Translate Jurnal

download Translate Jurnal

of 13

description

kedokteran

Transcript of Translate Jurnal

9

Hindawi Publishing Corporation

International Journal of Otolaryngology

Volume 2014, Article ID 218218, 11 pages

http://dx.doi.org/10.1155/2014/218218Artikel Penelitian

Gangguan Pendengaran Subklinis, Durasi Tidur Lebih Lama dan Faktor Resiko Kardiometabolik pada Populasi Umum di JepangKei Nakajima,1 Eiichiro Kanda,2 Ami Hosobuchi,1 and Kaname Suwa3

1 Division of Clinical Nutrition, Department of Medical Dietetics, Faculty of Pharmaceutical Sciences, Josai University,

1-1 Keyakidai, Sakado, Saitama 350-0295, Japan

2Department of Nephrology, Tokyo Kyosai Hospital, Nakameguro 2-3-8, Meguroku, Tokyo 153-8934, Japan

3 Saitama Health Promotion Corporation, 519 Kamiookubo, Saitama, Saitama 338-0824, JapanKorespondensi bisa dikirim ke Kei Nakajima; [email protected]

Diterima 30 Mei 2014; Direvisi 6 Juli 2014; Disetujui 20 Juli 2014; Diterbitkan12 Agustus 2014

Editor Akademik: Myer III MyerGangguan pendengaran menyebabkan gangguan fungsi sosial dan kualitas hidup. Gangguan pendengaran juga berhubungan dengan gangguan tidur dan faktor resiko kardiometabolik. Di sini, kami menentukan apakah gangguan pendengaran subklinis berkaitan dengan durasi tidur dan faktor resiko kardiometabolik dalam penelitian cross-sectional dan longitudinal pada populasi umum di Jepang yang sehat. 48.091 laki-laki dan wanita berusia 20-79 tahun yang menjalani pemeriksaan medis dimasukkan dalam penelitian cross-sectional, dan 6674 dimasukkan dalam sebuah penelitian longitudinal 8 tahun. Prevalensi dari pengujian audiometri gangguan pendengaran (> 25 dB) sebesar 4000 dan 1000Hz, meningkat secara bermakna dengan meningkatnya durasi tidur dalam strata usia. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa dibandingkan dengan petunjuk durasi tidur (6 jam), durasi tidur lebih lama (8 jam) secara bermakna berkaitan dengan gangguan pendengaran, bahkan setelah disesuaikan untuk potensi faktor pembaur. Secara bersamaan, gangguan pendengaran secara bermakna berkaitan dengan jenis kelamin pria, diabetes, dan olahraga yang tidak teratur. Dalam penelitian longitudinal, resiko durasi tidur lebih lama (8 jam) setelah 8 tahun secara signifikan lebih besar pada subyek dengan gangguan pendengaran sebesar 4000Hz pada awal. Kesimpulannya, hasil saat ini menunjukkan hubungan potensial antara gangguan pendengaran subklinis dengan durasi tidur lebih lama dan faktor resiko kardiometabolik pada populasi umum di Jepang.

1. PendahuluanPenuaan secara progresif pada masyarakat mengarah kepada peningkatan prevalensi gangguan pendengaran di seluruh dunia. Meskipun gangguan pendengaran tidak secara langsung mengancam kehidupan, tetapi dapat mengganggu fungsi sosial dan kualitas hidup, terisolasi, frustrasi, dan gangguan komunikasi [1-6]. Sementara itu, beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa gangguan tidur seperti insomnia dan mengantuk di siang hari berhubungan dengan gangguan pendengaran, termasuk gangguan pendengaran dan tinnitus (berdenging) [7-10]. Oleh karena itu, beberapa faktor yang terkait dengan tidur mungkin berhubungan dengan gangguan pendengaran. Untuk saat ini, tidak ada penelitian penelitian yang menduga adanya hubungan antara gangguan pendengaran dan durasi tidur.Dalam konteks ini, kami fokus pada gangguan pendengaran subklinis secara objektif, dimana sering tidak terdeteksi dan terlambat diobati [4,6], dan menyelidiki gaya hidup individu dengan gangguan pendengaran subklinis dan etiologi gangguan pendengaran subklinis. Karena frekuensi 500-4000 Hz adalah rentang yang penting bagi proses berbicara [6], kita tentukan apakah fungsi pendengaran pada frekuensi tinggi (4000 Hz) dan rendah (1000 hz) dapat mewakili, dimana biasanya dilakukan pengujian dalam sebuah tes penyaringan pendengaran di Jepang berkaitan dengan faktor gaya hidup, termasuk durasi tidur tiap malam dan faktor resiko kardiometabolik dalam sebuah penelitian cross-sectional pada populasi umum di Jepang.Karena gangguan pendengaran telah menunjukkan adanyan kaitan dengan faktor resiko kardiometabolik, seperti diabetes dan merokok [11-16], kita menggangap faktor-faktor tersebut sebagai faktor pembaur yang relevan dan juga meneliti hubungan antara gangguan pendengaran dan faktor-faktor resiko kardiometabolik. Untuk menguji efek dari gangguan pendengaran subklinis terhadap kejadian durasi tidur yang lebih lama (8 jam dan 9 jam), kami melakukan penelitian longitudinal 8 tahun retrospektif pada sebuah kelompok independen dari subyek dengan durasi tidur yang tergolong normal atau pendek (7 jam) pada awal.2. Metode

2.1 Kerangka PenelitianPenelitian ini didasarkan pada penyusunan program penelitian yang sedang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang terkait dengan kardiometabolik dan penyakit aterosklerosis. Desain penelitian ini dijelaskan lebih rinci di pembahasan selanjutnya [17].Penelitian retrospektif ini terdiri dari data yang direkam selama pemeriksaan kesehatan tahunan pada individu tanpa gejala yang tinggal atau bekerja di Prefektur Saitama, pinggiran kota Tokyo, Jepang. Studi ini dimulai pada 2011 dan melibatkan kolaborasi tiga lembaga di Saitama: Universitas Kesehatan Jichi, Universitas Josai dan Perusahaan Promosi Kesehatan Saitama.Protokol, yang sesuai dengan Deklarasi Helsinki, telah disetujui oleh Komite Etika dari Universitas Kesehatan Jichi dan Universitas Josai dan olehKomite Perusahaan Promosi Kesehatan Saitama. Informed consent tertulis diperoleh dari semua peserta. Sejak tahun 1997, Perusahaan Promosi Kesehatan Saitama, perusahaan yang berkerja di bidang pubik, telah mendukung kesehatan individu,termasuk anak-anak dan remaja, yang tinggal atau bekerja diPrefektur Saitama, terutama dengan melaksanakan berbagai jenis dari pemeriksaan kesehatan [18]. 2.2 Subyek2.2.1 Penelitian Cross-Sectional. Kami mengambil data dari 83286 subyek yang tampak sehat berusia 20-79 tahun yang menjalani pemeriksaan kesehatan di Perusahaan Promosi Kesehatan Saitama antara 1 April 2007 dan 31 Maret 2008. Subyek yang terdiagnosis atau tidak terdiagnosis yang dilaporkan dengan adanya gangguan pendengaran ( = 488) dikeluarkan dari analisis karena penyebab dan perlakuan yang diterima (misalnya, alat bantu dengar dan farmakoterapi), tidak tersedia dalam penelitian ini.Subyek yang dilaporkan depresi dan sindrom henti nafas saat tidur juga dikeluarkan karena kondisi ini dapat mempengaruhi durasi tidur [19-22]. Kriteria eksklusi diterapkan dalam penelitian ini dan pembagian subyek ditunjukkan pada Gambar 1. Subyek yang dilaporkan tinnitus ( = 1, 396) dimasukkan karena tinnitus biasanya ringan dan tidak selalu didiagnosis oleh seorang dokter dalam penelitian ini. Akibatnya, 48091 subyek termasuk dalam penelitian cross-sectional.2.2.2 Penelitian Longitudinal. Ketika kami memilih subyek untuk studi longitudinal dari subyek yang termasuk dalam penelitian cross-sectional, jumlah subyek yang durasi tidurnya normal atau pendek (7 jam) dan yang menjalani pemeriksaan yang sama antara 1 April 1999 dan 31 Maret 2008(selama 8 tahun) adalah 25 dB pada frekuensi tinggi (4000Hz) dan frekuensi rendah (1000Hz).2.2.4 Durasi Tidur dan Faktor Pembaur. Dilaporkan sendiridurasi tidur per malam, yang diperoleh sebagai responuntuk pertanyaan sederhana tentang tidur, dibagi menjadi limakategori (5, 6, 7, 8, dan 9 jam) menurut studi sebelumnya[24, 25]. Lamanya siang tidur siang tidak diambil untuk pertimbangan dalam penelitian ini. Subyek menyelesaikan formulir untuk mencatat sejarah penyakit kardiovaskular (termasuk stroke),komplikasi (hipertensi, diabetes, atau dislipidemia),konsumsi alkohol (tidak ada, sesekali, 1-3 kali / minggu, 4-6 kali / minggu, atau setiap hari), status merokok (tidak ada, masa lalu, atau saat ini),olahraga teratur (30min per waktu, tidak ada, sesekali,sekali / minggu, atau setidaknya dua kali / minggu), dan durasi kerja (6,7, 8, 9, 10, atau 11 jam). Pengaruh berat badan adalahdievaluasi dalam hal indeks massa tubuh (IMT), yangdibagi menjadi enam kategori (18.9, 19,0-20,9, 21,0-22,9, 23.0-24,9, 25,0-26,9, dan 27.0 kg / m2). Kami mengambil pertimbanganbahwa WHO telah mengusulkan bahwa batasan BMI untuk kelebihan berat badan dan obesitas untuk populasi Asia harus lebih rendah (23.0 kg / m2 dan 27.5 kg / m2, resp.) Dibandingkan dengan populasi Barat [26]. Karena proporsi subyek diklasifikasikan sebagai underweight (yaitu,