Undesensus Testis

30
CASE REPORT UNDESENSUS TESTIS DISUSUN OLEH : Heru Tri Purwanto 1102010122 PEMBIMBING : Dr.Yeppy A.N., Sp.B, FINaCS, MM Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Kepanitraan Bedah

description

jhg

Transcript of Undesensus Testis

Page 1: Undesensus Testis

CASE REPORT

UNDESENSUS TESTIS

DISUSUN OLEH :

Heru Tri Purwanto

1102010122

PEMBIMBING :

Dr.Yeppy A.N., Sp.B, FINaCS, MM

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi

Kepanitraan Bedah

RSUD Soreang

Agustus 2014

Page 2: Undesensus Testis

BAB I

CASE REPORT

UNDESENSUS TESTIS

1. IDENTITAS :

Nama : An. MFT

Umur : 5 tahun 5 bulan 0 hari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Di bawah umur

NRM : 457103

Alamat : Jl. Batunangkub RT 01 RW 08 Pasirmulya Kec. Banjaran Kab. Bandung

Tanggal masuk RS : 20 Agustus 2014

Tanggal pemeriksaan : 20 Agustus 2014

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Testis kiri tidak muncul sejak lahir.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan testis kiri tidak ada. Keluhan tersebut disampaikan oleh

ibu pasien. Keluhan disadari oleh ibu pasien sejak pasien lahir. Selain itu pasien juga

merasakan adanya benjolan di skrotum. Benjolan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu.

Benjolan tersebut hilang timbul dan dirasakan nyeri. Pasien lahir cukup bulan dengan

berat badan lahir 2.400 gram.

Riwayat Penyakit Dahulu

-

Page 3: Undesensus Testis

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama di keluarga tidak ada.

III. Keadaan Umum

◦ Kesadaran : Compos mentis ◦ Tanda vital :

TD : 120/70 mmHg Nadi : 100 kali/menit Respirasi : 28 kali/menit Suhu : 37,20C

IV. STATUS GENERALIS

Kepala Mata

- Konjungtiva : Tidak anemis- Sklera : Tidak ikterik

Mulut- Tonsil : T1-T1 Tenang- Pharing : Hiperemis (-)

Leher : - KGB tidak teraba- Retraksi IC -

Thorak : Cor

- Inspeksi : Iktus kordis terlihat- Palpasi : Iktus kordis teraba- Perkusi : Redup, batas jantung normal- Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), Gallop (-)

Pulmo - Inspeksi : Simetris, dalam keadaan statis dan dinamis- Palpasi : Fremitus vokal pada hemitoraks kanan- kiri teraba

simetris- Perkusi : Sonor pada kedua hemitoraks- Auskultasi : Vesikuler +/+ normal , Rhonki -/-, Wheezing -/- , Slem -/-

Abdomen : - Inspeksi : Datar- Palpasi : Supel, NT/NK/NL -/-/-, hepar dan lien tidak teraba membesar,

Ballotement -/-, Nyeri ketok CVA -/-

Page 4: Undesensus Testis

- Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen- Auskultasi : BU normal

Ekstremitas : Atas : Edema -/-, Sianosis -/-Bawah : Edema -/-, Sianosis -/-

V. STATUS LOKALIS

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG Testis sinistra

VII. DIAGNOSIS BANDING

o Undesensus Testiso Testis letak ektopik o Testis retraktil o Anorkismus

Page 5: Undesensus Testis

VIII. DIAGNOSIS KERJA

Undesensus Testis

IX. PENATALAKSANAAN

Orchiopexy

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Page 6: Undesensus Testis

BAB II

PENDAHULUAN

Undesensus testis (UDT) atau biasa disebut Kriptorkismus merupakan kelainan bawaan

genitalia yang paling sering ditemukan pada anak laki-laki. Sepertiga kasus anak-anak dengan

UDT adalah bilateral sedangkan dua pertiganya adalah unilateral. Insiden UDT terkait erat

dengan umur kehamilan,dan maturasi bayi. Insiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan

menurun pada bayi-bayi yang dilahirkan cukup bulan. Peningkatan umur bayi akan diikuti

dengan penurunan insiden UDT.1,5,6

Insidensnya 3 ± 6% pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan dan meningkat menjadi

30% pada bayi prematur. Setelah 100 tahun penelitian mengenai UDT, masih terdapat beberapa

aspek yang menjadi kontroversial. Faktor predisposisi terjadinya UDT adalah prematuritas, berat

bayi baru lahir yang rendah, kecil untuk masa kehamilan, kembar dan pemberian estrogen pada

trimester pertama. 1,2. Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada dijalurnya

mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen, yaitu terletak diantara fossa

renalis dan annulus inguinalis internus. Testis ektopik mungkin berada diperineal, di luar kanalis

inguinalis yaitu diantara aponeurosis oblikus eksternus dan jaringan subkutan, suprapubik, atau

di regio femoral.1,3. UDT dapat kembali turun spontan ke testis sekitar 70 - 77% pada usia 3

bulan. Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan testis ke dalam skrotum,antara lain:

(Mekanisme terjadinya UDT berhubungan dengan banyak faktor (multifaktorial) yaitu:

1. Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus spermatikus atau gubernakulum

2. Peningkatan tekanan abdomen

3. Faktor hormonal: testosteron, MIS, and extrinsic estrogen

4. Perkembangan epididimis

5. Perlekatan gubernakular

6. Genito-femoral nerve/calcitonin gene-related peptide (CGRP)

7. Sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan jaringan ikat.

Page 7: Undesensus Testis

Gambar 1. Undescended testis

Alasan utama dilakukan terapi adalah meningkatnya risiko infertilitas,meningkatnya

risiko keganasan testis, meningkatnya risiko torsio testis, resiko trauma testis terhadap tulang

pubis dan faktor psikologis terhadap kantong skrotum yang kosong.1,2. Penatalaksanaan yang

terlambat pada UDT akan menimbulkan efek pada testis di kemudian hari. UDT meningkatkan

risiko infertilitas dan berhubungan dengan risiko tumor sel germinal yang meningkat 3 ± 10 kali.

Atrofi testis terjadipada usia 5 ± 7 tahun, akan tetapi perubahan morfologi dimulai pada usia 1 ±

2 tahun. Risiko kerusakan histologi testis juga berhubungan dengan letak abnormal testis. Pada

awal pubertas, lebih dari 90% testis kehilangan sel germinalnya pada kasus intraabdomen,

sedangkan pada kasus testis inguinal dan preskrotal,penurunan sel geminal mencapai 41% dan

20%.1,5,6

Esensi terapi rasional yang dianut hingga saat ini adalah memperkecil terjadinya risiko

komplikasi dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi

hormonal ataupun dengan cara pembedahan (orchiopexy).5,6

Page 8: Undesensus Testis

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah suatu keadaan dimana

setelah usia 1 tahun, satu atau kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih

berada di salah satu tempat sepanjang jalur desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari

kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin disebut testis.

Harus dijelaskan lagi apakah yang dimaksud sebagai kriptorkismus murni, testis ektopik ataupun

pseudo kriptorkismus. Testis yang berlokasi di luar jalur desensus yang normal disebut sebagai

testis ektopik, sedangkan testis yang terletak tidak di dalam skrotum tetapi dapat didorong masuk

ke dalam skrotum dan menaik lagi bila dilepaskan dinamakan pseudokriptorkismus atau testis

retraktil. 5,6

3.2. Epidemiologi

UDT merupakan kelainan genitalia kongenital tersering pada anak laki-laki. Pada bayi

prematur sekitar 30,3% dan sekitar 3,4% pada bayi cukup bulan. Bayi dengan berat lahir < 900

gram seluruhnya mengalami UDT, sedangkan dengan berat lahir < 1800 gram sekitar 68,5 %

UDT. Dengan bertambahnya umur menjadi 1 tahun, insidennya menurun menjadi 0,8 %, angka

ini hampir sama dengan populasi dewasa.5,6,11

Page 9: Undesensus Testis

Tabel 1. Data prevalensi UDT berdasarkan umur oleh Scorer dan Farrington ( 1971)

Dua pertiga kasus mengalami UDT unilateral dan sisanya UDT bilateral. Dengan

bertambahnya usia, testis mengalami desensus secara spontan sekitar 70-77% biasanya pada usia

3 bulan, sehingga pada saat usia 1 tahun angka kejadian UDT turun menjadi 1% dibandingkan

saat lahir 3,7%. Setelah usia 1 tahun, testis yang letaknya abnormal jarang dapat mengalami

desensus testis secara spontan.1,2,5,6

3.3. Etiologi

Mekanisme terjadinya UDT berhubungan dengan banyak faktor (multifaktorial) yaitu

o Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus spermatikus atau

gubernaculum.

o Peningkatan tekanan abdomen.

o Faktor hormonal: testosteron, MIS, dan extrinsic estrogen.

o Perkembangan epididymis.

o Perlekatan gubernakular.

o Genito femoral nerve/calcitonin gene-related peptide (CGRP).

o Sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan jaringan ikat.5,6,7

Page 10: Undesensus Testis

UDT juga dapat terjadi karena adanya kelainan pada

o Gubernaculum testis.

o Kelainan intrinsik testis.

o Defisiensi hormon gonadotropin yang memacu proses desensus testis.

Beberapa penelitian telah mengidentifikasi kelompok bayi baru lahir yang beresiko

mengalami UDT untuk mencari riwayat alami dan faktor-faktor yang mempengaruhi desensus

setelah lahir. Penelitian ini menemukan bahwa UDT secara signifikan lebih banyak ditemukan

pada bayi prematur, kecil untuk masa kehamilan, berat bayi baru lahir yang rendah, dan

kembar.5,6

UDT dapat merupakan kelainan tunggal yang berdiri sendiri ( isolated anomaly), ataupun

bersamaan dengan kelainan kromosom, endokrin, intersex,dan kelainan bawaan lainnya. Bila

disertai dengan kelainan bawaan lain seperti hipospadia kemungkinan lebih tinggi disertai

dengan kelainan kromosom (sekitar 12 ± 25 %).5,9. Terdapat faktor keturunan terjadinya UDT

pada kasus-kasus yang isolated , di samping itu testis sebelah kanan lebih sering mengalami

UDT. Sekitar 4,0 % anak-anak UDT mempunyai ayah yang UDT, dan 6,2 ± 9,8% mempunyai

saudara laki-laki UDT; atau secara umum terdapat risiko 3,6 kali terjadi UDT pada laki-laki yang

mempunyai anggota keluarga UDT dibanding dengan populasi umum.5,6,10

3.4. Klasifikasi

UDT dikelompokkan menjadi 3 tipe:

1. UDT sesungguhnya ( true undescended : testis mengalami penurunan parsial melalui jalur

yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi teraba (palpable) dan tidak teraba

( impalpable)

2. Testis ektopik: testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yang normal.

3. Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke dasar skrotum tetapi akibat refleks kremaster

yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis inguinalis, bukan termasuk UDT yang

sebenarnya.

Page 11: Undesensus Testis

Klasifikasi berdasarkan etio patogenesis :

1. Mekanis / anatomik (perleketan-perleketan, kelainan kanalis inguinalis dll)

2. Endokrin / hormonal ( kelainan axis hipotalamus-hipofisis-testis)

3. Disgenetik (kelainan interseks multiple)

4. Herediter/ genetik

Klasifikasi berdasarkan lokasi :

1. Skrotal tinggi (supraskrotal) : 40 %

2. Intrakanalikuler ( inguinal ) : 20 %

3. Intraabdominal (abdominal) : 10%

4. Terobstruksi : 30 %

Gambar 3. Kemungkinan lokasi testis pada true UDT dan ektopik testis.

3.5. Patogenesis dan Patofisiologi

Suhu di dalam rongga abdomen kurang lebih 1-20C lebih tinggi daripada suhu di dalam

skrotum, sehingga testis abdominal selalu mendapatkan suhu yang lebih tinggi daripada testis

normal, hal ini mengakibatkan kerusakan sel-sel germinal testis.1,5,6

Page 12: Undesensus Testis

Pada usia 2 tahun, sebanyak 1/5 bagian dari sel-sel germinal testis telah mengalami

kerusakan, sedangkan pada usia 3 tahun hanya 1/3 sel-sel germinal yang masih normal.

Kerusakan ini makin lama makin progresif dan akhirnya testis menjadi mengecil. Karena sel-sel

Leydig sebagai penghasil hormone androgen tidak ikut rusak, maka potensi seksual tidak

mengalami gangguan. Akibat lain yang ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada diskrotum

adalah mudah terpluntir (torsio), mudah terkena trauma, dan lebih mudah mengalami degenerasi

maligna.5,8

3.6. Diagnosis

ANAMNESIS 5,10

a. Tentukan apakah testis pernah teraba di skrotum

b. Riwayat operasi daerah inguinal

c. Riwayat prenatal: terapi hormonal pada ibu untuk reproduksi, kehamilan kembar,

prematuritas

d. Riwayat keluarga: UDT, hipospadia, infertilitas, intersex, pubertas prekoks

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruangan yang tenang dan hangat. Pemeriksaan

secara umum harus dilakukan dengan mencari adanya tanda-tanda sindrom tertentu,dismorfik,

hipospadia, atau genitalia ambigu.1,5,10

Saat pemeriksaan fisik kondisi pasien harus dalam keadaan relaksasi dan posisi seperti

frog-leg atau crosslegged. Pada pasien yang terlalu gemuk, dapat dilakukan dalam posisi sitting

cross-legged atau baseball catcher’s. Tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat untuk

menghindari tertariknya testis ke atas.

UDT dapat diklasifikasi berdasarkan lokasinya menjadi:

1. Skrotum atas

2. Intrakanalikuler (Inguinal)

3. IntraAbdomen

Page 13: Undesensus Testis

Untuk kepentingan klinis dan penatalaksanaan terapi, klasifikasi cukup dibedakan

menjadi teraba atau tidak. Pemeriksaan testis kontralateral juga perlu dilakukan . Pemeriksaan

fisik dimulai dari antero-superior iliac spine, meraba daerah inguinal dari lateral ke medial

dengan tangan yang tidak dominan. Jika teraba testis, testis dipegang dengan tangan dominan

dan ditarik ke arah skrorum. Pemeriksaan skrotum untuk: hypoplastic, bifid, rugae,transposition,

pigmentation. Pemeriksaan fisik juga untuk menyingkirkan ektopik testis.14

Lokasi UDT tersering terdapat pada kanalis inguinalis (72%), diikuti supraskrotal (20%),

dan intraabdomen (8%). Sehingga pemeriksaan fisik yang baik dapat menentukan lokasi UDT

tersebut.5,6,10

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Pada anak dengan UDT unilateral tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih

lanjut. Sedangkan pada UDT bilateral tidak teraba testis dengan disertai hipospadia dan virilisasi,

diperlukan pemeriksaan analisis kromosom dan hormonal (yang terpenting adalah 17 hydroxy

progesterone) untuk menyingkirkan kemungkinan intersex.5,6,10

Setelah menyingkirkan kemungkinan intersex, pada penderita UDT bilateral dengan usia

< 3 bulan dan tidak teraba testis, pemeriksaan LH, FSH,dan testosteron akan dapat membantu

menentukan apakah terdapat testis atau tidak. Bila umur telah mencapai di atas 3 bulan

pemeriksaan hormonal tersebut harus dilakukan dengan melakukan stimulasi test menggunakan

hCG ( human chorionic gonadotropin hormone). Ketiadaan peningkatan kadar testosterone

disertai peningkatan LH/FSH setelah dilakukan stimulasi mengindikasikan anorchia. 5,6,10

Prinsip stimulasi test dengan hCG atau hCG test adalah mengukur kadar hormon

testosteron pada keadaan basal dan 24-48 jam setelah stimulasi. Respon testosteron normal pada

hCG test sangat tergantung umur penderita. Pada bayi, respon normal setelah hCHG test

bervariasi antara 2-10x bahkan 20x. Pada masa kanak-kanak, peningkatannya sekitar 5-10x.

Sedangkan pada masa pubertas, dengan meningkatnya kadar testosteron basal, maka peningkatan

setelah stimulasi hCG hanya sekitar 2-3x. 5,6,10

Page 14: Undesensus Testis

Pemeriksaan Radiologi

USG hanya dapat membantu menentukan lokasi testis terutama didaerah inguinal, di

mana hal ini akan mudah sekali dilakukan perabaan dengan tangan.3Pada penelitian terhadap 66

kasus rujukan dengan UDT tidak teraba testis, USG hanya dapat mendeteksi 37,5% (12 dari 32)

testis inguinal; dan tidak dapat mendeteksi testis intraabdomen.5,11

Hal ini tentunya sangat tergantung dari pengalaman dan kwalitas alat yang digunakan.1,6,9

CT scan dan MRI mempunyai ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan USG terutama

diperuntukkan testis intra-abdomen (tak teraba testis). MRI mempunyai sensitifitas yang lebih

baik untuk digunakan pada anak-anak yang lebih besar (belasan tahun).7,8,9 MRI juga dapat

mendeteksi kecurigaan risiko keganasan testis.9

Dengan ditemukannya metode-metode yang non-invasif maka penggunaan angiografi

(venografi) untuk mendeteksi testis yang tidak teraba menjadi semakin berkurang. Metode ini

paling baik digunakan untuk menentukan vanishing testis ataupun anorchia. Dengan metode ini

akan dapat dievaluasi pleksus pampiniformis, parenkim testis, dan blind-ending dari vena testis

(pada anorchia).5 Kelemahannya selain infasif, juga terbatas pada umur anak-anak yang lebih

besar mengingat kecilnya ukuran vena-vena gonad.5,10,13

Laparoskopi

Metode laparoskopi pertama kali digunakan untuk mendeteksi UDT tidak teraba testis

pada tahun 1976. Metode ini merupakan metode infasif yang cukup aman oleh ahli yang

berpengalaman. Sebaiknya dilakukan pada anak yang lebih besar dan setelah pemeriksaan lain

tidak dapat mendeteksi adanya testis di inguinal.5,9 Beberapa hal yang dapat dievaluasi selama

laparoskopi adalah: kondisi cincin inguinalis interna, processus vaginalis ( patent atau non-

patent), testis dan vaskularisasinya serta struktur wolfiannya.9 Tiga hal yang sering dijumpai saat

laparoskopi adalah: blind-ending pembuluh darah testis yang mengindikasikan anorchia(44%),

testis intraabdomen(36%), dan struktur cord (vasa dan vasdeferens) yang keluar ke-dalam cincin

inguinalis interna.5,10

Page 15: Undesensus Testis

3.7. Diagnosis Banding

Diagnosis banding meliputi testis letak ektopik dan seringkali dijumpai testis yang

biasanya berada di kantung skrotum tiba-tiba berada di daerah inguinal dan pada keadaan lain

kembali ke tempat semula. Keadaan ini terjadi karena reflek otot kremaster yang terlalu kuat

akibat cuaca dingin, atau setelah melakukan aktifitas fisik. Hal ini disebut sebagai testis retraktil

atau kriptorkismus fisiologis dan kelainan ini tidak perlu diobati. Selain itu UDT perlu dibedakan

dengan anorkismus, yaitu testis memang tidak ada. Hal ini bisa terjadi secara congenital memang

tidak terbentuk testis, atau testis yang mengalami atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada

saat neonatus.2,5,6

3.8. Penatalaksanaan

Tujuan terapi UDT yang utama dan dianut hingga saat ini adalah memperkecil risiko

terjadinya infertilitas dan keganasan dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik

dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara pembedahan (orchiopexy).

Penatalaksanaan yang terlambat pada UDT akan menimbulkan efek pada testis di kemudian hari.

Dengan asumsi bahwa jika dibiarkan testis tidak dapat turun sendiri setelah usia 1 tahun,

sedangkan setelah usia 2 tahun terjadi kerusakan testis yang cukup bermakna, maka saat yang

tepat untuk melakukan terapi adalah pada usia 1 tahun. Pada prinsipnya testis yang tidak berada

diskrotum harus diturunkan ke tempatnya, baik dengan cara medikamentosa maupun

pembedahan.6,10

UDT meningkatkan risiko infertilitas dan berhubungan dengan risiko tumor sel germinal

yang meningkat 3-10 kali. Atrofi testis terjadi pada usia 5-7 tahun, akan tetapi perubahan

morfologi dimulai pada usia 1-2 tahun. Risiko kerusakan histologi testis juga berhubungan

dengan letak abnormal testis. Pada awal pubertas, lebih dari 90% testis kehilangan sel

germinalnya pada kasus intraabdomen, sedangkan pada kasus testis inguinal dan preskrotal,

penurunansel geminal mencapai 41% dan 20%.5,6

Page 16: Undesensus Testis

Gambar 4. Penatalaksanaan kriptorkismus yang didapat.

Gambar 5. Penatalaksanaan kriptorkismus

Terapi Hormonal

Terapi hormonal primer lebih banyak digunakan di Eropa. Hormon yang diberikan adalah

hCG,gonadotropin releasing hormone(GnRH) atau LH-releasing hormone (LHRH). Terapi

hormonal meningkatkan produksi testosterone dengan menstimulasi berbagai tingkat jalur

Page 17: Undesensus Testis

hipotalamus-pituitary-gonadal. Terapi ini berdasarkan observasi bahwa proses turunnya testis

berhubungan dengan androgen. Tingkat testosteron lebih tinggi bila diberikan hCG dibandingkan

GnRH. Semakin rendah letak testis, semakin besar kemungkinan keberhasilan terapi

hormonal.5,6,9

International Health Foundation menyarankan dosis hCG sebanyak 250IU/ kali pada

bayi, 500 IU pada anak sampai usia 6 tahun dan 1000 IU pada anak lebih dari 6 tahun. Terapi

diberikan 2 kali seminggu selama 5 minggu. Angka keberhasilannya 6 ± 55%. Secara

keseluruhan, terapi hormon efektif pada beberapa kelompok kasus, yaitu testis yang terletak di

leher skrotum atau UDT bilateral. Efek samping adalah peningkatan rugae skrotum, pigmentasi,

rambutpubis dan pertumbuhan penis. Pemberian dosis lebih dari 15000 IU dapat menginduksi

fusie piphyseal plate dan mengurangi pertumbuhan somatik.5,10. Pemberian hormonal pada

kriptorkismus banyak memberikan hasil terutama pada kelainan bilateral, sedangkan pada

kelainan unilateral hasilnya masih belum memuaskan. Obat yang sering dipergunakan adalah

hormone hCG yang disemprotkan intranasal.9

Pembedahan

Apabila hormonal telah gagal, terapi standar pembedahan untuk kasus UDT adalah

orchiopexy . Keputusan untuk melakukan orchiopexy harus mempertimbangkan berbagai faktor,

antara lain teknis, risiko anastesi, psikologisanak, dan risiko bila operasi tersebut ditunda..

Tujuan operasi pada kriptorkismus adalah: (1) mempertahankan fertilitas, (2) mencegah

timbulnya degenerasi maligna, (3) mencegah kemungkinan terjadinya torsio testis, (4)

melakukan koreksi hernia, dan (5) secara psikologis mencegah terjadinya rasa rendah diri karena

tidak mempunyai testis. Operasi yang dikerjakan adalah orkidopeksi yaitu meletakkan testis ke

dalam skrotum dengan melakukan fiksasi pada kantung sub dartos.7

Prinsip dasar orchiopexy adalah : 5,7

1. Mobilisasi yang cukup dari testis dan pembuluh darah

2. Ligasi kantong hernia

3. Fiksasi yang kuat testis pada skrotum

Testis sebaiknya direlokasi pada subkutan atau subdartos pouch skrotum.

Page 18: Undesensus Testis

Tindakan operasi sebaiknya dilakukan sebelum pasien usia 2 tahun, bahkan beberapa penelitian

menyarankan pada usia 6 – 12 bulan. Penelitian melaporkan spermatogonia akan menurun

setelah usia 2 tahun.

Indikasi absolut dilakukan operasi pembedahan primer adalah 5,7

1. kegagalan terapi hormonal

2. testis ektopik

3. terdapat kelainan lain seperti hernia dengan atau tanpa prosesus vaginalis yang terbuka

Berbagai teknik operasi pada testis yang tidak teraba dapat dilakukan, seperti berikut (Tabel 2.):

Tabel. 2 Jenis Tindakan Pembedahan pada Kelaianan UDT dan Tingkat Keberhasilannya

Page 19: Undesensus Testis

Gambar 6. Orchiopexy

Keterangan gambar:

Orchiopexy digunakan untuk memperbaiki UDT pada anak-anak. Satu insisi dibuat pada

abdomen yang merupakan lokasi UDT, dan insisi lain dibuat pada skrotum (A). Testis

dipisahkan dari jaringan sekitarnya (B) dan dikeluarkan dari insisi abdomen menempel pada

spermatic cord (C). Testis kemudian dimasukkan turun ke dalam skrotum (D) dan dijahit (E).

Komplikasi Orchiopexy

Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat tindakan pembedahan Orchiopexy antara lain: 5,10

1.Posisi testis yang tidak baik karena diseksi retroperitoneal yang tidak komplit

(10%kasus)

2. Atrofi testis karena devaskularisasi saat membuka funikulus (5%kasus)

3.Trauma pada vas deferens ( 1±2% kasus)

Page 20: Undesensus Testis

4.Pasca-operasi torsio

5.Epididimoorkhitis

6.Pembengkakan skrotum

3.9. Komplikasi UDT

Telah lama diketahui bahwa komplikasi utama yang dapat terjadi padaUDT adalah

keganasan testis dan infertilitas akibat degenerasi testis. Di samping itu disebut juga terjadinya

torsi testis, dan hernia inguinalis.5,10

A. Risiko Keganasan

Terdapat hubungan yang erat antara UDT dan keganasan testis. Insiden keganasan testis

sebesar 1-6 pada setiap 500 laki-laki UDT di Amerika. Risiko terjadinya keganasan testis yang

tidak turun pada anak dengan UDT dilaporkan berkisar 10-20 kali dibandingkan pada anak

dengan testis normal. Makin tinggi lokasi UDT makin tinggi risiko keganasannya, testis

abdominal mempunyai risikomenjadi ganas 4x lebih besar dibanding testis inguinal.5,10,11

Orchiopexi sendiri tidak akan mengurangi risiko terjadinya keganasan,tetapi akan lebih

mudah melakukan deteksi dini keganasan pada penderita yang telah dilakukan orchiopexy .5,10,11

B. Infertilitas

Penderita UDT bilateral mengalami penurunan fertilitas yang lebih berat dibandingkan

penderita UDT unilateral, dan apalagi dibandingkan dengan populasi normal. Penderita UDT

bilateral mempunyai risiko infertilitas 6x lebih besar dibandingkan populasi normal (38% infertil

pada UDT bilateral dibandingkan 6% infertil pada populasi normal), sedangkan pada UDT

unilateral berisiko hanya 2x lebih besar. 5,10,11

Komplikasi infertilitas ini berkaitan dengan terjadinya degenerasi pada UDT. Biopsi pada

anak-anak dan binatang coba UDT menunjukkan adanya penurunan volume testis, jumlah germ

cells dan spermatogonia dibandingkandengan testis yang normal. Biopsi testis pada anak dengan

Page 21: Undesensus Testis

UDT unilateral yang dilakukan sebelum umur 1 tahun menunjukkan gambaran yang tidak

berbeda bermakna dengan testis yang normal. 5,10,11

Perubahan gambaran histologis yang bermakna mulai tampak setelahumur 1 tahun,

semakin memburuk dengan bertambahnya umur. Tidak seperti risiko keganasan, penurunan

testis lebih dini akan mencegah proses degenerasi lebih lanjut. 5,10,11

Page 22: Undesensus Testis

DAFTAR PUSTAKA

1. Moh. Adjie Pratignyo. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. Edisi 1. SAP Publish

Indonesia: Tangerang

2. Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

3. Seymour, Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : EGC

4. Purnomo BB.Dasar -dasar urologi . Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2003.h.137-40.

5. Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their surgical

management. Dalam: Walsh PC. Campbellµs Urology Vol 1. 8thedition. Philadelphia:

WB Saunders Company. 2000.

6. Tanagho EA, Nguyen HT. Embriology of the Genitourinary System. Dalam:Tanagho EA,

McAninch JW.Smith¶s General Urology . Edisi 17. California:The McGraw Hill

companies; 2000. h.23-45.

7. Docimo, S. G., R. I. Silver, and W.Cromie.The Undescended Testicle:Diagnosis and

Management.American Family Physician,62 (November 1,2000): 2037±2044,

2047±2048.

8. Batubara JRL.Terapi hormonal pada kriptorkismus.Disampaikan padaSimposium Sehari

Tatalaksana Optimal Kriptorkismus, Jakarta

9. Kolon TF. Cryptorchidism. 2002. Diunduh dari

http://www.emedicine.com/med/topic2707.html. ( diakses tanggal 18 Juli 2013)

10. Sadler. Embriologi Kedokteran LANGMAN. Edisi ke-7. Jakarta: PenerbitBuku

Kedokteran EGC; 2000. h.280-310

11. Dogra VS, Mojibian H. Cryptorchidism.

In:http://www.emedicine.com/radio/topic201.htm ( diakses tanggal 18 Juli 2013)

12. Himawan S. Segi patologik kriptokismus. Disampaikan pada Simposium Sehari

Tatalaksana Optimal Kriptorkismis, Jakarta

13. Kolon. TF, Patel RP, Huff DS, Cryptorchidism: diagnosis, treatment, and long term

prognosis. Urol Clin North Am 2004; 31:7- 18.

14. Riedmiller H, Androulakakis P, Beurton D, Kocvara R, Kohl U. Guidelines on paediatric

urology. European Association of Urology,2005.

Page 23: Undesensus Testis

15. Hutson JM, Hasthorpe S, Heyns CF. Anatomical and functional aspects of testicular

descent and cryptorchidism. Endocrine Reviews 1997,18(2); 259-80.