Turbin Francis.docx
-
Upload
arthur-k-bintang -
Category
Documents
-
view
36 -
download
2
description
Transcript of Turbin Francis.docx
TUGAS TURBIN FRANCIS
Oleh :
ARTHUR K.M. BINTANG (110401061)
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
Turbin Francis
Turbin francis petama kali dikembangkan oleh James Bichens Francis pada tahun 1848,
dia mampu membuktikan desainnya untuk menciptakan turbin dengan efisiensi sampai dengan
90%. Dia mengaplikasikan ilmu science dengan metode pengujian untuk menghasilkan turbin
dengan efisiensi yang cukup besar, kemudian ia juga membuktikannya dengan perhitungan
matematika dan grafik.
Turbin francis adalah salah satu jenis turbin air (hidraulik) yang paling sering digunakan
sampai sekarang. Turbin ini beroperasi dalam headrange antara 10 sampai beberapa ratus meter
dan fungsi utamanya adalah dalam memproduksi tenaga listrik. Memiliki vane antara 9 atau
lebih, dimana air akan mengenai vane-vane tersebut dan mengelilinginya hingga dapat
menyebabkannya berputar.
Turbin francis bekerja dengan mengunakan proses tekanan lebih. Pada waktu air masuk
ke roda jalan, sebagian dari energi tinggi jatuh telah bekerja di dalam sudu pengarah (runner)
dan diubah sebagai kecepatan arus masuk, kemudian sisa energi tinggi jatuh dimanfaatkan di
dalam sudu jalan. Adanya pipa isap memungkinkan energi tinggi jatuh bekerja di sudu jalan
dengan semaksimal mungkin. Turbin ini termasuk turbin reaksi aliran yang mengkombinasikan
konsep aliran radial dan axial. Temasuk dalam turbin reaksi yang berarti kerja fluida dalam hal
ini air mengubah tekanan dan bergerak memasuki turbin dan memberikan energi.
Inlet dari turbin Francis berbentuk spiral (rumah keong) yang menyebabkan air bergerak
tangensial memasuki daun baling-baling runner (penggerak turbin), aliran radial ini mengenai
runner dan menyebabkan runner ini berputar. Turbin francis terbagi dua yaitu turbin Francis
dengan posisi poros vertikal atau horizontal.
Bagian –bagian utama dari turbin francis adalah sebagai berikut:
Rumah spiral yang menerima air dari pipa pesat dan mengarahkan air ke turbin
(runner).
Bagian turbin yang berputar (runner).
Pipa pelepas air (draft-tube) yang meneruskan air dari turbin ke saluran pembuangan.
Gambar 1.1 Turbin Francis
(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_turbine)
Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air masuk secara
tangensial. Sudu pengarah pada turbin Francis dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap
ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi
aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.
Prinsip Kerja Turbin Francis
Turbin francis termasuk salah satu turbin reaksi, artinya fluida yang bekerja mengubah
tekanan bersamaan dengan gerak dari turbin tersebut, yang menghasilkan energi. Inletnya
berbentuk spiral. Guide vane membawa air secara tangensial menuju runner. Aliran radial ini
bekerja pada runner vanes, menyebabkan runner berputar. Guide vane (atau wicket gate) dapat
disesuaikan untuk memberikan operasi turbin yang efisien untuk berbagai kondisi aliran air.
Air pertama kali memasuki pipa isap (penstock) lalu mengalir ke spiral case dan
mengelilingi stay vane sehingga air dapat mengalir ke dalam runner dengan kecepatan merata.
Sebelum memasuki runner, air melewati guide vane yang berfungsi untuk mengarahkan air atau
mengubah sudut masuk air sehingga bisa diatur debit air yang masuk ke turbin. Guide vane dapat
disesuaikan untuk memberikan derajat adaptabilitas untuk bermacam-macam variasi pada
kecepatan aliran air dan beban dari turbin. Air mengalir secara radial tangensial
menumbukrunner. Runner dilengkapi dengan vane berbentuk kurva yang akan ditabrak oleh air.
Setelah melewati runner, air keluar dari runner ke pipa isap secara aksial.
Spiral Case
Runner
Draft tube
Guide Vane
Stay Vane
Shaft
Komponen Utama Turbin Francis
Gambar 1.2 Bagian-bagian Turbin Francis
(Sumber: Fritz Dietzel, Turbin, Pompa, dan Kompresor)
Keterangan:
1. Roda jalan
2. Cincin labirin
3. Cincin labirin kontra
4. Cincin zat arang
5. Pipa kuras
6. Pengumpul minyak yang berputar
7. Blok bantalan
8. Bantalan penghantar
9. Saluran air kompensator
10. Bordes pelayanan
11. Poros turbin
12. Kopling
13. Poros hantar
14. Tabung penutup poros
15. Titik tangkap servomotor
16. Cincin pengatur
17. Tuas
18. Batang penggerak
19. Cincin hantaran
20. Roda penghantar
21. Tutup turbin
22. Tabung blok bantalan atas
23. Cincin penutup roda bantalan tengah
24. Cincin penutup roda pengarah
25. Daun sudu pengarah
26. Tutup turbin bawah atau cincin roda pengarah
27. Saluran udara pipa isap
28. Pipa isap
29. Rumah Keong
30. Sudu penyangga
31. Cincin sudu penyangga
Penjelasan gambar di atas yaitu sebagai berikut :
Air dimasukkan ke turbin dengan melewati rumah keong (29) yang telah diperkuat dengan
sudu-sudu penyangga (30). Di sebelah kanan adalah daun sudu pengarah (25) atau yang biasa
disebut sudu pengarah saja. Posisi membuka dan menutupnya sudu tersebut digerakkan melalui
batang penggerak (18), tuas (17), dan cincin pengatur (16) sesuai dengan banyak atau sedikitnya
air yang akan masuk ke turbin. Untuk penutupan aliran air yang masuk ke turbin dengan tiba-
tiba, misalnya pada saat pengurangan beban generator, supaya tekanan di dalam rumah keong
dan di dalam pipa saluran tidak naik, maka untuk menghindari kenaikkan tekanan tersebut
pelimpah/saluran airan kompensator (9) dapat terbuka dalam waktu yang singkat. Cincin labirin
(2 dan 3) dan juga cincin zat arang pada prinsipnya adalah mencegah jangan sampai air masuk ke
ruangan lain, kecuali hanya masuk ke sudu pengarah dan sudu jalan; air yang keluar dari sudu
pengarah mempunyai tekanan lebih. Roda jalan dengan poros dan dengan rotor generator ditahan
atau dipikul oleh bantalan tekan yang di dalam gambar yang tidak diperlihatkan. Bantalan (8)
adalah sebagai bantalan penghantar radial.
Kavitasi pada Turbin Francis
Kavitasi berasal dari kata “cavus” yang berarti kosong. Kavitasi adalah suatu peristiwa
terjadinya gelembung-gelembung uap di dalam cairan (air) yang mengalir apabila tekanan di
tempat tersebut sama dengan tekanan uapnya. Gejala kavitasi terjadi karena menguapnya zat cair
yang sedang mengalir melalui runner, karena tekanannya berkurang sampai di bawah tekanan
uap jenuhnya. Air pada kondisi biasa akan mendidih dan menguap pada tekanan 1 atm pada suhu
1000 C. Apabila tekanan di bawah 1 atm (0,023 atm - 0,042 atm), air pada suhu udara lingkungan
yaitu sekitar 200C - 330C akan mendidih dan menguap. Penguapan akan menghasilkan
gelembung-gelembung uap. Tempat-tempat bertekanan rendah atau berkecepatan tinggi mudah
terjadi kavitasi, terutama pada sisi keluar runner dan bagian masuk pipa isap. Kavitasi akan
timbul apabila tekanannya terlalu rendah.
Sebagai contoh permulaan terjadinya kavitasi adalah sebagai berikut, air yang
mengandung udara atau gelembung-gelembung uap air yang disebabkan oleh adanya kondisi
setempat yang tekanannya turun hingga dapat menimbulkan penguapan. Pada tempat yang
tekanannya lebih tinggi, maka gelembung-gelembung tersebut akan terkondensasi dan pecah
dengan tiba-tiba, hal ini akan mengakibatkan tekanan pada sisi masuk pipa isap. Berikut ini
adalah contoh kavitasi pada draft tube seperti pada gambar 1.3 di bawah ini dan kavitasi pada
runner terdapat pada lampiran 12.
Gambar 1.3 Contoh Kavitasi pada Draft Tube(Sumber: Foto Survei Lapangan di PLTA Siguragura)
Penurunan tekanan aliran didalam turbin air disebabkan perubahan energi tekanan
menjadi energi kecepatan (Bernoulli). Makin tinggi kecepatan aliran dan makin tinggi temperatur
airnya, maka makin tinggi pula bahaya dari pembentukan uap dan kavitasi. Untuk menghindari
kavitasi yang besar, maka dalam perencanaan turbin dapat menggunakan perhitungan yang
tertentu dengan memasukan harga-harga keamanan dan harga-harga yang berdasarkan
pengalaman.
Bila gelembung-gelembung tersebut terjadi maka akan bersama-sama terbawa aliran dan
pada daerah yang lebih tinggi tekanannya, gelembung-gelembung tersebut akan pecah dengan
tiba-tiba. Pecahnya gelembung-gelembung ini akan menghasilkan tekanan yang sangat tinggi
bisa mencapai 100 atm.Kavitasi tidak muncul begitu saja pada sebuah aliran fluida, tentunya ada
beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kavitasi antara lain:
1. Tekanan udara luar dimana instalasi dipasang.
2. Temperatur fluida yang digunakan. Temperatur fluida yang digunakan diusahakan
serendah mungkin sehingga tekanan penguapannya akan naik.
Kavitasi
3. Kecepatan aliran disisi buang sebaiknya diusahakan serendah mungkin agar perbedaan
tekanan tidak terlalu tinggi.
4. Kerugian akibat gesekan fluida dengan dinding saluran.
Adapun penyebab kavitasi antara lain:
1. Terjadi akibat penurunan tekanan absolut fluida sampai dibawah tekanan uap jenuh.
2. Perubahan penampang secara ekstrim dan perubahan dimensi seperti valve,orifice dan
elbow.
3. Ketinggian jatuh air (head) terlalu tinggi untuk turbin reaksi.
4. Peletakan turbin ini di atas tinggi tekanan isap (Hs).
5. Penstock yang cukup panjang sehingga memungkinkan adanya permukaan yang tidak
rata sepanjang instalasi yang menyebabkan terjadinya turbulensi sehingga dapat
menghasilkan/menyebabkan kerusakan pada turbin karena water hammer.
Adapun juga akibat kavitasi yaitu sebagai berikut:
1. Menimbulkan suara yang sangat bising dan getaran–getaran yang sangat merusak
instalasi turbin.
2. Dengan tekanan yang begitu tinggi akibat pecahnya gelembung dari air yang menguap
akan mudah merusak material–material yang dipakai pada instalasi turbin.
3. Menyebabkan putaran turbin tidak setimbang yang dapat menurunkan efisiensi dan daya
turbin
Untuk mencegah terjadinya kavitasi ini, maka perlu diambil langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Menghindarkan tikungan-tikungan yang tajam seperti: sambungan elbow antara pipa
tekan dan penstock, serta permukaan yang bergelombang sepanjang saluran
instalasi/saluran water way sampai rumah siput.
2. Mempergunakan material yang cukup kuat, pada tempat – tempat dimana diperkirakan
kavitasi bakal terjadi. Pada daerah runner, sudu-sudu (guide vane) dan sisi masuk pipa
isap, kondisi yang cenderung terjadi kavitasi, maka bahan guide vane dan runner terbuat
dari bahan yang keras dan tidak berkarat, serta pipa isap dilapisi dengan cat anti karat.
3. Menggunakan komponen pelengkap turbin (fitting) yang tingkat lossesnya kecil.
4. Memilih runner yang tepat bentuknya dan jumlah vanenya.
5. Peletakan turbin ini diusahakan harus selalu dibawah tinggi tekanan isap (Hs), yaitu letak
turbin berada di bawah elevasi air buang (tail water level).
Gambar 3.17 berikut ini adalah contoh peletakan turbin yang rawan kavitasi.
Gambar 1.4 Contoh Peletakan Turbin yang Rawan Kavitasi(Sumber: http://www.slideshare.net/gilagilaan/turbin-air-2)
Faktor Kavitasi
Prof. Dietrich Thoma dari Munich, Jerman mengemukakan faktor kavitasi (sigma/angka
Thoma) untuk menentukan tekanan dimana turbin dapat bekerja tanpa terkena dampak kavitasi
sehingga kavitasi dapat dihindari. Untuk menghindari kavitasi perlu diketahui angka Thoma
kritis. Adapun nilai kritis dari faktor kavitasi (σc) yaitu sebagai berikut:
σ c=patm−pv−hs
hefektif..............................................(3.21)
dimana:σ c = Angka Thoma kritis
patm = Head tekanan atmosfer (m)
pv = Head tekanan uap jenuh fluida (m)
Hs = Jarak vertikal antara sumbu pusat runner dan tail water level (m)
Heff = Head efektif(m) = Head maksimum – Kerugian head (head race
sampai inlet valve)
Adapun angka Thoma pada saat turbin bekerja disebut angka Thoma Aktual. Untuk
menghitung nilai aktual dari faktor kavitasi (σ a) yaitu:
σ a=patm−pmin−hs
hefektif.................................(3.22)
dimana:σ c = Angka Thoma aktual
patm = Head tekanan atmosfer (m)
pmin = Head tekanan minimum pada titik yang diteliti (m)
Hs = Jarak vertikal antara sumbu pusat runner dan tail water level (m)
Heff = Head efektif(m) = Head maksimum – Kerugian head dari head
race sampai inlet valve)
Agar kavitasi tidak terjadi maka head tekanan minimum ( pmin) harus lebih besar daripada
head tekanan uap jenuh cairan ( pv). Selain itu agar tidak terjadi kavitasi maka nilai σa harus lebih
kecil daripada nilai σc. Dari keadaan tersebut maka dapat diketahui besarnya tingkat kavitasi,
yaitu:
T𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 K𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 = σa
σc................................................(3.23)
Keterangan: 𝜎𝑐=Thoma kritis
𝜎a=Thoma aktual
Dari rumus diatas jika didapatkan nilai lebih dari 1 maka dapat dipastikan dalam turbin
tersebut terjadi kavitasi dan sebaliknya, jika didapatkan nilai kurang dari 1 maka pada turbin
tersebut tidak terjadi kavitasi.
Pemilihan Jenis Turbin
Secara teoritis dalam perencanaan pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan
kecepatan spesifik (ns) dan tinggi jatuh air efektif (He).
Pemilihan berdasarkan tinggi jatuh air
Pemilihan dengan berdasarkan tinggi jatuh air diperoleh, maka dapat dilihat pada tabel
3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Pemilihan Jenis Turbin Berdasarkan Tinggi Jatuh Air
No Tinggi jatuh air / head (m)
Jenis Turbin
1 1 sampai 50 Turbin Cross Flow
2 50 sampai 250 Francis atau kaplan
3 250 sampai 300 Francis atau pelton
4 Di atas 300 Pelton
Sumber: RS Khurmi. A Text Book of Hydraulic, Fluid Mechanics, and Hydraulic Machines
Pemilihan berdasarkan kecepatan spesifik
Kecepatan spesifik adalah kecepatan turbin dimana dapat dihasilkan 1 HP untuk setiap
tinggi jatuh air (H) = 1 Ft. kecepatan spesifik dari suatu turbin dapat diketahui dengan
mempergunakan persamaan dan kondisi yang diketahui.Setelah dihitung atau didapatkan nilai
nsdengan mempergunakan persamaan maka dapat dipilih jenis turbin dengan menggunakan tabel
3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3 Pemilihan Jenis Turbin Berdasarkan Kecepatan Spesifik
No Kecepatan Spesifik (rpm) Jenis turbin
1 10 sampai 35 Turbin Pelton dengan Nozzel tunggal
2 35 sampai 60 Turbin Pelton dengan dua Nozzel atau lebih
3 60 sampai 300 Turbin Francis
4 300 sampai 1000 Turbin Kaplan
Sumber: RS Khurmi. A Text Book of Hydraulic, Fluid Mechanics, and Hydraulic Machines