Skema Build Operate Transfer
-
Upload
agusnuramin -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
Transcript of Skema Build Operate Transfer
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
1/14
1
SKEMA BUILD OPERATE TRANSFER
Akhir-akhir ini, memang, tren investasi swasta bagi proyek-proyek negara swasta semakin
marak. Alasan utama trend ini adalah pemerintah, BUMN kekurangan dana pemerintah dan
pendekatan yang dinamakan sebagai handsoff approach dari pemerintah. Build Operate
Transfer (BOT) adalah pilihan bagi pemerintah untuk melakukan outsourcing proyek-proyek
pemerintah ke sektor swasta. Tapi, seperti yang akan dijelaskan nanti, alasan kekurangan
dana, walaupun sebagai alasan utama, tetap bukan merupakan satu-satunya alasan. Alasan
lain bisa saja adalah proses pembangunan sebuah usaha/fasilitas yang layak operasi dan
profitable yang hanya bisa dilaksanakan oleh pihak swasta yang kompeten di bidangnya. Ini
dinamakan sebagai proyek yang profitable dengan risiko yang nyaris nol.
Dengan BOT, sektor swasta berperan dalam hal mendesain, menyediakan keuangan,
membangun dan mengoperasikan fasilitas untuk kemudian akhirnya, setelah masa konsesi
tertentu, kepemilikan ditransfer kepada pemerintah. Oleh karena itu, BOT dapat dimaknai
sebagai teknik untuk mengembangkan proyek-proyek infrastruktur dengan menggunakan
inisiatif dan pendanaan dari pihak swasta. Seperti proyek-proyek infrastruktur meliputi
beragam fasilitas yang berfungsi utama untuk melayani kebutuhan masyarakat, untuk
memberikan pelayanan sosial dan mempromosikan kegiatan ekonomi di sektor swasta.
Contoh yang paling umum adalah jalan, jembatan, air dan sistem saluran pembuangan,
bandara, pelabuhan dan bangunan-bangunan umum.
Selain Pemerintah, dalam hal ini BUMN, sektor swasta dapat memulai proyek-proyek BOT
bila dana yang tersedia terbatas dan tidak cukup sumberdaya untuk sukses mengeksekusiproyek pembangunan yang diperlukan. Contoh dapat dilihat pada rumah sakit nirlaba dan
institusi pendidikan serta fasilitas manufaktur. Desain tradisional-bid-award ini diperkuat
oleh pengenalan manajer proyek sebagai konsultan kepada pemilik, dimana manajer proyek
menyarankan pemilik bangunan dalam merumuskan strategi dan mengawasi pembangunan
atas nama pemilik. Sebagai layanan konsultasi, manajer proyek bekerja secara paralel
dengan arsitek untuk biaya tarif yang flat, tanpa risiko fidusia atau konstruksi. Design-build
adalah dua pekerjaan sekaligus untuk desain dan konstruksi. Arsitek dan kontraktor bekerja
di bawah satu kontrak, dimana tanggung jawab total untuk semua tahap proyek
ditempatkan pada kedua belah pihak. Proyek-proyek yang tergolong dalam design-build
sering kali agak rumit, tapi cukup menjanjikan di masa depan sebagai proses kemitraan
dalam rangka menyelesaikan proyek. Bridging memungkinkan pemisahan skematik antara
desain dan pengembangan desain, yang kedua dikelompokkan bersama-sama dengan
kontraktor umum. Skema proyek seperti ini memungkinkan transfer desain melewati batas-
batas geografis dan ekonomis. BOT lebih dekat dengan penyelesaian produk secara total
dimanaselain pembiayaan dan pembangunanpemasok juga bertanggung jawab untuk
pengoperasian fasilitas. Gambar di bawah ini menyajikan visual pengelompokan tanggung
jawab dari proyek alternatif skema penyelesaian (delivery).
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
2/14
2
Fasilitas yang pertamakali dibangun dengan nama Build Operate Transfer adalah di Turki
pada tahun 1984 oleh Perdana Menteri Ozal sebagai salah satu bagian dari program
privatisasi dalam rangka membangun infrastruktur baru (Beuker, 1988). Namun demikian,
pendekatan BOT dipakai pada awal 1834 pada pengembangan Terusan Swess. Terusan yang
menghasilkan banyak revenue ini dibiayai oleh European Capital dengan dukunganpendanaan dari Mesir, dimana Mesir mendapatkan konsesi untuk mendesain, membangun
dan mengoperasikan yang saat itu dipimpin oleh Pasha Muhammad Ali (Levy, 1996). Paruh
kedua pada abad ke-19, di Barat, rel kereta api dan jalanan dibangun dengan menggunakan
pendanaan swasta (Mobsby, 1992) Di Eropa, proyek-proyek infrastruktur tetap berada di
bawah yurisdiksi pemerintah karena itu dianggap sebagai persyaratan umum yang harus
disediakan oleh negara. Namun, sejak tahun 1980-an, sikap negara-negara Eropa berubah,
mereka memasukkan lebih banyak privatisasi dalam pembangunan infrastruktur, terutama
di Perancis dan Britania, dalam rangka memenuhi kebutuhan publik. Pada saat yang sama,
Asia mengalami booming ekonomi yang membuka pintu bagi bentuk-bentuk barupenyelesaian proyek yang didasarkan pada prinsip privatisasi.
Ernst dan Pham (1994) mendefinisikan privatisasi sebagai sebuah proses dimana delivery
barang dan jasa, yang biasanya dikelola oleh pemerintah, dialihkan ke sektor swasta.
Privatisasi dapat dibagi menjadi tiga area utama: Pertama, penjualan saham pemerintah
(seperti British Airways dan British Telecom); Kedua, subkontrak pelayanan pemerintah
kepada pengurus swasta (seperti US Postal Service, taman pemeliharaan); dan kegita,
subkontrak pembiayaan dan mengembangkan fasilitas. BOT termasuk kategori terakhir.
Gambar 2: Keterlibatan BUMN-Swasta Di bawah pendekatan kemitraan BUMN-swasta,
kerjasama antara BUMN dan pihak swasta dicapai dimana BUMN bekerjarsama dengan
sektor swasta untuk menyediakan kebutuhan publik. Namun, perbedaan antara privatisasi
dan kemitraan swasta-BUMN sulit untuk dideteksi, tergantung pada tingkat partisipasi
BUMN (Gambar di atas) menunjukkan bahwa privatisasi tidak ada partisipasi pemerintah di
dalamnya. Pendekatan Build Operate Transfer dapat dilihat sebagai kemitraan BUMN-swasta
yang terjalin dengan baik, karena pemerintah selalu diharapkan berpartisipasi dalam proyek-
proyek skala umum seperti itu.
DEFINISI
Build Operate Transfer adalah dimulainya bisnis besar dimana organisasi-organisasi swasta
melakukan pembangunan dan pengoperasian fasilitas yang biasanya dilakukan oleh
pemerintah. Berakhirnya keterlibatan sektor swasta terjadi pada pengembalian kepemilikan
fasilitas kepada pemerintah setelah masa konsesi, biasanya 25-40 tahun. Dalam pendekatan
BOT, pihak swasta atau pihak yang mempertahankan suatu konsesi untuk suatu periode
tertentu disebut pelaku (klien), untuk pengembangan dan pelaksanaan pembangunan
fasilitas, pembangunan mana yang terdiri dari pembiayaan, desain, konstruksi, mengelola
dan memelihara fasilitas, dan membuat fasilitas tersebut menguntungkan. Para pemegang
konsesi mengamankan pengembalian investasi dengan mengoperasikan fasilitas dan, selama
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
3/14
3
masa konsesi, bertindak sebagai pemilik konsesi. Pada akhir masa konsesi, para pemegang
konsesi mentransfer kepemilikan fasilitas kepada BUMN. Karakteristik terpenting dari BOT
adalah pendanaan dari swasta. Dalam BOT, pemerintah mensubkontrakkan seluruh proses
pembangunan, termasuk risiko yang terkait kepada entitas swasta. Salah satu risiko ini
adalah pembiayaan, yang harus diperoleh oleh pemegang konsesi, yang pada akhirnyabertanggungjawab kepada semua aspek proyek. Sebuah prasyarat bagi pembiayaan swasta
adalah suatu kebutuhan untuk fasilitas untuk dikembangkan, misalnya ekstensi jalan raya
karena kemacetan lalu lintas meningkat, lebih banyak ruang tidur di fasilitas penahanan dan
pemasyarakatan karena peningkatan kejahatan dan jumlah dipenjara individu, sebuah
terowongan atau jembatan untuk memecahkan masalah lalu lintas dan memfasilitasi
aksesibilitas, atau sistem pembuangan kotoran atau pembangkit listrik untuk mendukung
pertumbuhan populasi dan industri. Jika tidak ada persyaratan fasilitas yang, pihak swasta
akan menolak untuk berpartisipasi dan memberikan dukungan finansial. Hanya setelah
analisis pasar yang membenarkan bahwa fasilitas tersebut qualified, maka pihak swasta akanbersedia berpartisipasi secara finansial serta terlibat dalam pengembangan fasilitas.
BOT hanya salah satu dari banyak proyek yang berbeda dengan skema penyelesaian dalam
konteks privatisasi atau kemitraan BUMN-swasta. Dua skema lainnya yang muncul paling
mirip adalah BOT Build Own Operate (BOO) dan Build Transfer Operate (BTO). Dalam tiga
skema ini, pihak swasta tetap mempertahankan pendapatan dari mengoperasikan fasilitas.
Dalam BTO, pihak swasta mentransfer kepemilikan fasilitas langsung setelah melahirkan dan
mengoperasikan fasilitas atas nama pemerintah. Pada BOO, pihak swasta tetap
mempertahankan kepemilikan fasilitas, membuat laba atas investasi dengan operasi itu, danmemungkinkannya menjual beberapa titik jika sesuai dengan harga pasar.
Selain tiga pendekatan yang paling umum, BOT, BOO dan BTO, variasi lainnya juga dapat
terjadi (Gambar 3). Semua berbeda satu sama lain dalam cara tingkat risiko yang dibagi
antara pihak swasta dan publik. Setiap bentuk adalah semacam kemitraan BUMN-swasta,
tetapi semua terasa unik dalam mengalokasikan risiko kepada pihak individu.
Gambar 3: Skema alternatif delivery proyek, ilustrasi risiko pemegang konsesi
PESERTA UTAMA DALAM PROYEK BOT
Lima peserta utama diidentifikasi dalam setiap proyek BOT. Gambar. 4 menunjukkan
struktur yang khas. Sangat sederhana, principal memberikan konsesi kepada pemegang
konsesi. Para pemegang konsesi, biasanya sebuah konsorsium perusahaan, melakukan
pembiayaan dan pengembangan proyek. Pembiayaan ini diperoleh dari sponsor dan
pemberi pinjaman. Kontraktor membangun fasilitas dan operator menjalankan fasilitas.
Gambar 4: Struktur Organisasi BOT
Principal
Dalam proyek BOT, principal adalah BUMN yang mengakui kebutuhan untuk fasilitas fasilitas
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
4/14
4
tetapi tidak mampu mendukung proyek secara finansial. Agen pemerintah dengan demikian
dipaksa untuk mencari alternatif pilihan.
Konsesi
Setelah mengidentifikasi kebutuhan fasilitas, pemerintah, memberikan konsesi kepada
pemilik konsesi. Para pemegang konsesi biasanya sebuah konsorsium dan mengambil
tanggungjawab pengembangan (merancang, pembiayaan dan membangun), memelihara
dan mengoperasikan fasilitas, atas nama principal. Para pemegang konsesi adalah pemilik
fasilitas selama masa konsesi dan menyadari keuntungan dari investasi awal melalui
penggunaan fasilitas.
Investors
Pembiayaan disediakan oleh sektor swasta dan investor mencakup pemegang saham dan
pemberi pinjaman. Para pemegang saham menginvestasikan uang sebagai imbalan untuk
ekuitas, dan pemberi pinjaman mendukung pemegang konsesi selama negosiasi dengan
principal bahwa pinjaman tersedia selama pengembangan proyek. pemberi pinjaman
(lender) adalah bank, perusahaan asuransi dan pemegang obligasi.
Kontraktor
Pemegang konsesi bekerjasama dengan kontraktor dalam membangun sebuah fasilitas.
Dalam kebanyakan kasus, kontraktor merupakan bagian dari pemilik konsesi. Pada akhirnya,
kontraktor bertanggung jawab untuk pembangunan proyek dan untuk menyewa
subkontraktor, pemasok dan konsultan.
Operator
Mirip kontraktor, operator biasanya bagian dari pemegang konsesi, karena, operatorlah yang
mengerti masalah aliran pendapatan (revenue stream), masalah pengetahuan operasional,
pembiayaan, desain dan konstruksi yang diperlukan. Sering kali operator didukung oleh
sebuah badan pemerintah. Dalam kasus terowongan Wijker, fasilitas sepenuhnya
dioperasikan oleh pemerintah atas nama departemen Pekerjaan Umum, dan dalam penjara
Plymouth County operator diperankan oleh pemegang konsesi; dia juga yang
mengoperasikan fasilitas setelah selesai pembangunan.
Gambar 6: Balancing costs dan revenues untuk optimasi unit price dan profit (revenues
dikurangi biaya-biaya). Tanda panah mengindikasikan arah yang diinginkan menuju ke
kondisi optimal.
Kontrak Konsesi
Kontrak konsesi ditandatangani antara principal dan pemegang konsesi. Kontrak ini berjalan
dari tahap desain awal sampai transfer terakhir, dan termasuk alokasi risiko. Isu-isu utama
dalam kontrak konsesi adalah:
Lamanya masa konsesi; tanggal awal dan tanggal transfer.
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
5/14
5
Struktur dari proyek perusahaan (pemegang konsesi).
Kkema keuangan.
jaminan keuangan (pokok dan pemegang konsesi).
Materi yang menjamin (jika pemegang izin tidak dapat memberikan fasilitas, principal
memiliki hak untuk ikut campur dan mengambil alih).
Financial ceilings dan biaya pembangunan.
Financial ceilings dan biaya pemakaian.
Proses konstruksi.
Penyelesaian waktu konstruksi.
Metode operasi proyek.
Kesepakatan Finansial
Kesepakatan keuangan dilakukan secara personal antara pemegang konsesi dan mitra
(sponsor) dan para pemberi pinjaman (yaitu, bank, lembaga keuangan). Persetujuan
pemegang saham mengandung rasio hutang terhadap ekuitas dan rencana rinci untuk
distribusi pendapatan yang diharapkan selama operasi. Persetujuan kreditur, antara
penyedia utang dan pemegang konsesi, menentukan berbagai jaminan dan return-on-
investment yang telah disepakati. Jaminan yang paling penting adalah disediakan oleh
pemerintah untuk ikut campur jika tingkat pendapatan yang diharapkan lebih rendah. Salah
satu jaminan ekstrim jaminan untuk kreditur adalah hak untuk mengambil alih fasilitas jika
pemegang konsesi tidak sanggup memenuhi kewajiban keuangan.
Kontrak Konstruksi
Kontrak antara pemegang konsesi dan kontraktor biasanya dengan fixed price contract atau
design-build contract. Para pemegang konsesi ingin mendelegasikan risiko dengan
menuliskan klausul denda dalam keterlambatan pelaksanaan isi kontrak, karena tanggungjawab pemegang konsesi terhadap principal, para pemberi pinjaman, dan pengguna akhir
fasilitas.
Kontrak Operasional
Kontrak operasional ditandatangani antara pemegang konsesi dan operator (pelaksana).
Tarif untuk penggunaan fasilitas dimasukkan dalam kontrak, sebagaimana disetujui oleh
principal dan pemegang konsesi. Sebuah aspek utama untuk perjanjian operasional adalah
prognosis bagi penggunaan fasilitas. Semua kontrak secara ketat terkait satu sama lain dan
akhirnya membentuk sebuah desain, konstruksi dan pengoperasian fasilitas yang
menjelaskan tanggung jawab dan risiko. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
6/14
6
kontrak yang transparan dimana semua risiko dan pihak-pihak penanggungjawab secara
jelas didefinisikan. Struktur informasi yang terbuka dan manajemen kontrak didefinisikan
dengan baik dengan menyetujui pembagian risiko akan membatasi kesalahpahaman.
TAHAPAN PROYEK BOT
Panjang masa konsesi ditentukan dalam perjanjian yang ditandatangani oleh pemegang
konsesi dan principal. Dalam masa konsesi, para pemegang konsesi harus mampu
mengembalikan dana investasi untuk semua pihak. Setelah studi pendahuluan, biasanya
dilakukan oleh pemerintah, sebuah perusahaan yang dipilih mengikuti prosedur seleksi
tertentu. Setelah pemilihan, pemegang konsesi mulai melaksanakan proyek dengan
membentuk tim, melaksanakan studi, memperoleh izin, dan melanjutkan dengan
pengembangan desain. Setelah desain disetujui, konstruksi dimulai. Setelah menyelesaikan
konstruksi, fasilitas terbuka untuk digunakan dan pengembalian fasilitas ditutupi oleh
pendapatan yang masuk. Setelah masa konsesi yang telah ditetapkan, fasilitas transfer ke
principal dan badan-badan negara kemudian akan memiliki dan mengoperasikan fasilitas
tersebut.
Studi Permulaan
Studi pendahuluan biasanya terjadi sebelum keterlibatan pemilik konsesi. Tahap ini
dilaksanakan oleh, atau atas nama, principal. Studi kelayakan diperlukan untuk
membuktikan ramalan keberhasilan proyek, dalam rangka menarik dana swasta. Cara
lainnya, pihak swasta dapat mengidentifikasi kebutuhan dan memulai proyek BOT dan dalamkasus seperti itu, studi pendahuluan dilakukan oleh badan swasta dengan keterlibatan
terbatas pemerintah.
Proses Seleksi
Proses seleksi tergantung pada siapa yang memulai proyek. Dalam proses seleksi umum
dimana inisiatif datang dari BUMN, permintaan untuk kualifikasi didistribusikan. Setelah
menerima aplikasi, pemerintah memilih beberapa perusahaan untuk mengajukan proposal
(request for proposal) dan dari situ dipilih pemegang konsesi. Dalam proses seleksi
spekulatif, sektor swasta memprakarsai proyek dan menghubungi agen pemerintah yangtepat untuk persetujuan. Proyek ini diberikan setelah negosiasi yang tepat.
Implementasi Proyek
Setelah tahap seleksi dan landasan dari pemilik konsesi (proposal) tersebut selesai, bersama-
sama dengan semua pihak yang terlibat, pemegang konsesi merinci program pembangunan
dan desain awal, dan mengajukan izin. Proses ini dapat dipersingkat jika agen pemerintah
secara aktif berpartisipasi. Setelah izin dikeluarkan, perjanjian konsesi ditandatangani.
Selama tahap pelaksanaan proyek, selain untuk kepentingan pihak-pihak, kepentingan
pihak-pihak eksternal juga mesti perhatian. Kekuatan politik yang berpengaruh, oposisi,
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
7/14
7
badan-badan lingkungan hidup dan faktor-faktor signifikan, jika tidak diperhitungkan, dapat
menghalangi atau bahkan membubarkan proyek.
Konstruksi
Begitu izin yang diperlukan diperoleh, konstruksi dimulai. Yang sering terjadi pada proyekBOT adalah proyek-proyek jalur cepat dimana desain tidak lengkap pada saat konstruksi
dimulai. Pantas saja karena kepentingan keuangan pemilik konsesi dan kebutuhan yang
mendesak untuk menyelesaikan konstruksi agar dapat memperoleh pendapatan secepat
mungkin. Desain yang sedikit kontroversinya akan mempercepat masa konstruksi dengan
angka ketidakpastian yang juga sedikit.
Operasional
Selama tahap operasi, fasilitas dioperasikan dan dipelihara oleh operator yang dibayar oleh
pemegang izin. Pemegang konsesi, sebagai pemilik fasilitas selama periode operasi,
berkewajiban untuk mengoperasikan fasilitas dengan cara yang memadai. Pemegang konsesi
juga bertanggung jawab untuk menjaga fasilitas dengan baik. Baik perjanjian konsesi juga
perjanjian operasi menentukan kondisi fasilitas pada saat transfer kepada principal.
Transfer
Fasilitas ditransfer kepada principal, biasanya tanpa biaya (Gambar 7). Waktu transfer
ditentukan dalam perjanjian konsesi. Principal harus lebih memilih mengambil-alih fasilitas
lebih awal daripada masa konsesi yang telah disepakati, pemegang konsesi akanmengkompensasi keuangan untuk investasi. Setelah mentransfer, principal adalah satu-
satunya pemilik dari fasilitas dan mengoperasikan dan memelihara fasilitas atau menggaji
operator independen. Jika principalnya dalah pemerintah, maka principal boleh memilih
untuk tidak men-charge user terakhir. Pada dasarnya, pada waktu itu, fasilitas akan menjadi
milik pemerintah.
Permasalahan lain yang harus dipertimbangkan adalah seberapa lama principal ingin
menguasai fasilitas BOT tersebut. Setelah masa konsesi 30 tahun, fasilitas mungkin telah
menjadi usang dan harus direhabilitasi besar-besaran. Pada BOT pembangkit listrik, metode
menghasilkan energi mungkin tidak lagi efisien, oleh karena itu, partisipasi aktif dari principal
selama masa konsesi dapat menjaga fasilitas BOT sesuai standar atau, setelah ditransfer,
sebuah proyek BOT bisa saja dapat menarik proyek BOT baru.
Gambar 7: Transfer fasilitas proyek BOT.
PEMBIAYAAN
Salah satu fitur utama BOT adalah pendanaan dari swasta yang menyimpulkan para
pemegang hak konsesi bertanggung jawab dalam mencari pendanaan yang diperlukan untuk
mengembangkan dan mengoperasikan fasilitas. Pemegang konsesi akan mengadakan dana
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
8/14
8
yang diperlukan dalam bentuk utang dan ekuitas. Return of Investment terealisasi selama
tahap operasional fasilitas BOT.
Para pemegang konsesi berpartisipasi dalam ekuitas dengan menginvestasikan dana,
sedangkan pemegang saham tambahan (additional stakeholder) biasanya adalah pihak-pihak
dari konsorsium (investor, kontraktor, operator). Pada tahap tertentu dari pembangunan,
ekuitas dapat dijual kepada pemegang saham tambahan melalui penawaran publik dan
swasta. Para pemegang saham memerlukan rencana bisnis yang independen, termasuk
prediksi pendapatan, pembangunan dan biaya operasi serta perkiraan tingkat return.
Meskipun tidak ada jaminan yang dapat diberikan tentang pembayaran dividen, jaminan
lainnya harus bisa mengamankan investasi, seperti garansi keuangan yang diberikan oleh
pemerintah, dan sejumlah pinjaman yang dijamin. Risiko terbesar ditanggung oleh
pemegang saham saat pembayaran terakhir, setelah seluruh obligasi jangka pendek dan
panjang telah terpenuhi, adalah mengusahakan adanya return yang lebih tinggi dariinvestasinya.
Utang disediakan oleh pihak sekunder seperti bank, lembaga keuangan dan pemegang
obligasi, kadang-kadang pemerintah menyediakan sebagian utang. Sebagian besar masalah
keuangan penting bagi pemegang saham juga penting bagi pemberi pinjaman dalam rangka
meramalkan hasil keuangan. Bunga yang diharapkan dan jadwal pembayarannya sudah ada
sebelum kesepakatan dan kontrak yang dapat memberikan kepastian kepada investor. Selain
itu, kreditur sering meminta jaminan untuk meminimalkan risiko dan biasanya pemerintah
memberikan nilai jaminan yang lebih besar lebih diterima. Ekuitas untuk rasio utang
ditentukan oleh principal dan tergantung pada kemampuan keuangan mitra ekuitas dan
kemampuan mereka untuk mendapatkan pinjaman jangka panjang. Hutang terhadap ekuitas
rasio biasanya didirikan pada 1 sampai 4 (20% ekuitas, 80% utang). Karena risiko yang lebih
tinggi ditanggung oleh para sponsor (konsorsium), mestinya return on investment yang
tinggi dapat menggantikan risiko tersebut. Dalam kebanyakan kasus, pemerintah tetap
mempertahankan pengaruh keuangan atas proses sebuah proyek BOT. Dalam kasus di mana
pemerintah tidak terlibat, tampaknya lebih sulit untuk mencapai sukses proyek secara
finansial. Pemerintah dapat terlibat dalam dua cara: melalui subsidi dan sebagai penyewa.
Melalui subsidi. Jenis keterlibatan ini didasarkan pada dua faktor. Pertama, keinginanpemerintah untuk tidak kehilangan kendali utama atas pembangunan fasilitas publik. Dalam
proyek terowongan Wijker misalnya, pemerintah membuat 15% subsidi yang tersedia
terhadap biaya mengembangkan.
Gambar 8: Struktur Keuangan BOT
Gambar 9 menunjukkan skema pembayaran (pengembangan, konstruksi, pemeliharaan dan
operasional, bunga) dan pendapatan untuk setiap tahap dalam proyek BOT. Pada saat
present net worth of accumulated revenues (akumulasi pendapatan bersih) sama seperti
present net worth of accumulated payments (akumulasi pembayaran bersih), pemegangkonsesi harus sudah merealisasikan return dari investasi yang diproyeksikan yang mencakup
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
9/14
9
bunga dan keuntungan. Tentu saja, hal ini tergantung pada proyeksi laba atas investasi dari
para pemegang ekuitas dan para pemberi pinjaman. Setelah periode itu, fasilitas ini akan
menghasilkan laba bersih untuk pemegang saham.
DESAIN DAN KONSTRUKSI
Ada perusahaan yang mengundang partisipasi dari banyak organisasi dengan berbagai
keahlian demi menghasilkan sebuah desain yang efektif dan efisien. Namun, studi kasus
menunjukkan bahwa, dalam sebagian besar kasus, desain dan konstruksi konservatiflah yang
kebanyakan diadopsi. Hal ini didorong oleh sikap pemegang konsesi demi mengurangi risiko
dan biaya. Desain dan metode konstruksi yang teruji secara luas diadopsi dalam proyek-
proyek BOT. Sedangkan ide-ide inovatif hanya digunakan ketika akan membuat fasilitas lebih
menguntungkan dalam jangka panjang.
Arsitek biasanya bekerja untuk kontraktor berdasarkan design-build contract (kontrak desainbangunan yang telah ditetapkan) oleh pemegang konsesi dan kontraktor. Selama studi
pendahuluan, principal telah memberikan desain awal sebagai bagian dari studi kelayakan
guna memperoleh ijin yang diperlukan. Oleh karena itu, arsitek yang disewa oleh principal
akan mentransfer pekerjaan kepada arsitek yang disewa oleh kontraktor. Dalam beberapa
kasus, arsitek yang mewakili kedua pihak adalah satu orang (perusahaan).
Salah satu keuntungan utama memiliki begitu banyak peserta adalah desain yang dibuat
akan memuaskan semua pihak, tapi, akibatnya, karena desainnya dibuat untuk
mengkompromikan selera semua orang yang terlibat dalam prosesnya, maka ini akan lebih
memakan waktu. Partisipasi operator dapat menjadi sangat penting dalam pendesainan ini.Dalam proyek Plymouth County Correctional Facility, fasilitas ini dirancang tempat sipir
berada di tengah bangunan (untuk mengontrol seluruh fasilitas dari situs tersebut). Desain
seperti ini memerlukan sedikit penjaga dan mengakibatkan operasional yang lebih efektif
dan efisien. Partisipasi aktif dari operator dalam proyek-proyek BOT adalah sesuatu inovasi
yang diperlukan dimana operator harus dilihat sebagai konsultan potensial untuk proyek-
proyek tradisional juga.
Partisipasi dari pihak penentang dan organisasi lingkungan sering dianggap sebagai suatu
yang menimbulkan ketidaknyamanan, karena adanya remodifikasi desain dan penundaanpelaksanaan. Namun, dalam kasus proyek Strait Crossing Bridge, karena perhatian khusus
diberikan kepada desain pilar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok penetang dan
organisasi lingkungan, aliran es selama musim dingin yang panjang tidak mengganggu
ekologi seputar kawasan proyek BOT.
FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI BOT
Yang disebut faktor lingkungan antara lain adalah peran pemerintah, organisasi pemerhati
lingkungan, isu-isu lingkungan dan konservasi, dan iklim ekonomi. Meskipun dalam
mendefinisikan proses BOT, partisipasi serta pemerintah harus dikecualikan. Badan-badan
pemerintah selalu terlibat dalam menyetujui proyek atau dengan mengembangkan fasilitas
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
10/14
10
publik lainnya untuk mendukung fasilitas BOT tertentu. Yang paling penting adalah
keterlibatan pemerintah yang menguntungkan bagi keberhasilan proyek. Dalam kasus
Dabhol Power Company, proyek ini terhenti beberapa waktu menyusul diadakannya
pemilihan umum. Sebuah aspek utama yang harus dipertimbangkan dalam proyek-proyek
BOT adalah lingkungan dan badan-badan pemerhati lingkungan. Kita hidup di era dimanapelestarian lingkungan memegang peranan penting dan pembangunan fasilitas-fasilitas yang
membahayakan lingkungan akan menghadapi penentangan-penentangan.
Penentangan dari persatuan masyarakat sekitar proyek bisa sama mengganggunya seperti
pemerintah atau organisasi-organisasi lingkungan yang dapat mengakibatkan penundaan
proyek BOT. Pelibatan lingkungan pada tahap awal, melalui dengar pendapat, dapat
meningkatkan pemahaman dan kerjasama dari para tetangga dalam rangka melaksanakan
sebuah proyek BOT.
Akhirnya, status ekonomi sangatlah penting bagi proyek BOT. Tujuan utama memilih
pendekatan BOT adalah untuk mendapatkan pendanaan dari pihak swasta. Jika tidak ada
perusahaan swasta yang tertarik, sebuah proyek tidak bisa dikembangkan. Investasi uang
selalu sebanding dengan risiko dan tingkt return on investment; risiko lebih tinggi jika secara
ekonomi proyek tersebut tidaklah ekonomis. Dalam keadaan seperti itu, negosiasi untuk
pengaturan ekuitas-utang dengan penghindaran risiko bisa saja memakan waktu yang lama,
membuat proyek BOT lebih mahal daripada jika pemerintah mengerjakan proyek itu sendiri.
Jadi, ketika proyek dianggap tidak ekonomis, pemerintah harus mempertimbangkan
mengerjakan proyek sendiri atau setidaknya melakukan investasi publik tertentu dalam
proyek BOT. Bila pembiayaan internasional dianggap perlu, maka pemerintah harus
mempertimbangkan dengan hati-hati dalam menetapkan fee bagi penggunaan fasilitas,
terutama jika ekonomi nasional buruk dan kemungkinan terjadi devaluasi mata uang lokal.
KAPANKAH PROYEK BOT LAYAK?
Dalam beberapa tahun terakhir, proyek-proyek BOT dianggap layak bagi negara-negara
berkembang dan negara-negara maju. Keuntungan terbesar dari BOT bagi pemerintah
adalah pensubkontrakan mayoritas resiko terhadap sektor swasta, sudah begitu pihak
swasta bersedia membiayai dan menangngung risiko dalam pembangunan fasilitaspemerintah tersebut. Pada akhir masa konsesi, pemerintah akan mewarisi proyek yang telah
terbukti dapat dioperasionalkan dengan baik tanpa menginvestasikan dana publik. Sebagai
konsekuensi dari tidak berinvestasi uang sendiri adalah bahwa proyek dapat dilakukan
bahkan jika anggaran pemerintah terbatas. Pendanaan diadakan oleh pihak swasta dan
pelaksanaan proyek tidak tergantung pada perencanaan keuangan dari pemerintah. Lebih
jauh, karena desain, pengembangan, dan konstruksi semua tanggung jawab satu pihak, yaitu
pemegang konsesi, maka fasilitas pastilah lebih efektif dan efisien.
Keuntungan yang ditawarkan oleh BOT
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
11/14
11
Kesempatan untuk menangkap pangsa pasar dengan cepat atau menjawab kebutuhan
mendesak dalam waktu singkat
Tidak mendapatkan kendala untuk mendirikan usaha baru
Mampu fokus pada kompetensi inti perusahaan
Peluang terbaik di kelasnya untuk mengakses keterampilan baru
Menghemat Capex
Outsourcing yang cost-effective selama periode awal membangun dan pengoperasian
Mengurangi risiko operasional dan retensi pengetahuan yang berhubungan proses
pembangunan yang sensitive; dan
Mampu mendapatkan solusi dalam durasi yang pendek.
Keuntungan lainny adalah bahwa model investasi ini tidak saja bisa digunakan untuk
membangun sebuah fasilitas seperti gedung, jalan tol, pasar dan lain-lain, tetapi, di India
misalnya, model investasi ini seringkali digunakan pada sektor IT yang dikenal sebagai
Onsite-Offshore Development Center (ODC). Pada model ini, perusahaan lokal membentuk
tim ekslusif, fasilitas dan IP protected environment bagi klien. Di akhir masa sekitar 3-5
tahun, pada term-term yang disetujui pada awalnya, klien membeli ODC tersebut. Dengan
menampung 20-30% staff pada Onsite, perusahaan-perusahaan IT Global menemukan fakta
bahwa model seperti ini akan menghilangkan risiko infant mortality tanpa investasi finansial.
Di akhir masa 3-5 tahun, mereka membeli operasi yang sudah readymade dan meninggalkan
kurva pembelajaran (risiko gagal dalam uji-coba).
Pada model seperti ini, manajemen operator bertanggungjawab atas Real Estate, undang-
undang dan peraturan pemerintah, hukum, transisi budaya, pengadaan infrastruktur IT,
keamanan, model BOT adalah medium yang lebih kondusif dalam membantu sebuah
perusahaan membentuk subsidiary yang dimiliki secara keseluruhan dalam waktu yang
panjang.
RISIKO DALAM PROYEK-PROYEK BOT
Menurut Wang et al. (2002) risiko harus diidentifikasi secara rasional dengan cara sistematis,
jika tidak, beberapa risiko dapat saja mengancam proyek. Banyak penelitian telah dilakukan
di bidang identifikasi risiko dengan perhatian khusus kepada proyek-proyek BOT, di negara-
negara berkembang yang menghasilkan kategorisasi berbeda-beda (Gupta dan Sravat, 1998,
Kumaraswamy dan Morris, 2002, Ozdoganm dan Birgonul, 2000, Salzmann dan Mohamed,
1999, Wang et al., 2000). Metode khusus yang diadopsi oleh sektor swasta untuk
mengidentifikasi risiko mencakup pengalaman, matriks resiko, checklist, database, site visit
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
12/14
12
dan intuisi (Akintoye et al., 2001). Promotor dan sponsor proyek yang berpengalaman dalam
proyek-proyek BOT, akan dengan mudah mengidentifikasi risiko-risiko tersebut.
Keberhasilan sebuah perusahaan kontraktor yang ingin berinvestasi dalam proyek-proyek
BOT di negara-negara berkembang tergantung pada kemampuan untuk memilih investasi
yang paling menguntungkan, apakah manfaat ini murni dari faktor keuangan atau kombinasi
faktor keuangan dan non-keuangan (seperti peningkatan pangsa pasar). Oleh karena itu,
sekali resiko dan ketidakpastian telah teridentifikasi, maka sangat penting untuk menghitung
dan mengevaluasi pengaruh potensi mereka atas proyek sehingga seluruh hasil keuangan
yang mungkin didapat harus diprediksi dan dibandingkan dengan perhitungan dampak risiko
non-finansial dan ketidakpastian yang berhubungan dengan berbagai parameter investasi.
Untuk memfasilitasi perbandingan seperti itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengembangkan DSS (Decision Support System) untuk membantu dalam proses proyek BOT
(Al-Jibouri et al., 2002). Mengadopsi DSS bisa memberikan manfaat termasuk:
standard kinerja ekonomi yang akan memuaskan kebutuhan dari berbagai pemangku
kepentingan yang terlibat (keuangan, pemerintah, pengembang)
sistem penilaian proyek yang efisien, yang memperhitungkan efek gabungan dari
keuangan, risiko, dan ketidakpastian pada proyek secara keseluruhan tarik
efisiensi waktu dan sumber daya karena pendekatan yang dipersingkat
peningkatan kepercayaan bahwa prediksi yang dibuat sangat realistis
fasilitasi dari keputusan pemerintah atau LSM melalui hasil yang kuantitatif
pengidentifikasian yang jelas atas risiko proyek (non-finansial) lain yang mungkin tak
terpikirkan
pengidentifikasian faktor risiko penting bagi proyek masukan ke dalam rencana
manajemen risiko melalui analisis sensitivitas
analisis nilai output yang dapat digunakan dalam negosiasi kontrak proyek antara berbagaipihak.
PERSYARATAN PENTING DSS
Agar investasi proyek BOT berjalan efektif (yang mencerminkan tingkat kepastian), dan
efisien (dalam rangka mendefinisikan faktor distribusi) di negara berkembang, DSS
seharusnya berguna untuk hal-hal seperti berikut:
metodologi industri dan metodologi pengevaluasian;
fase/sub-fase proyek;
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
13/14
13
karakteristik cash flow;
berbagai standard kinerja (seperti manfaat-rasio biaya, NPV, IRR);
hal-hal yang belum terpikirkan dalam proyek (uncertainty);
perbandingan atas beberapa alternatif/scenario proyek (termasuk analisis sensitivitas);
aspek-aspek proyek yang detail dan umum;
Identifikasi faktor-faktor risiko individual yang berkontribusi terhadap ketidakpastian (baik
positif maupun negatif); dan
kesalingtergantungan antara faktor-faktor risiko yang teridentifikasi.
KERANGKA KERJA DSS
Agar DSS memenuhi persyaratan penting di atas, desainnya harus didasarkan atas kombinasi
dari kerangka kerja pengambilan keputusan yang optimal dan model-model teknik
matematis yang ada (McCowan dan Mohamed, 2002). Model teknik matematika yang dipilih
untuk memudahkan pengertian dari data input kedalam DSS harus mencerminkan tingkat
kepastian sebuah proyek konstruksi (efektivitas), dan usaha mendefinisikan distribusi proyek
(efisiensi). Nilai-nilai deterministik (tunggal) yang menentukan distribusi probabilitas adalah
teknik matematis yang dapat digunakan untuk tujuan ini. Maka, adalah salah jika
mendefinisikan sebagian besar nilai-nilai input untuk model investasi BOT sebagai nilai-nilai
deterministik yang dihasilkan oleh risiko dan ketidakpastian yang mencirikan proyek-proyek
di negara berkembang. Demikian juga halnya ketika teori probabilitas (termasuk simulasi
Monte Carlo) telah menjadi yang paling diterima secara luas untuk menggabungkan teknik
risiko dan ketidakpastian dalam analisis proyek konstruksi (Pender, 2001, Raz dan Michael,
2001).
Teori kemungkinan (probability theory), juga dikenal sebagai logika keriting (fuzzy),
didasarkan pada konsep bahwa semua nilai-nilai dalam kisaran tertentu adalah mungkin,
dengan nilai pasti yang tidak diketahui. Berbagai nilai yang mungkin, atau interval,
ditetapkan secara subyektif, tetapi nilai-nilai individu dalam interval tidak ditetapkan sebagainilai yang relative. Teori Kemungkinan telah berhasil diterapkan untuk berbagai bidang
rekayasa konstruksi.
Sebuah proyek percontohan dilakukan untuk menyelidiki pelaksanaan teori kemungkinan
untuk memperagakan efek gabungan faktor-faktor keuangan dan non-keuangan pada
peluang investasi BOT dankarena itumengevaluasi dan memeringkatkan beberapa opsi.
Sebuah prototipe DSS ini dikembangkan menggunakan Metode Sum Weighted (WSM) dalam
kerangka MCDM dan mengikuti proses yang ditunjukkan pada Gambar 10. Prototipe ini
disahkan dengan membandingkan hasilnya dengan yang diperoleh dari metode utilitas yangdidasarkan pada probabilitas, dan berhasil diterapkan pada pemeringkatan dua proyek BOT
-
5/22/2018 Skema Build Operate Transfer
14/14
14
(Mohamed dan McCowan, 2001). Kenyataannya, teori kemungkinan menawarkan metode
yang kurang intensif dan calculative walaupun masih memberikan hasil yang akurat dan
transparan.
Gambar 10: Prototipe proses DSS (Mohamed & McCowan, 2001)
Gambar 11: Alur Distribusi Masalah (berbagai faktor) dalam proyek BOT.
KESIMPULAN
Proyek BOT adalah bentuk privatisasi yang layak dilakukan dalam rangka perbaikan kinerja
BUMN. Dengan berbagai aturan main tata-cara yang mesti ditaati dalam BOT, baik oleh
pihak Pemerintah maupun swasta, maka proyek BOT merupakan cara kerja yang
menjanjikan bagi dua pihak, swasta dan pemerintah. Pemerintah, dengan peran aktifnya
dalam pelaksanaan BOT dari awal preliminary study sampai tahap desain dan serah terima,
akan mendapatkan warisan fasilitas yang layak dalam rangka memperbaiki perusahaan baik
dalam ranah revenue maupun dalam ranah perbaikan kinerja. Pihak swasta yang
berpengalaman dalam proyek ini, yang mampu mengidentifikasi masalah, dan
memproyeksikan keuntungan dengan membandingkan antara risiko dengan profit, maka
akan mendapatkan fasilitas yang layak dalam berbisnis yang mengntungkan.
Dalam dua dekade terakhir, kontrak konsesi seperti BOT ini telah telah digunakan oleh
banyak pemerintahan negara berkembang dalam rangka membiayai proyek infrastruktur
penting. Jika dilaksankan dengan benar proyek BOT dapat memberikan win-win solution bagi
pemerintah dan pihak swasta dan seluruh masyarakat luas. Namun demikian, karena proyekini menjanjikan return yang tinggi bagi sektor swasta, mereka juga menanggung risiko yang
tinggi pula yang biasanya disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tak stabil seperti politik,
ekonomi dan sosial, ini tidak dapat dihindari. Berbagai studi dan survey mengidentifikasikan
bahwa keadaan ini seringkali terjadi pada sektor swasta yang tak bisa mengidentifikasi,
mengkalkulasi, dan mengevaluasi pengaruh risiko non-finansial yang inheren serta faktor
ketidakpastian (uncertainty) pada tahap fesibility study. Oleh karena itu, sangatlah jelas
bahwa proyek seperti ini memerlukan keberadaan DSS atau perangkat decision maker yang
mampu mengevaluasi efek kombinasi dari faktor finansial dan non-finansial secara effektif
dan efisien.
Dengan demikian, inilah salah-satu cara terbaik dalam proses privatisasi pada BUMN,
dimana BUMN mempunyai begitu banyak asset (tanah) yang dapat dikonversikan menjadi
asset produktif melalui kerjasama bisnis dengan pihak swasta. Dengan catatan, bahwa kedua
pihak secara proaktif melakukan requirements dalam pengadaan proyek ini.