SNTI_33-New

download SNTI_33-New

of 6

Transcript of SNTI_33-New

  • 8/16/2019 SNTI_33-New

    1/6

    Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 196 – 201

    196

    Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja di PT X

    Fenni Suryanita Budiman1, Togar Wiliater Soaloon Panjaitan

    1

    Abstract : PT X is a vegetable oils company that produces coconut oil and palm oil. PT X has nothave Occupational Safety and Health Management System, so the numbers of accidents tends toincrease. This thesis was conducted to design Occupational Safety and Health ManagementSystem for production area. The design includes fire and flood prevention, health service,personal protective equipment (PPE), safety signs, and B3 spills. Firstly, hazard identificationand risk assessment were conducted to determine the level of danger based on Risk PriorityNumber (RPN). The greater the RPN, the more dangerous. Hazard identification and risk asses-sment were carried out in the production area namely Plant -1, Plant -2, and Plant -3. Source ofthe greatest danger at Plant -1 (RPN=108) is the open conveyor. Source of the greatest danger at

    Plant -2 (RPN=84) is loud noise produced by vacuum forming machine. Source of the greatestdanger at Plant -3 extraction (RPN=64) is hexane tank. Source of the greatest danger at Plant -3pelletizing (RPN=96) is dusty work area and workers negligent in use of PPE. The risk asses-sment also accompanied by precautions so that accidents do not happen again.

    Keywords : Occupational Safety and Health Management System, Hazard Identification, RiskPriority Number (RPN), Risk Assessment.

    Pendahuluan

    Perusahaan yang berdiri di Indonesia harus mengi-kuti dan memenuhi standar dan peraturan yang te-

    lah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, termasukstandar dan peraturan tentang keselamatan dankesehatan kerja (K3). PT X merupakan perusahaanindustri pengolahan minyak nabati dengan menggu-nakan bahan baku kelapa dan kelapa sawit. Perusa-haan tersebut memiliki ±300 orang pekerja dantelah beroperasi lebih dari 33 tahun. Tidak adanyapenerapan SMK3 di PT X menyebabkan tingginyarisiko kecelakaan kerja. Frekuensi kecelakaan kerjayang terjadi yaitu dua kejadian/tahun untuk kecela-kaan besar dan lima kejadian/tahun untuk kecela-kaan kecil. Perhitungan frekuensi kecelakaan yang

    ada belum akurat sebab belum adanya sistem pen-catatan yang benar.

    Perusahaan yang memiliki SMK3 yang baik danterkontrol akan dapat menurunkan risiko kecela-kaan kerja yang ada. Hal ini dapat meningkatkanproduktivitas kerja, menghemat cost , dan mencipta-kan image yang baik di masyarakat. SMK3 akanberjalan efektif jika pekerja dan pihak manajemenberperan aktif.

    1

    Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri,Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya60236. Email: [email protected], [email protected]

    Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahFailure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk

    melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko.Patokan dalam penilaian FMEA adalah mengguna-kan RPN ( Risk Priority Number ).

    Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

    Mankunegaran [1] mengatakan “Kesehatan dan ke-selamatan kerja merupakan suatu pemikiran danupaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurna-an baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerjapada khususnya, dan manusia pada umumnya, ha-sil karya dan budaya untuk menuju masyarakatadil dan makmur”.

    Zwetsloot [2], mengatakan if we want to achieveexcellence in health and safety management, as wellas environmental or quality management, it is essen-tial to have a combination of the “rationalities of pre -vention” as organized through OSH management systems, which are essential for “doing things right”,with value management, which is important for“doing the right things .

    Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

    Menurut Stamatis [3], FMEA adalah teknik yangdigunakan untuk mendefinisikan, mengidentifikasi,dan menghilangkan bahaya yang ada dari sebuah

  • 8/16/2019 SNTI_33-New

    2/6

    Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 196 – 201

    197

    sistem, desain, dan proses. Tiga tahapan yang harusdilakukan yaitu identifikasi bahaya, penentuan prio-ritas bahaya, dan tindakan pengendalian. Identifi-kasi bahaya dilakukan dengan tujuan untuk menge-tahui sumber bahaya, faktor penyebab bahaya, dandampak bahaya, sehingga dapat diambil tindakanpencegahan secara tepat (Anton [4]). Penentuanprioritas bahaya dengan menggunakan Risk PriorityNumber (RPN), semakin besar nilai RPN maka se-makin berbahaya dan harus segera diambil tinda-kan. Tahap terakhir yang harus dilakukan yaitupemberian tindakan pengendalian sesuai denganidentifikasi bahaya yang telah dibuat. Metode pe-ngendalian yang dilakukan (Ashfal, [5]), yaitu elimi-nasi, substitusi, dan/atau pengurangan proses atausumber bahaya. Metode lainnya yaitu penggunaan

    APD (alat pelindung diri), pemberian barrier batas

    bahaya, dan pemberian alarm atau rambu tandabahaya.

    Risk Priority Number (RPN)

    RPN digunakan sebagai prioritas pengambilantindakan pencegahan dalam penilaian risiko. Faktorpenilaian dalam RPN yaitu frekuensi terjadinyabahaya/kecelakaan ( occurence ), kesulitan pendetek-sian bahaya ( detection ), dan keparahan dari dampakbahaya yang terjadi ( severity ). Ketiga faktor tersebutkemudian dinilai dengan menggunakan skala 1 – 10.Nilai 1 menunjukkan bahaya yang ada tidak terlaluberisiko, nilai 10 berarti bahaya yang ada perluuntuk segera dilakukan pengendalian. Nilai RPNdidapat dengan mengalikan ketiga faktor tersebut.

    RPN = OCC X DET X SEV (1)

    Persamaan (1) merupakan cara perhitungan ataupenentuan nilai RPN. Nilai RPN yang semakinbesar, maka semakin berbahaya dan harus segeradiperbaiki atau dilakukan tindakan pengendalian.

    Hasil dan Pembahasan

    Adanya SMK3 bertujuan untuk menjamin kesela-matan dan melindungi pekerja dalam melakukanpekerjaan, juga memelihara dan menggunakansumber produksi secara aman dan efisien(Suma’mur [6]). PT X belum menerapkan SMK3dan hal ini menyebabkan kecelakaan terus terjadi.Perancangan SMK3 dilakukan pada beberapa aspekyaitu alat pelindung diri (APD), safety signs , penang-gulangan kebakaran dan banjir, pelayanan kese-hatan kerja, dan penanganan B3.

    Alat Pelindung Diri (APD)

    APD merupakan salah satu komponen yang pentingdalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja,

    namun pekerja sering tidak mengenakan APD dantidak semua area kerja menyediakan APD. Hal initidak sesuai dengan Peraturan Menteri TenagaKerja dan Transmigrasi No. PER. 08/MEN/VII/2010tentang Alat Pelindung Diri [7]. Usulan perbaikanyang diberikan yaitu adanya pembuatan daftarpenggunaan APD sesuai jenis risiko dan area baha-yanya, seperti pada Tabel 1.

    Rambu Keselamatan di Perusahaan

    Rambu-rambu yang ada di perusahaan hanya beru-pa rambu pemberitahuan umum (contoh: dilarangparkir, penunjuk arah, laju kecepatan maksimum,dan lain-lain). Hal ini tidak sesuai dengan Peratur-an Pemerintah no. 1 tahun 1970 tentang Keselamat-an Kerja Pasal 14b. Perancangan perbaikan yang

    dilakukan yaitu dengan membuat rambu ekspektasi(harapan) dalam area kerja dan rambu APD sertaperingatan bahayanya. Rambu ekspektasi memuatlarangan dan himbauan yang harus diperhatikan

    jika memasuki area tersebut.

    Tabel 1. Daftar APD sesuai jenis risiko dan area bahaya

    Jenis risikobahaya Area bahaya

    APD yangdigunakan

    Terkena bahankimia

    Plant -2 Sarung tangankaret, kacamata,masker

    Bahaya panas Plant -1, Plant -2, Plant -3 (ekstraksi), Plant -3 ( pelletizing )

    Sarung tangantahan panas

    Suara keras(>85dB)

    Plant -2, Plant -3( pelletizing )

    Ear plug , ear muff(jangka waktulama)

    Tersetrum listrik Plant -2 Safety shoes ,sarung tangan

    Terpeleset(minyak)

    Plant -1, Plant -2 Helm, sepatukaret antiminyak

    Terpeleset(debu/air)

    Plant -2, Plant -3( pelletizing )

    Helm, sepatukaret/ safety shoes

    Gangguanpernapasan

    Plant -1, Plant -2, Plant -3 (ekstraksi), Plant -3 ( pelletizing )

    Masker

    Kaki dan tanganterluka olehmaterial

    Plant -1, Plant -2, Plant -3 (ekstraksi), Plant -3 (pelletizing)

    Safety shoes ,sarung tangan

    Kaki dan tanganterluka oleh alatkerja

    Plant -1, Plant -2, Plant -3 (ekstraksi), Plant -3 (pelletizing)

    Safety shoes ,sarung tangan

    Kehilangananggota tubuh

    Plant -1 Safety shoes ,sarung tangan

    Tertimpamaterial/alatkerja

    Plant -1, Plant -2 Safety shoes , helm

    Kepala terbentur Plant -1, Plant -3(ekstraksi), Plant -3(pelletizing)

    Helm

    Gangguan mataakibat debu/uap

    Plant -1, Plant -3( pelletizing )

    Kacamata/ googles

    Terjatuh dariketinggian

    Plant -1, Plant -2, Plant -3 (ekstraksi)

    Helm, safety climb

  • 8/16/2019 SNTI_33-New

    3/6

  • 8/16/2019 SNTI_33-New

    4/6

    Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 196 – 201

    199

    Sistem Pelayanan Kesehatan Kerja

    Sistem pelayanan kesehatan kerja dibagi menjaditiga bagian. Bagian-bagian tersebut yaitu sistempenyelenggaraan kerja, kelengkapan isi kotak P3K,dan sistem pencatatan sakit atau kecelakaan akibatkerja.

    Sistem Penyelenggaraan Kesehatan Kerja

    PT X belum memiliki pelayanan kesehatan, sepertiklinik perusahaan, dokter atau tenaga medis yangsiap di tempat. Hal ini tidak sesuai dengan Keputus-an Direktur Jenderal Pembinaan PengawasanKetenagakerjaan No. KEP.22/DJPPK/V/2008 ten-tang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan KesehatanKerja. Berdasarkan peraturan yang berlaku seharusPT X memiliki dua macam pelayanan. Pertama,secara preventif dan promotif yaitu berupa pembi-naan dan pengawasan kesehatan dan lingkungankerja dari pihak luar (minimal dua bulan sekali).Kedua, secara kuratif, rehabilitatif, dan rujukanyaitu berupa pelayanan kesehatan kerja yangdiberikan selama jam kerja perusahaan. MenurutPedoman Klinik Perusahaan [5], PT X masuk ke da-lam tingkat I (awal) sebab belum memiliki pelaya-nan kesehatan pada awalnya. Jenis tenaga kesehat-an yang harus dimiliki pada tingkat I, yaitu perawatdan petugas sanitasi yang telah mengikuti pelatihan

    jangka pendek di bidang pelayanan kesehatan kerjadan bekerja di unit perawatan kesehatan dasar.Jenis pelayanan yang diberikan berfokus padapenurunan risiko kecelakaan kerja, kerja fisik berat,penjagaan sanitasi dan kebersihan dasar, jugamemperhatikan seputar bahaya kimia, fisik, danbiologis. Hal ini dilaksanakan untuk memenuhiperaturan pelayanan secara kuratif, rehabilitatif,dan rujukan.

    Kelengkapan Isi Kotak P3K

    Kondisi awal dari kotak P3K hanya berisi rivanol,minyak tawon, obat mata, bioplacenton, kapas,betadine, masing-masing 1 buah, dan hansaplast (4buah). Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Men-teri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama padaKecelakaan di Tempat Kerja. perancangan perbaik-an yang dilakukan sesuai dengan peraturan yangberlaku. Jumlah masing-masing dibedakan menjaditiga tipe kotak, pembagian ini berdasarkan jumlahpekerja di masing-masing area kerja. Rincian isikotak P3K beserta jumlah tiap kotak dapat dilihat

    pada Tabel 2 dan pembagian tipe kotak berdasarkan jumlah pekerja pada Tabel 3. Hasil dari pembagiankotak P3K menurut peraturan dapat dilihat padaTabel 4.

    Tabel 2. Isi kotak P3K dan jumlahnya menurut tipe kotak

    Isi Kotak A Kotak B Kotak CKasa steril terbungkus 20 40 40Perban (lebar 5 cm) 2 4 6Perban (lebar 10 cm) 2 4 6Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6Plester cepat 10 15 20Kapas (25 gr) 1 2 3Kain segitiga/mitela 2 4 6Gunting 1 1 1Peniti 12 12 12Sarung tangan sekalipakai (pasangan)

    2 3 4

    Masker 2 4 6Pinset 1 1 1Lampu senter 1 1 1Gelas untuk cuci mata 1 1 1Kantong plastik bersih 1 2 3

    Aquades (100% lar. Saline) 1 1 1Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1 Alkohol 70% 1 1 1Buku Panduan P3K 1 1 1Buku catatan 1 1 1Daftar isi kotak 1 1 1

    Tabel 3. Pembagian tipe kotak berdasarkan jumlahpekerja

    Jumlahpekerja

    Tipekotak Jumlah kotak tiap 1 unit kerja

  • 8/16/2019 SNTI_33-New

    5/6

    Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 196 – 201

    200

    riksaan Kecelakaan. Perancangan perbaikan sistemdilakukan dengan menggunakan dua macam sistempencatatan. Sistem pencatatan yang digunakanyaitu untuk kecelakaan mayor (terdapat lost day )dan kecelakaan minor (tidak ada lost day ). Sistempencatatan mayor lebih lengkap meliputi iden-tifikasi kerugian, data korban, investigasi penyebab,tindakan pengendalian, dan rekomendasi mana-

    jemen. Sistem pencatatan minor hanya meliputidata korban, sumber bahaya/area kejadian, dan

    jenis kecelakaan yang dialami. Hasil pencatatan ter-sebut kemudian dianalisa untuk mengetahui apa-kah terjadi perubahan jumlah kecelakaan. Analisaperhitungan yang dilakukan menggunakan tingkatkekerapan (FR), Safe-T-Score (STS), dan tingkatkeparahan (SR). Form pencatatan ini direkap setiapsebulan sekali.

    Sistem Penanganan B3

    PT X menggunakan bahan kimia dalam prosesproduksinya, oleh karena itu berpotensi terjaditumpahan bahan kimia, sedangkan belum adaprosedur penanganan tumpahan B3. Hal ini tidaksesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RINo. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian ba-han Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. Perancang-an perbaikan yang dilakukan dengan membuatprosedur penanganan tumpahan B3. Penanganantumpahan dibedakan menjadi dua macam, yaituuntuk kategori kecil (5 liter).Penanganan kategori kecil dan sedang dapat dilaku-kan sendiri oleh pekerja yang telah dilatih. Pena-nganan kategori besar harus dilakukan oleh pihakyang berwenang. Perancangan prosedur penangan-an tumpahan mulai dari pemantauan skalatumpahan, pengevakuasian, pembersihan tum-pahan, pembuangan limbah tumpahan, pemantau-an efek samping tumpahan, sampai pendokumen-tasian kejadian.

    Penilaian Risiko ( Risk Assessment )

    Penilaian risiko ini dilakukan untuk mengetahuisumber bahaya terbesar yang ada di tiap plant ,sebab penilaian ini hanya dilakukan pada bagianarea produksi saja. Metode yang digunakan yaituFMEA ( Failure Mode and Effect Analysis ).

    Sumber bahaya terbesar yang ada di plant -1berdasarkan penilaian risiko yaitu adanya conveyor yang terbuka (RPN=108). Pekerja atau orang yangberada di sekitarnya berisiko untuk terpeleset dandapat terkena pisau conveyor . Dampak bahayanya

    yaitu dapat terluka/kehilangan anggota tubuh. Tin-dakan pencegahan yang diberikan yaitu pemberian APD (helm, sepatu karet anti-minyak, sarungtangan) dan perbaikan tutup conveyor .

    Tabel 5. Penilaian tingkat penerapan SMK3

    Kategoriperusahaan

    Tingkat pencapaian penerapan0 – 59% 60 – 84% 85 – 100%

    Kategoritingkat awal(64 kriteria)

    TingkatPenilaianPenerapanKurang

    TingkatPenilaianPenerapanBaik

    TingkatPenilaianPenerapanMemuaskan

    Kategoritingkattransisi (122kriteria)

    TingkatPenilaianPenerapanKurang

    TingkatPenilaianPenerapanBaik

    TingkatPenilaianPenerapanMemuaskan

    Kategoritingkatlanjutan (166kriteria)

    TingkatPenilaianPenerapanKurang

    TingkatPenilaianPenerapanBaik

    TingkatPenilaianPenerapanMemuaskan

    Sumber bahaya terbesar yang ada di plant -2berdasarkan penilaian risiko yaitu suara keras dari

    mesin pembentukan vacuum (RPN=84). Pekerjadapat terkejut dan terjatuh dari ketinggian. Tin-dakan pencegahan yang diberikan yaitu pemberian

    APD ( earplug ).

    Sumber bahaya terbesar yang ada di plant -3(ekstraksi) berdasarkan penilaian risiko yaitu tangkihexane (RPN=64). Pekerja dapat pening, pusing,bahkan pingsan. Dampak yang timbul adalah pe-kerja tersebut tidak dapat bekerja kembali. Tin-dakan pencegahan yang diberikan yaitu pemberian

    APD (masker).

    Sumber bahaya terbesar yang ada di plant -3( pelletizing ) berdasarkan penilaian risiko yaitu areakerja yang berdebu dan pekerja sering tidakmenggunakan APD (RPN=64). Debu yang adadapat terhirup oleh pekerja dan dampaknya adalahpekerja tersebut bisa mengalami gangguan per-napasan. Tindakan pencegahan yang diberikanyaitu pemberian APD (masker).

    Kesesuaian Penerapan Standar SMK3

    Penilaian Kesesuaian Penerapan Standar SMK3yang dilakukan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentangPenerapan Sistem Manajemen Keselamatan danKesehatan Kerja. Penilaian kesesuaian ini bergunauntuk melihat bagaimana penerapan SMK3 yangada di perusahaan baik sebelum maupun setelahperbaikan. Tingkat penerapan SMK3 dapat dilihatpada Tabel 5. PT X masuk ke dalam kategori peru-sahaan tingkat awal sebab belum memiliki pene-rapan SMK3, oleh karena itu hanya menggunakanpemenuhan 64 kriteria.

    Kondisi awal perusahaan sebelum dilakukan per-baikan SMK3 hanya memenuhi 23 kriteria atausebesar 35,9% sehingga dinyatakan dalam TingkatPenilaian Penetapa Kurang. Perancangan perbaik-

  • 8/16/2019 SNTI_33-New

    6/6