SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/10415/2/IDENTIFIKASI DRUG THERAPY...
Transcript of SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/10415/2/IDENTIFIKASI DRUG THERAPY...
SKRIPSI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS
(DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS
SURABAYA
2013
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
i
SKRIPSI
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG
MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
(050911007)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS
SURABAYA
2013
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui
skripsi/karya ilmiah saya dengan judul:
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu
Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan
akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini
saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 21 Agustus 2013
Vivin Diah Ayu Purworini
NIM: 050911007
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Vivin Diah Ayu Puworini
NIM : 050911007
Fakultas : Farmasi
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis
dengan judul:
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian
hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiarisme, maka saya
bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan atau pencabutan
gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Surabaya, 21 Agustus 2013
Vivin Diah Ayu Purworini
NIM: 050911007
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
iv
Lembar Pengesahan
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
SKRIPSI
Dibuat untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2013
Oleh:
VIVIN DIAH AYU PURWORINI NIM : 050911007
Skripsi ini telah disetujui
Tanggal 21 Agustus 2013 oleh:
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Yunita Nita, S.Si., M Pharm., Apt Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS. NIP. 197406181998022001 NIP.197306212007012001
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas rahmat dan karuniayang dilimpahkan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI
DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA
YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi
Airlangga Surabaya)” ini dengan baik.
Skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Umi Athiyah, Apt., M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga atas fasilitas, sarana dan prasarana yang
diberikan selama penyelesaian pendidikan sarjana.
2. Ibu Yunita Nita, S.Si., MPharm., Apt. selaku dosen pembimbing
utama yang telah membimbing, mengarahkan serta memberi
masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS dan Ibu Ana Yuda, S.Si.,
Apt. selaku dosen pembimbing serta I dan II selaku pembimbing
serta kedua yang telah memberikan bimbingan dengan penuh
kesabaran baik dalam penyelesaian skripsi ini
4. Ibu Ekarina Ratna Himawati, M.Kes., Apt dan Ibu Dra. Wahyu
Utami Apt., M.Si, MM. selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritikan dan saran sehingga membangun sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Dra.Tutiek Purwanti, M.,Si, Apt., selaku dosen wali yang telah
memberi masukan dan nasehat kepada penulis selama masa studi
penulis di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
vi
6. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah
mendidik dan membimbing serta membantu penulis dalam
penyelesaian studi di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Departemen Farmasi Komunitas
yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Keluarga tercinta terutama Ayah dan Ibu yang telah memberikan
perhatian, kasih sayang, pengorbanan luar biasa, dorongan semangat
dan doa selama penyelesaian skripsi ini dan masa studi saya.
9. Teman-teman skripsi satu Project Grant: Carissa, Risadyla,
Christina Ayu, Yuchyil dan Dewi atas kekompakan dan kerja
samanya selama penulisan skripsi. Semoga sukses untuk semua.
10. Teman-teman kelas A angkatan 2009 Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga atas kerja sama, dukungan dan semangat, semoga sukses
untuk semua.
11. Teman-teman angkatan 2009 Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga atas kekompakannya.
12. Apoteker Pendamping (Mbak Devi, Mbak Vuri dan Mbak Ishma)
dan karyawan-karyawan yang ada di Apotek Farmasi Airlangga
Surabaya atas segala bantuan dan kerjasama dalam penelitian ini
sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
terimakasih atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan
ini, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Surabaya, Agustus 2013
Penulis
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
vii
RINGKASAN
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Pada lanjut usia terjadi perubahan fisiologis, perubahan farmakokinetika, dan perubahan farmakodinamika. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian lebih khususnya dalam hal perawatan kesehatan. Banyaknya gangguan kesehatan pada lanjut usia mengakibatkan penggunaan dan kebutuhan terkait obat meningkat. Apabila kebutuhan terkait obat atau drug related need (DRN) tersebut tidak terpenuhi maka dapat menimbulkan masalah terkait terapi obat atau drug therapy problems (DTPs). Selain itu peningkatan penggunaan obat atau polifarmasi mendorong kejadian DTPs semakin meningkat pula pada lanjut usia. Oleh karena itu dibutuhkan peran Apoteker dalam mengidentifikasi DTPs potensial dan/ atau aktual, menyelesaikan DTPs aktual, dan mencegah DTPs potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kejadian DTPs pada pasien lanjut usia yang mendapat pelayanan resep di Apotek Farmasi Airlangga,
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yaitu sampling jenuh atau sensus. Sampel yang digunakan adalah seluruh pasien lanjut usia yang menebus obat dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu berusia ≥ 60 tahun, pasien lanjut usia dan/atau keluarga pasien yang menebus obat dengan resep, dapat berkomunikasi baik dan bersedia menjadi responden. Dari 65 pasien lanjut usia yang menebus obat dengan resep yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 59 lanjut usia, dimana ada 2 responden diantaranya datang dua kali sehingga total resep responden sebanyak 61 resep.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview dengan menggunakan instrumen berupa lembar persetujuan (informed consent), daftar pedoman interview, Patient Medication Record (PMR), DRP registration form V5.01 (PCNE Classification) yang dimodifikasi (van Mil, 2005), dan peneliti sebagai interviewer. Variabel penelitian ini meliputi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
viii
tujuh kategori DTP menurut Cipolle,Strand and Morley (2004) yaitu terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, Adverse Drug Reaction (ADR), dan ketidakpatuhan.
Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 kategori DTPs menurut Cipolle, Strand and Morley (2004) kejadian DTPs yang teridentifikasi adalah ketidakpatuhan (59,68%), ADRs (32,26%), dan kebutuhan akan terapi obat tambahan (8,06%). Kategori DTPs ketidakpatuhan disebabkan pasien memilih untuk tidak minum obat (24), pasien tidak memahami petunjuk pemakaian obat dengan benar (13), lupa minum obat (7) dan produk obat tidak tersedia untuk pasien karena kosong pabrik atau sedang habis di apotek (4). Pada kategori ADRs disebabkan oleh adanya interaksi obat (36) dan obat dikontraindikasikan pada pasien karena faktor risiko (3). Dari 36 potensi interaksi obat lima diantaranya karena interaksi obat dengan makanan (pisang). Sedangkan obat yang dikontraindikasikan dengan pasien adalah fenilpropanolamin dan kofein pada pasien hipertensi dan kodein pada pasien asma. Adanya kondisi baru yang membutuhkan terapi obat tambahan (5) merupakan penyebab dari kategori kebutuhan akan terapi obat tambahan. Kondisi baru tersebut terjadi pada pasien yang mengaku kolesterol tinggi, batuk dan sesak.
Dari hasil penelitian mengenai identifikasi DTPs pada pasien lanjut usia yang mendapat pelayanan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 menunjukan tingginya kejadian DTPs kategori ketidakpatuhan pada lanjut usia yang dapat mempengaruhi tidak tercapainya outcome terapi yang diharapkan. Oleh karena itu peran apoteker dalam pelayanan dan monitoring penggunaan obat pada lanjut usia perlu ditingkatkan untuk mencegah dan mengatasi DTPs sehingga tingkat pengetahuan dan kepatuhan lanjut usia meningkat serta outcome terapi tercapai.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
ix
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) ON
GERIATRIC PATIENTS WITH PRESCRIPTION
(Study At Farmasi Airlangga Pharmacy Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
Physiological changes that occur in the aging process make the geriatric more susceptible to disease therefore the use of medication in geriatric increased. Drug related needs that do not be resolved can lead to Drug Therapy Problem (DTPs). The aim of this study was to investigate DTPs in geriatric patients at Farmasi Airlangga Pharmacy in Surabaya, Indonesia.
The study was a cross sectional study with non-probability sampling technique. Data was obtained by interviewing patients (≥ 60 years old) and/or their families. DTPs of geriatric patients who filled a prescription at Farmasi Airlangga Pharmacy in February 2013 were identified by the researcher. A DTP registration form and patient medication record (PMR) were used to document the data.
Results showed that a total of 59 geriatric patients presented and 61 prescription at the Pharmacy during February 2013. There were 44 (72,13%) geriatric patients found to have DTPs both actually and potentially. A number of 18 (29,51%) geriatric patients experienced more than 1 DTPs categories. The DTPs categories found in geriatic patients were 5 (8,06%) needs additional drug therapy, 20 (32,26%) adverse drug reaction (ADR), and 37 (59,68%) non-compliance. The cause of adverse drug reaction was drug-drug/drug-food interaction (39) and drug contraindicated due to risk factors (3). Furthermore, the cause of non-compliance was mostly patient prefers not to take the medication.
In conclusion, DTPs in elderly patient that happened in February 2013 at Farmasi Airlangga pharmacy were quite high. Pharmacists need to increase drug therapy monitoring. Pharmacists have a responsibility to resolve actual DTPs and to prevent potential DTPs.
Keywords : drug therapy problems, geriatric, pharmacy
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. ... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. ... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... ... v
RINGKASAN ……. ............................................................................. ... vii
ABSTRAK……….. .............................................................................. ... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian .............................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6
2.1 Tinjauan tentang Pharmaceutical care .............................. 6
2.2 Tinjauan tentang Drug Therapy Problems (DTPs) ............ 8
2.2.1 Definisi DTPs .......................................................... 8
2.2.2 Kategori DTPs ......................................................... 8
2.3 Tinjauan tentang Lanjut Usia .............................................. 14
2.3.1 Definisi Lanjut Usia ................................................ 14
2.3.2 Perubahan Kondisi pada Lanjut Usia ...................... 14
2.3.3 Perubahan Farmakokinetika .................................... 15
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
xi
2.3.4 Perubahan Farmakodinamika .................................. 18
2.3.5 Masalah Terkait Obat pada Lanjut Usia .................. 18
2.3.6 Tinjauan Obat yang Biasa Digunakan untuk
Pasien Lanjut Usia ................................................... 20
2.4 Tinjauan tentang Resep ....................................................... 21
2.4.1 Definisi Resep ......................................................... 21
2.4.2 Isi Resep .................................................................. 22
2.5 Tinjauan tentang Patient Medication Record (PMR) ......... 22
2.5.1 Tinjauan Mengenai Dokumentasi............................ 22
2.5.2 Tinjauan Mengenai PMR ........................................ 23
2.6 Tinjauan tentang Penelitian Survei ..................................... 25
2.7 Tinjauan tentang Apotek ..................................................... 28
2.7.1 Definisi Apotek ....................................................... 28
2.7.2 Fungsi Apotek ......................................................... 28
2.7.3 Pelayanan Farmasi di Apotek .................................. 28
2.7.4 Tinjauan tentang Apotek Farmasi Airlangga ........... 29
2.8 Penelitian Terdahulu .......................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 32
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 34
4.1 Jenis Penelitian ................................................................... 34
4.1.1 Tujuan Penelitian..................................................... 34
4.1.2 Waktu Pengumpulan Data ....................................... 34
4.2 Sumber Data Penelitian ...................................................... 34
4.3 Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian ............................. 35
4.4 Populasi ........................................................................... 35
4.5 Sampel ........................................................................... 35
4.5.1 Teknik Pengambilan Sampel ................................... 35
4.5.2 Kriteria Inklusi ........................................................ 36
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
xii
4.5.3 Jumlah Sampel ........................................................ 36
4.6 Metode Pengumpulan Data ................................................. 36
4.7 Variabel Penelitian ........................................................... 37
4.8 Instrumen Penelitian ........................................................... 43
4.9 Definisi Operasional ........................................................... 43
4.10 Uji Validitas Instrumen ..................................................... 45
4.11 Analisis Data ................................................................... 47
BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………….……. 48
5.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................... 48
5.2 Uji Validitas………………. ............................................... 48
5.3 Gambaran Umum Responden………………. .................... 50
5.3.1 Jenis Kelamin………….. ........................................ 50
5.3.2 Usia……………...................................................... 50
5.3.3 Riwayat Gangguan Kesehatan ................................. 50
5.3.4 Sumber Dana Pembelian Obat ................................ 52
5.4 Obat dalam Resep…………….. ......................................... 52
5.5 Identifikasi Drug Therapy Problems .................................. 53
5.5.1 Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat
Tambahan……………… ................................................. 55
5.5.2 Penyebab ADRs ……………………………….… 55
5.5.3 Penyebab Ketidakpatuhan ....................................... 58
BAB VI PEMBAHASAN………………………………….…….......... 60
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 73
LAMPIRAN .......................................................................................... 79
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel IV.1 Variabel penelitian …………………………………………. 37
Tabel V.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden…………………….......... 50
Tabel V.2 Distribusi Usia Responden …………………………............... . 50
Tabel V.3 Distribusi Riwayat Gangguan Kesehatan…….…………. ......... 51
Tabel V.4 Distribusi Jumlah Riwayat Gangguan Kesehatan………….... .. 51
Tabel V.5 Sumber Dana Pembelian Obat ………………………………. 52
Tabel V.6 Distribusi Jumlah Obat Dalam Resep…………………… 52
Tabel V.7 Obat yang Sering Diresepkan ................................................ 53
Tabel V.8 Jumlah Drug Therapy Problems ............................................. 54
Tabel V.9 Distribusi Kategori Drug Therapy Problems .......................... 54
Tabel V.10 Distribusi Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat
Tambahan….…………………………………………............. 55
Tabel V.11 Distribusi Penyebab ADRs…………………..……………..... 56
Tabel V.12 Obat-obat yang menimbulkan interaksi.…………………....... 56
Tabel V.13 Distribusi Penyebab Ketidakpatuhan……………….……..... 59
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Kerangka konseptual ..................................................................... 32
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Informasi Penelitian ................................................ 79
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ......................... 81
Lampiran 3 Daftar Pedoman Interview.................................................... 82
Lampiran 4 Catatan Penggunaan Obat Pasien ......................................... 85
Lampiran 5 DTP Registration Form V5.01 (PCNE Classification)
yang dimodifikasi ................................................................................... 88
Lampiran 6 Hasil Identifikasi DTPs Pada Pasien Lanjut Usia................. 89
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pharmaceutical care adalah pelayanan kefarmasian yang
berorientasi pada pasien dimana apoteker bertanggung jawab atas
kebutuhan pasien terkait obat, mengoptimalkan semua terapi obat pasien,
meningkatkan outcome pasien yang lebih baik dan meningkatkan kualitas
hidup tiap pasien (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Outcome yang
dimaksud adalah mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala
sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit, mencegah suatu
penyakit atau gejala (Hepler & Strand, 1990). Keberhasilan outcome yang
diuraikan tersebut tergantung dari setiap tenaga kesehatan
mengkontribusikan keahliannya untuk menyelesaikan masalah pasien yang
relevan dengan praktek keahliannya (Strand et al.,1990). Guna mencapai
outcome pasien yang diharapkan apoteker berperan penting menjamin
terapi obat teruatama melakukan identifikasi drug therapy problems (DTPs)
yang bersifat potensial dan aktual, penyelesaian DTPs yang bersifat aktual
serta pencegahan DTPs yang bersifat potensial (Cipolle, Strand & Morley,
2004; Hepler & Strand, 1990).
Definisi DTPs adalah kejadian yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh pasien karena terapi obat dan mengganggu dalam mencapai
tujuan terapi yang diinginkan. Masalah ini diidentifikasi selama proses
assessment, sehingga dapat diselesaikan melalui perubahan tindakan yang
diberikan pada tiap individu yang berbeda dalam regimen terapi obat. DTPs
terbagi dalam tujuh kategori yaitu terapi obat yang tidak diperlukan,
kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat yang tidak efektif, dosis terlalu
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
2
rendah, reaksi obat yang tidak diinginkan, dosis terlalu tinggi dan
ketidakpatuhan (Cipolle, Strand & Morley, 2004).
Pengertian yang hampir sama dengan DTPs juga dijelaskan oleh
Hepler, yang disebut dengan Drug Related Problems (DRPs), yaitu suatu
peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara aktual atau
potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome yang
optimal dari suatu pengobatan. Kategori DRPs menurut Hepler and Strand
(1990) ada delapan yang meliputi terapi obat yang indikasinya tidak ada,
obat tidak sesuai indikasi, terapi obat yang salah, dosis obat kurang, ADR,
interaksi obat, dosis obat berlebihan dan kegagalan menerima obat (Hepler
and Strand, 1990).
Pada bulan Januari 1996 sampai Desember 2002 ditemukan lebih
dari 26.238 kasus DTPs yang diidentifikasi dan diselesaikan pada 5136
pasien dengan rincian tidak perlu terapi obat 6%, perlunya penambahan
terapi obat 28%, obat tidak efektif 8%, dosis terlalu rendah 20%, Adverse
Drug Reactions (ADRs) 14%, dosis terlalu tinggi 5% dan ketidakpatuhan
(noncompliance) 19% (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Para ahli setuju
beberapa obat yang sama sering memberikan efek yang berbeda pada pasien
lanjut usia dan dewasa muda karena perubahan terkait usia pada tubuh
manusia menyebabkan perbedaan jalan respon tubuh dengan obat (Beers,
2001). Hasil penelitian di Brasil menyebutkan dari 97 sampel pasien lanjut
usia yang menderita diabetes dan atau hipertensi ditemukan 284 kasus
DRPs, sedikitnya 92,3% pasien tersebut mengalami satu kategori DRPs.
Kategori DRPs yang paling banyak terjadi adalah ketidakpatuhan (55,63%)
dan ADR (23,59%) (Neto et al., 2011)
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas (Pemerintah RI, 1998). Pada usia tersebut terjadi perubahan fisiologis
akibat proses penuaan yang bersifat universal berupa kemunduran dari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
3
fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progesif, perubahan secara bertahap,
akumulatif dan intrinsik (Departemen kesehatan, 2006). Perubahan tersebut
menyebabkan pada pasien lanjut usia sering menderita penyakit yang
beragam dan diterapi dengan obat dalam macam yang banyak. Hasil
penelitian menyebutkan 78% lanjut usia menderita tidak kurang dari 4
macam penyakit, 38% menderita lebih dari 6 macam penyakit, dan 13%
menderita lebih dari 8 macam penyakit (Rahmawati et al., 2009). Hasil
penelitian di Australia dalam sehari 87% pasien lanjut usia wanita dan 83%
pasien lanjut usia pria menggunakan paling sedikit satu obat dengan resep,
dan 44% pasien lanjut usia wanita dan 35% pasien lanjut usia pria
menerima satu obat tanpa resep (Elliot, 2006). Selain itu hasil penelitian di
Belanda menyebutkan prevalensi sering lupa pada usia 40-50 tahun
sebanyak 40,7% dan usia 70-85 tahun sebanyak 51,6% (Commissaris,
Ponds, and Jolles, 1998)
Prevalensi penggunaan banyak obat yang tinggi dikombinasi
dengan perubahan terkait proses penuaan pada farmakokinetik dan
farmakodinamik membuat pasien lanjut usia mudah mengalami masalah
terkait terapi obat (Vinks et al., 2006). Kombinasi tersebut menyebabkan
pasien lanjut usia berisiko tinggi mengalami ADR. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa pada pasien lanjut usia mengalami ADR hampir enam
kali lebih besar daripada pasien pada umumnya (Perry & Webster, 2001).
Masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan obat pada pasien
lanjut usia karena minimnya informasi dan pelatihan yang diberikan oleh
kalangan praktisi kesehatan mengenai kebutuhan pasien lanjut usia terkait
obat tertentu (Perry & Webster, 2001). Hasil penelitian Rahmawati (2008)
menyebutkan terdapat 48 kasus pemilihan obat yang tidak tepat pada
pasien lanjut usia diantaranya 31% obat dikontraindikasikan pemakaiannya
untuk pasien dan 25% obat yang diterima pasien bukan merupakan obat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
4
yang paling tepat (Rahmawati et al., 2008). Hasil penelitian di Taiwan pada
193 pasien lanjut usia didapatkan tiga kategori DRPs yang sering terjadi
pada pasien lanjut usia yakni 35% obat tidak dapat diminum atau ditelan
oleh responden terutama pada pasien DM rawat jalan, 12 % obat yang
diterima berpotensi timbul interaksi antar obat dan 11% pemberian
duplikasi obat yang tidak tepat (Chan et al., 2012).
Dari data-data tersebut DTPs yang paling sering terjadi pada lanjut
usia adalah kategori ADR dan ketidakpatuhan. Oleh karena itu peran
apoteker diperlukan dalam mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi
DTPs pada pasien lanjut usia agar tujuan terapi yang diinginkan tercapai.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui dan mengidentifikasi jenis dan jumlah persentase kejadian
DTPs yang terjadi pada pasien lanjut usia di Apotek Farmasi Airlangga.
Apotek Farmasi Airlangga dipilih karena masih sedikit penelitian mengenai
DTPs pada pasien lanjut usia di apotek. Selain itu salah satu visi Apotek
Farmasi Airlangga adalah mengembangkan pharmaceutical care dimana
fungsi apoteker adalah mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
DTPs.
1.2 Rumusan Masalah
DTPs apa yang terjadi pada pasien lanjut usia yang mendapat obat
atas resep dokter di Apotek Farmasi Airlangga?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi adanya DTPs pada pasien lanjut usia yang
mendapat obat atas resep dokter di Apotek Farmasi Airlangga.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
5
1.4 Manfaat
(1) Bagi peneliti untuk menambah wawasan peneliti tentang DTPs
pada pasien lanjut usia.
(2) Bagi Apoteker dapat digunakan sebagai sumber infomasi untuk
meningkatkan peran Apoteker dalam pelayanan kefarmasian.
(3) Bagi masyarakat penelitian ini bermanfaat untuk tercapainya
terapi yang aman, efektif dan efisien.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pharmaceutical care
Pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberian terapi obat
untuk mencapai outcome tertentu yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien (Hepler & Strand, 1990). Menurut KepMenkes pelayanan
kefarmasian merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut Cipolle pharmaceutical care adalah pelayanan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien dimana apoteker bertanggung
jawab atas kebutuhan pasien terkait obat dan bertanggung jawab
mengoptimalkan semua terapi obat pasien, tanpa melihat dari mana obat
berasal (resep, nonresep, alternatif, atau obat tradisional), meningkatkan
outcome pasien yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup tiap
pasien (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Outcome yang dimaksud adalah
mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan
atau memperlambat proses penyakit, dan mencegah suatu penyakit atau
gejala (Hepler & Strand, 1990). Keberhasilan tercapainya outcome tersebut
tergantung banyak faktor, termasuk pengetahuan (obat dan penyakit),
adanya informasi dari pasien, kemampuan komunikasi apoteker, dan yang
paling penting apoteker diterima oleh anggota lain dari health-care team
(Hughes, 2001).
Apoteker menggunakan proses pharmacotherapy workup untuk
mengambil suatu keputusan, untuk membuat taksiran drug related needs
pasien, identifikasi DTPs, mengembangkan sebuah rencana care, dan
mengadakan follow up evaluasi untuk menjamin semua terapi obat efektif
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
7
dan aman. Guna mengidentifikasi, mengatasi, dan mencegah masalah
terapi obat, apoteker harus memahami bagaimana pasien mengalami DTPs
(Cipolle, Strand & Morley, 2004).
Fungsi utama apoteker dalam model pharmaceutical care sebagai berikut
(Hughes,2001):
1. Mengumpulkan data pasien. Mengumpulkan data-data spesifik
pasien yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah terkait
obat sehingga apoteker tepat dalam mengambil keputusan terapi
dan managemen pasien.
2. Identifikasi masalah. Data yang dikumpulkan dapat digunakan
untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan obat, seperti
pemilihan obat untuk terapi, rute pemakaian, toksisitas hingga
kegagalan outcome terapi.
3. Mengembangkan rencana terapi dan outcome yang ingin dicapai.
Terapi obat tercapai bila memberikan respon klinis positif
meliputi sembuh dari penyakit, mengeliminasi atau gejala
penyakit berkurang, menghentikan atau memperlambat proses
penyakit dan mencegah muncul penyakit atau gejala.
4. Evaluasi pilihan terapi.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain: khasiat,
keamanan, ketersediaan, biaya dan kesesuaian dan kemudahan.
5. Regimen terapi individu.
6. Monitoring outcomes.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
8
2.2 Tinjauan Tentang Drug Therapy Problems (DTPs)
2.2.1 Definisi tentang DTPs
Definisi DTPs adalah kejadian yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh pasien karena terapi obat dan mengganggu dalam mencapai
tujuan terapi yang diinginkan. Masalah ini diidentifikasi selama proses
assessment, sehingga dapat diselesaikan melalui perubahan tindakan yang
diberikan pada tiap individu yang berbeda dalam regimen terapi obat
(Cipolle, Strand & Morley, 2004).
Pengertian yang hampir sama dengan DTPs juga dijelaskan oleh
Hepler & Strand, yang disebut dengan Drug Related Problems (DRPs),
yaitu suatu peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara
aktual atau potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome
yang optimal dari suatu pengobatan (Hepler and Strand, 1990). Kejadian
DRPs merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman
pasien dan diduga akibat terapi obat sehingga potensial mengganggu
keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (Strand et al, 1990).
2.2.2 Kategori DTPs
Menurut (Cipolle, Strand & Morley, 2004) DTPs dikategorikan menjadi 7
yaitu:
1. Terapi obat yang tidak diperlukan (Unnecessary drug therapy).
Penyebab :
1) Pasien menggunakan obat yang tidak sesuai dengan
indikasi yang dialami saat itu.
2) Penggunaan produk obat lebih dari satu pada kondisi
yang seharusnya dapat diterapi dengan satu obat.
3) Pengobatan lebih baik dilakukan dengan terapi tanpa
obat.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
9
4) Pasien menerima terapi obat untuk mengatasi efek
samping obat lain yang seharusnya efek samping tersebut
bisa dihindari.
5) Pasien menerima obat untuk terapi masalah yang timbul
karena drug abuse, merokok, dan alkohol.
Contoh : pasien menerima tiga produk laxative yang berbeda
pada usaha untuk mengatasi konstipasi
2. Kebutuhan akan terapi obat tambahan (Needs additional drug
therapy).
Penyebab : 1) Kondisi pasien yang memerlukan adanya terapi obat
yang baru.
2) Terapi obat pencegahan untuk mengurangi resiko
timbulnya kondisi baru yang tidak diinginkan pasien.
3) Kondisi media yang memerlukan adanya terapi obat
tambahan untuk mendapatkan efek yang sinergis.
Contoh : Pasien yang mengidap pneumonia resiko tinggi dan
karena itu membutuhkan vaksin pneumococcal.
3. Obat tidak efektif (ineffective drug).
Penyebab : 1) Obat yang diberikan bukan yang paling efektif untuk
kondisi pasien.
2) Kondisi medis sulit disembuhkan dengan obat yang
diberikan.
3) Dosage form tidak tepat.
4) Produk obat bukan merupakan produk yang efektif.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
10
Contoh : JT’s hipertrigliseridemia tidak efektif mengobati dengan
Colestid (kolestipol) 8 gram dua kali sehari karena obat
ini tidak efektif mengurangi tingginya trigliserida.
4. Dosis terlalu rendah (Dosage too low).
Penyebab : 1) Dosis terlalu rendah untuk memberikan respon yang
diinginkan
2) Interval pemberian dosis terlalu jarang untuk
memberikan respon yang diinginkan.
3) Adanya interaksi obat yang menurunkan jumlah obat
aktif.
4) Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk mencapai
respon yang diinginkan.
Contoh : dosis sehari 10 mg glipizide terlalu rendah untuk
mengontrol glukosa darah pasien.
5. Dosis terlalu tinggi (Dosage too high).
Penyebab :
1) Dosis terlalu tinggi
2) Interval pemberian obat terlalu pendek
3) Durasi terapi obat yang terlalu panjang
4) Interaksi obat yang menyebabkan reaksi toksik pada
produk obat.
5) Dosis obat yang diberikan terlalu cepat.
Contoh : pasien mengalami bradikardi dan derajat kedua bilik
jantung hasil dari 0.5 mg dosis sehari digoksin yang
digunakan untuk gangguan jantung kongestif. Dosis ini
terlalu tinggi untuk pasien lanjut usia dengan penurunan
fungsi renal.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
11
6. ADR (Adverse Drug Reaction).
Penyebab :
1) Obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan
yang tidak ada hubungan dengan dosis.
2) Dibutuhkan obat lain yang lebih aman dikarenakan
pasien memiliki faktor risiko.
3) Interaksi obat yang menyebabkan reaksi yang tidak
diinginkan dan tidak tergantung dengan dosis.
4) Regimen dosis diberikan atau diganti terlalu cepat.
5) Produk obat menyebabkan reaksi alergi
6) Produk obat yang dikontraindikasikan karena pasien
memiliki faktor risiko.
Contoh : pada pasien timbul ruam pada bagian torso dan lengan
disebabkan Cotrimoxazole yang diminum untuk
mengobati infeksinya.
7. Ketidakpatuhan (Noncompliance).
Penyebab :
1) Pasien tidak memahami petunjuk
2) Pasien memilih tidak meminum obat
3) Pasien lupa minum obat
4) Obat terlalu mahal bagi pasien
5) Pasien tidak dapat menelan/menggunakan obat
dengan sendiri dengan tepat.
6) Obat tidak tersedia.
Contoh : pasien tidak dapat mengingat pemakaian tetes mata
timolol sehari dua kali untuk glaukomanya.
Menurut pustaka lain DTPs juga sering disebut Drug Related
Problems (DRPs). Kejadian DRPs dibagi menjadi dua macam yaitu aktual
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
12
dan potensial. DRPs aktual adalah DRPs yang sedang terjadi pada pasien
yang harus diatasi secepatnya sedangkan DRPs potensial adalah DRPs yang
belum terjadi tetapi ada kemungkinan terjadi. Fungsi kategori DRPs
(Strand et al, 1990).
1. Menggambarkan bagaimana terjadinya ADR
2. Menunjukkan peran yang nyata dari farmasis di masa depan
3. Untuk mengembangkan suatu proses yang sistematik
sehingga dapat memberi efek yang positif terhadap pasien.
4. Pembagian peran antara farmasis dengan profesi kesehatan
lain dalam prakteknya menjadi jelas.
5. Pharmacy educator seharusnya memiliki keuntungan
dengan adanya kategorisasi ini karena pembagian DRPs
telah jelas.
Kategori DRPs menurut Hepler and Strand (1990) :
1. Indikasi yang kurang tepat (Untreated indications).
Pasien memiliki masalah pengobatan dimana membutuhkan
terapi obat (sebuah indikasi untuk penggunaan obat) tetapi tidak
menerima obat yang sesuai dengan indikasi
Contoh : Pasien dengan penyakit vaskular tidak menerima
pengobatan untuk anemia yang juga ternyata dideritanya.
Pengobatan terfokus pada kondisi primer, sedangkan masalah
baru tidak teridentifikasi/tidak terobati.
2. Terapi obat tetapi mendapat obat produk yang salah (Improper
drug selection).
Pasien mempunyai indikasi obat tetapi menerima obat yang
salah.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
13
Contoh : Jika seorang pasien menerima terapi kombinasi padahal
dengan terapi tunggal menghasilkan efektifitas yang sama.
3. Dosis obat kurang (Subtherapeutic dosage).
Pasien mempunyai masalah pengobatan yang diterapi dengan
dosis obat terlalu sedikit.
Contoh : Terapi antibiotik untuk infeksi dengan kadar yang
kurang optimal
4. Dosis obat berlebihan (overdose).
Pasien mempunyai masalah pengobatan yang diterapi dengan
dosis obat yang terlalu tinggi.
Contoh : Peningkatan dosis asam nikotinat berhubungan dengan
reaksi kulit yang parah. Obat dapat terakumulasi dalam waktu
lama dan menghasilkan komplikasi toksik.
5. Adverse Drug Reactions (ADR).
Pasien mempunyai masalah terapi obat yang menghasilkan reaksi
samping obat yang tidak diinginkan atau ADR.
Contoh : Eritromisin estolat sebagai antibakteri memiliki efek
samping gangguan hati (hepatitis)
6. Interaksi obat (Drug Interaction)
Terapi obat tetapi kemungkinana ada interaksi obat-obat, obat-
hasil laboratorium, obat-makanan, obat-obat tradisional.
Contoh :
- Pasien yang mengalami efek samping sebagai hasil dari
interaksi fisika/ kimia antara beberapa obat dengan
konsumsi makanan.
- Pasien yang melakukan tes laboratorium untuk diagnosis
penyakit tertentu juga dapat menyebabkan interaksi dengan
obat yang digunakan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
14
7. Terapi obat obat yang indikasinya tidak ada (Drug use without
indication).
Pasien menggunakan obat tanpa adanya indikasi yang valid.
Contoh : Penggunaan bersama obat antiparkinson dan antipsikosa
padahal pasien tidak ada riwayat gejala extrapiramidal.
8. Kegagalan mendapatkan obat (Failure to receive medications).
Pasien yang mempunyai masalah pengobatan yang
mengakibatkan tidak menerima obat (misalnya karena alasan
pharmaceutical, fisiologi, sosiologi, atau ekonomi).
Contoh : Terjadi dispensing obat yang salah oleh praktisi
kesehatan.
2.3 Tinjauan tentang Lanjut Usia
2.3.1 Definisi Lanjut Usia
Warga lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang no.
13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (Pemerintah RI, 1998). Penggolongkan
manula menjadi 4 berdasarkan WHO (Nugroho, 2006) yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
c. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun,
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2.3.2 Perubahan Kondisi pada Lanjut Usia
Respon klinis pengobatan tergantung pada kondisi farmakokinetik
dan farmakodinamik. Pada lanjut usia perubahan farmakologis
menyebabkan lebih mudah mengalami masalah terkait obat (Midlov, P.,
Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). Faktor terpenting penentu terjadinya
masalah terkait obat pada lanjut usia adalah kondisi fisiologis yang semakin
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
15
menurun yang berakibat terjadi peningkatan reaksi obat yang tidak
diinginkan dan mengalami kesulitan untuk sembuh dari reaksi yang
ditimbulkan obat tersebut. (Koda-Kimble, M.A et al., 2009).
Farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien lanjut usia
berbeda dari pasien muda. Pada lanjut usia terjadi proses penuaan yang
bersifat universal berupa kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ,
bersifat progesif, perubahan secara bertahap, akumulatif dan intrinsik.
Proses penuaan mengakibatkan terjadinya perubahan pada berbagai organ
di dalam tubuh seperti sistem GIT, sistem genitorinaria, sistem endokrin,
sistem immunologis, sistem serebrovaskular, sistem saraf pusat dan
sebagainya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Proses kemunduran fungsi
fisiologis ini terjadi sedikit demi sedikit tanpa berhenti dan mengakibatkan
peningkatan kerentanan terhadap banyak penyakit (Koda-Kimble, M.A et
al., 2009).
2.3.3 Perubahan Farmakokinetika
Bioavabilitas obat yang diberikan secara oral tergantung pada
banyak faktor, termasuk absorpsi yang melalui mukosa GIT dan liver.
Sebagian besar informasi farmakokinetik obat lebih banyak ditujukan pada
pasien yang berusia kurang dari 65 tahun, padahal faktanya sebagian besar
obat digunakan lanjut usia. Informasi obat penting diketahui karena terdapat
perbedaan farmakokinetika pada dewasa muda dan lanjut usia. Guna
mencegah akumulasi obat, maka dokter mengurangi dosis atau
meningkatkan interval pendosisan (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T.
2009).
a. Absorpsi
Sebagian besar obat diberikan secara oral. Absorpsi obat yang
diberikan secara oral tergantung fungsi ventrikel, usus, dan aliran darah ke
usus (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). Salah satu perubahan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
16
terkait usia terjadi pada absorpsi obat pada fisiologi GIT. Perubahan terkait
usia pada saluran GIT memberikan efek pada absorpsi obat termasuk
penurunan sekresi asam lambung, pengosongan lambung yang lama,
perpindahan obat ke usus yang pelan, dan berkurangnya aliran darah di GIT
(Hutchison and O’Brien., 2007). Untungnya, sebagian besar obat diabsorpsi
secara difusi pasif, dan perubahan fisiologis penuaan tampak memiliki
sedikit pengaruh pada bioavalibilitas obat (Dipiro et al., 2011).
Beberapa obat yang diabsorpsi secara transpor aktif, kemungkinan
terjadi penurunan bioavailabilitas obat (misalnya, kalsium dalam
pengaturan hypochlorhydria). Namun, kenyataannya first-pass effect yang
menurun pada hati dan atau metabolisme dinding usus menghasilkan
peningkatan bioavailabilitas dan kadar obat pada plasma yang lebih tinggi
seperti propranolol dan morfin (Dipiro et al., 2011). Obat yang diberikan
selain melalui oral dapat dianjurkan pada pasien lanjut usia. Rata-rata
absorpsi obat yang diberikan secara injeksi intramuskular atau subkutan
kemungkinan lebih efektif pada lanjut usia karena mengurangi perfusi
jaringan darah (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009).
b. Distribusi obat
Sesuai pertambahan usia maka akan terjadi perubahan komposisi
tubuh. Komposisi tubuh manusia sebagian besar dapat digolongkan kepada
komposisi cairan tubuh dan lemak tubuh. Pada lanjut usia terjadi
peningkatan komposisi lemak tubuh. Persentase lemak pada usia dewasa
muda sekitar 8-20% pada laki-laki dan 33% pada perempuan; Pada lanjut
usia meningkat menjadi 33% pada laki-laki dan 40-50% pada perempuan.
Keadaan tersebut akan sangat mempengaruhi distribusi obat dalam plasma.
Distribusi obat larut lemak (lipofilik) akan meningkat dan distribusi obat
larut air (hidrofilik) akan menurun. Konsentrasi obat hidrofilik di plasma
akan meningkat karena jumlah cairan tubuh menurun. Dosis obat hidrofilik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
17
mungkin harus diturunkan sedangkan interval waktu pemberian obat
lipofilik mungkin harus dijarangkan (Departemen Kesehatan RI, 2006).
c. Metabolisme
Hepar adalah organ yang paling penting dalam metabolisme
sebagian besar obat. Metabolisme obat tergantung pada aliran darah hepatik
dan dengan semakin bertambah usia seseorang maka massa hepar semakin
berkurang dan aliran darah hepar menurun. Metabolisme obat juga
tergantung pada fungsi dan kapasitas enzim yang memetabolisme obat di
hati. Enzim yang paling berperan dalam metabolisme adalah sitokrom p450
(Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T., 2009). Enzim sitokrom p450 adalah
salah satu enzim yang berperan pada reaksi fase 1. Reaksi kimia yang
terjadi pada proses metabolisme dibagi dua yaitu reaksi fase 1 dan reaksi
fase 2. Reaksi fase 1 biasanya terganggu dengan bertambahnya usia
sedangkan reaksi fase 2 tidak terganggu dengan bertambahnya usia
(Hughes, 2001).
d. Ekskresi
Perubahan yang paling sering terjadi terkait penuaan dapat dilihat
pada ekskresi atau eliminasi. Obat diekskresi melalui ginjal atau
dimetabolisme pada hati (Beers, 2000-2001). Fungsi ginjal akan mengalami
penurunan seiring dengan pertambahan usia. Perubahan fungsi ginjal
dievaluasi dengan menggunakan Clearence creatinine (ClCr), perkiraan
laju filtrasi glomerulus (GFR) (Koda-Kimble, M.A et al., 2009). Penurunan
GFR pada lanjut usia maka diperlukan penyesuaian dosis obat. Pemberian
obat pada pasien lanjut usia tanpa memperhitungkan faal ginjal sebagai
organ yang mengekskresikan sisa obat akan berdampak pada kemungkinan
terjadinya akumulasi obat sehingga menimbulkan efek toksik/ADR
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
18
Banyak obat yang dieliminasi melalui ginjal. Oleh karena itu satu hal
yang perlu diperhatikan adalah banyak penyakit yang dapat dialami oleh
lanjut usia yang dapat menurunkan fungsi ginjal. Diabetes dan hipertensi
adalah dua penyakit umum yang dapat menurunkan fungsi ginjal (Midlov,
P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009).
2.3.4 Perubahan Farmakodinamik
Efek farmakodinamik obat tergantung pada konsentrasi obat di
reseptor, respon pada reseptor dan mekanisme homeostatis. Perubahan
terkait usia pada farmakodinamik mungkin dapat terjadi pada reseptor atau
signal-transduction level. Perubahan farmakodinamik dengan penuaan sulit
dipelajari daripada perubahan farmakokinetika dan sedikit fakta yang
menjadi dasar mekanisme perubahan farmakodinamik (Midlov, P., Kragh,
A., & Eriksson, T. 2009).
Pada umumnya peningkatan sensitivitas farmakodinamik pada
banyak obat terjadi pada pasien lanjut usia. Beberapa obat yang
mengalami perubahan secara farmakodinamik yang perlu diwaspadai
seiring dengan bertambahnya usia adalah CNS depressants dan warfarin
yang dapat meningkatkan sensitivitas; antihipertensi, tricyclic
antidepressants, phenotiazine antipsychotics dan diuretik yang dapat
meningkatkan risiko hipotensi postural; golongan obat antipsikotik yang
dapat meningkatkan risiko dyskinesia tardive dan golongan β-
adrenoreceptor blocking agents yang dapat menurunkan sensitivitas
(Hughes, 2001)
2.3.5 Masalah Terkait Obat pada Lanjut Usia
Penggunaan obat yang berlebihan (Overuse of Medications)
Polifarmasi didefinisikan sebagai penggunaan multiple drug secara
bersamaan atau pemberian obat lebih dari yang diindikasikan
dengan klinik. Polifarmasi berhubungan dan meningkat pada lanjut
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
19
usia. Hasil survei menyatakan bahwa lanjut usia rata-rata
menerima dua sampai sepuluh obat resep dan nonresep tiap hari
(DiPiro. 2011). Polifarmasi pada lanjut usia kemungkinan dapat
meningkatkan risiko ADR, geriatric syndrome termasuk perusakan
kognitif dan delirium, jatuh dan fraktur pinggul, dan pembesaran
pada saluran urin; mengurangi aktivitas fisik dan menganalisis
pekerjaan sehari-hari yang dikontrol dihubungkan dengan jumlah
obat yang diresepkan; dan polifarmasi dapat meningkatkan biaya
untuk berobat (Hanlon, Schmader, Ruby, & Weinberger, 2001).
Resep yang tidak tepat (Inappropriate Prescribing)
Peresepan yang tidak tepat didefinisikan sebagai pengobatan diluar
batas peresepan yang berlaku pada standar pengobatan. Pada
umumnya fenomena ini terjadi pada lanjut usia (DiPiro et al.,
2011). Obat pada resep yang tidak tepat juga didefinisikan obat
yang seharusnya dihindari oleh pasien lanjut usia karena tidak
efektif dan tak ada gunanya berisiko tinggi (Elliot, 2006). Ada tiga
pendekatan utama untuk mengukur resep yang tidak tepat yaitu
(Hanlon, Schmader, Ruby, & Weinberger, 2001):
1. Obat yang harus dihindari
2. Peninjauan ulang penggunaan obat
3. Peninjauan klinik yang dipakai kriteria eksplisit
Penggunaan obat yang rendah (Underuse)
Masalah yang penting dan meningkat pada lanjut usia adalah
underuse, yang didefinisikan sebagai kesalahan terapi obat yang
diindikasikan untuk pengobatan atau pencegahan suatu penyakit
atau keadaan. Penggunaan obat yang rendah mungkin memiliki
hubungan penting pada efek negatif pada hasil kesehatan lanjut
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
20
usia, termasuk penurunan fungsi, kematian, dan penggunaan
pelayanan kesehatan (DiPiro et al., 2011)
Ketidakpatuhan pengobatan.
Ketidakpatuhan terkait faktor pasien, kondisi, terapi, dan sistem
kesehatan dan sosial. Sekitar 40,7% pasien usia 40-50 tahun dan
51,6% pasien usia 55-65 tahun mudah lupa. Kelupaan ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain penurunan fungsi pada
proses penuaan, terlalu sibuk, kurang perhatian, konsentrasi yang
kurang dan faktor-faktor lain. Hal ini salah satu penyebab pada
pasien lanjut usia cenderung tidak patuh. Di samping itu,
ketidakpatuhan dapat didefinisikan lebih dari satu hal termasuk
tidak menebus resep, menghentikan penggunaan obat sebelum
obatnya habis dikonsumsi, atau mendapat informasi obat berlebih
atau kurang dari pada yang dicantumkan pada etiket. Lanjut usia
mungkin tidak patuh pada regimen obat karena kemungkinan
terjadi efek yang tidak diinginkan, ketidakmampuan membaca
etiket produk, atau informasi mengenai penggunaan obat yang
tidak dipahami. Kadang-kadang, harga juga menjadi alasan yang
umum mengapa pasien lanjut usia tidak menebus resep (DiPiro et
al,. 2011; Commissaris, Ponds and Jolles, 1998).
2.3.6 Tinjauan Obat yang Biasa Digunakan Pasien Lanjut Usia
Pada umumnya pasien lanjut usia menggunakan obat baik dengan
resep atau over the counter (OTC), diantaranya cardiovascular agent
termasuk antihiperlipidemia dan antikoagulan seperti aspirin,
Hydroclorothiazid, atorvastatin, lisinopril, metoprolol, simvastatin, atenolol,
amlodipin, furosemide, ezetimibe, valsartan, warfarin, dan clopidogrel
(Qato, et al., 2008)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
21
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa dari 62 pasien lanjut usia
yang menjadi Anggota Posyandu Lansia Amanah Kecamatan Gubeng
Surabaya sebanyak 93 obat yang digunakan berasal dari resep. Obat yang
banyak diresepkan untuk pasien lanjut usia antara lain metformin,
amlodipin, allupurinol, bisoprolol, captopril, glibenklamid dan nifedipin.
Selain itu suplemen makanan yang paling banyak diresepkan adalah vitamin
B kompleks (vitamin B1, B6, B12) dan glukosamin (Ningrum, K.P., 2012).
Hasil penelitian di Brasil menunjukkan bahwa obat yang paling
banyak digunakan pada pasien lanjut usia adalah antihipertensi, antiaritmia,
hipnotik, sedative dan ansiolitik, antiulcer dan antidepresif, nitrat dan
antidiabetes oral. Sebagian besar obatnya adalah ACE inhibitor (captopril-
54,6%), diuretik tiazid (HCT dan indapamide-39,6%), asam asetisalisilat
(29,3%), diazepam (24%), nifedipin (15%), antipsikotik fenotiazin
(chlorpromazine dan thioridazine-15%), ranitidin (13%), beta blocker
(atenolol dan propranolol-12,4%) dan amitriptyline (12,4%) (de Oliveira et
al, 2011; Vinks et al, 2006).
2.4 Tinjauan tentang Resep
2.4.1 Definisi Resep
Resep adalah sebuah permintaan obat yang dikeluarkan oleh dokter,
dokter gigi, atau praktisi kesehatan lain yang berlisensi. Resep menandakan
suatu obat tertentu dan dosis yang akan diberikan untuk pasien tertentu
pada waktu tertentu. Pada umumnya, resep obat juga disebut sebagai resep
dokter oleh pasien (Scott, S, 2005).
Pengadaan resep dokter merupakan bagian dari hubungan
profesional antara penulis resep, apoteker dan pasien. Ini adalah tanggung
jawab apoteker dalam suatu hubungan untuk memenuhi penyediaan kualitas
pelayanan kefarmasian mengenai kebutuhan obat pasien (Scott, S, 2005).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
22
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundangan yang berlaku (Departemen Kesehatan RI,
2004).
2.4.2 Isi Resep
Bagian komponen dari resep sebagai berikut (Scott, S, 2005) :
1. Informasi mengenai nama dan alamat penulis resep
2. Informasi mengenai pasien seperti nama lengkap dan alamat
pasien.
3. Tanggal penulisan resep.
4. Simbol R/ yang berasal dari bahasa Latin recipe yang artinya
ambilah atau superscription.
5. Obat yang diresepkan atau inscription.
6. Petunjuk pemberian obat ke apoteker atau subscription.
7. Petunjuk bagi pasien atau signa ( untuk dituliskan dalam etiket).
8. Refill, label khusus dan atau petunjuk lain.
9. Tanda tangan penulis resep
2.5 Tinjauan tentang Patient Medication Record (PMR)
2.5.1 Tinjauan Mengenai Dokumentasi
Pendokumentasian adalah hal yang harus dilakukan dalam setiap
kegiatan pelayanan kefarmasian. Pendokumentasian berguna untuk evaluasi
kegiatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan tersedianya
data/profil pasien (Departemen Kesehatan RI, 2008). Dokumentasi
menyajikan catatan perawatan dan riwayat keputusan pengobatan yang
dibuat untuk pasien tertentu. Sebagai perubahan peran apoteker
dokumentasi akan menjadi barang berharga untuk mengidentifikasi dan
mecatat kegiatan apoteker (Hughes, 2001).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
23
Masalah yang perlu didokumentasikan adalah aktivitas yang
berhubungan dengan pharmaceutical care yakni DRP. Apabila ditemukan
DRPs (Drug-Related Problems), maka langkah farmasis : melihat identitas
obat, penyakit alergi yang menyebabkan DRP, analisa jenis DRP, tindakan
yang akan dilakukan untuk mengatasi DRP, rekomendasi yang akan
diberikan oleh farmasis, outcomes yang diharapkan. Selain itu aktivitas lain
yang perlu pendokumentasian adalah konsultasi dengan tenaga kesehatan
lain, konseling pada pasien (sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, pasien
penyakit kronis), penilaian terhadap pemahaman pasien, konsultasi/saran
terhadap self-care yang diberikan pada pasien, rujukan dan lain-lain
(Hughes, 2001).
2.5.2 Tinjauan Mengenai PMR
Salah satu bentuk dokumentasi untuk aktivitas pelayanan
kefarmasian adalah catatan penggunaan obat pada pasien (Patient
Medication Record). Patient Medication Record (PMR) adalah catatan
penggunaan obat setiap pasien yang bersifat rahasia dan hanya boleh ditulis
serta disimpan oleh apoteker (Departemen Kesehatan RI, 2008). Latar
belakang perlunya PMR karena ada peningkatan jumlah obat yang
diresepkan maupun over the counter (OTC) yang dikonsumsi per individu
setiap tahunnya, meningkatnya jumlah pasien yang mendapatkan obat
meningkatkan peluang terjadinya kesalahan dalam pengobatan dan obat
yang diresepkan rawan terjadi interaksi antar obat atau bahan lain seperti
makanan sehingga menyebabkan ADR (Rees, JA, 1996).
Prioritas penggunaan PMR dilakukan pada semua pasien terutama
(Winfield, 1998)
1. Pasien yang memiliki kriteria umur tertentu yaitu:
penderita tua berumur lebih dari 60 tahun
anak yang berumur kurang dari 12 tahun;
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
24
2. Pasien yang memiliki penyakit tertentu seperti:
asma,
epilepsi dan
diabetes;
3. Pasien yang menggunakan obat tertentu seperti:
antikoagulan,
oral kontrasepsi dan
steroid;
4. Pasien yang memiliki kebutuhan tertentu seperti:
sensitif terhadap penisilin,
terapi obat yang banyak dan
confusion
PMR dibangun untuk membantu apoteker mendeteksi dan mencegah
masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan DRPs. Di dalam
PMR secara normal akan memuat semua obat yang diminum oleh pasien
termasuk obat OTC yang dibeli di apotek atau tempat lain. Berikut data-data
yang perlu dicatat dalam PMR (Winfield, 1998):
1. Data pasien : Nama
Alamat dan kode pos
Nomer telepon
Jenis Kelamin
Usia dan tanggal lahir
Pekerjaan
Alergi obat
Riwayat penyakit
2. Identitas dokter : Nama
Alamat praktek
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
25
Nomer telepon
3. Data obat : Nama obat
Kekuatan
Bentuk sediaan
Jumlah obat
Dosis
Tanggal resep
Tanggal pelayanan
4. Keterangan tambahan tentang adanya alergi obat pada pasien,
resistensi terhadap obat, penyakit kronik yang pernah dialami
pasien. Nomor produksi atau nomor lisensi pada obat.
Manfaat lain adanya PMR adalah dapat membantu apoteker untuk
melakukan konseling secara tepat pada pasien (Departemen Kesehatan RI,
2008; Rees, JA,1996).
2.6 Tinjauan Tentang Penelitian Survei
Metode pengumpulan data pada penelitian survei menurut
Notoatmodjo (2010) ada dua macam yaitu :
1. Penelitian survei dengan wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan
atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh
langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau
percakapan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
26
2. Penelitian survei dengan angket (kuesioner)
Yang dimaksud dengan angket, adalah suatu cara pengumpulan
data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang
umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang
banyak). Angket ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar
pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara
tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan,
informasi, jawaban, dan sebagainya.
Dilihat dari bentuknya wawancara dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain (Notoatmodjo, 2010) :
a. Wawancara Tidak Terpimpin (Non Directive or Unguided
Interview)
Sebenarnya semua wawancara itu terpimpin, yakni dipimpin
oleh keinginan untuk mengumpulkan informasi atau data, tetapi
wawancara tidak terpimpin disini diartikan tidak ada pokok
persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut.
Sehingga dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakan itu tidak sistematis, melompat-lompat dari satu
peristiwa atau topik ke peristiwa atau topik lain yang tanpa
berkaitan.
b. Wawancara Terpimpin (Structured Interview)
Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman
berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya.
Sehingga interviewer tinggal membacakan pertanyaan-
pertanyaan tersebut kepada interviewee. Pertanyaan-pertanyaan
dalam pedoman (kuesioner) tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga mencakup variabel-variabel yang berkaian dengan
hipotesisnya. Keuntungannya antara lain (1) pengumpulan data
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
27
dan pengolahannya dapat dengan cermat dan teliti, (2) hasilnya
dapat disajikan secara kualitatif dan kuantitatif, (3) interviewer
dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan-
pertanyaan yang seragam.
c. Wawancara Bebas Terpimpin
Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak
terpimpin dan wawancara terpimpin. Terdapat unsur kebebasan
tetapi ada pengarah pembicaraan secara tegas dan mengarah.
Wawancara ini mempunyai ciri fleksibilitas (keluwesan) tetapi
arahnya jelas. Oleh karena itu, sering dipergunakan untuk
menggali gejala-gejala kehidupan psikis antropologis. Unsur
keluwesan tersebut tergantung dari keterampilan pewawancara
dalam memanipulasikan kondisi psikologis yang tepat dan
menyusun ke dalam pokok-pokok hal (pedoman interview) yang
sifatnya masih mentah. Interviewer diberi kebebasan untuk
mengolah sendiri pertanyaan sehingga memperoleh jawaban-
jawaban yang diharapkan. Dengan berpedoman pada pola ini
pewawancara melakukan wawancara dalam suasana atau dengan
cara sesantai mungkin, interviewee secara bebas dapat
memberikan informasi selengkap mungkinMeskipun terdapat
unsur kebebasan, tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas
dan mengarah.
d. Free Talk dan Diskusi
Apabila di dalam suatu wawancara terjadi suatu hubungan yang
sangat terbuka antara interviewer dan interviewee, maka di sini
sebenarnya kedua belah pihak masing-masing menduduki
dwifungsi, yakni masing-masing sebagai “information hunter”
dan “information supplier”, dan dalam keadaan demikian ini
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
28
kedua belah pihak denagn hati terbuka bertukar pikiran dan
perasaan, dan seobjektif mungkin mereka saling memberikan
keterangan-keterangan. Maka dalam situasi demikian ini,
berlangsunglah suatu “free talk” atau bericara bebas. Di sini
interviewer sebenarnya bukan hanya bertindak sebagai pencari
data, tetapi juga sebagai suggester, motivator, dan educator
sekaligus.
2.7 Tinjauan Tentang Apotek
2.7.1 Definisi Apotek
Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004). Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Pemerintah RI,
2009).
2.7.2 Fungsi Apotek
Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk
melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan
obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan
obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. (Departemen
Kesehatan RI, 2008).
2.7.3 Pelayanan Farmasi di Apotek
Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud sesuai dengan Ketentuan
Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan,
meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
29
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
(Pemerintah RI, 2009).
2.7.4 Tinjauan Tentang Apotek Farmasi Airlangga (FFUA, 2010)
Apotek Farmasi Airlangga berlokasi di Jl. Dhramawangsa No. 33
Surabaya. Latar belakang pendirian apotek adalah untuk meningkatkan
kemampuan para Apoteker lulusan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
utamanya kemampuan profesionalisme Apoteker. Apotek Farmasi
Airlangga merupakan Apotek Pendidikan yang pertama berdiri di
Indonesia. Sebagai Apotek Pendidikan, Apotek Farmasi Airlangga
mempunyai moto “No Pharmacist No Service” sehingga pada saat apotek
buka akan selalu ada apoteker yang bertanggung jawab pada pelayanan
kefarmasian yang diberikan.
Visi Apotek Farmasi Airlangga adalah menjadi Apotek yang
mandiri, inovatif, terkemuka dan sebagai pelopor pengembangan
pharmaceutical care. Sedangkan Misi Apotek Farmasi Airlangga sebagai
berikut :
1. Mendukung penyelenggaraan pendidikan akademik dan profesi
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang menggunakan
metoda dan teknologi pembelajaran modern.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan kefarmasian melalui
penelitian di bidang pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan
kebutuhan dan untuk kepentingan masyarakat.
3. Melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat dalam
bentuk komunikasi, kerjasama, pemberian informasi dan
pendidikan serta bentuk pelayanan lainnya dalam rangka
peningkatan kualitas hidup masyarakat.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
30
4. Berinteraksi dan bekerjasama ditingkat nasional dan
internasional secara efektif dengan lembaga pendidikan, lembaga
penelitian, industri, rumah sakit dan pusat pelayanan kesehatan
lainnya, lembaga pemerintahan, organisasi profesi serta
kelompok masyarakat lain untuk kepentingan kualitas
pendidikan, penelitian dan pelayanan.
5. Menghasilkan revenue bagi Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga dan bagi kemajuan perkembangan apotek.
2.8 Penelitian Terdahulu
Cara peneliti terdahulu untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan
kejadian masalah terkait terapi obat pada pasien lanjut usia antara lain:
1. Catatan resep (Prescription record).
Pada bulan Juni 2002 sampai Februari 2003 di 16 apotek di negara
Belanda bagian selatan. Responden dipilih secara random dari resep
pasien lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas, menerima enam atau
lebih obat yang diresepkan. Pasien yang dirawat dirumah dengan
perawat dan yang dirawat di rumah sakit termasuk kriteria eksklusi.
DRP diidentifikasi dan diputuskan sesuai dengan National Prescribing
Guidelines seperti the Standards for Dutch general practitioners and
therapeutic handbooks. Kategori DRP potensial yang diidentifikasi
dikelompokkan menjadi tiga yaitu terkait pasien yaitu ketidakpatuhan;
terkait prescriber seperti obat tidak sesuai indikasi, duplikasi obat, dosis
tidak tepat, tidak menggunakan sesuai petunjuk; dan terkait obat seperti
kontraindikasi, interaksi antar obat. ADR. Data dianalisis dengan
menggunakan Microsoft Access dan SPSS. Hasilnya dari 763 masalah
terkait obat yang diamati pada 196 pasien lanjut usia. Dua atau lebih
masalah terkait obat yang potensial terjadi pada 90% pasien dan hampir
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
31
sepertiga dari populasi yang diteliti lima atau lebih masalah terkait obat
yang terjadi teridentifikasi (Vinks et al., 2006).
2. Wawancara dan dari catatan kartu rekam medis, kartu catatan pemberian
obat yang ditulis oleh perawat, serta dokumen lain yang diperlukan.
Penelitian bersifat deskriptif, pengambilan data dilakukan secara
prospektif pada 100 pasien dengan kriteria pasien berumur lebih dari 60
tahun dan menjalani rawat inap di bangsal Bougenville IRNA I bagian
Penyakit Dalam RSUP dr.Sardjito. Data diambil pada 2 periode waktu
yaitu bulan Januari – Februari 2006 dan bulan Agustus-Oktober 2006.
Pengambilan data pengobatan pasien dilakukan melalui kartu rekam
medis, kartu catatan pemberian obat yang ditulis oleh perawat, serta
dokumen lain yang diperlukan. Identifikasi DRP terkait dengan
pemilihan obat yang tidak tepat dilakukan melalui diskusi dengan
klinisi. Analisis data selanjutnya dilakukan secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa problem pemilihan obat yang tidak tepat
terjadi ada 48 kasus (Rahmawati et al., 2008).
3. Kuesioner
Pada bulan januari dan Desember 2007 dilakukan pada 154 pasein lanjut
usia di lima institusi long term di Brasil. Sampel yang dipilih lanjut usia
yang berusia 60 tahun ke atas. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner yang diadaptasi dari metode the Dader, Pharmacotherapeutic
Follow-up. 381 DRP teridentifikasi yaitu kesulitan mendapatkan obat,
ketidakpatuhan, kurang pengetahuan mengenai obat yang diresepkan,
adanya interaksi obat dan swamedikasi adalah DRP yang paling sering
terjadi. Kemudian data dianalisis menggunakan SPSS (de Oliveira and
Novaes, 2011)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
32
BAB III
KERANGKA KONSEP
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep
Drug Related Need (DRN)
- Indikasi
- Efektivitas
- Aman
- Kepatuhan
Drug Therapy Problems (DTPs): 1. Terapi obat tidak diperlukan. 2. Kebutuhan terapi obat
tambahan. 3. Obat tidak efektif. 4. Dosis terlalu rendah 5. Dosis terlalu tinggi 6. Adverse Drug Reaction (ADR) 7. Ketidakpatuhan.
Peran Apoteker dalam Pharmaceutical care
Identifikasi DTPs
Pasien Lanjut usia - Terjadi perubahan fisiologis -Terjadi perubahan farmakokinetik
dan farmakodinamik - Rentan terhadap penyakit
Penggunaan obat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
33
Pasien lanjut usia memiliki karakteristik terjadi perubahan
fisiologis, perubahan farmakokinetika, perubahan farmakodinamika, dan
rentan terhadap penyakit sehingga perlu diperhatikan pada saat penggunaan
obat. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut pada saat menggunakan
obat mengalami hambatan untuk mencapai outcome terapi yang diinginkan.
Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus pada pasien lanjut usia
mengenai ketepatan dalam memenuhi kebutuhan terkait terapi obat yang
biasa disebut Drug Related Need (DRN) yang meliputi indikasi, efektivitas,
aman dan kepatuhan. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi secara tepat
maka akan muncul masalah terkait obat yang disebut Drug Therapy
Problems (DTPs) yaitu ketidaktepatan indikasi menimbulkan masalah
terapi obat tidak diperlukan dan kebutuhan terapi obat tambahan,
ketidakefektivitasan menimbulkan obat tidak efektif dan dosis terlalu
rendah, ketidakamanan timbul bila dosis terlalu tinggi dan ADR, serta
ketidakpatuhan pasien. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan
identifikasi DTPs baik yang potensial dan dan/atau aktual yang terjadi pada
pasien lanjut usia. Di sini salah satu peran apoteker dalam Pharmaceutical
care adalah identifikasi DTPs yang dimulai dengan menjalin komunikasi
terapetik dengan pasien.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
4.1.1 Berdasarkan tujuan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang
terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010). Pada
penelitian ini gambaran yang ingin dilihat adalah kejadian DTPs yang
terjadi pada lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga.
4.1.2 Berdasarkan waktu pengumpulan data
Berdasarkan waktu pengumpulan data penelitian ini dengan
pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional merupakan suatu
penelitian dimana tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada
saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian kepada subjek dilakukan
observasi hanya sekali saja.
4.2 Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data
sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh
dari obyek, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data dimana
data telah tersedia (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini sumber data
primer diperoleh dari data hasil wawancara pada pasien lanjut usia yang
memenuhi kriteria inklusi dan resep pasien lanjut usia di Apotek Farmasi
Airlangga. Sedangkan sumber data sekunder adalah PMR pasien bila ada di
apotek.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
35
4.3 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari 2013.
4.4 Populasi
Populasi adalah sebuah himpunan (set) dari individu-individu, unit-
unit, atau unsur-unsur yang mempunyai ciri-ciri yang sama (Zainuddin,
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien lanjut usia
dengan resep di Apotek Airlangga pada bulan Februari 2013.
4.5 Sampel
Sampel adalah himpunan bagian (subset) dari populasi (Zainuddin,
2011). Kegunaan sampling didalam penelitian ini antara lain : menghemat
biaya, mempercepat pelaksanaan penelitian, menghemat tenaga,
memperluas ruang lingkup penelitian, dan memperoleh hasil yang lebih
akurat (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah seluruh pasien lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga
yang memenuhi kriteria inklusi pada bulan Februari 2013.
4.5.1 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling pada dasarnya dapaat dikelompokkan menjadi dua
yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling. Pada penelitian
ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Non Probability yaitu
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik Non Random Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh atau
sensus (Sugiyono, 2010).
Pengambilan sampel secara sampling jenuh karena sampel yang
digunakan adalah semua anggota populasi. Hal ini sering dilakukan bila
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
36
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel (Sugiyono, 2010). Besar sampel pada penelitian ini sebanyak pasien
lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari
2013 yang memenuhi kriteria inklusi.
4.5.2 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat digunakan sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Berusia 60 tahun ke atas
2. Pasien dan/atau keluarga pasien yang menebus obat dengan resep
di Apotek Farmasi Airlangga
3. Berkomunikasi dengan baik.
4. Bersedia menjadi responden.
4.5.3 Jumlah sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini seluruh pasien lanjut usia dengan
resep di Apotek Farmasi Airlangga yang memenuhi kriteria inklusi pada
bulan Februari 2013.
4.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian survei. Penelitian survei adalah suatu penelitian yang
dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian
(masyarakat) sehingga sering disebut penelitian noneksperimen. Penelitian
survei ada dua macam yaitu penelitian survei dengan wawancara (interview)
dan penelitian survei dengan angket (kuesioner). Pada penelitian ini dipilih
metode pengumpulan data dengan wawancara, membaca resep dan PMR.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
37
Jenis wawancara yang akan dilakukan termasuk dalam wawancara bebas
terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara
terpimpin dan tidak terpimpin dimana peneliti diberi kebebasan untuk
mengolah sendiri pertanyaan (pedoman interview) sehingga memperoleh
jawaban yang diharapkan (Notoatmodjo, 2010).
4.7 Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang
mempunyai bermacam-macam nilai (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam
penelitian ini meliputi :
Tabel IV.1 Variabel Penelitian Variabel Parameter Indikator Keterangan
1.Terapi obat yang tidak diperlukan
1.Pasien menggunakan obat yang tidak sesuai dengan kondisi medis
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2 2.Penggunaan produk obat lebih dari satu pada kondisi yang seharusnya dapat diterapi dengan satu obat
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2 3.Pengobatan lebih baik dilakukan dengan terapi non-obat
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2 4.Pasien menerima terapi obat untuk
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
38
Variabel Parameter Indikator Keterangan mengatasi efek samping obat lain yang seharusnya efek tersebut bisa dihindari
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2 -Obat lain Pertanyaan 5 -Efek samping Pertanyaan 7d &
Pustaka 5.Pasien menerima obat untuk terapi masalah yang ditimbulkan karena drug abuse,penggunaan alkohol dan merokok
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Gaya hidup Pertanyaan 10 2.Kebutuhan akan terapi obat tambahan
1.Ada kondisi baru yang membutuhkan terapi obat tambahan (baru)
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2 2.Terapi obat pencegahan untuk mengurangi risiko karena ada kondisi baru yang tidak diinginkan pasien
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2 -Efek samping Pustaka
3.Kondisi medis yang memerlukan terapi obat tambahan untuk mendapatkan efek yang sinergis
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2 3. Obat tidak efektif
1.Obat yang diperlukan bukan yang paling efektif untuk kondisi medis pasien
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2 2.Kondisi medis yang
sulit disembuhkan dengan obat yang diberikan
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
39
Variabel Parameter Indikator Keterangan -Keluhan Pertanyaan 2
3.Dossage form tidak tepat
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Dossage form Resep
4.Produk obat tidak efektif untuk indikasi
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Keluhan Pertanyaan 2 4. Dosis terlalu rendah
1.Dosis terlalu rendah untuk memberikan respon yang diinginkan
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 11
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
- Dosis terapi Pustaka
2.Interval pemberian terlalu jarang
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Aturan pakai Resep dan/ pertanyaan 7c
-dosis terapi Pustaka
3.Interaksi obat yang menurunkan jumlah obat aktif
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Interaksi obat Pustaka -alergi Pertanyaan 7d -Obat lain Pertanyaan 5
4.Durasi pemberian terapi obat terlalu pendek
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Dosis terapi Pustaka -Aturan pakai Resep dan/
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
40
Variabel Parameter Indikator Keterangan pertanyaan 7c
-Jumlah obat Resep dan/ pertanyaan 6
5. Dosis terlalu tinggi
1.Dosis terlalu tinggi •
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
• - Dosis terapi Pustaka 2.Frekuensi pemberian -Diagnosa Pertanyaan 1
terlalu pendek dokter -Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a - Dosis terapi Pustaka
3.Durasi terapi obat terlalu panjang
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Dosis terapi Pustaka -Aturan pakai Resep dan/
pertanyaan 7c -Jumlah obat Resep dan/
pertanyaan 6 4.Interaksi obat yang menghasilkan reaksi toksik pada produk obat
-Obat lain Pertanyaan 5 -Interaksi obat Pustaka -alergi PMR
• -Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
5.Dosis obat yang diberikan terlalu cepat
-Diagnosa dokter
Pertanyaan 1
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Aturan pakai Resep dan/ pertanyaan 7c
-dosis terapi Pustaka 6. ADR 1.Obat yang
menyebabkan reaksi -Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
41
Variabel Parameter Indikator Keterangan yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis
-Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d
2.Obat lain yang lebih aman dibutuhkan karena pasien memiliki faktor risiko
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d
3.Interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d
-Obat lain Pertanyaan 5 -alergi PMR
4.Regimentasi dosis diberikan atau diubah terlalu cepat
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d
-Obat lain Pertanyaan 5 -riwayat alergi PMR
5.Produk obat menyebabkan alergi
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d
-Obat lain Pertanyaan 5 -alergi PMR
6.Produk obat kontraindikasi karena faktor risiko
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d
-Obat lain Pertanyaan 5 -riwayat alergi PMR
7. Ketidak-patuhan
1.Pasien tidak memahami petunjuk
-Aturan pakai Resep dan/ pertanyaan 7c
-Pemahaman aturan pakai
Pertanyaan 7c
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
42
Variabel Parameter Indikator Keterangan
2.Pasien lebih memilih untuk tidak meminum obat
-Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
3.Pasien lupa untuk meminum obat
-Aturan pakai Resep dan/pertanyaan 7c
-Aturan pakai -Nama obat
Resep dan/pertanyaan 7c Resep dan/ pertanyaan 7a
4.Produk obat terlalu mahal untuk pasien
-Aturan pakai Resep dan/ pertanyaan 7c
- Obat lain Pertanyaan 5 -Nama obat Resep dan/
pertanyaan 7a
5.Produk obat tidak tersedia untuk pasien
-Harga obat Pengamatan -Jumlah obat dari resep
Resep dan/ pertanyaan 6
-jumlah obat yang diambil
Pengamatan dan/ pertanyaan 6
-Bentuk sediaan
Resep
-Ketersediaan obat di apotek
Pengamatan dan pertanyaan 6
6. Pasien tidak dapat menelan atau menggunakan obat secara tepat
-nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
-jumlah obat Resep dan/ pertanyaan 6
-Bentuk sediaan
Resep
(Cipolle, Strand, & Morley, 2004)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
43
4.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan oleh peneliti
untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini
menggunakan instrumen:
1. Patient Medication Record (PMR)
2. DTP registration form V5.01 (PCNE Classification) yang
dimodifikasi ( van Mil, 2005).
3. Daftar pedoman interview
4. Lembar persetujuan (informed consent),
5. Peneliti sebagai interviewer.
4.9 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan batasan-batasan dari ruang lingkup
atau variabel yang diamati (Notoatmodjo, 2010). Berikut ini adalah jabaran
dan batasan variabel yang digunakan oleh peneliti:
1. Responden
Responden adalah pasien lanjut usia (pasien yang berusia ≥ 60
tahun) dan atau keluarga pasien lanjut usia yang menebus obat
dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari
2013. Apabila informasi yang didapat dari keluarga pasien tidak
dapat menjawab seluruh poin yang ada pada pedoman interview
maka harus menemui pasien langsung ke rumah atau menghubungi
pasien melalui telepon.
2. Identifikasi DTPs
Identifikasi DTPs adalah identifikasi DTPs baik aktual dan atau
potensial yang ditemukan setiap tatap muka dengan pasien yang
berasal dari obat resep dan/ obat lain yang digunakan pasien dan
dihitung satu tiap kategori meskipun kategori tersebut satu atau lebih
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
44
penyebab. Identifikasi DTPs yang ditemukan oleh peneliti akan
dipresentasikan dan didiskusikan kembali pada expert panel.
3. Nama Obat
nama obat generik dan/atau dagang, yang digunakan oleh responden.
4. Resep
Resep adalah permintaan dokter kepada apoteker untuk meracik,
menyiapkan dan menyerahkan obat untuk pasien tertentu dan pada
waktu tertentu dimana resep yang memiliki data pasien, data dokter,
dan tanggal yang sama dihitung satu menjadi satu resep.
5. Jumlah obat
Jumlah obat adalah banyaknya item obat yang tertulis pada resep.
6. Terapi obat yang tidak diperlukan
Terapi obat yang tidak diperlukan adalah terapi obat yang diterima
pasien yang tidak sesuai dengan indikasi atau berdasarkan keluhan
pasien.
7. Kebutuhan akan terapi obat tambahan
Kebutuhan akan terapi obat tambahan adalah kebutuhan akan terapi
obat lain yang diperlukan pasien dalam mengobati keluhan dan/
gejala dan/atau tanda dan/atau data klinik yang dialami pasien.
8. Obat tidak efektif
Obat tidak efektif adalah terapi obat yang diterima pasien dari
penebusan resep dimana pasien telah pernah menggunakan obat
tersebut dan tidak memberikan efek yang diinginkan.
9. Dosis terlalu rendah
Dosis dikatakan terlalu rendah apabila dosis pemakaian obat yang
digunakan pasien lebih kecil dari dosis yang tertulis dalam pustaka.
10. Dosis terlalu tinggi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
45
Dosis dikatakan terlalu tinggi apabila dosis pemakaian obat yang
digunakan pasien dan lebih kecil dari dosis yang tertulis dalam
pustaka.
11. ADR
ADR adalah reaksi obat yang tidak diinginkan yang terjadi pada
pasien setelah minum obat dapat berupa efek samping, obat
dikontraindikasikan atau interaksi obat-obat dan/atau interaksi obat-
makanan meskipun dalam jumlah sedikit yang tidak sesuai dengan
efek terapi sebenarnya.
12. Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan adalah macam-macam ketidakpatuhan yang dapat
disebabkan oleh tindakan pasien maupun ketersediaan produk obat.
13. Gangguan Kesehatan
Gangguan kesehatan adalah keluhan dan/atau riwayat penyakit yang
dialami pasien tiap kali menebus obat.
14. Diagnosis dokter
Diagnosis dokter adalah penentuan jenis penyakit berdasarkan
keluhan pasien atau informasi dari pasien mengenai kondisi atau
sakit pasien yang berasal dari dokter.
4.10 Uji Validitas Instrumen Penelitian
Validitas adalah indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang akan diukur
(Portney and Watkins, 2000). Uji validitas yang digunakan dalam pengujian
instrumen dalam penelitian ini adalah validitas rupa (face validity) dan
validitas isi (content validity).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
46
Validitas rupa (face validity) menunjukkan sejauh mana item dalam
instrumen mengukur “penampilan” untuk mengukur apa yang seharusnya
akan diukur. Saat mengembangkan atau mengadopsi kuesioner, yang perlu
diperhatikan dan dipastikan bahwa item-item pertanyaan harus cukup
spesifik untuk menilai variabel yang diinginkan (Okolo, 2000). Pengujian
validitas rupa dilakukan dengan uji coba instrumen yaitu poin daftar
pertanyaan, peneliti sebagai interviewer dan PMR yang digunakan sebagai
instrumen dalam penelitian. Pengujian validitas rupa pada poin daftar
pertanyaan sebagai alat bantu dalam melakukan wawancara dapat terlihat
dari pemilihan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Sedangkan
pada instrumen PMR berupa tersedianya tempat pengisian data yang
mencukupi serta pengaturan tampilan dari instrumen tersebut. Pada peneliti
uji validitas rupa dan isi dilakukan dengan cara training dimana terdapat
para ahli sebagai penilai tentang pemilihan bahasa yang digunakan peneliti
untuk melakukan wawancara dapat diterima dengan baik serta sesuai
dengan tujuan dari masing-masing pertanyaan tanpa menimbulkan bias.
Interviewer diperbolehkan melakukan pengambilan data setelah dinyatakan
lulus oleh para ahli.
Validitas isi (content validity) menunjukkan sejauh mana isi
instrumen secara proporsional sesuai dengan kriteria obyektif dari konsep
yang telah ditetapkan sebelumnya (Okolo, 2000). Pengujian validitas isi
dilakukan dengan membandingkan apakah seluruh indikator pada variabel
dapat mewakili tujuan penelitian yang ingin dicapai. Pengujian validitas
instrumen ini dibantu oleh orang yang ahli dan yang telah berpengalaman
(dosen).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
47
4.11 Analisis Data
Dalam penelitian ini dilakukan analisis secara deskriptif untuk
mengetahui kejadian DTPs pada pelayanan resep untuk pasien lanjut usia.
Data penelitian yang diperoleh dari resep dan hasil wawancara diisikan ke
dalam lembar PMR. Lembar PMR yang telah diisi secara lengkap
digunakan untuk identifikasi DTPs yang dialami responden oleh peneliti.
Hasil identifikasi dituliskan ke dalam lembar DTPs registration form.
Identifikasi yang telah dilakukan akan dipresentasikan dan didiskusikan
kepada expert panel untuk memastikan kebenaran dalam penggolongan
DTPs yang terjadi pada responden. Hasil diperoleh dalam bentuk frekuensi,
mean, modus, dan dipersentasekan (%) kemudian diolah dengan
menggunakan program SPSS. Data disajikan dalam bentuk grafik, diagram,
atau tabel.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
48
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Apotek Farmasi Airlangga yang
beralamat di Jl. Dharmawangsa 33 Surabaya. Responden adalah pasien
lanjut usia (pasien yang berusia ≥ 60 tahun) dan atau keluarga pasien lanjut
usia yang menebus obat dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada
bulan Februari 2013. Apabila informasi yang didapat dari keluarga pasien
tidak dapat menjawab semua pertanyaan pedoman interview maka pasien
akan ditemui langsung di rumah atau dihubungi melalui telepon. Dari 65
pasien dan atau keluarga pasien yang datang ke Apotek Farmasi untuk
menebus obat, enam diantaranya tidak bersedia menjadi responden. Lima
pasien tidak punya waktu untuk diwawancarai dan satu pasien terlewat dan
tidak diketahui identitas pasien sehingga tidak dapat ditemui untuk
wawancara. Dari 59 pasien lanjut usia yang memenuhi kriteria inklusi,
terdapat dua pasien yang datang ke Apotek Farmasi Airlangga dua kali
pada bulan yang sama untuk menebus obat. Sehingga total resep obat yang
dibawa oleh 59 responden adalah 61 resep.
5.2 Uji Validitas
Pada penelitian ini digunakan lima instrumen yaitu Patient
Medication Record (PMR), DTP registration form V5.01 (PCNE
Classification) yang dimodifikasi (van Mil, 2005), daftar pedoman
interview, lembar persetujuan (informed consent), dan peneliti sebagai
interviewer. Sebelum penelitian dilakukan uji terlebih dahulu untuk
memastikan validitas instrumen. Uji validitas yang dilakukan pada
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
49
penelitian ini adalah validitas rupa (face validity) dan validitas isi (content
validity).
Pengujian validitas rupa dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh
pertanyaan pedoman interview dapat digunakan oleh peneliti. Sedangkan uji
validitas isi dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh indikator pada
variabel dapat mewakili tujuan penelitian yang ingin dicapai. Uji validitas
dilakukan dengan uji coba instrumen yaitu pedoman interview, peneliti
sebagai interviewer dan PMR yang digunakan sebagai instrumen dalam
penelitian.
Validitas rupa pada pedoman interview sebagai alat bantu dalam
melakukan wawancara dapat terlihat dari pemilihan bahasa yang mudah
dimengerti oleh responden. Sedangkan pada instrumen PMR berupa
tersedianya tempat pengisian data yang mencukupi serta pengaturan
tampilan dari instrumen tersebut. Sedangkan pada peneliti, uji validitas rupa
dan isi dilakukan dengan cara training.
Training yang pertama dilakukan dengan cara mewawancara sesama
peneliti sebanyak empat kali dengan skenario yang berbeda. Selain itu
peneliti juga mengamati peneliti lain sewaktu wawancara pada responden.
Kemudian peneliti mewawancara dosen yang berperan sebagai responden
dengan skenario yang sudah disiapkan. Peneliti melakukan role playing
dengan dosen sebanyak empat kali dengan skenario yang berbeda.
Pengulangan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang valid tanpa
menimbulkan bias dan konsisten. Pada proses pengulangan terjadi
perubahan instrumen dari daftar pertanyaan menjadi pedoman interview.
Training dilakukan dalam satu hari pada bulan Januari 2013 dengan
bantuan dosen sebagai penilai. Interviewer diperbolehkan melakukan
pengambilan data setelah dinyatakan lulus training oleh dosen.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
50
5.3 Gambaran Umum Responden
5.3.1 Jenis Kelamin
Dari 59 responden dapat diketahui distribusi jenis kelamin responden
pada tabel berikut ini:
Tabel V.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden. Jenis kelamin n %*
Laki-laki 21 36 Perempuan 38 64
Jumlah 59 100 *Prosentase dihitung dari total responden. 5.3.2 Usia
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak
berada pada rentang usia 60-64 tahun sebesar 29%. Distribusi usia dari 59
responden dapat diketahui pada tabel berikut ini:
Tabel V.2 Distribusi Usia Responden Usia (tahun) n %*
60-64 17 29 65-69 14 24 70-74 16 27 75-79 5 8 80-84 4 7 ≥85 3 5
Jumlah 59 100 *Prosentase dihitung dari total responden 5.3.3 Riwayat Gangguan Kesehatan
Dari 59 responden, dua diantaranya berkunjung ke Apotek Farmasi
Airlangga dua kali selama bulan Februari 20113 sehingga total kunjungan
responden yang menebus obat dengan resep dan dilakukan identifikasi
DTPs sebanyak 61 kunjungan. Dari total 61 kunjungan pasien mengalami
gangguan kesehatan dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
51
Tabel V.3 Distribusi Riwayat Gangguan Kesehatan Riwayat Gangguan kesehatan** n*
Hipertensi 50 Asam urat 14
Diabetes melitus 13 Jantung 11
Kolesterol 8 Asma, sesak napas 6
Capek-capek, linu-linu 6 Stroke 3 Maag 3
Vertigo 3 Paru 2
Osteoarthritis 1 Mual muntah 1 Kencing batu 1
Sakit mata 1 Flu 1
Batuk 1 Jumlah 125
* Satu responden dapat memiliki lebih dari satu gangguan kesehatan. ** Diperoleh dari hasil wawancara terhadap pasien.
Tabel V.4 Distribusi Jumlah Riwayat Gangguan Kesehatan Jumlah Gangguan Kesehatan n %*
1 24 39,34 2 19 31,15 3 14 22,95 4 1 1,64 5 3 4,92
Jumlah 61 100 Rata-rata 2,03
SD 1,064 *Prosentase dihitung dari total resep yang dibawa oleh responden.
Hasil penelitian menunjukkan total gangguan kesehatan yang
dialami responden adalah 125 dan yang paling banyak dialami oleh
responden adalah hipertensi. Pada penelitian ini didapatkan hasil sebanyak
60,66% responden mengalami lebih dari satu gangguan kesehatan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
52
5.3.4 Sumber Dana Pembelian Obat
Dari 61 resep yang dibawa oleh responden didapat informasi sumber
dana yang digunakan oleh responden untuk membeli obat paling banyak
berasal dari asuransi kesehatan yaitu sebesar 90,16%. Distribusi sumber
dana yang digunakan responden untuk membeli obat dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel V.5 Sumber Dana Pembelian Obat Sumber dana n %* Dana pribadi 6 9,84
Asuransi Kesehatan 55 90,16 Jumlah 61 100
*Prosentase dihitung dari total responden.
5.4 Jumlah Item Obat dalam Resep
Distribusi jumlah obat yang tertulis dalam resep setiap kunjungan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel V.6 Distribusi Jumlah Item Obat dalam Resep Jumlah item obat n %*
1 14 22,95 2 16 26,23 3 14 22,95 4 8 13,11 5 5 8,20 6 2 3,28 7 2 3,28
Jumlah 61 100 Rata-rata 2,8
SD 1,558 *Prosentase dihitung dari total resep
Hasil penelitan menunjukkan bahwa sebanyak 26,23% (16)
responden mendapatkan dua item obat dalam resepnya dan sebanyak 3,28%
(2) responden mendapatkan enam atau tujuh item obat. Sedangkan obat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
53
yang paling banyak digunakan oleh responden adalah amlodipin (24),
vitamin B1, B6, B12 (13) dan nifedipin (10).
Distribusi 10 besar obat yang sering diresepkan pada responden
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel V.7 Obat yang Sering Diresepkan Nama Obat* n
Amlodipin 24 Vit B1,B6,B12 13
Nifedipin 10 Bisoprolol 9 Valsartan 8
Telmisartan 6 Metampiron 6
Asetosal 5 Metformin 5
HCT 4 Glibenklamid 4
*Nama dagang dengan kandungan bahan aktif yang sama ditulis sebagai nama bahan aktif / nama generik. 5.5 Identifikasi Drug Therapy Problem
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27,87% responden yang
melakukan kunjungan di Apotek Farmasi Airlangga tidak mengalami DTPs
dan sebanyak 72,13% responden yang melakukan kunjungan di Apotek
Farmasi Airlangga mengalami DTPs. Dari 72,13% responden sebesar
42,62% responden mengalami satu macam DTPs. Distribusi Drug Therapy
Problem yang terjadi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
54
Tabel V.8 Jumlah Drug Therapy Problem Jumlah DTPs* n %**
0 17 27,87 1 26 42,62 2 18 29,51
Total 61 100 Rata-rata 1,02
SD 0,764 * Satu responden dapat mengalami lebih dari satu DTPs ** Prosentase dihitung dari total frekuensi jumlah resep.
Distribusi kategori DTPs yang dialami responden dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel V.9 Distribusi Kategori Drug Therapy Problem Kategori DTP* n (%)
Terapi obat yang tidak diperlukan 0 Kebutuhan akan terapi obat tambahan 5 (8,06%)
Obat tidak efektif 0 Dosis terlalu rendah 0 Dosis terlalu tinggi 0
ADR 20 (32,26%) Ketidakpatuhan 37 (59,68%)
Total 62 (100%) * Responden yang menebus resep dapat mengalami >1 DTPs.
Hasil penelitian menunjukkan dari 62 kejadian DTPs yang
teridentifikasi pada 59 responden dengan total 61 resep maka diperoleh tiga
kategori DTPs yaitu ketidakpatuhan (59,68%), ADR (32,26%), dan
kebutuhan akan terapi obat tambahan (8,06%).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
55
5.5.1 Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat Tambahan
Distribusi penyebab kejadian DTPs kategori ADRs dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel V.10 Distribusi Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat Tambahan
Penyebab n %* Ada kondisi baru yang membutuhkan
terapi obat tambahan 5 100
Terapi obat pencegahan untuk mengurangi risiko pada kondisi baru
yang tidak diinginkan pasien
0 0
Kondisi medis yang memerlukan terapi obat tambahan untuk
mendapatkan efek yang sinergis
0 0
Jumlah 5 100 *Prosentase dihitung dari total frekuensi penyebab kategori kebutuhan akan terapi obat tambahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya kategori
DTPs kebutuhan akan terapi obat tambahan adalah pasien mempunyai
kondisi baru tetapi tidak mendapatkan obat. Kondisi baru tersebut adalah
kolesterol tinggi, batuk, dan sesak tetapi tidak mendapatkan obat untuk
mengatasi keluhan tersebut.
5.5.2 Penyebab ADRs
Distribusi penyebab kejadian DTPs kategori ADRs pada responden
dapat dilihat pada Tabel V.11. Total DTPs kategori ADR yang dialami oleh
responden (Tabel V.9) sebesar 20 (32,26%) namun pada Tabel V.11 sebesar
39 kejadian. Hal ini karena pada satu responden dapat mengalami lebih dari
satu penyebab kategori DTPs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyebab terjadinya DTPs kategori ADRs pada responden paling banyak
adalah adanya interaksi obat yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan
dengan dosis (36). Obat-obat yang berinteraksi dapat dilihat pada Tabel
V.12. Penyebab ADR lainnya adalah obat dikontraindikasikan dengan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
56
pasien karena pasien memiliki faktor risiko. Obat tersebut adalah
fenilpropanolamin untuk pasien hipertensi, kodein untuk pasien asma, dan
kofein untuk pasien hipertensi.
Tabel V.11 Distribusi Penyebab ADRs
Penyebab*
n (%) Aktual Potensial
Obat yang menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak
berhubungan dengan dosis
0 0
Obat lain yang lebih aman dibutuhkan karena pasien memiliki
faktor risiko
0 0
Interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis
0 36 (92,31%)**
Regimentasi dosis diberikan atau diubah terlalu cepat
0 0
Produk obat menyebabkan alergi 0 0 Produk obat kontraindikasi karena
faktor risiko 3 (7,69%) 0
Total 3 (7,69%) 36 (92,31%) Total*** 39 (100%)
* Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab ADR. ** Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab interaksi obat ***Total DTPs aktual dan potensial dari seluruh kategori DTPs.
Tabel V.12 Obat-obat yang menimbulkan interaksi Nama Obat Interaksi n
Valsartan vs Asetosal
Meningkatkan serum potasium, saling meningkatkan toksisitas bila digunakan bersamaan, asetosal juga dapat meurunkan efek valsartan 1
3
Meloxicam vs Valsartan
Meningkatkan serum potassium dan saling meningkatkan toksisitas 3
1
Meloxicam vs Bisoprolol
Meloxicam dapat menurunkan efek bisoprolol 1 1
Amlodipin vs pisang
Amlodipin berpotensi berinteraksi dengan pisang yang digunakan untuk menelan obat karena pisang banyak mengandung K sehingga berpotensi menyebabkan hiperkalemi
2
Meloxicam vs Meningkatkan serum potassium 1 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
57
Nama Obat Interaksi n
Asetosal Asetosal vs Bisoprolol
Asetosal dapat menurunkan efek dari bisoprolol apabila diminum bersamaan 1
2
Simvastatin vs Amlodipin
Amlodipin dapat meningkatkan kadar simvastatin. Potensial meningkatkan risiko miopati/rabdomiolisis 1
1
Simvastatin vs Valsartan
Simvastatin dapat meningkatkan kadar atau efek valsartan 1
1
Amlodipin vs Bisoprolol
Meningkatkan blocking channel antihipertensi sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure 2.
2
Furosemid vs Asetosal
Asetosal dapat meningkatkan efek furosemid 1 1
Furosemid vs Digoxin
Furosemid dapat meningkatkan serum digoxsin sehingga meningkatkan toksisitas digoxin 1
2
Nifedipin vs pisang Pisang yang digunakan untuk menelan obat mengandung kalium yang bepotensi berinteraksi dengan nifedipin sehingga menyebabkan hiperkalemi.
1
Bisoprolol vs Nifedipin
Meningkatkan anti-hypertensive channel blocking sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure 2.
2
Bisoprolol vs pisang
Pisang mengandung kalium yang bepotensi berinteraksi dengan bisoprolol sehingga menyebabkan hiperkalemi.
1
Aminophylin vs Dexametason
Dexametason dapat menurunkan efek aminophylin 1 1
Diklofenak K vs Deksametason
Meningkatkan toksisitas bila digunakan bersama 1 1
Captopril vs pisang
Absorpsi captopril terganggu karena adanya makanan. Selain itu captopril berpotensi berinteraksi dengan pisang karena pisang mengandung banyak kalium sehingga berpotensi menyebabkan hiperkalemi.
1
Glimepirid vs Imidapril
Kedua obat dapat mengalami significant interaction sehingga menyebabkan hipoglikemi 3
1
Ciprofloksasin vs Aminophylin
Ciprofloxacin dapat meningkatkan kadar atau efek dari aminofilin. Penggunaan secara bersamaan dapat menurunkan kadar aminofilin dan meningkatkan kadar pada plasma dan gejala toksisitas 1
1
Nifedipin vs Simvastatin
Nifedipin dapat meningkatkan efek simvastatin dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di hepar 1
1
Eritromisin vs aminophylin
Eritromisin dapat meningkatkan kadar atau efek aminofilin dengan mempengaruhi hepatic/intestinal enzyme CYP3A4 1
1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
58
Nama Obat Interaksi n
Nifedipin vs eritromisin
Nifedipin dapat meningkatkan kadar atau efek eritomisin dengan mempengaruhi hepatic/intestinal enzyme CYP3A4 1
1
Spironolakton vs digoxin
Spironolakton dapat meningkatkan kadar digoxin dalam darah sehingga meningkatkan toksisitas digoxin 1.
1
Valsartan vs spironolakton
Interaksi kedua obat dapat meningkatkan serum potassium 1.
1
Ranitidin vs digoxin
Ranitidin dapat meningkatkan kadar digoksin dengan meningkatkan pH lambung sehingga meningkatkan toksisitas 1
1
Ramipril vs diklofenak
Kedua obat saling meningkatkan toksisitas satu sama lain 1
1
Ramipril vs ibuprofen
Kedua obat saling meningkatkan toksisitas satu sama lain 1
1
Amlodipin vs deksametason
Deksametason akan menurunkan efek amlodipin yang mempengaruhi metabolism enzim CYP3A4 di hati atau usus 1
1
Amlodipin vs nifedipin
Meningkatkan antihypertensive channel blocking sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure 2
1
Total 36
Keterangan Pustaka Interaksi : 1. Drug Interaction Checker, 2013 2. Sweetman, 2009 3. Baxter, 2008
5.5.3 Penyebab Ketidakpatuhan
Dalam penelitian terdapat 37 DTPs kategori ketidakpatuhan (Tabel
V.9) yang teridentifikasi dengan berbagai penyebab. Pada Tabel V.13 total
penyebab ketidakpatuhan sebanyak 48 kejadian karena satu responden
dapat mempunyai lebih dari satu penyebab ketidakpatuhan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyebab ketidakpatuhan yang paling banyak karena
pasien memilih tidak minum obat (24). Distribusi penyebab kejadian
ketidakpatuhan pada tabel berikut ini:
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
59
Tabel V.13 Distribusi Penyebab Ketidakpatuhan
Penyebab* n (%)
Aktual Potensial
Pasien tidak memahami petunjuk pemakaian obat dengan benar
2 (4,17%) 11 (22,92%)
Pasien lebih memilih untuk tidak meminum obat**
23 (47,92%) 1 (2,08%)
Pasien lupa untuk meminum obat 5 (10,42%) 2 (4,17%) Produk obat terlalu mahal untuk
pasien 0 0
Produk obat tidak tersedia untuk pasien
4 (8,32%) 0
Total 34 (70,83%) 14 (29,17%) Total*** 48 (100%)
* Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab ketidakpatuhan **Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab tidak memilih minum obat ***Total DTPs aktual dan potensial dari seluruh kategori DTPs.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
60
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi drug therapy
problems (DTPs) yang terjadi pada pasien lanjut usia yang menebus obat
dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga. Variabel yang digunakan
adalah tujuh kategori menurut Cipolle, Strand, Morley (2004) dan
parameternya adalah penyebab dari masing-masing tujuh kategori tersebut.
Tujuh kategori tersebut adalah terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan
akan terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis terlalu rendah, ADR,
dosis terlalu tinggi dan ketidakpatuhan.
Pada penelitian dilakukan wawancara sebanyak dua tahap kepada
masing-masing responden. Pertama pada saat responden menunggu obat
disiapkan, wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data awal yang
dicatat pada PMR. Kemudian peneliti melakukan wawancara kedua setelah
apoteker menyerahkan obat dan memberi konseling pada responden.
Wawancara kedua bertujuan untuk memastikan bahwa responden sudah
atau belum memahami penjelasan tentang informasi yang telah diberikan
oleh apoteker. Pada proses pengambilan data dilakukan diskusi seminggu
dua kali antara peneliti dan dosen pembimbing untuk memastikan proses
pengambilan data berjalan dengan baik. Identifikasi DTPs dilakukan oleh
peneliti kemudian dipresentasikan dan didiskusikan dengan expert panel
(dosen) setiap satu minggu sekali. Pada penelitian ini membutuhkan waktu
empat kali untuk mempresentasikan dan mendiskusikan hasil identifikasi
DTPs yang telah dilakukan oleh peneliti dengan expert panel.
Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah
penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Pemerintah RI, 1998).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
61
Hal itu menjadi dasar pada penelitian ini usia yang dikatakan lanjut usia
adalah ≥ 60 tahun. Dari 59 responden menunjukkan bahwa responden
terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 64% (Tabel V.1). Hasil
ini sesuai dengan gambaran penduduk Indonesia di wilayah Jawa Timur
usia 60 tahun ke atas penduduk berjenis kelamin perempuan memiliki
proporsi lebih besar dibanding penduduk berjenis kelamin laki-laki (BPS,
2012).
Pada Tabel V.2 dapat dilihat distribusi usia pada responden dimana
jumlah responden paling banyak berada pada rentang usia 60-64 tahun
sebesar 29% dan paling sedikit ≥85 tahun sebesar 5%. Distribusi ini sesuai
dengan susunan penduduk Indonesia di wilayah Jawa Timur hasil sensus
penduduk tahun 2010 yang menyatakan bahwa jumlah penduduk terus
menurun seiring dengan pertambahan usia (BPS, 2012).
Pada Tabel V.4 dapat dilihat sumber dana pembelian obat responden
hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 55 responden menggunakan
sumber dana yang berasal dari asuransi kesehatan. Sisanya 6 responden
sumber dana pembelian obat berasal dari dana pribadi. Sementara pada
tahun 2010 proporsi pasien lanjut usia yang menerima asuransi kesehatan
hanya 15,5% (Howel, F., & Priebe, J., 2013). Berarti 84,5% lanjut usia
tidak menerima asuransi padahal pada penelitian ini hanya 6 responden
yang menggunakan dana pribadi.
Menurut Komisi Nasional Lanjut Usia (2010), jenis gangguan
kesehatan yang paling banyak dialami lanjut usia adalah asam urat, darah
tinggi, rematik, darah rendah, dan diabetes, yang merupakan penyakit
kronis. Kemudian jenis gangguan kesehatan lain yang juga banyak dialami
lanjut usia adalah batuk, pilek, dan panas. Hasil penelitian pada Tabel V.3
menunjukkan kesamaan dengan jenis gangguan kesehatan menurut komisi
nasional lanjut usia yaitu dari 125 gangguan kesehatan yang dialami
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
62
responden lima frekuensi terbesar yaitu hipertensi, asam urat, diabetes,
jantung, dan kolesterol. Lima frekuensi terbesar tersebut termasuk penyakit
kronis yang mengakibatkan kecacatan dan kematian pada lanjut usia.
Penyakit kronis seperti diabetes melitus membutuhkan terapi obat jangka
panjang sehingga potensi interaksi obat mudah terjadi (Jones-Grizzle, A., &
Draugalis, J., 1993; Departemen Kesehatan RI, 2008)
Pada Tabel V.4 menunjukkan bahwa dari 61 kunjungan responden
sebanyak 39,34% dari total kunjungan responden mengalami gangguan
kesehatan kurang dari dua macam. Sisanya 60,66% mengalami gangguan
kesehatan lebih dari atau sama dengan dua macam. Bahkan 4,92%
mengalami lima gangguan kesehatan. Hal ini karena pada lanjut usia terjadi
proses penuaan yang mengakibatkan terjadinya proses penurunan fungsi
organ. Penurunan fungsi fisiologis ini mengakibatkan peningkatan
kerentanan terhadap banyak penyakit (Koda-Kimble, M.A et al., 2006).
Pertambahan usia menyebabkan terjadi peningkatan penyakit yang beragam
dan kecacatan tak bisa dipisahkan dengan penggunaan banyak obat (Nobilli,
A., Garattini, S., & Mannucci, P. M., 2011). Oleh karena itu penting bagi
profesional kesehatan untuk memberikan perhatian lebih pada perawatan
kesehatan pasien lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pada Tabel V.5 menunjukkan bahwa sebanyak 77,05% resep yang
ditebus responden berjumlah lebih dari satu macam obat. Sedangkan
14,76% resep yang ditebus responden berjumlah lima atau lebih macam
obat. Penggunaan obat yang berjumlah lima atau lebih berarti pada lanjut
usia terjadi polifarmasi. Polifarmasi adalah penggunaan lima atau lebih obat
dalam satu hari dan umumnya terjadi pada pasien lanjut usia (Koh, Kutty, &
Li., 2005). Peningkatan penggunaan obat pada lanjut usia berisiko tinggi
menyebabkan permasalahan terkait obat misalnya ketidaktepatan
penggunaan obat, penggunaan obat yang efektif, medication errors,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
63
ketidakpatuhan, interaksi obat-obat dan obat-penyakit dan yang paling
penting adverse drug reactions (Nobilli, A., Garattini, S., & Mannucci, P.
M., 2011; Midlov et al. 2009). Adverse drug reactions yang terjadi pada
lanjut usia berkaitan dengan terjadinya perubahan farmakokinetika dan
farmakodinamika. Hal ini terlihat pada perubahan absorpsi, distribusi,
metabolisme dan eliminasi. Salah satu contoh terjadi perubahan volume
distribusi pada lanjut usia dimana komposisi lemak tubuh lebih besar
dibanding cairan tubuh. Hal itu menyebabkan obat-obat yang bersifat
hidrofilik akan sulit didistribusikan sehingga mengakibatkan konsentrasi
obat dalam plasma meningkat (Bressler, R., & Bahl, J. 2003).
Sepuluh obat yang sering diresepkan pada responden dapat dilihat
pada Tabel V.6 yaitu amlodipin, vitamin B1, B6, B12, nifedipin, bisoprolol,
valsartan, telmisartan, metampiron, asetosal, metformin, HCT, dan
glibenklamid. Dari tabel dapat dilihat bahwa obat yang sering ditebus
adalah obat antihipertensi golongan Ca Channel blocker yaitu amlodipin.
Amlodipin merupakan obat antihipertensi yang bekerja menghambat
pergerakan ion kalsium melewati membran sel pada sistemik dan coronary
vascular smooth muscle (Tatro, D.S, 2003). Pemberian amlodipin pada
responden ini sesuai dengan guideline National Institute for Health and
Clinical Excellence (NICE), dimana pada pasien hipertensi dengan usia di
atas 55 tahun diberi terapi Ca Channel Blocker (Research Unit, 2011).
Selain itu banyaknya amlodipin yang diresepkan sesuai dengan jumlah
gangguan kesehatan yang paling banyak dialami responden adalah
hipertensi. Obat yang banyak diresepkan kedua adalah vitamin neurotropik
terdiri dari vit B1, B6, B12. Vitamin neuroptropik berfungsi menjaga dan
menormalkan fungsi saraf dengan memperbaiki gangguan metabolisme sel
saraf dan member asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja
dengan baik. Fungsi tersebut sesuai bila diberikan pada pasien lanjut usia
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
64
karena lanjut usia berisiko tinggi kedua mengalami neuropati setelah
penderita Diabetes Melitus (PERDOSSI, 2013)
Pada penelitian dari tujuh kategori DTPs yang digunakan
berdasarkan Cipolle, Strand & Morley (2004) hanya tiga kategori yang
dapat teridentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 resep
yang diidentifikasi terdapat 62 kejadian DTPs yang dialami oleh 72,13%
responden (Tabel V.8). Perhitungan jumlah DTPs yang terjadi pada
responden penelitian ini dihitung satu tiap kategori meskipun kategori
tersebut karena satu atau lebih penyebab. Pada Tabel V.9 dapat dilihat
kejadian DTPs yang teridentifikasi sebanyak 62 kejadian. Berdasarkan
kategori DTPs menurut Cipolle (2004) yang teridentifikasi baik aktual dan
potensial sebesar 59,68% responden mengalami kategori DTPs
ketidakpatuhan, 32,26% mengalami ADR dan 8,06% butuh akan terapi obat
tambahan. Tingginya angka ketidakpatuhan pada pasien lanjut usia dapat
berakibat peningkatan jumlah pasien yang harus di rawat di rumah sakit
sehingga biaya yang dikeluarkan juga meningkat. Banyak faktor yang
menyebabkan ketidakpatuhan antara lain karena pasien hidup sendiri, status
sosioekonomi yang rendah, banyak obat yang harus diminum, harga obat
yang mahal, depresi, penurunan daya ingat, adanya efek samping dari obat,
pengobatan penyakit asymptomatis, rendahnya hubungan antara dokter-
pasien, regimen pengobatan yang kompleks dan persoalan finansial
(Touchette, D and Shapiro, N., 2008).
Pada penelitian ini penyebab kategori ketidakpatuhan (Tabel V.13)
dikarenakan pasien tidak minum obat sesuai petunjuk pemakaian dengan
benar, pasien lebih memilih tidak minum obat atau obat tidak ditanggung
oleh asuransi kesehatan, pasien lupa minum obat, dan karena produk obat
tidak tersedia untuk pasien karena kosong pabrik atau obat habis. Pada
Tabel V.13 dapat dilihat penyebab-penyebab ketidakpatuhan yang terjadi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
65
pada pasien lanjut usia. Pasien tidak minum obat sesuai dengan petunjuk
pada 13 responden misalnya terjadi pada responden dengan penyakit
hipertensi. Pasien medapatkan amlodipin 10 mg dengan aturan pakai
diminum pagi hari namun pasien meminumnya pada malam hari. Menurut
hasil penelitian amlodipin yang diminum pagi hari memberikan efek
menurunkan tekanan darah lebih baik dibanding diminum malam hari pada
pasien hipertensi esensial ringan sampai sedang (Qiu, Y.-G., C, J.-Z., Zhu,
J.-H., & Yao, X.-Y. 2003)
Pasien lebih memilih tidak minum obat terjadi pada 24 responden
misalnya pada pasien hipertensi yang harus minum obat antihipertensi
seumur hidup supaya tekanan darah stabil. Namun pasien lebih memilih
menggunakan pengobatan alternatif daripada minum obat dengan alasan
semakin sering minum obat maka ginjal akan cepat rusak. Selain itu
responden yang terlalu sibuk mengakibatkan tidak mempunyai waktu untuk
menebus obat padahal obat sudah habis dan selama obat habis responden
tidak minum obat karena merasa kondisinya baik-baik saja. Sebanyak tujuh
responden mengaku sering lupa minum obat. Banyaknya responden yang
tidak minum obat ini dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain karena
responden lupa letak obat sehingga tidak minum obat.
Pada penelitian ini banyak ditemukan pasien memilih tidak minum
obat dikarenakan obat tersebut tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 pasien tidak mendapat obat
karena produk tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan misalnya
glukosamin. Glukosamin tidak terdaftar sebagai obat yang ditanggung
asuransi kesehatan pada buku DPHO edisi XXXII karena bukti ilmiah
menunjukkan bahwa glukosamin tidak terbukti mengurangi nyeri dan
kualitas hidup pada pasien osteoarthritis (PT ASKES, 2013).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
66
Kategori DTPs ADR yang terjadi pada 20 kejadian disebabkan
interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan yang tidak
berhubungan dengan dosis dan obat dikontraindikasikkan dengan pasien.
Interaksi obat yang terjadi pada responden dalam penelitian ini bersifat
potensial karena hanya diidentifikasi satu kali dan tidak dilakukan
monitoring lebih lanjut. Banyaknya kejadian interaksi obat ini sesuai
dengan hasil penelitian pada pasien lanjut usia berisiko tinggi mengalami
interaksi obat karena lanjut usia sering diterapi dengan banyak obat,
memiliki penyakit penyerta, dan mungkin tidak menjaga gizi yang cukup
(Mallet et al., 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 36 kejadian interaksi obat
yang teridentifikasi bersifat potensial. Obat-obat dan/atau makanan yang
mengalami interaksi dapat dilihat pada Tabel V.12. Kejadian interaksi obat
yang ditemukan pada resep yang diidentifikasi didominasi oleh obat
hipertensi. Informasi mengenai interaksi obat-obat dalam penelitian ini
diperoleh dari pustaka. Apabila satu pustaka menyebutkan ada interaksi
obat maka peneliti mencari pustaka lain untuk memperkuat adanya interaksi
obat tersebut. Salah satu contoh interaksi obat pada penelitian ini adalah
penggunaan bersama antara amlodipin dan bisoprolol yang dapat
meningkatkan antihypertensive channel blocking sehingga dapat
menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure. Peningkatan
konsentrasi obat tersebut dalam plasma dapat menimbulkan efek toksisitas.
Kedua obat juga dimetabolisme di hepar sehingga kemungkinan dapat
terjadi interaksi akibat persaingan dalam proses metabolisme (Drug
Interaction Checker, 2013; Sweetman, 2009). Sehingga pasien perlu diberi
informasi tentang tanda atau gejala terjadinya interaksi obat tersebut.
Misalnya gejala pusing, denyut nadi melemah, detak jantung melemah.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
67
Apabila terjadi tanda atau gejala tersebut maka perlu diwaspadai dan segera
menghubungi dokter.
Pada penelitian ini interaksi juga timbul antara obat dengan makanan
yaitu pisang yang digunakan untuk menelan obat. Interaksi obat dengan
pisang bersifat potensial dan terjadi pada 5 pasien. Salah satu contoh
interaksi obat dengan makanan dalam penelitian ini adalah nifedipin dengan
pisang. Nifedipin merupakan golongan obat hipertensi Calcium-channel
blocker dihydropiridines yang bekerja menghambat influx transmembran
sehingga kalsium tidak masuk dalam cairan ekstraseluler (Drug Interaction
Checker, 2013) Kerja kalsium berlawanan dengan potasium dalam sel
sehingga apabila kadar kalsium menurun maka potasium meningkat.
Menurut USDA (2012) dalam 100 g pisang mengandung 358 mg potassium
(USDA, 2012) sehingga dimungkinkan pada responden yang minum obat
dengan pisang dapat mengalami peningkatan serum potassium. Namun
pada penelitian ini tidak diketahui seberapa banyak pisang yang digunakan
oleh responden untuk menelan obat sehingga tidak dapat memperkirakan
seberapa besar pengaruh interaksi tersebut.
Kondisi peningkatan serum potasium dapat memberikan efek positif
menurunkan tekanan darah dan mengurangi kejadian stroke pada pasien
hipertensi primer (Androgue, H.J & Madias, N.E, 2007). Pada pasien
hipertensi sekunder peningkatan serum potasium dapat menimbulkan syok
hipotensi sehingga menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart
failure (Sweetman, 2009). Selain itu kondisi peningkatan serum potasium
juga dapat meningkatkan risiko gagal ginjal karena peningkatan potasium
menyebabkan penurunan jumlah aldosteron dan Glomerular Filtration Rate
(GFR) (Bakris et al., 2000).
Penyebab lain kejadian ADR adalah obat dikontraindikasikan
dengan pasien karena pasien memiliki faktor risiko. Kejadian ini terjadi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
68
pada tiga pasien yaitu pada pasien hipertensi yang menggunakan obat flu
yang diperoleh secara swamedikasi yang mengandung fenilpropanolamin
dan kofein; serta pasien asma yang mendapat resep kodein. Pada pasien
hipertensi yang minum kofein terjadi peningkatan tekanan darah systole dan
diastole (Hartley, T.R et al., 2000). Sedangkan senyawa fenilpropanolamin
harus dihindarkan pada pasien hipertensi yang disertai diabetes karena dapat
meningkatkan tekanan darah dan kadar gula dalam darah (Mutmainah, N.,
Ernawati, S., & Sutrisna, E. 2008). Selain itu menurut laporan FDA
penggunaan fenilpropanolamin dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke
hemoragik (Tatro, D.S, 2003). Sementara kodein dapat menurunkan fungsi
pernapasan sehingga dapat memperburuk kondisi pasien asma (Tatro, D.S,
2003).
Jenis DTPs lain yang teridentifikasi adalah kebutuhan obat tambahan
yang disebabkan pasien mempunyai kondisi baru yang membutuhkan terapi
obat tambahan. Hasil penelitian menunjukkan ada lima responden yang
membutuhkan terapi obat tambahan namun tidak mendapatkan obat. Pasien
pertama dan kedua adalah pasien asuransi kesehatan yang memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan DM mengaku bila hasil tes laboratorium
kolesterolnya naik (>100 mg/dl). Namun pasien tersebut saat ke dokter
tidak menunjukkan hasil tes laboratorium, sehingga dokter tidak
memberikan obat antihiperlipidemia. Pasien ketiga adalah pasien asuransi
kesehatan yang memiliki riwayat penyakit hipertensi. Hasil laboratorium
tanggal 25 Januari 2013 kadar LDL 152 mg/dl tetapi pada saat kontrol ke
dokter tidak membawa hasil laboratorium sehingga dokter tidak dapat
memberikan obat antihiperlipidemia. Informasi mengenai hasil
laboratorium tersebut didapatkan saat wawancara di rumah pasien. Pada
pasien asuransi kesehatan dapat diberikan obat antihiperlipidemia dengan
syarat tertentu misalnya obat simvastatin diberikan bila kadar LDL> 130
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
69
mg/dl untuk pasien tanpa komplikasi DM/PJK atau kadar LDL >70 mg/dl
untuk pasien PJK atau kadar LDL > 100 mg/dl untuk pasien DM yang
dibuktikan dengan data laboratorium terbaru (PT ASKES, 2013).
Pasien keempat yang membutuhkan terapi obat tambahan adalah
pasien yang mengeluh batuk dan saat diwawancara kondisi pasien batuk
namun pasien tidak mendapatkan obat batuk. Pasien kelima yang
membutuhkan terapi obat tambahan memiliki riwayat penyakit hipertensi,
jantung dan paru serta mengeluh sesak. Pasien sebelumnya pernah
mengalami sakit paru hingga cairan parunya di ambil sebanyak 200cc dan
menggunakan obat valsartan sudah lama. Pasien ini sudah memberitahu ke
dokter mengenai kondisi sesak tersebut namun dokter tidak memberi obat
kemungkinan dokter memiliki pertimbangan lain mengenai kondisi
tersebut.
Pada penelitian ini ditemukan hal-hal yang dapat dijadikan perhatian
khusus bagi profesional kesehatan khususnya apoteker. Salah satu peran
apoteker dalam pharmaceutical care adalah identifikasi DTPs. Penelitian
identifikasi DTPs pada pasien lanjut usia banyak ditemukan kejadian-
kejadian terkait kepatuhan dan potensi interaksi obat yang dapat
mengganggu tercapainya outcome terapi pasien yang diharapkan. Terkait
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
professional kesehatan khususnya yang berada pada wilayah tempat
responden penelitian ini diambil sehingga hasil penelitian ini dapat
dijadikan problem solving yang lebih tepat bagi responden. Salah satu cara
untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien lanjut usia adalah melakukan
monitoring pada pasien dengan kondisi berkelanjutan. Monitoring dapat
dilakukan dengan cara home care sehingga diharapkan terjadi peningkatan
pengetahuan dan kepatuhan pasien. Hal itu dapat terlaksana bila apoteker
menjalin hubungan terapetik dengan pasien serta komunikasi yang baik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
70
dengan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu peran apoteker penting
dalam mengidentifikasi DTPs guna mencegah DTPs potensial dan
mengatasi DTPs aktual.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama tidak ada
sumber data lain mengenai kondisi pasien seperti rekam medis sehingga
tidak dapat mengetahui secara pasti kondisi tertentu pasien sehingga
kategori DTPs seperti terapi obat tambahan dan kebutuhan akan terapi obat
tambahan sulit diidentifikasi. Kedua, penentuan kategori ketidakpatuhan
hanya berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan satu kali sehingga tidak
ada monitoring lebih lanjut mengenai kondisi pasien tersebut. Pada kategori
ADRs penentuan hanya berdasarkan pustaka sehingga interaksi obat hasil
identifikasi hanya potensial. Sedangkan kategori kebutuhan akan terapi obat
tambahan hanya berdasarkan keluhan dari hasil wawancara dengan pasien.
Pada penelitian ini menggunakan metode non probability sampling
sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi, hanya mewakili responden itu
sendiri.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
71
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien lanjut usia
di Apotek Farmasi Airlangga selama bulan Februari 2013, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari tujuh kategori DTPs hanya tiga kategori DTPs yang
teridentifikasi pada pasien lanjut usia yang menebus obat di apotek
Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 yaitu ketidakpatuhan
(59,68%), ADRs (32,26%) dan kebutuhan akan terapi obat tambahan
(8,06%)
2. Penyebab kategori DTPs ketidakpatuhan paling banyak adalah
pasien lebih memilih tidak minum obat.
3. Penyebab kategori DTPs ADRs paling banyak adalah interaksi obat-
obat. Obat yang paling sering terlibat dalam timbulnya interaksi obat
adalah amlodipin, furosemid, valsartan, nifedipin dan bisoprolol.
4. Penyebab kebutuhan terapi obat tambahan adalah adanya kondisi
baru yang membutuhkan terapi obat tambahan
7.2 Saran
Beberapa hal yang disarankan oleh peneliti antara lain:
1. Tenaga kesehatan termasuk apoteker sebaiknya memberikan
perhatian khusus terhadap pasien lanjut usia yang menggunakan obat
terutama terkait kepatuhan pasien misalnya dalam bentuk monitoring
penggunaan obat.
2. Hendaknya ada penelitian lebih lanjut mengenai DTPs pada pasien
lanjut usia terutama pada kondisi penyakit tertentu
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
72
3. Apoteker perlu bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk
mencegah dan mengatasi DTPs yang terjadi pada pasien lanjut usia.
4. Perlu adanya data rekam medis untuk memastikan kondisi pasien
sehingga lebih tepat pada saat mengidentifikasi DTPs.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
73
DAFTAR PUSTAKA
Androgue, H. J., & Madias, N. E. 2007. Mechanisms of Disease Sodium and Potassium in the Pathogenesis of Hypertension. The New England Journal of Medicine , 356:1966-1978.
Bakris, G. L., Siomons, M., Richardson, D., Janssen, I., Bolton, W. K., Hebert, L., Agarwal, R., & Catanzaro, D. 2000. ACE inhibition or angiotensin receptor blockade. Kidney international Vol.58 , 2084-2092.
Baxter, K (ed.), 2008. Stockley’s Drug Interactions. London: Pharmaceutical Press.
Beers, M. H. 2001. Age-Related Changes as a Risk Factor for Medication-
Related Problems. Generation; Winter 24,4: ProQuest Sociology , 22.
BPS, 2012. Sensus Penduduk 2010, Badan Pusat Statistik, http://sp2010.bps.go.id/, diakses tanggal 13 Juli 2013.
Bressler, R., & Bahl, J. 2003. Principles of Drug Therapy for the Elderly Patient. Mayo Clin Pro , 78:1564-1577
Chan, D.-C., Chen, J., Kuo, H., We, C.., Lu, I., Chiu, L., Wu, S. 2012. Drug-related problems (DRPs) identified from geriatric medication safety. Archives of Gerontology and Geriatrics 54 , 168-174.
Cipolle, R., Strand L., Morley, P. 2004. Pharmaceutical Care Practice The Clinician’s Guide. Second edition. New York: McGraw-Hill.
Commissaris, C., Ponds, R., & Jolles, J. 1998. Subjective forgetfulness in a normal Dutch population: possibilities for health education and other interventions. Patient Education and Counseling , 34:25-32.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/ MENKES/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
74
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat untuk Pasien Geriatri). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004). Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departeman Kesehatan RI
de Oliveira, M. P. F and Novaes M.R.C. G. 2011. Drug-related problems in institutionalized elderly in Brasilia, Brasil . Biomedicine & Aging Pathology 1 , 179-184.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. A., Wells, B. G., & Posey, L. M. 2011. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 8th edition. Pharmacy from McGraw-Hill.
Drug Interaction Checker. 2013, April. Retrieved July 15, 2013, from Medscape Reference Drug, Diseases and Procedures : http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker
Elliott, R. A. 2006. Problems with Medication Use in the Elderly: An Australian Perspective. Pharm Pract Res , 36:58-66.
FFUA. 2010. Company Profile Apotek Pendidikan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya : FFUA
Hanlon, J. T., Schmader, K. E., Ruby, C. M., & Weinberger, M. 2001. Suboptimal Prescribing in Older Inpatients and Outpatients. Journal American Geriatrics Society , 49:200-209.
Hartley, T. R., Sung, B. H., Pincomb, G. A., Whitsett, T. L., Wilson, M. F., & Lovallo, W. R. 2000. Hypertension Risk Status and Effect of Caffeine on Blood Pressure. Journal of the American Heart Association , 36:137-141.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
75
Hepler, C. D. and Strand, L. M. 1990. Opportunities and Responsibilities in Pharmaceutical Care. American Journal of Hospital Pharmacy, Vol. 47:533--543.
Howel, F., & Priebe, J. 2013. Asistensi Sosial Untuk Lanjut Usia di Indonesia Kajian Empiris Program ASLUT. Jakarta: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Hughes, J. 2001. Clinical Pharmacy and Pharmaceutical Care. In J. Hughes, R. Donelly, & G. James-Chatgilao, Clinical Pharmacy: a Practical Approach, 2nd edition. The Society of Hospital Pharmacists of Australia, 1-7
Hutchison, L. C., & O'Brien, C. E. 2007. Changes in Pharmacokinetics and Pharmacodynamics in the Elderly Patient. Journal of Pharmacy Practice , 20-24.
Jones-Grizzle, A., & Draugalis, J. 1993. Demographics. In R. Bressler, & M. D. Katz, Geriatric Pharmacology. 1-8. New York: Mc.Graw Hill.
Koda-Kimble, M.A, Young, L.Y, Alldredge, B.K, Corelli, R.L, Guglielmo, B.J, Kradjan, W.A, Williams, B.R. 2009. Applied Theraupeutics the Clinical Use of Drugs 9th ed. Lippincott Williams & Wilkins
Koh, Y., Kutty, F., & Li, S. C. 2005. Drug-related problems in hospitalized patients on polypharmacy:the influence of age and gender. Therapeutics and Clinical Risk Management , 39-48.
Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009.
Jakarta : Komisi Nasional Lanjut Usia, hal. 39;61;78.
Mallet, L., Spinewine, A., and Huang, A., 2007. ” The Challenge of Managing Drug Interactions in Elderly People”. Lancet, vol.370, 185-191.
Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009. Drug-Related Problem in the Elderly. Spinger Dordecht Heidelberg London New York .
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
76
Mutmainah, N., Ernawati, S., & Sutrisna, E. 2008. Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Potensial Kategori Ketidaktepatan Pemilihan Obat Pada Pasien Hipertensi Dengan Diabetes Mellitus Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Jepara Tahun 2007. PHARMACON , vol 9, No.1: 14-20.
Neto, P. R., Marusic, S., Junior, D. P., Pilger, D., Cruciol-Souza, J. M.,
Gaeti, W. P., et al. 2011. Effect of a 36 Month Pharmaceutical Care Program on Coronary Heart Disease Risk in Elderly Diabetic and Hypertensive Patients. J Pharm Pharmaceut Sci , 14. 2:249-263.
Ningrum, K.P. 2012. Profil Obat yang Digunakan dan Potensi Interaksi Obat pada Lanjut Usia. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Departemen Farmasi Komunitas.
Nobilli, A., Garattini, S., & Mannucci, P. M. 2011. Multiple diseases and polypharmacy in the elderly: challenges for the internist of the third millennium. Journal of Comorbidity , 1:28–44.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H.W. 2006. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Okolo, E.N. 2000. Health Research Design and Methodology. Boston: CRC
Press, p. 44 Pemerintah RI. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta. Pemerintah RI. 2009. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. PERDOSSI. 2013. Konsumsi Vitamin Neurotropik Sejak Dini Cegah
Neuropati Perluas Edukasi dengan Neuropathy Service Point (NSP) Portable. Merck. Jakarta: Merck Serono.
Perry, D. P., & Webster, R. T. 2001. Medication-Related Problems in Aging: Implications for Profesionals and Policy Makers. Generations , 24,4; ProQuest Sociology.28-36
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
77
Portney, L.G.. and Watkins, M.P. 2000. Foundations of Clinical Research Applications to Practice, 2nd Ed. New Jersey : Practice Hall Health, p. 79.
PT ASKES. 2013. Daftar dan Plafon Harga Obat. Jakarta : PT.ASKES
Qato, D. M., Alexander, G. C., Conti, R. M., Johnson, M., Schumm, P., & Lindan, S. T. 2008. Use of Prescription and over-the-counter Medications and Dietary Supplements Among Older Adults in the United States. American Medical Association , 2867-2878.
Qiu, Y.-G., C, J.-Z., Zhu, J.-H., & Yao, X.-Y. 2003. Differential Effects of Morning or Evening Dosing of Amlodipine on Circadian Blood Pressure and Heart Rate. Cardiovascular Drugs and Therapy 17 , 335-341.
Rahmawati, F., Putu, I. D., Rohmah,W., Sulaiman, S.A.S. 2009. Polypharmacy and Unnecessary drug Therapy on geriatric Hospitalized Patients In Yogyakarta Hospitals, Indonesia. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol. 1, Suppl 1, 6-11
Rahmawati, F., Ellykusuma, N. Y., Pramantara, I. D. P., dan Sulaiman, S.
A. S. 2008. Problem Pemilihan Obat Pada Pasien Rawat Inap Geriatri di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Farmasi Indonesia, 23-29.
Rees JA. 1996. Patient medication records, In: Collett DM. Aulton ME (editors), Pharmaceutical Practice. New York: Churchill Livingstone. p.351-6
Research Unit, N. G. 2011. NICE clinical guideline 127 Hypertension:
Clinical Management of Primary Hypertension in adults. London, British: National Clinical Guideline Centre and British Hypertension Society.
Scott, S. 2005. The Presciption. In Remington The Science and Practice of
Phamacy 21 ed (pp. 1846-1847). Lippincott Williams and Wilkins.
Strand, L. M., Morley, P. C., Cipolle, R. J., Ruthanne R., Lamsam, G. D. 1990. Drug Related Problems:Their Structure and Function. DICP The Annal of Pharmacotherapy, (24): 1093-97.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
78
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sweetman, S. C. 2009. Matindale The Complete Drug Reference (Thirty-sixth edition ed.). London: Pharmaceutical Press.
Tatro, D.S, 2003, A to Z Drug Facts. Chm. Facts and Comparison
Touchette, D. R., & Shapiro, N. L.2008. Medication Compliance, Adherence, and Persistence: Current Status behavioral and Education Interventions to Improve Outcomes. Journal of Manageed Care Pharmacy , Vol.14, No.6, 2-9.
USDA. 2012. National Nutrient Database for Standard Reference Release 25.http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/2178?fg=Fruit+and+Fruit+Juices7format=&offset diakses pada tanggal 23 April 2013
van Mil, F. 2005. Drug-related problems: a cornerstone for pharmaceutical care. Journal of the Malta College of Pharmacy Practice
Vinks, T. H., de Koning, F.H., de Lange, T. M., Egberth, T.C. 2006. Identification of Potensial Drug-related Problems in the Elderly: the Role of the Community Pharmacist. Pharm World Sci, (28): 33-38.
Winfield AJ. 1998. Patient medication records. In: Winfield AJ, Richards RME (editors), Pharmaceutical Practice, 2nd edition. Toronto: Churchill Livingstone. p.433-437
Zainuddin, M. 2011. Metodologi Penelitian Kefarmasian dan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
80
Lampiran 1 Lembar Informasi Penelitian
LEMBAR INFORMASI UNTUK SUBYEK/PESERTA PENELITIAN
IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA
PASIEN LANJUT USIA YAN MENDAPAT PELAYANAN RESEP
(Studi di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
Peneliti :
Vivin Diah A.P
Anda diundang untuk turut serta dalam suatu penelitian dengan
judul: Identifikasi Drug Therapy Problems (DTPs) Pada Pasien Lanjut
Usia Yang Mendapat Pelayanan Resep di Apotek Farmasi Airlangga
Surabaya. Setelah membaca dengan teliti, anda dapat mengajukan
pertanyaan dan dapat membicarakannya dengan peneliti atau petugas
peneliti yang telah ditunjuk.
Tujuan dari Penelitian :
Melakukan identifikasi masalah terkait penggunaan obat pada pasien
lanjut usia yang mendapat obat atas resep dokter di Apotek Farmasi
Airlangga.
Prosedur Penelitian :
1. Anda akan diminta untuk menandatangani suatu persetujuan kesediaan
mengikuti penelitian.
2. Bersedia diwawancara mengenai identitas pribadi, penggunaan obat, dan
masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan obat.
3. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat SUKARELA. Anda dapat
sewaktu-waktu mengundurkan diri dalam penelitian ini bila merasa
dirugikan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
81
Manfaat
Partisipasi Anda akan memberikan informasi berharga mengenai
masalah terkait penggunaan obat yang terjadi pada pasien lanjut usia di
Apotek Farmasi Airlangga sehingga tercapai terapi yang aman, efektif dan
efisien.
Jaminan Kerahasiaan
Kerahasiaan identitas dan resep anda akan sangat dijaga oleh
peneliti. Seluruh informasi yang anda berikan akan dijaga kerahasiaannya
dan tidak akan dipublikasikan.
Demikian penjelasan tentang penelitian ini dan mohon kesediaan
anda untuk turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Bila anda menyetujui
untuk ikut serta dalam penelitian ini silahkan anda memberikan tanda
tangan pada lembar persetujuan. Bila ada pertanyaan mengenai penelitian
ini silahkan menghubungi Vivin Diah Ayu P.(085235064981)
Hormat saya,
Vivin Diah Ayu P
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
82
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
LEMBAR PERSETUJUAN
Identifikasi Drug Therapy Problems pada Pasien Lanjut Usia yang
Mendapat Pelayanan Resep (Studi di Apotek Farmasi Airlangga
Surabaya)
Peneliti :
Vivin Diah Ayu Purworini
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Setelah membaca dan memahami penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian ini, maka dengan ini saya :
Nama : ................................................
Alamat : ................................................
No. Tlp. : ................................................
Menyatakan bahwa saya :
1. Bersedia untuk mengikuti penelitian ini. 2. Bersedia untuk diwawancara mengenai identitas pribadi, riwayat
kesehatan, riwayat penggunaan obat, dan gaya hidup.
Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, saya setuju dan bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela dan memberikan informasi sesuai dengan kenyataannya. Surabaya,
Peneliti Peserta Penelitian,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
83
Lampiran 3
DAFTAR PEDOMAN INTERVIEW
Identifikasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada Pasien Lanjut Usia
yang Mendapat Pelayanan Resep di Apotek Farmasi Airlangga
Surabaya
1. Kepastian lanjut usia/ keluarga pasien yang mengetahui segala
macam pengobatan pasien.
2. Diagnosa dokter/ keluhan dokter
3. Kontrol rutin atau ada keluhan sakit
4. Jika hanya keluhan sakit
a. Terapi selama sakit
b. Obat (obat lain yang dibeli sendiri/obat yang harus
diminum rutin) masih diminum/tidak
5. Jika tanggal resep berbeda dengan tanggal pelayanan
a. Kontrol terakhir ke dokter
b. Obat yang diminum selama obat belum diambil
c. Jika obat sudah habis minum apa
6. Obat lain atau vitamin (beli sendiri atau resep)
7. Jika obat tidak diambil semua (alasan)
8. Jika pasien sudah pernah minum obat
a. Nama obat
b. Kesulitan minum obat
c. Cara penggunaan dan waktu penggunaan
(sebelum/sesudah makan)
d. Efek samping obat (menyebut tanda efek samping obat
yang diminum)
9. Jika lama terapi untuk tiap obat dalam satu resep berbeda
a. Informasi cara penggunaan obat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
84
b. Sisa obat sebelumnya
10. Jika belum pernah minum obat
1. Informasi apoteker terkait obat
11. Perokok atau tidak
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
85
Lampiran 4 Catatan Penggunaan Obat Pasien
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
86
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
87
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
88
Lampiran 5 DTP Registration Form
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
89
HASIL IDENTIFIKASI DTPs PADA PASIEN LANJUT USIA
No
ID PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
1. Tn. A (70th)
26/01/13 01/02/13
Amlodipin 10mg
30 1-0-0 - Obat di rumah habis namun pasien tidak menebus obat karena pasien mendapat informasi bahwa obat baru dapat diambil 5 hari lagi. Oleh karena itu pasien memilih tidak minum obat.
Ketidakpatuhan √
27/02/13 27/02/13
Amlodipin 10mg
30 1-0-0 Ultraflu (Parasetamol 600mg, fenilpropanolamin HCl 15mg, klorfeniramin maleat 2 mg)
Pasien mengaku sebelum kontrol minum amlodipin sehari 2 kali supaya ketika kontrol tekanan darahnya normal
Ketidakpatuhan √
Minum obat dengan pisang. Berpotensi meningkatkan
ADR √
Lampiran 6
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
90
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
serum potasium dengan amlodipinc
Pasien pada saat ini mengalami flu dan minum ultraflu. Salah satu kandungan ultraflu adalah fenilpropanolamin yang dikontraindikasi kan dengan pasien karena pasien memiliki riwayat hipertensi.
ADR √
2.
Ny. B (68th)
01/02/13 01/02/13
Meloxicam 15mg
10
2 dd ½
-
Meloxicam dapat berinteraksi dengan valsartan. Kedua obat berpotensi saling meningkatkan toksisitas masing-masing a
ADR √
Fitbon (glukosamin)
10
1 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
91
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
OBH 1 3 dd C1 Meloxicam dapat potensi berinteraksi dengan bisoprolol. Meloxicam dapat menurunkan efek bisoprolol sehingga perlu di monitor a
ADR
√ Aspilet
(asetosal) 30 1 dd 1
Bisoprolol 5mg 15 1/2-0-0
Valsartan dan asetosal potensial dapat meningkatkan serum potassium, meningkatkan toksisitas salah satu obat bila digunakan bersamaan, asetosal juga dapat menurunkan efek valsartan a
ADR
√ Farsobid 5 mg
(ISDN) 60
2 dd 1
Valsartan 160mg
30 1 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
92
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Asetosal dan meloxicam potensial berinteraksi.
ADR √
Asetosal dapat meningkatkan kadar atau efek meloxicam dengan kompetisis obat asam pada klirens tubular renal a
Asetosal dan bisoprolol apabila diminum bersamaan potensial menurunkan kadar atau efek dari bisoprolol a
ADR √
3.
Ny.C (65th)
01/02/13 01/02/13
Adalat oros 30mg (nifedipin)
30 1-0-0 -
Pasien menderita DM sejak tahun 2007. Namun
Ketidakpatuhan √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
93
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
pasien sejak Juni 2012 memilih tidak minum obat DM. Pasien juga memiliki penyakit hipertensi.
04/02/13 05/02/13
Glibenklamid 5mg
30 1-0-0 Adalat oros 30mg (nifedipin)
Menurut hasil tes laboratorium kolesterol naik (pasienl upa angkanya) tapi tidak mendapat obat penurun kolesterol
Kebutuhan terapi obat tambahan
√
Amoxicilin 500mg
15
3 dd 1
Pasien terlambat menebu obat 1 hari dan pasien memilih untuk tidak minum obat selama obat belum ditebus.
Ketidakpatuhan √
CTM 15 3 dd 1 Di rumah ada sisa Ketidakpatuhan √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
94
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Dextromethor phan
15 3 dd 1 2 amoxicillin. Padahal terakhir kontrol tanggal 10-1-2013 dan pasien mengaku hanya minum obat saat badan tidak enak. Seharusnya amoxicillin harus habis karena termasuk antibiotik.
4.
Ny.D (80th)
02/02/13 02/02/13
Simvastatin 10mg
30
s.u.c
Sangobion Enervon-C Habbatus Valsartan Amlodipin Lampriazid
Simvastatin potensi berinteraksi dengan amlodipin. Amlodipin dapat meningkatkan kadar simvastatina
ADR
√
Pasien lupa letak menyimpan simvastatin
Ketidakpatuhan
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
95
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
sehingga menebus lagi.
Simvastatin potensial berinteraksi dengan valsartan. Simvastatin dapat meningkatkan kadar atau efek valsartan a
ADR √
5.
Ny.E (65th)
04/02/13 04/02/13
Amoxicilin 500mg
15
3 dd 1
Vitamin E
Tidak mengetahui aturan pakai obat dengan benar ketika ditanya cara menggunakan obat yang diterima padahal sudah mendapat informasi dari apoteker.
Ketidakpatuhan √
Parasetamol 500mg
15
3 dd 1
Pasien mengaku Ketidakpatuhan √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
96
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
CTM 15 3 dd 1 minum obat bila merasa sakit saja padahal salah satu obat yang diterima pasien adalah antibiotik.
6.
Tn.F (85th)
04/02/13 05/02/13
Valsartan 80 mg
30
1 dd 1
-
- Pasien memiliki riwayat sakit paru, jantung dan hipertensi. Pasien merasa sesak sejak keluar rumah sakit dan sudah memberitahu ke dokter tapi dokter tidak memberi obat.Sebelumnya pasien pernah mengalami sakit paru sampai diambil cairan parunya sebanyak 20cc. pasien dari dulu
Kebutuhan obat tambahan
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
97
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
menggunakan valsartan
- Pasien lupa tidak menebus obat. Pada resep tertulis tanggal 4 namun obat baru diambil tanggal 5
Ketidakpatuhan
√
7.
Ny.G (61th)
05/02/13 05/02/13
Amlodipin 10mg
30 1 dd 1 -
-
-
-
-
Antalgin (Metampiron)
15 3 dd 1
CTM 15 3 dd 1
8.
Ny.H (70 th)
04/02/13 05/02/13
Amlodipin 10mg
30
1 dd 1
Vitamin B complex
- Pasien mengaku telat kontrol dan selama itu memilih tidak minum obat. Seharusnya tanggal 26 Januari kontrol tapi baru kontrol
Ketidakpatuhan √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
98
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
tanggal 4 Februari
Bisoprolol 5 mg 30 1 dd 1 - Pasien tidak tahu aturan pakai obat ketika ditanya mengenai aturan pakai obat (utamanya HCT)
Ketidakpatuhan
√ HCT 25 mg 15 1 dd ½
Valsartan 80 mg
30
1-0-0
- Amlodipin dan bisoprolol potensial berinteraksi. Kedua obat dapat meningkatkan blocking channel antihipertensi sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure a
ADR
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
99
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
9. Ny.I (82 th)
06/02/13 06/02/13
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
- - Pasien memilih tidak minum obat karena pasien pergi ke luar kota. Padahal obat habis sejak tanggal 30 Januari
Ketidakpatuhan
√
HCT 25 mg
15 ½-0-0
10.
Tn.J (69 th)
06/02/13 06/02/13
Micardis 80 mg (Telmisartan)
30
1 dd 1
-
- Pasien tidak mendapat glukosamin karena tidak ditanggung oleh askes sehingga tidak mendapat obat dan memilih tidak minum obat.
Ketidakpatuhan
√
Sohobion (vit B1, B6, B12)
30
1 dd 1
Glukosamin 30 1 dd 1
11.
Tn.K (73 th)
20/01/13 06/02/13
Adalat oros 30mg (Nifedipin SR)
30
1 dd 1 -
- Pada resep tertulis tanggal 20/01/13 tapi obat baru diambil 06/02/13 karena obat baru habis
Ketidakpatuhan √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
100
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
12.
Tn.L (66 th)
07/02/13 07/02/13
Vaclo (Clopidogrel)
30
1-0-0
Sarang semut
- Furosemid dan asetosal potensi berinteraksi. Asetosal dapat
ADR √
Digoxin 30 1-0-0 meningkatkan efek furosemid a
- Furosemid potensi berinteraksi dengan digoxin. Furosemid dapat meningkatkan serum digoxin sehingga meningkatkan toksisitas a
ADR
√
Gralixa (Furosemid)
30 1-0-0
- Valsartan dan asetosal potensi berinteraksi. Kedua obat dapat
ADR √
92 92 92
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
101
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
meningkatkan serum potassium, meningkatkan toksisitas salah satu obat bila digunakan bersamaan, asetosal juga dapat menurunkan efek valsartan a
- Pasien tidak mendapatkan Vaclo (clopidogrel) karena tidak ditanggung askes sehingga tidak mendapat obat dan memilih tidak
Ketidakpatuhan
√
Aspilet (asetosal)
30 1-0-0
Farsorbid (ISDN)
90 1-1-1
Valsartan 80mg 30 1-0-0
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
102
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
minum obat
- Pasien memilih tidak minum obat karena pasien takut ginjalnya rusak dan atas saran senam cina
Ketidakpatuhan √
13.
Ny.M (60 th)
07/02/13 07/02/13
Nifedipin 10 mg 90
3 dd 1 -
- Bisoprolol dan nifedipin potensi berinteraksi. Kedua obat meningkatkan anti-hypertensive channel blocking sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure b
ADR
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
103
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Bisoprolol 5 mg 30 1-0-0
- Minum obat dengan pisang. Pisang mengandung kalium yang bepotensi berinteraksi dengan nifedipin dan bisoprolol sehingga meningkatkan serum potassium c
ADR
√
Antalgin (Metampiron)
15 3 dd 1
14. Tn.N (68 th)
06/02/13 07/02/13
Valsartan 80mg 30 1 dd 1 -
-
-
-
-
Maintate (bisoprolol)
30 1 dd 1
15.
Ny.O (62 th)
06/02/13 07/02/13
Micardis 80 mg (telmisartan)
30
1 dd 1 - - - - -
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
104
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
16. Ny.P (61 th)
04/02/13 08/02/13
Norvask 5 mg (amlodipin)
30 1 dd 1 - - - - -
17. Tn.Q (61 th)
07/02/13 08/02/13
Valsartan 80 mg 30
0-1-0
- - - - -
18.
Ny.R (69 th)
08/02/13 09/02/13
Amlodipin 10mg
30
1-0-0 -
- Pasien mengaku sering lupa minum obat terutama metformin. Namun pada hari itu sudah minum metformin.
Ketidakpatuhan
√ Glibenklamid
5mg 30 1-0-0
Metformin 500mg
60 0-1-1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
105
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
19.
Ny.S (63 th)
09/02/13 09/02/13
Aminophylin tab ½
Dibuat kapsul 60 1-0-1
-
- Aminophyllin potensi berinteraksi dengan dexametason. Interaksi tersebut dapat menurunkan efek aminophyllin a
ADR
√
Bricasma (terbutalin sulfat)
1/3 tab
Dibuat kapsul 60 1-0-1
Cortidex (Dexametason)
½ tab
Dibuat kapsul 60 1-0-1 - Diklofenak K dan
deksametason potensi berinteraksi. Kedua obat dapat saling meningkatkan
ADR √
Cataflam (Diklofenak K)
½ tab
Dibuat kapsul 60 1-0-1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
106
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Codein HCl
½ tab
Dibuat kapsul 60 1-0-1
toksisitas bila digunakan bersamaan
- Codein dapat menurunkan fungsi pernapasan sehingga pasien akan merasa semakin sesak padahal pasien memiliki riwayat asma
ADR
√
- Pasien mengaku hanya minum obat pada saat asma kambuh dan memilih tidak minum obat lain
Ketidakpatuhan
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
107
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
seperti simvastatin dan antibiotik yang pernah diberikan sebelumnya
20.
Ny.T (86 th)
11/02/13 11/02/13
Glurenorm 30mg (glikuidon)
30
1-0-0
-
- Pasien tidak minum obat hipertensi dan DM karena mengaku terlambat kontrol
Ketidakpatuhan
√
Glucobay (acarbose)
40
3 dd 1
Bisoprolol 30 1 dd 1 - Amlodipin dan
bisoprolol potensi berinteraksi. Kedua obat dapat
ADR √
Valsartan 30 0-0-1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
108
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Amlodipin 15 ½-0-0
meningkatkan blocking channel antihipertensi sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure b
21. Ny.U (85 th)
11/02/13 11/02/13
Captopril 25mg
90 3 dd 1 Glimepirid Allopurinol Neurobion Maintate (Bisoprolol)
- Captopril berpotensi berinteraksi dengan pisang karena pisang mengandung banyak kalium selain itu makanan dapat mengganggu absorpsi captopril.
ADR
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
109
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
22. Ny.V (73 th)
12/02/13 12/02/13
Glimepirid 4mg 30 1 dd 1 Obat herbal untuk kanker payudara
- Glimepirid dan imidapril HCl dimungkinkan dapat terjadi significant interaction yaitu hipoglikemi a
ADR
√
Grahabion (vit B1, B6, B12)
30 1 dd 1
Comdipin (Amlodipin)
30 1 dd 1
Micardis (Telmisartan)
30 1 dd 1
Tanapres (Imidapril HCl)
30 1 dd 1
23.
Tn.W (67 th)
12/02/13 12/02/13
Chlorampenicol 500 mg
20
3 dd 1
Glucobay (acarbose) Glurenorm (glikuidon) Adalat oros
- Pasien tidak mendapat obat kloramfenikol karena tidak
Ketidakpatuhan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
110
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Diazepam 2 mg
5 0-0-1 (nifedipin) Allopurinol Sohobion (vit B1, B6, B12) Simvastatin
tersedia di apotek (dibuatkan copy resep)
- Pasien mengaku kolesterol tinggi (>100mg) tapi tidak diberi obat karena pasien askes memperoleh obat kolesterol apabila kadarnya >130mg
Kebutuhan obat tambahan
√
24.
Ny.X (60 th)
13/02/13 13/02/13
Adalat oros 30mg (Nifedipin SR)
30
1-0-0
Simvastatin - Pasien tidak memahami aturan pakai obat karena mengaku tidak minum sohobion. Sohobian dianggap hanya
Ketidakpatuhan √
Micardis 80 mg 30 0-0-1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
111
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
(telmisartan) vitamin
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30
1 dd 1
25.
Ny.Y (82 th)
13/02/13 13/02/13
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
-
- -
-
-
HCT 25 mg 30 ½ -0-0
26.
Ny.Z (67 th)
13/02/13 14/02/13
Amlodipin 10mg
30 1 dd 1 -
- Ciprofloxacin potensi berinteraksi dengan aminofilin. Ciprofloksasin akan meningkatkan kadar atau efek
dari aminofilin dengan mempengaruhi
ADR
√
Ciprofloxacin 500mg
10 2 dd 1
Aminophiyllin 200mg
15 3 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
112
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Nichodryl fl (-difenhidramin HCl 12,5mg, -ammonium klorida 125mg, -natrium sitrat50mg, -mentol 1mg, -alkohol 0,25 mg/5 ml sirup)
1 2 dd 1 hepatic enzyme CYPIA2 metabolism.Penggunaan aminofilin dan ciprofloxacin secara bersamaan dapat menurunkan kadar aminofilin dan meningkatkan kadar pada plasma dan gejala toksisitas a
27. Ny.AA (73 th)
14/02/13 14/02/13
Aspilet (asetosal)
30
0-1-0
-
- Pasien meminum aspilet dengan maintate secara bersamaan
Ketidakpatuhan
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
113
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Maintate (bisoprolol)
30
1-0-0
- Aspilet dan maintate potensi berinteraksi. Kedua obat bila diminum bersamaan dapat menyebabkan menurunkan efek dari maintate. Aspilet menurunkan kadar atau efek maintate a
ADR √
Neurodex (vit B1,B6,B12)
30 1 dd 1
Aminofilin
10 2 dd 1prn
28.
Ny.AB (61 th)
14/02/13 14/02/13
Antalgin (metampiron)
15
3 dd 1 Renadinac (Na diklofenak) Fitbon (Glukosamin)
- Pasien memilih tidak minum obat. Pasien terakhir kontrol 3 bulam lalu dan kontrol kembali tanggal 14 Feb.
Ketidakpatuhan
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
114
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Pasien kontrol karena merasa pusing dan bagian tubuh sebelah kanan wajah agak tebal (seperti stroke) dan mengaku minum obat bila merasa sakit saja.
Amlodipin 10mg
30 1 dd 1 - Amlodipin berpotensi berinteraksi dengan pisang. Pisang banyak mengandung K sehingga pasien dapat mengalami hiperkalemi c
ADR
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
115
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
- Amlodipin diminum setiap malam hari seharusnya pagi hari.
Ketidakpatuhan √
29.
Ny.AC (60 th)
14/02/13 15/02/13
Amlodipin 10mg
30
1 dd 1 Oskadon (Parasetamol 350mg, kofein anhidrat 35mg) CTM
- Pasien terakhir kontrol 3 bulam lalu. dan kontrol kembali tanggal 14 Feb kontrol karena merasa pusing dan bagian tubuh sebelah kanan wajah agak tebal (seperti stroke) dan mengaku minum obat bila merasa sakit saja.
Ketidakpatuhan
√
Antalgin (Metampiron)
15 3 dd 1 - Kandungan kofein pada oskadon dikontraindikasi kan pada pasien.
ADR √
Sohobion (vit 15 1 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
116
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
B1, B6, B12)
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
30.
Ny.AD (70 th)
14/02/13 15/02/13
Aspilet (asetosal)
30 0-1-0 -
- Pasien memilih tidak minum obat. Simvastatin dan piracetam tidak dapat diterima pasien karena tidak ditanggung askes.
Ketidakpatuhan
√
Adalat oros (nifedipin)
30 1-0-0
Micardis 80mg (Telmisartan)
30 0-0-1 - Pasien memilih tidak minum obat karena hanya mendapatkan 60 glucodex. Seharusnya pasien mendapatkan 90 tablet karena yang
Ketidakpatuhan
√
Glucodex 80mg (Glicazide)
90 0-1-0
Piracetam 30 1 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
117
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30 1 dd 1 ditanggung askes hanya 60 tablet.
- Pasien memilih tidak minum obat karena kehabisan obat dan sibuk sehingga obat baru ditebus keesokan harinya
Ketidakpatuhan √
Simvastatin 20mg
30
0-0-1
- Pasien tidak memahami aturan pakai. Pasien minum simvastatin pagi hari seharusnya malam hari
Ketidakpatuhan √
- Adalat oros dan simvastatin potensi interaksi.
ADR √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
118
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Adalat oros akan meningkatkan efek simvastatin dengan mempengaruhi metabolisme hepar a
31.
Tn.AE (76 th)
14/02/13 14/02/13
Aminofilin
½ tab
Dibuat kapsul 10 3 dd 1
Nifedipin
- Pasien memilih tidak minum obat padahal pernah mendapatkan obat antihipertensi. Namun tidak diminum karena pasien merasa tidak memberikan efek obatnya
Ketidakpatuhan
√
Salbutamol 2mg
1 Dibuat kapsul 10 3 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
119
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Metil prednisolon 8mg
1 Dibuat kapsul 10 3 dd 1
- Eritromisin dan aminofilin potensi berinteraksi. Eritromisin akan meningkatkan kadar atau efek aminofilin dengan mempengaruhi hepatic/intestinal enzyme CYP3A4 a
ADR √
- Nifedipin dan eritromisin
ADR √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
120
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Eritromisin 500mg
12 3 dd 1 potensi berinteraksi. Nifedipin akan meningkatkan kadar atau efek eritomisin dengan mempengruhi hepatic/intestinal enzyme CYP3A4a
- Eritromisin dan prednisolon potensi berinteraksi. Eritromisin akan meningkatkan kadar atau efek dari prednisolon dengan mempengaruhi metabolisme hepatic/intestinal enzyme CYP3A4. Kemungkinan
ADR √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
121
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
interaksi serius dan perlu monitoring. Penggunaan alternatif bila tersedia a
32.
Tn.AF (75 th)
12/02/13 15/02/13
Metformin 90 3 dd 1 Sangobion
- - -
-
Glimepirid 4mg
30
1-0-0
Amlodipin 10mg
30
0-0-1
33. Ny. AG (75 th)
18/02/13 18/02/13
Noperten 10 mg (lisinopril)
30 0-0-1
Promaag Theragran Merislon
- Pasien lupa tidak menebus obat padahal Obat
Ketidakpatuhan √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
122
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Bisoprolol 30 1-0-0 (betahistin)
habis sejak tanggal 15 Feb sehingga pasien tidak minum obat selama tiga hari
34.
Tn.AH (74 th)
14/02/13 18/02/13
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
- - Pasien mengaku sering lupa minum obat
Ketidakpatuhan √
- Pasien memilih tidak minum obat. pasien sibuk sehingga tidak minum obat karena obat baru diambil tanggal 18/2 seharusnya tanggal 14/2
Ketidakpatuhan √
35. Ny. AI (65 th)
14/02/13 18/02/13
Amlodipin 10 mg
30 1-0-0 -
- Pasien memilih tidak minum obat. pasien sibuk sehingga tidak minum obat karena obat baru diambil tanggal 18/2 seharusnya
Ketidakpatuhan
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
123
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
tanggal 14/2 36.
Ny. AJ (64 th)
18/02/13 18/02/13
Amlodipin 10mg
30 1-0-0 -
- Pasien lupa minum obat selama 2 hari.
Ketidakpatuhan
√
Glibenklamid
5mg 30 1-0-0
- pasien mengalami batuk namun tidak mendapat obat.
- Pasien tidak mendapat obat amlodipin karena di Apotek habis.
Kebutuhan akan terapi obat tambahan Ketidakpatuhan
√ √
Asam
mefenamat 500mg
15 3 dd 1
Dimenhidrinat 15 3 dd 1
Metformin 500mg
60 0-1-1
37. Tn.AK (77 th)
18/02/13 Nifedipin 10 mg 90 3 dd 1 Neurobion Regilon
- Nifedipin dan bisoprolol potensi
ADR
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
124
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
19/02/13 Bisoprolol 5 mg 30
1 dd 1 Waisan
berinteraksi. Kedua obat dapat meningkatkan antihypertensive channel blocking antihipertensi sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure b
38.
Ny.AL (72 th)
19/02/13 19/02/13
Stugeron (Cinnarizine)
15 3 dd 1 -
- Pasien tidak mendapat obat eprinoc karena tidak tersedia di apotek
Ketidakpatuhan
√
Eprinoc (Eperisone HCl)
15 3 dd 1
39. Ny.AM (68 th)
19/02/13 19/02/13
Noperten 10 mg (Lisinopril)
30 1-0-0 Vitamin minyak ikan
-
-
-
-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
125
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
40.
Tn.AN (61 th)
20/02/13 20/02/13
Adalat oros 30mg (nifedipin)
30 1-0-0 - - Pasien potensi lupa karena mengaku pernah terlambat menebus obat
Ketidakpatuhan
√
Micardis 80 mg (Telmisartan)
30 0-0-1
Sohobion (vit B1, B6, B12)
30 1 dd 1
41. Tn. AO (67 th)
20/02/13 20/02/13
Codein 10 mg 30
3 dd 1
-
- Pasien tidak memahami aturan pakai. Obat hanya diminum ketika merasa sakit saja sehingga batuk tidak sembuh-sembuh
Ketidakpatuhan
√
42.
Ny.AP (71 th)
20/02/13 20/02/13
Glurenorm 30mg (glikuidon)
30 1-0-0 15 menit sebelum makan
-
- Pasien tidak memahami aturan pakai. Pasien meminum
Ketidakpatuhan
√
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
126
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Eclid 50 mg (Acarbose)
90 3 dd 1 sesudah suapan pertama
glurenorm satujam sebelum makan.
- Pasien tidak memahami aturan pakai. Pasien meminum eclid sesudah makan
Ketidakpatuhan √
Sohobion (vit B1, B6, B12)
30 1 dd 1
43.
Ny. AQ (70 th)
20/02/13 21/02/13
Meloxicam 15mg
10 2 dd 1 -
-
-
-
-
Antasida 10 2 dd 1
Vitamin B complex
20 2 dd 1
44.
Ny.AR (65 th)
20/02/13 21/02/13
Antasida
15 3 dd 1ac Fitbon (Glukosamin) Obat untuk pengapuran
-
-
-
-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
127
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Dimenhidrinate 15 3 dd 1pc
45.
Tn.AS (64 th)
13/02/13 21/02/13
Adalat oros 30mg (Nifedipin SR)
30 1 dd 1 Obat herbal (mengkudu) Vitamin B kompleks
- Pasien tidak mendapat obat kolesterol. Padahal menurut hasil lab tanggal 25 Januari kadar kolesterolnya 152mg/dl. Pasien merupakan pasien askes
Kebutuhan akan terapi obat tambahan
√
Allopurinol 100mg
30
1 dd 1
- Pasien telat
menebus obat karena sibuk. Seharusnya pasien menebus tanggal 13 Feb tetapi baru ditebus tanggal 21 Feb dan selama itu pasien memilih tidak minum obat.
Ketidakpatuhan √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
128
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
46.
Ny.AT (71 th)
21/02/13 21/02/13
Antalgin (Metampiron)
15
3 dd 1
-
-
-
-
-
CTM
15 3 dd 1
Codein 20 mg 15 3 dd 1
Interpril 10 mg 30 1 dd 1
47.
Ny. AU (81 th)
21/02/13 22/02/13
Amlodipin 10mg
30 1-0-0 -
- Pasien mengaku baru menebus obat bila telah habis dan hari ini baru minum obat siang hari seharusnya obat diminum pagi hari.
Ketidakpatuhan
√
HCT 25 mg 15 ½-0-0
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
129
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
48.
Ny.AV (73 th)
22/02/13 23/02/13
Vastigo (Betahistin)
1 tab
Dibuat 10 kapsul 3 dd 1
-
- -
-
-
Dimenhidrinate ½ tab
Dibuat 10 kapsul 3 dd 1
Pyridoxine HCl 50 mg
Dibuat 10 kapsul 3 dd 1
Maintate 2,5 mg (bisoprolol)
30 1 dd 1 pagi
49.
Tn. AW (60 th)
23/02/13 23/02/13
Deculin (pioglitazon HCl)
30 1 dd 1 -
- Pasien memilih tidak minum obat selama 3 minggu
Ketidakpatuhan
√
Eclit 100 mg (Acarbose)
60
2 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
130
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
Metformin 60 2 dd 1
Sohobion (vit B1, B6, B12)
30 1 dd 1
50.
Ny.AX (73 th)
25/02/13 25/02/13
Valsartan 80 mg 30 1 dd 1 -
-
- Pasien memilih tidak minum obat sejak tanggal 21 feb karena tidak ada yang mengantar ke dokter
Ketidakpatuhan
√
Furosemid 40mg
30 1 dd 1
Spironolskton 25 mg
30 1 dd 1
Aspilet chewable (asetosal)
30 1 dd 1 - Furosemid dan digoksin potensi berinteraksi. Furosemid dapat meningkatkan serum digoksin sehingga meningkatkan
ADR
√
Digoksin 0,25mg
30 1 dd 1
Ranitidin 30 1 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
131
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
150mg
toksisitas a
- Spironolakton dan digoksin potensi berinteraksi. Spironolakton dapat meningkatkan kadar digoksin dalam darah dan meningkatkan toksisitas digoksin a
ADR √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
132
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
- Valsartan dan asetosal potensi berinteraksi. Kedua obat dapat meningktkan serum potassium, meningkatkan toksisitas salah satu obat bila digunakan bersamaan, asetosal juga menurunkan efek valsartan a
ADR
√
- Ranitidin dan digoksin potensi berinteraksi. Ranitidin dapat meningkatkan kadar digoksin sehingga toksisitas
ADR √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
133
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
meningkat a
51. Ny.AY (77 th)
25/02/13 25/02/13
Kary Uni tetes mata (Pirenoxime sodium)
1 btl
3 dd gtt 1 ods
-
- -
-
-
Lyteers tetes mata
1 btl
6 dd gtt 1 ods
52.
Tn.AZ (70 th)
25/02/13 26/02/13
Cardace 5mg (ramipril)
30 1 dd 1 Obat dari cina Neurheuma cyl (-ibuprofen 200 mg, - vit B1 50mg, -vit B6 100mg, -vit B12 100 mcg) Renadinac (Na diklofenak) Carbide
- Ramipril dan diklofenak berpotensi berinteraksi. Kedua obat saling meningkatkan toksisitas satu sama lain a
ADR
√
Amdixal 5mg (amlodipin maleat)
30
1 dd 1
- Ramipril dan ibuprofen berpotensi berinteraksi. Kedua obat saling
ADR √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
134
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
(deksameta son) Curmino
meningkatkan toksisitas satu sama lain a
- Amlodipin dan deksametason berpotensi berinteraksi. Deksametason akan menurunkan efek amlodipin yang mempengaruhi metabolism enzim CYP3A4 di hati atau usus a
ADR √
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30 1 dd 1
53.
Tn. AAA (70 th)
25/02/13 26/02/13
Allopurinol 300mg
30 1 dd 1 Farsorbid (ISDN) Ranitidin
-
-
-
-
Grahabion (vit 30 1 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
135
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
B1,B6, B12)
Amdixal 5 mg (Amlodipin maleat)
30 0-0-1
54.
Tn.AAB (63 th)
07/02/13 08/02/13
Amlodipin 10mg
30 1-0-0 -
-
-
-
- Sohobion (vit
B1,B6,B12) 30 1 dd 1
55. Tn.AAC (61 th)
11/02/13 12/02/13
Adalat oros 30mg (nifedipin)
30 1 dd 1 Cardioaspirin Omega 3 Lipitor (atorvastatin)
- Amlodipin potensi berinteraksi dengan nifedipin. Kedua obat meningkatkan antihypertensive channel blockin a
ADR
√ Amlodipin 5 mg 30 1-0-0
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30 1 dd 1
- Pasien mengaku minum obat bila
Ketidakpatuhan √
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
136
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
tidak lupa
56.
Ny.AAD (72 th)
11/02/13 12/02/13
Amlodipin 5 mg
30 1-0-0 Lipitor (atorvastatin)
- Pasien memilih tidak minum obat. pasien tidak minum sohobion karena menganggap hanya vitamin.
Ketidakpatuhan
√
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30 1 dd 1
57.
Ny.AAE (60 th)
25/02/13 26/02/13
Glibenklamid 30 1 dd 1ac - - Pasien memilih tidak minum obat. Pasien tidak mendapat glukosamin karena tidak ditanggung askes.
Ketidakpatuhan
√
Metformin 500mg
60 0-1-1pc
Antasida 10 3 dd 1ac
Glukosamin 250mg
30 3 dd 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
137
No
ID
PASIEN
TGL RESEP
& TGL
PELAYANAN
OBAT
DIRESEPKAN (NAMA
GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP A
KT
UA
L
POT
EN
SIAL
58.
Tn.AAF (63 th)
26/02/13 27/02/13
Amlodipin 10mg
30 1-0-0 -
- -
-
-
Antalgin (Metampiron)
15 3 dd 1
59. Tn.AAG (65 th)
27/02/13 27/02/13
Adalat oros 30mg (nifedipin)
30 0-0-1 Obat herbal
- -
-
-
Labesartan 30mg (irbesartan)
30 1-0-0
Keterangan : a. Drug Interaction Checker, 2013 b. Sweetman, 2009 c. Baxter, 2008
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI