seminarEKW40_ERIKv2

21
BOGOR, OCTOBER 12, 2006 PROGRAM STUDI DIPLOMA III EKOWISATA – DKSHE – FAHUTAN IPB PROGRAM STUDI DIPLOMA III EKOWISATA – DKSHE – FAHUTAN IPB BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Transcript of seminarEKW40_ERIKv2

Page 1: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

PROGRAM STUDI DIPLOMA III EKOWISATA – DKSHE – FAHUTAN IPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA III EKOWISATA – DKSHE – FAHUTAN IPB

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 2: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

STUDI POTENSI WISATA PERDESAAN (RURAL TOURISM)

DI DESA MANGUNKERTA KABUPATEN CIANJUR

OLEH : ERIK KURNIAWAN

PEMBIMBING : Ir. RACHMAD HERMAWAN, M. Sc. F.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III EKOWISATADEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 3: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor Pariwisata

Green Tourism atau Sustainable Tourism

EcoVillage, Village Attraction, Social Traditions, Nature Resources

Potensi Pasar Pariwisata

Wisata Alam

WISATA DESA

Wisata Budaya

Wisata PetualanganEKOWISATA

DESA MANGUNKERTA, KECAMATAN CUGENANG, KABUPATEN CIANJUR

STUDI POTENSI WISATA PERDESAAN (BIO-FISIK)

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 4: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

Tujuan

Manfaat

Mengkaji potensi wisata perdesaan di Desa Mangunkerta yang meliputi aspek:

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak swasta yang akan mengembangkan bisnis wisata perdesaan (rural tourism) di Desa Mangunkerta,

2. Sebagai bahan referensi dan pembanding bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan kajian tentang wisata perdesaan (rural tourism) di Desa Mangunkerta Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat.

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

1. Sumberdaya alam (bio-fisik) Desa Mangunkerta.

2. Harapan masyarakat (keinginan dan kesiapan) masyarakat terhadap penerapan kegiatan wisata perdesaan (rural tourism) di Desa Mangunkerta.

3. Rekomendasi strategis (prospek dan strategi) pengembangan wisata perdesaan (rural tourism) melalui pendekatan SWOT.

Page 5: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Mangunkerta Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat (DAS Cianjur Tengah). Penelitian dilakukan selama ± 1,5 bulan yakni pada bulan Juni sampai dengan Juli 2006.

Tahapan PenelitianPenelitian dilakukan melalui lima tahapan berikut :

1. Pengumpulan Data Sekunder

2. Pengumpulan Data Primer

3. Pengolahan dan Analisis Data yang Berhasil Dikumpulkan (Data Primer dilengkapi Data Sekunder)

4. Sintesis dan Pembahasan (Pengambilan Keputusan)

5. Penerapan Wisata Perdesaan.

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 6: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

NO KEGIATAN TUJUAN METODE OUTPUT

1. Pengumpulan Data Sekunder

Untuk mendapatkan data awal kondisi umum lokasi, sosial masyarakat, dan data pola kehidupan masyarakatnya.

1) Studi Pustaka: sumber Pemda Cianjur/Pemkab Cianjur, Dinas Perhubungan dan Pariwisata Cianjur

2) Penelusuran data penelitian sebelumnya: sumber skripsi, tesis dan disertasi dengan kasus tempat DAS Cianjur dan Desa Mangunkerta

3) Penelusuran di Internet: diantaranya di alamat website www.google.co.id; www.yahoo.com; www.cianjur.go.id

1. Data Kondisi Umum Kawasan

a. Letak dan luas kawasan

b. Topografic. Iklimd. Sosial kependudukane. Peta lokasif. Kebijakan rencana

tata ruang wilayah Kab. Cianjur

2. Sosial budaya masyarakat dan pola kehidupan masyarakatnya.

2. Pengumpulan Data Primer

Untuk mendapatkan data potensi sumberdaya alam (bio-fisik) dan keunikan budaya masyarakat sebagai potensi wisata perdesaan.

1) Observasi lapang (survey non- experimental)

2) Wawancara dengan tokoh masyarakat, pemuka agama, serta masyarakat lokal

3) Studi pustaka: sumber data profil Desa Mangunkerta dan arsip Desa

4) Fotografi (contoh foto yang diambil diantaranya: lanskap-panorama desa, persawahan, aktivitas budaya, pola kehidupan masyarakat)

1) Data potensi wisata perdesaan dan tata letaknya, ditinjau dari aspek:

a. Ekologi kawasanb. Fisik kawasan

2) Data potensi keunikan budaya masyarakatnya (atraksi budaya, permainan rakyat, makanan khas, sistem adat)

3) Data sarana pendukung lokal yang tersedia (misalnya: home-stay, saung/pondok)

Tabel 1. Tahapan Penelitian Studi Potensi Wisata Perdesaan

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 7: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

3 Pengolahan dan Analisis Data yang berhasil dikumpulkan (Data Primer dilengkapi dengan data sekunder)

Untuk menyederhanakan data yang berhasil dikumpulkan agar bisa dipahami maksud dari adanya data tersebut sekaligus menganalisis data tersebut dengan pendekatan SWOT

1. Analisis deskriptif kuantitatif, menyederhanakan dan mentabulasi data menjadi data yang layak digunakan dalam analisis selanjutnya.

2. SWOT [penentuan langkah terencana dengan pertimbangan 4 strategi (matriks SWOT): ST, SO, WT, WO] (Rangkuti, 2005)

1. Faktor internal kawasan: aspek ekologis; daya tarik/potensi wisata; kesiapan, harapan dan keramahan masyarakat lokal

2. Faktor eksternal: Aksesibilitas, kebijakan yang berlaku (wisata dan tata ruang), pemda, kondisi sosial budaya masyarakat.

4 Sintesis dan Pembahasan (Pengambilan Keputusan)

Untuk menghasilkan data dan strategi alternatif yang valid dan berguna untuk rencana penerapan/pengembangan wisata perdesaan di Desa Mangunkerta

1. Metode deskriptif struktural dengan proses tahap pemecahan masalah dengan memperkecil kendala dan menggali potensi yang ada (berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan)

2. Overlay sumberdaya yang tersedia dengan deskriptif pendugaan dampak aktivitas wisata

3. Metode pertimbangan strategis untuk penerapan wisata perdesaan ditinjau dari aspek fisik – ekologis (bio-fisik) dan budaya masyarakat lokal.

1. Strategi alternatif pengembangan Desa Mangunkerta menjadi daerah tujuan wisata perdesaan (rural tourism destination)

2. Strategi alternatif penerapan wisata perdesaan di Desa Mangunkerta secara optimal ditinjau dari aspek bio-fisik dan budaya masyarakat

3. Strategi alternatif penyediaan sarana pendukung lokal yang ramah lingkungan

4. Strategi alternatif kegiatan wisata perdesaan berdasarkan potensi yang ada dengan tetap mempertahankan keaslian lingkungan alaminya (minimally effect of tourism activities).

5 Penerapan Wisata Perdesaan

Untuk menghasilkan rekomendasi strategis mengenai penerapan/ pengembangan wisata perdesaan di Desa Mangunkerta Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat.

Pemilihan strategi alternatif pengembangan/penerapan wisata perdesaan di Desa Mangunkerta ditinjau dari aspek bio-fisik dan keunikan budaya masyarakat lokal.

Rekomendasi Strategis untuk penerapan/pengembangan wisata perdesaan (rural tourism) di Desa Mangunkerta Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat.

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 8: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

ADDITIONAL INFORMATION

Page 9: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Wisata Perdesaan di Desa Mangunkerta

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Indikator :

Bio-fisik Kawasan

Budaya Masyarakat Lokal

Letak GeografisIklimTanah dan Topografi

AirBiotaBunyiPemandanganArsitektur Bangunan

Pola Permukiman (Pola Ruang)

Karakter SosialKarakter Spiritual

Po

ten

si W

isat

a P

erd

esa

an

:

Page 10: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

Keinginan dan Kesiapan Masyarakat terhadap Penerapan Kegiatan Wisata Perdesaan (Rural Tourism) di Desa Mangunkerta

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Indikator Keberlanjutan Masyarakat dalam Kerangka Ecovillage (Nurlaelih, 2005)

Tabel 2. Tingkat Keberlanjutan Masyarakat Total di Lokasi Penelitian – Desa Mangunkerta (Sumber : Nurlaelih, 2005)

No Aspek Nilai / Value

1. Ekologis 215/B**

2. Sosial 252/B**

3. Spiritual 299/B**

Total 766/B***

Ket : ** A/333+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan B/166-332 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan C/0-165 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai

keberlanjutan

*** A/999+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan B/500-998 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan C/0-449 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai

keberlanjutan

Page 11: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

Prospek dan Strategi Pengembangan Wisata Perdesaan (Rural Tourism) melalui Pendekatan SWOT yang Ditinjau dari Aspek Hasil Identifikasi Potensi Wisata dan Kesiapan serta Keinginan Masyarakat

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

DIAGRAM ALIR PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KONSEP WISATA PERDESAAN DI LOKASI PENELITIAN

PROSPEK PENGEMBANGAN HASIL IDENTIFIKASI POTENSI

HASIL RUMUSAN MATRIKS SWOTSTRATEGI PENGEMBANGAN

Bio-fisik kawasanBudaya masyarakat setempatTingkat keberlanjutan masyarakat (Nurlaelih, 2005)

KO

NS

EP

WIS

AT

A P

ER

DE

SA

AN

DI D

ES

A M

AN

GU

NK

ER

TA

Strategi SOStrategi STStrategi WOStrategi WT

Minimally negative effect of tourismOptimalisasi fasilitas lokalOptimalisasi ekonomi lokalNature environment strong point

Hasil penelitian menunjukan bahwa Desa Mangunkerta cocok untuk dijadikan sebagai daerah / kawasan tujuan wisata perdesaan Sustainable Rural Tourism Destination Area

Page 12: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

1. Potensi bio-fisik kawasan yang dapat menjadi daya tarik wisata perdesaan berkelanjutan, meliputi aspek letak geografis, iklim, tanah dan topografi, air, biota (flora dan fauna), bunyi dan pemandangan, pola permukiman / pola ruang, serta arsitektur bangunan.

2. Hasil penelusuran tingkat keberlanjutan masyarakat sebagai indikator kepastian keinginan dan kesiapan masyarakat setempat untuk mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan wisata perdesaan yang berkelanjutan yang ditinjau pada tiga aspek penting (ekologis, sosial dan spiritual) merupakan salah satu pendukung dan penjamin berlangsungnya kegiatan wisata secara berkelanjutan (sustainable tourism). Berdasarkan hasil penilaian, ternyata indikasi tingkat keberlanjutan masyarakat di Desa Mangunkerta menunjukkan suatu awal yang baik menuju ke arah keberlanjutan (baik itu aspek ekologis, sosial atau pun spiritual). Sehingga, hal tersebut dapat menjadi peluang terlaksananya konsep wisata perdesaan berkelanjutan yang ditinjau dari aspek ekologis, sosial dan spiritual kawasan.

3. Penerapan konsep wisata perdesaan yang berkelanjutan (sustainable rural tourism) memerlukan langkah-langkah jitu (aksi / strategi jitu). Strategi jitu dirumuskan melalui analisis matriks SWOT, dikarenakan dengan perantara dan bantuan teknik Matriks SWOT, dapat ditemukan strategi yang tepat untuk mengatasi dan mengambil kesempatan bagi penerapan konsep wisata perdesaan di Desa Mangunkerta Kabupaten Cianjur yang menjadi fokus analisis ini. Strategi alternatif / rekomendasi strategis penerapan konsep wisata perdesaan (hasil rumusan analisis matriks SWOT) yang ditinjau secara umum terdiri dari 14 rekomendasi strategis berikut adanya strategi berupa upaya optimalisasi fungsi penggunaan ruang untuk kegiatan wisata perdesaan dan fungsi lainnya (misal : fungsi pertanian, perladangan, perkebunan, talun); perbaikan sistem drainase serta perbaikan dan perlindungan terhadap bangunan tradisional. Hal ini dikarenakan kawasan yang terletak pada ketinggian 700 – 1000 m dpl ini merupakan kawasan yang cocok apabila diperuntukan sebagai daerah tujuan wisata (berdasarkan pertimbangan sumberdaya alam – biofisik).

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 13: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

Saran

1. Mengundang para investor untuk menggarap peluang kekosongan rantai nilai (value chain) dari kegiatan penerapan wisata perdesaan di Desa Mangunkerta; seperti pengelolaan, penyediaan sarana penunjang wisata dan penyediaan jasa wisata lainnya. Melibatkan partisipasi aktif penuh dari masyarakat dalam kegiatan dan program penerapan wisata perdesaan sehingga tercapai suatu kondisi yang saling menguntungkan antar pelaku yang terlibat dalam kegiatan penerapan dan pengelolaan wisata perdesaan yang berlokasi di Desa Mangunkerta Kabupaten Cianjur.

2. Untuk menghindari benturan yang akan terjadi pada masa datang yang berakibat pada kerugian semua pihak, maka penerapan wisata perdesaan ini harus memperhatikan nilai-nilai yang ada dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat, khususnya masyarakat setempat, yang dapat merusak budaya mereka serta nilai-nilai agama yang dianut.

3. Dalam penerapan wisata perdesaan harus memperhatikan isu dan aspek lingkungan yang nantinya akan menjadi sorotan tajam secara nasional dan internasional, jika isu ini dapat dikelola dengan baik, maka akan menjadi “strong point” terhadap nilai jual dari obyek dan atraksi wisata (potensi wisata) yang ada di Desa Mangunkerta.

4. Perlu penelitian lebih lanjut tentang tata ruang lokasi wisata perdesaan, karena faktor-faktor dalam analisis SWOT baik faktor internal maupun faktor eksternal belum memuat pendekatan spasial (ruang), dimana pendekatan spasial memiliki relevansi dalam pengembangan kawasan karena dapat menggambarkan pemanfaatan dan pengendalian kawasan.

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 14: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

DAFTAR PUSTAKABappeda Kabupaten Cianjur. 2005. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur : 2005 – 2015. Pemerintah Kabupaten

Cianjur. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Cianjur. Cianjur. 197 hal.

Hendarto, KA. 2003. Ekowisata: Sebuah Diferensiasi Produk Pariwisata di Indonesia Pasca Tragedi Bali “12 Oktober 2002”. Jurnal PDF. Majalah Usahawan No. 01 Tahun XXXII Januari 2003. Website: www.google.co.id. (4 Maret 2006).

Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa. 2005. Potensi Desa serta Profil Desa dan Profil Kelurahan : Desa Mangunkerta Kecamatan Cugenang. Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa. Pemerintah Kabupaten Cianjur.

Nurlaelih, EE. 2005. Aplikasi Konsep Desa Berkelanjutan (Ecovillage) dalam Pengelolaan Lanskap Perkampungan Tradisional (Studi Kasus : Perkampungan Sunda di DAS Cianjur, Jawa Barat). Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Puspar UGM. 2003. Pengembangan Model Pariwisata Perdesaan sebagai Alternatif Pembangunan Berkelanjutan (Identifikasi Potensi untuk Perencanan Pengembangan Model Pariwisata Perdesaan). Html File: Abstrak Penelitian. Puspar Library. Center for Tourism Studies Gadjah Mada University. Yogyakarta. Website: www.pusparugm.org/pdln2003/. (4 Maret 2006).

Rahardjo, B. 2005. Ekoturisme Berbasis Masyarakat dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Buku Manual. Penerbit Pustaka Latin. Bogor. 108 hlm.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 188 hlm.

Sihite, R. 2000. Tourism Industri. SIC. Surabaya.

Suwantoro, G. 2002. Dasar–dasar Pariwisata. ANPI. Yogyakarta. 108 hlm.

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. Arsip Negara. Direktorat Jenderal Pariwisata dan Direktorat Bina Pariwisata Nusantara Tahun 1997. Jakarta. 32 hlm.

Yoeti, OA. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Angkasa. Bandung. 347 hlm.

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 15: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006

TERIMA KASIH

HATUR NUHUN

BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Page 16: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN ECO-RURAL TOURISM

Tata Guna Lahan Alami di Lokasi Penelitian : (a) Talun Bambu dan (b) Lahan Pertanian yang disertai Kolam Penampungan Air

(a) (b)

Ireng84 Documentation Ireng84 Documentation

POTENSI BIO-FISIK KAWASAN SUMBER AIR DARI TATA GUNA LAHAN

Page 17: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

Nu

rlae

lih

Do

cum

enta

tio

n

Aliran Air di Tengah Permukiman sebagai

Salah Satu Sumber Bunyi di Lokasi Penelitian

SUMBER BUNYI

DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN ECO-RURAL TOURISMP

OT

EN

SI B

IO-F

ISIK

JENIS TANAMAN YANG TERIDENTIFIKASI

No Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi

1 Cabe rawit Capsicum annum L. Sayur

2 Jambu air Syzygium aqueum Burm, f. Buah

3 Jambu biji Psidium guajava L. Buah

4 Jambu bol Syzygium malacenses L. Buah

5 Jeruk Citrus nobilis Lour Buah

6 Jeruk bali Citrus maximanus Buah

7 Kaktus Napalaea cochenilifera Hias

8 Mangga Mangifera indica L. Buah

9 Nangka Artocarpus integra Merr. Buah

10 Pisang Musa paradisiaca L. Buah

11 Pisang hias Heliconia bihai L. Hias

12 Rasamala Altingia exelsa Norona Industri

13 Singkong Manihot esculenta Crantz. Pati

14 Surian Toona sureni (BL) Merr. Industri

Sumber : Observasi (2006).

Page 18: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006

(c)

Ireng84 Documentation Ireng84 Documentation

(a) (b)

Nurlaelih Documentation Nurlaelih Documentation

Pemandangan Lanskap (Visual) di Lokasi Penelitian,Positif : (a) Agroforestri (b) Talun Bambu; Negatif : (c) Tumpukan Sampah

PO

TE

NS

I BIO

-FIS

IK

PE

MA

ND

AN

GA

N

PO

SIT

IF

NE

GA

TIF

DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN ECO-RURAL TOURISM

Page 19: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN ECO-RURAL TOURISM

(b)(a)

Nurlaelih Documentation Nurlaelih Documentation

(a) (b)

Ireng84 Documentation Ireng84 Documentation

PO

TE

NS

I BIO

-FIS

IKP

EN

ING

GA

LA

N B

ER

SE

JAR

AH

DA

N A

RS

ITE

KT

UR

BA

NG

UN

AN

Peninggalan Sejarah berupa Bangunan Tradisional sebagai Potensi Wisata Perdesaan : (a) Rumah Panggung Berusia Ratusan Tahun; dan (b) Batu Gapura Masuk

Arsitektur Rumah Tradisional Sunda Berdasarkan Bentuk Atap : (a) Jolopong dan (b) Parahu Kumereb

Page 20: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN ECO-RURAL TOURISM

Potongan Pola Permukiman Desa Mangunkerta yang berada dalam Cakupan DAS Cianjur Tengah, Berdasarkan Tata Guna Lahannya

(Sumber: Lisnurita 2001 dalam Nurlaelih, 2005)

Page 21: seminarEKW40_ERIKv2

BOGOR, OCTOBER 12, 2006BOGOR, 21 NOVEMBER 2006DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN ECO-RURAL TOURISM

No Strategi Penerapan

1 Strategi memanfaatkan kekuatan dan mengisi peluang

a. Meningkatkan koordinasi antara Pemda dengan anggota masyarakat dalam program pelestarian dan peningkatan budaya, kesenian dan kerajinan setempat dalam kerangka konsep ecovillage.

b. Mengkoordinasikan kepada Pemda dan anggota masyarakat mengenai pentingnya konsep ecovillage untuk keberlanjutan wisata dan masyarakat seutuhnya.

c. Memanfaatkan keinginan dan harapan masyarakat yang sepenuhnya mendukung konsep ecovillage dalam rangka mewujudkan terlaksananya konsep wisata perdesaan yang berkelanjutan sebagai alternatif wisata yang mencakup peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) serta program Pemda (pelestarian dan peningkatan budaya, kesenian dan kerajinan setempat).

d. Menjalin kerja sama dengan pihak swasta (di bidang infrastruktur).

2 Strategi memanfaatkan kekuatan dan mengatasi ancaman

a. Meningkatkan wawasan masyarakat tentang pengelolaan limbah melalui pembelajaran dalam kerangka konsep ecovillage.b. Mencanangkan program pelestarian budaya yang didukung oleh partisipasi aktif masyarakat dan peraturan pemerintah daerah mengenai

pelestarian budaya.c. Menyusun paket wisata sebagai alternatif peningkatan ekonomi masyarakat; diperlukan partisipasi aktif masyarakat sebagai penyedia jasa dan

kegiatan wisata.

3 Strategi mengatasi kelemahan dan mengisi peluang

a. Meningkatkan fungsi bangunan masyarakat setempat dalam memenuhi standar fasilitas wisata agar dapat meminimalisir bangunan baru dengan fungsi yang sama.

b. Memperkaya khasanah budaya masyarakat dengan meningkatkan kualitas kegiatan khas berupa gotong royong dan memunculkan kegiatan khas lainnya (misalnya kerajinan sangkar burung) sebagai bukti nyata partisipasi aktif masyarakat dalam program pelestarian dan peningkatan budaya, kesenian dan kerajinan setempat.

c. Meningkatkan keterlibatan pihak swasta dalam penanaman saham wisata di Desa Mangunkerta, yakni sebagai penyedia lapangan kerja baru untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

4 Strategi mengatasi kelemahan dan menghadapi ancaman

a. Melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan wisata perdesaan yang berkelanjutan (sustainable eco-rural tourism).b. Meningkatkan wawasan dan partisipasi aktif masyarakat dalam penyediaan fasilitas wisata (home-stay, toilet, ruang kegiatan wisata) sebagai

alternatif fasilitas wisata yang ramah lingkungan (minimally effect of tourism facilities).c. Mempertahankan kegiatan khas gotong royong sebagai salah satu cara memunculkan kegiatan khas lainnya, sekaligus sebagai tindakan

preventif terhadap budaya luar.

Strategi Penerapan Wisata Perdesaan Hasil Analisis Matriks SWOT di Lokasi Penelitian