the law of tort
Transcript of the law of tort
Konsep perbuatan melawan hukum dalam sistem Common Law
disebut the law of tort. Beberapa sarjana Inggris memberikan
definisi Tort sebagai berikut :
Sir John Salmond mengatakan bahwa : 1
“A. Tort is a civil wrong for which the remedy is a common law
action for unliquidated damages and which is not exclusivey the
breach of contract or a breach of a trust or other merely
equitable obligation”
Sir P. Wienfield mengatakan bahwa :2
“Tortious liability arises from the breach of duty primarily fixed
by law, such duty is towards persons generally and its breach is
redressible by an action for unliquidated damages”
L.B. Curzon memberikan definisi Tort sebagai berikut :3
“The Law of Tort is concerned with the determination of
disputes which arise where one person alleges wrong conduct
against another. It should be noted that some torts, e.g. assault
and battery are tort and crime”.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa tort adalah suatu kesalahan perdata, dimana seseorang
melakukan suatu perbuatan tertentu yang mengakibatkan kerugian
pada orang lain dengan melanggar hak dan kewajiban yang telah
ditentukan oleh hukum yang bukan timbul dari contract atau trust,
yang dapat dimintakan ganti rugi terhadap kerugian yang
diakibatkannya.
Oleh karenanya dalam mengajukan gugatan berdasarkan
tort law harus ada perbuatan aktif dan pasif yang dilakukan oleh
tergugat yang mengakibatkan kerugian terhadap kepentingan
penggugat yang dilindungi oleh hukum.1P.W.D. Redmond, General Principles of English Law, (Plymouth: Mac. Donald and Evans,
1974), hal.164. 2Ibid.3L.B. Curzon, Basic Law, (Plymouth: Mac Donald and Evans, 1981), hal.113.
1
Tort Law memberikan perlindungan hukum terhadap
berbagai kepentingan, seperti keamanan pribadi, harta benda dan
kepentingan ekonomi. Perlindungan tersebut diberikan melalui
system kompensasi berupa ganti rugi secara perdata. Berdasarkan
teori klasik tort law, ganti rugi diberikan untuk mengembalikan
penggugat kepada posisi ketika perbuatan melawan hukum itu
belum terjadi.
Hal ini berbeda dengan tuntutan ganti rugi berdasarkan
hubungan kontraktual dimana ganti rugi itu bertujuan untuk
menempatkan si penggugat pada posisi seandainya perjanjian itu
terlaksana. Berdasarkan hubungan kontraktual, penggugat dapat
menuntut kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
Expectation loss. Teori klasik ini telah mengalami perubahan,
karena sekarang gugatan tort law juga dapat diajukan untuk
economic lost.4
Konsep perbuatan melawan hukum di Indonesia telah dimasukkan
dalam satu kitab undang-undang yang terkodifikasi yaitu dalam
KUH Perdata. Sedangkan Tort, konsep dan pengaturannya tersebar
dalam yurisprudensi-yurisprudensi dan dalam undang-undang
tertentu seperti Occupier’s Liability Act 1957, Defective Premises
Act 1972 dan sebagainya. Perbedaan pengaturan konsep tersebut
dipengaruhi oleh perbedaan sistem hukum yang dianut KUH Perdata
dipengaruhi oleh sistem hukum Eropa Kontinental yang cenderung
pada paham kodifikasi (Enacted Law) sedangkan Inggris menganut
Sistem Common Law dimana hukumnya berkembang dari kebiasaan
dan yurisprudensi.
Konsep perbuatan melawan hukum Indonesia yang
merupakan bagian hukum Eropa Kontinental diatur dalam pasal
1365 KUH Perdata sampai dengan pasal 1380 KUH Perdata. Dalam
pasal-pasal tersebut diatur bentuk tanggung jawab atas perbuatan
melawan hukum yang terbagi atas: Pertama, Tanggung jawab tidak
4 DR. Rosa Agustina, SH.MH. Perbuatan Melawan Hukum. (Jakarta : Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), hal.14.
2
hanya atas perbuatan melawan hukum diri sendiri tetapi juga atas
perbuatan melawan hukum orang lain dan terhadap barang.
Pasal 1367 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa:
“Seseorang tidak hanya bertanggung jawab untuk kerugian
yang disebabkan karena perbuatannya sendiri tetapi juga
disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya, atau disebabkan oleh barang-barang yang
berada di bawah pengawasannya”.
Berdasarkan ketentuan pasal 1367 ayat (1) KUH Perdata, yang
merupakan rumusan umum, maka pertanggung jawaban dibagi
menjadi:
a. Tanggung jawab terhadap perbuatan orang lain
(1) Tanggung jawab atas perbuatan yang
dilakukan oleh orang yang menjadi
tanggungannya secara umum;
(2) Tanggung jawab orang tua dan wali
terhadap anak-anak yang belum dewasa
(pasal 1367 ayat 2 KUH Perdata);
(3) Tanggung jawab majikan dan orang yang
mewakilkan urusannya terhadap orang
yang diperkerjakannya (pasal 1367 ayat 3
KUH Perdata);
(4) Tanggung jawab guru sekolah dan kepala
tukang terhadap murid dan tukangnya
(pasal 1367 ayat 4 KUH Perdata).
b. Tanggung jawab terhadap barang dalam
pengawasannya.
(1) Tanggung jawab terhadap barang pada
umumnya (pasal 1367 ayat 1 KUH
Perdata);
3
(2) Tanggung jawab terhadap binatang (pasal
1368 KUH Perdata);
(3) Tanggung jawab pemilik terhadap gedung
(pasal 1369 KUHPerdata).
Kedua, Perbuatan melawan hukum terhadap tubuh dan
jiwa manusia. Pasal 1370 KUH Perdata menyatakan bahwa dalam
hal terjadi pembunuhan dengan sengaja atau kelalaiannya, maka
suami atau istri, anak, orang tua korban yang lazimnya
mendapat nafkah dari pekerjaan korban, berhak untuk menuntut
ganti rugi yang harus dinilai menurut keadaan dan kekayaan
kedua belah pihak.
Ketiga, Perbuatan melawan hukum terhadap nama baik.
Masalah penghinaan diatur dalam pasal 1372 sampai dengan
pasal 1380 KUH Perdata. Pasal 1372 menyatakan bahwa
tuntutan terhadap penghinaan adalah bertujuan untuk mendapat
ganti rugi dan pemulihan nama baik, sesuai dengan kedudukan
dan keadaan para pihak.
Beberapa tuntutan yang dapat diajukan karena perbuatan
melawan hukum ialah :
1. Ganti rugi dalam bentuk uang atas kerugian yang ditimbulkan;
2. Ganti rugi dalam bentuk natura atau dikembalikan dalam
keadaan semula;
3. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah melawan
hukum;
4. Melarang dilakukannya perbuatan tertentu.
Dalam perspektif RUU Kesehatan dalam pasal 14
ditegaskan Setiap orang berhak menuntut kompensasi dan/atau
ganti rugi terhadap seseorang atau tenaga kesehatan dalam
memberikan layanan kesehatan yang menimbulkan kerugian.
Namun tuntutan ini tidak berlaku dalam hal tindakan
seseorang atau tenaga kesehatan tersebut dilakukan dalam
keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa atau badan orang
tersebut.
4
Baru-baru ini ada berita bila salah satu rumah sakit
dilaporkan ke Polda karena dianggap menelantarkan pasiennya
dan dianggap menjadi tertular penyakit karena dimasukan dalam
satu ruangan dengan penderita penyakit menular. Dalam RUU
Kesehatan (pasal 20 dan 21) akan diatur ketentuan yang harus
dipatuhi dimana setiap orang termasuk Rumah Sakit dan
Dokter/Dokter Gigi dilarang mengabaikan atau menelantarkan
orang lain yang memerlukan pertolongan kesehatan, padahal
orang tersebut mampu memberikan pertolongan kesehatan. Hal
ini tidak diatur dalam UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan,
dalam pasal 55 hanya diatur adanya pemberian ganti rugi bila
ada pihak yang dirugikan.
Dan adanya larangan bagi setiap orang dengan sengaja
untuk melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya bagi
kesehatan orang lain atau dengan sengaja menularkan suatu
penyakit yang ada pada dirinya atau yang ada pada orang lain yang
membahayakan jiwa orang tersebut.
Dengan adanya ketentuan tersebut maka pihak Rumah Sakit
maupun Dokter yang berwenang menagani pasien tersebut harus
hati-hati dengan adanya ketentuan tersebut.
D. Kesimpulan
Setiap tindakan yang dilakukan siapa pun mempunyai 2 akibat
yaitu sesuai dengan hukum atau melawan hukum. Akibat adanya
tindakan melawan hukum ini tentunya akan merugikan pihak lain.
Pihak lain dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pihak yang
dianggap merugikan tersebut.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan Rumah Sakit dan
Dokter/Dokter Gigi juga mau tidak mau harus memperhatikan hal
ini.
Kurangnya penjelasan atau informasi yang kurang terhadap
tindakan medis akan menimbulkan kesalahpahaman antara pihak
pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien yang ujungnya dapat
5
memberikan peluang terjadinya sengketa baik secara pidana
maupun perdata.
6