and bouncing back and even beyond (resiliency) to attain
success.”
(Luthans, Youssef, & Avolio, 2007 : 3)
Psychological capital yang dimaksud adalah suatu keadaan psikologis
positif yang berkembang pada individu dengan karakteristik : (1) Memiliki
kepercayaan diri untuk memilih dan mengarahkan upaya yang diperlukan agar
berhasil pada tugas yang menantang (self efficacy); (2) Membuat atribusi positif
tentang keberhasilan dimasa kini dan mendatang (optimism); (3) Tekun dalam
mencapai tujuan dan, bila diperlukan mengalihkan cara untuk mencapai tujuan
dalam rangka meraih keberhasilan (hope); dan (4) ketika dilanda masalah, dan
kesulitan, individu dapat bertahan dan bangkit kembali bahkan melampaui
keadaan semula untuk mencapai keberhasilan (resiliency).
Avey, Youssef, dan Luthans (2009) menjelaskan bahwa karakteristik yang
membangun psychological capital saling mempengaruhi satu sama lainnya
sehingga konstruk ini lebih baik diukur sebagai satu kesatuan. Pengukuran
psychological capital, menjadi tidak memadai apabila hanya menganalisis satu
atau beberapa karakteristik psychological capital dan hubungannya dengan
performa karyawan (Luthans, Yousef & Avolio, 2007). Pada bagian selanjutnya,
peneliti akan membahas mengenai komponen – komponen yang membentuk
konstruk psychological capital tersebut. Definisi psychological capital yang
dipakai dalam penelitian ini adalah definisi psychological capital milik Luthans,
Youssef, dan Avolio (2007).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
12
Universitas Indonesia
2.1.2 Komponen Psychological Capital
Luthans, Youssef, dan Avolio (2007) menjelaskan terdapat empat
kapasitas psikologis yang memiliki sifat positif , yang unik, dapat diukur, terbuka
serta dapat dikembangkan, dan dapat diterapkan di dunia kerja. Empat komponen
tersebut masuk ke dalam konstruk psychological capital, yaitu: self efficacy, hope,
optimism, dan resiliency.
2.1.2.1 Self Efficacy
Definsi self efficacy yang digunakan dalam penilitian ini adalah suatu
keyakinan atau kepercayaan diri seseorang mengenai kemampuannya dalam
mengerahkan motivasi, sumber – sumber kognisi, dan melakukan sejumlah
tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan
tugas pada konteks tertentu (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007).
Luthans, Youssef, dan Avolio (2007) menjelaskan bahwa individu yang memiliki
self efficacy memiliki karakteristik :
1. Mereka membuat target yang tinggi untuk diri mereka dan mengerjakan
tugas – tugas yang sulit.
2. Menyukai dan mengembangkan diri dengan adanya tantangan.
3. Memiliki motivasi diri yang tinggi.
4. Berusaha untuk mencapai target yang telah dibuat.
5. Tetap gigih meskipun menemui hambatan.
Individu yang memiliki self efficacy tinggi tidak menunggu untuk
menetapkan sebuah tujuan, meskipun penuh dengan tantangan. Bagi individu
dengan self efficacy rendah, keragu – raguan, umpan balik yang negatif, kritik
sosial, halangan, kegagalan yang berulang, memiliki dampak yang signifikan,
tetapi hal itu tidak berlaku bagi orang yang memiliki self efficacy tinggi (Luthans,
Youssef, & Avolio, 2007).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
13
Universitas Indonesia
2.1.2.2 Optimism
Optimism menurut Seligman (1998 dalam Luthans, Youssef, dan Avolio,
2007) adalah suatu cara menginterpretasi kejadian – kejadian sebagai suatu hal
yang terjadi akibat diri sendiri, bersifat menetap, dan dapat terjadi dalam berbagai
situasi; serta menginterpretasikan kejadian-kejadian negatif sebagai suatu hal yang
terjadi akibat hal-hal di luar diri, bersifat sementara, dan terjadi hanya pada situasi
tertentu saja. Definisi lain mengenai optimism adalah sebuah gambaran dalam
psikologi positif sebagai harapan masa depan yang positif dan terbuka pada
perkembangan diri yang menetap (Carver & Scheier, 2002, dalam Avey,
Reichard, Luthans, Mhatre, 2011). Definisi optimism yang dipakai dalam
penelitian ini adalah definisi yang dikembangkan oleh Seligman (1998 dalam
Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007)
Individu dengan optimism yang tinggi akan mampu merasakan implikasi
kognitif dan emosional ketika mendapatkan kesuksesan. Individu tersebut juga
mampu menentukan nasibnya sendiri tanpa diremehkan orang lain. Individu ini
juga akan memberikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang terkait
ketika individu tersebut mencapai kesuksesan (Luthans, Youssef, dan Avolio,
2007) .
2.1.2.3 Hope
Definisi hope yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan oleh Snyder,
Irving, & Anderson ( 1991, dalam Luthans, Youssef, & Avolio, 2007) sebagai
suatu keadaan motivasi positif yang didasari oleh proses interaksi antara agency
(energi untuk mencapai tujuan)dan pathways (perencanaan untuk mencapai
tujuan).Agency atau willpower merupakankondisi kognitif atau kondisi berpikir
dimana individu mampu untuk menetapkan tujuan dan ekspektasi yang realistis
tetapi menantang serta berusaha mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan
determinasi diri, energi, dan persepsi kontrol internal. Sedangkan pathway atau
waypower merupakan kondisi dimana individu mampu menemukan langkah
alternatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan ketika mengalami kendala pada
aplikasi langkah awal.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
14
Universitas Indonesia
Individu yang memiliki hope akan mempunyai berbagai alternatif untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, walaupun sesungguhnya terdapat hambatan
untuk mencapainya. Ada beberapa cara untuk mengembangkan hope di dalam
diri individu, yaitu dengan menginternalisasi tujuan dan komitmen ke dalam diri
dan membuat stepping dengan memecah tujuan menjadi langkah – langkah kecil
dan lebih dekat dengan keadaan saat ini secara lebih teratur. Selain dua cara yang
telah dijelaskan di atas, terdapat sistem reward (penghargaan). Penghargaan bagi
karyawaan akan meningkatkan keinginan dan memotivasi karyawan untuk
mencapai tujuan (will power).
2.1.2.4 Resiliency
Resiliency merupakan kemampuan untuk memantul kembali atau bangkit
kembali dari kesulitan, konflik, kegagalan, bahkan pada peristiwa positif,
kemajuan, dan peningkatan tanggung jawab (Luthans 2002, dalam Luthans,
Yousef, & Avolio, 2007). Menurut Masten and Reed (2002, dalam Luthans,
Youssef, & Avolio, 2007) mendefinisikan resiliency sebagai suatu fenomena
yang memiliki karakteristik pola adaptasi positif dalam konteks situasi yang
menyulitkan dan berisiko. Secara spesifik, individu dapat mengidentifikasi
kemampuan kognitifnya, tempramen, persepsi positif terhadap dirinya, pandangan
positif terhadap hidupnya, stabilitas emosional, regulasi diri, selera humor, dan
daya tarik termasuk attractiveness sebagai aset yang potensial sehingga dapat
berkontribusi terhadap tingkat resiliency yang lebih tinggi. Masten dan Reed
( 2001 dalam Luthans, Youssef, & Avolio, 2007) menjelaskan bahwa resiliency
bergantung pada dua faktor yaitu resiliency assets dan reslience risk (Luthans,
Youssef, & Avolio, 2007). Resiliency assets adalah karateristik yang dapat diukur
pada suatu keompok atau individu yang dapat memprediksi keluaran positif
dimasa yang akan datang dengan kriteria keluaran yang spesifik. Resilience risk
adalah sesuatu yang dapat meningkatkan keluaran yang tidak diinginkan, seperti
pengalaman yang tidak mendukung perkembangan diri, seperti kecanduan
alkolhol, obat – obatan terlarang, dan terpapar trauma kekerasan. Berdasarkan
penjelasan di atas, definisi resiliency yang diunakan dalam penelitian ini adalah
yang dijelaskan oleh Luthans 2002 (dalam Luthans, Yousef, & Avolio, 2007).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
15
Universitas Indonesia
2.1.3 Pengukuran Psychological Capital
Pengkuruan psychological capitaldapat dilakukan dengan obervasi,
wawancara, dan skala sikap (Kumar, 2005). Skala sikap digunakan dalam
penelitia ini karena psychological capital merupakan state-like dan perilaku yang
covert sehingga dibutuhkan pemicu untuk mengukurnya. Item dalam skala sikap
ini merupakan pemicu untuk memunculkan perilaku covert individu. Sedangkan
pengukuran perilaku menggunakan obeservasi digunakan pada tingkah laku overt
seperti, absenteeism, perliaku terlambat kerja, dan memobolos dari pekerjaan
(Gravetter & Forzano, 2009). Pengukuran dengan observasi dapat dilakukan
dengan membuat indikator –indikator tingkah laku yang mencerminkan
psychological capital. Wawancara tidak digunakan dalam penelitian ini karena
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data (Kumar, 2005).
Pengukuran psychological capital menggunakan skala sikap Psychological
Capital Questionare (PCQ) yang terdiri 24 item. PCQ terdiri dari empat
komponen yaitu self efficacy, optimism, hope, dan resiliency. Komponen self
efficacy pada PCQ mengacu pada alat ukur self efficacy milik Parker (1998), yang
telah berbentuk skala likert dan relevan dengan keadaan di tempat kerja. Item
komponen hope pada PCQ berasal dari alat ukur Synder (2003) yang telah
mengalami adaptasi karena alat ukur tersebut lebih sering digunakan pada ranah
klinis dari pada ranah organisasi. Komponen optimism pada PCQ dikembangkan
dari alat ukur Scheier dan Carver (1985), dan kompenen resilience dikembangkan
dari alat ukur Wagnild dan Young (1993), yang masing – masing telah diubah
menjadi 6 item pada PCQ. Pengukuran psychological capital terlihat memiliki
efek sinergis yang lebih besar dari pada pengukuran pada masing – masing
bagiannya (self efficacy, optimism, hope, dan resiliency) (Luthans, Youssef, &
Avolio, 2007). Penelitian ini , menggnakan alat ukur PCQ yang terdiri dari 24
item yang dikembangkan oleh Luthans, Youssef, dan Avolio (2007).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
16
Universitas Indonesia
2.2 Intention to Leave
Miller (2007) menyebutkan bahwa intention to leave pada beberapa
literatur juga disebut sebagai turnover intention (Chaaban, 2006), anticipated
turnover (Hinshaw & Atwood, 1985) dan intention to quit (Mowday, Strees, &
Porter, 1979). Penelitian ini menggunakan istilah intention to leave yang
didefinisikan oleh Mor barak, Nissli, dan Levin (2001).
Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan teori pembentukan tingkah laku
berdasarkan hubungan timbal balik antara belief, attitude, dan intention.Belief
dikategorikan sebagai komponen kognitif yang melibatkan pengetahuan,
pendapat, dan pandangan individu terhadap objek. Attitude dikategorikan sebagai
komponen afektif yang mengarah pada perasaan individu terhadap suatu objek
serta evaluasi yang dilakukannya. Sedangkan intention dipandang sebagai
komponen konasi dari attitude yang menunjukan keinginan individu untuk
bertingkah laku dan bertindak ketika berhadapan langsung dengan objek.
Intention dapat terbentuk, setelah adanya belief dan attitude yang muncul terlebih
dahulu.
Fishbein & Ajzen (1975) mendefinisikan intention sebagai kemungkinan
subjektif seseorang untuk menampilkan suatu perbuatan. Sedangkan definisi
intention to leave yang digunakan dalam penelitian ini adalah
―Seriously considering leaving one’s current job‖
(Mor barak, Nissli, dan Levin , 2001 : 633)
Intention to Leave yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertimbangan yang
serius untuk meninggalkan pekerjaan saat ini (Mor barak, Nissli, dan Levin 2001).
Individu yang memiliki intentionto leave tinggiakan diwujudkan dengan perilaku
keluar dari pekerjaan. Intention to leave merupakan prediktor terkuat terhadap
turnover (Alexander, Lichtensteinm Oh & Ullman, 1998 dalam Mor barak, Nissli,
dan Levin 2001).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
17
Universitas Indonesia
2.2.1 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Intention to Leave
Mor barak, Nissli, dan Levin (2001) menambahkan tiga kategori yang
menjadi turnover antecedent yaitu, faktor demografis (personal dan work-
related), profession perception (komitmen organisasi dan kepuasan kerja), dan
organizational condition (keadilan dalam memberikan kompensasi dan budaya
organisasi).
1. Faktor Demografis
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa usia, tingkat pendidikan,
jenis kelamin, masa kerja, dan level jabatan menjadi prediktor turnover.
Individu yang muda dan memiliki pendidikan yang tinggi cenderung
memiliki keinginan yang lebih besar untuk meninggalkan pekerjannya. Hal
ini sejalan dengan temuan Leontaridi dan Ward (2002). Pekerja minoritas
yang berbeda gender, etnik, jenis kelamin, atau usia dengan lingkungan
tempatnya bekerja memiliki intention to leave yang lebih besar. Sedangkan
individu yang memiliki masa kerja lebih lama dan jabatan yang lebih tinggi
cenderung untuk tetap bertahan pada pekerjaannya. Mor barak, Nissli, dan
Levin (2001) menambahkan bahwa faktor demografis merupakan prediktor
intention to leave.
2. Professional Perception
Individu yang memiliki konflik nilai dengan organisasi tempatnya bekerja
akan cenderung untuk meninggalkan pekerjaanya. Sedangkan individu yang
memiliki kecocokan dengan nilai organisasi tempatnya bekerja cenderung
untuk tetap bertahan pada pekerjaannya. Komitmen organisasi merupakan
salah satu prediktor intention to leave. Mowday, Steers, dan Porter (1979
dalam Mor barak, Nissli, & Levin, 2001) menjelaskan bahwa individu yang
memiliki komitmen terhadap oraganisasi, nilai organisasi, dan belief yang
sama dengan organisasi cenderung untuk tetap berada pada organisasi
tersebut. Semakin tinggi komitmen organisasi semakin rendah intention to
leave pada karyawan.Job satisfaction juga merupakan prediktor yang
konsisten terhadap intention to leave dimana semakin tinggi job satisfaction
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
18
Universitas Indonesia
seorang karyawan, semakin rendah intention to leave yang dimiliki, dan
sebaliknya. Miller (2007) dan Cabigao (2009) juga menemukan hasil serupa
bahwa terdapat hubungan negatif antara job satisfaction dan intention to
leave.
3. Kondisi Organisasi
Sebagian besar karyawan pada berbagai sektor organisasi cenderung
mengasosiasikan kondisi organisasi dengan job stress. Beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki tingkat jobstress
yang tinggi akan cenderung untuk meninggalkan pekerjaanya. Jobstress
sangat berkorelasi dengan turnover, role overload, dan ketidakjelasan
deskripsi kerja. Dukungan kerja dari karyawan lain dan atasan dapat
mereduksi tingkat jobstress pada karyawan. Leontaridi dan Ward (2002)
menambahkan bahwa job stress merupakan determinan dari turnover pada
pekerjaan. Hal ini lebih sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-
laki. Avey, Luthans, dan Jensen (2009) memiliki hasil penelitian yang serupa,
yaitu job stress memiliki hubungan positif yang signifikan dengan intention
to leave. Semakin tinggi job stress pada individu, semakin tinggi pula
intention to leave pada individu.American Psychological Association (2007,
dalam Avey, Luthans, dan Jensen 2009) mengidentifikasi bahwa pekerjaan
yang menjadi sumber utama stres adalah beban kerja yang berat, harapan
kerja yang tidak menentu, dan panjangnya jam kerja.
Cabigao (2009) menambahkan dua faktor yang mempengaruhi intention to leave
yaitu recognition dan resource.
1. Recognition
Recognition merupakan pengakuan organisasi terhadap karyawannya.
Kurangnya recognition yang diberikan oleh rumah sakit menjadi faktor
signifikan yang mempengaruhi keputusan perawat untuk tetap bekerja
dalam rumah sakit tersebut (Alexander, 2004 dalam Cabigao, 2009).
Semkain tinggi recognition yang diberikan semakin rendah keinginan
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
19
Universitas Indonesia
perawat untuk keluar dari rumah sakit. Menurut Helmer dan McKnight
(1989 dalam Cabigao, 2009) menjelaskan bahwa perawat secara terus -
menerus merasa dipandang sebagai sub ordinat dan merasa bukan bagian
utama dari tim rumah sakit.
2. Resource
Resource yang dimaksud dalam rumah sakit adalah individu yang berada
di dalamnya, informasi, program yang disediakan oleh rumah sakit untuk
perawat, dan aksesibilitas yang dapat digunakan perawat dalam
menjalankan tugasnya. Resource merupakan prediktor yang kuat untuk
intention to leave pada perawat (Cabigao, 2009). Semakin baik resource
yang diberikan rumah sakit, semakin rendah intention to leave pada
perawat.
2.2.2 Pengukuran Intention to Leave
Pengukuran intention to leave dapat dilakukan dengan metode observasi,
wawancara, dan skala sikap. Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala
sikapanticipated turnover scale yang dikembangkan oleh Hinshaw dan Atwood
(1985 dalam Miller, 2007). Intention to leave pada penelitian ini sama dengan
anticipated turnover yang pernah diteliti oleh Hinshaw dan Atwood (1985).
Contoh alat ukur yang pernah digunakan pada penelitian intention to leave
sebelumnya, dikembangkan oleh Bailod (1992, dalam Gutknecht , 2007) yang
terdiri dari tiga item dan memiliki lima rentang skala pilihan jawaban dan alat
ukur intention to leave yang dikembangkan oleh Kim, Price, Mueller, dan
Watson (1996 dalam Hazel, 2010) terdiri dari empat item dengan lima rentang
skala pilihan jawaban. Penelitian ini menggunakan alat ukur Hinshaw dan
Atwood (1985) karena alat ukur ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,84 dan
validitas konstruk yang baik(Miller, 2007). Penelitian Miller (2007) dilakukan
pada empat belas negara. Anticipated turnover scale memiliki jumlah item yang
lebih banyak, yaitu 12 item, sehingga diharapkan dapat lebih merepresentasikan
intention to leave pada perawat. Beberapa penelitian pada perawat yang
menggunakan alat ukur anticipated turnover scale adalah Cabigao (2009),
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Chabaan (2006), dan Miller (2007). Jadi penelitian ini menggunakan alat ukur
anticipated turnover scale yang dikembangkan oleh Hinshaw dan Atwood 1985
yang berjumlah 12 item.
2.3 Rumah Sakit
Menurut UU no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya rumah sakit dibagi menjadi
rumah sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit, dan rumah sakit khusus, yaitu rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya. Sedangkan pembagian rumah sakit berdasarkan pengelolanya dibagi
menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah
rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum
yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan
pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan
Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah sakit privat yaitu rumah sakit yang dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
Persero. Berdasarkan uraian di atas, karakteristik rumah sakit tempat dilakukan
penelitian adalah adalah rumah sakit umum milik privat atau yang lebih sering
disebut dengan rumah sakit umum swasta.
Rumah sakit tempat dilakukannya penelitian memiliki sebuah lembaga
pendidikan yaitu STIKES (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan), dimana terdiri dari
program S1 Keperawatan dan D3 Kebidanan. Banyak mahasiswa yang telah
menyelesaikan pendidikannya di sekolah tinggi tersebut kemudian bekerja di
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
21
Universitas Indonesia
rumah sakit ini. Upah Minimum Regional di kabupaten rumah sakit ini berada
sebesarRp 800.000,00.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
22
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit X
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
23
2.4 Perawat
Pada sub bagian ini, akan dijelaskan definisi perawat dan karakteristik
perawat. Berikur ini definisi perawat menurut ANA (American Nurse
Association):
"Nursing is the protection, promotion, and optimization of health and
abilities, prevention of illness and injury, alleviation of suffering through
the diagnosis and treatment of human response, and advocacy in the care
of individuals, families, communities, and populations."
Potter dan Perry (2004 :7)
Definisi perawat yang dimaksud adalah melindungi, mempromosikan,
dan mengoptimalisasi kesehatan dan kemampuan, pencegahan dari penyakit,
pengurangan penderitaan berdasarkan diagnosis dan treatmen dari respon
individu, serta mengadvokasi dalam rangka peduli kepada individu, keluarga,
komunitas, dan populasi (Potter & Perry, 2004). Sedangkan definisi perawat
menurut Permenkes RI No.HK.02.02/Menkes/148/I/2010 pasal 1 adalah
sesorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Perawat dapat melaksanakan
praktik keperawatan. Praktik keperawatan meliputi asuhan keperawatan,
promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat pada fasilitas
kesehatan yang meliputi tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
(pasal 8 dalam Permenkes RI No.HK.02.02/Menkes/148/I/2010). Dua definisi
yang dikeluarkan oleh ANA dan keputusan menteri kesehatan memiliki intisari
yang sama, hanya saja pada keputusan menteri kesehatan, pendefinisian perawat
dan praktik keperawatan di pecah ke dalam beberapa pasal. Dalam keadaan
darurat, yang mengancam jiwa seorang pasien, perawat berwenang untuk
melakukan palayanan kesehatan diluar kewenangan (Pasal 22, ayat 1 Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001,
Tentang Registrasi Dan Praktik Perawat). Jadi definsi perawat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tentang Registrasi Dan Praktik
Perawat.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
24
Universitas Indonesia
2.4.1 Karakteristik Perawat berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berikut ini akan dijelaskan karakteristik perawat berdasarkan tingkat
pendidikan SPK, diploma, sarjana, profesi, dan master.
1. Program pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang
menggunakan Kurikulum SPK Tahun 1998 sebagai pengganti Kurikulum
SPK Tahun 1987, diharapkan dapat menghasilkan tenaga perawat
kesehatan yang memiliki tugas melaksanakan asuhan keperawatan dasar.
Bertitik tolak dari pandangan ini, lulusan SPK tersebut merupakan tenaga
keperawatan non-profesional dan mempunyai kompetensi sebagai perawat
pelaksana keperawatan dasar. Lulusan SPK diharapakan dapat
melaksanakan tugas keperawatan dasar dan keperawatan terentu di bawah
supervisi perawat profesional (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1534/ MENKES/SK/X/2005, tentang Kurikulum
Pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan). Untuk saat ini lulusan SPK sudah
bekerja di berbagai instansi kerja baik di rumah sakit, puskesmas maupun
institusi pelayanan lainnya
2. Perawat dengan pendidikan DIII (Diploma III) merupakan perawat
generalis sebagai perawat vokasional yang diharapkan mampu untuk
mengelola praktik keperawatan dengan tuntutan kebutuhan klien serta
memiliki kemampuan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
(Nursalam & Efendi, 2008). Potter dan Perry (2004) menjelaskan lebih
lanjut bahwa perawat dengan pendidikan diploma memiliki fokus pada
ilmu – ilmu dasar, teori, serta klinis kesehatan yang berkaitan dengan
praktik keperawatan.
3. Perawat dengan pendidikan sarjana (S1) lebih berfokus pada ilmu- ilmu
dasar, teori, klinis kesehatan, ilmu – ilmu sosial, seni, dan kemanusiaan
untuk menunjang teori keperawatan Potter dan Perry (2004). Hal – hal
penting lainnya yang harus dimiliki oleh calon sarjana keperawatan adalah
pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, kualitas diri, dan perilaku
professional. Nursalam dan Efendi (2008) menambahkan perawat dengan
jenjang pendidikan sarjana, disebut sebagai perawat ilmuwan dan
diharapkan mampu melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
25
Universitas Indonesia
yang sederhana. Lulusan profesi (gelar Ners) mengahasilkan perawat
profesional yang melakukan asuhan praktik keperawatan dasar.
4. Seorang perawat dengan tingkat pendidikan master (S2) penting bagi
keperawatan dalam menjadi peran pendidik perawat atau praktisi perawat
(Potrey & Perry, 2004), Nursalam dan Efendi (2008) menambahkan
perawat dengan tingkat pendidikan master dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan cara penelitian dan pengembangan.
Berdasarkan uraian di atas, karakteristik partisipan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seseorang yang sudah menyelesaikan pendidikan
keperawatan baik di jenjang Sekolah Perawat Kesehatan (setara SLTA),
jenjang diploma, jenjang sarjana, jenjang profesi, maupun jenjang master yang
sedang bekerja di rumah sakit umum swasta.
2.5 Dinamika Hubungan antara Psychological Capital dengan Intention to
Leave
Berdasarkan teori mengenai variabel – variabel yang diteliti dalam
penelitian, pada subbab ini akan dirumuskan hubungan teoritis antara kedua
variabel tersebut, yaitu psychological capital dan intention to leave pada perawat.
Mor barak, Nissli, dan Levin (2001) mendefinisikan intention to leave sebagai
pertimbangan yang serius untuk meninggalkan pekerjaan saat ini.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), intensi diawali dengan adanya
pembentukan sikap. Intention to leave diawali dengan adanya pengetahuan,
pendapat, dan pandangan individu terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaan,
yang menimbulkan sikap untuk keluar. Perawat yang memiliki intention to leave
yang tinggi akan memiliki perilaku terlambat masuk kerja dan absen dari
pekerjaan. Perilaku – perilaku ini merupakan prediktor dari perilaku keluar dari
pekerjaan (Wolpin & Burke, 1985, dalam Kraysz, Koslowsky, Shalom, dan
Elyakim, 1995).
Psychological capital terdiri dari empat komponen yaitu self efficacy,
optimism, hope, dan resilience adalah kunci untuk mengerti dengan lebih baik
variasi gejala stres dan intention to leave (Avey, Luthans, & Jensen, 2009).Hasil
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
26
Universitas Indonesia
penelitian tersebut menunjukan bahwa individu dengan psychological capital
yang tinggi akan memiliki intention to leave yang rendah. Peneliti berasumsi
bahwa perawat yang memiliki psychological capital yang tinggi akan tetap
bertahan pada pekerjaannya meskipun terdapat banyak terdapat tantangan dalam
melaksanakan tugasnya.
Individu dengan psychological capital yang tinggi akan memiliki target,
menetapkan tujuan yang tinggi meskipun penuh dengan tantangan, dapat
menentukan nasibnya sendiri tanpa diremehkan orang lain, memiliki berbagai
alternatif penyelesaian masalah, dan dapat bangkit kembali setelah menghadapi
masalah. Sedangkan individu dengan psychological capital yang rendah akan
menyerah pada tantangan – tantangan pekerjaan sehingga memiliki keinginan
serius untuk keluar dari rumah sakitnya bekerja.
Perawat memiliki peran strategis dalam memberikan pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, dan kuratif, dimana dalam menjalankan tugasnya
terdapat banyak tantangan dalam menjalankan tugasnya. Contohnya, dalam
menangani pasien di ruang gawat darurat yang membutuhkan pertolongan cepat;
seorang perawat yang memiliki psychological capital yang tinggi akan memiliki
alternatif cara untuk memberikan pertolongan yang tepat untuk diberikan kepada
pasien tersebut dan yakin bahwa pasien tersebut dapat sembuh kembali. Perawat
dengan psychological capital yang tinggi akan yakin saat memberikan resusitasi
jantung paru (RJP) bahwa organ jantung dan paru – paru nya dapat berfungsi
kembali. Perawat dengan psychological capital yang tinggi akan mampu
melakukan RJP dengan benar, meskipun situasi pemberian pertolongan pertama di
ruang gawat darurat penuh dengan tekanan. Sedangkan perawat dengan
psychological capital yang rendah tidak yakin bahwa dirinya mampu melakukan
RJP dengan benar, tidak memiliki alternatif cara untuk memberikan pertolongan
kepada pasien sehingga dapat berakibat fatal. Pekerjaan tersebut terjadi secara
berulang dan hampir setiap hari. Beban kerja yang berlebih menjadi pemicu
perawat untuk keluar dari pekerjannya.
Perawat dengan psychological capital yang tinggi akan tetap bertahan
pada pekerjaannya meskipun terdapat banyak tantangan. Sedangkan perawat
dengan psychological capital yang rendah akan memiliki pertimbangan yang
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
27
Universitas Indonesia
serius untuk keluar dari pekerjaannya. Hal ini sangat dipengaruhi dengan
lingkungan kerja dan pekerjaan perawat yang membutuhkan psychological
capital. Asumsi tersebut juga didasarkan pada pernyataan Avey, Luthans, dan
Jensen (2009) bahwa psychological capital adalah kunci untuk mengerti dengan
lebih baik variasi gejala stres dan intention to leave. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan antara psychological capital dan intention to
leave pada perawat.
Gambar 2.2 Alur Berpikir Hubungan Psychological Capital dan Intention to
Leave
BAB 3
METODE PENELITIAN
Perawat di Rumah Sakit
Self Efficacy
Optimism
Hope
Resiliency
Psychological
Capital
Intention
to
Leave
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
28
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai masalah penelitian, hipotesis
penelitian, variabel-variabel yang akan diteliti termasuk definisi konseptual
dan operasional dari masing-masing variabel. Terdapat pula metode penelitian
yang terdiri dari tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian, metode
pengumpulan data, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis.
3.1. Masalah Penelitian
Masalah penelitian yang dijelaskan dalam bagian ini terdapat dua jenis
yaitu masalah konseptual dan masalah operasional.
3.1.1 Masalah Konseptual
Permasalahan utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah ― Apakah
terdapat hubungan antara psychological capital dan intention to leave pada
perawat?‖
3.1.2 Masalah Operasional
Masalah operasional penelitan adalah ―Apakah terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara skor total psychological capital dari alat ukur
Psychological Capital Questioner (PCQ) dengan skor total intention to leave dari
alat ukur Anticipated Turn over Scale (ATS)pada perawat?‖
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan di dalam penelitian adalah sebagai berikut.
3.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis alternatif pada penelitian adalah terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara skor total psychological capital yang didapat dari perhitungan
Psychological Capital Questioner (PCQ)dan skor total intention to leave yang
didapat dari perhitungan Anticipated Turnover Scale (ATS)pada perawat.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
29
Universitas Indonesia
3.2.2 Hipotesis Null (Ho)
Hipotesis null pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara skor total psychological capital yang didapat dari
perhitungan Psychological Capital Questioner (PCQ)dan skor total intention to
leave yang didapat dari perhitungan Anticipated Turnover Scale (ATS)pada
perawat.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel - variabel yang terkait di dalam penelitian ini adalah
psychological capital dan intention to leave. Berikut ini adalah penjelasan lebih
lanjut mengenai kedua variabel tersebut.
3.3.1 Variabel Pertama : Psychological Capital
3.3.1.1 Definisi Konseptual
Definisi psychological capital yang diuraikan oleh Luthans, Youssef, dan
Avolio (2007) adalah suatu perkembangan keadaan psikologis yang positif yang
pada individu dengan karakteristik self efficacy, optimism, hope, resiliency.
3.3.1.2 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, psychological capital dilihat dari skor total alat
ukur psychological capital questioner yang dikembangkanolehLuthans,
Youssef, dan Avolio (2007). Skor total yang diperoleh merupakan gabungan dari
skor masing – masing komponen dari psychological capital yaitu self efficacy,
optomism, hope, dan resiliency.
3.3.2 Variabel Kedua : Intention to Leave
3.3.2.1 Definisi Konseptual
Definisi dari intention to leave adalah pertimbangan yang serius untuk
meninggalkan pekerjaan saat ini (Mor Barak, Nissly, & Levin, 2001).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
30
Universitas Indonesia
3.3.2.2 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini intention to leave dilihat dari skor total yang didapat
dari alat ukur Anticipated Turnover Scale yang diadaptasi dari Hinshaw dan
Atwood (1985).
3.4 Tipe dan Desain Penelitian
3.4.1 Tipe Penelitian
Kumar (2005) mengklasifikasi tipe penelitian dari tiga perspektif yaitu,
berdasarkan aplikasi penelitian, berdasarkan tujuan penelitian, dan berdasarkan
tipe pencarian informasi. Berdasarkan aplikasi penelitian, penelitian ini termasuk
dalam applied research dimana penelitian ini digunakan untuk memahami suatu
fenomena. Penelitian ini menjelaskan fenomena psychological capital dan
intention to leave pada perawat yang hasilnya dapat diaplikasikan oleh pihak
manajemen rumah sakit untuk mengembangkan potensi psychological capital
pada perawat sehingga lebih produktif dan efektif dalam bekerja.
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diklasifikasikan dalam
correlational research karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan (Kumar, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat hubugan antara psychological capital dan intention to leave pada
perawat.Berdasarkan cara pencarian informasi, penelitian ini menggunakan
pendekatan terstruktur dan diklasifikasikan sebagai penelitian kuantitatif karena
proses penelitian, tujuan, desain penelitian, sampel penelitan, dan pertanyaan yang
diajukan kepada partisipan telah ditentukan sebelumnya. Selain itu penelitian
ingin mengkuantifikasi suatu fenomena dan mengetahui variasi yang terjadi pada
suatu fenomena (Kumar, 2005).
3.4.2 Desain Penelitian
`Desain Penelitian yang dijelaskan oleh Kumar (2005) diklasifikasian dari
tiga perspektif, yaitu berdasarkan the number of contacts with the population,
berdasarkan reference period of the study, dan berdasarkan the nature of
investigation. Berdasarkan number of contacts penelitian ini termasuk dalam
cross-sectional studies atau one-shot . Penelitian ini didesain satu kali untuk
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
31
Universitas Indonesia
pengambilan data. Selanjutnya, berdasarkan the reference of period penelitian
ini diklasifikasikan ke dalam retrospective prospective study design karena
fenomena, situasi dan masalah yang ada telah terjadi di masa lampau dan masa
depan. Hal ini ditandakan partisipan diminta untuk mengingat kembali situasi
yang pernah dialami dan membayangkan situasi yang terjadi di masa mendatang.
Berdasarkan nature of investigation penelitian ini termasuk pada non –
experimental karena peneliti tidak melakukan kontrol terhadap situasi dan tidak
memanipulasi variabel (Kumar, 2005).
Menurut Lee dan Kerlinger (2000) penelitian ini dikatakan non –
eksperimental karena tidak melakukan kontrol langsung terhadap variabel bebas
dan tidak adanya manipulasi. Sedangkan menurut Seniati, Yulianto, dan Setiadi
(2005) penelitian ini menggunakan desain ex-post facto fieldstudy karena
variabel terikat yang diteliti merupakan sesuatu yang sudah terjadi atau sudah ada
di dalam diri partisipan sebelum penelitian dilakukan, serta tidak dapat dikontrol
secara langsung. Penelitian dengan desain ex-post facto disebut juga sebagai
penelitian non-eksperimental (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005).
3.5 Partisipan Penelitian
3.5.1 Karakteristik Partisipan Penelitian
Pada penelitian ini, karaktersitik sampel yang digunakan adalah perawat
yang bekerja di rumah sakit umum swasta X di Provinsi Jawa Tengah. Rumah
Sakit ini memiliki tujuh instalasi rawat inap ( Sal Barokah, Sal Husna, Sal Inayah,
Sal Rahmah, Sal Amanah, Sal Salma, dan Sal Hidayah), satu unit instalasi rawat
jalan (IRJ), satu unit instalasi gawat darurat (IGD), satu unit haemodialisa (HD),
dan satu unit instalasi bedah sentral (IBS). Peneliti tidak melakukan pembatasan
pada usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan pendidikan terakhir partisipan.
3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
accidental sampling dimana sampel dipilih berdasarkan tersedianya individu
dan kemauan untuk mengikuti penelitian (Kumar, 2005). Teknik sampling ini
termasuk dalam non probality sampling karena tidak semua orang dalam populasi
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
32
Universitas Indonesia
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi partisipan penelitian dan
jumlah elemen dalam populasi tidak diketahui secara pasti.
3.5.3 Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang direncanakan adalah 250 orang. Batas minimal
sampel yang digunakan menurut Guilford dan Futhcer (1978) adalah 30 orang.
Agar mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka semakin banyak partisipan
akan semakin baik, sehingga peneliti berusaha untuk mendapatkan sampel yang
lebih banyak.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang bisa dilakukan (Kumar,
2005), adalah obeservasi, wawancara, kuesioner, dan skala sikap. Dalam
penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan
instrumen berupa skala sikap. Pada penelitian ini tipe skala sikap yang akan
digunakan adalah skala Likert. Skala Likert merupakan salah satu skala sikap yang
paling mudah dibentuk. Skala Likert memiliki asumsi bahwa setiap item yang
digunakan memiliki bobot yang sama dan bertujuan untuk mengukur sikap
seseorang terhadap suatu persoalan (Kumar, 2005). Pada penelitian ini peneliti
ingin melihat sikap perawat terhadap psychological capital dan intention to leave.
3.7 Instrument Penelitian
3.7.1 Alat Ukur Psycgological Capital
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala sikap.
Instrumen alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah Psychological Capital Questioner (PCQ) yang dikembangkan oleh
Luthans, Youssef, dan Avolio (2007) yang telah diadaptasi oleh peneliti ke dalam
bahasa indonesia
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Tabel 3.1
Komponen Psychological Capital
Komponen No Item Contoh Item
Self Efficacy 1, 2, 3, 4, 5, 6 Saya mampu menemukan solusi
bagi masalah yang bersifat jangka
panjang.
Optimism 19, 20*, 21, 22, 23*,
24
Saya selalu melihat sisi baik dari
pekerjaan saya.
Hope 7, 8, 9, 10, 11, 12 Jika saya menghadapi masalah
dalam pekerjaan, saya memiliki
alternatif untuk menyelesaikannya.
Resiliency 13*, 14, 15, 16, 17,
18
Saya sulit untuk bangkit kembali
jika mengahadapi masalah
pekerjaan yang tidak terselesaikan.
*item unfavorable
3.7.1.1Metode Skoring
Kuesioner psychological capital yang dibuat oleh Luthans, Youssef, dan
Avolio (2007) menggunakan skala likert yang memiliki rentang 1 sampai dengan
enam, dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Setiap skala pada item
favorable menerangkan intensitas dalam tiap pernyataan. Cara pemberian skor
pada item favorable yaitu 1 untuk ―Sangat Tidak Setuju (STS)‖, 2 untuk ―Tidak
Setuju (TS)‖, 3 untuk ―Agak Tidak Setuju (ATS)‖, 4 untuk ―Agak Setuju (AS)‖,
5 untuk ― Setuju (S)‖, dan 6 untuk ―Sangat Setuju (SS)‖. Sedangkan untuk item
unfavorable, masing – masing item diberi skor 1 untuk ―Sangat Setuju (SS)‖, 2
untuk ― Setuju (S)‖, 3 untuk ―Agak Setuju (AS)‖, 4 untuk ―Agak Tidak Setuju
(ATS)‖, 5 untuk ―Tidak Setuju (TS)‖ dan 6 untuk ―Sangat Tidak Setuju (STS)‖.
Pengkategorian item favorable dan itemunfavorable dapat dilihat pada tabel 3.2.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
34
Universitas Indonesia
3.7.1.2 Uji Coba Alat Ukur
Sebelum dilakukan uji coba, alat ukur psychological capital diadaptasi
dengan cara menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Proses penerjemahannya
dibantu oleh dua orang mahasiswa sastra inggris. Kemudian peneliti meminta
expert judgement kepada pembimbing. Hasil dari expert judgement dijadikan
dasar untuk melakukan perbaikan pada item yang meliputi, struktur kalimat,
kosakata yang digunakan, dan instruksi pada kuesioner agar lebih mudah untuk
dipahami. Setelah alat ukur dinilai baik dari segi tampilan, instruksi, dan kalimat –
kalimat pada item nya, alat ukur diujicobakan sekaligus dilakukan uji keterbacaan
untuk mengetahui face validity dari alat ukur yang digunakan.
Uji coba alat ukur ini dilakukan bersama – sama kelompok payung
penelitian kepada 274 orang yang bekerja. Alat ukur ini diujicobakan untuk
megetahui skor reliabiltas dan validitasnya. Reliabilitas pengukuran adalah
stabilitas atau konsistensi dari pengukuran (Gravetter & Forzano, 2009). Apabila
seorang individu yang sama diukur pada kondisi yang sama, alat ukur yang
reliabel akan menghasilkan skor yang identik sama. Validitas pengukuran adalah
derajat dimana proses pengukuran mengukur variabel dalam penelitian ini adalah
psychological capital(Gravetter & Forzano, 2009). Pengujian reliabilitas
menggunakan teknik Alpha Cronbach pada software SPSS for windows versi
17.0. Perhitungan koefeisien alpha cronbach digunakan karena pilihan jawaban
pada kuesioner ini berbentuk skala likert, dimana tidak ada skor yang benilai 1-0 .
Koeffisien alpha PCQ pada uji coba ini adalah 0,832. Nilai ini berarti 83,2 % dari
observe score merupakan true score dan 16,8 % nya merupakan varianserror,
yang berasal dari content sampling dan content heterogeneity(Anastasi & Urbina,
1997). Kaplan dan Saccuzzo menyebutkan reliabilitas antara 0,7 – 0,8 sudah
cukup baik untuk sebagian besar penelitan dasar. Hal ini berarti alat ukur PCQ
yang telah diadaptasi sudah memenuhi syarat dasar yaitu reliabilitas yang baik
untuk digunakan dalam suatu penelitian.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan teknik internal
consistency, hal ini bertujuan untuk mengukur homogenitas tes. Derajat
homogenitas tes memiliki beberapa relevansi dengan construct validity. Skor
internal consistency yang diperoleh dari hasil uji coba berkisar dari -0,210 hingga
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
35
Universitas Indonesia
0,586. Menurut Aiken dan Groth-Marnat (2006) suatu item dapat dikatakan baik
apabila memiliki indeks corrected item total correlation lebih dari 0,2. Terdapat
empat item yang memiliki indeks kurang 0,2 adalah item no 13 dan no 24 serta
terdapat dua item yang memiliki korelasi negatif, yaitu item no 20 dan item no 23.
Berdasarkan hasil uji coba, peneliti memutuskan untuk menghapus tiga item yang
tidak mengukur konstruk psychological capital, yaitu item no 13, 20, dan 23. Item
no 24 tetap dipertahankan karena pertimbangan jumlah item pada komponen
optimism. Pengujian validitas dilakukan secara menyeluruh tidak pada masing –
msing komponen karena pengukuran pada empat komponen secara bersamaan
akan menghasilkan hasil pengukuran yang lebih baik daripada pengukuran pada
masing – masing komponen (Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007).
3.7.2 Alat Ukur Intention to Leave
Instrumen alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel intention to
leave adalah ATS (Anticipated Turnover Scale ) yang dikembangkan oleh
Hinshaw dan Atwood (1985) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia.
Kuesioner ini terdiri dari 12 item. Contoh item pada alat ukur intention to leave
adalah ― Dalam waktu dekat, saya akan meninggalkan rumah sakit ini‖.
3.7.2.1 Metode Skoring
Instrumen intention to leave anticipated turnover scale yang
dikembangkan oleh Hinshaw dan Atwood (1985) menggunakan skala likert
dengan rentang respon dari 1 hingga 7 yaitu dari ―agree strongly‖ hingga
―disagree strongly‖. Peneliti melakukan adaptasi pilihan jawaban sehingga
memiliki enam rentang pilihan jawaban. Peneliti menghapus pilihan jawaban
―uncertainly‖ untuk menghindari adanya kecenderungan partisipan untuk
memberikan respon jawaban di tengah. Pilihan jawaban dan teknik skoring
itemfavorable pada kuesioner ini adalah 1 untuk ― Sangat Tidak Setuju (STS), 2
untuk ―Tidak Setuju (TS)‖, 3 untuk ―Agak Tidak Setuju (ATS)‖, 4 untuk ―Agak
Setuju (AS‖), 5 untuk ―Setuju (S)‖, dan 6 untuk ―Sangat Setuju (SS)‖. Sedangkan
untuk itemunfavorable teknik skoring yang digunakan adalah 1 untuk ―Sangat
Setuju (SS)‖, 2 untuk ―Setuju (S)‖, 3 untuk ―Agak Setuju (AS)‖, 4 untuk ― Agak
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Tidak Setuju (ATS)‖ , 5 untuk ―Setuju (S)‖, dan 6 untuk ―Sangat Setuju (SS)‖.
Berikut ini klasifikasi itemfavorable dan itemunfavorable pada ATS.
Tabel 3.2
Item pada Alat Ukur Anticipated Turnover Scale
Item Favorable Item Unfavorable
2, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12 1,3, 6, 7
3.7.2.2Uji Coba Alat Ukur
Alat ukur ini diujicobakan pada 60 orang pekerja, yang terdiri dari 30
orang yang berprofesi sebagai perawat dan tiga puluh orang dengan profesi bukan
perawat. Uji coba alat ukur ini memiliki tujuan untuk mengetahui skor reliabilitas
dan validitas dari ATS yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia.
Gravetter dan Forzano (2009) mendefiniskan reliabilitas pengukuran sebagai
stabilitas atau konsistensi dari pengukuran. Alat ukur dengan skor reliabilitas yang
baik akan menunjukan skor yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran
berulang pada subjek yang sama dan kondisi yang sama. Sedangkan validitas
pengukuran adalah derajat dimana proses pengukuran mengukur varibael yang
ingin diukur (Gravetter & Forzano, 2009). Pengujian reliabilitas menggunakan
teknik Alpha Cronbach pada software SPSS for windows versi 17.0. Perhitungan
koefisien alpha digunakan karena pilihan jawaban pada kuesioner ini berbentuk
skala likert, dimana tidak ada skor yang benilai 1-0. Coefficien Alpha kuesioner
ATS pada uji coba ini memiliki skor 0,779 hal ini berarti 77,9 % observe score
merupakan varians true score dan 22,1 % nya merupakan varianserror, yang
berasal dari content sampling dan content heterogenity(Anastasi & Urbina, 1997).
Sebuah alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila memiliki
coefisien alpha antara 0,7 – 0,8 (Kaplan & Saccuzzo, 2005). Hal ini berarti alat
ukur ATS yang telah diadaptasi sudah memenuhi syarat dasar yaitu reliabilitas
yang baik untuk digunakan dalam suatu penelitian.
Untuk memperoleh skor validitas, peneliti menggunakan teknik internal
consistency dimana hal ini bertujuan untuk mengukur homogenitas tes. Derajat
homogenitas tes memiliki beberapa relevansi dengan construct validituy alat tes.
Skor internal consistency yang diperoleh dari hasil uji coba berkisar dari -0,334
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
37
Universitas Indonesia
hingga 0,796. Suatu itemdikatakan dapat mengukur sebuah konstruk ketika
memiliki indeks corrected item total lebih dari 0,2 ( Aiken & Groth-Marnat,
2006). Terdapat satu item yang memiliki indeks corrected item total kurang 0,2
sekaligus memiliki korelasi negatif, yaitu item no 3. Berdasarkan hasil uji coba
peneliti memutuskan untuk menghapus item no 3. Item no 11 dengan indeks
corrected item total 0,182 tetap dipertahankan karena pertimbangan jumlah item
dan indeks item no 11 mendekati 0,2.
3.8 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan.
3.8.1 Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan berbagai persiapan
antara lain :
1. Mencari literatur mengenai psychological capital kemudian
membacanya. Dari literatur yang dibaca peneliti menentukan teori
yang digunakan dalam penelitian untuk masing – masing variabel.
Peneliti menggunakan terori psychological capital milik Luthans,
Youssef, dan Avolio (2007) dan teori intention to leave yang
didefinisikan oleh Mor Barak, Nissly, & Levin ( 2001).
2. Menentukan partisipan penelitian, yaitu perawat rumah sakit swasta.
3. Mencari dan mengadaptasi alat ukur yang digunakan untuk penelitian.
Dalam proses adaptasi, peneliti melakukan pembuatan instruksi,
menerjemahkan item ke dalam bahasa Indonesia, dan menentukan
layout berdasarkan masukan expert judgement dan uji keterbacaan.
4. Melakukan uji coba alat ukur untuk memperoleh skor validitas dan
reliabilitas. Untuk mendapat masukan mengenai layout, penggunaan
kosakata, dan struktur kalimat, peneliti melakukan uji keterbacaan.
5. Melakukan perbaikan alat ukur berdasarkan uji keterbacaan, meliputi
instruksi, petunjuk pengisian, penyesuaiaan layout alat ukur, dan
pemilihan kosakata agar lebih mudah dipahami.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
38
Universitas Indonesia
6. Memperbanyak alat ukur penelitian dan menyiapkan kompensasi
(reward) untuk partisipan.
3.8.2 Tahap Pelaksanaan
Pengambilan data dilakukan dari tanggal 2 Mei 2012 hingga 7 Mei 2012 di
rumah sakit umum swasta X. Partisipan dipilih berdasarkan accidental sampling .
Proses pengambilan data dilakukan dengan menitipkan kuesioner kepada masing
– masing kepala ruangan, kemudian didistribusikan kepada partisipan. Dari 231
kuesioner yang didistribusikan, terdapat 198 kuesioner yang kembali dan hanya
187 yang dapat diolah. Terdapat 33 kesioner yang tidak kembali kepada peneliti
karena saat penyebaran kuesioner terdapat perawat yang cuti, menempuh
pendidikan, dan lupa membawa kuesioner. Terdapat 11 kuesioner yang tidak
dapat diolah karena data partisipan dan pengisian item yang tidak lengkap.
3.8.3 Tahap Pengolahan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana pengolahan
datanya menggunakan software SPSS for windows versi 17.0. Data yang
terkumpul pada tahap pelaksanaan diseleksi agar data yang tidak lengkap tidak
dimasukan ke dalam pengolahan data. Data yang telah diseleksi akan diolah
secara kuantitatif dengan program SPSS for Windows versi 17.0.
3.9 Metode Pengolahan Data
1. Statistik deskriptif: digunakan untuk mengetahui frekuensi, mean, median,
modus, variabilitas, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing –
masing variabel.
2. Pearson Correlation : yaitu teknik statistik yang digunakan untuk
menggambarkan besar dan arah hubungan linear dua variabel (Gravetter &
Wallnau, 2007). Menurut Guilford dan Fruchter (1978), nilai koefisien
Pearson dikelompokkan menjadi lima kelompok berdasarkan kuat lemahnya
hubungan antar kedua variabel, yaitu
r < 0,2 hubungan antara kedua variabel sangat lemah
r = 0,2-0,4 hubungan antara kedua variabel lemah
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
39
Universitas Indonesia
r = 0,4-0,7 hubungan antara kedua variabel sedang
r = 0,7-0,9 hubungan antara kedua variabel kuat
r = 0,9-1,0 hubungan antara kedua variabel sangat kuat
3. Alpha Cronbach : merupakan teknik statistik untuk mengetahui reliabilitas
pada satu kali administrasi, satu alat ukur, dan berdasarkan konsistensi dari
respon semua item pada tes (Anastasi & Urbina, 1997).
4. Multiple Regression: Digunakan untuk mengetahui pengaruh dan prediksi dua
atau lebih komponen dalam variabel pertama terhadap variabel kedua
dalam penelitian ini.
5. T-test: Digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan mean
antara dua kelompok dan Analysis of Variance (ANOVA) satu arah :
digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan mean antara dua
kelompok atau lebih.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
40
BAB 4
HASIL DAN ANALISIS
Pada bab ini akan dipaparkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang
telah dilaksanakan serta analisis hasil secara statistik. Hasil penelitian yang akan
dijabarkan meliputi, gambaran umum partisipan, gambaran umum hasil utama
penelitian, dan hasil tambahan penelitian.
4.1. Gambaran Umum Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 187 orang. Gambaran umum
partisipan berikut ini menjelaskan keadaan demografis penyebaran partisipan
penelitian, gambaran psychological capital, dan gambaran intention to leave pada
partisipan.
4.1.1 Gambaran Demografis Partisipan Penelitian.
Gambaran demografis partisipan penelitian didapatkan dari lembar data
partisipan yang terdapat di halaman akhir kuesioner penelitian. Data partisipan
yang harus dilengkapi meliputi: inisial, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir,
masa kerja, status kepegawaian, dan penghasilan per bulan. Peneliti melakukan
beberapa pengelompokan untuk dijadikan dasar penjelasan pada data demografis.
Pengelompokan – pengelompokan yang dibuat oleh peneliti mencakup kategori
usia, masa kerja, dan penghasilan.
Tabel 4.1
Gambaran Demografis Partisipan
Data Partisipan Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
57
130
30,5 %
69,5 %
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 (Lanjutan)
Data Partisipan Frekuensi Persentase
Kelompok Usia
19 – 24 tahun
25 – 44 tahun
45 – 49 tahun
43
141
3
23,0 %
75,4 %
1,6 %
Pendidikan Terakhir
SLTA
D1
D3
S1
Profesi
3
3
139
24
18
1,6 %
1,6 %
74,3 %
12,8 %
9,6 %
Masa Kerja
<3 tahun
3 – 5 tahun
6 – 8 tahun
9 – 11 tahun
12 – 14 tahun
>14 tahun
56
43
24
23
15
26
29,9 %
23,0 %
12,8 %
12,3 %
8,0%
13,9 %
Status Kepegawaian
Kontrak / Out Source
Honorer
Pegawai Tetap
Magang
87
14
80
6
46,5 %
7,5 %
42,8 %
3,2 %
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 (Lanjutan)
Data Partisipan Frekuensi Persentase
Penghasilan
< Rp 1.000.000
Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000
Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000
Rp 2.000.001 – Rp 2.500.000
Rp 2.500.001 – Rp 3.000.000
Rp 3.000.001 – Rp 3.500.000
>Rp 3.500.000
23
14
35
44
39
13
19
12,3 %
7,5 %
18,7 %
23,5 %
20,9%
7,0 %
10,2 %
Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 187 orang. Karakteristik
yang dimiliki partisipan cukup beragam. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa secara umum, perbedaan jumlah laki – laki dan perempuan cukup besar
yaitu 57 orang laki – laki (30,5%) dan 130 orang perempuan (69,5%). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa jumlah partisipan perempuan lebih banyak
daripada jumlah partisipan laki – laki. Usia termuda partisipan dalam penelitian
ini adalah 19 tahun dan yang tertua adalah 49 tahun. Peneliti kemudian membagi
usia menjadi tiga kategori berdasarkan tahap perkembangan karir menurut Dessler
(2008), yaitu 15 – 24 tahun, 25 – 44 tahun, dan 45 – 65 tahun. Dapat diketahui
bahwa partisipan dengan frekuensi terbanyak berada pada tahap establishment
dengan rentang usia 25 - 44 tahun yaitu sebanyak 141 orang (75,4%). Berdasarkan
tingkat pendidikan, sebagian besar partisipan dengan jumlah 139 orang (74,3%)
berpendidikan D3. Berdasarkan masa kerjanya sebagian besar partisipan pada
penelitian ini bekerja kurang dari tiga tahun yaitu sebanyak 56 orang (29,9%).
Berdasarkan status kepegawaiannya sebagian besar partisipan merupakan pegawai
kontrak yang berjumlah 87 orang atau (46,5%). Berdasarkan rentang
penghasilan mayoritas perawat memiliki penghasilan dengan rentang Rp
2.000.001 –Rp 2.500.000. Perawat pada kelompok penghasilan ini berjumlah 44
orang (23,5 %).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
43
Universitas Indonesia
4.1.2 Gambaran Skor Psychological Capital
Berikut ini akan dijelaskan gambaran skor psychological capital partisipan
yang meliputi skor mea , nilai minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa nilai mean psychological capital
partisipan adalah 91,43 (SD =9,302), nilai minimum sebesar 62, dan nilai
maksimum yang dapat dicapai adalah sebesar 110.
Peneliti melakukan pengelompokan skor berdasarkan norma kelompok
yang mengacu pada z-scores dan membagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah,
sedang, dan tinggi.
Tabel 4.2
Kategori TingkatPsychological Capital
Tingkat Skor Frekuensi Persentase
Rendah
Sedang
Tinggi
62 - 81
82 – 101
102 - 110
28
139
20
15,0 %
74,3 %
10,7 %
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar partisipan berada pada kategori
sedang dengan rentang skor 82 – 101. Partisipan dengan skor psychological
capital pada kategori rendah berjumlah 28 orang (15%) dan 20 partisipan
(10,7%) orang pada kategori tinggi. Pengkategorian ini dilakukan pada perawat
rumah sakit swasta X dengan jumlah perawat sebanyak 187 orang.
Pengkategorian ini berdasarkan pada mean kelompok danz-score atau standar
deviasi dan nilai mean yang diketahui. Pembagiannya dibuat menjadi tiga kategori
yaitu ―rendah‖ untuk nilai yang berada di bawah -1 SD dari mean(<82), ―sedang‖
untuk nilai yang berada di antara -1 SD dan +1 SD dari mean(82 – 101), dan
―tinggi‖ untuk nilai yang berada di atas +1 SD dari mean(>101).
4.1.3 Gambaran Skor Intention to Leave
Berikut ini akan dijelaskan gambaran skor intention to leave partisipan
yang meliputi skor mean , nilai minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa nilai mean intention to leave
partisipan adalah 28,58 (SD =8,053), nilai minimum sebesar 11 dan nilai
maksimum yang dapat dicapai adalah sebesar 55.
Untuk mengetahui tingkat intention to leave peneliti membuat kategori
pada skor intention to leave. Kategori yang digunakan adalah rendah, sedang, dan
tinggi. Pembagian kategori tersebut akan dipaparkan pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.3
Kategori Tingkat Intention to Leave
Tingkat Skor Frekuensi Persentase
Rendah 11 – 20 26 13,9%
Sedang 21 – 37 134 71,7%
Tinggi 38 – 55 27 14,4%
Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa mayoritas partisipan berada
pada kategori sedang dengan rentang skor 21 – 37 yaitu 134 partisipan (71,7%).
Terdapat 26 orang (13,9%) partisipan penelitian memiliki tingkat intention to
leave yang rendah dan terdapat 27 orang (14,4%) memiliki tingkat intention to
leave yang tinggi . Pengkategorian ini dilakukan pada perawat rumah sakit swasta
X dengan jumlah perawat sebanyak 187 orang. Pengkategorian ini berdasarkan
pada mean kelompok danz-score atau standar deviasi dan nilai mean yang
diketahui. Pembagiannya dibuat menjadi tiga kategori yaitu ―rendah‖ untuk nilai
yang berada di bawah -1 SD dari mean(<21), ―sedang‖ untuk nilai yang berada di
antara -1 SD dan +1 SD dari mean(21 – 37 ), dan ―tinggi‖ untuk nilai yang berada
di atas +1 SD dari mean(>37).
4.2 Hasil Utama Penelitian
Hasil Utama penelitian ini adalah hubungan antara psychological capital
dan intention to leave. Selain nilai korelasi kedua variabel tersebut, pada bagian
ini akan disampaikan mengenai hubungan antara masing – masing komponen
psychological capital dengan intention to leave dan melihat komponen manakah
yang memiliki sumbangan terbesar terhadap intention to leave.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
45
Universitas Indonesia
4.2.1 Hubungan antara Psychological Capital dan Intention to Leave
Untuk melihat hubungan antara psychological capital dan intention to
leave digunakan teknik statistik Pearson Product Moment. Hasil korelasi ini dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Korelasi Psychological Capital dengan Intention to Leave
Variabel r Sig (p) r2
Psychological Capital dan Intention To
Leave
-0,169* 0,010 0,029
*Signifikan pada L.o.S .05one tailed
Koefisien korelasi yang diperoleh dengan menggunakan teknik statistik
Pearson Product Moment menghasilkan nilai r =-0,169, n = 187, p<0,05 one
tailed. Hal ini berarti nilai korelasi psychological capital dan intention to leave
signifikan pada L.o.S 0.05. Dari hasil korelasi yang menunjukan signifikansi,
menandakan bahwa hipotesis null ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
Interpretasi yang didapatkan dari hasil tersebut adalah terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara psychological capital dengan intention to leave, dimana 2,9
% variablitas intention to leave dapat dijelaskan oleh psychological capital.
Guilford dan Fruchter (1978) mengartikan nilai koefisien korelasi (r)
untuk hubungan antara dua variabel, yaitu:
a. r< 0,2 = hubungan antara kedua variabel tergolong sangat lemah
b. 0,2 <r < 0,4 = hubungan antara kedua variabel tergolong lemah
c. 0,4 <r< 0,7 = hubungan antara kedua variabel tergolong sedang
d. 0,7 <r < 0,9 = hubungan antara kedua variabel tergolong kuat
e. 0,9 <r 1 = hubunganantara kedua variabel tergolong sangat kuat
Berdasarkan koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan
statistik ( r =-0,169, n = 187, p<0,05 one tailed), hubungan antara psychological
capital dengan intenion to leave masuk dalam kategori sangat lemah.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
46
Universitas Indonesia
4.3 Hasil Tambahan Penelitian
4.3.1 Hubungan antara Psychological Capital dan Intention to Leave pada
Perawat dengan Status Pegawai Tetap
Untuk melihat hubungan antara psychological capital dan intention to
leave pada perawat dengan status pegawai tetap dengan jumlah 80 orang
digunakan teknik statistik Pearson Product Moment. Hasil korelasi ini dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Korelasi Psychological Capital dengan Intention to Leave
pada Perawat dengan Status Pegawai Tetap
Variabel R Sig (p) r2
Psychological Capital dan Intention To
Leave
-0,168 0,068 0,028
Koefisien korelasi yang diperoleh dengan menggunakan teknik statistik
Pearson Product Moment menghasilkan nilai r =-0,168, n = 80, p>0,05 one
tailed. Hal ini berarti nilai korelasi psychological capital dan intention to
leavepada perawat dengan status pegawai tetap tidak signifikan pada L.o.S 0,05.
Dari hasil korelasi yang menunjukan signifikansi, menandakan bahwa hipotesis
null diterima dan hipotesis alternatif ditolak. Interpretasi yang didapatkan dari
hasil tersebut adalah tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
psychological capital dengan intention to leave.
4.3.2 Hubungan antara Psychological Capital dan Intention to Leave pada
Perawat dengan Status Pegawai Kontrak.
Untuk melihat hubungan antara psychological capital dan intention to leave pada
perawat dengan status pegawai kontrak sejumlah 87 orangdigunakan teknik
statistik Pearson Product Moment. Hasil korelasi ini dapat dilihat pada tabel 4.6.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Korelasi Psychological Capital dengan Intention to Leave
pada Perawat dengan Status Pegawai Kontrak
Variabel r Sig (p) r2
Psychological Capital dan Intention To
Leave
-0,201 0,031 0,040
*Signifikan pada L.o.S 0,05one tailed
Koefisien korelasi yang diperoleh dengan menggunakan teknik statistik
Pearson Product Moment menghasilkan nilai r=-0,201, n = 87, p<0,05 one tailed.
Hal ini berarti nilai korelasi psychological capital dan intention to leavepada
perawat dengan status pegawai kontraksignifikan pada L.o.S 0,05. Dari hasil
korelasi yang menunjukan signifikansi, menandakan bahwa hipotesis null ditolak
dan hipotesis alternatif diterima. Interpretasi yang didapatkan dari hasil tersebut
adalahterdapat hubungan negatif yang signifikan antara psychological capital
dengan intention to leavepada perawat dengan satatus pegawai kontrakdimana 4,0
% variablitas intention to leave dapat dijelaskan oleh psychological capital.
Koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan statistik ( r =-0,201 n = 87,
p<0,05 one tailed), hubungan antara psychological capital dengan intenion to
leave masuk dalam kategori lemah (Guilford dan Fruchter, 1978).
4.3.3 Sumbangan Komponen Psychological Capital terhadap Intention to
Leave
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan besar sumbangan komponen
psychological capital terhadap intention to leave yaitu teknik perhitungan regresi
ganda. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Regresi Komponen Psychological Capital dengan Intention to
Leave
R R2 Sig.
0,251 0,063 0,031
*Signifikan pada L.o.S 0,05
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Dari hasil perhitungan regresi, diperoleh nilai R2
sebesar 0,063 dengan
nilai p = 0,018 dan signifikan pada L.o.S 0,05. Hasil perhitungan ini memiliki arti
6,3% intention to leave disumbang oleh psychological capital, sedangkan 93,7 %
sisanya disumbang dari variabel lain
Perhitungan regresi ganda juga digunakan untuk melihat komponen
psychological capital yang paling menyumbang terhadap intention to leave . Hasil
perhitungan ini dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Regresi Ganda Komponen Psychological Capital dengan
Intention to Leave
Komponen Psychological Capital Beta Sig.
Self Efficacy 0,048 0,529
Optimism -0,177* 0,043
Hope 0,002 0,985
Resiliency -0,141 0,073
*Signifikan pada L.o.S 0,05
Berdasarkan tabel 4.8, terlihat nilai beta dari masing-masing komponen
psychological capital yang dapat disimpulkan bahwa optimism dengan r = -0,177
(p = 0,043) dan signifikan pada L.o.S0 ,05 memberikan sumbangan paling besar
terhadap intention to leave. Komponen psychological capital lainnya (efficacy,
hope, dan resiliency ) tidak cukup besar dan tidak signifikan dalam menyumbang
intention to leave.
4.3.4 Perbedaan Skor Intention to Leave Berdasarkan Data Partisipan
Perbedaan skor intention to leave berdasarkan data demografis dihitung
dengan menggunakan teknik statistik independent sample t-test (untuk
perbandingan dua kelompok) dan One Way ANOVA (untuk perbandingan
lebih dari 2 kelompok). Data demografis partisipan yang akan digunakan
yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, masa kerja, status kepegawaian,
dan pengahasilan per bulan.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Tabel 4.9
Gambaran Skor Intention to Leave Berdasarkan Data Demografis
Data Partisipan Frekuensi M Signifikansi Keterangan
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
57
130
28,78
28,11
t = 0,533
p = 0,595
Tidak
signifikan
Kelompok Usia
19 – 24 tahun
25 – 44 tahun
45 – 49 tahun
43
141
3
30,67
27,80
35,00
F = 3,137
p = 0,046
Signifikan
Pendidikan Terakhir
SLTA
D1
D3
S1
Profesi
3
3
139
24
18
30,33
24,33
28,33
30,75
28,00
F = 0,732
p = 0,571
Tidak
signifikan
Masa Kerja
<3 tahun
3 – 5 tahun
6 – 8 tahun
9 – 11 tahun
12 – 14 tahun
>14 tahun
56
43
24
23
15
26
30,32
29,03
29,17
25,35
25,73
28,23
F = 1,679
p = 0,142
Tidak
signifikan
Status Kepegawaian
Kontrak / Out Source
Honorer
Pegawai Tetap
Magang
87
14
80
6
29,90
27,21
27,98
30,00
F = 0,408
p = 0,803
Tidak
signifikan
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 (Lanjutan)
Data Partisipan Frekuensi M Signifikansi Keterangan
Penghasilan
< Rp 1.000.000
Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000
Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000
Rp 2.000.001 – Rp 2.500.000
Rp 2.500.001 – Rp 3.000.000
Rp 3.000.001 – Rp 3.500.000
>Rp 3.500.000
23
14
35
44
39
13
19
29,52
25,07
27,74
28,98
27,23
29,08
33,05
F = 1,789
p = 0,104
Tidak
signifikan
Berdasarkan perhitungan statistik pada tabel 4.11, dihasilkan beberapa hasil
tambahan mengenai hubungan demografis partisipan dengan intention to leave,
sebagai berikut.
1. Tidak terdapat perbedaan mean antar jenis kelamin dengan nilai t sebesar
0,533 dan tidak signifikan pada L.o.S 0,05 (p = 0,686). Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan mean skor
yang signifikan antara kelompok partisipan laki-laki dan perempuan
terhadap intention to leave. Namun, partisipan laki-laki memiliki nilai
mean yang lebih besar (M= 28,78 ) dibandingkan partisipan perempuan.
2. Terdapat perbedaan mean antar usia dengan nilai F sebesar 2,753 dan
signifikan pada L.o.S 0,05 (p = 0,066). Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan mean skor yang signifikan
antara kelompok partisipan berusia 19 – 24 tahun, 25 – 44 tahun, dan
45 – 49 tahun terhadap intention to leave . Nilai mean paling besar pada
kelompok usia 45 – 49 tahun (M = 35).
3. Tidak terdapat perbedaan mean antara jenjang pendidikan terakhir dengan
nilai F sebesar 0,732 dan tidak signifikan pada L.o.S .05 (p = 0,571).
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan mean skor yang signifikan antara kelompok dengan pendidikan
terakhir SLTA, D1, D3, S1, dan Profesi. Namun, kelompok dengan
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
51
Universitas Indonesia
pendidikan terkahir S1 yang memiliki nilai mean intention to leave paling
besar (M = 30,75)
4. Tidak terdapat perbedaan mean berdasarkan masa kerja dengan nilai F
sebesar 1,679 dan tidak signifikan pada L.o.S .05 (p = 0,142).
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan mean skor yang signifikan antara kelompok dengan masa
kerja <3 tahun, 3 – 5 tahun, 6 – 8 tahun, 9 – 11 tahun, 12 – 14 tahun, dan >
14 tahun. Namun, kelompok partisipan dengan lama masa kerja < 3 tahun
memiliki nilai mean intention to leave tertinggi (M = 33,75 ).
5. Tidak terdapat perbedaan mean berdasarkan status kepegawaian dengan
nilai F sebesar 0,408 dan tidak signifikan pada L.o.S 0,05 (p = 0,803).
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan mean skor yang signifikan antara kelompok yang berstatus
kontrak / out source, honorer, dan pegawai tetap. Namun, magang
memiliki nilai mean skor intention to leave lebih besar (M = 30,00)
dibandingkan dengan kelompok honorer, pegawai tetap, dan kontrak.
6. Tidak terdapat perbedaan mean berdasarkan besar penghasilan per bulan
dengan nilai F sebesar 1,789 dan tidak signifikan pada L.o.S .05 (p =
0,104). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan mean skor yang signifikan antara kelompok yang memiliki
penghasilan < Rp 1.000.000, Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000, Rp 1.500.001
– Rp 2.000.000, Rp 2.000.001 – Rp 2.500.000, Rp 2.500.001 – Rp
3.000.000, Rp 3.000.001 – Rp 3.500.000, dan > Rp 3.500.000. Namun,
kelompok partisipan yang memiliki nilai mean skor intention to leave
paling tinggi (M = 33,05) adalah kelompok dengan penghasilan per bulan
> Rp 3.500.000.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
52
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan berdasarkan pengolahan data yang
telah dilakukan pada bab sebelumnya untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Selain itu, pada bab ini juga akan dibahas mengenai diskusi dari hasil penelitian
serta saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Terdapat dua kesimpulan yang akan dijelaskan pada bagian ini, yaitu
kesimpulan hasil utama penelitian, yang merupakan jawaban dari pertanyaan
penelitian dan kesimpulan hasil tambahan penelitian.
5.1.1 Kesimpulan Hasil Penelitian Utama
Berdasarkan hasil analisis utama yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara psychological capital dan intention to leave pada perawat. Hal
ini dapat diartikan bahwa kenaikan skor psychological capital diikuti dengan
turunnya skor intention to leave.
5.1.2 Kesimpulan Hasil Penelitian Tambahan
Terdapat beberapa kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitan
tambahan, yaitu :
1. Berdasarkan hasil analisis tambahan ditemukan gambaran tingkat
psychological capital berada pada tingkat sedang. Analisis gambaran
intention to leave pada perawat juga memiliki hasil yang sama, yaitu
mayoritas perawat memiliki tingkat intention to leave sedang.
2. Berdasarkan uji korelasi psychological capital dan intention to leave pada
perawat dengan status pegawai tetap didapatkan kesimpulan bahwa tidak
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara psychological capital
dan intention to leave.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
53
Universitas Indonesia
3. Berdasarkan uji korelasi psychological capital dan intention to leave pada
perawat dengan status pegawai kontrak / outsource didapatkan
kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
psychological capital dan intention to leave. Hal ini dapat diartikan bahwa
kenaikan skor psychological capital diikuti dengan turunnya skor intention
to leave.
4. Berdasarkan hasil analisis uji korelasi parsial antara komponen
psychological capital dan intention to leave ditemukan bahwa komponen
optimism memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan intention to
leave.
5. Berdasarkan nilai hasil analisis data, ditemukan bahwa komponen
optimism memiliki sumbangan terbesar terhadap intention to leave.
Optimism didefinisikan sebagai suatu cara menginterpretasi kejadian-
kejadian sebagai suatu hal yang terjadi akibat diri sendiri, bersifat
menetap, dan dapat terjadi dalam berbagai situasi, serta
menginterpretasikan kejadian-kejadian negatif sebagai suatu hal yang
terjadi akibat hal-hal di luar diri, bersifat sementara, dan terjadi hanya pada
situasi tertentu saja. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan
bahwa semakin tinggi skor optimism maka semakin rendahskor intention
to leave.
6. Hasil analisis perbedaan mean intention to leave berdasarkan usia,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean yang signifikan pada
itention to leave antara perawat dengan kelompok usia yang berbeda.
7. Berdasarkan hasil analisis perbedaan mean intention to leave yang
dilakukan berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja,
status kepegawaian, dan penghasilan menunjukaan bahwatidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin, status kepegawaian, tingkat
pendidikan, masa kerja, dan penghasilan.
5.2 Diskusi
Pada bab ini akan diuraikan diskusi hasil utama penelitian dan hasil
tambahan penelitian berdasarkan teori.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
54
Universitas Indonesia
5.2.1 Diskusi Hasil Utama
Hasil utama penelitian ini menunjukan bahwa tedapat hubungan negatif
yang signifikan anatara psychological capital dan intention to leave pada perawat.
Hal ini mengindikasikan diterimanya hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini.
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara psychological capital dengan intention to leave (Avey,
Reichard, Luthans, & Mhatre, 2011; Avey, Yousef & Jensen, 2009; Avey,
Luthans & Yousef, 2006). Dalam penelitiannya Avey, Reichard, Luthans, dan
Mhatre (2011) memaparkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara
psychological capital dengan cynicism, intention to leave dan cointerproductive
behavior. Avey, Yousef,dan Jensen (2009) juga menambahkan bahwa
psychological capital juga memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan stress
dan job search behavior. Hasil yang sama ditunjukan oleh Avey, Luthans &
Yousef (2006) yang menunjukan terdapat korelasi negatif yang signifikan antara
psychological capital dengan employee cynicism, intention to leave, stress, dan
anxiety. Hal ini menandakan semakin tinggi skor psychological capital semakin
rendah skor intention to leave, cynicismcointerproductive behavior,employee
cynicism, stress, dan anxiety.
Berikut ini hubungan tidak langsung psychological capital dan intention to
leave. Beberapa faktor yang mempengaruhi intention to leave adalah job stress
(Avey, Yousef, & Jensen, 2009) dan job satisfaction (Miller, 2007).
Psychological capital memiliki hubungan yang positif dengan job satisfaction,
apabila psychological capital meningkat, jobsatisfaction meningkat dan
sebaliknya , apabila psychological capital seorang individu menurun, makan job
satisfaction juga akan menurun (Avey, Reichard, Luthans, & Mhatre, 2011) .
Sedangkan apabila job satisfaction meningkat, intention to leave menurun
(Miller, 2007). Keadaan dimana psychological capital meningkat, stress
menurun, intention to leave akan menunjukan penurunan, dan sebaliknya. Ditinjau
dari hubungan langsung dan tidak langsung antara psychological capital dengan
intention to leave tetap memiliki hubungan yang negatif. Avey, Yousef, & Jensen
(2009) menguraikan bahwa hubungan langsung psychological capital memiliki
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
55
Universitas Indonesia
nilai korelasi yang lebih besar daripada hubungan tidak langsung, meskipun kedua
hubungan tersebut memiliki signifikansi.
Komponen optimism menunjukankorelasi negatif yang signifikan terhadap
intention to leave, sementara komponen hope dan resilience memiliki hasil
korelasi yang negatif tetapi tidak signifikan. Sedangkan lomponen efficacy
memiliki hubungan positif dengan intention to leave tetapi tidak signifikan.
Meskipun hanya terdapat satu komponen psychological capital yang memiliki
hubungan negatif yang signifikan, tetapi jika dilakukan perhitungan korelasi pada
keempat komponen psychological capital akan menghasilakan korelasi negatif
yang signifikan juga. Hal ini sesuai dengan Luthans, Youssef, & Avolio (2007)
yang memaparkan bahwa pengukuran psychological capital sebagai satu kesatuan
akan menghasilkan hasil yang sinergis dari pada pengukuran pada masing-masing
komponen penyusunnya.
5.2.2 Diskusi Hasil Tambahan
Berdasarkan uji korelasi berdarkan status kepegawaian, terlihat perbedaan
hasil antara perawat dengan status pegawai tetap dan pegawai kontrak/outsource.
Dimana terdapat hubungan negatif yang signifikan antara psychological capital
dan intention to leave pada perawat dengan status pegawai kontrak/outsource,
sedangkan tidak terdapat hubungan negatif antara psychological capital dan
intention to leave pada perawat dengan status pegawai tetap. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti job statisfaction, job stress,
organizational commitment, resource, recognition, payment, dan faktor
demografis. Untuk mempertahankan perawat potensial yang berstatus kontrak
atau outsource diperlukan intervensi dari rumah sakit agar tidak kehilangan
perawat yang potensial.
Dalam penelitain ini, peneliti juga ingin melihat hubungan faktor
demografis pada partisipan dan intention to leave, dimana factor-faktor tersebut
adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, masa kerja, status kepegawaian,dan
penghasilan per bulan.
Perbedaan mean yang signifikan hanya terjadi berdasrakan usia. Hal ini
sejalan dengan temuan Cabigao (2009) bahwa faktor demografis usia memiliki
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
56
Universitas Indonesia
pengaruh terhadap intention to leave. Mean intention to leave tertinggi terdapat
pada kelompok 45 – 49 tahun, yaitu berada pada tahap perkembangan karir
maintainance stage,dimana individu seharusnya individu pada kelompok usia ini
telah menciptakan suatu tempat dalam dunia kerja dan semua upaya umumnya
diarahkan untuk mengamankan tempat tersebut (Dessler, 2008). Namun hal ini
berbeda dengan penemuan penelitian ini. Intention to leave tidak hanya
disebabkan oleh faktor demografis usia, tetapi terdapat factor-faktor lain seperti
job satisfaction dan job stress yang dapat mempengaruhi intention to leave
seseorang.
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan mean
yang signifikan dari intention to leave yang berdasarkan jenis kelamin,
pendidikan, masa kerja, status kepegawaian, dan penghasilan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Miller, 2007) bahwa tidak ada hubungan
antara usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, dan penghasilan pada perawat.
Hal ini dimungkinkan karena adanya variabel lain seperti ketersediaan lapangan
pekerjaan di tempat tersebut, seperti yang diuraikan oleh Tai (1998, dalam
Cabigao, 2009) yaitu keputusan untuk tetap bekerja pada sebuah organisasi
meningkat sejalan dengan tidak adanya kesempatan kerja.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Mor barak, Nissli, dan Levin (2001) bahwa karyawan yang lebih muda dan
dengan pendidikan yang baik memiliki kecenderungan untuk meninggalkan
pekerjaannya. Hal ini dikarenakan individu yang memiliki usia lebih muda
memiliki kesempatan kerja yang lebih besar. Leontaridi dan Ward (2002)
menjelaskan bahwa pekerja laki-laki yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
cenderung untuk meninggalkan pekerjaannya sementara individu yang telah
berusia cenderung tidak ingin keluar dari pekerjaan. Individu muda yang memiliki
penghasilan tinggi juga cenderung untuk meninggalkan pekerjaanya, tetapi
terdapat hubungan negatif dan antara intention to leave dan penghasilan pada
individu muda yang sudah menikah.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
57
Universitas Indonesia
5.2.3 Diskusi Metodologi
Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian
ini ditinjau dari berbagai aspek. Kekurangan-kekurangan terebut menjadi
sumbererror dan mempengaruhi hasil dalam penelitian ini. Peneliti berasumsi
kekurangan dalam penelitian ini adalah dalam segi alat ukur yang digunakan dan
metode pengumpulan data.
Dari segi alat ukurpsychological capital yang telah diadaptasi ke dalam
bahasa Indonesia, Adaptasi yang dilakukan meliputi penerjemahan bahasa, dan
pengurangan item. Berdasarkan hasil uji coba, peneliti tidak memasukkan tiga
item, yaitu satu itemkomponen resiliency dan dua itemkomponen optimism.
Itemini tidak dimasukan ke dalam alat ukur karena tidak konsisten mengukur satu
konstruk tertentu, oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk tidak menggunakan
tiga itemtersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh proses penerjemahan yang kurang
baik. Alat ukur yang kemudian digunakan dalam penelitian ini adalah yang sudah
memenuhi syarat dasar untuk dapat dikatakan valid dan reliabel.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner. Teknis pelaksanaan penyebarannya, kuesioner dititipkan
kepada masing-masing kepala ruangan untuk kemudian didistribusikan kepada
perawat ruangan. Terdapat beberapa data yang tidak bisa digunakan karena
ketidaklengkapan informasi yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena kuesioner
disebarkan melalui bantuan kepala ruangan, yang berarti peneliti tidak dapat
mengontrol bagaimana partisipan mengisi data, atau adanya faktor kelelahan dan
distraksi yang disebabkan oleh pekerjaan atau hal lain. Sehingga partisipan
dimungkinkan untuk asal menjawab atau menjawab seadanya.
Selain itu, sulit untukmenggali data yang tidak lengkap karena tidak semua
partisipan bersedia memberikan informasi nomor kontak yang bisa dihubungi.
Persebaran partisipan yang tidak merata berdasarkan pengelempokan yang
dilakukan (jenis kelamin, usia, pendidikan, status kepegawaian, pendidikan, dan
penghasilan) sangat memungkinkan mempengaruhi hasil perhitungan statistik
dalam penelitian ini.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
58
Universitas Indonesia
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran berupa
saran teoritis, saran metodologis, dan saran praktis dengan harapan dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan
beberapa hal yang dapat sebagai bahan pertimbangan untukpenelitian selanjutnya
yaitu :
1. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi intention to leave, untuk
memperkaya hasil analisis, sebaiknya penelitian yang akan datang
menambahkan kontrol variabel seperti pertanyaan tambahan untuk job
satisfaction, dan job stress.
2. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, menunjukan hasil terdapat
hubungan antara level jabatan dan status perkawinan dengan intention to
leave, sehingga pada peneltian selanjutnya perlu ditambahkan data
partisipan dari dua aspek tersebut untuk memperkaya hasil penelitian.
3. Penelitian ini menemukan bahwa perbedaan jenis kelamin, tingkat
pendidikan, masa kerja, status kepegawaian dan penghasilan tidak
mempengaruhi intention to leave individu. Beberapa penelitian
menyatakan faktor demografis tersebut mempengaruhi intention to leave
sedangkan penelitian lainnya tidak menyatakan demikian, sehingga perlu
dilihat lebih jauh pengaruh aspek-aspek tersebut terhadap intention to
leave.
5.3.2 Saran Metodologis
Beberapa saran peneliti terkait metode dalam penelitian ini, yaitu :
1. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika peneliti melakukan back
translation untuk memastikan bahwa terjemahan dan adaptasi yang
dilakukan telah benar sesuai dengan alat ukur sebelumnya.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
59
Universitas Indonesia
2. Selain menggunakan kusioner, hasil penelitian akan lebih baik jika disertai
dengan observasi serta wawancara dengan partisipan dimana akan
didapatkan gambaran yang lebih menyeluruh dari partisipan penelitian.
3. Peneliti menyarankan untuk menyertakan duplikat surat ijin dari rumah
sakit, agar para perawat lebih bertanggung jawab dalam mengisi dan
mengembalikan kuesioner, sehingga jumlah kuesioner yang tidak kembali
dapat direduksi.
5.3.3 Saran Praktis
1. Pihak menejemen rumah sakit sebaiknya mengembangkan psychological
capital pada perawat, hal ini menjadi penting karena psychological capital
tidak hanya berhubungan dengan intention to leave, tetapi juga berhubungan
dengan job satisfaction, job stress, performance, work engagement,
commitment, empowerment, dan masih banyak hal lainnya. Psychological
capital terdiri dari empat macam komponen yang dapat dikembangkan dengan
cara yang berbeda. Saran pengembangan ini, ditujukan kepada pihak Manajer
SDM rumah sakit untuk kemudian didelegasikan kepada kepala ruangan
untuk mengembangkan psychological capital pada setiap perawat. Saran ini
juga dapat digunakan untuk mengembangkan psychological capital pada divisi
non keperwatan sehingga psychological capital sumber daya manusia secara
umum di rumah sakit dapat meningkat. Berikut ini saran praktis yang
diberikan berdasarkan masing -masing komponen psychological capital yang
mengacu pada teori Luthans, Youssef, dan Avolio (2007).
1. Selfefficacy dapat dikembangkan dengan mengatur langkah-langkah
untuk mencapai tujuan. Perawat ruangan dibagi menjadi beberapa
kelompok, untuk memudahkan, bagilah kelompok menurut shift kerja.
Masing-masing perawat diminta untuk membuat tujuan utama yang
ingin dicapai kemudian kepala ruangan meminta para staf nya untuk
membuat tujuan utama tersebut menjadi tujuan-tujuan yang lebih
kecil. Kepala ruangan meyakinkan stafnya bahwa tujuan yang telah
mereka tetapkan dapat benar-benar tercapai. Dalam memberikan
tugas, kepala perawat hendaknya memberikan tugas secara bertahap
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
60
Universitas Indonesia
kepada stafnya, mulai dari tugas yang mudah, sedang, hingga tugas
yang sulit, sehingga self efficacy para perawat dapat semakin
berkembang. Selain itu kepala ruangan meminta stafnya untuk belajar
kepada perawat yang telah dianggap sukses dan berhasil dalam
menjalankan tugasnya. Dengan demikian para perawat memperoleh
informasi tentang bagaimana mencapai kesuksesan.
2. Optimism dapat dikembangkan dengan menerima pengalaman masa
lalu, mengapresiasi keadaan saat ini, dan dapat melihat kesempatan di
masa depan. Ketika perawat mampu mengidentifikasi rencana yang
akan dilakukan di masa mendatang, keyakinan mereka untuk
mencapai tujuan tersebut akan meningkat. Hal-hal yang sebaiknya
dilakukan adalah kepala ruangan meminta stafnya untuk memberikan
umpan balik yang positif satu sama lain, yang bertujuan untuk
harapan positif dimasa mendatang. Ketika harapan untuk suskes
meningkat, maka optimism pada tingkat individu dan tingkat
kelompok pun meningkat.
3. Hope dapat dikatakan sebagai pengembangan goal setting yang
dipengaruhi oleh tujuan, pathways dan agency. Hal yang sebaiknya
dilakukan kepala ruangan adalah meminta para staff nya untuk
memberikan alternatif cara dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Setelah itu para perawat diminta untuk
mengidentifikasi halangan terkait pekerjaan yang mungkin ditemukan
di masa mendatang. Setelah menyelesaikan tugas individual, para
perawat diminta untuk menerima umpan balik dari kelompok untuk
mendapatkan alternatif pathways yang dapat digunakan untuk
menghadapi halangan. Metode ini dapat meningkatkan pathways
yang dimiliki perawat untuk menghasilkan keterampilan dan
kemampuan.
4. Resiliency dapat ditingkatkan dengan membangun kesadaran, baik
dalam bentuk talenta, keterampilan, dan jaringan sosial. Kepala
ruangan meminta stafnya untuk mengidentifikasi dan membuat daftar
kemampuan apa saja yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
61
Universitas Indonesia
ditetapkan. Kemudian kepala ruangan dan rekan sekelompok
mengidentifikasi sumber daya yang belum dituliskan. Selanjutnya
para perawat diminta untuk mengidentifikasi masalah signifikan yang
menjadi penghalang. Pelatihan ini bertujuan untuk membuat rencana
dalam menjauhkan sumber masalah atau mencegah masalah tersebut.
Pada akhirnya perawat menjadi sadar atas sumber daya yang dimiliki
serta bagaimana pikiran dan perasaan mereka ketika dihadapkan
dengan masalah (percaya diri, putus asa, sedih, dll). Mereka dapat
menjadi resilient dengan melakukan penilaian pada sumber daya
yang dimiliki dan pilihan untuk menghadapi suatu masalah.
2. Kepala ruangan sebaiknya membuat program employee of the month, yaitu
memberikan penghargaan kepada perawat terbaik yang dinilai dari berbagai
aspek yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Bagian menejemen SDM rumah sakit sebaiknya membuat deskripsi kerja yang
jelas sehingga tidak terjadi peran ganda pada perawat memicu job stress.Job
stress menjadi penting karena dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang
diberikan dan menjadi faktor intention to leave.
4. Dalam rangka menciptakan iklim kerja yang kondusif dan meningkatkan job
satisfaction kepala ruangan dapat mengagendakan suatu forum guna
mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang dialami oleh para perawat.
Melalui forum tersebut kepala ruangan dapat mendengarkan keluhan para staf
perawat dan membantu dalam memecahkan masalah. Selain itu, kepala
ruangan mengarahkan stafnya untuk saling membantu mengerjakan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Kegiatan ini memfasilitasi timbulnya
dukungan kelompok dalam bekerja dan meingkatkan kualitas interaksi antar
perawat sehingga dapat mereduksi intention to leave.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
62
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L.R., & Groth-Marnat, G. (2006). Psychological testing and assessment.
(12th
ed.). Boston: Pearson Education
Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing, 7th Ed. New York:
Pentice Hall.
Avey, J. B., Luthans, F., & Jensen, S. M. (2009). Psychological Capital: A
Positive Resource For Combating Employee Stress And Turnover. Human
Resource Management , Vol. 48, No. 5, Pp. 677– 693.
Avey, J. B., Luthans, F. & Youssef, C. M., (2006) The Additive Value of
Positive Psychological Capital in Predicting Work Attitudes and
Behaviors. Leadership Institute Faculty Publications. Paper 6.
Avey,J. B., Reichard, R.J., Luthans, F, & Mhatre, K.H. (2011). Meta-Analysis
of the Impact of Positive Psychological Capital on Employee Attitudes,
Behaviors, and Performance. Human Resource Development Quarterly,
vol. 22, no. 2.
Cabigao, E. (2009). Predictors Of Intention To Quit And Satisfaction Among
Nurses Who Work In Nursing Homes (Doctoral Disserattion). Available
from ProQuest Dissertation and Theses Database. (UMI No.3365622)
Dessler, G. (2008). Human resource management. New Jersey: Pearson Prentice
Hall.
Fishbein, & Ajzen. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An
Introduction to Theory and Research. USA: Addison-Wesley Publishing
Company. Inc.
Gravetter, F. J., & Forzano, L.-A. B. (2009). Research Methods for The
Behavioral Sciences. Canada: Wadsworth Cengange Learning.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Guilford, J. P., & Fruchter, B. (1978). Fundamental Statistics in Psychology and
Education (6th Ed) . New York: McGraw-Hill.
Hazell, K. W. (2010). Job Stress, Burnout, Job Satisfaction, and Intention to
Leave Among Registered Nurses Employed in Hospital Settings in The
State of Florida (Doctoral Dissertasion). Available from ProQuest
Dissertation and Theses Database. (UMI No.3406218)
Hinshaw, A. S., & Atwood, J. R. (1984). Anticipated turnover among nursing
staff study. Final report. National Institutes of Health. National Center
for Nursing Research. No. R01NU00908.
Hinshaw, A. S., & Atwood, J. R. (1985). Testing a theoretical model for job
satisfaction and anticipated turnover of nursing staff. Nursing Research,
34(6), 21-23.
Kaplan, R. M., & Saccuzzo, D. P. (2005). Psychological Testing: Principles,
Applications, And Issues. Toronto: Cengage Learning.
Kates, A., & Galbraith, J. R. (2007). Designing Your Organization: Using the Star
Mode to Solve 5 Critical Design Challenges. San Francisco: John Wiley &
Sons, Inc.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1239/Menkes/Sk/Xi/2001 Tentang Registrasi Dan Praktik Perawat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1534/
MENKES/SK/X/2005, tentang Kurikulum Pendidikan Sekolah Perawat
Kesehatan.
Kerlinger, F. &. (2000). Foundations of Behavioral Research (4th ed). Orlando :
Harcourt, Inc.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Krausz,M., Koslowsky, M., Shalom, N. & Elyakim, N. (1995) Predictors of
Intentions to Leave the Ward, the Hospital, and the Nursing Profession: A
Longitudinal Study. Journal of Organizational Behavior, Vol. 16, No. 3
(May, 1995), pp. 277-288
Kumar, R. (2005). Research Methodology: A Step by Step Guide for Beginers.
London: SAGE Publication.
Kurniawan, L., Yunus, R., Amri, M. R., & Pramudiarta, N. (2011). Indeks Rawan
Bencana Indonesia. Jakarta: BNPB.
Leontaridi, R.M. & Ward, M.E. (2002) Work-Related Stress, Quitting Intentions
and Absenteeism. Discussion Paper Serries . IZA DP No. 493
Luthans, F. (2002). The need for and meaning of positive organizational behavior.
Journal of Organizational Behavior, 23, 695–706
Luthans, F., Luthans, K. W., & Luthans, B. C. (2004). Positive Psychological
Capital: Beyond Human and Social Capital. Business Horizons 47/1 , 45 -
50.
Luthans, F., Youssef, C. M., & Avolio, B. J. (2007). Psychological Capital
Developing : The Human Competitive Edge. New York: Oxford University
Press, Inc.
McShane, S.L. & Glinow, V. (2010). Organizational Behavior : Emerging
Knowledge and Practice for The Real World 5th
edition. new Yorl: Mc
GrawHill.
Miller, P.E. (2007). The Relationship between Jobstress and Intention to Leave :
A Study of Hospice Nurses in A For-Profit Corporation (Doctoral
Disertation). Available from ProQuest Dissertation and Theses Database.
(UMI No.3246088)
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Mor Barak, M. E., Nissly, J. A., & Levin, A. (2001). Antecedents to retention and
turnover among child welfare, social work, and other human service
employees: What can we learn from past research? A review and
metanalysis. Social Service Review, 75(4), 625-661.
Mowday, R. T., Steers, R., & Porter, L. (1979). The measurement of
organizational commitment. Journal of Vocational Behavior, 14, 224-247.
Nursalam & Efendi F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba
Page, L. F., & Donohue, R. (2004). Positive Psychological Capital : A
Preliminary exploration of The construct. Business and Economics , 1-
10.
Peraturan Menteri Kesehatan Reublik Indonesia Nomor HK
02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Potter, A. P., & Perry, A. G. (2005). Fundamental Keprawatan: Konsep Proses
dan Paktik. Mosby.
Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta:
PT INDEKS.
Spector, P.E. (2000). Industrial and Organizational Psychology : Research and
Practice 2nd
. New York : John Wiley & Sons, Inc.
Sun, T., Zhao, X. W., Yang, L. B., & Fan, L. H. (2012). The impact of
psychological capital on job embeddedness and job performance among
nurses: A structural equation appoach. Journal of Advanced Nursing,
68(1), 69-79. doi: 10.1111/j.1365-2648.2011.05715.x
Undang - Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Undang - Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, &
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
67
Universitas Indonesia
LAMPIRAN A
DAFTAR LAMPIRAN
(Hasil Uji Coba Alat Ukur Psychological Capital dan Intention to Leave)
A.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Psychological Capital
A.1.1 Hasil uji reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 267 97.4
Excludeda 7 2.6
Total 274 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
A.1.2 Hasil uji validitas item Psychological Capital
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 100.1536 147.995 .576 .806
VAR00002 100.0524 153.456 .487 .811
VAR00003 100.1536 149.326 .572 .807
VAR00004 99.5618 156.022 .487 .813
VAR00005 99.9064 152.912 .462 .812
VAR00006 99.7416 146.568 .551 .807
VAR00007 99.1948 157.639 .497 .813
VAR00008 99.8989 142.873 .586 .804
VAR00009 99.6704 144.425 .511 .809
VAR00010 100.2472 153.901 .480 .812
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.823 24
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
68
Universitas Indonesia
VAR00011 99.1760 157.815 .464 .814
VAR00012 100.7004 158.669 .277 .820
VAR00013 100.1311 160.423 .152 .828
VAR00014 99.5356 157.362 .416 .815
VAR00015 99.6142 159.208 .296 .819
VAR00016 100.0262 156.341 .423 .814
VAR00017 99.5655 156.983 .463 .814
VAR00018 100.5693 153.630 .437 .813
VAR00019 99.5693 158.502 .284 .820
VAR00020 101.5993 174.557 -.210 .844
VAR00021 99.2509 156.324 .405 .815
VAR00022 99.0936 158.747 .432 .815
VAR00023 100.3521 168.883 -.059 .837
VAR00024 98.8015 165.385 .158 .823
A.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Intention To Leave
A.2.1 Hasil uji reliabilitas
Cronbach's Alpha N of Items
.779 12
A.2.2 Hasil uji validitas item Intention to Leave
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
item_1 32.0517 84.225 .541 .751
item_2 31.7931 76.448 .743 .725
item_3 31.8793 92.283 -.334 .782
item_4 31.9310 77.785 .731 .728
item_5 30.7759 77.721 .615 .739
item_6 32.1207 80.354 .649 .739
item_7 32.1724 85.198 .549 .752
item_8 31.5517 77.445 .720 .729
item_9 31.3448 108.651 .334 .831
item_10 31.8621 105.244 .221 .825
item_11 31.7759 93.054 .182 .787
item_12 31.9483 76.155 .796 .721
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
69
Universitas Indonesia
LAMPIRAN B
(Hasil Uji Alat UkurPsychological Capital dan Intention to Leave
Pada Saat Field)
B.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Psychological Capital
B.1.1 Hasil uji reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 187 100.0
Excludeda 0 .0
Total 187 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.795 21
B.1.2 Hasil uji validitas item Psychological Capital
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 86.9144 79.724 .356 .787
VAR00002 87.6203 76.011 .437 .781
VAR00003 87.7540 76.681 .420 .783
VAR00004 86.9947 77.747 .530 .778
VAR00005 87.5294 79.089 .254 .795
VAR00006 86.4545 81.991 .330 .789
VAR00007 86.6364 79.491 .547 .780
VAR00008 86.4011 81.069 .358 .787
VAR00009 86.2299 82.726 .280 .791
VAR00010 87.3743 78.762 .353 .787
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
70
Universitas Indonesia
VAR00011 86.6203 79.656 .380 .786
VAR00012 87.9251 78.984 .268 .794
VAR00013 86.9572 77.073 .488 .779
VAR00014 87.2246 79.089 .286 .792
VAR00015 87.3797 75.721 .526 .776
VAR00016 87.0856 77.294 .451 .781
VAR00017 87.8503 74.246 .551 .774
VAR00018 88.3583 80.769 .181 .800
VAR00019 86.6898 82.484 .166 .797
VAR00020 86.3904 82.142 .282 .791
VAR00021 86.1658 84.451 .137 .796
B.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Intention To Leave
B.2.1 Hasil uji reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 187 100.0
Excludeda 0 .0
Total 187 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.822 11
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
71
Universitas Indonesia
B.2.2 Hasil uji validitas item Intention to Leave
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00022 26.4973 56.821 .480 .809
VAR00023 26.5615 54.688 .587 .800
VAR00024 26.5668 54.645 .581 .800
VAR00025 25.8556 51.167 .544 .802
VAR00026 26.3690 56.901 .377 .817
VAR00027 25.7487 56.619 .347 .820
VAR00028 26.1016 52.823 .633 .794
VAR00029 25.0214 54.204 .428 .814
VAR00030 24.5668 54.397 .375 .821
VAR00031 25.9305 52.613 .563 .800
VAR00032 26.5561 55.162 .597 .800
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
72
Universitas Indonesia
LAMPIRAN C (Hasil Utama Penelitian)
C1. Hasil Korelasi antara Psychological Capital dan Intention to Leave
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
totalPCQ 91.43 9.302 187
totalITQ 28.58 8.053 187
Correlations
totalPCQ totalITQ
totalPCQ Pearson Correlation 1 -.169*
Sig. (1-tailed) .010
N 187 187
totalITQ Pearson Correlation -.169* 1
Sig. (1-tailed) .010
N 187 187
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
73
Universitas Indonesia
LAMPIRAN D (Hasil Tambahan Penelitian)
D1 Hubungan antara Psychological Capital dan Intention to Leave padaPerawat
denganStatus Pegawai Tetap
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
totalPCQ 92.74 7.360 80
totalITQ 27.98 8.234 80
Correlations
totalPCQ totalITQ
totalPCQ Pearson Correlation 1 -.168
Sig. (1-tailed) .068
N 80 80
totalITQ Pearson Correlation -.168 1
Sig. (1-tailed) .068
N 80 80
D.2 Hubungan antara Psychological Capital dan Intention to Leave pada
Perawat denganStatus Pegawai Kontrak / OutSource
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
totalPCQ 90.10 10.765 87
totalITQ 29.30 7.862 87
Correlations
totalPCQ totalITQ
totalPCQ Pearson Correlation 1 -.201*
Sig. (1-tailed) .031
N 87 87
totalITQ Pearson Correlation -.201* 1
Sig. (1-tailed) .031
N 87 87
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
74
Universitas Indonesia
D.3 Hasil Regeresi Komponen Psychological Capital dan Intention to
Leave
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .251a .063 .042 7.881
a. Predictors: (Constant), resilience, selfefficacy, optimism, hope
D.4 Hasil Regeresi Ganda Komponen Psychological Capital dan
Intention to Leave
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 757.023 4 189.256 3.047 .018a
Residual 11304.603 182 62.113
Total 12061.626 186
a. Predictors: (Constant), resilience, selfefficacy, optimism, hope
b. Dependent Variable: totalITQ
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Correlations
B Std. Error Beta Zero-order Partial Part
1 (Constant) 48.223 6.635 7.268 .000
selfefficacy .091 .145 .048 .631 .529 -.007 .047 .045
optimism -.453 .222 -.177 -2.042 .043 -.205 -.150 -.147
hope -.004 .199 -.002 -.019 .985 -.134 -.001 -.001
resilience -.523 .290 -.141 -1.800 .073 -.190 -.132 -.129
a. Dependent Variable: totalITQ
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
75
Universitas Indonesia
D.5 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Jenis Kelamin
Group Statistics
jenis_kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
otalITQ perempuan 130 28.78 8.101 .711
laki-laki 57 28.11 7.993 1.059
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval
of the Difference
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
totalITQ Equal variances
assumed
.164 .686 .530 185 .597 .679 1.282 -1.849 3.208
Equal variances
not assumed
.533 108.275 .595 .679 1.275 -1.848 3.206
D.6 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Kelompok Usia
Descriptives
totalITQ
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
19 -24 43 30.67 6.965 1.062 28.53 32.82 19 49
25-44 141 27.80 8.133 .685 26.45 29.16 11 55
45-65 3 35.00 13.528 7.810 1.40 68.60 22 49
Total 187 28.58 8.053 .589 27.42 29.74 11 55
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
76
Universitas Indonesia
ANOVA
totalITQ
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 397.744 2 198.872 3.137 .046
Within Groups 11663.882 184 63.391
Total 12061.626 186
D.7 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Pendidikan Terkahir
Descriptives
totalITQ
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
SLTA 3 30.33 4.041 2.333 20.29 40.37 26 34
D1 3 24.33 3.786 2.186 14.93 33.74 20 27
D3 139 28.33 7.925 .672 27.00 29.66 12 55
S1 24 30.75 8.248 1.684 27.27 34.23 15 49
PROFESI 18 28.00 9.634 2.271 23.21 32.79 11 47
Total 187 28.58 8.053 .589 27.42 29.74 11 55
ANOVA
totalITQ
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 191.015 4 47.754 .732 .571
Within Groups 11870.610 182 65.223
Total 12061.626 186
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
77
Universitas Indonesia
D.6 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Masa Kerja
Descriptives
totalITQ
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
<3 56 30.23 8.048 1.075 28.08 32.39 12 49
3-5 43 29.02 8.374 1.277 26.45 31.60 14 55
6-8 24 29.17 7.505 1.532 26.00 32.34 18 49
9-11 23 25.35 6.520 1.360 22.53 28.17 16 46
12-14 15 25.73 9.765 2.521 20.33 31.14 11 44
>14 26 28.23 7.628 1.496 25.15 31.31 12 49
Total 187 28.58 8.053 .589 27.42 29.74 11 55
ANOVA
totalITQ
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 534.567 5 106.913 1.679 .142
Within Groups 11527.058 181 63.685
Total 12061.626 186
D.9 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Status Kepegawaian
Descriptives
totalITQ
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrak / Out Source 87 29.30 7.862 .843 27.62 30.97 14 55
Honorer 14 27.21 7.846 2.097 22.68 31.74 12 37
Pegawai Tetap 80 27.98 8.234 .921 26.14 29.81 11 49
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
78
Universitas Indonesia
Lainnya 5 29.00 10.977 4.909 15.37 42.63 21 48
9 1 31.00 . . . . 31 31
Total 187 28.58 8.053 .589 27.42 29.74 11 55
ANOVA
totalITQ
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 107.089 4 26.772 .408 .803
Within Groups 11954.537 182 65.684
Total 12061.626 186
D.8 Gambaran Intention to Leave Ditinjau dari Penghasilan
Descriptives
totalITQ
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
<Rp 1.000.000 23 29.52 7.286 1.519 26.37 32.67 14 46
Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000 14 25.07 9.895 2.645 19.36 30.78 12 46
Rp 1.500.001 - Rp 2.000.000 35 27.74 7.122 1.204 25.30 30.19 12 49
Rp 2.000.001 - Rp 2.500.000 44 28.98 6.886 1.038 26.88 31.07 15 46
Rp 2.500.001 - Rp 3.000.000 39 27.23 8.919 1.428 24.34 30.12 11 55
Rp 3.000.001 - Rp 3.500.000 13 29.08 8.883 2.464 23.71 34.44 15 48
> Rp 3.500.000 19 33.05 8.195 1.880 29.10 37.00 22 49
Total 187 28.58 8.053 .589 27.42 29.74 11 55
ANOVA
totalITQ
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 678.501 6 113.084 1.788 .104
Within Groups 11383.124 180 63.240
Total 12061.626 186
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
79
Universitas Indonesia
LAMPIRAN E (Kuesioner Field)
No ......
KUESIONER PERILAKU KERJA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2012
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
80
Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat pagi / siang / sore
Bapak/ Ibu / Sdr/ i yang saya hormati,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang
sedang melakukan penelitian tentang perilaku kerja. Berkaitan dengan hal tersebut,
saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu / Sdr/ i untuk menjadi partisipan dalam
penelitian ini dan memberikan jawaban pada setiap pernyataan dalam booklet
sesuai dengan petunjuk yang ada.
Tidak ada jawaban benar atau salah dalam penelitian ini. Oleh karena itu,
Bapak/ Ibu / Sdr/ i dimohon menjawab semua pernyataan dengan jujur dan sesuai
dengan diri Bapak/ Ibu / Sdr/ i. Data yang Bapak/ Ibu / Sdr/ i berikan akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian. Bapak/ Ibu / Sdr/ i
dimohon menjawab dengan cermat dan teliti, jangan sampai ada pernyataan yang
terlewat agar data dapat diolah.
Apabila ada hal-hal yang ingin ditanyakan berkaitan dengan penelitian ini,
Bapak/ Ibu / Sdr/ i dapat menghubungi peneliti di nomor 0852 1666 4886 atau melalui
email [email protected].
Atas partisipasi dan bantuan Bapak/ Ibu / Sdr/ i , saya ucapkan terima
kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
Peneliti
Informed Consent
Seperti yang telah disampaikan di atas, saya secara kebetulan terpilih
sebagai partisipan dalam penelitian ini. Dengan saya menandatangani informed consent
ini, artinya saya secara sukarela bersedia menjadi partisipan penelitian ini.
Kebumen, … April 2012
(Inisal dan tanda tangan)
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
81
PETUNJUK PENGISIAN
Pada bagian ini terdapat sejumlah pernyataan yang menggambarkanperilaku Anda
ketika bekerja. Berilah tanda silang (X) dalam pilihan jawaban yang menurut Anda
paling menggambarkan kondisi Anda saat ini.
Pilihan jawaban yang tersedia adalah:
STS : Jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
ATS : Jika Anda Agak Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
AS : Jika Anda Agak Setuju dengan pernyataan tersebut
S : Jika Anda Setuju dengan pernyataan tersebut
SS : Jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut
Contoh Pengerjaan:
No Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1 Saya datang tepat waktu ke
kantor. STS TS ATS AS S SS
Artinya: Dalam kehidupan sehari – hari, datang tepat waktu ke kantor sesuai dengan
keaadan diri Anda.
Cara Mengkoreksi :
Jika Anda ingin mengganti jawaban, coretlah tanda silang (X) di jawaban awal dengan
dua garis horizontal sejajar (=), kemudian berikan tanda silang pada jawaban yang baru
(X).
No Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1 Saya datang tepat waktu ke
kantor . STS TS ATS AS S SS
Artinya: Dalam kehidupan sehari – hari, datang tepat waktu ke kantor tidak sesuai
dengan keadaan diri Anda.
Selamat mengerjakan! Jangan sampai ada pernyataan yang terlewat!
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
82
No Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1. Saya mampu menemukan solusi bagi
masalah yang bersifat jangka panjang. STS TS ATS AS S SS
2. Saya mampu bertindak sebagai wakil
unit kerja saya dalam rapat manajemen. STS TS ATS AS S SS
3. Saya mampu memberikan kontribusi
dalam rapat strategi rumah sakit. STS TS ATS AS S SS
4. Saya mampu memberi masukan dalam
penetapan target unit kerja saya. STS TS ATS AS S SS
5. Saya mampu membahas masalah
dengan pihak di luar rumah sakit
(pemasok obat, pasien, dll). STS TS ATS AS S SS
6. Saya mampu menyampaikan informasi
dengan baik kepada rekan-rekan kerja
saya. STS TS ATS AS S SS
7. Jika saya menghadapi masalah dalam
pekerjaan, saya memiliki berbagai
alternatif untuk menyelesaikannya. STS TS ATS AS S SS
8. Saat ini, saya merasa bersemangat
untuk mencapai target pekerjaan saya. STS TS ATS AS S SS
9. Terdapat berbagai alternatif solusi
dibalik setiap masalah. STS TS ATS AS S SS
10. Saat ini, saya merasa sukses dalam
bekerja. STS TS ATS AS S SS
11. Saya memikirkan berbagai cara untuk
mencapai target kerja saya. STS TS ATS AS S SS
12. Saat ini, saya merasa sudah mencapai
apa yang menjadi taget kerja pribadi. STS TS ATS AS S SS
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
ATS : Agak Tidak Setuju
BAGIAN I
AS : Agak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
83
No Pernyataan STS TS ATS AS S SS
13. Saya biasa mengatasi masalah dalam
pekerjaan dengan berbagai cara. STS TS ATS AS S SS
14. Jika kondisi di tempat kerja memaksa,
saya bisa mengerjakan sendirian. STS TS ATS AS S SS
15. Saya biasa mengatasi dengan mudah
hal-hal yang membuat stres saat
bekerja. STS TS ATS AS S SS
16. Saya dapat melalui masa-masa sulit
dalam bekerja karena sebelumnya saya
sudah pernah mengalaminya. STS TS ATS AS S SS
17. Saya mampu mengerjakan berbagai hal
sekaligus. STS TS ATS AS S SS
18. Jika terjadi ketidakjelasan di tempat
kerja, saya pikir keputusan saya adalah
yang terbaik. STS TS ATS AS S SS
19. Saya selalu melihat sisi baik dari
pekerjaan saya. STS TS ATS AS S SS
20. Saya optimis dengan apapun yang
mungkin terjadi pada pekerjaan saya di
masa depan. STS TS ATS AS S SS
21. Dalam menjalani pekerjaan ini saya
memiliki prinsip ―ada hikmah dibalik
setiap masalah‖. STS TS ATS AS S SS
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
ATS : Agak Tidak Setuju
AS : Agak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
84
No Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1. Saya akan bertahan pada pekerjaan saya
sekarang. STS TS ATS AS S SS
2. Saya yakin bahwa tidak lama lagi saya
akan meninggalkan pekerjaan ini. STS TS ATS AS S SS
3. Dalam waktu dekat, saya pasti
meninggalkan rumah sakit ini. STS TS ATS AS S SS
4. Jika besok ada tawaran pekerjaan lain,
maka saya akan mempertimbangkannya
dengan sungguh—sungguh. STS TS ATS AS S SS
5. Saya tidak berniat untuk keluar dari
pekerjaan saya sekarang. STS TS ATS AS S SS
6. Saya bisa bekerja di rumah sakit ini
sampai kapanpun. STS TS ATS AS S SS
7. Saya yakin, hanya sementara berada di
rumah sakit ini. STS TS ATS AS S SS
8. Saya tidak tahu persis berapa lama lagi
saya akan tetap bekerja di rumah sakit
ini. STS TS ATS AS S SS
9. Untuk sementara saya akan bertahan
pada pekerjaan ini. STS TS ATS AS S SS
10. Ada kergauan besar dalam pikiran saya,
apakah saya akan tetap di rumah sakit
ini atau tidak. STS TS ATS AS S SS
11. Dalam waktu dekat saya berencana
meninggalkan pekerjaan ini. STS TS ATS AS S SS
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
ATS : Agak Tidak Setuju
BAGIAN II
AS : Agak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012
85
Data Partisipan
Inisial Nama : _________________ No HP : _______________________
Jenis Kelamin : L / P (coret yang tidak perlu)
Usia : __________ tahun Suku Bangsa : _________________
Pendidikan terakhir : (pilih salah satu dengan memberi tanda silang (X))
Lama Bekerja : …. Tahun …. Bulan
Status Kepegawaian : (pilih salah satu dengan memberi tanda silang (X))
( ) Kontrak / Out Source ( ) Pegawai tetap
( ) Honorer ( ) Lainnya: __________(tolong sebutkan)
Bagian / Unit Kerja : _________________________
Jumlah jam kerja : ___ Jam/ hari
Pendapatan per bulan : (pilih salah satu dengan memberi tanda silang (X))
< 1.000.000 1.000.000
s.d
1.500.000
1.500.001
s.d
2000.000
2.000.001
s.d.
2.500.000
2.500.001
s.d.
3.000.000
3.000.001
s.d.
3.500.000
> 3.500.000
Jumlah anggota keluarga yang dibiayai :_____________ Orang
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang disediakan
Mohon periksa kembali jawaban Bapak/ Ibu / Sdr/ i,
pastikan tidak ada yang terlewat!
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI BAPAK / IBU / SDR / I
SLTA D I D II D III S1 Profesi S2
Hubungan antara..., Ekotyas Elastrina A, FPSI UI, 2012