T E S I S - digilib.uns.ac.id... · filler semen portland, ... especially road infrastructure, in...
Transcript of T E S I S - digilib.uns.ac.id... · filler semen portland, ... especially road infrastructure, in...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DURABILITAS CAMPURAN ASPAL BETON
MENGGUNAKAN FILLER SEMEN PORTLAND,
LIMBAH KARBIT DAN LIMBAH BATUBARA
The Durability Of Asphalt Concrete Mixtures Using
Portland Cement , Carbide Waste And Coal Waste Fillers
T E S I S
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajad Magister Teknik
Program Studi Teknik Sipil
Disusun Oleh
S A N U S I S 940906005
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
M O T T O
Lokaa Samastaa Sukhino Bhawantu
( Berbahagialah Alam Semesta Beserta Segala Isinya )
Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kedholiman
Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan
( Sorinji Kempo)
Lebih baik mandi keringat dalam latihan dari
pada mandi darah dalam pertempuran.
( Semboyan Prajurit )
Nora uwus, kareme anguwus-uwus, uwose tan ana.
( Wedhatama )
Durung punjul, kesusu kaselak jujul.
Kaseselan hawa. Cupet kapepetan pamrih.
Tangeh nedya anggambuh mring Hyang Wisesa.
( Wedhatama )
Endi manis endi madu
Yen wis bisa nuksmeng pasang semu
Pasamuwaning Heb Ingkang Maha Suci
Kasikep ing tyas kacakup
Kasat mata lair batos.
( Wedhatama )
Wong urip iku marani pati.
Sakjrone urip toto-toto piranti.
Sakdurunge mati noto’o pekerti
( Kasepuhan )
Dadi wong urip iku kudu netepi telung perkoro
Tansaho eling lan manembah marang kang Gawe Urip.
Melua memayu Hayuning Bawono
Tansaho seneng tetulung marang sapodo padaning urip.
( Eyang Leluhur )
LAA ILAAHA ILLALLAAH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, T E S I S ini
kupersembahkan kepada :
Almarhum kedua orang tua saya, yang telah membesarkan saya
dalam suka dan duka, semasa Indonesia baru Merdeka dari
cengkraman penjajah selama lebih kurang 350 tahun.
Indah Tjahjahati Sekar Peni, isteri saya yang tercinta, yang selalu
setia mendampingi serta memberikan dorongan kepada saya.
Anak, menantu, dan cucu-cucu kami :
o Galih Perdana Sanusi, SE dan isterinya Tri Julaikhah, AMd Kg.
serta putri-putri mereka : Kartika Maharani Sanusi, dan Kamila
Anggraeni Sanusi
o Wira Perkasa Sanusi, ST dan isterinya Annisa, SPd, Mpd, serta
putra mereka : Muhammad Axell Sanusi
o Laksmi Pertiwi Sanusi, SH dan suaminya Supriyadi, serta putri
mereka : Griselda Cahyahati Adi Sanusi
o Anak kami yang bontot : Aura Paradila Sanusi, yang saat ini
masih duduk di kelas I SMP.
Keluarga besar keturunan / pewaris kerajaan Majapahit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK SANUSI, NIM : S 940906005, 2012, DURABILITAS CAMPURAN ASPAL BETON
MENGGUNAKAN FILLER SEMEN PORTLAND, LIMBAH KARBIT DAN LIMBAH BATUBARA.
Komisi Pembimbing I : Ir. Ary Setyawan, MSc (Eng) PhD, Pembimbing II : DR. Eng. Ir. Syafi’i, MT. Tesis :
Magister Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Pemenuhan kebutuhan infrastruktur transportasi khususnya jalan raya di Indonesia
pada saat ini dirasa sangat kurang sekali. Seiring dengan perkembangan transportasi
dewasa ini sangat dirasakan kebutuhan jalan raya baik kualitas maupun kuantitasnya.
Dalam pengadaan jalan raya yang perlu mendapat perhatian khusus adalah lapis
permukaan (Surface Course) karena lapis permukaan tersebut harus mampu melayani lalu
lintas diatasnya dengan aman dan nyaman. Tentu saja lapisan lainnya yang berada
dibawahnya juga harus mendapat perhatian sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Lapis penutup dalam hal ini adalah lapisan yang terbuat dari campuran aspal
beton dituntut mempunyai durabilitas yang cukup tinggi. Durabilitas (durability) adalah
kemampuan dari material pembentuk struktur perkerasan jalan untuk bertahan dari
pengaruh kondisi lingkungan, baik itu air, cuaca, perubahan temperatur, penuaan, tanpa
mengalami perubahan yang berarti dalam kurun waktu yang lama untuk sejumlah lalu
lintas yang membebaninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas
campuran aspal beton yang meliputi nilai Stability, Flow, Marshall Quotient, VIM,
Durability, Permeability, UCS dan ITS, bila campuran aspal beton tersebut menggunakan
filler semen portland, limbah karbit maupun limbah batubara secara sendiri-sendiri.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental pada campuran laston dengan
kadar aspal optimum sebesar 6 % dari berat total agregat. Sedangkan kadar filler
pengganti yang digunakan bervariasi 4%, 5%, 6%, 7%, 7.91% terhadap berat total
agregat. Waktu perendaman untuk pengujian durabilitas adalah: 30 menit (0 hari), 1 hari,
7 hari dan 14 hari. Kemudian digunakan Uji Marshall, Permeabilitas, UCS dan ITS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran dengan kadar filler 7,91% dan
dengan waktu perendaman 14 hari, Stabilitas yang paling besar adalah campuran dengan
filler semen (1115,232 kg), diikuti campuran dengan filler limbah karbit (1080,934 kg),
kemudian campuran dengan filler limbah batubara (484,580 kg). Nilai Flow paling besar
adalah campuran dengan filler limbah karbit (3,8 mm), kemudian diikuti campuran
dengan filler semen dan campuran dengan filler limbah batubara yang nilainya sama
besar (3,7 mm). Harga MQ paling besar adalah campuran dengan filler semen (301,414
kg/mm) diikuti campuran dengan filler limbah karbit (286,974 kg/mm) kemudian
campuran dengan filler limbah batubara (130,968 kg/mm). Nilai VIM paling kecil adalah
campuran dengan filler semen (4,314%) diikuti campuran dengan filler limbah karbit
(4,719%), kemudian campuran dengan filler limbah batubara (20,922%). Kemudian
durabilitas yang ditunjukkan dengan nilai indeks penurunan stabilitas, yang paling kecil
adalah campuran dengan filler semen (2,598%), diikuti campuran dengan filler limbah
karbit (5,782%) kemudian campuran dengan filler limbah batubara (22,450%). Nilai
permeabilitas paling besar adalah campuran dengan filler limbah batubara (3,35x10-4
cm/dtk), diikuti campuran dengan filler limbah karbit (1,96x10-4
cm/dtk) kemudian
campuran dengan filler semen (1,34x10-4
cm/dtk). Nilai UCS paling besar adalah
campuran dengan filler semen (47 kg/cm2) diikuti campuran dengan filler limbah karbit
(45 kg/cm2) terakhir campuran dengan filler limbah batubara (30 kg/cm2). Sedang nilai
ITS paling besar adalah campuran dengan filler semen (5,23 kg/cm2) diikuti campuran
dengan filler limbah karbit (4,40 kg/cm2) kemudian paling kecil adalah campuran dengan
filler limbah batubara (3,35 kg/cm2)
Kata kunci : Laston, filler, Marshall, durabilitas, permeabilitas, ucs (unconfined
compressive strength), its (indirect tensile strength
Vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
SANUSI, NIM : S 940906005, 2012. THE DURABILITY ASPHALT CONCRETE
MIXTURES USING PORTLAND CEMENT, CARBIDE WASTE AND COAL
WASTE FILLERS. The first commission of supervision : Ir. Ary Setyawan, MSc (Eng)
PhD, The second supervision is : DR. Eng. Ir. Syafi’i, MT. Theses : Master Of Civil
Engineering, Graduate School, Sebelas Maret University Of Surakarta.
Nowadays, the demand of transportation infrastructure, especially road
infrastructure, in Indonesia has not fully supported. Hence, massive development of
Indonesian road transportation in its quantity and quality are needed. In the subject of
road infrastructure, road pavement, the performance of surface layer is need to be
highlited since its function to serve traffic load directly and to produce safe and
comfortable road performance, although other layer also has important role to support it.
The surface layer in this theses is defined as high durability asphalt concrete. Durability is
the ability of road pavement material to endure from the external impact such as weather,
water, temperature, ageing and still retain to its service level for the expected life time
and traffic load. This research is aiming to find out the asphalt concrete durability which
is consist of following parameter: Stability, Flow, Marshall Quotient, VIM, Durability,
Permeability, UCS and ITS in the case of each asphalt concretes are filled by portland
cement, calcium carbide, and fly ash .
This research is using experimental method in the asphalt concrete layer (laston)
with 6% optimum bitumen content. The filler content are varied from 4%, 5%, 6%, 7%,
7.91% related to total agregat weight. The soaking time for durabililty test are 30 minutes,
1 day, 7 days, and 14 days. Then it is tested by Marshall Test, Permeability test, UCS and
ITS.
In the case of asphalt concrete mixture filled by 7.91% filler and soaked for 14
days, the results as follows: Highest Stability value is asphalt concrete filled with portland
cement (Stability value: 1115.232 kg), second highest is fly ash filled (484,580 kg).
Highest Flow is asphalt concrete filled by carbide (Flow 3.8 mm) followed by portland
cement filled and fly ash filled (3.7 mm). Highest MQ value is asphalt concrete filled by
portland cement (MQ value: 301.414 kg/mm) followed by carbide filled (286,974
kg/mm) and fly ash filled (130,968 kg/mm). Regarding VIM value, the lowest VIM is
asphalt concrete filled by portland cement (VIM 4,314%) followed by carbide filled
(4,719%), and fly ash filled (20,922%). The durability as indicated by stability reduction
index, shows that the most durable mixture is cement filled asphalt concrete (decline
2.598%) followed by carbide filled (22.45%). Then the highest permeability is fly ash
filled (3,35x10-4
cm/sec), followed by carbide filled (1,96x10-4
cm/sec) and portland
cement filled (1,34x10-4
cm/sec). The highest UCS value is asphalt concrete filled with
portland cement (47 kg/cm2) followed by carbide filled(45 kg/cm2) then fly ash filled (30
kg/cm2). The highest ITS value is asphalt concrete filled by portland cement (5.23
kg/cm2) followed by carbide filled (4,40 kg/cm2) and fly ash filled (3,35 kg/cm2).
Keyword : Asphalt Concrete, filler, Marshall, durability, permeability, UCS (Unconfined
Compressive Strength), ITS ( Indirect Tensile Strength)
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan baik, yang berjudul : Durabilitas Campuran
Aspal Beton Menggunakan Filler Semen Portland, Limbah Karbit dan
Limbah Batubara.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya khusus penulis sampaikan
kepada Yth. dosen pembimbing :
1. Ir. Ary Setyawan, M.Sc (Eng ), Ph.D
2. DR. Eng. Ir. Syafi’i , MT
Atas segala dukungan, bimbingan, dorongan, petunjuk, saran, dan motivasi yang
diberikan selama penelitian dan penyusunan tesis ini.
Pada kesempatan ini pula penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Yth. :
1. Segenap pimpinan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. DR. Ir. Mamok Soeprapto M.Eng. selaku Ketua Program Studi Magister
Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Eng. Ir. Syafi’i MT. selaku Sekretaris Program Studi Magister Teknik
Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,
sekaligus Dosen Pembimbing II
4. Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D, Selaku PD I FT-UNS, sekaligus sebagai
dosen penguji, yang selalu memberi dorongan dan semangat terus menerus
sampai terselesaikannya tesis ini.
5. DR. Ir. Rr. Rintis Hadiani, MT. Sebagai dosen penguji, yang sering
memberi dorongan dan semangat sampai terselesaikannya tesis ini.
6. Ir. Djoko Sarwono, MT , selaku Ketua Laboratorium Jalan Raya Fakultas
teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Seluruh Dosen pengajar Program Pasca Sarjana Program Studi Magisterr
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Teknik Sipil-UNS Angkatan
2006, Ir. Supardi, MT; Ir. Purwanto, MT; Ir. Endang Rismunarsih, MT;
yang telah lebih dulu lulus, atas kebersamaannya selama proses
perkuliahan dan dukungan semangatnya dalam penyelesaian tesis ini.
9. Mas Ahda Syarif Hanafi, ST Alumni Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
yang telah banyak membantu memberikan masukan dalam penyelesaian
tesis ini.
10. Mas Muh. Sigit Budi Laksana, ST atas segala bantuannya dalam
menyiapkan alat-alat laboratorium serta buku-buku yang kami perlukan.
11. Mas Yanuar dan dik Agus, yang selalu membantu melancarkan semua
proses yang kami perlukan.
12. Adik-adik mahasiswa S1 ( Wahyu Tri Prasetyo, AMd; Baktiar Widianto,
AMd, Ratna AMd, ST ; Heru Budi Santoso AMd, ST ; Bayu Cahyo Sri
Utomo, AMd ; Windha Renauldi, ST ; Henky, ST ) dan adik-adik
mahasiswa D3 Transportasi ( Dhuhrizal Purnantopo, AMd; Hartanto EP,
AMd ) serta adik-adik mahasiswa D3 Infrastruktur ( Anggraeni Utami P,
Bayu Budi Santoso ) yang dengan tekun dan ikhlas telah membantu
kegiatan kami di laboratorium beserta pengetikannya.
13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan
tesis ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang diberikan
kepada kami dengan rahmat yang berlimpah. Amin.
Penyusun menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun akan
penulis terima dengan lapang dada dan senang hati demi kesempurnaan tesis ini.
Akhirul kalam, semoga tesis ini mempunyai manfaat bagi yang
membutuhkannya. Amin.
Sragen, Mei 2012
Penulis
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ..................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xx
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………….......... 1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 5
1.3. Batasan Masalah ……………………………………………………………. 5
1.4. Tujuan Penelitian …………………………………………………………… 6
1.5. Manfaat Penelitian ………………………………………………………….. 7
BAB II. LANDASAN TEORI ………………………………………………… 8
2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 8
2.2. Landasan Teori ................................................................................................ 13
2.2.1. Konstruksi Perkerasan........................................................................... 13
2.2.2. Lapis Aspal Beton ................................................................................. 16
2.2.3. Bahan Penyusun Lapis Aspal Beton ..................................................... 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2.2.4. Perencanaan Campuran ....................................................................... 28
2.2.5. Karakteristik Campuran ...................................................................... 29
2.2.6. Persyaratan dan Pemeriksaan Bahan .................................................. 30
2.2.7. Karakteristik Perkerasan ..................................................................... 32
2.2.8. Penentuan Rancang Campur Aspal Beton (LASTON) ....................... 35
2.2.9. Analisis Regresi .................................................................................. 39
2.2.10. Analisis Korelasi .................................................................................. 41
2.2.11. Pengujian Rembesan (Permeabilitas).................................................. 43
2.2.12. Uji Uncofined Compressive Strength (UCS) ...................................... 44
2.2.13. Uji Indirect Tensile Strength (ITS) ..................................................... 44
2.3. Kerangka Pikir ................................................................................................ 45
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 46
3.1. Metode Penelitian............................................................................................ 46
3.2. Tempat Penelitian............................................................................................ 46
3.3. Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................... 46
3.3.1. Bahan .................................................................................................... 46
3.3.2. Peralatan ................................................................................................ 47
3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 47
3.4.1. Data Primer ........................................................................................... 47
3.4.2. Data Sekunder ....................................................................................... 48
3.4.3. Variabel Data ........................................................................................ 48
3.5. Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Penelitian ................................................ 49
3.5.1. Aspal .................................................................................................... 50
3.5.2. Agregat ................................................................................................. 50
3.5.3. Pengujian Briket Campuran Aspal ....................................................... 51
3.6. Tahap Persiapan Penelitian di Laboratorium .................................................. 51
3.6.1. Persiapan ............................................................................................... 51
3.6.2. Pemeriksaan Bahan ............................................................................... 51
3.6.3. Perencanaan Rancang Campuran (Job Mix Formula) .......................... 51
3.6.4. Pembuatan Benda Uji ........................................................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3.6.5. Pengujian Benda Uji dengan Berbagai Variasi Kadar Filler ................ 52
3.6.6. Uji Durabilitas ....................................................................................... 53
3.6.7. Uji Permeabilitas ................................................................................... 53
3.6.8. Uji Unconfined Compressive Strength (UCS) ...................................... 55
3.6.9. Uji Indirect Tensile Strength (ITS) ....................................................... 56
3.7. Tahap Pelaksanaan Penelitian di Laboratorium .............................................. 57
3.8. Tahap Analisis Data ........................................................................................ 61
3.8.1. Analisis Pengujian Marshall ................................................................. 61
3.8.2. Variabel yang Diamati .......................................................................... 61
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 63
4.1. Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) ...................................................... 63
4.2. Hasil Pengujian Marshall Properties dan Durabilitas Campuran dengan
Berbagai Kadar Filler serta Variasi Lama Perendaman ................................. 67
4.3. Analisa Regresi ............................................................................................... 75
4.4. Pembahasan .................................................................................................... 76
4.4.1. Hubungan Kadar Filler Terhadap Stabilitas ......................................... 76
4.4.2. Hubungan Kadar Filler Terhadap Flow ................................................ 78
4.4.3. Hubungan Kadar Filler Terhadap Hasil Bagi Marshall ........................ 79
4.4.4. Hubungan Kadar Filler Terhadap VIM ................................................ 81
4.4.5. Hubungan Kadar Filler Terhadap Durabilitas ...................................... 83
4.5. Pengujian Rembesan (Permeabilitas) ............................................................. 87
4.6. Uji Unconfined Compressive Strength (UCS) ............................................... 89
4.7. Uji Indirect Tensile Strength (ITS) ................................................................ 91
4.8. Rekapitulasi Hasil Penelitian ......................................................................... 94
4.9. Komparasi Pemakaian Filler Semen, Limbah Karbit, dan Limbah Batubara
terhadap Marshall Properties ......................................................................... 96
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 98
5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 98
5.2. Saran .............................................................................................................. 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 101
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Batas-batas Gradasi Menerus Agregat Campuran ........................... 23
Tabel 2.2 Pembagian Ukuran Agregat ............................................................. 26
Tabel 2.3 Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 60/70......................................... 30
Tabel 2.4 Persyaratan Agregat Kasar ............................................................... 31
Tabel 2.5 Persyaratan Agregat Halus ............................................................... 31
Tabel 2.6 Persyaratan Sifat Campuran ............................................................. 31
Tabel 3.1 Variasi Kadar Aspal Optimum dan Kadar Filler ............................. 53
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (CA) .......................................... 63
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Agregat Sedang (MA) ....................................... 63
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (FA) ........................................... 64
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Aspal ................................................................. 64
Tabel 4.5a Hasil Analisis saringan aregat kasar (CA) ....................................... 64
Tabel 4.5b Hasil Analisis saringan aregat sedang (MA).................................... 65
Tabel 4.5c Hasil Analisis saringan aregat halus (FA) ........................................ 65
Tabel 4.6 Proporsi Penggunaan Agregat Dalam Campuran ............................ 65
Tabel 4.7 Kombinasi Gradasi masing-masing Agregat ................................... 66
Tabel 4.8 Berat Tertahan Masing-Masing Agregat dalam 1 Mould ................ 66
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Percobaan dengan Variasi Kadar Aspal untuk
Mencari Kadar Aspal Optimum ........................................................ 67
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Stabilitas dengan menggunakan Filler
Semen, Filler Limbah Karbit dan Filler Limbah Batubara
dengan Lama Perendaman yang bervariasi : 0,5 jam, 1 hari, 7
hari, dan 14 hari. ............................................................................. 68
Tabel 4.11 Hasil Pengujian nilai Flow dengan menggunakan Filler
Semen, Filler Limbah Karbit, dan Filler Limbah Batubara
dengan Lama Perendaman yang bervariasi : 0,5 jam, 1 hari, 7
hari, dan 14 hari. ............................................................................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Hasil Bagi Marshall (MQ) dengan
menggunakan Filler Semen, Filler Limbah Karbit dan Filler
Batubara dengan lama Perendaman yang bervariasi : 0,5 jam,
1hari, 7 hari, dan 14 hari ................................................................... 70
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Nilai VIM dengan menggunakan Filler
Semen, Filler Limbah Karbit, dan Filler Batubara dengan lama
Perendaman yang bervariasi : 0,5 jam, 1 hari, 7 hari, dan 14
hari .................................................................................................... 71
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Durabilitas Campuran dengan filler
Portland Cement, Waktu Perendaman dan Stabilitas Awal
terhadap Indeks Penurunan Stabilitas dan Nilai Penurunan
Stabilitas ............................................................................................ 72
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Durabilitas Campuran dengan filler Limbah
Karbit, Waktu Perendaman dan Stabilitas Awal terhadap
Indeks Penurunan Stabilitas dan Nilai Penurunan Stabilitas ............ 73
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Durabilitas Campuran dengan filler Limbah
Batubara, Waktu Perendaman dan Stabilitas Awal terhadap
Indeks Penurunan Stabilitas dan Nilai Penurunan Stabilitas ............ 74
Tabel 4.17 Perbedaan Nilai Stabilitas untuk Waktu Perendaman 14 hari ......... 77
Tabel 4.18 Perubahan Nilai Marshall Quotient untuk Waktu Perendaman
14 hari ............................................................................................... 80
Tabel 4.19 Perubahan Nilai VIM untuk Waktu Perendaman 14 hari ................ 82
Tabel 4.20 Rekapitulasi Marshall Properties untuk Waktu Perendaman
14 hari dengan KAO 6% ................................................................... 94
Tabel 4.21 Rekapitulasi Hasil Pengujian Durabilitas dengan KAO 6% ............ 94
Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Permeabilitas ................................. 95
Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Perhitungan UCS ............................................... 95
Tabel 4.24 Rekapitulasi Hasil Perhitungan ITS ................................................. 96
Tabel 4.25 Komparasi Pemakaian Filler Semen, Limbah Karbit, dan
Limbah Batubara dengan KAO 6% dan FM 7,91% ...................... 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir ....................................................... 45
Gambar 3.1 Flow Chart Pengujian Bahan ....................................................... 57
Gambar 3.2 Flow Chart Pengujian Kadar Aspal Optimum ............................. 58
Gambar 3.3 Flow Chart Pengujian Campuran Aspal Beton Dengan
Filler Portland Cement, Filler Limbah Karbit dan Filler
Limbah Batubara .......................................................................... 60
Gambar 4.1 Grafik Stabilitas Perendaman 14 hari pada KAO dan FM ........... 68
Gambar 4.2 Grafik Flow Perendaman 14 hari pada KAO dan FM ................. 69
Gambar 4.3 Grafik Hasil Bagi Marshall (MQ) Perendaman 14 hari pada
KAO dan Filler FM ..................................................................... 70
Gambar 4.4 Grafik Rongga Dalam Campuran (VIM) Perendaman 14
hari pada KAO dan FM ................................................................ 71
Gambar 4.5 Hubungan Kadar Filler dengan Nilai Stabilitas untuk
Waktu Perendaman 14 hari .......................................................... 76
Gambar 4.6 Hubungan Kadar Filler dengan Nilai Flow untuk Waktu
Perendaman 14 hari ...................................................................... 78
Gambar 4.7 Hubungan Kadar Filler dengan Nilai Marshall Quotient
untuk Waktu Perendaman 14 hari ................................................ 79
Gambar 4.8 Hubungan Kadar Filler dengan Nilai VIM untuk Waktu
Perendaman 14 hari ...................................................................... 81
Gambar 4.9 Perbedaan Nilai Penurunan Stabilitas (Nps) pada beberapa
Kadar Filler .................................................................................. 85
Gambar 4.10 Hubungan Kadar Filler dengan Nilai Penurunan Stabilitas. ....... 85
Gambar 4.11 Perbedaan Indeks Penurunan Stabilitas (Ips) pada Beberapa
Kadar Filler .................................................................................. 86
Gambar 4.12 Hubungan Kadar Filler dengan Indeks Penurunan Stabilitas
(Ips) ............................................................................................. 86
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Nilai Permeabilitas pada KAO dan
FM ................................................................................................ 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Nilai UCS pada KAO dan FM ................... 91
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Nilai ITS pada KAO dan FM .................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
= phi ( 3,14 )
% = presentase/persen
°C = derajat Celcius
AC = Asphalt Concrete
AMP = Asphalt Mixing Plant
ASTM = American Society for Testing and Material
cm = centimeter
CA = Coarse Agregate
d = diameter benda uji
F = flow
FA = Fine Agregate
FM = Kadar Filler Maksimun
gr = gram
H = koreksi tebal benda uji
h = tebal rata-rata benda uji
ITS = Inirect Tensile Strength
JMF = Job Mix Formula
k = faktor kalibrasi alat
kg = kilogram
KN = kilo Newton
KAO = Kadar Aspal Optimum
LASTON = Lapis Aspal Beton
MA = Medium Agregate
mm = milimeter
MQ = Marshall Quotient
NS = Natural Sand
n = jumlah data
P = porositas
Psi = Pounds Per Square Inch
q = pembacaan stabilitas alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
R2 = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi
St = stabilitas
s = Pembacaan stabilitas pada alat Marshall (lbs)
T = Waktu Perendaman
UCS = Uncunfined Compressive Strength
VIM = Void in Mix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A : DATA PEMERIKSAAN AGREGAT DAN FILLER.
Tabel A.1. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar (Ca) ................................. A-1
Tabel A.2. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Sedang (Ma) .............................. A-1
Tabel A.3. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus (Fa) .................................. A-1
Tabel A.4. Pemeriksaan Berat Jenis Filler Semen ............................................ A-2
Tabel A.5. Pemeriksaan Berat Jenis Filler Limbah Karbit ............................... A-2
Tabel A.6. Pemeriksaan Berat Jenis Filler Batubara ........................................ A-2
Tabel A.7. Pemeriksaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles ........... A-3
LAMPIRAN B : DATA KOMPOSISI AGREGAT.
Tabel B.1. Hasil Analisa Saringan Agregat Kasar (CA) ................................... B-1
Tabel B.2. Hasil Analisa Saringan Agregat Sedang (MA) ............................... B-1
Tabel B.3. Hasil Analisa Saringan Agregat Halus (FA) ................................... B-1
Tabel B.4. Kombinasi Gradasi Campuran ........................................................ B-2
Tabel B.5. Berat Agregat, Filler, dan Aspal Tiap Mold dengan Kadar
Filler Abu Batu 7,91 % dan Kadar Filler Pengganti 0% ............... B-2
Tabel B.6. Berat Agregat, Filler, dan Aspal Tiap Mold dengan Kadar
Filler Abu Batu 3,91 % dan Kadar Filler Pengganti 4 % .............. B-3
Tabel B.7. Berat Agregat, Filler, dan Aspal Tiap Mold dengan Kadar
Filler Abu Batu 2,91 % dan Kadar Filler Pengganti 5 % .............. B-3
Tabel B.8. Berat Agregat, Filler, dan Aspal Tiap Mold dengan Kadar
Filler Abu Batu 1,91 % dan Kadar Filler Pengganti 6 % .............. B-4
Tabel B.9. Berat Agregat, Filler, dan Aspal Tiap Mold dengan Kadar
Filler Abu Batu 0,91 % dan Kadar Filler Pengganti 7 % .............. B-4
Tabel B.10 Berat Agregat, Filler, dan Aspal Tiap Mold dengan Kadar
Filler Abu Batu 0 % dan Kadar Filler Pengganti 7,91 % ................. B-5
LAMPIRAN C : DATA PEMERIKSAAN ASPAL.
Tabel C.1. Pengujian Penetrasi Aspal Pen 60/70 ............................................... C-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Tabel C.2. Pengujian Daktilitas Aspal Pen 60/70 .............................................. C-1
Tabel C.3. Pengujian Titik Lembek Aspal Pen 60/70 ........................................ C-1
Tabel C.4. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal Pen 60/70.................. C-1
Tabel C.5. Pengujian Kelekatan Aspal Pen 60/70 .............................................. C-2
Tabel C.6. Pemeriksaan Berat Jenis Aspal Pen 60/70 ........................................ C-2
LAMPIRAN D : DATA HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN KADAR ASPAL OPTIMUM.
Tabel D.1. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Mendapatkan Kadar
Aspal Optimum ................................................................................. D-1
Tabel D.2. Perhitungan VIM, Density, dan Uji Marshall (Stabilitas, Flow,
Marshall Quotient) untuk Menentukan Kadar Aspal Optimum
(KAO) .............................................................................................. D-2
Gambar D.1a. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas .......................... D-3
Gambar D.1b. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Flow ................................ D-3
Gambar D.1c. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quotient ........... D-4
Gambar D.1d. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Density ............................ D-4
Gambar D.1e. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan VIM ................................. D-4
LAMPIRAN E : DATA HASIL PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN
DURABILITAS, KARAKTERISTIK MARSHALL .
Tabel E.1. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Semen dengan Perendaman 30 Menit ............. E-1
Tabel E.2. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Semen dengan Perendaman 30 Menit ............ E-2
Tabel E.3. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Semen dengan Perendaman 1 Hari ................ E-3
Tabel E.4. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Semen dengan Perendaman 1 Hari ................ E-4
Tabel E.5. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Semen dengan Perendaman 7 Hari ................ E-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Tabel E.6. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Semen dengan Perendaman 7 Hari ................ E-6
Tabel E.7. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Semen dengan Perendaman 14 Hari .............. E-7
Tabel E.8. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Semen dengan Perendaman 14 Hari .............. E-8
Tabel E.9. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Limbah Karbit dengan Perendaman
30 Menit ........................................................................................... E-9
Tabel E.10. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Limbah Karbit dengan Perendaman
30 Menit ........................................................................................... E-10
Tabel E.11. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Limbah Karbit dengan Perendaman
1 Hari ............................................................................................... E-11
Tabel E.12. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Limbah Karbit dengan Perendaman
1 Hari ............................................................................................... E-12
Tabel E.13. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Limbah Karbit dengan Perendaman
7 Hari ............................................................................................... E-13
Tabel E.14. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Limbah Karbit dengan Perendaman
7 Hari ............................................................................................... E-14
Tabel E.15. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Limbah Karbit dengan Perendaman
14 Hari ............................................................................................. E-15
Tabel E.16. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Limbah Karbit dengan Perendaman
14 Hari ............................................................................................. E-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Tabel E.17. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Batubara dengan Perendaman 30 Menit ........ E-17
Tabel E.18. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Batubara dengan Perendaman 30 Menit ........ E-18
Tabel E.19. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Batubara dengan Perendaman 1 Hari ............. E-19
Tabel E.20. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Batubara dengan Perendaman 1 Hari ............. E-20
Tabel E.21. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Batubara dengan Perendaman 7 Hari ............. E-21
Tabel E.22. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Batubara dengan Perendaman 7 Hari ............. E-22
Tabel E.23. Pembacaan Stabilitas dan Flow untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Batubara dengan Perendaman 14 Hari ........... E-23
Tabel E.24. Perhitungan VIM dan Uji Marshall untuk Benda Uji yang
Menggunakan Filler Batubara dengan Perendaman 14 Hari ........... E-24
Tabel E.25a. Perubahan Nilai Stabilitas untuk Perendaman 30 Menit ................. E-25
Tabel E.25b. Perubahan Nilai Stabilitas untuk Perendaman 1 Hari ..................... E-25
Tabel E.25c. Perubahan Nilai Stabilitas untuk Perendaman 7 Hari ...................... E-26
Tabel E.25d. Perubahan Nilai Stabilitas untuk Perendaman 14 Hari ................... E-26
Tabel E.26a. Perubahan Nilai Flow untuk Perendaman 30 Menit ........................ E-28
Tabel E.26b. Perubahan Nilai Flow untuk Perendaman 1 Hari ............................ E-28
Tabel E.26c. Perubahan Nilai Flow untuk Perendaman 7 Hari ............................ E-29
Tabel E.26d. Perubahan Nilai Flow untuk Perendaman 14 Hari .......................... E-29
Tabel E.27a. Perubahan Nilai Marshall Quotient untuk Perendaman 30 Menit .. E-31
Tabel E.27b. Perubahan Nilai Marshall Quotient untuk Perendaman 1 Hari ....... E-31
Tabel E.27c. Perubahan Nilai Marshall Quotient untuk Perendaman 7 Hari ....... E-32
Tabel E.27d. Perubahan Nilai Marshall Quotient untuk Perendaman 14 Hari ...... E-32
Tabel E.28a. Perubahan Nilai Vim untuk Perendaman 30 Menit ......................... E-34
Tabel E.28b. Perubahan Nilai Vim untuk Perendaman 1 Hari ............................. E-34
Tabel E.28c. Perubahan Nilai Vim untuk Perendaman 7 Hari ............................. E-35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Tabel E.28d. Perubahan Nilai Vim untuk Perendaman 14 Hari ........................... E-35
Gambar E.1a. Hubungan Kadar Filler Semen dengan Stabilitas. ………………..E-27
Gambar E.1b. Hubungan Kadar Filler Limbah Karbit dengan Stabilitas ………..E-27
Gambar E.1c. Hubungan Kadar Filler Limbah Batubara dengan Stabilitas ……..E-27
Gambar E.2a. Hubungan Kadar Filler Semen dengan Flow……………………… E-30
Gambar E.2b. Hubungan Kadar Filler Limbah Karbit dengan Flow …………… E-30
Gambar E.2c. Hubungan Kadar Filler Limbah Batubara dengan Flow ………… E-30
Gambar E.3a. Hubungan Kadar Filler Semen dengan MQ ………………………E-33
Gambar E.3b. Hubungan Kadar Filler Limbah Karbit dengan MQ …………… E-33
Gambar E.3c. Hubungan Kadar Filler Limbah Batubara dengan MQ ………….. E-33
Gambar E.4a. Hubungan Kadar Filler Semen dengan VIM ……………………..E-36
Gambar E.4b. Hubungan Kadar Filler Limbah Karbit dengan VIM …………….E-36
Gambar E.4c. Hubungan Kadar Filler Limbah Batubara dengan VIM ………….E-36
LAMPIRAN F : DATA HASIL PENGUJIAN PERMEABILITAS,
UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH, INDIRECT
TENSILE STRENGTH.
Tabel F.1. Hasil Pengujian Permeabilitas ......................................................... F-1
Tabel F.2. Hasil Pengujian UCS ....................................................................... F-2
Tabel F.3. Hasil Pengujian ITS ......................................................................... F-3
LAMPIRAN G : DATA HASIL PERHITUNGAN ANALISA REGRESI.
Tabel G.1. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Stabilitas dengan
Filler Semen Waktu Perendaman 14 Hari. ...................................... G-1
Tabel G.2. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Semen dengan Stabilitas untuk Waktu
Perendaman 14 Hari. ........................................................................ G-2
Tabel G.3. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Stabilitas dengan
Filler Limbah Karbit Waktu Perendaman 14 Hari. ......................... G-3
Tabel G.4. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Karbit dengan Stabilitas untuk Waktu
Perendaman 14 Hari. ........................................................................ G-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Tabel G.5. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Stabilitas dengan
Filler Limbah Batubara Waktu Perendaman 14 Hari. ..................... G-5
Tabel G.6. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Batubara dengan Stabilitas untuk Waktu
Perendaman 14 Hari ........................................................................ G-6
Tabel G.7. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Uji Flow dengan
Filler Semen Waktu Perendaman 14 Hari. ...................................... G-7
Tabel G.8. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Semen dengan Flow untuk Waktu Perendaman 14
Hari .................................................................................................. G-8
Tabel G.9. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Uji Flow dengan
Filler Limbah Karbit Waktu Perendaman 14 Hari. ......................... G-9
Tabel G.10. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Karbit dengan Flow untuk Waktu
Perendaman 14 Hari .......................................................................... G-10
Tabel G.11. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Uji Flow dengan
Filler Limbah Batubara Waktu Perendaman 14 Hari. ..................... G-11
Tabel G.12. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Batubara dengan Flow untuk Waktu
Perendaman 14 Hari .......................................................................... G-12
Tabel G.13. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Marshall Quotient
dengan Filler Semen Waktu Perendaman 14 Hari .......................... G-13
Tabel G.14. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Semen dengan Marshall Quotient untuk Waktu
Perendaman 14 Hari .......................................................................... G-14
Tabel G.15. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Marshall Quotient
dengan Filler Limbah Karbit Waktu Perendaman 14 Hari. ............. G-15
Tabel G.16. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Karbit dengan Marshall Quotient untuk
Waktu Perendaman 14 Hari .............................................................. G-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Tabel G.17. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Marshall Quotient
dengan Filler Limbah Batubara Waktu Perendaman 14 Hari. ........ G-17
Tabel G.18. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Batubara dengan Marshall Quotient
untuk Waktu Perendaman 14 Hari. ................................................... G-18
Tabel G.19. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua VIM dengan Filler
Semen Waktu Perendaman 14 Hari. ................................................ G-19
Tabel G.20. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Semen dengan VIM untuk Waktu Perendaman 14
Hari .................................................................................................. G-20
Tabel G.21. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua VIM dengan Filler
Limbah Karbit Waktu Perendaman 14 Hari. ................................... G-21
Tabel G.22. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Karbit dengan VIM untuk Waktu
Perendaman 14 Hari .......................................................................... G-22
Tabel G.23. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua VIM dengan Filler
Limbah Batubara Waktu Perendaman 14 Hari. ............................... G-23
Tabel G.24. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Batubara dengan VIM untuk Waktu
Perendaman 14 Hari .......................................................................... G-24
Tabel G.25. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Durabilitas (Nps)
dengan Filler Semen Waktu Perendaman 14 Hari. ......................... G-25
Tabel G.26. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Semen dengan Durabilitas (Nps) untuk Waktu
Perendaman 14 Hari. ......................................................................... G-26
Tabel G.27. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Durabilitas (Nps)
dengan Filler Limbah Karbit Waktu Perendaman 14 Hari. ............. G-27
Tabel G.28. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Karbit dengan Durabilitas (Nps) untuk
Waktu Perendaman 14 Hari.. ............................................................ G-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Tabel G.29. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Durabilitas (Nps)
dengan Filler Limbah Batubara Waktu Perendaman 14 Hari. ........ G-29
Tabel G.30. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Batubara dengan Durabilitas (Nps) untuk
Waktu Perendaman 14 Hari .............................................................. G-30
Tabel G.31. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Durabilitas (Ips)
dengan Filler Semen Waktu Perendaman 14 Hari. ......................... G-31
Tabel G.32. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Semen dengan Durabilitas (Ips) untuk Waktu
Perendaman 14 Hari .......................................................................... G-32
Tabel G.33. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Durabilitas (Ips)
dengan Filler Limbah Karbit Waktu Perendaman 14 Hari. ............. G-33
Tabel G.35. Perhitungan Regresi Nonlinear Ordo Dua Durabilitas (Ips)
dengan Filler Limbah Batubara Waktu Perendaman 14 Hari ......... G-35
Tabel G.36. Indeks Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi (r) Hubungan
Kadar Filler Limbah Batubara dengan Durabilitas (Ips) untuk
Waktu Perendaman 14 Hari. ............................................................. G-36
LAMPIRAN H : KOREKSI KETEBALAN DAN FAKTOR KALIBRASI.
LAMPIRAN I : SURAT-SURAT ADMINISTRASI TESIS.
LAMPIRAN J : DOKUMENTASI PENELITIAN UNTUK TESIS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum (IPU) mempunyai peran vital
dalam pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman,
pendidikan, kesehatan dan lain-lain. IPU adalah modal esensial masyarakat yang
memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial budaya,
dan mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai bagian utama
infrastruktur dasar wilayah, secara empiris bidang pekerjaan umum memiliki
peran yang sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional. (Djoko
Kirmanto, Menteri PU, 2007)
Jaringan jalan termasuk IPU untuk transportasi darat, dengan demikian
bilamana jaringan jalan di suatu kota diberdayakan artinya jaringan jalan yang
sudah ada diadakan pemeliharaan secara rutin apalagi ditingkatkan maka jaringan
jalan tersebut akan mempunyai konstribusi yang sangat berarti bagi
perkembangan daerah tersebut.
Suatu tindakan yang dikenakan pada suatu struktur bangunan yang sudah
menurun tingkat pelayanannya dan tindakan tersebut mengakibatkan struktur
tersebut menjadi berfungsi kembali seperti saat struktur tersebut baru selesai
dibangun atau bahkan fungsi tersebut menjadi lebih meningkat, maka tindakan
tersebut bisa disebut pemberdayaan suatu struktur bangunan atau me-
rehabilitasi struktur bangunan, atau pada era sekarang biasa disebut dengan
istilah me-revitalisasi struktur bangunan.
Terkait dana yang tersedia dan kepentingan yang akan dicapai, maka
tindakan pemberdayaan bangunan, khusus pada struktur jalan raya ada beberapa
tingkatan diantaranya, rehabilitasi, normalisasi, bisa juga peningkatan jalan yang
biasa disebut beterment. Khusus untuk beterment ini disamping peningkatan
strukturnya, aspek geometrinya juga mengalami peningkatan, hal ini yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mengakibatkan program pemberdayaan tersebut menjadi sangat mahal, dan hal ini
jarang dilakukan terutama pada proyek-proyek daerah.
Transportasi adalah merupakan unsur penting untuk mendukung
perkembangan dan kemajuan suatu kota atau kabupaten. Perkembangan awal kota
bisa dimulai dari adanya jaringan jalan yang memadai dan pada gilirannya nanti
jaringan jalan tersebut akan melayani hampir semua kegiatan pemerintahan, bisnis
dan jasa yang ada, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerah itu sendiri.
Struktur jalan raya itu sendiri harus diberdayakan agar mampu menahan
beban dan aman serta nyaman bagi lalu lintas yang lewat diatasnya, dengan
pertimbangan tersebut jalan harus dapat mengakomodasi hal-hal tersebut antara
lain :
1. Awet, yaitu dapat menahan beban lalu lintas dalam jangka waktu yang lama
(tahan lama tanpa menimbulkan retak-retak pada permukaannya).
2. Kuat, yaitu dapat menerima beban sesuai dengan standar yang diijinkan.
3. Aman, yaitu tidak potensi menimbulkan kecelakaan.
4. Nyaman, yaitu dapat memberikan rasa nyaman bagi pemakainya.
5. Murah, yaitu dalam mewujudkan jalan tersebut tidak banyak menyerap dana
yang besar.
Untuk menghasilkan kondisi seperti yang diharapkan diatas,
pelaksanaannya harus benar-benar memenuhi persyaratan pelaksanaan yang
disyaratkan, serta harus dilaksanakan secara teliti agar dapat dihasilkan suatu hasil
yang optimal.
Dalam hal ini, penentuan kadar aspal juga memegang peranan sangat
penting terhadap mutu perkerasan sekaligus menentukan murah mahalnya
perkerasan tersebut. Kadar asapal sangat erat hubungannya dengan kondisi
campuran yang dihasilkan. Bila dalam suatu campuran terdapat rongga yang
kurang dari minimal yang disyaratkan akan mengakibatkan kemungkinan
terjadinya bleeding. Sedangkan bila rongganya lebih dari maksimal yang
disyaratkan, maka akan dapat mengakibatkan terjadinya revelling (pelepasan
butiran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Penelitian ini mengarah pada perkerasan lentur, khususnya pada Campuran
Aspal Beton, yang sebelum menjadi suatu lapisan perkerasan jalan biasa disebut
dengan Campuran Aspal Beton. Laston merupakan suatu lapisan perkerasan jalan,
sebagai lapis permukaan (surface), lapisan yang berhubungan langsung dengan
lalu lintas, sehingga lapis tersebut dituntut mampu memberikan pelayanan yang
tinggi sesuai dengan fungsi jalan tersebut. Konstruksi Aspal Beton banyak
digunakan di daerah-daerah yang tanah dasarnya (subgrade) sudah stabil, karena
Aspal Beton mempunyai sifat rentan retak tapi mempunyai nilai struktural yang
tinggi, yang cocok untuk lalu lintas padat.
Kualitas karakteristik Campuran Aspal Beton sangat ditentukan oleh
perilaku agregat yang saling mengunci (interlocking). Sedang rongga yang terjadi
akan diisi oleh agregat yang lebih kecil, demikian seterusnya, sedang sebagai
pengikatnya adalah aspal yang telah bercampur dengan filler. Filler merupakan
material agregat yang pertama kali berinteraksi dengan aspal yang selanjutnya
membentuk mortar dan bersama-sama mengikat agregat.
Pada penelitian ini penulis mencoba mengadakan analisis tentang
penggunaan filler, masing-masing adalah Portland Cement, Limbah Karbit, dan
Limbah Batubara pada Campuran Aspal Beton, kemudian ditinjau Marshall
Propertiesnya, Durabilitasnya serta Permeabilitasnya. Dalam penelitian ini
juga ditinjau Unconfined Compressive Strength (UCS) dan Indirect Tensile
Strength (ITS). Dalam penelitian ini penulis menggunakan kadar aspal optimum
hasil penelitian terdahulu ( Hanafi, 2004) sebagai data sekunder.
Disini penulis mencoba memakai filler dari limbah batubara atau yang biasa
disebut dengan Fly Ash, karena batubara banyak terdapat di negara kita, terutama
di pulau Sumatera dan Kalimantan. Selama ini batubara hanya dimanfaatkan
sebagai bahan bakar atau sumber energi saja, sedang limbahnya belum
termanfaatkan secara maksimal. Limbah batubara atau Fly Ash justru banyak
dihasilkan dari pulau Jawa, karena di Jawa banyak Industri yang menggunakan
batubara sebagai sumber energinya. Sebagai contoh yang penulis kutip dari
Harian Kompas tanggal 8 Agustus 2011 yang menyebutkan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten,
menghasilkan Fly Ash 33.000 – 35.000 ton/bulan.
2. PLTU Tanjungjati, Jepara, Jawa Tengah menghasilkan Fly Ash 15.000
ton/bulan.
3. PLTU Paiton, Surabaya, Jawa Timur menghasilkan Fly Ash 43.000
ton/bulan.
4. Sekitar 200 pabrik tekstil di Bandung menghasilkan Fly Ash 20 ton/hari.
5. Pabrik kertas di Subang, Jawa Barat, menghasilkan Fly Ash 75.000
ton/bulan.
6. Sebuah pabrik pencucian kain di Bogor menghasilkan Fly Ash 100 ton/hari.
Dari data yang termuat dalam harian Kompas tersebut ternyata cukup
banyak limbah batubara (Fly Ash) yang dihasilkan oleh Industri-industri
disebagian pulau Jawa, belum lagi dari daerah-daerah lain yang belum diadakan
survey.
Harapan penulis mudah-mudahan limbah batubara sebagai filler Campuran
Aspal Beton memenuhi persyaratan sebagi perkerasan jalan raya, walaupun secara
minimal.
Hal ini paling tidak bisa mendukung pelaksanaan konsep Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development), yang merupakan kesadaran negara-
negara di dunia saat ini. Pembangunan Berkelanjutan merupakan pola pengelolaan
sumber daya alam yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia sekaligus
melestarikan lingkungan alami sehingga kebutuhan manusia tersebut tidak hanya
dapat terpenuhi saat ini saja namun juga di masa yang akan datang. (Hermanto
Dardak, Dirjen Bina Marga)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas latar belakang tersebut diatas dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Berapa besar perbedaan nilai Marshall Properties antara Campuran Aspal
Beton yang menggunakan semen (Portland Cement) dengan yang
menggunakan limbah karbit dan limbah batubara sebagai fillernya.
2. Berapa besar perbedaan nilai durabilitas antara Campuran Aspal Beton yang
menggunakan semen (Portland Cement) dengan yang menggunakan limbah
karbit dan limbah batubara sebagai fillernya.
3. Berapa besar perbedaan nilai permeabilitas antara Campuran Aspal Beton
yang menggunakan semen (Portland Cement) dengan yang menggunakan
limbah karbit dan limbah batubara sebagai fillernya.
4. Berapa besar perbedaan nilai UCS antara Campuran Aspal Beton yang
menggunakan semen (Portland Cement) dengan yang menggunakan limbah
karbit dan limbah batubara sebagai fillernya.
5. Berapa besar perbedaan nilai ITS antara Campuran Aspal Beton yang
menggunakan semen (Portland Cement) dengan yang menggunakan limbah
karbit dan limbah batubara sebagai fillernya.
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian tetap pada lingkup yang dikehendaki dan sesuai dengan
rumusan masalah diatas, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Bahan yang dipakai untuk Campuran Aspal Beton adalah sebagai berikut :
Aspal yang digunakan adalah aspal dengan nilai penetrasi 60/70 dari
Pertamina
Agregat yang digunakan berasal dari PT. Panca Darma, Boyolali
Yang dipakai sebagai filler adalah butiran yang lolos saringan No.200
yaitu:
a. Semen Portland
b. Limbah Karbit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Limbah Batubara
2. Semen Portland yang digunakan adalah semen Portland yang diproduksi
oleh PT. Holcim
3. Limbah Karbit didapat dari limbah pengelasan karbit disekitar daerah
Klaten dan Sragen.
4. Limbah batu bara yang dipakai berasal dari PT. Jaya Mix yang ada didaerah
Surakarta.
5. Semen Portland, Limbah Karbit dan Limbah Batubara yang digunakan
sebagai Filler adalah yang lolos saringan No.200
6. Kadar Aspal Optimum yang dipakai dari data sekunder sebesar : 6%
7. Variasi penggantian filler pada campuran adalah : 4% ; 5% ; 6% ; 7% ;
7,91% (Max.)
8. Pengujian sampel menggunakan Metode Marshall
9. Uji durabilitas dilakukan dengan perendaman didalam water bath dengan
variasi waktu : 0,5 jam ; 1 x 24 jam ; 7 x 24 jam dan 14 x 24 jam.
10. Uji permeabilitas dilakukan dengan menggunakan alat uji Permeabilitas.
11. Uji UCS dilakukan dengan menggunakan alat Compression Testing
Machine.
12. Uji ITS dilakukan dengan menggunakan alat Marshall Test yang
dimodifikasi.
13. Sifat kimiawi dari sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran pada semua
bahan tidak ditinjau.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan filler Semen Portland dan
Limbah Karbit serta Limbah Batubara terhadap Karakteristik Marshall pada
Campuran Aspal Beton.
2. Untuk mengetahui berapa besar perbedaan nilai Durabilitas yang terjadi
pada Campuran Aspal Beton bila masing-masing menggunakan ketiga filler
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Untuk mengetahui berapa besar perbedaan nilai Permeabilitas yang terjadi
pada Campuran Aspal Beton bila masing-masing menggunakan ketiga filler
tersebut.
4. Untuk mengetahui berapa besar perbedaan nilai UCS yang terjadi pada
Campuran Aspal Beton bila masing-masing menggunakan ketiga filler
tersebut.
5. Untuk mengetahui berapa besar perbedaan nilai ITS yang terjadi pada
Campuran Aspal Beton bila masing-masing menggunakan ketiga filler
tersebut
1.5. Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan pengetahuan tentang perubahan perubahan karakteristik
Campuran Aspal Beton yang terjadi sebagai akibat digunakannya masing-
masing filler Semen Portland, Limbah Karbit serta Limbah Batubara dalam
hubungannya dengan Marshall Properties, Durabilitas, Permeabilitas, serta
UCS dan ITS pada perkerasan aspal beton.
2. Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai masukan
yang dapat membantu para pengambil kebijakan (Stakeholders) dalam
menentukan kebijakannya dalam hal pemilihan material yang sesuai,
khususnya filler untuk bahan perkerasan jalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Menurut Suprapto TM, (1995) perkerasan lentur terdiri dari 3 lapis atau
lebih yaitu: lapis permukaan, lapis pondasi, lapis pondasi bawah dan tanah dasar.
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan paling atas. Fungsi lapis permukaan
yang beraspal dapat meliputi :
a. Struktural
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikal maupun horisontal (gaya geser). Untuk ini
persyaratan yang dituntut adalah kuat, kaku dan stabil.
b. Non struktural
Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapis perkerasan yang
berada dibawahnya.
Menyediakan permukaan yang tetap rata agar kendaraan dapat berjalan
dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
Membentuk permukaan yang tidak licin sehingga tersedia tahanan gesek
(skid resistance) yang cukup, untuk menjamin keamanan bagi lalu lintas.
Sebagai lapis aus yaitu lapis yang boleh aus yang selanjutnya dapat
diganti dengan yang baru.
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak lunak. Jika dipanaskan sampai
temperatur tertentu aspal dapat menjadi lunak/cair sehingga dapat membungkus
partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam
pori-pori yang ada pada waktu penyemprotan/penyiraman pada perkerasan Mac
Adam ataupun pelaburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan
mengikat agregat pada tempatnya. Sifat aspal yang dapat mencair jika dipanaskan
sampai suhu tertentu dan mengeras kembali jika suhu mulai turun disebut sifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
thermoplastic. Dalam material konstruksi perkerasan lentur, jumlah atau kadar
aspal cukup kecil, yaitu 4-10% berdasarkan berat dan 10-15% berdasarkan
volume. (Sukirman, 1995).
Aspal terdiri dari asphaltene dan maltene. Yang dimaksud asphaltene
adalah zat-zat yang mempunyai sifat-sifat fisis serupa dengan aspal, sedangkan
maltene terdiri dari zat-zat yang memberikan stabilitas kepada asphaltene. Akan
dapat dikatakan bahwa sifat-sifat aspal tergantung dari sifat asphaltene.
Sedangkan sifat asphaltene ini tergantung dari cara pembuatannya dan/atau dari
cara penggunaannya. Misalnya suatu aspal yang bermutu baik, akan tetapi dalam
penggunaannya dipanaskan hingga 300o C atau lebih selama beberapa jam, maka
akibatnya aspal menjadi tidak baik karena aspal akan menjadi rapuh, tidak
homogen dan sebagainya. (Direktorat Penyelidikan Tanah dan Jalan, 1978)
Agregat dapat didefinisikan sebagai bahan keras dan kaku yang digunakan
sebagai bahan campuran, yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan yang
termasuk didalamnya antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, terak dapur tinggi,
abu/debu agregat. (Kosasih, Djunaidi, 1997)
Filler merupakan sekumpulan agregat halus yang pada umumnya lolos
ayakan no.200 (74 mikron), bersifat non plastis. Bahan filler dapat berupa:
portland cement, abu batu, kapur padam, atau bahan non plastis lainnya. Filler
harus kering dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. (Sarwono D, 2004)
Portland Cement adalah salah satu semen hidrolis yang dihasilkan dengan
cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidolis. Portland Cement terdiri dari kombinasi senyawa : kapur, silika,
oksida besi, alumina dan gypsum yang ditambahkan setelah pembakaran.
( Sarwono D, 2004)
Limbah karbit merupakan bahan sisa dari proses pembuatan gas asitilin
(acetylene), berupa kapur kalsium tinggi (high calcium lime). Bahan ini
mempunyai sifat seperti batu kapur, sehingga seperti halnya kapur padam, limbah
karbit termasuk bahan ikat hidrolik, tetapi kualitasnya tidak setinggi semen
portland. Karena sifat yang hampir sama dengan batu kapur inilah sehingga
limbah karbit bisa difungsikan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti filler
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pada campuran aspal panas. Sifatnya yang basa juga memungkinkan bahan ini
bisa bereaksi dengan berbagai bahan dalam campuran aspal, sehingga bisa
menyatu dengan bahan-bahan penyusun campuran aspal yang lain. (Krisbianto,
1997)
Limbah karbit merupakan material yang dihasilkan dari proses reaksi
kalsium (CaC2) dengan air, dimana dari reaksi tersebut akan dihasilkan gas
asetilina (C2H2) yang lazim dimanfaatkan dalam proses pengelasan logam.
Limbah karbit berwarna putih, kalsium hidroksida [Ca(OH)2] atau hidrate alkanity
yang merupakan kapur padam. (Sarwono D, 2004)
Limbah batubara atau biasa disebut fly ash merupakan material yang
dihasilkan dari proses pembakaran batubara pada cerobong pembakaran. Ada dua
cara pengumpulan fly ash yang terbawa dalam gas buangan sebelum mencapai
cerobong, sehingga gas yang keluar dari cerobong tersebut bersih, bebas debu dan
fly ash. Kedua cara tersebut adalah pertama dengan menggunakan pengendap
listrik statis (electrostatic precipitator) dan kedua menggunakan karung penyaring
(fabric filter, bag filter). Fly ash batubara mengandung oksida-oksida SiO2,
Al2O3, Fe2O3, dan CaO sebagai hasil pembakaran batubara. (Muchjidin, 2006)
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan perkerasan menerima beban
lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, ataupun
bleeding. Stabilitas ini tergantung pada gesekan antara batuan (internal friction)
dan kelekatan (cohesion) antara aspal dan agregat. Gesekan internal tergantung
dari tekstur permukaan agregat, bentuk agregat, kepadatan campuran, dan jumlah
aspal. Kekuatan kohesi bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah aspal
yang menyelimuti agregat, tetapi apabila telah mencapai nilai yang optimum,
maka pertambahan jumlah aspal justru akan menyebabkan penurunan stabilitas.
(F.L Robert, 1971)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Principles Of Construction Hot Mix Asphalt Pavement MS-22 (1983)
mengemukakan durabilitas yang rendah pada perkerasan dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab dan efek yang ditimbulkan, yaitu :
1. Kadar aspal yang rendah mengakibatkan pelepasan butiran (raveling).
2. Kurangnya pemadatan menyebabkan pengerasan dini pada aspal yang
diikuti oleh retak-retak atau cacat pada permukaan.
3. Agregat yang basah pada campuran menyebabkan film aspal lepas dari
agregat mengakibatkan pelepasan butiran atau pelunakan perkerasan.
Durabilitas adalah kemampuan campuran bitumen untuk terus menerus
bersatu melawan akibat dari air dan suhu. Durabilitas dari campuran dinilai
berdasarkan uji dari campuran selama dan setelah 14 hari dari perendaman di
dalam water bath dengan suhu 60o
C. Kriteria mekanika dari durabilitas adalah
resilient modulus dan marshall stability. Resilient modulus adalah ukuran nyata
sifat elastis karakteristik non linier dari tanah yang pemanfaatannya pada desain
perkerasan lentur dapat langsung dipergunakan. Sedangkan marshall stability
adalah nilai stabilitas dari desain campuran perkerasan yang didapat dari hasil
pengujian dengan alat Marshall. (Crauss, J et al , 1982)
Durabilitas menunjukkan ketahanan lapis keras terhadap disintegrasi yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Ketahanan lapis keras dimungkinkan pula dapat
berkurang karena pengaruh cuaca terhadap agregat penyusun lapis keras tersebut.
(Krebs, Walker, 1971)
Permeabilitas adalah kemampuan media yang poros untuk mengalirkan
fluida. Setiap material dengan ruang kosong diantaranya disebut poros, dan
apabila ruang kosong itu saling berhubungan maka ia akan memiliki sifat
permeabilitas. Maka batuan, beton, tanah, dan banyak material lain dapat
merupakan material poros dan permeabel. Material dengan ruang kosong yang
lebih besar biasanya mempunyai angka pori yang lebih besar pula. (Bowles, JE,
1986)
VIM berbanding lurus dengan koefisien permeabilitas, densitas berbanding
terbalik dengan koefisien permeabilitas dan stabilitas berbanding terbalik dengan
koefisien permeabilitas. (Sarwono D, Wardhani, 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Perkerasan konvensional mempunyai permukaan kedap air. Sistem drainase
yang terjadi melalui permukaan sesuai kemiringan permukaan jalan. Air mengalir
ke bagian tepi badan jalan kemudian masuk ke saluran samping, waktu yang
dibutuhkan dalam proses ini menimbulkan adanya selapis air (genangan
menyeluruh) di permukaan jalan. (Djumari, Sarwono D, 2009)
Hot mix asphalts are use as surface layers in a pavement structure to
distribute stresses cause by loading and to protect underloading unbound layer
from the effects of water. To adequately perform both of these finctions over the
pavement design life, the mixture must also withstand the effects of air and water,
resist permanent deformation and resist cracking cause the loading and
environment. Hot mix asphalt consist of aggregate and binder. Properties of
component material play amportant role in resultting structural characteritics of
pavement. (international journal of science and technology, vol : 2, no: 41- 48,
2007).
{Campuran aspal panas digunakan sebagai lapisan permukaan pada
perkerasan jalan yang berfungsi mendistribusikan tegangan akibat muatan yang
diterimanya ke lapisan dibawahnya sekaligus memberi perlindungan terhadap
pengaruh dari air. Untuk dapat melaksanakan kedua fungsi tersebut dengan baik
selama umur rencana, campuran harus dapat melawan pengaruh dari udara dan
air, agar tidak terjadi perubahan bentuk maupun retak-retak akibat beban dan
pengaruh lingkungan. Campuran aspal panas terdiri dari agregat dan bahan
pengikat. Proporsi komponen dari material akan menghasilkan karakteristik dari
sebuah perkerasan. (Jurnal Internasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol : 2,
no : 41 – 48, 2007) }
Asphalt concrete adalah salah satu jenis perkerasan lentur yang umum
digunakan di Indonesia, merupakan suatu lapisan pada jalan raya yang terdiri dari
campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, kemudian dicampur,
dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Pembuatan
Lapis Aspal Beton (LASTON) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan
permukaan atau lapis antara (binder) pada perkerasan jalan yang mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
memberikan sumbangan daya dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan
kedap air yang dapat melindungi konstruksi dibawahnya. (Bina Marga, 1987)
Aspal beton campuran panas (hot mix) merupakan salah satu jenis dari lapis
perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan
campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu
tertentu. Untuk memudahkan pencamurannya, maka kedua material tersebut harus
dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampur. Karena dicampur dalam keadaan
panas maka sering disebut Hot Mix. Pekerjaan pencampuran dilakukan di pabrik
pencampur, kemudian dibawa ke lokasi dan dihampar dengan menggunakan alat
penghampar (paving mechine) sehingga diperoleh lapisan yang seragam dan
merata untuk selanjutnya dipadatkan dengan mesin pemadat dan akhirnya
diperoleh lapisan padat Aspal Beton (Sukirman, 1995)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Konstruksi Perkerasan
Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar
yang telah dipadatkan. Perkerasan jalan berfungsi untuk memikul beban lalu lintas
yang melewatinya secara aman dan nyaman, selanjutnya beban tersebut
diteruskan ke tanah dasar dan sudah tidak melebihi daya dukung tanah yang
diijinkan.
Berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement)
Yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan
perkerasannya bersifat lentur dalam memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ke tanah dasar.
b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement)
Yaitu perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai
bahan pengikat. Bentuk perkerasannya merupakan pelat beton dengan atau
tanpa tulangan. Pelat beton tersebut diletakkan di atas tanah dasar dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul
oleh pelat beton.
c. Konstruksi perkerasan komposit (Composite pavement)
Yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur.
Perkerasan dapat berupa perkerasan kaku diatas perkerasan lentur atau
sebaliknya perkerasan lentur diatas perkerasan kaku.
Lalu lintas merupakan beban utama dari suatu konstruksi jalan raya. Beban
tersebut akan diterima oleh perkerasan jalan raya. Sedang perkerasan jalan raya
lentur (Flexible Pavement) tersebut terdiri dari beberapa lapis yang susunannya
adalah sebagai berikut: lapis pertama dinamakan lapis permukaan (Surface
Course) yaitu lapis yang paling atas yang langsung bersentuhan dengan roda
kendaraan, lapis kedua dinamakan lapis pondasi atas (Base Course), sedang lapis
ketiga dinamakan lapis pondasi bawah (Subbase Course), kemudian dibawahnya
adalah tanah dasar atau Sub Grade.
Adapun fungsi dari masing-masing lapisan tersebut adalah :
1. Lapis permukaan (Surface Course), berfungsi sebagai :
a. Lapisan perkerasan penahan beban roda, lapisan yang mempunyai
stabilitas tinggi agar dapat menahan beban roda selama umur rencana.
Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap
kelapisan dibawahnya yang akan dapat melemahkan lapisan-lapisan
dibawahnya.
b. Lapisan aus (wearing course), lapisan yang langsung menerima gesekan
dengan roda bahkan menerima gaya gesekan cukup besar akibat gaya rem
yang ditimbulkan oleh kendaraan saat kendaraan tersebut mau berhenti.
Lapisan ini boleh aus yang selanjutnya dapat diganti lagi dengan yang
baru.
c. Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya, sehingga
lapisan dibawahnya menerima beban sudah lebih kecil dari pada beban
saat diterima oleh lapisan permukaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Lapisan pondasi atas (base course), berfungsi sebagai :
a. Lapis perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya.
b. Lapisan peresapan untuk lapisan dibawahnya.
c. Bantalan dari lapisan diatasnya.
3. Lapisan pondasi bawah (subbase course), berfungsi sebagai :
a. Lapisan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
b. Lapisan yang mengefisienkan penggunaan material, karena material
pondasi bawah lebih murah dibanding dengan lapisan diatasnya.
c. Lapisan yang dapat mengurangi tebal lapisan diatasnya yang harganya
lebih mahal.
d. Lapisan pertama yang berfungsi sebagai lantai kerja, agar pekerjaan
selanjutnya bisa dikerjakan lebih mudah.
e. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak terkumpul di pondasi.
f. Lapisan yang dapat mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik
kelapisan pondasi atas yang bisa menyebabkan turunnya kekuatan lapis
pondasi atas.
4. Lapisan tanah dasar (subgrade)
Yang dimaksud dengan tanah dasar atau subgrade adalah lapisan tanah
setempat atau lapisan yang akan dipakai sebagai dasar penempatan pondasi pada
suatu susunan perkerasan jalan, selebar perkerasan jalan (Cariage Way) dan bahu
jalan. Kekuatan tanah dasar menjadi faktor penentu tebal perkerasan yang
diperlukan, oleh sebab itu lapisan tanah dasar adalah lapisan yang harus mendapat
perhatian meskipun letaknya paling jauh terhadap beban. Tanah setempat dapat
berfungsi sebagai subgrade apabila mempunyai kekuatan yang cukup dengan
minimum nilai CBR 5% - 6% dan dapat dipadatkan. Pada tanah yang jelek dan
tidak dapat dipadatkan maka diperlukan penanganan terlebih dahulu agar
kondisinya menjadi lebih baik sebelum difungsikan sebagai subgrade.
(B.Tjahjoadi, 2002)
Lapisan ini berfungsi untuk menahan semua beban yang diterima oleh
lapisan yang ada diatasnya. (Sukirman, 1995)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2.2.2. Lapis Aspal Beton
Campuran Aspal Beton setelah dihampar dan dipadatkan disebut Lapis
Aspal Beton. Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya,
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (Well
Graded) dicampur dengan aturan tertentu, kemudian dihampar, dan selanjutnya
dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Jenis agregat yang digunakan
terdiri dari agregat kasar, agregat medium, agregat halus dan filler, sedangkan
sebagai bahan pengikatnya digunakan aspal. Sedangkan aspal itu sendiri harus
terdiri dari salah satu aspal keras, umumnya yang mempunyai penetrasi 60/70 atau
80/100 yang seragam, tidak mengandung air, bila dipanaskan sampai suhu 1700
C
tidak berbusa dan memenuhi persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan (Bina
Marga, 1987).
Karena Lapis Aspal Beton digunakan sebagai lapisan permukaan (surface
course) yang berfungsi sebagai lapisan penutup sekaligus sebagai lapisan aus,
maka lapisan Aspal Beton tersebut harus mampu memberikan sumbangan daya
dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat
melindungi konstruksi dibawahnya. Sebagai lapis permukaan, lapis aspal beton
harus dapat memberikan kenyamanan dan keamanan yang tinggi.
2.2.3. Bahan Penyusun Lapis Aspal Beton
a. Aspal
Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkersaan jalan merupakan gugusan
hidrokarbon yang terdiri dari campuran mineral dan bitumen dan terjadi melalui
proses alam yang diperoleh dari residu penyulingan minyak bumi. Aspal berwarna
hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak lunak.
Jika dipanaskan sampai temperatur tertentu aspal dapat menjadi cair sehingga
dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat
masuk kedalam pori-pori yang ada pada waktu penyemprotan / penyiraman pada
perkerasan Mac Adam ataupun peleburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan
mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya. Sifat aspal yang dapat mencair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
jika dipanaskan sampai suhu tertentu dan mengeras kembali jika suhu mulai turun
disebut sifat thermoplastic. ( Sukirman, 1995).
Sukirman (1995) menjelaskan bahwa aspal yang paling banyak dipakai pada
saat ini dari proses destilasi minyak bumi. Aspal ini biasa disebut dengan aspal
semen. Sifat aspal semen ini adalah mengikat agregat, memberikan lapiasan kedap
air, serta tahan terhadap pengaruh asam, basa dan garam. Apabila aspal ini
dipakai sebagai pengikat pada lapisan perkersaan, maka aspal ini dapat
memberikan lapisan kedap air dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan reaksi
kimia yang lain.
Komposisi aspal terdiri dari asphaltenese dan maltenes. Asphaltenese
merupakan material yang berwarna hitam atau coklat tua yang tidak larut dalam
heptane. Maltenes yang larut dalam heptane merupakan cairan kental yang terdiri
dari resins dan oils. Resins adalah cairan yang berwarna kuning atau coklat tua
yang memberi sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau
berkurang selama masa pelayanan. Sedangkan oils yang berwarna lebih mudah
merupakan media dari asphaltenese dan resins. Proporsi dari asphaltenese, resins
dan oils berbeda-beda tergantung dari banyak faktor seperti kemungkinan
beroksidasi, proses pembuatannya dan ketebalan aspal dalam campuran
(Sukirman, 1995).
Disamping sebagai bahan pengikat, aspal juga sebagai bahan pengisi pada
rongga-rongga dalam campuran. Dalam campuran Aspal Beton (LASTON) yang
banyak memakai agregat kasar, penggunakan kadar aspal menjadi sangat tinggi
karena aspal di sini berfungsi untuk mengisi rongga-rongga antara agregat dalam
campuran. Kadar aspal yang tinggi menyebabkan campuran Aspal Beton
(LASTON) memerlukan kadar aspal yang tinggi pula. Untuk mengantisipasi
kadar aspal yang tinggi digunakan aspal dengan mutu yang baik, dengan tujuan
memperbaiki kondisi campuran.
Aspal merupakan komponen kecil pada konstruksi perkerasan jalan lentur.
Umumnya hanya dibutuhkan sekitar (4-10)% berdasarkan berat atau (10-15)%
berdasarkan volume, tetapi merupakan komponen yang paling mahal. Aspal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sebagai bahan pengikat agregat dan sebagai penutup lapis perkerasan dari
pengaruh air, disyaratkan memiliki sifat-sifat antara antara lain sebagai berikut :
Tahan terhadap pengaruh air.
Tahan terhadap pelapukan akibat pengaruh cuaca.
Mempunyai tingkat keawetan yang tinggi, yaitu lamanya waktu yang
dibutuhkan aspal untuk menjadi keras.
Mempunyai kepadatan atau kekentalan yang tidak mudah terpengaruh oleh
perubahan cuaca.
Mempnyai sifat plastisitas, yang bisa diukur dengan besarnya nilai
daktilitas dari aspal tersebut.
Menurut analisa kimia aspal mengandung unsur-unsur seperti:
C(carbon), H (hydrogen) dan S (sulfur). Aspal terdiri dari dua fraksi utama yaitu:
1.Asphaltenes
Asphaltenes adalah fraksi solid yang merupakan unsur carbon dalam keadaan
koloid dan tercampur di dalam cairan yang disebut maltene. Asphaltenes adalah
hasil oksidasi dari minyak bumi. Hal ini terjadi karena oksigen meresap ke dalam
bumi. Asphaltenes berupa phase padat di dalam bitumen (aspal), mempunyai berat
molekul yang tinggi, berwarna hitam, mempunyai sifat rapuh dan keras, tapi bisa
dilunakkan dengan minyak.
2.Maltene
Maltene terdiri dari berbagai persenyawaan hidrokarbon. Persenyawaan
hidrokarbon di dalam maltene terdiri dari molekul-molekul alipatis, naphatenis,
aromatis dan kombinasi dari ketiga jenis tersebut. Maltene adalah phase cair di
dalam aspal. Berat molekulnya berkisar antara beberapa ratus hingga beberapa
ribu AMU (Atomic Mass Units). Karena Maltene mempunyai berat molekul yang
lebih rendah, maka maltene akan lebih cepat menguap dalam peristiwa oksidasi,
yaitu masuknya udara ke dalam lapisan perkerasan. Maltene terdiri dari resins dan
oils. Resins berbentuk cairan menyelubungi asphaltenes dan mempunyai berat
molekul sedang. Sedangkan oils berbentuk cairan yang melarutkan asphaltenes
serta mempunyai berat molekul rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sifat Kimia dan Fisik Aspal
1. Kekentalan (viscosity)
Kekentalan aspal dipengaruhi oleh
- Temperatur
Dengan naiknya temperatur maka kekentalan aspal akan menurun. Hal ini
disebabkan oleh energi termal (thermal energy) meningkat dan melarutkan
asphaltenese-nya ke dalam oils.
- Lama pembebanan
Jika kena pembebanan yang lama, menurut Shell, maka aspal yang semula
bersifat elastik akan berubah menjadi viscous
- Waktu (effect of time)
Perubahan kekentalan aspal sebanding dengan waktu, dan terjadi pada
komposisi kimia yang tetap (thixotropy). Thixotropy ini terjadi karena
adanya tegangan / beban pada lapisan aspal tersebut. Kekentalan bitumen
umumnya diukur dengan penetrasi (penetration test) dan titik lembek
(softening test point, ring and ball test).
2. Kekakuan aspal (stiffness / modulus of bitumen)
Karena aspal berada pada kondisi elastis maupun viskus, regangan aspal juga
dapat berada di daerah elastis maupun daerah viskus. Kondisi aspal ini sangat
tergantung pada lama pembebanan dan suhu. Akibatnya kekakuan aspal juga
dipengaruhi oleh lama pembebanan dan suhu.
3. Kuat tarik (tensile strength)
Kuat tarik aspal juga dipengaruhi oleh temperatur dan lama pembebanan. Kuat
tarik aspal ini akan lebih nampak nyata pada suhu rendah. Untuk mengetahui kuat
tarik aspal dapat dilakukan percobaan titik pecah Frass (frass breaking test). Kuat
tarik aspal sangat diperlukan agar lapis perkerasan yang dibuat tahan terhadap
retak (cracking) dan goyah (raveling)
4. Adhesi (adhesion)
Daya adhesi ini dapat dijelaskan dengan mengacu pada aspal emulsi kationik,
yaitu aspal yang diberi tambahan amine. Tambahan bahan (amine) yang semakin
banyak akan berakibat :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
- Perkembangan daya adhesi dari adhesi biasa, adhesi pasif, dan adhesi
aktif.
- Perkembangan gaya luar yang timbul dari tidak ada, kecil, sedang dan
besar.
Sedangkan besarnya daya adhesi juga dipengaruhi oleh jenis bahan tambahnya.
Daya adhesi sangat diperlukan agar lapisan perkerasan bisa tahan terhadap
pengulitan (stripping) dan goyah (ravelling)
5. Warna
Warna aspal asli adalah hitam atau coklat tua kehitam-hitaman. Untuk tujuan
penggunaan tertentu, aspal dapat diberi warna misalnya merah, hijau, biru atau
putih.
6. Berat jenis
Aspal mempunyai berat jenis yang bervariasi antara 0,95 - 1,05
7. Durabilitas (durability)
Sifat tahan lama/keawetan ini sangat diperlukan dalam hubungannya dengan
kemampuan aspal untuk menahan pengaruh buruk dari lingkungan dan iklim
(udara, air dan temperatur). Pengaruh ini lebih dikenal sebagai efek penuaan aspal
(aging of bitument) yang antara lain meliputi oksidasi penguapan fraksi ringan
dari aspal.
Dengan melihat sifat-sifat yang dipunyai aspal seperti tersebut tadi, maka
aspal yang akan digunakan sebagai salah satu bahan untuk perkerasan harus
memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
1. Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal untuk mempertahankan sifat asalnya
akibat pengaruh cuaca selama masa umur pelayanan.
2. Adhesi dan Kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan
ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Kohesi adalah ikatan di dalam molekul
aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap di tempatnya setelah terjadi
pengikatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3. Kepekaan terhadap temperatur
Aspal adalah material yang bersifat termopalstis, berarti akan menjadi keras atau
lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika
temperatur bertambah.
Sifat ini diperlukan agar aspal memiliki daya tahan terhadap perubahan
temperatur, misalnya aspal tidak banyak berubah akibat perubahan cuaca,
sehingga kondisi permukaan jalan dapat memenuhi kebutuhan lalu-lintas serta
tahan lama.
4. Kekerasan aspal
Pada proses pencampuran aspal dengan agregat dan penyemprotan aspal ke
permukaan agregat. Pada proses pelaksanaan terjadi oksidasi yang menyebabkan
aspal menjadi getas atau viscositas bertambah tinggi. Peristiwa perapuhan terus
terjadi setelah terjadi masa pelaksanaan selesai.Selama masa pelayanan, aspal
mengalami oksidasi dan polimerasi yang besarnya dipengaruhi oleh aspal yang
menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat
kerapuhan aspal yang terjadi dan demikian juga sebaliknya.
b. Agregat
ASTM menetapkan bahwa yang dimaksud agregat kasar adalah partikel-
partikel yang tertahan pada ayakan no. 4 (4,75mm), kemudian yang dimakudkan
dengan agregat halus adalah partikel-partikel yang lolos ayakan no. 4 sedangkan
mineral filler adalah partikel-partikel yang paling sedikit 70% lolos ayakan no.
200 (0,075mm). Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan
jalan, yaitu mengandung (90 - 95)% agregat berdasarkan persentase berat atau
(75-85)% agregat berdasarkan persentase volume.
Berdasarkan proses pengolahan, agregat yang digunakan pada perkerasan
lentur dapat dibedakan menjadi tiga jenis :
1. Agregat alam (Natural Agregatte), yaitu agregat yang terbentuk karena proses
erosi dan degradasi. Bentuk pertikel dari agregat dari agregat alam ditentukan
dari proses pembentukannya. Aliran air sungai membentuk pertikel bulat
dengan permukaan yang licin. Bilamana batu-batu yang dihasilkan berukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kecil-kecil, dipasaran biasa disebut dengan grosok. Degradasi agregat di
bukit-bukit membentuk pertikel-partikel yang bersudut dengan permukaannya
yang kasar. Berdasarkan tempat asalnya agregat alam dapat dibedakan atas
pitrun yaitu agregat yang diambil dari tempat terbuka di alam dan bankrun
yaitu agregat yang berasal dari sungai/endapan sungai.
2. Agregat dengan proses pengolahan (Manufactured Agregatte), adalah
agregat yang melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh
bentuk pertikel bersudut (diusahakan berbentuk kubus), permukaan partikel
kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik, gradasi sesuai yang
diinginkan. Dipasaran biasanya disebut dengan batu pecah mesin.
3. Agregat buatan, yaitu agregat yang merupakan filler atau pengisi diperoleh
dari hasil sampingan.
Persyaratan agregat akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana agregat akan
digunakan. Identifikasi karakteristik agregat normalnya memberikan pengaruh
yang penting pada campuran aspal atau perencanaan perkerasan aspal dan
pelaksanaan lapisan termasuk di dalamnya adalah : gradasi dan ukuran butiran,
bentuk partikel, tekstur permukaan, kekuataan, dan kekasaran, berat jenis,
porositas, dan kelekatan terhadap aspal ( Sukirman, 1992).
1. Gradasi dan ukuran butiran
Gradasi adalah pembagian ukuran dalam campuran agregat. Aspal beton sebagai
lapis permukaan mempunyai gradasi yang rapat, yaitu gradasi dengan semua
ukuran agregat pada batas tertentu ada. Hal ini yang memungkinkan aspal beton
memiliki stabilitas, durabilitas dan tahanan gesek yang tinggi (Sukirman, 1992).
Agregat menurut ukuran butiran dikelompokkan menjadi :
a. Agregat kasar : - Ukuran butiran > 4,75 mm menurut ASTM
- Ukuran butiran > 2 mm menurut AASHTO
- Tidak memiliki daya adhesi terhadap air
b. Agregat halus : - Ukuran butiran < 4,75 mm menurut ASTM
- Ukuran butiran < 2 mm dan 0,075 mm menurut
AASHTO
- Tidak memiliki daya adhesi terhadap air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c. Abu Batu (filler) : Merupakan agregat halus yang lolos saringan
No. 200
Ukuran maksimum partikel batuan dalam campuran harus lebih kecil atau
sama dengan 57% ketebalan padat lapisan perkerasan. Ukuran maksimum partikel
batuan dalam campuran yang terlalu besar menyebabkan kepadatan maksimum
sulit dicapai.
Spesifikasi gradasi agregat adalah angka yang menunjukkan berapa prosen
agregat yang boleh lolos pada setiap saringan terhadap berat total agregat.
Pemilihan jenis spesifikasi agregat ditentukan oleh fungsi dan kegunaan dari
lapisan perkerasan yang akan digunakan. Untuk lapis perkerasan digunakan tipe
gradasi rapat, artinya butir batuan harus terdiri dari bermacam-macam ukuran
sedemikian hingga rongga-rongga antar butir yang besar dapat terisi penuh oleh
butir yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga rongga-rongga menjadi
sekecil-kecilnya. (Soedarsono, 1987).
Penelitian ini menggunakan tipe gradasi IV. Macam-macam tipe gradasi
untuk lapisan aspal beton menurut peraturan Bina Marga dapat dilihat dalam tabel
2.1 berikut :
Tabel 2.1 Batas-batas Gradasi Menerus Agregat Campuran
No.Campuran I II III IV V VI VII VIII IX X XI
Gradasi/tekstur Kasar Kasar Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat
Tebal Padat 20-40 25-50 20-40 25-50 40-65 50-75 40-50 20-40 40-65 40-65 40-50
Ukuran Saringan % BERAT YANG LOLOS SARINGAN
11/2’’ (38,1 mm) - - - - - 100 - - - - -
(25,1 mm) - - - - 100 95-
100
- - 100 100 -
¾’’ (19,1 mm) - 100 - 100 80-
100
82-
100
100 - 85-
100
85-
100
100
½’’ (12,7 mm) 100 75-
100
100 80-
100
- 72-90 80-
100
100 - - -
3/8’’ (9,52 mm) 75-100 60-85 80-100 70-90 60-80 - - - 65-85 58-78 74-92
No.4 (4,76 mm) 35-55 35-55 55-75 50-70 48-65 52-70 54-72 62-80 45-65 36-60 48-70
No.8 (2,38 mm) 20-35 20-35 35-50 35-50 35-50 40-56 42-58 44-60 34-54 27-47 35-53
No.30 (0,59 mm) 10-22 10-22 18-29 18-29 19-30 24-36 26-38 28-40 20-35 13-28 15-30
No.50 (0,279 mm) 6-16 6-16 13-23 13-23 13-23 16-26 18-28 20-30 16-26 9-20 10-20
No.100 (0,149 mm) 4-12 4-12 8-16 8-16 7-15 10-18 12-20 12-20 10-18 - -
No.250 (0,074 mm) 2-8 2-8 4-10 4-10 1-8 6-12 6-12 6-12 5-10 4-8 4-9
Catatan: No. Campuran : I, II, IV, VII, VIII, IX, X dan XI digunakan untuk lapis permukaan
No. Campuran : II, digunakan untuk lapis permukaan perat (leveling) dan lapis perantara (binder)
No. Campuran : V, digunakan untuk lapis permukaan (surface) dan lapis antara (binder)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pada kolom yang diarsir merupakan type gradasi yang digunakan dalam penelitian ini
( Petunjuk Pelaksanaan Laston untuk Jalan Raya, SKBI No.2.4.26.1987.UDC : 625.75 (02) )
2. Kebersihan
Kebersihan agregat akan menentukan kuatnya ikatan/daya lekat aspal terhadap
batuan. Agregat yang mengandung subtansi asing perusak harus dihilangkan
sebelum digunakan dalam campuran perkerasan, seperti tumbuh-tumbuhan,
partikel halus dan gumpalan Lumpur dan lain-lain, karena substansi asing dapat
mengurangi daya lekat aspal terhadap aspal terhadap batuan.
3. Bentuk butir
Kemampuan mengunci antar batuan sangat dipengaruhi oleh bentuk batuan yang
akan menentukan stabilitas konstruksi. Bentuk batuan yang menyerupai kubus dan
bersudut tajam mempunyai kemampuan saling mengunci yang lebih tinggi
dibandingkan dengan batuan yang berbentuk bulat, sehingga menambah
kestabilan suatu campuran.
Agregat yang pipih dan panjang menimbulkan banyak kesulitan jika digunakan
sebagai bahan konstruksi. Selain akan menimbulkan segregasi selama proses
pencampuran, agregat ini mempunyai kekuatan yang rendah.
4. Tekstur permukaan
Tekstur permukaan yang kasar dan kasat akan memberikan gaya gesek yang lebih
besar sehingga dapat menahan gaya-gaya pemisah yang bekerja pada batuan.
Selain itu tekstur yang kasar akan memberikan adhesi yang lebih baik antar aspal
dan batuan. Batuan yang halus lebih mudah terselimuti aspal, namun tidak dapat
menahan kelekatan aspal yang baik. Bila tekstur permukaan semakin kasar
umumnya stabilitas dan durabilitas campuran akan semakin tinggi.
5. Kekuatan dan kekerasan
Agregat merupakan bagian dalam perkerasan yang mendukung stabilitas
mekanik.Agregat harus mempunyai suatu kekuatan dan kekerasan untuk
menghindarkan terjadinya kerusakan akibat beban lalu lintas dan kehilangan
kestabilan. Agregat dalam campuran lapis aspal beton harus cukup tahan terhadap
tumbukan maupun gesekan antar batuannya (interparticle friction) karena agregat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
disini akan menjadi pendukung utama dalam campuran aspal beton sebagai lapis
perkerasan.
6. Berat jenis agregat
Berat jenis agregat menunjukkan perbandingan berat volume agregat dan berat
volume air. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran
dengan aspal, karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan
juga menentukan banyaknya pori.
Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang lebih banyak,
disamping itu agregat dengan pori yang besar membutuhkan jumlah aspal yang
lebih banyak.
7. Porositas
Porositas berpengaruh besar terhadap nilai ekonomis suatu campuran lapis
perkerasan. Makin besar porositas batuan maka aspal yang digunakan akan
semakin banyak. Hal ini disebabkan kemampuan absorbsi dari batuan terhadap
aspal juga semakin tinggi. Terkadang porositas juga mempengaruhi stabilitas lapis
perkerasan secara tidak langsung. Batuan yang mempunyai porositas tinggi
biasanya kekerasannya kurang. Banyaknya pori dalam batuan yang besar akan
dapat mengganggu kelekatan aspal dengan batuan.
8. Kelekatan aspal terhadap batuan
Daya lekat terhadap aspal sangat dipengaruhi oleh sifat agregat yang mengandung
air. Air yang terserap oleh agregat sulit dihilangkan seluruhnya walaupun melalui
proses pengeringan. Agregat yang bersifat hydrophilic (senang air) ini tidak baik
digunakan sebagai bahan campuran aspal, karena mudah terjadi stripping yaitu
terlepasnya lapisan aspal dari agregat akibat pengaruh air. (Petunjuk Pelaksanaan
Laston Untuk Jalan Raya, Bina Marga 1987)
Penggunaan agregat untuk suatu jenis permukaan dipengaruhi oleh gradasi
dari agregat tersebut. Gradasi adalah ukuran butiran dalam agregat. Gradasi dapat
dibedakan menjadi 3 macam (Kreb, dan Welker, 1971), yaitu :
1. Well graded, type gradasi terbaik. Kandungan agregat pada well graded
meliputi hampir semua fraksi agregat mulai dari yang kasar sampai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
halus, sehingga dapat mengurangi rongga udara dalam campuran. Dengan
demikian well graded sangat baik untuk campuran aspal beton pada lapis
perkerasan jalan dengan beban lalu lintas berat.
2. Gap graded, gradasi yang dalam distribusi ukuran butirnya mempunyai
kelebihan dan kekurangan salah satu atau beberapa butiran dengan ukuran
tertentu (tidak menerus), sehingga dapat mengakibatkan timbulnya rongga
udara dalam campuran. Bila rongga udara dalam campuran tersebut terjadi
maka kekuatan serta stabilitas struktur akan berkurang.
3. Uniform atau one size, gradasi agregat yang dalam ukuran butirnya
mengandung butiran yang ukurannya hampir sama/seragam. Tidak beda
dengan tipe gap graded, uniform graded dapat mengakibatkan timbulnya
rongga udara dalam campuran.
Perkerasan aspal beton mempunyai gradasi baik (Well graded) yaitu agregat
yang mempunyai ukuran butiran dari yang besar sampai kecil dalam porsi yang
hampir seimbang.
Secara garis besar agregat terbagi dalam dua macam yaitu agregat kasar dan
agregat halus. Agregat kasar terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah, sedangkan
agregat halus terdiri dari pasir alam, pasir buatan atau pasir terak dan bisa juga
merupakan gabungan dari bahan-bahan tersebut. (Petunjuk Pelaksanaan Laston
Untuk Jalan Raya, 1987)
Berdasarkan besar partikel-partikel agregat, pembagi ukuran agregat bisa
dilihat pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Pembagian Ukuran Agregat
Jenis Agregat Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya
Agregat Kasar Tertahan saringan No. 8 atau 2,38 mm
Agregat Halus Lolos pada saringan No. 8 atau 2,38 mm
Tingginya kadar agregat kasar dalam campuran Aspal Beton (LASTON)
diharapkan akan mampu memberikan gaya geser dalam dan tahanan geser yang
tinggi dalam menahan beban yang bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Bahan Pengisi (Filler)
Filler merupakan sekumpulan mineral agregat yang umunya lolos saringan
no. 200. Fungsi dari filler dalam campuran aspal dengan agregat adalah mengisi
rongga-rongga (voids) diantara agregat kasar sehingga rongga udara menjadi lebih
kecil dan kerapatan massanya menjadi lebih besar, Dengan bubuk isian yang
berbutir halus maka luas permukaan butir akan bertambah, sehingga luas bidang
kontak yang ditimbulkan antara butiran juga akan bertambah luas, yang
diakibatkan tahanan terhadap gaya geser menjadi lebih besar yang selanjutnya
stabilitas geseran akan bertambah.
Bahan yang sering digunakan sebagai filler umumnya adalah abu batu, abu
batu kapur (limestone dust), abu terbang (fly ash), semen Portland, kapur padam
atau bahan non plastis lainnya (Bina Marga,1987)
Filler adalah agregat yang lolos saringan No. 200 (75mikron), bersifat non
plastis.
Filler bersifat mendukung agregat kasar bersama dengan agregat halus.
Filler dapat memperluas bidang kontak yang ditimbulkan butiran, sehingga
mengakibatkan tahanan terhadap gaya geser bertambah. (Setyawan, 2004)
Filler pada campuran aspal dibutuhkan untuk memberi kohesi yang cukup
pada aspal, agar aspal dapat mempertahankan agregat pada tempatnya.
Filler dapat berfungsi ganda dalam campuran (Totomiharjo, 1995) :
Bila dicampur dengan aspal, filler akan membentuk bahan pengikat yang
berkonsistensi tinggi sehingga akan mengikat butiran agregat secara bersama-
sama.
Sebagai bagian dari agregat, filler akan mengisi rongga dan menambah
kontak agregat sehingga akan meningkatkan kekuatan campuran.
Kuantitas filler dalam campuran akan mempengaruhi stabilitas campuran,
hal ini disebabkan adanya reduksi rongga-rongga udara, tetapi kalau kadar filler
terlalu tinggi dapat mengakibatkan campuran menjadi terlalu keras (hars) atau
dengan kata lain campuran akan jadi rapuh. (Saker, 1979)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2.2.4. Perencanaan Campuran
a. Metode Rancang Campuran
Zamhari, K.A (1997) mengemukakan tiga metode perencanaan campuran aspal
yang dikenal saat ini yaitu :
1. Perencanaan berdasarkan resep
Yaitu metode yang menggunakan resep campuran untuk setiap nominal masing-
masing agregat dan jumlah bitumen yang dibutuhkan menurut kondisi yang
diinginkan.Resep ini diperoleh dari akumulasi pengalaman dalam waktu yang
lama dan hanya para pakar atau ahli yang boleh mengeluarkan perencanaan
berdasarkan resep ini.
2.Perencanaan berdasarkan pengujian empirical
Metode ini mempergunakan pengujian Marshall yang akan mengeluarkan
besaran-besaran seperti stabilitas dan flow yang akan memberikan batasan-
batasan berdasarkan pengamatan kinerja lapangan.
3.Perencanaan berdasarkan pengukuran karakteristik fundamental campuran
Metode ini adalah metode perencanaan campuran yang berorientasi pada kinerja
yang berdasarkan pada pendekatan rasional atau mekanik.Karakteristik campuran
berhubungan dengan respon perkerasan jalan terhadap beban.
b. Perencanaan Perkerasan
1. Campuran panas (hot mix)
Proses pencampuran yang dilakukan secara panas, umumnya menggunakan aspal
semen sebagai pengikat. Proses pencampuran aspal dipanaskan terlebih dahulu
agar lebih encer, sehingga dalam pengadukan aspal merata dalam campuran.
Proses pemanasan harus dikontrol secara cermat agar tidak terjadi perbedaan
temperatur antara aspal dan agregat.
2. Campuran dingin (cold mix)
Proses pencampuran yang dilakukan pada suhu rendah/ruang. Aspal yang
digunakan dalam keadaan cair dan agregat dalam keadaan dingin (tanpa
pemanasan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pelaksanaan pada campuran yang menggunakan cold mix lebih praktis tetapi
mempunyai pembukaan terhadap lalu lintas (open traffic) relatif lebih lama dari
pada perkerasan dengan cara hot mix.
2.2.5. Karakteristik Campuran
The asphalt Institute MS 22 (1983) mengemukakan perilaku dan
karakteristik aspal campuran panas yang analisanya difokuskan pada empat
karakteristik campuran dan pengaruh karakteristik tersebut pada sifat campuran.
Empat karakteristik tersebut adalah :
a. Kepadatan campuran (mix density)
Kepadatan pada pemadatan campuran adalah berat jenis campuran tersebut.
Kepadatan adalah petunjuk utama yang penting sehubungan dengan porositas
perkerasan.Semakin padat suatu perkerasan maka stabilitas semakin besar.
b. Rongga udara campuran (VIM / void in mix)
VIM adalah kantung udara yang terdapat di antara partikel agregat setelah
pemadatan perkerasan. VIM penting sehubungan dengan terjadinya
penambahan pemadatan akibat beban lalu lintas, yaitu menyediakan ruang
bagi aspal yang terdesak agar tidak bleeding. VIM yang besar akan
menyebabkan permeabilitas perkerasan menjadi besar. Hal ini akan
menurunkan tingkat keawetan perkerasan (durabilitas) akibat proses oksidasi
udara dan meresapnya air dalam perkerasan.
c. Rongga pada mineral agregat (VMA / void in the mineral aggregate)
VMA adalah ruangan yang terjadi antara partikel agregat pada campuran
perkerasan termasuk ruang yang terisi aspal. Agregat bergradasi rapat akan
memberikan VMA yang kecil. Keadaan ini akan menghasilkan stabilitas yang
besar. Persentase aspal yang mampu diserap lebih kecil dibandingkan dengan
penggunaan agregat bergradasi senjang. Persentase aspal yang kecil
memberikan film (pelapisan aspal pada agregat) yang tipis dan rawan
terhadap oksidasi udara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
d. Kadar aspal (asphalt content).
Proporsi aspal dalam campuran adalah sangat penting dan harus ditentukan
dengan cermat di dalam laboratorium dan dikontrol dengan ketat di lapangan.
Kadar aspal optimum suatu campuran tergantung pada karakteristik agregat
seperti gradasi dan absorbs. Gradasi agregat berkaitan dengan kadar aspal
optimum.
2.2.6. Persyaratan dan Pemeriksaan Bahan
Persyaratan teknis bahan penelitian mengacu pada petunjuk dari Direktorat
Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, yaitu Petunjuk Pelaksanaan
Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya ( SKBI-2.4.26.1987 ).
Adapun jenis bahan yang digunakan adalah :
a. Aspal Keras Penetrasi 60/70 Produksi PERTAMINA
Persyaratan dan cara pemeriksaan asapal keras pen 60/70 dapat dilihat pada
tabel 2.3 di bawah ini :
Tabel 2.3 Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 60/70
No Jenis Pemeriksaan Metode
Pemeriksaan
Syarat Satuan
Min Maks
1 Penetrasi (25°C,5 detik) PA-0301-76 60 79 0,1 mm
2 Titik lembek (ring & ball) PA-0302-76 48 58 °C
3 Titik nyala (Cleveland open
cup)
PA-0303-76 200 - °C
4 Daktilitas 25°C, 5 cm/menit PA-0306-76 100 - Cm
5 Berat jenis (25°C) PA-0307-76 1 - Gr/cc
b. Agregat Kasar
Persyaratan dan cara dari pemeriksaan agregat kasar dapat dipilih pada tabel
2.4 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 2.4 Persyaratan Agregat Kasar
No Jenis Pemeriksaan Metode
Pemeriksaan Syarat
1 Keausan dengan mesin Los Angeles PB-0206-76 <40%
2 Kelekatan terhadap aspal PB-0205-76 >95%
3 Penyerapan agregat terhadap air PB-0202-76 <3%
4 Berat jenis semu PB-0202-76 >2,5 gr/cc
c. Agregat halus
Persyaratan dan cara dari pemeriksaan agregat halus dapat dilihat pada tabel
2.5 dibawah ini :
Tabel 2.5 Persyaratan Agregat Halus
No Jenis Pemeriksaan Metode Pemeriksaan Syarat
1 Penyerapan agregat terhadap air PB-0203-76 <3 %
2 Berat jenis semu PB-0203-76 >2,5 gr/cc
d. Campuran Aspal Beton
Persyaratan campuran aspal beton terlihat pada tabel 2.6 Seperti dibawah ini :
Tabel 2.6. Persyaratan Sifat Campuran
No Sifat Campuran
L.L Berat
2x75(tumb)
L.L Sedang
2x50(tumb)
L.L Ringan
2x35(tumb)
Min Maks Min Maks Min Maks
1 Stabilitas (kg) 550 - 450 - 350 -
2 Kelelehan (mm) 2,0 4,0 2,0 4,5 2,0 5,0
3 Marshall Quotient (kg/mm) 200 350 200 350 200 350
4 Rongga dalam campuran (VIM) (%) 3 5 3 5 3 5
Sumber : DPU, Petunjuk Pelaksanaan Laston, SKBI-24.26.1987
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pemeriksaan campuran aspal beton menggunakan cara Marshall Test dan
Mengacu pada Bina Marga: Manual Pemeriksaan Bahan Jalan
No.01/MN/BM/1976 Type PC-0201-76.
2.2.7. Karakteristik Perkerasan
The Asphalt Intitute MS 22 (1983) mengemukakan beberapa sifat yang
harus dimiliki oleh campuran aspal sebagai lapis perkerasan, yaitu :
a. Stabilitas ( Stability )
Stabilitas adalah ketahanan suatu lapis perkerasan untuk tidak berubah
bentuk atau faktor mengalami deformasi yang diakibatkan oleh beban lalu lintas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas adalah friction, cohesion dan
inertia. Suatu lapis perkerasan mempunyai stabilitas tinggi bila ketiga faktor
tersebut tinggi nilainya.
Stabilitas merupakan salah satu sifat yang mempunyai peran penting dalam
memberikan mutu suatu perkerasan campuran panas. Stabilitas lapis perkerasan
jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa
terjadi perubahan bentuk seperti gelombang, alur, ataupaun bleeding.
Kebutuhan akan stabilitas setingkat dengan jumlah lalu lintas dan beban
kendaraan yang akan menggunakan jalan tersebut. Jalan dengan volume lalu lintas
yang tinggi apalagi sebagian besar merupakan kendaraan berat, akan menuntut
stabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan jalan dengan volume lalu lintas
yang hanya terdiri dari kendaraan penumpang saja.
Stabilitas terjadi karena adanya daya ikat yang baik dari lapisan aspal,
penguncian antar partikel agregat, serta dari hasil gesekan antar butir. Sedangkan
tahanan gesek itu sendiri, selain meningkat seiring dengan kekasaran dari pertikel
agregat, juga mengalami peningkatan seiring dengan kepadatan partikel yang
tertekan yang diperoleh dari gradasi yang rapat dan hasil pemadatan yang cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dengan demikian untuk dapat memperoleh stabilitas yang tinggi maka perlu
diusahakan hal-hal berikut ini :
- Agregat dengan gradasi yang rapat
- Agregat dengan permukaan yang kasar
- Aspal dengan penetrasi yang rendah
- Jumlah aspal yang cukup untuk ikatan antar butir
Tapi perlu diperhatikan bahwa kestabilan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan perkerasan menjadi kaku (stiff) dan kemampuan durabilitasnya
menjadi turun atau rendah, serta menurunkan fleksibilitas dan kemudahan
pelaksanaan.
b. Durabilitas (durability)
Durabilitas perkerasan aspal menunjukan kemampuan campuran untuk
menahan pengaruh buruk dari lingkungan dan iklim (udara, air dan temperatur).
Pengaruh ini lazim dikenal sebagai efek penuaan aspal yang antara lain meliputi
oksidasi dan penguapan fraksi ringan dari aspal serta pemisahan agregat dan
pengelupasan film aspal dari agregat.
Durabilitas adalah kemampuan campuran melawan air dan suhu. Dengan
melakukan pengujian Marshall diperoleh indeks durabilitas. Indeks durabilitas
diukur dari angka stabilitas terkoreksi dari setiap benda uji pada perendaman di
dalam water bath untuk beberapa waktu dengan persamaan sebagai berikut :
TiTi
StiStiIps
)1(
1……………………………(2.1)
Dengan :
Ips = Indek penurunan stabilitas (%),
St = Nilai stabilitas (kg),
T = Waktu perendaman (jam).
Dan
StIps
Nps100
……………………………………(2.2)
Dengan :
Nps = Nilai penurunan stabilitas (kg),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Ips = Indek penurunan stabilitas (%),
St = Stabilitas (kg).
c. Fleksibilitas (flexibility)
Fleksibilitas dari suatu lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk
dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa
timbulnya suatu retak dan perubahan volume. Untuk meningkatkan nilai
fleksibilitas lapis perkerasan ini dapat dilakukan dengan menggunakan aspal lunak
(penetrasi tinggi) yang cukup banyak dan agregat yang bergradasi terbuka (open
graded)
d. Tahanan Geser (Skid resistance)
Tahanan geser adalah kemampuan lapis permukaan (surface coarse) pada
lapis perkerasan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya roda selip atau
tergelincir pada waktu permukaan basah. Permukaan yang kasar akan mempunyai
kekasatan (skid resistance) yang lebih tinggi daripada permukaan yang halus.
Tetapi permukaan yang kasar bias mengurangi kenyamanan akibat timbulnya
gesekan antara ban dengan permukaan jalan, sehingga ban cepat aus. Kekesatan
yang tinggi diperoleh dengan lapis permukaan yang kasar. Permukaan perkerasan
yang mengalami bleeding, kekesatannya akan menjadi lebih rendah. Oleh karena
itu kadar aspal harus cukup serta masih tersedianya rongga udara, untuk pemuaian
aspal yang akan membantu tercapainya nilai kekesatan yang optimum.
e. Kemudahan Pelaksanaan (Workability)
Kemudahan pekerjaan adalah kemudahan suatu campuran perkerasan untuk
dihampar dan dipadatkan, sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan
yang diinginkan kemudahan ini penting karena pada pekerjaan penghampar dan
pemadatan dituntut waktu yang tepat, mengingat sangat pentingnya suhu
minimum pemadatan. Apabila pemilihan bahan dan pencampuran sesuai dengan
rencana, maka pengerjaan penghamparan dan pemadatan ini dapat berjalan sesuai
rencana pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
f. Ketahanan Kelelahan (Fatigue Resistence) & Penurunan (Permanent
Deformation)
Ketahanan kelelahan adalah kemampuan perkerasan menerima beban
berulang tanpa terjadi kelelahan berupa retak sedang deformasi terjadinya alur
(rutting). Beberapa penyebab dan akibat yang disebabkan oleh Fatigue Resistance
yang buruk :
1. Kadar aspal yang rendah menyebabkan retak fatig.
2. Desain rongga tinggi, umur aspal rendah diikuti retak fatig.
3. Pemadatan kurang, umur aspal rendah diikuti retak fatig.
4. Ketebalan perkerasan tidak cukup memadai, gaya berlebihan yang diikuti
retak fatig.
Faktor yang mempengaruhi ketahanan kelelahan adalah :
1. VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
kelelahan yang lebih cepat.
2. VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis
perkerasan menjadi fleksibel.
g. Kedap Air (Impermeabilitas)
Impermeabilitas adalah daya tahan perkerasan aspal terhadap masuknya air
(kedap air) dan udara ke dalam perkerasan. Karakteristik ini berhubungan dengan
kadar rongga pada campuran yang dipadatkan. Makin besar rongga yang terjadi
makin rentan terjadinya oksidasi, berarti makin cepat terjadinya pelapukan
material pembentuk perkerasan jalan.
2.2.8. Penentuan Rancang Campur Aspal Beton (LASTON)
a. Penyebaran Fraksi
Bahan penyusun terdiri dari tiga jenis agregat, yaitu batu pecah, pasir dan
filler yang mana pada setiap jenis agregat yang dipergunakan mengandung fraksi
CA, FA dan MA. Ketiga jenis fraksi agregat tersebut dilakukan analisis saringan
untuk suatu mendapatkan suatu proporsi yang dikehendaki (batching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
proportion).Setelah proporsinya diketahui dapat dihitung banyaknya agregat yang
direncanakan tiap fraksi.
b. Metode Marshall
Pengujian benda uji dilakukan dengan metode Marshall. Pengujian Marshall ini
digunakan untuk mencari data dari persyaratan campuran dan memperoleh hasil
akhir pengujian.
Perhitungan dibatasi akhir pengujian :
1. Kadar pori dalam campuran (VIM)
2. Stabilitas
3. Marshall Quotient (MQ)
1. Persen rongga terhadap campuran (VIM)
Untuk mendapatkan nilai VIM (Void In Mixture) terlebih dahulu menghitung :
Berat jenis bulk total agregat (bulk specific gravity of total aggregate)
……………….(2.3)
Dengan :
a = % berat agregat kasar terhadap berat total agregat,
b = % berat agregat sedang terhadap berat total agregat,
c = % berat agregat ringan terhadap berat total agregat,
d = % berat agregat pasir terhadap berat total agregat,
Gdrya = berat jenis bulk agregat kasar (gr/cm3),
Gdryb = berat jenis bulk agregat sedang (gr/cm3),
Gdryc = berat jenis bulk agregat ringan (gr/cm3),
Gdryd = berat jenis bulk agregat pasir (gr/cm3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Berat jenis efektif total agregat (bulk effective specific gravity total
aggregate)
2
2 dry
effdeffceffbeffa
eff
G
G
d
G
c
G
b
G
a
dcba
G ……….(2.4)
Dengan :
a = % berat agregat kasar terhadap berat total agregat,
b = % berat agregat sedang terhadap berat total agregat,
c = % berat agregat halus terhadap berat total agregat,
d = % berat agregat pasir terhadap berat total agregat,
Geffa = berat jenis efektif agregat kasar (gr/cm3),
Geffb = berat jenis efektif agregat sedang (gr/cm3),
Geffc = berat jenis efektif agregat halus (gr/cm3),
Geffd = berat jenis efektif agregat pasir (gr/cm3),
Gdry = berat jenis bulk total agregat (gr/cm3).
Berat jenis maksimum campuran (maximum specific gracivity of mixture)
beff G
b
G
bG
100
100max ……………………………….(2.5)
Dengan :
b = % kadar aspal,
Geff = berat jenis efektif total agregat (gr/cm3),
Gb = berat jenis aspal (gr/cm3).
Isi benda uji
V = W1-W2………………………………………....(2.6)
Keterangan :
3
21
cmgram
gramWWV
air
3
21 cmWWV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dengan :
W1 = berat benda uji jenuh (gram),
W2 = berat benda uji di dalam air (gram),
air = 1 (gram/cm3).
Berat bulk campuran (bulk specific gracivity of mixture)
V
WG 3
min ……………………………………….....(2.7)
Dengan :
W3 = berat benda uji di udara (gram),
V = isi benda uji (cm3).
Dari hitungan rumus no (2.5) dan no (2.7) maka dapat dihitung :
max
minmax100
G
GGVIM …………..…………..(2.8)
2. Stabilitas Marshall
Stabilitas Marshall didapat dari pembacaan dial alat penguji Marshall dan
dikoreksi dengan tebal rata-rata benda uji dan kalibrasi alat. Nilai stabilitas
dihitung dengan rumus :
St = 0,4536 x s x K1 x K2………………….…….(2.9)
Dengan :
0,4536 = konversi satuan dari lbs ke kg,
S = pembacaan stabilitas pada alat Marshall (lbs),
K1 = koreksi tebal benda uji,
K2 = Kalibrasi alat Marshall.
3. Hasil bagi Marshall (Marshall Quotient)
Marshall Quotient adalah perbandingan antara nilai stabilitas dengan angka
kelelahan plastis (flow), dengan rumus :
Q
PMQ ........................................................(2.10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dengan :
P = angka stabilitas terkoreksi (kg),
Q = angka kelelehan (mm).
2.2.9. Analisis Regresi
Dalam setiap penelitian, analisis data merupakan hal pokok untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam penyusunan tesis ini, analisis data
yang digunakan adalah analisis regresi. Analisis regresi merupakan suatu cara
untuk mendapatkan hubungan antara variabel dalam bentuk persamaan matematis.
Nilai variabel bebas diturunkan dalam sumbu absis (sumbu X), meliputi Kadar
Aspal dan Kadar Filler. Variabel terikat diturunkan dalam sumbu ordinat (sumbu
Y), yang meliputi Nilai Stabilitas, Void In Mix ( VIM ) dan Marshall Quotient (
MQ ).
Analisa regresi adalah analisa data yang mempelajari bagaimana variabel-
variabel itu berhubungan dengan tingkat kesalahan yang kecil. Dalam hukum itu
umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan determistik. Dalam persamaan itu
dipilih persamaan dengan penyimpangan kuadrat yang kecil. Beberapa jenis
persamaan itu adalah sebagai berikut:
Persamaan linier ( garis lurus )
1. Persamaan linier ( garis lurus )
Y = a + bx……………………………………………………..(2.11)
2. Persamaan polinom pangkat dua ( persamaan parabola )
Y = a + bx + cx2………………………………………………..(2.12)
3. Persamaan polinom pangkat tiga
Y = a + bx + cx2
+ dx3………………………………………….(2.13)
4. Persamaan polinom pangkat k
Y = a1 + a2x + a3x2
+ a4x3
+……….+ akxk……………………(2.14)
Dengan :
Y = merupakan variabel tergantung,
x = merupakan variabel bebas,
a1, a2, a3,….ak = koefisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, maka koefisien a1, a2, a3 dan
ak dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
1. Persamaan linear
2. Persamaan polinom pangkat dua
3. Persamaan polinom pangkat tiga
4. Persamaan polinom pangkat k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Apabila n adalah jumlah sampel yang ada, maka dengan mencari nilai
koefisien (a1, a2, a3, …ak ) akan diperoleh persamaan regresi yang dicari. Dasar
pemilihan persamaan adalah tergantung dari tingkat pendekatan hubungan
masing-masing variabel dengan melihat indeks determinasi dari data dan
persamaan yang ada. Koefisien determinasi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
2
22
)ˆ(
)ˆ(1
ii
iiR ……………………………………………….(2.15)
Dengan :
Yi = Variabel ke-i dari hasil pengujian,
Ῡ = Rata-rata dari hasil pengujian,
Ŷi = Variabel ke-i dari hasil persamaan regresi.
Besarnya nilai koefisien determinasi ( R2
) tersebut secara umum terletak
antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Koefisien determinasi mempunyai sifat-sifat
bahwa jika titik diagram pancar letaknya makin dekat pada garis regresi, maka
harga R2 makin dekat pada 1. Artinya, jika nilai R
2 mendekati 1, maka variabel
terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya, sebaliknya jika mendekati 0, maka
variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikatnya.
2.2.10. Analisis Korelasi
Korelasi adalah salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Dua variabel
dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti
dengan perubahan pada variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang sama
dapat pula dengan arah yang berlawanan.
Koefisien korelasi merupakan ukuran besar kecilnya atau kuat tidaknya
hubungan antar variabel-variabel apabila bentuk hubungan tersebut linier.
Koefisien korelasi yang dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1
atau antara 0 sampai -1 (-1 ≤ r ≤ +1).
Apabila koefisien korelasi (r) mendekati +1 atau -1 berarti terdapat
hubungan yang kuat antar variabel bebas dengan variabel terikatnya, sebaliknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
apabila mendekati 0 berarti terdapat hubungan yang lemah atau tidak ada
hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikatnya.
Dua peubah dikatakan berkorelasi apabila perubahan yang satu diikuti oleh
perubahan pada peubah yang lain secara beraturan, sedangkan arah hubungan
antar dua peubah dapat dibedakan menjadi:
1. Korelasi Positif (positive correlation)
Nilai variabel X yang kecil berpasangan dengan nilai variabel Y yang kecil dan
nilai Nilai variabel X yang besar berpasangan dengan nilai variabel Y yang besar.
Korelasi positif menyebabkan letak titik-titik dalam diagram pencar berada sekitar
garis lurus yang koefisien arahnya positif. Makin dekat letak titik-titik itu pada
garis lurus, makin kuatlah korelasi positif itu dan harganya makin dekat kepada
satu (r = 1).
2. Korelasi Negatif (Negative Correlation)
Jika variabel X yang besar berpasangna dengan variabel Y yang kecil dan jika
variabel X yang kecil berpasangan dengan variabel Y yang besar akan diperoleh
korelasi negatif. Korelasi negatif menyebabkan letak titik-titik dalam diagram
pencar berada sekitar garis lurus yang koefisien arahnya negatif. Makin dekat
letak titik-titik itu pada garis lurus, makin kuatlah korelasi negatif itu dan
harganya makin dekat kepada negatif satu (r = -1).
Sifat-sifat yang dimiliki koefisien korelasi (r):
a) Tanda r bisa (+) atau (-) tergantung dari nilai Σxiyi, yang mengukur
kovariansi antara X dan Y dalam sampel.
b) Nilai r akan terletak antara -1 dan +1 (-1≤ r ≤1)
c) Sifatnya simetris, artinya koefisien korelasi antara X dan Y akan sama dengan
koefisien korelasi antara Y dan X (rxy=ryx=r)
d) Apabila X dan Y bebas (independent) satu sama lain secara statistik, maka
koefisien korelasi antara X dan Y nol, akan tetapi kalau r = 0 tidak berarti
bahwa X dan Y bebas, dengan perkataan lain korelasi nol tidak berarti bebas
antara X dan Y.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
e) Hanya merupakan ukuran korelasi linear atau ketergantungan linear (linear
dependency), tak berlaku untuk menerangkan hubungan yang bukan linear
(non linear relation).
Rumus koefisien korelasi yang digunakan:
2222 )()(
))((
iiii
iii
YYnXXn
YXYXnr …………………………….(2.16)
2.2.11. Pengujian Rembesan ( Permeabilitas )
Koefisien permeabilitas menunjukkan tingkat kemampuan campuran aspal
untuk dilalui air. Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas diantaranya
adalah porositas, densitas, gradasi, bentuk ukuran aggregat, dan sifat adhesi -
kohesi dalam campuran. Campuran disebut permeable jika memiliki koefisien
permebilitas lebih besar dari 12,5 x 10-4
cm/detik, dan sebaliknya, apabila
memiliki koefisien permeabilitas kurang dari 12,5 x 10-4
cm/detik, maka
dikatakan sebagai campuran yang impermeable. Campuran yang impermeable
memiliki durabilitas yang lebih tinggi karena menghambat intrusi air dan atau
udara kedalam perkerasan sehingga menghambat proses oksidasi aspal dan
mempertahankan ikatan aspal - agregat.
Perhitungan koefisien permeabilitas menggunakan rumus sebagai berikut :
AxPxT
Vxhxk …………………………………………………………..(2.18)
Dengan : k = koefisien permeabilitas,
V = volume air rembesan ( ml ),
h = tebal rata - rata benda uji ( cm ),
γ = berat jenis air ( 1x10-3
kg/cm3
),
A = luas penampang benda uji,
P = tekanan air pengujian ( kg/cm2
),
T = waktu perembesan ( detik ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2.2.12. Uji Uncofined Compressive Strength ( UCS )
Pengujian UCS ini untuk mengetahui kuat tekan dari perkerasan beraspal.
Kuat tekan lapis permukaan merupakan indikasi langsung untuk mengetahui
berapa besarnya beban yang mampu diterima oleh perkerasan jalan. Kuat tekan
merupakan kemampuan lapisan perkerasan untuk menahan beban yang bekerja
secara vertikal. Beban vertikal yang bekerja disebabkan oleh berat kendaraan
termasuk muatan yang membebani perkerasan pada arah vertikal. Besarnya kuat
tekan beban dihitung berdasarkan rumus:
UCS A
P …………………………………………………………(2.19)
Dengan : P = beban terkoreksi ( KN ),
A = luas penampang benda uji ( cm2 ).
2.2.13. Uji Indirect Tensile Strength ( ITS )
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kuat tarik dari perkerasan
beraspal. Nilai ITS yang tinggi berhubungan dengan makin tahannya perkerasan
terhadap potensi retak. Perhitungan besarnya kuat tarik tak langsung dengan
menggunakan rumus :
ITS )(
2
hd
xP ………………………………………………………(2.20)
Dengan : P = beban terkoreksi (kg),
π = phi (3,14),
h = tebal rata-rata benda uji (mm),
d = diameter benda uji (mm).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2.3. Kerangka Pikir
Gambar 2.1. Diagram Alir Kerangka Pikir
Latar belakang masalah
- Kebutuhan infrastruktur transportasi khususnya jalan
- Adanya perbedaan beban lalu lintas yang diterima tiap ruas jalan
dan kondisi iklim setempat
- Kurangnya tinjauan tentang pengaruh filler terhadap campuran
aspal, khususnya untuk lapisan penutup jalan (Surface Course)
- Terdapatnya beberapa jenis material yang bisa digunakan untuk
filler dan depositnya cukup melimpah.
- Perlunya mengetahui pengaruh filler terhadap campuran aspal
khususnya lapis beton aspal (laston) yang digunakan untuk
perkerasan jalan
- Dibutuhkan ketepatan dalam pemilahan material, khususnya filler
untuk meningkatkan kinerja perkerasan dalam pelayanannya
terhadap lalu lintas.
- Diharapkan bisa menekan faktor ekonomi dalam pengadaan
infrastruktur transportasi khususnya jalan.
Perlu data perbandingan pengaruh filler PC dengan filler lain yang
mungkin lebih efektif, murah, meningkatkan kinerja perkerasan dan
mudah didapat.
Mengadakan penelitian dengan topik;
Durabilitas Campuran Aspal Beton Menggunakan Filler Portland
Cement, Limbah karbit, dan Limbah Batubara.
Analisis Data
Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Eksperimental
yaitu mengadakan kegiatan percobaan dan penelitian untuk menentukan suatu
hasil. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemakaian
filler portland cement, pemakaian filler limbah karbit dan pemakaian filler limbah
batubara terhahap karakteristik Marshall dan durabilitas serta permeabilitas pada
perkerasan jalan yang memakai Campuran Aspal Beton. Disamping itu juga
diadakan pengujian Indirect Tensile Strength (ITS) dan Unconfined Compressive
Strength (UTS).
3.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.3. Bahan dan Alat Penelitian
3.3.1. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Agregat
Agregat kasar atau kecil berasal dari perusahaan pemecah batu PT. Panca
Dharma Boyolali Jawa Tengah
b. Portland Cement
Semen yang digunakan adalah semen Portland yang diproduksi oleh PT.
Semen Nusantara
c. Limbah Karbit
Limbah karbit didapat dari limbah pengelasan karbit di sekitar daerah Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
d. Limbah Batubara
Limbah Batubara didapat dari PT. Jaya Mix Sukoharjo-Surakarta.
e. Aspal penetrasi 60/70 produksi PERTAMINA yang diperoleh dari Lab. Jalan
Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS.
3.3.2. Peralatan
Perlatan laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Satu set saringan
b. Satu set kompor, pengaduk dan spatula
c. Beberapa Cetakan benda uji (mould) berdiameter 10 cm dengan tinggi 8 cm
d. Satu set alat pemadat yang terdiri alat penumbuk dan landasan pemadat
e. Dongkrak hidrolik
f. Bak perendam (water bath) yang dilengkapi pengaruh suhu
g. Satu set alat Marshall Test
h. Jangka sorong dan Thermometer
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan metode eksperimental
terhadap beberapa benda uji berbagai kondisi perlakuan yang diuji di
laboratorium. Untuk beberapa hal pada pengujian bahan, digunakan data sekunder
yang dikarenakan keterbatasan alat dan waktu yang tersedia pada Laboratorium
Jalan Raya, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNS.
Jenis data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu data primer dan
data sekunder.
3.4.1. Data Primer
Data ini merupakan data yang didapat langsung melalui serangkaian
kegiatan percobaan yang dilakukan sendiri dengan mengacu pada manual yang
ada. Untuk pengujian terhadap campuran aspal beton dengan pengujian Marshall,
data hasil pengujian pertama untuk mendapatkan nilai-nilai Marshall campuran
aspal beton dengan agregat yang sudah tersedia. Data hasil pengujian Marshall
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang kedua untuk mendapatkan nilai-nilai Marshall campuran aspal beton dengan
menggunakan filler semen portland, filler limbah karbit dan filler limbah
batubara. Data-data yang termasuk ke dalam data primer sebagai berikut :
Pemeriksaan tinggi dan berat benda uji
Data Job Mix campuran
Pembacaan alat Marshall yang terdiri dari stabilitas dan flow
Data uji permeabilitas
Data uji UCS (Unconfined Compressive Strength)
Data uji ITS (Indirect Tensile Strength)
3.4.2. Data Sekunder
Data ini merupakan data yang didapat secara tidak langsung (didapat dari
penelitian lain) untuk bahan atau jenis yang sama. Data sekunder yang diperoleh
adalah data pemeriksaan aspal keras dan agregat yang akan dipakai dalam
campuran yang meliputi :
Penetrasi, Titik lembek, Titik nyala, Daktilitas, dan Berat Jenis aspal
Keausan dengan mesin Los Angeles untuk CA, MA
Kelekatan batuan terhadap aspal untuk CA, MA
Penyerapan agregat terhadap air untuk CA, MA, dan FA
Berat jenis semu untuk CA, MA, dan FA
Analisa saringan
Kadar Aspal Optimum (KAO)
3.4.3. Variabel Data
Variabel-variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Untuk lebih jelasnya, diuraikan sebagai berikut :
a.Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh
variabel lain. Dalam penelitian ini variasi kadar aspal dan variasi kadar filler
merupakan variabel bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh
variabel bebas. Dalam penelitian ini stabilitas, Rongga Dalam Campuran (VIM)
dan Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient) merupakan variabel terikat.
3.5. Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Penelitian
Untuk memperoleh campuran sesuai dengan standard Bina Marga, maka
metarial yang digunakan terlebih dahulu diperiksa. Dari pemeriksaan tersebut
akan didapat data primer. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan agregat
yang dipakai dalam pembuatan campuran yaitu :
1. Pemeriksaan Aspal
Pemeriksaan penetrasi aspal keras
Pemeriksaan titik lembek dan titik bakar
Pemeriksaan daktilitas
Pemeriksaan berat jenis
2. Pemeriksaan Agregat
Pemeriksaan analisis saringan agregat
Pemeriksaan keausan agregat
Pemeriksaan berat jenis agregat
Pemeriksaan kelekatan terhadap aspal
3. Pemeriksaan dan Pengujian Briket Campuran Aspal
Pemeriksaan berat briket
Pembacaan Aspal
Pembacaan Flow
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3.5.1. Aspal
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal keras penetrasi
60/70 Pertamina. Adapun pemeriksaan dan persyaratannya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan penetrasi aspal keras PA-0301-76/ ASTM D-5-71
Untuk menentukan penetrasi bitumen keras dengan memasukkan jarum
penetrasi tertentu, ke dalam bitumen dengan suhu 250C dengan syarat 6,0 –
7,9 mm.
2. Pemeriksaan titik lembek PA-0303-76/ ASTM D-26-70
Untuk menentukan titik lembek aspal yaitu antara 480C sampai 58
0C
3. Pemeriksaan titik nyala PA-0303-76/ ASTM D-98-52
Untuk menentukan suhu yang terbaca saat terlihat nyala sekilas pada bidang
atas permukaan aspal saat diadakan pemanasan di atas api dengan suhu
minimum 2000C
4. Pemeriksaan daktilitas PA-0306-76/ ASTM D-113-69
Untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang
berisi aspal keras sebelum putus pada suhu 250C dan kecepatan 5 cm/menit
dengan syarat minimum 100 mm
5. Pemeriksaan berat jenis PA-0307-76/ ASTM D-70-72
Untuk menentukan berat jenis bitumen keras dan ter dengan piknometer.
Berat jenis bitumen atau ter adalah perbandingan antara berat bitumen atau ter
dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 250C dengan syarat
minimum 1 gr/cc.
3.5.2. Agregat
Agregat kasar dan agregat halus berasal dari mesin pemecah batu (Stone
Cruiser) PT Panca Dharma Surakarta. Pemeriksaan agregat meliputi :
1. Pemeriksaan gradasi agregat PB-0201-76/ ASTM C-136-93
Pemeriksaan ini untuk mengetahui gradasi dari masing-masing agregat guna
mengetahui komposisi masing-masing agregat dalam campuran. Pemeriksaan
gradasi menggunakan diameter saringan yang sesuai dengan spec rencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Pemeriksaan keausan agregat PB-0206-76
Pemeriksaan ini untuk menentukan ketahanan agregat terhadap keausan
3. Pemeriksaan berat jenis agregat halus PB-0203-76/ ASTM C-128-93
Pemeriksaan ini untuk mengetahui berat jenis agregat halus
4. Pemeriksaan berat jenis agregat kasar PB-0202-76/ ASTM C-127-88
Pemeriksaan ini untuk mengetahui berat jenis agregat kasar
5. Pemeriksaan berat jenis filler PB-0108-76
Pemeriksaan ini untuk mengetahui berat jenis filler.
3.5.3. Pengujian Briket Campuran Aspal Beton
Pengujian Campuran Aspal Beton dilakukan sesuai prosedur Marshall PC-0201-
76
3.6. Tahap Persiapan Penelitian di Laboratorium
3.6.1 Persiapan
Beberapa persiapan yang dilakukan berupa pengumpulan bahan yang
diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu agregat, aspal, filler, penyedia
peralatan, perencanaan job mix serta pengumpulan literatur penunjang penelitian.
3.6.2 Pemeriksaan Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian seperti agregat dan aspal
terlebih dahulu dilakukan pengujian dan pemeriksaan bahan. Pemeriksaan
dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat bahan dan mencocokkannya dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
3.6.3. Perencanaan Rancang Campuran (Job Mix Formula)
Perencanaan rancang campuran meliputi perencanaan gradasi agregat yang
sesuai dengan spesifikasi yang dipakai, penentuan kadar aspal dan pengukuran
komposisi masing-masing fraksi baik agregat, aspal maupun filler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
3.6.4. Pembuatan Benda Uji
a. Campuran Aspal Beton yang terdiri dari agregat, aspal dan filler ditimbang
sesuai dengan prosentase perhitungan, dipanaskan di atas kompor hingga
mencapai suhu ±1500C.
b. Aspal yang telah ditimbang sesuai kebutuhan dicurahkan ke tempat
pencampuran yang berisi agregat, kemudian diaduk sampai kondisi homogen
lalu didinginkan hingga suhu ± 1400C
c. Menyiapkan mould dan diberi alas kertas pada bagian dasar mould
d. Campuran Aspal Beton dituang ke dalam mould, kemudian ditusuk-tusuk
dengan spatula, lalu bagian atas juga diberi alas kertas.
e. Memadatkan campuran dengan alat penumbuk sebanyak 75 kali tumbukan
pada setiap sisi penampang mould.
f. Setelah pemadatan selesai, benda uji dileluarkan dari mould dengan
menggunakan dongkrak hidrolik, lalu benda uji didinginkan pada suhu ruang.
g. Selanjutnya benda uji direndam dalam water bath pada suhu 600
C selama
antara (20-30) menit sebelum diadakan pengetesan.
h. Tahap akhir masing-masing benda uji dikeringkan dengan lap, kemudian
diadakan pengetesan dengan alat Marshall.
3.6.5. Pengujian benda uji dengan berbagai variasi Kadar Filler
Benda uji (briket) dibuat masing-masing tiga buah untuk setiap variasi kadar
filler, dengan kadar aspal optimum sebesar 6 % dari data sekunder. Benda uji
dibuat dengan variasi kadar filler 4%; 5%; 6%; 7% dan 7,91%
Setelah briket benda uji dibuat, kemudian dilakukan pengujian Marshall
untuk mengetahui nilai stabilitas bacaan dan kelelehan plastis (flow). Dengan
kedua nilai itu dapat dihitung nilai stabilitas hitungan, VIM dan Marshall Quotient
dengan menggunakan rumus-rumus yang ada pada Bab II. Hasil perhitungan yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan batas-batas karakteristik yang
disyaratkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga dalam buku I : Rancang Campur
Aspal Panas Dengan Durabilitas Tinggi, 1998. Kemudian dilakukan analisa data
terhadap nilai-nilai tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3.6.6. Uji Durabilitas
Setelah ditetapkan besarnya kadar aspal optimum sebesar 6%, kemudian
benda uji dibuat kembali dengan menambahkan masing-masing filler Portland
cement dan menambahkan filler limbah karbit, dan filler limbah batu bara dengan
kadar sebesar 4%, 5%, 6%, 7% dan 7,91% terhadap berat filler yang digunakan.
Untuk pelaksanaan uji durabilitas, setiap benda uji dilakukan perendaman dengan
variasi waktu 0,5 jam ; 1 x 24 jam (1 hari); 7 x 24 jam (7 hari) dan 14 x 24 jam
(14 hari).
Tabel 3.1 Variasi Kadar Aspal Optimum dan Kadar Filler
Waktu Perendaman
(jam)
Kadar Filler (%)
4 5 6 7 7,91
0,5 3 3 3 3 3
1 x 24 3 3 3 3 3
7 x 24 3 3 3 3 3
14 x 24 3 3 3 3 3
3.6.7. Uji Permeabilitas
Langkah – langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a. Pada pengujian permeabilitas, prosedur pengujian dilakukan dengan mesin
AF16. Dalam pengujian permeabilitas mencakup 4 hal, yaitu : pemasangan
bejana rembesan, pengaliran air, pengujian dan penyelesaian.
1. Pemasangan bejana rembesan
a). Melepas sekrup dan baut pada 8 posisinya, yang mengencangkan bejana
penyerap dan penutup, kemudian melepaskan penutupnya.
b). Cincin O dipasang pada permukaan bawah penutup.
c). Memasukkan plat berlubang dan batu pori kedalam bejana penyerap.
d). Mengatur letak benda uji yang telah dipersiapkan sehingga terletak
ditengah batu pori.
e). Mengisi celah antara benda uji dan permukaan dalam bejana dengan lilin
atau paraffin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
f). Memasang penutup bejana penyerap pada bejana (memeriksa apakah
cincin O sudah terpasang), kemudian mengencangkan dengan sekrup dan
baut pada 8 posisinya.
2. Suplai air
a). Membuka katup suplai air (4) dan ventilasi udara (5), menghubungkan
pipa karet pensuplai air pada ujung katup(4), kemudian air dialirkan.
b). Mengecek ketinggian air dalam tangki dengan ketinggian tabung skala
akumulasi tekanan tangki (7). Untuk menurunkan konsumsi gas, air diisi
sebanyak mungkin dalam tangki.
c). Bila air diisi penuh, katup suplai air (4) dan ventilasi udara (5) ditutup.
d). Memutar katup pengatur tekanan (2) berlawanan arah jarum jam,
kemudian membuka lubang suplai tekanan pada bagian atas silinder nitrogen
(1), tekanan tertinggi akan ditunjukkan pada skala alat ukur tekanan (150
kg/cm2).
e). Membuka katup suplai tekanan (3), memutar katup pengatur tekanan (2)
untuk menghimpun tekanan 2-3 kg/cm2
(petunjuk 50 kg/cm2 pada alat ukur
tekanan).
f). Membuka ventilasi udara dari bejana dan bejan penyerap (10), kemudian
membuka katup sumber suplai (8) dan katup suplai (11) untuk menyuplai air.
g). Memeriksa apakah udara ikut keluar bersama air saat air meluap melalui
ventilasi udara, kemudian menutup katup suplai (11) dan menutup ventilasi
udara.
3. Pengujian
a). Memeriksa apakah katup suplai (11) tertutup. Bila uji tekanan
menunjukkan 10 kg/cm2 atau lebih, katup penghenti dibiarkan tertutup (12).
b). Mengatur pengujian tekanan yang dikehendaki dengan memutar katup
pengatur tekanan (2) searah jarum jam.
Catatan : terdapat selisih waktu antara kerja katup pengatur tekanan (2) dan
gerakan jarun jam penunjuk skala tekanan. Oleh karenanya satu kali operasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
katup pengatur tekanan dianggap selisih setelah mencapai tekanan yang
dikehendaki, dan saat mengamati gerakan jarum penunjuk setelah posisinya
tetap perlahan - lahan katup pengatur tekanan diputar lagi searah jarum jam
untuk mengatur tekanan uji.
c). apabila penetuan tekanan lebih besar dari tekana uji yang dikehendaki
tutuplah katup pengatur samping (2), ventilasi udara (5) dibuka akumulasi
tekanan tangki air untuk menurunkan tekanan menjadi lebih rendah dari
tekanan uji, kemudian ventilasi udara dittutup. Katup dibuka lagi dan katup
pengatur tekanan (2) diperiksa untuk tekanan uji dengan benar.
d). Membuka katup suplai (11) untuk memberikan tekanan benda uji.
e). Apabila air menetes dari pipa pengumpul sudah konstan, kemudian dicatat
waktu yang diperlukan untuk mengisi air pada tabung pengukur sebanyak
1000 cm2.
4). Penyelesaian
a). Menutup katup suplai (11), menutup katup pengatur tekanan kesamping
(2) berlawanan arah jarum jam untuk mengembalikan pada posisis angka 0.
b). Membuka ventilasi udara (5) untuk melepaskan tekanan, searah jarum jam
penunjuk kembali ke angka 0, menutup semua katup.
c). Membuka ventilasi udara bejana penyerap (10), melepas bejananya,
mengambil benda uji, kemudian peralatan dibersihkan.
Kemudian dengan data yang diperoleh dari uji permeabilitas dengan
menggunakan alat permeabilitas AF-16, dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus permeabilitas.
3.6.8. Uji Uncofined Compressive Stength (UCS)
Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a. Meletakkan benda uji ke mesin UCS
b. Menghidupkan mesin UCS, dan menurunkan pendesak (bagian atas) sehingga
mendekati benda uji. Setelah itu apabila pendesak mulai menekan benda uji,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
maka jarum penunjuk pada manometer mesin desak akan bergerak sesuai
dengan besarnya pembebanan.
c. Pada saat beban telah mencapai maksimum, maka salah satu dari jarum
penunjuk (jarum berwarna hitam) akan kembali ke posisi semula/nol. Jarum
lain (jarum berwarna merah) tetap menunjukkan angka pembebanan
maksimum.
d. Mencatat beban maksimum.
e. Mengeluarkan benda uji untuk dilakukan pengujian pada benda uji lainnya.
f. Dilakukan lagi kegiatan seperti prosedur diatas sampai benda uji terakhir.
g. Kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus kuat desak.
3.6.9. Uji Indirect Tensile Strength (ITS)
Langkah–langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a. Meletakkan benda uji pada mesin Marshall Test yang sudah dimodifikasi.
b. Setiap benda uji diukur terlebih dahulu tinggi keempat sisinya dan dihitung
rata–ratanya untuk menjadi patokan tinggi setiap benda uji. Kemudian diukur
diameter setiap benda uji.
c. Menaruh benda uji diatas mesin ITS, dan dilakukan pembebanan.
Pembebanan dihentikan setelah mencapai maksimum pada saat jarum
indikator pembebanan berhenti dan berbalik arah. Pada saat itu dilakukan
pembacaan besarnya nilai Indirect Tensile Strength (ITS) dan deformasi
meter.
d. Mengeluarkan benda uji untuk dilakukan pengujian pada benda uji lainnya.
e. Dilakukan lagi kegiatan seperti prosedur diatas sampai benda uji terakhir.
f. Kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus kuat tarik tak
langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3.7. Tahap Pelaksanaan Penelitian di Laboratorium
Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap pelaksanaan di laboratorium
untuk mendapatkan data yang selanjutnya akan dianalisa yaitu :
Tahap I : Pengujian Bahan ( Data yang dipakai adalah data sekunder )
Gambar 3.1. Flow Chart Pengujian Bahan
Mulai
Persiapan Benda Uji
Pemasangan Benda Uji
Aspal
1. Penetrasi
2. Titik Lembek
3. Titik Nyala
4. Titik Bakar
5. Daktilitas
6. Berat Jenis
7. Kelekatan Aspal
Agregat
1. Keausan
2. Gradasi
3. Berat Jenis
Spesifikasi
Bahan
Digunakan Untuk bahan Penelitian
Selesai
Memenuhi
Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tahap II : Mencari Kadar Aspal Optimum (Data yang dipakai adalah data
sekunder)
Gambar 3.2. Flow Chart Pengujian Kadar Aspal Optimum
Mulai
Bahan Memenuhi Spesifikasi
Perencanaan Campuran Dengan Berbagai Kadar Aspal :
4,5%, 5%, 5,5%, 6% dan 6,5% dari Berat Total Agregat
Pembuatan Benda Uji Tanpa Penggantian Filler Portland Cement,
Limbah Karbit, maupun Limbah Batu Bara (Dengan Jumlah
Tumbukan 2 x 75 kali)
Persiapan Marshall Test
Perendaman Benda Uji Dalam Water Bath
Selama 30 Menit dengan Suhu 600C
Uji Marshall dan Analisa
Penentuan Kadar Aspal Optimum
Selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tahap III : Pengujian Campuran Aspal Beton Dengan Filler Portland Cement,
Filler Limbah Karbit dan Filler Limbah Batubara
Mulai
Bahan Memenuhi Spesifikasi
Pencampuran Agregat + Filler Portland Cement , Filler
Limbah Karbit, Filler Limbah Batubara dengan Kadar 4%,
5%, 6%, 7%, 7,91% dari Berat total agregat atau 50,56%,
63,21%, 75,85%, 88,49%, 100% dari Berat Filler yang
digunakan+ Aspal (Kadar Aspal Optimum) Pada Suhu
1500C
Pembuatan Benda Uji
(Dengan Jumlah Tumbukan 2 x 75 Kali)
Persiapan Marshall Test
A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 3.3. Flow Chart Pengujian Campuran Aspal Beton Dengan Filler
Portland Cement, Filler Limbah Karbit dan Filler Limbah Batubara
A
Analisa Data
(Stabilitas, VIM, Marshall
Quotient dan Durabilitas)
Spesifikasi Campuran
Aspal Beton (LASTON)
(Bina Marga)
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3.8. Tahap Analisis Data
3.8.1. Analisis Pengujian Marshall
Untuk mendapatkan nilai-nilai dari persyaratan karakteristik yang diijinkan,
maka hasil percobaan pengujian test Marshall dianalisa dengan perhitungan yang
terdapat dalam pembahasan pada bab II. Pada analisa data pengujian Marshall ini
batasan karakteristiknya dibatasi pada :
1. Kadar Pori ( VIM ) dengan batasan 3 – 6%, dihitung dengan persamaan 2.8.
2. Stabilitas dengan batasan 550 – 1250 kg, dihitung dengan persamaan 2.9.
3. Hasil bagi Marshall (Quotient) dengan batasan 190 – 300 kg/mm, dihitung
dengan persamaan 2.10.
Hasil dari analisa Marshall ini digunakan untuk menentukan fraksi desain
(design fraction) yang akan dipergunakan untuk pengujian selanjutnya hasil dari
pengujian tersebut.
Dari pengujian Marshall ini akan dihitung indeks dari durabilitas dengan
menggunakan persamaan 2.1 dan 2.2.
3.8.2. Variabel Yang Diamati
Dalam penelitian ini akan diperoleh beberapa variabel, variabel–variabel itu
adalah :
1. Variabel bebas adalah prosentase kadar aspal, kadar filler dan waktu
perendaman.
2. Variabel terikat adalah Stabilitas, Rongga Dalam Campuran (VIM), hasil
bagi Marshall (Marshall Quotient) dan Durabilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Untuk mencari hubungan antara prosentase filler dengan stabilitas dan
durabilitas digunakan persamaan regresi untuk menggambarkan perilaku dari
campuran hasil pengujian di Laboratorium. Persamaan regresi akan dilakukan
dengan bantuan program Microsoft Excel. Dalam analisa ini akan didapatkan
beberapa grafik, yaitu :
1. Hubungan antara kadar filler dengan lama perendaman terhadap stabilitas.
2. Hubungan antara kadar filler dengan lama perendaman terhadap flow.
3. Hubungan antara kadar filler dengan lama perendaman terhadap hasil bagi
Marshall (Marshall Quotient).
4. Hubungan antara kadar filler dengan lama perendaman terhadap Rongga
Dalam Campuran (VIM).
5. Hubungan antara kadar filler dengan lama perendaman terhadap Durabilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)
Pemeriksaan agregat, pemeriksaan aspal, perencanaan campuran (job mix),
dan pengujian percobaan dengan variasi kadar aspal telah dilakukan pada
penelitian terdahulu ( Hanafi, 2004), data-data tersebut penulis gunakan sebagai
data sekunder dalam penelitian ini, yang lebih jelasnya dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (CA)
No. Jenis Pemeriksaan Syarat* Hasil**
1 Keausan dengan mesin Los Angeles Max. 40% 32,40 %
2 Kelekatan terhadap aspal > 95% 100 %
3 Penyerapan agregat terhadap air Max. 3% 1,96 %
4 Berat jenis semu Min. 2,5 gr/cc 2,65 gr/cc
Sumber : * Manual Pemeriksaan Bahan Jalan Raya
** Hasil Uji Penelitian Terdahulu di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik UNS
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Agregat Sedang (MA)
No. Jenis Pemeriksaan Syarat* Hasil**
1 Keausan dengan mesin Los Angeles Max. 40% 32,40 %
2 Kelekatan terhadap aspal > 95% 100 %
3 Penyerapan agregat terhadap air Max. 3% 1,46 %
4 Berat jenis semu Min. 2,5 gr/cc 2,69 gr/cc
Sumber : * Manual Pemeriksaan Bahan Jalan Raya
** Hasil Uji Penelitian Terdahulu di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (FA)
No. Jenis Pemeriksaan Syarat* Hasil**
1 Penyerapan agregat terhadap air Max. 3 % 1,52 %
2 Berat jenis semu Min. 2,5 gr/cc 2,84 gr/cc
Sumber : * Manual Pemeriksaan Bahan Jalan Raya
** Hasil Uji Penelitian Terdahulu di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik UNS
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Aspal
No. Jenis Pemeriksaan Syarat* Hasil**
1 Penetrasi, 100gr, 250C, 5 detik 60 -79 (0,1 mm) 73,6 (0,1 mm)
2 Titik Lembek 480 C - 58
0 C 48,55
0 C
3 Titik Nyala Min. 2000 C 334
0 C
4 Daktilitas, 250C, 5 cm/menit Min. 100 cm >150 cm
5 Berat Jenis Min. 1 gr/cc 1,034 gr/cc
Sumber: * Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton (Flexsibel) Lataston No.12/PT/B/1983
** Hasil Uji Penelitian Terdahulu di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik UNS
Tabel 4.5a. Hasil analisis saringan Agregat Kasar (CA)
No.
Saringan
Berat
Tertahan (gr)
Kumulatif Tertahan
% Lolos Berat
(gr) %
3/4”
1/2”
3/8”
NO.4
NO.8
NO.30
NO.50
NO.100
NO.200
Pan
0
1878,3
374,5
63,3
45,5
36,4
29,9
17,3
27,4
27,8
0
1878,3
2252,8
2316,1
2361,6
2398,0
2427,9
2445,2
2472,6
2500,4
0
75,1
90,1
92,6
94,4
95,9
97,1
97,8
98,9
100,0
100
24,88
9,90
7,37
5,55
4,10
2,90
2,21
1,11
0
Total 2500,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.5b. Hasil analisis saringan Agregat Sedang (MA)
No.
Saringan
Berat
Tertahan (gr)
Kumulatif Tertahan
% Lolos Berat
(gr) %
3/4”
1/2”
3/8”
NO.4
NO.8
NO.30
NO.50
NO.100
NO.200
Pan
0
23
479,3
1545,5
435,5
41,0
1,9
6,0
6,0
31,5
0
23
501,8
2047,3
2482,8
2523,8
2525,7
2531,7
2537,7
2569,2
0
0,87
19,53
79,69
96,64
98,23
98,31
98,54
98,77
100
100
99,12
80,47
20,31
3,36
1,77
1,69
1,46
1,23
0
Total 2569,2
Tabel 4.5c. Hasil analisis saringan Agregat Halus (FA)
No.
Saringan
Berat
Tertahan (gr)
Kumulatif Tertahan
% Lolos Berat
(gr) %
3/4”
1/2”
3/8”
NO.4
NO.8
NO.30
NO.50
NO.100
NO.200
Pan
0
0
25,3
147,5
405,5
907,0
349,9
329,0
162,0
382,5
0
0
25,3
172,8
578,3
1485,3
1835,2
2164,2
2326,2
2708,7
0
0
0,93
6,38
21,35
54,83
67,75
79,90
85,88
100
100
100
99,07
93,62
78,65
45,17
32,25
20,10
14,12
0
Total 2708,7
Tabel 4.6 Proporsi Penggunaan Agregat Dalam Campuran
No. Material Proporsi
1 Agregat kasar (Coarse Agregate CA) 17 %
2 Agregat sedang (Medium Agregate MA) 31 %
3 Agregat halus (Fine Agregate FA) 52 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4.7 Kombinasi Gradasi masing-masing Agregat
No.
Saringan
Jenis Agregat Kombinasi
CA MA FA Gradasi Spec Median
100% 17% 100% 31% 100% 52%
3/4” 100 17 100 31 100 52 100 100 100
½” 24,88 4,23 99,12 30,73 100 52 86,96 80 -100 90
3/8” 9,90 1,68 80,47 24,95 99,07 51,51 78,14 70 - 90 80
N0.4 7,37 1,25 20,31 6,30 93,62 48,68 56,23 50 - 70 60
N0.8 5,55 0,94 3,36 1,04 78,65 40,90 42,88 35 - 50 42,5
N0.30 4,10 0,70 1,77 0,55 45,17 23,49 24,73 18 - 29 23,5
N0.50 2,90 0,49 1,69 0,52 32,25 16,17 17,79 13 - 23 18
N0.100 2,21 0,38 1,46 0,45 20,10 10,45 11,28 8 -16 12
N0.200 1,11 0,19 1,23 0,38 14,12 7,34 7,91 4 - 10 7
Pan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.8 Berat Tertahan Masing-Masing Agregat dalam 1 Mould
Sieve
Material 19,1 12,7 9,52 4,76 2,38 0,59 0,279 0,149 0,074 PAN Jumlah
CA (gr) - 132,04 26,37 4,45 3,21 2,48 2,17 1,14 1,96 1,96 175,78
MA (gr) - 2,79 59,77 192,84 54,39 5,07 0,31 0,72 0,72 3,93 320,54
FA (gr) - - 5,07 29,26 80,44 80,02 75,69 59,14 32,16 75,90 537,68
Total - 134,83 91,21 226,55 138,04 187,57 78,17 61,00 34,84 81,79 1034
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
6%
6
5
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Percobaan Dengan Variasi Kadar Aspal Untuk
Mencari Kadar Aspal Optimum
4.2. Hasil Pengujian Marshall Properties dan Durabilitas
Campuran dengan Berbagai Kadar Filler serta Variasi Lama
Perendaman
Hasil pengujian menunjukkan variabel ketergantungan yang berupa
Stabilitas, Flow, Hasil Bagi Marshall (MQ), VIM dan Durabilitas terhadap
variabel bebas berupa prosentase kadar filler dan waktu perendaman. Dengan
variasi Kadar Filler sebesar 4%; 5%; 6%; 7%; dan 7,91% (kadar filler
maksimum), Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 6% berat agregat serta variasi
waktu perendaman sebesar 0,5 jam, 1 hari, 7 hari, dan 14 hari dengan hasil
sebagai berikut :
Kadar Aspal
Optimum
Hasil Test marshall Syarat
Kadar Aspal
4,5 5 5,5 6 6,5 4,5 5 5,5 6 6,5
Stabilitas
(kg) 980,87 984,90 1042,75 1128,07 1027,86
>550
Kadar Pori
(VIM)
(%)
6,388 5,822 5,632 5,092 4,416 3 - 5
Marshall
Quotient
(kg/mm)
288,56 257,57 257,29 309,98 295,97 200 - 350
Berat Isi Bulk
(density)
(gr/ml)
2,39 2,39 2,37 2,36 2,37 2 - 3
Flow (mm) 3,1 3,5 3,7 3,5 3,2 2 - 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Stabilitas dengan menggunakan Filler Semen, Filler
Limbah Karbit dan Filler Limbah Batu Bara dengan lama Perendaman
yang bervariasi : 0,5 jam, 1 hari, 7 hari, dan 14 hari.
kadar filler
(%)
Stabilitas
30 menit 1 hari 7 hari 14 hari
Semen Karbit B. Bara Semen Karbit B. Bara Semen Karbit B. Bara Semen Karbit B. Bara
4 1200,122 1189,200 580,013 1145,318 1087,434 555,663 1082,094 1038,779 507,649 1019,389 1009,943 374,592
5 1229,291 1208,545 583,126 1153,816 1123,272 558,135 1116,285 1067,020 512,730 1055,943 1023,234 396,242
6 1233,959 1217,516 673,752 1178,989 1136,958 569,898 1158,118 1132,290 525,531 1098,282 1083,589 413,042
7 1267,234 1228,638 806,673 1213,271 1196,507 653,156 1196,186 1177,571 545,624 1182,952 1174,550 494,833
7,91 1217,116 1199,573 787,449 1198,487 1139,430 634,298 1152,534 1103,270 540,040 1115,232 1080,934 484,580
Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 4.1. Grafik Stabilitas Perendaman 14 hari pada KAO dan FM
Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu perendaman
semakin kecil nilai Stabilitasnya. Juga terlihat semakin besar kadar filler yang
dipakai nilai Stabilitas tampak semakin besar. Pada kadar filler 7 % tercapai nilai
Stabilitas yang optimum baik pada perendaman 30 menit, 1 hari, 7 hari maupun
14 hari. Hal tersebut terlihat pada semua jenis filler, baik semen PC, limbah karbit
maupun limbah batubara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.11 Hasil Pengujian nilai Flow dengan menggunakan Filler Semen, Filler
Limbah Karbit dan Filler Limbah Batubara dengan lama Perendaman
yang bervariasi : 0,5 jam, 1 hari, 7 hari, dan 14 hari.
Kadar
Filler
(%)
Flow (mm)
30 menit 1 hari 7 hari 14 hari
Semen Karbit B.Bara Semen Karbit B.Bara Semen Karbit B.Bara Semen Karbit B.Bara
4 3,6 3,6 3,4 3,6 3,6 3,6 3,7 3,7 3,8 3,8 3,8 4,0
5 3,5 3,6 3,4 3,6 3,6 3,7 3,7 3,7 3,8 3,9 3,9 3,9
6 3,5 3,5 3,4 3,7 3,6 3,7 3,7 3,7 3,7 3,8 3,8 3,9
7 3,6 3,6 3,4 3,7 3,7 3,6 3,7 3,8 3,7 3,8 3,9 3,8
7,91 3,5 3,6 3,5 3,6 3,7 3,6 3,7 3,8 3,7 3,7 3,8 3,7
Sumber : Hasil Pengamatan Uji Lab.
Gambar 4.2. Grafik Flow Perendaman 14 hari pada KAO dan FM
Pada Tabel 4.11 terlihat bahwa semua campuran dengan filler semen PC,
limbah karbit maupun limbah batubara mempunyai nilai kelelehan (flow) hampir
sama, berkisar antara 3,5 - 4,0 %. Dengan waktu perendaman makin lama terlihat
nilai kelelehannya juga makin tinggi, artinya semakin lama waktu perendaman,
semakin plastis campuran tersebut, baik campuran dengan filler semen PC, limbah
karbit maupun limbah batubara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Hasil Bagi Marshall (MQ) dengan menggunakan
Filler Semen, Filler Limbah Karbit dan Filler Limbah Batubara dengan
lama Perendaman yang bervariasi : 0,5 jam, 1 hari, 7 hari, dan 14 hari.
Kadar
Filler
(%)
Hasil Bagi Marshall (Kg/mm)
30 menit 1 hari 7 hari 14 hari
Semen Karbit B.Bara Semen Karbit B.Bara Semen Karbit B.Bara Semen Karbit B.Bara
4 330,309 327,303 170,592 315,225 304,888 152,935 289,847 280,751 133,592 265,928 268,126 93,648
5 347,912 335,707 171,508 320,504 309,158 149,500 299,005 285,809 133,756 273,089 264,630 101,601
6 349,234 347,862 198,162 315,801 318,773 154,027 310,210 308,806 140,767 289,021 285,155 106,821
7 348,780 341,288 239,606 330,892 323,380 181,432 320,407 312,629 146,149 311,303 303,763 130,219
7,91 344,467 333,215 227,149 329,859 310,754 176,194 308,715 292,904 145,983 301,414 286,974 130,968
Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 4.3. Grafik Hasil Bagi Marshall (MQ)
Perendaman 14 hari pada KAO dan FM
Dari Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu perendaman
semakin kecil nilai MQ nya. Juga terlihat semakin besar kadar filler yang dipakai
nilai MQ cenderung semakin besar. Pada kadar filler 7 % tercapai nilai MQ yang
optimum baik pada perendaman 30 menit, 1 hari, 7 hari maupun 14 hari. Hal
tersebut terlihat pada semua jenis filler, baik semen PC, limbah karbit maupun
limbah batubara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.13 Hasil Pengujian nilai VIM dengan menggunakan Filler Semen, Filler
Limbah Karbit dan Filler Limbah Batubara Dengan Lama
Perendaman yang bervariasi : 0,5 jam, 1 hari, 7 hari, dan 14 hari.
Kadar VIM (%)
Filler 30 menit 1 hari 7 hari 14 hari
(%) Semen Karbit B.Bara Semen Karbit B.Bara Semen Karbit B.Bara Semen Karbit B.Bara
4 4,133 4,505 12,431 4,416 4,715 16,195 4,579 4,813 18,984 4,700 4,981 21,998
5 4,128 4,494 12,428 4,332 4,640 15,207 4,519 4,798 18,869 4,614 4,942 21,855
6 4,109 4,406 12,202 4,271 4,594 15,207 4,473 4,731 18,753 4,770 4,887 21,834
7 4,089 4,384 11,859 4,224 4,501 14,967 4,278 4,637 18,638 4,425 4,803 21,693
7,91 4,073 4,344 11,662 4,193 4,462 13,769 4,247 4,520 18,300 4,314 4,719 20,922
Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 4.4. Grafik Rongga Dalam Campuran (VIM)
Perendaman 14 hari pada KAO dan FM
Pada Tabel 4.13 terlihat bahwa nilai VIM campuran dengan filler limbah
karbit tampak lebih besar sedikit dari filler semen PC, sedang nilai VIM pada
filler limbah batubara jauh lebih besar dari semen PC. Seiring dengan makin
lamanya waktu perendaman makin besar pula nilai VIM masing-masing filler.
Pada kadar filler 7 % tercapai nilai VIM yang optimum baik pada perendaman 30
menit, 1hari, 7 hari maupun 14 hari. Hal tersebut terlihat pada semua jenis filler,
baik semen PC, limbah karbit maupun limbah batubara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.14 Hasil perhitungan Durabilitas Campuran dengan filler Portland
Cement, Waktu Perendaman dan Stabilitas Awal terhadap Indek
Penurunan Stabilitas dan Nilai Penurunan Stabilitas
Kadar Filler
4%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%) Nps (kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 1200,122 1145,318 1082,094 1019,389 1200,122 6,191 74,300
Si/So x 100% 100 95,43 90,17 84,94
Ips 4,57 0,87 0,75
Kadar Filler
5%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%) Nps (kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 1229,291 1153,816 1116,285 1055,943 1229,291 7,350 90,350
Si/So x 100% 100,00 93,86 90,81 85,90
Ips 6,14 0,51 0,70
Kadar Filler
6%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%) Nps (kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 1233,959 1178,989 1158,118 1098,282 1233,959 5,429 67,00
Si/So x 100% 100,00 95,54 93,85 89,00
Ips 4,45 0,28 0,69
Kadar Filler
7%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%) Nps (kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 1267,234 1213,271 1196,186 1182,952 1267,234 4,632 58,701
Si/So x 100% 100,00 95,74 94,39 93,35
Ips 4,26 0,22 0,15
Kadar Filler
7,91%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%) Nps (kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 1217,116 1198,487 1152,534 1115,232 1217,116 2,598 31,616
Si/So x 100% 100,00 98,47 94,69 91,63
Ips 1,53 0,63 0,44
Sumber : Hasil Perhitungan
Ips = Indek Penurunan Stabilitas (%)
Nps = Nilai Penurunan Stabilitas (kg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.15 Hasil perhitungan Durabilitas Campuran dengan filler Limbah
Karbit, Waktu Perendaman dan Stabilitas Awal terhadap Indek
Penurunan Stabilitas dan Nilai Penurunan Stabilitas
Kadar Filler
4%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%)
Nps
(kg) 0 1 7 14
Stabilitas (Kg) 1189,200 1087,434 1038,779 1009,943
1189,200 9,586 113,994 Si/So x 100% 100,00 91,44 87,35 84,93
Ips 8,56 0,68 0,35
Kadar Filler
5%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%)
Nps
(kg) 0 1 7 14
Stabilitas (Kg) 1208,545 1123,272 1067,020 1023,234
1208,545 8,349 100,903 Si/So x 100% 100,00 92,94 88,29 84,67
Ips 7,06 0,78 0,52
Kadar Filler
6%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%)
Nps
(kg) 0 1 7 14
Stabilitas (Kg) 1217,516 1136,958 1132,290 1083,589
1217,516 7,252 88,293 Si/So x 100% 100,00 93,38 93,00 89,00
Ips 6,62 0,06 0,57
Kadar Filler
7%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%)
Nps
(kg) 0,00 1,00 7,00 14,00
Stabilitas (Kg) 1228,638 1196,507 1177,571 1174,550
1228,638 2,907 35,719 Si/So x 100% 100,00 97,38 95,84 95,60
Ips 2,62 0,26 0,04
Kadar Filler
7,91%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips Total
(%)
Nps
(kg) 0 1 7 14
Stabilitas (Kg) 1199,573 1139,430 1103,270 1080,934
1199,573 5,782 69,361 Si/So x 100% 100,00 94,99 91,97 90,11
Ips 5,01 0,50 0,27
Sumber : Hasil Perhitungan
Ips = Indek Penurunan Stabilitas (%)
Nps = Nilai Penurunan Stabilitas (kg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.16 Hasil perhitungan Durabilitas Campuran dengan filler Limbah
Batubara, Waktu Perendaman dan Stabilitas Awal terhadap Indek
Penurunan Stabilitas dan Nilai Penurunan Stabilitas
Kadar Filler
4%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips
Total
(%)
Nps
(kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 580,013 555,663 507,649 374,592
580,013 8,855 51,361 Si/So x
100% 100,00 95,80 87,52 64,58
Ips 4,20 1,38 3,28
Kadar Filler
5%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips
Total
(%)
Nps
(kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 583,126 558,135 512,730 396,242
583,126 8,437 49,200 Si/So x
100% 100 95,71431984 87,92783751 67,95137594
Ips 4,29 1,30 2,85
Kadar Filler
6%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips
Total
(%)
Nps
(kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 673,752 569,898 525,531 413,042
673,752 18,897 127,318 Si/So x
100% 100,00 84,59 78,00 61,30
Ips 15,41 1,10 2,39
Kadar Filler
7%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips
Total
(%)
Nps
(kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 806,673 653,156 545,624 494,833
806,673 22,152 178,695 Si/So x
100% 100,00 80,97 67,64 61,34
Ips 19,03 2,22 0,90
Kadar Filler
7,91%
Waktu Perendaman (hari) Stabilitas
Awal (kg)
Ips
Total
(%)
Nps
(kg) 0 1 7 14
Stabilitas
(Kg) 787,449 634,298 540,040 484,580
787,449 22,450 176,783 Si/So x
100% 100,00 80,55 68,58 61,54
Ips 19,45 2,00 1,01
Sumber : Hasil Perhitungan
Ips = Indek Penurunan Stabilitas (%)
Nps = Nilai Penurunan Stabilitas (kg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
4.3. Analisa Regresi
Data yang didapat, yaitu data Stabilitas, Flow, Marshall Quotient, VIM
khusus untuk waktu perendaman 14 hari, sedangkan untuk data Durabilitas untuk
semua waktu perendaman yaitu 30 menit, 1 hari, 7 hari dan 14 hari. Semua data
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.10. ; Tabel 4.11. ; Tabel 4.12. ; Tabel 4.13. ;
Tabel 4.14. ; Tabel 4.15. ; Tabel 4.16. Kemudian dari data-data tersebut dicari
persamaan grafik yang menyatakan hubungan antara penggunaan kadar filler
dengan Stabilitas, antara kadar filler dengan Flow, antara kadar filler dengan
Marshall Quotient, antara kadar filler dengan VIM dan yang terakhir antara
kadar filler dengan Durabilitas. Untuk mendapatkan persamaan regresi digunakan
bantuan komputer melalui Microsoft Excel dalam bentuk tabel dan matrik.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel G.1. sampai dengan
Tabel G.36.
Dari grafik yang didapat akan terlihat masing-masing bentuk persamaannya,
nilai Koefisien Determinasinya, juga nilai Koefisien Korelasinya, dan dari grafik
itu pula akan dapat dibaca sifat hubungan kedua parameter yang membentuknya
untuk masing-masing `hubungan seperti tersebut diatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
4.4. Pembahasan
4.4.1. Hubungan Kadar Filler Terhadap Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan campuran untuk menahan terjadinya
deformasi yang terjadi akibat beban yang ditimbulkan dari lalu lintas. Nilai
stabilitas dipengaruhi antara lain oleh jumlah pemadatan, gradasi agregat, stiffnes
campuran dan kohesi campuran.
Nilai stabilitas yang terlalu tinggi mengakibatkan perkerasan menjadi kaku
dan dapat mengakibatkan lapis perkerasan menjadi mudah retak (cracking).
Stabilitas yang rendah akan menyebabkan terjadinya penurunan (deformation) dan
alur bekas roda (rutting) pada lapis perkerasan karena beban lalu lintas yang
bekerja di atasnya.
Gambar 4.5. Hubungan Kadar Filler dengan Nilai Stabilitas untuk
Waktu Perendaman 14 Hari
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada campuran yang memakai filler semen
dan limbah karbit, terlihat semakin besar kadar filler yang diberikan, semakin
tinggi nilai stabilitasnya hingga mencapai nilai optimum yang kemudian akan
menurun lagi. Sedang campuran yang memakai filler limbah batubara mengikuti
lengkung cekung yang artinya stabilitas tertinggi akan dicapai saat kadar filler
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
memakai maksimum. Stabilitas awal campuran yang memakai filler batubara jauh
lebih rendah bila dibandingkan dengan campuran yang memakai filler semen
maupun filler limbah karbit.
Tabel 4.17. Perbedaan Nilai Stabilitas untuk Waktu Perendaman 14 Hari
Kadar Filler Nilai Stabilitas (kg)
(%) Campuran Laston dengan Filler
Portland
Cement
Limbah
Karbit
% naik/turun
terhadap semen
Limbah
Batubara
% naik/turun
terhadap semen
50.56 ( 4 % ) 1019,389 1009,943 -0,927 374,592 -63,253
63.21 ( 5 % ) 1055,943 1023,234 -3,098 396,242 -62,475
75.85 ( 6 % ) 1098,282 1083,589 -1,338 413,042 -62,392
88.49 ( 7 % ) 1182,952 1174,550 -0,710 494,833 -58,170
100 (7.91 %) 1115,232 1080,934 -3,075 484,580 -56,549
Sumber : Hasil Perhitungan
Kalau nilainya (+) menunjukkan bahwa nilai stabilitas campuran laston
dengan limbah karbit maupun batubara lebih besar daripada portland cement,
sedangkan Kalau nilainya (-) menunjukkan bahwa nilai stabilitas campuran laston
dengan limbah karbit maupun batubara lebih kecil daripada portland cement.
Pada Tabel 4.19 menunjukkan bahwa dengan waktu perendaman 14 hari,
nilai stabilitas campuran dengan filler limbah karbit dengan berbagai kadar filler,
terlihat semuanya lebih kecil dari nilai stabilitas campuran dengan filler semen.
Pada perendaman 14 hari nilai stabilitas campuran yang memakai filler
limbah batubara dengan berbagai kadar filler terlihat jauh lebih kecil dari nilai
stabilitas campuran dengan menggunakan filler semen. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran E-25 dan E-26.
Spesifikasi Bina Marga untuk stabilitas mensyaratkan minimal 550 kg, ini
artinya untuk semua waktu perendaman 30 menit, 1 hari, 7 hari dan 14 hari, dan
semua variasi kadar fillernya, campuran yang menggunakan masing-masing filler
semen dan limbah karbit memenuhi spesifikasi tersebut. Sedang campuran yang
menggunakan filler limbah batubara untuk perendaman 7 hari dan 14 hari
semuanya tidak bisa memenuhi persyaratan, hal ini bisa dilihat di Tabel 2.6
(persyaratannya) dan Tabel 4.10 (hasil uji).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4.4.2. Hubungan Kadar Filler Terhadap Flow
Kelelehan plastis atau flow dinyatakan dalam milimeter (mm). Flow dapat
merupakan indikator terhadap lentur. Campuran yang mempunyai nilai flow tinggi
atau besar dapat diindikasikan bahwa campuran tersebut makin plastis atau
sebaliknya.
Gambar 4.6. Hubungan Kadar Filler dengan Nilai Flow untuk
Waktu Perendaman 14 Hari
Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada gambar 4.6. menunjukkan
bahwa dengan waktu perendaman 14 hari pada campuran yang menggunakan
filler semen, semakin besar kadar filler semakin tinggi nilai flow nya, sampai
mencapai harga optimum kemudian turun lagi. Demikian pula pada campuran
dengan filler limbah karbit tampak nilai flow akan semakin naik dengan
bertambahnya kadar filler sampai mencapai nilai optimum kemudian akan turun
lagi. Pada campuran yang memakai filler batubara mempunyai trend
kelengkungan hampir sama dengan campuran yang memakai filler semen,
maupun limbah karbit, hanya pada kadar filler 4% merupakan nilai flow yang
tertinggi. Ketiganya mempunyai trend lengkung yang sama yaitu lengkung
cembung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
4.4.3. Hubungan Kadar Filler Terhadap Hasil Bagi Marshall
Nilai hasil bagi Marshall (Marshall Quotient) atau yang biasa ditulis dengan
notasi MQ merupakan hasil bagi dari stabilitas dengan kelelahan yang digunakan
sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan atau fleksibilitas campuran. Nilai
MQ yang tinggi menunjukkan kekakuan dari perkerasan dan berakibat mudah
timbul retak-retak (cracking). Sebaliknya nilai MQ yang rendah menunjukkan
campuran terlalu plastis/fleksibel yang akan berakibat perkerasan mudah
mengalami deformasi pada waktu menerima beban lalu lintas.
Gambar 4.7. Hubungan Kadar Filler dengan Nilai Marshall Quotient untuk
Waktu Perendaman 14 Hari
Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.7. menunjukkan
bahwa dengan waktu perendaman 14 hari pada campuran yang menggunakan
filler semen dan limbah karbit, terlihat semakin besar kadar filler yang diberikan,
tampak nilai MQ semakin naik hingga mencapai nilai optimum yang kemudian
akan menurun lagi. Trend lengkungnya adalah lengkung cembung, sedangkan
pada campuran dengan filler batubara juga menunjukkan kelakuan yang sama,
hanya MQ awalnya pada kadar filler 4 % nilainya lebih rendah dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dengan campuran yang menggunakan filler semen dan karbit, sedang trend
lengkungnya adalah lengkung cekung.
Tabel 4.18. Perubahan nilai Marshall Quotient untuk Waktu Perendaman 14 hari
Kadar Filler Nilai Marshall Quotient (kg/mm)
(%) Campuran Laston dengan Filler
Portland
Cement
Limbah
Karbit
% naik/turun
terhadap semen
Limbah
Batubara
% naik/turun
terhadap semen
50.56 ( 4 % ) 265,928 268,126 0,827 93,648 -64,784
63.21 ( 5 % ) 273,089 264,630 -3,098 101,601 -62,796
75.85 ( 6 % ) 289,021 285,155 -1,338 106,821 -63,040
88.49 ( 7 % ) 311,303 303,763 -2,422 130,219 -58,170
100 (7.91 %) 301,414 286,974 -4,791 130,968 -56,549
Sumber : Hasil Perhitungan
Kalau nilainya (+) menunjukkan bahwa nilai stabilitas campuran laston
dengan limbah karbit maupun batubara lebih besar daripada portland cement,
sedangkan Kalau nilainya (-) menunjukkan bahwa nilai stabilitas campuran laston
dengan limbah karbit maupun batubara lebih kecil daripada portland cement.
Pada Tabel 4.20 menunjukkan bahwa dengan waktu perendaman 14 hari,
nilai Marshall Quotient (MQ) campuran yang memakai filler semen cenderung
lebih besar dari campuran yang memakai filler limbah karbit. Pada rendaman 14
hari, nilai MQ campuran yang memakai filler limbah batubara mutlak lebih kecil
dari campuran yang memakai filler semen, maupun campuran yang menggunakan
limbah karbit.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E-28 dan E-29. Untuk
campuran dengan ketiga filler masing-masing, semakin lama waktu perendaman
akan menghasilkan nilai Marshall Quotient yang cenderung menurun. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Harga MQ campuran dengan filler semen cenderung paling besar,
sedangkan campuran dengan filler limbah batubara semuanya lebih kecil. Berarti
campuran dengan filler semen cenderung lebih kaku daripada campuran yang
menggunakan filler limbah karbit, sedangkan campuran yang menggunakan filler
batubara ternyata sangat plastis (tidak memenuhi persyaratan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Spesifikasi Bina Marga untuk MQ mensyaratkan minimal 200 kg/mm –
maksimal 350 kg/mm, ini artinya untuk semua waktu perendaman 30 menit,
1 hari, 7 hari dan 14 hari, dan semua variasi kadar fillernya, untuk campuran yang
menggunakan masing-masing filler semen dan limbah karbit memenuhi
spesifikasi tersebut. Sedangkan campuran yang menggunakan filler limbah
batubara mutlak semuanya tidak memenuhi persyaratan, hal ini bisa dilihat di
Tabel 2.6 (persyaratannya) dan Tabel 4.12 (hasil uji).
4.4.4. Hubungan Kadar Filler Terhadap VIM
Nilai VIM atau prosentase rongga dalam campuran menunjukkan
banyaknya rongga yang terdapat dalam campuran. Apabila nilai VIM besar berarti
banyak rongga dalam campuran tersebut, sehingga permeabilitas menjadi besar
yang akan memungkinkan udara dan air masuk ke dalam campuran yang akan
menyebabkan hilangnya gaya kohesi antara batuan dan bitumen oleh karena sudut
kontak semakin kecil. Campuran yang mempunyai nilai VIM kecil menunjukkan
bahwa campuran perkerasan mudah terjadi bleeding karena kurangnya rongga
dalam campuran sehingga tidak memberikan ruang udara yang cukup untuk
pemuaian aspal akibat beban lalu lintas dan perubahan suhu yang cukup tinggi.
Gambar 4.8. Hubungan Kadar Filler dengan Nilai VIM untuk
Waktu Perendaman 14 hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.8. menunjukkan
bahwa dengan waktu perendaman 14 hari pada campuran yang menggunakan
filler semen dan limbah karbit terlihat semakin besar kadar filler yang diberikan,
tampak nilai Void In Mix (VIM) relatif tidak ada perubahan alias cenderung datar.
Sedang campuran dengan filler limbah batubara terlihat naik sampai mencapai
optimum yang kemudian akan menurun lagi. Campuran yang menggunakan filler
batubara mempunyai nilai VIM yang paling besar. Kemudian campuran yang
menggunakan filler karbit mempunyai nilai VIM lebih kecil, sedangkan campuran
yang menggunakan filler semen mempunyai nilai VIM paling kecil.
Tabel 4.19. Perubahan nilai VIM untuk Waktu Perendaman 14 hari
Kadar Filler Nilai VIM (%)
(%) Campuran Laston dengan Filler
Portland
Cement
Limbah
Karbit
% naik/turun
terhadap semen
Limbah
Batubara
% naik/turun
terhadap semen
50.56 (4 %) 4,700 4,981 5,972 21,998 368,009
63.21 ( 5 % ) 4,614 4,942 7,106 21,855 373,701
75.85 ( 6 % ) 4,770 4,887 2,459 21,834 357,761
88.49 ( 7 % ) 4,425 4,803 8,533 21,693 390,193
100 (7.91 %) 4,314 4,719 9,384 20,92 384,942
Sumber : Hasil Perhitungan
Kalau nilainya (+) menunjukkan bahwa nilai stabilitas campuran laston
dengan limbah karbit maupun batubara lebih besar daripada portland cement,
sedangkan Kalau nilainya (-) menunjukkan bahwa nilai stabilitas campuran laston
dengan limbah karbit maupun batubara lebih kecil daripada portland cement.
Pada Tabel 4.21 menunjukkan bahwa dengan waktu perendaman 14 hari,
nilai VIM campuran yang memakai filler limbah semen total lebih kecil dari
campuran yang memakai filler karbit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Pada rendaman 14 hari, nilai VIM campuran yang memakai filler batubara
mutlak lebih besar dari campuran yang memakai filler semen, maupun karbit.
Keadaan ini terjadi karena berat jenis filler yang berbeda. Oleh karena berat
jenis limbah batubara jauh lebih kecil, maka dengan berat yang sama filler limbah
batubara lebih banyak memerlukan volume. Hal ini menyebabkan campuran yang
menggunakan filler limbah batubara mempunyai rongga yang besar.
Spesifikasi Bina Marga untuk Rongga Dalam Campuran atau Void In Mix
(VIM) mensyaratkan minimal 3 % sampai maksimal 5 %, ini artinya untuk semua
waktu perendaman 30 menit, 1 hari, 7 hari dan 14 hari, dan semua variasi kadar
fillernya, campuran yang menggunakan filler semen, maupun karbit memenuhi
syarat semua. Sedangkan untuk campuran yang menggunakan limbah batubara
mutlak semuanya tidak memenuhi syarat spesifikasi tersebut, hal ini bisa dilihat di
Tabel 2.6 (persyaratannya) dan Tabel 4.13 (hasil uji).
4.4.5. Hubungan Kadar Filler Terhadap Durabilitas
Durabilitas adalah kemampuan untuk mencegah terjadinya perubahan pada
aspal (oksidasi dan polimerisasi), kehancuran agregat dan mengelupasnya selaput
aspal pada agregat. Faktor tersebut dipengaruhi oleh cuaca, air, suhu atau
temperatur dan keausan akibat gesekan roda kendaraan. Sifat tahan lama
(durability) untuk Campuran Aspal Beton ini dilakukan dengan uji Marshall.
Pengujian tersebut untuk mengetahui ketahanan campuran bilamana diadakan
penggantian bahan pengisi dengan filler pengganti dengan kadar yang bervariasi
4%, 5%, 6%, 7%, dan 7,91% baik dengan semen, limbah karbit maupaun limbah
batubara terhadap campuran normal di dalam laboratorium dengan melakukan
perendaman dalam air dengan suhu 600C dengan variasi perendaman 0 hari (30
Menit), 1 hari, 7 hari dan 14 hari.
Sifat tahan lama (durability) atau keawetan suatu campuran ditunjukkan
oleh nilai indeks penurunan stabilitas (Ips) dinyatakan dalam %, dan nilai
penurunan stabilitas (Nps) dinyatakan dalam kg.
Pada Tabel 4.14 terlihat bahwa campuran dengan filler semen indeks
penurunan stabilitas (Ips) berkurang dari 6,191% pada campuran dengan kadar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
filler semen sebesar 4 %, menjadi 2,598 % pada campuran dengan pemakaian
kadar filler semen maks (FM) sebesar 7,91 %. Sedangkan nilai penurunan
stabilitas (Nps) berkurang dari 74,300 kg pada campuran dengan filler 4 %,
menjadi 31,616 kg pada campuran dengan pemakaian filler maks (FM) sebesar
7,91 %. Pada kadar filler 5 % Indeks penurunan stabilitas Ips mencapai nilai
optimum yaitu sebesar 7,350 % dan Nilai penurunan stabilitas Nps sebesar 90,350
kg.
Pada campuran dengan filler limbah karbit indeks penurunan stabilitas (Ips)
berkurang dari 9,586 % pada campuran dengan kadar filler 4 % menjadi 5,782 %
pada campuran dengan pemakaian kadar filler limbah karbit maks (FM) sebesar
7,91 %. Sedangkan nilai penurunan stabilitas (Nps) berkurang dari 113,994 kg
pada campuran dengan kadar filler 4 % menjadi 69,361 kg pada campuran dengan
pemakaian kadar filler maks (FM) sebesar 7.91 %. Indeks penurunan stabilitas
Ips mencapai optimum pada kadar filler 4 % yaitu sebesar 9,586 % dan nilai
penurunan stabilitas Nps sebesar 113,994 kg.
Pada campuran dengan filler limbah batubara indeks penurunan stabilitas
(Ips) bertambah dari 8,855 % pada campuran dengan kadar filler 4 % menjadi
22,450 % pada campuran dengan pemakaian kadar filler limbah batubara maks
(FM) sebesar 7,91 %. Sedangkan nilai penurunan stabilitas (Nps) bertambah dari
51,361 kg pada campuran dengan kadar filler 4 % menjadi 176,783 kg pada
campuran dengan pemakaian kadar filler maks (FM) sebesar 7,91 %. Indeks
penurunan stabilitas Ips mencapai optimum pada kadar filler 7,91 % yaitu sebesar
22,450 % dan nilai penurunan stabilitas Nps sebesar 178,695 kg pada kadar filler
7%.
Dari Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 terlihat bahwa campuran yang menggunakan
filler semen dan limbah karbit makin besar kadar filler yang digunakan nilai Ips
dan Nps cenderung makin kecil. Sedangkan pada campuran yang menggunakan
limbah batubara terlihat hal sebaliknya, makin besar kadar filler yang digunakan,
nilai Ips dan Nps cenderung makin besar pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.9. Perbedaan Nilai Penurunan Stabilitas (Nps) Pada Beberapa Kadar
Filler
Gambar 4.10 Hubungan Kadar Filler dengan Nilai Penurunan Stabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Nilai hasil perhitungan Indeks Penurunan Stabilitas (Ips) ditunjukkan dalam
grafik di bawah ini:
Gambar 4.11. Perbedaan Indeks Penurunan Stabilitas (Ips) Pada Beberapa Kadar
Filler
Gambar 4.12. Hubungan Kadar Filler dengan Indeks Penurunan Stabilitas (Ips)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
4.5. Pengujian Rembesan (Permeabilitas)
Pengujian permeabilitas bertujuan untuk mendapatkan koefisien
permeabilitas yaitu kemampuan lapisan aspal beton dalam mengalirkan zat alir
(fluida). Pengujian dilakukan dengan mengalirkan air bertekanan melewati benda
uji, waktu yang diperlukan untuk melewatkan air dalam satuan volume merupakan
salah satu variabel dalam menentukan besarnya koefisien permeabilitas. Data lain
yang diperlukan dalam perhitungan adalah diameter sampel (cm), volume
tampungan air (ml) dan tekanan air (kg/cm2). Kemudian dari data tersebut
dilakukan perhitungan koefisien permeabilitas dalam satuan cm/dtk, berikut
disajikan contoh perhitungan permeabilitas :
Contoh perhitungan permeabilitas pada kadar aspal optimum (KAO 6%)
dan kadar filler max (FM 7,91%) adalah sbb :
1. Perhitungan permeabilitas untuk campuran dengan filler Semen :
Kode benda uji : semen 6.7,91.1
Waktu rembesan (t) : 230 detik
Volume air rembesan (v) : 1000 cm3
Berat jenis air (ɤ ) : 1x10-3
kg/cm3
Tekanan air pengujian (p) : 3 kg/cm2
Tebal rata-rata benda uji (T) : 6,585 cm
Luas penampang benda uji (A) : π d2
: x 3,14 x 102
: 78,5 cm2
Besarnya Kecepatan (nilai) permeabilitas adalah sbb :
K = 000121,023035,78
001,0585,61000
xx
xx
AxPxt
VxTx = 1,21x10
-4 (cm/detik)
2. Perhitungan permeabilitas untuk campuran dengan filler limbah Karbit :
Kode benda uji : karbit 6.7.91.1
Waktu rembesan (t) : 130 detik
Volume air rembesan (v) : 1000 cm3
Berat jenis air (ɤ ) : 1x10-3
kg/cm3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tekanan air pengujian (p) : 3 kg/cm2
Tebal rata-rata benda uji (T) : 6,040 cm
Luas penampang benda uji (A) : π d2
: x 3,14 x102
: 78,5cm2
Besarnya Kecepatan (nilai) permeabilitas adalah sbb :
K = 000197,013035,78
001,004125,61000
xx
xx
AxPxt
VxTx = 1,97x10
-4 (cm/detik)
3. Perhitungan permeabilitas untuk campuran dengan filler Batu Bara :
Kode benda uji : batubara 6.79,1.1
Waktu rembesan (t) : 94 detik
Volume air rembesan (v) : 1000 cm3
Berat jenis air (ɤ ) : 1x10-3
kg/cm3
Tekanan air pengujian (p) : 3 kg/cm2
Tebal rata-rata benda uji (T) : 6,245 cm
Luas penampang benda uji (A) : π d2
: x 3,14 x 102
: 78.5cm2
Besarnya Kecepatan (nilai) permeabilitas adalah sbb :
K = 000282,09435,78
001,0245,61000
xx
xx
AxPxt
VxTx= 2,82x10
-4 (cm/detik)
Hasil perhitungan permeabilitas pada kadar aspal optimum (KAO) dan filler
max (FM) tersaji pada Tabel 4.24.
Dari hasil pengujian permeabilitas seperti tersaji pada Tabel 4.24, terlihat
bahwa campuran yang menggunakan filler limbah batubara memiliki nilai
permeabilitas yang terbesar (3,35x10-4
cm/detik) dibandingkan dengan campuran
yang menggunakan filler limbah karbit (1,96x10-4
cm/detik) atau yang
menggunakan filler semen (1,34x10-4
cm/detik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Hal ini menunjukkan bahwa campuran yang menggunakan filler dari limbah
batubara mempunyai kemampuan paling besar untuk dapat mengalirkan air, atau
dengan kata lain mempunyai koefisien impermeabilitas paling kecil, atau
mempunyai potensi kedap paling kecil. Ini berarti campuran yang memakai filler
limbah batubara mempunyai potensi paling rawan terhadap kemungkinan terkena
resiko terjadinya oksidasi. Dengan kata lain campuran dengan filler limbah
batubara akan lebih pendek umur pelayanannya (Durabilitasnya paling rendah),
kemudian disusul campuran yang memakai filler limbah karbit dan terakhir adalah
campuran dengan filler semen (paling awet).
Gambar 4.13. Grafik perbandingan nilai permeabilitas pada KAO dan FM
4.6. Uji Unconfined Compressive Stength (UCS)
Pengujian UCS ini untuk mengetahui kuat tekan dari perkerasan beraspal.
Kuat tekan lapis permukaan merupakan indikasi langsung untuk mengetahui
berapa besarnya beban yang mampu diterima perkerasan jalan. Kuat tekan
merupakan kemampuan lapisan perkerasan untuk menahan beban yang bekerja
secara vertikal. Beban yang bekerja secara vertikal yang disebabkan oleh berat
kendaraan termasuk muatan yang membebani perkerasan sevara vertikal.
Besarnya kuat tekan bebas dihitung berdasarkan rumus :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
UCS A
P
Dengan : P = beban terkoreksi,
A = luas penampang benda uji.
Contoh perhitungan UCS kadar aspal optimum (KAO 6%) dan kadar filler max
(FM 7,91%) adalah sbb :
1. Perhitungan UCS untuk campuran dengan filler semen :
Kode benda uji : semen 6.7,91.1
Beban terkoreksi (P) : 40 KN
Luas penampang benda uji (A) : π d2
: x 3,14 x 102
: 78,5 cm2
UCS = = 5,78
40 = 0,51 KN/cm
2 =
51 kg/ cm
2
2. Perhitungan UCS untuk campuran dengan filler karbit:
Kode benda uji : karbit 6.7,91.1
Beban terkoreksi (P) : 30 KN
Luas penampang benda uji (A) : π d2
: x 3,14 x 102
: 78,5 cm2
UCS = = = 0,38 KN/cm2
= 38 Kg/cm2
3. Perhitungan UCS untuk campuran dengan filler batu bara:
Kode benda uji : batubara 6.7,91.1
Beban terkoreksi (P) : 35 KN
Luas penampang benda uji (A) : π d2
: x 3,14 x 102
: 78,5 cm2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
UCS = = = 0,45 KN/cm2
= 45 Kg/cm2
Hasil perhitungan UCS pada kadar aspal optimum (KAO) dan filler max
(FM) tersaji pada tabel 4.25.
Dari hasil pengujian UCS seperti tersaji pada Tabel 4.25, terlihat bahwa
campuran yang menggunakan campuran filler limbah batubara memiliki nilai
UCS yang paling kecil (30 kg/cm2) dibandingkan dengan campuran yang
menggunakan filler limbah karbit (45 kg/cm2) atau campuran yang memakai filler
semen (47kg/cm2). Hal ini dapat diartikan bahwa bila beban lalu lintasnya sama,
maka campuran yang menggunakan filler batubara akan lebih pendek masa
pelayanannya (durabilitasnya paling rendah) kemudian diikuti campuran dengan
filler limbah karbit dan terakhir campuran dengan filler semen (paling awet).
Gambar 4.14. Grafik perbandingan nilai UCS pada KAO dan FM
4.7. Uji Indirect Tensile Strength (ITS)
Pengujian ITS dimaksudkan untuk mengetahui kuat tarik dari perkerasan
beraspal. Nilai ITS yang tinggi berhubungan dengan makin tahannya perkerasan
terhadap potensi retak pada suhu rendah. Perhitungan besarnya nilai kuat tarik tak
langsung menggunakan rumus :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
ITS )(
2
hd
xP
Dengan : P = beban terkoreksi,
π = phi (3,14),
h = tebal rata- rata benda uji,
d = diameter benda uji.
1. Perhitungan ITS untuk campuran dengan filler semen
Kode sampel : ITS. A6. S7,91. 1
Pembacaan beban ITS : 34,5 lb x 0,454
: 15,663 kg
Beban terkoreksi : Beban x faktor kalibrasi x koreksi tebal
: 15,663 x 30,232 x 0,98
: 464,05 kg
Besarnya kuat desak terkoreksi menggunakan rumus berikut :
ITS = = = 0,046 kg/mm2
= 4,6 kg/cm2
2. Perhitungan ITS untuk campuran dengan filler limbah karbit
Kode sampel : ITS. A6. K7,91. 1
Pembacaan beban ITS : 28,5 lb x 0,454
: 12,939 kg
Beban terkoreksi : Beban x faktor kalibrasi x koreksi tebal
: 406,82 kg
Besarnya kuat desak terkoreksi menggunakan rumus berikut :
ITS = = = 0,042 kg/mm2
= 4,2 kg/cm2
3. Perhitungan ITS untuk campuran dengan filler limbah batu bara
Kode sampel : ITS. B6. S7,91. 1
Pembacaan beban ITS : 24 lb x 0,454
: 10,896 kg
Beban terkoreksi : Beban x faktor kalibrasi x koreksi tebal
: 10,896 x 30,232 x 0,96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
: 316,23 kg
Besarnya kuat desak terkoreksi menggunakan rumus berikut :
ITS = = = 0,031 kg/mm2
= 3,1 kg/cm2
Dari hasil pengujian ITS seperti tersaji pada Tabel 4.26 terlihat bahwa
campuran yang menggunakan campuran filler limbah batubara memiliki nilai ITS
yang paling kecil (3,35 Kg/cm2) dibandingkan dengan campuran yang
menggunakan filler limbah karbit (4,40 Kg/cm2) atau campuran yang memakai
filler semen (5,23 Kg/cm2). Hal ini menunjukkan bahwa campuran yang
menggunakan filler limbah batubara memiliki potensi ketahanan paling kecil
untuk menghadapi kemungkinan retak dibandingkan campuran yang memakai
filler limbah karbit dan campuran yang memakai filler semen. Dengan kata lain
campuran dengan limbah batubara akan lebih pendek umur pelayanannya
(durabilitasnya paling rendah) kemudian diikuti campuran dengan filler limbah
karbit dan terakhir campuran dengan filler semen (paling awet).
Gambar 4.15. Grafik perbandingan nilai ITS pada KAO dan FM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
4.8. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Tabel 4.20. Rekapitulasi Marshall Properties untuk Perendaman 14 hari
dengan KAO 6%
Karakteristik
Marshall
Kadar
Filler Filler
Semen
Filler
Limbah
Karbit
% naik/turun
terhadap
semen
Filler
Limbah
Batubara
% naik/turun
terhadap
semen ( % )
Nilai
Stabilitas
(kg)
4 1019,389 1009,943 -0,927 374,592 -63,253
5 1055,943 1023,234 -3,098 396,242 -62,475
6 1098,282 1083,589 -1,338 413,042 -62,392
7 1182,952 1174,550 -0,710 494,833 -58,170
7,91 1115,232 1080,934 -3,075 484,580 -56,549
Marshall
Quotient
(kg/mm)
4 265,928 268,126 0,827 93,648 -64,784
5 273,089 264,630 -3,098 101,601 -62,796
6 289,021 285,155 -1,338 106,821 -63,040
7 311,303 303,763 -2,422 130,219 -58,170
7,91 301,414 286,974 -4,791 130,968 -56,549
VIM (%)
4 4,700 4,981 5,972 21,998 368,009
5 4,614 4,942 7,106 21,855 373,701
6 4,770 4,887 2,459 21,834 357,761
7 4,425 4,803 8,533 21,693 390,193
7,91 4,314 4,719 9,384 20,922 384,942
Tabel 4.21. Rekapitulasi Hasil Pengujian Durabilitas dengan KAO 6%
Durabilitas Kadar Filler
(%) Filler Semen
Filler Limbah
Karbit
Filler Limbah Batu
Bara
Ips (%) 4
6,191 9,586 8,855
Nps (kg) 74,300 113,994 51,361
Ips (%) 5
7,350 8,349 8,437
Nps (kg) 90,350 100,903 49,200
Ips (%) 6
5,429 7,252 18,897
Nps (kg) 66,996 88,293 127,318
Ips (%) 7
4,632 2,907 22,152
Nps (kg) 58,701 35,719 178,695
Ips (%) 7,91
2,598 5,782 22,450
Nps (kg) 31,616 69,361 176,783
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 4.22. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Permeabilitas
KODE FILLER MAX
KADAR
ASPAL OPTIMUM
(KAO)
DIAMETER BENDA UJI
TEBAL BENDA UJI
TEBAL WAKTU
REMBESAN NILAI
SAMPEL (FM) RATA-
RATA (t) REMBESAN
T1 T2 T3 T4 (T) (K)
(%) (%) (cm) (cm) (cm) (detik) (cm/detik)
- 6 .7,91. 1
Semen
7,91
10 6,66 6,55 6,49 6,64 6,585 230 0,000121
- 6 .7,91. 2 6 10 6,03 5,83 6,0 6,28 6,035 168 0,000152
- 6 .7,91. 3 10 6,05 6,07 6,12 6,15 6,097 202 0,000128
Rata-rata 0,000134
(1,34x10-4)
- 6 .7,9 . 1 Limbah
Karbit
7,91
10 5,97 6,08 6,09 6,02 6,040 130 0,000197
- 6 .7,9 . 2 6 10 6,17 6,16 6,06 6,14 6,133 129 0,000202
- 6 .7,91. 3 10 6,44 6,50 6,40 6,39 6,433 144 0,000189
Rata-rata 0,000196
(1,96x10-4)
- 6 .7,91 .1 Limbah
Batu Bara
7,91
10 6,27 6,27 6,19 6,25 6,245 94 0,000282
- 6 .7,91 .2 6 10 6,28 6,14 6,14 6,22 6,195 64 0,000411
- 6 .7,91. 3 10 6,04 6,09 6,02 6,05 6,050 80 0,000311
Rata-rata 0,000335
(3,35x10-4)
Tabel 4.23. Rekapitulasi Hasil Perhitungan UCS
Kode
Sampel
Kadar
Filler
Kadar
Aspal
Optimum
Beban
Terkoreksi
Diameter
Sampel
Luas
Penampang
Nilai
UCS
(%) (KN) (cm) (cm2) (Kg/cm
2)
6.7, 91.1 Semen
6
40 10 78,8 51
6.7,9.1.2 7,91
40 10 78,5 51
6.7,9.1.3 30 10 78,5 38
Rata – rata 47
6.7, 91.1
Limbah
Karbit
7,91
6
30 10 78,5 38
6.7,9.1.2 35 10 78,5 45
6.7,9.1.3 40 10 78,5 51
Rata - rata 45
6.7, 91.1 Limbah
Batu
Bara
7,91
6
35 10 78,5 45
6.7,9.1.2 10 10 78,5 13
6.7,9.1.3 25 10 78,5 32
Rata - rata 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 4.24 Rekapitulasi Hasil Perhitungan ITS
Kode
Sampel
Kadar
Filler
Kadar Aspal
Optimum
Pembacaan
Dial
Beban
Terkoreksi
Nilai ITS
(%) (%) (lb) (kg) (Kg/cm2)
6.7, 91.1
Semen
7,91 6
34,5 464,05 4,60
6.7,9.1.2 39 540,64 5,34
6.7,9.1.3 40,5 572,55 5,74
Rata – rata 5,23
6.7, 91.1 Limbah
Karbit
7,91
6
28,5 406,82 4,20
6.7,9.1.2 31 429,74 4,26
6.7,9.1.3 33 471,05 4,74
Rata - rata 4,40
6.7, 91.1 Limbah
Batu Bara
7,91
6
24 316,23 3,10
6.7,9.1.2 27 352,05 3,41
6.7,9.1.3 26,5 360,08 3,54
Rata – rata 3,35
4.9. Komparasi Pemakaian Filler Semen, Limbah Karbit, dan
Limbah Batubara terhadap Marshall Properties.
Dalam penelitian ini telah dihasilkan nilai-nilai Marshall Properties
(Stabilitas, Flow, Marshall Quotient, VIM) bila campuran aspal beton dengan
kadar aspal sebesar 6% tersebut menggunakan masing-masing filler semen,
limbah karbit, dan limbah batubara dengan kadar filler yang maksimum yaitu
7,91 % dari berat total agregat. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan
persyaratan Marshall Properties yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum seperti terlihat pada Tabel 2.6. Persyaratan Sifat Campuran.
Ternyata campuran aspal beton yang memakai filler semen dan limbah
karbit Marshall Propertiesnya memenuhi persyaratan semua, sedang campuran
aspal beton yang memakai filler limbah batubara sebagian tidak memenuhi
persyaratan. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.25. Komparasi Pemakaian Filler Semen, Limbah Karbit, dan Limbah Batubara dengan KAO 6% dan FM 7,91%
Abu Batu Semen Karbit Batu Bara
30 menit 30 menit 1 Hari 7 Hari 14 Hari 30 menit 1 Hari 7 Hari 14 Hari 30 menit 1 Hari 7 Hari 14 Hari
Stabilitas 1128,070* 1217,116* 1198,487* 1152,534* 1115,232* 1199,573* 1139,430* 1103,270* 1080,934* 787,449* 634,298* 540,040** 484,580**
Kelelehan 3,500* 3,500* 3,600* 3,700* 3,700* 3,600* 3,600* 3,800* 3,800* 3,500* 3,600* 3,700* 3,700*
MQ 309,980* 344,467* 329,859* 308,715* 301,414* 333,215* 310,754* 292,904* 286,974* 227,149* 176,194*** 145,983*** 130,968***
VIM 5,092*** 4,073* 4,193* 4,247* 4,314* 4,344* 4,462* 4,520* 4,719* 11,662*** 13,769*** 18,300*** 20,922***
Keterangan:
Lihat Tabel 2.6 Persyaratan Sifat Campuran, halaman 31
* : Memenuhi syarat untuk lalulintas berat, sedang maupun ringan
** : Tidak memenuhi syarat untuk lalulintas berat, tapi masih memenuhi syarat untuk lalulintas sedang dan lalulintas ringan
*** : Tidak memenuhi syarat untuk lalulintas berat, sedang, maupun ringan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan yang telah
diuraikan di muka maka diperoleh kesimpulan :
1. Hasil penelitian untuk nilai-nilai uji Marshall dengan waktu perendaman 14
hari dan kadar Filler Maksimum (FM = 7,91 %) dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Nilai stabilitas (stability) campuran dengan filler semen (1115,232 kg)
lebih besar dari campuran dengan filler limbah karbit (1080,934 kg),
sedangkan campuran dengan filler limbah batubara (484,580 kg) nilai
stabilitasnya paling kecil.
b. Nilai kelelehan (flow) campuran dengan filler limbah karbit (3,8 mm)
terlihat sedikit lebih besar dari campuran dengan filler semen (3,7 mm)
sedangkan nilai kelelehan campuran dengan filler limbah batubara (3,7
mm) terlihat sama besardengan campuran yang memakai filler semen
(3,7 mm).
c. Nilai hasil bagi Marshall (Marshall Quotient) campuran dengan filler
semen (301,414 kg/mm) lebih besar dari campuran dengan filler limbah
karbit (286,974 kg/mm), sedangkan campuran dengan filler limbah
batubara (130,968 kg/mm) nilai hasil bagi marshallnya paling kecil.
Campuran dengan filler limbah batubara mempunyai nilai MQ kecil,
artinya campuran tersebut mempunyai sifat plastis yang berakibat
perkerasan mudah mengalami deformasi akibat beban lalu lintas,
artinya perkerasan tersebut tidak awet.
d. Nilai rongga dalam campuran (Void In Mix) campuran dengan filler
limbah karbit (4,719 %) terlihat sedikit lebih besar dari campuran
dengan filler semen (4,314 %), sedangkan nilai VIM campuran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
filler limbah batubara (20,922 %) terlihat paling besar dibanding kedua
filler lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan campuran dengan limbah batubara
bersifat keropos, sehingga menghasilkan suatu konstruksi perkerasan yang tidak
awet, mudah teroksidasi.
2. Hasil penelitian untuk nilai-nilai durabilitas dengan waktu perendaman,
30 menit (0 hari), 1 hari, 7 hari dan 14 hari dan kadar Filler Maksimum
(FM = 7,91 %) dapat disimpulkan sebagai berikut :
Indek penurunan stabilitas dan nilai penurunan stabilitas campuran dengan
filler limbah karbit lebih besar dari campuran dengan filler semen, hanya
pada kadar filler 7% Ips limbah karbit terlihat lebih kecil dibanding filler
semen. Sedangkan campuran dengan filler batubara pada semua kadar filler
nilai Ips nya semuanya lebih besar dari campuran dengan filler semen.
3. Hasil penelitian untuk nilai permeabilitas ( K ) dengan kadar Filler
Maksimum (FM = 7,91 %) dapat disimpulkan sebagai berikut :
Nilai permeabilitas campuran dengan filler semen (1,34x10-4
cm/detik) lebih
kecil dari campuran dengan filler limbah karbit (1,96x19-4
cm/detik),
sedangkan campuran dengan filler limbah batubara (3,35x10-4
cm/detik)
paling besar nilainya. Artinya campuran dengan filler semen adalah
campuran yang paling sulit dilewati air, disusul campuran dengan filler
limbah karbit, terakhir adalah campuran dengan filler limbah batubara.
4. Hasil penelitian untuk nilai Unconfined Compressive Strength (UCS)
dengan kadar Filler Maksimum (FM = 7,91 %) dapat disimpulkan sebagai
berikut : Nilai UCS campuran dengan filler semen (47 kg/cm2) terlihat
paling besar, kemudian diikuti campuran dengan filler limbah karbit (45
kg/cm2), sedangkan campuran dengan filler limbah batubara nilai UCS nya
paling kecil (30 kg/cm2 ).
5. Hasil penelitian untuk nilai Indirect Tensile Strength (ITS) dengan kadar
Filler Maksimum (FM = 7,91 %) dapat disimpulkan sebagai berikut : Nilai
ITS campuran dengan filler semen adalah paling besar (5,23 kg/cm2), diikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
campuran dengan filler limbah karbit (4,40 kg/cm2), sedangkan campuran
dengan filler limbah batubara nilai ITS nya paling kecil (3,35 kg/cm2).
5.2. Saran
Karena:
1. Sebagian industri-industri besar di Indonesia banyak yang menggunakan
batubara sebagai energi pembakarannya, hal ini akan menghasilkan limbah
batubara yang melimpah. Sayangnya sampai saat ini belum ada pemikiran
yang bersifat nasional untuk memanfaatkan limbah batubara tersebut.
2. Batubara sendiri merupakan industri tambang unggulan di pulau Kalimantan
dan Sumatera.
3. Sedang limbah karbit sendiri belum ada survey yang mengarah
penghitungan deposit limbah karbit, padahal usaha pengelasan yang
menggunakan karbit sebagai bahan utamanya banyak dijumpai di hampir
semua kabupaten dan kota di pulau Jawa maupun luar Jawa.
4. Sedang dicanangkannya pembangunan Infrastruktur Nasional, utamanya
Jalan Raya yang akan membutuhkan banyak filler.
5. Akan direncanakannya pembangunan jalan yang bersifat politik di pulau-
pulau terluar di seluruh Indonesia, agar masyarakat di wilayah perbatasan
dengan negara lain tidak merasa terisolasi, hal ini juga akan banyak
membutuhkan filler.
Maka:
Perlu ditindak lanjuti dengan penelitian yang bersifat komprehensif,
misalnya sifat-sifat kimia dari limbah batubara maupun limbah karbit dan
penelitian yang berhubungan dengan bahan perkerasan jalan dengan lebih teliti
lagi, agar didapat perkerasan jalan yang secara teknis memenuhi persyaratan dan
secara ekonomis lebih menguntungkan. Semisal pengurangan kebutuhan semen
yang diganti fly ash limbah batubara ataupun limbah karbit kemudian
dikombinasi dengan bahan tambah untuk pembuatan perkerasan jalan aspal beton,
yang memungkinkan didapatkan perkerasan jalan yang memenuhi standard
perencanaan.