UJI KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR BAHAN …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/150309269592_2018.pdf ·...
Transcript of UJI KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR BAHAN …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/150309269592_2018.pdf ·...
UJI KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR BAHAN
KONSTRUKSI BATAKO DAN BATA RINGAN HASIL
INDUSTRI LOKAL
TUGAS AKHIR
DEVI NOVITA SARI
NIM : 150309269592
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2018
i
UJI KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR BAHAN
KONSTRUKSI BATAKO DAN BATA RINGAN HASIL INDUSTRI
LOKAL
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI POLITEKNIK NEGERI
BALIKPAPAN
DEVI NOVITA SARI
NIM : 150309269592
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2018
ii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda tangan
dibawah ini.
Nama : Devi Novita Sari
NIM : 150309269592
Program Studi : Teknik Sipil
Judul TA : Uji Kuat Tekan dan Daya Serap Air Bahan Konstruksi Batako
dan Bata Ringan Hasil Industri Lokal
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak
kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih media atau
memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebanarnya.
Dibuat di : Balikpapan
Pada tanggal :
Yang menyatakan,
Materai 6000
(Devi Novita Sari)
iii
LEMBAR PENGESAHAN
UJI KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR BAHAN KONSTRUKSI
BATAKO DAN BATA RINGAN HASIL INDUSTRI LOKAL
Disusun Oleh :
DEVI NOVITA SARI
NIM : 150309269592
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Drs. Sunarno, M.Eng
NIP. 19640413 199003 1 015
Pembimbing I
Mersiyanti,ST.,MT
NIP. 197701302 01504 2 001
Pembimbing II
Dr. Emil Azmanajaya,ST.,MT
NIP. 19770224 201 212 001
Penguji I
NIP.
Penguji II
NIP.
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Devi Novita Sari
Tempat/Tgl Lahir : Balikpapan, 29 November 1995
NIM : 150309269592
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “UJI KUAT TEKAN DAN DAYA
SERAP AIR BAHAN KONSTRUKSI BATAKO DAN BATA RINGAN HASIL
INDUSTRI LOKAL” adalah bukan merupakan hasil karya tulis orang lain, kecuali
dalam kutipan yang saya sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapat sanksi akademis.
Balikpapan, Juli 2018
Mahasiswa,
Materai 6000
Devi Novita Sari
NIM. 150309269592
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Terimakasih untuk kedua orang tuaku yang sangat aku cintai
Ayahanda Husni dan Ibunda Ludya
Dan kedua saudara ku
Denny Tritennov dan Deren Septian
Yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini
Dan untuk para sahabat yang selalu membantuku
Adella Nada Delytha, Azizah Alindiana, Citra Melinda
Dan untuk kamu yang selalu ada untuk ku
vi
ABSTRACT
Brick is one of the building material that is rocklike which the hardening
not being burned by the forming material with the mixture of sand, cement, water,
and in the making process it can be added with other additional material (additive).
The light brick CLC is a conventional concrete which the coarse aggregate (gravel)
being replaced using very stabil organic foam and there is no chemical recation
when it comes to the mixture process, the function of foam is just only as gravel
replacement media.
Testing performed is a compressive strength test and water absorption test.
The brick sample that is being tested is about 30 units from 5 industries in
Balikpapan. The compressive strength test sample, and the absorption sample in the
amount of 15 units. For the light brick sample taken from 1 industry as much as 6
units. The compressive strength sample 3 units, and water absorption sample 3 units.
The result of the average value of the brick compressive strength and the
light brick is 3,30 MPa and 1,07 MPa. While the average value of the absorption
water brick and the light brick is 18,37 % and 30,45 %.
keywords: brick, lightweight brick, compressive strength, water absorption.
vii
ABSTRAK
Batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang
pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir,
semen, air, dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan tambah
lainnya (additive). Bata ringan CLC adalah beton konvensional yang mana agregat
kasar (kerikil) diganti mengunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak ada
reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan, foam atau busa berfungsi hanya
sebagai media pengganti kerikil.
Pengujian yang dilakukan yaitu uji kuat tekan dan daya serap air. Sampel
batako yang diuji sebanyak 30 buah dari 5 industri yang ada di Balikpapan. Sampel
uji kuat tekan berjumlah 15 buah dan sampel daya serap air berjumlah 15 buah.
Untuk sampel bata ringan diambil dari 1 industri sebanyak 6 buah. Sampel uji tekan
berjumlah 3 buah dan sampel daya serap air 3 buah.
Hasil nilai rata – rata kuat tekan batako dan bata ringan yaitu 3,30 MPa dan
1,07 MPa. Sedangkan nilai rata – rata daya serap air batako dan bata ringan yaitu
18,37 % dan 30,45 %.
kata kunci : batako, bata ringan, daya serap air, kuat tekan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Uji Kuat Tekan
dan Daya Serap Air Bahan Konstruksi Batako dan Bata Ringan Hasil Industri Lokal”.
Tugas akhir ini disusun sebagai persyaratan akademik untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Sipil di Politeknik Negeri
Balikpapan.
Dalam penyusunan tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa ada bantuan dan
keterlibatan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih
dan hormat kepada:
1. Bapak Ramli, SE.,MT selaku Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Bapak Drs. Sunarno, M. Eng selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Politeknik
Negeri Balikpapan.
3. Ibu Mersianty, ST.,MT selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan
bimbingan dan arahan hingga terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Dr. Emil Azmanajaya,ST.,MT selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan dan arahan pula sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Ayahanda Husni dan Ibunda Ludya yang telah memberikan doa dan dukungan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Sahabat seperjuangan Adella, Azizah dan Citra yang telah banyak membantu saya
untuk mengerjakan Tugas Akhir ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Teknik Sipil angkatan 2015 Politeknik Negeri
Balikpapan yang telah banyak membantu penulisan dan ide-ide cemerlangnya untuk
membantu menyempurnakan Tugas Akhir ini.
8. Semua pihak yang Penulis tidak banyak menyebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
Tugas Akhir ini hingga selesai.
ix
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah karya yang sempurna, dan
masih banyak ditemui kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan
masukan yang membangun sangat diharapkan.
Balikpapan, Juli 2018
Penulis,
x
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................ iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah .................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 3
1.5 Manfaat penelitian ................................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Batako .................................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Batako ......................................................................................... 5
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Batako .............................................................. 7
2.1.3 Persyaratan Mutu Batako .............................................................................. 7
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Batako ......................................... 9
2.2 Material Penyusun Batako ................................................................................... 11
2.2.1 Semen Portland ........................................................................................... 11
2.2.2 Agregat Halus ............................................................................................. 11
2.2.3 Air ............................................................................................................... 12
2.3 Bata Ringan ......................................................................................................... 12
2.3.1 Pengertian Bata Ringan .............................................................................. 12
xi
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Bata Ringan .................................................... 13
2.3.3 Spesifikasi Bata Ringan .............................................................................. 14
2.4 Bahan Penyusun Bata Ringan .............................................................................. 14
2.4.1 Semen Portland ........................................................................................... 14
2.4.2 Agregat Halus ............................................................................................. 15
2.4.3 Air ............................................................................................................... 15
2.4.4 Foam Agent ................................................................................................ 16
2.5 Kuat Tekan .......................................................................................................... 16
2.6 Daya Serap Air .................................................................................................... 17
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................................. 18
3.2 Metode Penelitian ................................................................................................ 18
3.2.1 Langkah-langkah Penelitian ....................................................................... 20
3.2.2 Studi Literatur ............................................................................................. 20
3.2.3 Pengumpulan Data ...................................................................................... 20
3.2.4 Persiapan Bahan Uji ................................................................................... 20
3.2.5 Test Uji Kuat Tekan ................................................................................... 21
3.2.6 Test Daya Serap Air ................................................................................... 22
3.2.7 Analisa Data ............................................................................................... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum .................................................................................................................. 24
4.2 Spesifikasi Bahan Batako .................................................................................... 24
4.2.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako ........................................................... 25
4.2.2 Hasil Pengujian Daya Serap Air Batako..................................................... 29
4.3 Spesifikasi Bahan Bata Ringan ............................................................................ 33
4.3.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Bata Ringan .................................................. 33
4.3.2 Hasil Pengujian Daya Serap Air Bata Ringan ............................................ 35
4.4 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Batako dan Bata Ringan .............................. 35
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 37
5.2 Saran .................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 38
LAMPIRAN ............................................................................................................... 39
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Batu Cetak (Batako) Berlubang (Hollow Block) ..................................... 5
Gambar 2.2 Batu Cetak (Batako) Tidak Berlubang (Solid Block) ................................ 6
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian ................................................. …20
Gambar 3.2 Setting Up Pengujian Kuat Tekan ....................................................... .23
Gambar 4.3 Batako yang sudah hancur .................................................................... 25
Gambar 4.1 Grafik Hubungan persentase industri lokal dengan nilai kuat tekan .... 29
Gambar 4.2 Grafik Hubungan persentase industri lokal dengan nilai penyerapan air
.............................................................................................................. 33
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Persyaratan Fisis Batako ........................................................................... 8
Tabel 2.2 Persyaratan Ukuran Standard dan Tolenrasi Batako ................................. 9
Tabel 2.3 Persyaratan Pasir Beton menurut PUBI 1982 ......................................... 11
Tabel 3.1 Waktu dan Pekerjaan Penelitian ......................................................................... 19
Tabel 3.2 Jumlah Sample Batako ............................................................................. 22
Tabel 3.3 Jumlah Sample Bata Ringan ................................................................... 22
Tabel 4.1 Perbandingan antara Batako dan Bata Ringan ........................................ 25
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Industri Durrotul Hikmah ............. 25
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Industri Fery PDAM ..................... 26
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Industri Perintis Jaya .................... 27
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Industri Guna Jaya ........................ 28
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako Industri Gondrong Mandiri............ 30
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Bata Ringan Industri My Con .................... 30
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Daya Serap Air Batako Industri Durrotul Hikmah ........ 31
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Daya Serap Air Batako Industri Fery PDAM ................ 31
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Daya Serap Air Batako Industri Perintis Jaya ............... 32
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Daya Serap Air Batako Industri Guna Jaya ................... 34
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Daya Serap Air Batako Industri Gondrong Mandiri ..... 35
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Daya Serap Air Bata Ringan Industri My Con ............. 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman modern ini, pembangunan konstruksi gedung dikota-kota besar
berkembang dengan begitu pesat. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan bahan
bangunan seperti kerikil, pasir, serta semen akan meningkat pula. Bangunan gedung
terdiri dari atap, dinding, dan lantai. Dinding yang biasa digunakan yaitu batako, bata
merah dan bata ringan
Batako adalah campuran antara semen, agregat, dan air dengan atau tanpa bahan
tambahan. Batako yang dihasilkan oleh industri kecil pada umumnya adalah batako
padat. Batako tersebut dilihat secara langsung menunjukkan kualitas yang cukup baik
dengan permukaan yang mulus. Dari hasil peninjauan di lapangan menunjukkan
bahwa ukuran rata-rata batako yang ada di Balikpapan yaitu 30 x 15 x 7,5 cm dan
setiap industri lokal mempunyai jumlah produksi yang berbeda-beda. Ada yang
memproduksi setiap hari antara 500-1000 buah dan ada yang memproduksi apabila
ada pesanan saja.
Campuran batako setiap industri juga berbeda-beda, ada yang menggunakan
semen tonasa dan semen conch, adapula yang menggunakan pasir samboja dan pasir
teritip. Harga batako setiap industri pun berbeda-beda berkisar antara Rp. 2.200 – Rp.
3.500/buah. Adanya perbedaan hasil yang dicapai antara industri kecil dan industri
besar dalam hal jumlah batako yang dihasilkan dalam satu zak semen. Batako yang
dihasilkan oleh industri kecil bervariasi antara 90-120 buah sedangkan pada industri
besar bervariasi antara 60-80 buah batako. Dengan adanya perbedaan jumlah batako
yang dihasilkan dalam satu zak semen akan memberikan perbedaan kuat tekan, yaitu
jumlah batako yang dihasilkan lebih banyak memiliki nilai kuat tekan yang lebih
kecil bila dibandingkan dengan jumlah batako yang dihasilkan lebih sedikit.
Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton
ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga
(Autoclaved Aerated Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete,
2
Cellular Concrete (semen dengan cairan kimia penghasil gelembung udara ), Porous
Concrete, dan di Inggris disebut Aircrete and Thermalite. Beton ringan AAC ini
pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material
bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan.
Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan
daripada beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan aerasi
(Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated
Concrete/ AAC) yang mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir silika, kapur,
semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang kemudian dirawat
dengan tekanan uap air. Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur
sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600
kg/m3.
Kuat tekan (Compressive strength) adalah suatu bahan yang merupakan
perbandingan besamya beban maksimum yang dapat ditahan dengan luas penampang
bahan yang mengalami gaya tersebut (Mariq R.2009). Masih ada beberapa industri
yang tidak memperhatikan kuat tekan batako. Tidak semua industri menghasilkan
batako yang sesuai dengan SNI. Hal seperti ini menunjukkan bahwa dalam
pembuatan batako masih berdasarkan pengalaman yang tidak memperhatikan
karakteristik dari batako seperti gradasi agregat, berat jenis, kadar air, kuat tekan, dan
proporsi campuran batako.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul tugas akhir ini yaitu
“Perbandingan Uji Kuat Tekan dan Daya Serap Air Bahan Konstruksi Batako
dan Bata Ringan Hasil Industri Lokal”
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat pada tugas akhir ini adalah :
1. Apakah kuat tekan dan daya serap air batako dan bata ringan hasil industri lokal
yang ada di Balikpapan telah memenuhi standar SNI ?
2. Berapa kuat tekan rata-rata dari batako dan bata ringan hasil industri lokal yang
ada di Balikpapan?
3
3. Berapa serapan air rata-rata dari batako dan bata ringan hasil industri lokal yang
ada di Balikpapan ?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada tugas akhir ini, yaitu :
1. Pengujian yang akan dilakukan yaitu pengujian kuat tekan dan pengujian daya
serap air.
2. Batako yang akan diuji memiliki proporsi campuran yang sama.
3. Ukuran batako yang akan dilakukan pengujian yaitu antara 30 x 15 x 7,5 cm.
4. Jenis batako yang akan dilakukan pengujian yaitu berlubang (Hollow Block).
5. Batako yang akan dilakukan pengujian diambil dari lima industri yang berbeda
dari beberapa industri lokal yang ada di Balikpapan, yaitu Balikpapan Utara dan
Balikpapan Timur.
6. Bata ringan yang akan di uji yaitu ukuran 60 x 20 x10 cm.
7. Jenis bata ringan yang akan di uji yaitu CLC (Cellular Lightweight Concrete).
8. Bata ringan yang akan dilakukan pengujian diambil dari satu industri
9. Perhitungan yang dilakukan untuk mencari rata-rata kuat tekan dan daya serap air
batako.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kuat tekan dan daya serap air hasil industri lokal di Balikpapan yang
memproduksi batako dan bata ringan apakah telah sesuai standar SNI.
2. Mengetahui kuat tekan rata-rata dari batako dan bata ringan hasil industri lokal
yang ada di Balikpapan.
3. Mengetahui serapan air rata-rata dari batako dan bata ringan hasil industri lokal
yang ada di Balikpapan.
4
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Dapat mengetahui kuat tekan dan daya serap air hasil industri lokal di Balikpapan
yang memproduksi batako dan bata ringan apakah telah sesuai standar SNI.
2. Dapat mengetahui kuat tekan rata-rata dari batako dan bata ringan hasil industri
lokal yang ada di Balikpapan.
3. Dapat mengetahui serapan air rata-rata dari batako dan bata ringan hasil industri
lokal yang ada di Balikpapan
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Batako
2.1.1 Pengertian Batako
Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti
batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland dan air dengan
berbagai macam perbandingan komposisinya. Supribadi (1986) menyatakan bahwa
batako adalah “semacam batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air
atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur, pasir dan ditambah dengan air
yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran
tertentu”. Bentuk dari batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu
cetak yang berlubang (hollow block) seperti tampak pada Gambar 2.1 dan batu cetak
yang tidak berlubang (solid block) seperti tampak pada Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.1 Batu Cetak (Batako) Berlubang (Hollow Block)
6
Gambar 2.2 Batu Cetak (Batako) Tidak Berlubang (Solid Block)
Menurut pasal 18 PUBI 1982, batu cetak beton/batako adalah batu cetak
(berlubang atau pejal) yang dibuat dari campuran semen portland, dan agregat halus
yang sesuai serta diperuntukkan bagi pembuatan konstruksi-konstruksi dinding
bangunan, baik yang memikul beban, maupun yang tidak memikul beban.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian
batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang
pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir,
semen, air, dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan tambah
lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi
bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa
melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang
lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam
pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan
sebagai bahan untuk pasangan dinding.
7
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Batako
Batako sebagai salah satu bahan penyusun dinding tentunya memiliki
keunggulan dan kekurangan jika dibandingkan dengan bahan penyusun dinding
lainnya. Beberapa kelebihan di antaranya adalah seperti berikut ini.
1. Dimungkinkan untuk tidak menggunakan plesteran apabila pekerjaan dilakukan
dengan rapi.
2. Memiliki ukuran yang besar, sehingga dapat lebih menghemat waktu dan biaya
untuk pemasangannya.
3. Mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan.
Selain memiliki kelebihan, batako juga memiliki beberapa kekurangan seperti
berikut ini.
1. Dibutuhkan waktu yang lama dalam proses pembuatannya sebelum dipakai pada
bangunan yaitu batako harus berumur minimal 28 hari dalam proses
pemeliharaannya bila tidak dilakukan dalam ruang pemeliharaan khusus (PUBI-
1982).
2. Mengingat ukurannya yang cukup besar dan proses pengerasannya cukup lama
mengakibatkan banyak terjadi pecah pada saat pengangkutan batako tersebut.
3. Kurang baik untuk insulasi panas dan suara.
2.1.3 Persyaratan Mutu Batako
Komposisi penyusunan batako sangat mempengaruhi kekuatan dari batako itu
sendiri, antara lain seperti jenis semen dan pasir yang dipakai, dan perbandingan
jumlah semen terhadap agregat dan air. Batako seperti yang terlihat pada Gambar 2.1
dikatakan baik jika masing-masing permukaannya rata dan saling tegak lurus serta
mempunyai kuat tekan yang tinggi (Haryanto, 2011)
Menurut SNI 03-0349-1989 mutu batako berlubang dibedakan menjadi empat
tingkatan mutu, yaitu mulai dari tingkat mutu I hingga mutu IV. Berikut ini
merupakan penjelasan dari mutu I sampai mutu IV pada batako berlubang :
8
1. Batako berlubang mutu I adalah batako berlubang yang digunakan untuk
konstruksi yang memikul beban dan bisa digunakan pula untuk konstruksi yang
tidak terlindung (diluar atap) seperti pagar.
2. Batako berlubang mutu II adalah batako berlubang yang digunakan untuk
konstruksi yang memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi
yang terlindung dari cuaca luar (di bawah atap) seperti dinding dalam rumah.
3. Batako berlubang mutu III adalah batako berlubang yang digunakan untuk
konstruksi yang tidak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya
yang selalu terlindung dari hujan dan terik matahari, tetapi permukaan dinding
dari bata tersebut boleh tidak diplester (di bawah atap) seperti dinding penyekat
rumah.
4. Batako berlubang mutu IV adalah batako berlubang yang digunakan untuk
konstruksi yang tidak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya
yang selalu terlindung dari hujan dan terik matahari (harus diplester dan di bawah
atap). Seperti dinding penyekat rumah.
Persyaratan fisis bata beton berlubang menurut SNI 03-0349-1989 dapat dilihat
pada Tabel 2.1 sedangkan persyaratan ukuran standar dan toleransi bata
betonberlubang, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Persyaratan Fisis Batako
*Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda coba pecah
dibagi luas ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta cekungan tepi.
9
Tabel 2.2 Persyaratan Ukuran Standard dan Tolenrasi Batako
Jenis Ukuran dan Toleransi (cm)
Panjang Lebar Tebal
Kecil 40 + 3
-5
19 + 3
-5
10 ± 2
Besar 40 + 3
-5
19 + 3
-5
20 2
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Batako
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu bata beton
berlubang, antara lain:
1. Faktor air semen
Faktor air semen merupakan perbandingan berat air dan semen dalam suatu mix
design. Faktor air semen ini sangat mempengaruhi mix design bata beton berlubang
dalam hal kekuatan dan kemudahan pengerjaan (workability). Pada dasarnya nilai
faktor air semen ini berkisar antara 0,3 sampai 0,6 atau disesuaikan dengan kondisi
adukan agar mudah dikerjakan. Kekuatan bata beton berlubang dapat berkurang jika
kondisi di atas tidak dikerjakan. Oleh karena itu, nilai faktor air semen yang
dibutuhkan untuk memudahkan pembuatan bata beton berlubang ini dibuat pada batas
kondisi adukan legas tanah,sehingga adukan ini dapat dipadatkan dengan optimal.
Mengetahui hal tersebut, maka dalam pembuatan bata beton berlubang tidak memiliki
patokan angka untuk faktor air semen, karena sangat bergantung dengan campuran
penyusunannya (Sari, 2010).
2. Sifat agregat
a. Kekerasan agregat
Bata beton berlubang memiliki kekerasan dan kekuatan yang tinggi, untuk itu
diperlukan pula penggunaan agregat yang memiliki kekerasan yang tinggi pula.
Kekerasan agregat bergantung pada kandungan silikanya, maka semakin tinggi
kandungan silika yang ada pada agregat, semakin keras pula agregat tersebut.
10
b. Susunan besar butir agregat
Dalam pembuatan bata beton berlubang agregat yang digunakan haruslah
tersusun dari berbagai macam ukuran (ukuran butir agregat tidak sama). Hal ini dapat
mengurangi pengunaan air dan semen dalam pembuatannya, karena celah antar
butiran yang agak besar dapat terisi oleh butiran yang lebih kecil. Ukuran butiran
yang diperlukan adalah yang lebih besar dari saringan nomor 200 (0,074mm).
c. Kebersihan agregat
Kebersihan agregat sangat penting untuk diperhatikan, agregat tidak boleh
mengandung zat organik, garam sulfat, lemak, lumpur dan sebagainya. Bahan organik
dan lemak yang berlebihan dapat menghambat pengikatan semen dan agregat selain
itu dapat menurunkan kekuatan bata beton berlubang. Sedangkan garam sulfat yang
berlebih dapat menyebabkan keretakan pada bata beton berlubang.
3. Umur bata beton berlubang
Seiring dengan bertambahnya umur bata beton berlubang, maka kuat tekannya
pun bertambah tinggi.Sebagai standar kekuatan bata beton berlubang dipakai
kekuatan pada umur 28 hari. Apabila diinginkan untuk mengetahui kekuatan
bata beton berlubang pada umur 28 hari, maka dapat dillakukan pengujian kuat tekan
pada umur 3 atau 7 hari dan hasilnya dapat dikalikan dengan faktor tertentu untuk
mendapatkan perkiraan kuat tekan bata beton berlubang pada umur 28 hari.
4. Kepadatan bata beton berlubang
Kepadatan bata beton berlubang mempengaruhi kekuatannya, maka
campurannya harus dibuat sepadat mungkin. Adanya kepadatan yang lebih ini dapat
memungkinkan bahan menjadi semakin keras, serta untuk membantu merekatnya
bahan campuran pembuatan bata beton berlubang dengan semen yang dibantu dengan
air (Haryanto,2011)
11
2.2 Material Penyusun Batako
2.2.1 Semen Portland
Semen Portland (PC) dibuat dari semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terbuat dari batu kapur (CaCO3) yang jumlahnya amat
banyak serta tanah liat dan bahan dasar berkadar besi, terutama silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidraulis ditambah dengan bahan yang mengatur waktu ikat (SNI 03-
2847-2002).
Fungsi semen adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu
masa yang kompleks/padat. Semen Portland dibuat dengan melalui beberapa langkah
sehingga sangat halus dan memiliki sifat adesif maupun kohesif. Semen diperoleh
dengan membakar secara bersamaan, suatu campuran dari calcareous (yang
mengandung calsium carbonat atau batu gamping) dan argillaceous (yang
mengandung alumina) dengan perbandingan tertentu (Tjokrodimoeljo, 2004).
2.2.2 Agregat Halus
Agregat halus atau pasir adalah butiran alami yang mempunyai ukuran butir-
butir kecil kurang dari 4,80 mm atau lolos dari lubang ayakan standar No. 4 (Nawy,
1990) sedangkan menurut Tjokrodimoeljo (2004), pasir adalah butiran-butiran
mineral yang mempunyai diameter butir 0,15 mm sampai 5 mm.
Persyaratan mengenai mutu pasir menurut Peraturan Umum Bahan Bangunan
Indonesia (PUBI) 1982 pasal 11 adalah seperti pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.3 Persyaratan Pasir Beton menurut PUBI 1982
Parameter Persyaratan
Kandungan lumpur (lolos ayakan 0,063 mm) ≤ 5 %
Berat jenis 2,4-2,9 gr/cm3
Modulus halus butir 2,2-3,2
Kandungan zat organis Warna larutan pasir tidak lebih gelap dari
larutan standar
Sumber: PUBI-1982
12
2.2.3 Air
Air merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam proses pembuatan beton
dan mortar. Air pada campuran berfungsi sebagai media untuk mengaktifkan pada
reaksi semen, pasir, dan kerikil agar saling menyatu. Persyaratan air yang digunakan
sebagai bahan konstruksi menurut PUBI 1982 adalah sebagai berikut.
a. air yang digunakan merupakan air bersih,
b. tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter,
c. tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lain yang kasat mata,
d. tidak mengandung garam yang dapat terlarut dan merusak campuran lebih dari 15
gram/liter.
2.3 Bata Ringan
2.3.1 Pengertian Bata Ringan
Bata ringan adalah material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat,
tahan air dan api, awet (durabel) yang dibuat di pabrik menggunakan mesin. Bata ini
cukup ringan, halus, dan memiliki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini
diciptakan agar dapat meringankan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi,
mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat
proses pemasangan dinding berlangsung (Michael Aditya Karijanto ,2015).
Ada 2 macam jenis bata ringan atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated
Concrete/AAC) dan CLC (Cellular Lightweight Concrete). Bata ringan AAC adalah
beton selular dimana gelembung udara yang ada disebabkan oleh reaksi kimia, yaitu
ketika bubuk aluminium atau aluminium pasta mengembang seperti pada proses
pembuatan roti saat penambahan ragi untuk mengembangkan adonan.
Material pembuatan bata ringan AAC memakai pasir khusus yaitu silica (>
95% Si ) dan harus digiling sampai ukuran mikro. Sama halnya seperti pada
pembuatan roti pada AAC tingkat ekspansi adonan juga tidak bisa di kontrol secara
tepat sehingga biasanya akan mengembang keluar dari cetakan. Oleh karena itu harus
dipotong untuk mendapatkan dimensi yang dibutuhkan. Gelembung udara yang
relatif banyak memungkinkan dihasilkannya AAC dengan kerapatan yang rendah
13
yaitu sekitar 700 – 800 kg/m³ (Karijanto, 2013). Sedangkan bata ringan CLC adalah
beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil) diganti dengan gelembung
udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak ada
reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan, foam atau busa berfungsi hanya
sebagai media untuk membungkus udara.
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Bata Ringan
Berdasarkan (SNI 03-0349-1989) kelebihan dan kekurangan bata ringan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan
- Memiliki bentuk yang presisi tinggi dan seragam dalam jumlah yang banyak.
- Tidak memerlukan siar yang banyak untuk perekat.
- Pemasangannya lebih cepat sehingga menghemat biaya pelaksanaan.
- Lebih ringan sehingga memperkecil beban struktur
- Kuat tekan tinggi
- Pengangkutan ke lokasi proyek lebih mudah.
- Tidak menggunakan pasir untuk pekerjaan plesteran dan perekat sehingga
area proyek lebih bersih
- Lebih kedap suara
b. Kekurangan
- Membutuhkan perekat khusus yaitu dengan semen instan yang sudah tersedia
banyak dipasar
- Membutuhkan tenaga pemasang yang sudah berpengalaman memasang bata
ringan
- Pada pekerjaan yang membutuhkan pemotongan bata, dapat menyisakan bata
yang terbuang
- Jika terkena air proses pengeringannya lama
- Hanya di toko besar atau distributor yang menyediakan
- Pembeliannya harus dengan jumlah yang banyak.
- Harus menggunakan roskam bergerigi untuk menempelkan semen mortar
14
2.3.3 Spesifikasi Bata Ringan
Berdasarkan (SNI 03-0349-1989 ) spesifikasi bata ringan ialah sebagai
berikut :
1. Berat jenis kering : 520 kg/
2. Berat jenis normal : 650 kg/
3. Kuat tekan : < 10 N/m
2.4 Bahan Penyusun Bata Ringan
Adapun beberapa bahan penyusun bata ringan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu, semen portland, agregat halus, air, foam agent.
2.4.1 Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan clincer yang terdiri atas silica-silica kalsium yang bersifat hidrolis
dengan gips sebagai bahan tambahan. (Tjokrodimuljo, 1996)
Fungsi utama semen adalah melekatkan butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat
(Indriyanto N, Yogie L, 2008)
Sesuai dengan tujuan pemakaian semen Portland dibagi menjadi 5 (lima) tipe
yaitu :
1. Tipe I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus.
2. Tipe II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat yang panas hidrasi sedang.
3. Tipe III: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan awal
yang tinggi.
4. Tipe IV: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
panas hidrasi rendah.
5. Tipe V : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
tahap terhadap sulfat.
15
2.4.2 Agregat Halus
Agregat halus adalah pasir alam sebagai disintegrasi alami dari batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran terbesar 4,8
mm. Menurut Tjokrodimuljo, K. (2010) agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari
1,20 mm kadang-kadang disebut pasir halus, sedangkan butir-butir yang lebih kecil
dari 0,75 mm disebut silt dan yang lebih kecil 0,002 mm disebut clay.
Pasir alam dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam yaitu:
1. Pasir galian. Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau
dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori
dan bebas dari kandungan garam.
2. Pasir sungai. Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya
berbutir halus dan bulat-bulat akibat proses gesekan. Pada sungai tertentu yang
dekat dengan hutan kadang-kadang banyak mengandung humus.
3. Pasir pantai ialah pasir yang diambil dari pantai. Butirnya halus dan bulat karena
gesekan (Tjokrodimuljo, 2007:15). Pasir pantai berasal dari pasir sungai yang
mengendap di muara sungai (di pantai) atau hasil gerusan air di dasar laut yang
terbawa arus air laut dan mengendap di pantai. Pasir pantai biasanya berbutir
halus. Bila merupakan pasir dari dasar laut maka pasirnya banyak mengandung
garam. Pasir pantai mengandung garam yang dapat menyebabkan kerusakan
pada tulangan dalam beton nantinya, oleh karena itu maka sebaiknya pasir pantai
diperiksa dulu sebelum dipakai. Jika mengandung garam maka sebaiknya dicuci
dulu dengan air tawar sebelum dipakai.
2.4.3 Air
Air merupakan salah satu faktor penting, karena air merupakan bahan yang
diperlukan untuk proses reaksi kimia dengan semen untuk pembentukan pasta semen.
Air juga digunakan untuk pelumas antara butiran dalam agregat agar mudah
dikerjakan dan dipadatkan.
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat, dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Air yang
16
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa-senyawa berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau
bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas
beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan (Mulyono, 2004).
Air dalam campuran beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan
semen. Jumlah air yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Namun air
yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi yang tidak merata.
Menurut Tjokrodimulyo (1992) dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Tidak mengandung organik (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik,
dll) lebih dari 15 gram/liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
2.4.4 Foam Agent
Foam agent adalah larutan pekat dari bahan surfaktan, dimana apabila hendak
digunakan harus dilarutkan dengan air. Dengan membuat gelembung-gelembung
gas/udara dalam adukan semen. Dengan demikian akan terjadi pori-pori udara di
dalam betonnya. (Husin, Setiaji, 2008)
2.5 Kuat Tekan
Kuat tekan (Compressive strength) adalah suatu bahan yang merupakan
perbandingan besamya beban maksimum yang dapat ditahan dengan luas penampang
bahan yang mengalami gaya tersebut (Mariq R.2009). Kuat tekan batako
mengidentifikasi mutu dari sebuah struktur.Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur
yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu batako yang dihasilkan. Batako harus
dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan suatu kuat tekan rerata yang
disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, batako yang telah dirancang
campurannya harus diproduksi sedemikian rupasehingga memperkecil frekuensi
17
terjadinya batako dengan kuat tekan yang lebih rendah dari seperti yang telah
disyaratkan. Untuk menghitung besamya kuat tekan dipergunakan persamaan
matematis berikut:
=
…………………………………………………..………….……………(1)
Dengan :
= Kuat tekan (MPa)
P = Beban maksimum (N)
A = Luas penampang bahan ( )
2.6 Daya Serap Air
Besar kecilnya penyerapan air oleh batako sangat dipengaruhi oleh pori-pori
atau rongga yang terdapat pada batako tersebut. Semakin banyak pori-pori yang
terkandung dalam batako maka akan semakin besar pula penyerapan air sehingga
ketahanannya akan berkurang. Rongga (pori-pori) yang terdapat pada batako terjadi
karena kurang tepatnya kualitas dan komposisi material penyusunnya. Pengaruh rasio
yang terlalu besar dapat menyebabkan rongga karena terdapat air yang tidak bereaksi
dan kemudian menguap dan meninggalkan rongga (Sipayung.M. 1995). Persentase
penyerapan air dirumuskan sebagai berikut:
Penyerapan air (%) =
x 100 %……………...…………………..…….(2)
Dengan :
W1 = berat basah dari sample (gr)
W2 = berat kering dari sample (gr)
18
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Spil
Politeknik Negeri Balikpapan, di Jalan Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan-
Kalimantan Timur. Waktu penelitian akan dimulai pada bulan Mei 2018. . Seperti
ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Waktu dan Pekerjaan Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengumpulan Data
Persiapan Bahan Uji
Pengujian Kuat Tekan dan
Daya Serap Air
Perhitungan Rata-rata Kuat
Tekan dan Daya Serap Air
Analisa Data
Maret April MeiWaktu Pekerjaan
3.2 Metode Penelitian
Berikut ini adalah Bagan Alir Metodologi Penelitian:
19
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
-Survey Lapangan
-Kajuan Pustaka
Persiapan Bahan Uji
Test Uji Kuat Tekan
-Batako
-Bata Ringan
Test Daya Serap Air
-Batako
-Bata Ringan
Analisa Data & Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
20
3.2.1 Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian menjelaskan proses pada flowchart penelitian
secara lebih rinci. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
3.2.2 Studi Literatur
Studi literature yaitu melakukan studi untuk mencari materi - materi dan metode
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dan dijadikan landasan untuk
mendukung pembuatan laporan.
3.2.3 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan dua metode yaitu
survey lapangan dan kajian pustaka. Survey lapangan dilakukan dengan cara
meninjau atau mensurvey langsung kelapangan. Langkah awal dalam melakukan
pengumpulan data adalah dengan melakukan wawancara awal kebeberapa industri
lokal yang ada di Balikpapan terkait tentang batako dan bata ringan.
3.2.4 Persiapan Bahan Uji
Alat dan bahan yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Alat penelitian :
a. Timbangan
Timbangan digital kapasitas maksimum 30 kg untuk menimbang batako dan bata
ringan sebelum dilakukan pengujian.
b. Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan bahan uji setelah direndam selama 24 jam pada
saat pengujian daya serap air yang membutuhkan kondisi kering
c. Penggaris
Digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan tebal batako dan bata ringan.
d. Mesin Uji Tekan
Alat ini mempunyai kapasitas 10000 psi/700 bar. Alat ini digunakan untuk menguji
kuat tekan pada batako dan bata ringan.
21
2. Bahan penelitian :
Bahan uji yang dibutuhkan untuk pengujian kuat tekan dan daya serap air yaitu:
Tabel 3.2 Jumlah Sample Batako
No Nama Industri Jumlah Sample Batako
Uji Kuat Tekan Test Daya Serap Air
1 Durrotul Hikmah 3 Buah 3 Buah
2 Fery PDAM 3 Buah 3 Buah
3 Perintis Jaya 3 Buah 3 Buah
4 Guna Jaya 3 Buah 3 Buah
5 Gondrong Mandiri 3 Buah 3 Buah
Keterangan :
Sample industri batako Durrotul Hikmah, Fery PDAM, Perintis Jaya berlokasi di
Balikpapan Utara dan sample industri batako Guna Jaya, Gondrong Mandiri berlokasi
di Balikpapan Timur.
Tabel 3.3 Jumlah Sample Bata Ringan
No Nama Industri
Jumlah Sample Bata Ringan
Uji Kuat
Tekan Test Daya Serap Air
1 My Con 3 Buah 3 Buah
3.2.5 Test Uji Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar kuat tekan
batako dan bata ringan.
Langkah-langkah dalam pengujian kuat tekan adalah sebagai berikut:
Menimbang berat benda uji yang akan diuji.
Meletakkan benda uji pada mesin uji tekan beton (compression strength).
22
Gambar 3.2 Setting Up Pengujian Kuat Tekan
Meletakkan benda uji berada tepat pada posisinya, kemudian mesin uji tekan
dihidupkan dan benda uji akan mengalami penambahan beban, sehingga dapat
dibaca besarnya kekuatan tekan yang ditunjukkan dengan manometer.
Pada saat beban mencapai maksimum, benda uji akan retak bahkan dapat pula
pecah dan jarum menometer akan berhenti pada titik maksimum, maka diperoleh
beban maksimum yang mampu ditahan oleh benda uji.
3.2.6 Test Daya Serap Air
Pengujian ini merupakan pengukuran daya serap dengan melihat persentase
perbandingan antara selisih massa basah dengan massa kering pada sampel yang
direndam selama 24 (dua puluh empat) jam. Benda uji seutuhnya direndam dalam air
bersih yang bersuhu ruangan, selama 24 (dua puluh empat) jam. Kemudian benda uji
diangkat dari rendaman, dan air sisanya dibiarkan meniris kurang lebih 1 (satu)
menit, lalu permukaan benda uji diseka dengan kain lembab, agar air yang berlebihan
masih melekat dibidang permukaan benda uji terserap kain lembab itu.
Benda uji kemudian ditimbang (A). Setelah itu benda uji dikeringkan di dalam
oven pada suhu 105 ± 5 ºC, sampai beratnya pada 2 (dua) kali penimbangan tidak
23
berbeda lebih dari 0,2% dari penimbangan yang terdahulu (B). Selisih penimbangan
dalam keadaan basah (A) dan dalam keadaaan kering (B) adalah jumlah penyerapan
air, dan harus dihitung berdasarkan persen berat benda uji kering.
Penyerapan air =
x 100 %
3.2.7 Analisa Data
Menganalisis dari data-data yang telah diolah sehingga dapat menentukan rata-
rata kuat tekan dan daya serap air batako dan bata ringan yang ada di Balikpapan,
membandingkan spesifikasi bahan pembentuk batako dan bata ringan, melakukan
analisis kelebihan dan kekurangan antara batako dan bata ringan yang diperoleh dari
industri, melakukan analisis hasil kuat tekan dan daya serap air batako dan bata
ringan apa telah sesuai dengan standar SNI.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan dari penelitian
batako dan bata ringan hasil industri lokal terhadap kuat tekan dan daya serap air.
Sample batako yang di uji dengan ukuran dimensi 30 x 15 x 7,5 cm. Sample benda uji
diambil dari 5 industri setiap satu industri ada 6 sample. Jadi, jumlah sample yang
diuji ada 30 sample, yaitu 15 sample untuk pengujian kuat tekan dan 15 sample untuk
pengujian daya serap air.
Sample bata ringan yang di uji dengan ukuran dimensi 60 x 20 x 10 cm terdiri
dari 6 sample, yaitu 3 sample untuk pengujian kuat tekan dan 3 sample untuk
pengujian daya serap air. Sample bata ringan diambil hanya dari satu industri
dikarenakan pembuatan bata ringan di Balikpapan masih sedikit. Berikut hasil
perhitungan uji kuat tekan dan daya serap air.
4.2 Spesifikasi Bahan Batako
Batako hasil industri lokal yang ada di Balikpapan mudah retak dikarenakan
perbandingan campurannya yaitu 1 PC : 7 PS. Pada pengujian kuat tekan yang
dilakukan pada batako dari hasil industri lokal tidak terdapat beban dikarenakan mutu
batako yang dipengaruhi oleh komposisi dari penyusun-penyusunnya disamping itu
dipengaruhi oleh cara pembuatannya yaitu melalui proses manual (cetak tangan)
seperti pada gambar dibawah ini.
25
Gambar 4.1 Batako yang sudah hancur
Batako yang berlubang di isi dengan campuran dari semen dan pasir dengan
perbandingan 1 : 3, agar batako menjadi padat sehingga dapat meningkatkan kuat
tekan pada batako tersebut. Setelah diisi batako dikeringkan selama sehari. Batako
yang telah kering kemudian di uji kuat tekan sehingga didapatkan nilai kuat tekan
pada setiap industri lokal.
4.2.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako
Proses perhitungan kuat tekan batako diperlukan parameter hasil pengukuran
hasil pengukuran yaitu luas bidang tekan dan beban tekan. Kedua parameter tersebut
diukur dengan menggunakan alat yaitu untuk luas bidang tekan menggunakan mistar
(panjang dan lebar) dan beban tekan menggunakan alat uji tekan Compression
Testing Machine.
Tabel 4.1 Hasil pengujian kuat tekan batako industri Durrotul Hikmah
Kode Sample Berat (kg) Beban (kN)
Luas
Penampang
(cm2)
Kuat Tekan
(MPa)
Sample 1 7,405 80 200 4,55
26
Sample 2 7,280 50 200 2,84
Sample 3 7,260 50 200 2,84
Rata-rata 3,40
Berdasarkan tabel diatas, nilai kuat tekan batako industri lokal Durrotul
Hikmah yaitu 4,55 MPa; 2,84 MPa; 2,84 MPa dan nilai rata – rata adalah 3,40 MPa.
Hasil pengujian kuat tekan pada batako menunjukkan bahwa kuat tekan batako lebih
besar dari 2 MPa ini menandakan bahwa batako layak pakai karena memenuhi syarat
fisis batako berlubang mutu IV yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
Tabel 4.2 Hasil pengujian kuat tekan batako industri Fery PDAM
Kode Sample Berat (kg) Beban (kN)
Luas
Penampang
(cm2)
Kuat Tekan
(MPa)
Sample 1 7,735 120 200 6,82
Sample 2 7,275 75 200 4,26
Sample 3 7,805 80 200 4,55
Rata-rata 5,20
Berdasarkan tabel diatas, nilai kuat tekan batako industri lokal Fery PDAM
yaitu 6,82 MPa; 4,26 MPa; 4,55 MPa dan nilai rata – rata adalah 5,20 MPa. Hasil
pengujian kuat tekan pada batako menunjukkan bahwa kuat tekan batako lebih besar
dari 5 MPa ini menandakan bahwa batako layak pakai karena memenuhi syarat fisis
batako berlubang mutu II yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
27
Tabel 4.3 Hasil pengujian kuat tekan batako industri Perintis Jaya
Kode Sample Berat (kg) Beban (kN)
Luas
Penampang
(cm2)
Kuat Tekan
(MPa)
Sample 1 7,525 40 200 2,27
Sample 2 7,140 60 200 3,41
Sample 3 7,490 40 200 2,27
Rata-rata 2,65
Berdasarkan tabel diatas, nilai kuat tekan batako industri lokal Perintis Jaya
yaitu 2,27 MPa; 3,41 MPa; 2,27 MPa dan nilai rata – rata adalah 2,65 MPa. Hasil
pengujian kuat tekan pada batako menunjukkan bahwa kuat tekan batako lebih besar
dari 2 MPa ini menandakan bahwa batako layak pakai karena memenuhi syarat fisis
batako berlubang mutu IV yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
Tabel 4.4 Hasil pengujian kuat tekan batako industri Guna Jaya
Kode Sample Berat (kg) Beban (kN)
Luas
Penampang
(cm2)
Kuat Tekan
(MPa)
Sample 1 7,245 40 200 2,27
Sample 2 7,535 40 200 2,27
Sample 3 7,335 30 200 2,22
Rata-rata 2,25
Berdasarkan tabel diatas, nilai kuat tekan batako industri lokal Guna Jaya yaitu
2,27 MPa; 2,27 MPa; 2,22 MPa dan nilai rata – rata adalah 2,25 MPa. Hasil
pengujian kuat tekan pada batako menunjukkan bahwa kuat tekan batako lebih besar
dari 2 MPa ini menandakan bahwa batako layak pakai karena memenuhi syarat fisis
batako berlubang mutu IV yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
28
Tabel 4.5 Hasil pengujian kuat tekan batako industri Gondrong Mandiri
Kode Sample Berat (kg) Beban (kN)
Luas
Penampang
(cm2)
Kuat Tekan
(MPa)
Sample 1 7,430 80 200 4,55
Sample 2 6,070 60 200 3,41
Sample 3 7,385 20 200 1,14
Rata-rata 3,03
Berdasarkan tabel diatas, nilai kuat tekan batako industri lokal Gondrong
Mandiri yaitu 4,55 MPa; 3,41 MPa; 1,14 MPa dan nilai rata – rata adalah 3,03 MPa.
Hasil pengujian kuat tekan pada batako menunjukkan bahwa kuat tekan batako lebih
besar dari 2 MPa ini menandakan bahwa batako layak pakai karena memenuhi syarat
fisis batako berlubang mutu IV yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
Dari hasil di atas, nilai kuat tekan terbesar adalah industri Fery PDAM dengan
nilai kuat tekan rata-rata sebesar 2.61 MPa, sedangkan nilai kuat tekan rata-rata
terkecil adalah industri Guna Jaya dengan nilai kuat tekan rata-rata sebesar 1.06 MPa.
Dari tabel diatas dapat diperoleh suatu grafik pengaruh persentase industri lokal
dengan kuat tekan.
29
Grafik 4.1 Hubungan persentase industri lokal dengan nilai kuat tekan
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, hasil pengujian kuat tekan batako dengan
bahan pengisi pada industri Durrotul Hikmah, Perintis Jaya, Guna Jaya, Gondrong
Mandiri memenuhi persyaratan fisik batako mutu tingkat IV dan pada industri Fery
PDAM memenuhi persyaratan fisik batako mutu tingkat II.
4.2.2 Hasil Pengujian Daya Serap Air Batako
Untuk pengujian daya serap air batako direndam dalam air selama 24 jam.
Pengujian daya serap air ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
penyerapan air yang dipengaruhi oleh pori atau rongga udara yang terdapat pada
material batako. Semakin besar ruang pori yang terkandung dalam batako, semakin
besar pula tingkat penyerapan air, sehingga ketahanan batako akan berkurang.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan batako dalam menyerap
air pada masing – masing persentase dengan cara merendam pada suatu wadah yang
berisi air selama 24 jam. Penentuan daya serap air pada batako dapat diperoleh dari
hasil pengukuran berat kering dan berat basah yang masing – masing diukur
0
1
2
3
4
5
6
DurrotulHikmah
Fery PDAM Perintis Jaya Guna Jaya GondrongMandiri
Nila
i Uji
Ku
at T
eka
n (
MP
a)
Nama Industri Lokal
Rata - rata kuat tekan
Rata - rata kuat tekan
30
menggunakan alat timbangan digital. Dari pengujian daya serap air batako disajikan
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil pengujian daya serap air batako industri Durrotul Hikmah
Kode Sample
Berat Kering Oven
(gr)
Berat Benda Uji Setelah
Direndam (gr)
Daya Serap Air
(%)
A B
x 100 %
Sample 1 5108 6030 18.05
Sample 2 5140 6056 17.82
Sample 3 5179 6098 17.74
Rata-rata 17.87
Berdasarkan tabel diatas, nilai daya serap air batako industri lokal Durrotul
Hikmah yaitu 18,05 %; 17,82 %; 17,87 % dan nilai rata – rata adalah 17,87 %. Hasil
pengujian daya serap air pada batako menunjukkan bahwa daya serap air batako lebih
kecil dari 25 % ini menandakan bahwa batako layak pakai dan memenuhi syarat fisis
batako berlubang mutu I yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
Tabel 4.7 Hasil pengujian daya serap air batako industri Fery PDAM
Kode Sample
Berat Kering Oven
(gr)
Berat Benda Uji Setelah
Direndam (gr)
Daya Serap Air
(%)
A B
x 100 %
Sample 1 4559 5499 20.61
Sample 2 4438 5393 21.51
Sample 3 4553 5494 20.66
Rata-rata 20.92
31
Berdasarkan tabel diatas, nilai daya serap air batako industri lokal Fery PDAM
yaitu 20,61 %; 21,51 %; 20,66 % dan nilai rata – rata adalah 20,92 %. Hasil
pengujian daya serap air pada batako menunjukkan bahwa daya serap air batako lebih
kecil dari 25 % ini menandakan bahwa batako layak pakai dan memenuhi syarat fisis
batako berlubang mutu I yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
Tabel 4.8 Hasil pengujian daya serap air batako industri Perintis Jaya
Kode Sample
Berat Kering Oven
(gr)
Berat Benda Uji Setelah
Direndam (gr)
Daya Serap Air
(%)
A B
x 100 %
Sample 1 5134 6124 19.28
Sample 2 5305 6196 16.79
Sample 3 5235 6175 17.95
Rata-rata 18.00
Berdasarkan tabel diatas, nilai daya serap air batako industri lokal Perintis Jaya
yaitu 19,28 %; 16,79 %; 17,95 % dan nilai rata – rata adalah 18,00 %. Hasil
pengujian daya serap air pada batako menunjukkan bahwa daya serap air batako lebih
kecil dari 25 % ini menandakan bahwa batako layak pakai dan memenuhi syarat fisis
batako berlubang mutu I yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
Tabel 4.9 Hasil pengujian daya serap air batako industri Guna Jaya
Kode Sample
Berat Kering Oven
(gr)
Berat Benda Uji Setelah
Direndam (gr)
Daya Serap Air
(%)
A B
x 100 %
Sample 1 4908 5789 17.95
Sample 2 4990 5789 16.01
Sample 3 4877 5675 16.36
Rata-rata 16.77
32
Berdasarkan tabel diatas, nilai daya serap air batako industri lokal Guna Jaya
yaitu 17,95 %; 16,01 %; 16,36 % dan nilai rata – rata adalah 16,77 %. Hasil
pengujian daya serap air pada batako menunjukkan bahwa daya serap air batako lebih
kecil dari 25 % ini menandakan bahwa batako layak pakai dan memenuhi syarat fisis
batako berlubang mutu I yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
Tabel 4.10 Hasil pengujian daya serap air batako industri Gondrong Mandiri
Kode Sample
Berat Kering Oven
(gr)
Berat Benda Uji Setelah
Direndam (gr)
Daya Serap Air
(%)
A B
x 100 %
Sample 1 4633 5446 17.54
Sample 2 4729 5529 16.91
Sample 3 4660 5615 20.49
Rata-rata 18.31
Berdasarkan tabel diatas, nilai daya serap air batako industri lokal Fery PDAM
yaitu 17,54 %; 16,91 %; 20,49 % dan nilai rata – rata adalah 18,31 %. Hasil
pengujian daya serap air pada batako menunjukkan bahwa daya serap air batako lebih
kecil dari 25 % ini menandakan bahwa batako layak pakai dan memenuhi syarat fisis
batako berlubang mutu I yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
Dari hasil di atas, nilai daya serap terbesar adalah industri Fery PDAM dengan
nilai daya serap air rata-rata sebesar 20.92 %, sedangkan nilai daya serap terkecil
adalah industri Guna Jaya dengan nilai daya serap air rata-rata sebesar 16.77 %. Dari
tabel diatas dapat diperoleh suatu grafik pengaruh persentase industri lokal dengan
nilai penyerapan air.
33
Grafik 4.2 Hubungan persentase industri lokal dengan nilai penyerapan air
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, hasil pengujian daya serap air pada batako
menunjukkan bahwa daya serap air batako lebih kecil dari 25 % ini menandakan
bahwa batako layak pakai dan memenuhi syarat fisis batako berlubang mutu I yang
telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
4.3 Spesifikasi Bahan Bata Ringan
4.3.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Bata Ringan
Beton mempunyai kecenderungan berisi rongga akibat adanya gelembung-
gelembung udara yang terbentuk selama atau sesudah proses pencetakan, atau
ruangan yang saat mengerjakan (selesai dikerjakan) mengandung air. Air ini
menggunakan ruangan,dan jika air menguap maka akan meninggalkan rongga-
rongga udara. Rongga udara ini merupakan peluang untuk masuknya air dari luar ke
dalam beton. Semakin banyak rongga ini, maka kemungkinan masuknya air semakin
0
5
10
15
20
25
DurrotulHikmah
FeryPDAM
PerintisJaya
Guna Jaya GondrongMandiri
Nila
i pen
yera
pan
air
(%
)
Nama Industri lokal
Rata - rata penyerapan air
Rata - rata penyerapan air
34
besar, dan kemungkinan terbentuknya pipa kapiler semakin besar. Oleh karena itu,
untuk mengurangi kemungkinan masuknya air ke dalam beton, beton harus dibuat
sepadat mungkin (Wuryati & Chandra Rahmadiyanto : 2001 ).
Sebelum pengujian kuat tekan dimulai, maka dilakukan penimbangan sample
bata ringan yang akan diuji dan mencatat hasilnya. Setelah ditimbang dilakukan
pengujian kuat tekan, pengujian kuat tekan dilakukan terhadap benda uji dengan
menggunakan mesin uji tekan Compression Testing Machine. Lakukan pembacaan
pembebanan pada kondisi bata ringan hancur. Hasil kuat tekan benda uji dicatat saat
jarum penunjuk kuat tekan mencapai nilai tertinggi, ulangi langkah-langkah tersebut
untuk berbagai sample hingga selesai.
Tabel 4.11 Hasil pengujian kuat tekan bata ringan industri My Con
Kode Sample Berat (kg) Beban (kN)
Luas
Penampang
(cm2)
Kuat Tekan
(MPa)
Sample 1 8,385 60 600 1,14
Sample 2 8,210 70 600 1,33
Sample 3 8,375 40 600 0,76
Rata-rata 1,07
Berdasarkan tabel diatas, nilai kuat tekan bata ringan industri lokal My Con
yaitu 1,14 MPa; 1,33 MPa; 0,76 MPa dan nilai rata – rata adalah 1,07 MPa. Hasil
pengujian kuat tekan pada bata ringan menunjukkan bahwa kuat tekan bata ringan
lebih kecil dari 2 MPa ini menandakan bahwa batako tidak layak pakai karena tidak
memenuhi syarat fisis batako berlubang mutu IV yang telah ditetapkan SNI 03-0349-
1989.
35
4.3.2 Hasil Pengujian Daya Serap Air Bata Ringan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah air yang diserap batako,
dengan membandingkan antara berat batako yang telah direndam dalam air dan berat
batako dalam kondisi kering oven. Adapun standart waktu perendaman yang harus
dilakukan adalah 24 jam.
Tabel 4.12 Hasil pengujian daya serap air bata ringan industri My Con
Kode Sample
Berat Kering Oven
(gr)
Berat Benda Uji Setelah
Direndam (gr)
Daya Serap Air
(%)
A B
x 100 %
Sample 1 0.115 0.150 30.43
Sample 2 0.160 0.210 31.25
Sample 3 0.455 0.590 29.67
Rata-rata 30.45
Berdasarkan tabel diatas, nilai daya serap air bata ringan industri lokal My Con
yaitu 39,43 %; 31,25 %; 29,67 % dan nilai rata – rata adalah 30,45 %. Hasil
pengujian daya serap air pada batako menunjukkan bahwa daya serap air batako lebih
besar dari 35 % ini menandakan bahwa batako layak pakai dan memenuhi syarat fisis
batako berlubang mutu II yang telah ditetapkan SNI 03-0349-1989.
4.4 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Batako dan Bata Ringan
Sample batako yang diuji memiliki dimensi ukuran 30 x 15 x 7,5 cm diambil
dari 5 industri berbeda yang ada di Balikpapan. Sedangkan sample bata ringan yang
diuji memiliki dimensi ukuran 60 x 20 x 10 cm diambil dari 1 industri yang di
Balikpapan. Sample yang diuji yaitu batako dan bata ringan dengan perbandingan
sebagai berikut.
36
Tabel 4.13 Perbandingan antara batako dan bata ringan
No Batako Bata Ringan
1. Bobot batako lebih berat, sehingga
membebani struktur plat dan balok.
Bobot bata ringan lebih ringan, sehingga
pembebanan struktur plat dan balok
dapat dikurangi.
2. Buatan home industri dan cara
pembuatan dengan manual (cetak
tangan).
Buatan pabrik dan cara pembuatan
dengan cetakan mesin.
3. Tekstur kasar dan ukuran kurang
presisi, sehingga batako menjadi
tidak rapi dan plesteran harus tebal.
Tekstur lebih halus dan ukuran lebih
presisi, sehingga bata ringan terlihat rapi
dan plesteran bisa lebih tipis.
4. Ukuran batako lebih kecil yaitu 30 x
15 x 7,5 cm.
Ukuran bata ringan lebih besar yaitu 60
x 20 x 10 cm.
5. Batako lebih mudah hancur karena
lebih berongga atau berlubang.
Bata ringan tidak mudah hancur karena
bentuk nya lebih padat.
6. Bahan penyusun batako yaitu
semen, pasir dan air.
Bahan penyusun bata ringan yaitu
semen, pasir, air dan foam agent.
7. Nilai kuat tekan pada batako sangat
rendah dan ada yang tidak ada nilai
kuat tekannya.
Nilai kuat tekan pada bata ringan sangat
rendah tetapi semua memiliki nilai kuat
tekan.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian batako dan bata ringan
yang meliputi uji kuat tekan dan daya serap air maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1) Hasil pengujian kuat tekan batako dengan bahan pengisi pada industri Durrotul
Hikmah, Perintis Jaya, Guna Jaya, Gondrong Mandiri memenuhi persyaratan
fisik batako mutu tingkat IV dan pada industri Fery PDAM memenuhi
persyaratan fisik batako mutu tingkat II. Pada pengujian kuat tekan bata ringan
dari 1 industri tidak memenuhi persyaratan fisik bata ringan sesuai standar SNI.
Hasil pengujian daya serap air bahan batako dari 5 industri lokal memenuhi
persyaratan fisik batako mutu tingkat I. Sedangkan pengujian daya serap bata
ringan dari 1 industri lokal memenuhi persyaratan fisik bata ringan mutu tingkat
II sesuai standar SNI.
2) Nilai rata – rata kuat tekan batako dari 5 industri lokal yang ada di Balikpapan
yaitu 3,30 MPa. Sedangkan nilai rata – rata kuat tekan bata ringan dari 1
industri lokal yang ada di Balikpapan yaitu 1,07 MPa.
3) Nilai rata – rata daya serap air batako dari 5 industri lokal yang ada di
Balikpapan yaitu 18,37 %. Sedangkan nilai rata – rata daya serap air bata ringan
dari 1 industri lokal yang ada di Balikpapan yaitu 30,45 %.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian, maka saran yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1) Untuk pekerjaan dinding pada proyek bangunan gedung bertingkat sebaiknya
menggunakan pasangan bata ringan karena kuat tekan bata ringan lebih tinggi
daripada batako.
2) Sebaiknya penelitian ini dikembangkan lagi dari segi lokasi dan objek
penelitian.
38
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 1989. Bata Beton Untuk Pasangan Dinding SNI 03-
0349-1989. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1982. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
(PUBI). Bandung: Departemen Peker-jaan Umum.
IK Supribadi. 1986. Ilmu Bangunan Gedung. Bandung: Armico.
Manap,A., dkk. 1987. Analisis Batako dan Genteng Semen sebagai Bahan Murah di
DIY. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Prapto,Pusoko. 1997. Pemanfaatan Pasir Laut untuk Keperluan Bahan Bangunan
(Pembuatan Batako). Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian
IKIP Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K., 2004, Teknologi Bahan Konstruksi, Buku Ajar, Jurusan Teknik
Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
43
1. Pengujian sampel uji tekan industri Durrotul Hikmah
Timbang benda uji
Ukur luas penampang benda uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
2. Pengujian sampel uji tekan industri Fery PDAM
44
Timbang benda uji
Ukur luas penampang benda uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
3. Pengujian sampel uji tekan industri Perintis Jaya
45
Timbang benda uji
Ukur luas penampang benda uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
4. Pengujian sampel uji tekan industri Guna Jaya
46
Timbang benda uji
Ukur luas penampang benda uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
5. Pengujian sampel uji tekan industri Gondrong Mandiri
47
Timbang benda uji
Ukur luas penampang benda uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
PENGUJIAN KUAT TEKAN BATA RINGAN
48
1. Pengujian sampel uji tekan industri My Con
Timbang benda uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
50
LAMPIRAN 3
PENGUJIAN DAYA SERAP AIR BATAKO
1. Pengujian sampel daya serap air industri Durrotul Hikmah
Timbang benda uji Benda uji direndam
selama 24 jam
Timbang benda uji setelah
direndam
Oven benda uji yang telah
direndam
Timbang benda uji
setelah di oven
51
2. Pengujian sampel daya serap air industri Fery PDAM
Timbang benda uji Benda uji direndam selama
24 jam
Timbang benda uji setelah
direndam
Oven benda uji yang telah
direndam
Timbang benda uji
setelah di oven
52
3. Pengujian sampel daya serap air industri Perintis Jaya
Timbang benda uji Benda uji direndam
selama 24 jam
Timbang benda uji setelah
direndam
Oven benda uji yang telah
direndam
Timbang benda uji setelah di
oven
53
4. Pengujian sampel daya serap air industri Guna Jaya
Timbang benda uji Benda uji direndam
selama 24 jam
Timbang benda uji setelah
direndam
Oven benda uji yang telah
direndam
Timbang benda uji
setelah di oven
54
5. Pengujian sampel daya serap air industri Gondrong Mandiri
Timbang benda uji Benda uji direndam
selama 24 jam
Timbang benda uji
setelah direndam
Oven benda uji yang telah
direndam
Timbang benda uji
setelah di oven