TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI...

23
TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI MADRASAH Oleh: SYAIFUDDIN YULIANTO Abstract: Madrasah as an institution conducting a public education and must have essentially required to provide the best possible service for the purpose of education can be achieved. Adherence to education grip is commonly called the curriculum is a very necessary skill mastered by every executive involved in the educational process of the elements of educators and education personnel to reinforce and facilitate the achievement of predetermined. Key words: Curriculum, Islamic Education, Islamic School PENDAHULUAN Pendidikan sebagai salah satu wujud kegiatan yang dapat membantu pertumbuhan seluruh unsur kepribadian manusia secara seimbang ke arah yang positif, telah lama menjadi perhatian. Sehingga dari kegiatan tersebut bermunculan teori-teori serta konsep-konsep baru yang saling mendukung maupun sebaliknya. Rumusan-rumusan teori serta konsep tentang pendidikan memiliki banyak sudut pandang; ada yang mengkaji dari sudut pandang difinisi, ada yang mengkaji dari sudut pandang proses, ada yang mengkaji dari sudut pandang hasil, dan lain-lain. Pada sudut pandang proses pendidikan akan di kelompokkan dalam dua jalur pendidikan yakni: jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah yang meliputi pendidikan keluarga, pondok pesantren dan masyarakat (lingkungan tempat tinggal). Dalam masalah ini Abd. Halim Soebahar (2002: 115-128) menyebutkan lebih rinci tentang Panca Pusat pendidikan yang meliputi:

Transcript of TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI...

Page 1: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

DI MADRASAH

Oleh:

SYAIFUDDIN YULIANTO

Abstract:Madrasah as an institution conducting a public education and must have

essentially required to provide the best possible service for the purpose ofeducation can be achieved. Adherence to education grip is commonly calledthe curriculum is a very necessary skill mastered by every executive involvedin the educational process of the elements of educators and educationpersonnel to reinforce and facilitate the achievement of predetermined.

Key words: Curriculum, Islamic Education, Islamic School

PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai salah satu wujud kegiatan yang dapat membantu

pertumbuhan seluruh unsur kepribadian manusia secara seimbang ke arah yang

positif, telah lama menjadi perhatian. Sehingga dari kegiatan tersebut

bermunculan teori-teori serta konsep-konsep baru yang saling mendukung

maupun sebaliknya.

Rumusan-rumusan teori serta konsep tentang pendidikan memiliki

banyak sudut pandang; ada yang mengkaji dari sudut pandang difinisi, ada

yang mengkaji dari sudut pandang proses, ada yang mengkaji dari sudut

pandang hasil, dan lain-lain.

Pada sudut pandang proses pendidikan akan di kelompokkan dalam dua

jalur pendidikan yakni: jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar

sekolah yang meliputi pendidikan keluarga, pondok pesantren dan masyarakat

(lingkungan tempat tinggal). Dalam masalah ini Abd. Halim Soebahar (2002:

115-128) menyebutkan lebih rinci tentang Panca Pusat pendidikan yang

meliputi:

Page 2: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

2

1. Keluarga

2. Perguruan

3. Rumah ibadah

4. Masyarakat, dan

5. Media massa

Bertolak dari Panca Pusat pendidikan tersebut, maka dapat diputuskan

bahwa perguruan adalah merupakan pusat pendidikan sekolah (formal) yang

lahir dan berkembang dari pemikiran efesiensi dan efektifitas dalam

prosesnya. Dengan demikian ia memiliki baberapa perangkat yang harus

tersedia, baik perangkat keras (hard ware) sebagaimana sarana fisik maupun

perangkat lunak (soft ware) sebagaimana kurikulum pendidikan yang di

dalamnya memuat komponen-komponen terorganisir dari proses pendidikan

yang mana “pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta

didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan

pendidikan.” (Nana Syaodih Sukmadinata, 2000: 1)

Berikutnya terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara lembaga

perguruan dan ke-empat lembaga pendidikan yang lain terletak pada:

1. Pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum

tertulis yang tersusun secara sitematis, jelas dan rinci.

2. Pendidikan formal dilaksanakan secara formal dan terencana, ada

pengawasan dan ada pula penilaian.

3. Pendidikan formal diberikan oleh guru yang memiliki ilmu pengetahuan

serta ketrampilan khusus dalam bidang pendidikan.

4. Interaksi pendidikan formal berlangsung dalam lingkungan tertentu,

dengan fasilitas dan alat serta aturan-aturan tertentu. (Nana Syaodih

Sukmadinata, 2000: 2)

Page 3: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

3

Dalam pendidikan formal kurikulum menjadi bagian yang sangat

penting, karena di dalamnya memuat komponen-komponen berikut:

1. Tujuan; yaitu sesuatu yang ingin dicapai dalam proses belajar-mengajar

(Ahmad Tafsir 2000: 54)

2. Isi; yaitu materi yang hendak disajikan, disesuaikan dengan tujuan yang

ada pada tujuan pengajaran yang telah ditetapkan baik secara umum

maupun dalam bagian-bagian kecil yang dirumuskan dalam rencana

pengajaran

3. Proses Belajar Mengajar (PBM); yaitu kegiatan yang dilakukan oleh

guru dan siswa dalam dalam pembelajaran.

4. Evaluasi; yaitu penentuan hasil atas tujuan yang telah ditetapkan.

Keempat komponen kurikulum ini memiliki kaitan yang sangat erat

terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan di lembaga formal keguruan. Sebab

dengan penterjemahan kurikulum dan penerapan yang tepat akan sangat

membantu tercapainya tujuan pendidikan, terlebih dengan matangnya isi

pengajaran, efektifnya Proses Belajar Mengajar, serta baiknya mutu evaluasi.

TINJAUAN TENTANG KURIKULUM

Kurikulum sebagai bahagian penting dalam mempersiapkan dan

merencanakan berbagai kegiatan dan berbagai langkah dalam Proses Belajar

dan Mengajar (PBM), perlu mendapat perhatian lebih. Karena di dalamnya

memuat komponen-komponen pendidikan yang komplit meliputi : tujuan, isi,

proses serta evaluasi.

Sebelum memahami kurikulum secara utuh terlebih dahulu perlu

mengkaji kurikulum tersebut dari beberapa sisi, di antaranya:

A.1. Difinisi Kurikulum

Page 4: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

4

Di dalam UUSPN (Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional) Nomor

2 tahun 1989 pasal 1 ayat 9 menyebutkan bahwasannya: Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar

(Depdikbud, 1989 : 3)

Menurut nana Sujana (2002 : 2), kurikulum lebih dari sekedar rencana

pelajaran, tetapi juga semua kegiatan siswa dari semua pengalaman belajar

siswa di sekolah, yang mempengaruhi pribadi siswa sepanjang menjadi

tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pada bagian lain Arifin (2000: 85) juga memberikan difinisi tentang

kurikulum yang meliputi segala mata pelajaran dan juga semua pengalaman

yang harus diperoleh serta semua kegiatan yang dilakukan oleh anak didik.

Memahami beberapa difinisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

kurikulum adalah:

a. Kurikulum adalah rencana program pengajaran atau pendidikan yang akan

diberikan kepada peserta didik.

b. Kurikulum adalah proses yang harus dilakukan dalam Kegiatan Belajar

Mengajar oleh guru dan siswa peserta didik.

c. Evaluasi terhadap pencapaian tujuan dalam pendidikan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Dengan demikian kurikulum bukanlah sekedar daftar nama dari susunan

mata pelajaran beserta GBPP (Garis-garis Besar Pedoman Pendidikan) belaka,

namun ia memiliki dua bagian penting yang meliputi kegiatan ko kurikuler

(kegiatan-kegiatan wajib yang harus diberikan kepada siswa) dan ekstra

kurikuler (kegiatan-kegiatan tambahan yang dapat diberikan pada siswa).

Selain itu untuk kelengkapannya, kurikulum haruslah memiliki

kesesuaian atau relevansi. Kesesesuaian yang dimaksud adalah:

Page 5: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

5

a. Kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi dan

perkembangan yang ada dan terjadi di masyarakat.

b. Kesesuaian kurikulum dengan komponen-komponen kurikulum.

Penjelasan tentang komponen kurikulum sesuai dengan pembahasan

pada Bab I, sebagaimana pendapat Ahmat Tafsir 2000: 54, yang menyebutkan

empat komponen yang terdiri dari; Tujuan, isi, Proses serta Evaluasi. Maka

pendapat ini dapat di padukan dengan pendapat Ralph W. Taylor (1949)

dalam Nasution (2001: 18) yang menyebutkan tentang empat komponen

kurikulum dengan perincian sebagai berikut: (1) tujuan, (2) bahan pelajaran,

(3) proses belajar mengajar, dan (4) evaluasi atau penilaian.

1.a. Komponen Tujuan dalam kurikulum

Tujuan yaitu sesuatu yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar.

Tujuan pada mulanya bersifat umum yang meliputi keseluruhan dalam

suatu unit atau lebih dikenal dengan istilah (TPU). Dalam

operasionalnya TPU tersebut yang pada mulanya bersifat umum

dibagi-bagi menjadi unit-unit yang lebih kecil yang dapat dirumuskan

dalam rencana pengajaran (lesson plan). Pembagian ke dalam unit yang

lebih kecil ini disebut (TPK). Perumusan TPU dan TPK ini lazim

disebut dengan Persiapan mengajar, yang mana tujuan yang ada

tersebut menunjukkan sesuatu yang hendak dicapai dan dituju dalam

proses belajar mengajar.

Untuk memperjelas tujuan tersebut, dapat ditampilkan sistimatika

hirarki tujuan kurikulum Indonesia (Dimyati dan Mujiono, 1994: 275)

Jenjang Tujuan Dokumen Penanggung Jawab

Tujuan Pendidikan UUSPN dan GBHN Menteri Pendidikan

Page 6: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

6

dan Kebudayaan

Tujuan kelembagaanKurikulum tiap

lembagaKepala Sekolah

Tujuan kurikuler SisdiknasGuru mata pelajaran /

bidang studi / kelas

Tujuan Pengajaran GBPP*) dan

rancangan

pembelajaran

Guru

*) Saat ini dapat dibaca (diterjemahkan) dengan Silabus KTSP

Tabel 01 : Sistimatika hirarki tujuan kurikulum di Indonesia

1.b. Komponen Isi/ Bahan pelajaran

Bahan Pelajaran adalah isi yang diberikan kepada siswa saat

berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan pelajaran ini

siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran. ( Nana Sudiana, 1991:67)

tujuan yang dimaksud adalah sesuai dengan yang ditetapkan baik

secara umum maupun dalam bagian –bagian kecil yang dirumuskan

dalam rencana pengajaran.

Pada hakekatnya bahan pengajaran adalah isi dari bidang studi yang

diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakannya.

Namun secara umum sifat bahan pelajaran dapat dibedakan menjadi

beberapa kategori , yakni; fakta (yang dapat dipelajari melalui

informasi dalam bentuk lambang, kata-kata, dan istilah yang dapat

dipelajari dengan cara menghafal), konsep (klasifikasi dari pola yang

bersamaan dalam maksud maupun pengertian=hukum), peristiwa,

benda yang wujudnya dapat ditangkap oleh panca indra manusia.

Page 7: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

7

Oleh karena antara bahan pengajaran dan tujuan harus sesuai, maka

menurut Nana Sujana (1991: 69 – 70) terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam menetapkan bahan pengajaran, yaitu:

a. Bahan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan

b. Bahan yang ditulis dalam perencanaan mengajar, terbatas pada

konsep saja, atau berbentuk garis besar bahan tidak pula diuraikan

terinci.

c. Menetapkan bahan pengajaran harus serasi dengan urutan tujuan.

d. Urutan bahan harus memperhatikan kesinambungan (kontinuitas).

e. Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari

yang mudah menuju yang sulit, dari yang konkrit menuju yang

abstrak,. Dengan cara ini diharapkan siswa mudah memahaminya.

f. Sifat bahan ada yang factual (konkrit dan mudah diingat), dan ada

pula yang konseptual yang berisikan konsep-konsep abstrak serta

memerlukan penmahaman. Tentunya mempelajari bahan yang

bersifat factual akan lebih mudah disbanding mempelajari bahan

yang konseptual.

Perkembangan pembahasan selanjutnya adalah tentang macam isi

pengajaran yang meliputi:

Bidang keagamaan

Bidang moral/ kesusilaan

Bidang keindahan/estetika

Bidang social

Bidang sivics/kewarganegaraan

Bidang kecerdasan/intelektual

Bidang ketrampilan

Bidang jasmani

Page 8: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

8

1.c. Komponen Metode atau Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar adalah gabungan kegiatan anak belajar dan

guru mengajar yang tidak terpisahkan (Ahmad tafsir, 2000: 55).

Metode atau proses belajar mengajar harus mengandung potensi yang

bersifat mengarah materi pengajaran kepada tujuan pendidikan yang

hendak dicapai (Arifin, 2000: 198)

Dengan penekanan pada adanya hubungan timbal balik antara guru

pengajar dan anak belajar yang dibarengi dengan materi pengajaran,

maka dibutuhkanlah situasi yang dapat mendukung dalam prosesnya.

Oleh sebab itu diperlukan kesiapan antara masing-masing bagian yang

meliputi:

a. Guru

Guru yang mengajar menurut Glesser dalam Hamid Syarif (1992: 21)

harus memiliki empat kompetensi, yakni:

1. Menguasai bahan pelajaran

2. Kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa

3. Kemampuan melaksaanakan proses pengajaran

4. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa

Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Hamid Syarif (1992 :

21 –22 ) ada sepuluh kompetensi yang harus dimiliki guru,

yaitu:

1. Menguasai bahan

2. Mengelola program belajar mengajar

3. Mengelola kelas

4. Menggunakan media/sumber belajar

5. Menguasai landasan pendidikan

6. Mengelola interaksi belajar mengajar

7. Menilai prestasi belajar

Page 9: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

9

8. Menguasai fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan

9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna

keperluan pengajaran.

Dari kedua pendapat tersebut, pada dasarnya pendapat Nana

Sudjana memang lebih lengkap, akan tetapi rincian tersebut

untuk sementara dalam proses interaksi di kelas pendapat

Glesser kiranya telah cukup dijadikan panduan, sedang

selanjutnya dapat dikonsultasikan dengan potensi

pengembangan yang ditawarkan oleh Nana Sudjana.

b. Siswa

Dalam proses belajar mengajar siswa juga memegang peranan

yang sangat penting, sehingga kesiapan siswa secara individu

maupun kelompok akan sangat mempengaruhi pada berhasil

tidaknya proses yang dilalui guna mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

1.d. Komponen Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan kurikuler berupa penilaian untuk mengetahui

kebarhasilan tujuan proses belajar mengajar yang sudah dirumuskan

(Depag RI, 2001: 17). Oleh karena evaluasi adalah merupakan sebuah

alat pengukur, maka diperlukan persiapan-persiapan khusus untuk

suatu tindakan evaluasi yang dapat dibagi dalam beberapa step, yaitu:

1. Merumuskan tujuan evaluasi

2. Menetapkan aspek-aspek yang dinlai

3. Menetapkan metode

4. Menyiapkan alat-alat

(Wayan Nurkancana dan Sumartana, 1986: 18 )

Page 10: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

10

Evaluasi yang telah dilakukan, hasilnya dapat digunakan untuk

menentukan relevan atau tidaknya antara isi dengan tujuan. Jika hasil

penilaian diketahui tingkat pencapaiannya rendah, maka kita harus

memeriksa proses belajar mengajarnya, perlu pula dipertimbangkan

kembali isi pengajaran, bahkan kita perlu pula merevisi tujuan yang

kurang jelas atau terlalu dalam, mungkin pula kita harus melihat

kembali tehnik serta alat evaluasi yang mungkin kurang valid dan

kurang reliable.

Sementara itu dalam melakukan evaluasi guru diharuskan

menyesuaikan antara materi evaluasi dengan rumusan butir soal yang

dijabarkan dalam tujuan pendidikan. Dengan demikian perlu dilakukan

kegiatan berupa menderetkan semua TIK/TPK dalam tabel persiapan

yang memuat pula aspek tingkah laku.Tabel ini digunakan untuk

mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar

tidak terlewati.

Tabel persiapan ini sangat dibutuhkan dalam semua bidang pendidikan

terlebih pendidikan agama yang lebih menekankan pada aspek

moralitas dalam kehidupan humaniora.

Contoh tabel tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Nana Sudjana

(1991: 92) berikut ini

No Langkah Jenis Kegiatan

1

2

Persiapan

Pelaksanaan

1. Menciptakan kondisi belajar

2. Penyajian, tahap guru menyampaikan

bahan materi pelajaran

3. Asosiasi/komparasi, memberikan

kesempatan pada siswa untuk

Page 11: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

11

5 Evaluasi

membandingkan dan menghubungkan

materi

4. Generalisasi/kesimpulan, memberikan

tugas pada siswa untuk membuat

kesimpulan

5. Mengadakan penilain terhadap siswa

Tabel 02: Materi pembuatan persiapan mengajar

2. Kurikulum Pendidikan Islam

Karena kurikulum pendidikan pada dasarnya mempunyai

pengembangan pada masing-masing tingkat lembaga maka unsur kebijakan

lembaga sangat berperan dalam menentukannya. Namun meski demikian

acuan penerapan kurikulum haruslah berpedoman pada kurikulum Nasional.

Demikian pula sebagaimana kolom sistimatika hirarki kurikulum

tergambar jelas bahwa proses interaksi dalam kelas sangat ditentukan oleh

guru dalam menterjemahkan butir-butir tujuan penjabaran GBPP, bukan

lantas berarti program dapat disusun sesuai dengan kehendak guru. Melainkan

harus mencerminkan pada landasan pijak yang ada.

Demikian pula kurikulum Pendidikan Islam pasca diterbitkannya Surat

Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri (Menteri Dalam Negeri, Menteri

Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) pada tahun 1975, tentang

peningkatan mutu pendidika pada Madrasah.

Dalam Surat Keputusan Bersama tersebut dijabarkan bahwasannya

Madrasah ialah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama

Page 12: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

12

Islam sebagai mata pelajaran dasar, yang diberikan sekurang-kurangnya 30 %

di samping mata pelajaran umum.

Untuk merealisasikan Surat Keputusan Bersama tersebut, Departemen

Agama pada tahun 1976 mengeluarkan kurikulum sebagai standart untuk

dijadikan acuan oleh Madrasah yang bertujuan untuk menyeragamkan

madrasah dalam bidang studi agama, baik kualitas maupun kuantitasnya

(Hasbullah, 1996 : 74).

Keseragaman yang dimaksud sesuai dengan konsep keilmuan dan

keimanan sebagaimana ditetapkan dalam Q.S. Al-Mujadalah ayat 11 yang

berbunyi:

االعلم د رجاتیرفع هللا الذ ین امنوا منكم والذ ین او تو

Artinya: “ Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu

dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.”

Pencapaian target keseimbangan keilmuan dan keimanan membutuhkan

pedoman operasional pendidikan Islam dengan beberapa persyaratan yang

ditetapkan dalam dunia akademik, yang meliputi:

1. Memiliki obyek pembahasan yang jelas dan khas pendidikan Islami

meskipun memerlukan ilmu enunjang dari yang non Islami.

2. Mempunyai wawasan, pandangan, asumsi hipotesa serta teori dalam

lingkup kependidikan Islami yang bersumber pada ajaran Islam.

3. Memiliki metode analisis yang relevan dengan kebutuhan perkembangan

ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam, beserta sistim pendekatan

pendekatan yang seirama dengan corak keislaman sebagai kultur.

4. Memiliki struktur keilmuan yang sistimatis mengandung totalitasyang

tersusun dari komponen-komponen yang saling mengembangkan satu

sama lain dan menunjukkan kemandiriannya sebagai ilmu yang bulat.

(Arifin, 1993: 21)

Page 13: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

13

Upaya yang tiada hentinya untuk selalu membuat terobosan dalam

bidang kependidikan agama Islam sesuai dengan semboyan yang seharusnya

menjadi dasar dan etos kerja tenaga pendidik Islam, yakni Q.S. Al-Ra’du, 11)

yang berbunyi:

ان هللا ال یغیر ما بقوم حتي یغیروا ما باْنفسھم

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum,

sehingga mereka sendiri mengubahnya.”

Hasil dari upaya keras tersebut adalah diterbitkannya ketentuan-

ketentuan mengenai kurikulum madrasah oleh Menteri Agama RI berupa

Surat Keputusan Nomor 372 tahun 1993 tentang Kurikulum Madrasah

Tsanawiyah.

Di antara bagian pokok ketentuan di atas ialah mengenai program

pengajaran, di mana setiap madrasah wajib melaksanakan kurikulum mata

pelajaran yang disusun secara nasional (kurikulum 1994) (Hasbullah, 1996:

80).

Dalam kurikulum 1994 terdapat beberapa penjelasan pokok yang

berbeda dengan kurikulum 1984, di antaranya memuat:

a. istilah bidang studi diganti dengan mata pelajaran

b. pendidikan agama yang semula lebih kurang 30 % menjadi hanya

lebih kurang 10 %. (Hasbullah, 1996 : 80)

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 372 tahun 1993 tanggal 22-12-

1993 tentang kurikulum pendidikan dasar berciri khas Agama Islam.

3. Kompetensi dalam Kurikulum Pendidikan Islam

Mengacu pada perimbangan kurikulum pendidikan Islam yang tersisa

hanya kurang lebih 10 %, diperlukan pensiasatan yang tepat terhadap agar

Page 14: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

14

pencapaian harapan bahwa Lembaga Pendidikan Islam memiliki kemampuan

guna mengantarkan anak didik yang mampu mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai kemampuan pengetahuan agama yang

mendalam.

Contoh yang dapat dikemukakan adalah dengan minimnya jumlah jam

mata pelajaran Bahasa Arab, kecil kemungkinannya seorang siswa memahami

betul dan menguasa bahasa tersebut, tanpa adanya penambahan jam belajar.

Di sisi lain penambahan jam belajar juga merupakan dilema dikarenakan akan

mengorbankan mata pelajaran lain yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan adanya konsep kompetensi kurikulum, maka pendidikan

Islam juga perlu diarahkan pada pola tersebut dengan pemahaman yang benar

serta praktek yang sesuai dengan konsep School Base management (SBM)

atau dikenal pula dengan istilek Management Berbasis Sekolah (SBM) yang di

dalamnya terdapat cirri-ciri pengelolaan sekolah secara detail effective school

yang menurut Caldwell (1988) dalam Suprat (2003: 7) sebagai berikut :

a. Sekolah punya tujuan pendidikan yang dinyatakan dengan jelas

b. Sekolah mempunyai program yang terencana, terkait dan terorganisir

dengan baik sesuai dengan kebutuhan murid.

c. Sekolah mempunyai program yang melayani murid yang memiliki

handicapt (murid dengan kebutuhan khusus)

d. Tingkat keterlibatan orang tua cukup tinggi dalam aktifitas pendidikan

anak.

Ke-empat ciri di atas sangat dibutuhkan dalam mengembangkan empat

pilar Pendidikan yang mengacu pada kompetensi dalam kurikulum pendidikan

yang termuat dalam:

1. Belajar untuk mengetahui (learning to know)

2. Belajar untuk melakukan (learning to do)

3. Belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be)

Page 15: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

15

4. Belajar untuk kebersamaan (learning to life together)

(Balitbang Depdiknas, : )

Mengacu pada empat pilar ini , maka pendidikan tidak lantas berarti hanya

mendudukkan siswa di kelas sebagai pendengar ceramah dari sang guru.

Tetapi lebih memberikan peran kepada para siswa untuk melakukan

improvisasi sekaligus menentukan alternatif kurikulum yang tepat dengan

menyusun kegiatan ekstra kurikuler yang sekiranya dapat mendukung

kegiatan belajar siswa dikelas.

Contoh konkritnya adalah dengan memberikan anjuran maupun program

terencana kepada para siswa guna mencari tambahan pengetahuan ilmu

Nahwu, Fiqih dan sebagainya di luar sekolah dalam bentuk pengajian rutin

dan pondok pesantren guna menunjang kemampuan penguasaan Bahasa Arab,

Fiqih, dan semua mata pelajaran agama islam yang diajarkan di sekolah.

Dengan demikian diperlukan bangunan kerjasama masyarakat agar

memberikan sumbangsihnya dalam program pendidikan nasional dengan pihak

sekolah selaku pengelola pendidikan formal. Karena dengan adanya bangunan

kerjaama tersebut sangat dimungkinkan tercapainya tujuan pendidikan

nasional berdasarkan sistim demokratisasi Pendidikan yang terjadi antara

lembaga –masyarakat – dan orang tua.

PELAKSANAAN KURIKULUM

Apabila mengacu pada konsep kompetensi dalam kurikulum maka

pelaksanaan kurikulum pendidikan Islam di madrasah dapat melibatkan

beberapa pihak antara siswa dalam bentuk tawaran kegiatan maupun

masyarakat dan orang tua yang dikoordinir oleh guru terlebih dalam

penentuan kegiatan kegiatan ekstra. Juga diperlukan keterlibatan beberapa

kegiatan dan sarana serta prasarana pendukung lainnya.

Page 16: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

16

Komponen-komponen yang penting dalam pelaksanaan kurikulum yang

efektif meliputi: menyusun jadwal kandungan kurikulum persemester untuk

tiap pelajaran, alokasi waktu mingguan, jadwal waktu, sosialisasi kurikulum

kepada semua yang berkepentingan, orientasi guru agar mampu mengajar

dengan kurikulum baru , ujian dan evaluasi metode, dan penyediaan keperluan

dasar, menjamin tersedianya buku teks, guru bermutu, pedoman guru, alat

Bantu mengajar, bahan bacaan tambahan, dan sebagainya.

Sebagaimana pendapat Nana Sudjana (2000: 7) strategi pelaksanaan

kurikulum memnyangkut operasionalisasi kurikulum disekolah yakni:

a. kegiatan pengajaran

b. kegiatan administrasi supervisi

c. Kegiatan bimbingan penyuluhan

d. Kegiatan penilaian

Empat hal tersebut menunjukkan bahwasannya kurikulum menitik

beratkan pada berbagai usaha usaha yang perlu dilakukan dalam rupaya

pembinaan situasi dan proses belajar disuatu kelas/sekolah, dengan asumsi

bahwa bila kurikulum dilaksanakan dengan baik maka diharapkan akan

menghasilkan output yang baik pula.

Dan oleh sebab itu kemapanan kegiatan pendidikan Islam ditentukan

oleh beberapa hal, di antaranya:

1. Guru

Melihat fungsi guru sebagai mediator, fasilitator, motifator ,dan

konseptor di kelas, maka tidak secara serta merta semua orang dapat

melakukan tugas tersebut. Karena dalam kenyataannya tidaklah semua orang

memiliki kemampuan untuk melakukannya.

Guna menunjang tugasnya pada dasarnya seorang guru dituntut untuk

melengkapi dirinya dengan beberapa syarat paedagogis, yaitu:

Page 17: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

17

1. Knowledge, artinya mempunyai pengetahuan yang cukup dalam ilmu yang

diperlukan dalam pekerjaan mendidik

2. Skill, artinya seorang guru tidak hanya sekedar dapat mengajar dan

mendidik tetapi juga harus terampil dalam melaksanakan tugasnya.

3. Attitude, yaitu adanya sikap mental yang positif terhadap pekerjaan

mendidik. (Suwarno, 1988: 92)

Apabila seorang guru telah memiliki ketiga unsur tersebut maka akan

mudah baginya untuk menguasai kurikulum dengan segala komponennya, juga

menguasai bahan ajar, serta mampu menetapkan dan menjabarkan kurikulum

dalam suatu program yang lebih operasinal, sehingga ia siap

mentranformasikan kepada siswa. Penjabaran ini dilakukan melalui

penyusunan program pengajaran atau rencana pengajaran yang lebih dikenal

dengan satuan pelajaran.

Menurut Malik Fadjar ( 1993: 37) Penyelenggaraan kurikulum sekolah,

yang merupakan semua kegiatan yang dapat melancarkan pendidikan, ada

beberapa kegiatan yang harus ditangani, antara lain:

Penentuan kriteria penerimaan murid

Menyusun murid ke dalam kelompok kelas-kelas

Menyusun program tahunan dan semester

Mengadakan ulangan dan mencatat hasilnya

Merencanakan kegiatan ekstra

Menyusun daftar buku yang diperlukan

Tujuan pendidikan Islam yang lebih bersifat normative dengan

mengedepankan aspek moral dalam pelaksanaannya membutuhkan

penyusunan kurikulum yang cermat, yang di dalamnya memuat aspek tujuan,

isi, proses serta didukung oleh evaluasi.

Karena sifatnya yang normative maka tidak semua bentuk kegiatan

penilaian juga berdasar pada angka-angka, melainkan juga dipengaruhi oleh

Page 18: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

18

perubahan sikap dan tingkah laku. Oleh karenanya muatan evaluasi yang

dilakukan oleh guru sebaiknya mengarah pada konsep moral sebagaimana

tabel berikut.

TIK

Aspek tingkah laku

Ingatan Pemaham

an

Aplikasi Keterang

an

1. Siswa dapat

menghitung jumlah

pembayaran zakat

emas.

2. Siswa dapat

menjelaskan maksud

istilah istitha’ah

dalam kaitannya

dengan ibadah haji

v

v

v

v

Tabel 04: (Contoh) tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.

2. Siswa

Siswa dalam pandangan kurikulum modern bukanlah sebatas obyek

didik semata, namun ia lebih dihargai sebagai subyek yang memiliki

kewenangan untuk diajak menentukan muatan materi, sistim yang digunakan

serta dapat pula dilibatkan dalam penyusunan rumusan kegiatan dalam

belajar.

Peran aktif siswa dalam belajar pada dasarnya memberikan fasilitas agar

beberapa keperluan siswa mustinya terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan siswa

dalam belajar secara hirarki oleh Maslow dalam Suwarno (1988: 82) di rinci

menjadi:

Page 19: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

19

1. Kebutuhan biologis

2. Kebutuhan rasa aman

3. Kebutuhan rasa kasih saying

4. Kebutuhan rasa harga diri

5. Kebutuhan self realisasi

Berangkat dari pendapat Maslow tersebut, dapat diketahui bahwasannya

siswa juga perlu mendapat penghargaan terhadap dirinya akan segala sesuatu

yang dilakukan. Berikutnya self realisasi adalah juga merupakan bagian yang

harus terpenuhi dalam rangka aktualisasi cita, rasa dan karsa siswa. Apabila

keduanya terpenuhi maka aspek pengembangan afektif, kognitif dan

psikomotor dalam rangkaian pembelajaran juga terpenuhi.

Permasalahannya adalah sejauh mana mereka dapat diarahkan dan

dikembangkan agar tujuan pendidikan agama tercapai. Caranya adalah

dengan menetapkan tujuan pendidikan dalam koridor pendidikan akhlaq dan

tingkah laku. Penyair besar Syauqi dalam Atiyah Al-Abrosyi terj. Bustami A.

Gani dan Djohar bahri (1970: 104) menulis

فان ھموا ذھبت ْاخال قھم ذھبوا* انما االمم االخال ق ما بقیت

Artinya: Suatu bangsa itu tetap hidup selama akhlaqnya tetap baik * bila

akhlaq mereka sudah rusak, maka sirnalah bangsa itu.

Merujuk pada syair syauqi bahwa pendidikan akhlaq merupakan salah

satu unsur kemapanan suatu bangsa (dalam artian intrinsik) maka tidak

berlebihan jika lembaga pendidikan Islam menjadi salah satua bagia darinya.

Pernyataan ini didasarkan pada kenyataan bahwa pendidikan agama pada

sekolah agama relatif lebih tinggi dari pada yang lain.

Sementara itu untuk motivasi para siswa dalam belajar merupakan

factor yang sangat penting guna pencapaian hasil dan tujuan belajar.

Page 20: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

20

Karenanya membangun motivasi siswa juga menjadi penting. Dua hal yang

perlu dimunculkan dalam membangun motivasi siswa adalah:

a. memberikan jawaban atas segala rasa ingin tahu siswa dengan media

yang tersedia baik itu media yang ada di dalam kelas maupun di luar

kelas. Misalnya dengan memberikan jam tambahan (ekstra kurikuler

pada siswa).

b. Menumbuhkan keyakinan diri akan kemampuan sendiri, dengan cara

memberikan penguatan pada siswa bahwa mereka pasti mampu

menyelesaikan tugas yang dimiliki.

Akumulasi dari dua bangunan motivasi akan berlanjut pada lahirnya

prinsip-prinsip motivasi yang meliputi:

a. Prinsip kebermaknaan, yaitu motivasi siswa yang muncul karena materi

belajar dirasakan bermakna bagi dirinya. Kebermaknaan lazimnya

terkait dengan bakat, minat, pengetahuan dan tata nilai siswa.

b. Prinsip pengetahuan dan ketrampilan, yaitu motifasi yang dibangun dari

dalam diri siswa yang telah menguasai bahan/ materi pelajaran terlebih

dahulu, sehingga dia mampu memberikan penafsiran awalnya berdasar

pengetahuan yang dimiliki berkaitan dengan informasi dan pengalaman

yang dilaluinya dalam kegiatan belajar.

3. Proses

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kurikulum adalah

proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.Di sini diperlukan strategi

yang tepat yang menyangkut pada masalah bagaimana melaksanakan proses

pendidikan terhadapa tujuan pendidikan dengan melihat pada situasi dan

kondisi yang ada dan juga bagaimana agar dalam proses tersebut tidak ada

hambatan serta gangguan baik secara internal maupun eksternal yang

menyangkut kelembagaan atau lingkungan sekitarnya.

Page 21: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

21

Strategi pendidikan menurut Arifin (1993: 58) pada hakikatnya adalah

pengetahuan atau seni mendayagunakan semua faktor/kekuatan untuk

mengamankan sasaran pendidikan yang hendak dicapai melalui perencanaan

dan pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan situasi dan kondisi

lapangan yang ada.

Untuk mencapai hal itu strategi pendidikan dalam prosesnya dapat

menggunakan materi dan metode yang tepat. Metode tersebut adalah bahan

ajar yang terumuskan dalam satuan pelajaran dengan menggunakan beberpa

pendekatan, misalnya; pendekatan psikologis, metode mutual education

dengan memberikan contoh-contoh sejarah yang baik, metode diskusi, maupun

penyajian yang menyeluruh dengan data pendukung yang dapat diterima oleh

siswa.

Dalam Q.S. Yusuf ayat 111 Allah menegaskan:

ھم عبرة الولي االلبابلقد كان في قصص

Artinya: Sesungguhnya di dalam kisah-kisah mereka terdapat ibarat bagi orang

yang berakal.

Apabila penyajian materi di dalam kelas dirasa belum memenuhi maka

dapat diberikan jam tambahan belajar dengan cara memberikan tugas maupun

menganalisa hasil pembahasan juga dengan mencari materi pembanding di

luar kelas. Sehingga pelaksanaan kurikulum dalam kaitannya dengan metode

mengajar, alat Bantu mengajar dan penilaian dapat terlasana dengan baik.

Dengan demikian diharapkan pula terjadi keseimbangan dan keserasian

antara semua unsur dalam proses belajar mengajar.

KESIMPULAN

Page 22: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

22

1. Kurikulum adalah komponen yang sangat penting dalam dunia

pendidikan, karena dengan kurikulum dapat ditentukan dasar

pengajaran, sumber pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta proses

dan bagaimana evaluasi dapat dilaksanakan

2. Sama halnya kurikulum pendidikan pada umumnya, kurikulum

pendidikan agama juga memuat komponen-komponen yang sama dan

keharusan untuk mematuhi aturan dan ketetapan yang telah disepakati.

3. Pelaksanaan kurikulum dalam proses pembelajaraan sangatlah

tergantung pada guru yang mengajar, sumber dan bahan ajar, juga

siswa dan media dalam pembelajaran.

Daftar Pustaka

Arifin, 1993, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan PraktisBerdasarkan Pendekatan Interdipliner), Jakarta, Bumi Aksara

Arifin, 1993, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta BumiAksara

Athiyah Al-Abrasyi terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahri, Dasar-dasarPokok Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang

Bawani, Imam, 1987, Segi-segi Pendidikan Islam, Surabaya, Al-Ikhlas

Depag RI Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001, Kendali MutuPendidikan Agama Islam, Jakarta

Depdikbud Kanwil Jatim, tt, UU RI Nomor 2 tentang Sistim PendidikanNasional, Surabaya

Dimyati dan Mujiono, 1994, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta

Page 23: TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI …stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.6Terapan... · seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang

23

Hamid Syarif, A, 1992, Pengembangan Kurikulum, Biro Penerbitan danPengembangan Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, Surabaya

Nasution, 2001, Asas-asas Kurikulum, Jakarta, Bumi Aksara

Nurkancana, wayan dan Sumartana, 1986, Evaluasi Pendidikan, Surabaya,Usaha nasional

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002, Kurikulum BerbasisKompetensi, Jakarta, __________

Soebahar, Abdul Halim, 2000, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta,Kalam Mulia

Sudjana, Nana, 1991, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, SinarBaru

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2000, Pengembangan Kurikulum, Bandung,Rosda Karya

Suwarno, 1988, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta, Aksara Baru

Tafsir, Ahmad, 2000, Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung, RemajaRosda Karya

Zuhairini, dkk, tt, Metodik Khusus Pendidikan Agama (dilengkapi sistimmodul dan permainan Simulasi), Surabaya, Usaha Nasional