Scanned with CamScannerrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46788... · 2019. 8....
Transcript of Scanned with CamScannerrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46788... · 2019. 8....
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
SIKAP BAHASA MAHASISWA NON-PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
TERHADAP BAHASA INGGRIS
(Sebuah Penelitian Survei Deskriptif)
Alek
Dosen Program Studi Pendidikan bahasa Inggris pada FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstrak
Sikap memiliki peran penting dalam menekuni dan mempelajari suatu bidang atau disiplin ilmu tertentu, termasuk dalamnya belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggris sebagai sebuah bahasa internasional pertama yang diajarkan dan dipelajari di perguruan tinggi di
Indonesia. Peningkatan kompetensi dan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa tidak dapat diraih dan dicapai tanpa memerhatikan beberapa faktor pendukungnya. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan secara mendalam tentang (1) sikap bahasa mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional; (2) sikap bahasa mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris terhadap bahasa Inggris sebagai Matakuliah. Data penelitian ini
diperoleh melaui penyebaran angket (kuesioner) kepada mahasiswa sebagai sampel dalam penelitian ini. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi non-pendidikan
bahasa Inggris semetser VII Fakultas Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun pelajaran 20012/2013. Total sampel penelitian ini sebanyak 100. Jumlah kuesioner adalah sebanyak 30 item. Kriteria penilaian sikap menggunakan skala Likert dengan pola rentangan
yaitu dari mulai sangat setuju, setuju, tidak setuju, sampai sangat tidak setuju. Sikap mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional
adalah berkategori ‘rendah’ atau sebesar 32%. Sedangkan untuk sikap bahasa mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris terhadap bahasa Inggris sebagai mata kuliah sama-sama berada pada sikap positif yang sangat rendah atau sebesar 29% atau lebih rendah dari sikapnya terhadap
bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Jika dilihat dari level sikap mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris terhadap baik sikap terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional maupun sikap sebagai Mata kuliah sama-sama berkategori sikap positif rendah atau tinggi sikap negatif. Dalam perkataan lain, bahwa mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan memiliki sikap bahasa yang berkategori
negatif tinggi dan bersikap positif rendah.
Katakunci: sikap bahasa, bahasa Inggris, bahasa internasional, sikap positif, sikap negative.
PENDAHULUAN
Banyak faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan belajar atau pencapaian kinerja
belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Satu di antaranya adalah sikap. Sikap diyakini memiliki peran sentral dalam upaya memahami, mempersepsepsi, memaknai, melakukan atau bertindak terhadap suatu objek. Mahasiswa sebagai pribadi yang memiliki sifat yang kompleks, terutama
dalam menghadapi dan memilih apa yang dilakukan atau dikerjakan pun tidak dapat dipisahkan dengan kondisi yang melingkupinya dirinya, karena di dalam diri seseorang setidaknya
memiliki aspek-aspek kepribadian, yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. aspek kognisi mencakup pemahaman suatu konsep yang diyakini benar oleh seseorang terhadap suatu suatu objek, aspek afeksi, menyangkut hal-hal yang timbul dari dalam diri seseoang sesbagai sesuatu
yang abstrak (emosional), dan aspek konasi, berkenaan dengan adanya keinginan untuk melakukan sesuatu tindakan terhadap sesuatu bersifat preferensi terhadap sesuatu objek.
Tuntutan kompetensi dan performansi berbahasa mahasiswa yang diwujudkan dalam bentuk hasil tes kemahiran berbahasa Inggris sebagai bahasa asing (TOEFL) yang harus dimiliki mahasiswa sebagai satu syarat penyelesaian studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususny Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan dukungan dan pola pengalokasian
jumlah SKS serta jumlah jam mengajar yang relatif kurang sepadan dengan tuntutan kurang.
Porsiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Implementasi Kurikulum 2013 91
Memerhatikan kondisi tersebut di atas, dapat menimbulkan persepsi dan sikap tersendiri
berkaitan dengan hal tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, (Allport dalam Mar’at,
1984: 13) mengatakan bahwa sikap positif, berupa rasa senang dan dukungan
keyakinan yang baik sebelum melakukan suatu tindakan terhadap suatu objek, akan
memberi dampak positif, seperti pembelajaran bahasa Inggris baik sebagai mata kuliah
maupun sebagai bahasa internasional.
Sikap mahasiswa berkontribusi dalam upaya pemahaman dan penguasaan bahasa
Inggris mahasiswa. Sikap bahasa mahasiswa yang positif ditandai dengan kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami dan menguasai bahasa Inggris baik
sebagai bahasa Internasional atau baahsa target maupun sebagai mata kuliah.
Sebagaimana diketahui bahwa penguasaan bahasa internasional (Inggris) pada
umumnya sulit dipahami mahasiswa dalam waktu yang relatif singkat atau dipelajari
hanya dalam satu atau dua semester (atau jumlah SKS yang relative sedikit). Hal ini
tentu beralasan, karena bahasa Inggris memiliki tingkat kesulitan tersendiri jika
dibandingkan dengan bahasa yang dimiliki oleh mahasiswa, (bahasa Indonesia). Dengan
demikian untuk memiliki pemahaman dan keterampilan berbahasa Inggris, diperlukan
dukungan kebijakan yang berpihak pada mahasiswa dan sikap bahasa yang positif
dalam diri pembelajar bahasa itu sendiri. Bagi mereka yang memiliki sikap positif dan
dukungan kebijakan yang mendukung proses, waktu, dan sistem pembelajaran yang
memadai akan berdampak pada hasil yang baik dan optimal pula. Senada dengan hal
tersebut di atas Baker (1988) mengemukakan bahwa sikap bahasa diperoleh dan
dipupuk lewat proses pembelajaran, serta dapat dibangun melalui pengalaman dalam proses belajar mengajar. Hal ini berarti bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk atau membangun sikap bahasa seseorang.
Beberapa penelitian yang dilakukan berkaitan dengan sikap bahasa, baik sikap terhadap bahasa nasional maupun sikap terhadap mata kuliah, seperti dilakukan oleh Dingding Haerudin,
meneliti tentag “Sikap Bahasa Mahasiswa” pada di Jurusan Pendidikan Bahasa Asing
FPBS Universitas Pendidikan Indonesia dan penelitian serupa juga dilakukan oleh penelitian asing, seperti di China oleh Yang Yu dengan judul ”Attitudes of learners
towards English.” Memerhatikan dan mencermati banyaknya peneliti menaruh perhatian
dalam melakukan penelitian seperti objek dikaji dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa aspek sikap menjadi sebuah sosok yang sungguh memerlukan perhatian lebih
dan serius. Merosot atau kurang positifnya sikap seseorang terhadap sesuatu yang
dipelajarinya akan berdampak terhadap hasil atau penguasaan terhadap objek yang
dipelajarnya. Hasil yang dicapai mahasiswa dalam memelajari bahasa Inggris bukanlah
lahir dengan tanpa penyebab, baik internal maupun dari luar dirinya. Hal ini berbeda dengan Trustone dalam Mar‟at, 1984: 147—149) mengatakan bahwa sikap merupakan
efek dari pemahaman, baik bersifat positif dan negatif atau suasana batin seseorang
berkenaan dengan objek psikologis berupa menyetujui dan menolak.
Berdasarkan berbagai kondisi dan kenyataan di atas, pelaksanan penelitian berkaitan
dengan sikap bahasa sebagai jembatan untuk memahami berbagai problematika baik
dari aspek sikap terhadap bahasa inggris sebagai bahasa internasional, sebagai mata kuliah
dan sikap terhadap kebijakan pembelajaran bahasa Inggris, yang ditandai dengan belum optimalnya keterampilan memahami bacaan bahasa Inggris mahasiswa non-pendidikan bahasa
Inggris di Fakulta Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN SyarifHidayatullah Jakarta, maka peneliti tertarik melakukan penelitian secara mendalam, meluas, komprehensif tentang sikap bahasa
mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris terhadapbahasa Inggris.
SIKAP BAHASA Sejumlah ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, Charles Osgood menyatakan
bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mana dapat memihak (favorable)
92 Porsiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Implementasi Kurikulum 2013
maupun tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek tertentu. Sedangkan kelompok ahli psikologi sosial seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport menganggap
sikap sebagai kesiapan (kecenderungan potensial) untuk bereaksi pada suatu objek dengan cara-cara tertentu.
Beberapa ahli memandang sikap sebagai gabungan dari beberapa aspek, mencakup aspek kognitif, afektif, dan konatif. Ketiga aspek tersebut saling berinteraksi dalam memahami dan merasakan suatu objek. Secord dan Backman dalam Suryabrata mendefinisikan sikap
sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek tertentu. Komponen kognitif berkaitan
dengan kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Sesuatu yang telah diyakini akan menjadi suatu stereotipe pada individu tersebut, sehingga pikirannya selalu terpola. Misalnya, bila individu percaya bahwa mencuri adalah
sesuatu yang buruk maka kepercayaan tersebut akan selalu terpola pada pikirannya. Komponen afektif menunjuk pada perasaan emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek.
Sedangkan komponen konatif merupakan struktur sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang dikaitkan dengan objek sikap yang dihadapinya.http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/12/pengertian-sikap-menurut-para-
ahli.html. Diunduh 22 Mei 2013: 09.41.
Menurut David Lasagabaster dan Angel Huguet (2006: 11) mengatakan bahwa
sikap bukan satu-satunya faktor yang menentukan perilaku akan tetapi sikap terhadap
bahasa dapat mempengaruhi perilaku tutur seseorang. Edwards dalam Rahardi (1997:
18) menyatakan bahwa antara perbuatan dan sikap tidak ada hubungan langsung. Menurutnya, sikap hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi perbuatan. Pendapat
Edwards ini sangat kontras dengan pendapat Lapiere. Lapiere dalam Rahardi
menyatakan bahwa hubungan antara sikap dan perbuatan merupakan hubungan timbal
balik. Dalam keadaan tertentu, sikap baik sendiri maupun bersama-sama dengan faktor-
faktor yang lain menyebabkan terjadinya perbuatan tertentu. Sikap mempengaruhi
perilaku “mendekat atau menjauh.” Sikap positif terhadap suatu objek akan membuat
seseorang mendekati objek tersebut, sebaliknya sikap negatif terhadap suatu objek akan
membuatnya menjauh dari objek sikap tersebut.
Menurut C. Baker mengatakan “Attitude is a mental or neural state of readiness,
organized through experience, exerting a directive or dynamic influence upon the
individual’s response to all objects and situations with which it related .” (Artinya:
sikap adalah kesiapan mental dan saraf, yang tersusun melalui pengalaman, yang
memberi arah atau pengaruh dinamis dalam merespon berbagai objek dan situasi terkait.
Mencermati pengertian di atas, menyiratkan bahwa sikap sulit diamati secara langsung akan tetapi dapat diamati melalui respon seseorang terhadap suatu objek. Selanjutnya
Baker mengatakan “Attitude is disposition to respond favourably or unfavourably to an
object, person, institution, or event.” Artinya sikap adalah watak untuk merespon
dengan senang atau tidak senang terhadap suatu objek, seseorang, institusi, atau
peristiwa. Sementara itu, Rokeach mendefinisikan sikap adalah “A relatively enduring
organization of beliefs around an object or situation predisposing one to respond in
some preferential manner.” (Maksudnya: pengorganisasian suatu keyakinan yang
berlangsung relatif lama tentang suatu objek atau situasi dapat memengaruhi seseorang
untuk bereaksi dengan cara tertentu sesuai kecenderungan). Mencermati maksud yang
disampaikan oleh Rokeach di atas, bahwa sesuatu yang dianggap sikap adalah sesuatu
yang berproses relative lama dan bukan sesuatu yang terjadi atau yang muncul secara
tiba-tiba atau relatif singkat (tentative). Sementara itu Fishbein dan Ajzen dalam Emzir (2000: 29) berpendapat mendefinisikan
sikap sebagai predisposisi terpelajar untuk merespon secara berpihak atau tidak berpihak secara konsisten dengan perhatian kepada objek tertentu. Sejalan dengan hal ini Harimurti
mengemukakan Sikap positif dapat ditumbuhkembangkan melalui kebiasaan. Membiasakan diri untuk lebih menguasai dan lebih terampil berbahasa tertentu dapat menumbuhkembangkan
sikap positif kita terhadap bahasa yang dipelajari (Inggris). Mengetahui konsep bahasa yang
baik dan benar menjadi syarat untuk memilii sikap bahasa secara baik dan benar yang pada gilirannya dapat menumbuhkan sikap bahasa yang positif.
Porsiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Implementasi Kurikulum 2013 93
Berdasarkan beberapa pendapat dan argumen di atas, dapat disarikan bahwa sikap berbahasa merupakan sikap yang dimiliki oleh para pengguna atau pemakai bahasa yang
tidak saja dimiliki oleh monobahasawan, dwibahasawan, tetapi juga dimiliki oleh multibahasawan terhadap suatu bahasa. Sebagai akibat dari sebuah sikap dapat terekspresikan melalui perasaan menolak, menerima, bangga, atau bahkan membenci. Dalam perkataan lain,
sikap berbahasa itu dapat bersifat positif atau negatif, dan dapat dilihat dalam bentuk, rasa senang, bangga, setia memakai dan menggunakan bahasa tertentu sesuai konsep yang
dipahaminya.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei. Total sampel sebanyak 100 orang yang
diambil dengan teknik acak sederhana dengan mempertimbangkan keterwakilan. Instrumen penelitian ini adalah quesioner tentang sikap mahasiswa yang mencakup, komponen afektif, kognitif dan konatif. Total butir pernyataan/pertanyaan sebanyak 30 butir. Teknik
Pengumpulan data tentang sikap berbahasa dilakukan dengan cara menyebarkan angket ke semua sampel (mahasiswa) yang menjadi sampel penelitian. Selanjuntya data dianalisis
menggunakan Analisis statistik, SPPS dan Microsf Excel 2010, selanjutnya hasil analisis statistik dilanjutkan dengan pemberian makna atau interpretasi, dan diakhiri dengan penarikan simpulan.
HASIL PENELITIAN
Dalam subtopik tentang hasil penelitian ini akan diperikan tentang kedua pertnayaan penelitian berkenaan dengan sikap mahasiswa non-pendiidkan bahasa Inggris pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan-UIN syarif Hidayatullah, Jakarta, baik sebagai bahasa
internasional (BIsBI) maupun bahasa Inggris sebagai mata kuliah (SIsMK).
Sikap terhadap Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional (BIsBI) Berdasarkan data yang diperoleh dari mahasiswa tentang sikap bahasa mahasiswa
terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (BIsBI) yang dijaring dengani 15 butir pernyataan yang diberikan, skor terendah yang diperoleh adalah 34, dan skor tertinggi sebesar 51, dan rata-rata idealnya adalah 45. Kriteria sikap positif dan negatif terhadap bahasa nasional
ini berdasarkan rata-rata ideal (skor 45). Artinya mahasiswa dikatakan bersikap positif terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (BIsBI) apabila memeroleh skor 45, dan
sikap negatif jika skor yang diperoleh adalah < 45. Berdasarkan data hasil pengukuran, diperoleh skor pada rentang 34 sampai 51, dan skor rata-rata sebesar 42,66. Berdasarkan hasil tersebut bahwa skor mahasiswa berada di bawah skor ideal yaitu 45. Selanjutnya
mengenai terdapat 33 orang mahasiswa yang memeroleh skor ideal (45) dari 100 responden. Hal ini menunjukkan bahwa mahasisiliki sikap positif terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional (BIsBI) adalah sebesar 33 orang mahasiswa. Sementara itu, mahasiswa yang mempunyai sikap negatif terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (BIsBI) adalah
sebesar 67 orang mahasiswa. Skor yang terbanyak berada pada rentang 34 sampai 44.
Mahasiswa yang mempunyai skor 34 sebanyak 2 orang atau sebesar (2%), dan
37 sampai dengan 44 adalah sebanyak 31 orang atau setara dengan (44%). Dengan
demikian, dari 33 mahasiswa yang memiliki sikap positif terhadap bahasa bahasa
Inggris bahasa Internasional (BIsBI) sebanyak (33%), sedangkan yang bersikap
negatif sebanyak 66 (66%). Dapat ditafsirkan bahwa mahasiswa bersikap positif
terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (BIsBI) berada pada level
rendah, yaitu di bawah 59%. Berdasarkan gambaran hasil tersebut di atas, Hal tersebut
sangat beralasan bagi mahasiswa yang sudah belajar bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional sebagian besar mahasisw ayang mengikuti tes bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional di Pusat bahasa UIN Syarif Hidayatullah sulit memenuhi skor yang
ditatpkan UIN, khususnya mahaisiswa non-pendidikan bahasa Inggris, yaitu skor sebesar 450 karena mereka memiliki sikap b a ha s a t e r ha d a p bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang relatif rendah.
94 Porsiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Implementasi Kurikulum 2013
Berdasarkan hasil analisis statistik dari data penelitian seperti diperikan dalam
uraian di atas, menunjukan bahwa sikap mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris
bahasa Inernasional (BIsBI) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta menunjukkan bahwa rerata secara umum berada pada taraf atau level rendah. Dalam perkataan, mahasiswa non-pendiidkan bahasa Inggris
sebagai bahasa Inernasional (BIsBI) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta memiliki sikap positif hanya mencapai 33
orang mahasiswa dari 100 orang mahasiswa dan terdapat 67 orang mahasiswa yang
memiliki sikap negatif terhadap bahasa Inggris bahasa Inernasional (BIsBI). Sementara
itu, rerata keseluruhan sikap mahasiswa non-pendiidkan bahasa Inggris sebagai mata
kuliah (BISBI) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, yaitu sebesar 42,66% atau rata-rata skor mahasiswa berada di
bawah skor ideal (positif), yaitu 45.
Berdasarkan hasil analisis statistik dari data penelitian seperti dipaparkan dalam
uraian di atas, bahwa sikap mahasiswa non-pendiidkan bahasa Inggris bahasa
Inernasional (BIsBI) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta menunjukkan
Sikap terhadap bahasa Inggris sebagai Mata Kuliah (BIsMK)
Berdasarkan data hasil pengkukuran diperoleh skor pada rentang 32 sampai 51,
dan skor rata-rata sebesar 42,28, ternyata berada di bawah rata-rata ideal (skor 45).
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa rata-rata mempunyai sikap negatif terhadap
bahasa Inggris sebagai Mata Kuliah (BISMK). Skor yang terbanyak berada pada
rentang antara 39—44 atau nilai atau skor 32 sebanyak 2 orang atau setara dengan
(2%) dan 39 sebanyak 7 orang mahasiswa (7%), 42 sebanyak 14 orang.
Mahasiswa yang mempunyai skor 41—44 sebanyak 62 (62%) orang dan 50 sebanyak
3 orang (3%), dan yang memeroleh skor 51 sebanyak 2 orang (2%).
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dikatakan bahwa dari 100
mahasiswa yang bersikap positif terhadap bahasa Inggris sebagai Mata Kuliah
(BIsMK) sebanyak 29 orang atau 29%, dan yang negatif sebanyak 71 orang mahasiswa
atau setara dengan 71%. Mahasiswa memiliki sikap negatif terhadap bahasa Inggris
sebagai Mata Kuliah (BIsMK) seperti ditunjukkan oleh hasil pilihan mahasiswa
pada pernyataan nomor 17 yang berbunyi “Saya mempelajari matakuliah Bahasa Inggris hanya untuk memenuhi tuntutan SKS saja.” Sikap mahasiswa melalui
pernyataan nomor 17 menggambarkan bahwa mahasiswa rata-rata memilih “setuju dan
sangat setuju”. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diinterpretasikan bahwa
mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris sangat sedikit mempelajari bahasa Inggris
sebagai pendukung dan peningkatan pemahaman akan ilmu dan pengetahuan lainnya,
terutama dalam menghadapi tantangan masa depannya.
Berdasarkan hasil analisis data, bahwa sikap mahasiswa non-pendiidkan bahasa
Inggris sebagai mata kuliah (BIsMK) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta menunjukkan bahwa rerata secara umum
sikap mahasiswa non-pendiidkan bahasa Inggris sebagai mata kuliah (BIsMK) masih
berada pada taraf atau level rendah atau dalam perkataan lain, mahasiswa yang memiliki
sikap positif hanya mencapai 29 orang mahasiswa dari 100 orang mahasiswa dan
terdapat 71 orang mahasiswa yang memiliki sikap negatif bahasa Inggris sebagai mata
kuliah (BISMK). Sementara itu, rerata keseluruhan sikap mahasiswa non-pendiidkan
bahasa Inggris sebagai mata kuliah (BIsMK) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yaitu sebesar 42,28% atau rata-rata
di bawah skor ideal (positif).
Porsiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Implementasi Kurikulum 2013 95
PEMBAHASAN
Pada subbab ini akandibahas tentang temuan penelitian berdasarkan hasi survei tentang
Sikap mahasiswa nonpendidikan bahasa Inggris terhadap Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional dan Sikap mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris terhadap Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional. Pembahasan lengkap mengenai temuan dari masalah di atas
adalah sebagaio berikut.
Sikap terhadap Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional Berdasarkan data yang diperoleh dari mahasiswa tentang sikap bahasa mahasiswa
terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (BISBI) yang dijaring dengani 15 butir pernyataan yang diberikan, skor terendah yang diperoleh adalah 34, dan skor tertinggi sebesar
51, dan rata-rata idealnya adalah 45. Kriteria sikap positif dan negatif terhadap bahasa nasional ini berdasarkan rata-rata ideal (skor 45). Artinya mahasiswa dikatakan bersikap positif terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (BISBI) apabila memeroleh skor 45,
dan sikap negatif jika skor yang diperoleh adalah < 45. Berdasarkan data hasil pengukuran, diperoleh skor pada rentang 34 sampai 51, dan skor rata-rata sebesar 42,66, berdasarkan
hasil tersebut bahwa skor mahasiswa berada di bawah skor ideal yaitu 45. Selanjutnya terdapat 33 orang mahasiswa yang memeroleh skor ideal (45) dari 100 responden. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memliki sikap positif terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional (BIsBI) adalah sebesar 33 orang mahasiswa. Mencermati hasil seperti dikemukakan di atas, senada dengan apa yang dikemukakan
oleh C. Baker sikap itu merupakan sesuatu yang bersifat dinamis dan tentatif kondisional, karena berkaitan erat dengan kondisi mental dan kejiwaan, yang terbangun dari pengalaman, yang berkontribu secara dinamis dalam diri seseorang ketika menghadapi suatu keadaan atau
situasi tertentu. Lebih jauh, Baker (mengatakan “Attitude is disposition to respond favourably or unfavourably to an object, person, institution, or event.” (Maksudnya: sikap adalah kebiasan
dalam merespon sesuatu baik dengan sukacita atau tidak terhadap suatu objek, seseorang, institusi, atau peristiwa).
Rokeach dalam Rahardi (h. 28) mengatakan bahwa sikap itu bersifat relatif lama
terhadap suatu objek atau situasi dan mendorong seseorang untuk menanggapinya secara negatif maupun positif. Oleh karena, berkenaan dengan hasil penelitian ini dapat dikatakan
bahwa sikap terlepas dari aspek psikologisMaksudnya adalah kondisi di luar diri pembelajar. Seorang tokoh psikologi social, Allport dalam Edwards, Alen L. (2005: 24). mengatakan bahwa sikap memiliki peran sentral dalam merespon, mempersepsi, dan memahami sesuatu termasuk
dalam hal mempelajari bahasa Inggris, baik sebagai bahasa internasional maupun sebagai mata kuliah.
Sikap terhadap bahasa Inggris sebagai Mata Kuliah (BIsMK)
Berdasarkan hasil yang diperoleh tetang sikap mahasiswa terhadap bahasa Inggris sebagai mata kuliah (BIsMK) yang dijaring dengani 15 butir pernyataan yang diberikan, skor
terendah yang diperoleh adalah 32, dan skor tertinggi sebesar 51, dan rata-rata idealnya adalah 45 atau sama dengan yang terdapat di dalam sikap mahasiswa terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Selanjutnya hasil pengkukuran diperoleh skor pada rentang 32 sampai
51, dan skor rata-rata sebesar 42,28, ternyata berada di bawah rata-rata ideal (skor 45). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa rata-rata mempunyai sikap negatif terhadap Bahasa Inggris
sebagai Mata Kuliah (BIsMK). Skor yang terbanyak berada pada rentang antara 39—44 atau nilai atau skor 32 sebanyak 2 orang atau setara dengan (2%) dan 39 sebanyak 7 orang mahasiswa (7%), 42 sebanyak 14 orang. Mahasiswa yang mempunyai skor 41—44
sebanyak 62 (62%) orang dan 50 sebanyak 3 orang (3%), dan yang memeroleh skor 51 sebanyak 2 orang (2%).
96 Porsiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Implementasi Kurikulum 2013
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dikatakan bahwa dari 100 mahasiswa
yang bersikap positif terhadap Bahasa Inggris sebagai Mata Kuliah (BIsMK) sebanyak 29 orang atau 29%, dan yang negatif sebanyak 71 orang mahasiswa atau setara dengan 71%.
Berdasarkan temuan yang dikemukakan di atas dapat diinterpretasikan bahwa mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris pada Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta hanya lebih sedikit dari sampel/seperempat mahasiswa yang diteliti memiliki sikap positif tehradap bahasa Ingris
sebagai mata kuliah. Mencermati kondisi tersebut di atas, jika dibandingkan dengan kenyataan di lapangan
bahwa mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris pada Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta seringkali mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal bahasa Inggris diwaktu mengikuti ujian bahasa Inggris di Pusat Bahasa. Sebagai akibat dari kondisi seperti ini akan berdampak
pada mahasiswa dalam menyelesaikan studinya karena satu di antara banyak syarat lain yang harus dipenuhi mahasiswa adalah lulus tes bahasa Inggris di Pusat bahasa dengan menunjukkan
sertifikat lulus. Selanjutnya jika dikaitkan dengan teori, hasil penelitian ini pula menunjukkan
kesadaran, dan kebanggaan mahasiswa terhadap bahasa Inggris. Hal ini senada dengan yang
dikemukakan (Garvin, P.L. Mathiot M., 1968: 149) bahwa orang yang memiliki sikap bahasa yang baik atau positif, setidaknya memiliki kebanggaan, kesadaran dan kesetiaan dalam
mempelajari bahasa Inggris baik sebagai sebagai bahasa internasionalmaupun sebagai matakuliah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil atau temuan penelitian dan pembahasan sebelum, pada subbab simpulan ini, akan dikemukakan jawaban dari pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian
yang dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu: (1) Bagaimana sikap bahasa mahasiswa
non-pendidikan bahasa Inggris terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional?
(2) Bagaimana sikap bahasa mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris terhadap bahasa
Inggris sebagai Mata kuliah?
Untuk jawaban pertanyaan pertama dari pertanyaan yang diajukan di atas
menunjukkan bahwa ketegori sikap mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris
terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional adalah berkategori ‘rendah’ atau
sebesar 32%. Atau dalam perkataan lain sikap bahasa mahasiswa non-pendidikan
bahasa Inggris berkategori kurang positif. Sedangkan untuk jawaban dari pertanyaan
kedua tentang sikap bahasa mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris terhadap bahasa
Inggris sebagai Mata kuliah sama-sama berada pada sikap positif yang sangat rendah
atau sebesar 29% atau lebih rendah dari sikapnya tehradap bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional. Jika dilihat level sikap mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris
terhadap baik sikap terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa internasional maupun sikap sebagai Mata kuliah sama-sama berkateri sikap positif rendah. Dalam perkataan lain,
bahwa mahasiswa non-pendidikan bahasa Inggris pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan memiliki sikap bahasa yang berkategori negatif tinggi, yaitu mencapai 65%
dan bersikap positif hanya 35%.
SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, dapat disampaikan beberap saran, kepada:
- Mahasiswa, untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi berbahasa yang baik dan benar sesuai standar dan kriteria baik yang ditentukan perguruan tinggi sebagai syarat yang
harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi maupun tuntutan kompetensi keilmuan secara umum, mahasiswa perlu memiliki sikap positif (postive thinking) terhadap bahasa yang dipelajari, sebab jika tidak, maka sulit bagi pembelajar atau mahasiswa dapat memeroleh
kompetensi dan performansi kebahasaan yang baik dan benar, setidak-tidaknya sesuai standar yang ditetapkan oleh perguruan tinggi (UIN).
Porsiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Implementasi Kurikulum 2013 97
- Institusi, perlu mempertimbangkan berbagai aspek dalam menyiapkan kompetensi dan
Performansi yang berkualitas terutama dalam membekali mahasiswa dengan kompetensi kebahasaan (bahasa Inggris) baik sebagai bahasa internasional maupun sebagai mata kuliah.
Aspek lain yang perlu diperhatikan institusi (UIN) dan Lembaga Bahasa sebagai perpanjangan tangan institusi perlu mengkaji secara lebih mendalam, meluas, kritis, dan komprehensif berbagai aspek pendukung (underpin) program pengajaran bahasa, di
antaranya: analisis kebutuhan, pengembangan kurikulum yang representatif, alokasi waktu perkuliahan (jumlah SKS) pengajaran bahasa Inggris bagi mahasiswa non-pendidikan
bahasa Inggris baik di FITK maupun fakultas-fakultas lain yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah penyusunan modul/buku, baik buku/buku/panduan untuk dosen sebagai pengajar bahasa Inggris maupun
buku/modul/panduan untuk mahasiswa, dan yang terakhir adalah penyusunan/pengembangan soal yang digunakan untuk menguji kompetensi bahasa Inggris
mahasiswa yang benar-benar sinkron dengan kompetensi/materi yang telah diajarkan berdasarkan silabus.
- Dosen, hasil penelitian menyarankan bahwa dosen memiliki peran penting dalam
mendukung keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari bahasa Inggris di FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini cukup beralasan, karena betapa pun pintarnya seorang
mahasiswa, tetap membutuhkan arahan dan motivasi melalui proses pembelajaran, terutama dalam pembelajaran bahasa baik aspek kompetensi maupun performansi sangat memerlukan
dukungan dosen/pengajar sebagai pendamping/penilai sebelum mengikuti uji kompetensi dan performansi di Pusat Bahasa, UIN Jakarta (bagi yang belum lulus tes bahasa Inggrisnya).
DAFTAR PUSTAKA
Allen L. Edwards, Techniques of Attitude Scale Constraction. Englewood Cliff, N.J: Prentice-Hall, Inc.,
2007.
Baker, C. Key Issues in Bilingualism and Bilingual Education. Clevedon, Avon: Multilingual
Matters, 1988.
David Lasagabaster, Angel Huguet, Multilingualism in European Bilingual Contexts:
Language Use And Attitudes: Multilingual Matters. UK: Clevedon, 2006.
Emzir, Hubungan Antara Sikap Terhadap Penerjemahan dan Kemauan Menerjemah, Hasil
Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta, 2000.
Haerudin, Dingding. “Sikap Bahasa Mahasiswa” pada di Jurusan Pendidikan Bahasa Asing
FPBS Universitas Pendidikan Indonesia
http://www.google.co.id/url.DINGDING_HAERUDIN%2FSIKAP_BAHASA_MAHASISWA.pdf.diu
nduh pukul 20:12, tanggal 12 Mei 2014.
Edwards, Alen L. Technique of Attitude Scale Construction. Newyork: Apleton Century Crofts,
1957.
Garvin, P.L. Mathiot M.. The Urbaization of Guarani Language. Problem in Language and
Culture, dalam Fishman, J.A. (Ed) Reading in Tes Sosiology of Language, Mounton.
Paris–The Hague. Gerungan. Psikologi Sosiologi. Bandung: Eresco. 1987. 1968
Harry E. Triandis, Attitude and Attitude Change. New York: Taylor & Francis Group, LLC.,
2008.
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/12/pengertian-sikap-menurut-para-ahli.html. Diunduh 22 Mei
2013: 09.41.
98 Porsiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Implementasi Kurikulum 2013
Kridalaksana, Harimurti. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah, 1985.
Likert, Rensis.. The Method of Construction to Psykology. Boston: Houghton. Mifflin
Company, 1967.
Mar’at. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta.Ghalin Indonesia, 1984.
Milton Rokeach. Beliefs, Attitudes and Values: A Theory of Organization and Change. San
Fransisco: Josey Bass, 2002.
Yang Yu. “Attitudes of Learners Toward English: A Case of Chinese College Students,”
Thesis, Columbus: Ohio State University, 2010.
Porsiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Implementasi Kurikulum 2013 99