SCHOOL PROGRAM OF NURSING FACULTY OF MEDICAL AND … · 2013. 4. 11. · viii SCHOOL PROGRAM OF...

128
viii SCHOOL PROGRAM OF NURSING FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UNDERGRADUATED THESIS, August 2010 Nur Jannatun Na’im, NIM. 106104003507 Relation family support with level of anxiety Primipara mom (mother) Facing childbirth in health society center of Pamulang Sourth Districk of Tangerang. xxii + 89 pages, 15 tables, 5 charts, 6 attachment ABSTRACT Psychological problem was raising significantly, above all about the nuisance of emotional, the example was anxiety. There was anxiety when someone who having traumatic incident one of all was anxiety which be happened to primipara mom. Because pregnancy was dramatic period, which someone was having biological and psychological alteration, and adapting to new situation specially for women who will give birth to her baby. Women thought that pregnancy could grow naturally, but many of them felt anxious. Anxiety could hinder child birth procces, partianlarly in the third trimester. Research, the factor predisposisi of anxiety which could be learned by them on Stuart’s and Lairaia’s, were psychoanalysis, interpersonal, behavior, family support and biology, but the research was done in the health society centar of Pamulang, there was just family support interpersonal and behavior were just controller. The research used quantity approximation with design cross sectional technic of getting sample used total sample, about 52 woman. Data was collected on the health society center of Pamulang, June 2010. Bivariat analysis used analysis Multinominal logistic with α : 5%. Instruments which used by Zung Self Anxiety Scale (ZSAS), family support, interpersonal, and behaviour. The result of research, 15,4% of Primipara mom was not anxious and 84,6% them was anxious (65,4%). Having low anxiety and 19,2% having medium anxiety). On the bivariat analysis family support (p; 0,01) and interpersonal (p; 0,931) showed they had connection with anxiety, and behavior (0,931) hadn’t connection. Based on multivariate analysis, it could condude there were connection between family support and anxiety, the research had been be controlled with interpersonal and behavior (p:0,012). It be wanted, it could increase support to primipara mom by her family on the third trisemester, so that it could reduce anxiety which mother having. Key words: Family Support, Primipara, The Third Trimester, Anxiety Bibliography : 44 (1970-2009)

Transcript of SCHOOL PROGRAM OF NURSING FACULTY OF MEDICAL AND … · 2013. 4. 11. · viii SCHOOL PROGRAM OF...

viii

SCHOOL PROGRAM OF NURSING FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UNDERGRADUATED THESIS, August 2010 Nur Jannatun Na’im, NIM. 106104003507 Relation family support with level of anxiety Primipara mom (mother) Facing childbirth in health society center of Pamulang Sourth Districk of Tangerang. xxii + 89 pages, 15 tables, 5 charts, 6 attachment

ABSTRACT

Psychological problem was raising significantly, above all about the nuisance of emotional, the example was anxiety. There was anxiety when someone who having traumatic incident one of all was anxiety which be happened to primipara mom. Because pregnancy was dramatic period, which someone was having biological and psychological alteration, and adapting to new situation specially for women who will give birth to her baby. Women thought that pregnancy could grow naturally, but many of them felt anxious. Anxiety could hinder child birth procces, partianlarly in the third trimester. Research, the factor predisposisi of anxiety which could be learned by them on Stuart’s and Lairaia’s, were psychoanalysis, interpersonal, behavior, family support and biology, but the research was done in the health society centar of Pamulang, there was just family support interpersonal and behavior were just controller.

The research used quantity approximation with design cross sectional technic of getting sample used total sample, about 52 woman. Data was collected on the health society center of Pamulang, June 2010. Bivariat analysis used analysis Multinominal logistic with α : 5%. Instruments which used by Zung Self Anxiety Scale (ZSAS), family support, interpersonal, and behaviour.

The result of research, 15,4% of Primipara mom was not anxious and 84,6% them was anxious (65,4%). Having low anxiety and 19,2% having medium anxiety). On the bivariat analysis family support (p; 0,01) and interpersonal (p; 0,931) showed they had connection with anxiety, and behavior (0,931) hadn’t connection. Based on multivariate analysis, it could condude there were connection between family support and anxiety, the research had been be controlled with interpersonal and behavior (p:0,012). It be wanted, it could increase support to primipara mom by her family on the third trisemester, so that it could reduce anxiety which mother having. Key words: Family Support, Primipara, The Third Trimester, Anxiety Bibliography : 44 (1970-2009)

viii

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SKRIPSI, Agustus 2010 Nur Jannatun Na’im, NIM. 106104003507 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan Ibu Primipara Menghadapi Persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan xxii + 89 halaman, 15 tabel, 5 bagan, 6 lampiran

ABSTRAK Masalah kejiwaan di dunia mengalami peningkatan secara signifikan

terutama masalah gangguan emosional, salah satu gangguan yang banyak terjadi di masyarakat adalah kecemasan. Kecemasan dapat muncul saat seseoang menghadapi kejadian yang traumatik, salah satunya adalah kecemasan yang dialami ibu primipara trimester III, karena kehamilan merupakan periode dramastis, terjadi perubahan baik biologi, psikis,dan terjadi adaptasi terhadap lingkungan baru, terutama pada wanita yang baru akan melahirkan. Pada penelitian ini diteliti tentang faktor predisposisi kecemasan menurut Stuart dan Laraia yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi, Tetapi penelitian ini hanya dukungan keluarga yang diteliti. Sedangkan interpersonal dan behavior dijadikan sebagai pengontrol.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross sectional, tehnik pengambilan sampel menggunakan Total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Data dikumpulkan di Puskesmas Pamulang pada bulan Juli tahun 2010. Analisis bivariat menggunakan Multinomial Logistic dengan α = 5%. Instruments yang digunakan Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) , dukungan keluarga, interpersonal, dan behavior.

Hasil penelitian didapatkan, sebesar 15.4% ibu primipara tidak cemas dan 84.6% ibu primipara mengalami kecemasan ( cemas ringan 65.4 % & dan cemas sedang 19.2%). Pada analisis bivariat, dukungan keluarga (p=0.0001) dan interpersonal (p=0.001) menunjukkan terdapat hubungan dengan kecemasan, sedangkan behaviour (0.937) tidak ada hubungan dengan kecemasan. Berdasarkan analisis Multivariat, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behaviour (p=0.012).

Kata Kunci: dukungan keluarga, Primipara, Trimester ketiga, kecemasan. Bibliography : 44 (1970-2009)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU

PRIMIPARA MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS PAMULANG KOTA

TANGERANG SELATAN

Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat pada Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gelar

Sarjana Keperawatan (S. Kep)

NUR JANNATUN NA’IM

106104003507

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010 M / 1431 H

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU

PRIMIPARA MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS PAMULANG KOTA

TANGERANG SELATAN

NUR JANNATUN NA’IM

106104003507

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010 M / 1431 H

Wahai Alloh yang maha Mulia, Mahadermawan, percikanlah ke dalam hati dan pikiranku

semangat untuk menolong hamba-hamba MU yang membutuhkan aku, jangan biarkan

daku di kuasai perasaan takut miskin dan sengsara. Bangkitkan dalam jiwaku bahwa

aku mempunyai sesuatu yang bisa di berikan kepada orang lain.

Wahai Alloh, pelabuhan tempatku menambatkan cita-cita dan harapan. Anugrahilah aku

dengan semangat untuk terus berjuang di tengah kesulitan yang aku alami . jangan

biarkan aku menjadi manusia yang instan yang memperoleh sesuatu secara mudah tanpa

di dahului oleh kerja keras.

Semoga aku dapat memberikan yang terbaik untuk semua orang yang pernah hadir

dalam hidupku, baik ia mengukir suku, duka ataupun yang menyisakan luka. Ku yakin

semua itu adalah sebagian dari kisah yangharus ku lalui, yang semakin

mendewasakanku

Terima kasih untuk pake, make, saudaraku, keluarga di Klaten

Untuk bapak ibu guru, yang sabar dan ikhlas membimbingku

Sahabat yang selalu ada, Teman-teman seperjuangan.

BIODATA

Nama : Nur Jannatun Na’im

Tempat, tanggal lahir : Klaten, 10 april 1986

Agama : Islam

Alamat : Jl. H. Koweng no. 9 Ciputat Molek

No telp : 083892417090 / 082111773740

Nama orang tua

Ayah : Amad Suparman

Ibu : Sami

Riwayat pendidikan 1998-2001 SLTP 1 Delanggu

2001-2004 SMF/SAA Indonesia Jogjakarta

2006- sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prodi Ilmu Keperawatan

Pengalaman Bekerja 2004- Sekarang Asisten Apoteker Di Apotek Slipi

Farma

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vii

ABSTRAK ............................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xx

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xxi

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xxii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………...……………… 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………….……....... 8

C. Pertanyaan penelitian…………………………......................................... 8

D. Tujuan Penelitian…………………………………………..……….…… 9

E. Manfaat Penelitian……………………………………………….…….. 10

F. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………….…….. 11

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan…………………………………………………..………..... 11

1. Pengertian Kecemasan………………………………….….……..... 11

2. Jenis Kecemasan…………………………………………..……...… 11

3. Tingkat Kecemasan…………………………………….….…….…. 12

4. Rentang Respon Kecemasan……………………………..…….…….14

5. Respon Kecemasa………………………………………..…………. 14

6. Reaksi Kecemasan……………………………….……...…...…..… 16

7. Mekanisme Koping…………………………..………...……..…… 16

8. Gejala Kecemasan……………………………………………......... 17

9. Factor Pencetus…………………………………………….….......... 18

10. Mekanisme Pertahanan Kecemasan………………….…………..... 19

11. Alau Ukur Kcemasan…………...………………………….…….... 20

12. Tindakan Keperawatan………………..…………………..……….. 21

13 Terapi Farmakologi………………………………………………….24

14 Faktor Predisposisi…………………………………………………. 25

a. Psikoanalisa….. ……………………...………………………….25

b. Interpersonal…………………………………..…………………26

c. Behavior………………………………………………………….28

d. Keluarga ……………………………….………………………...30

xv

e. Biologi …………………………………………………...……...36

B. Kehamilan dan Persalinan sebagai pencetus kecemasan…………… ….37

1. Kehamilan……………………………………………….……………. ..37

2. Persalinan…………….…………………………………..…………… ..42

C. Kerangka Teori………………………………………….……………... 43

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISi OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep………………………………………..……………... 43

B. Hipotesis……………………………………………….………………. 44

C. Definisi operasional………………………………….………………… 48

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian………………………………………….…….……… 49

B. Lokasi dan waktu penelitian………………………………….………... 49

C. Populasi, sampel, dan teknik sampling………………………..……….. 49

1. Populasi…………...…………………………………..……………. .50

2. Sampel …………………………………………………….……….. 50

3. Besar sampel………………………………………………..………. 51

D. Kriteria sampel………………………………………………..………... 51

E. Pengumpulan data………………………………………………..…….. 51

1. Jenis data………………………………………………………..…... 52

2. Instrument data……………………………………………..………. 53

xvi

3. Prosedur pengumpulan data….………………………….………….. 54

F. Uji validitas dan reabilitas instrument……………………….………… 55

G. Pengolahan data……………………………………………….……….. 56

1. Editing………………….…………………….……………….…….. 56

2. Coding………………………………………………………..…….. 56

3. Entry data………………………………………………..………….. 56

4. Melakukan teknik analisis…………………………….……………. 56

H. Analisis data………………………………………………..…………... 57

1. Analis Univariat...………………………………….………. .57

2. Analisis Bivariat…………………………...…..…………….57

3. Analisa Multivariat……………………………..………… ...60

I. Etika penelitian……………………………………………….………... 60

1. Informed Consent………………………………….……….……….. 60

2. Anonimity (tanpa nama)…………………………………….………. 60

3. Kerahasiaan (confidentiality)……………………………….………. 60

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian………………………………….……….. 61

1. Letak wilayah…………………………………..……………...……. 61

2. Visi dan Misi Puskesmas Pamulang…………………………...…… 61

3. Program Puskesmas………….…………………..………….……… 62

xvii

4. Tenaga kerja……………………………………….……….……….. 63

B. Hasil Analisa Univariat…………………………………………….…... 64

1. Gambaran Kecemasan Ibu Primipara…………….………….…….... 64

2. Gambaran Dukungan Ibu Primipara……………………...………… 64

3. Gambaran Interpersonal Ibu Primipara…………….……………..….65

4. Gambaran Behaviour Ibu Primipara……………………...………… 67

C. Hasil Analisa Bivariat…………………………………..……………… 67

1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan…………………… 67

2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemasan…..…….…….… 68

4. Hubungan antara behavior dengan kecemasan……….…….………. 69

D. Analisis Multivariat…………………………………………..………....….. 74

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian …………………………………...…..……….. 75

B. Instrumen Penelitian………………………………………………….... 76

C. Interpretasi dan Hasil diskusi………………………………..…….…... 77

1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan……………….….. 77

2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemassan…………………82

3. Hubungan antara behavior dengan kecemasan ……….….….……... 84

4. Hubungan antara keluarga dengan kecemasan dikontrol interpersonal

dan behaviour……………….………………………………...…….. 85

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………..……………………………….... 86

xviii

B. Saran …………………………..………………………………...…….. 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xix

DAFTAR TABEL

No. tabel

2.1 Obat Anti ansietas ......................................................................................…. 41

3.1 Definisi Operasional………………………………………………………. … 38

4.1 Skala Kecemasan……………………………………………………………... 51

4.2 Skala Likert …………………………………………………………………….52

5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan……………………………………..63

5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga………………………………….…...64

5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan…….........65

5.4 Distribusi Frekuensi Interpersonal…………………………………………........66

5.5 Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan………….........67

5.6 Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan………………......68

5.7 Distribusi Kecemasan dengan dukungan keluarga……………………………...69

5.8 Distribusi Kecemasan dengan Interpersonal……………………………………70

5.9 Distribusi Kecemasan dengan Behaviour……………………………………….71

5.10 Hubungan antara variable dependen dengan independen………………...…...72

5.11 Model Variabel Multivariat…………………………………………………….73

xx

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

2.1 Pengaruh lingkungan terhadap Kesehatan Mental……………………… …..32

2.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap stres.........................................…..33

2.3 Stuart Model Adaptasi Berhubungan dengan Kecemasan ......................…..43

2.4 Kerangka Teori……………………………………………………………... 55

3.1 Kerangka Konsep……………………………………………………………………………………….56

xxi

LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat ijin penelitian

2. Informed consent

3. Kuesioner

4. Hasil analisa Univariat

5. Hasil analisa Bivariat

6. Hasil analisa Multivariat

xxii

DAFTAR SINGKATAN

ACTH : Adreno Cortico Tropin Hormone

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

FSH : Folicle Stimulating Hormone

GABA : Gamma Amino Butiric Acid

GH : Growth Hormone

HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

SSP : Susunan Syaraf Pusat

THT : Telinga Hidung dan Tenggorokan

WHO : World Health Organization

ZSAS : Zung Self Rating Anxiety Scale

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001 menjelaskan bahwa

status kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami

gangguan mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10%

populasi orang dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar

20% pasien teridentifikasi mengalami gangguan jiwa. Data WHO memperkirakan

peningkatan sekitar 5% - 10% untuk semua gangguan mental (WHO, 2005).

Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat secara

signifikan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia

prevalensi gangguan jiwa sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh

lebih besar yakni sebesar 11,6%. Tingginya angka gangguan emosional tersebut

mengindikasikan bahwa individu mengalami suatu perubahan emosional yang apabila

tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi patologi.

Salah satu masalah gangguan emosional yang sering ditemui di masyarakat dan

menimbulkan dampak psikologis cukup serius adalah ansietas/kecemasan. Menurut

Stuart dan Laraia (2005) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini

tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif dan dikomunikasikan

secara interpersonal.

2

Menurut Mauro dan Murray (2000) kecemasan merupakan suatu respon yang

diperlukan untuk hidup, namun bila tingkat cemas ini berat akan mengganggu

kehidupan baik secara kualitas maupun kuantitas. Kecemasan dapat disebabkan oleh

adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, pengalaman

traumatis akan perpisahan atau kehilangan, rasa frustasi akibat kegagalan dalam

mencapai tujuan dan ancaman terhadap integritas diri maupun konsep diri (Suliswati,

2005). Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-

hari adalah cemas saat menghadapi kejadian traumatik misalkan kecemasan

menghadapi persalinan terutama ibu yang pertama kali akan melahirkan.

Persalinan dan kehamilan merupakan suatu peristiwa yang membahagiakan bagi

seorang ibu dan seluruh keluarga. Selain itu juga merupakan saat yang paling

dramatis apalagi bagi ibu yang pertama kali mengalaminya. Pengalaman baru ini

memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan

dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya waktu menghadapi

persalinan. Menurut Gressman (1980), kehamilan melibatkan seluruh anggota

keluarga. Karena kehamilan adalah permulaan tidak hanya berkembangnya janin,

tetapi juga pembentukan baru dari sebuah keluarga dengan tambahan anggota dan

perubahan hubungan setiap anggota keluarga.

Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi

berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan

mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya menghadapi peran

baru, wanita mengubah konsep dirinya supaya siap menjadi orang tua. Pertumbuhan

3

ini membutuhkan penguasaan tugas-tugas tertentu, menerima kehamilan,

mengidentifikasi peran ibu, mengatur hubungan dengan pasangannya, membangun

hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri menghadapi

persalinan ( Stainton, 1984).

Trimester III merupakan klimaks kegembiraan emosi menanti kelahiran bayi,

terutama ibu primipara, yaitu seorang ibu yang baru melahirkan pertama kali (Bobak,

2004). Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika

bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah sehingga menyebabkan calon ibu

mudah lelah dan tergantung pada pasangan atau orang lain di sekitarnya. Calon ibu

menjadi lebih introspektif dan mulai banyak memikirkan dan mencemaskan

persalinan, kelahiran, dan bayinya. Hal ini membuat ibu mulai protektif terhadap bayi

yang sedang berkembang dan mencoba menghindari sesuatu yang dapat mengurangi

kesejahteraannya (Hamilton, 1995).

Hal senada juga di ungkap oleh Kartono (1992) bahwa pada usia kandungan tujuh

bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan

mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Pada trimester ini merupakan masa riskan

terjadinya kelahiran bayi prematur sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada

ibu hamil.

Hal yang mempersulit proses persalinan selain bersifat klinis seperti plasenta

previa, suasana psikologis ibu yang tidak mendukung ternyata ikut andil. Misalkan, ibu

dalam kondisi cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, sehingga pada

akhirnya berujung pada stres. Cemas yang berlebihan menyebabkan kadar hormon

4

stres meningkat (beta-endorphin, hormon adrenokortikotropik [ACTH], kortisol dan

epinefrin). Efek kadar hormon yang tinggi dalam menghambat persalinan dapat

dikaitkan dengan persalinan distosia. Cemas yang berlebihan dapat menghambat

dilatasi seviks normal, sehingga dapat meningkatkan persepsi nyeri dan

mengakibatkan persalinan lama (Bobak, 2004).

Kecemasan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi tubuh, menyebabkan

keletihan bahkan mempengaruhi kondisi janin dalam kandunganya. Kondisi inilah

yang mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan

rahim ikut menjadi kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Tidak hanya itu, emosi

yang tidak stabil dapat membuat rasa sakit yang meningkat. Menjelang persalinan, ibu

hamil membutuhkan ketenangan agar proses persalinan menjadi lancar tanpa

hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi persalinan maka persalinan akan berjalan

semakin lancar (Zaenal, 2002).

Menurut Todd dalam Irma (2002), melaporkan kecemasan selama kehamilan

menyebabkan depresi postpartum 20 responden dari 300 responden. Hasil penelitian

mengindikasikan beratnya perubahan suasana emosi pada periode postpartum

berkorelasi dengan beratnya kecemasan selama kehamilan. Penelitian lain juga

menemukan bahwa antara kecemasan berat dan sikap permusuhan selama kehamilan

berkorelasi secara positif dengan depresi postpartum (Hayworth, 1980).

Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengatasi masalah kecemasan

yang dialami ibu hamil. Perawat harus dapat mengenali gejala kecemasan dan

mengurangi kecemasan ibu hamil dengan memberikan penjelasan mengenai

5

kehamilan, persalinan, kecemasan dan efek kecemasan pada ibu hamil dan janin.

(Dagun, 1991).

Hasil penelitian oleh Anik (2008) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I kecamatan

Tanon, Sragen, data tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan sebanyak 422 kelahiran

hidup. Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang baru pertama menghadapi

persalinan mengatakan bahwa terdapat 20% ibu yang mengalami kecemasan.

Penelitian Astuti (2005) mengenai kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh

cemas ringan (46%), sedang (50%), dan berat (4 %). Penelitian Yuliana (2008),

mengenai gambaran kecemasan pada ibu hamil Trimester III, dari 51 responden yang

diteliti diperoleh tidak mengalami cemas (49%), ringan (47.1%), dan sedang (3.9%).

Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada beberapa faktor yang menyebabkan

kecemasan antara lain:, interpersonal, behaviour, biologi, dan keluarga. Pada

penelitian ini yang diteliti adalah keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan

yang dimiliki setiap individu, lingkungan ini yang membentuk kepribadian seseorang

dari kecil hingga dewasa, dan dalam keluaraga yang sering muncul adalah dukungan.

Sedangkan faktor psikoanalisa dan biologi tidak diteliti karena kedua hal ini terjadi

dibawah alam sadar seseorang dan tidak disadari. Pada interpersonal dan behavior,

tidak diteliti karena ada perbedaan respon tiap individu dan tidak dapat diukur secara

objektif.

Dukungan keluarga baik yang dimiliki calon ibu akan menunjukkan perasaan

tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, atau sebaliknya.

Seseorang yang memiliki dukungan yang kurang dalam kehidupannya,maka

6

cenderung akan terlihat kurang peduli. Ketika memiliki dukungan keluarga diharapkan

wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih

mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.

Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan orang terdekat akan

menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu (Dagun, 1991).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang, pada

tanggal 23 Juni 2010 didapatkan hasil bahwa dari 5 orang ibu primipara terdapat 3 ibu

mengatakan khawatir menghadapi persalinan. Pengamatan yang kami lakukan terkait

dukungan keluarga, hampir 80% ibu hamil yang melakukan ANC ditemani oleh suami

atau salah satu anggota keluarganya.

Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwasanya kehamilan dan persalinan

merupakan tugas yang sangat berat :

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua

orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu (QS. Luqman 14).

7

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu

bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan

susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,

sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

"Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau

berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang

saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)

kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya

Aku termasuk orang-orang yang berserah diri"(QS. Al Ahqaaf 15).

Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III

terutama ibu Primipara, ternyata tidak hanya mempunyai dampak secara psikologis,

tetapi juga berpengaruh pada fisik ibu. Ketika kecemasan yang dialami ibu tidak

ditangani maka akan berdampak saat ibu melahirkan, meningkatkan persepsi nyeri

ibu dan memperlama proses persalinan. Karena itu kami tertarik untuk meneliti tentang

8

salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu dukungan keluarga pada ibu

primipara menghadapi persalinan.

B. Rumusan Masalah

Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa

dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Jika hal

ini dibiarkan terjadi, maka akan memperlama proses persalinan dan meningkatkan

persepsi nyeri. Hal ini berakibat resiko kematian pada saat persalinan.

Menurut Stuart & Laraia (2005) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya

kecemasan, yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, dan biologi tetapi

penelitian ini yang diteliti adalah Dukungan Keluarga, karena dukungan keluarga

sangat berperan dalam menjaga dan mempertahankan integritas fisik maupun psikologi

(Taylor, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang

adanya hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primipara menghadapi

persalinan.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran dukungan keluarga ibu primipara trimester III dalam

menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?

2. Bagaimana gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi

persalinan di Puskesmas Pamulang ?

3. Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara

dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?

9

4. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol

interpersonal dan behavior ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan menghadapi

persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu

primipara trimester III dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

b. Mengidentifikasi gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam

menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

c. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara

dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah

dikontrol interpersonal dan behavior.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan keperawatan

Untuk mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada ibu primipara trimester III

menghadapi persalinan, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan terutama

saat melakukan pengkajian terkait kondisi psikologis ibu.

10

2. Bagi tenaga kesehatan

Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya

Puskesmas Pamulang yang menangani ibu hamil untuk menyusun upaya-upaya

yang sesuai dalam mengatasi dan mengurangi kecemasan ibu primipara trimester

III, terutama untuk health promotion dan health prevention.

3. Bagi pendidikan

Dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu khususnya ilmu

keperawatan maternitas mengenai penatalaksanaan sewaktu ANC dan keperawatan

jiwa tentang penyebab kecemasan.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan

pengembangan ilmu berkaitan dengan kecemasan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan dan

dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol dengan variabel lain yaitu

interpersonal dan behaviour. Serta melihat sejauh mana faktor tersebut berhubungan

terhadap kecemasan. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang 2010, karena

Puskesmas Pamulang mempunyai jumlah ibu primipara tertinggi dibanding

Puskesmas lain di Tangerang Selatan. Populasi penelitian ini adalah ibu primipara

trimester III (7-9 bulan), dan yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang 2010.

11

Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan

penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling, yaitu

menggunakan populasi sebagai sampel sebanyak 52 orang.

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari

kehidupan. Kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika,

menyerang antara 10%-25% populasi. Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang

dirinya dan hubungan dengan yang lain. Kecemasan merupakan ketakutan yang

bercampur baur samar-samar dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan

tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan. Kecemasan

merupakan pengalaman yang menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di

sepanjang kehidupan (Stuart dan Laraia, 2005).

Menurut Post (1978:57-86), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak

menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan,

ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud

(dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu

perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti

perubahan detak jantung dan pernafasan.

2. Jenis Kecemasan

Menurut Hall dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita,

neurotik dan moral.

13

a. Kecemasan realita

Rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan

semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.

b. Kecemasan neurotik

Rasa takut instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu

yang dapat membuatnya terhukum.

c. Kecemasan moral

Rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup

berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan

dengan norma moral.

3. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami

oleh individu, yaitu :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah

kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk

belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

14

b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan

mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang

selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi

pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan

pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume

tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,

kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada

rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,

mudah lupa, marah dan menangis.

c. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan

berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi

yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,

tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi

menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan

keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,

bingung, disorientasi.

15

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami

kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini

adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan

inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,

menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

5. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon

adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif)

dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan

koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungional seperti individu

menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus

diri (Suliswati, 2005).

6. Respon Kecemasan

Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag

ketika mengalami kecemasan :

a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.

1) Kardio vaskuler

Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi

meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.

16

2) Respirasi

Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

3) Kulit

Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh,

rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

4) Gastrointestinal

Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea,

diare.

5) Neuromuskuler

Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,

kejang, wajah tegang, gerakan lambat.

b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

1) Perilaku

Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,

menghindar.

2) Kognitif

Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking,

bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir

yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-

lain.

3) Afektif

Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah.

17

6. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu.

a. Konstuktif

Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak

nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.

b. Destruktif

Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.

7. Mekanisme Koping

Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang

digunakan individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan

situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping

dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas

Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan

secara realistik. Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan dan

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Perilaku menyerang digunakan

untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan atau

mengorbankan aspek kebutuhan personal.

b. Mekanisme Pertahanan Ego

Membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme

tersebut berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan mencakup penipuan

18

diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif

terhadap stres.

8. Gejala Kecemasan

Orang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas

dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu

a. Fase 1 (satu)

Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan

diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh

merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan

noradrenalin. Karena itu maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di

otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Hal ini

menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri

dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan

antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat

pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme

peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf

fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).

b. Fase 2 (dua)

Gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur

dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak

ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah

menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah

19

menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang

dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan

kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada

keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam

diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat

sesuatu (Asdie, 1988).

c. Fase 3 (tiga)

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap

saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan

gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi

kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa

perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan

stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti, intoleransi dengan rangsang

sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah

mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai

gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

9. Faktor Pencetus Kecemasan

Menurut Stuart dan Laraia (2005), pencetus timbulnya kecemasan dapat

disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal

tersebut dibedakan menjadi:

20

a. Ancaman terhadap integritas fisik

Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang

untuk melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa

disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman

keselamatan, injuri; sedangkan sumber internal merupakan kegagalan

mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun, termoregulator

menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan.

b. Ancaman terhadap self esteem

Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan

integritas fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai kehilangan

seperti kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian, perubahan status

pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial; sedangkan sumber internal yaitu

kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam rumah, di tempat kerja, dan di

dalam masyarakat.

10. Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan

Beberapa mekanisme pertahanan digunakan untuk melawan kecemasan antara lain

adalah:

a. Represi

Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari

kesadaran (conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak

sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan.

21

b. Reaksi Formasi

Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan

tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk

yang lebih dapat diterima.

c. Proyeksi

Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu

impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya

melainkan milik orang lain.

d. Regresi

Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa

periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi

dan kecemasan yang saat ini dihadapi.

e. Rasionalisasi

Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman

kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat

diterima oleh kita.

f. Pemindahan

Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek

lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia.

g. Sublimasi

Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id,

sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri.

22

Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secarasosial bukan

hanya diterima namun dipuji.

h. Isolasi

Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima

dengan cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat,

merepresikannya dan bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.

11. Alat Ukur Kecemasan

Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton

Anxiety Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale

(ZSAS), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock,

1998). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety

Scale (ZSAS), yang merupakan instrumen yang dirancang untuk meneliti tingkat

kecemasan secara kuantitatif, kemudian dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Instrumen ZSAS dikembangkan oleh William W.K Zung (1997).

Batasan keadaan kecemasan adalah suatu pengalaman manusia yang universal

berbentuk respon emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh perasaan takut

dan khawatir terhadap ancaman bahaya yang tidak teridentifikasi dan bersumber pada

konflik-konflik di dalam diri sendiri, disertai gejala-gejala fisik disebabkan rangsangan

sistem syaraf simpatik. Berdasarkan analisis statistik, ZSAS mampu membedakan

dengan jelas penderita kecemasan dengan diagnosa lain dan juga hubungan antara

setiap pertanyaan dengan total skor yang didapat adalah bermakna.

23

12. Tindakan Keperawatan

Menurut Doenges, dkk (1995) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk

mengatasi koping individu yang tidak efektif pada diagnosa keperawatan ansietas

antara lain : mengkaji kapasitas fungsi saat ini, mengembangkan tingkat fungsi dan

tingkat koping, menentukan mekanisme pertahanan yang harus digunakan,

mengidentifikasi metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan,

mendengarkan secara aktif terkait masalah klien, dan identifikasi persepsi tentang apa

yang sedang terjadi, membantu klien mengidentifikasi efek maladaptif mekanisme

koping sekarang yang digunakan, memberi informasi tentang cara lain untuk

menghadapi kecemasan (misalnya, pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta

ketrampilan penyelesaian masalah).

Mc Closkey (1996) pada Nursing Intervention Classification menjelaskan

bahwa tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan

cara menenangkan dan menentramkan hati, menyatakan dengan jelas perilaku klien,

menjelaskan semua prosedur termasuk dampak maupun akibat selama perawatan,

memahami klien dalam mencari pandangan terhadap situasi yang menyebabkan stres,

menyediakan informasi berdasarkan fakta mengenai hasil diagnose keperawatan dan

prognosisnya.

Perawat juga menyediakan objek yang menandakan rasa aman, menggosok

pungung atau leher sesuai kondisi, mendorong aktivitas yang nyaman sesuai kondisi,

mendengarkan penuh perhatian, mendorong klien untuk mengungkapkan persepsi

maupun kecemasan yang dirasakan, mengidentifikasi ketika tejadi perubahan tingkat

24

cemas, menyediakan kegiatan yang sesuai ke arah pengurangan ketegangan membantu

klien dalam mengidentifikasi situasi yang menimbulkan kecemasan, membantu klien

dalam mengartikan suatu uraian realitas terhadap suatu peristiwa yang akan datang,

menentukan kemampuan klie dalam mengambil keputusan, menganjurkan klien untuk

menggunakan teknik relaksasi serta program pengobatan. Menurut pandangan

beberapa ahli, praktik intervensi lanjut untuk mengatasi kecemasan diantaranya :

a) Terapi kognitif

Varcorolis, dkk (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang

didasarkan pada keyakinan klien dalam kesalahan berpikir, mendorong pada

penilaian negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Selama proses restrukturisasi

pikiran, terapis membantu klien mengidentikasi pikiran negatif yang menyebabkan

kecemasan, menggali pikiran tersebut, mengevaluasi kembali situasi yang realistis

dan mengganti hal negatif yang telah diungkapkan dengan ide–ide yang

membangun.

b) Terapi perilaku

Berbagai jenis perilaku digunakan digunakan pembelajaran dan praktik secara

langsung dalam upaya menurunkan kecemasan atau menghindari. Videback (2000)

menegaskan bahwa terapi perilaku dipandang efektif dalam mengatasi gangguan

kecemasan terutama jika dikombinasikan dengan farmakoterapi.

c) Teknik relaksasi

Latihan relaksasi dilakukan melalui teknik pernapasan atau peregangan otot.

Menurut Stuart dan Laraia (2000) seseorang yang mengalami perasaan tidak

25

tentram, cemas dan stres psikologis. Jika diberikan suatu latihan relaksasi yang

terprogram secara teratur maka akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi,

mengurangi keingat dan frekuensi pernapasan.

d) Modelling

Terapis secara khusus memberikan role model dan mendemonstrasikan perilaku

yang sesuai dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien menirukan.

14.Terapi Farmakologi

Halloway (1996) menjelaskan bahwa terapi obat untuk gangguan kecemasan

diklarifikasikan menjadi anti ansietas yang terdiri, anxiolitik, transquilizer, sedative,

hipnotik, dan anti konvulsan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi

susunan syaraf pusat (SSP) kecuali buspiron (Buspar). Meskipun mekanisme kerja

yang tepat belum diketahui, obat anti ansietas menimbulkan efek yang diinginkan

melalui interaksi dengan serotonin, dopamine, dan reseptor neurotransmitter lain. Obat

anti ansietas digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan

somatoform, gangguan disosiatif, gangguan kejang, dan untuk pemulihan gejala

insomnia dan kecemasan.

Menurut Copel (2000), efek samping yang umum dari penggunaan obat anti

ansietas yakni, pada SSP (pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor,

letih, depresi, sakit kepala, kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak jelas),

kardiovaskuler (hipotensi ortostastik, takikardi, perubahan elektrokardigram), mata dan

THT (pandangan kabur, midriasis, tinnitus), gastrointestinal (anoreksia, mual, kering,

mulut kering, muntah). Kontra indikasinya yaitu, penyakit hati, klien lansia, penyakit

26

hati, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikosis, dan penyakit pernafasan yang telah

ada serta reaksi hipersensitivitas.

Tabel 2.1 Daftar Obat Ansietas

Nama Generik Dosis (Mg/ hari)

Alprazolam (xanax) 1- 4

Diazepam (Valium) 2 -40

Fluoxetine (Prozac) 20 – 60

Clomipramine (Anafranil) 50 – 250

Lorazepam (Ativan) 1 – 6

15. Faktor Prediposisi Kecemasan

a. Psikoanalisa

Pandangan psikoanalitik adalah bahwa dalam kasus tertentu kecemasan adalah suatu

sinyal dari kekacauan bawah sadar yang memerlukan pemeriksaan. Kecemasan dapat

normal, adaptif, maladaptif, terlalu kuat, atau terlalu ringan, tergantung pada keadaan.

Freud mengatakan bahwa prototipe dari semua anxietas adalah trauma masa lahir (Otto

Rank, 1986).

Janin saat dalam masa kandungan merasa dalam dunia yang nyaman, stabil dan aman

dengan setiap kebutuhan dapat dipuaskan tanpa ada penundaan. Tiba-tiba saat lahir

individu dihadapkan pada lingkungan yang berlawanan. Individu kemudian harus

beradaptasi dengan realitas, yaitu kebutuhan instinktual tidak selalu dapat ditemukan.

Sistem saraf bayi yang baru lahir masih mentah dan belum tersiapkan, tiba-tiba

27

dihadapkan dengan stimulus sensorik yang keras dan terus-menerus. Trauma lahir,

dengan peningkatan kecemasan dan ketakutan bahwa Id (aspek dari kepribadian yang

berhubungan dengan dorongan insting yang merupakan sumber energi psikis yang

bekerja berdasarkan prinsip kepuasan/pleasure principle dan selalu ingin dipuaskan) tidak

dapat terpuaskan merupakan pengalaman pertama individu dengan ketakutan dan

kecemasan.

Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu

termotivasi untuk memuaskan. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu

bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka

ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan

mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta

berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. Individu

juga dapat mengikuti kata hatinya.

b. Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Interpersonal penolakan

termasuk dalam peristiwa yang paling mempengaruhi dalam pengalaman orang.

Perasaaan penolakan, pengucilan, stigmatisasi, dan jenis lain dari penolakan memiliki

kekuatan untuk mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat. Akibatnya, orang

termotivasi untuk menghindari penolakan sosial, dan banyak perilaku manusia

tampaknya dirancang untuk menghindari pengalaman tersebut. Efek penolakan

28

interpersonal terhadap perilaku dan emosi, adalah pengantisipasian, dan trauma serta

mengakibatkan kecemasan.

Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal

transactions, membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan

perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan tidak berdaya, trauma

kehilangan, dan kematangan kepribadian.

Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman,

kehilangan kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga

diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian,

rasa tidak berdaya (Hudak&Gallo, 1995; Glenorae, 1993). Menurut Sullivan dalam

(2000) kecemasan dimulai pada awal hubungan antara bayi dan ibunya. Melalui

hubungan emosional inilah, kecemasan pertama kali disampaikan ibu kepada anaknya.

bayi merespon seperti ketika dia bersatu bersama ibunya. Ketika anak tumbuh dewasa,

dia akan melihat ketidak mampuan dalam setiap tindakannya, sehingga dapat

menimbulkan kecemasan. Adanya trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang

akhirnya menjadikan seorang rentan terhadap kecemasan. Kecemasan dapat pula timbul

dikemudian hari ketika dia kehilangan. Manusia adalah suatu sistem energi, yang salah

satu tugasnya adalah mengurangi ketergantungan disebabkan oleh kebutuhannya.

Individu yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami

kecemasan, sebab individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan

individu yang kepribadian tidak matang yaitu, bergantung pada orang lain. Orang ini

lebih peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami kecemasan.

29

c. Behaviour

Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu

yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli

perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan

keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan

muncul melalui classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi

kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah

dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).

Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang

disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan. Tujuan tersebut

mungkin terdapat halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri.

Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal

ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).

Penelitian psikologi percaya bahwa kecemasan dimulai dari peningkatan stimulus dari

luar. Kecemasan dalam perilaku dapat meliputi, hubungan dengan orang tua. Bagaimana

orang tua memandang sesuatu sebagai sumber kecemasan, maka anaknya akan berespon

sama terhadap hal tersebut. Jika orang tua sepenuhnya mempunyai potensi untuk

mengalami stress, seperti saat sendirian dan cemas terhadap sesuatu, sehingga respon emosi

yang berasal dari orang tua akan membuat anak belajar melakukan mengalami hal yang

sama (Stuart dan Laraia, 2005).

Kecemasan juga muncul berhubungan konflik, konflik ini ditemukan ketika seseorang

mengalami persaingan dan membuat suatu pilihan. Konflik menimbulkan cemas dan

30

kecemasan meningkatkan persepsi konflik yang dimanifestasikan perasaan tidak berdaya

(Stuart dan Laraia, 2005).

Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu

interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,

kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Keikutsertaan ciri-

ciri individual dalam interaksi sosial, menjadikan konflik situasi yang wajar dalam setiap

masyarakat. Konflik bertentangan dengan integrasi.

Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus dimasyarakat. Konflik yang

terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat

menciptakan konflik.

1) Faktor penyebab konflik.

a) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia

adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan

yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan

sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik

sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan

dengan kelompoknya.

b) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda.

c) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

2) Macam-macam konflik itu adalah :

31

a) Pendekatan-pendekatan

Seseorang mengejar tanggung jawab menguntungkan dan sangat diinginkan.

Konflik ini jarang menimbulkan kecemasan.

b) Pendekatan-penghindaran

Seseorang yang mengejar tujuan dan menghindari dalam saat yang sama.

c) Penghindaran-penghindaran

Seseorang yang memilih diantara 2 hal yang tidak diinginkan, kedua pilihan

tersebut merupakan hal yang tidak diinginkan.

d) Double Pendekatan- penghindaran

Orang yang dapat kedua hal yang menguntungkan dan aspek yang tidak

menguntungkan, keduanya merupakan pilihan.

6) Keluarga

Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga.

Kecemasan disebabkan adanya pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga. Studi

pada keluarga dan epidemiologi menunjukkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap

keluarga dalam berbagai bentuk dan sifat yang berbeda (Hettema, 2001). Suliswati

(2005) menerangkan bahwa riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan

mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan cara mengatasi

kecemasan.

Keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat saat

mengalami kejadian yang mengkhawatirkan. Segala hal yang mempengaruhi semua

anggota keluarga, maka akan mempengaruhi kecemasan yang dialami individu. Peran

32

keluarga dalam menimbulkan kecemasan meliputi, adanya konflik, dukungan keluarga

yang diberikan ketika menghadapi peristiwa penting dalam kehidupan.

Menurut Baron & Byrne (1991) dukungan keluarga berperan meningkatkan

kesehatan tubuh dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan

sebagai bantuan orang saat menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan dalam

hidup. Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet,

2004) membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial yang meliputi

1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap yang bersangkutan. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan

emosional yang dapat diberikan

a) Penerimaan yaitu tidak ada stigma dari keluarga untuk anggota keluarga.

b) Adanya komitmen dari keluarga terhadap kesejahteraan atau berbagi beban.

c) Keterlibatan sosial adanya kontak sosial dan suasana persahabatan.

d) Afektif, yaitu dengan menunjukkan cinta dan perhatian.

e) Adanya dukungan timbal balik.

2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang

lain, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan

dengan individu lain. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan

penghargaan yang dapat diberikan:

a) Penegasan keluarga memvalidasi tindakan, perasaan.

b) Mendengarkan aktif, mendukung individu, dan memberi pendapat.

c) Berbicara, yaitu memberikan anggota keluarga untuk mengeluarkan pendapat.

33

3) Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota

keluarga lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada

situasi tertentu.

4) Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan

balik.

5) Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu

kelompok tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga atau mempertahankan

integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998

dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan

mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka

diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Selain berperan dalam melindungi

seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh

positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan dukungan keluarga

yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).

Ada dua model utama yang dapat menjelaskan peranan dari dukungan keluarga

dalam menghadapi suatu peristiwa dan dampak dari stres yang sedang dihadapi

seseorang (Taylor, 2006), yaitu the direct effects dan the buffering model.

Berdasarkan the direct effects, dukungan keluarga melibatkan jaringan yang cukup

luas mempunyai dampak positif secara langsung bermanfaat bagi kesehatan dan

kesejahteraan seseorang serta dapat mengurangi kecemasan, ketidakberdayaan dan

keputusasaan. Seseorang yang sedang mengalami stres akan mendapatkan perasaan

34

dan pengalaman positif bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat

dukungan dari lingkungan sekitarnya. Adanya model yang memberikan contoh atau

gaya cara hidup sehat, penguatan tingkah laku sehat serta dorongan semangat dan

pengaruh orang yang berarti merupakan faktor–faktor dari lingkungan eksternal yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

Skema 2.2 Pengaruh lingkungan eksternal terhadap kesehatan mental.

Sedangkan menurut the buffering model, dukungan keluarga berpengaruh

tentang kesehatan dengan melindungi anggota keluarga dari dampak negatif yang

ditimbulkan oleh stres. Cohen (dalam Sarafino, 2004) menggambarkan dua cara model

ini. Pertama, ketika ada anggota keluarga yang menghadapi stres kuat dan menilai

dukungan keluarga yang tinggi maka orang terssebut dapat menilai rendah stressor

yang muncul dibandingkan dengan orang yang sedikit mendapat dukungan dari

lingkungan keluarga. Kedua, dukungan keluarga dapat memodifikasi reaksi seseorang

tentang stressor setelah melakukan penilaian sebelumnya. Orang yang tidak

Faktor lingkungan eksternal

(dukungan keluarga)

Penguatan tingkah laku

Pengaruh orang berarti

Dorongan semangat

Contoh / model

Sehat dan keadaan sejahtera

35

mendapatkan atau sedikit mendapatkan dukungan keluarga mempunyai kecenderungan

tinggi mengalami dampak negatif dari stres.

Skema 2.3 Pengaruh dukungan keluarga terhadap stress.

Menurut Richardson (1983) yang dikutip oleh Bobak, dkk, (1995), orang yang

paling penting bagi ibu hamil adalah ayah dari anaknya (suami). Ibu yang dirawat oleh

suaminya selama kehamilan mempunyai lebih sedikit gejala emosional dan fisik, lebih

komplikasi persalinan dan kelahiran dan lebih mudah penyesuaian post partum

(Grossman, dkk, 1980; May, 1982).

e. Dasar Biologi

Kajian biologis menunjukkan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat

nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan disertai dengan gangguan

fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart

dan Sundeen, 1998).

Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmitter

Gamma Amino Butiric Acid (GABA), yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak

yang berfungsi untuk pengeluaran kecemasan. Mekanisme kerja diawali dengan

penghambatan neurotransmitter di otak oleh GABA. Ketika persilangan di sinaps dan

Stres

Kurang dukungan keluarga Sakit

Dukungan keluarga

36

mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membrane post sinaps, maka saluran

reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi

penghambatan/reduksi sel yang dirangsang kemudian sel beraktifitas dengan lambat

(Stuart dan Laraia, 2005).

37

Respon Adaptif Respon Maladaptif

antisipasi ringan sedang berat panik

Bagan 2.3 Stuart model adaptasi berhubungan dengan kecemasan (2005).

Faktor predisposisi

Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi

Kekuatan koping

Mekanisme koping

Faktor presipitasi

Integritas fisik

System self esteem

Penilaian stressor

Konstruktif

Mekanisme pertahanan Ego

Reaksi berorientasi tugas

Destruktif

38

B. Kehamilan dan Persalinan Sebagai Pencetus Kecemasan

1. Kehamilan

Kehamilan menandai akan hadirnya manusia baru dengan segala kemungkinan,

harapan, kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin telah siap

menampung hasil pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu siap. Pengalaman

masa kanak-kanak, pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan atau pengalaman

sendiri pada kehamilan sebelumnya akan ikut mempengaruhi makna kehamilan

tersebut (Whalen, 1987).

Seorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalensi. Suatu perasaan

yang bersifat menginginkan dan menolak terhadap kehadiran bayinya. Perasaan

menginginkan, kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara bebas dan tidak

menimbulkan perasaan bersalah, ketakutan, dan kecemasan. Perasaan menolak kurang

dapat diekspresikan secara bebas serta kadang-kadang perasaan ini sebagian besar

tidak disadari. Perasaan menolak meliputi cemas dan takut akan sakit waktu

melahirkan, terutama kelainan pada persalinan sebelumnya, kehilangan sifat menarik,

perasaan tidak nyaman akibat pembesaran abdomen, terganggunya pekerjaan dan

aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas

atau bertanggung jawab sebagai ibu (Benson, R.C.,1984, Maramis,W.F,1986).

Pada kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, pada penelitian ini hanya trimester

ketiga yang dijelaskan karena trimester ini merupakan klimaks dari beberapa trimester

sebelumnya.

39

a.Trimester ketiga

Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata.

Sebagian belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang

lainnya dapat mengatasi kecemasan tersebut dengan baik . Alasan yang mungkin

menyebabkan peningkatan kecemasan adalah kecemasan mengenai ketakutan untuk

melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya ( Kosim, 1970).

Pada Trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar ibu akan merasakan berbagai

perasaan emosional yang berbeda-beda dan tubuh secara fisik juga mengalami

perubahan. Ibu akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Ibu

akan merasakan berbagai perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk

bertemu bayi baru anda. Mungkin juga kuatir dengan kesehatan bayi anda. Ibu mulai

berfikir tentang persalinan. Perubahan, tubuh secara fisik juga mengalami perubahan

pada trimester akhir ini. Beberapa perubahan yang terjadi pada kehamilan trimester

ketiga:

a) Payudara

Keluarnya cairan dari payudara yaitu colustrum adalah makanan bayi pertama yang

kaya akan protein.

b) Konstipasi

Pada trimester ke tiga ini konstipasi juga karena tekanan rahim yang membesar ke

daerah usus selain peningkatan hormone progesterone.

c) Pernafasan

Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas hal ini karena

40

tekanan bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu. Selain itu juga rasa

terbakar di dada (heart burn) biasanya juga ikut hilang. Karena berkurangnya

tekanan bagian tubuh bayi dibawah tulang iga ibu.

d) Sering BAK

Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin

menekan kandung kencing ibu.

e) Masalah Tidur

f) Varises

Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah

panggul dan vena di kaki. Hal ini menyebabkan vena menonjol. Pada akhir

kehamilan kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul.

h) Kontraksi Perut

Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi berupa rasa sakit yang

ringan, tidak teratur, dan hilang bila duduk atau istirahat.

i) Bengkak

Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan

kaki, kadang tangan juga bengkak disebut edema, disebabkan oleh perubahan

hormonal yang menyebabkan retensi cairan.

j) Kram Kaki

Ini sering terjadi pada kehamilan trimester ke 2 dan 3, dan biasanya berhubungan

dengan perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf dikaki atau karena rendahnya kadar

kalsium.

41

k) Cairan Vagina

Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih,

pada awal kehamilan biasanya agak kental dan mendekati persalinan lebih cair.

Selain perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, masalah klinis juga dapat

menyebabkan kecemasan. Masalah klinis yang paling sering terjadi trimester ketiga adalah

perdarahan. Penyebab utama perdarahan pada trimester ketiga adalah plasenta previa,

plasenta abruption dan bloody show.

a) Placenta Previa (plasenta terletak tidak normal)

Placenta previa terjadi bila plasenta terletak terlalu rendah di dalam rahim, menutupi

pembukaan serviks.

b) Plasenta Abruption (awal pemisahan plasenta)

Plasenta abruption (juga dikenal sebagai pemisahan prematur plasenta), plasenta akan

terlepas dari dinding rahim. Pendarahan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah,

yang berbahaya bagi ibu maupun bagi bayi yang belum lahir.

c) Bloody Show

Ini adalah salah satu penyebab paling umum perdarahan vagina pada akhir trimester

ketiga. Ini dapat terjadi hanya beberapa menit sebelum persalinan atau pada awal

sebagai perubahan serviks, cairan ini berbentuk lendir dan darah.

2. Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998).

42

Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau

hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari

tubuh ibu.

C. Kerangka Teori

Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan.

Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan

yang mencetuskan cemas (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis,

sosial atau fisik. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan adalah

psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi. Pada kelima hal yang

menyebabkan terjadinya kecemasan, yang paling mempengaruhi dan merupakan

support sistem adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga mempunyai peranan

dalam membantu anggota keluarga menghadapi kecemasan. Ada 2 model dalam

dukungan keluarga, yaitu : the buffering model dan the direct effect model. Pada the

direct effect t model, dukungan keluarga berperan sebagai faktor yang berasal dari

luar yang meliputi. Adanya model contoh, penguatan tingkah laku, pengaruh yang

berarti dan dorongan semangat. Sedangkan, the buffering model, apabila seseorang

kurang mendapat dukungan dari keluarga maka ia akan menjadi sakit.

43

Bagan 2.4 Modifikasi Stuart & Laraia (2005), Taylor (2006), House (2000).

Faktor Predisposisi

Psikoanalisa

Interpersonal

konsep diri,

trauma kehilangan

kematangan kepribadian

Behavior

trauma kegagalan,

pembelajaran,

konflik

Keluarga (dukungan keluarga)

Dukungan emosional

Dukungan penghargaan

Dukungan instrumental

Dukungan informatif

Network support

Biologi

Kecemasan

44

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Pada teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dan kerangka teori,

maka dapat disusun kerangka konsep dimana pada penelitian ini dukungan keluarga

merupakan variabel independen, kecemasan variabel dependen dan interpersonal dan

behaviour sebagai variabel potensial confounding.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep (Sumber: Stuart dan Laraia (2005).

- Interpersonal

- Behaviour

Dukungan keluarga

Kecemasan

menghadapi

persalinan

45

B. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan kerangka konsep

penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menghadapi

persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.

2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kecemasan ibu primipara

menghadapi persalinan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.

46

C. Definisi Operasional.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil

Ukur

Skala

Penguk

uran

Kecemasan Perasaaan

terancam dan

stressfull, yang

dimanifestasikan

pada perubahan

pola tidur, makan

dan tanda-tanda

vital.

Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner

sebagai alat

ukur respon

kecemasan.

Kuesioner

A 1

0 = Tidak

cemas ( 20

- 40)

1 = Cemas

ringan ( 41-

60)

2 = Cemas

Sedang

(61-80)

3 = Cemas

Berat (81-

100)

Ordinal

Dukungan

keluarga

Dukungan yang

diberikan oleh

anggota keluarga

terdekat yang

Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner

Kuesioner

A 2

0 =

dukungan

baik (37-

48)

ordinal

47

berupa dukungan

emosional,

penghargaan,

instrumental

informative dan

network support

mempunyai

peranan sebagai

contoh/model,

penguatan

tingkah laku,

dorongan

semangat, dan

pengaruh orang

berarti.

1 = cukup

dukungan

( 25-36)

2 = kurang

dukungan

(12-24)

48

Interpersonal

Hubungan

interaksi dengan

lingkungan yang

dipengaruhi

konsep diri,

kematangan

kepibadian, serta

trauma

kehilangan.

Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner.

Kuesioner

A 3

0= baik

(37-48)

1= cukup

(25- 36)

2= kurang

(12-24)

Ordinal

Behaviour

Perilaku yang

dibentuk sejak

dini dipengaruhi

trauma kegagalan,

pembelajaran

kejadian, dan

konflik.

Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner.

Kuesioner

A 4

0= baik

(37-48)

1= cukup

(25-36)

2= kurang

(12-24)

Ordinal

49

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Peneliti menggunakan

rancangan penelitian metode cross sectional (potong lintang), karena pada penelitian

ini variabel independen, dependen serta confounding akan diamati pada waktu

(periode) yang sama. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan dan hubungan dukungan keluarga

dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu primiara trimester III dan melakukan

pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Pamulang. Jumlah populasi dalam penelitian ini

52 orang (berdasarkan data ibu primipara trimester II bulan Maret).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008:91). Sampel dari

penelitian ini diambil dari populasi ibu primipara trimester III yang melakukan

pemeriksaan kehamilan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

50

a. Ibu Hamil trimester III

b. Ibu yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang (namanya tercantum di KIA

bulan Maret).

c. Ibu yang akan melahirkan anak pertama.

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi,

tetapi peneliti menggunakan Total Sampling yaitu menggunakan populasi sebagai

sampel, karena jumlah populasi yang kecil.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008:72). Pada penelitian ini,

teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Total Sampling, yaitu cara

pengambilan sampel yang dilakukan dengan seluruh jumlah populasi digunakan

sebagai sampel, sebanyak 52 orang.

C. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilakukan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas

Pamulang bulan Juni-Juli 2010.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang mahasiswa

Ilmu Keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua, yang pertama peneliti

mendatangi rumah responden berdasar alamat yang tertera dan cara kedua mlakukan

di Puskesmas Pamulang yaitu saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan.

51

Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian peneliti

memberitahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta memberi informed consent

untuk meminta persetujuan klien dijadikan responden penelitian.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah memberikan kuesioner

dengan beberapa pilihan jawaban, yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap

dan jujur sesuai dengan yang dialami oleh responden. Selama pengisian kuesioner,

responden didampingi oleh peneliti, sehingga bila ada butir pernyataan yang tidak

jelas dapat ditanyakan langsung pada peneliti.

Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti memeriksa kembali jawaban untuk setiap

pernyataan agar tidak ada yang ketinggalan dan sesuai dengan petunjuk pengisian.

Pengumpulan data pada penelitian ini untuk tingkat kecemasan menggunakan

kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Selain ZSAS, peneliti juga

menggunakan instrumen dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour. Untuk

mengetahui dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour yang dimiliki oleh ibu

primipara.

E. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan 4 instrumen dalam penelitian ini, yakni :

1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self-Rating Anxiety

Scale (ZSAS) dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk

mengukur tingkat kecemasan pada ibu primipara menghadapi persalinan.

Instrumen ini terdiri dari 20 butir pernyataan dengan karakteristik kecemasan

meliputi 5 sikap dan 15 gejala somatik, dan digolongkan ke dalam empat

52

tingkatan cemas yaitu tidak ada kecemasan, cemas ringan, cemas sedang, dan

cemas berat.. Responden memilih satu dari lima pilihan jawaban yang ada pada

kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skoring atau nilai

jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.1 Skala Kecemasan

Alternatif

Jawaban

Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif

Selalu 5 1

Sering 4 2

Kadang 3 3

Jarang 2 4

Tidak Pernah 1 5

(Sumber: Nursalam, 2003)

Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang

tingkat kecemasan berupa data interval dengan kategori tidak cemas, cemas

ringan, cemas sedang, dan cemas berat.

Keterangan:

P = Panjang kelas interval

Rentang = Nilai skor terbesar dikurangi nilai skor terkecil

Banyak kelas = Jumlah kategori kelas yang diinginkan, dalam hal ini ada

empat, yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, dan

cemas berat.

53

Sehingga dari rumus diatas diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:

Nilai 20 – 40 : tidak cemas

Nilai 41 – 60 : cemas ringan

Nilai 61 – 80 : cemas sedang

Nilai 81 – 100 : cemas berat

2. Instrumen yang kedua adalah Dukungan keluarga , dengan menggunakan

kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk mengukur dukungan keluarga yang

dimiliki ibu primipara dan mempegaruhi kecemasan. Pada instrumen berisikan

dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informatif dan network support

mempunyai peranan sebagai contoh/model, penguatan tingkah laku, dorongan

semangat, dan pengaruh orang berarti. Instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 3

pertanyaan mengenai contoh/model, 3 pertanyaan mengenai penguatan tingkah

laku, 3 pertanyaan mengenai dorongan semangat, 3 pertanyaan mengenai

pengaruh orang berarti dan digolongkan ke dalam tiga tingkatan dukungan

keluarga yaitu kurang dukungan, dukungan baik. Responden memilih satu dari

empat pilihan jawaban yang ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala

Likert, dimana digunakan skoring atau nilai jawaban sebagai berikut:

54

Tabel 4.2 Skala Dukungan Keluarga

Alternatif

Jawaban

Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan

Negatif

Sering 4 1

Kadang-kadang 3 2

Jarang 2 3

Tidak Pernah 1 4

(Sumber: Nursalam, 2003)

Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang kurang

dukungan, dukungan cukup dan dukungan baik. Skor pada instrumen ini dibagi

menjadi tiga kategori, yaitu :

Nilai 12 - 24 : kurang dukungan

Nilai 25 – 36 : cukup dukungan

Nilai 37–48 : dukungan baik

3. Instrumen yang ketiga adalah interpersonal, dengan menggunakan kuesioner yang

berisi daftar pernyataan untuk mengukur interpersonal yang dimiliki ibu primipara

dan mempengaruhi kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 6

pertanyaan mengenai konsep diri, 2 pertanyaan mengenai kematangan kepribadian,

4 pertanyaan mengenai trauma kehilangan.

4. Instrumen yang keempat adalah behaviour, dengan menggunakan kuesioner yang

berisi daftar pernyataan untuk mengukur behaviour yang dimiliki ibu primiara dan

55

mempengaruhi kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 4

pertanyaan mengenai trauma kegagalan, 4 pertanyaan mengenai trauma kejadian, 4

pertanyaan mengenai konflik. Skor dan penilaian yang diberikan pada instrumen ini

sama seperti pada instrumen dukungan keluarga.

E.Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas tiap

pertanyaan. Uji coba ini dilakukan sebelum penelitian dengan menyebarkan

instrumen berupa kuesioner, yang diuji cobakan kepada responden yang bukan

merupakan anggota sampel penelitian. Uji coba instrumen dukungan keluarga,

interpersonal, dan behaviour dilakukan di Puskesmas Ciputat dengan jumlah sampel

15 orang.

1.Uji Validitas

Azwar (2001) mengemukakan bahwa validitas berasal dari kata “validity” yang

mempuyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur/instrumen dalam melakukan

fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila

alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran

tersebut. Hagul (Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989) menjelaskan bahwa validitas

instrumen menunjukan kualitas dari keseluruhan proses pengumpulan data dalam suatu

penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan uji validitas

konstrak. Uji validitas konstrak yaitu menyusun indikator pengukuran operasional

berdasarkan kerangka teori konsep yang akan diukur. Secara sederhana dapat

dikemukan, bahwa validitas konstrak dari sebuah instrumen ditentukan dengan jalan

56

mengkorelasikan antara skor masing-masing item dengan total skor masingmasing

item. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf kepercayaan tertentu, berarti

instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas. Taraf kepercayaan yang digunakan

dalan uji validitas item pada penelitian ini adalah 95% dengan jumlah responden 15

(N=15). Item-item yang memiliki nilai r hitung > r tabel (0,501) itu item yang

digunakan dalam penelitian.

2.Uji Reliabilitas

Azwar (2001) mengatakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata

reliability yang artinya keterpercayaan, keterandalan, konsistensi dan sebagainya.

Hasil pengukuran dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran

terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek

yang diukur tidak berubah. Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang

dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai

dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas

dengan menggunakan metode alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha

Cronbach 0 sampai 1. Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan

rentang yang sama, maka ukuran alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

a. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

b. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel

c. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel

d. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

e. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel

57

F. Pengolahan Data

1. Editing

Pada tahap ini peneliti mengecek kembali data-data yang sudah ada, terutama

mengenai kelengkapan data yang dikumpulkan melalui kuesioner.

2. Coding

Suatu model untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan selama penelitian ke

dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis, biasanya disebut dengan coding.

Misalnya dilihat dari dukungan keluarga, diberi coding yaitu 0 = dukungan baik, 1 =

cukup dukungan, 2= kurang dukungan.

3. Entry data

Pada tahap ini peneliti memasukkan data yang telah dikelompokkan ke dalam master

tabel atau data base komputer, kemudian dibuat distribusi frekuensi sederhana atau

bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. Setelah semua isian kuesioner terisi

penuh dan benar, data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses

data untuk dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan

data dari kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistic.

4. Cleaning data

Tahap ini merupakan proses memeriksa kembali data-data yang telah dimasukkan

untuk melihat ada atau tidak adanya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang

dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

Apabila terjadi kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai

dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan.

58

G. Analisa Data

Menurut Arikunto (2002), analisa data merupakan pengolahan data terhadap

data yang sudah terkumpul dengan menggunakan rumus atau aturan yang sesuai

dengan pendekatan penelitian atau desain yang dipergunakan sehingga memperoleh

suatu kesimpulan.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan secara deskriptif yang berfungsi untuk meringkas,

mengklasifikasikan, dan menyajikan data. Data ditampilkan dengan tabel frekuensi

mengenai kecemasan, dukungan keluarga, interpersonal dan behavior pada ibu

primipara.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

dengan dependen, variabel confounding dengan dependen. Dukungan keluarga,

dengan kecemasan, interpersonal dengan kecemasan dan behavior dengan

kecemasan. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa Multinomial Logistic

dengan menggunakan α = 5 %. Jika p value ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan

statistik menunjukkan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen, atau variabel confounding dengan variabel dependen dan jika p value >

0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara

variabel .

59

3. Analisa Multivariat

Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan dependen dikontrol dengan variable confounding. Teknik

analisa yang digunakan adalah analisa regresi logistic ganda. Langkah dalam

pemodelan variabel confounding adalah :

a. Pemilihan Variabel

Dari analisa bivariat, akan diketahui variable - variabel yang akan menjadi

kandidat untuk dimasukkan ke dalam analisi multivariate. Variable yang akan

dimasukkan ke dalam analisis multivariat memiliki nilai P < 0,25. Semua

variabel yang telah memenuhi syarat dimasukkan dalam Big Model. Model ini,

dinamakan Hierarchically Well Formulated Model (HWF Model) atau model

yang paling lengkap.

b. Menilai Interaksi

Untuk menentukan apakah suatu factor risiko mempunyai efek interaksi, dapat

diuji dengan melakukan fitting pada model dengan menyertakan variable

interaksi. Suatu factor risiko mempunyai efek interaksi bila interaksi tersebut

bermakna secara statistik. Uji statistic yang dilakukan dengan membandingkan

likelihood ratio test yaitu membandingkan nilai likelihood tanpa variable

interaksi dengan nilai likelihood dengan variable interaksi. Variable interaksi

dianggap bermakna dan dimasukkan ke dalam model bila hasil analisi

mendapatkan nilai P ≤ 0,05.

c. Menilai Confounding

60

Dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel dimulai dengan variabel yang

mempunyai nilai P paling besar (P > 0,05). Setiap pengeluaran satu variabel

dilihat efeknya terhadap OR. Apabila OR >10% maka berarti variabel tersebut

merupakan variabel confounding. Bila itu variabel confounding maka variabel

tersebut diikutsertakan dalam analisa selanjutnya.

d. Menyinpulkan dan menilai OR

Setelah mengantrol variabel interaksi dan confounding maka diharapkan dapat

dihasilkan hasil model parsimonious, model yang sahih dan presisi yang baik tapi

juga sederhanan. Model ini tidak hanya mengikutsertakan faktor yang penting tapi

juga sederhana. Efek pajanan dinilai berdasarkan nilai OR.

H. Etika Penelitian

Merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat

penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika

penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:

(Hidayat, 2008:82)

1. Informed consent

Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

61

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

62

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Pamulang

1. Letak Wilayah

UPTD Puskesmas Pamulang berada di sebelah timur Kabupaten Tangerang

berbatasan dengan Kabupaten Bogor di sebelah selatan, sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Ciputat, dan disebelah barat dengan Kecamatan Serpong, wilayah

kerja UPTD Puskesmas Pamulang terdiri dari dataran rendah.

UPTD Puskesmas Pamulang terletak diwilayah Kecamatan Pamulang dan

mempunyai luas wilayah 2788.718 ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Ciputat

b. Sebelah Barat : Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu

c. Sebelah Timur : Kota Administratif Depok

d. Sebelah Selatan : Kecamatan Ciputat Timur dan Kabupaten Bogor.

2. Visi, Misi, dan Motto Puskesmas Pamulang

a. Visi

Puskesmas Pamulang mempunyai visi yaitu: terwujudnya Puskesmas Pamulang

dengan pelayanan kesehatan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu.

b. Misi

1) Memberikan pelayanan prima di semua sektor.

2) Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar.

63

3) Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga.

4) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai sektor.

c. Motto

Motto Puskesmas Pamulang adalah “Berhasil Prima (Bersih, Harmonis,

Silahturahmi, dan Pelayanan Prima)”.

2. Program Puskesmas

Adapun Program yang terdapat di Puskesmas Pamulang yaitu: program

kesehatan dasar, pengembangan wajib, dan pengembangan pilihan.

a. Pengembangan kesehatan dasar meliputi:

1) Promosi kesehatan

2) Penyehatan lingkungan

3) Kesehatan ibu dan anak

4) Keluarga berencana

5) Perbaikan gizi

6) Pencegahan penyakit menular

7) Pengobatan

b. Pengembangan wajib meliputi:

1) Lansia

2) Usaha Kesehatan Sekolah

3) Anti NAPZA

c. Pengembangan pilihan meliputi:

1) Laboratorium

64

2) UKGMD

3) DUKM/DUKS

4.Tenaga Kerja

a. Ketenagaan

1) Dokter Umum : 4 orang

2) Dokter Gigi : 3 orang

3) Bidan : 16 orang

4) Perawat : 10 orang

5) Perawat Gigi : 1 orang

6) Pelaksana Gizi : 1 orang

7) Analisa Kesehatan : 2 orang

8) Asisten Apoteker : 1 orang

9) Pekarya/TU : 6 orang

B. Analisa Univariat

1. Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan

Dari hasil penelitian bahwa tingkat cemas tertinggi adalah cemas sedang sebanyak

19,2%, kemudian cemas ringan 65,4 % dan tidak cemas 15.4%. Sedangkan tidak ada

ibu yang mengalami cemas berat atau 0%, jadi kategori cemas dikelompokkan menjadi

3, berdasar tabel 5.1 :

65

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden di Puskesmas Pamulang

tahun 2010

Kecemasan Jumlah Persentase

Tidak Cemas 8 15,4

Cemas Ringan 34 65,4

Cemas Sedang 10 19,2

Total 52 100

2. Dukungan Keluarga

Pada kuesioner, terdapat 5 macam dukungan yang terdiri dari, penghargaan,

emosional, instrumental, informasi, dan network support.

Dukungan Baik Cukup Kurang

Penghargaan 5% 65% 30%

Emosional 12% 70% 28%

Instrumental 23% 64% 13%

Informasi 15% 79% 6%

Network Support 10% 69% 21%

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga baik sebanyak 3.9 %,

cukup 78.8 %, dan kurang 17.3 %. Di bawah ini:

66

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden di Puskesmas Pamulang

tahun 2010

Dukungan keluarga Jumlah Persentase

Baik 2 3.9

Cukup 41 78.8

Kurang 9 17.3

Total 52 100

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan

Responden di Puskesmas Pamulang tahun 2010

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi dukungan tingkat kecemasan di Poliklinik

Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang 2010.

Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Jumlah Dukungan

keluarga N % N % N % N %

Baik 1 50 1 50 0 0 2 100

Cukup 7 17.1 31 75.6 3 7.3 41 100

Kurang 0 0 2 22.2 7 77.8 9 100

67

3. Interpersonal

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Interpersonal di Puskesmas

Pamulang 2010 dari tabel diperoleh hasil bahwa interpersonal baik sebanyak 37

(71.2%), cukup 15 (28.8%) dan kurang 0 (0%) dikelompokkan menjadi dua, yaitu

baik dan cukup berdasarkan tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Interpersonal Responden di Puskesmas Pamulang tahun

2010

Interpersonal Jumlah Persentase

Baik 37 71.2

Cukup 15 28.8

Total 52 100

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan Responden di

Puskesmas Pamulang tahun 2010

Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Jumlah Interpers

onal N % N % % N N %

Baik 7 18.9 28 75.7 5.4 2 37 100

Cukup 1 6.7 6 40 53.3 8 15 100

68

Tabel 5.5 menunjukkan distribusi frekuensi interpersonal tingkat kecemasan di

Puskesmas Pamulang 2010. Diperoleh interpersonal baik yang mengalami kecemasan

sedang sebanyak 4.8%, ringan 71.4%, dan tidak cemas 23.8%. Sedangkan

Interpersonal cukup yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 29%, ringan 61.3%,

dan tidak cemas 9.7%.

4. Behaviour

Dari hasil penelitian bahwa menunjukkan distribusi frekuensi tingkat behavior

ibu primipara di Puskesmas Pamulang tahun 2010. Diperoleh hasil bahwa Behaviour

baik sebanyak 39 (75%,), cukup 13 (25%) dan kurang 0 (0%), kemudian

dikategorikan dalam tabel 5.6 dibawah ini:

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Behaviour Responden di Puskesmas Pamulang tahun 2010

Behavior Jumlah Persentase

Baik 39 75

Cukup 13 25

Total 52 100

69

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan Responden di

Puskesmas Pamulang tahun 2010

Tabel 5.7 menunjukkan distribusi frekuensi interpersonal tingkat kecemasan di

Puskesmas Pamulang 2010.

C. Analisa Bivariat

Berdasarkan kerangka konsep, analisa bivariat menguji hubungan satu per satu

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas adalah dukungan

keluarga, interpersonal dan behaviour. Uji bivariat ini menggunakan uji Multinomial

Logistic Regression dengan menggunakan α = 5 %, untuk melihat adanya hubungan

antara 2 variabel dengan mengetahui nilai P value dan nilai Odds Ratio (OR).

1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan

Distribusi frekuensi hubungan antara dukungan keluarga dan kecemasan ibu primipara

di Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel

5.8 berikut ini :

Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas

Sedang

Behaviour

N % N % N %

Baik 5 12.8 28 71.8 6 15.4

Cukup 3 23.1 6 46.2 4 30.8

70

Tabel 5.8

Distribusi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Responden di

Puskesmas Pamulang tahun 2010

P value 0.001, yang berarti <0.05, jadi Ho ditolak.

Kesimpulan : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan.

OR 4 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah

Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas ringan

sebesar 4 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.

OR 3 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah

Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas sedang

sebesar 3 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.

Tidak Cemas Cemas

Ringan

Cemas

Sedang

Dukungan

keluarga

N % N % N %

OR

95 %

CI

Nilai p

Baik 1 50 1 50 0 0

Cukup 7 17.1 31 75.6 3 7.3

Kurang 0 0 2 22.2 7 77.8

4

3

2

7

0.0001

71

OR 2 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah

Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko mengalami cemas ringan

sebesar 2 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.

OR 7 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah

Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko mengalami cemas sedang

sebesar 7 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.

2. Hubungan Interpersonal dengan Kecemasan

Distribusi frekuensi hubungan kecemasan dengan interpersonal ibu primipara di

Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.9

berikut ini

Tabel 5.9

Distribusi Hubungan Interpersonal dengan Kecemasan Responden di Puskesmas

Pamulang tahun 2010

P value 0.041, yang berarti p<0.05, jadi Ho ditolak.

Kesimpulan : Ada hubungan antara Interpersonal dengan kecemasan.

Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas

Sedang

Interperso

nal

N % N % N %

OR

95 %

CI

Nilai p

Baik 7 18.9 28 75.7 2 5.4

Cukup 1 6.7 6 40 8 53.3

6.67

0.36

0.001

72

OR 6.67 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah

Ibu Primipara yang mempunyai interpersonal cukup beresiko mengalami cemas ringan

sebesar 6.67 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai interpersonal baik.

OR 0.36 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah

Ibu Primipara yang mempunyai Interpersonal yang cukup beresiko mengalami cemas

sedang sebesar 0.36 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai Interpersonal baik.

3. Hubungan Behaviour dengan Kecemasan

Distribusi frekuensi hubungan kecemasan dengan behaviour ibu primipara di

Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel

5.10 berikut ini:

Tabel 5.10

Distribusi Kecemasan Hubungan Behaviour Kecemasan Responden di

Puskesmas Pamulang tahun 2010

P value 0.931, yang berarti >0.05, jadi Ho diterima.

Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara Behaviour dengan kecemasan .

Tidak Cemas Cemas

Ringan

Cemas Sedang Nilai p Behaviour

N % N % N %

OR

95%

CI

Baik 5 12.8 28 71.8 6 15.4 0.937

Cukup 3 23.1 6 46.2 4 30.8

0.5

1.2

73

OR 0.5 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah

Ibu Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas ringan

sebesar 0.5 kali dibandingkan ibu yang memiliki behavior cukup.

OR 1.2 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah

Ibu Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas sedang

sebesar 0.5 kali dibandingkan ibu yang memiliki behavior cukup.

D. Analisa Multivariat

Berdasarkan kerangka konsep, Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dengan dependen dikontrol dengan variabel

confounding. Langkah dalam pemodelan variable confounding adalah :

1.Pemilihan Variabel

Dari analisa bivariat, akan diketahui variabel - variabel yang akan menjadi

kandidat untuk dimasukkan ke dalam analisis multivariat. Variabel yang akan

dimasukkan ke dalam analisis multivariat memiliki nilai p < 0,25.

Tabel 5.11

Hubungan antara variabel Dependen dan Independen

Variable P value Analisa

Keluarga 0,0001 Ikut model

Interpersonal 0,001 Ikut model

Behavior 0,937 Tidak ikut model

74

Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa yang masuk ke dalam analisis multivariat adalah

variabel keluarga dan interpersonal ( p value <0,25), tetapi berdasarkan teori Stuat

dan Laraia, bahwa behavior merupakan salah satu faktor predisposisi kecemasan.

Salah satu syarat suatu variabel dijadikan variabel confounding adalah variabel

tersebut ada hubungan sebab atau akibat dengan var iabel utama. Jadi behavior

dimasukkan dalam model, Ada 3 variabel yang masuk dalam pemodelan ini (keluarga,

interpersonal, behavior).

2. Menilai Interaksi

Variabel interaksi dianggap bermakna dan dimasukkan ke dalam model bila hasil

analisis mendapatkan nilai p ≤ 0,05.

Tabel 5.12

Model Variabel Multivariat

Variable P value Analisa

Dukungan Keluarga 0,035 Tidak Ikut model

Interpersonal 0,307 Tidak ikut model

Behavior 0,248 Tidak ikut model

Hasil uji : p value <0,05 (Ho diterima)

Kesimpulan : Karena berdasarkan analisi di atas , semua variabel tidak memenuhi

syarat, maka digunakan model analisis tanpa interaksi. Jadi pemodelan dilakukan

tanpa interaksi.

75

3. Menilai Confounding

Dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel dimulai dengan variabel yang

mempunyai nilai p paling besar (P > 0,05). Setiap pengeluaran satu variabel

dilihat efeknya terhadap OR. Apabila OR >10% maka berarti variabel tersebut

merupakan variabel confounding. Bila itu variabel confounding maka variabel

tersebut diikutsertakan dalam analisa selanjutnya.

Hasil variabel interpersonal dikeluarkan nilai OR variabel utama (dukungan)

menjadi 0.012, maka selisih OR (0.026-0.012)/0.026 x 100% = 53, 84 %.

Kesimpulan : Variabel interpersonal merupakan variabel confounder.

Hasil variabel behavior nilai OR variabel utama (dukungan) menjadi 0.025, maka

selisih OR (0.026-0.025)/0.026 x 100% = 10 %.

Kesimpulan : Variabel behavior merupakan variabel confounder.

4. Menyimpulkan dan Menilai OR

Hasil analisis didapatkan p value 0.001, Kesimpulan : Ada hubungan antara

keluarga dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan interpersonal dan

Behaviour.

Persamaan model adalah :

Resiko terjadinya kecemasan : 18 143 + 0.582 (keluarga) + 1.295 (interpersonal)

+ 0.947 (behavior ).

Pada OR 0.582 berarti, Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas

ringan adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko

76

mengalami cemas ringan sebesar 0.582 kali dibanding ibu primipara yang

mempunyai dukungan baik setelah dikontrol interpersonal dan behavior.

Resiko terjadinya kecemasan : 20592 + 0.026 (dukungan) + 1.564

(interpersonal) + 1. 866 (behavior ).

Pada OR 0.026 berarti Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas

sedang adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko

mengalami cemas sedang sebesar 0.026 kali dibanding ibu primipara yang

mempunyai dukungan baik setelah dikontrol interpersonal dan behavior.

Resiko terjadinya kecemasan : 18 143 + 0.118 (keluarga) + 1.295 (interpersonal)

+ 0.947 (behavior ).

Pada OR 0.118 berarti, Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas

ringan pada dukungan kurang adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan

kurang beresiko mengalami cemas ringan sebesar 0.118 kali dibanding ibu

primipara yang mempunyai dukungan baik.

Resiko terjadinya kecemasan : 20592 + 1.495 (dukungan) + 1.564

(interpersonal) + 1. 866 (behavior ).

Pada OR 1.495 berarti Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas

sedang adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko

mengalami cemas sedang sebesar 1.495 kali dibanding ibu primipara yang

mempunyai dukungan baik setelah dikontrol interpersonal dan behavior.

77

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:

1. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional, yang memiliki kelemahan

rawan terhadap bias, karena pada rancangan ini peneliti mengobservasi variabel

independen dan dependen secara bersamaan (pada periode yang sama) dapat diatasi

dengan kontrol analisis dan kontrol sampel. Pada penelitian ini hanya menggunakan

kontrol analisis, yaitu variabel lain dari faktor predisposisi (interpersonal, behaviour)

digunakan sebagai variabel confounding. Kami tidak menggunakan kontrol sampel

karena keterbatasan peneliti dalam mengelompokkan sampel yang mempunyai

interpersonal dan behaviour yang sama.

2. Instrumen mengenai tingkat kecemasan dan dukungan keluarga yang digunakan

merupakan hasil modifikasi dari instrumen yang sudah ada sebelumnya, dan

pernyataan yang ada dalam instrumen merupakan pernyataan tertutup, sehingga bisa

jadi pernyataan dalam instrumen ini belum mewakili apa yang dirasakan oleh

responden. Pada variabel confonding, Behaviour dan interpersonal secara umun kedua

hal ini mempunyai respon subjektif, sehingga pengukuran yang dilakukan secara

kuantitatif. Kami tidak bisa menggali secara mendalam bagaimana interpersonal dan

behaviour , namun peneliti sudah meminimalkan hal tersebut dengan melakukan uji

validitas dan reliabilitas instrumen.

78

3. Pada saat pengambilan data, dilakukan melalui 2 cara, yaitu mendatangi responden di

rumahnya serta menunggu responden saat melakukan pemeriksaan di Puskesmas.

Sehingga terdapat perbedaan dalam mengisi instrumen, keterbatasan waktu yang

dimiliki responden saat melakukan pemeriksaan dan kelonggaran waktu responden

saat mengisinya di rumah. Hal ini akan memeberikan hasil pengisian yang berbeda.

4. Pada analisis multivariat, tidak menggunakan model interaksi hal ini disebabkan

keterbatasan kemampuan peneliti.

B. Instrumen Penelitian

1.Validitas instrumen ZSAS berkorelasi dengan Taylor Manifest Anxiety Scale

(TMAS) yaitu 0,5 sedangkan untuk reliabilitas instrumen ZSAS adalah 0.87.

2. Validitas instrument keluarga berkorelasi 0.514 dan reliabilitas yaitu 0,681.

3. Validitas instrument interpersonal berkorelasi 0.514 dan reliabilitas yaitu 0,676.

4. Validitas instrument behavior berkorelasi yaitu 0,514 dan reliabilitas yaitu 0,639.

Keempat instrument di atas menunjukkan instrument yang valid dan reliabel (0,61-

0,80).

C. Interpretasi dan Hasil Diskusi

1. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kecemasan.

Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan hasil bahwa jumlah ibu yang mengalami

cemas ringan dan cemas sedang lebih banyak dibanding tidak cemas. Sebesar 15.4%

ibu primipara tidak cemas dan 84.6% ibu primipara mengalami kecemasan ( cemas

ringan 65.4 %& dan cemas sedang 19.2% Ini terdapat perbedaan pada penelitian yang

dilakukan Yonne ( 2009), hasil penelitiannya 47.5% ibu hamil tidak mengalami cemas

79

dan 52.5% ibu hamil mengalami cemas (cemas ringan 36.1%, sedang 15.8%, dan

berat 0.6%).

Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis

dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur

baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan

dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa saat

menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal yang

menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu

terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga

psikologis (Kartono, 1992).

Dick Read (1959) menyatakan seorang ibu dalam proses persalinan berada

dalam siklus fear-tension-pain. Dick Read menyatakan nyeri yang terjadi saat

kontraksi uterus akan menyebabkan ketegangan. Ketegangan akan menyebabkan

keluarnya enzim, yaitu biogenik amin (tiga katekolamin) dan serotonin yang

menstimulasi neurotransmitter syaraf pusat sehingga ibu berada dalam keadaan stres.

Keadaan stres akan menyebabkan ibu merasa takut , dan ketakutan ibu akan lebih

meningkatkan rasa nyeri karena ketika seseorang merasa takut maka ambang nyeri

akan terasa lebih dangkal. Ketegangan yang dialami ibu mengakibatkan berkurangnya

kontraktilitas uterus sehingga proses persalinan menjadi lebih lama. Lamanya kala I

menyebabkan suplai darah, termasuk ke pembuluh darah plasenta dan uterus

berkurang. Suplai darah berkurang menyebabkan suplai oksigen berkurang, sehingga

akan mempengaruhi oksigenasi janin dan janin menjadi asfiksia.

80

Agar proses persalinan berjalan lancar maka siklus fear-tension-pain harus

diputus. Salah satu caranya adalah mengurangi rasa nyeri yang disebabkan ketakutan

yang berhubungan kecemasan ibu, yaitu menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu.

Salah satunya adalah mengidentifikasi keadaan psikologis ibu, menanyakan mengenai

perasaan ibu, memberikan penjelasan mengenai proses persalinan yang dapat terjadi

secara alami, dan memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai pentingnya

memperhatikan kondisi ibu.

Berdasarkan analisa mengenai dukungan keluarga didapatkan bahwa jumlah ibu

yang mempunyai dukungan baik paling sedikit dibanding dukungan lain, tetapi pada

berdasarkan tabel 5.3, masih didapatkan ibu yang mengalami cemas dan jumlah ibu

yang mempunyai dukungan cukup dan mengalami cemas ringan lebih banyak

dibanding yang tidak cemas.

Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan

merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan

bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan

psikologis yang terjadi selama kehamilan. Semakin tua kehamilan, maka perhatian

dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga

kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat

menjelang persalinan.

Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan

kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya

keluarga yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Pada ibu primipara yang

81

mengalami kecemasan dan mempunyai dukungan cukup, hal ini disebabkan ada faktor

lain yang kurang lebih berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.

Dukungan keluarga yang tinggi disebabkan adanya dukungan emosional, dukungan

insrumental, dukungan informasional, dan penilaian yang baik yang diberikan dari

keluarga, yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga

dan ibu hamil dan mencegah kecemasan yang timbul akibat perubahan fisik yang

mempengaruhi kondisi psikologisnya. Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang

tinggi tidak akan mudah menilai situasi dengan kecemasan,. Wanita hamil dengan

dukungan keluarga yang tinggi akan belajar dari lingkungan keluarga, yang tidak

menimbulkan kecemasan dalam kesehariannya. Karena itu tidak mudah mengalami

kecemasan, walaupun ia terpapar dengan factor pencetus yang menimbulkan

kecemasan.

Berdasarkan perhitungan statistik, pada tabel 5.8 dapat dilihat adanya hubungan

anatara dukungan keluarga dengan kecemasan. Menurut Baron & Byrne (1991)

dukungan keluarga berperan meningkatkan kesehatan tubuh dan menciptakan efek

yang positif. Dukungan keluarga berperan dalam menjaga atau mempertahankan

integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998

dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan

mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka

diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Selain berperan dalam melindungi

seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh

82

positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan dukungan keluarga

yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).

Sejalan dengan penelitian ini, Sagrestano, dkk (1999) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa dukungan sosial yang ditunjukan memberikan efek yang

bermanfaat pada kesehtan fisik dan mental pada wanita hamil. Pada penelitian juga

didapatkan sumbangan afektif dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu hamil

menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga yaitu sebesar15,4%.

Hal ini menunjukan terdapat 84,6% variabel lain yang mempengaruhi timbulnya

kecemasan menghadapi kelahiran bayi pada wanita hamil pertama.

2. Hubungan Interpersonal dengan Kecemasan

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa lebih banyak ibu yang mempunyai

interpersonal cukup dibanding dukungan baik, dan pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa

ada ibu yang mengalami cemas walaupun mempunyai interpersonal baik.

Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan

merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan

bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan

psikologis yang terjadi selama kehamilan. Dengan makin tuanya kehamilan, maka

perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks,

sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat

menjelang persalinan.

Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan

kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya

83

interpersonal yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Pada ibu primipara yang

mengalami kecemasan dan mempunyai interpersonal baik, kemungkinan ada faktor

lain yang kurang baik dan lebih berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.

Jalaludin Rakhmat (2007) mengatakan bahwa interpersonal dipengaruhi oleh

persepsi interpersonal; konsep diri, trauma kehilangan dan kematangan kepribadian.

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan

orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad

keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, semakin jelas persepsinya tentang

orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif hubungan yang berlangsung.

Pada penelitian ini antara interpersonal dan kecemasan menunjukkan ada

hubungan antara interpersonal dengan kecemasan pada ibu primipara menghadapi

persalinan. Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain,

interpersonal transactions, membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan

kecenderungan perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan

tidak berdaya, trauma kehilangan, dan kematangan kepribadian.

Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan

ancaman, kehilangan kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi

dan harga diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi,

takut kematian, rasa tidak berdaya (Hudak & Gallo, 1995; Kozier B, Glenorae, 1993).

3. Hubungan Behaviour dengan Kecemasan

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa jumlah ibu primipara yang

mempunyai behaviour cukup lebih banyak dibanding yang mempunyai behaviour baik

84

dan ini diperkuat dengan tabel 5.7 ibu yang mempunyai behaviour baik mengalami

cemas.

Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan

merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan

bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan

psikologis yang terjadi selama kehamilan. Dengan makin tuanya kehamilan, maka

perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks,

sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat

menjelang persalinan.

Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan

kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya

behaviour yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Pada ibu primipara yang

mengalami kecemasan dan mempunyai behaviour baik, kemungkinan ada faktor lain

yang kurang baik dan lebih berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.

Behavior manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan, karena dimotivasi

oleh keinginannya untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui motivasi sebagai usaha

sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar supaya mengarah pada tercapainya

suatu tujuan. Tingkah laku bermotivasi mencakup segala sesuatu yang dilihat,

diperbuat, dirasakan dan dipikirkan seseorang dengan cara yang sedikit banyak

berintegrasi di dalam mengejar suatu tujuan tertentu.

Pada penelitian ini menunjukkan antara Behaviour dan kecemasan tidak ada

hubungan antara Behaviour dengan kecemasan pada ibu primipara menghadapi

85

persalinan .Hal ini tidak sesuai dengan teori Stuart dan Laraia. Teori behavior

menjelaskan bahwa kecemasan muncul melalui classical conditioning, artinya

seseorang mengembangkan reaksi kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami

sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack &

Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).

Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan

yang disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan.

Tujuan tersebut mungkin terdapt halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari

diri sendiri. Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang

tidak realistik. Hal ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).

Hal ini disebabkan salah satunya adalah instrument yang digunakan tidak mewakili

behavour yang dimiliki oleh ibu secara keselcuruhan. Kemungkinan factor

predisposisi lain yang lebih dominan dalam menyebabkan kecemasan. Populasi yang

terlalu kecil, sehingga tidak bisa memberikan hasil yang maksimal.

4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan setelah dikontrol

interpersonal dan Behaviour.

Pada analisis multivariate, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna

antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan

behavior.(p = 0.012). Pada hasil OR dukungan keluarga setelah dikontrol lebih kecil,

yaitu sebelumnya OR (4,2,7, dan 3) dan OR setelah dikontrol (0.582, 0.026, 0.118 dan

1.495) karena dalam studi interaksi keluarga terdapat bagian yang berkaitan dengan

interpersonal dan behaviour.

86

Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet, 2004)

membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial yang meliputi

a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap yang bersangkutan.

b. Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang

lain, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan dengan

individu lain.

c. Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota

keluarga lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada

situasi tertentu.

d. Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan

balik.

e. Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu

kelompok tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.

Dari kelima dukungan keluarga diatas terdapat kaitan dengan interpersonal dan

behavior. Misalkan pada dukungan emosional, melibatkan hubungan dengan oranglain

disini mencakup interpersonal, sedangkan network support melibatkan interaksi

dengan perilaku yang dipengaruhi adanya konflik, walaupun interpersonal juga

terdapat di dalamnya.

87

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ibu Primipara trimester III di Puskesmas Pamulang yang menjadi sampel pada

umumnya mengalami kecemasan (84.6%) dan sisanya tidak mengalami

kecemasan (15.4%).

2. Gambaran variabel yang menyebabkan kecemasan yaitu:

a. Keluarga, ibu yang mempunyai dukungan baik (3.8%), cukup (78.8%). Dan

kurang (17.3%).

b. Interpersonal, ibu yang mempunyai interpersonal baik (71.2%) dan

interpersonal yang cukup (28.8%)

c. Behaviour, ibu yang mempunyai behavior yang baik (75 %) dan behavior

cukup (25%).

3. Hasil penelitian didapat bahwa dari tiga variabel yang diteliti, satu variabel tidak

adanya hubungan yaitu behaviour (p=0.931) dengan kecemasan. Sedangkan

variabel yang lain, yaitu dukungan (p=0.001) dan interpersonal (p=0.041) secara

statistik dapat membuktikan adanya hubungan dengan kecemasan. Tetapi dalam

penelitian ini, dukungan keluarga merupakan variabel utama.

4. Hasil penelitian dari analisis multivariate, dimana variabel lain interpersonal dan

behavior dijadikan sebagai pengontrol. Dari hasil analisis didapatkan hubungan

88

yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primipara

menghadapi persalinan setelah dikontrol dengan interpersonal (p= 0.012).

B. Saran

1. Untuk Puskesmas Pamulang

Memperhatikan kondisi psikologi ibu saat melakukan ANC, yaitu

mengidentifikasi kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh ibu yang akan

mempersiapkan kehamilan dan saat hamil sehingga kekhawatiran dan kecemasan

yang terjadi pada ibu dapat teridentikasi.

Mengadakan kelas Parenting, bagi ibu dan keluarga, sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan ibu serta menciptakan suasana yang nyaman dalam

keluarga.

2. Untuk Tenaga Kesehatan

a. Meningkatkan peran serta perawat/bidan dalam memberikan promosi

kesehatan kepada ibu hamil pada saat antenatal care tentang keadaan fisik dan

psikis.

b. Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya disarankan untuk meningkatkan

caring dan empati pada ibu hamil, misalkan memberikan penjelasan dan

informasi lebih mengenai kehamilan dan persalinan untuk mengurangi

kecemasan.

3. Untuk Pendidikan Keperawatan

Meningkatkan dan mengembangkan ilmu keperawatan jiwa tentang kecemasan,

terutama Teori yang dikemukakan oleh Stuart dan Laraia, untuk keperawatan

89

maternitas tidak hanya memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil

mengenai kondisi fisik tetapi juga mengenai psikologi agar dapat memberikan

asuhan keperawatan secara optimal.

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kecemasan dengan

pendekatan yang berbeda (kualitatif) dan sampel yang diteliti lebih spesifik

(pasien yang mengalami kecemasan berat atau panic, atau pada pasien yang

menggunakan terapi obat antiansietas) sehingga kecemasan lebih terlihat dan

variabel ( keluarga, interpersonal dan Behaviour) lebih tergali lagi.

Lampiran 1

FORMAT PERSETUJUAN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

No. responden :

Tanggal :

Dengan ini saya menyatakan bersedia / tidak bersedia *) untuk ikut dalam penelitian

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta:

Nama : Nur Jannatun Na’im

NIM : 106104003507

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primipara

Menghadapi Persalinan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas

Pamulang 2010.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada paksaan dari pihak

manapun untuk dipergunakan bila perlu.

Jakarta, 2010

Hormat saya,

……………….. *) dicoret bila perlu

Lampiran 2

KUESIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU

PRIMIPARA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI POLIKLINIK KESEHATAN

IBU DAN ANAK PUSKESMAS PAMULANG 2010

Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner:

1. Bacalah pernyataan yang diberikan dengan baik sehingga dimengerti

2. Mengisi seluruh nomor pernyataan tanpa bantuan orang lain

3. Setiap pernyataan hanya berlaku untuk satu jawaban

4. a. Pada kuesioner, berilah satu tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan sikap ibu

berhubungan dengan kecemasan dengan ketentuan:

5. Jika ingin mengganti jawaban, cukup dengan mencoret jawaban pertama dengan tanda (=),

kemudian beri tanda (√) pada jawaban terakhir

6. Bila mengalami kesulitan dalam menjawab dapat menanyakan langsung pada peneliti

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

kadang

Jarang Tidak

pernah

1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan

cemas lebih dari biasanya, karena waktu

melahirkan semakin dekat

2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas

karena waktu melahirkan semakin dekat

(menyangkut persalinan, diri, dan bayi

saya)

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

kadang

Jarang Tidak

pernah

3 Saya merasa badan saya seperti hancur

berkeping-keping

4 Saya merasa mudah marah/tersinggung,

atau panik dari biasanya karena waktu

melahirkan yang semakin dekat

5 Saya merasa sesuatu yang buruk akan

terjadi pada diri saya ataupun pada bayi

saya saat melahirkan nanti

6 Kedua tangan dan kedua kaki saya terasa

gemetar akhir-akhir ini

7 Saya merasa terganggu dengan sakit

kepala/nyeri leher, nyeri otot karena

mendekati persalinan

8 Badan saya terasa lemah dan cepat lelah

akhir-akhir ini

9 Saya tidak dapat istirahat dengan tenang

karena memikirkan proses persalinan

nanti

10 Saya merasa jantung saya berdebar sangat

cepat karena waktu melahirkan sudah

dekat

11 Saya merasa pusing yang diikuti dengan

pandangan menjadi gelap

12 Saya merasa pusing dengan alasan yang

tidak jelas akhir-akhir ini

13 Saya mudah sesak nafas karena

memikirkan waktu melahirkan nanti

14 Saya merasa kaku atau mati rasa karena

waktu melahirkan yang semakin dekat

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

kadang

Jarang Tidak

pernah

15 Saya merasa sakit perut atau mengalami

gangguan pencernaan mendekati saat-saat

melahirkan

16 Saya merasa tangan saya dingin dan

sering basah oleh keringat karena

memikirkan saat-saat melahirkan

17 Wajah saya terasa panas dan kemerahan

karena waktu melahirkan semakin dekat

18 Saya sulit tidur pada malam hari karena

memikirkan waktu melahirkan nanti

(berkaitan dengan keselamatan diri saya

atau bayi saya)

19 Saya mengalami mimpi buruk berkaitan

dengan proses melahirkan yang akan saya

hadapi

20 Saya buang air kecil lebih dari biasanya

menjelang melahirkan

2. Dukungan Keluarga

No Pernyataan Sering Jarang Kadang

-kadang

Tidak

pernah

1. Keluarga memberikan dukungan ketika saya menghadapi

masalah.

2 Saya menganggap keberadaan saya tidak dibutuhkan di

dalam keluarga.

3 Keluarga menemani saya saat sedang menghadapi

peristiwa penting dalam hidup.

4 Anggota keluarga saya mendahulukan kepentingan

pribadi disbanding kepentingan bersama

5 Saya merasa bosan tinggal di rumah

6 Setiap anggota keluarga diberikan tanggung jawab untuk

menyelesaikan pekerjaan rumah.

7 Di Keluarga saya pengambilan keputusan dilakukan oleh

ayah atau ibu, atau suami.

8 Keluarga saya memberi kebebasan setiap anggota

keluarga untuk menentukan pilihan dalam hidupnya.

9 Saya tidak diberikan pujian ketika melakukan sesuatu

dengan benar dan baik.

10 Saya merasa berada dalam keluarga yang sering

bertengkar.

11 Peraturan dalam rumah dibuat oleh kepala keluarga dan

harus ditaati.

12 Saya merasa kami sekeluarga saling menyayangi.

3. Interpersonal

No Pernyataan Sering Jarang Kadang-

kadang

Tidak

pernah

1. Saya merasa kurang mampu menyelesaikan

masalah.

2 Saya mendapatkan apa yang saya inginkan.

3 Saya mempunyai keinginan yang sulit untuk

dicapai.

4 Saya merasa kesepian ketika saya sendirian

5 Saya merasa malu dengan bentuk tubuh karena

perkataan orang mengenai bentuk tubuh saya.

6 Saya merasa minder saat berada di tengah

masyarakat.

7 Saya kurang berani bepergian sendiri tanpa

ditemani orang lain.

8 Saya merasa tidak mampu menjadi istri yang

baik

9 Saya kehilangan orang yang saya cintai.

10 Saya merasa kecewa saat keinginan saya tidak

tercapai.

11 Saya kehilangan benda yang saya sayangi.

12 Saya merasa mampu menjadi calon ibu yang

baik.

4. Behaviour

No Pernyataan Sering Jarang Kadang-

kadang

Tidak

pernah

1. Saya mengalami kegagalan dalam mencapi cita-cita

2 Saya merasa tidak nyaman berada dalam

lingkungan saya saat ini.

3 Saya memilih hal hal kecil yang membuat saya

bingung.

4 Saya ditipu orang dan dibohongi.

5 Saya melihat ibu saya cukup baik dalam menjadi

peran seorang ibu.

6 Saya dihadapkan pada 2 pilihan, untuk memilih hal

yang tidak saya sukai

7 Saya memilih sesuatu yang tidak saya sukai dan

saya sukai.

8 Saya mengalami pengalaman pahit yang saya ingat

sampai sekarang.

9 Saya melihat orang menyambut kelahiran dengan

bahagia.

10 Saya merasa bahagia hidup dengan suami saya .

11 Saya melihat orang hidup berumah tangga akan

berakhir dengan perceraian.

12 Saya melihat sekeliling saya, setelah melahirkan

suami kurang suka dengan perubahan bentuk tubuh

istrinya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustarika, Butet. 2009. Pengarih Terapi Thought Stopping Terhadap Ansietas KLien dengan Gangguan Fisik di RSUD Kabupaten Sorong (Tesis) Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

Amir, Achsin. 2003. Untukmu ibu tercinta. Bogor: Prenada.

Aprianawati, 2007. Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan pada Remaja, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Peneletian. Edisi Revisi Ke-6. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Astria, Yonne. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester Iii Dala Menghadapi Persalinan Di Poliklinik Kebidanan Dan Kandungan RSUP Fatmawati 2009. Jakarta, UIN.

Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Benson, R.C., 1984. Psychologic aspects of obstetric and gynecology in Current Obstetric and Gynecology Diagnosis and Treatment, 6 th Ed. California: Lange Medical.

Bitt, Price, 1996. Kehamilan dan Persalinan Menikmati Tugas Sebagai Ibu. Jakarta : Arcan.

Atwater, E, 1993. Psychology of Adjustment, 3nd ed, New Jersey; Prentice-Hall-INC, 1993.

Bobak, et all, 1995. Maternity Nursing, St. Louis; Mosbyco.

Bobak, L.M; D.L Lowdermilk; and M.D Jensen.1994 . Keperawatan maternitas Edisi 4. Alih bahasa Wijayarini, M.A & Anugerah, P. I. Jakarta: EGC.

Carpenito, Lynda Jual, 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Keperawatan. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Cunningham, F.G., MacDonald, P.C., & Gant, N.F,2000. Obstetri Williams, Eds. 21. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilyn E, Rencana Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC

Psychiatry, Br. J.2002. British Journal of Pschiatry.

Hall CS, Lindzey G.1993. Teori-teori psikodinamik klinis. Yogyakarta; Penerbit Kanisisus. Halloway LB, Jacobson NS, Boston. Acocella; 1994. J. Abnormal Psychology: Current perspectives. 8th ed. McGraw-Hill College Hamilton, Persis Mary.1995 . Dasar-dasar keperawatan maternitas Edisi 6. Alih

bahasa Asih, Ni Luh Gede Yasmin. Jakarta: EGC. Harber, J, et all 2003. Comprehensive Psychiatric Nursing. New York; Mc Graw.

Hawari, D. 2002. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Hidayat, A. Aziz Alimul.1998. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika.

Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC. Kaplan, H.I and Saddock, B.J. 1998. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta:

Widya Medika. Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan

Nenek. Bandung: Mandar Maju.

Kosim, H.M.C.1970, Aspek Kejiwaan dalam Kebidanan. Naskah Lengkap KOGEL, Jakarta.

Kushartanti, Hanim, L., Nuhriawangsa, L., Sumarni, 2004. Keadaan Kecemasan dan Depresi pada Emesis Gravidarum di RSUP. Dr. Sardjito dan Klinik Trisnowati Yogyakarta.

Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan, EGC : Jakarta

Mugi Hartoyo, MN . 2004., Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Ansietas ( Kecemasan ). Depkes Jawa Tengah,.

Nurbaeti, Irma. 2006. Analisi Hubungan karakteristik ibu, kondisi Bayi Batu Lahir, Dukungan Sosial, dan Kepuasan Pernikahan dengan Depresi Postpartum di Rumah Sakit Harapan Anak Bunda Jkarta. Depok. Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Panggabean, L. 2003.. Pengembangan Kesehatan Perkotaan ditinjau dari Aspek Psikososial. (makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat DepKes. Rs. Tidak dipublikasikan.

Peterson, J, Sandra. 2006. Middle Range of Theory : Application to Nursing

Research. ISBN. Perry, Shannon E II Wong, Donna L, 1998. Maternal Child Nursing Care. Rakhmat, 2007. Pengaruh Tehnik Komunikasi Terapeutik Terhadap Penurunan Skor Kecemasan Pada Klien Post Laparatomi, Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.

Sagrestono, Sarwono Prawirohardjo.1973. Klasifikasi Penyakit Jiwa dan Aspek Pengobatannya Ed. 3 Yogyakarta.

Schultz D. 1986. Psychoanalytic approach: Sigmund Freud in Theories of Personality. 3rd ed. California: Brooks/Cole Publishing Company. Stuart, G. W., & Laraia,2005 . M. T. Principles and practice of psychiatric nursing. (8th ed.). St. Louis: Mosby.

Stuart dan Sundden , 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Suliswati , Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC, 2005 Tomb D.2000. Buku Saku Psikiatri. Edisi Enam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Vacarolis, EM., 1995. Foundation of Psyhiatric Metal Health Nursing, Sounders Company. Vauhkonen K. A, Videback, Psychoanalytical approach of panic reaction. in many faces of panic disorder. Hangon Kirjapaino Oy, Hanko, 2000.

Whalen, J., 1987. Psychologic Aspects of Pregnancy, Delivery, and Puerperium in Manual of Obstetic, Diagnosis and Therapy. Third edition. Little Brown, Boston.

Yuliana, Stefania Wednesdya. 2008. Gambaran tingkat kecemasan ibu Hamil trimester III di UPT Ibrahim Adjie Kota Bandung (Skripsi). Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran.

Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta.

Zung, W.W.K. 1997. Rating Anxiety for anxiety disorder physychosomatic. USA:

Mosby Company.

Analisis Univariate kategori dukungan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent baik 2 3,8 3,8 3,8 cukup 41 78,8 78,8 82,7 kurang 9 17,3 17,3 100,0

Valid

Total 52 100,0 100,0 interper

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent baik cukup

37 71,2 71,2 71,2

15 28,8 28,8 100,0

Valid

Total 52 100,0 100,0 behaviour

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent cukup 39 75,0 75,0 75,0 kurang 13 25,0 25,0 100,0

Valid

Total 52 100,0 100,0 kategori kecemasan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent tidak cemas 8 15,4 15,4 15,4 cemas ringan 34 65,4 65,4 80,8 cemas sedang 10 19,2 19,2 100,0

Valid

Total 52 100,0 100,0

kategori dukungan nm * kategori kecemasan Crosstabulation

kategori kecemasan Total

tidak cemas cemas ringan cemas sedang tidak cemas

kategori dukungan nm

Baik Count 1 1 0 2

% within kategori dukungan nm 50,0% 50,0% ,0% 100,0%

cukup Count 7 31 3 41 % within kategori

dukungan nm 17,1% 75,6% 7,3% 100,0%

kurang Count 0 2 7 9 % within kategori

dukungan nm ,0% 22,2% 77,8% 100,0%

Total Count 8 34 10 52

% within kategori dukungan nm 15,4% 65,4% 19,2% 100,0%

interper * kategori kecemasan Crosstabulation

kategori kecemasan Total

tidak cemas cemas ringan cemas sedang tidak cemas

Interper Baik Count 7 28 2 37 % within interper 18,9% 75,7% 5,4% 100,0% Cukup Count 1 6 8 15 % within interper 6,7% 40,0% 53,3% 100,0% Total Count 8 34 10 52 % within interper 15,4% 65,4% 19,2% 100,0%

behaviour * kategori kecemasan Crosstabulation

kategori kecemasan Total

tidak cemas cemas ringan cemas sedang tidak cemas

behaviour Baik Count 5 28 6 39 % within behaviour 12,8% 71,8% 15,4% 100,0% Cukup Count 3 6 4 13 % within behaviour 23,1% 46,2% 30,8% 100,0% Total Count 8 34 10 52 % within behaviour 15,4% 65,4% 19,2% 100,0%

Analisa Bivariat Case Processing Summary

N Marginal

Percentage tidak cemas 8 15,4% cemas ringan 34 65,4%

kategori kecemasan

cemas sedang 10 19,2% baik 2 3,8% cukup 41 78,8%

kategori dukungan nm

kurang 9 17,3% Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 3

Model Fitting Information

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Model -2 Log

Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 32,011 Final 10,275 21,735 4 ,000

Pseudo R-Square Cox and Snell ,342 Nagelkerke ,412 McFadden ,237

Likelihood Ratio Tests

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Effect

-2 Log Likelihood of

Reduced Model Chi-Square df Sig.

Intercept 10,275(a) ,000 0 . Katdukmn 32,011 21,735 4 ,000

The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom.

Parameter Estimates kategori kecemasan(a) B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidence Interval for

Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Boundcemas ringan Intercept 18,189 1,058 295,636 1 ,000 [katdukmn=0] -18,189 1,766 106,068 1 ,000 1,26E-008 3,96E-010 [katdukmn=1] -16,701 1,004 276,576 1 ,000 5,58E-008 7,80E-009 [katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . cemas sedang Intercept 19,442 ,690 793,743 1 ,000 [katdukmn=0] -37,322 7631,409 ,000 1 ,996 6,19E-017 ,000 [katdukmn=1] -20,289 ,000 . 1 . 1,54E-009 1,54E-009 [katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .

a The reference category is: tidak cemas. b This parameter is set to zero because it is redundant. c Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is therefore set to system missing. Case Processing Summary

N Marginal

Percentage tidak cemas 8 15,4% cemas ringan 34 65,4%

kategori kecemasan

cemas sedang 10 19,2% cukup 37 71,2% Interper kurang 15 28,8%

Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 2

Model Fitting Information

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Model -2 Log

Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 25,938 Final 11,183 14,756 2 ,001

Pseudo R-Square Cox and Snell ,247 Nagelkerke ,298 McFadden ,161

Likelihood Ratio Tests

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Effect

-2 Log Likelihood of

Reduced Model Chi-Square df Sig.

Intercept 11,183(a) ,000 0 . kaer 25,938 14,756 2 ,001

The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom. Parameter Estimates

B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Confidence Inte

Exp(B)kategori kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound

Intercept 1,792 1,080 2,752 1 ,097 [kaer=1] -,405 1,160 ,122 1 ,727 ,667 ,069

cemas ringan

[kaer=2] 0(b) . . 0 . . . Intercept 2,079 1,061 3,844 1 ,050 [kaer=1] -3,332 1,330 6,281 1 ,012 ,036 ,003

cemas sedang

[kaer=2] 0(b) . . 0 . . . a The reference category is: tidak cemas. b This parameter is set to zero because it is redundant.

Case Processing Summary

N Marginal

Percentage tidak cemas 32 61,5% cemas ringan 17 32,7%

Kecemasan

cemas sedang 3 5,8% Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 2

Model Fitting Information

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Model -2 Log

Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 11,459 Final 11,335 ,124 2 ,940

Pseudo R-Square Cox and Snell ,002 Nagelkerke ,003 McFadden ,001

Likelihood Ratio Tests

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Effect

-2 Log Likelihood of

Reduced Model Chi-Square df Sig.

Intercept 17,571 6,237 2 ,044 kab 11,459 ,124 2 ,940

The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. Parameter Estimates

B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Confidence Interval for

Exp(B)

kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Intercept -,693 ,612 1,281 1 ,258 cemas ringan kab ,080 ,703 ,013 1 ,909 1,083 ,273 Intercept -2,079 1,061 3,844 1 ,050 cemas sedang kab -,405 1,291 ,099 1 ,753 ,667 ,053

a The reference category is: tidak cemas.

Analisa Multivariat

Case Processing Summary

N Marginal

Percentage tidak cemas 8 15,4% cemas ringan 34 65,4%

kategori kecemasan

cemas sedang 10 19,2% baik 2 3,8% cukup 41 78,8%

kategori dukungan nm

kurang 9 17,3% cukup 37 71,2% interper kurang 15 28,8% cukup 39 75,0% behaviour kurang 13 25,0%

Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 8(a)

a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations. Model Fitting Information

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Model -2 Log

Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 46,219 Final 19,388 26,830 8 ,001

Pseudo R-Square Cox and Snell ,403 Nagelkerke ,486 McFadden ,292

Likelihood Ratio Tests

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Effect

-2 Log Likelihood of

Reduced Model Chi-Square df Sig.

Intercept 19,388(a) ,000 0 . katdukmn 29,761 10,373 4 ,035 kaer 21,751 2,363 2 ,307 bah 22,175 2,787 2 ,248

The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom. Parameter Estimates

B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Confidence Interval for

kategori kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound

Intercept 18,413 1,516 147,582 1 ,000 [katdukmn=0] -19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-010[katdukmn=1] -17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-009[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . [kaer=1] -,541 1,295 ,174 1 ,676 ,582 ,046[kaer=2] 0(b) . . 0 . . [bah=1] 1,393 ,947 2,161 1 ,142 4,026 ,629

cemas ringan

[bah=2] 0(b) . . 0 . . Intercept 20,592 1,322 242,631 1 ,000 [katdukmn=0] -37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-017[katdukmn=1] -20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-009[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . [kaer=1] -2,136 1,564 1,866 1 ,172 ,118 ,006[kaer=2] 0(b) . . 0 . . [bah=1] ,368 1,335 ,076 1 ,783 1,445 ,106

cemas sedang

[bah=2] 0(b) . . 0 . . a The reference category is: tidak cemas. b This parameter is set to zero because it is redundant.

Case Processing Summary

N Marginal

Percentage tidak cemas 8 15,4% cemas ringan 34 65,4%

kategori kecemasan

cemas sedang 10 19,2% baik 2 3,8% cukup 41 78,8%

kategori dukungan nm

kurang 9 17,3% Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 8(a)

a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations. Model Fitting Information

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Model -2 Log

Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 46,219 Final 19,388 26,830 8 ,001

Pseudo R-Square Cox and Snell ,403 Nagelkerke ,486 McFadden ,292

Likelihood Ratio Tests

Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests

Effect

-2 Log Likelihood of

Reduced Model Chi-Square df Sig.

Intercept 19,388(a) ,000 0 . kaer 21,751 2,363 2 ,307 bah 22,175 2,787 2 ,248 katdukmn 29,761 10,373 4 ,035

The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom.

Parameter Estimates

B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Confidence Interval for

kategori kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound

Intercept 20,117 2,109 90,992 1 ,000 kaer ,541 1,295 ,174 1 ,676 1,717 ,136bah -1,393 ,947 2,161 1 ,142 ,248 ,039[katdukmn=0] -19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-010[katdukmn=1] -17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-009

cemas ringan

[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . Intercept 17,056 2,606 42,835 1 ,000 kaer 2,136 1,564 1,866 1 ,172 8,464 ,395bah -,368 1,335 ,076 1 ,783 ,692 ,051[katdukmn=0] -37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-017[katdukmn=1] -20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-009

cemas sedang

[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . a The reference category is: tidak cemas. b This parameter is set to zero because it is redundant.