The Life of Muhammad Under the Light of Reason
-
Upload
chandra-hartanto -
Category
Documents
-
view
71 -
download
6
description
Transcript of The Life of Muhammad Under the Light of Reason
1 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
By Ali Sina
1. Muhammad di Mekah
Pendahuluan
Sering dikatakan, sejarah (history) adalah kisahnya (his story); penafsiran sang sejarawan
tentang peristiwa tertentu. Sejarah tentang Muhammad ditulis oleh pengikutnya – orang-orang
yang mengasihinya dan percaya bahwa ia adalah manusia superior. Sulit untuk bersikap objektif
ketika menulis tentang orang yang begitu dekat dengan hati Anda. Pengikut-pengikutnya
membesar-besarkan kebajikan nabi mereka dan mengabaikan bahkan tidak melihat
kekurangannya. Akibat pengabaian kenyataan ini menghasilkan kesalahpahaman sejarah yang
mereka tulis.
Karena satu-satunya versi sejarah tentang Muhammad adalah yang ditulis oleh para
pengikutnya, maka tidaklah logis jika kita mengharapkan mereka untuk bersikap objektif.
Menurut perkiraan saya, tidak lebih dari setengah biografi Muhammad yang benar.
Bagian mana yang benar? Ini adalah pertanyaan yang akan saya coba jawab dalam buku ini.
Ini tidak sulit. Kita akan menganalisa setiap poin yang ditulis dalam biografi Muhammad dan
dengan menggunakan daya nalar kita akan memutuskan apakah kita akan mempertahankan atau
menyingkirkannya. Nalar, seperti matematika, adalah bahasa universal dan sulit untuk dibantah.
Tujuan saya menulis buku ini adalah untuk mengangkat kabut yang melingkupi pria paling
berpengaruh di dalam sejarah ini dan mengungkapkan kisah hidupnya yang benar.
Ada banyak detil tentang kehidupan Muhammad yang memungkinkan kita untuk
mendapatkan gambaran yang cukup akurat tentang dirinya. Kita hanya butuh sedikit akal sehat
untuk memisahkan kebenaran dari fiksi.
2 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Nabi Yang Disalahpahami
Citra yang dimiliki masyarakat umum tentang Muhammad adalah ia seorang pria yang
kudus. Mahatma Gandhi, dalam “Young India” (1924) menuliskan:
“Aku ingin benar-benar mengetahui kehidupan seseorang yang saat ini memegang
kekuasaan yang tak terbantahkan dalam hati jutaan umat manusia... Aku jadi lebih yakin dari
sebelumnya bahwa pada masa itu bukan pedang yang memenangkan tempat bagi Islam di dalam
skema kehidupan. Itu karena kesederhanaan yang kaku, sang Nabi yang sama sekali rendah hati
yang menjunjung ikrar dengan seksama, kesetiaannya yang luar biasa terhadap para sahabat dan
pengikutnya, keberaniannya, tidak punya rasa takut, keyakinannya yang absolut terhadap Allah
dan terhadap misinya sendiri. Hal-hal ini dan bukan pedang yang mewujudkan semuanya dan
mengatasi setiap rintangan. Ketika aku menutup jilid kedua (dari biografi sang Nabi), saya
kecewa tidak ada lebih banyak tulisan yang bisa saya baca tentang kehidupan yang hebat itu.”
Bahkan orientalis dan Islamis (ahli pengetahuan Islam) besar, seperti Sir William Muir dan
W. Montgomery Watt, gagal memecahkan misteri tentang Muhammad, dan terlepas dari
kekayaan pengetahuan mereka tentang dirinya, kepribadiannya, dan alhasil motif Muhammad
menjadi luput dari mereka.
Watt menuliskan, “Saya bukan seorang Muslim dalam pengertian umum, meskipun saya
berharap saya seorang ‘Muslim’ sebagai ‘orang yang menyerah kepada Tuhan’, tetapi saya
percaya bahwa tertanam di dalam Quran dan ekspresi lain dari visi Islam terdapat timbunan besar
kebenaran ilahi di mana saya dan masyarakat Barat masih perlu banyak pelajari, dan Islam tentu
saja merupakan salah satu pesaing yang kuat untuk memasok kerangka dari sebuah agama bagi
masa depan.”1
Sulit untuk mengetahui apa yang dilihat oleh Watt tertanam di dalam Quran yang
menginspirasi dirinya. Kaisar di abad pertengahan, Manuel II Paleologos dari Kekaisaran
Bizantium berkata kepada seorang mubalig yang mengajaknya untuk masuk agama Islam,
“Tunjukkan padaku hal baru apa yang dibawa oleh Muhammad dan di situ kamu akan hal-hal
yang jahat dan tidak manusiawi, seperti perintahnya untuk menyebarkan ajarannya dengan
menggunakan pedang.” Siapa yang benar, Watt atau sang Kaisar?
Dosen University of Utah, Peter Von Sivers menuliskan, “ Para sejarawan, hanya terfokus
mempelajari naskah dan dokumen yang diarsipkan, menangani konsep-konsep teologis – seperti
Tuhan, Ciptaan, Wahyu, Nubuat, Kebangkitan, Kedatangan Kedua, Penghakiman Terakhir,
Kerajaan Surga, atau Firdaus – semata-mata dari segi deskriptif saja, tanpa membiarkan diri
mereka melihat kebenaran yang sesungguhnya. Namun, anehnya, dalam hal asal-usul umat
beragama, mayoritas cendekiawan menjadi sama literalis atau fundamentalis sebagaimana
kebanyakan penganut dari kelompok itu sendiri. Cerita mereka dibalut dengan kosa kata dan
argumen sekuler, tetapi di luar daripada itu cerita tersebut identik dengan cerita sakral yang
dikisahkan oleh para pengikut mengenai asal-usul kelompok mereka... Sementara
1 W. Montgomery Watt, Islam and Christianity Today, London, 1983, hlm. ix.
3 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
fundamentalisme agama tidak lagi mendapatkan respek akademik, fundamentalisme sekuler
tetap maju dan berkembang.”2
Salah satu alasan bagi kesimpangsiuran ini adalah karena Muhammad terdengar
bersungguh-sungguh dan amat sangat yakin dengan pernyataannya. Kesungguhannya inilah yang
membuatnya dipercaya sekalipun pernyataannya tidak masuk akal. Aristoteles berkata, “Sebuah
kemustahilan yang meyakinkan lebih disukai daripada sebuah kemungkinan yang tidak
meyakinkan.” Ini menyimpan banyak kebenaran menyangkut agama. Sebuah kebohongan yang
disampaikan secara meyakinkan lebih dipercaya daripada kebenaran yang disampaikan dengan
ragu-ragu. Muhammad terdengar sangat yakin sehingga jadi meyakinkan.
Darimana ia mendapatkan keyakinannya itu? Saya telah menjawab pertanyaan ini secara
detil dalam buku saya yang sebelumnya Understanding Muhammad. Ia mengidap beberapa
gangguan jiwa sehingga tidak mampu membedakan antara kenyataan dengan khayalan.
Agar dapat memahami Islam tidaklah cukup bila hanya memiliki pengetahuan yang baik
tentang literaturnya. Kita juga perlu memiliki pemahaman ke dalam pemikiran pendirinya. Kita
perlu memiliki pemahaman tentang psikologinya. Cara ini akan menjelaskan apa yang dikatakan
oleh Sam Vaknin, penulis Malignant Self-Love, sebagai, “kekacauan habis-habisan, tak
terpahami, membingungkan, terpelintir, tak bisa ditembus.”
Untuk melihat beberapa kekacauan yang dari mereka yang disebut cendekiawan Islam mari
kita membaca satu bagian dari buku Karen Armstrong, Islam: A Short History. “Muhammad dan
para imigran dari Mekah tidak memiliki sarana untuk mencari nafkah di Madinah. Tidak ada
cukup lahan untuk mereka garap, selain itu mereka juga pedagang dan pelaku bisnis, bukan
masyarakat agrikultur. Masyarakat Madinah yang dikenal sebagai kaum Anshar (yang suka
membantu) tidak mampu untuk membiayai hidup mereka secara cuma-cuma. Jadi para imigran
terpaksa melakukan ghazwa, perampokan, yang merupakan semacam kegiatan olahraga nasional
di tanah Arab sebagai sarana yang kasar untuk menyalurkan barang-barang kebutuhan di negeri
yang tidak bisa mencukupi kebutuhan penduduknya. Pasukan perampok akan menyerang para
kafilah atau rombongan dari suku saingan dan membawa pergi barang jarahan dan ternak
memastikan untuk tidak membunuh karena ini bisa mengakibatkan balas dendam.”3
Armstrong mengatakan bahwa merampok dan menjarah adalah kegiatan olahraga nasional
orang-orang Arab. Para pembaca diharapkan untuk membayangkan olahraga hockey orang
Kanada dan sepak bola orang Inggeris. Selanjutnya ia melegitimasi teror dan perampokan dan
mengatakan bahwa ini adalah cara siap pakai yang kasar untuk mendistribusikan barang-barang
kebutuhan. Jadi Anda mendapatkan gambaran nabi Robin Hood yang berdedikasi terhadap
reformasi sosial dan kesejahteraan masyarakat. Dengan asumsi bahwa sumber daya di negeri
tersebut terbatas, apakah mereka akan menggandakan sumber daya tersebut melalui penyerangan
dan pencurian? Apakah kelangkaan membenarkan seseorang yang mengklaim dirinya sebagai
manusia yang sempurna dan contoh teladan terbaik untuk menyerang, mencuri, memperkosa,
dan memperbudak? Ia mengatakan bahwa mereka memastikan untuk menghindari melakukan
2 Peter Von Sivers, The Islamic Origins Debate Goes Public, hlm. 2, Department of History, University of Utah. 3 Karen Armstrong, Islam, hlm. 18-19
4 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
pembunuhan. Ia berdusta! Muhammad dan para pengikutnya membantai ribuan orang yang tak
bersenjata.
Armstrong melanjutkan, “Di Madinah, korban jiwa utama dari keberhasilan Muslim ini
adalah ketiga suku Qaynuqa, Nadir, dan Qurayza, yang bertekad untuk menghancurkan
Muhammad dan yang masing-masing membentuk aliansi dengan Mekah. Mereka memiliki bala
tentara yang kuat, dan tak pelak lagi merupakan ancaman bagi kaum Muslim, karena wilayah
mereka sedemikian strategis sehingga mereka bisa dengan mudah bergabung dengan tentara
Mekah yang datang mengepung atau menyerang para umat dari garis belakang. Ketika suku
Qaynuqa melancarkan pemberontakan yang gagal terhadap Muhammad di tahun 625, mereka
diusir dari Madinah, sesuai dengan adat Arab. Muhammad berusaha menenangkan suku Nadir,
dan membuat perjanjian khusus dengan mereka. Tetapi ketika ia mengetahui bahwa mereka telah
merencanakan untuk membunuhnya, mereka juga dikirim ke pengasingan, di mana mereka
bergabung dengan pemukiman Yahudi terdekat, Khaybar, dan mengumpulkan dukungan bagi
Abu Sufyan dari antara suku-suku Arab di bagian utara. Suku Nadir terbukti bahkan lebih
membahayakan di luar Madinah, jadi ketika kaum Yahudi dari suku Qurayza berpihak kepada
Mekah pada saat Perang Parit, ketika tampaknya kaum Muslim dihadapkan pada kekalahan,
Muhammad tidak menunjukkan belas kasihan. Tujuh ratus pria dari suku Qurayza terbunuh, dan
para wanita serta anak-anak mereka dijual sebagai budak. Pembantaian suku Qurayza merupakan
insiden yang mengerikan, tetapi tidaklah benar untuk menilainya berdasarkan standar zaman kita
saat ini. Ini adalah masyarakat yang sangat primitif.”4
Dua bagian tulisan di atas adalah bukti dari apa yang ditulis oleh Armstrong dalam bukunya.
Ia memutar balikkan fakta dan terang-terangan berbohong. Ia menyalahkan para korban atas
kejahatan si penganiaya. Ia mencela keprimitifan masyarakat tersebut untuk membenarkan
kekejaman pria yang mengklaim dirinya sebagai rahmat Tuhan bagi seluruh dunia. Yesus dan
Buddha juga datang ke masyarakat primitif. Mereka tidak menyerang, memperkosa, dan
membunuh orang. Dengan anggapan bahwa masyarakat Arab adalah masyarakat primitif,
Muhammad mengaku sebagai guru ilahi dengan moral yang lebih tinggi. Mengapa ia harus
mengulang praktek-praktek jahat dari orang-orang yang ia sebut bodoh dan kemudian menyuruh
pengikutnya untuk meneladaninya? Tidakkah ia melegitimasi praktek-praktek jahat itu dengan
menghidupkan mereka kembali?
Meskipun hanya sedikit sejarah pra Islam Arab yang tersisa, setidaknya kita tahu bahwa
merampok dan menjarah bukanlah “olahraga nasional” dari orang-orang Arab. Penyamun dan
perampok jalanan ada dalam semua masyarakat primitif. Mereka bahkan ada dalam masyarakat
yang beradab. Membenarkan perampokan dan pembunuhan dan menyebutnya sebagai olahraga
nasional, khususnya oleh seorang mantan biarawati, tidak hanya menyingkap ketidakjujuran
intelektualnya, tetapi juga kebobrokan moralnya.
4 Karen Armstrong, Islam, hlm. 20-21
5 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Memisahkan Gandum dari Sekam
Orientalis Perancis, Ernest Renan, menuliskan, “Sebagai pengganti misteri di mana agama-
agama lain menutupi asal-usul mereka, Islam lahir dengan sejarah yang jelas; akarnya berada di
permukaan. Kita mengetahui kehidupan pendirinya sebagaimana kehidupan para tokoh reformasi
abad keenambelas. Kita bisa mengikuti fluktuasi pemikirannya, kontradiksinya, dan
kelemahannya dari tahun ke tahun.”5
Dalam beberapa dekade terakhir ini sekelompok Islamis telah menentang pandangan ini dan
menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa Muhammad pernah ada, atau jika ia memang ada, ia
jelas berbeda dari apa yang tertulis dalam biografinya. Saya akan membahas pernyataan ini
dalam bab berikutnya. Sementara itu saya setuju dengan Renan bahwa Muhammad adalah tokoh
bersejarah yang nyata dan bahwa bagian utama kehidupannya, sebagaimana diceritakan dalam
biografinya adalah benar.
Namun hal ini bukan berarti bahwa semua yang tertulis tentang dirinya adalah benar. Sama
sekali tidak! Setengah dari biografinya hanyalah dongeng belaka. Berusaha mencari kebenaran
tentang Muhammad, dalam buku-buku yang ditulis oleh para pengikutnya, sama saja dengan
mencari jarum dalam tumpukan jerami. Masalahnya adalah tumpukan jerami inilah yang kita
miliki. Kita tidak memiliki alternatif lain selain bekerja dengannya.
Von Sivers berkata, “Beberapa cendekiawan ragu bahwa tradisi Islam pada abad ke
sembilan dan sepuluh berisi informasi sejarah serta teologi yang asli bila melihat kembali ke
abad ketujuh – masalahnya adalah tak seorang pun yang tahu pasti bagaimana memisahkan
sejarah dari teologia.”6
Biografi Muhammad didasarkan kepada ribuan narasi singkat yang dikumpulkan oleh para
sejarawan berdedikasi yang menghabiskan hidup mereka dalam pencarian tersebut. Sebagian
besar dari apa yang mereka kumpulkan adalah sampah. Akan tetapi, di dalam tumpukan
informasi yang keliru, cerita yang dibuat-buat, narasi yang lemah, laporan yang seadanya, kita
juga bisa menemukan bungkah-bungkah kebenaran yang memungkinkan kita untuk menyatukan
potongan teka-teki dan membangun gambaran pahlawan kita ini dengan cukup akurat.
Gambaran yang muncul sangat berbeda dengan apa yang diangkat oleh para pengikut dan
pembela Islam.
Saat meneliti sejarah Muhammad, seseorang harus belajar untuk menemukan pesan
tersembunyi yang sebenarnya. Anda harus seperti seorang detektif yang sedang menginterogasi
tersangka. Si tersangka tidak akan mengakui kejahatannya. Sebaliknya ia akan menyangkal
setiap kesalahan yang dituduhkan dan akan membicarakan dirinya sebagai seorang yang mulia.
Ia akan memuji kebaikan dirinya dan bersaksi tentang dirinya yang tidak bersalah. Seorang
detektif yang berkualitas akan mengabaikan semua pembicaraan itu. Perhatiannya akan
difokuskan untuk menangkap kata-kata di mana si tersangka mengkontradiksi dirinya sendiri. Ia
mencari petunjuk-petunjuk yang tanpa sadar diberikan oleh si tersangka. Dengan memperhatikan
5 Ernest Renan, “Muhammad and the Origins of Islam” (1851) 6 Peter Von Sivers, The Islamic Origins Debate Goes Public, hlm. 7
6 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
apa yang berusaha disembunyikan oleh si tersangkalah, sang interogator dapat menemukan fakta
dan membangun kasus melawan si tersangka.
Ada banyak petunjuk seperti itu di dalam biografi Muhammad. Tumpukan jerami naratifnya
dipenuhi oleh jarum-jarum kebenaran. Di bawah cahaya akal sehat mereka akan bersinar. Kisah-
kisah ini berasal dari berbagai sumber dan rantai narasi, tetapi mereka konsisten. Mereka
memiliki pola yang sama dan bersama-sama, mereka menceritakan kisah yang sama, jauh
berbeda dari apa yang diceritakan oleh para pengikut.
“Ketika melakukan penelitian tentang riwayat hidup dan pekerjaan Nabi Muhammad,” Rudi
Paret mengingatkan,” kita pada prinsipnya tidak mempercayai pernyataan tradisional dan
penjelasan fakta-fakta yang disampaikan oleh generasi sesudahnya, sepanjang mereka tidak
dapat diverifikasi oleh bukti internal ataupun dengan cara lainnya.”7
Buku ini didasarkan pada Sira dari Ibn Ishaq, The Book of Raids dari al Waqidi, The
Tabaqat (Book of Clasifications) dari Ibn Sa’d dan History of Tabari. Ini adalah 4 sumber asli
dari sejarah awal Islam. Semua buku yang lain didasarkan pada keempat kitab besar ini. Segala
sesuatu yang tidak ada di dalam buku-buku ini adalah isapan jempol belaka.
Psikologi vs. Arkeologi
Muhammad adalah misteri bagi dunia dan bahkan bagi mereka yang telah mendedikasikan
hidup mereka untuk mempelajari dirinya.
Patricia Crone, dosen di St. Andrew W. Mellon menuliskan, “Masalah terbesar yang
dihadapi para cendekiawan yang mempelajari kebangkitan Islam adalah mengidentifikasi dalam
konteks apa sang nabi berhasil. Ia bereaksi terhadap apa, dan mengapa masyarakat Arab begitu
responsif terhadap ajarannya?”8
Alasan mengapa pertanyaan-pertanyaan ini telah membingungkan beberapa cendekiawan
bukan terletak pada kelangkaan informasi. Meskipun sebagian besar dari apa yang tercatat
adalah palsu, namun masih ada banyak yang tersisa bagi kita untuk memahami siapa itu
Muhammad, mengapa ia memulai karir kenabiannya dan mengapa ajarannya menyebar dengan
begitu cepat.
Crone berharap bahwa mungkin di tahun-tahun mendatang, arkeologi akan mengisi
kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang Islam sehingga dengan demikian, kita bisa
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Muhammad. Meskipun arkeologi dapat
memberikan sedikit pencerahan tentang sifat masyarakat Arab di abad ketujuh, dan sebagaimana
dikemukakan oleh Crone, dapat membuktikan bahwa sebenarnya mereka lebih maju daripada
apa yang berusaha diyakinkan oleh para sejarawan Islam, jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan di
atas tidak ada dalam arkeologi. Mereka harus ditemukan dalam psikologi Muhammad dan orang-
orang Arab.
7 Artikel oleh R. Paret, “Recent European Research on the Life and Work of Prophet Muhammad”, Journal of the Pakistan Historical Society, Karachi, 1958. 8 Patricia Crone: What Do We Actually Know About Muhammad? 2008
7 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Pengaruh-pengaruh yang melahirkan Islam sebagian besar bersifat internal. Ini bukan berarti
bahwa faktor-faktor eksternal itu tidak relevan. Islam tidak mungkin bertumbuh seandainya ada
pemerintah pusat yang kuat di Arab. Muhammad dan para pengikutnya mungkin sudah
dihancurkan setelah penyerangan mereka yang pertama dan ini akan menjadi akhir dari Islam.
Barangkali ia akan menerapkan pendekatan yang lebih damai, lebih mengandalkan kefasihan
berbicaranya untuk menyebarkan imannya. Tetapi ia telah melakukan itu di Mekah selama 13
tahun dan hanya memiliki seratusan orang pengikut. Keberhasilan Islam adalah berkat ghazwa
atau razzia (akar dari kata bahasa Inggeris ”raid” – penyerangan). Amir Taheri, jurnalis dan
penulis Iran berkata, “Ghazwa dirancang untuk menteror orang-orang kafir, meyakinkan mereka
bahwa peradaban mereka dikutuk dan memaksa mereka untuk tunduk kepada aturan Islam.
Mereka yang berpartisipasi dalam ghazwa disebut ghazi, atau penyerang.” Ini adalah sesuatu
yang diakui Muhammad ketika ia berkata, “ Aku memperoleh kemenangan lewat teror.”9
Bangkitnya kekuasaan Muhammad sebagian besar disebabkan oleh mesianisme Yahudi, seperti
yang akan kita lihat nanti. Ini semua adalah faktor eksternalnya.
Namun, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Crone, kita harus
melihat ke dalam psikologi Muhammad dan juga para pengikutnya. Faktor-faktor internal ini
sama pentingnya dengan faktor eksternal. Jika kita memahami pikiran Muhammad dan
mentalitas masyarakat Arab di zamannya kita akan mengetahui mengapa ia menciptakan Islam
dan mengapa orang-orang percaya kepadanya, tanpa harus bersusah payah mencari-cari.
Mengumpulkan Wahyu
Terlepas dari anggapan Muhammad akan pentingnya wahyu-wahyunya, ia tidak cukup
peduli untuk menuliskannya untuk ditinggalkan bagi generasi mendatang. Ia ingin mengekspansi
wilayah kekuasaannya seluas dan secepat mungkin dan memperoleh semua kekayaan yang bisa
ia dapatkan. Ia menyatakan bahwa Tuhan telah menjanjikan padanya “harta kekayaan Khosrow
dan Caesar.”10 Ia meyakinkan para pengikutnya, “Demi Tuhan, kekayaan akan segera mengalir
dengan begitu derasnya di antara mereka [Muslim] sehingga tidak akan ada orang yang
mengambilnya.”11 Dalam masyarakat lisan di mana hanya sedikit yang bisa membaca,
menuliskan wahyu tidaklah seefektif jika dibacakan.
Bukan hanya Muhammad saja yang tidak mempedulikan Quran yang tertulis, setelah
kematiannya, Abu Bakr enggan untuk menyusun ayat-ayat yang bertebaran tersebut menjadi satu
buku. Ia berkata kepada Umar, “Bagaimana kita dapat memulai apa yang tidak pernah dilakukan
oleh Rasulullah?” Akan tetapi, setelah perang Yamama (633 M), ketika banyak qurra (para
penghafal Quran) yang terbunuh, Omar meyakinkan Abu Bakr untuk mengamanatkan kepada
pemuda Zaid ibn Thabit (610-660) untuk mengumpulkan dan menyusun Quran ke dalam satu
9 Bukhari, 4.52.220. 10 Ibn Ishaq. 113 11 Ibn Ishaq. 639
8 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
buku.12 Proyek ini berlangsung hingga kekhalifahan Uthman ibn Affan mengkanonisasi Quran
lalu memerintahkan pembakaran semua salinan pribadi yang ada.
Namun, Quran yang sudah disunting tersebut tidak mengikuti urutan kronologis. Surah-
surahnya tidak disusun sesuai urutan saat mereka didiktekan. Sebaliknya, surah yang lebih
panjang diurutkan di depan dan yang lebih pendek di urutan belakang. Bahkan ayat-ayat dalam
surah yang sama bisa berasal dari periode yang berbeda. Ayat-ayat tersebut tidak memiliki suatu
konteks, yang membuatnya sulit untuk mengetahui mana ayat yang datang pertama dan mana
yang diucapkan belakangan. Pengetahuan ini sangat penting karena beberapa ayat yang datang
belakangan membatalkan yang awal. Akibatnya, membaca Quran tanpa ada buku yang
menafsirkan dan menjelaskan konteks bisa mengarah kepada kebingungan.
Mengumpulkan Tradisi
Jika Muhammad tidak peduli dengan menyusun Quran, ia bahkan lebih tidak peduli lagi
dengan kitab sejarahnya. Kebutuhan akan kitab ini menjadi jelas ketika generasi yang telah
melihatnya mulai punah.
Muhammad mengklaim dirinya sebagai ciptaan yang terbaik, (2:253) berbudi pekerti luhur, (68:4) diangkat ke tempat yang terpuji, (17:79) suri teladan untuk diikuti. (33:21)
Quran tidak menjelaskan tentang kehidupannya. Hal ini tidak menjadi masalah bagi orang-
orang yang mengenalnya. Generasi selanjutnya harus diceritakan tentang dirinya. Bagaimana
mereka akan menirunya jika mereka tidak tahu bagaimana ia menjalani hidup?
Kesenjangan ini diisi oleh para sahabatnya yang sudah lanjut usia yang merasa bangga untuk
menceritakan apa yang telah mereka lihat dan dengar ketika mereka bersamanya. Setiap orang
punya beberapa kisah untuk diceritakan dan kadang-kadang kisah yang sama diceritakan oleh
narator yang berbeda dengan cara yang berbeda. Ini adalah hal yang wajar. Variasi tidak
mementahkan keaslian dari cerita. Mereka justru menegaskan kebenarannya. Kisah-kisah ini
diturunkan dari generasi ke generasi. Pada saat itu tidak perlu untuk memberikan daftar para
narator (asnad), untuk membuktikan kisah-kisah tersebut. Para narator umumnya adalah saksi
matanya.
Menjadi pusat perhatian dan dikerumuni orang banyak, bagi orang-orang tua tersebut
menjadi menggiurkan dan banyak dari mereka yang mulai mengarang-ngarang hadis, hanya
supaya mereka mau didengarkan. Dengan segera jumlah hadis palsu melebihi hadis yang sahih.
Ini seperti memasukkan uang palsu yang banyak ke pasaran. Untuk membedakan kisah yang
palsu dari yang benar, para cendekiawan dipaksa untuk merancang semacam “ilmu”, yang
disebut Ilmul Hadis dan mengklasifikasikan tradisi, berdasarkan reliabitilitasnya.
Semua cendekiawan di zaman itu, dengan pengecualian beberapa orang, menjadi ahli hadis
(muhadith). Salah satu yang pertama adalah Aban (20-100 H) putera Uthman khalifah ketiga.
Meskipun tidak ada teks tertulis miliknya yang ditinggalkan, banyak dari kisahnya digunakan
oleh Ibn-al Mughira, yang dikatakan al Waqidi, “Ia tidak menuliskan apa pun tentang hadis
kecuali maghazi nabi, yang ia dapatkan dari Aban.”
12 Bukhari 6:61:509
9 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Maghazi adalah bentuk jamak dari ghazwa. Kalangan tradisionis awal lebih tertarik untuk
mencatat cerita-cerita tentang serangan Muhammad daripada rincian lain dari kehidupannya.
Meskipun merupakan tokoh penting, baik Ibn Ishaq maupun al Waqidi tidak ada yang
mengatakan Aban sebagai sumber mereka. Hal ini mungkin karena mereka menganut aliran
Syiah dan tidak mau memberikan penghargaan kepada putera Uthman, yang mereka anggap
sebagai perampas hak kekhalifahan Ali.
Detail kehidupan Muhammad sebagian besar dicatat oleh Urwa ibn Zubair (23-94). Ayah
Urwa adalah putera dari Safiya, bibi dari Muhammad, dan ibunya adalah Asma puteri dari Abu
Bakr dan kakak dari Aisha.
Urwa menuliskan banyak hadis yang dinarasikan oleh bibinya Aisha, karena tanpa itu
mungkin akan sulit, bahkan mustahil, untuk mengetahui rincian kehidupan sang pendiri Islam.
Tidak ada satupun teks tertulis milik Urwa yang terlestarikan, tetapi mungkin saja ia tidak pernah
menulis apa-apa. Ia mengatakan, “Sebelum Aisha meninggal, aku melihat bahwa aku telah
menjadi salah satu dari empat pihak yang berwenang. Aku berkata, ‘Jika ia (Aisha) mati, tidak
akan ada hadis yang hilang dari orang-orang yang ia kenal. Aku telah menghafal semuanya.’”13
Guillaume berpendapat meskipun tidak jelas apakah Urwa menulis buku atau tidak, karena
kontribusinya yang sangat besar bagi biografi Muhammad, ia pantas disebut sebagai penemu
sejarah Islam.
Dua orang tradisionis penting lainnya adalah Wahb (34-110 H) dan Hammam (132 H),
keduanya putera dari Munabbih. Ayah mereka adalah orang Persia dan ibu mereka dari Yaman.
Wahb memiliki pengetahuan yang luas tentang kitab suci orang Yahudi dan mentransmisi
banyak Isrâîliyât (kumpulan kisah yang berasal dari tradisi orang Yahudi dan Kristen) ke dalam
literatur Islam. Ia sangat terpelajar dalam hal yang menyangkut nabi-nabi di Alkitab. Karyanya
yang paling terkenal adalah Qisas al Anbiya (Kisah Para Nabi) dan Kitab al Isrâîliyât (Kitab
Bangsa Israel). Barangkali karena ketertarikannya terhadap literatur Yahudi sehingga beberapa
orang menganggap ia atau ayahnya adalah mualaf Yahudi. Buku Wahb, Kitab al Mubtada,
merupakan versi Muslim tentang kehidupan para nabi dan kisah-kisah alkitabiah lainnya. Kisah-
kisah Wahb ibn Munabbih dikutip oleh Ibn Ishaq, Ibn Hisham, Tabari, dan Abu Nuaym al-
Isfahani. Pengaruh Wahb dalam penulisan sejarah Islam sangatlah besar. Ia menyatukan tradisi
alkitabiah dengan tradisi Islam, menciptakan narasi yang berkesinambungan tentang rencana
ilahi Tuhan yang dimulai dengan Adam dan berakhir dengan Muhammad.
Selain Wahb ada mualaf-mualaf Yahudi atau Kristen lainnya yang memasukkan
pengetahuannya tentang Isrâîliyât ke dalam literatur Islam. Beberapa di antaranya adalah
‘Abdullâh ibn Salaam (43 H), Ka’b al-Ahbâr (32 H) dan ‘Abdul Mâlik ibn Jurayj (150 H).
Saudara lelaki Wahb, Hammam ibn Munabbih, adalah salah seorang dari sembilan murid
dari rekan Muhammad, Abu Huraira (58/678). Abu Huraira adalah pemindah hadis yang
produktif, ada sejumlah 5.300 narasi yang dikaitkan dengan dirinya.14 Hammam memindahkan
13 Ibn Ishaq xiii 14 Siddiqi, Muhammad Zubair and Abdal Hakim Murad, 1993. Hadith Literature: Its Origin, Development and Special Features. Cambridge: The Islamic Texts Society.
10 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
138 kisah milik Abu Huraira. Kumpulan cerita milik Hammam, dikenal dengan Sahifah
Hammam ibn Munabbih, mampu bertahan dan beberapa dari kisahnya digunakan oleh Bukhari
dan Muslim.
Tak lama kemudian datang Asim ibn Umar ibn Qatada al-Ansari (d.c. 120). Ia mengajar di
Damaskus tentang operasi militer sang nabi dan eksploitasi yang dilakukan para pengikutnya. Ia
adalah pelopor para tradisionis terakhir sehingga ia berusaha sangat keras untuk menanyai orang-
orang, pria maupun wanita, yang mungkin memiliki pengetahuan tentang masa lalu. Ia juga
menulis buku tentang maghazi. Sebagian besar kisah tradisionalnya selamat dalam catatan
ceramahnya yang ditulis oleh murid-muridnya dengan mengutip kewenangannya atas tradisi
yang mereka tulis. Ia tinggal di Madinah selama beberapa tahun saat masih pemuda. Ibn Ishaq
bertemu dengannya saat ia melakukan perjalanan ziarah ke selatan dan ia sering disebut sebagai
pemegang wewenang di Sira.15
Tradisionis penting lainnya yang hadisnya digunakan oleh Ibn Ishaq adalah Shihab al Zuhri
(51-124 H), Amr ibn Hazm (d. 130/135), Ibn Naufal (d. 131/137), dan Musa ibn Uqba (55-141).
Biografi Lengkap Pertama dari Muhammad
Salah satu keganjilan dari Quran, sebagaimana disebutkan di atas, adalah kitab tersebut
adalah sebuah kitab tanpa konteks. Awalnya hal ini tidak menjadi masalah. Kenangan akan
Muhammad masih segar dalam ingatan banyak orang. Mereka mengetahui konteks dari wahyu
(asbâb an-nuzûl), tetapi ini menjadi masalah besar bagi generasi selanjutnya.
Quran berulang-ulang mengklaim sebagai “kitab yang menjelaskan” (5:15), “mudah
dipahami”(44:58, 54:22, 54:32, 54:40) , “dijelaskan secara rinci” (6:114), “disampaikan secara jelas”(5:16,
10:15), sebuah kitab dengan “tidak ada keraguan di dalamnya”(2:1) dan lain-lain. Namun bagi
seorang pembaca yang tidak mengetahui konteks dari ayat-ayatnya, itu tidak masuk akal. Pada
akhirnya, tampak jelas bahwa diperlukan buku lain untuk mengkontekstualisasi ayat-ayat dalam
Quran, dan Khalifah al-Mansur, khalifah Abbasiyah yang pertama, memberi amanat kepada Ibn
Ishaq untuk menuliskan biografi tentang Muhammad.
Muhammad ibn Ishaq ibn Yasar (85/705-159/770) adalah pria yang berpengetahuan sangat
luas. Kakeknya Yasar ditangkap oleh Khalid Ibn Walid pada tahun 12 H dan dibawa sebagai
budak ke Madinah, di mana ia masuk Islam sehingga ia dibebaskan. Puteranya Ishaq lahir pada
tahun 50 dan Ibn Ishaq lahir pada tahun 85 H di kota yang sama. Kedua putera Yasar, Ishaq dan
Musa, adalah tradisionis yang terkenal.
Ada bukti yang cukup bahwa Ibn Ishaq tidak asing dengan apostolik dan tradisi dan cukup
mengenal Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia pasti memperoleh pengetahuannya ketika ia
melakukan perjalanan ke Mesir pada usia tigapuluh dan menghadiri ceramah Yazid ibn Abu
Habib. Bahkan diusia tigapuluhan ia telah dipandang sebagai seorang ahli karena gurunya sering
mengutip darinya. Saat ia kembali ke Madinah di tahun 123 H, al Zuhri mengatakan, Madinah
tidak akan kekurangan ‘ilm (ilmu) selama Ibn Ishaq berada di sana.16
15 Ibn Ishaq xv 16 Ibn Ishaq xiii
11 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Tugas Ibn Ishaq adalah menyatukan kisah-kisah tentang Muhammad yang tercerai-berai
secara berurutan dan membuat biografi tentang kehidupannya. Tetapi Sira bukan sekedar
biografi, ia juga sebuah hagiografi. Tujuannya adalah membuat sebuah naratif yang
mempresentasikan Muhammad dengan sudut pandang yang akan membuatnya tampak seperti
penggenapan rencana ilahi yang Tuhan awali dari Adam.
Rizwi Suhadha Faizer mengatakan, “Sîra-maghâzî, yang bercerita tentang kehidupan sang
Nabi dan masyarakat Islam mula-mula, bukan termasuk kategori sejarah. Ragam literatur yang
berasal-usul dari transmisi lisan, pada dasarnya adalah hagiografis dalam roh.”17
Frank E. Reynolds dan Donald Capps mengamati, “Penulis biografi orang kudus utamanya
tidak peduli untuk memberikan gambaran atau ‘persamaan’ dari subjek. Membangun gambaran
mitos yang ideal atau apa yang disebut dengan gambaran biografis, lebih diutamakan daripada
mencatat fakta biografi yang biasa-biasa saja. Seringkali gambaran biografis ini dibangun dengan
mengarahkan perhatian kepada beberapa peristiwa penting dalam kehidupan si subjek termasuk
di dalamnya, umumnya, kelahirannya, usaha pencarian agamanya dan kesimpulan akhirnya, dan
kematiannya. Di sisi lain, karena si penulis biografi ini mementingkan untuk membangun
gambaran mitos yang ideal, seringkali ia merasa perlu untuk mengisi kesenjangan dalam
kehidupan si subjek yang biasanya diketahui tetapi diabaikan begitu saja oleh biografer yang
kurang ‘tekun’. Cerita yang bersifat apokripal mungkin akan disertakan untuk mengisi
kekosongan karena tidak adanya akses tentang kisah masa kecil atau karena masa kecilnya yang
biasa-biasa saja.”18
Perhatian Ibn Ishaq adalah menceritakan kisah Muhammad, menggunakan kumpulan hadis
yang ia miliki dan pada saat yang sama menyisipkan dia ke dalam keseluruhan rencana ilahi.
Oleh sebab itu ceritanya dimulai dengan kejadian, dan persis seperti Alkitab yang berusaha ia
tiru, bercerita tentang nabi-nabi alkitabiah dan memuncak pada Muhammad.
Pengetahuan Muhammad tentang nabi-nabi alkitabiah hanya sedikit. Terlepas dari beberapa
petunjuk, Quran hanya mengandung sedikit informasi tentang mereka, dan yang sedikit itupun
salah.
Untuk menghubungkan Muhammad dengan nabi-nabi di Alkitab, Ibn Ishaq sangat
bergantung kepada Isrâîliyât dan khususnya kepada Qissas al Anbiya karya Wahb ibn Munabbih.
Namun, Wahb bukan seorang sejarawan yang handal. Ia tidak mempedulikan keakuratan
ceritanya. Ia adalah seorang pendongeng – seorang penghibur. Sebagian besar dari ceritanya
bersifat apokripal. Tentang dia F.E. Peters mengatakan, “Seperti yang lain dari kumpulannya,
[Wahb] memperbesar Quran dengan memasukkan konteks-konteks yang menyenangkan (dan
masuk akal) ke dalam kehidupan Muhammad untuk wahyu yang ini atau yang itu. Masuk akal,
sudah tentu, bukan berarti benar, seperti yang mungkin terlihat dari hampir semua tradisi di
setiap tahap kehidupan Muhammad. Kami memiliki potongan dari salah satu versi Wahb tentang
sejarah awal Islam dan yang mungkin Ibn Ishaq dan Waqidi miliki–dan gunakan–versi cerita
17 Ibn Ishâq and al-Wâqidî revisited: a case study of Muhammad and the Jews in biographical literature. Institute of Islamic Studies, McGill University 18 Frank E. Reynolds and Donal Capps. The Biographical Process Studies in the History and Psychology of Religion. The Hague: Mouton & Co., 1976, 4.
12 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
lengkap lainnya tentang para nabi dan cerita tentang Muhammad, kemungkinan yang
melemparkan keraguan mendalam terhadap kebenaran atas apa yang kita baca dalam tulisan para
penulis yang disebut belakangan.”19
Para cendekiawan Barat sering bersikap kritis terhadap Sira dan Maghazi, sebagian besar
karena mereka menggunakan cerita-cerita Wahb sebagai narasumber mereka. Leone Caetani
yang meneliti sumber-sumber biografi dari Sira pada peralihan abad ke-20, menyimpulkan
bahwa mereka adalah rumusan doktrin atau hal yang bersifat polemik, bukan pernyataan sejarah. 20
Levi della Vida menegaskan, “Meningkatnya pemujaan yang terus-menerus terhadap
Muhammad memicu meningkatnya gambaran figurnya sebagai legenda karakter hagiografis di
mana bersamaan dengan itu kurang lebih merusak kenangan bersejarah yang dikumpulkan untuk
meniru tradisi religius Yahudi atau Kristen.21
Menurut Griffin, “Ibn Ishaq sesungguhnya adalah salah satu cendekiawan Muslim yang
tercatat untuk mencari ayat-ayat kanonik Injil dengan tujuan untuk membela kebenaran klaim
agama Islam.”22
Kesamaan antara mukjizat yang ditemukan dalam Alkitab yang dikaitkan dengan
Muhammad tidak terbantahkan. Di dalam Alkitab, Abraham ingin mengorbankan anaknya dan ia
dihentikan oleh malaikat yang mengorbankan seekor domba sebagai gantinya. Dalam Sira Abdul
Muttalib ingin mengorbankan anaknya Abdullah, ia diperintahkan untuk melemparkan undian
dan tuhannya menerima pengorbanan unta sebagai gantinya. Pembuahan Yesus adalah keajaiban,
dan demikian juga dengan Muhammad. Seorang wanita melihat cahaya di dahi Abdullah lalu
menawarkan dirinya kepadanya. Tetapi Abdullah menghampiri isterinya Amina dan berkata
kepada isterinya bahwa ia telah siap. Isterinya menolak dan mengatakan engkau memberikan
cahaya yang kau miliki di dahimu bagi wanita lain jadi pergilah. Malaikat memberitahu Maria
bahwa puteranya adalah Mesias. Malaikat berkata kepada Amina bahwa puteranya akan menjadi
pemimpin bangsanya. Simeon dan Elizabeth mengenali Yesus ketika ia masih kanak-kanak.
Bahira mengenali Muhammad ketika ia masih kanak-kanak. Orang majus mencari Yesus dengan
mengikuti bintang. Sekelompok orang Kristen Abesinia mencari Muhammad ketika ia masih
tinggal dengan orangtua angkatnya. Yohanes pembaptis mengenali Yesus. Warqa ibn Naufal
mengenali Muhammad. Maria telah diperingatkan lebih dulu tentang penderitaan Yesus.
Muhammad diperingatkan tentang penganiayaan oleh Waraqa ibn Naufal. Yesus
melipatgandakan makanan. Muhammad melakukan hal itu berkali-kali.
Kita sudah mengetahui masalah yang akan kita hadapi ketika kita mengamati Sira. Itu adalah
kantong berisi campuran cerita yang benar dan yang salah. Tantangan kita adalah memisahkan
keduanya. Kita tidak akan menerima semuanya, seperti yang dilakukan Muslim, dan kita juga
tidak akan menolak semuanya. Di bawah cahaya nalar, kita akan membuang segala sesuatu yang
19 The Quest: The Historians’ Search for Jesus and Muhammad. Professor F.E. Peters Lecture content 2009 20 Ibn Isl; 1âq and al-Wâqidî Revisited by Rizwi S. Faizer 21 Henri Lammens, “Les Juifs de la Mecque à la veille de 1’Hégire, RSR 18 (1918): 145-93. 50EII, s. 22 Griffith, Sidney H. “Disputes with Muslims in Syriac Christian Texts.” In Religionsgesprache im Mittelalter, edited by Herausgegeben von Bernard Lewis and Friedrich Niewohner, 251-274. Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1992
13 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
terdengar tidak masuk akal dan akan menerima apa yang masuk akal dan sesuai dengan karakter
Muhammad. Ada tiga hal yang harus kita singkirkan: mukjizat, nubuat, fitnah atas para
penentang Muhammad.
Mukjizat
Ada mukjizat yang tak terhitung jumlahnya yang dikaitkan dengan Muhammad. Namun, ia
membantah bahwa ia mampu melakukan mukjizat. Kaum Quraisy berulang kali memintanya
untuk memperlihatkan mukjizat kepada mereka agar mereka percaya (17:90, Q. 25:7-8; 15:07) , dan
Muhammad memberitahu mereka bahwa mukjizat itu sia-sia karena para utusan yang datang
sebelum dia ditolak meskipun mereka melakukan mukjizat. (3:138, 184) Ia menegaskan bahwa ia
adalah seorang manusia biasa, hanya seorang pemberi peringatan tanpa kekuatan untuk
melakukan mukjizat, (17:94-95) dan bahwa Quran adalah satu-satunya mukjizat yang mereka
perlukan sebagai alat bukti. (29:50-52)
Terlepas dari ayat-ayat Quran yang sudah jelas ini, Sira dan Hadis tetap mengaitkan
mukjizat yang tak terhitung jumlahnya kepada Muhammad. Salah satu mukjizat tersebut dilansir
oleh Ibn Sa’d. “Ketika Nabi hendak memenuhi panggilan alam, ia biasanya pergi menjauh dari
tempat-tempat hunian, sampai tidak ada lagi rumah yang terlihat. Sejak ia memulai perjalanan
menuju tujuannya, saat di padang gurun, setiap pohon dan batu akan memberi salam padanya.
Sang Nabi akan berpaling ke kanan atau kiri atau ke belakangnya tetapi tidak melihat siapa-siapa
kecuali pohon-pohon dan batu-batu. Ia mendengar mereka menyapanya dengan salam kenabian,
“Salam bagimu, Nabi Allah.”23
Tarif Khalid, seorang cendekiawan Muslim berkata, “Pada titik ini dalam kehidupan sang
Nabi peristiwa-peristiwa ajaib atau menakjubkan seperti ini menjadi ciri tetap dalam Sira . . .
Kemudian akan dimasukkan binatang-binatang yang berbicara dan benda-benda alam seperti
tunggul pohon yang mendesah keras dalam kerinduan akan dirinya . . . Dalam Hadis, mukjizat-
mukjizat umumnya ditempatkan dalam bab atau bagian yang terpisah dan jelas sekali merupakan
penunjukan karakter. Namun, dalam Sira, mukijzat-mukjizat ini ditenun ke dalam lembaran
narasi. Apa tujuan Sira melakukannya? Jika kita meminjam kalimat iklan, Sira boleh dikatakan
sebagai “kemasan” untuk disesuaikan dengan Muhammad, pendapat saya, dari sudut kenabian,
menciptakan bagi Muhammad sebuah gambaran dan kisah yang kaya dan penuh dengan
supranatural sebagaimana gambaran dan kisah Musa dan Yesus.24
Berikut ini adalah dua contoh tentang mukjizat yang dilansir oleh Tabari. Ia menulis seorang
pria mendatangi sang Nabi dan berkata, perlihatkan padaku materai kenabian di antara bahumu,
jika kamu memang berkata benar, sebab jika kamu bukan seorang nabi, aku adalah seorang
dokter dan aku dapat menyembuhkanmu, (Muhammad mengklaim bahwa tahi lalat besar di
punggungnya adalah tanda bahwa ia adalah seorang nabi). Sang Nabi berkata, aku akan
perlihatkan padamu sesuatu yang lebih bagus, lalu ia memanggil sebatang pohon palem dan
23 Tabaqat, v. 1, p. 145 24 Tarif Khalid, Images of Muhammad, p. 79
14 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
pohon itu menghampiri Muhammad dan kemudian Muhammad berkata, sekarang pergi, dan
pohon itu kembali ke tempatnya semula.
Kisah berikutnya dinarasikan oleh Anas ibn Malik, yang berkata, Nabi sedang tidur di
samping Ka’bah ketika tiga orang malaikat membalikkan tubuhnya. Mereka membuka perutnya
dan mengeluarkan jantungnya dan mengambil segumpal darah darinya dan membuangnya.
Kemudian mereka mencuci jantung dan perutnya dan dibersihkan dari keraguan. Salah satu
malaikat membawa nampan emas penuh dengan iman dan mereka memasukkannya ke dalam
perutnya dan menjahitnya.25
Tak satupun mukjizat yang dinyatakan dalam Sira yang benar. Jika mereka benar maka
berarti Quran yang salah. Selain itu, seperti yang dinyatakan oleh cendekiawan Iran Ali Dhasti,
tidakkah lebih logis dan lebih meyakinkan bagi Muhammad untuk melakukan mukjizat
penafsiran yang berguna? Lagipula, Muhammad menyatakan bahwa saat ia menerima misi ilahi
tersebut, ia dipenuhi oleh keraguan sampai-sampai ia mengira dirinya kerasukan setan dan ingin
bunuh diri dengan melompat dari atas gunung. Kalau begitu apa yang terjadi dengan semua iman
yang dijejalkan ke dalam perutnya oleh para malaikat?
Nubuat
Selain mukjizat, Sira juga berisi banyak klaim yang mendalilkan tentang Muhammad
dinubuatkan dalam kitab suci sebelumnya. Di situ ditegaskan bahwa orang-orang Yahudi dan
Kristen telah menemukan referensi tentang Muhammad dalam kitab-kitab suci mereka dan
menyadari sepenuhnya bahwa ia adalah nabi Tuhan yang mereka tunggu-tunggu dan meskipun
demikian mereka menyangkal dirinya.26 Dan bahwa orang-orang Arab kafir mengetahui bahwa
seorang nabi dengan nama Muhammad akan segera hadir dan karenanya banyak dari mereka
yang menamai anak-anak lelakinya dengan nama tersebut dengan harapan bahwa siapa tahu anak
mereka mungkin nabi yang ditunggu-tunggu tersebut. Kebohongan ini mungkin mengesankan
bagi para pengikut awal yang sebagian besar belum pernah membaca satu buku pun dalam hidup
mereka. Tidak ada disebutkan tentang Muhammad dalam Alkitab maupun ajaran agama
kepercayaan lainnya. Jika kita membuang kisah mukjizat dan klaim tentang nubuat, Sira akan
menjadi lebih pendek dan jauh lebih mudah untuk dibaca.
Fitnah
Karakteristik dari narsisis adalah merendahkan, menfitnah, dan menjelek-jelekkan lawan-
lawannya. Muhammad biasa melakukan hal-hal tersebut. Bahkan Quran penuh berisi ayat-ayat
yang merendahkan orang-orang kafir, orang Yahudi, orang Kristen, dan kelompok lain dari
orang-orang yang dicap Muhammad sebagai orang munafik.
Sebutan kafir yang Muhammad berikan kepada orang-orang yang mencelanya sebenarnya
adalah istilah yang sangat menghina. Kata tersebut diterjemahkan secara keliru sebagai orang
yang tidak beriman atau tidak percaya. Pada kenyataannya itu adalah ad hominem. Kafir
25 Tabari v. 3, p. 845 26 Tabaqat, v. 1, p. 148
15 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
mungkin memiliki akar yang sama dengan kata bahasa Inggeris cover (menutupi). Artinya
seseorang yang menutupi (kebenaran). Label ini paling cocok diberikan kepada Muslim. Yang
melakukan penyensoran? Yang membungkam orang-orang yang mengkritik mereka? Yang
melakukan tindak kerusuhan dan protes setiap kali seseorang mempertanyakan kepercayaan
mereka? Yang lebih memilih kekerasan daripada berdebat? Muslim adalah kafir, bukan mereka
yang menolak Islam. Merekalah yang ingin menutupi kebenaran.
Para pengikut Muhammad membawa tradisinya dan melancarkan kejahatan mereka sendiri
terhadap lawan-lawan mereka. Fitnah atas orang-orang yang mengkritik Islam masih
berlangsung bahkan hingga saat ini. Alasan kaum Muslim meledakkan diri mereka demi
membunuh orang lain, adalah karena fitnah ini telah mencapai intensitas yang sedemikian rupa,
dan telah memenuhi mereka dengan begitu banyak kebencian sehingga mereka rela mati demi
membunuh orang-orang yang mereka benci tersebut.
Sira membusuk-busukkan, merendahkan, dan memfitnah lawan-lawan Muhammad dengan
cara yang sangat menghina. Bila kita melihat dengan seksama akan apa yang sebenarnya mereka
lakukan, kita akan menemukan tidak satupun dari fitnahan mereka yang beralasan. Mereka
adalah orang-orang biasa yang bereaksi terhadap sikap permusuhan Muhammad. Mereka selalu
bersikap defensif – kesalahan besar yang membawa mereka ke liang kubur sebelum waktunya.
Sepanjang sejarah, Islam selalu bersikap ofensif dan korbannya selalu bersikap defensif,
meminta-minta maaf dan bagai berjalan di atas cangkang telur jangan sampai mereka
menyinggung kelopak halus penindas mereka dan membangkitkan agresi mereka. Si penindas
melahap rasa takut korbannya dan menjadi kian berani.
Pengrusakan
Selain yang disebut di atas, kita juga harus waspada terhadap pengrusakan. Sebagaimana
dinyatakan di atas, karya orisinil Ibn Ishaq hilang. Yang tersisa adalah resensi Ibn Hisham atas
buku tersebut. Versi yang sudah diedit inilah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris oleh
Alfred Guillaume. Ibn Hashim mengaku telah menghilangkan “hal-hal yang tidak sopan untuk
dibahas; hal-hal yang akan menyusahkan orang-orang tertentu”27 Jadi kita tidak saja harus
berurusan dengan usaha melebih-lebihkan, kita juga harus mewaspadai adanya tindak
pengrusakan.
Beberapa bagian dari apa yang dihilangkan oleh Ibn Hisham diselamatkan oleh Tabari.
Contohnya, saat menceritakan tentang pembunuhan Umm Qirfa, ibn Hisham berkata, “ia
dibunuh secara kejam.” Ia menghilangkan detilnya. Tabari yang juga mengutip dari Ibn Ishaq
mengatakan bahwa kaki (Umm Qirfa) masing-masing diikat dengan tali dan masing-masing tali
ditarik oleh seekor unta sampai ia tercabik menjadi dua bagian.28
Guillaume menunjukkan bagaimana Ibn Hisham telah merusak bukti dan berdusta pada
beberapa kesempatan. Ia menuliskan, ibn Hisham mengatakan bahwa Ibn Ishaq tidak
mengatakan apa-apa tentang misi ‘Amr ibn Umayya yang dikirim oleh Nabi untuk membunuh
27 Sira Ibn Ishaq 691 28 Tabari, v. 4, p. 1390
16 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Abu Sufyan. Kisah ini diceritakan oleh Tabari. Jadi, bukan saja Ibn Hisham tidak menyertakan
hal ini ke dalam versi ceritanya yang sudah diedit, ia bahkan telah berdusta dan menyangkal
keberadaannya.29
Terlepas dari upaya hampir semua penulis biografi untuk menggambarkan nabi mereka
sebagai manusia yang sempurna, Sira penuh dengan kisah-kisah kekejamannya. Ada tiga alasan
untuk itu. Kisah-kisah ini dikenal luas dan dinarasikan di seluruh negeri. Standar moral para
pengikut begitu rendah sehingga mereka tidak melihat sesuatu yang salah di dalamnya. Dan
dengan menghilangkan mereka hanya akan tersisa sebagian kecil dari sejarah. Selain itu,
persaingan di kalangan cendekiawan sedang merebak. Mereka terus-menerus saling menyerang
dan saling menyebut lawannya sebagai pembohong. Oleh karena itu, meskipun para tradisionis
merasa bebas untuk mengarang-ngarang cerita tentang mukjizat, para sejarawan dengan seksama
menceritakan rincian dan fakta yang telah diketahui umum, seakurat mungkin, dan untuk
berjaga-jaga, mereka sering menceritakan peristiwa bersangkutan lebih dari satu versi. Selain itu
Quran juga banyak menyinggung tentang banyak serangan dan pembantaian yang dilakukan
Muhammad. Salah satu tujuan Quran adalah memberikan konteks kepada Quran.
Mengatakan bahwa karena sumber-sumber paling awal berasal dari generasi yang jauh
sesudah Muhammad sehingga mereka harus dibuang adalah sama tidak masuk akalnya dengan
mengklaim bahwa segala sesuatu yang ada di dalam Sira adalah benar. Tantangan kita adalah
menggali kebenaran dari gunung kebohongan.
Apa dan Mengapa
Ada dua cara untuk bercerita. Yang pertama adalah menceritakan apa yang terjadi dan yang
kedua adalah memberitahukan mengapa hal itu terjadi. Kisah di balik cerita itu sendiri seringkali
lebih penting dari cerita itu sendiri. “Mengapa” adalah kunci untuk memahami “apa”.
Ada banyak sekali biografi tentang Muhammad. Mereka semua mengulang kembali cerita
keempat penulis biografi awal yang disebut di atas. Saya juga menggunakan sumber yang persis
sama, hanya saja saya membacanya dengan menggunakan nalar, bukan melalui mata seorang
pengikut, dan sampai kepada kesimpulan yang berbeda.
Dalam buku ini, kita akan meneliti Sira, Hadis, dan Quran untuk menemukan sosok
Muhammad yang sesungguhnya. Kitab-kitab ini karut-marut, tetapi hanya buku-buku ini yang
kita miliki. Ia bersembunyi di suatu tempat di dalam sana. Tidaklah bijaksana untuk
menyingkirkan hal-hal yang berguna saat kita membuang hal-hal yang kurang penting.
Apakah Muhammad itu ada?
Dalam beberapa dekade terakhir ini beberapa ulama Islam telah mengangkat keraguan
bahwa Muhammad mungkin bukan seorang tokoh sejarah. Seperti yang dilontarkan oleh Ahmad
Fareed, “Pendekatan penting terhadap penulisan sejarah Islam muncul secara bertahap di abad
ke-18 dan 19. Memang, bisa dimengerti, hanya masalah waktu saja “upaya pencarian sosok
Kristus yang historis” karya Alber Schweitzer akan disesuaikan oleh para ahli sejarah Islam
29 Ibn Ishaq. xlii
17 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
dalam pencarian mereka atas Muhammad yang dimitoskan; lagipula, penggunaan alat analisis
yang berasal dari studi tentang kekristenan untuk mengungkap perjalanan historis Islam seperti
ini sudah nyaris menjadi sebuah kebiasaan dalam studi slamic dan Timur Tengah. Namun
keseluruhan proses, saya percaya, penuh dengan hipotesis yang dipertanyakan, generalisasi dan
ketidakpedulian terhadap faktor-faktor spatiotemporal yang membentuk peristiwa yang seolah-
olah mirip. Penerapan prosedur heuristis Perjanjian Baru seperti kritik redaksional dan bentuk
terhadap corpus (batang tubuh) informasi yang berkaitan dengan sira tampaknya justru
memperlihatkan ketidakpedulian atas sitz im leben dari corpus yang bersangkutan. Kehidupan
dan pekerjaan Yesus jelas berbeda dari Muhammad; misi Yesus jika bisa dideskripsikan –
adalah, contohnya, secara luar biasa tidak memiliki tujuan politik dan sosio-ekonomi yang tidak
demikan halnya dengan Muhammad. Oleh sebab itu, tidaklah terlalu mengejutkan, seperti yang
dikatakan oleh F. E. Peters dalam artikel terbarunya “Upaya Pencarian Sosok Muhammad yang
Historis”, bahwa ‘meskipun banyak upaya telah diinvestasikan bagi penelitian ke dalam
kehidupan dan zaman Muhammad, tampaknya hasilnya tidak sebanding dengan apa yang telah
dicapai dalam penelitian tentang Yesus, dan alasannya sama sekali tidak jelas.’”30
Alasan untuk argumen dari non-eksistensi Muhammad berkisar pada fakta bahwa biografi
awal tentang dirinya yang masih tersisa ditulis lebih dari satu abad setelah kematiannya pada 632
M dan tidak ada sumber lain di luar sumber Islam yang menyinggung tentang eksistensi seorang
nabi Arab di abad ketujuh. Sebuah pertanyaan diajukan, khususnya oleh Yehuda D. Nevo dan
Judith Koren, adalah mengapa nama Muhammad tidak ditemukan dalam koin Arab dan prasasti
dan papirus dan bukti dokumen lainnya sebelum tahun 680-an.
Patricia Crone menuliskan. “Tidak diragukan bahwa Muhammad itu ada, terlepas dari
beberapa upaya untuk menyangkalnya. Tetangganya di Bizantium Suriah mestinya mendengar
tentang dirinya setidaknya dalam rentang dua tahun setelah kematiannya; sebuah naskah Yunani
yang ditulis selama invasi Arab terhadap Suriah antara 632 and 634 menyebutkan bahwa
“seorang nabi palsu telah muncul di kalangan Saracen”, dan menolak dirinya karena
menganggapnya sebagai penipu dengan alasan bahwa nabi-nabi tidak datang “dengan pedang
dan kereta perang”. Hal itu menyampaikan kesan bahwa ia sebenarnya memimpin invasi
tersebut. Jika tanggal revisi tersebut akurat, bukti dari naskah Yunani tersebut akan berarti bahwa
Muhammad adalah satu-satunya pendiri agama yang dibuktikan dalam sumber kontemporer.
Tetapi setidaknya, sumber ini memberi kita bukti yang cukup kuat bahwa ia adalah seorang
tokoh sejarah. Selain itu, sebuah dokumen Armenia yang mungkin ditulis tak lama setelah tahun
661 mengidentifikasi namanya dan menceritakan tentang khotbah monoteisnya.”31
Crone tidak percaya kepada sejarah Muhammad yang diceritakan oleh Ibn Ishaq. Ia yakin
Islam bukan dimulai di Mekah, tetapi di daerah selatan Suriah, sebab, seperti yang dikatakannya,
“Quran dua kali menjelaskan tentang lawan-lawannya yang hidup di daerah bangsa yang telah
sirna, maksudnya sebuah kota yang dihancurkan Tuhan karena dosa-dosa penduduknya. Ada
banyak tempat yang hancur seperti itu di barat laut Arabia. Sang Nabi sering mengatakan kepada
30 Introduction to ibn Kathir’s Sirat al Nabawiyya, by Ahmad Fareed, v. 1, p. xix 31 What Do We Actually Know About Muhammad? by Patricia Crone, Article 10 June 2008
18 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
lawan-lawannya untuk mempertimbangkan signifikansi mereka dan pada salah satu kesempatan
menyatakan, dengan mengacu kepada sisa-sisa keturunan Lot, bahwa ‘Engkau melewati mereka
di pagi hari dan di malam hari.’ Pernyataan ini membawa kita ke suatu tempat di wilayah Laut
Mati. ... Satu-satunya cara di mana seseorang bisa melewati sebuah tempat pada pagi dan malam
hari jelas karena ia tinggal di sekitar tempat tersebut.”32
Ini bukan bukti yang cukup untuk menulis ulang sejarah Islam. Penjelasan tentang apa yang
dikatakan Muhammad dalam Quran (37:136-137) bisa jauh lebih sederhana dibandingkan
kesimpulan drastis yang ditarik crones. “Engkau melewati mereka di pagi hari dan di malam
hari” adalah kalimat kiasan. Yang artinya “sering”. Kesalahpahaman seperti ini bisa muncul saat
kita mempelajari budaya dan bahasa yang asing bagi kita. Kalimat kiasan ada dalam semua
bahasa. Jika saya berkata, “jangan berteriak, seluruh dunia mendengarmu,” yang saya
maksudkan bukan keseluruhan tujuh miliar manusia di planet ini.
Dengan asumsi bahwa Muhammad berbicara secara harafiah dan yang ia singgung adalah
reruntuhan yang ia temui dalam perjalanannya menuju para pendengarnya di pasar, (itu adalah
satu-satunya cara mereka bisa melewatinya setiap pagi dan malam), dan katakanlah ia berpikir
bahwa reruntuhan tersebut adalah milik keturunan dari Lot. Bukankah lebih logis untuk
menghubungkan kesalahan ini dengan ketidaktahuannya?
Muhammad juga berpikir bahwa Musa adalah paman Yesus dari pihak ibu. Ketika
sekelompok orang Kristen dari Najran datang ke Madinah untuk mengunjunginya, ia menyuruh
mereka untuk bertobat. Lalu, untuk membuat mereka terkesan dengan pengetahuannya tentang
kekristenan, Ibn Ishaq mengatakan, “beliau menyebutkan tentang peristiwa isteri ‘Imran dan
perkataannya: ‘My Lord, I vow to Thee what is in my womb as a consecrated offering,' i.e. I have
vowed him and made him entirely devoted to God's service subservient to no worldly interest.
'Accept (him) from me. And when she was delivered of him she said: O my Lord, I have given
birth to a female— and Allah knew best of what she was delivered—and the male is not as the
female,’ i.e. the two were not the same when I vowed her to thee as a consecrated offering. 'I
have called her Mary and I put her in Thy keeping and her offspring from Satan the damned.'
God said: 'And her Lord accepted her with kindly acceptance and made her grow up to a goodly
growth and made Zachariah her guardian' after her father and mother were dead.”’ (3:35-37)
Imran adalah ayah dari Harun, Musa, dan Miriam. Menurut tradisi Katolik Roma, Ortodoks,
dan Anglikan ayah dari Maria adalah Yoakim. Ada jarak 1.500 tahun yang memisahkan kedua
tokoh Alkitab ini. Muhammad mengacaukan nama Maria dengan Miriam karena kedua nama
tersebut dalam bahasa Arab diucapkan sebagai Maryam. Ia mengulangi kesalahan ini di dua
tempat lainnya di Quran. Di 66:12 “Dan Maryam puteri ‘Imran” dan di 19:28 “Wahai saudara
perempuan Harun”. Haruskah kita menulis ulang sejarah bangsa Yahudi dan kekristenan demi
membenarkan kekeliruan Muhammad?
Cendekiawan Islam menyadari kesalahan ini dan berusaha keras untuk menutupi hal itu.
Komentator Quran, ibn Kathir, dalam Tafsir-nya mengatakan, “(Wahai saudara perempuan
Harun!) Artinya “Wahai seseorang yang menyerupai Harun dalam hal ibadahnya”.
32 Ibid
19 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Namun begitu, sura Imran memiliki lebih banyak detail tentang Maria yang bahkan ibn
Kathir, dengan penjelasannya yang tidak masuk akal sekalipun, tidak mampu pecahkan. Dalam
sura ini Muhammad mengatakan bahwa ketika Imran, orang yang diduga sebagai ayah Maria
meninggal, Zakharia, ayah dari (Yahya) Yohanes menjadi walinya, dengan cara melemparkan
anak panah. Tetapi karena kekeringan dan kelaparan melanda negeri itu, Zakharia tidak mampu
lagi menjadi wali Maria, dan Jurayj si pertapa yang menjadi walinya, yang juga ditetapkan
melalui ramalan. Ada kemungkinan Muhammad mencampur kisah Maria dengan cerita lainnya.
Bagaimanapun ini bukanlah kisah tentang Maria.
Seperti para pengikutnya, Muhammad percaya bahwa Ka’bah dibangun oleh Abraham.
Adakah kebenaran dalam kepercayaan ini? Ia membuat kekeliruan dalam banyak hal. Kita tidak
bisa menulis ulang sejarah demi menyesuaikannya dengan kekeliruan-kekeliruan Muhammad.
Crone menolak Sira secara keseluruhan. Beliau menegaskan, “Seseorang bisa menerima Sira
atau mengabaikannya, tetapi kita tidak bisa memahaminya.”33 Masalahnya jika kita mengabaikan
Sira, maka tidak ada lagi yang tersisa, selain dugaan dan spekulasi, yang mengarah kepada
kesimpulan yang absurd seperti yang didapati Crone.
Suku Quraisy ada disebutkan dalam Quran bahkan ada sura yang dinamai berdasarkan nama
tersebut. Kita tahu bahwa kaum Quraisy tinggal di Mekah. Crone mengabaikan bukti nyata ini
dan tiba pada kesimpulan yang aneh karena ia ingin menafsirkan kalimat kiasan secara harafiah.
Crone berargumen bahwa Mekah tidak berada dalam jalur perdagangan kemenyan dari
Suriah ke Yaman dan bukan merupakan pusat perdagangan yang penting sebagaimana yang
dilaporkan oleh para sejarawan Muslim. “Sudah jelas jika orang Mekah menjadi perantara dalam
perdagangan jarak jauh seperti yang diuraikan dalam literatur (Islam tradisional),” katanya,
“seharusnya ada yang menyinggung tentang hal itu dalam tulisan-tulisan para pelanggannya...
yang menulis secara ekstensif tentang bagian selatan Arab yang memasok wangi-wangian untuk
mereka. Meskipun cukup banyak perhatian yang diberikan kepada perdagangan bangsa Arab,
sama sekali tidak ada disebutkan tentang Quraisy (suku dari Muhammad) dan pusat perdagangan
mereka (Mekah), baik dalam literatur berbahasa Yunani, Latin, Syria, Aram, Koptik, atau
literatur lainnya yang ditulis di luar wilayah Arabia.”34
Mari kita menyetujui dulu argumen dari Crone. Mengapa penemuan sepele seperti ini harus
mengarah kepada asumsi bahwa segala sesuatu yang dikatakan Sira tentang Muhammad adalah
palsu? Katakanlah para sejarawan Muslim membesar-besarkan tentang kehebatan Mekah. Hal ini
tidak membenarkan kita untuk menolak keseluruhan sejarah Islam.
Mekah adalah pusat keagamaan yang penting. Di mana ada pusat keagamaan yang sepenting
ini, di sana pasti ada kegiatan perdagangan. Zaman sekarang, orang-orang memperindah kota-
kota mereka untuk menarik wisatawan. Di masa lalu, mereka membangun kuil untuk menarik
para peziarah.
33 109 Ibn Rawandi. “Origens of Islam: A Critical Look at the Sources.” In The Quest for the Historical Muhammad, edited by Ibn Warraq, 89-126. New York: Prometheus Book, 2000, 92. 34 Crone, P.M. Meccan Trade and The Rise of Islam, Oxford, 1987. p. 134
20 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Masing-masing suku di Arab memiliki dewa pelindung mereka sendiri, sebagai perantara
mereka dengan Hubal sang dewa agung, yang mereka panggil sesuai gelarnya Al Lah (Sang
Dewa). Para dewa kecil memiliki kuil mereka masing-masing, seringkali berupa bangunan
berbentuk kubus, tersebar di seluruh negeri. Kuil dewi Manat ada di daerah pantai, antara
Madinah dan Mekah. Semua orang Arab biasanya memujanya dan mempersembahkan korban
baginya, khususnya penduduk Madinah dan Mekah dan daerah sekitarnya. Kuil dewi Lat berada
di Taif. Ia adalah batu berbentuk kubus dan para penjaganya telah membangun sebuah bangunan
di atasnya. Semua orang Arab mempunyai kebiasaan untuk memuja Lat. Di Nakhlat Sha’miyah,
di sebelah kanan jalan dari Mekah menuju Irak ada sebuah batu yang merupakan perwujudan roh
Uzza, dewi kesuburan. Sebuah rumah menutupinya dan orang-orang biasanya menerima sabda
dewa di sana. Kaum Quraisy mempunyai kebiasaan mengelilingi Ka’bah sambil berucap:
Demi Allat dan al-‘Uzza,
Dan Manah, dewa yang ketiga.
Sungguh mereka wanita yang paling ditinggikan,
yang doa perantaraannya harus diupayakan.35
Masih banyak lagi kuil-kuil lainnya. Mereka menarik para peziarah dan kekayaan. Mekah
adalah tempat Dewa yang terbesar, pencipta alam semesta. Hal ini membuatnya menjadi kota
yang penting, sekalipun kota ini tidak berada dalam rute perdagangan kemenyan. Saat para
peziarah datang, mereka melakukan kegiatan dagang di sana. Kaum-kaum suku di sekitar Mekah
juga datang ke kota tersebut secara teratur untuk menjual komoditas kulit dan hasil peternakan
lainnya dan membeli barang-barang yang diimpor orang Mekah dari negara lain. Mekah adalah
satu-satunya pusat komersial bagi ratusan ribu, mungkin jutaan, kaum Badui. Bagaimana bisa
kota itu dikatakan tidak penting?
“Mekah,” kata Aloys Sprenger, “pada zaman Muhammad, memiliki 12.000 penduduk.”36 Sir
William Muir mengatakan, “Perdagangan di Mekah itu besar dan menguntungkan. Dari sana dan
dari kota kembarnya Taif, rombongan karavan berjalan di musim gugur menuju Yaman dan
Abesinia dan di musim semi menuju Suriah. Kulit, getah, kemenyan, logam mulia, dan produk
lainnya dari Arabia, membentuk kegiatan ekspor yang stabil. Kulit dari Mekah, Taif, dan Yaman
banyak diminati di Suriah dan Persia, dengan harga jual tinggi. Barang-barang berharga, sutera
dan artikel mewah diterima sebagai pengganti di Gaza dan pasar-pasar Suriah lainnya, dan
dibawa kembali ke Mekah.” Setidaknya ada enam ekspedisi seperti ini yang dikirim ke Suriah
setiap tahunnya. Muir mengutip Sprenger yang memperkirakan beberapa dari rombongan
karavan ini terdiri dari 2.000 ekor unta, yang muatannya bernilai sebesar 50.000 dinar. Sprenger
memperkirakan perdagangan ekspor tahunan Mekah tidak kurang dari 250.000 dinar dengan
barang dagangan pengganti senilai itu juga. Dinar adalah koin emas senilai 2/3 poundsterling.
(Kira-kira 167.000 pon perak.) Menurut Muir, “Mengingat tingginya nilai logam mulia di zaman
35 The Book of Idols (Kitab Al-Asnam) by Hisham Ibn Al-Kalbi 36 Aloys Sprenger, The Life of Muhammad from Original Sources, p. 44
21 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
itu, rombongan karavan dengan komoditas senilai angka-angka yang disebut di dalam teks
pastilah sangat kaya.”37
Selain suku Quraisy dan Thaqif (penduduk Taif), beberapa suku-suku besar di sekitar
Mekah, seperti Hawazin, Khuza’a, Bani Sulaim, Kinana, dan Bani Kilab, datang ke Mekah untuk
melakukan perdagangan.
Argumen yang diberikan oleh revisionis sejarah Islam sangat lemah. Untuk menjawab
semua argumen tersebut, seseorang harus menulis sebuah buku khusus. Buku ini adalah tentang
biografi Muhammad. Tetapi layak untuk sekilas menghilangkan prasangka terhadap beberapa
klaim tersebut.
Al-Rawandi bahkan mengambil satu langkah lebih jauh dan menyangkal eksistensi
Muhammad. Ia percaya bangsa Arab memulai penyerangan dan menaklukkan terlebih dahulu
baru kemudian, memutuskan untuk memberi legitimasi ilahi atas pemerintahan mereka dan
karenanya menciptakan Islam. Beliau menuliskan, “Begitu bangsa Arab berhasil menaklukkan
sebuah kekaisaran, maka diperlukan sebuah agama yang masuk akal untuk menyatukan
kekaisaran tersebut dan melegitimasi kekuasaan mereka. Dalam proses yang melibatkan
pembacaan ulang sejarah secara besar-besaran, dan menyesuaikan dengan model orang Yahudi
dan Kristen yang tersedia, ini berarti mereka membutuhkan sebuah wahyu dan seorang penerima
wahyu -- seorang Nabi – yang kehidupannya bisa segera digunakan sebagai seorang teladan
dalam hal tindakan moral dan sebagai kerangka kerja bagi perwujudan wahyu tersebut. Oleh
karena itu (Abu’l Kassim terpilih menjadi sang Nabi), Quran, Hadis (perkataan-perkataan sang
Nabi), dan Sira disusun dan disatukan selama beberapa abad. Secara topografis, setelah lebih
kurang satu abad monoteisme Yahudi-Muslim berpusat di Yerusalem, untuk membuat Islam
berciri khas Arab...sebuah biografi Arab tentang Mekah, Madinah, kaum Quraisy, sang Nabi,
dan Hijriyah-nya (pelariannya dari Mekah ke Madinah diduga pada tahun 622, Tahun Satu dalam
kalender Islam) dibuat murni sebagai artefak sastra. Terlebih lagi, artefak yang bukan didasarkan
kepada ingatan atas kejadian yang sebenarnya, tetapi kepada imajinasi berlebihan dari para
pendongeng Arab yang dikembangkan dari referensi teks Quran yang sukar dipahami, teks
kanonik Quran tidak diperbaiki selama hampir dua abad.”38
Al-Rawandi menyimpulkan bahwa Muhammad adalah sebuah mitos, sebuah “cerita fiksi tak
berdasar”. Di mana dasar dari “fakta”nya? Ia melandaskan tesisnya di atas asumsi yang sangat
keliru bahwa para penguasa butuh agama yang koheren untuk mempertahankan kekuasaan
mereka. Agama sering digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan kekuasaan, tetapi jika para
penguasa ini telah mendapatkan kekuasaan melalui pedang, mengapa mereka memerlukan
agama yang justru membatasi otoritas mereka? Mengapa mereka mau menundukkan diri kepada
ketetapan-ketetapan sekelompok agamawan?
Hal yang pertama adalah menolak keaslian kisah yang diceritakan dalam Sira, dengan alasan
bahwa mereka tidak terdokumentasi sepenuhnya atau tidak masuk akal. Hal kedua adalah
membuat sebuah dongeng fantastis sebagai pengganti dari apa yang telah ditolak.
37 Sir William Muir, The Life of Muhammad, p. 204 38 Al-Rawandi, I.M. Origins of Islam: A Critical Look at the Sources. Prometheus, 2000, p. 104
22 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Yang mengejutkan, Crone dan Al Rawandi tidak sendirian. Beberapa Islamis menolak
historisitas Muhammad. Tidak diragukan bahwa Sira mengandung banyak kisah palsu, tetapi
menyimpulkan Muhammad itu tidak ada atau bahwa kebenaran tentang kehidupannya sangat
berbeda dengan apa yang telah ditulis oleh para penulis biografinya, jauh lebih bisa
dipertahankan daripada apa yang ditolak oleh para revisionis. Kita tidak bisa mengharapkan
objektifitas dari para pengikutnya. Keyakinan menutupi objektifitas. Saya khawatir jika yang
bukan pengikutnya yang kehilangan objektifitas.
Beberapa argumen yang disampaikan oleh para revisionis kurang kredibilitasnya.
Contohnya klaim dari Cristoph Luxenberg bahwa bidadari yang dijanjikan untuk para martir
bukanlah perawan, tetapi buah anggur kering.
Mari kita lihat apa yang dikatakan Quran.
44:54 Thus (shall it be), and We will wed them with houris pure, beautiful ones.
52:20 Reclining on couches ranged in rows, we shall mate them with houris, most beautiful
of eye.
55: 72 Houris guarded in pavilions.
56: 22 And (there are) houris with wide, lovely eyes.
37:48 And with them shall be those (houris) who restrain the eyes.
Jika kita menerima terjemahan Luxenberg terhadap kata houri, ayat-ayat ini meyakinkan
para martir bahwa di surga mereka akan dikawinkan dengan anggur kering yang tersipu malu
dan bermata indah. Adakah seseorang selain Luxenberg yang memahami hal itu?
Mengapa argumen tak masuk akal seperti itu dianggap serius? Yang harus dilakukan untuk
melihat bahwa ini adalah argumen yang konyol hanyalah dengan membaca ayat-ayat
bersangkutan.
Argumen lain yang disampaikan oleh revisionis lainnya tidak lebih kuat.
Koin-koin ini, contohnya, digunakan sebagai bukti bahwa Muhammad tidak dikenal pada
abad pertama. Di atasnya, ada gambar seorang penguasa memegang sebuah salib dan tulisan
Arab yang berbunyi Muhammad. Para revisionis berargumen bahwa karena Muslim tidak
percaya bahwa Yesus disalibkan, “They did not slay him, neither crucified him” (4:157) mengapa
seorang khalifah mengizinkan gambar salib ditatah di atas koin? Cendekiawan terkenal Robert
Spencer menolak kemungkinan bahwa barangkali ini adalah sikap toleransi Islam, mengingat
banyaknya populasi orang Kristen di wilayah kekaisaran Arab yang baru.
23 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Ia berargumen, “Penjelasan yang paling nyata adalah bahwa ‘Muhammad’, yang ada di
atas koin bukanlah nabi Islam. Dengan kata lain, gambar pada koin bisa saja berevolusi menjadi
sang Muhammad pendiri Islam tetapi tidak terlihat begitu mirip dirinya pada saat koin tersebut
dikeluarkan. Atau bisa juga kata muhammad bukan mengacu kepada nama tetapi gelar, yang
artinya ‘yang dipuji’ atau ‘yang dipilih’.
Spencer menunjukkan koin lainnya, yang juga berasal dari zaman Mu’aviyah, di mana
sang kaisar (kemungkinan Mu’aviyah) sedang memegang salib dengan gambar berbentuk sabit
di bagian atas batang vertikalnya.
Spencer bertanya, “Mungkinkah desain yang tidak biasa ini merupakan sisa dari perpaduan
yang telah lama terlupakan? Ataukah itu muncul pada saat perbedaan antara kekristenan dan
monoteisme Arab/Islam belum setajam apa yang ada saat ini? Apapun yang terjadi, sungguh sulit
untuk membayangkan bahwa koin seperti ini akan dicetak jika kebencian dogmatik Islam
terhadap salib sudah ada pada saat itu, seperti dugaan orang jika Islam benar-benar berasal dari
Arab dalam keadaan sudah terbentuk sepenuhnya.”39
Benda lain yang ditunjukkan Spencer adalah tulisan di sebuah rumah pemandian di Gadara
Palestina, di mana Mu’aviyah diidentifikasikan sebagai “hamba Tuhan, pemimpin para
pelindung”, diawali dengan sebuah salib. Spencer percaya bahwa tampaknya tidak mungkin
seorang khalifah Muslim akan membiarkan hal seperti itu.
“Yang lebih mencolok lagi,” kata Spencer, “adalah identifikasi tahun pada tulisan di rumah
pemandian tersebut “mengikuti penanggalan Arab”–yakni “era Arab” bukan “era Islam” atau
“era setelah Hijriyah” seperti yang diharapkan.40
Ia mengutip perkataan Luxemburg yang menunjukkan bahwa tulisan di dalam Kubah Batu,
yang selesai dibangun pada tahun 691 adalah campuran dari ayat-ayat Quran dan tulisan-tulisan
lainnya. Menurut kedua cendekiawan ini, tidak akan ada Muslim sejati yang akan melakukan
penistaan seperti itu, dan lebih jauh lagi keduanya bahkan menyatakan bahwa Kubah Batu
mungkin telah ada sebelum Quran.
39 Robert Spencer, Did Muhammad Exist?, p. 46 40 Robert Spencer, Did Muhammad Exist?, p. 47
24 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Spencer menyimpulkan bahwa ada kemungkinan tulisan di Kubah Batu sebenarnya adalah
“peninggalan ungkapan teologi dari kelompok Kristen sesat yang memandang Yesus semata-
mata utusan ilahi saja, bukan sebagai Anak Tuhan atau Juruselamat dunia.”41 Kelompok sesat
seperti ini sudah pasti hanya hipotesa saja. Karena tidak ada catatan tentang sekte Kristen
manapun yang mempunyai pandangan seperti ini.
Argumen-argumen lain yang disajikan, menimbulkan pertanyaan yang sama. Mereka semua
menunjuk kepada fakta bahwa empat khalifah pertama bani Umayyah tidak menanggapi Islam
secara serius.
Koin-koin ini dicetak selama kekhalifahan Mu’aviyah dan Yazid dari dinasti Umayyah.
Khalifah-khalifah bani Umayyah bukan pemeluk Islam. Keagamaan mereka hanya untuk pamer
saja demi memegang tampuk kekuasaan. Abu Suyan, ayah dari Mu’aviyah, yang sanak
keluarganya telah banyak dibunuh oleh Muhammad, adalah musuh bebuyutan Islam sampai ia
dipaksa menyerah dan menerima Islam ketika Muhammad menyerang Mekah. Pilih Islam atau
mati. Apakah Abu Sufyan bisa menjadi pemeluk yang tulus di bawah ancaman? Beliau adalah
paman dari Uthman dan anak-anaknya mendapat kekuasaan ketika Uthman menjadi khalifah.
Mereka menggunakan Islam untuk bertahan dalam kekuasaan, bukan karena mereka
mempercayainya.
Mu’aviyah yang ditunjuk sebagai guberner Damaskus oleh Uthman, setelah kematian
Uthman, melancarkan perang berdarah melawan Ali, keponakan sekaligus menantu Muhammad,
untuk memperebutkan kursi kekhalifahan. Isteri pertamanya, Masyum (ibunda Yazid) adalah
seorang Kristen dan ia sangat bertoleransi terhadap orang-orang Kristen sehingga banyak
Muslim yang menganggap bahwa pajak yang dikenakannya terhadap mereka “tidak adil”.
Orang-orang Arab membenci pertanian dan bergantung sepenuhnya kepada hasil jarahan dan
jizyah untuk kelangsungan hidup mereka. Di bawah pemerintahan Mu’aviyah, populasi non-
Muslim diberi otonomi. Masalah peradilan mereka ditangani sesuai dengan hukum mereka
sendiri dan oleh pemimpin agama sendiri atau orang yang mereka tunjuk.42
Barangkali ini satu-satunya waktu di bawah penguasa Islam di mana hubungan antara
Muslim dan orang Kristen setara. Ini bukan karena Mu’aviyah percaya bahwa Islam itu toleran.
Ia hanya tidak percaya kepada agama Islam. Ali Aldosari menuliskan, “Bani Umayyah sering
terlibat perang dengan Bizantium Kristen tanpa mempedulikan garis pertahanan belakang
mereka di Suriah, yang sebagian besar penduduknya tetap menganut Kristen seperti banyak
bagian lain dari kekaisaran tersebut. Posisi penting dipegang oleh orang-orang Kristen, beberapa
di antaranya berasal dari keluarga yang pernah bertugas dalam pemerintahan Bizantium.
Mempekerjakan orang Kristen adalah bagian dari kebijakan yang lebih luas terhadap toleransi
beragama yang diperlukan karena besarnya populasi Kristen di propinsi yang ditaklukkan,
terutama di Suriah. Kebijakan ini juga mendongkrak popularitasnya dan mengukuhkan Suriah
sebagai basis kekuasaannya.”43
41 Ibid p. 56 42 A Chronology Of Islam History 570-1000 CE, by H.U. Rahman, 1999, p. 128 43 Middle East, Western Asia, and Northern Africa, by Ali Aldosari, p.185
25 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Ibn Rushd, filsuf besar Muslim percaya bahwa Mu’aviyah mengubah sistem kekuasaan
kekhalifahan menjadi kerajaan. Ia menuliskan, “Kondisi masyarakat Arab pada masa khalifah-
khalifah yang saleh (Khulafa Rasyidin) berada pada sisi kebenaran seperti pemerintahan yang
digambarkan Plato dalam bukunya, The Republic – sebuah pemerintahan yang demokratis,
menjadi teladan bagi semua pemerintah. Namun, Mu’aviyah menghancurkan fondasi hebat
tersebut. Ia mengubahnya menjadi kerajaan bani Umayyah dan kekuasaan bagi kekejaman
mereka. Dengan cara ini ia membuka jalan yang lebar bagi kerusakan yang terus berlangsung
hingga saat ini di negeri kita Andalusia.”44
Ibn Rushd menunjukkan ketidaktahuannya tentang demokrasi. Meskipun kekhalifahan tidak
diberikan secara turun-temurun, itu sama sekali tidak berarti demokrasi. Namun, ia benar tentang
Mu’viyah yang mengubah kekhalifahan menjadi monarki dan menjadikan pemerintahannya
bersifat turun-temurun.
Dengan apa yang kita ketahui tentang Mu’aviyah dan Yazid, pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh para revisionis dapat dijawab dengan mudah. Yang menjadi perhatian utama
Mu’aviyah adalah membangun kerajaannya, di mana sebagian besar rakyatnya adalah non-
Muslim. Dengan mempercayakan administrasi wilayahnya kepada orang Kristen, jelas bahwa ia
lebih percaya kepada mereka daripada kepada Muslim, yang kesetiaannya bisa beralih ke Ali dan
pesaing lainnya atas kekhalifahan tersebut. Namun demikian ia memerlukan kaum Muslim untuk
kepentingan ekspansi kerajaannya.
Adalah suatu kesalahan untuk berasumsi bahwa kaum Muslim awal dimotivasi oleh iman.
Selain para pendamping Muhammad yang telah menghadiri ceramah-ceramahnya di Madinah,
Muslim lainnya masuk Islam secara massal dan di bawah paksaan. Mereka tidak tahu apa-apa
tentang Islam dan mereka juga tidak dipaksa untuk menjalankannya. Mereka cukup
mengucapkan kalimat syahadat (pengakuan iman Islam, yakni aku bersaksi tidak ada tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya). Setelah mereka masuk Islam, maka mereka
dibebaskan dari membayar jizyah. Namun, mereka harus masuk tentara atau membayar zakat
untuk membiayainya. Banyak yang memilih pilihan pertama, karena itu adalah cara cepat untuk
menjadi kaya. Orang-orang Kristen dan Zoroaster memilih untuk membayar jizyah. Ini bukan
pajak yang berat di bawah pemerintahan Mu’aviyah. Muhammad membebankan setengah dari
pendapatan orang-orang Yahudi di Khaybar dan Fadak ketika ia menaklukkan kota-kota tersebut,
tetapi Mu’aviyah tahu bahwa pajak yang berat akan membuat taklukannya melawan dia.
Sebuah hadis menyatakan bahwa ketika Umar mengirim tentara Muslim ke Persia, “wakil
dari Khosrau keluar dengan 40.000 orang prajurit, dan seorang penerjemah bangkit mengatakan,
“Silakan salah satu dari kalian bicara denganku!” Al-Mughira menjawab, “Mintalah apa saja
yang kamu inginkan.” Yang lain bertanya, “Siapa Anda?” Al-Mughira menjawab, “Kami
beberapa orang dari Arab; kami menjalani hidup yang keras, sengsara, dan penuh bencana. Kami
dulu menghisap kulit mentah dan biji kurma akibat kelaparan; kami dulu mengenakan pakaian
yang terbuat dari bulu unta dan kambing, dan menyembah pohon-pohon dan batu-batu. Saat
kami dalam kondisi ini, Tuhan atas langit dan bumi, ditinggikan karena perhatianNya dan
44 Faraj Antun, Ibn Rushd wa Falsafatihi, p.60
26 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
dimegahkan karena kemuliaanNya, mengirimkan kepada kami seorang Nabi, salah seorang dari
antara kami yang orangtuanya kami kenal. Nabi kami, utusan Tuhan kami, telah memerintahkan
kami untuk memerangi kami hingga kamu menyembah Allah saja atau memberikan jizya (upeti);
dan Nabi kami telah memberitahukan kepada kami bahwa Tuhan kami berkata: –“Barangsiapa di
antara kami terbunuh (mati syahid), akan pergi ke surga untuk menjalani hidup mewah yang
belum pernah ia lihat, dan barangsiapa di antara kami tetap hidup, akan menjadi tuan atas
dirimu.”45
Kaum Arab adalah kaum penakluk. Mereka tahu bagaimana membunuh, menjarah, dan
memperkosa. Tetapi mereka tidak memiliki ketrampilan dalam administrasi. Michael Haag
menuliskan, “Di tahun-tahun setelah penaklukan mereka, orang-orang Arab tidak mampu
mengelola Suriah, Palestina, Mesopotamia, atau Mesir, dan yang paling penting mereka tidak
mampu mengumpulkan pajak tanpa layanan para pejabat berpengalaman dari penduduk
setempat, yang artinya tetap membiarkan pejabat Kristen di pos mereka, seperti pejabat-pejabat
Zoroaster di Persia yang tetap dibiarkan menjabat.”46
Penguasa kedua Umayyah, Yazid, dibesarkan di gurun bersama paman-pamannya dari bani
Kilab yang beragama Kristen. Alaili mengatakan: “Kemungkinan atau hampir dapat dipastikan
bahwa Yazid tidak dididik secara Islam sepenuhnya; dengan kata lain, murni Kristen karena
tidak diragukan bahwa kejahatannya, sikap tidak tahu malunya, dan ketidakpeduliannya terhadap
moral dipandang benar-benar tidak Islami dan tak seorangpun yang menganggap bahwa semua
tindakannya itu ada hubungannya dengan nilai-nilai atau kepercayaan Islam sama sekali. Tidak
ada lagi yang bisa dibayangkan.”47
Sebagai contoh, dikatakan bahwa ia memiliki anjing dan senang bermain dengan mereka.
Tidak ada Muslim sejati yang akan melakukan hal tersebut. Yazid juga suka minum-minum. Di
antara kumpulan puisinya tentang anggur adalah bait berikut:
Aku berkata kepada teman-teman yang berkumpul untuk minum-minum dan para penyanyi
dan musisi yang sibuk bernyanyi.
Ambil rasa malumu dari kenikmatan ini dan nikmatilah seakan-akan bisa untuk waktu
yang lama, karena itu akan segera berakhir.48
Penyair Muslim independen mengarang puisi yang mengejek kecintaan Yazid terhadap
minuman keras. Bolus Salamah berkata,
Bersikap baiklah terhadap raja ini karena ia telah tertambat kepada pelayan yang cantik
lebih daripada Allah.
Seribu “Alaho Akbar” dalam pandangan Yazid tidak lebih baik daripada seteguk anggur.
Sari buah anggur segar dimasak dalam minuman anggur tanpa tersentuh tangan atau
tercampur dengan air.”49
45 Bukhari 4:53:386 46 The Tragedy of the Templars: The Rise and Fall of Crusader States by Michael Haag, Chapter 3 Palestine Under the Umayyads and the Arab Tribe 47 Sammawal Maani fi Samma waz Zaat, p. 60 48 Tarikh-e Muzaffari, p. 215 49 Mulhamatul Ghadeer, p. 237
27 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Sedangkan tentang kesetiaan Yazid kepada Muhammad, dikatakan bahwa sesudah ia
mendengar bahwa gubernurnya Ibn Ziyad telah membunuh Hussein ibn Ali, cucu Muhammad di
Karbila, ia bersuka dan mendeklamasikan bait berikut.
“Kalau saja leluhurku yang tewas di Badar masih hidup dan melihat bagaimana lawan-
lawan mereka (sanak keluarga Muhammad) ditindas, mereka pasti berteriak dalam
sukacita: Oh Yazid! Kiranya tanganmu tak pernah lelah!
Kami telah membunuh pemimpin mereka dan dengan demikian telah membalas dendam
atas Badar. Dan aku tidak pantas disebut keturunan para pejuang Perang Parit (Khandaq)
jika aku gagal membalas dendam dari Muhammad dan sanak keluarganya.”50
Yazid juga memerintahkan para pendukungnya untuk membantai para sahabat Muhammad
sebanyak-banyaknya di Madinah, selama tiga hari berturut-turut.
Koin pada gambar di atas, menunjukkan seorang pria yang sedang memegang salib, kata
Muhammad dalam bahasa Arab, dan ankh, ☥simbol kehidupan dalam tulisan Mesir. Seharusnya
tidak mengherankan apabila Mu’aviyah dan Yazid masih menggunakan koin bergambar salib
dan ankh. Mayoritas rakyatnya beragama Kristen, dan jelas masih ada beberapa yang percaya
kepada agama Mesir kuno. Tujuan Mu’aviyah adalah untuk menggambarkan dirinya sebagai
kaisar dari seluruh rakyatnya.
Adalah Abdul Malik ibn Marwan, khalifah Umayyah kelima, yang mengubah bahasa resmi
Mesir menjadi Arab, dan untuk pertama kalinya koin-koin yang menggunakan simbol Kristen
dan Zoroaster diganti dengan koin yang telah didesain ulang, bertuliskan bahasa Arab dengan
kalimat syahadat.
Apakah Abdul Malik seorang Muslim yang taat? Belum tentu. Pemerintahannya ditentang
oleh Abdullah ibn Zubayr, anak dari sepupu Muhammad dan cucu dari Abu Bakr, (sudah pasti
dari garis keturunan yang lebih terhormat dari Abdul Malik), yang menuding bani Umayyah
bukan Muslim sejati. Ibn Zubayr telah memperoleh kesetiaan para Muslim di daerah telah
Arabia, Irak, dan Iran yang telah terkendali sehingga menjadi ancaman bagi bani Umayyah.
Abdul Malik harus mengembalikan citra keluarganya sebagai Muslim yang taat atau akan
kehilangan kekhalifahan. Sejarawan Robert G. Hoyland yakin bahwa, “tekanan dari kelompok
pemberontak” yang menyebabkan Abdul Malik dan para penerusnya “secara publik menyatakan
Islam sebagai dasar ideologi dari negara Arab.”51
Hoyland menyatakan bahwa ini “berarti bahwa bukti awal pengakuan Islami berasal dari
partai oposisi. Hal ini bukan tidak masuk akal. Sumber Kristen kontemporer menegaskan bahwa
pemberontakan Abdullah bin Az-Zubayr memiliki implikasi keagamaan, dikatakan bahwa ‘ia
muncul karena semangatnya bagi rumah Tuhan dan ia penuh ancaman terhadap orang-orang
Barat, menyatakan bahwa mereka adalah pelanggar hukum Tuhan.’”52
Islam selalu digunakan sebagai alat untuk menggalang dukungan politik. Di setiap konflik di
antara kaum Muslim, para pemimpin menuduh lawan mereka sebagai pihak yang sesat dan
50 Tabaqat ash-Shura, p. 320 tetapi ia hanya mengutip dua baris saja, dan Iqdul Farid 5/321 51 Robert Hoyland, Seeing Islam as Others Saw It, p.553 52 Ibid p. 552
28 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
menggambarkan dirinya sendiri sebagai pembela Islam. Semua perang adalah jihad, sekalipun
dilancarkan terhadap kaum Muslim lainnya.
Hadis imam Suyuti menceritakan bahwa Abdul Malik menyatakan, ”Aku telah
mengumpulkan Quran (jama’tul-Qurana),” harus dipandang sebagai bualannya untuk
mengukuhkan dirinya sebagai seorang Muslim yang taat dan melegitimasi posisinya. Ada
banyak bukti yang menunjukkan bahwa Quran dikumpulkan selama kekhalifahan Uthman.
Para penguasa dari bani Umayyah tidak tertarik kepada Islam, hingga kekuasaan mereka
ditentang. Mereka lantas menjadi jawara yang membela Islam. Khalifah pertama yang mencetak
koin dengan tulisan “Muhammad adalah utusan Allah” adalah Ibn Zubayr. Abdul Malik harus
bisa mengungguli dalam hal pengabdiannya kepada Islam, kalau tidak, seperti pendahulunya ia
akan dituduh bukan orang Muslim.
Uthman juga menunjuk Abdullah ibn Sa’d ibn Abi Sarh sebagai gubernur atas Mesir. Ia
adalah juru tulis dari Muhammad di Madinah. Sebagai orang yang lebih berpendidikan dari
nabinya, ia sering menyarankan cara yang lebih baik untuk menulis ayat-ayat Quran, dan sang
nabi akan menerima sarannya dengan senang hati. Menyadari bahwa Muhammad mengarang-
ngarang semuanya, Abdullah melarikan diri ke Mekah dan memberitahu semua orang tentang
hal tersebut. Ketika Muhammad menyerang Mekah, ia menjanjikan pengampunan secara umum,
jika kota itu menyerah tanpa perlawanan. Abu Sufyan, pemimpin kota tersebut pada saat itu,
menerima tawaran tersebut. Tetapi begitu masuk ke kota, Muhammad melanggar janjinya dan
memerintahkan untuk membunuh sepuluh orang. Di antara mereka adalah dua gadis penyanyi
yang biasanya menyanyikan lagu-lagu sindiran tentang dirinya, dan si Abdullah. Uthman yang
merupakan saudara angkat Abdullah, menjadi penengah dan Abdullah lolos dari kematian.
Dengan segala hal yang kita ketahui tentang Abdullah, saya pikir cukup wajar untuk
menganggap bahwa ia bukanlah penganut Islam yang tulus. Namun, setelah Uthman
mengangkatnya sebagai gubernur Mesir, ia menyerang Tripoli dan mencaploknya ke dalam
kerajaan Islam. Apakah ini karena keyakinan dan cinta untuk Islam, atau karena keserakahan dan
nafsu atas barang jarahan?
Sejarawan Koptik dan Bishop Severus dari El Ashmunein (d. 987) menuliskan, Abdullah
putera Sa’d mendatangkan rombongan asing yang besar, “dan, karena ia adalah seorang pecinta
uang, ia mengumpulkan kekayaan bagi dirinya di Mesir; dan ia adalah orang pertama yang
membangun Divan at Misr, dan memberi perintah bahwa semua pajak dari negeri tersebut harus
dialirkan ke sana.”53
Abdullah ibn Sa’d adalah tokoh sejarah yang nyata. Ia adalah orang Mekah dan
berhubungan dengan kaum Umayyah, dan ia disebut-sebut dalam Quran 6:93. “Who is more
wicked than the man who invents a falsehood about God, or say: ‘This was revealed to me’,
when nothing was revealed to him? Or the man who says. ‘I can reveal the like of what God has
revealed’?” Jika Quran disusun pada masa kekhalifahan Abd al Malik, apa maksud ayat ini?
53 History of the Patriarchs of the Coptic Church of Alexandria (1904) part 2: Peter I – Benjamin I (661 AD). Patrologia Orientalis 1, p. 501
29 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Bahkan Uthman, yang menyusun Quran dan saudara angkat Abdullah dan sangat dekat
dengannya, tidak mampu menyingkirkan ayat yang menghina ini.
Jelas bahwa bukan iman yang memotivasi para pemimpin dan perampok Muslim mula-
mula, tetapi karena nafsu untuk memperoleh kekuasaan dan barang jarahan. Alasan hanya sedikit
saja yang menyebutkan tentang Muhammad di tahun-tahun awal penaklukan Islam, adalah
karena tidak ada seorangpun yang peduli kepadanya. Orang-orang Arab penghuni gurun tersebut
akhirnya menemukan cara untuk membangun sebuah kerajaan dan mendapatkan kekayaan. Islam
adalah sarana menuju kekuasaan, bukan tujuan.
Khalifah-khalifah Umayyah tidak peduli terhadap Islam, kecuali fakta bahwa itu memberi
mereka dalih dan tentara yang fanatik untuk membangun kerajaan mereka. Bahkan para penjarah
Muslim sekalipun tidak peduli akan Islam. Mereka juga hanya termotivasi oleh barang jarahan
saja. Islam adalah bisnis yang sangat menguntungkan bagi semua orang. Kaum muslim mula-
mula telah dipaksa untuk masuk Islam. Pilihan mereka adalah mati atau bergabung dengan para
bandit dan memperkaya diri mereka – bukan pilihan yang sulit, khususnya jika Anda adalah
seorang Arab penyembah berhala.
Didorong oleh kesuksesan dan kegembiraan atas hadiah yang tersebar dimana-mana,” tulis
Muir, terkait dengan penaklukan atas tentara Persia, “Khalid mengumpulkan pasukannya dan
menyampaikan kata-kata pengobar semangat berikut: ‘Kamu lihat kekayaan negeri ini.
Jalanannya meneteskan lemak dan kelimpahan, makanan berserakan di mana-mana,
sebagaimana bebatuan berserakan di Arabia. Ini adalah ketetapan bagi kehidupan saat ini, bukan
melancarkan perang suci, adalah layak bagi kita untuk memperjuangkan tanah yang indah ini dan
menyingkirkan kepedulian dan kemelaratan untuk selamanya.’” Muir mengatakan, “Di sini
Khalid tepat mengenai sasaran di mana hati setiap orang Badui melonjak kegirangan. Sekarang,
yang juga merupakan alat licik dari Quran, sehubungan dengan jenis kelamin lainnya, mulai
diceritakan. Wanita-wanita Persia, baik pelayan maupun majikan, ‘yang ditangkap oleh tangan
kanan’, dengan segera, tanpa batasan jumlah, sah secara hukum jatuh ke dalam pelukan sang
penakluk; dan demi menikmati hak istimewa ini, mereka tidak segan-segan mengeksekusi para
kafir ‘yang tercantum dalam ketetapan. Demikianlah fanatisme agama yang dinyalakan oleh
semangat bela diri, dan keduanya dipancangkan pada insentif yang sangat menarik bagi orang
Arab–perkelahian dan perampokan, jarahan perang, dan pesona tawanan perang.”54
Seperti yang bisa kita lihat para petobat baru termotivasi oleh barang jarahan dan bukan oleh
agama. Hanya generasi berikutnya saja yang diindoktrinasi ke dalam Islam. Hal ini pun
dilakukan agar para pemimpin dapat terus memegang kekuasaan. Oleh karena itu, Muhammad
itu ada dan fakta-fakta utama tentang biografinya adalah benar. Dia hanya tidak terlalu relevan.
Kaum muslim tidak mengobarkan peperangan demi Islam, tetapi demi uang dan seks. Para
revisionis membaca sejarahnya dengan benar, tetapi mereka salah menafsirkannya. Memang
benar para penguasa menggunakan Islam demi kepentingan politik mereka, tetapi tidak dapat
dipertahankan sama sekali untuk mengatakan bahwa merekalah yang menemukan Islam.
54 Annals of the Early Caliphs, Sir William Muir, p. 75
30 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Spencer beralasan, “Jika Abdul Malik membangun agama Islam untuk tujuan politik, maka
keheningan di awal dari semua pihak tentang Muhammad, Islam, dan Quran dapat dijelaskan
dengan sangat sederhana: Tidak adanya referensi tentang hal ini karena Muhammad, Islam dan
Quran belum eksis, atau memang eksis tetapi dalam taraf yang belum jelas.”
Abdul Malik tidak mendirikan Islam. Namun, ia menggunakan Islam untuk
mengkonsolidasikan kekuasaannya, seperti yang dilakukan para penguasa Islam lainnya saat
tampuk kekuasaan mereka melemah. Menurut Quran 3:28, Muslim tidak boleh mematuhi
pemimpin yang non-Muslim. Oleh sebab itu, penguasa Muslim akan menggunakan segala cara
untuk membuktikan bahwa mereka adalah Muslim berkinerja baik dan pendukung Islam.
Bukti Eksistensi Muhammad dalam Teks Islam
Kita tidak memerlukan lebih dari teks-teks Islam untuk mengetahui bahwa Muhammad itu
ada. Berikut ini adalah beberapa alasan yang kita temukan dalam teks-teks ini.
1- Karakter Muhammad
Biografi Muhammad itu ruwet. Mengandung banyak detil, beberapa daripadanya
memalukan bagi kaum Muslim. Berbagai upaya dilakukan untuk menyembunyikannya,
menyangkalnya, membenarkan dan merasionalisasikannya. Ambil contoh pembantaian bani
Qurayza, episode dari ayat-ayat setan, kisah perilaku seksual aneh Muhammad dengan
pelayannya Mariyah, pertengkaran antara para isterinya dan pembangkangan mereka terhadap
dia, tuduhan perzinahan terhadap Aisha dan Mariyah, kisah dirinya di bawah pengaruh sihir, dan
halusinasi berhubungan seks dengan isteri-isterinya, dan cerita yang terhitung jumlahnya
menggambarkan dirinya sebagai orang gila, kejam, pemerkosa, penyiksa genosida. Mengapa ada
orang yang mau mengarang-ngarang cerita yang begitu merendahkan nabi mereka dan
memalukan bagi mereka?
Saya sudah menyinggung tentang Ibn Hisham yang mengubah Sira. Guillaume, setelah
membandingkan berbagai biografi awal Muhammad menyebutkan, “Bagaimanapun, kita
menduga bahwa I.H. telah mengubah alat bukti.”55 Ibn Hisham tidak menutup-nutupi fakta
bahwa ia telah menghilangkan beberapa material yang digunakan Ibn Ishaq yang memberi
gambaran negatif tentang karakter Muhammad. Mengapa perubahan tiba-tiba ini diperlukan?
Buku orisinil yang ditulis oleh Ibn Ishaq terdiri atas tiga jilid yang tebal. Bagian pertama,
Mubtada atau Mabda’ (Awal Mula) dimulai dengan penciptaan. Bagian ini meliputi kisah Adam
dan Hawa dan nabi-nabi dalam Alkitab hingga Yesus. Bagian kedua disebut Mab’ath, meliputi
kehidupan Muhammad sejak lahir hingga migrasinya ke Madinah. Bagian ketiga dikenal sebagai
Maghazi (penyerangan), menyajikan detil tentang penyerangan Muhammad.
Ibn Hisham berusaha keras menyusutkan kumpulan besar tulisan Ibn Ishaq menjadi satu jilid
dengan sekitar 420.000 kata, barangkali mengurangi hingga setengah dari ukuran aslinya. Jika
seseorang ingin menciptakan sebuah agama untuk apa ia bersusah-payah menulis buku yang
55 Ibn Ishaq. xlii
31 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
sedemikian masif bila orang dapat dengan gampangnya menulis sebuah buku berukuran kecil
seukuran satu kitab Injil?
2 – Keragaman Sumber
Kebanyakan buku fiksi datang dengan satu versi, ditulis oleh satu orang penulis, contohnya,
Dante’s Divine Comedy, novel-novel Shakespeare, Shah-nameh (Kitab Para Raja) karya
Ferdousi. Sejarah Islam dicatat dalam bentuk potongan-potongan dan datang dari ratusan
sumber. Ini saja sudah merupakan bukti bahwa ini tidak dikarang seseorang di abad kedelapan.
Siapa para konspirator ini yang menciptakan Islam dan bagaimana mereka meyakinkan
semua orang untuk meninggalkan agama mereka dan percaya kepada nabi yang belum pernah
mereka dengar sebelumnya? Mengapa tidak seorang pun merasa keberatan dengan penipuan
sejarah terbesar ini? Apakah semua cendekiawan dan sejarawan merupakan bagian dari
konspirasi ini? Klaim ini sungguh di luar batas.
3 – Muncul Begitu Saja
Kita bisa mempertanyakan validitas dari beberapa cerita dan kata-kata yang diucapkan
Yesus, tetapi dapatkah kita menyangkal keberadaannya? Kisah dari para tokoh agama bisa
berkembang melewati batas. Para pengikut biasanya mengarang-ngarang mukjizat dan
menganggap supranatural berkaitan dengan pemimpin kharismatik yang mereka anggap sebagai
nabi. Namun, sebuah agama tidak bisa diciptakan dari ketiadaan. Selalu ada sejumlah kebenaran
bahkan dalam mitos yang paling menakjubkan sekalipun. Vlad III Dracula dari Wallachia di
abad ke-15 adalah karakter bersejarah di balik fabel Drakula, dan Santo Nicholas dari Myra di
abad ke-4 adalah orang yang menjadi inspirasi bagi mitos Santa Klaus. Apakah para konspirator
menciptakan karakter Muhammad dari ketiadaan?
Jika sulit untuk membayangkan 12 orang pria bersekongkol untuk mengarang-ngarang
tentang seorang tokoh fiktif, dan mengklaim dia sebagai Mesias lalu rela martir untuk sesuatu
yang mereka tahu adalah dusta, akan lebih sulit lagi untuk percaya bahwa ribuan orang yang
bersekongkol mengarang-ngarang tentang Muhammad. Teori harus masuk akal kalau tidak
mereka akan terdengar janggal. Teori bahwa Yesus tidak eksis itu tidak masuk akal. Teori bahwa
Muhammad tidak eksis lebih tidak masuk akal lagi. Yesus bertahan oleh 12 muridnya;
Muhammad bertahan oleh ribuan orang. Nama mereka, silsilah mereka, hubungan mereka satu
sama lain dan dengan keturunan mereka yang merupakan tokoh sejarah yang nyata benar-benar
tercatat.
Benar! Buku-buku utama tentang kehidupan Muhammad disusun lebih dari satu abad
setelah kematiannya. Namun begitu, orang-orang yang disebut di dalam biografi Muhammad
bukan orang yang tidak dikenal oleh mereka yang membacanya. Sejumlah besar pengikut
tersebut adalah generasi kedua dan ketiga dari para pendamping Muhammad dan masing-masing
telah mendengar beberapa kisah tentang Muhammad dari ayah atau kakek mereka. Ibn Ishaq
menyusun kisah-kisah tersebut dalam buku triloginya. Mustahil bagi seseorang untuk mengarang
kisah sebesar ini dan berhasil membodohi jutaan orang tanpa seorangpun meragukannya dan
32 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
merasa keberatan. Tidak adakah sejarawan Arabia di abad ke-8 menentang hal ini? Dan apakah
setiap orang meninggalkan agama leluhur mereka secara damai dan menerima agama palsu
hanya karena pemimpin mereka memerintahkan demikian?
4 – Sumber Paling Awal Tentang Muhammad
Robert Spencer berargumen, “Tidak ada sketsa biografi tentang keberadaan Muhammad
yang tidak bergantung kepada Ibn Ishaq. Jika terdapat analisa bahwa buku Ibn Ishaq dengan
alasan apapun tidak bisa dijadikan sebagai sumber sejarah, maka semua pengetahuan yang kita
miliki tentang Muhammad pun lenyap.”56
Tidak benar bahwa seluruh sejarah Islam bertumpu kepada Sira Ibn Ishaq. Berikut ini adalah
kumpulan hadis yang terkemuka sebelum Ibn Ishaq dan potongan-potongan teks yang selamat
dari pemusnahan. Kitab-kitab hadis didasarkan pada sumber-sumber ini dan bukan Sira Ibn
Ishaq.
Sahl ibn Abī Hathma (era kekuasaan Mu’aviyah, 41-60 H), adalah pemuda pendamping
Muhammad. Bagian-bagian tulisannya dilestarikan dalam Ansāb al-Baladhuri, Tabaqāt Ibn Sa’d,
dan tulisan-tulisan Ibn Jarir al-Tabari dan al-Waqidi.
Abdullah ibn Abbas (78 H), sepupu dan pendamping Muhammad, tradisi-tradisinya
ditemukan dalam berbagai Hadis dan Sira.
Saīd ibn Sa’d ibn Ubada al-Khazraji, pemuda pendamping lainnya, tulisan-tulisannya
diselamatkan dalam Musnad Ibn Hanbal dan Abī Iwāna, dan Tarikh al-Tabari.
Saīd ibn al-Masib al-Makhzumi (94 H), seorang Tabi’i yang terkenal dan salah seorang guru
dari al-Zuhri. Tradisi-tradisinya dikutip dalam kumpulan enam kitab hadis utama, dan dalam Sira
karya Ibn Ishaq, Ibn Sayyid al-Nās, dan lain-lain.
Abu Fidala Abdullah ibn Ka’b ibn Malik al-Ansari (97 H), tradisi-tradisinya disinggung
dalam Ibn Ishaq dan al-Tabari.
Abban ibn Uthman ibn Affan (101-105 H). Tradisi-tradisinya disebarkan oleh Malik ibn
Anas dalam Muwatta-nya, Tabaqat Ibn Sa’d, dan dalam tulisan-tulisan sejarah al-Tabari dan al-
Ya’qubi.
Amir ibnSharahil al-Sha’bi (103 H). Tradisi-tradisinya disebarkan oleh Abu Ishāq al-
Subai’i, Sa’id ibn Masruq al-Thawri, al-Amash, Qatada, Mujalid ibn Sa’id, dan lain-lain.
Dokumen-dokumen ini, meskipun tidak lengkap, merupakan bukti yang cukup bahwa
Muhammad bukan ditemukan pada abad kedua Masehi.
Kumpulan maghazi dari Wahb ibn Munabbih juga selamat. Walaupun di dalamnya tidak ada
hal baru yang belum dituliskan oleh tradisionis lainnya, ini membuktikan bahwa pada akhir abad
pertama, atau beberapa tahun sebelum 100 H, fakta-fakta utama tentang kehidupan Muhammad
ditulis seperti yang kita temukan dalam tulisan-tulisan yang dibuat belakangan.57
Tradisionis awal lainnya yang sebagian tulisannya berhasil selamat adalah Musa ibn Uqba
(55/675 – 141/758). “Bagian ini terdiri dari duapuluh kutipan lengkap dengan isnad mereka,
56 Robert Spencer, Did Muhammad Exist, p. x 57 Ibn Ishaq xv
33 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
beberapa daripadanya adalah perkataan sang nabi pada peristiwa tertentu, yang lainnya
merupakan kisah-kisah kehidupannya. Kumpulan ini secara jelas menegaskan bahwa karya
aslinya terdiri atas sepuluh bagian, sehingga kitab yang dulunya mengandung kumpulan lengkap
Sira ini tampaknya cukup aman dari gangguan.”58
Kontribusi besar Ibn Ishaq adalah mengumpulkan ribuan cerita-cerita pendek dan
menyusunnya dalam urutan kronologis.
5 – Quran Bersumber Dari Alkitab
Argumen lain yang diajukan oleh para penggugat non-historisitas Muhammad, adalah
bahwa Quran dibentuk dari materi yang sudah ada di mana sebagian besarnya berasal dari
tradisi-tradisi Yahudi dan Kristen. Meskipun sebagian besar ini adalah benar, khususnya dalam
ayat-ayat Mekah, ayat-ayat Madinah hampir seluruhnya berisi tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan Muhammad. Seseorang bahkan tidak bisa memahaminya kecuali orang
tersebut tidak asing dengan kisah-kisah di baliknya. Robert Spencer menggambarkan hal tersebut
seperti memasuki percakapan antara dua orang yang tidak ia kenal, yang sedang berbicara
tentang peristiwa yang tidak diketahuinya, dan mereka merasa tidak perlu repot-repot
menjelaskan pembicaraan mereka kepadanya.
Tidakkah ini membuktikan bahwa Muhammad itu ada dan fakta-fakta utama yang
diceritakan tentang dirinya adalah benar? Quran adalah percakapan antara Muhammad dengan
para pendampingnya. Jika buku ini ditulis bagi orang-orang yang berbeda tidakkah ia akan diberi
konteks? Bayangkan sebuah skenario hanya dialognya saja. Tanpa aksi di dalamnya Anda akan
sulit memahaminya. Itulah perasaan yang Anda dapatkan ketika membaca Quran. Mengapa ada
orang yang menulis buku semacam itu? Hanya bila pembaca dapat menonton peran yang
dimainkan, maka dialog tersebut akan menjadi masuk akal. Penerima Quran adalah para pemeran
itu sendiri. Mereka tidak perlu lagi diberitahu konteks dari ayat-ayat di dalamnya.
6 – Rendahnya Kualitas Quran
Quran tampaknya merupakan kumpulan ucapan seseorang yang buta huruf. Ia ditulis dengan
buruk, sangat menjemukan dan membosankan, dan tidak berurutan. Kata gantinya sering tidak
teridentifikasi. Pembaca harus menebak-nebak siapa berbicara dengan siapa. Berisi segala
macam kesalahan tata bahasa, logika, sejarah, dan matematika. Jika Islam diciptakan untuk
memberikan legitimasi atas kekuasaan seseorang, seperti yang diklaim, tidakkah lebih rasional
jika menugaskan seorang yang terpelajar untuk menuliskan kitab suci yang lebih masuk akal dan
jelas?
Quran penuh dengan kontradiksi dan ayat-ayat yang saling membatalkan. Mengapa hal ini
perlu? Apa tujuan kisah ayat-ayat setan yang menimbulkan keraguan sang Nagi akan kebenaran
dan kewarasannya? Mengapa ia digambarkan sebagai pria yang jahat dan sakit mental dan bukan
sebagai orang yang kudus? Jika ia adalah manusia fiktif, mengapa tidak memberinya hikmat
Salomo, kekuatan Samson, kesabaran Ayub, atau kemuliaan Yesus? Muhammad kekurangan
58 Guillaume, Ibn Ishaq. xliii
34 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
segala kebajikan sedemikian rupa sehingga kaum Muslim modern harus mengarang-ngarang
beberapa cerita agar ia terlihat baik.
7 – Mengapa Seorang Nabi Penjahat?
Terlepas dari banyaknya klaim tentang kehebatan Muhammad, apa yang hilang di Sira
adalah cerita tentang kebaikan dan rasa kemanusiaannya. Ada sebuah cerita yang beredar di
internet yang menceritakan seorang Yahudi yang selalu melemparkan sampah kepada
Muhammad ketika ia melewati rumahnya. Selama beberapa hari orang ini tidak terlihat. Setelah
dicari tahu, kepada nabi diberitahu bahwa orang Yahudi ini sedang sakit. Nabi lalu mengunjungi
pria ini dan menunjukkan kebaikan kepadanya.
Tidak ada orang Yahudi yang tinggal di Mekah dan dengan teror yang telah dibuat
Muhammad di Madinah, hal seperti ini tidak mungkin terjadi. Muhammad tidak punya
kepentingan untuk lewat di depan rumah orang Yahudi yang manapun setiap hari karena ia
tinggal di mesjidnya dan orang-orang Yahudi tinggal di kota benteng mereka. Asal-usul dari
hadis baru ini terdapat dalam kisah-kisah yang dikaitkan dengan Abdul Baha, the Center of the
Covenant of the Bahai Faith. Dikisahkan di sana bahwa saat berada di pembuangan di Akka,
Abdul Baha harus melewati depan rumah seorang Arab yang suka membuang sampah ke
arahnya, dan seterusnya dari cerita tersebut. Kehidupan Muhammad begitu tanpa kebaikan
sehingga kaum Muslim terpaksa melakukan plagiarisme untuk membuatnya terlihat bagus.
Mengapa menciptakan seorang nabi dan membuatnya terlihat seperti penjahat?
Buku kanonik Islam menampilkan Muhammad sebagai seorang pengecut yang alih-alih
memimpin pengikutnya dalam pertempuran justru berada di belakang, meminta mereka untuk
melindunginya seperti mereka melindungi anak-anak dan isteri-isteri mereka.
Meskipun begitu banyak mukjizat dikaitkan dengan dirinya di Sira, menurut Quran,
Muhammad tidak dapat melakukan mukjizat satu pun. Ia disanjung dan dipuji-puji, dipuja dan
dimuliakan, akan tetapi, kisah-kisah tentang dirinya justru menunjukkan dirinya sebagai preman,
seorang penyiksa yang kejam, pelanggar kata-katanya sendiri, pria cabul, pria kasar yang tidak
mampu mengendalikan amarah dan gairahnya. Rasanya tidak masuk akal untuk mengarang-
ngarang tentang seorang nabi dan membuatnya terlihat sedemikian jahatnya sehingga beberapa
sejarawan merasa perlu untuk mengacaukan sejarah dan menyembunyikan detil kehidupannya
yang paling buruk.
8 – Daftar Panjang Protagonis
Biografi Muhammad, secara umum memberikan daftar panjang dari generasi pertama, kedua
dan ketiga dari para pengikut, non-Muslim, sahabat-sahabat dan musuh-musuh yang memainkan
peran dalam sejarah Islam. Ada ribuan nama disertai silsilah pendek mereka dan mereka
semuanya berhubungan satu sama lain. Dalam bukunya Book of Grand Classifications (Kitab
Tabaqat Al-Kobra) Ibn Sa’d telah menyusun biografi pendek dari ribuan Muslim awal, pria
maupun wanita. Apa gunanya bersusah-payah seperti itu?
35 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Kisah Yesus dalam kitab-kitab Injil ringkas dan jelas. Tokoh sentralnya sempurna. Pembaca
tidak dibuat bingung dengan cerita yang kontradiktif seperti di Quran, yang sebagian besarnya
tidak menambah nilai apapun atas klaim bahwa Muhammad adalah seorang nabi, sebaliknya
malah mendiskualifikasi dirinya. Mengapa orang-orang yang diduga pemalsu ini menyulitkan
diri mereka sendiri?
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh para sejarawan Muslim awal adalah menjelaskan
kelicikan nabi mereka dan mencari pembenaran atas kejahatannya. Jika ia adalah tokoh fiktif
untuk apa mereka membuat begitu banyak kisah yang memalukan tentang dirinya lalu kemudian
berusaha menutup-nutupinya?
9 – Mengapa Orang Lain?
Jika sebuah agama diperlukan untuk memberikan legitimasi bagi seorang penguasa, dan hal
seperti ini dapat dilakukan, bukankah lebih logis bila si penguasa mengklaim hak ilahi bagi
dirinya sendiri dan menyatakan dirinya sebagai raja sekaligus nabi? Mengapa membangun kultus
pribadi bagi orang lain? Islam membatasi kekuasaan para penguasa. Ia mensyaratkan legitimasi
mereka berdasarkan syariah, membuat kekuasaan mereka lebih rentan dan harus bertanggung
jawab kepada para ulama. Mengapa seorang penguasa yang waras mau melakukan hal seperti
itu?
Kisah Muhammad kadang-kadang masuk akal dan kadang-kadang tidak. Teori-teori dari
mereka yang menyangkal keberadaan dirinya sama sekali tidak masuk akal.
Kehidupan Muhammad di Mekah
Kelahiran Muhammad
Pada tahun 570 SM, seorang janda muda, mungkin pada pertengahan usia remaja,
melahirkan bayi laki-laki yang ia beri nama Muhammad. Seperti yang dinyatakan Sira, Amina
enggan mengurus anak satu-satunya itu. Untuk beberapa waktu Thuaiba, pelayan dari salah satu
paman anak tersebut, Abu Lahab, yang merawatnya. Ketika bayi itu berumur enam bulan, Amina
menyerahkannya kepada Halima sebagai anak angkat, seorang wanita Badui, untuk dibesarkan di
gurun pasir.
Kadang-kadang wanita dari keluarga kaya menyerahkan bayi mereka. Hal ini
memungkinkan mereka untuk segera memiliki anak lagi. Lebih banyak anak berarti status sosial
yang lebih tinggi, dan anak yang diserahkan tadi akan kembali kepada keluarga mereka setelah
mereka disapih.
Para sejarawan menjelaskan bahwa menyerahkan anak untuk diasuh wanita lain merupakan
kebiasaan orang-orang Arab. Fakta menyatakan bahwa praktek ini tidaklah umum. Khadijah,
36 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
isteri pertama Muhammad yang merupakan wanita kaya, membesarkan sendiri kesembilan
anaknya (enam daripadanya adalah anak-anak Muhammad).
Sejarah Muhammad sarat dengan asumsi yang salah yang belum pernah ditentang. Mereka
mungkin terlihat sepele, tetapi mereka memegang kunci untuk memahami Muhammad dan
Islam.
Amina adalah janda miskin dan Muhammad adalah anak satu-satunya. Mengapa ia tidak
mau mengasuh anaknya? Ini adalah pertanyaan yang krusial. Ini membantu kita memahami
pengaruh masa kanak-kanak terhadap psikologi dan kepribadian Muhammad.
Kadang-kadang insiden kecil bisa mengubah perjalanan sejarah. Alois Hitler bersikap kejam
terhadap anaknya. Ia sering mengintimidasi Adolph supaya patuh. Anak yang diperlakukan
dengan kejam ini belakangan menyebabkan kematian jutaan orang.
Penyiksaan terhadap anak ada berbagai bentuk. Bisa berupa penyiksaan fisik, seksual atau
emosional. Penelantaran adalah salah satu bentuk penyiksaan terhadap anak. Anak-anak butuh
mengetahui bahwa mereka dikasihi tanpa syarat. Sejak mereka lahir, dan saya berani katakan
bahkan sebelum mereka lahir, anak-anak bisa merasakan kasih. Mereka merasakannya lewat
sentuhan, pelukan, dan ciuman. Kita memiliki sifat ini sama seperti hewan. Seorang anak yang
ditelantarkan adalah anak yang disiksa. Dampaknya akan meluap saat mereka dewasa. Orang
tersebut akan menunjukkan kecemasan, ketakutan, kemarahan, rasa bersalah, sifat agresif,
sindrom depresi, serangan kesedihan, penarikan diri dari masyarakat, dan kesulitan dalam
hubungan. Dalam kasus yang lebih serius mereka akan menderita gangguan pikiran, keinginan
bunuh diri, fobia akut, kesadaran yang terdistorsi seperti paranoid, dan berpikir tidak logis.
Mereka mungkin memiliki anggapan yang rusak terhadap dunia dan kesulitan dalam menentukan
apa yang nyata.
Apakah Amina mengalami depresi? Depresi pasca melahirkan biasa terjadi pada ibu-ibu
muda tunggal yang miskin, yang tidak memiliki dukungan yang cukup dari orang-orang di
sekitar mereka. Apakah ia meyakini bahwa anaknya akan memperkecil kemungkinannya untuk
menikah lagi? Apa motivasinya menyerahkan anak semata wayangnya untuk diasuh oleh orang
asing? Apapun yang menjadi motifnya, pastilah lebih meyakinkan baginya dibandingkan
kasihnya sebagai ibu terhadap anak semata wayangnya. Ini adalah petunjuk penting, yang
terabaikan oleh semua penulis biografi Muhammad. Namun hal ini memberi terang bagi seluruh
kisahnya dan menjelaskan apa yang tak dapat dijelaskan. Jika Muhammad merasa ditolak saat
kanak-kanak, kepribadian dan karakternya mungkin terpengaruh karenanya, dan ini menjelaskan
sebagian besar pilihan yang ia buat di tahun-tahun belakangan dari kehidupannya.
Keluarga Asuh Muhammad
Halima belakangan mengatakan bahwa ia dan sembilan wanita dari sukunya datang ke
Mekah bersama suami mereka untuk melakukan barter barang-barang dagangan dan mengambil
anak untuk diasuh. Ini adalah cara mereka untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Semua
wanita lainnya telah mendapatkan anak, kecuali Halima. Ia miskin, kekurangan gizi dan
payudaranya kering. Wanita-wanita Mekah tidak bersedia mempercayakan anak mereka
37 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
kepadanya. Di lain pihak, tidak ada yang bersedia mengasuh anak yatim milik seorang janda
miskin. Hadis yang menceritakan tentang Halima mengatakan, “Jadi kami tiba di Mekah, aku
bersumpah, tidak satupun wanita dari kaumku yang tidak ditawarkan mengasuh sang Utusan
Allah; tetapi semua menolaknya ketika diberitahu bahwa ia adalah anak yatim. Kami
menolaknya dan berkata, ‘Apa keuntungan yang bisa diberikan ibu anak ini? Yang kami
inginkan adalah sedikit bantuan dari ayah anak ini, apa yang bisa dilakukan ibunya bagi kami?’
Aku bersumpah, setiap teman wanitaku, semuanya kecuali aku, mengambil seorang bayi untuk
disusui.”59
Pulang dengan tangan kosong, sementara semua temannya telah mendapatkan bayi untuk
diasuh sungguh memalukan bagi Halima. Pada hari terakhir pasar raya, ia menerima
Muhammad. Wanita yang disisihkan dan anak yang tidak diinginkan akhirnya disatukan.
Alasan Halima ingin mengasuh seorang anak adalah untuk membantu keluarganya secara
finansial. Dengan mengasuh anak yatim miskin imbalannya sangat kecil. Meskipun tidak ada
indikasi bahwa Halima menyiksa Muhammad, cukup logis untuk berasumsi bahwa sudah pasti ia
lebih menyayangi anak-anaknya sendiri.
Anak-anak sangat peka saat usia muda. Mereka bisa merasakan bila mereka tidak dikasihi
atau tidak diperlakukan secara adil. Karenanya cukup masuk akal untuk percaya bahwa
Muhammad pasti merasa diabaikan di rumah orangtua asuhnya. Memperhatikan saudara
angkatnya Abdullah, menerima perlakuan istimewa pasti memberi dampak jangka panjang
terhadap psikologi dan karakter kepribadiannya.
Muhammad tumbuh dengan menyadari bahwa ia bukan bagian dari keluarga tersebut.
Menyadari bahwa semua anak di desa tersebut mempunyai orangtua sedangkan ia tidak punya,
pastilah traumatis bagi seorang anak kecil.
Ia mengenal ibu kandungnya. Halima membawanya mengunjungi Amina setiap enam bulan.
Anak asuh dikembalikan setelah mereka disapih. Untuk beberapa alasan Amina tidak
menginginkan anaknya kembali. Muhammad tinggal bersama keluarga asuhnya selama lima
tahun. Setiap kali Halima mencoba mengembalikannya, Amina akan mendesaknya untuk
memelihara Muhammad lebih lama lagi.
Anak-anak lain pasti mengejek Muhammad. Anak-anak bisa sangat kejam. Menjadi yatim
piatu merupakan aib di negeri tersebut, karena masih berada di antara kaum Muslim yang tak
berpendidikan. Secara otomatis satus Anda akan direndahkan. Bagi seorang anak kecil hal ini
sangat menghancurkan.
Muhammad tentunya bertanya-tanya mengapa ibunya menolak dirinya. Sesungguhnya
kenapa? Satu-satunya alasan yang terpikirkan oleh saya adalah karena ibunya menganggapnya
sebagai beban, penghalang bagi apapun yang menjadi prioritas dirinya. Jika kita mengetahui
lebih banyak tentang Amina, kita bisa membuat penilaian yang lebih baik tentang psikologinya.
Nyaris tidak ada apa-apa tentang Amina dalam buku-buku sejarah. Dari sedikit yang kita
ketahui, satu hal yang jelas adalah bahwa ia tidak cukup peduli terhadap anaknya dan
keprihatinannya terhadap hal lain lebih penting baginya daripada anaknya.
59 Ibn Kathir, al Sira al Nabawiyya, v.1, p. 161
38 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Ini bukan tebakan asal-asalan. Masyarakat patriarkis yang menindas jarang menghasilkan
individu yang sehat secara emosional maupun psikologis. Kebanyakan orang Arab, dan
sesungguhnya kebanyakan Muslim, menderita satu atau lebih gangguan psikologis. Mereka
bersifat agresif, bengis, paranoid, obsesif, penggertak, atau pemalu. Kondisi dari masyarakat
Islam sudah membuktikannya.
Sejarawan Muslim menceritakan bahwa Safiyah, bibi dari Muhammad, sering memukul
anaknya Zubair ibn Awwam tanpa belas kasihan. Awwam sudah meninggal sehingga paman
Zubair, Naufal, menjadi walinya. Ia mengeluhkan tentang perlakuan brutal terhadap Zubair.
Isterinya menjawab bahwa ia memukulnya sedemikian rupa untuk membuatnya kuat. Zubair
menjadi sangat keras dan mengajak anak lain untuk berkelahi, berbadan lebih besar darinya dan
memukulnya sedemikian rupa hingga anak itu harus kehilangan salah satu tangannya. Ia
menurunkan kebengisannya kepada anak lelakinya yang kemudian menjadi musuh bebuyutan
satu sama lain. Anaknya yang lebih muda, Amro, mengobarkan perang melawan kakaknya di
Mekah, di mana perang adalah tindakan penistaan. Ketika ia kalah, Abdullah menangkapnya dan
memukulnya hingga mati.60
Kita nanti akan mempelajari lebih lanjut tentang kecenderungan Safiyah terhadap kekerasan.
Sesungguhnya semua anggota di keluarga Muhammad mempunyai sifat kejam. Seluruh kaum
tersebut adalah kaum barbar.
Salah satu dampak dari penelantaran adalah sifat agresif. Muhammad begitu penuh dengan
kemarahan sehingga ia menggigit bahu Shayma, kakak angkatnya, dengan keras, ketika Shayma
sedang menggendongnya. Gigitan itu begitu parah, sehingga lebih dari lima puluh tahun
kemudian, ketika Muhammad menyerang Hawazin, kaum dari suku Halima, dan Shayma
ditangkap lalu diperlakukan dengan kasar oleh para Muslim, ia menyatakan dirinya sebagai
kakak angkat dari nabi mereka. Ketika ia dihadapkan kepada Muhammad dan diminta untuk
membuktikan, ia menunjukkan tanda bekas gigitan di bahunya dan Muhammad mengingatnya.61
Ini pasti gigitan yang luar biasa, dan itu menunjukkan betapa frustrasinya Muhammad saat itu
dan betapa banyak kemarahan yang ia miliki.
Muhammad tinggal selama empat setengah tahun bersama keluarga asuhnya hingga
kesehatan mentalnya menjadi keprihatinan bagi Halima dan suaminya. Ia tidak pernah bermain
dengan anak-anak lain dan sering menarik diri dari mereka dan berbicara dengan teman
khayalannya.
Memiliki teman khayalan bagi anak-anak adalah hal yang biasa. Namun, kasus Muhammad
pasti telah membuat khawatir Halima dan suaminya, Harith, sampai-sampai mereka berpikir
bahwa ia kesurupan setan. Ia mengalami kejang-kejang dan berhalusinasi. Pada satu peristiwa ia
berkata, “Dua pria berpakaian putih datang dan melemparkan saya ke bawah dan membuka perut
saya dan mencari-cari di dalamnya, entah apa yang dicari aku tak tahu.”62 Orangtua asuhnya
60 Tabaari, v. 7, p. 2915 61 Ibn Ishaq. 576 62 Tabari, v. 2, p. 710
39 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
merasa khawatir dan Harith memberitahu Halima untuk membawa anak itu ke keluarganya
sebelum akibat penyakitnya jadi nyata.
Belakangan Muhammad memoles cerita ini dan berkata, “Dua pria berpakaian putih
mendatangiku dengan baskom emas penuh dengan salju. Mereka membawaku dan membelah
tubuhku. Lalu mereka mengambil jantungku dan membelahnya dan mengeluarkan gumpalan
hitam dari dalamnya dan melemparkannya. Kemudian mereka mencuci mencuci jantung dan
tubuhku dengan salju itu dan membuatnya menjadi murni.”63
Cerita ini mungkin masuk akal baginya sebab ia, seperti orang-orang di zamannya, percaya
bahwa pikiran berasal dari hati dan membayangkan pikiran kotor sebagai gumpalan hitam, dan
karena salju terlihat putih dan bersih, pasti merupakan alat pembersih yang bagus.
Kepercayaan bahwa suatu kekuatan eksternal telah mengeluarkan organ internal seseorang
dan menggantinya dengan milik orang lain, atau mencucinya dan mengembalikannya lagi tanpa
meninggalkan luka atau bekas luka, adalah contoh delusi skizofrenia.
Hampir setengah dari biografi Muhammad adalah tentang mukjizat. Sira menyatakan bahwa
ketika Halima membawa pulang Muhammad, tidak hanya payudaranya yang menjadi penuh oleh
susu, payudara dari unta dan kambing-kambingnya menjadi penuh oleh susu dan keledainya
yang sekarat yang sudah tidak bisa berjalan, berderap sepanjang jalan kembali ke desa mereka.
Narasi itu mengatakan bahwa meskipun tahun itu adalah tahun kekeringan, kambing-kambing
milik Halima bisa menemukan banyak makanan dan menjadi gemuk dan penuh dengan susu
sementara kambing-kambing lain tidak bisa menemukan satu helai rumput pun untuk dimakan.
Kisah lain mengatakan bahwa saat Amina hamil, ia melihat cahaya keluar dari dirinya di
mana ia bisa melihat istana Busra di Suriah melalui cahaya itu.
Mukjizat-mukjizat yang diceritakan ini diingkari oleh kejadian sebenarnya dalam kehidupan
Muhammad. Sebagai salah satu contoh yang bagus adalah fakta bahwa ketika ia dan pengikutnya
hijrah ke Madinah, mereka harus melakukan perampokan untuk kelangsungan mereka seperti
yang kita lihat dibenarkan oleh Karen Armstrong. Tidak ada manna yang diturunkan dari surga
dan tidak mukjizat yang datang kepada Muhammad.
Muhammad Dikembalikan Kepada Ibunya
Setelah peristiwa kejang-kejangnya, Halima membawa anak itu kembali ke Mekah, tetapi
ketika ia memberitahunya bahwa kali ini ia akan tinggal bersama ibunya, anak itu melarikan diri.
Ia mencarinya kemana-mana. Ketika akhirnya ia ke rumah Amina untuk menyampaikan kabar
tersebut, ia menemukan Muhammad di sana. Ia telah ditemukan oleh dua pria yang
mengenalinya dan membawanya kepada ibunya.
Lagi-lagi, Amina ingin Halima membawa anak itu. Tetapi Halima menolak dan ketika
Amina tetap bersikeras, ia memberitahu Amina tentang kejang-kejang anak itu dan ketakutannya
bahwa anak itu kerasukan setan.
Ketidakpedulian Amina terhadap anaknya tidak luput dari sejarawan Muslim yang berusaha
mencari-cari alasan untuk hal itu. Salah satu alasan adalah bahwa udara di gurun pasir lebih
63 W. Montgomery Watt: Translation of Ibn Ishaq’s Biography of Muhammad (p. 36)
40 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
bersih. Apakah Mekah memiliki industri berat atau terlalu banyak mobil di jalanan sehingga
udaranya terpolusi? Alasan lainnya adalah karena bahasa kaum Badui lebih murni. Bagaimana
bahasa sekelompok penggembala bisa lebih murni daripada bahasa yang dipakai di Mekah,
ummul qura (ibu dari segala kota)? Ini sama seperti mengatakan bahwa bahasa Inggeris Cockney
lebih murni daripada bahasa Inggeris Oxford. Ini adalah alasan yang tidak memuaskan. Anak itu
kehilangan kasih orangtuanya, sehingga mempengaruhi psikologinya.
Kaburnya Muhammad, ketika Halima hendak mengembalikannya kepada ibunya, juga
merupakan petunjuk penting, karena menunjukkan betapa sakit hati dan marahnya dia kepada
ibunya. Untuk apa ia melarikan diri jika ia mengasihi ibunya? Tidakkah seharusnya ia lari
menuju rumahnya dan bukan sebaliknya lari bersembunyi di bagian lain dari Mekah? Ia pasti
merasakan sikap ibunya yang dingin. Setiap detil dari kisah Muhammad mengungkapkan aspek
psikologisnya.
Kematian Amina
Muhammad tinggal bersama ibunya selama satu tahun. Ia tidak pernah menyebut soal
ibunya, barangkali sebuah kenangan yang lebih suka ia hindari. Ia bahkan mengatakan bahwa
ibunya akan masuk neraka karena mati bukan sebagai Muslim.
Amina membawa anaknya mengunjungi kakaknya yang tinggal di Yathrib, dan dalam
perjalanan pulang ia meninggal di Abwa. Di usia enam tahun, anak itu dikirim ke dalam asuhan
kakeknya Abdul Muttalib.
Setelah Muhammad menaklukkan Mekah, di usia enampuluh satu, ia mengunjungi makam
ibunya dalam perjalanannya kembali menuju Madinah. Ia menangis tetapi menolak untuk
mendoakannya. Ia mengatakan kepada para pendampingnya, “Ini adalah makam ibuku; Allah
telah mengizinkan aku mengunjunginya. Dan aku meminta izin untuk berdoa baginya, tetapi
tidak dikabulkan. Jadi aku mengenang ibuku, dan kenangan lembut akan dirinya menguasai
diriku, dan aku menangis.”64
Tidak masuk akal jika Tuhan melarang nabinya berdoa bagi orang yang telah mati, terutama
jika orang tersebut adalah ibunya, untuk dosa yang menjadi tanggungjawab Tuhan. Amina
meninggal sebelum Islam ditemukan. Jadi bagaimana ia menerima sebuah agama bila agama itu
belum ada dan bahkan nabi masa depannya pun tidak menyadarinya? Itu adalah Muhammad
yang tidak bersedia memaafkan ibunya, bahkan setelah lebih dari setengah abad kematiannya.
Tahun-tahun terbaik dari masa kanak-kanak Muhammad dihabiskan di rumah kakeknya.
Kepala keluarga yang telah berumur ini merasa kasihan kepada cucunya yang yatim piatu dan
memanjakannya dalam segala hal. Perhatian yang diberikannya tidak pernah ia berikan kepada
satupun dari anak-anaknya. Sekali-sekali Muhammad akan lari ke bagian tempat tinggal
kakeknya dan duduk di sebelahnya atau tidur di tempat tidurnya.
Ia ingat perlakuan istimewa yang diterimanya dari Abdul Muttalib dan membumbuinya
dengan imajinasinya, belakangan ia mengatakan bahwa kakeknya suka berkata, “ia [Muhammad]
mempunyai takdir besar, dan akan menjadi pewaris kerajaan;” dan akan berkata kepada
64 Tabaqat v.1, p. 106
41 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
pengasuhnya Baraka (umm Ayman), “Hati-hati, jangan sampai engkau membiarkannya jatuh ke
tangan orang-orang Yahudi dan Kristen, sebab mereka sedang mencarinya, dan akan
melukainya!”65
Kenapa ada orang yang ingin melukai orang yang mereka yakini sebagai mesias mereka?
Klaim seperti ini menyingkap delusi persecutory Muhammad. Delusi persecutory adalah
keyakinan seseorang bahwa ia akan dicelakai, dilecehkan, dan sebagainya oleh orang tertentu,
organisasi, atau kelompok lainnya.
Kamus Internasional Psikoanalisis menuliskan, “Kepribadian paranoid ditandai oleh
sejumlah karakter umum: ketidakpercayaan dasar; kecurigaan; kesediaan untuk merasa
diremehkan, dilukai atau dianiaya; cenderung mengumpulkan keluh-kesah dan dendam; dan suka
balas dendam. Kepribadian paranoid khawatir atau merasa takut dieksploitasi dan disiksa;
memiliki rasa curiga yang tidak rasional terhadap bahaya atau ancaman tersembunyi;
mengharapkan atau mempercayai bahwa pasangannya berselingkuh, ketidaksetiaan sahabatnya,
dan gagasan tentang persekongkolan yang tidak bersahabat. Selalu waspada atau berasumsi akan
adanya pengkhianatan.”66
Ingatlah sifat-sifat ini saat kita meninjau biografi Muhammad. Hampir semua yang ia
katakan dan lakukan memastikan bahwa ia menderita gangguan kepribadian paranoia dan
kepribadian narsisistik.
Takdir tidak bermurah hati terhadap Muhammad. Setelah dua tahun hidup dengan kakeknya,
sang kakek meninggal, di usia delapanpuluh dua, dan pamannya Abu Talib menjadi walinya.
Abu Talib adalah kakak kandung dari Abdullah.
Muhammad merasa getir karena kehilangan kakeknya. Saat ia mengikuti usungan jenazah
menuju pemakaman Hajun, ia terlihat menangis; dan bertahun-tahun kemudian, ia tetap
menyimpan kenangan indah tentang kakeknya.
Muhammad Di Bawah Perwalian Abu Talib
Meskipun tidak kaya, Abu Talib dengan setia menjalankan kepercayaan tersebut.
Kecintaannya kepada anak itu sama dengan Abdul Muttalib. Muhammad suka menyendiri,
sering termenung dan menarik diri. Hal ini membangkitkan kasih sayang pamannya yang
memanjakannya melebihi yang ia berikan kepada anak-anaknya sendiri. Ia mengizinkannya tidur
di tempat tidurnya, makan di sisinya, dan pergi bersamanya setiap kali ia pergi ke luar kota. Dan
perlakuan lembut ini terus ia berikan hingga Muhammad keluar dari ketidakberdayaan di masa
kecilnya.67
Memahami keadaan masa kanak-kanak Muhammad adalah penting agar dapat memahami
psikologisnya. Sama seperti kita tahu bahwa seorang anak perlu diberikan makanan tertentu,
tempat tinggal, dan perlindungan dari unsur-unsur ekstrim, bahwa ia membutuhkan udara yang
65 Tabaqat, v. 1, p. 107 66 www.enotes.com/psychoanalysis-encyclopedia/paranoia 67 Tabaqat, v. 1, p. 108
42 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
bersih dan air yang bersih agar tubuhnya bisa menjadi kuat dan tangguh, ia juga membutuhkan
lingkungan yang tegas yang tanggap terhadap kebutuhan psikologisnya.
Anak-anak membutuhkan kasih tanpa syarat di setiap tahap perkembangannya. Saat mereka
mencapai usia lima tahun mereka harus mulai diajari disiplin. Kebutuhan narsisistik mereka
harus dipenuhi saat mereka masih bayi dan balita. Secara bertahap mereka harus belajar bahwa
mereka bukan pusat alam semesta dan bahwa ada orang lain yang sama pentingnya dengan
mereka.
Apa yang terjadi jika keadaan ini dibalik? Jon Mardi Horowitz, penulis Stress Response
Syndromes, menjelaskan: “Ketika gratifikasi kebiasaan narsis yang timbul karena dipuja, diberi
perlakuan istimewa, dan mengagumi diri menjadi terancam, akibatnya bisa menjadi depresi,
selalu murung, gelisah, malu, destruktif diri, atau kemarahan yang ditujukan kepada orang lain
yang bisa dipersalahkan atas situasi yang bermasalah. Anak dapat menghindari keadaan emosi
yang menyakitkan ini dengan mendapatkan cara pengolahan informasi narsisistik.”68
Muhammad mengalami pengabaian dan penelantaran selama enam tahun pertama
kehidupannya, dan hidup serba diperbolehkan setelah itu. Gigitan yang ia berikan kepada
Shayma, kakak angkatnya, adalah pertanda besarnya amarah yang ia miliki. Kemudian ia hidup
dimanja. Oleh karenanya, itu menjadi keadaan yang mendukung dan kondusif baginya untuk
menjadi seorang yang narsisis.
Psikolog memberitahukan kepada kita bahwa lima tahun pertama dari kehidupan seorang
anak adalah tahun yang paling penting bagi pembentukan kepribadiannya. Kebutuhan emosional
Muhammad di tahun-tahun awal ini tidak terpenuhi. Ia membawa kenangan menyakitkan dari
tahun-tahun kesepian itu hingga dewasa dan masa tuanya. Ia dibesarkan dengan perasaan tidak
aman dan memiliki rasa harga diri yang tidak stabil, kelemahan yang ia coba sembunyikan
dengan kesombongan yang berlebihan, menumbuhkan rasa bahwa ia berhak atas segala hal,
maha hebat, dan ilusi superioritas.
Perjalanan Ke Suriah
Ketika Muhammad berusia 12 tahun, Abu Talib merencanakan untuk pergi dengan
rombongan karavan ke Suriah. Pada hari keberangkatannya, Muhammad mencengkeram
pamannya dan menangis tersedu-sedu hingga pamannya yang berhati lunak merasa kasihan dan
membawanya.
Potongan informasi ini tidaklah insignifikan. Ini adalah indikasi lain dari kerusakan
emosional yang telah diderita Muhammad selama masa kanak-kanak. Takut ditinggalkan adalah
ciri narsisistik.
Penulis biografi mengatakan bahwa ketika rombongan karavan tiba di Busra, Suriah,
seorang rahib bernama Bahira yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci Kristen, yang
diturunkan kepadanya dari generasi ke generasi mengenali Muhammad sebagai nabi yang
ditunggu-tunggu. Bahira melihat segumpal awan menudungi Muhammad dengan bayangannya
68 Jon Mardi Horowitz – Stress Response Syndrome: PTSD, Grief, and Adjustment Disorder”, New Jersey: Jason Aronson Inc., Third Edition, 1997, ISBN-10: 0765700255, ISBN-13: 978-0765700254.
43 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
dan cabang-cabang pohon tempat ia beristirahat membungkuk dan terkulai di atasnya. Sehingga
ia mengadakan pesta dan mengundang setiap orang yang ada dalam rombongan karavan tersebut.
Ia lalu menatap Muhammad memeriksa tanda-tanda kenabian pada dirinya dan melihat bahwa
mereka sesuai dengan apa yang ia baca di buku-buku. Ia menatap punggungnya dan melihat
materai kenabian dan menjadi yakin bahwa ia adalah nabi yang dijanjikan. Ia lalu
memberitahukan kepada Abu Talib, yang mengatakan bahwa Muhammad adalah anaknya,
bahwa ia tidak mungkin ayah dari anak tersebut sebab berdasarkan nubuat ayah dari anak
tersebut telah meninggal. Abu Talib menjawab bahwa ia adalah keponakannya. Bahira lalu
memberitahukan kepadanya bahwa anak itu adalah anak yang dijanjikan dan bahwa Abu Talib
harus segera membawanya pulang dengan segera dan jangan sampai orang-orang Yahudi dan
Kristen melihatnya sebab mereka akan membunuhnya.69
Apa yang terjadi dengan buku-buku yang memiliki deskripsi tentang Muhammad itu? Tidak
ada disebutkan tentang Muhammad di kitab suci Kristen atau Yahudi manapun. Bagaimana
semua tulisan itu bisa lenyap bila semua orang Kristen dan Yahudi mengetahuinya dan dapat
mengenalinya karena apa yang telah mereka baca? Kristus hanya memperingatkan tentang nabi-
nabi palsu. Tidak ada dikatakan di dalam Alkitab bahwa seorang Arab akan bangkit sebagai nabi.
Bagaimana mungkin saat orang-orang menemukan mesias mereka yang dijanjikan dan kemudian
ingin membunuhnya? Ini bertentangan dengan akal sehat, tetapi konsisten dengan referensi
tentang narsisis dan delusi paranoid.
Muhammad memiliki tahi lalat besar di antara bahunya. Ia mengklaim bahwa itu adalah
tanda kenabian. Apakah ada buku keagamaan yang mengkonfirmasi bahwa memiliki tahi lalat
besar di antara kedua bahu adalah tanda kenabian?
Yang terakhir, jika Bahira memberitahu Abu Talib bahwa Muhammad adalah nabi yang
dijanjikan, mengapa Abu Talib tidak pernah menjadi Muslim? Kita tidak bisa memastikan
apakah pernyataan-pernyataan ini dibuat-buat oleh Muhammad atau yang dikarang-karang
belakangan. Sira penuh dengan kisah-kisah seperti ini.
Masa Muda Muhammad
Tidak ada yang terjadi di masa muda Muhammad, tidak cukup penting baginya untuk
dibicarakan. Ia pemalu, pendiam, dan tidak bisa bersosialisasi. Ia sensitif terhadap statusnya
sebagai anak yatim piatu. Kenangan akan masa kecilnya yang kesepian menghantui dirinya
sepanjang hidupnya.
Ia menceritakan, “Aku tidak pernah tertarik dengan perbuatan orang-orang jahiliyyah,
kecuali dua kali, ketika aku dihalangi oleh Allah, sampai aku ditunjuk sebagai Nabi.”70
Jahiliyyah artinya era kebodohan. Muhammad merendahkan segala sesuatu yang tidak
Islami sebagai jahiliyyah.
Pada kedua peristiwa itu ia menjelaskan bahwa ia tergoda untuk pergi ke pesta pernikahan
dan menikmati malam itu sebagaimana yang dilakukan para pemuda, tetapi ia tidak bisa masuk
69 Ibn Ishaq, 80 70 Tabari, v. 3, p. 832
44 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
dan jatuh tertidur. Ia mengklaim bahwa Tuhan telah melindunginya sehingga ia tidak terlibat
dalam kejahatan, misalnya mendengarkan musik. Tidak jelas kenapa Muhammad berpikir musik,
tarian dan bergembira adalah dosa, sedangkan merampok, memperkosa, mencuri, dan
membunuh bukan dosa.
Di tempat lain, berbicara tentang masa mudanya, Muhammad berkata, “Aku mendapati
diriku di antara para pemuda Quraisy, mengangkat batu-batu yang biasa dimainkan anak-anak
lelaki. Kami semua membuka pakaian kami, masing-masing mengambil baju (kain pembungkus)
dan mengalungkannya di leher saat ia mengangkat batu-batu tersebut. Aku berjalan mondar-
mandir dengan cara yang sama, ketika sebuah sosok gaib menampar saya dengan menyakitkan
sambil berkata, ‘Pakai bajumu’.”71
Ilmu pengetahuan memberi kita penjelasan yang lebih baik tentang “tamparan” itu. Apa
yang dialami Muhammad dalam kasus di atas dan ketika ia jatuh tertidur, (kehilangan kesadaran)
ketika ia hendak pergi ke pesta pernikahan, kemungkinan besar adalah serangan kejang.
Serangan kejang terjadi ketika sejumlah besar sel mengirimkan muatan listrik pada waktu yang
sama. Gelombang listrik yang tidak normal dan kuat ini membebani otak dan mengakibatkan
serangan kejang, yang dapat menyebabkan kejang otot, kehilangan kesadaran, atau gejala-gejala
lainnya.
Serangan kejang juga dapat terjadi dalam kondisi tertentu, contohnya, kekurangan oksigen,
trauma pada kepala, atau penyakit. Muhammad rentan terhadap serangan kejang, yang disertai
dengan kekejangan, nyeri, dan halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Rasa sakit emosional dapat memperburuk rasa sakit fisik. Kesedihan, kemarahan terpendam,
kegelisahan, rasa malu dan bersalah dan menyebabkan rasa sakit jasmani. Amarah melepaskan
adrenalin, yang menyebabkan ketegangan pada otot dan mempercepat pernafasan. Rasa malu
dan rasa bersalah sering mengakibatkan mulas atau perasaan berat di bagian perut.
Semua ini memberitahukan kepada kita bahwa Muhammad tidak merasa nyaman berbaur
bersama teman sebayanya dan bersenang-senang seperti pemuda normal lainnya. Akibatnya ia
lebih banyak hidup sendiri.
Tahun berganti tahun. Muhammad tetap menjadi penyendiri, menyendiri dalam dunianya
sendiri, menjaga jarak dan menarik diri. Bukhari mengatakan bahwa ia “lebih pemalu dari gadis
perawan bercadar.”72 Ia tidak mampu menjalin persahabatan dengan pemuda seusianya atau
hubungan dengan wanita. Ia tetap hidup selibat sampai ia menikah. Hidup selibat di masa
mudanya jangan disangka sebagai sebuah tindak kesucian. Ketika ia memegang tampuk
kekuasaan, ia tidak punya masalah memperkosa wanita yang ditangkap dalam aksi
penyerangannya.
Muhammad tidak terlibat dalam pekerjaan apapun maupun belajar berdagang. Dari waktu ke
waktu ia akan mengurus domba-domba pamannya, sebuah pekerjaan yang dianggap sebagai
pekerjaan wanita oleh orang Arab. Ini lebih cocok dengan temperamennya yang tertutup, sebab
tidak memerlukan interaksi dengan manusia lain. Narsisis memiliki kesulitan untuk berhubungan
71 Ibn Ishaq, 81 72 Bukhari, 4.56.762
45 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
dengan orang lain sebagai makhluk yang setara. Jika mereka tidak bisa berada dalam posisi
superioritas, mereka akan menghindari interaksi sama sekali.
Pekan Raya Okaz
Di Okaz ada pekan raya tahunan di mana orang-orang Arab bertemu untuk melakukan
transaksi perdagangan. Itu juga merupakan acara budaya. Para penyair memamerkan bakat
mereka dan orator memamerkan seni deklamasi mereka. Para musisi tampil untuk penonton
mereka dan para penari menghibur para penonton. Peramal memperdagangkan jimat mereka,
pendongeng memikat penonton dengan kisah-kisah mereka tentang raja-raja, dan pengkhotbah
menyebarkan agama. Agama Kristen sedang berkembang pesat. Landasan bagi monoteisme telah
diletakkan.
Ketika masih muda, Muhammad menghadiri pekan raya ini dan ia secara khusus sangat
terpesona dengan pidato Qays ibn Sa’ada, uskup dari Najran. Ia tidak pernah mengambil bagian
di dalam kegiatan olaraga kaum muda lainnya dan menghindari perkumpulan mereka. Tetapi ia
menikmati khotbah-khotbah agama. Sebagai seorang anak yatim piatu yang mendambakan kasih
sayang, rasa kagum, dan rasa hormat, ia pasti memiliki angan-angan menjadi nabi dan menerima
semua rasa hormat yang dinikmati oleh nabi-nabi.
Perang Yang Mencemari Kesucian
Ketika Muhammad mencapai usia dua puluh, sebuah perang pecah di antara suku Quraisy
dan suku Arab lainnya. Perang itu dikatakan Mencemari Kesucian karena terjadi pertumpahan
darah di sekitar Mekah yang bagi orang-orang Arab merupakan tanah suci. Mereka tidak pernah
berperang di dalam ataupun di sekitar Mekah. (Belakangan Muhammad melanggar aturan itu.)
Perannya dalam perang tersebut adalah mengumpulkan panah-panah selama terjadi gencatan
senjata, lalu menyerahkannya kepada pamannya. Ia juga mengklaim telah melontarkan beberapa
panah.73 Muhammad mengobarkan banyak perang tetapi tidak satupun dari semua itu di mana ia
maju secara pribadi. Ia berdiri di belakang, seringkali di bawah perlindungan pengawalnya
sambil mendorong pasukannya untuk bersikap berani dan meyakinkan mereka akan pahala
mereka. Seperti disebutkan Muir, “Sesungguhnya keberanian fisik dan kenekatan ilmu bela diri
bukanlah sifat utama sang Nabi di tahap manapun dari karirnya.”74
Muhammad Mendapat Pekerjaan
Muhammad telah mencapai usia duapuluh lima, tetapi masih hidup bergantung kepada
pamannya. Abu Talib memiliki beberapa anak. Agak sulit baginya untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya yang besar.
Abu Talib adalah petugas penjaga Ka’bah, posisi politik tertinggi untuk warga Mekah. Dia
adalah seorang pembesar dan seluruh anggota keluarganya melek huruf. Bahkan anak-anak
perempuan di klan itu bisa membaca dan menulis. Bibi-bibi Muhammad semuanya penyair.
73 Tabaqat, v. 1, p. 117 74 William Muir, Life of Muhammad, v. II, ch. 2, p. 6
46 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Sama seperti paman-paman dan sepupu-sepupunya, Muhammad pasti menerima pendidikan, dan
kemudian tentunya putus sekolah. Beberapa hadis menunjukkan bahwa ia bisa membaca, tetapi
juga jelas bahwa keaksaraannya sangat terbatas dan bahwa ia tidak pernah membaca satu buku
pun seumur hidupnya.
Narsisis suka melamun, akibatnya mereka mengalami gangguan defisit perhatian. Mereka
juga merasa tidak nyaman di tengah rekan-rekan sebayanya. Kedua faktor ini menjelaskan
mengapa tidak seperti anggota keluarga lainnya, Muhammad tetap setengah buta huruf. Ia juga
tidak belajar tentang perdangan. Tanpa ketrampilan apa-apa, bagaimana ia bisa mendapatkan
pekerjaan?
Dipaksa oleh kemiskinan, akhirnya Abu Talib memutuskan untuk mencoba mengatur agar
keponakannya bisa mencari nafkah bagi dirinya sendiri. Ia memberitahukan kepadanya, “Seperti
yang kamu ketahui, saya berpenghasilan terbatas; dan kehidupan cukup berat. Saat ini ada
rombongan karavan yang akan berangkat menuju Suriah dan Khadijah anak dari Khuweilid
butuh pria-pria dari kaum kita untuk dikirim bersama barang-barang dagangannya. Jika kamu
menawarkan diri, ia akan siap sedia mempekerjakanmu. Apakah kamu mau saya membicarakan
hal ini dengannya?” Muhammad merespons, “Jika itu yang paman inginkan.” Jadi Abu Talib
mendatangi Khadijah dan berkata, “Apakah Anda bersedia mempekerjakan Muhammad?”
Khadijah setuju dan karena masih kerabat Abu Talib ia bahkan memberikan lebih dari upah yang
biasa.75
Sejak itu, Muhammad memangku jabatan sebagai amin (wali amanat). Ini adalah gelar
pedagang yang membawa barang dagangan orang lain dan diperdagangkan mewakili
pemiliknya. Amin juga berarti dipercaya. Kaum muslim mengklaim bahwa Muhammad
dipanggil Amin karena ia adalah orang yang jujur. Hal ini tidak benar. Quran mengatakan bahwa
penduduk Mekah menyebut Muhammad pembohong dan orang gila. Seperti yang akan kita lihat
nanti, ia sering berbohong dan mengizinkan pengikutnya untuk berbohong dan menipu.
Muhammad Dikenali oleh Rahib lain
Ibn Ishaq mengatakan bahwa Muhammad membawa barang dagangan Khadijah ke Suria
dan Khadijah mengirimkan bersamanya seorang anak lelaki bernama Maysara. Ketika
Muhammad berteduh di bawah pohon yang dekat dengan tempat tinggal seorang rahib, rahib
tersebut mendekat dan bertanya kepada Maysara siapa pria yang sedang beristirahat di bawah
pohon. Ia memberitahukan kepadanya bahwa Muhammad berasal dari kaum Quraisy, kaum yang
menjadi pengurus tempat kudus; dan si rahib berseru, “Tak ada orang lain selain seorang nabi
yang pernah duduk di bawah pohon ini.” Sangat jelas siapa saja yang memiliki pengetahuan
tentang Alkitab bisa segera mengenali Muhammad bila bertemu dengannya. Tetapi semua tulisan
yang menjelaskan tentang dirinya telah menghilang secara misterius dari antara ribuan salinan
Kitab Suci yang tersebar di tiga benua.
75 Tabaqat v. 1, p. 118
47 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Cerita tersebut berlanjut bahwa dalam perjalanan kembali, pada tengah hari ketika matahari
sangat terik saat ia mengendarai keledainya, Maysara melihat dua orang malaikat menudungi
Muhammad dari sinar matahari.76
Muhammad Menikah dengan Khadijah
Sekembalinya Muhammad dari perjalanannya ke Suriah, Khadijah merasa tertarik
kepadanya. Ia menginstruksikan salah seorang saudari atau pelayannya untuk mencari tahu
apakah Muhammad bersedia menikah dengannya. Muhammad sangat bersedia. Tetapi ada
beberapa kendala yang menghalangi.
Khadijah berusia empat puluh tahun, cantik dan janda kaya. Ia adalah wanita terkaya di
Mekah. Banyak pria berkuasa yang ingin menikahinya dan ia menolak semuanya. Muhammad
adalah pemuda yang tidak memiliki apa-apa dan tidak punya nama. Ia tidak memiliki pekerjaan,
uang, maupun ketrampilan. Meskipun sudah berusia 40, dalam masyarakat patriarkis seperti
Mekah, Khadijah butuh izin dari ayahnya. Ini tidak gampang.
Ia merancang rencana yang berani. Tahu akan kelemahan ayahnya terhadap minuman keras,
ia mengundang ayahnya, menyuguhinya minuman anggur, dan ketika ayahnya mabuk, ia
menaburinya dengan wangi-wangian dan mengenakan pakaian Yaman yang mahal. Ia lalu
menyiapkan pesta dan mengundang Muhammad dan pamannya dan saat ayahnya masih mabuk,
ia mendapat restunya untuk menikah dengan Muhammad.
Ketika Khuweilid sadar dari mabuknya, ia melihat ke sekelilingnya dengan heran. Ia
menanyakan apa maksud dari tanda-tanda adanya pesta pernikahan, sapi yang dipotong, wangi-
wangian, dan pakaian pernikahan. Ketika ia diberitahu akan apa yang terjadi, kepadanya
diberitahu “pakaian pernikahan itu dikenakan Muhammad kepadamu, menantumu;” ia menjadi
sangat marah dan menyatakan bahwa ia tidak akan pernah setuju untuk memberikan kepada
pemuda tanpa nama seorang puteri yang ditaksir oleh orang-orang hebat Quraisy. Rombongan
Muhammad menjawab dengan marah bahwa rancangan pernikahan itu bukan berasal dari
mereka, tetapi tidak lain dan tidak bukan merupakan tindakan puterinya sendiri. Kedua belah
pihak mengeluarkan senjata dan pertumpahan darah nyaris terjadi, ketika Khadijah turun tangan
dan rekonsiliasi pun terjadi.77
Kisah memalukan di atas diceritakan oleh Tabari dan Ibn Sa’d, tetapi ibn Hisham telah
menghilangkannya dari Sira Ibn Ishaq dan Waqidi menyangkali keotentikannya. Kaum Muslim
juga membuat sebuah hadis yang mengatakan bahwa Khuwelid mati saat kejadian itu dan
Khadijah dinikahkan dengan Muhammad oleh paman dari Khadijah. Penyangkalan ini memang
sudah diharapkan. Ada banyak hadis palsu lainnya yang dikarang-karang untuk menghindari rasa
malu. Dengan sedikit akal sehat tidak sulit untuk menentukan versi mana yang benar dan mana
yang tidak. Tidak mungkin kaum Muslim akan mengarang sebuah hadis, sedemikian
luarbiasanya sehingga bisa mempermalukan mereka.
76 Ibn Ishaq 82 77 Tabari, v. 3, p. 834
48 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Mengapa seorang wanita berstatus tinggi dan cantik jatuh cinta dan menikah dengan seorang
pemuda miskin, ini saja sudah merupakan permasalahan yang menarik. Khadijah hampir sama
umurnya dengan Amina. Ia lebih cocok menjadi ibu Muhammad. Sesungguhnya selama
pernikahan mereka ia bersikap seperti ibu terhadap Muhammad, dan Muhammad, bersikap
seperti anaknya.
Dalam buku Understanding Muhammad, saya telah memberikan penjelasan detil tentang
dinamisme antara Muhammad dan Khadijah. Di sini saya akan katakan dengan singkat bahwa ia
bersifat ko-dependen (kebalikan dari narsisis). Mereka membentuk hubungan yang simbiosis,
berdasarkan sifat saling membutuhkan. Seorang narsisistik dan seorang ko-dependen saling
menarik satu sama lain, dan biasanya hubungan mereka bertahan lama. Namun itu bukan
hubungan karena cinta.
Dalam sepuluh tahun Khadijah melahirkan enam orang anak bagi Muhammad. Yang
pertama adalah anak lelaki bernama Qasim dari situlah asal julukan Muhammad, Abul Qasim.
Qasim meninggal di usia dua tahun. Anak kedua adalah Zeinab. Kita akan membicarakan
tentang dirinya nanti. Ia diikuti oleh Ruqayyah dan Umm Kulthom. Kedua anak perempuan ini
menikah dengan Uthman ibn Afan yang kemudian menjadi khalifah ketiga, dan keduanya mati
tidak lama setelah itu. Anak perempuan terakhir bernama Fatimah Zahra yang menikah dengan
Ali, sepupu dari Muhammad dan khalifah keempat. Dia adalah satu-satunya anak perempuan
yang selamat dari ayahnya, tetapi hanya untuk enam bulan. Anak lelaki kedua adalah Abdul
Menaf. Ia juga meninggal saat masih bayi. Manaf adalah nama dewa pagan. Untuk
menyembunyikan namanya yang memalukan, kaum Muslim memberikan berbagai macam nama
kepada anak ini, seperti Abdullah, Tayib, dan Tahir. Namun, hal itu tidak seharusnya membuat
malu kaum Muslim, karena Muhammad sendiri tidak malu untuk mengakui, “Aku telah
mempersembahkan seekor domba putih bagi al Uzza, saat aku masih menjadi pengikut agama
kaumku.”78
Setelah pernikahannya dengan Khadijah, Muhammad mulai memperoleh status. Dari yang
bukan siapa-siapa, ia menjadi suami dari wanita terhormat dan kaya. Baginya hal ini merupakan
pencapaian besar. Angan-angannya tentang kebesaran telah menjadi kenyataan.
Selain status, semua kebutuhan finansialnya juga terpenuhi. Ia tidak perlu lagi bekerja dan ia
memang berhenti bekerja. Orang narsisis itu pemalas. Mereka merasa berhak mendapat tanpa
perlu memberikan usaha yang sepadan. Mengapa harus berusaha bila Anda dapat memanipulasi
orang lain untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan? Sebaliknya, orang yang ko-dependen
suka mengorbankan diri. Mereka mendapatkan kepuasan diri dengan memberi dan mengurus
orang yang membutuhkan mereka. Hubungan antara seorang narsisis dan seorang ko-dependen
adalah bentuk sadomasokisme di mana masing-masing pihak memuaskan kebutuhan yang
lainnya.
78 The Book of Idols, p. 17
49 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Peran Muhammad dalam Pembangunan Kembali Ka’bah
Ketika Muhammad berusia 35 tahun, Ka’bah dalam keadaan rusak dan masyarakat Mekah
memutuskan untuk membangunnya kembali. Ketika tiba waktunya untuk menempatkan batu
hitam di pojoknya, berbagai klan mulai bertengkar untuk mendapatkan kehormatan itu. Karena
mereka tidak bisa mencapai kata mufakat, mereka memutuskan untuk menunjuk pria pertama
yang memasuki mesjid itu sebagai wasit. Pria pertama yang masuk ternyata Muhammad. Mereka
memberitahukan kepadanya tentang kesepakatan mereka dan semua mata tertuju kepadanya. Ia
sekarang menjadi pusat perhatian semua orang dan penengah mereka. Ini adalah dorongan besar
atas rasa harga dirinya. Yang dibutuhkan oleh seorang narsisis untuk merasa bahwa ia berada di
puncak dunia adalah sedikit pasokan narsisistik. Dan Muhammad tidak akan menyia-nyiakan
kesempatan ini. Ia memerintahkan untuk menebarkan sebuah jubah di atas tanah dan batu hitam
tersebut diletakkan di atasnya. Lalu ia meminta wakil dari masing-masing klan untuk memegang
sudut jubah dan mengangkatnya bersama-sama. Ketika batu itu sudah berada pada ketinggian
yang diinginkan, ia sendiri yang mengambilnya dan meletakkannya di tempatnya, dengan
demikian mengambil kemuliaan bagi dirinya sendiri. Bagi Muhammad ini merupakan puncak
hidupnya sebelum klaimnya atas kenabian – prestasi terbesarnya.
“Apa yang dilakukan oleh Muhammad selama lima belas tahun antara pernikahannya dan
panggilan kenabiannya,” tanya Tarif Khalidi. “Sebagaimana yang kita lihat di atas, anehnya Sira
tidak mengatakan apa-apa.”79 Sira tidak mengatakan apa-apa karena ia bukan orang penting. Ia
tidak cukup layak untuk diperhatikan siapa pun.
Kehidupan yang Tertutup
Muhammad suka menghabiskan waktunya dengan menyendiri. Ia akan meninggalkan isteri
dan anak-anaknya di rumah, membawa bekal dan pergi ke sebuah gua bernama Hira, di bukit
Noor, dekat Mekah. Aisha menarasikan, “Allah membuatnya mencintai kesendirian sehingga
tidak ada yang lebih ia sukai selain menyendiri.”80
Orang yang narsisis butuh dipandang dalam cahaya kemuliaan, dan bersama dengan orang-
orang yang akan mencerminkan keistimewaan mereka. Apabila itu tidak bisa didapatkan mereka
menarik diri dari masyarakat dan menjadi penyendiri.
Otto Friedmann Kernberg, seorang psikoanalis dan dosen bidang studi psikiatri di Weill
Cornell Medical College dan seorang pakar tentang narsisisme berkata, “Kondisi dasar dalam
NPD biasanya adalah perasaan kosong karena menyendiri. Para penderita ini biasanya tidak
mampu belajar dari orang lain, sangat membutuhkan dorongan, dan merasa bahwa hidup itu
tidak berarti. Mereka memiliki sifat merasa bosan bila kebutuhan mereka untuk dikagumi dan
kesuksesan tidak terpenuhi.”
Muhammad bukan pencari nafkah. Bisnis Khadijah merosot. Bagi Khadijah, Muhammad
seperti anak lain yang harus diurusnya. Ia ingin menikahi seseorang yang membutuhkan
sehingga orang ini bergantung kepadanya dan ia bisa mengurus orang ini. Inverted narsisis
79 Tarif Khalidi, Images of Muhammad, p. 78 80 Ibn Ishaq 105
50 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
sangat mendambakan berada dalam hubungan dengan seorang yang narsisistik,” kata Dr. Sam
Vaknin, penulis Malignant Self Love, “terlepas dari pelecehan yang dilakukan terhadap dirinya.
Ia secara aktif mencari hubungan dengan orang yang narsisistik dan hanya dengan orang yang
narsisistik, tidak peduli dengan pengalaman (pahit dan traumatis) di masa lalunya. Ia merasa
kosong dan tidak bahagia bila berhubungan dengan orang yang non-narsisistik.”81
Hanya dengan wawasan ini kita bisa melihat mengapa seorang wanita sukses dan menarik
seperti Khadijah mau menikah dengan pemuda miskin seperti Muhammad, menguruskan seperti
seorang ibu, dan mengabaikan sikap acuh tak acuhnya terhadap keluarga dan tanggung jawabnya
sebagai seorang pria.
Muhammad Menerima Wahyu
Suatu malam, saat tidur di gua Hira, Muhammad mengalami hal yang aneh. Ia merasakan
sakit di bagian rusuknya, seolah-olah seseorang telah menendangnya. Ia terbangun dan tidak
melihat siapa pun. Ia mencoba untuk tidur lagi dan kembali merasa seseorang menendang bagian
rusuknya, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Hal ini terjadi tiga kali, hingga ia melihat sebuah
penampakan, cahaya putih dan di dalam cahaya itu berdiri sesosok manusia. “’Ia mendatangiku,’
kata Rasulullah, ‘saat aku tidur, dengan selimut brokat yang di atasnya terdapat tulisan, dan
berkata, ‘Baca!’ Aku berkata, ‘Apa yang harus kubaca?’ Ia membekapku dengan selimut itu
untuk ketiga kalinya sampai aku berpikir ini adalah kematian dan ia berkata lagi, ‘Baca!’ Aku
berkata, ‘Apa yang harus kubaca?’ – dan aku mengatakan ini hanya demi menyelamatkan diriku
darinya, jangan-jangan ia akan melakukan hal yang sama lagi terhadapku. Ia berkata:
Baca dalam nama Allahmu yang menciptakan,
Yang menciptakan manusia dari gumpalan darah,
Baca! Allahmu adalah yang paling dermawan,
Yang mengajar dengan pena,
Mengajarkan apa yang tidak diketahui manusia.82
Sulit untuk dipercaya bahwa Tuhan akan berkomunikasi dengan para nabiNya dengan cara
yang lucu seperti ini. Apa yang dialami Muhammad adalah contoh khas kejang yang disebabkan
oleh epilepsi lobus temporal. Dalam buku Understanding Muhammad, saya telah
mendedikasikan satu bab untuk topik ini.
Muhammad tertegun. Ia melihat ke kiri dan ke kanan dan kemanapun ia menoleh ia melihat
Gabriel berdiri di depannya. Itu adalah petunjuk yang jelas bahwa sosok yang ia lihat hanya ada
di dalam kepalanya, bukan di luar dirinya. Itu adalah bagian dari imajinasinya. Kita tidak bisa
memiliki bukti yang lebih baik lagi bahwa apa yang ia alami adalah halusinasi.
Muhammad berpikir bahwa ia telah kerasukan setan, atau kerasukan roh penyair. Untuk
alasan yang hanya ia ketahui, ia membenci para penyair. Ia berkata, “Lebih baik perut kalian
dijejali dengan nanah, daripada menjejali (pikiran seseorang) dengan puisi.”83 “Tidak ada
81 samvak.tripod.com/faq66.html 82 Ibn Ishaq. 105 83 Bukhari 8:73:175 dan Muslim 28:5609
51 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
makhluk Allah yang lebih membenci aku daripada penyair atau orang kesurupan,” katanya, “
Aku bahkan tidak bisa memandang mereka. Aku berpikir, celakalah aku penyair atau kesurupan?
Kaum Quraisy tidak akan pernah mengatakan hal ini kepadaku! Aku akan pergi ke puncak bukit
dan menjatuhkan diriku ke bawah supaya aku terbunuh dan dapat beristirahat dengan tenang.
Jadi aku berangkat untuk melaksanakannya dan kemudian, saat aku di tengah perjalanan menuju
puncak bukit, aku mendengar suara dari langit berkata, ‘O Muhammad! Engkau adalah rasul
Allah dan aku adalah Jibril.’ Aku mendongakkan kepalaku ke arah langit untuk melihat (siapa
yang berbicara), dan sesungguhnya, Jibril dalam wujud manusia dengan kaki mengangkang di
cakrawala. Berkata, ‘Wahai Muhammad! Engkau adalah rasul Allah dan aku adalah Jibril.”84
Muhammad pulang ke rumah dengan ketakutan dan gemetar. “Aku mendatangi Khadijah
dan duduk di pangkuannya dan merapatkan diriku padanya.”85 Ia kemudian menceritakan
pengalamannya. “Lindungi aku, lindungi aku,” ia memohon isterinya. Cobalah untuk
membayangkan Muhammad, pria berusia empat puluh, duduk di pangkuan Khadijah, seperti
seorang balita, dan Khadijah berusaha menenangkannya.
“Puer Aeternus,” kata Sam Vaknin, “remaja abadi, Peter Pan yang abadi, adalah fenomena
yang sering dikaitkan dengan narsisme patologis. Orang-orang yang menolak untuk menjadi
dewasa memberi kesan kepada orang lain sebagai orang yang egois dan penyendiri, suka
merajuk dan bandel, congkak dan penuntut – singkatnya: seperti anak kecil atau kekanak-
kanakan. Orang narsisistik adalah orang dewasa parsial. Ia berusaha menghindari kedewasaan.
Beberapa narsisis bahkan kadang-kadang menggunakan nada suara kekanak-kanakan dan meniru
bahasa tubuh balita. Mereka menolak atau menghindari tugas-tugas dan fungsi orang dewasa.
Mereka tidak mau berusaha menguasai ketrampilan orang dewasa atau pendidikan formal orang
dewasa. Mereka melemparkan tanggungjawab orang dewasa kepada orang lain, termasuk dan
khususnya kepada orang-orang terdekat dan terkasih mereka. Mereka tidak memiliki pekerjaan
tetap, tidak pernah menikah, tidak pernah membesarkan anak-anak, menyembunyikan asal-usul,
tidak memelihara persahabatan yang sejati atau hubungan yang bermakna.”86
Semua ini cocok dengan Muhammad, kecuali bahwa ia menikah, bukan hanya sekali tetapi
berkali-kali. Tetapi apakah itu benar-benar pernikahan? Hubungannya dengan Khadijah adalah
hubungan ibu dan anak. Ia tidak pernah berfungsi sebagai seorang pria – seorang pencari nafkah,
seorang pelindung. Ia tidak pernah memenuhi tanggungjawabnya sebagai suami atau ayah. Ia
bukan anggota masyarakat yang aktif. Ia tinggal sebagai seorang penyendiri di gua. Dan setelah
Khadijah, ia menjadi kumbang seksual, menikahi atau hanya bersetubuh dengan sejumlah
wanita, tanpa ikatan pernikahan yang sebenarnya dengan mereka. Bagaimana seorang pria
berusia limapuluhan bisa menciptakan hubungan pernikahan yang berarti dengan wanita yang
seharusnya menjadi anaknya atau bahkan cucunya? Tak satupun hubungan Muhammad yang
sesuai dengan definisi pernikahan, yang merupakan kemitraan dari dua orang yang sepadan. Para
84 Ibn Ishaq. 106 85 Ibn Ishaq. 106 86 samvak.tripod.com/narcissistinfantile.html
52 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
isteri dan gundiknya hanyalah sekedar objek untuk dinikmati, mainan untuk dimainkan atau
sebagaimana ditekankan oleh kaum Muslim, sebagai pion dalam langkah politiknya.
Ketika Muhammad memberitahu Khadijah, “Khadijah, aku pikir aku telah menjadi gila,”87
insting untuk melindungi si narsisisnya yang sedang membutuhkan langsung tergerak. Seorang
inverted narsisis bergantung kepada pendamping narsisisnya untuk memenuhi kebutuhan
narsistiknya. Ia mengupayakan kehebatannya dalam bayangan pendamping narsisisnya. Khadijah
dihadapkan kepada dua pilihan: Mengakui bahwa pendamping narsisisnya telah menjadi gila dan
menghadapi ejekan orang-orang yang mencemooh dirinya ketika ia menikah dengan Muhammad
atau mendukung halusinasinya dan mendorongnya untuk merintis karir kenabian. Pilihan
pertama berarti dipermalukan di depan publik dan pilihan kedua berarti kemuliaan. Pilihan yang
sangat jelas baginya. Inverted narsisis adalah kebalikan dari narsisis. Pegangannya terhadap
realita sama rapuhnya dengan orang yang narsisis.
Jika Khadijah adalah wanita normal, ia tentu akan terkejut dan akan meminta bantuan. Ia
tentu akan memanggil pengusir setan atau tabib untuk menyembuhkan suaminya. Sesungguhnya
jika ia memang normal ia tidak akan pernah menikahi Muhammad. Tetapi sebagai inverted
narsisis ia meyakinkan Muhammad bahwa ia telah menjadi seorang nabi. Ia berkata, “Aku
berlindung kepada Allah dari hal itu wahai Abul Qasim. Allah tidak akan memperlakukan
engkau demikian sebab ia tahu tentang kejujuranmu, kau sungguh dapat dipercaya, karaktermu
yang baik, dan kebaikanmu. Hal ini tidak mungkin, sayangku. Bersukacitalah, dan berbesar
hatilah. Sesungguhnya oleh dia yang memegang jiwaku, aku memiliki harapan bahwa engkau
akan menjadi nabi bagi orang-orang ini.”88
Hadis mengatakan bahwa Khadijah berangkat menemui sepupu tuanya Waraqa ibn Naufal
yang telah menjadi Kristen. Ia memberitahu sepupunya apa yang telah terjadi kepada suaminya
dan sepupunya meyakinkan dirinya bahwa Muhammad telah menerima wahyu yang sama yang
diterima oleh Musa dan Yesus. Kebetulan sekali, Waraqa meninggal tidak lama setelah
menyatakan Muhammad sebagai nabi Tuhan sehingga tidak ada seorangpun yang dapat
menyanggah apa yang diklaim oleh Muhammad dan Khadijah. Namun, ada sesuatu dalam cerita
itu yang membuatnya janggal. Dikatakan bahwa Waraqa mengenali Muhammad sebagai nabi
karena pengetahuannya akan kitab-kitab suci. Hal ini tidak benar. Tidak ada dalam kitab suci
Yahudi maupun Kristen yang mengisyaratkan tentang akan datangnya seorang nabi dari Arabia.
Ceritanya berlanjut dengan mengatakan bahwa Waraqa meramalkan Muhammad akan
ditolak dan diusir oleh kaumnya. Apakah Waraqa seorang cenayang? Bagaimana ia bisa
mengetahui hal-hal ini? Hadis ini, jika bukan buatan Muhammad tentunya merupakan karangan
bertahun-tahun kemudian.
Laporan dari Peramal-peramal Arab, tentang Muhammad
Ibn Hisham mengatakan, “Rabi orang Yahudi, rahib orang Kristen, dan peramal-peramal
Arab telah membicarakan tentang rasul Allah sebelum misinya dimulai saat waktunya telah
87 Tabari v. 3, p. 849 88 Ibn Ishaq. 107
53 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
dekat. Ada pun kepada para rabi dan rahib, diberitahu tentang gambaran dirinya dan penjelasan
tentang waktu kedatangannya yang mereka temukan dalam kitab-kitab suci dan apa yang telah
diperintahkan oleh nabi-nabi mereka kepada mereka. Sedang kepada para peramal Arab, mereka
telah dikunjungi oleh setan-setan yang dikirim jin dengan laporan-laporan yang diam-diam telah
mereka dengar sebelum akhirnya mereka dihalang-halangi untuk mendengar dengan dilempari
bintang-bintang.”89
Ia mencoba memvalidasi klaim yang dibuat dalam Quran bahwa kitab-kitab suci orang
Yahudi dan Kristen ada menyinggung tentang Muhammad dan bahwa orang-orang kafir tahu
akan kedatangannya melalui infomasi yang diberikan kepada peramal-peramal mereka melalui
jin. Menurut sura 72, para jin terus mencuri dengar percakapan para dewa hingga mereka
dihalang—alangi dengan cara dilempari dengan bintang. Klaim bahwa meteorit adalah bintang
jatuh dibuat di Quran. (37:6-10; 67:5) Memandangi langit cerah di gurun pasir, Muhammad bisa
melihat meteorit terbakar saat memasuki atmosfir bumi dan mengira bahwa mereka adalah
bintang-bintang yang dilempar ke arah para jin.
Ibn Hisham menarasikan sebuah kisah tentang bintang-bintang yang dilempar. Ia
mengatakan bahwa orang-orang Arab sangat takut kepada bintang jatuh dan mereka mendatangi
salah seorang warga suku mereka yang merupakan orang paling cerdik dan pintar, dan
menanyakan kepadanya apakah ia melihat bintang-bintang yang terlempar ini. Ia menjawab,
“Ya, tetapi tunggu dulu, jika mereka adalah bintang-bintang terkenal yang memandu para
musafir baik di darat maupun laut, yang memberitahu musim panas dan musim dingin sehingga
membantu manusia dalam kehidupan sehari-harinya, jika bintang-bintang itu yang dilemparkan,
maka itu dilempar oleh Allah! Itu artinya akhir dunia dan kemusnahan bagi semua yang ada di
dalamnya. Tetapi jika bintang-bintang itu tetap di tempatnya dan bintang-bintang lain yang
dilemparkan, maka itu untuk beberapa tujuan yang Allah maksudkan bagi umat manusia.”90
Ibn Hisham mengatakan bahwa Muhammad mengoreksi kesalahan orang-orang tentang
bintang jatuh, yang bahkan terdengar lebih lucu lagi. Ia bertanya, “Menurutmu apa maksud dari
bintang jatuh ini?” Mereka menjawab, “Menurut kami, seorang raja telah mati, seorang raja telah
ditunjuk, seorang anak telah lahir, seorang anak telah mati.” Ia menjawab, “Bukan begitu, tetapi
ketika Allah telah menetapkan sesuatu tentang ciptaanNya para pengusung tahkta mendengarnya
dan memujiNya, dan mereka yang ada di bawahnya memujiNya, dan mereka yang lebih rendah
lagi memujiNya karena mereka yang di atas telah memuji, dan hal ini berlanjut terus hingga
pujian tersebut turun ke tingkap langit paling rendah di mana mereka memuji. Kemudian mereka
bertanya satu sama lain ada apa, dan diberitahu bahwa karena mereka yang ada di atas
melakukan demikian dan mereka berkata, “Mengapa engkau tidak tanyakan pada mereka yang di
atasmu ada apa?”, jadi demikianlah pertanyaan itu diteruskan hingga sampai kepada para
pengusung takhta yang mengatakan bahwa Allah telah menetapkan sesuatu tentang ciptaanNya
dan berita itu diteruskan lagi dari tingkap langit paling atas hingga paling bawah, dan para setan
ikut mencuri dengar berita itu, membaurkannya dengan dugaan-dugaan keterangan-keterangan
89 Ibn Hisham 77 90 Ibn Hisham 78
54 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
yang salah. Kemudian mereka menyampaikannya kepada para peramal, beberapa yang salah dan
beberapa yang benar. Lalu Allah mendiamkan setan-setan itu dengan bintang-bintang yang
dilemparkan ke arah mereka, sehingga tidak ada lagi ungkapan-ungkapan halus saat ini.”91
Nubuat Orang Yahudi tentang Muhammad
Ibn Hisham juga mengutip sebuah kisah dari seorang Yahudi yang datang ke Yathrib dari
Suriah dan beliau orang yang demikian sucinya sehingga bisa berdoa meminta hujan dan hujan
turun dengan deras sebelum ia selesai berdoa. Pria ini, memberitahu orang-orang Yahudi bahwa
alasan ia datang dari negeri yang berlimpah susu dan roti ke negeri terkutuk yang dipenuhi
penderitaan dan kelaparan seperti Yathrib adalah karena berdasarkan hasil pembelajarannya
seorang nabi akan segera muncul dan ini adalah kota di mana ia akan bermigrasi, “dan waktunya
telah tiba,” ia memberitahu mereka. “Jangan sampai ada orang lain mendapatkannya sebelum
kamu, wahai orang-orang Yahudi, sebab ia akan diutus untuk menumpahkan darah dan
menangkap kaum wanita dan anak-anak dari orang-orang yang melawannya. Janganlah kamu
mundur darinya.”92
Tidak ada dalam Perjanjian Lama dinubuatkan tentang nabi pembunuh muncul di Arabia.
Kitab Kejadian 16 sampai 22 adalah satu-satunya kitab yang membicarakan tentang keturunan
Ismael, yang diduga sebagai nenek moyang bangsa Arab. Tetapi sebelum kita membahas lebih
jauh saya hendak katakan bahwa klaim bahwa Ismael adalah bapa leluhur suku Quraisy tidak
dapat dibuktikan, sebaliknya dapat dengan mudah ditunjukkan bahwa klaim tersebut sangatlah
tidak mungkin.
Mari kita lihat apa yang dikatakan pasal-pasal ini. Di Kejadian 16 kita membaca bahwa
karena isteri Abraham, Sara, tidak bisa memiliki anak, ia menganjurkan suaminya untuk tidur
dengan Hagar, hamba perempuannya yang orang Mesir, agar ia dapat melahirkan anak bagi
Abraham. Ketika Hagar mengandung, ia mulai bersikap kurang ajar kepada majikan
perempuannya. Sara mengeluh kepada Abraham. Ia menjawab, “Perbuatlah kepadanya apa yang
kaupandang baik.” Hagar lalu melarikan diri ke gurun pasir dan melahirkan anaknya, Ismael,
dekat sebuah mata air yang bernama Beer Lahai Roi, letaknya antara Kadesh dan Bered, di tepi
jalan menuju Syur. Tempat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Mekah. Oleh sebab
itu, kisah Islam bahwa Hagar berlari antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali untuk mencari
air, dan bahwa bayinya menendang tanah dengan kakinya dan sumur Zamzam muncul adalah
dongeng. Baiklah kita tidak sebutkan keanehan cerita ini dan fokus pada kenyataan bahwa
tempat yang diberitahu dalam Alkitab adalah sumur yang dikenal dengan nama Lahai Roi, antara
Kadesh dan Bered, dan bukan Zamzam, yang letaknya antara Safa dan Marwah. Sumur ini ada di
jalan menuju Syur. Menurut ahli Alkitab Daniel Isaac, Syur terletak di sepanjang Wadi Tumilat,
di tanah Gosyen yang tertulis dalam Alkitab. Ini adalah jalur sempit dengan tanah yang subur,
91 Ibn Hisham 78 92 Ibn Hisham 82
55 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
yang digunakan sebagai titik akses ke Mesir oleh para pelancong bila menuju Kanaan melintasi
Sinai.93
Bukan saja Wadi di Mekah sama sekali jauh dari Wadi Tumilat, juga tidak masuk akal
bahwa seorang wanita hamil berjalan sejauh 1.200 km di gurun pasir, dari semua tempat yang
ada di Mekah, ke tempat yang sama sekali tidak ada sehelai rumput pun, untuk melahirkan
bayinya.
Cerita di Alkitab berlanjut dengan seorang malaikat Tuhan muncul dan menanyakan
kepadanya apa yang terjadi. Ketika Hagar menceritakan kepadanya, malaikat itu menyuruh
Hagar untuk kembali kepada majikan perempuannya dan patuh kepada majikannya dan
menambahkan bahwa Hagar akan memiliki keturunan yang banyak. Sementara, menurut narasi
Muslim, Hagar dengan anak terikat di punggungnya berjalan kembali ke Kanaan. Apakah cerita
ini masuk akal?
Malaikat juga memberitahu Hagar bahwa anak lelakinya akan “seperti keledai liar.
Tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di
tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.”94
Nah, bagian yang ini tidak terlalu menyanjung. Hagar, yang diduga sebagai ibu leluhur
bangsa Arab, sikapnya kasar dan tidak tahu berterimakasih. Ia tidak bisa diperlakukan dengan
hormat. Ia harus direndahkan dulu baru mau bersikap sopan. Ismael juga disebut sebagai keledai
liar yang melawan semua orang dan memusuhi semua saudaranya. Akankah Allah menghina
nenek moyang dari nabi terakhirnya sedemikian rupa?
Dalam Kejadian 17 dikatakan Allah menampakkan diri kepada Abraham ketika ia telah
berusia 99 tahun dan berjanji bahwa ia akan memperoleh seorang anak laki-laki, Ishak, dan
berkata: “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-
temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah
keturunanmu.”95 Dia juga mengatakan bahwa melalui Ishak, Abraham akan memiliki banyak
keturunan dan bahwa “seluruh Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-
lamanya.”96 Jika Muslim percaya kepada Tuhan yang ada di Alkitab, seperti yang mereka
katakan, maka mereka seharusnya tahu bahwa mereka ada di pihak yang salah dalam konflik
Israel – Palestina. Janji Tuhan dalam Alkitab adalah tanpa syarat, jadi klaim Muhammad bahwa
Tuhan berubah pikiran tentang orang-orang Yahudi karena mereka menolakNya adalah tidak
benar.
Kemudian Abraham meminta Tuhan untuk memberkati Ismael, dan Tuhan setuju untuk
memberinya keturunan yang banyak. Mungkin karena kurang jeli. Sebab Tuhan tahu bahwa
tangan-tangan keturuan dari si keledai liar ini akan melawan tangan-tangan semua orang dan
akan memusuhi semua umat manusia, Dia seharusnya tidak mengabulkan permintaan Abraham
hanya demi menyenangkan Abraham. Sebagai akibatnya kata Timur Tengah menjadi identik
dengan perang, dan terorisme menyebar di seluruh dunia.
93 Israel: Ancient Kingdom Or Late Invention?, Daniel Isaac, p. 113 94 Kejadian 16:12 95 Kejadian 17:7 96 Kejadian 17:8
56 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Ketika Ishak lahir, Ismael yang telah berusia 14 tahun, telah mulai menganiaya dia.
(Keturunan Ismael, yang lebih banyak jumlahnya dari keturunan Ishak, meneruskan tradisi ini).
Akhirnya Sara berkata kepada Abraham, “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab
anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.”97 Meskipun
bangsa Arab memiliki tanah 500 kali lebih luas daripada bangsa Yahudi, dengan berlimpah
minyak bumi untuk digunakan, mereka tidak suka jika melihat keturunan Ishak memiliki
sepotong kecil tanah yang dapat mereka sebut sebagai kampung halaman mereka. Setali tiga
uang dengan bapa leluhurnya!) Jadi Abraham dan Sara kembali mengusir Hagar dan Ismael dari
rumah mereka.
Jika ibu dan anak ini memang melakukan perjalanan ke Mekah, seharusnya pada waktu
inilah mereka lakukan, bukan pada saat Hagar sedang mengandung. Jadi narasi Islam tidak
mungkin benar. Namun, tidak ada bukti bahwa Abraham pernah melakukan perjalanan sejauh
itu, apalagi mendirikan tempat ibadah di tengah-tengah padang pasir di mana jemaahnya sama
sekali belum ada.
Kisah di Alkitab menceritakan bahwa Abraham merasa sedih. Bagaimanapun, Ismael adalah
anaknya. Allah mengatakan kepadanya, “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu
itu; dalam segala hal yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab
yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.”98 Namun, Dia menghibur
Abraham dengan mengatakan, “Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi
suatu bangsa, karena iapun anakmu.”99 Itulah janji Tuhan dalam Alkitab yang diklaim oleh
Muhammad sedang ia wakili.
Quran mengatakan bahwa Ismael yang akan dipersembahkan oleh Abraham. Ini juga salah.
Menurut Alkitab, Tuhan berkata kepada Abraham, “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang
engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai
korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”100
Sekarang, kita tahu bahwa Ishak bukan anak tunggal Abraham, tetapi Ismael tidak masuk
dalam hitungan Tuhan. Ayat ini juga menegaskan bahwa Abraham hanya mengasihi Ishak saja.
Tuhan memang menjanjikan bahwa Ismael akan memiliki banyak keturunan. Tetapi Dia tidak
menjanjikan bahwa keturunannya ada yang akan menjadi nabi. Tidak ada yang perlu
dibanggakan dari mempunyai keturunan yang banyak, sebab kalau memang demikian maka
kelinci dan laba-laba tentunya akan menjadi makhluk yang paling berbangga hati. Tidak ada
bangsa yang memberi kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan kemajuan umat manusia
melebihi orang-orang Yahudi. Apa yang telah dikontribusi oleh orang-orang yang dianggap
sebagai keturunan Ismael?
Nubuat Kristiani tentang Muhammad
97 Kejadian 21:10 98 Kejadian 21:12 99 Kejadian 21:13 100 Kejadian 22:2
57 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Adapun nubuatan tentang Muhammad di kitab-kitab Injil, Ibn Hisham hanya mempunyai
Yohanes 15:26 sebagai bukti. “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu
Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.”
Ayat ini samasekali tidak mengatakan tentang Arabia, Mekah, Muhammad, atau bahkan
Ahmad. Penghibur, artinya seseorang yang menghibur dan menenangkan orang yang tertimpa
kemalangan atau yang kehilangan orang terkasih mereka. Apakah Muhammad sesuai dengan
gambaran tersebut? Ibn Hisham mengatakan bahwa nabi yang dinantikan oleh semua orang ini
haruslah seorang nabi yang akan menumpahkan darah dan menangkap para wanita dan anak-
anak. Jadi bagaimana nabi semacam ini bisa menjadi seorang penghibur?
Fakta bahwa Ibn Hisham menerima gagasan tentang seorang nabi yang menumpahkan darah
dan menangkap kaum wanita dan anak-anak sebagai tawanan sungguh meresahkan. Ia bukan
Muslim yang bodoh, tapi salah seorang tokoh Islam terbesar, yang memiliki pemahaman yang
baik tentang agamanya. Pandangannya dipergunakan oleh semua Muslim. Hal ini menunjukkan
bahwa kaum Muslim memiliki gagasan yang berbeda tentang agama, Tuhan, dan peran seorang
nabi dengan pandangan penganut agama lainnya. Hal ini juga menjelaskan mengapa kemana saja
Islam menyebar di sana terjadi pertumpahan darah.
Ironisnya adalah justru penulis yang sama mengatakan, Allah mengutus Muhammad
“dengan penuh belas kasih bagi umat manusia.” Tidak terpikirkan oleh si penulis bahwa
seseorang itu tidak bisa menjadi orang yang penuh belas kasih bagi umat manusia dan pada saat
yang sama merupakan seorang pembunuh massal dan orang yang suka memperbudak. Dikotomi
ini membawa dilema bagi kita, tetapi tidak demikian bagi seorang Muslim. Mereka tidak melihat
adanya kontradiksi dalam hal ini, sama seperti mereka tidak melihat adanya kontradiksi antara
gagasan tentang jihad dan menyebut agama mereka sebagai agama yang damai.
Tidak ada di dalam Perjanjian Lama ataupun Baru, atau tulisan agama lain yang bernubuat
tentang Muhammad. Jadi bagaimana semua orang Yahudi dan Kristen tahu Muhammad adalah
yang dijanjikan oleh agama mereka? Tak terhitung jumlah klaim semacam itu, tetapi tidak ada
yang benar.
Hal-hal yang Mempengaruhi Pemikiran Muhammad
Masyarakat Arab sedang mengalami perubahan yang cepat. Mereka dikelilingi oleh bangsa-
bangsa yang monoteis. Banyak suku-suku Yahudi yang telah menjadikan Arabia sebagai rumah
mereka selama berabad-abad. Kaum Zoraster di bagian Timur, dan orang-orang Kristen di Barat
Laut dan Selatan, semuanya memiliki kebudayaan yang lebih unggul, dan orang-orang Arab
beralih menjadi Kristen dengan sangat cepat. Banyak juga dari mereka yang percaya kepada
agama Hanifi, agama yang diduga dianut oleh Abraham.
Ibn Hisham menyebut empat orang yang dengan kesadaran sendiri telah meninggalkan
politeisme. Yang pertama adalah Waraqa ibn Naufal ibn Asad, sepupu dari Khadijah. Yang
kedua adalah Ubaydullah ibn Jahsh ibn Ri’ab, yang ibunya adalah Umayma bint Abdu’l-
Muttalib, bibi Muhammad dari pihak ayah dan yang ayahnya adalah paman dari pihak ibu
Muhammad. Yang ketiga adalah Uthman ibn Huwayrith ibn Asad. Dan yang keempat adalah
58 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Zayd ibn Amr ibn Naufal ibn Asad. Ia adalah paman sekaligus sepupu dari Umar ibn Khattab,
dan ketika Umar menikahi puterinya Atika, ia juga menjadi ayah mertuanya. Ayah Umar adalah
paman dari Zayd dan kakak tirinya dari satu ibu, yang berarti Amr tentunya telah menikahi ibu
tirinya setelah ia melahirkan Khattab bagi Naufal. “Mereka beranggapan bahwa orang-orang
mereka telah merusak agama bapa mereka Abraham, dan bahwa batu yang mereka kelilingi tidak
ada gunanya; batu itu tidak bisa mendengar, atau melihat, atau merasa sakit, atau menolong.
‘Carilah bagimu sebuah agama,’ kata mereka, ‘sebab bagi Allah engkau tidak punya agama.’
Jadi mereka pergi ke berbagai tempat di negeri itu, mencari Hanifiya, agama dari Abraham.”101
Waraqa menjadi seorang Kristen dan ahli kitab-kitab suci.
Ubaydullah, pada mulanya memeluk agama Islam dan merupakan salah satu emigran yang
pergi ke Abesinia. Ia menikahi Ramla bint Abu Sufyan, (Umm Habiba), dan kemudian beralih ke
agama Kristen dan selalu memberitahu teman-teman Muslimnya, “Kita melihat dengan jelas,
tetapi matamu hanya setengah terbuka,” artinya, “Kita melihat, tetapi kamu hanya berusaha
melihat dan belum bisa benar-benar melihat.” Ia meninggal tidak lama setelah berpindah agama
dan Muhammad menikahi janda mudanya. Para penulis biografi tidak memberikan detil
kematiannya, tetapi berhubung Muhammad tidak memiliki toleransi atas pembelotan khususnya
seseorang yang berusaha mengubah Muslim menjadi Kristen, kita tidak bisa mengabaikan
kemungkinan bahwa ia mungkin telah memerintahkan pembunuhan atas Ubaydullah. Seorang
yang murtad jauh lebih berbahaya daripada orang yang belum percaya. Mereka bisa merusak
iman orang percaya yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak percaya. Muhammad tidak
sungkan untuk mengklaim kemenangan setelah pembunuhan-pembunuhan yang ia lakukan.
Bahkan allahnya seringkali melantunkan satu atau dua ayat untuk menyetujui kejahatan nabinya
yang pengecut dan mengungkapkan kegembiraannya. Tetapi dalam kasus ini, Muhammad akan
membuat kaum Negus, yang beragama Kristen, memusuhinya. Oleh sebab itu, jika ia
memerintahkan pembunuhan atas Ubaydullah, pastilah ia lakukan dengan sangat rahasia.
Uthman ibn Huwayrith pergi kepada kaisar Bizantium dan menjadi seorang Kristen. Di sana
ia diberi jabatan yang tinggi.
Zayd ibn Amr tetap sebagaimana adanya dirinya. Ia tidak menerima agama Yahudi maupun
Kristen. Ia meninggalkan agama yang dianut kaumnya dan berpantang dari berhala-berhala,
binatang-binatang yang telah mati, darah, dan benda-benda dipersembahkan kepada berhala
(jelas merupakan pengaruh dari kepercayaan Yahudi, yang diterapkan oleh umat Kristen mula-
mula (Kis. 15:29)). Ia melarang pembunuhan bayi perempuan, menyatakan bahwa ia
menyembah Allah Abraham, dan ia secara terbuka menegur bangsanya atas praktek-praktek
yang mereka lakukan.102
Zayd adalah satu-satunya non-Muslim yang menurut Muhammad boleh didoakan oleh para
Muslim, beliau mengatakan, “Ia (Zayd ibn Amr) akan dibangkitkan sebagai satu-satunya wakil
dari semua manusia.” Puisi berikut ini ditulis oleh Zayd.
Apakah aku harus menyembah satu tuhan atau seribu?
101 Ibn Hisham 85; Ibn Ishaq 99 102 Ibn Hisham 86; Ibn Ishaq 99
59 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Jika memang ada sebanyak yang kau katakan,
Aku tinggalkan al-Lat dan al-‘Uzza
Sebagaimana orang berpendirian kuat.
Aku takkan menyembah al-‘Uzza dan kedua puterinya,103
Aku juga takkan kunjungi kedua patung Banu ‘Amr.
Aku tidak akan menyembah Hubal
Pada hari-hari saat aku tidak begitu sadar.
Aku bertanya-tanya (sebab di malam hari banyak yang aneh,
Namun di siang hari tampak jelas bagi yang berhikmat),
Allah telah memusnahkan banyak manusia
Yang perbuatannya benar-benar jahat
Dan meluputkan yang lain karena kesalehannya
Agar seorang anak bisa tumbuh dewasa.
Seorang manusia bisa merana sebentar dan kemudian pulih
Seperti cabang pohon hidup kembali setelah hujan.
Aku melayani Allahku yang penuh belas kasih
Agar Allah maha pengampun mengampuni dosaku,
Ingatlah untuk takut kepada Allah Tuhanmu;
Selama engkau berpegang pada itu engkau takkan binasa.
Engkau akan lihat mereka yang saleh tinggal di taman,
Sementara api neraka membakar orang-orang kafir.
Dipermalukan dalam hidup, ketika mereka mati.
Dada mereka mengkerut dalam penderitaan.
Zayd juga berkata:
Kepada Allah aku panjatkan pujian dan syukur,
Sebuah kata pasti yang takkan luntur sepanjang masa,
Kepada Raja surgawi – tidak ada lagi Allah yang melebihi Dia
Dan tidak ada tuhan yang bisa mendekat kepadaNya
Waspadalah, hai orang-orang, dari apa yang mengikuti kematian!
Tak ada yang bisa kau sembunyikan dari Allah.
Jangan ada yang lain selain Allah,
Sebab jalan yang benar telah menjadi jelas.
Aku mohon belas kasihan, yang lain percaya kepada jin,
Tetapi engkau, Allahku, adalah Allah kami dan harapan kami.
Aku puas dengan engkau, ya Allah, sebagai Tuhan,
Dan tak akan menyembah ilah lain selain engkau.
Karena kebaikan dan kemurahanMu
103 Zayd membuat kesalahan di sini. Lat, Uzza dan Manat adalah ketiga puteri dari al lah orang-orang Arab yang bernama Hubal
60 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Engkau kirimkan utusan kepada Musa sebagai pembawa berita.
Engkau berkata kepadanya, pergilah kau dan Harun,
Dan meminta firaun yang lalim untuk berpaling kepada Allah
Dan katakan kepadanya, ‘Apakah engkau yang menghamparkan (bumi) ini tanpa penopang,
hingga berdiri teguh seperti sekarang?’
Katakan kepadanya, ‘Apakah engkau yang meninggikan (langit) tanpa penopang?
Sungguh engkau seorang pembangun yang hebat!’
Katakan kepadanya, ‘Apakah engkau yang menempatkan bulan di awang-awang
Sebagai cahaya untuk memandu saat malam tiba?’
Katakan kepadanya, ‘Siapa yang mengirimkan matahari pada siang hari
Sehingga bumi yang disentuhnya mencerminkan kemegahannya?’
Katakan kepadanya, ‘Siapa yang menanam benih ke dalam tanah
Sehingga rumput-rumputan dapat tumbuh dan bertambah besar?
Dan memunculkan benihnya di pucuk tanaman?’
Disitu terdapat tanda-tanda hikmat.
Engkau dalam kebaikanMu menyelamatkan Yunus
Yang menghabiskan malam di perut ikan.
Meskipun aku memuliakan namaMu, aku berulang-ulang mengatakan
‘Ya Tuhan ampuni dosa-dosaku.’ (Atau ‘Dosaku akan bertambah kecuali Engkau
mengampuniku.’)
Tuhan segala makhluk, limpahkan karunia dan belas kasihMu ke atasku
Dan berkati putera-puteraku dan harta milikku. 104
jm Kesamaan antara pemikiran keagamaan Zayd dan Muhammad sungguh mencolok. Perintah
untuk menyembah satu tuhan, menolak penyembahan berhala, pernyataan untuk berpegang
kepada tali Allah, larangan untuk mengubur bayi perempuan (meskipun ini bukan praktek yang
umum dilakukan), kepercayaan kepada api neraka dan surga, kepercayaan bahwa bumi ini
terhampar layaknya permadani, penggunaan gelar Al Rahman (Maha Penyayang), Al Rabb
(Tuhan), dan Al Ghafur (Maha Pengampun) bagi Allah. Percaya kepada jin, kisah tentang Musa,
Harun dan Firaun, dan kisah Yunus yang tinggal di dalam perut ikan, adalah tema-tema yang
digunakan dalam Quran. Satu-satunya perbedaan adalah apabila Zayd menulis puisi yang indah,
Muhammad menulis dalam prosa berirama. Ini adalah puisi Zayd yang lain yang ditujukan bagi
isterinya Safiya.
Jangan menahan aku dalam penghinaan,
Safiya. Itu bukan jalanku sama sekali.
Bila aku takut dihina
Aku adalah pria pemberani dengan kuda yang patuh.
Pria yang terus-menerus mendatangi gerbang raja-raja,
Yang untanya menyeberangi gurun pasir!
104 Ibn Hisham 87; Ibn Ishaq 100
61 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Yang memutuskan hubungan dengan orang lain!
Yang kesulitannya mampu diatasi tanpa (bantuan) teman.
Keledai hanya menerima penghinaan,
Bila bulunya sudah kusam.
Ia berkata, ‘Aku tidak akan pernah menyerah,
Karena beban membuat lecet rusukku.
Kakak lelakiku, (putera ibuku dan kemudian pamanku),
Menggunakan kata-kata yang tidak menyenangkan buatku.
Ketika ia mencelaku aku katakan,
‘Aku tidak punya jawaban baginya.’
Namun aku berharap aku bisa mengatakan hal-hal
di mana aku memegang kunci-kunci dan pintu.
Ibn Hisham menuliskan, “Aku diberitahu oleh salah seorang keluarga Zayd ibn Amr ibn
Nufayl bahwa ketika Zayd menghadap Ka’bah di dalam mesjid ia biasa berkata,
Labbayka dalam kebenaran, dalam penyembahan dan dalam pelayanan.
‘Inilah aku penyembah yang tulus’.
Aku berlindung di tempat Abraham berlindung
Ketika ia berdiri dan menghadap kiblat.
Kemudian ia berkata:
Tahanan yang rendah hati, Ya Allah, wajahku di tanah.
Apapun perintahMu harus kulakukan.
Bukan kebanggaan yang kucari, tetapi berkah kesalehanku.
Musafir di tengah hari tidak sama dengan dia yang tidur di siang hari.
Ia juga berkata:
Aku tunduk kepadaNya yang
KepadaNya bumi dengan batuan perkasa tunduk.
Dia menghamparkannya dan ketika dilihatnya sudah tenang
Di atas air, Dia membentuk gunung di atasnya.
Aku tunduk kepadaNya yang kepadaNya awan
Dengan air yang manis tunduk.
Ketika mereka diterbangkan di atas tanah
Dengan patuh mereka menumpahkan hujan yang berlimpah ke atasnya.105
105 Ibn Hisham 89; Ibn Ishaq 102
62 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Tidak diragukan bahwa puisi-puisi ini yang mengilhami Muhammad ketika ia menulis
Quran Mekahnya. Sayangnya puisi-puisi Zayd yang selamat hanya berupa potongan-potongan,
namun mereka terdiri dari sejumlah tema yang kemudian digabungkan menjadi Quran.
Zayd juga membenci pengorbanan hewan bagi berhala. Sebuah hadis menarasikan,
“Rasulullah berkata bahwa ia bertemu Zaid bin ‘Amr Nufail di suatu tempat dekat Baldah dan ini
telah terjadi sebelum Rasulullah menerima Wahyu Ilahi. Rasul menyajikan sepiring daging (yang
dipersembahkan baginya oleh para pagan) kepada Zaid bin ‘Amr, tetapi Zaid menolak untuk
memakannya dan kemudian mengatakan, “Aku tidak memakan apa yang engkau sembelih di
atas altar batumu (Ansabs) aku hanya makan apa yang telah disembelih dengan menyebut nama
Allah.”106
Penulis lain dari hadis yang sama mungkin merasa malu karena nabinya memakan daging
yang dipersembahkan bagi berhala. Versi hadisnya mengatakan, “Makanan disajikan kepada
Nabi tetapi ia menolak untuk memakannya. (Lalu makanan itu disajikan bagi Zayd) yang
berkata, “Aku tidak memakan apa yang engkau sembelih dalam nama berhala batumu.”107
Hadis apokrif yang sama mengatakan, Zayd pergi ke Sham untuk mencari kebenaran dan di
sana ia bertemu seorang cendekiawan Yahudi dan berkata kepadanya, “Aku ingin memeluk
agamamu, jadi beritahukan kepadaku tentang agamamu.” Orang Yahudi itu berkata, “Kamu
tidak akan memeluk agama kami kecuali kamu menerima bagian dari kemarahan Allah.” Zaid
berkata, “Aku tidak lari kecuali dari kemarahan Allah, dan aku tidak akan menanggungnya
sedikitpun jika aku punya kuasa untuk menghindarinya. Bisakah Anda memberitahuku tentang
agama lainnya?” Pria itu berkata, “Aku tidak tahu tentang agama lainnya kecuali agama Hanif.”
Zaid bertanya, “Apa itu agama Hanif?” Ia menjawab, “Hanif adalah agama dari (nabi) Abraham
yang bukan orang Yahudi maupun Kristen, ia hanya menyembah Allah (saja).” Kemudian Zaid
bertemu seorang cendekiawan Kristen dan percakapan yang persis sama kembali terjadi. Lalu
Zaid mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Ya Allah! Aku menjadikanMu saksiku bahwa
aku memeluk agama Abraham.”
Kisah ini tidak mungkin benar. Tidak ada seorang Kristen maupun Yahudi yang berpikir
bahwa mereka akan menanggung kemarahan Tuhan karena iman mereka. Logika ini hanya dapat
masuk ke akal seorang Muslim dan oleh sebab itu kisah ini tidak lain hanya berupa khayalan dari
pikiran seorang Muslim.
Dalam hadis yang sama Asma bint Abu Bakr menarasikan bahwa ia ingat Zayd “berdiri
dengan punggu menghadap Ka’bah dan berkata, “Wahai kaum Quraisy! Demi Allah, tidak ada
seorangpun di antara kamu yang memeluk agama Abraham kecuali aku.”108
Ibn Hisham mengatakan, “Ia berjalan mencari agama dari Abraham, bertanya kepada para
rahib dan rabbi sampai melintasi al-Mausil dan seluruh Mesopotamia; kemudian ia berjalan
melalui seluruh Suriah hingga ia bertemu dengan seorang rahib di dataran tinggi Balqa. (Amman
adalah ibukota dari distrik ini.) Pria ini, diduga, adalah seorang yang sangat memahami
106 Bukhari 7: 67: 407 107 Bukhari 5: 58: 169 108 Bukhari 5: 58: 169
63 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
kekristenan. Zayd menanyakan kepadanya tentang Hanifiya, agama dari Abraham, dan si rahib
menjawab, ‘Engkau mencari agama yang tidak ada seorangpun bisa memandumu saat ini, tetapi
waktu bagi seorang nabi yang akan muncul dari negerimu yang baru saja engkau tinggalkan akan
segera tiba. Ia akan diutus dengan Hanifiya, agama dari Abraham, jadi berpeganglah pada itu,
sebab ia akan segera diutus sekarang dan ini adalah waktunya.’ Zayd telah mencicipi agama
Yahudi dan Kristen dan tidak puas dengan satupun di antaranya; jadi mendengar kata-kata ini ia
segera berangkat kembali menuju Mekah; tetapi ketika ia ada di desa Lakhm ia diserang dan
dibunuh.”109
Kisah ini juga tidak benar. Pertama-tama, siapa yang melaporkannya? Bagaimana orang
mengetahui tentang percakapan antara Zayd dengan si rahib bila ia terbunuh sebelum mencapai
Mekah? Dan bagaimana si rahib tahu tentang Muhammad bila di dalam Alkitab sama sekali
tidak ada disebutkan mengenai dirinya? Kedua, anak Zayd, Saeed, mengatakan bahwa ayahnya
meninggal di Aqiq dan dibawa ke Madinah untuk dikuburkan.110 Hal ini mengimplikasikan
bahwa ia tentunya mati setelah Muhammad, bukan sebelum Muhammad memulai agamanya
seperti yang dinyatakan hadis di atas, dan bahwa selama itu ia tidak pernah memeluk agama
Islam, yang pasti telah ia dengar. Jelas, ia telah meninggalkan Mekah dan Muhammad pasti
mengira bahwa ia telah mati. Bukan tidak mungkin bahwa pria yang lurus seperti Zayd akan
mendukung penipuan seperti itu.
Pengaruh Zayd dalam ayat-ayat Quran berikut sangat jelas. The Jews and the Christians
have asked the Muslims to accept their faith to have the right guidance. (Muhammad) tell them,
“We would rather follow the upright religion of Abraham who was not a pagan”. (2:135)
Ini adalah ayat yang menarik. Selama tigabelas tahun di Mekah Muhammad telah
menganjurkan agama Yahudi dan Kristen dengan menyatakan mereka sebagai agama yang
benar, dan disini dalam ayat Madinah, ia berkata bahwa satu-satunya agama yang benar adalah
agama dari Abraham, agama Hanif. Hal ini jelas bahwa setelah bertahun-tahun, ia memiliki
beberapa keraguan tentang kedua agama tersebut. Perubahan sikap ini adalah akibat para
pengikut dari kedua agama tersebut menolak dirinya. Meskipun ia tidak mengeluarkan ayat yang
telah ia “ungkapkan” tentang agama Yahudi dan Kristen, ia tetap diam setelah itu. Ia menuliskan,
“Abraham was not a Jew or a Christian. He was an upright man, a Muslim who had submitted
himself to the will of Allah and he did not join gods with Allah.” (3:67) Tema yang sama diulang
dalam 3:95, 4:125, 6:161, 16:120, 22:31.
Dikatakan juga bahwa Zayd mengutuk pembunuhan bayi. “Ia biasa mempertahankan hidup
seorang anak perempuan: Jika seseorang ingin membunuh anak perempuannya, ia akan berkata
kepadanya, ‘Jangan bunuh dia sebab aku akan memberinya makan mewakili Anda.’ Jadi ia akan
mengambil anak itu dan ketika anak itu tumbuh dengan sehat, ia akan berkata kepada ayahnya,
‘Sekarang jika Anda menginginkan anakmu, aku akan berikan kepadamu, dan jika Anda mau,
aku akan memberinya makan mewakili Anda.’”
109 Ibn Hisham 89 110 Malik 16: 10: 31
64 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Praktek ini bisa jadi tidak lazim di kalangan orang-orang Arab. Namun setidaknya pasti
pernah terjadi sekali sehingga Zayd mengutuknya. Muhammad juga menggunakan itu dalam
Qurannya. (17:31; 81:8-9) dan 15:58 yang berbunyi, “When the news of the birth of their daughter is
brought to them, their faces turn gloomy and black with anger.”
Ayat ini aneh sebab tidak ada yang memberikan kontribusi terhadap pencemaran kaum
wanita melebihi Muhammad. Di banyak tempat ia mengakui superioritas kaum pria atas wanita (4:34) dan menghardik orang-orang Arab karena mengatakan Tuhan memiliki anak perempuan
ketika mereka membanggakan diri memiliki anak laki-laki. (53:22) Ia menyebutnya sebagai
“pembagian yang tidak adil”. Kontradiksi ini dapat dipahami jika kita mempertimbangkan bahwa
Muhammad ditarik oleh dua kekuatan, pemikirannya yang bersifat misoginis, dan ajaran luhur
dari mentornya yang ia jiplak.
Apakah Muhammad dan Zayd bertemu? Tentu saja mereka tinggal di kota yang sama, tetapi
mari kita lihat apa yang dikatakan oleh Ibn Hisham. Al-Khattab mengintimidasi Zayd (ibn Amr)
sehingga memaksanya untuk mundur ke tanah yang lebih tinggi di Mekah, dan ia berhenti di
gunung Hira yang menghadap ke arah kota. Al-Khattab memberi instruksi kepada kaum pria
muda Quraisy yang tidak bertanggungjawab bahwa mereka tidak boleh membiarkan ia
memasuki Mekah dan ia bisa melakukannya adalah suatu rahasia.”111
Hal ini terjadi kira-kira pada waktu yang sama ketika Muhammad sering mengunjungi gua
tersebut. Pengaruh Zayd terhadap Muhammad tidak dapat disangkal dan sekarang kita memiliki
alasan untuk mempercayai bahwa mereka berdua menghabiskan cukup banyak waktu bersama-
sama, berbicara tentang gagasan-gagasan keagamaan mereka.
Para pagan di sana mempunyai sikap toleran terhadap semua kepercayaan. Alasan Zayd
diintimidasi oleh kakak tiri/pamannya jelas karena ia, seperti Abraham, ingin menjadi seorang
ikonoklas (orang yang menentang penyembahan berhala) dan menghina agama orang Mekah,
suatu sifat yang diwarisi Muhammad dari dirinya.
Hanya ada satu perbedaan antara pemikiran Zayd dengan pemikiran Muhammad. Zayd
percaya bahwa batu hitam yang ada di Ka’bah, hanyalah berhala tak berdaya lainnya, tetapi
Muhammad memasukkannya ke dalam agamanya. Namun, pada mulanya hal ini tidak demikian.
Mulanya Muhammad tidak ingin berurusan dengan Ka’bah dan batu hitam di dalamnya. Ia
memilih masjidul Aqsa (mesjid paling jauh) di Yerusalem sebagai kiblatnya. Pada saat kaum
Yahudi di Madinah menolaknya barulah ia mengganti kiblatnya ke Mekah dan mempercayai
batu hitam tersebut. Alasan lain kenapa ia enggan untuk mengecam batu tersebut mungkin
karena ia turut berperan dalam penempatan batu tersebut, saat pembangunan kembali Ka’bah.
Sebagai perbandingan antara puisi-puisi Zayd dengan kata-kata Muhammad dalam Quran,
lihat Appendix I.
Perkembangan Islam
Khadijah mulai mempromosikan suaminya sebagai nabi Allah yang baru. Orang pertama
yang masuk ke dalam iman Muhammad adalah sepupunya, Ali. Ia berusia sekitar sepuluh tahun
111 Ibn Hisham 89
65 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
dan tinggal di rumah Muhammad. Orang berikutnya adalah Zeid ibn Haritha. Ia kira-kira sepuluh
atau lima tahun lebih muda dari Muhammad. Muhammad mengadopsinya sebagai anak setelah
ia dewasa. Pria yang bergabung selanjutnya adalah Abu Bakr yang dua tahun lebih muda dari
Muhammad. Ia adalah pedagang kain dan telah mengumpulkan sejumlah kekayaan. Abu Bakr
sangat menghormati Khadijah. Khadijah berperan penting dalam pertobatan Abu Bakr. Tentunya
ia beralasan, jika Islam bagus untuk Khadijah, pasti bagus juga bagi saya. Inilah adalah
bagaimana kebanyakan Muslim beralasan ketika mereka mencoba membenarkan iman mereka.
Abu Bakr selanjutnya berperan dalam pertobatan beberapa orang lainnya; termasuk Uthman ibn
Affan, tujuh tahun lebih muda dari Muhammad. Ibunya adalah puteri dari Abdul Muttalib,
dengan demikian ia adalah sepupu Muhammad. Ia juga seorang pedagang yang kaya. Abu Bakr
dan Uthman yang menyokong kegiatan Muhammad secara finansial.
Patut dicatat bahwa pada masa tersebut, berkat pengaruh agama Yahudi dan Kristen di
Semenanjung Arabia, banyak pagan yang menjadi condong ke arah monoteisme. Orang-orang
Yahudi tidak melakukan kegiatan penginjilan, tetapi kekristenan maju dengan pesat. Bagi
Muhammad, waktunya sangat tepat. Ajarannya tentang monoteisme selaras dengan orang-orang
yang telah mempertanyakan penyembahan berhala nenek moyang mereka.
Sebagian besar mualaf awal adalah kaum muda yang mudah dipengaruhi dan para kerabat
Muhammad. Sa’d ibn Abi Waqqas (b. 595) adalah keponakan Amina, ibunda Muhammad.
Zubair ibn Awwam (b. 594) adalah keponakan Khadijah dan anak dari Safiyah, bibi Muhammad.
Talha ibn Obaidullah (b.597) adalah kerabat Abu Bakr. Mereka semua berada pada pertengahan
usia remaja ketika mereka menjadi mualaf.
Muhammad biasa mengadakan pertemuan di rumah Khadijah. Salah seorang Muslim awal
adalah Abdal Rahman bin Auf, (b. 580). Pada kunjungan pertamanya, Abdal Rahman datang
dengan empat orang teman yang semuanya memeluk agama Islam. Mereka adalah Ubeida, anak
dari paman Muhammad, Harith; Abu Salma, dari bani Makhzum, Abu Ubeida dan ibn Al Jarrah.
Yang terakhir ini mempertobatkan beberapa anggota keluarganya. Di antaranya adalah Abu
Hudhaifa ibn Utba yang keluarganya selalu menentang Islam. Pemuda lain yang menghadiri
pertemuan-pertemuan ini dan yang memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam adalah
Mussab ibn Umair. Kita akan pelajari lebih banyak tentang dia, nanti.
Selain pemuda-pemuda ini, beberapa budak juga turut menghadiri pertemuan ini. Yang
paling terkenal di antara mereka adalah Bilal, putera dari budak Abesinia. Yang lain adalah Amir
ibn Fuhaira, budak dari kakak lelaki Aisha dari pihak ibu. Abdullah ibn Ma’sud, dan Khabbab
ibn al-Arrat yang merupakan pembuat pedang.
Banyak dari mualaf ini membawa serta isteri dan saudara perempuan mereka ke pertemuan
tersebut dan beberapa dari mereka menerima kepercayaan baru ini. Pada tiga atau empat tahun
pertama, sekitar empat puluh orang beralih kepada Islam.
Sebuah bagian dari Tabaqat memberi kita nuansa dari pertemuan-pertemuan itu dan
bagaimana Muhammad membuat pendengarnya terkesan.
“Selama khotbah-khotbahnya, mata sang nabi akan berubah menjadi merah sambil ia
mengeraskan suaranya dan berbicara dengan penuh amarah, seakan-akan ia adalah komandan
66 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
tentara yang sedang memberi peringatan kepada anak buahnya. Ia akan berkata ‘kebangkitan dan
saya adalah seperti dua jari (sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya). Ia akan
berkata, ‘bimbingan yang terbaik adalah bimbingan dari Muhammad dan hal yang terburuk
adalah inovasi dan inovasi apapun itu akan menghasilkan kebinasaan. Selama khotbahnya, nabi
biasanya memegang sebuah tongkat.”112
Kisah di atas mengingatkan kita akan pidato-pidato Hitler yang berapi-api. Kemarahan
Muhammad menyampaikan keyakinannya dan membakar semangat para pengikutnya. Anda
tidak mungkin mendengar pidato yang berkobar-kobar seperti itu dan tetap bersikap acuh tak
acuh. Seorang narsisis yang diabaikan adalah seorang penyendiri. Tetapi berikan kepadanya
khalayak maka ia akan bermetamorfosis menjadi tokoh kultus. Para pengikut awal Muhammad,
sebagaimana para pendukung utama Hitler, adalah orang-orang yang tidak berpendidikan,
tertindas, rentan, mudah dipengaruhi, dan sebagian besar pemuda.
Rima Wahyu
Muhammad menekankan pentingnya ayat-ayat Quran yang ia klaim sebagai wahyu dari
Tuhan. Ia mendorong para pengikutnya untuk menghafal dan melagukannya, seperti cara orang-
orang Yahudi menyanyikan kitab suci mereka.
Kontemporer bagi Muhammad, ada beberapa nabi pembohong yang juga menulis ayat-ayat
mereka dalam gaya puisi. Tabari mengutip beberapa ayat karya Musailama113 yang pengikutnya
dikalahkan oleh Abu Bakr dan ia sendiri terbunuh dalam pertempuran. Ayat-ayat tersebut
terdengar konyol, kemungkinan besar dikarang-karang oleh kaum Muslim dan dikait-kaitkan
dengannya untuk mengejeknya. Namun, gayanya sangat mirip dengan Quran. Fakta bahwa
diakui ada nabi pura-pura yang menulis dalam prosa berirama, adalah bukti bahwa jenis
penulisan seperti ini diyakini sebagai bahasa ilahi. Ini adalah gaya bicara para kahins (para
peramal). Itulah sebabnya ketika Muhammad mulai mengungkapkan ayat-ayatnya, warga Mekah
menudingnya sebagai seorang penyair gila atau seorang kahin, (37:36; 52:29-30) tudingan yang
menurutnya dibantah oleh Allah. (36:69; 69:41-42)
Gaya berbicara seperti ini telah menjadi populer dan dihubungkan dengan bahasa wahyu
berkat para penyanyi dan pendongeng bardic yang berkeliling melantunkan epos Homeric.
Menulis balada ke dalam ayat-ayat berirama yang ekspresif membutuhkan beberapa
persiapan. Para penyair jarang berimprovisasi. Mereka merancang pekerjaan mereka secara
pribadi sebelum tampil di depan umum. Hal ini diperlukan di awal karena bagi nabi baru ini
kata-katanya merupakan senjata satu-satunya. Sajak-sajak dalam Quran Mekah juga dapat dilihat
sebagai pengaruh dari puisi Zayd ibn Amr yang coba ditiru oleh Muhammad. Dia meninggalkan
gaya penulisan berirama setelah ia berada di Madinah dan mendapati bahwa teror merupakan
instrumen yang lebih ampuh untuk memperoleh kekuasaan. Ayat-ayat Madinah tidak berirama.
Wahyu Berhenti
112 Ibn Sa’d Tabaqat, v. 1, p. 362 113 Tab. vol. 3, p. 1415
67 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Setelah memulai khotbah-khotbahnya dan mempertobatkan beberapa orang, pengalaman
halusinasi Muhammad berhenti.
Tabari melaporkan, “Untuk sementara waktu inspirasi dari nabi (PBUH) berhenti dan ia
menjadi sedih. Dan ia pergi ke puncak sebuah gunung yang tinggi untuk menjatuhkan dirinya.
Saat ia mendaki Gabriel muncul dan mengatakan, engkau adalah nabi Allah dan hatinya menjadi
tenang.”114
Berhentinya “wahyu” ini juga sulit bagi Khadijah. Ia telah menyatakan harapannya bahwa
suaminya akan menjadi nabi bagi orang-orang Mekah. Mereka telah mengumumkan berita itu ke
segala pelosok negeri. Jika hal ini tidak benar, mereka akan menghadapi rasa malu dan
cemoohan. Untuk mengungkapkan kekecewaannya ia berkata, “Aku rasa Tuhanmu pasti telah
membencimu.”
Ini pasti merupakan saat yang sulit bagi pasangan tersebut, khususnya bagi Muhammad
yang menyatakan bahwa ia sampai mempertimbangkan untuk bunuh diri. Tetapi narsisis tidak
melakukan bunuh diri. Mereka menganggap diri mereka terlalu berharga, terlalu penting untuk
mati. Yang harus ia lakukan adalah mengklaim bahwa ia telah menerima wahyu baru dan
semuanya akan baik-baik saja. Lagipula, ia telah menerima konfirmasi bahwa ia adalah utusan
Allah.
Muhammad juga menderita epilepsi lobus temporal sejak kecil dan mengalami kejang-
kejang beberapa kali. Pengalamannya di gua Hira pasti tampak nyata baginya dan ia pasti merasa
yakin bahwa ia telah menjadi seorang nabi. Ketika halusinasi itu berhenti, ia mulai mengarang-
ngarang wahyu yang sesuai baginya.
Pada satu titik dalam karir kenabiannya, Muhammad pasti telah memutuskan bahwa ia bisa
menciptakan wahyu dan tidak perlu bergantung kepada malaikat aneh yang kadang-kadang
muncul dan kadang-kadang tidak. Saya percaya bahwa inilah saat tersebut. Pada suatu tahap,
pengalaman menggembirakan Muhammad berhenti dan ia mulai mengarang-ngarang wahyunya.
Percakapan pemberi semangat berikut mungkin merupakan salah satu dari antara wahyu-
wahyu pertama yang dikarang-karang olehnya dalam menanggapi keprihatinan Khadijah bahwa
barangkali Allah membenci dirinya.
Your Lord has not forsaken you, nor does He hate you. The future will be better for you than
the past. And soon your Lord will give you so that you will be content. Did He not find you and
orphan and give you shelter? Did He not find you wandering and guide you? Did He not find
you in need and enrich you?115 (93:3-8)
114 Tabari, v. 3, p. 253 115 Quran Sura 93: ayat 3-8 (Terjemahan Quran dalam buku ini diambil dari Yusuf Ali atau Shakir.) Tulisan saya bukan tentang kitab suci Islam, tetapi didasarkan langsung kepada mereka. Ayat-ayat yang saya kutip diambil dari Quran dan Hadis. Quran tidak dimaksudkan sebagai karya manusia, tetapi firman dari Allah, dari awal hingga akhir. Ahadis (kata jamak dari Hadis) adalah anekdot-anekdot pendek dan ucapan-ucapan tentang Muhammad, dipandang oleh kaum Muslim, penting bagi pemahaman dan praktek agama mereka. Dalam buku ini, saya merasa tidak perlu untuk membahas pertanyaan-pertanyaan tak terhitung yang diajukan oleh Quran dan Hadis, terjemahannya ke dalam bahasa-bahasa lain, atau perselisihan atas nuansa-nuansa kecil dalam teks tersebut. Untuk keperluan buku ini, bagian-bagian yang saya kutip sebagian besar akan berbicara sendiri. Saya telah mengambilnya dari sumber-sumber yang telah diterima secara luas.
68 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Narsisis itu mempunyai kejiwaan depresif. Di satu saat ia depresi dan selaras dengan realita
dan di saat yang lain ia kembali berada di puncak dunia. Ia bisa melambung dari perasaan
terpuruk dengan sangat cepat. Yang ia perlukan hanyalah sedikit pasokan narsisistik dan semua
malapetaka dan kesuraman akan segera digantikan oleh kegembiraan dan kesenangan.
Muhammad bisa memanfaatkan imajinasinya untuk pasokan narsisistiknya – kemampuan yang
telah ia tumbuhkan sejak kanak-kanak, saat ia menghabiskan waktunya dalam kesendirian.
Muhammad Mengundang Bani Muttalib
Sekitar tiga tahun setelah pengalaman halusinasi pertamanya, dan sesudah memiliki
segelintir pengikut, Muhammad berpikir sudah saatnya untuk mengembangkan agamanya. Ia
memanggang seekor kambing dan mengundang para kerabatnya datang ke perjamuan. Sekitar
empat puluh orang paman dan sepupu yang datang. Setelah mereka makan, ia berbicara dengan
mereka.
“Anak-anak dari Abdul Muttalib. Aku tidak kenal seorang Arab pun yang datang kepada
kaumnya dengan pesan yang lebih mulia daripadaku. Aku membawakan bagimu yang terbaik
dari dunia ini dan yang akan datang. Allah telah memerintahkan aku untuk memanggilmu
kepadaNya. Dia memberitahu aku, ‘Warn thy nearest kinsmen. And lower thy wing of mercy to
the believers who follow thee.’116 Jadi siapa di antara kamu yang akan bekerjasama denganku
dalam hal ini?” Abu Lahab berkata, “Apakah kamu mengumpulkan kami di sini untuk hal ini?”
Muhammad ingin orang lain percaya kepadanya tanpa ia harus memperlihatkan bukti. Dan
satu-satunya pesan yang pernah ia sampaikan adalah bahwa ia adalah nabi Allah. Klaim tersebut
sekaligus menjadi bukti dan juga pesan.
Ketika para tamu tidak memberikan respons, Ali, yang menggambarkan dirinya sebagai,
“yang paling muda, dengan mata paling berair, dengan tubuh paling gemuk dan kaki paling
kurus” berdiri dan berkata, “Wahai nabi Allah, aku akan menjadi penolong Anda dalam hal ini.”
Muhammad lalu meletakkan tangannya di punggung Ali dan berkata, “Ini adalah saudaraku,
pelaksana dan penerusku di antara kamu. Dengarkan dan patuhilah dia.” Orang-orang itu berdiri
sambil tertawa dan mengatakan kepada Abu Talib, “Ia telah memerintahkan kamu untuk
mendengarkan dan mematuhi anakmu.”117
Kisah di atas mungkin hanya sebagian yang benar. Kedengarannya seperti hadis yang
diramu oleh seseorang yang condong kepada Syiah. Tampaknya tidak mungkin bahwa
Muhammad akan menunjuk pengganti dirinya pada tahap seawal ini, khususnya kepada anak
lelaki berusia 13 tahun.
Kaum Muslim tidak bisa menceritakan kisah tentang nabi mereka tanpa membumbuinya
dengan cerita mukjizat. Sehubungan dengan kisah ini, penulis biografinya mengklaim bahwa
Muhammad menyuruh Ali menyiapkan makanan bagi para tamu. Ali hanya memasak cukup
untuk satu orang saja. Ketika makanan itu disajikan, Muhammad mengambil sepotong daging
kambing, menggigitnya dan melemparkannya kembali ke baki dan makanan itu menjadi berlipat
116 Quran 26:214-215 117 Ibn Ishaq 118
69 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
ganda. Kemudian para tamu makan dari baki itu sampai kenyang, tetapi makanannya tampak
seakan-akan tidak tersentuh. Bagaimana mungkin bagi semua orang yang menyaksikan
keajaiban yang menakjubkan seperti ini dan masih tidak percaya juga?
Agama bagi Kelompok Terbatas
Di tahun terakhir kehidupannya, ketika ia telah menaklukkan sebagian besar dari Arabia,
Muhammad mengirim pasukan untuk menyerang Yaman dan Bizantium dan mengklaim dirinya
sebagai nabi bagi seluruh umat manusia. Namun, pada permulaan karir kenabiannya, ia
mengklaim bahwa Islam diperuntukkan secara eksklusif bagi orang-orang Mekah (Umul Qura),
dan sekitarnya.
Thus have we sent by inspiration to you and Arabic Quran: that you may warn the Mother of
Cities and all around her. (42:7, 6:92)
Di ayat-ayat lainnya ia mengatakan bahwa ia telah datang secara khusus bagi mereka yang
belum pernah menerima wahyu dari Allah sebelumnya. “Nay, it is the Truth from thy Lord, that
thou mayest admonish a people to whom no warner has come before thee: in order that they may
receive guidance.” (32:3) “In order that thou mayest admonish a people, whose fathers had
received no admonition, and who therefore remain heedless (of the Signs of Allah).” (36:6)
Menurut ayat-ayat ini, orang-orang Yahudi, Kristen, dan Zoroaster bukanlah penerima
pesannya, sebab mereka telah menerima wahyu.
Quran 62:2 mengatakan, “He it is Who hath sent among the unlettered ones a messenger of
their own, to recite unto them His revelations and to make them grow, and to teach them the
Scripture and Wisdom, though heretofore they were indeed in error manifest.”
Kata ‘buta huruf’ disini mengacu kepada orang-orang Arab karena mereka bukan ahli kitab.
Mereka buta huruf terhadap kitab-kitab suci.
Menurut Muhammad, pada hari Penghakiman Tuhan akan bertanya kepada semua nabiNya
untuk bersaksi apakah orang-orang kepada siapa mereka dikirim menerima mereka atau tidak.
Every people are given a witness, and (you) Muhammad are a witness against the Meccans. (4:41, 16:89, 33:45, 48:8)
To every people there is a guide. (13:7)
And indeed, within every nation have We raised up an apostle. (16:36)
He it is Who sent among you the unlettered ones [Arabs] a Messenger from among
themselves. (3:164, 62:2)
We have sent unto you a messenger from among you.(2:151)
For every nation there is a Messenger. (10:47)
And for every nation We have appointed a ritual. (22:34, 10:34)
And unto thee We have revealed the Scripture with the truth. (5:48)
And we never sent a messenger save with the language of his folk. (14:4)
[Islam is a revelation] in plain Arab speech. (26:195)
If We had revealed it to any of the non-Arabs and he had recited it to them they would not
have believed in it. (26:198-199)
70 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Semua ayat ini menunjukkan bahwa pada awalnya Muhammad memaksudkan agamanya
sebagai agama terbatas, hanya untuk orang-orang Mekah.
Ada ayat-ayat Mekah yang tampaknya dialamatkan kepada semua umat manusia, seperti
ayat 2:22 Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu.
Wahidi, menerjemahkan ayat ini dalam Asbab al Nuzul (Alasan Wahyu), mengutip Al
Qamah yang mengatakan, “Setiap wahyu dengan perkataan ‘Wahai manusia (ya ayohal nas)
adalah ayat Mekah dan setiap wahyu dengan perkataan ‘Wahai orang percaya’ adalah ayat
Madinah”. “Wahai manusia’ dialamatkan kepada orang-orang Mekah dan ‘Wahai orang percaya’
dialamatkan kepada orang-orang Madinah. Ayat-ayat yang dialamatkan kepada ‘manusia’ (nas)
artinya hanya manusia dan jin di Mekah, bukan dunia; dan ‘orang percaya’ hanya manusia dan
jin di Madinah, bukan dunia.”
Meskipun awalnya hanya dirancang untuk orang-orang Mekah, setelah Muhammad
menyadari bahwa keberhasilannya bergantung kepada bantuan orang-orang Madinah dan Arab
lainnya, ia mulai menyebarkan agamanya untuk semua orang Arab.
Ibn Khathir dalam penafsiran atas ayat 8:26 mengatakan, “Ketika para pengikut masih di
Mekah jumlah mereka hanya sedikit, mempraktekkan agama mereka secara rahasia, tertindas,
takut bahwa para pagan, penyembah api atau orang-orang Romawi akan menculik mereka dari
muka bumi ciptaan Allah, karena mereka semua adalah musuh kaum Muslim, khususnya karena
jumlah mereka sedikit dan lemah. Kemudian, Allah mengizinkan mereka untuk bermigrasi ke
Madinah, di mana ia memungkinkan mereka untuk menetap di sebuah tempat yang aman. Allah
membuat penduduk Madinah menjadi sekutu mereka, memberi mereka perlindungan dan
dukungan selama Perang Badr dan pertempuran-pertempuran lainnya. Mereka membantu para
emigran dengan kekayaan mereka dan menyerahkan hidup mereka dalam ketaatan kepada Allah
dan utusanNya.”
Ibn Khathir mengutip Qatadah, seorang cendekiawan muslim lain yang menyatakan,
“Orang-orang Arab adalah yang terlemah dari antara yang lemah, memiliki kehidupan paling
sulit, perut paling keroncongan, kulit paling sederhana dan yang paling jelas kesesatannya. Dari
antara mereka yang hidup, hidup dalam kemiskinan; yang mati, mati dalam Api. Mereka
digerogoti, tetapi tidak bisa menggerogoti orang lain! Demi Allah! Kami tidak mengenal
manusia yang kehidupannya lebih buruk dari mereka di muka bumi ini pada waktu itu. Ketika
Allah membawa Islam, Dia membuatnya dominan di muka bumi, sehingga membawa
perlengkapan dan kekuasaan bagi mereka atas orang lain. Melalui Islam Allah memberikan
semua yang Anda lihat.”118
Komentar-komentar Ibn Khathir dan Qatadah di atas menunjukkan bahwa Islam ditujukan
bagi orang-orang Mekah dan akhirnya dikembangkan sebagai cara orang-orang Arab untuk
mendapatkan dominasi dan supremasi atas orang lain.
Ibn Khaldun mengkonfirmasi pernyataan di atas dan mengatakan bahwa melalui Jihad,
“otoritas kerajaan dan pemerintahan bangsa Arab menjadi mapan dan kuat pada waktu itu.
118 Tafseer Ibn Khathir, v. 8, p. 54
71 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Bangsa-bangsa non-Arab menjadi pelayan orang-orang Arab dan berada dibawah kontrol
mereka.”119
Muhammad Memprovokasi Kaum Quraisy
Sekarang setelah ia membuat klaimnya kepada publik, Muhammad memulai dakwah secara
terbuka. Ibn Ishaq mengatakan, “Ia berdiri di lembah dan berkata, Wahai anak-anak Abdul
Muttalib, (dan ia menyebutkan semua suku-suku dari kaum Quraisy) aku memanggilmu kepada
Tuhan, dan aku peringatkan kamu akan hukumanNya.”
Kaum Quraisy menanggapi dengan acuh tak acuh. Di Mekah, para pagan, Yahudi, Kristen,
Hanif, dan Majus hidup bersama secara harmonis. Ka’bah menampung 360 berhala, masing-
masing merupakan dewa pelindung bagi setiap suku yang berbeda. Semua berhala itu dihormati.
Orang-orang Yahudi tidak menyebarkan agama mereka, tetapi agama Kristen berkembang secara
pesat. Ketidaktoleransian dalam beragama dan penganiayaan agama tidak pernah terjadi di
Arabia saat itu.
Ketidakpedulian kaum Quraisy lebih menyiksa bagi Muhammad dibandingkan jika mereka
menentangnya terang-terangan.
Sam Vaknin menjelaskan, “Seorang narsisis selalu berusaha mendapatkan pasokan
narsisistik – sanjungan, pujian, kekaguman, sikap tunduk, perhatian, ditakuti – oleh orang lain
guna menopang egonya yang rapuh dan disfungsional. Oleh karena itu, ia tergantung kepada
orang lain. Dia menyadari resiko yang terkait dengan ketergantungan yang tinggi seperti ini. Ia
terjebak di antara kebiasaannya dan rasa frustrasinya. Tidak heran ia cenderung mengamuk,
memukul dan bertingkah, dan amat sangat pendengki (semua ekspresi agresi terpendam).
“Seorang narsisis memperlakukan masukan yang tidak harmonis – kritikan, atau perselisihan
atau data yang menyangkal persepsi dirinya – dengan berbeda sama sekali. Ia jauh lebih sulit
menerima informasi yang menentang, menantang, dan menggoyahkan semacam ini sebab hal itu
terasa “lebih nyata” baginya dan datang langsung dari luar dirinya. Jelas, seorang narsisis tidak
bisa menempatkan dirinya sebagai penyebab dan sumber penghinaan, celaan, dan ejekan.
“Ketidakseimbangan dalam menerima informasi dan menimbangnya adalah alasan bagi
reaksi berlebihan dari seorang narsisis dalam menerima penghinaan. Ia serta-merta menerima hal
itu sebagai sesuatu yang lebih “nyata” dan lebih “serius”. Narsisis selalu waspada terhadap sikap
meremehkan. Ia sangat waspada. Ia memandang setiap ketidaksetujuan sebagai kritikan dan
setiap pernyataan bernada kritis sebagai penolakan sepenuhnya yang memalukan: seperti
ancaman. Lambat laun, pikirannya berubah menjadi medan perang paranoia dan gagasan-
gagasan yang kacau.”120
Muhammad perlu memprovokasi kaum Quraisy guna memperoleh tanggapan. Ia mulai
menghina agama mereka.
Ibn Ishaq melanjutkan, “Ketika rasul secara terbuka menyampaikan bahwa Islam adalah
perintah Allah kepadanya, kaumnya tidak mengundurkan diri atau melawan dia, sejauh yang
119 Ibn Khaldun, ch. 3:32 120 http://samvak.tripod.com/faq73.html
72 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
saya dengar, sampai ia meremehkan dewa-dewa mereka. Ketika ia melakukan hal tersebut
mereka sangat tersinggung dan sepakat untuk memberontak dan memperlakukan dirinya sebagai
musuh.”121
Bagian ini adalah bukti bahwa kaum Quraisy tidak menganiaya kaum Muslim karena
kepercayaan mereka. Mereka merasa tersinggung karena Muhammad menghina agama mereka.
Kaum Muslim membuat kerusuhan dan membunuh orang tak bersalah, jika ada seseorang di
suatu tempat mengejek rasul mereka. Mereka sangat tersinggung jika agama mereka diremehkan.
Namun mereka mengejek kepercayaan orang lain. Standar ganda ini sudah ada sejak masa awal
Islam.
Muhammad ingin ditanggapi dengan serius. Ia tidak peduli apakah ia disukai atau dibenci.
Semuanya sama bagi dia. Ia ingin diperhatikan dan satu-satunya cara untuk mendapatkan hal itu
adalah dengan menghina agama orang lain dan memprovokasi mereka.
Vaknin menjelaskan, “Publisitas (selebriti atau ketenaran, menjadi terkenal atau bercitra
jahat) adalah pemicu pasokan narsisistik karena memprovokasi orang untuk memperhatikan si
narsis (dengan kata lain, hal itu menggerakkan sumber-sumber untuk memberikan pasokan
narsisistik kepada sang narsis). Publisitas bisa diperoleh dengan cara mengekspos diri, dengan
menciptakan sesuatu, atau dengan cara memancing perhatian.”122
Jika seorang narsisis tidak bisa disukai ia memilih untuk ditakuti. Semuanya sama baginya.
Yang tidak bisa ia toleransi adalah bila diabaikan. Jadi ia menghina orang-orang yang
mengabaikannya dengan tujuan memprovokasi mereka. Dalam reaksi kemarahan mereka, ia
menemukan pasokan narsisistiknya.
Pertumpahan Darah Pertama Dalam Islam
Sebagai akibat dari provokasi ini, ketegangan menjadi meningkat di Mekah dan permusuhan
siap meletus menjadi kekerasan.
Suatu hari sekelompok pemuda Mekah mendapati beberapa pemuda Muslim sedang berdoa
di lembah di luar kota. Mereka mengejeknya, dan pemuda-pemuda Muslim menerjang mereka
dan Sa’d ibn Abu Waqas, memukul dan melukai salah seorang dari mereka dengan tulang rahang
unta. Ibn Ishaq mengatakan, “Ini adalah pertumpahan darah pertama dalam Islam.”123
Permusuhan di Mekah diprakarsai oleh Muslim dan tindakan kekerasan pertama juga
disebabkan oleh Muslim. Ini adalah norma dimanapun ada konflik antara Muslim dan non-
Muslim, yang terjadi di semua tempat di mana kaum Muslim hidup berdampingan dengan orang-
orang yang memiliki kepercayaan yang lain. Muslim selalu menjadi biang keladinya. Mereka
yang menyulut kekerasan, baik mereka kelompok mayoritas maupun minoritas. Saya benci untuk
mengatakan selalu karena selalu ada pengecualian untuk setiap aturan. Namun, saya belum
121 Ibid. 122 samvak.tripod.com/faq76.html 123 Ibn Ishaq 118
73 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
menemukan pengecualian dalam aturan yang ini. Bahkan bila terlihat di atas permukaan Muslim
yang menjadi korbannya, bila Anda menggali lebih dalam Anda akan melihat bahwa merekalah
yang memulai permusuhan, sampai korban mereka membalas.
Negosiasi antara Para Pemimpin Quraisy dengan Muhammad
Merasa prihatin dengan perpecahan yang disebabkan oleh Muhammad di dalam masyarakat,
para penetua Quraisy memutuskan untuk berbicara dengan Muhammad. Muhammad menerima
undangan mereka. Mereka memberitahu dia bahwa tidak seorang Arab pun yang memperlakukan
sukunya sebagaimana ia memperlakukan mereka dan mengulangi tuduhan mereka bahwa ia telah
menghina dewa-dewa mereka, mencerca cara hidup mereka, memecah-belah masyarakat,
menyulut perpecahan dan membuat anak-anak mereka merendahkan orangtuanya. Ahli sejarah
Muslim mengklaim bahwa para pemimpin mengatakan kepadanya, “Jika yang engkau inginkan
adalah uang, kami akan mengumpulkan bagimu dari harta benda kami sehingga engkau akan
menjadi yang terkaya dari antara kami; jika engkau menginginkan kehormatan, kami akan
menjadikanmu ketua kami sehingga tidak seorang pun yang dapat memutuskan apa-apa selain
engkau; jika engkau ingin kekuasaan, kami akan menjadikanmu raja, dan jika roh yang
mendatangimu ini, yang engkau lihat, tidak dapat engkau singkirkan, kami akan mencari tabib
bagimu, dan mengerahkan segala cara kami untuk menyembuhkanmu.”124 Muhammad menolak
tawaran mereka dan mengatakan bahwa ia telah diutus oleh Tuhan sebagai pemberi peringatan.
Dengan asumsi bahwa kaum Quraisy membuat tawaran seperti itu, apakah mereka
bersungguh-sungguh? Jika saja Muhammad menerimanya, maka permainan pun selesai. Itu akan
menjadi pengakuan bahwa ia adalah seorang penipu. Mengapa ada orang yang bersedia
menjadikan seseorang yang mengaku pembohong sebagai orang terkaya dan raja? Tentu saja
Muhammad tidak sebodoh itu dan jatuh ke dalam perangkap semacam ini dan sangat kekanak-
kanakan untuk mengambil kisah ini sebagai bukti ketulusan Muhammad. Kemungkinan besar
cerita ini adalah cerita bohong.
Orang-orang Mekah Menguji Muhammad
Para pemimpin Mekah meminta bukti dari Muhammad atas klaimnya. Ia tidak punya bukti
satu pun. Ia ingin orang mempercayainya berdasarkan kata-katanya saja. Itu tidak cukup bagi
orang-orang yang berpikir rasional. Baiklah Muhammad, kata mereka, jika engkau tidak bersedia
menerima propsisi kami, minta tuhanmu untuk memindahkan gunung-gunung ini, ratakan tanah
di negeri kita dan bukakan sungai-sungai di dalamnya dan jadikan gurun pasir kita mekar dengan
bunga-bunga sehingga kami tahu bahwa engkau memang utusan Tuhan. Mereka mengingatkan
dia tentang Yesus yang membangkitkan orang mati dan memintanya untuk membangkitkan
sanak mereka yang telah mati sebagai bukti dari klaimnya. Muhammad mengatakan bahwa ia
tidak memiliki kuasa seperti itu, bahwa ia manusia biasa seperti yang lain, menyampaikan pesan
Tuhan. (21:3)
124 Ibn Ishaq 132
74 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Mereka memintanya untuk membuat salah satu dari malaikat yang muncul di hadapannya,
muncul di hadapan mereka dan bersaksi tentang kebenaran klaimnya. Muhammad mengatakan
bahwa ia tidak bisa melakukan hal itu. Lalu mereka berkata kepadanya, melihat engkau
memperingatkan kami akan semua musibah yang akan menimpa kami jika kami tidak percaya,
mintalah tuhanmu untuk mempercepat musibah itu dan jatuhkan sepotong langit agar kami bisa
melihat bahwa engkau bukan seorang penipu. Muhammad menjawab Allah akan melakukan itu
bilamana Dia mau melakukannya. Mereka berkata, tidakkah tuhanmu tahu bahwa kami akan
menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini? Jadi, mengapa dia tidak menginstruksikan padamu
bagaimana harus menjawab kami?
Muhammad tidak memberikan bukti logis untuk klaimnya dan tidak mampu melakukan satu
mukjizat pun. Ia menegaskan kembali, “Am I naught save a mortal messenger?” (7:93)
Orang-orang Mekah tersebut mengatakan mereka tahu bahwa ia diajar oleh seseorang dari al
Yamama, yang bernama al-Rahman dan karena ia tidak bisa menjawab satu pun pertanyaan
kami, hati nurani kami menjadi jelas dan kami tahu bahwa ia adalah seorang penipu.125
Ibn Ishaq mengatakan bahwa ketika sang rasul meninggalkan tempat itu, Abu Hakam
bersumpah akan menghancurkan kepala Muhammad. Keesokan harinya, ia mengambil sebuah
batu besar dan menunggu Muhammad sujud saat berdoa. Tetapi saat ia akan melaksanakan
tujuannya, ia berbalik melarikan diri, pucat-pasi ketakutan, dan tangannya lemah di atas batu. Ia
kemudian memberitahu teman-temannya bahwa saat ia mendekati Muhammad, seekor unta
jantan merintangi jalan dengan kepala dan gigi yang menakutkan seakan-akan ingin
memakannya.
Jika memang hal ini terjadi, sangat tidak mungkin bahwa Abu Hakam akan terus memusuhi
Muhammad. Setidaknya sebagian dari orang-orang Mekah yang mendengar ceritanya akan
beralih kepada Islam. Biografi Muhammad penuh dengan klaim mukjizat palsu semacam ini.
Orang-orang Mekah meminta bukti. Mempercayai klaim aneh buatan Muhammad ini tanpa
adanya bukti akan menjadi sebuah kebodohan. Lagipula Quran mengatakan, “Here are our
people setting up gods besides Him. If only they could provide any proof to support their stand!
Who is more evil than the one who fabricates lies and attributes them to God?” (18:15) Jika orang
lain harus menyediakan bukti bagi kepercayaan mereka, bukankah ia juga harus melakukan hal
yang sama? Itu yang diminta orang-orang Mekah darinya, dan ia tidak mampu memberikannya.
Setelah gagal memberikan bukti atau menunjukkan mukjizat sebagai tanda klaimnya, para
penetua mencoba untuk menguji pengetahuan umumnya. “Tentunya jika ia diilhami, tuhannya
akan memberinya jawaban yang benar,” kata mereka, dan mengajukan tiga pertanyaan
kepadanya. Yang pertama adalah tentang dongeng yang terkenal tentang Tujuh Pemuda Tertidur
dari Efesus. Bercerita tentang sekelompok pemuda Kristen, yang melarikan diri dari
penganiayaan, bersembunyi di dalam gua di luar kota Efesus, sekitar tahun 250 M, dan jatuh
tertidur. Menurut legenda, kaisar Romawi, Decius, menutup mulut gua agar mereka mati di
dalam. Mereka bangun bertahun-tahun kemudian pada masa pemerintahan Kaisar Theodosius,
yang I atau II [masing-masing berkuasa pada 379-395 dan 408-450 M].
125 Quran 17:90-97 dan Ibn Ishaq 134
75 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Tanpa menyadari bahwa mereka telah tertidur sekian lama, mereka mengirim salah satu di
antara mereka ke kota untuk membeli makanan, dengan pesan agar berhati-hati, jangan sampai
para pagan mengenali dirinya. Pada saat itu semua orang telah menjadi Kristen, dan si pemuda
merasa takjub melihat salib dipajang di mana-mana. Warga kota juga merasa heran ketika si
pemuda berbelanja menggunakan koin-koin kuno dari jaman pemerintahan Decius. Kisah
pemuda-pemuda ini kemudian menjadi terkenal, dan mereka mati tidak lama setelah itu.
Versi awal dari dongeng ini berasal dari uskup dari Suriah, Jacom dari Sarug (450-521),
yang ia akui berasal dari sumber Yunani awal, yang telah hilang.126
Pertanyaan kedua adalah tentang identitas dari seorang tokoh legendaris yang dikenal
sebagai Dzul Qarnayn (Penguasa Dua Tanduk) yang telah menjelajah dari satu ujung dunia ke
ujung lainnya. Ini adalah sebutan dari Alexander Agung. Kekaisaran Alexander membentang
dari Laut Adriatik hingga Sungai Indus. Berusaha untuk mencapai “ujung dunia”, ia menginvasi
India pada tahun 326 SM. Kisah penaklukannya tercatat dalam berbagai kumpulan legenda
mengenai eksploitasi mitosnya yang dikenal dengan Roman Alexander. Kisah-kisah ini dikenal
oleh orang-orang terpelajar di Arabia. Warga Mekah meminta Muhammad untuk menyebutkan
nama sang penakluk legendaris ini dan memberitahu mereka tentang dirinya. Pertanyaan ketiga
adalah tentang sifat roh.
Muhammad memberitahu mereka bahwa ia akan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka
keesokan harinya. Lima belas hari berlalu dan ia tidak bisa memberikan jawaban. Warga Mekah
memiliki alasan untuk menyebutnya seorang pembohong. Setelah 15 hari ia mengklaim bahwa ia
telah menerima jawabannya dari Tuhan. Ia berkata bahwa alasan keterlambatannya adalah
karena, sebagaimana dikatakan Tuhan kepadanya, ketika ia berjanji untuk memberi jawaban
keesokan harinya ia tidak mengucapkan kata ajaib “inshaallah”. Untuk menghindari kesalahan
seperti ini di masa yang akan datang, Tuhan menasihatinya, “And never say I will do that
tomorrow, unless you say if Allah will.” (18:23-24)
Kebenaran tentang masalah ini sebenarnya tidak sekonyol alasan yang diberikan. Lebih
masuk akal untuk menganggap bahwa sahabat Muhammad, al-Rahman, sedang tidak bisa
dihubungi. Muhammad menunggunya selama dua minggu dan akhirnya harus mengarang sebuah
alasan sebelum seluruh dunia menertawakannya. Jawabannya atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut dikumpulkan dalam Sura 18 dan 17.
Alih-alih mengatakan bahwa kisah tentang para pemuda yang tertidur adalah mitos; Allah
menceritakan kembali dongeng tersebut, sembari membuat beberapa kesalahan yang terlihat
jelas.
Quran mengatakan, “The people then disputed among themselves regarding them. Some
said, ‘Let us build a building around them.’ Their Lord is the best Knower about them. Those
who prevailed said, ‘We will build a place of worship around them.’ Some would say, ‘They
were three; their dog being the fourth,’ while others would say, ‘Five, the sixth being their dog,’
as they guesssed. Others said, ‘Seven, and the eighth was their dog.’ Say, ‘My Lord is the best
Knower of their number.’ Only a few knew the correct number. Therefore do not argue with
126 “Pious Long-Sleepers in Greek, Jewish, and Christian Antiquity”, by Peter W. van der Horst
76 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
them; just go along with them. You need not consult anyone about this. They stayed in their cave
three hundred years increased by nine. Say [To them], ‘God is the best Knower of how long they
stayed there.’ He knows all secrets in the Heavens and the earth. By His grace you can see; by
His grace you can hear. There is none beside Him as Lord and Master, and He never permits
any partners to share in His kingship.” (18:21-26)
Dari ayat-ayat ini jelas terlihat bahwa Allah tidak lebih tahu daripada utusannya. Alih-alih
memberikan jawaban yang pasti, ia memberitahukan apa yang dikatakan orang-orang, dan
menambahkan bahwa Allah yang paling tahu. Tampaknya ingatan Allah tidak berfungsi dan dia
tidak pasti jumlah para pemuda yang tertidur tersebut. Ketidakjelasan seperti ini adalah kekhasan
dari Quran. Fakta-fakta disajikan dengan sedemikian samar sehingga mereka bisa ditafsirkan
dalam berbagai cara sesuai keinginan siapapun. Cerita aslinya mengatakan bahwa ada tujuh
orang pemuda dan di sana tidak ada disinggung tentang anjing. Demikian juga tahun 300 atau
309 yang disebutkan dalam Quran sebagai lamanya waktu tidur para pemuda tertidur adalah
salah. Jika para pemuda ini jatuh tertidur pada tahun 250 M dan terbangun pada masa
pemerintahan Theodosius II yang meninggal tahun 450 M, mereka tidak mungkin tertidur selama
300 tahun. Selain itu, Uskup Jacom dari Sarug yang menceritakan kisah ini meninggal di tahun
521 M. Itu berarti 271 tahun setelah para pemuda tersebut jatuh tertidur.
Kisah Tujuh Pemuda yang Tertidur adalah mitos. Ini adalah corak dan bentuk dari
kebanyakan kisah yang mendahului kekristenan dan bisa ditemukan dalam mitologi Yunani dan
Yahudi.
Pieter W. van der Horst mengutip sebuah cerita yang diceritakan oleh Theopompus yang
hidup pada abad keempat SM, tentang seseorang yang bernama Epimenides yang konon hidup
pada dekade sekitar 600 SM. Ceritanya adalah seperti berikut:
“[Epimenides] berasal dari Knossos di Kreta, meskipun, karena rambutnya yang panjang ia
tidak mirip warga Kreta. Suatu hari ia dikirim ke desa oleh ayahnya untuk mencari domba yang
lari dari kawanannya, saat tengah hari ia keluar dari jalan utama dan tidur di sebuah gua, di mana
ia tidur selama limapuluh tujuh tahun. Setelah itu ia bangun dan pergi mencari dombanya,
mengira bahwa ia hanya tertidur sebentar saja. Dan ketika ia tidak bisa menemukan dombanya,
ia mendatangi peternakan dan mendapati semuanya telah berubah demikian juga pemiliknya.
Lalu ia kembali ke kota dengan sangat kebingungan, dan disana, saat memasuki rumahnya, ia
berpapasan dengan orang-orang yang menanyakan siapa dirinya. Akhirnya ia menemukan
adiknya, yang sudah tua, dan mendengar cerita sebenarnya dari dia. Demikianlah ia menjadi
terkenal di seluruh Yunani dan diyakini sangat dikasihi oleh para dewa (theopilestatos).127
Kisah-kisah tentang para tukang tidur ini, dikenal oleh Muslim sebagai The Companions of
Cave, ada disebutkan di dalam Quran. Kaum Muslim bisa menyangkal keabsahan hadis manapun
bila terlihat jelas tidak masuk akal, contohnya batu yang melarikan diri dengan pakaian dalam
127 Pious Long-Sleepers in Greek, Jewish, and Christian Antiquity. http://orion.mscc.huji.ac.il/symposiums/13th/papers/Horst.pdf
77 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Muhammad128 dan cerita-cerita konyol lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Tetapi mereka
tidak bisa menyangkal Quran.
Jawaban Muhammad untuk pertanyaan kedua tercatat di bagian akhir sura yang sama.
Sura yang sama mengatakan, “They will ask thee of Dhul-Qarneyn. Say: I shall recite unto
you a remembrance of him. Lo! We have made him strong in the land and gave unto everything a
road. And he followed a road. Till, when he reached the setting place of the sun, he found it
setting in a muddy spring, and found a people thereabout: We said: O Dhul-Qarneyn! Either
punish or show them kindness. He said: As for him who doeth wrong, we shall punish him, and
then he will be brought back unto, his Lord, who will punish him with awful punishment! But as
for him who believeth and doeth right, good will be his reward, and We shall speak unto him a
mild command. Then he followed a road Till, when he reached the rising place of the sun, he
found it rising on a people for whom We had appointed no helper therefrom. So (it was). And We
knew all concerning him. Then he followed a road. Till, when he came between the two
mountains, he found upon their hither side a folk that scarce could understand a saying. They
said: O Dhul-Qarneyn! Lo! Gog and Magog are spoiling the land. So may we pray thee tribute
on condition that thou set a barrier between us and them? He said: That wherein my Lord hath
established me better (than your tribute). Do but help me with strength (of men), I will set
between you and them a bank.” (18:83-95)
Lagi-lagi Muhammad salah. Wahb ibn Munabbih dalam Kitab al-Isrâîliyât menarasikan
banyak kisah orang Yahudi dan tradisi-tradisi barat. Beberapa dari kisah tersebut kemudian
dimasukkan dalam kisah Seribu Satu Malam. Kisah Dzul-Qarnayn adalah kisah #460 dari karya
besar ini yang diterjemahkan oleh Sir Richard Burton ke dalam bahasa Inggris (1850 Vol. 5).
Judulnya: “Iskandar Dhul-Qarneyn and a Certain Tribe of Poor Folk”. Kisahnya adalah sebagai
berikut:
“Alkisah Iskandar Dzul-Qarnayn suatu hari tiba, dalam perjalanannya, di suku rakyat kecil,
yang hidup melarat dan yang menggali kubur mereka berhadapan dengan pintu rumah mereka,
dan setiap saat mengunjungi kubur tersebut dan membersihkan tanahnya dan menjaganya tetap
bersih dan mendoakan dan menyembah Allah Maha Kuasa di atasnya; dan mereka tidak makan
daging tetapi rumput yang tumbuh dari tanah. Jadi Iskandar mengutus seorang pria untuk
memanggil raja mereka, tetapi sang raja menolak untuk datang, dengan mengatakan, “Aku tidak
punya keperluan dengannya.” Kemudian Iskandar mendatanginya dan berkata, “Laki-laki
macam apa kamu ini? Sebab sesungguhnya aku melihat kamu tidak memiliki emas maupun
perak, aku juga mendapati engkau tidak memiliki kekayaan sedikitpun.” Jawab sang Raja,
“Kekayaan dunia tidak bisa mengenyangkan siapapun.” Iskandar lalu bertanya, “Mengapa kalian
menggali kubur kalian berhadapan dengan pintu rumah?”; dan Raja menjawab, “Agar pandangan
mata kami selalu tertuju kepadanya; sehingga kami dapat melihatnya dan selalu bebicara dan
memikirkan tentang kematian, tidak lupa akan dunia yang akan datang; dan dengan hikmat ini
kecintaan akan dunia dibuang dari hati kami dan karenanya kami tidak akan terganggu dalam
melayani Tuhan kami, yang Maha Kuasa.” Iskandar berkata, “Mengapa kamu makan rumput?”;
128 Sahih Muslim 3:669, 30:5849; Bukhari 1:5:277, 4:55:616
78 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
dan Raja menjawab, “Sebab kami jijik membuat perut kami sebagai kuburan bagi hewan dan
karena kenikmatan makan hanya terasa di tenggorokan saja.” Lalu sambil mengulurkan
tangannya ia mengeluarkan sebuah tengkorak dari anak Adam, dan meletakkannya di depan
Iskandar, ia berkata, “Wahai Dzul Qarnayn, Penguasa Dua Tanduk, tahukah engkau siapa
pemilik tengkorak ini?” Jawabnya, “Tidak;” dan yang lainnya berkata, “Pemilik tengkorak ini
adalah raja dari segala raja dunia, yang memerintah rakyatnya dengan tangan besi, khususnya
menindas yang lemah dan menyia-nyiakan waktunya untuk menumpuk sampah dunia, sampai
Allah mengambil rohnya dan membakar tempat tinggalnya; dan ini adalah kepalanya.” Ia lalu
mengulurkan tangannya lagi dan menunjukkan tengkorak yang lain, dan meletakkannya di depan
Iskandar, sambil berkata kepadanya, “Tahukah kamu yang ini?” “Tidak,” jawab sang penakluk;
dan raja menyahut, “Ini adalah tengkorak raja yang lain, yang berlaku adil terhadap bawahannya
dan baik hati kepada rakyat di negerinya dan di negeri kekuasaannya, sampai Allah mengambil
jiwanya dan menempatkannya di tamanNya dan meninggikan derajatnya di surga.” Lalu sambil
meletakkan tangannya di atas kepala Iskandar ia berkata, “Andai aku tahu yang mana di antara
kedua orang ini adalah kamu.” Menangislah Iskandar dengan amat pilu dan sambil mendekap si
Raja ke dadanya ia berseru, “Jika kamu bersedia menemaniku, aku akan mengangkatmu sebagai
Wazir dari urusan pemerintahanku dan membagi kerajaanku denganmu.” Yang lainnya
menjawab, “Jauhlah daripadaku. Aku tidak menginginkan ini.” “Kenapa?” tanya Iskandar, dan
Raja menjawab, “Sebab engkau membuat semua orang musuhmu dengan segala kekayaan dan
negeri yang telah engkau taklukkan: sementara aku membuat semua orang sahabat sejatiku
karena puas atas hidup yang bersahaja, karenanya aku tidak memiliki apa-apa, tidak juga
mengidamkan kesenangan hidup; aku tidak memiliki hasrat atas mereka atau mengharapkannya,
demikian juga aku sedikitpun tidak memelihara kepuasan.” Jadi Iskandar mendekap sang Raja ke
dadanya dan mencium dahinya dan pergi.”
Alexander dikenal sebagai Penguasa Dua Tanduk, menurut interpretasi tulisan klasik, karena
ia telah mencapai kedua ‘Tanduk’ matahari, timur dan barat, di mana matahari terbit dan
terbenam selama perjalanannya. Muhammad bukan saja tidak menyebut nama Alexander, sangat
jelas bahwa ia tidak mengetahui kisahnya. Ia berkata, Dzul Qarnayn mencapai kedua ujung bumi
dan melihat matahari terbit dan terbenam dalam air berlumpur. Kebodohan seperti ini wajar
untuk seorang pria buta huruf di abad ke tujuh, tetapi tidak bagi sang pencipta alam semesta.
Dari judul cerita dan informasi yang diberikan kepadanya di dalam pertanyaan, ia
mengarang cerita yang benar-benar berbeda. Ia membuat Dzul Qarnayn menjadi utusan atau
malaikat Tuhan padahal dalam kisah aslinya ia adalah seorang raja lalim yang dibenci. Mencoba
untuk menyertakan “rakyat miskin” ke dalam ceritanya, ia mengatakan Allah menyuruh Dzul
Qarnayn untuk menghukum atau memberi hadiah kepada mereka. Inilah gagasan Muhammad
tentang kekuasaan. Orang yang memiliki kekuasaan, adalah orang yang bertindak ceroboh dan
menghukum atau memberi hadiah sesuka hatinya.
Muhammad sangat bingung atas identitas Dzul Qarnayn. Ibn Ishaq berkata, “Thaur ibn
Yazid dari Khalid ibn Ma’dan al Kala’i yang merupakan orang yang hidup di zaman Islam,
79 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
mengatakan kepada saya bahwa rasul ditanya tentang Dzul Qarnayn dan ia menjawab, ‘Ia adalah
malaikat yang mengukur bumi dengan tali.’”129
Hadis ini tampaknya membingungkan bagi Ibn Ishaq. Ia menambahkan, “Allah yang
mengetahui kebenarannya, apakah Rasulullah mengatakan hal itu atau tidak. Jika ia
mengatakannya, maka yang ia katakan adalah benar.”130 Ini adalah cara berpikir Islam yang
khas. Jika Muhammad mengatakan sesuatu, meskipun yang ia katakan bertentangan dengan
fakta yang telah ada, maka perkataan Muhammadlah yang benar dan fakta-fakta yang ada itu
adalah salah. Muslim yang paling bijaksana sekalipun tidak mampu melewati titik ini. Tak
diragukan lagi ini adalah mental blok terbesar dari setiap Muslim. Jika Muhammad yang
mengatakannya, maka itu pastilah benar, sekalipun bertentangan dengan akal sehat dan semua
bukti yang ada.
Muhammad pasti mengatakannya karena di tempat yang sama Ibn Ishaq mengutip kisah lain
dari seseorang yang bernama Khalid yang menarasikan, “Umar mendengar seorang pria
memanggil Dzul Qarnayn, dan berkata “Tuhan mengampunimu, tidakkah engkau merasa puas
menamai anak-anakmu dengan nama rasul sehingga engkau harus menamai mereka dengan
nama-nama malaikat?”
Respons Allah atas pertanyaan ketiga adalah, “And they ask you, [O Muhammad], about the
soul. Say, “The soul is of the affair of my Lord. And mankind has not given of knowledge except
a little.” (17:85)
Dari ketiga pertanyaan yang diajukan oleh warga Mekah, Muhammad hanya menjawab dua
dan kedua jawabannya salah. Oleh sebab itu, warga Mekah cukup waras untuk menolak dirinya.
Ia telah gagal dalam setiap tes yang mereka berikan kepadanya.
Ibn Ishaq mengatakan bahwa ketiga pertanyaan ini diberikan kepada warga Mekah oleh
orang-orang Yahudi – kambing hitam favorit kaum Muslim. Ia mengatakan bahwa kaum Quraisy
mengutus Nadr ibn Harith dan seorang lainnya ke Yathrib, meminta kepada para rabi di sana
untuk mengajukan tiga pertanyaan yang sulit agar mereka dapat menguji Muhammad, karena
mereka [para rabi] adalah ahli kitab-kitab suci. Klaim ini tidak benar. Di mata kaum Quraisy,
Muhammad tidak sepenting itu sampai-sampai mereka harus mengutus dua orang ke Yathrib
untuk mendapatkan pertanyaan-pertanyaan ini. Ketiga pertanyaan ini tidak ada hubungannya
dengan kitab-kitab suci. Kisah Ketujuh Pemuda yang Tertidur adalah dongeng orang Kristen
yang bukan berasal dari Alkitab. Untuk apa orang-orang Yahudi tertarik dengan kisah orang
Kristen? Kisah Dzul Qarnayn adalah cerita legenda Romans Alexander, bukan cerita Alkitab.
Sayangnya, tidak ada versi alternatif dari sejarah Islam dan versi sejarah yang ditulis oleh
kaum Muslim dipenuhi oleh cerita yang berlebih-lebihan dan klaim palsu.
Dunia tahu kebenaran tentang Khomeini. Kita tahu bahwa ia adalah pembunuh massal yang
kejam. Tetapi ia bukan seperti itu ia digambarkan oleh rezim Islam di Iran. Murid-murid sekolah
di Iran di ajari bahwa Khomeini adalah imam suci. Warga Muslim mengunjungi musoleumnya
dan berdoa meminta kesembuhan dan penyelesaian bagi masalah mereka. Bayangkan jika satu-
129 Sira, Ibn Ishaq p. 139 130 ibid
80 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
satunya versi sejarah tentang Khomeini yang eksis adalah versi yang diceritakan oleh para
mullah. Bagaimana generasi-generasi di masa mendatang mengetahui kebenarannya?
Inilah masalah yang dihadapi oleh para pelajar Islam. Fakta bahwa kita tidak memiliki versi
sejarah Islam yang tidak berat sebelah tidak boleh dianggap enteng. Tidak kritis dalam membaca
sejarah Islam dan mempercayai semua yang dikatakan di dalamnya, adalah pembelajaran yang
tidak bertanggungjawab. Apabila orang tersebut tidak mengevaluasi setiap kalimat,
mendalaminya lewat kacamata akal sehat, di bawah cahaya nalar, orang tersebut bisa jatuh ke
dalam perangkap dan mempercayai hal-hal yang tidak benar.
Untungnya, ada banyak petunjuk bagi siapa saja mengincar kebenaran. Menemukan jarum
kebenaran di antara tumpukan jerami kebohongan, bagi seorang pelajar yang tidak membabi-
buta mempercayai Islam bukanlah tugas yang mustahil. Bagi yang percaya secara membabi-buta
memang sulit. Nalar adalah cahaya pengetahuan. Iman adalah lompatan tanpa pikir panjang
menuju hal yang tidak diketahui. Kepercayaan adalah antitesis dari nalar. Jika Anda bernalar,
Anda tidak akan percaya dan jika Anda percaya Anda tidak bisa bernalar. Nalar dan iman saling
terpisah satu sama lain. Berusaha memperdamaikan keduanya menunjukkan kurangnya
pemahaman seseorang terhadap salah satunya atau kedua-duanya.
Kaum Quraisy Mengeluh kepada Abu Talib
Bahkan ketika Muhammad meremehkan agama Abu Talib, Abu Talib tetap
memperlakukannya dengan baik dan melindunginya. Tetapi kaum Quraisy merasa berang.
Beberapa pemimpin mereka, Utba dan Shayba, anak-anak dari Rabi’a, Abu Sufyan ibn Harb,
Abdul Bakhtari, Aswad ibn Muttalib, Walid ibn Mughira, Nubayah dan Munabbi, anak-anak
Hajjaj, As ibn Wali dan Amr ibn Hisham, yang dikenal sebagai Abul Hakam (bapa yang
berhikmat), mendatangi Abu Talib dan berkata, “Wahai Abu Talib, keponakan Anda telah
memaki dewa-dewa kita, menghina agama kita, mengejek cara hidup kita dan menyalahkan bapa
leluhur kita. Anda harus menghentikannya atau Anda biarkan kami berurusan dengannya, sebab
Anda sebenarnya ada dalam posisi yang sama dengan kami.”131 Abu Talib memberi mereka
jawaban yang lembut dan bersifat mendamaikan, dan mereka pun pergi.
Ibn Ishaq berkata, “Rasulullah meneruskan caranya. ...Sejalan dengan itu, hubungannya
dengan kaum Quraisy memburuk dan orang-orang menarik diri dari dia dengan penuh
kebencian. ... Lalu mereka mendatangi Abu Talib untuk kedua kalinya dan berkata, ‘kami
meminta Anda untuk menghentikan kegiatan keponakan Anda tetapi Anda tidak melakukannya.
Demi Tuhan kami tidak tahan jika leluhur kami dicerca, adat istiadat kami diejek dan dewa-dewa
kami dihina,’”132 lalu mereka mengeluarkan ultimatum.
Abu Talib mengirim pesan kepada keponakannya. Ia berkata, “Orang-orang ini adalah para
pemuka kaum kita dan mereka menginginkan keadilan darimu, yaitu kamu tidak menghina
dewa-dewa mereka dan mereka tidak akan menghina tuhanmu.” Muhammad berkata, “ Aku
mengundang mereka kepada sesuatu yang lebih baik dari agama mereka.” “Kepada apa?” tanya
131 Ibn Ishaq 119 132 Ibid
81 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Abu Talib. “Aku mau mereka mengatakan kalimat yang akan membuat orang-orang Arab
mematuhi mereka dan orang-orang Persia tunduk kepada mereka.” Pernyataan ini
mengkonfirmasi sifat agama Islam mula-mula yang hanya diperuntukkan bagi kelompok yang
terbatas. Pada tahap ini, Muhammad tidak berencana menjadikan agamanya sebagai agama
universal. Abul Hakam mengatakan, “Apa bunyi kalimat tersebut, kami akan sebutkan sepuluh
kali.” “Katakan tidak ada tuhan selain Allah,” jawab Muhammad. Para pemuka mengatakan
mereka tidak akan mencela dewa mereka. Abu Talib meminta Muhammad membuat permintaan
lain. Ia menjawab, “Jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan
kiri, dengan syarat bahwa saya harus mengabaikan hal ini, sampai Allah membuatnya menang,
atau aku binasa di dalamnya, aku tidak akan mengabaikannya.” Para pemuka kaum Quraisy
bangkit dengan marah dan berkata, “Demi Tuhan kami akan menista engkau dan menista dewa-
dewamu yang memerintahkan engkau untuk bersikap kasar kepada dewa-dewa kami,” dan
mereka pergi.
Pembicaraan ini ada disinggung dalam Quran 38:5-7, di mana dikatakan bahwa para pemuka
kaum mengatakan, “What! Makes he the gods a single God? A strange thing is this, to be sure!
And the chief persons of them break forth saying: Go and steadily adhere to your gods; this is
most surely a thing sought after. We never heard of this in the former faith; this is nothing but a
forgery.”
Tentu saja tidak ada seorang pun yang akan meletakkan matahari dan bulan di tangan
Muhammad. Menarik kembali kata-katanya berarti mengakui bahwa ia telah berbohong. Ia
bukan saja kehilangan decak kagum, prestise, dan segala pasokan narsistik yang ia peroleh dari
penggemarnya, ia akan dicemooh dan disebut sebagai penipu. Oleh sebab itu pernyataan megah
tersebut sebenarnya hanya untuk menjaga gengsi saja.
Abu Talib berkata kepada Muhammad, “Tolonglah saya dan dirimu. Jangan menaruh beban
lebih dari yang dapat kutanggung.” Muhammad mengira pamannya hendak meninggalkan
dirinya. Ia bangkit, berpaling dan menangis. Ia tahu bagaimana memanipulasi pamannya yang
baik hati. Abu Talib memanggilnya kembali, “Pergilah dan katakan yang engkau mau, demi
Tuhan aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”
Ibn Ishaq mengatakan, “Demikianlah keadaan bertambah buruk, perseteruan menjadi panas
dan orang-orang terpecah-belah, dan menunjukkan sikap permusuhan mereka secara terbuka
kepada lawan mereka.”133
Abu Talib Melindungi Muhammad
Abut Talib khawatir kaum Quraisy akan mencelakai Muhammad. Ia memanggil para
pemuda dari klannya (Bani Hashim) dan menyuruh mereka menyembunyikan senjata tajam dan
mengikuti Muhammad kemanapun dan ketika ia masuk ke mesjid (tempat doa yang berdekatan
dengan Ka’bah), masing-masing dari mereka harus duduk di sebelah salah satu pembesar kota,
khususnya Abul Hakam yang dianggap sebagai musuh bebuyutan Muhammad, dan bunuh
mereka sekaligus jika Muhammad sampai dicelakai.
133 Ibn Ishaq 120
82 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Namun, kaum Quraisy tidak merencanakan untuk membunuh Muhammad. Abu Talib
kemudian mengungkapkan rencananya dan orang-orang menjadi kecewa mengetahui bahwa ia
berpihak kepada keponakannya.134
Muhammad Bersumpah akan Melakukan Pembantaian
Akibat perlindungan terang-terangan dari Abu Talib, Muhammad semakin berani dan
semakin hebat menghina kaum Quraisy dan agama yang mereka anut.
Para pengikutnya melakukan hal yang sama. Para pemuda Muslim mencaci kepercayaan
leluhur mereka dan para budak memaki dewa-dewa tuan mereka. Upaya provokasi berhasil dan
kaum Quraisy menjadi sangat berang.
Ibn Ishaq menarasikan sebuah kisah tentang para pembesar Mekah yang membahas masalah
yang mereka hadapi akibat ulah Muhammad selagi mereka berdiri dekat Ka’bah. “Mereka
mengatakan bahwa mereka belum pernah menghadapi kesulitan seperti yang ditimbulkan oleh
orang ini; ia menyatakan bahwa cara hidup mereka bodoh, menghina leluhur mereka, mencerca
agama mereka, memecah-belah masyarakat, dan menista dewa mereka. Hal itu sudah sangat
kelewatan, tidak dapat digambarkan dengan kata-kata lagi.”135
Sementara mereka sedang berdiskusi, Muhammad berjalan mendekati mereka ketika sedang
mengelilingi bangunan itu. Salah seorang dari mereka mengatakan sesuatu. Ia berhenti. Pada
wajahnya terlihat raut kemarahan. Ia berkata, “Maukah engkau mendengarkan aku wahai kaum
Quraisy? Demi dia yang memegang nyawaku di tanganNya aku akan membawa pembantaian
bagimu.”136 Semua yang mendengar ancaman ini menjadi terpana. Jelas bahwa mereka telah
meremehkan ancaman yang diajukan Muhammad terhadap komunitas kehidupan mereka.
Penganiayaan Apa?
Tabari menuliskan, “Ketika Rasulullah mengundang kaumnya ke jalan yang benar dan
terang Allah, mereka tidak menunjukkan sikap permusuhan dan sepertinya ada harapan bahwa
mereka akan mendengarkannya. Tetapi ketika ia menghina berhala mereka, sekelompok pemuka
kaum Quraisy dari Bani Taif, mencelanya dan menghasut kaum mereka untuk mengucilkan
dirinya. Setelah itu, para pemuka kaum Quraisy setuju untuk melarang anak-anak mereka,
saudara-saudara dan anggota dari klan mereka masuk Islam. Akibatnya situasi menjadi sulit bagi
kaum Muslim dan kembali kepada agama mereka.”137
Ibn Ishaq berkata, “Setiap suku menyerang Muslim yang ada di antara mereka, memukul
mereka dan membujuk mereka agar meninggalkan agama mereka.”
Bisakah kita menyebut ini sebagai penganiayaan? Bukankah setiap orangtua yang
bertanggungjawab akan berusaha menyelamatkan anak-anak mereka jika mereka menjadi korban
ajaran sesat? Islam adalah ajaran sesat. Setidaknya warga Mekah menganggapnya demikian.
134 Tabaqat, v. 1, p. 189 135 Ibn Ishaq 131 136 Ibn Ishaq, Sirat Rasoul Allâh p. 131 137 Tabari v. 3, p. 872
83 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Adalah wajar bagi setiap orangtua untuk mencegah anak-anak mereka terseret ke dalam ajaran
sesat. Di mata para warga Mekah, Muhammad mengajarkan penghujatan agama. Ia memecah
belah masyarakat dan menghina agama leluhur mereka.
Penganiayaan adalah apa yang dilakukan oleh kaum Muslim terhadap kaum minoritas non-
Muslim yang tinggal di antara mereka. Pembunuhan kaum Koptik di Mesir, penahanan dan
hukuman mati atas kelompok Baha’is di Iran, kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah di
Pakistan, pembunuhan massal warga Hindu di Kashmir dan Bangladesh, pembakaran gereja-
gereja, penghancuran kuil-kuil, pembantaian warga Kristen di Nigeria, Somalia, dan di manapun
kaum Muslim merupakan kelompok yang lebih kuat, di sana terjadi penganiayaan agama. Jika
seorang ayah mendisiplinkan putera atau puteri remajanya, itu tidak bisa disebut sebagai
penganiayaan.
Ibn Ishaq mengutip perkataan Abdullah ibn Amr ibn As yang berkata setelah Muhammad
mengatakan bahwa ia telah membawa pembantaian bagi warga masyarakat di sana, mereka
mengelilinginya keesokan harinya dan berkata, “Apakah engkau orang yang mengatakan ini dan
itu tentang dewa kami dan agama kami?” Muhammad merespons, “Ya, aku orang yang
mengatakannya.” Salah satu dari mereka menarik pakaiannya dan Abu Bakr menyela orang
tersebut sambil menangis dan berkata, “Apakah engkau akan membunuh seorang pria karena
mengatakan Allâh adalah Tuhannya?” Ibn Amr berkata, “Lalu mereka meninggalkan dia. Ini
adalah hal terburuk yang pernah saya lihat yang dilakukan kaum Quraisy terhadapnya.”138
Muhammad menghina agama orang-orang tersebut dan mengancam akan membantai
mereka dan hal terburuk yang mereka lakukan kepadanya adalah menarik pakaiannya.
Ada sebuah cerita tentang Bilal yang diharuskan berbaring di atas tanah di bawah terik
matahari dan di atas dadanya diletakkan sebuah batu. Alasan atas penganiayaan ini adalah karena
ia menghina agama tuannya. Ia dibebaskan segera setelah Abu Bakr menukarnya dengan seorang
budak kafir. Abu Bakr membayar harga beberapa budak yang telah masuk Islam dan
membebaskan mereka. Hal ini membuktikan bahwa budak-budak ini bukan dianiaya karena
iman kepercayaan mereka, tetapi mereka didisiplinkan atas kekurangajaran mereka.
Cerita lainnya adalah tentang Abdullah ibn Mas’ud yang sedang menghadiri upacara
keagamaan kaum Quraisy dan tiba-tiba melantunkan beberapa ayat Quran dengan lantang. Ibn
Ishaq mengatakan, “Orang-orang berkata, ‘Apa gerangan yang dikatakan anak dari seorang
hamba perempuan ini?’ Dan ketika mereka menyadari bahwa ia sedang membaca beberapa doa
yang diucapkan Muhammad, mereka bangkit dan memukuli wajahnya; tetapi ia terus membaca
selama yang Allah inginkan ia baca.”139
Apakah hal ini bisa dikualifikasikan sebagai penganiayaan agama? Orang ini seorang
pengejek. Ia menghadiri perkumpulan keagamaan kaum pagan, menaikkan suara dan
melantunkan ayat-ayat dari agama lain. Kita semua tahu apa yang akan dilakukan kaum Muslim
jika ada seseorang yang memasuki mesjid mereka dan melantunkan ayat-ayat dari agama lain
dengan lantang. Di banyak negara Islam, para penganut agama lain tidak memiliki hak untuk
138 Ibn Ishaq, Sirat Rasoul Allâh p. 131 139 Ibn Ishaq 141
84 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
membaca dari kitab-kitab mereka bahkan dalam pertemuan mereka sendiri sekalipun. Tidak
jarang seorang Hindu atau Kristen diserang, dianiaya, dibunuh karena lewat di depan mesjid.
Ibn Ishaq menuliskan cerita tentang seorang hamba perempuan yang telah masuk Islam dan
Umar memukulnya bertubi-tubi hingga Umar kelelahan. Umar adalah pria yang kasar, baik
sebelum maupun sesudah ia masuk Islam. Islam menarik orang-orang yang kejam. Abu Bakr
membeli gadis itu dari Umar dan membebaskannya.
Ada pula kisah tentang Sumayyah, seorang budak wanita Muslim yang dikatakan dihukum
mati akibat imannya. Ibn Ishaq menulis, “Bani Makhzum sering mengeluarkan Ammar ibn Yasir
bersama ayah dan ibunya, yang merupakan Muslim, di tengah hari dan menjemur mereka di
bawah teriknya matahari Mekah, dan Rasulullah berhenti di depan mereka dan berkata,
‘Bersabarlah, wahai keluarga Yasir! Tempat Anda ada di surga.’ Mereka membunuh ibunya
karena ia menolak untuk meninggalkan Islam.”140
Cerita tentang Sumayyah dikisahkan dengan sedikit lebih detil oleh Ibn Sa’d. Ia
menulis,”Sumayyah adalah salah satu pemeluk Islam awal di Mekah, ia sering disiksa agar ia
meninggalkan agama Allah dan ia tetap menunjukkan kesabaran. Hingga suatu hari Abu Jahal
lewat di depannya dan memukul dadanya dengan lembing. Ia meninggal akibat luka yang ia
derita. Ia, seorang wanita tua yang lemah, adalah martir pertama bagi Islam.”141
Cara memahami cerita ini, dari apa yang tertulis, adalah bahwa Abul Hakam memukul
wanita tua itu dengan lembingnya, sehingga melukainya. Luka itu bisa jadi tidak mematikan,
tetapi karena ia adalah wanita yang sudah tua dan mengingatnya kurangnya higienitas di masa
itu, lukanya tidak sembuh dan akibatnya ia meninggal. Si penulis mengatakan bahwa ia sering
disiksa. Jika dugaan tersebut benar adanya, itu adalah karena ia bersikap kasar terhadap dewa
tuannya. Namun, pada hari ia dicederai ia tidak sedang disiksa. Cerita tersebut mengatakan
bahwa Abul Hakam lewat. Sumayyah, karena mengikuti perintah nabinya, menghina agamanya.
Abul Hakam memukulnya dengan lembing. Ia mengalami cedera dan mati akibat cederanya.
Adalah wajar untuk mengatakan bahwa pembunuhan itu tidak disengaja. Mengapa ada orang
yang ingin membunuh seorang wanita tua dan membiarkan yang lain yang jauh lebih berbahaya?
Suami dan anaknya juga penganut Islam. Mengapa mereka tidak dibunuh? Mengapa tidak ada
Muslim lain yang dibunuh? Hal ini tampaknya bukan kasus pembunuhan yang disengaja.
Kita harus ingat bahwa Sira diedit habis-habisan oleh Ibn Hisham dan ia tidak sepenuhnya
jujur. Sangat sulit untuk tidak bersikap berat sebelah jika Anda adalah seorang penganut.
Penyiksaan adalah apa yang dilakukan Muslim terhadap orang-orang yang meninggalkan Islam.
Berikut ini dua lukisan yang menggambarkan bagaimana kaum Muslim di Iran menyiksa
kelompok Baha’is, meskipun kelompok Baha’is tidak menghina Muhammad.
140 Ibn Ishaq 145 141 Tabaqat v. 8, p.276
85 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Contoh tentang bagaimana Muslim Iran memperlakukan kelompok Baha’is di akhir abad ke 19
dan awal abad ke 20
86 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Emigrasi ke Abisinia
Tekanan yang diberikan oleh kaum Quraisy kepada anak-anak mereka berhasil, dan
beberapa dari mereka meninggalkan Islam. Untuk mencegah lebih banyak pembelotan
Muhammad menyadari bahwa ia harus memisahkan pengikutnya dari keluarga mereka. Ini
adalah karakteristik dari semua sekte sesat. Ia memerintahkan mereka untuk bermigrasi ke
Abisinia. Selain segelintir umat yang telah keluar dari Islam, semua Muslim pindah. Migrasi
pertama terjadi sekitar 615 M, lima tahun setelah deklarasinya.
Kelompok emigran pertama terdiri dari sebelas pria dan empat wanita. Lebih banyak lagi
bergabung dengan mereka hingga jumlah mereka mencapai 81 atau 82. Pihak keluarga dari
Muslim ini jadi kelimpungan. Mereka mengutus Abdullah ibn Abu Rabi’a dan Amr ibn al-‘As,
yang anak-anak dan beberapa anggota dari keluarganya ada di antara para pelarian, kepada
Negus, raja Abisinia, memintanya agar mengembalikan anggota keluarga mereka. Kaum Negus
meminta para pelarian untuk menjelaskan kasus mereka. Ja’far ibn Abu Talib berbicara.
“Wahai paduka raja, kami adalah masyarakat tak beradab, menyembah berhala, makan
bangkai, melakukan kekejian, memutuskan hubungan keluarga, memperlakukan tamu dengan
buruk, dan masyarakat kami yang lebih kuat melahap yang lebih lemah. Demikianlah adanya
kami hingga Allah mengutus seorang rasul bagi kami. Ia memanggil kami untuk mengakui
kesatuan Allah dan menyembahNya dan menolak menyembah batu dan berhala. Ia
memerintahkan kami untuk berbicara jujur dan setia kepada janji yang kami buat, ingat akan
ikatan kekerabatan dan bersikap ramah dan baik hati dan menjauhkan diri dari kejahatan dan
pertumpahan darah. Ia melarang kami melakukan kekejian dan mengucapkan kebohongan, dan
melahap harta milik yatim piatu, mencemarkan wanita-wanita yang suci. Kemudian orang-orang
kami menyerang kami, memperlakukan kami dengan keras dan membujuk kami meninggalkan
iman kepercayaan kami dan kembali menyembah berhala. Kami datang ke negeri Anda. Di sini
kami bahagia di bawah perlindungan Anda, dan kami berharap kami tidak akan diperlakukan
secara tidak adil, wahai paduka raja.”142
Pembaca yang bijaksana pasti bisa melihat bahwa semua ini adalah fitnah. Muslim yang
biasanya menjelekkan dan mencaci-maki semua budaya dan memuji budaya mereka sendiri. Ini
ciri khas dari semua sekte ajaran sesat. Meskipun kedua utusan ini membantah fitnah ini, kaum
Negus memutuskan untuk tidak mengembalikan para pelarian Muslim. Jika mereka tidak ingin
kembali, hanya dua orang pria saja tidak mungkin memaksa lebih dari 80 orang pria dan wanita
muda itu untuk pulang.
Kaum Muslim mengatakan bahwa episode ini sebagai bukti adanya penganiayaan. Fakta-
fakta yang ada tidak mendukung klaim tersebut. Anak-anak kedua pria ini ada di antara para
pelarian. Ibn Ishaq menuliskan, “Setelah keduanya meninggalkan tempat tersebut, Amr berkata,
‘Besok aku akan memberitahu dia [raja kaum Negus] suatu hal yang akan menjatuhkan mereka
semua.’ Abdullah, yang lebih saleh dalam perilaku berkata, ‘Jangan lakukan itu, sebab mereka
adalah kerabat kita meskipun mereka telah melawan kita.’ Ia berkata, ‘Demi Tuhan, aku akan
memberitahu dia bahwa mereka menyatakan bahwa Yesus, putera Maria, adalah seorang
142 Ibn Ishaq 151
87 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
budak.’” Hal ini menunjukkan sejauh mana kekhawatiran orang-orang Mekah tentang
kesejahteraan anak-anak durhaka Muslim mereka yang telah melawan mereka.
Gagasan bahwa orang-orang Mekah berusaha membawa pulang para Muslim supaya dapat
disiksa adalah hal yang tidak masuk akal. Jika para warga Mekah tidak menginginkan mereka,
ini adalah cara terbaik untuk menyingkirkan mereka. Argumen-argumen kaum Muslim tidak
pernah masuk akal. Kita tidak bisa memastikan berapa banyak fakta yang hilang dan berapa
banyak pemalsuan dan cerita yang dilebih-lebihkan yang dimasukkan ke dalam tulisan-tulisan
yang ada. Tetapi kita bisa melihat bahwa di dalam tulisan-tulisan yang tercatat, fakta-fakta
dipelintir dan kesimpulan-kesimpulan yang salah dibuat.
Hamzah Menerima Islam
Masyarakat Mekah telah jenuh menghadapi Muhammad dan ejekan-ejekannya terhadap
agama mereka, tetapi mereka tidak melihat betapa besarnya bahaya yang ia timbulkan. Mereka
berusaha menyelesaikan masalah mereka dengannya secara baik-baik -- kesalahan besar jika
lawan Anda adalah seorang narsisis. Mereka tidak tahu bagaimana menghadapinya. Mereka
gagal melakukan tindakan yang sesuai dan banyak dari mereka yang membayar kelalaian ini
dengan nyawa mereka. Alhasil, ribuan, jutaan, ratusan juta nyawa binasa akibat pria ini dan
jumlah korban semakin meningkat saja.
Suatu hari, ketika Muhammad sedang duduk di sebelah Safa, sebuah batu besar kira-kira
100 m di sebelah tenggara Ka’bah, Abul Hakam lewat dan memarahinya. Isi dari percakapannya
tidak dicatat. Pada kesempatan lainnya ia berkata kepada Muhammad, “Demi Tuhan,
Muhammad, engkau harus berhenti menista tuhan kami atau kami akan menista Tuhan yang
engkau layani.”143 Kita bisa menganggap bahwa ia pasti mengatakan sesuatu yang lain di dalam
percakapan tersebut. Wajah Muhammad berubah merah karena marah, tetapi ia tidak menjawab.
Pada hari itu juga, seorang wanita yang telah menyaksikan kejadian itu dari jendela
rumahnya mengatakan kepada Hamzah, paman Muhammad yang paling muda, tentang hal itu. Ia
tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Abul Hakam, tetapi menceritakan bagaimana wajah
Muhammad berubah merah karena marah dan tetap diam.
Hamzah lebih tua dua tahun dari Muhammad. Ia adalah pria yang kuat dan kasar. Ketika ia
mendengar apa yang dikatakan wanita itu, kemarahan meliputi dirinya. Ia langsung pergi ke
mesjid di mana menurut wanita itu ia bisa menemukan Abul Hakam. Abul Hakam sedang
duduk-duduk dengan yang lain, Hamzah berjalan mendekatinya dan menginjak tubuhnya. Lalu
ia mengangkat busurnya dan secara mendadak memukulnya dengan keras menggunakan busur
itu, sambil berkata, “Apakah engkau akan menghina dia bila aku mengikuti agamanya, dan
mengatakan apa yang ia katakan? Pukul aku kembali jika kamu bisa!”
Abul Hakam jatuh ke tanah, kepalanya berdarah. Kerabatnya menangkap Hamzah untuk
menghukumnya, tetapi Abul Hakam menyuruh mereka melepaskannya. Penulis sejarah Muslim
mengatakan alasan Abul Hakam tidak melawan adalah karena ia telah menghina Muhammad dan
ia tahu bahwa ia pantas untuk dipukul. Hanya kaum Muslim yang menganggap alasan ini masuk
143 Ibn Ishaq 132
88 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
akal. Penjelasan yang lebih logis adalah ia mewaspadai pemuda-pemuda Bani Hisham, yang saat
itu bersenjata dan mengintai di sekitar tempat itu. Ia tahu alasan Hamzah bertindak sangat berani
karena ia tidak sendirian.
Masuknya Hamzah sebagai pengikut membuat Muhammad semakin berani yang
meningkatkan sikap permusuhannya terhadap kaum Quraisy.
Umar Menerima Islam
Orang lainnya lagi yang perpindahannya kepada Islam memegang peranan penting adalah
Umar ibn Khattab. Dalam kata-kata Ibn Ishaq, Umar adalah pria yang keras kepala yang
perpindahannya kepada Islam menguatkan kaum Muslim dan menambah keberanian mereka.
Muhammad berharap agar Umar ataupun Abul Hakam (paman dari Umar dari pihak ibu)
menerima Islam. Abul Hakam terpelajar dan berpengaruh, dan Umar berani dan kuat.
Penerimaan mereka terhadap Islam akan sangat memperkuat Islam.
Dikatakan bahwa Umar mendengar tentang saudara perempuan beserta suaminya yang
masuk Islam dan pergi ke rumah mereka saat mereka sedang membaca beberapa ayat Quran.
Ketika mereka mendengar suaranya, mereka menyembunyikan bacaan mereka dan
menyangkalnya. Umar memukul saudara iparnya dan ketika saudara perempuannya menengahi,
Umar juga memukulnya. Tetapi ketika ia melihat wajah saudaranya yang berdarah, ia merasa
bersalah dan masuk Islam.
Pemboikotan
Para pemuka kaum Quraisy memutuskan untuk memboikot Muhammad dan Bani Muttalib
dan Bani Hisham yang mendukungnya. Boikot tersebut berupa tidak menikahi kaum mereka dan
tidak melakukan kegiatan dagang dengan mereka. Mereka menuliskan naskahnya, dan semua
orang menandatanganinya dan mereka menggantung dokumen itu di dalam Ka’bah.
Kedua klan itu membuat barikade di lorong milik Abu Talib. Ketika Abu Lahab ditanyai di
pihak siapa ia berdiri, ia menjawab, “Muhammad menjanjikan saya hal-hal yang tidak saya lihat.
Ia menyatakan bahwa hal-hal itu akan terjadi setelah saya mati. Apa yang sudah ia letakkan di
tangan saya?” Lalu ia meniup telapak tangannya dan berkata, “Semoga kalian binasa. Aku tidak
melihat hal-hal yang dijanjikan Muhammad dalam diri kalian.”
Ketika Muhammad mendengar hal ini, ia membuat sebuah sura yang mengutuk paman dan
bibinya.
Abu Lahab and his hand God blast,
His wealth and gains useless at the last.
He shall roast in flames, he held fast,
With his wife, the bearer of the wood, aghast.
On her neck a rope of palm-fiber cast (111:1-5)
Abu Lahab dan isterinya Umm Jamil merawat Muhammad ketika ia masih berusia beberapa
bulan dan ibunya entah tidak mau atau tidak mampu menyusuinya. Mereka membawanya ke
89 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
rumah mereka dan memberikan Muhammad kepada Thuaiba, hamba perempuan mereka, untuk
disusui.
Boikot tersebut dianggap tidak efektif oleh para kerabat kedua klan yang tetap tinggal
bersama kaum Quraisy, tetapi mereka menyediakan makanan bagi mereka dan segala sesuatu
yang mereka perlukan.
Suatu malam, Abul Hakam bertemu Hakim, keponakan Khadijah, sedang membawa
sekarung beras yang dipanggul budaknya menuju lorong milik Abu Talib. Ia memegangnya dan
berkata, “Apakah kamu membawa makanan bagi Bani Hisham? Demi Tuhan di depanmu dan
bila makanan yang kau bawa bergerak dari sini aku akan mengadukan engkau di Mekah.” Abul
Bakhtari, sepupu Muhammad lainnya, muncul dari kegelapan dan berkata, “Apa yang terjadi
dengan kalian berdua?” Ketika Abul Hakam memberitahu bahwa Halim melanggar ketetapan
boikot, Abul Bakhtari mengatakan, “Makanan itu milik bibinya, dan bibinya yang menyuruh
mengambilnya.” Menyadari bahwa Abul Bakhtari ikut berkomplot, Abul Hakam bertengkar
dengan Abul Bakhtari, yang mengambil tulang rahang onta (senjata yang mematikan) dan
memukulnya hingga pingsan, mencederainya, dan menginjak-injak tubuhnya dengan kejam.
Hamzah menyaksikan tidak jauh dari tempat itu.144
Ibn Ishaq menuliskan bahwa Hisham ibn Amr yang berkerabat dengan Bani Hisham dan
Bani al Muttalib, sering membawa seekor onta yang sarat dengan makanan dan pakaian pada
malam hari dan saat ia sampai di mulut gang tersebut ia melepaskan tali onta tersebut, memukul
keras sisi tubuhnya, dan membiarkan onta itu lari ke dalam gang ke tempat mereka.145
Suatu malam Hisham dipergoki oleh sepupunya Zama’a saat sedang menyuplai klan yang
sedang diboikot. Keduanya setuju untuk mencari lebih banyak pendukung dan menentang para
pemuka untuk mencabut aksi pemboikotan. Mereka bersekongkol dengan beberapa sepupu
lainnya pada malam hari dan keesokan harinya, saat warga kota berkumpul, salah seorang dari
mereka, Zuhayr, berseru dengan suara lantang, “Wahai warga Mekah, apakah kita bisa makan
dan berpakaian cukup sementara Bani Hisham binasa karena tidak bisa menjual maupun
membeli? Demi Tuhan aku tidak akan duduk diam sampai dokumen pemboikotan yang jahat ini
disobek!” Abul Hakam menyatakan bahwa dokumen aksi pemboikotan itu tidak akan disobek.
Lalu pria-pria lainnya berbicara dan menyatakan dukungan mereka atas Zuhayr. Abul Hakam
memprotes bahwa orang-orang itu telah saling bersekongkol dan sebenarnya aksi pemboikotan
tersebut telah diputuskan dan disetujui oleh semua orang. Tetapi orang-orang tersebut berlari
menuju Ka’bah dan menyobek dokumen itu menjadi serpihan.146
Toleransi atau Arogansi?
Pada saat ini, Ibn Ishaq mengatakan, beberapa pembesar dari Mekah, yaitu al-Aswad ibn
Muttalib, Walid ibn Mughira, Umayya ibn Khalaf dan ‘As ibn Wa’il al Sahmi – para pria
terkemuka di masyarakat menemui Muhammad dan berkata, “Muhammad, kemarilah! Kami
144 Ibn Ishaq 160 145 Ibn Ishaq 172 146 Ibn Ishaq 172
90 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
akan menyembah yang engkau sembah, dan engkau menyembah yang kami sembah. Jika apa
yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sembah kami akan ambil bagian di
dalamnya, dan jika apa yang kami sembah lebih baik daripada apa yang engkau sembah engkau
boleh mengambil bagian di dalamnya.” Para pemuka ini berusaha melakukan yang terbaik untuk
mendamaikan warga mereka dan mengakhiri permusuhan yang disulut oleh Muhammad.
Menanggapi permintaan mereka, Muhammad berkata,
Disbelievers! I worship not that which you worship;
Nor worship you that which I worship.
And I shall not worship that which you worship.
Nor will you worship that which I worship.
Unto you your religion, and unto me my religion.
Kata “katanya” ditambahkan belakangan ke ayat satu agar terkesan seperti wahyu dari
Tuhan dan ayat-ayat ini menjadi sura Kafirun (sura 109)
Sura ini tidak menunjukkan toleransi beragama. Maududi, salah satu cendekiawan terbesar
Muslim di abad ke 20, menjelaskan: “Jika sura itu dibaca dengan latar cerita ini di otak, orang
akan menganggap bahwa sura ini tidak diwahyukan untuk mengajarkan toleransi beragama
sebagaimana yang tampaknya dipikirkan orang-orang zaman sekarang, tetapi diwahyukan
dengan tujuan untuk memisahkan para Muslim dari agama kafir, ritual penyembahan mereka,
dan dewa-dewa mereka, dan untuk menyatakan rasa muak dan ketidakpedulian mereka dan
untuk memberitahu bahwa Islam dan kufr (kafir) tidak memiliki kesamaan dan tidak mungkin
mereka digabungkan dan dicampur menjadi satu kesatuan. Meskipun sura itu pada awalnya
ditujukan kepada kaum Quraisy yang kafir dalam menanggapi usulan kompromi mereka, namun
itu tidak terbatas kepada mereka saja, tetapi dengan menjadikannya bagian dari Quran, Allah
memberikan ajaran yang kekal bagi para Muslim bahwa mereka harus memisahkan diri mereka
baik dalam perkataan maupun perbuatan dari kepercayaan kafir dimanapun dan apapun
bentuknya, dan harus menyatakan tanpa ragu bahwa mereka tidak bisa berkompromi dengan
para kafir dalam hal iman kepercayaan. Itu sebabnya surah ini terus dikumandangkan saat orang-
orang yang mendengarnya sebagai jawaban atas tawaran mereka di masa awal dulu, telah
meninggal dan dilupakan, dan kaum Muslim pada masa itu juga terus membacakannya bagi para
kafir, dan kaum Muslim masih terus membacakannya berabad-abad kemudian setelah kaum
Muslim awal itu telah meninggal, sebagai ungkapan rasa jijik dan pemisahan mereka dari kafir
dan ritualnya adalah tuntutan abadi dari iman kepercayaan mereka.147
Penafsiran Ibn Kathir atas Sura Kafirun adalah sebagai berikut: “Surah ini adalah Surah
penyangkalan (penolakan) dari perbuatan para penyembah berhala. Ia memerintahkan penolakan
sepenuhnya dari hal tersebut. Pernyataan ini secara khusus ditujukan kepada orang-orang kafir
Quraisy. Dikatakan bahwa dalam ketidakpahaman mereka, mereka mengajak Utusan Allah untuk
menyembah berhala mereka selama setahun dan mereka (sebagai gantinya) akan menyembah
Allahnya selama setahun. Oleh sebab itu, Allah mewahyukan Surah ini dan di dalamnya Dia
memerintahkan UtusanNya untuk benar-benar menjauhkan dirinya dari agama mereka. Dan aku
147 http://www.usc.edu/dept/MSA/quran/maududi/mau109.html
91 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
tidak akan menyembah apa yang engkau sembah. Demikian pula engkau tidak akan menyembah
siapa yang aku sembah, artinya, ‘aku tidak beribadah sesuai ibadah Anda, yang artinya aku tidak
menyetujuinya maupun mengikutinya. Aku hanya menyembah Allah dengan cara yang Dia
senangi dan kehendaki.’ Oleh karena itu, Allah berfirman (Demikian pula engkau tidak akan
menyembah siapa yang kusembah) artinya, ‘engkau tidak mengikuti perintah Allah dan
peraturanNya dalam ibadahNya. Sebaliknya, engkau telah menciptakan sesuatu yang keluar dari
dorongan jiwamu sendiri.’ Oleh karena itu, penolakan itu adalah penolakan terhadap semua yang
mereka lakukan. Sebab tentunya seorang umat memiliki tuhan yang ia sembah dan memiliki
tindakan ibadah yang ia ikuti untuk mendekatkan dirinya. Jadi sang Utusan Allah dan
pengikutnya menyembah Allah sesuai dengan aturanNya.”
Kedua penafsiran ini dan penafsiran lainnya dari al Wahidi dan juga al Jalalayne
mengkonfirmasi bahwa sura ini bukan tentang toleransi. Sura ini adalah tentang penolakan,
penghinaan terhadap agama kaum Quraisy dan penolakan atas ajakan mereka untuk bertoleransi.
Ayat-ayat Setan dan Rekonsiliasi Singkat
Muhammad telah menyebarkan Islam selama hampir tujuh tahun dan dengan pengecualian
beberapa orang, semua pengikutnya adalah anak-anak muda atau budak. Permusuhan semakin
marak dan ia dikucilkan oleh warga Mekah. Masyarakat marah kepadanya, bukan saja karena ia
menghina dewa mereka, tetapi juga karena ia membujuk anak-anak mereka dan memisahkan
mereka dari keluarga mereka.
Muhammad berpikir mungkin perubahan strategi akan membuat kaum Quraisy menerima
dia. Narasi Ibn Ishaq mengatakan bahwa ia pergi ke mesjid di mana orang banyak berkumpul
dan membacakan ayat-ayat berikut.
“By the star when it sets. Your comrade errs not and is not deceived. He speaks not from his
own desire. It is naught save an inspiration that is inspired. (53:1-4) “Have you thought of al-Lat
and al-Uzza? And Manat, the third, the other? (the three daughters of Allah)” (53:19-20) These are
the exalted Gharaniq 148 whose intercession is approved.”149
Ketika kaum Quraisy mendengarnya, mereka merasa gembira dan sangat senang dengan
cara ia berbicara tentang dewa-dewa mereka dan mereka mendengarkan dia.150
Setelah membacakan ini, Muhammad bersujud dan pengikutnya bersujud. Warga Mekah
yang mendengar nama dewa-dewa mereka disebut juga bersujud. Kaum Quraisy berpikir bahwa
penerimaan Muhammad terhadap dewa-dewa mereka akan mengakhiri permusuhan dan
barangkali mereka bisa bersatu kembali dengan kerabat terkasih mereka.
Berita tersebut sampai kepada warga Muslim di Abisinia yang juga merasa sangat gembira
dan banyak yang pulang kembali ke Mekah. Konsesi tersebut mengakhiri permusuhan, tetapi
kaum Quraisy tidak berbondong-bondong berpindah ke agamanya seperti yang diharapkan dan
diperkirakan Muhammad.
148 Gharanic katanya berarti “bangau Numidian” yang bisa terbang sangat tinggi. 149 Q. 53 Sura an-Najm (bintang) 150 Ibn Ishaq 165-166
92 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Sekarang Muhammad mendapati dirinya dalam situasi yang sulit. Langkah yang ia ambil
tidak terbayar. Bukan hanya warga Mekah tidak pindah ke agamanya, dengan mengakui dewa-
dewa mereka ia telah membuat agamanya jadi tak terbedakan dengan agama mereka, sehingga
menjadikan dirinya tidak ada artinya.
Ia ingin dikenal sebagai seorang nabi. Jika ia tidak disukai, lebih baik ia ditakuti daripada
diabaikan. Setelah gagal memenangkan kaum Quraisy sebagai pengikutnya, ia harus menyulut
kebencian mereka kembali. Untuk itu ia harus menarik kembali apa yang telah ia katakan tentang
anak-anak perempuan Allah. Tetapi bagaimana caranya! Ia telah mengatakan bahwa ayat-ayat itu
diwahyukan oleh Allah. Ia tidak bisa mengatakan bahwa Allah telah melakukan kesalahan. Ini
adalah kasus yang sulit. Untung baginya, pengikutnya sangat mudah ditipu. Mereka menerima
bulat-bulat semua yang ia katakan.
Ia mengklaim karena penolakan kaum Quraisy sangat menyakiti dia, ia menjadi khawatir
akan kesejahteraan dan berharap bisa menarik mereka sekuat yang ia mampu, karena kasihnya
kepada mereka [orang-orang yang diancam hendak ia bantai], ia merindukan wahyu yang bisa
mendamaikan dirinya dengan mereka. Ia berharap dan berdoa agar rintangan yang membuat
tugasnya demikian berat bisa diangkat dan merenungkan caranya dan merindukannya. Katanya
ketika setan mengetahui keinginannya, ia menunggu kesempatan dan saat Allah menurunkan
Sura an-Najm dan saat tiba pada kalimat “Have you thought of al-Lat and al-Uzza, and Manat,
the third, the other?” Setan meletakkan kalimat berikut di atas lidahnya “these are the exalted
gharaniq (cranes) whose intercession is approved.”
Catat bahwa al Kalbi mengutip ayat-ayat ini dalam Book of Idols karangannya sebagai apa
yang biasa dibacakan oleh kaum Quraisy saat mengelilingi Ka’bah. Muhammad mengatakan
bahwa ia tidak sadar bahwa ia telah dibohongi oleh setan hingga Jibril muncul dan berkata
kepadanya, “Apa yang telah engkau lakukan, Muhammad? Engkau telah membacakan bagi
orang-orang ini hal yang tidak aku bawakan dari Allah dan engkau telah mengatakan hal yang
tidak dikatakanNya kepadamu.”151
Ia lalu memberitahu pengikutnya bahwa ia menjadi amat sangat sedih dan sangat ketakutan
terhadap Allah. Tetapi Allah, karena kasihNya yang begitu besar bagi dirinya, menurunkan
wahyu untuk menghibur nabiNya dan tidak membesar-besarkan masalah itu. Dia mengatakan
kepada Muhammad untuk tidak bersedih maupun khawatir tentang apa yang terjadi karena, ”We
have not sent an apostle or prophet before you, but when he longed Satan cast suggestions into
his longing. But God will annul what Satan has suggested. Then God will establish his verses.
God being knowing and wise.” (22:52)
Ayat-ayat baru yang menggantikan ayat-ayat setan adalah , “For you males and for him
females? That indeed is an unfair division! (most unjust).” Dengan kata lain tidaklah adil untuk
mengatakan bahwa Allah memiliki anak-anak perempuan sementara kebanyakan orang
membangga-banggakan bila memiliki anak laki-laki.
Penjelasan Ibn Kathir, “Allah bertanya kepada para penyembah berhala, ‘engkau memilih
keturunan wanita bagi Allah dan lebih mengutamakan dirimu dengan keturunan laki-laki. Jika
151 Ibn Ishaq 166
93 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
engkau membuat pemisahan ini di antara dirimu dan ciptaan lainnya, itu akan terjadi.
(Pemisahan yang sungguh tidak adil!) artinya, itu akan menjadi pemisahan yang tidak adil dan
tidak bijaksana. ‘Bagaimana mungkin engkau membuat pemisahan seperti ini antara engkau dan
Allah, padahal ini akan menjadi pemisahan yang tidak adil dan konyol jika kamu lakukan itu
terhadap dirimu dan sesamamu?”
Ada keadilan yang wajar atas misogini (kebencian terhadap wanita) Muhammad. Kedua
anak laki-lakinya meninggal saat masih bayi dan hanya menyisakan empat anak perempuan
baginya. Kita bisa bayangkan bagaimana ia merasa malu dan diperlakukan tidak adil akibat
“pemisahan yang tidak adil dan tidak bijaksana” tersebut.
Kisah ini sudah cukup untuk memperlihatkan bahwa Muhammad mengarang-ngarang
wahyu-wahyunya. Ia mengklaim bahwa ia ditipu oleh setan dan Allah mengkonfirmasi klaim itu.
Tetapi ayat 2 dari Sura yang sama, di mana kasus penipuan tersebut sedang terjadi meyakinkan
para Muslim, “your comrade errs not and is not deceived.” Ayat mana yang benar? Sebenarnya
Muhammad tertipu atau tidak? Jika ia tertipu maka ayat 53:2 itu salah dan jika ia tidak tertipu
maka ayat 22:52 yang salah. Tidak ada kontradiksi yang lebih jelas lagi dari ini. Kedua ayat ini
saling terpisah satu sama lain.
Masih ada masalah lain dalam cerita ini. Bagaimana mungkin Allah yang mahatahu tidak
mengetahui bahwa nabinya telah ditipu? Mengapa Dia tidak langsung mengkoreksi nabinya?
Fakta bahwa kabar perkataan nabi sampai ke Abisinia dan para imigran pulang kembali
memberitahu kita bahwa kasus penipuan ini mungkin berlangsung selama berbulan-bulan.
Apakah Allah sedang tidur, atau setan menipuNya juga?
Alasan yang diberikan tidak masuk akal sama sekali. Mustahil setan dapat menyuntikkan
sepatah katapun saat Jibril sedang berdiri di dekat situ, sambil mendikte bagi Muhammad. Kita
juga tahu bahwa Jibril biasanya meminta Nabi untuk mengulangi wahyunya, untuk meyakinkan
bahwa Muhammad sudah menghafal dengan benar.
Anggaplah Allah sedang teralih perhatiannya, dan Jibril itu tolol, bagaimana mungkin
Muhammad tidak menyadari bahwa ayat-ayat ini mengkontradiksi semua hal yang telah ia
ajarkan sejauh ini? Apakah ia sedemikan bodohnya sehingga tidak menyadari bahwa memuji-
muji dewa-dewa lainnya menentang ajarannya yang dianggap menganut faham monoteisme?
Ibn Ishaq mengatakan bahwa “para umat percaya bahwa apa yang disampaikan oleh nabi
mereka dari Allah mereka adalah benar, tidak pernah mencurigai adanya kesalahan atau
keinginan yang sia-sia atau ada yang luput.”152 Hal ini memberitahu kita tentang tingkat
intelektual kaum Muslim mula-mula. Mereka adalah sekelompok orang bebal, yang nyaris tidak
mampu berpikir rasional.
Di ayat 22:52, Allah menghibur Muhammad dan menyuruhnya untuk tidak bersedih sebab
semua nabi pernah ditipu oleh setan. Tetapi tidak pernah ada pengakuan seperti ini di dalam
Alkitab. Tidak satupun nabi di dalam Alkitab yang dilaporkan pernah ditipu oleh setan,
meneruskan ayat-ayat setan kepada orang banyak.
152 Ibn Ishaq 166
94 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Allah Bersumpah seperti Orang Kafir
Menyembah bintang-bintang, matahari, dan bulan adalah kepercayaan para orang kafir.
Mengapa Allah ingin bersumpah dalam nama dewa-dewa tersebut? Ini bukan satu-satunya ayat
di mana Allah bersumpah dalam nama dewa-dewa kafir. Di ayat 56:75 ia bersumpah dengan
tempat beredarnya bintang-bintang. Di ayat 79:1-4 Dia bersumpah demi yang membawa
kehancuran, demi meteor yang turun dengan cepat, demi bintang tunggal yang melayang-layang
[Allah mengira planet-planet adalah bintang-bintang yang melayang-layang], dan demi malaikat-
malaikat yang sedang bergegas. Di ayat 85:1 Dia bersumpah demi langit, yang memegang
gugusan bintang; di ayat 86:1 demi langit dan Bintang Fajar, di ayat 69:38-39, demi apa yang
dapat dilihat dan apa tidak bisa dilihat. [Ada banyak benda yang bisa dilihat dan tidak
sepenuhnya layak dijadikan sumpah.] Di ayat 70:40 Allah bersumpah demi Tuhan yang
mengatur temat terbit dan terbenamnya planet-planet; ayat 75:2, demi jiwa yang menyesal; ayat
84:16, demi cahaya di waktu senja; ayat 93:1, demi waktu duha, dan demi malam saat gelap;
ayat 90:1, demi Mekah; ayat 95:1-3, demi buah ara dan buah zaitun, demi gunung Sinai, dan
demi negeri yang aman ini.
Permusuhan Dimulai Kembali
Perdamaian di Mekah tidak berlangsung lama. Muhammad mencabut kata-katanya dan
kembali menista dan menghina dewa-dewa kaum Quraisy. Ia menyadari bahwa ia akan lebih
diuntungkan dengan memprovokasi mereka daripada hidup damai dengan mereka. Ia harus
menjadi perhatian, sekalipun ia harus menjadi agitator dan provokator.
Ibn Ishaq menuliskan, “Ketika pembatalan atas kata-kata yang setan tempatkan di lidah
Muhammad datang dari Allah, kaum Quraisy berkata, ‘Muhammad telah bertobat dari apa yang
ia katakan tentang posisi dewa-dewa kita dengan Allah, mengubahnya dan memasukkan sesuatu
yang lain. Kedua kalimat yang telah ditempatkan setan di lidah sang rasul adalah kalimat yang
ada di bibir setiap orang kafir dan mereka menjadi lebih memusuhi kaum Muslim dan para
pengikut rasul.’”153
Muhammad memerintahkan kaum Muslim yang telah kembali dari Abisinia untuk balik
kembali ke sana. Hanya Uthman dan isterinya, Ruqayya bint Muhammad, dan Abu Hudhaifa dan
isterinya, Sahla bint Suhayl ibn Amr yang tetap tinggal di Mekah sampai kemudian mereka
diperintahkan untuk hijrah ke Madinah kira-kira enam tahun kemudian. Tabari mengatakan
bahwa jumlah mereka yang tinggal ada tigapuluh tiga orang.154 Setelah kejadian ini aksi boikot
dicabut.
Kematian Khadijah dan Abu Talib
Tahun ke sepuluh (tahun ketiga sebelum Hijriah) adalah tahun bencana bagi Muhammad.
Khadijah meninggal pada Desember 619 M dan lima minggu kemudian Abu Talib, pelindung
Muhammad lainnya meninggal. Muhammad sangat setia kepada Khadijah.
153 Ibn Ishaq. 167 154 Tabari, v. 3, p. 882
95 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Sekitar enam minggu setelah kematian Khadijah, Muhammad menikahi Sauda dan Aisha.
Sauda adalah seorang janda, berusia akhir duapuluhan atau awal tigapuluhan (ia meninggal pada
54 Hijra155), dan Aisha berusia enam tahun. Atas permintaan Abu Bakr, Muhammad menunggu
tiga tahun sebelum melakukan hubungan badan dengannya.
Kematian Abu Talib barangkali merupakan pukulan terbesar bagi Muhammad. Ia adalah
tetua kaum yang dihormati yang telah mengajak klannya untuk mendukung Muhammad dan
melindunginya dari musuh-musuhnya. Ia tidak pernah menerima Islam, tetapi tanpa dirinya,
Muhammad mungkin tidak akan berhasil untuk mempertahankan dan menyebarkan agamanya.
Ibn Ishaq mengatakan bahwa setelah kematian Abu Talib, kaum Quraisy mulai memperlakukan
Muhammad secara ofensif, yang tidak berani mereka lakukan saat pamannya masih hidup. Salah
satu kasus adalah seorang pemuda melemparkan debu tanah ke kepala Muhammad dan kasus
yang lain ada yang melemparkan plasenta hewan ke rumah Muhammad.156 Seburuk-buruknya
hal ini, mereka masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan kaum
Muslim kepada orang-orangnya yang murtad dan korban-korban lainnya. Muhammad menghina
dewa-dewa mereka dan mereka membalas dengan tidak menaruh hormat kepadanya. Ini bukan
definisi dari penganiayaan.
Saat Abu Talib menjelang ajalnya, Muhammad memintanya untuk pindah ke Islam. Si
penetua ini tersenyum dan berkata bahwa ia lebih memilih mati dalam agama para leluhurnya.
Muhammad lalu berjalan keluar kamar sambil bergumam, “Aku ingin mendoakannya tetapi
Allah menghalangi aku.” Ia menegaskan hal itu di dalam Quran. “It is not for the Prophet, and
those who believe, to pray for the forgiveness of idolaters even though they may be near kin (to
them) after it hath become clear that they are people of hell-fire.” (9:113)
Pamannya, Abbas, mengatakan kepadanya, “Engkau tidak berguna bagi pamanmu (Abu
Talib) (meskipun) demi Allah, ia selalu melindungi engkau dan marah demi engkau.”
Muhammad menjawab, “Ia ada di api yang dangkal, dan seandainya bukan karena aku, ia akan
berada di bagian terbawah api (Neraka).”157
Undangan Kepada Kaum Thaqif
Islam tidak bertumbuh di Mekah. Setelah sepuluh tahun berkhotbah, memecah-belah
masyarakat dan menghina agama kaum Quraisy, orang-orang telah mengambil sikap mereka.
Sekitar 100 hingga 120, sebagian besar anak-anak muda dan budak, mengikuti Muhammad dan
sisanya menentang dia dengan keras.
Setelah kematian pamannya, dan menghadapi penolakan di Mekah, Muhammad berusaha
menjangkau orang-orang yang bukan termasuk kaum Quraisy. Ibn Ishaq menuliskan, “Setelah
kematian Abu Talib, Rasulullah pergi ke Taif untuk meminta bantuan kepada kaum Thaqif (suku
155 Tabaqat V. 8, p. 56 156 Ibn Ishaq 191 157 Bukhari 5:58:222
96 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
yang tinggal di Taif) dan pembelaan mereka terhadap sukunya. Ia juga berharap mereka mau
menerima pesan, yang telah Allah berikan kepadanya.”158
Untuk memahami Islam dan Muhammad, sangat penting untuk memperhatikan apa yang
dikatakan penulis biografinya. Muhammad ingin orang-orang menerima agamanya dan
membantu dia melawan musuh-musuhnya. Sebagai imbalan atas bantuan mereka, ia menjanjikan
sebagian dari hasil jarahan, jika mereka menang, dan imbalan surgawi, jika mereka terbunuh. Ia
memberitahu kaum Quraisy bahwa ia diutus secara khusus bagi mereka dan menawarkan
ketaatan suku-suku bangsa Arab lainnya dan sikap tunduk dari bangsa Persia. Mereka
menolaknya. Sekarang kita menemukannya berada di Taif, menawarkan kepada kaum Thaqif
kekayaan dan dominasi atas kaum Quraisy.
Warga Mekah bukan saja menolak Muhammad dan mengabaikan undangannya, mereka
mengejek dan mencemoohkan dia saat ia menawarkan kekuasaan atas suku Arab lainnya dan
bangsa Persia kepada mereka. Menurut pendapat seorang narsisis, hukuman bagi sikap tidak tahu
berterimakasih seperti ini adalah pembantaian.
Untuk membalas dendam terhadap kaum Quraisy yang tidak tahu berterimakasih,
Muhammad membutuhkan bantuan dari suku Arab lainnya. Ia menawarkan hadiah yang sama
kepada setiap orang: supremasi dan harta jarahan, jika mereka menang, dan perawan-perawan di
firdaus, jika mereka terbunuh. Ini adalah ajaran agama Islam dan banyak ayat dalam Quran yang
menegaskan hal itu.
Catat bahwa Allah, dengan semua kekuasaanNya, benar-benar tidak berdaya. Dia tidak
mengangkat satu jari pun untuk menolong nabiNya. Allah dan utusannya bergantung kepada
para pengikut untuk bertindak sebagai kaki tangan mereka, mengobarkan perang dan berjuang
untuk mereka.
Ibn Ishaq menuliskan, “Ketika rasul tiba di al-Taif ia bertemu sejumlah orang yang pada saat
itu merupakan pemimpin dan kepala suku, yaitu tiga bersaudara: Abdu Yalil, Mas’ud dan Harb,
anak-anak dari Amr ibn Umayr ibn ‘Auf. Salah seorang dari mereka memiliki isteri dari suku
Quraisy. Rasul duduk bersama mereka dan mengundang mereka untuk menerima Islam dan
meminta mereka membantunya menghadapi musuh-musuhnya di kampung halamannya.”159
Suku Thaqif adalah sekutu suku Quraisy, dan pria ini meminta mereka membantunya
melancarkan peperangan terhadap sekutu mereka -- kaumnya sendiri. Ketiga bersaudara itu
sangat marah. Mereka memarahinya dan mengusirnya keluar dari rumah mereka. Muhammad
memohon kepada mereka untuk memelankan suara mereka. Ia takut orang lain akan mendengar
mereka. Selain mendapat malu, berita tersebut bisa sampai ke Mekah dan pengkhianatannya
akan terekspos. Tetapi ketiga bersaudara itu memanggil semua orang dan mengatakan kepada
mereka apa yang ia lakukan dan anak-anak berkumpul dan melemparinya dengan kerikil lalu
mengejarnya sampai keluar dari kota.
158 Ibn Ishaq 192 159 Ibn Ishaq 192
97 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Ibn Ishaq mengatakan bahwa dalam perjalanan ini Muhammad pergi sendiri. Tabari
mengutip versi cerita yang lain yang mengatakan bahwa ia ditemani oleh anak angkatnya, Zein
ibn Haritha.
Kabur dari kejaran massa, Muhammad berlindung di sebuah kebun. Kebun tersebut ternyata
milik Utba dan Shayba, anak-anak dari Rabi’a. Kedua bersaudara ini adalah tetua dan pemuka
masyarakat di Mekah. Putera Utba, Abu Hudhaifa, telah berpindah ke Islam dan atas perintah
Muhammad, telah memutuskan tali kekerabatannya dengan ayahnya. Meskipun kedua
bersaudara ini bersimpati terhadap warga suku mereka, mereka tetap memberi Muhammad
makan dan membiarkannya beristirahat hingga ia pulih dan kembali ke Mekah. Kakek
Muhammad, Abdul Muttalib adalah kakak laki-laki dari kakek Utba dan Shayba, Abdul Shams.
Ibn Ishaq menuliskan, “Ketika Utba dan Shayba melihat yang terjadi mereka merasa iba dan
memanggil budak mereka yang beragama Kristen, Addas, dan menyuruhnya untuk membawa
seikat anggur di piring dan diberikan kepada Muhammad untuk dimakan.”160 Tiga tahun
kemudian di Bard, Muhammad menyeret dan melemparkan begitu saja ke dalam sumur mayat
kedua bersaudara yang mati terbunuh ini.
Jin Memeluk Agama Islam
Perjalanan ke Taif merupakan pengalaman yang memalukan. Diperlakukan seperti orang
gila, dikejar-kejar seperti anjing, sudah melampaui apa yang dapat ditanggung oleh seorang
narsisis. Menambah rasa terhina atas cederanya, ia dilihat dalam keadaan kondisi memalukan itu
oleh Utba dan Shayba, yang sudah pasti akan menceritakan kepada kaum Quraisy apa yang telah
mereka lihat dan memberitahu mereka tentang pengkhianatannya.
Muhammad perlu menyembuhkan harga dirinya yang terluka. Di sinilah kita bisa melihat
akal daya dari seorang narsisis dan kemampuan Hercules-nya untuk bangkit kembali dan
mengeluarkan dirinya dari jurang keputuasaan ke puncak optimisme dan harapan. Yang ia
perlukan hanya suntikan pasokan narsisistik, dan jika itu tidak tersedia dari sumber di luar
dirinya, ia bisa menciptakannya melalui kemampuan imajinasinya.
Bagi seorang narsisis, efek dari apa yang ia bayangkan senyata realitas. Ia tidak bisa
mengenali perbedaannya. Ia bisa percaya kepada kebohongannya sendiri, dengan keyakinan
yang sama sebagaimana ia percaya hal yang ia alami yang berasal dari luar dirinya.
Muhammad mengklaim bahwa setelah kaum Thaqif memperlakukannya dengan buruk,
dalam perjalanannya kembali ke Mekah, ketika ia tiba di Nakhlah, ia bangkit untuk berdoa di
tengah malam dan sejumlah jin lewat. Mereka mendengarkannya dan setelah ia selesai berdoa
mereka kembali kepada sesama mereka dan memperingati mereka, karena percaya dan
merespons apa yang telah mereka dengar. 161
Para jin yang pergi menuju Tuhama berpapasan dengan Nabi di tempat bernama Nakhlah
dan itu dalam perjalanan menuju Suq ‘Ukaz dan Nabi sedang melakukan doa subuh dengan
pengikut-pengikutnya. Ketika mereka mendengar Quran mereka mendengarkannya dan berkata,
160 Ibn Ishaq 193 161 Ibn Ishaq 194
98 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
“Demi Allah, inilah yang telah menempatkan penghalang antara kita dan berita dari surga.”
Mereka pergi kepada warga mereka dan berkata, “Wahai kaum kami sekalian, sungguh kami
telah mendengar lantunan indah (Quran) yang menunjukkan jalan yang benar; kami percaya
kepadanya dan tidak akan mempersekutukan apapun dengan Tuhan kami.” Allah mewahyukan
ayat-ayat tersebut kepada nabiNya (Sura ‘Jinn’) (72): “Say: It has been revealed to me.” Dan apa
yang telah diwahyukan kepadanya adalah percakapan dari para jin tersebut.”162
Kisah fantastis ini ditegaskan di dalam Quran 46:29-30. Untuk apa Muhammad mengarang
cerita seperti ini? Ini adalah caranya untuk menyelamatkan wajahnya dan membual bahwa
walaupun manusia memperlakukannya dengan buruk, jin mengakui dia sebagai utusan Allah dan
percaya kepadanya.
Namun, kisah ini berkontradiksi dengan perkataan Muhammad sendiri dalam Quran 17:94,
dimana dalam menjawab mereka yang berkata mengapa Allah tidak mengirimkan malaikat untuk
menuntun kami dan “Kamu hanyalah manusia seperti kami juga.” (14:10) ia menjawab, “if there
were on earth angels, God would have sent for them angels as Messenger, but to humans,
humans will be sent as messengers. (17:95)
Ibn Kathir menjelaskan, “Dia [Allah] mengirimkan Utusan yang sejenis dengan mereka agar
mereka dapat memahami apa yang ia katakan dan bisa berbicara langsung dengannya. Jika Dia
mengirimkan kepada manusia Utusan yang berasal dari antara malaikat, mereka tidak akan bisa
bertatap muka langsung dengannya dan belajar darinya, seperti yang dikatakan Allah: “Indeed,
Allah conferred a great favor on the believers when He sent among them a Messenger from
among themselves.” (3:164)
Dari cerita di atas, jelaslah bahwa kepada setiap spesies, Allah mengirimkan utusan yang
sejenis dengan mereka agar mereka bisa berbicara langsung dengannya. Oleh sebab itu,
bagaimana mungkin Muhammad bertindak sebagai utusan bagi para jin bila ia dilahirkan sebagai
manusia dan menyatakan diri sebagai manusia?
Semua kontradiksi ini menunjukkan bahwa Muhammad mengarang ceritanya sesuai
tuntutan situasi yang terjadi saat itu. Pembohong biasanya mempunyai daya ingat yang pendek.
Muhammad Menunjukkan Kemurahan Hati
Ia mengingat pengalaman pahitnya di Taif sebagai perlakuan terburuk yang pernah ia
terima. Ia mengklaim bahwa dalam perjalanannya kembali ke Mekah, Jibril menampakkan diri
kepadanya dan berkata, “Allah, yang dihormati dan dimuliakan, telah mendengar apa yang
dikatakan kaummu kepadamu, dan bagaimana mereka bereaksi terhadap panggilanmu. Dan Dia
telah mengirimkan bagimu malaikat yang menguasai gunung-gunung. Malaikat penguasa
gunung-gunung (kemudian) berseru kepadaku, memberi salam kepadaku dan berkata:
Muhammad, Allah telah mendengar apa yang dikatakan kaummu kepadamu. Aku malaikat
penguasa gunung-gunung dan Tuhanmu telah mengutus aku bagimu agar engkau bisa memberi
aku perintah sesuai keinginanmu. Jika engkau ingin aku menyatukan kedua gunung yang berdiri
berhadapan di kedua ujung Mekah untuk menghancurkan mereka di antara kedua gunung, (akan
162 Bukhari 1:12:740
99 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
aku lakukan). Tetapi Rasulullah mengatakan kepadanya: Aku lebih mengharapkan Allah akan
memberikan keturunan kepada mereka orang-orang yang akan menyembah Allah, yang Esa, dan
tidak akan mempersekutukan apapun denganNya.”163
Mari kita berlakon sebagai psikoanalis dan membaca hadis di atas dengan pembacaan yang
lebih rasional. Alasan dibuatnya klaim ini sama dengan alasan dibuatnya kisah tentang jin yang
masuk Islam. Muhammad di tolak. Ia dihina, dipermalukan, dan dihajar. Ini bukan pengalaman
yang menyenangkan bagi siapa pun. Bagi seorang narsisis, hal ini sudah terlalu berlebihan. Ia
harus menyatukan kembali egonya yang hancur. Ia mengklaim bahwa Jibril dan malaikat
penguasa gunung-gunung (mitos dari paganisme), menawarkan untuk menghancurkan Taif dan
meremukkan penduduknya di antara kedua gunung. Ia memverbalisasi angan-angannya dan apa
yang akan ia lakukan jika ia mampu. Namun, karena ia tidak bisa melakukan hal itu, ia ingin
dianggap sebagai orang yang murah hati dan pemaaf. Dengan kata lain, “jika aku tidak
menghukum engkau, bukan karena aku tidak bisa, tetapi karena aku adalah seorang yang
pemaaf.” Sang pencipta manusia tidak peduli terhadap ciptaannya, tidak seperti nabiNya yang
maha pemaaf ini. Dia mengirim dua malaikatNya untuk mendapatkan ijin dari Muhammad untuk
menghancurkan kota tersebut dan membunuh semua penduduknya, tetapi sang Nabi, yang jauh
lebih mengasihi dan pemaaf daripada Allah, mengatakan bahwa lebih berharap agar keturunan
orang-orang ini menjadi Muslim, dan ia memaafkan mereka.
Ini adalah orang yang sama yang bersumpah akan membawa pembantaian bagi kerabatnya
sendiri, dan alasan ia pergi ke Taif adalah untuk meminta bantuan melancarkan peperangan
melawan mereka, membantai mereka dan menjarah mereka. Tetapi sekarang saat ia tidak
berdaya, ia malah lebih pemaaf dan lebih baik hati daripada Allah.
Pengikutnya menelan segala hal yang ia katakan kepada mereka dan tidak ada yang bertanya
kenapa Jibril dan sobat bersayapnya yang berkuasa untuk memindahkan gunung tidak muncul
ketika ia sedang dilempari batu untuk melindungi dirinya. Atau kenapa mereka tidak
menampakkan diri di hadapan orang-orang tersebut agar mereka tidak mencederainya?
Warga Mekah Melindungi Muhammad
Dalam dunia yang beradab, orang dilindungi oleh hukum. Dalam masyarakat tanpa hukum
seperti di Arab pada abad ketujuh, orang mengandalkan kehormatan. Jika Anda dibunuh dan
tidak memiliki siapa-siapa untuk membalaskan darah Anda, si pembunuh bisa terbebas dari
hukum. Jadi orang-orang dari kota-kota yang berbeda mengikat tali persekutuan dan menyatakan
diri sebagai pelindung bagi satu sama lain. Jika Anda bepergian ke negara yang baru dan Anda
bisa menemukan seorang yang berkuasa dan yang bersedia melindungi Anda, Anda akan
selamat. Membunuh Anda berarti tidak menghormati pelindung Anda, dan pembunuh Anda bisa
menjadi target pembalasannya.
Selama Abu Talib masih hidup, Muhammad ada di bawah perlindungannya. Meskipun
bukan pria yang berkuasa, kaum Quraisy menghormati sang tetua suku yang sudah tua itu dan
tidak mencederai orang yang dilindunginya, agar mereka tidak menghinanya. Setelah
163 Sahih Muslim, 19:4425
100 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
kematiannya, Muhammad merasa rentan. Umar dan khususnya Hamza sangat kuat secara fisik,
tetapi mereka adalah penjahat, bukan pejabat maupun tokoh penting. Ibn Ishaq mengatakan
bahwa kaum Muslim berasal dari masyarakat kelas bawah.164
Menyadari bahwa pengkhianatannya terhadap Mekah telah terungkap, Muhammad takut
untuk masuk ke kota. Ia mengutus seseorang kepada Akhnas ibn Shariq, salah satu pemuka dan
sekutu masyarakat Mekah, untuk meminta perlindungan kepadanya. Akhhas menjawab bahwa
seorang sekutu tidak bisa memberikan perlindungan terhadap anggota warga suku setempat.
Muhammad lalu mengirim utusannya kepada Suhayl ibn Amr, salah satu anggota masyarakat
yang dihormati, untuk meminta perlindungan. Suhayl juga menolak. Muhammad mengirim
utusannya kepada Mut’im ibn Adiy. Yang terakhir ini setuju bertindak sebagai pelindungnya.
Keesokan harinya ia pergi ke mesjid dan mengumumkan janjinya secara terbuka. Begitu Mut’im
memberikan perlindungan kepada Muhammad, semua orang menghormatinya. Abul Hakam
yang merupakan musuh terbesar Muhammad juga mengatakan, “Kami akan memberikan
perlindungan bagi dia yang engkau lindungi.” Demikianlah Muhammad memasuki Mekah dan
tinggal di sana dan pengkhianatannya terhadap mereka telah terungkap, ia tidak disakiti.
Ibn Ishaq menarasikan, “Suatu hari ketika ia pergi ke mesjid suci saat para kafir berada di
Ka’bah, dan ketika Abu Jahal [Abul Hakam] melihatnya ia berkata dengan nada mengejek,
‘Inilah nabimu wahai ibn Abdu Manaf.’ Utba ibn Rabi’a menjawab, ‘ Dan mengapa Anda harus
ambil peduli jika kami memiliki nabi atau raja?’ Ketika sang Nabi mendengarnya, ia berkata,
‘Wahai Utba, engkau bukan marah atas nama Allah atau atas nama rasulNya, tetapi atas
keinginanmu sendiri. Adapun engkau, Abu Jahal, pukulan besar takdir akan datang kepadamu di
mana hanya ada sedikit kebahagiaan dan banyak tangisan. Dan engkau, wahai para pemuka
Quraisy, pukulan besar akan datang kepadamu sehingga Anda akan mengalami apa yang jijik
bagi Anda secara paksa.”165
Pernyataan nubuatan di atas adalah apokrif. Dengan asumsi bahwa itu benar, hal itu
menunjukkan bahwa meskipun diberi perlindungan di Mekah, Muhammad sedang mengeluarkan
ancaman kepada para pemuka di sana. Jika seseorang mengatakan bahwa ia ingin membunuh
Anda, adalah bijaksana untuk percaya kepadanya. Banyak pemuka-pemuka Mekah membayar
dengan nyawa mereka karena tidak mengindahkan sepotong ungkapan tua ini.
Dikatakan bahwa mereka yang tidak belajar dari kesalahan masa lalu, akan mengulangi
kesalahan yang sama. Saat ini hukum di negara-negara beradab dan demokratis menawarkan
perlindungan bagi kaum Muslim, banyak dari mereka yang dengan bebas menghina tuan rumah
mereka dan tidak menutup-nutupi niat mereka yang ingin membawa pembantaian bagi mereka.
Tidak semua Muslim adalah teroris. Mereka yang tidak demikian, tidak memahami Islam.
Ketidakpahaman mereka tidak membuat mereka atau kepercayaan mereka jadi kurang
berbahaya. Setiap Muslim bisa menjadi radikal jika ia membaca kitab sucinya dan percaya
bahwa itu adalah firman Allah.
164 Ibn Ishaq 194 165 Ibn Ishaq 194
101 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Patriotisme atau Narsisisme?
Sedikit Islamis yang memahami motivasi Muhammad dalam menciptakan Islam. Pendeta
Cannon Sell percaya bahwa ia adalah patriot yang berjuang untuk persatuan masyarakat Arab
dan melihat perlunya pemerintahan pusat di Hijaz. “Kedudukan masalah pada waktu itu adalah,”
kata Sell, “jika eksistensi politik di Arabia harus diselamatkan, maka harus ada perubahan.
Saatnya sudah siap untuk itu. Diperlukan seorang pemimpin yang mampu menyatukan suku-
suku Arab berlandaskan agama, dan tetap melestarikan kepercayaan konservatif takhayul mereka
terhadap Ka’bah dan ibadah haji, atau perjalanan ziarah tahunan ke Mekah. Demikianlah
situasinya ketika Muhammad telah cukup umur untuk memahaminya, dan ini bukan
mendiskreditkan dia untuk menganggap bahwa ia adalah seorang Arab yang patriotis, yang
sangat ingin melihat negeri ini bebas dari musuh-musuhnya dan dengan demikian bersatu dan
kuat. Kemungkinan sekali perasaan patriotis ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
membentuk karya hidupnya, dan bahwa gagasannya yang pertama adalah menemukan agama
nasional sebagai sumber kekuatan dan persatuan, bukan agama yang univesal.”166
Tidak ada petunjuk tentang apa yang dikatakan Sell dalam tulisan-tulisan Muhammad, dan
tidak ada satu hal pun yang ia lakukan yang mengindikasikan bahwa ia adalah seorang patriot.
Definisi kamus standar Patriotisme adalah “kecintaan seseorang terhadap tanah airnya”. Stephen
Nathanson mendefinisikan patriotisme sebagai sifat yang melibatkan:
Kecintaan khusus seseorang terhadap negaranya,
Merasa memiliki identifikasi pribadi dengan negara tersebut,
Memiliki perhatian khusus terhadap kesejahteraan negara tersebut,
Bersedia berkorban untuk memperkenalkan kebaikan negara.167
Apakah kita menemukan karakteristik ini dalam diri Muhammad? Mengutip kata-kata F. E.
Peters, “Allah (atau Muhammad berbicara atas namaNya) tertarik kepada ‘kepatuhan’, tetapi
tidak begitu tertarik dengan sejarah baik lokal maupun kontemporer. Ketertarikan Quran
terhadap kisah masa lalu sebagian besar terletak pada Sejarah Suci, kisah tentang Penciptaan dan
sejarah dari berbagai nabi mulai dari Abraham hingga Yesus yang dikirim bagi umat manusia
untuk menjaga mereka di atas jalan yang lurus. Tentang Mekah dan penduduknya, bahkan
tentang Muhammad, sedikit sekali yang diberitahukan kepada kita. Tetapi jika sejarawan sekuler
percaya, sebagaimana ia diharuskan, bahwa setiap perkataan yang keluar dari mulut Muhammad
adalah milik Muhammad, maka semua yang tertulis di Quran adalah tentang Muhammad.”168
Muhammad tidak memikirkan tentang persatuan penduduk Arab dan tidak tertarik dengan
budaya mereka, yang ia remehkan dengan sebutan jahiliyah (kebodohan). Satu-satunya
kepedulian dia adalah membuat orang lain tunduk kepadanya. Satu-satunya kekuasaan yang ia
cari adalah kekuasaan bagi dirinya sendiri. Ia menjanjikan bagian atas barang jarahan dan
kekuasaan kepada kaum Quraisy, jika mereka membantunya menaklukkan dan menundukkan
suku-suku Arab lainnya. Ketika mereka mengabaikannya, ia berkeliling berkhotbah kepada
166 Rev. Cannon Sell, The Life of Muhammad 1913, p.5 167 Stephen Nathanson. Patriotism, Morality, Peace, 1993, p. 34-35 168 The Quest: The Historian’s Search for Jesus and Muhammad, Professor F. E. Peters Lecture content 2009
102 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
suku-suku lainnya, menawarkan harta kekayaan kaum Quraisy kepada mereka jika mereka
membantunya menaklukkan suku Quraisy dan menerimanya sebagai nabi penguasa mereka.
Jika Muhammad memang menginginkan persatuan bangsa, ia harusnya berfokus kepada apa
yang mempersatukan masyarakat Arab, yakni agama mereka, seperti yang dilakukan bangsa
Yahudi 1300 tahun sebelumnya. Alih-alih ia menentang agama mereka. Patriotisme merupakan
hal terakhir yang ada di dalam pikiran Muhammad.
Semua narsisis adalah pemimpin kultus. Kultus mereka bisa terdiri dari satu pengikut saja,
yang seringkali merupakan pendamping co-dependen mereka. Mereka harus menciptakan sebuah
kultus atau mereka menarik diri dari masyarakat dan hidup menyendiri, seperti Unabomber yang
keji atau Muhammad, sebelum ia menciptakan Islam. Perekat yang menyatukan kultus tersebut
adalah kebencian dari pihak luar. Mengutip kata-kata Sigmund Freud, “Selalu mungkin untuk
menyatukan sejumlah besar orang dalam kasih, asalkan ada orang lain yang tersisa untuk
menerima manifestasi dari agresi mereka.” Ini adalah yang dilakukan Hitler, Mao, Jim Johnes,
Muhammad, dan semua narsisis besar dalam sejarah, untuk menggalang orang-orang di sekitar
mereka. Jika kultus tersebut tumbuh besar, itu bisa menjadi sebuah kekaisaran. Tetapi adalah
sebuah kesalahan untuk berasumsi bahwa para pemimpin gila ini bersifat patriotis. Seorang
patriot adalah orang yang mencintai negaranya dan warganya dan akan mengorbankan nyawanya
bagi mereka, tidak mengharapkan orang lain berkorban bagi dirinya. Narsisis tidak mampu
mengasihi dan mengorbankan diri. Mereka lebih memilih mengorbankan semua orang demi
mencapai tujuan mereka. Mereka adalah manipulator yang hebat yang menggunakan segala dalih
untuk memperoleh kekuasaan. Ras, klas, agama, Tuhan, atau negara, adalah dalih yang
digunakan narsisis untuk mendapatkan kekuasaan. Ia bisa mengubah dalih tersebut jika
kemudian tidak sesuai dengan tujuannya. Tujuan, bagi pemimpin kultus narsisis bukanlah akhir
bagi dirinya, tetapi sarana untuk mencapai akhir. Akhir permainan adalah dominasi, dan
kekuasaan. Mereka adalah alat dalam usahanya mencari kekuasaan. Ia bisa mengubah tujuan dan
pesannya segampang ia mengganti pakaian.
Muhammad memilih monoteisme sebagai tujuannya. Ada saat di mana ia berpikir
barangkali akan membantu dia mendapat lebih banyak pengikut jika ia memperkenalkan
politeisme – demikianlah terjadinya episode Ayat-ayat Setan. Begitu ia melihat bahwa itu tidak
berhasil, ia berbalik kepada ajaran monoteisme.
Kita ambil contoh dari Ka’bah. Penghormatan untuk bangunan ini bukan bagian dari Islam.
Selama tiga belas tahun pertama, Muhammad berkiblat ke Yerusalem. Hanya ketika ia hijrah ke
Madinah dan mendapat sambutan dingin dari kaum Yahudi ia membalikkan punggungnya ke
Yerusalem dan menghadap Ka’bah saat berdoa. Yang memotivasi Muhammad adalah
narsisisme, bukan patriotisme.
Muhammad Mengutuk Pencemoohnya
Perlakuan atas Muhammad di Taif, bagi seseorang yang menganggap dirinya sebagai alasan
untuk penciptaan, adalah pengalaman yang memalukan. Sebagai tambahan bagi penghinaannya,
103 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
kisah tentang pengusirannya dari kota tersebut secara tidak terhormat telah menyebar di antara
para penduduk Mekah, sehingga memberi mereka lebih banyak lagi bahan olok-olok.
Awalnya ia mencoba berbesar hati dan mengklaim memiliki moral yang sangat baik. Ia
membuat Allahnya berwahyu, “Mocked were (many) apostles before thee; but their scoffers
were hemmed in by the thing that they mocked.”(6:10) dan “So proclaim that which thou art
commanded, and withdraw from the idolaters. Lo! We defend thee from the scoffers.” (15:94-95)
Muhammad bukanlah Yesus yang meminta pengampunan bagi penganiayanya. Sifat
alaminya adalah untuk mengeluarkan ancaman, dan bila itu tidak berhasil, mengutuk para
pencemoohnya. Ibn Ishaq mengatakan bahwa pencemooh itu adalah lima orang yang disegani
dan dihormati di antara warga suku mereka. Di antaranya ada Aswad ibn Muttalib dan sang rasul
mengutuknya atas penghinaan dan ejekannya, “Ya Allah, butakan dirinya dan bunuh anaknya!169
Ibn Ishaq kemudian dengan sukacita menggambarkan bagaimana masing-masing
pencemooh Muhammad itu mati dengan berbagai cara, sebagai akibat dari kutukannya. Ia lupa
bahwa nabinya sendiri, sebagaimana dikatakan Aisha, mati dengan kesakitan yang amat sangat
menyiksa. Aisha mengatakan, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih menderita kesakitan
daripada Rasulullah.”170 Pikiran Muslim bekerja dengan cara yang aneh. Jika musuh Islam
menderita, maka itu adalah hukuman Allah; jika Muslim yang menderita, itu adalah ujian dimana
mereka nantinya akan mendapat penghargaan.
Kenaikan ke Surga
Mengutuk para pencemoohnya masih belum cukup. Muhammad butuh pasokan narsisistik
yang lebih besar untuk menyembuhkan egonya yang terluka dan untuk menegaskan arti penting
dirinya. Ia pergi ke mesjid di Mekah dan membuat pengumuman yang mengejutkan. Ia
mengklaim bahwa saat ia sedang tidur, malaikat Jibril datang dan mengguncang kakinya.
(Sungguh cara yang tidak sopan untuk membangunkan nabi kesayangan Allah!) Dia kemudian
menaikkan Muhammad ke atas keledai bersayap dan membawanya pertama-tama ke Yerusalem
dan dari sana ke surga.
Kisah Mi’raj (kenaikan) yang dikumpulkan oleh Ibn Ishaq adalah seperti berikut: “Buraq,
hewan yang setiap langkahnya bisa membawanya sejauh pandangan matanya, yang dinaiki oleh
nabi-nabi sebelumnya, dibawa kepada sang rasul dan ia dinaikkan ke atasnya. Rekannya (Jibril)
pergi bersamanya untuk melihat keajaiban di antara langit dan bumi, hingga ia sampai ke bait
suci Yerusalem. Di sana ia menemukan Abraham sahabat Allah, Musa, dan Yesus, berkumpul
bersama sekumpulan nabi, dan ia berdoa bersama mereka.”
Kebohongan Muhammad penuh dengan rincian yang menekankan keistimewaannya. Ia
menambahkan, “Ketika aku menaikinya, [hewan yang dinamai Buraq] ia menghindar. Jibril
menaruh tangannya di surainya dan berkata, ‘Tidakkah engkau malu, wahai Buraq, bersikap
seperti ini? Demi Allah, tidak seorangpun yang pernah menaikimu sebelumnya yang lebih
169 Ibn Ishaq 187 170 Sunan Ibn Majah 1622
104 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
terhormat daripada Muhammad di hadapan Allah.’ Hewan tersebut merasa sangat malu sampai
bercucuran keringat dan berdiri diam agar aku bisa menaikinya.”
Versi lain dari kisah ini menceritakan bahwa dari Yerusalem sang nabi dibawa ke surga di
mana ia bertemu dengan para nabi dalam kisah Alkitab. Di tingkap surga paling rendah ia
bertemu dengan Adam yang menyambutnya dan berkata, “Selamat datang, anakku! Sungguh
engkau anak yang baik!”
Kemudian Jibril membawanya berkeliling dan memperlihatkan kepadanya istana yang
dibangun dengan mutiara dan zamrud di pinggir sebuah sungai dan memberitahu dia, ini adalah
istanamu dan sungai ini adalah Kautsar yang telah Allah siapkan bagimu.
Dari sana ia mengklaim bahwa ia dibawa ke semua tingkap surga dan ia bertemu seorang
nabi di masing-masing tingkap, hingga ia mencapai tingkap langit ketujuh di mana ia bertemu
dengan Abraham. Abraham berada di tingkap surga tertinggi sebab ia berbicara dengan Allah.
Di tingkap surga ke tujuh, Allah memerintahkan limapuluh shalat bagi para pengikut
Muhammad. Tetapi saat ia dalam perjalanan kembali, Musa yang lebih bijaksana dari Allah
menghentikan dia dan mengatakan bahwa ini terlalu banyak, pengikutmu tidak mungkin mampu
melakukan limapuluh shalat dalam sehari. Kembalilah dan minta kepada Allah untuk
mengurangi jumlah shalat tersebut. Muhammad kembali dan tawar-menawar dengan Allah, “Ya
Allah, para pengikutku memiliki tubuh, jantung, pendengaran dan jasmani yang lemah, jadi
ringankanlah beban kami.” Allah lalu mengurangi jumlah shalat menjadi empatpuluh kali. Lagi-
lagi, Musa menghentikan Muhammad dan memberitahu dia bahwa shalat empatpuluh kali masih
terlalu banyak. Muhammad kembali dan Allah mengurangi jumlah shalat menjadi tigapuluh kali.
Hal ini terjadi beberapa kali, sampai Allah mengurangi jumlah shalat menjadi lima kali sehari.
Ketika Musa mengirim Muhammad kembali untuk menawar lagi, Allah berkata, “Firman yang
datang dari Aku tidak berubah.”171 Pembaca diharapkan untuk mengabaikan bahwa hadis yang
sama mengatakan bahwa Allah telah mengubah firmanNya beberapa kali sebelumnya.
Muhammad yakin bahwa orang-orang akan percaya kepada kebohongan ini dan akan
terkesan dengan kisahnya. Tetapi warga Mekah mengatakan, demi Allah, ini benar-benar
konyol! Dan banyak Muslim yang meninggalkan kepercayaannya.172
Akan tetapi, iman Abu Bakr tidak tergoyahkan. Beberapa orang mendatanginya dan berkata,
“Apa pendapatmu tentang sahabatmu sekarang, Abu Bakr? Ia menyatakan bahwa ia pergi ke
Yerusalem semalam dan berdoa di sana dan kembali ke Mekah.” Ia menjawab bahwa mereka
berbohong; tetapi mereka mengatakan kepadanya bahwa Muhammad tepat pada saat itu dan
sedang memberitahu orang-orang tentang hal itu. Abu Bakr berkata, “Jika ia mengatakan
demikian, maka hal itu pasti benar. Memangnya apa yang mengherankan dari itu? Ia
memberitahu aku bahwa komunikasi dengan Allah dari surga ke bumi datang kepadanya pada
pagi maupun malam hari dan aku percaya kepadanya, dan itu lebih luar biasa lagi dari yang
engkau ragukan saat ini!”173 Kita sungguh tidak bisa mengukur sejauh mana orang bisa tertipu.
171 Bukhari 5:58:227 172 Ibn Ishaq 183 173 Ibn Ishaq 183
105 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Muhammad terus menambahkan lebih banyak detil ke dalam kisahnya sekali-sekali.
Beberapa tahun kemudian di Madinah, dalam kesempatan penguburan Ibrahim, putera yang
diduga lahir dari hubungannya dengan Mariah, pelayan Koptiknya, ia mengklaim bahwa selama
kunjungannya ke surga ia juga diajak berkeliling neraka di mana ia melihat dipenuhi oleh wanita.
“ ‘Aku juga melihat Api Neraka dan aku belum pernah melihat pemandangan yang mengerikan
seperti itu. Aku melihat sebagian besar penghuninya adalah wanita.’ Orang-orang bertanya,
‘Wahai Rasulullah! Mengapa bisa demikian?’ Nabi menjawab, ‘Karena sikap tidak tahu
berterimakasih mereka!’ Ditanyakan apakah mereka tidak tahu berterimakasih kepada Allah.
Nabi berkata, ‘Mereka tidak tahu berterimakasih kepada suami mereka dan tidak tahu
berterimakasih terhadap perbuatan baik.’”174
Sehubungan dengan para pengikutnya yang tidak mudah tertipu seperti Abu Bakar dan
meninggalkannya karena hal itu, ia membuat Allahnya berkata, “And We granted the vision
(Ascension to the heavens “Miraj”) which We showed you (O Muhammad) but as a trial for
people.” (17:60)
Mari kita lihat lebih dekat kisah ini di bawah cahaya nalar. Catat bahwa Muhammad
mengklaim pengalaman kenaikannya adalah fenomena fisik, sehingga mendorong orang banyak
meninggalkannya. Masalah yang lain adalah bahwa menurut eskatologi Muhammad sendiri,
orang yang sudah mati akan tinggal dalam kubur sampai hari kiamat ketika malaikat Israfil
membunyikan terompet mengirimkan “semburan kebenaran” dan kemudian semua umat
manusia akan bangkit dari kubur mereka dan akan dihakimi dan Muhammad akan menjadi orang
pertama yang masuk ke surga.175 Jika Muhammad adalah orang pertama yang surga lalu
bagaimana ia bisa melihat nabi-nabi Alkitab di sana? Berdasarkan keyakinannya, neraka dan
surga belum beroperasi sampai Hari Penghakiman.
Muhammad juga mengklaim bahwa ia melihat istana yang telah disediakan Allah baginya.
Klaim ini berkontradiksi dengan Quran 46:9. “Say: ‘I am not an innovation among the
Messengers, and I know not what shall be done with me or with you. I only follow what is
revealed to me; I am only a clear warner.” Dalam ayat ini, Allah memberitahu Muhammad
engkau tidak tahu apakah engkau akan dikirim ke neraka atau ke surga. Oleh sebab itu, klaim
Muhammad bahwa kepadanya diperlihatkan istananya di surga mengkontradiksi ayat ini.
Ia mengklaim ia dibawa ke bait suci di Yerusalem (mesjid yang paling jauh). “Glory to
(Allah) Who did take His Servant for a journye by night. From the Sacred Mosque (in Mecca) to
the Farthest Mosque (in Jerusalem).” (17:1) Ia telah mendengar tentang bait suci itu, tetapi tidak
tahu bahwa bangunan itu telah dihancurkan oleh Titus pada tahun 70 M.
Jadi menurut kisah Mi’raj, yang juga diratifikasikan dalam Quran, Muhammad dibawa ke
surga oleh Jibril di mana ia bertemu dengan Allah dan berbicara denganNya, dan kepadanya juga
diperlihatkan istananya di surga. Tetapi belakangan kepada Aisha, ia menceritakan kisah yang
berbeda yang memungkiri semua itu. Seseorang yang bernama Masruq menarasikan, “Aku
berkata kepada Aisha, “Wahai ibu! Apakah nabi Muhammad melihat Tuhan?” Aisha berkata,
174 Bukhari 2: 18: 161 175 J. L. Esposito, The Oxford Dictionary of Islam, Oxford University Press, 2003, p. 264
106 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
“Apa yang engkau katakan membuatku merinding! Ketahuilah jika seseorang memberitahu
kamu salah satu dari ketiga hal ini, ia adalah pembohong: Siapa pun yang memberitahu kamu
bahwa Muhammad melihat Tuhannya, adalah pembohong.” Lalu Aisha membacakan ayat: ‘No
vision can grasp Him, but His grasp is over all vision. He is the Most Courteous Well-
Acquainted with all things.’ (6:103) ‘It is not fitting for a human being that Allah should speak to
him except by inspiration or from behind a veil.’ (42:51) Lebih jauh Aisha mengatakan, “Dan
barangsiapa memberitahu kamu bahwa sang Nabi tahu apa yang akan terjadi besok, adalah
pembohong.” Ia lalu membacakan, ‘No soul can know what it will earn tomorrow.’ (31:34) Aisha
menambahkan, “Tetapi sang Nabi melihat Jibril dalam bentuk aslinya sebanyak dua kali.”176
Sira dan hadis penuh dengan kisah tentang Muhammad melihat Jibril. Tentang otoritas
hadis di atas, semuanya adalah palsu. Dua kali Muhammad melihat Jibril adalah ketika ia
menerima maklumat kenabiannya di depan Gua Hira. Ketika Aisha bertanya mengenai itu,
Muhammad berkata, “Sungguh ia adalah Jibril. Aku belum pernah melihatnya dalam bentuknya
yang sebenarnya sebagaimana ia diciptakan kecuali dalam kedua peristiwa itu.” (yakni Quran
31:23 dan 35:13).177
Peristiwa kenaikan Muhammad ke surga terjadi di Mekah, tetapi belakangan di Madinah ia
berkata, “Demi Allah, terlepas dari kenyataan bahwa aku adalah Rasul Allah, aku tidak tahu apa
yang akan Allah lakukan terhadapku.”178 Jadi apakah kepadanya diperlihatkan istananya di surga
atau tidak? Atau barangkali Anda berpikir bahwa ia dijanjikan tempat itu dengan syarat bahwa ia
tidak melakukan dosa. Tetapi dalam Quran 48:2 Allah berdoa kepada dirinya sendiri “That Allah
may forgive thee of thy sin that which is past and that which is to come.” Aku yakin Allah
menjawab doanya sendiri. Bukan begitu?
Muhammad Berkhotbah Di Antara Suku-suku
Ibn Ishaq menuliskan, “Rasulullah menawarkan diri untuk suku-suku warga Arab di pekan
raya setiap kali ada kesempatan, memanggil mereka kepada Allah dan memberitahu mereka
bahwa ia adalah nabi yang diutus. Ia meminta mereka percaya kepadanya dan melindunginya
hingga Allah menjelaskan pesanNya yang telah ia sampaikan kepada nabiNya kepada
mereka.”179
Bagian ini menegaskan bahwa ajaran Islam tidak jelas bagi mereka yang menerimanya.
Empatbelas abad telah berlalu dan pesannya masih belum jelas juga. Islam tidak mempunyai
pesan lain selain klaim bahwa Muhammad adalah nabi Allah dan bahwa Allah telah memberikan
hak kepadanya untuk menjarah dan menjadi penguasa dengan menggunakan teror. Bagian
pertama dari pernyataan iman Islam, yaitu keesaan Tuhan, sudah dipraktekkan oleh orang-orang
Yahudi, Kristen, Hanif dan Zoroaster. Gelar Al Lah (Tuhan) adalah bukti bahwa para pagan
Arab juga percaya bahwa Tuhan itu esa. Mereka berdoa kepada dewa-dewa kecil sebagai
176 Bukhari 6:60:378 177 Muslim 1:337 178 Bukhari 9:87:131 179 Ibn Ishaq 194
107 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
perantara, mirip seperti umat Katolik yang berdoa kepada para orang kudus sebagai perantara.
Pada abad keenam, banyak warga Arab yang menjadi Kristen.
Seperti yang kita dalam episode ayat-ayat setan, bahkan monoteisme bagi Muhammad
adalah sesuatu yang bisa dinegosiasikan. Inti dari ajarannya adalah bahwa dia adalah utusan
Allah. Itu yang ingin agar dipercaya orang-orang. Penerimaan atas klaim itu berarti dihormati,
dikasihi dan kepatuhan kepada dirinya. Tetapi ia tidak memiliki bukti atas klaimnya. Ia mengira
kata-katanya saja sudah cukup dan klaimnya akan diterima sebagai bukti. Ia mengharapkan
orang lain percaya kepadanya karena ia spesial. Ia sangat yakin terhadap keyakinannya yang
berbelit-belit sehingga ia merendahkan dan menghujat orang-orang yang menolak klaimnya
yang “tidak memerlukan bukti”. Alasan orang tidak percaya kepadanya, menurut dia, adalah
karena mereka dikutuk, tuli, dan buta. (47:23) Satu-satunya argumen yang pernah ia ajukan untuk
mendukung klaimnya adalah ancaman tentang kematian, penghinaan di dunia ini dan hukuman
di akhirat.
Dakwah artinya undangan. Muslim diwajibkan untuk melakukan dakwah, yakni
mengundang orang lain untuk bertobat. Begitu kita membaca biografi Muhammad jelas sekali
bahwa ia memaksudkan ini sebagai ultimatum. Menyediakan bukti tidak pernah menjadi bagian
dari dakwah Islam.
“Ketika sang Utusan Allah menunjuk seseorang sebagai pimpinan pasukan atau detasemen,
ia berkata: ‘Berjuanglah dalam nama Allah dan menurut cara Allah. Lawanlah mereka yang tidak
percaya kepada Allah. Kobarkan perang suci. Jangan menggelapkan harta rampasan... Bila
engkau bertemu musuhmu yang kafir, undang mereka dengan tiga pilihan. Jika mereka
menerima salah satu dari itu, engkau juga harus menerimanya dan jangan mencelakai mereka.
Undang mereka untuk (menerima) Islam; jika mereka menerima, terimalah dari mereka dan
berhenti memerangi mereka. Lalu undang mereka untuk keluar dari tanah mereka... Jika mereka
menolak untuk keluar... (dan) menolak untuk menerima Islam, tuntut mereka untuk membayar
Jizya. Jika mereka setuju membayar, terimalah dari tangan mereka dan jangan mencelakai
mereka. Jika mereka menolak membayar pajak, mintalah bantuan Allah dan perangilah
mereka.”180
Tidak pernah terpikir oleh Muhammad bahwa ia harus menyediakan bukti untuk klaimnya.
Caranya sama dengan para perampok jalanan dan gangster. Seorang perampok akan
menodongkan pistol ke kepala Anda dan menuntut Anda menyerahkan dompet Anda kepadanya
atau ia akan membunuh Anda. Begitulah cara Islam berkembang.
Di zaman internet ini, penipuan juga digunakan. Tak terhitung banyaknya klaim yang dibuat
tentang Quran mengenai keajaiban ilmiah, seperti informasi yang mengenai hal yang belum
dikenal pada zaman Muhammad, yang ditemukan berabad-abad kemudian. Tidak satu pun dari
klaim ini yang benar. Teror dan penipuan adalah kedua sayap jihad. Di mana Islam tidak
berkembang melalui teror, ia disebarkan melalui penipuan.
Ibn Ishaq mengulangi kembali, “Rasul sering mampir di perkemahan Arab (ketika mereka
melakukan perjalanan ziarah) dan memberitahu mereka bahwa ia adalah rasul Allah yang
180 Muslim: 19: 4294
108 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
memerintahkan mereka untuk menyembahNya dan percaya kepada rasulNya dan melindunginya
hingga Allah menjelaskan tujuanNya mengutus dirinya.”
Hal itu tidak sepenuhnya benar. Ia memberikan banyak petunjuk tentang tujuan misinya
yang bisa dilihat oleh orang yang cerdik sejak awal karir kenabiannya. Tujuannya adalah
merampok, menjarah, memuaskan keinginan narsisitiknya, dan memuaskan dahaganya akan
kekuasaan dan kemegahan.
Ibn Ishaq menarasikan, “Al-Zuhri memberitahu aku bahwa ia mendatangi Bani Amer ibn
Sa’sa’a, dan salah seorang dari mereka yang bernama Bayhara ibn Firas berseru, ‘Demi Allah,
jika aku bisa mengambil orang ini dari Quraisy aku bisa melahap warga Arab bersamanya.’
Kemudian ia berkata, ‘Jika kami benar-benar memberikan kesetiaan kami kepada Anda dan
Allah memberikan kemenangan kepada Anda atas lawan-lawan Anda, apakah kami boleh
memiliki otoritas setelah Anda?” Ia (Muhammad) menjawab, ‘Otoritas adalah hal yang Allah
tempatkan sesuai kehendakNya.’ Ia menjawab, ‘Aku mengira Anda ingin kami melindungi Anda
dari orang-orang Arab dengan dada kami dan kemudian jika Allah memberikan kemenangan
kepada Anda orang lain yang akan mengambil keuntungannya! Kalau begitu, Tidak!
Terimakasih.”181
Pesan yang pasti dari Muhammad kepada Bani Amir tidak tercatat, tetapi dari respons
Bayhara, tidak ada keraguan tentang apa yang ia katakan kepada mereka. Ia pasti telah meminta
mereka untuk menyerang dan menjarah.
Narator yang sama telah memperindah kisahnya dengan mengatakan, ketika suku ini
kembali dan memberitahukan apa yang telah terjadi kepada mereka kepada salah satu tetua
mereka, “Orang tua ini meletakkan tangan di kepalanya dan berkata, ‘Bani Amer, dapatkah masa
lalu dikembalikan? Tidak seorang pun kaum Isma’ili (keturunan Ismael) yang mengklaim
kenabian secara keliru. Itu adalah benar. Dimana akal sehatmu?”
Jenis ekspresi fanatisme Islam seperti ini dapat ditemukan di seluruh Sira. Mengatakan tidak
seorang pun Isma’ili pernah berbohong tentang menjadi seorang nabi adalah absurd. Sumber-
sumber Muslim menyebutkan beberapa orang Arab yang mengaku sebagai nabi dan mencela
mereka sebagai pembohong.
Penyebaran Islam di Madinah
Ibn Ishaq mengatakan, “Bilamana orang-orang berkumpul untuk hari pekan atau Rasul
mendengar ada orang penting yang datang ke Mekah ia akan mendatangi mereka dengan
pesannya.”182 Biasanya tidak ada yang memperhatikan dia. Namun, ia tidak menyerah dan
keuletannya terbayar. Ia akhirnya bertemu enam pria dari Khazraj, suku Arab yang tinggal di
Yathrib.
Yathrib adalah nama asli dari Madinah. Tiga suku Yahudi tinggal di sana. Berdasarkan kisah
riwayat mereka, orang-orang Yahudi sudah menetap di negeri itu sejak zaman Musa, yaitu
sekitar 2000 tahun sebelumnya. Mereka adalah orang-orang yang rajin dan memiliki sebagian
181 Ibn Ishaq 195 182 Ibn Ishaq 195
109 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
besar bisnis di sana. Orang-orang Arab datang ke Yathrib sebagai pengungsi sekitar 450 M
ketika banjir besar Yaman memaksa mereka meninggalkan rumah mereka. Mereka bekerja untuk
orang-orang Yahudi di ladang dan bisnis mereka. Sedikitnya tiga suku besar Yahudi dan dua
suku Arab tinggal di Yathrib dan sekitarnya. Mereka sering terlibat pertengkaran dan karena
mereka tidak memiliki pemerintah pusat, mereka sering berperang satu sama lain.
Kedua suku Arab yang tinggal di Yathrib adalah Khazraj dan Aus. Mereka saling berperang
satu sama lain. Suku-suku Yahudinya adalah Bani Qainuqa, Bani Nadir dan Bani Qurayza.
Mereka juga tidak bisa akur satu sama lain. Ketiga suku ini semuanya tinggal di kota benteng
mereka masing-masing, terpisah satu sama lain. Mereka membentuk aliansi. Suku Khazraj
bersekutu dengan Bani Qainuqa dan Bani Nadir, dan suku Aus bersekutu dengan Bani Qurayza.
Muhammad duduk bersama pria-pria Khazraj ini dan berbicara tentang agamanya dengan
mereka. Ibn Ishaq berkata, “Allah telah mempersiapkan jalan bagi Islam dengan mengatur agar
mereka hidup berdampingan dengan orang-orang Yahudi yang adalah ahli kitab suci dan
pengetahuan, selagi mereka masih kafir dan penyembah berhala. Orang-orang Yahudi sering
menyerang mereka di distrik mereka dan setiap kali perasaan buruk muncul, orang-orang Yahudi
biasanya mengatakan, ‘Seorang nabi akan diutus segera. Waktunya sudah dekat. Kami akan
mengikutinya dan membunuhmu dengan bantuannya sementara ‘Ad dan Iram binasa.’ Jadi
ketika mereka mendengar pesan dari sang rasul mereka berkata satu sama lain, ‘Ini adalah nabi
yang diperingatkan oleh orang Yahudi. Jangan biarkan mereka sampai kepada dia sebelum kita.’
Saat itu juga mereka menerima ajarannya dan menjadi Muslim.”183
Kisah di atas adalah bagian yang penting dalam Sira yang menjawab pertanyaan beberapa
pertanyaan kunci. Yang pertama adalah mengapa Muhammad percaya bahwa menyerang,
membantai, dan menjarah adalah persyaratan pekerjaan seorang nabi. Yang kedua adalah
mengapa para pengikutnya tidak punya masalah dengan definisi kenabian yang absurd ini. Dan
yang ketiga adalah mengapa suku-suku Arab dari Yathrib menerimanya dengan mudah ketika
suku Quraisy dan semua suku Arab lain mencemoohkannya.
Keyakinan mesianik dan ide tentang juruselamat dengan pedang telah disebarkan oleh
orang-orang Yahudi. Warga Arab di Yathrib adalah rakyat yang masih bodoh. Mereka menerima
Muhammad karena ia sesuai dengan ekspektasi mereka tentang bagaimana seharusnya seorang
mesias. Kepercayaan akan mesias adalah godaan yang sangat menarik dan undangan terbuka
bagi seorang narsisis untuk mengambil peluang itu.
Contoh yang bagus adalah kasus Mullah Omar, pemimpin Taliban Afghanistan. Sebuah
legenda menceritakan bahwa sebuah jubah dilipat dan digembok dalam serangkaian peti di ruang
bawah tanah makam di Kandahar adalah milik Nabi Muhammad dan itu akan dibuka oleh
seorang Amir-al-Mumineed sejati (Panglima Umat Beriman) dan sang pembebas kaum Muslim.
Mullah Omar menangkap peluang itu, menjebol gemboknya dan mengenakan jubah itu pada
dirinya, dan warga Afghanistan yang mudah tertipu percaya bahwa ia adalah mesias mereka.
Ikrar Aqaba Pertama: Ikrar Wanita
183 Ibn Ishaq 197-198
110 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Keenam pria Bani Khazraj pulang dan memberitahu kaumnya tentang Muhammad. Tahun
berikutnya duabelas pria datang untuk perjalanan ziarah. Mereka bertemu Muhammad di Aqaba
dan menyatakan kesetiaan mereka kepadanya. Mereka harus berjanji untuk tidak
mempersekutukan Allah dengan siapa pun, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak membunuh
keturunan mereka, tidak memfitnah sesama mereka, patuh kepada Muhammad, dan jika mereka
berbuat dosa maka tergantung kehendak Allah (melalui utusannya) apakah akan menghukum
atau mengampuni mereka. (6:12) Tabari menambahkan, “Jika Anda menyembunyikan sesuatu, di
Hari Kiamat, Anda harus mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah.”184
Tidak mencuri, tidak berzinah, tidak memfitnah, tidak membunuh keturunan adalah hal yang
masuk akal. Jika Anda ingin menampilkan diri sebagai nabi, Anda harus memiliki beberapa
pengajaran umum yang disetujui oleh setiap orang, atau tak seorang pun akan menerima Anda.
Bukan karena Muhammad peduli terhadap hal-hal ini. Ia menyerang kota-kota dan desa-desa dan
menjarah harta mereka. Ia mengizinkan orang-orangnya memperkosa wanita yang tertangkap
saat penyerangan, sekalipun mereka telah menikah. Ia memfitnah dan menghujat orang yang
tidak percaya kepadanya termasuk pamannya (Abu Lahab dan isterinya). Dan ia membantai
puluhan ribu orang. Klaim bahwa masyarakat Arab mempraktekkan pembunuhan bayi
perempuan adalah tidak benar. Ini bertentangan dengan sifat manusia. Ada kasus-kasus
kejahatan seperti ini yang terjadi di Cina dan India bahkan pada saat ini, tetapi itu sangat jarang
sekali dan ada sanksi hukumnya. Masyarakat Arab pada umumnya tidak lebih banyak
membunuh anak-anak perempuan mereka dibandingkan masyarakat India maupun Cina.
Bagaimana caranya masyarakat Arab menguburkan anak-anak perempuan mereka dan masih
memiliki banyak kelebihan wanita untuk melakukan poligami? Muslim mengklaim Muhammad
membatasi jumlah isteri sebanyak empat orang. Konon mereka memiliki lebih banyak wanita
sebelum Islam. Bagaimana kita bisa merekonsiliasi kedua klaim yang saling terpisah ini?
Inti dari ikrar ini adalah, dan bagian yang menarik bagi Muhammad, adalah di mana ia
menuntut kepatuhan yang absolut dan memberi dirinya otoritas untuk menghukum dan
mengampuni. Inilah yang diincar oleh seorang narsisis. Sisanya hanya penghias saja -- sesuatu
untuk mengalihkan perhatian mangsa tak berdaya dari fakta bahwa ia memberikan semua hak
dan kebebasannya dan menjadikan dirinya budak bagi orang lain. Ia ingin mengendalikan
kehidupan orang, menjadi tuhan, dan memiliki kekuasaan ilahi atas orang lain.
Setelah keduabelas pria ini memberikan ikrar kepatuhan mereka kepada Muhammad, ia
mengirim Musab ibn Umayr, salah satu pengikutnya yang pertama, pulang bersama mereka
untuk mengajari para mualaf ini tentang agama mereka dan untuk menarik masuk lebih banyak
orang lagi.
Ikrar Aqaba Kedua: Ikrar Peperangan
Tahun berikutnya jumlah Muslim di Yathrib bertambah, dan 73 dari mereka termasuk dua
orang wanita, mendampingi warga sukunya yang lain melakukan perjalanan haji. Saat warga
suku mereka tidur, mereka menyelinap keluar dan berkumpul di selokan di Aqaba. Muhamamd
184 Tabari , p.896
111 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
tiba, didampingi oleh Abba ibn Abdul Muttalib, pamannya yang empat tahun lebih tua darinya.
Di permukaan, Abbas berada di pihak kaum Quraisy, tetapi ia membantu Muhammad secara
sembunyi-sembunyi, dan ketika ia pindah ke Madinah, ia menjadi mata-matanya, mengirimkan
informasi tentang apa yang dilakukan kaum Quraisy dan rencana serta jadwal perjalanan karavan
mereka.
Abu Rafi’ menarasikan, “Aku dulunya budak dari Abbas. Islam telah masuk di tengah-
tengah kami, orang-orang rumah (dari Abbas). Abbas sudah menjadi Muslim, demikian pula
dengan Ummul-Fadl (isteri Abbas), dan aku juga. Tetapi Abbas takut kepada warga kaumnya
dan tidak suka menentang mereka, jadi ia menyembunyikan kepercayaannya.”185
Abbas adalah orang pertama yang berbicara. Ia berkata, “Saudara-saudara dari Khazraj186,
Anda sudah tahu posisi Muhammad di antara kami. Kami dan mereka yang sepaham dengan
kami telah melindungi dia dari kaum kami sendiri. Ia dihormati dan tidak dicelakai di antara
kalangannya, tetapi ia ingin bergabung dengan Anda. Jika Anda merasa bisa menepati janji
seperti yang Anda berikan kepadanya dan melindunginya dari musuh-musuhnya, maka pikullah
tanggung jawab yang telah Anda ambil. Tetapi jika Anda merasa Anda akan mengkhianatinya
dan menelantarkannya setelah ia berada di tempat Anda, maka tinggalkan dia sekarang, sebab ia
tidak dicelakai di tempat ia berada saat ini.”187 Pernyataan ini adalah bukti lebih lanjut bahwa
Muhammad tidak pernah diniaya atau diperlakukan dengan buruk di Mekah.
Lalu Muhammad berbicara. Katanya, “Saya mengundang kesetiaan Anda bahwa Anda akan
melindungi saya seperti Anda lakukan terhadap isteri-isteri dan anak-anak Anda.
Di sini kita memiliki indikasi jelas dari gangguan kepribadian narsisistik Muhammad. Ia
percaya bahwa ia spesial dan unggul di atas orang-orang lainnya, layak untuk mendapat
perlakuan khusus dan orang-orang lain harus berjuang untuk melindungi nyawanya. Klaimnya
atas superioritasnya bisa dilihat di seluruh Sira. Ibn Ishaq berkata, “Beberapa pengikut rasul
memintanya menceritakan kepada mereka tentang dirinya. Ia berkata, “ Aku adalah apa yang
bapaku Abraham doakan dan kabar baik dari (saudaraku) Yesus. Saat ibuku mengandung aku, ia
melihat cahaya berasal dari tubuhnya yang memperlihatkan istana Suriah kepadanya. Aku
sedang menyusui di antara Bani Sa’d ibn Bak’r, dan saat aku dan salah seorang saudaraku di
belakang tenda kami menggembalakan domba, dua pria dengan jubah putih mendatangiku
dengan baskom emas yang penuh dengan salju. Lalu mereka menangkapku dan membuka
perutku, mengeluarkan jantungku dan membelahnya; lalu mereka mengeluarkan gumpalan hitam
dari dalamnya dan membuangnya. Kemudian mereka mencuci jantungku dan perutku dengan
salju itu hingga benar-benar bersih. Lalu yang seorang berkata kepada yang lain, timbang dia dan
bandingkan dengan sepuluh orang dari kalangannya. Mereka menimbangku dan ternyata aku
melebihi mereka. Mereka lalu membandingkan aku dengan seratus, lalu seribu, dan aku melebihi
185 Ibn Ishaq 309 186 Masyarakat Arab menggunakan istilah itu untuk kaum Khazraj dan Aus. Dalam Islam mereka dikenal dengan Ansar atau Penolong. 187 Sirat Rasoul p. 203
112 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
mereka. Ia berkata, ‘Tinggalkan dia, sebab demi Allah sekalipun engkau menimbangnya dan
membandingkannya dengan seluruh kaumnya ia akan melebihi mereka.’”188
Jangankan absurditas setiap bagian cerita ini yang mengungkapkan Muhammad tidak tahu
sifat khayalan dan organ yang bertanggungjawab untuk itu dan mari kita abaikan fakta bahwa
pengalaman semacam ini adalah gejala pikiran penderita skizfrenia. Tujuannya adalah untuk
menunjukkan bahwa ia menderita cinta-diri yang berbahaya. Ini bisa disaksikan dari setiap
pernyataan yang ia buat tentang dirinya.
Al Bara’, salah seorang dari kaum Ansar, memegang tangan Muhammad dan berkata,
“Demi Dia yang mengutus engkau dengan kebenaran, kami akan melindungi engkau seperti
kami melindungi isteri-isteri kami. Kami menyatakan kesetiaan kami dan kami adalah ahli
bertempur dan memiliki senjata yang telah diwariskan dari bapa kepada anaknya.”
Melalui respons ini kita bisa menyimpulkan bahwa dari awal pesan Muhammad pastilah
tentang peperangan. Jangankan mempersatukan masyarakat Arab ia malah ingin menggerakkan
satu kelompok melawan kelompok lainnya. Tujuannya adalah untuk membentuk segerombolan
pencuri, menggunakan agama sebagai umpannya. Ibn Ishaq mengatakan bahwa dalam pertemuan
itu, Abbas ibn Ubada berkata, “Saudara-saudara dari Khazraj, sadarkah Anda apa yang telah
Anda lakukan dengan menjanjikan dukunganmu bagi orang ini? Itu adalah peperangan terhadap
segala-galanya. Jika Anda merasa bahwa jika Anda kehilangan harta benda Anda dan para
pemuka Anda terbunuh, Anda akan menyerahkannya kepada musuhnya, maka tinggalkanlah dia
sekarang, sebab itu akan memalukan Anda di dunia dan akhirat (jika Anda lakukan hal itu
kemudian). Tetapi jika Anda merasa Anda akan tetap setia tanggung jawab Anda jika Anda
kehilangan harta benda dan para pemuka Anda terbunuh, maka silakan terima dia, sebab demi
Allah itu akan membawa keuntungan bagimu dunia dan akhirat.” Mereka mengatakan bahwa
mereka akan menerimanya, tetapi menanyakan apa yang akan mereka terima sebagai
imbalannya, dan Rasulullah menjanjikan surga bagi mereka.”189
Bagian ini tidak memerlukan penjelasan. Pesan Muhammad kepada para pengikutnya adalah
mengobarkan perang habis-habisan saat melindungi dirinya seperti mereka melindungi isteri-
isteri dan anak-anak mereka. Sebagai imbalannya ia menjanjikan kepada mereka bagian dalam
harta jarahan, jika mereka selamat, dan surga jika mereka tidak selamat. Penafsiran lain dalam
Islam adalah salah, atau licik, atau tidak jujur.
Supaya jangan seorang pun salah memahami, Ibn Ishaq mengulangi, “Ketika Allah memberi
kan izin bagi rasulNya untuk berperang, ikrar ‘Aqaba kedua mengandung kondisi yang
melibatkan perang, yang tidak ada dalam ikrar kesetiaan yang pertama. Sekarang mereka
mengikatkan diri mereka untuk berperang habis-habisan untuk Allah dan rasulNya, sementara ia
menjanjikan hadiah surga bagi kesetiaan mereka.”190
Tabari mengatakan, “Dalam pertemuan kedua di Aqaba, sekelompok Khazraj dan Aus
memberikan ikrar mereka kepada utusan Allah dan ini adalah ikrar peperangan, sebab Allah
188 Ibn Ishaq 72 189 Ibn Ishaq 205 190 Ibn Ishaq 208
113 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
telah memberi izin untuk berperang. Ketentuan dalam ikrar ini berbeda dengan ikrar yang
pertama. Ikrar Aqaba pertama disebut ikrar wanita, tetapi ikrar kedua adalah untuk beperang
habis-habisan.”191
Ibn Ishaq mengutip sebuah kisah yang diceritakan oleh Ubada ibn Samit, salah seorang
pemuka Khazraj yang mengatakan, “Kami mengikrarkan diri kami untuk berperang dengan
penuh kepatuhan kepada Rasulullah dalam suka dan duka, dalam kemudahan dan kesulitan dan
situasi jahat bahwa kami tidak akan berbuat salah kepada siapa pun, bahwa kami akan berbicara
jujur setiap waktu, dan bahwa dalam melayani Allah kami tidak takut kecaman dari siapa
pun.”192 Ubada adalah salah satu dari dua belas orang yang memberikan ikrar di Aqaba pertama.
Ikrar Aqaba kedua disebut Ikrar Peperangan. Namanya sudah menjelaskan semuanya.
Alasan kenapa ikrar Aqaba pertama disebut Ikrar Wanita, meskipun tidak ada wanita yang
berikrar di sana, sebab para mualaf memberikan ikrar mereka kepada Muhammad yang tidak
mengharuskan mereka berperang untuk dia.
Bagi orang-orang yang bertanya-tanya mengapa orang mau menyerahkan kecerdasan dan
kebebasan mereka bagi orang lain dapat menemukan jawaban mereka dengan menonton
beberapa video tentang sekte sesat di Youtube. Pengabdian tanpa pertimbangan dari para pemuja
terhadap pemimpin mereka sungguh mencengangkan. Pemimpin sekte yang narsisis mendorong
dan mengharapkan pengabdian semacam ini. Contoh yang bagus tentang kekuatan pengabdian
buta ini adalah The People’s Temple, sekte yang ditemukan oleh Jim Jones. Atas permintaannya,
920 orang pengikutnya meminum anggur yang telah dicampur sianida, memberikannya kepada
anak-anak mereka dan melakukan bunuh diri bersama. People’s Temple adalah sekte
komunis/ateis. Sekte Teistik jauh lebih berbahaya lagi. Ketika orang-orang percaya sesuatu itu
adalah kehendak Allah, pikiran rasional mereka langsung tidak berfungsi.
Tanda-tanda Awal Misogini
Tanda-tanda misogini Muhammad dan ketidakpeduliannya terhadap kaum wanita sangat
mencolok sejak awal. Untuk beberapa alasan, dan dengan beberapa pengecualian, semua
pemimpin sekte tidak menghargai kaum wanita. Ketika para pria memberikan ikrar kepatuhan
mereka dengan memukul tangan Muhammad, ia menolak untuk memukul tangan wanita. “Ia
hanya menyatakan syaratnya dan jika mereka menerimanya ia akan berkata, ‘Pergilah aku telah
membuat perjanjian denganmu.’”193
Kaum perempuan Arab menikmati lebih banyak hak dan status yang lebih tinggi sebelum
masuknya Islam. Islam merampas hak itu dari mereka. Dari sejarah yang ditulis Muslim, kita
bisa melihat bahwa kaum perempuan di zaman Muhammad, sebelum ajarannya, telah mengubah
masyarakat, memiliki posisi otoritas dan kekuasaan yang tidak kita lihat lagi setelah masuknya
Islam. Khadijah adalah seorang saudagar kaya. Hind adalah wanita yang dihormati dan
pemimpin sorak dalam peperangan mereka. Aisha adalah seorang orator yang hebat, menurut
salah satu hadis, lebih baik dari keempat khalifah yang lurus, dan seorang jenderal yang
191 Tabari, v. 3, p. 907 192 Ibn Ishaq. 208 193 Ibn Ishaq. 212
114 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
memimpin ribuan pria. Umm Qirfa adalah wanita yang sangat dihormati dan pemberani, ketua di
sukunya. Salma, puterinya, diambil sebagai budak, tetapi ia berhasil melarikan diri dan
menggalang pasukan beranggotakan ribuan pria dan menjadi ancaman bagi kekuatan Islam.
Sijah, seorang wanita yang mengklaim diri sebagai nabi wanita dan banyak pria yang menjadi
pengikutnya. Ini hanya beberapa wanita yang dapat kita baca buku-buku sejarah Islam. Tidak
ada wanita sekaliber mereka yang pernah terlihat dalam masyarakat Islam. Hari ini di Saudi
Arabia sedang terjadi perdebatan apakah wanita boleh diberi hak untuk mengemudi.
Ada saat di mana para cendekiawan Muslim membahas apakah wanita memiliki jiwa.
Seorang tokoh Muslim yang termasyhur, Maulana Jallani Rumi menyusun kuartet berikut.
Nabi berkata, perempuan memegang kekuasaan,
Atas orang-orang bijak, dan atas pria-pria berwawasan.
Tetapi orang bodoh mengungguli perempuan,
Karena dalam diri mereka, terdapat sifat hewani.
ب ال د غ ت آ ی ر و خس صاحب ب ن فت دال رب گ غم ی ھ پ ر زن ك الن ب اق ع
ن شانك یوان خوی درای ست ح ند ا ز ب ر اب الن زن ب ب جاھ ال د غ شون
Sementara nafsu atas perawan di surga bisa menjadi motivasi bagi sebagian pria, mengapa
kaum perempuan bisa percaya kepada sebuah agama yang menyamakan mereka dengan hewan,
merampas hak asasi mereka, dan tidak menjanjikann apa-apa bagi mereka di akhirat? Menurut
Muhammad, sebagian besar wanita akan pergi ke neraka sebab mereka kurang dalam hal
kepintaran dan kepatuhan kepada suami. Sejumlah kecil dari kaum perempuan yang
menanggung semua tindak pemukulan dan penganiayaan, menjilat tetesan cairan hidung suami
mereka dan tidak pernah tidak patuh, dan berhasil masuk surga, harus berbagi suami duniawi
mereka dengan enam lusin perawan sempurna yang menggairahkan, berdada montok, berkulit
putih, bermata hitam. Syukur-syukur suami mereka masih mau melihat mereka. Ia bahkan akan
melupakan nama mereka setelah 100 tahun dan siapa yang bisa menyalahkan dia.
Saat pertemuan rahasia di Aqaba berlangsung, seorang laki-laki yang mencuri dengar
berteriak kepada para peziarah yang tertidur, “Saudara-saudara, orang terkutuk ini dan orang-
orang yang murtad ini datang untuk memerangi Anda sekalian.” Muhammad memberitahu para
pengikutnya, ini adalah setan dan menyuruh mereka kembali ke perkemahan mereka sebelum
ketidakhadiran mereka diketahui. Abbas ibn Ubada berkata, “Demi Allah, jika engkau
menghendakinya, kami akan menyerang orang-orang Mina itu dengan pedang kami besok.”
Muhammad menjawab, “Kita belum diperintahkan untuk melakukan itu.”194 Perintah itu datang
beberapa bulan kemudian, ketika ia telah hijrah ke Madinah dan merasa aman dari pembalasan.
Untuk meniru Yesus, Muhammad memilih dua belas pria sebagai muridnya untuk bertindak
sebagai pemimpin para Muslim di Yathrib, sampai ia bisa bergabung bersama mereka. Sembilan
dari mereka berasal dari al-Khazraj dan tiga lagi dari al-Aus.
194 Ibn Ishaq 205
115 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
Fasih Berbicara
Tidak diragukan bahwa Muhammad memiliki kepribadian yang kharismatik. Narsisis sering
kali kharismatik dan orator yang hebat. Ini adalah alat yang mereka asah untuk memanipulasi
orang. Imam Ghazzali mengutip perkataan Muhamamd, “Aku adalah orator terhebat di antara
orang-orang Arab.”195
Hitler, Mao, Musolini, Jim Jones, Shoko Asahara juga merupakan orator yang hebat. Praktis
semua pemimpin kultus adalah orang-orang berkharisma dan orator yang luar biasa. Mereka
berbohong, tetapi mereka mengatakannya dengan penuh keyakinan dan dengan fasih sehingga
mereka bisa menginspirasi para pendengar mereka. Negarawan Romawi di abad pertama,
Marcus Tullius Cicero berkata, “Sesulit apapun suatu hal untuk dipercaya, kefasihan berpidato
bisa menjadikannya bisa dipercaya.”
Muhammad menyadari pentingnya kefasihan berpidato. Ia berkata, “Dalam kefasihan lidah
terletak keajaiban; dalam pengetahuan, kebodohan; dalam puisi, kebijaksanaan; dan dalam
pidato, bobot.”196 Di tempat lain ia mengatakan, “Beberapa kefasihan lidah adalah sihir.”197
Ia dikabarkan mengatakan, “Kepadaku telah dianugerahkan kunci kefasihan berbicara dan
kemenangan melalui teror (yang dituang ke dalam hati musuh), dan saat aku sedang tidur
semalam, kunci kekayaan dunia dibawa kepadaku dan diletakkan di atas tanganku.” Abu Huraira
menambahkan: Rasulullah meninggalkan (dunia ini) dan sekarang kamu sekalian membawa
harta itu dari kemana-mana.198
Dalam hadis ini Muhammad mengungkapkan rahasia kesuksesannya dan apa yang
memotivasi dirinya. Ia membohongi orang banyak dengan kekuatan pidatonya, menaklukkan
dengan teror, dan ia melakukan semua itu demi harta duniawi. Sial baginya, ia meninggal tak
lama sesudah itu dan keturunan Abu Sufyan, musuh bebuyutannya yang menikmati harta
tersebut.
Warga Mekah Gelisah
Berita tentang pertemuan rahasia Muhammad di Aqaba sampai ke telinga kaum Quraisy.
Pagi berikutnya para pemuka mereka mendatangi perkemahan suku Khazraj dan mengeluh
kepada Abdullah ibn Ubay, pemimpin terhormat suku Khazraj. Mereka mengatakan kepadanya
bahwa suku dia adalah suku yang paling tidak ingin mereka lawan dari antara semua suku-suku
bangsa Arab dan mereka ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ibn Ubay terkejut dan
bersumpah bahwa ia tidak tahu-menahu tentang pertemuan rahasia itu. Ia meyakinkan warga dari
Mekah bahwa orang-orangnya tidak akan melakukan apa pun tanpa persetujuannya dan berita itu
pasti keliru.
Ketika para pemuka itu bangkit untuk meninggalkan tempat, seorang Muslim menunjuk
sandal baru Harith ibn Hisham, seorang pemuda Quraisy, dan berkata kepada salah satu warga
sukunya, “Abu Jabir, Anda sekarang sudah menjadi salah satu ketua kami, tidak bisakah Anda
195 Ihya Ulum-Id-Din (The Book of Religious Learnings, Volume II, p. 240) 196 Dawud, 41: 4994 197 Malik, 56: 56. 3. 7; Bukhari: 7: 71: 662 198 Bukhari, 9: 87: 127
116 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
memiliki sepasang sandal seperti yang dimiliki oleh pemuda Quraisy ini?” Harith melepas
sandalnya dan melemparkannya kepada Muslim Ansar itu dan berkata, “Anda boleh
memilikinya!” Abu Jabir berkata, “Sekarang, engkau telah membuat marah pemuda itu,
kembalikan sandalnya.” “Demi Allah saya tidak akan,” jawab si Muslim. “Ini adalah pertanda
baik dan jika ini terbukti benar aku akan menjarahnya.”199
Muhammad Menerima Perintah Untuk Berperang
Kita melihat bagaimana Muhammad bersumpah akan membawa pembantaian saat ia baru
memiliki sejumlah kecil pengikut dan tidak memiliki senjata untuk mewujudkan ancamannya.
Kita menyaksikan ia mendatangi suku-suku yang berbeda mengajak mereka berperang melawan
kaumnya sendiri, menjanjikan harta jarahan dan surga bagi jasa mereka. Sekarang setelah ia
memiliki sekumpulan pasukan, yang bersedia melaksanakan perintahnya, waktunya telah tiba
untuk beraksi.
Ibn Ishaq berkata, “Rasulullah belum diberikan izin untuk berperang atau diperbolehkan
untuk menumpahkan darah sebelum ikrar Aqaba kedua. Kaum Quraisy telah menganiaya para
pengikutnya, membujuk beberapa untuk meninggalkan agama mereka dan mengusir dan
mengasingkan sebagian lainnya dari negeri mereka. Mereka harus memilih. Apakah
meninggalkan agama mereka, dianiaya di rumah, atau melarikan diri dari negeri mereka,
beberapa mengungsi ke Abisinia, yang lainnya ke Madinah. Ketika kaum Quraisy menjadi
kurang ajar terhadap Allah dan menolak maksudNya yang penuh kemurahan, menuduh nabiNya
berbohong, menganiaya dan mengasingkan mereka yang melayaniNya dan yang menyatakan
kesatuanNya, percaya kepada rasulNya, dan berpegang teguh kepada agamaNya, Dia
memberikan izin kepada rasulNya to berperang dan melindungi dirinya terhadap mereka yang
menganiaya mereka dan memperlakukan mereka dengan buruk.”200
Perhatikan bagaimana sejarawan Muslim ini mengkontradiksi apa yang telah ia tegaskan
selama ini. Sebagian besar hal yang kita ketahui tentang Muhammad, kita peroleh dari Ibn Ishaq.
Dialah yang mengatakan, Rasulullah bersumpah akan membawa pembantaian. Dialah yang
mengatakan ia berkeliling mengajak orang-orang membantu dia berperang dan menjarah. Dialah
yang mengatakan masyarakat Mekah mentolerir Muhammad sampai ia menghina agama mereka.
Dialah yang mengatakan, kaum Quraisy tidak mau mencelakai para Muslim karena mereka
adalah darah daging mereka sendiri. Dialah yang mengatakan Muhammad mendesak para
pengikutnya meninggalkan kota sementara para orangtua mereka berusaha mempertahankan
mereka di kota itu dan membawa mereka pulang kembali. Jadi pengasingan apa yang sedang ia
bicarakan? Ia mengatakan hal ini, bukan karena ada fakta yang mendukungnya, tetapi karena
Muhammad membuat klaim tersebut dan menurut dia, jika Muhammad mengatakan demikian,
pastilah itu benar.
Alasan mengapa perintah untuk berperang dan menumpahkan darah terjadi setelah Aqaba
kedua adalah karena pada saat itu Muhammad sudah memiliki cukup banyak pengikut yang siap
199 Ibn Ishaq. 205 200 Ibn Ishaq. 212
117 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
bertarung untuk dia. Seorang narsisis adalah seorang penggertak; ia bertindak dengan kekerasan
hanya ketika ia merasa kuat dan bisa lolos dari itu. Sekarang Muhammad merasa sudah cukup
kuat untuk melenturkan otot-ototnya dan mewujudkan ancamannya.
Kewajiban Untuk Berhijrah
Tidak seorang pun yang menganiaya umat Islam. Tidak seorang pun yang mengusir mereka.
Ibn Ishaq menarasikan kisah Umm Salama yang mengkontradiksi klaim bahwa kaum Muslim
dibuang. Ia berkata bahwa ketika suami perempuan itu memutuskan untuk pergi ke Madinah, ia
ingin membawa serta isteri dan anaknya yang masih kecil. Ketika keluarga isterinya mengetahui
hal itu, mereka berkata kepada Abu Salama, “Sejauh itu menyangkut dirimu kamu boleh
melakukan yang kamu kehendaki, tetapi apakah kamu berharap kami akan mengizinkanmu
membawa pergi anak perempuan kami?” Mereka merenggut tali unta dari tangannya dan
membawa isterinya. Pihak keluarga Abu Salama menjadi marah dan masing-masing pihak saling
menarik dan menyeret anak kecil itu mengakibatkan lengannya terkilir. Akhirnya, keluarga dari
pihak suami membawa pergi anak itu dan keluarga dari pihak isteri melarangnya untuk pergi.
Abu Salama pergi ke Madinah sendirian. Demikianlah keluarga itu dipisahkan. Umm Salama
mengatakan bahwa setiap pagi ia selalu keluar dan duduk di lembah menangis terus-menerus
selama lebih kurang setahun. Salah seorang sepupunya lewat dan melihat penderitaannya dan
merasa kasihan kepadanya. Ia memberitahu orangtuanya dan mereka berkata kepada Umm
Salma, “engkau boleh bergabung dengan suamimu jika engkau mau.” Keluarga Abu Salama juga
mengembalikan anaknya dan Umm Salama berangkat menuju Madinah sendiri bersama
anaknya. Ia berkata, “Tidak seorang pun yang mendampingiku. Aku rasa aku bisa mendapatkan
makanan dari orang yang kutemui dalam perjalanan hingga aku sampai ke tempat suamiku.”201
Ini adalah cerita tipikal bagaimana para Muslim ingin pergi dan kerabat mereka berusaha
mencegah mereka. Tidak seorang pun Muslim yang dibuang dari Mekah. Mereka semua
bermigrasi karena Muhammad yang menyuruh mereka.
Fakta lain yang dapat kita pelajari dari cerita di atas adalah bahwa kaum wanita di masa
paganisme merasa lebih aman dibandingkan dengan masa setelah Islam. Umm Salama adalah
wanita yang cantik di usia duapuluhan. Tidak ada wanita Saudi saat ini yang berani melakukan
perjalanan yang berbahaya seperti itu. Bisa-bisa ia ditangkap dan diperkosa oleh polisi syariah.
Semua ini adalah akibat dari misogini Islam. Bukannya mengangkat status perempuan sebagai
burung bayan Muslim, Islam justru menurunkan derajat wanita menjadi objek seks. Mereka telah
diturunkan menjadi vagina berjalan yang bisa berbicara, atau seperti yang biasa mereka
dipanggil “aurat” (kemaluan wanita) atau objek memalukan yang harus tetap tertutup.
Ayat 9:24-24 (O ye who believe! Choose not your fathers nor your brethren for friends if
they take pleasure in disbelief rather than faith) muncul dalam Sura Quran yang terakhir, tetapi
menurut al Wahidi ayat-ayat ini ada dalam kelompok ayat-ayat ketika Muhammad hijrah ke
Madinah. Ia mengutip perkataan al-Kalbi, “Ketika Rasulullah, Allah memberkatinya dan
memberinya damai, diperintahkan untuk hijrah ke Madinah, beberapa orang pergi kepada ayah
201 Ibn Ishaq. 214
118 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
mereka, saudara laki-laki, atau isteri dan berkata: ‘Kami telah diperintahkan untuk hijrah ke
Madinah.’ Jadi, beberapa orang menyukai perintah itu dan buru-buru melaksanakannya,
sementara para isteri, tanggungan, dan anak-anak dari beberapa yang lain bergantung kepada
beberapa lainnya, kata mereka: “Kami memohon kepadamu demi Allah, jangan tinggalkan kami
tanpa siapa-siapa, sehingga kami berada dalam bahaya.’ Hati mereka menjadi lunak karena ini
sehingga mereka menahan diri untuk tidak hijrah. Firman Allah, ditinggikanlah kiranya Dia,
kemudian diwahyukan untuk menegur mereka (O ye who believe! Choose not your fathers nor
your brethren for friends if they take pleasure in disbelief rather than faith ...)” Sementara bagi
mereka yang tetap tinggal di Mekah dan tidak hijrah, Allah, ditinggikanlah kiranya Dia,
mewahyukan (then wait till Allah bringeth His command to pass ...) [9:24], artinya berperang
dan menaklukkan Mekah.”202
Ibn Ishaq menuliskan, “Rumah Abdullah ibn Jahsh dikunci saat mereka pergi (ke Madinah)
dan Utba ibn Rabi’a dan Abbas ibn Abdul Muttalib dan Abu Jahl ibn Hisham melewatinya. Utba
melihat rumah itu, dengan daun pintu terhembus kesana-kemari dan tidak berpenghuni,
menghela nafas dalam dan berkata, “rumah ibn Jahash sudah tidak berpenghuni.” Jawab Abu
Jahl, “Tidak ada yang akan menangisinya.” Ia kemudian berkata, “Ini adalah pekerjaan
keponakan pria ini, yang telah memecah-belah masyarakat kita, mengganggu urusan kita,
membuat ganjalan di antara kita.”203
Jadi mana yang benar? Muslim dibuang seperti yang dikatakan Quran atau mereka pergi
karena diperintahkan oleh Muhammad? Ada perbedaan yang jelas antara klaim yang dibuat
Muhammad dalam Quran dan fakta sejarah yang diceritakan oleh para pengikutnya.
Dalam tradisi lain, Umar menarasikan kisah tentang hijrahnya ke Madinah sebagai berikut,
“Ketika kami tiba di Madinah kami tinggal dengan Bani Amr ibn Auf di Quba’; dan Abu Jahl
dan al-Harith, anak-anak dari Hisham, mendatangi ‘Ayyash anak dari paman mereka sekaligus
saudara laki-laki mereka, sementara Rasulullah masih ada di Mekah. Mereka mengatakan
kepadanya bahwa ibunya telah bersumpah bahwa ia tidak akan menyisir rambutnya atau
berlindung dari sinar matahari sebelum ia bertemu dengannya. Ia merasa kasihan kepada ibunya
dan aku berkata kepadanya, ‘Ini hanyalah upaya orang-orang itu untuk membujukmu keluar dari
agamamu jadi waspadalah terhadap mereka; sebab demi Allah jika ada kutu yang mengganggu
ibumu ia akan menggunakan sisirnya, dan jika panasnya Mekah menindasnya ia akan berteduh.’
Tetapi ia berkata, ‘Aku akan membersihkan ibuku dari sumpahnya; lagipula aku memiliki uang
di sana yang bisa aku ambil.’ Aku mengatakan kepadanya bahwa aku adalah salah satu orang
terkaya daari kaum Quraisy dan ia boleh memiliki setengah dari uangku jika ia menolak untuk
pergi bersama kedua pria itu. Ketika mereka mendekati Mekah, Abul Hakam dan Harith
menaklukkan sepupu sekaligus keponakan mereka, dan mengikatnya dan membawanya ke
Mekah. Sang narator berkata, “Salah seorang dari keluarganya [Ayyash] memberitahu saya
bahwa mereka membawanya ke Mekah dalam keadaan terikat di siang hari dan berkata, ‘Wahai
202 Al Wahidi p. 86 203 Ibn Ishaq. 215
119 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
warga Mekah, atasilah orang-orang bodoh Anda sebagaimana kami telah mengatasi orang bodoh
kami dan membujuknya untuk murtad.’”204
Ini adalah kisah-kisah yang dianggap sebagai penganiayaan oleh kaum Muslim.
Kebingungan muncul dari bagaimana mereka menafsirkan penganiayaan. Anda tidak harus
secara fisik menindas Muslim untuk menjadi seorang penganiaya. Itu adalah hak prerogative
pemberian Allah bagi mereka. Jika Anda menentang Islam Anda adalah seorang penganiaya,
sekalipun Anda tidak menyakiti siapa-siapa. Penganiayaan semacam inilah yang dimaksud
Muhammad dalam Quran 2:191 “And slay them wherever ye find them, and drive them out of the
places whence they drove you out, for persecution is worse than slaughter.” Dalam ayat ini
Muhammad memerintahkan pengikutnya untuk membunuh kerabat mereka sendiri sebab, seperti
yang ia katakan, mereka berupaya untuk mencegah mereka memeluk agama Islam, yang baginya
merupakan penganiayaan, lebih buruk dari membunuh.
Umar yang menarasikan kisah Ayyash menambahkan, “Kami mengatakan bahwa Allah
tidak akan menerima kompensasi atau uang tebusan atau pertobatan dari orang-orang yang
membiarkan diri mereka dibuat murtad – orang-orang yang percaya kepada Allah kemudian
kembali menjadi kafir karena adanya pencobaan!”
Pada saat inilah Muhammad menyerukan kepada Muslim dibawah perintah Allah untuk
mengangkat senjata. “Permission is given to those who fight because they been wronged. God is
well able to help them, those who have been driven out of their house without right, only because
they said God is our Lord.” (22:40)
Dalam ayat ini ia menggambarkan kaum Muslim sebagai korbannya. Ia mengatakan bahwa
mereka telah dianiaya dan diusir dari rumah mereka karena kepercayaan mereka. Ada tiga
ketidakbenaran dalam ayat ini. Yang pertama adalah bahwa Muslim tidak diusir dari rumah
mereka. Yang kedua adalah mereka tidak dianiaya. Yang ketiga adalah bahwa mereka bukan
ditentang karena mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan mereka, tetapi ditentang karena mereka
menghina dewa-dewa kaum Quraisy.
Kaum Muslim meninggalkan Mekah karena Muhammad yang menyuruh mereka untuk
pergi. Ia menunjukkan umpannya kepada mereka. “To those who leave their homes in the cause
of Allah, after suffering oppression, we will assuredly give a goodly home in this world; but truly
the reward of the Hereafter will be greater.” (16:41) Dan ia menunjukkan hukumannya. “Lo! As
for those whom angels take (in death) while they wrong themselves, (the angels) will ask, ‘In
what were you engaged?’ They will say, we were oppressed in the land. (The angels) will say,
was not Allah’s earth spacious that you could have migrated therein? As for such, their
habitation will be hell, an evil journey’s end.” (4:97)
Ia terus-menerus memberitahu pengikutnya, engkau dianiaya, ketika mereka tidak teraniaya.
Ia menyamakan oposisi terhadap Islam adalah penganiayaan, sebuah kekeliruan logis yang
diulang hingga hari ini oleh umat Islam dan para pendukung mereka. Muslim mengklaim bahwa
mereka merasa menjadi korban setiap kali agama mereka dikritik. Orang-orang yang mengkritik
Islam dituduh rasis dan Islamophobia, padahal Islam bukan ras dan Islamophobia adalah kata
204 Ibn Ishaq 217
120 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
yang tidak mempunyai makna. Penggunaan kata Islamophobia bukanlah penemuan baru.
Istilahnya baru, tetapi konsep memfitnah orang yang mengkritik Islam adalah sesuatu yang
sering digunakan Muhammad.
Ia mengklaim bahwa Allah mengatakan kepadanya, “Whoso migrates for the cause of Allah
will find much refuge and abundance in the earth, and whoso forsakes his home, a fugitive unto
Allah and His messenger, and death overtakes him, his reward is then incumbent on Allah.” (4:100)
Satu-satunya Muslim yang ia bebaskan untuk tidak perlu hijrah adalah mereka yang terlalu
lemah untuk melaksanakan tugas tersebut. “But those who are helpless, men, women, and
children, who can neither contrive a plan nor do they know they way, may well hope for the
mercy of God; and God is full of mercy and grace.” (4:98-99)
Ia ingin memisahkan pengikutnya dari keluarga mereka agar ia bisa mengendalikan mereka.
Ia khawatir mereka akan kembali. Ditinggalkan adalah hal yang paling ditakuti oleh seorang
narsisis. Ia bahkan sampai memberi instruksi kepada para Muslim untuk membunuh rekan
mereka sendiri yang memutuskan untuk kembali. “They [the unbelievers] long that you should
disbelieve as they disbelieve, that you may be upon a level (with them). So choose not friends
from them till they forsake their homes in the way of Allah; if they turn back then take them and
kill them wherever you find them, and choose neither friend nor helper from among them.” (4:89)
Dalam ayat lainnya ia mendorong pengikutnya untuk bersikap keras kepada umat Islam
yang tidak hijrah. “You are not responsible for protecting those who embraced the faith but did
not leave their homes, until they do so.” (8:72)
Klaim bahwa warga Mekah menentang kaum Muslim karena mereka percaya kepada Allah
adalah tidak benar. Warga Mekah percaya kepada Allah yang sama dengan Muhammad. Dewa-
dewa kecil hanyalah perantara antara manusia dengan Allah. Kepercayaan kepada perantara
bukanlah persyaratan iman. Ka’bah ditempati oleh 360 berhala. Dewa-dewa ini adalah patron
dari masing-masing suku-suku Arab. Tidak percaya kepada salah satu maupun semua dewa ini
tidak akan membuat seseorang menjadi orang buangan. Ada kaum Hanif, Yahudi, Kristen dan
Zoroaster yang dengan tegas hanya percaya kepada satu Tuhan saja, tanpa perantara. Setiap
orang bebas menjalankan dan menyebarkan kepercayaan mereka. Sekali-sekalinya warga Mekah
membuat pengecualian adalah saat agama mereka dilecehkan.
Cendekirawan modern menolak labelisasi Islam terhadap masyarakat Arab pra-Islam
sebagai kafir (sebuah istilah merendahkan yang sama dengan “orang udik” atau “gembel –
seseorang yang dianggap liar atau tidak beradab dan kurang dalam hal moral.” Muhammad
menyebut mereka dengan kata berbahasa Arab mushrik, (orang-orang yang mempersekutukan
Allah). Mengutip kata-kata Patricia Crone, “Namun, satu hal tampak jelas: semua pihak dalam
Quran adalah monoteis menyembah Tuhan dalam tradisi Alkitab, dan semuanya cukup mengenal
– sekalipun jarang diambil langsung dari Alkitab – dengan konsep-konsep dan kisah-kisah
Alkitab. Hal ini bahkan berlaku juga bagi mereka yang disebut politeis, secara tradisional dikenal
sebagai suku dari Muhammad di Mekah. Tradisi Islam mengatakan bahwa masyarakat dari suku
ini, yang dikenal dengan Quraisy, percaya kepada Tuhan Abraham yang monoteismenya telah
121 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
dirusak oleh unsur-unsur pagan; sejarawan modern cenderung akan membalikkan hubungan
tersebut dan menganggap bahwa unsur-unsur paganlah yang lebih tua dari monoteisme; tetapi
sejenis kombinasi dari monoteisme Alkitabiah dan paganisme Arab adalah apa yang
sesungguhnya kita temukan dalam Quran. Mereka yang disebut kafir percaya kepada satu Tuhan
pencipta yang memerintah dunia dan yang bisa didekati melalui doa dan ritual; sesungguhnya,
seperti ideologi anathema yang dimusuhi di zaman sekarang, mereka tampaknya berasal dari
komunitas yang sama dengan orang-orang yang mencela mereka. Namun, untuk berbagai alasan
doktrinal, tradisi senang menekankan sisi paganisme dari musuh-musuh sang nabi, dan salah satu
sumber berpengaruh secara khusus (Ibn al-Kalbi) meremehkan mereka sebagai orang lugu yang
memuja batu dan berhala dari jenis yang sangat mungkin ada di bagian lain dari Arabia. Untuk
alasan ini, literatur sekunder cenderung menggambarkan mereka kaum pagan yang sederhana
juga. Ada beberapa penafsir yang dianggap jauh lebih canggih dari Ibn al-Kalbi, dan diantara
sejarawan modern G. R. Hawtings menonjol sebagai orang pertama yang menunjukkan bahwa
orang-orang yang dicela sebagai kafir dalam Quran hanyalah kaum pagan yang lugu.205
Masalah warga Mekah dengan Muhammad bukan karena ia tidak percaya kepada dewa-
dewa mereka, tetapi karena ia menghinanya. Ia menghina mereka karena ingin memprovokasi
mereka. Ia ingin menciptakan kekacauan agar ia dianggap serius dan ditakuti. Masyarakat Arab
bukan penyembah berhala. Kepercayaan mereka bahwa benda-benda yang terbuat dari tanah liat
dan kayu adalah dewa sama besarnya dengan kepercayaan umat Islam yang mengelilingi Ka’bah
dan percaya bahwa Allah berdiam di dalam bangunan tersebut. Berhala-berhala tersebut adalah
perwujudan dari dewa-dewa yang tidak terlihat. Tuduhan penyembahan berhala adalah tuduhan
yang menyesatkan. Menyebut masyarakat Arab sebagai penyembah berhala mengungkapkan
kurangnya pemahaman Muhammad terhadap agama leluhurnya sendiri, sama seperti menyebut
umat Hindu penyembah berhala memungkiri ketidaktahuan seseorang terhadap agama Hindu.
Setelah membuat alasan yang menyesatkan ini, Muhammad mengeluarkan ayat yang
memberi izin kepadanya untuk berperang. Ibn Ishaq mengatakan, “Lalu Allah menurunkan
kepadanya, ‘Fight them so that there be no more seduction’206 yaitu, hingga tidak ada lagi
Muslim yang dibujuk untuk meninggalkan agamanya. ‘Dan agama itu adalah milik Allah’, yaitu
hingga Allah saja yang disembah.”
Membunuh orang karena kepercayaan mereka adalah kebiadaban. Itu adalah tindakan yang
tidak bermoral dan tidak beradab. Bukankah lebih tepat jika Islam yang dikatakan sebagai
paganisme? Para kafir di Mekah tidak pernah melakukan kebiadaban seperti yang dilakukan oleh
Muhammad dan para pengikutnya. Jadi bagaimana mungkin justru mereka yang disebut pagan
dan bukan kaum Muslimnya?
Muhammad telah membujuk dan secara tidak langsung menculik para pemuda dari banyak
keluarga, tetapi ia malah menuduh mereka yang membujuk dan menganiaya anak-anak mereka.
Ibn Ishaq melanjutkan, “Ketika Allah telah memberi izin untuk berperang dan suku Ansar
ini telah memberikan ikrar dukungan mereka kepadanya dalam Islam dan membantunya dan para
205 What Do We Actually Know About Muhammad? , Patricia Crone (2008) 206 Q. 2:198
122 | The Life of Muhammad under the Light of Reason – http://www.buktidansaksi.com
pengikutnya, dan para Muslim yang berlindung kepada mereka, Rasulullah memberi perintah
kepada pendampingnya, para perantau dan kaum Muslim yang ada bersamanya di Mekah, untuk
hijrah ke Madinah dan bergabung dengan saudara-saudara mereka, kaum Ansar. ‘God will make
for you brethren and houses in which you may be safe.’ Jadi mereka berangkat beramai-ramai
dan Rasulullah tetap tinggal di Mekah menunggu izin dari Tuhannya untuk meninggalkan Mekah
dan hijrah ke Madinah.”207
207 Ibn Ishaq. 213