Shaft plumbing
Click here to load reader
-
Upload
sylvester-saragih -
Category
Education
-
view
489 -
download
22
Transcript of Shaft plumbing
TUGAS ILMU UKUR TAMBANG
SHAFT PLUMBING
DISUSUN OLEH :
1. SYLVESTER SARAGIH DBD 111 0105
2. BINSAR L SIHOMBING DBD 111 0117
3. BINSAR REZEKI SINAGA DBD 111 0119
4. BINSAR B.L. TAMPUBOLON DBD 111 0126
5. MEY TRISONI SILALAHI DBD 111 0123
6. HENDRIKUS MANIK DBD 111 0116
7. HENDRIK SIHOMBING DBD 111 0093
8. MARIA F. TARIGAN DBD 111 0097
9. VICTOR H. SIHOMBING DBD 111 0005
10. APRIADI SIMANUNGKALIT DBD 111 0012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan saudara-
saudari yang ingin lebih memahami tentang “Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur
Tambang”. Ada pun isi dari rangkuman makalah kami ini mengenai pengetahuan
tentang Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang, Apa saja Peralatan-peralatan pada
Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang dan Metode apa saja yang digunakan pada
Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang serta contoh pengukurannya.
Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi ketika menyusun
makalah ini. Namun, dengan berkat rahmat dan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa rangkuman ini masih
banyak kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca.
Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
pembaca. Terima kasih,
Penu
lis,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penambangan dibawah tanah (deep mining). Pekerjaan
penggalian dilakukan melalui sebuah shaft. Untuk itu memindahkan suatu
azimut melalui sebuah bukaan (opening) adalah merupakan tugas yang
penting bagi seorang pengukur (engineer). Teknik atau cara pengukuran akan
disesuaikan dengan masing masing kasus atau keadaan, tetapi ketelitiannya
perlu diperhatikan. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan
meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan
dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya
hanya karena adanya beda tinggi atau altitude.
Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah
opening adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat
beberapa titik tetap sebagai base station atau titik tolak dan opening-opening
ini diikat pada base station tersebut.
1.2 Tujuan Makalah
Cabang dari ilmu pertambangan dan rekayasa geologi permukaan
daerah tambang yang berhubungan dengan masalah pengukuran, pemecahan
masalah dari data input dengan menggunakan suatu algoritma, dan rancangan
desain tambang. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan
meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan
dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya
hanya karena adanya beda tinggi atau altitude.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam ruang lingkup pembahasan Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur
Tambang ini, maka akan dipertanyakan suatu masalah, yaitu :
1. Apa Shaft Plumbing itu pada Ilmu Ukur Tambang ?
2. Apa saja peralatan-peralatan Shaft Plumbing serta bagaimana cara
kerjanya ?
3. Metode apa saja yang digunakan pada Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur
Tambang serta contoh pengukurannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Shaft Plumbing
Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di
permukaan dan di kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari
shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar
opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau
menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena
adanya beda tinggi atau altitude.
Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah
opening adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat
beberapa titik tetap sebagai base station atau titik tolak dan opening-opening
ini diikat pada base station tersebut.
2.2 Peralatan-peralatan untuk shaft plumbing
Alat-alat yang diperlukan untuk sharf plumbing diantaranya adalah :
1. Reels (glondong/gulungan)
Glondongan atau gulungan ini sangat penting untuk mengangkat dan
menurunkan kawat. Tanpa gulungan ini sangat sukar untuk mengangkat
beban yang berat.
2. Wire centering device (peralatan kawat centering)
Alat ini digunakan untuk menjepit kawat dalam suatu posisi setelah
pusat dari ayunan ditentukan. Beberapa teknik (enginer) memilih untuk
menentukan pusat ayunan di slamp pada posisi yang tetap sebelum
pembidikan.
3. Screw shifter
Digunakan untuk mengeser satu kawat kebidang transit dan kawat
lainnya pada station permulaan atau kedua-duanya digeser kemuka dan ke
belakang. Dapat juga digunakan untuk menggerakkan kawat guna
menentukan arah terlebih dahulu untuk memastikan apakah kawat tersebut
tergantung pada suatu sekatan di dalam sharf.
4. Plum bobs
Bobs yang terbuat dari baja dapat terpengaruh oleh daerah tambang
yang mengandung magnetik maupun oleh aliran listrik, pipa dari bobs
dibubut sehingga mempunyai ukuran yang uniform dan permukaan halus,
sedang bagian tepi dari pipa berbentuk seperti pisau pemotong. Ukuran
dan berat dari bobs yang dibutuhkan tergantung dari kecepatanudara dan
jumlah air yang jatuh pada shaft, biasanya bobs seberat 50 lb sudah
dianggap cukup.
5. Wire (kawat)
Yang biasa digunakan adalah kawat baja dengan ukuran kawat piano
nomor 12 12
dengan diameter 0,03 Inchi, kawat ini dapat menahan bobs
seberat 60 lb.
6. Chain link (rangkain mata rantai)
Biasanya diletakkan pada kawat kira-kira level dengan transit agar
memungkinkan pengukur melihat kedua kawat tanpa harus menggerakkan
yang lebih dekat. Mereka diperlukan selama kawat yang lebih dekat dapat
dengan tanpa stelan yang tepat difokuskan membawa kawat yang lebih
jauh ke dalam relief yang kurang terang.
7. Type transit
Tidak ada type khusus dari pada transit untuk pengukuran karena ada
yang mempunyai pembacaan 30 secon, tetapi ada juga yang satu menit.
Dan biasanya mempunyai sekrup penggerak halus atau micrometer di atas
sekrup penyetel horizontal atau untuk menggerakkan transit ke dalam
bidang dari kawat plumb bobs dan diafragma benang silang untuk
membidik kawat.
2.3 Metode-metode pada Shaft Plumbing serta contoh pengukurannya.
Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah :
I. One Shaft Methode
a. Coplaining (wiggling atau jiggling)
b. Triangulation
c. Gabungan antara a dan b (special cases and b)
II. Two Shaft Methode
I. One Shaft Methode
Prosedur untuk menggantung kawat dan menetapkannya adalah
seragam untuk semuanya,yang berarti juga diterapkan pada two shaft
methode. Penggunaan kedua cara (coplaining dan triangulation) tersebut
kira-kira sama pembagiannya, tetapi banyak engineer yang menyatakan
bahwa coplaining dapat diterapkan pada kondisi dimana triangulation
tidak dapat digunakan. Perbedaan atara coplaining dan triangulation
kurang jelas, boleh dikatakan hampir sama.
Untuk ketelitian dengan menggunakan transit 1 menit. Kesalahan tidak
boleh melebihi dari 1 x 100% :10000 =0,01%. Agar supaya mendapat
ketepatan,jarak plumb bobs 200 -300 feet (dibawah pengecualian yaitu
dalam kondisi yang mengijinkan dapat dikembangkan dalam beberapa
feet). Jarak antara kedua kawat diukur dipermukaan dan di check lagi
dengan dibawah,sebaiknya harus mempunyai jarak yang sama. Bila jarak
antara kawat kurang dari 4 feet terdapat kesalahan dalam peratusan feet
akan menyebabkan terlalu besar kesalahan dalam azimuth.
Sebagai contoh jarak antara kawat-kawat 4 feet, satu kawat berada
0,02 ft diluar dari pada bidang,maka perpindahan angularnya: tangen-1
atau sin -1 = 0,02/400 = 17’ approx.hanya 20’ bisa diperkenankan bila
1:10000 harus ditetapkan atau dihitung. Ini menyatakan pentingnya
mengetahui alasan suatu perbedaan antara kedua pengukuran dan
pengoreksian kesalahan. Jarak diantara kawat-kawat biasanya diukur
mendekati per seribuan feet.
a. COPLAINING
Ini juga dikenal dengan wiggling.atau jiggling. Tujuannya:
ialah menempatkan alat transit/theodolith tepat satu bidang dengan dua
unting-unting yang digantungkan pada shaft.
Caranya:
1. Membuat satu bidang (coplaining)adalah dengan menggerakkan
atau memindahkan transit sehingga benang silang vertikal dari
transit sebidang dengan unting-unting yang digantungkan pada
shaft.
2. Pasang blok timah hitam dengan ukuran 4 x 4 x 3 inchi bawah
untingunting yang dipasang pada transit atau theodolith, beri tanda
pada blok tersebut,kemudian ukur beberapa kali sudut busur antara
dua unting-unting dengan titik D (Titik station permanen pertama).
3. Teropong dibalikkandan arahkan kembali kedua unting-unting,
usahakan dengan menggeser teropong sehingga garis vertikal
teropong (benang silang vertikal) sebidang dengan dua unting-
unting tersebut.
4. Bila sudut horizontal yang benar adalah rata-ratanya, dan titik
station yang benar adalah juga rata-ratanya (dibagi dua atau arah
titik pada station).
b. Triangul Aston
Untuk menempatkan azimuth dari bidang yang dibuat oleh
unting-unting disebut weisbach method dengan persyaratan yang buat
harus antara secon dan lebih kecil dari 10. Bila sudutnya menjadi
sangat besar atau biasanya 600 maksimum method weisbach tidak
dapat digunakan. Dalam bagian ini aplikasinya hanya pada sudut yang
sangat datar (weisbach) akan dibahas kemudian penggunaan dari sudut
yang besar akan diselidiki, penggantungan dan penetapan kawat
adalah sama dengan prosedure pada coplaning.
Gambar 2.1 berikut ini menunjukkan kondisi yang dijumpai,
perhatian dicurahkan terhadap jarak BC yang hanya bersenrangan
dengan jarak fokus dari transit. Pada shaft yang besar atau dalam
keadaan tertentu dimana AB jauh lebih besar dari 3,5 sampai 4,5 feet,
perbandingan BC dan AB = 1. Bila sudut W pada C hanya beberapa
menit, maka AB + BC = AC. Jarak diukur dalam perseribu (tiga angka
di belakang koma dengan satuan feet, dengan maksud lebih teliti dari
perseratusan.
Gambar 2.1 Perhitungan Triangul Aston
Metode Triangulasi
Sebetulnya kesalahan beberapa per ratusan dalam pengukuran
hanya, menyebabkan perbedaan beberapa secon pada hasilnya ini akan
betul bila sudut Weisbach kecil dan BC = AB nilainya. Sebagai contoh
AB dianggap S 3,214 ft, BC = 5, 122 ft, AC = 0,332 ft dan pengukuran
sudut = 00 15’ 10”. Carilah sudut x pada A.
X = 910 x 5,125} over {3,124 ¿ = 00 24’ 10”
Jika kesalahan dibuat dalam pengukuran AB (3,19) dan BC adalah
(5,10) maka x = 00 24’ 15 “; dan jika AB = 3,21 dan BC 5,10 maka x =
00 24’ 06”; dan jika AB = 3,23 dan BC = 5,10 x = 00 23’ 57”.
Prosedur yang paling aman untuk memutar sudut weisbach sebagai
berikut :
1. Plat disetel pada 0,85 (Back Sight) pada kawat yang benar dan
putar sudut kecil ke kanan, dengan 1 menit. 6 x repetisi, 3 secara
langsung dan 3 dibalik.
2. Balikkan telescop gunakan kawat FS sebagai BS putar sudut luar
yang lebih besar ke kanan sejumlah putaran yang pertama.
Jumlah dari sudut-sudut yang harus = 3600 ± 10’ (jika
digunakan 6 x repetisi) jika tidak, dan kawat cukup stabil maka
pengukuran harus diulang. Pada pengecekan dalam batas yang
diperkenankan kedua sudut di atur dengan membagi perbedaan sama,
dengan demikian jumlah akan menjadi 3600.
II. Two Shaft Method
Cara menggantungkan kabel pada setiap shaft dari dua shaft atau raise
dan terus menyusuri antara dua shaft atau raise tersebut, memberikan hasil
yang paling dapat dipercaya dan akan digunakan pada setiap kesempatan
yang baik.
Gambar 2.2 Two Shaft Method
Cara pengukuran :
Pengukuran dengan dua shaft memberikan hasil yang lebih teliti
darainpada cara satu shaft. Biasanya pada satu level mempunyai dua opening
yang vertikal, maka pengukurannya dilakukan dengan cara dua shaft.
1. Prosedur yang digunakan dengan cara dua shaft adalah, mula-mula dari
permukaan tanah diikat titik x dan y yang digantungkan uting-unting
dengan cara polygon (traverse) mulai dari titik x sampai dengan y : titik
satu diikat dengan base station cara pengukuran tertutup (lihat titik 1 yang
diikat). Setelah dikoreksi dari pengukuran, kemudian dihitung :
a. Jarak x – y ) untuk pengecekan hasil pengukuran
b. Bearing x – y ) bawah tanah
2. Pada bawah tanah, dibuat polygon dari titik x, atau sampai dengan y
dengan bearing x – a sebagi titik tolak pengukuran, kemudian diasumsikan
(dilakukan dengan kompas) besarnya bearing x –a. pengukuran dilakukan
dengan cara tertutup lagi. Hasil pengukuran dari bawah tanah tersebut
dapat dihitung :
a. Jarak x – y
b. Bearing x – y
Koordinat x untuk bawah tanah, diambil dari hasil pengukuran
daripermukaan tanah.
Jarak x – y bawah tanah harus sama atau beda sedikit dari jarak
permukaan, perbedaan harus didistribusikan pada sisi-sisi (jarak-jarak
dari titik polygon).
Beraing x – y dari hasil pengukuran dipermukaan merupakan standart
pengukuran dari beraing x – y pada pengukuran bawah tanah.
Perbedaan bearing harus dikoreksi, besarnya joreksi ditambahkan atau
dikurangkan pada bearing x – a yang diasumsikan, kemudian setelah x
– a dikoreksi bearingnya, perhitungan polygon dilakukan lagi mulai
dari x – a sampai y.
Gambar 2.3 Transferring the Meridian : Vertical Openings
Dua persolalan yang penting dalam Ukur Tambang ialah : mulai dari arah
pengeboran dan penemuan jarak tertentu sehingga pekerjaan penambangan dapat
terlaksana dengan hasil yang objektif. Cara permulaan utuk membuat suatu berskala
dalam arah yang tertentu dan harus mengetahui berapa jarak lubang tersebut hareus
digali (dibuat). Persoalan ini akan kita temui dalam bidang (daerah) horizontal dan
vertikal. Pemecahan soal ini dapat dilakukan dengan sistem koordinat, dengan
membuat suatu skala, kalau keterangan kasar persoalan ini dapat dilakukan dengan
suatu protektor atau skla. Bila skala dari suatu peta tersebut 1 : 600 hasilnya akan
kasar sekali.
Apabila didapat titik yang bertempat disegi panjang tersebut, jarak utara
selatan diantaranya diperoleh koordinat yang besar dikurangi yang kecil. Bila
hubungan underground termasuk elevasi juga arah dan jarak maka perbedaan dalam
elevasi antara dua titik tersebut harus diketahui.
Setelah data-datatersebut dihitung dan sudut-sudut sudah ditentukan,
kemudian diaplotkan pada penggambaran dengan skala sehingga dapat diketahui
salah atau tidak.
A. Mengikat Titik Konsesi Ke Seksi Lain
Gambar berikut menunjukkan problem yang sering terjadi pada ilmu ukur tanah.
Gambar 2.3 Mengikat Titik Konsesi Ke Seksi Lain
Menghubungkan titik konsesi K ke titik triagulasi M. latar belakang Z. titik
adalah salah satu titik konsesi atau patok dalam survey konsesi, setiap set dari
koordinat di ikat ketitik X perbedaan antara koordinat-koordinat Utara pada titik
K dan M adalah latitude (ΔY). perbedaan antara koordinat Timur membentuk
garis departure (ΔX).
Jarak titik 2 ke M adalah :
HD = √¿¿
Bearing dari titik 2 ke M adalah :
Bearing = arc. Tan = △ X△ Y
Contoh :
Gambar 2.3 diatas menunjukkan koodinat Utara titik 2 adalah N 1000 dan koordinat
M adalah N 406,72, E 2458,57 setelah pengamatan rintisan 1,2,3 dan seterusnya.
Berapakah HD K – M dan bearing K – M ?
Perbedaan latitude = 1.000,00 – 406,72 = 593,28 feet
Perbedaan departure = 2458,57 – 1.000,00 = 1.658,57 feet
Jarak K – M = √(593,282)+(1.458,572)
Bearing K – M = arc. Tan. =1.458,57593,26
= 680 08’ E
Titik M adalah sebelah timur dari titik K (koordinat Timurnya lebih besar) dan
sebelah selatan dari titik (koordinat Utaranya lebih kecil). Karena itu bearingnya
dalah : 5 680 08’ E.
B. Menghubungkan Dua Drift
Gambar 2.4 Menghubungkan Dua Drift
Jika hubungan itu pendek dan digunakan untuk ventilasi, maka koordinat
cukup diperoleh dari sistem pengukuran undergraund yang teratur. Tapi bila
panjang dari drift tersebut digunakan untuk pengangkutan atau tamming, maka
perlu diuji patok-patok 427 dan 420 dengan pengukuran yang bebas. Problem Ini
lazim dalam ukur lubang akan dibicarakan lebih lanjut.
Langkah-langkah yang harus dikerjakan :
1. diketahui koordinat 427 dan 428
2. cari bearing 427 dan 428
3. cari sudut lurus 425, 427, dan 428
4. hitung beda tinggi titik 250 – 261
Grade = VDHD ₓ 100 %
5. hitung jarak sebenarnya ---- slope distance/true distance
6. perlu diingat kembali :
azimut awal + sudut lurus – 1800 = azimuth akhir
Contoh :
Gambar berikut ini menunjukkan dua buah drift yang saling berhubungan hitung
jarak, bearing, sudut dan gradenya.
Gambar 2.5 Dua Drift yang Saling Berhubungan
Penyelesaian :
Perbedaan latitude = 7960,00 – 6870,00 feet
Perbedaan departure = 10.670,00 – 8.430,00 = 2.240,00 feet
HD = √¿¿¿ = 2.491,1 feet
Bearing 261 – 250 adalah N 640 63’ E sebab dilihat dari koordinatnya maka titik
250 jauh lebih ke Utara dan Timur dari pada titik 261. bearing 250-261 adalah S
640 03’ w
Sudut lurus :
Di titik 261, BS 260 : 640 03’ + 1800 – 820 15’ = 1610 48’
Di titik 260, BS 249 : (640 03’ + 1800) + 1800 – (75045 + 1800) = 1680 18’
Grade :
Perbedaan elevasi = 5.834,00 – 5.822,00 = 12,00 feet
Grade = 12,00249,1 ₓ 100 % = 0,48 %
C. Menghubungkan Dua Shaft
Prosedur ini diuraikan pada gambar 2.6 berikut :
Gambar 2.6 Elevasi Two Shaft
Bila pengukuran undergraund kurang tepat. Maka rintisan dilakukan dari 1
sampai 9 (triagulasi). Setelah 1 dan 9 itu ditentukan, kawat digantungkan.
Tentukan bearing dan koordinat, kemudian kawat dikelurkan dari pengukuran
undergraund. Elevasi two shaft terbentuk, dan ditrasperkan undergraund nya. Bila
patok shaft belum terbuka, maka bearing kompas perlu dikerjakan. Satelah runna
kosong itu cukup, mulai pengukuran yang tepat.
D. Menghubungkan Dua Level Dengan Raise
Gambar 2.7 berikut termasuk penggunaan koordinat dan elevasi.
Gambar 2.7 Menghubungkan Dua Drift yang Raise
Hal ini sering terjadi. Raise digunakan untuk ventilasi, orepass, waste
pass, man way atau simply prospecting. Dalam pemecahan ini jarak horizontal
(hipotenusa dari koordinat triagle) telah didapat. Adanya perbedaan elevasi akan
menimbulkan garis singgung pada sudut vertikal. Jarak yang benar diperoleh
dengan rumus-rumus trigonometri atau dengan rumus √H 2+D2 .
Contoh :
Lihat gambar 2.8 berikut. Hitung bearing A – 216, bearing – A, sudut vertikal α,
slope distance, sudut lurus 215 – 216 – A dan sudut lurus 111 – A – 216
Gambar 2.8 Dua drift yang dihubungkan dengan reise
Penyelesaian :
Perbedaan latitude = 4,310,51 – 4,156,22 = 154,29 ft
Perbedaan departure = 6,451,46 – 6,306,24 = 145,22 ft
HD A – 216 = √145,222+154,292
= 211,88 feet
Bearing = tan-1 =
145,22154,29 = 430
16’
Bearing A – 216 = S 430 16’ E
Bearing 216 – A = N 430 16’ W
tan-1 = 109,48206,88
= 270 53’
SD = 206,88 : Cos 270 53’ = 234,1 feet
Sudut lurus :
215 – 216 –A = (3600 - 430 16’) + 1800 - 470 30’ = 890 14’
111 – A - 216 = (1800 - 430 16’) + 1800 - 500 00’ = 2560 44’
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di
permukaan dan di kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari
shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar
opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau
menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena
adanya beda tinggi atau altitude.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Shaft Plumbing adalah :
Reels (glondong/gulungan), Wire centering device (peralatan kawat
centering), Screw shifter, Plum bobs, Wire (kawat), Chain link (rangkain mata
rantai), dan Type transit.
Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah :
1. One Shaft Methode
a. Coplaining (wiggling atau jiggling)
b. Triangulation
c. Gabungan antara a dan b (special cases and b)
2. Two Shaft Methode
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2012. Kuliah Ilmu Ukur Tambang.
http://rafiedbungsu.blogspot.com/2012/06/materi-kuliah-ilmu-ukur-tambang.html
Anonim., 2013. Ilmu Ukur Tambang. http://www.michanarchy.com/2013/04/ilmu-
ukurtambang.html
Anonim., http://kiradminner.blogspot.com/
Muchlis, Ermanto., 2013. Ilmu Ukur Tambang.
http://ermantomuchlis.blogspot.com/2013/05/ilmu-ukur-tambang.html