Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

download Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

of 7

Transcript of Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

  • 8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

    1/7

    Pembangunan

    Wilayah

    "Rural

    Urban

    Economic

    -lngkages"

    Konsep [lrgensinya

    alann

    emperkuat

    Pembangunan

    esa

    (Bagian Terakbir dari

    Dua Twlisan)

    ANroNtusTerucaN

    *)

    Ir. Antonius

    Tarigan,

    M.Si adalah

    KastLbdit elembagaan

    erja Sama

    Pembangunan,

    irektornt

    Kerja Sama

    Pembangttnan ektoral

    dan

    Daerah,

    Kantor

    Mencg PPN

    Bap1.tenas

    Mahasiszua

    rogram

    Doktor Unioersitas

    Indonesia

    Konsentrasi

    Kebiiakan

    Publik-red

    Interuensi

    emerintah

    alam

    Strategi

    Pembangunan

    erdesaan

    Sejalan

    dengan

    strategi pembangunan

    perdesaanseperti

    yang

    telah

    dipaparkan

    pada

    bagian

    pertama

    dari

    tulisan

    ini, maka

    tahapan

    intervensi pemerintah

    dalam

    pengembangan

    ekonomi

    di

    daerah

    dapat dilihat pada Gambar-4 (Haeruman, 2001).

    Gambar-4.

    Tahapan

    Intervensi

    Pemerintah

    Dalam

    Strategi

    Pembangunan

    Perdesaan

    EFGH

    Peran

    40

    Pemerintah

    Dunia Usaha

    &

    Masyarakat

    20

    30

    10

    Penilaian Kelayakan

    ? 4

    -

    P

    "nn"

    n^anPembangunan

    o.3

    v

    April Juni 003

    I

    \

    J

    \

    PM

    PK

    DS

    Sosial

    Ekonomi

    Komersial

  • 8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

    2/7

    Pembangunan

    Witayah

    -.i,'

    ,.,,#

    Tahap 1 : Pemberdavaan

    Masvarakat

    (PM)

    Masalah pemberdayaan

    masyarakat yang

    terjadi saat ini

    telah

    mendapat

    perhatian

    besar dari

    berbagai

    pihak

    tidak

    terbatas pada aspek

    pemberdayaan sosial-ekonomi,

    akan tetapi

    juga

    menyangkut

    aspek pemberdayaan

    politik.

    Pemberdayaan

    masyarakat halam

    hal

    ini terkait pula dengan

    masalah

    pemberian

    akses

    bagi masyarakat, lembaga

    dan

    organisasi

    masyarakat

    untuk memperoleh

    dan

    memanfaatkan hak

    masyarakat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Saat

    ini, ketidakmampuan

    masyarakat untuk

    memperolah

    akses disebabkan

    oleh

    kurangnya

    pengetahuan

    dan keterampilan

    sumber

    daya

    manusia, adanya

    kondisi

    kemiskinan yang

    dialami

    sebagian

    masyarakat,

    dan

    adanya kesediaan untuk

    membagi wewenang

    dan

    sumber

    daya yang

    berada di

    pemerintah

    kepada

    masyarakat

    atau dari

    kelompok ekonomi

    kuat

    kepada

    kelompok

    ekonomi

    lemah.'

    DenS;andemikian,

    pemberdayaan

    dapat

    ditempuh

    melalui

    usaha

    menciptakan situasi

    kondusif,

    memperkuat potensi/daya

    yang

    dimiliki

    oleh masyarakat,

    serta

    melindungi/mencegah

    penindasan

    kelompok kuat

    terhadap

    kelompok

    lemah.

    Tahap

    2 : Pengembangan

    Kemitraan

    (PK)

    Penguatan

    ekonomi

    masyarakat di

    perdesaan

    tidak

    berarti

    harus mengekang

    tumbuh

    dan

    berkembangnya

    sektor

    ekonomi

    besar, sebab

    tumbuhnya

    ekOnomi

    rakyat membutuhkan

    kekuatan

    penarik yaitu

    ekonomi

    besar.

    Keduanya

    merupakan satu

    kesatuan

    ekonomi.

    Ekonomi

    nasional akan

    tokoh dan efisien,

    kalau ada sinergis

    antara

    kekuatan ekonomi

    rakyat dengan

    kekuatan

    ekonom

    besar. Oleh

    sebab

    itu, dalam

    rangka memperkuat

    ekonomi

    rakyat

    yang efisien

    dan

    berdaya saing,

    harus

    ada kemitraan

    antara usaha

    ekonomi

    besar dan usaha

    ekonomi

    rakyat

    (industri

    rakyat,

    pertanian

    rakyat,

    perkebunan

    rakyat, usaha perdagangan

    rakyat).

    Tahap 3 :

    Peningkatan

    Daya Saing

    (DS)

    Pengembanganekonomi rakyat tidak

    dapat dibangun

    melalui

    supply driaen

    ataupendekatan

    produksi

    saja.

    Fakta

    empirik

    telah membuktikan

    kegagalan pendekatan

    supply

    dritten

    ini. Kegagalan

    memasarkan produksi

    yang

    melimpah

    dan

    pemborosan

    penggunaan

    sumberdaya

    ekonomi,

    adalah

    indikator

    atas

    kegagalan

    pendekatan

    supply

    driuen

    tersebut.

    OIeh

    karenanya,

    dalam

    rangka

    efisiensi

    ekonomi

    secara

    regional

    dan nasional,

    maka

    perlu

    dilakukan

    upaya

    untuk

    memperkuat

    daya saing

    produk

    di

    suatu

    daerah

    melalui peningkatan

    kompetensi

    ekonomi

    lokal

    (perdesaan).

    Dengan

    peningkatan

    daya

    saing

    ini,

    diharapkan

    produk

    barang

    dan

    jasa

    yang

    dihasilkan

    oleh suatu

    daerah

    dapat

    bersaing

    di

    pasar

    lokal,

    regional,

    nasional dan

    internasional.

    Dari gambar

    4 tersebut, peran

    pemerintah

    relatif

    dominan

    pada

    saat

    tahap

    pemberdayaan

    masyarakat

    (Daerah

    ABIE)

    dan mengalami

    pergeseran

    ketika

    memasuki

    tahap pengembangan

    kemitraan

    (Daerah

    BCf).

    Namun

    tetap dalam

    kerangka keqa partnership sebagaimana yang ditegaskan

    Paoletto

    (dalam

    Wang,

    2000) yaitu

    kerjasama

    diantara

    kelompok

    kepentingan,.bertumpu

    pada

    kesepahaman

    tentang

    kekuatan

    dan kelemahan,

    bekerjasama

    untuk

    mencapai

    tujuan

    melalui

    komunikasi

    dan

    efektifitas

    yang

    terus

    menerus.

    Akhirnya

    peran

    pernerintah

    akan

    sangat

    minimal

    (sebatas

    asilitasi,

    advokasi,

    mediasi)

    (Daerah

    CDIK) pada sait

    memasuki

    tahap peningkatan

    daya saing,

    dimana

    pada tahap

    ini

    peran

    swasta

    dan

    masyaiakat

    akan

    sangat

    dominan

  • 8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

    3/7

    Tf,t '

    Pembangunan

    Wilayah

    Sejalan dengan

    pemikiran

    tersebut,

    Uphoff

    (1986)

    menyebutkun

    upuUlta

    kelembagaan

    dari

    pemerintah

    mauPun

    swasta

    berfungsi

    kuat

    dan dapat mengidentifikasi

    kebutuhan

    dan

    permasalahan

    (diperdesaan),

    maka

    bantuan dari

    pihak

    luar

    sesuai bagi

    pengembangan

    kelembagaan

    tersebut

    adalah

    assistance.

    Sementara

    itu, apabila

    kelembagaan

    lokal belum berpengalaman

    yang

    berarti kemampuan

    untuk

    mengambil

    inisitiaf

    masih lemah,

    maka

    peranan dari

    pihak

    luar

    untuk

    mengembangkan

    kelembagaan

    yang

    demikian adalah

    dalam

    bentuk

    t'acilitation.

    Apabila

    kelembagaan

    sangat lemah

    kapasitasnya,

    niaka

    strategi yang tepat

    untuk mengembangkan

    kelembagaan

    tersebut

    melalui

    cara

    promotion.

    Artinya,

    pada

    tahap

    awal

    pihak

    luar haruslah

    memiliki

    peranan yang

    pro-aktif

    dalam

    menumbuhkan

    kemampuan

    kelemb agaan.

    Konsep

    keterkai tan

    (ekonomi)

    desa-kota

    merupakan

    sarana yang

    sangat

    pent ing dalam

    Perencanaan

    daerah

    bagi

    semua stakeholders

    (pemerintah,

    swasta,

    masyarakat)

    khususnya

    sejak

    dikeluarkannya

    UU

    22 Tahun

    1999 tentang

    Pemerintahan

    Daerah dan

    UU 25

    Tahun 1999

    tentang

    Perimbangan Keuangan

    Pusat dan

    Daerah.

    Asumsi

    tersebut

    dipengaruhi

    oleh

    beberapa

    aspek

    pertimbangan diantaranya

    adalah

    :

    Konsep KDK

    memberikan

    penlahaman

    mengenai

    pengembangan

    ekonomi

    di daerah.

    Pada awalnya, konsep KDK memberikan gambaran mengenai pengembangan ekonomi di daerah,

    dan bagaimana

    hal

    tersebttt dilaksanakan.

    Konsep KDK

    membantu untuk

    mengidentifikasikan

    rintangan-rintangan

    dan

    permasalahan-permasalahan

    yang mungkin

    menghambat

    pasar

    lokal,

    serta identifikasi

    terhadap kesempatan-kesempatan

    atau

    peluang-peiuang dalam

    meningkatkan

    produksi, pekerjaan,

    dan

    pendapatan. Dengan

    demikian,

    konsep KDK merupakan

    upaya untuk

    mengidentifikasikan

    kegiatan dan

    intervensi

    dalam

    menrperkuat

    pasar dan

    mempromosikan

    pertumbuhan

    ekonomi

    daerah,

    hal

    ini dapat dilakukan

    melalui

    inisiatif masyarakat

    perdesaan.

    Konsep

    KDK

    mendukung market-based

    pproach

    (pendekakan

    pasar) dalam

    pengembangan daerah.

    Denga4 adanya

    penekanan terhadap

    pasar yang

    dihubungkan dengan

    produksi lokal

    (perdesaan), konsep KDK secara langsung berkaitan dengan pendekatan pasar dalam upaya

    pengembangan

    suatu daerah. Lebih

    lanjut,

    strategi

    berbasis

    pasar ditujukan

    untuk memperkuat

    daerah

    agar

    lebih

    kornpetitif dengan

    daerah lainnya

    sehingga dapat

    meningkatkan

    produktivitas

    dan

    pendapatannya.

    Konsep KDK

    membantu

    menyusun

    kembali

    pengaturan

    secara

    struktural.

    Dengan

    adanya

    fokus

    pada pasar

    di tingkat regional/daerah,

    konsep

    KDK

    dapat digunakan

    sebagai

    pelengkap dalam

    upaya

    penyusunan

    kembali

    pengaturan

    secara struktural

    pada tingkat

    nasional. Saat

    penyusunan

    kebijakan-kebijakan

    makro

    ekonomi menjadi cukup

    penting dalarn

    upaya

    promosi

    pengembangan

    ekonomi

    perdesaan khususnya,

    dibutuhkan

    tindakan-tindakan

    di tingkat regional dalam mengatasi hambatan-hambatan dan menciptakan peluang-peluang

    bagi

    produsen

    dan

    pedagang dalam

    memanfaatkan

    insentif

    dari

    adanya kebijakan

    secara mikro.

    Pendekatan

    KDK menyarankan

    tindakan-tindakan

    dan

    intervensi-intervensi

    apa yang

    sesuai

    dan dapat

    mendukung

    penguatan

    pengaturan secara

    struktural.

    Konsep

    KDK

    menawarkan

    alat

    perencanaan

    praktis bagi

    pelaku

    lokal

    (perdesaan).

    Analisa

    pasar

    regional dan

    keterkaitan

    desa-kota

    yang

    mempengaruhi

    operasionalisasi

    pasar, memberikan

    kesempatan

    bagi daerah

    untuk berinisiatif

    dalam membantu

    memperkuat

    pemerir-rtah

    daerah

    dan

    organisasi-organisasi

    lokal lainnya,

    serta mengurangi

    ketergantungan

    mereka

    pada pemerintah

    pusat

    dalam

    mempromosikan

    petumbuhan

    dan pengembangan

    ekonomi

    di daerahnya.

    2

    6

    -

    p"r.n.un"an

    Pembanlunan

    o. VApril

    uni2003

  • 8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

    4/7

  • 8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

    5/7

    Pembangunan

    i

    Wilavah

    I

    W};i""l""

    :j

    i

    Secara

    administratif,

    Laos terbagi

    atas beberapa propinsi,

    kabupaten

    dan

    kecamatan.

    Tetapi

    tidak

    ada pembedaan

    administrasi

    antara desa

    dan kota.

    Absennya

    pembedaan

    tersebut seringkali

    menyulitkan

    dalam

    menentukan

    intervensi yang tepai

    dengan kemungkinan

    memberikan

    intervensi

    yang

    sama

    di atas

    wilayah

    yang

    sebenarnya

    memiliki

    karakter yang

    berbeda.

    Belakangan pemerintah

    telah

    membuat perbedaan

    tersebut

    yang dipicu oleh

    dinamika

    urbanisasi

    dan pembangunan

    ekonomi.

    Sejalan

    dengan

    derap pembangunan

    yang

    makin

    tingg, pemerintah

    telah

    mengambil

    kebijakan

    untuk meningkatkan investasi di bidang infrastruktur kota yang juga disponsori oleh ADB. HaI itu

    diikuti

    oleh

    kebijakan

    untuk

    mengembangkan

    pemerintah

    kabupaten

    sehingga

    mereka

    dapat

    mengelola

    fasilitas

    infrastruktur

    tersebut. Terdapat

    5 badan

    khusus

    yang

    menangani

    masalah

    ini

    yang

    disebut sebagai

    -IrbanDeaelopment

    dninistration

    Authority.

    Tugasnya

    adalah

    menangani

    pembauran

    antara

    wilayah

    kota dengan

    daerah pedesaan

    tertentu.

    Badan ini

    telah

    berhasil membuat

    pembedaan

    antara

    wilayah

    kota

    dan

    desa.

    Untuk

    Program Investasi

    Tahun

    2000

    -

    2003, Pen-rerintah

    memberi prioritas

    pada penguatan

    hubungan

    desa-kota

    dengan

    mengadopsi

    strategi pembangunan

    kota yang sesuai.

    Penekanan

    khusus

    diberikan

    pada pembangunan

    kota-kota

    kecil yang

    memiliki

    hubungan

    yang

    kuat

    dengan

    wilayah

    pedesaan

    yang

    sekaligus

    bisa

    berperan sebagai

    pusat

    pasar

    dan

    jasa

    bagi

    masyarakat

    dan

    perekonomian

    desa. Tujuan

    jangka

    menengah

    dan panjangnya

    adalah

    menjadikan

    kota-kota

    kecil

    tersebutsebagaiwahana untuk mendukung pembangunan desadan produksi pertanian.

    Pada tahun

    2000

    -

    2001 alu,

    pemerintah

    telah menvusun

    Draft

    National

    Urban

    and Rural Basic

    Infrastructure

    Deaelopntent

    Strategy

    NURBIDS)

    sebagai

    bagian

    dari

    strategi

    pengentasan

    kemiskinan

    hingga

    tahun

    2020

    mendatang.

    Tujuannya

    adalah

    untuk

    mencapai

    pembangunan

    regional

    yang

    seimbang

    yang

    didasarkan pada

    strategi

    pusat pertumbuhan

    kota.

    Di

    sini

    kota

    dijadikan sentral

    pertumbuhan

    beberapa

    daerah di

    sekitarnya

    yang

    disebut

    dengan

    klaster.

    Hubungan

    antara

    desa

    kota

    diharapkan

    mampu berperan

    optimal

    dalam pengentasan

    emiskinan

    di

    wilayah

    pedesaan

    maupun

    kota

    mengingat semakin

    meningkatnya

    urbanisasi

    di

    satu

    sisi

    dan

    mayoritas penduduknya

    yang

    berdiarn

    di

    desa di sisi

    lain.

    LAHAN

    ERTANIAN

    Di

    ingkat

    ecamatan,

    ARUL

    mengorganisasi

    ubungan

    tau

    aringan

    antara

    elompok

    etani/Produsen

    dengan

    lT.Perhat ian

    husus

    iberikan

    kepada

    engembangan

    ubungan

    tau

    jaringan

    erja

    ntara

    rodusen

    an

    pasar

    engan

    emfasi l i tasi

    ransaksi

    bisnisi antaramereka.

    c.

    Poverty

    Alleviation Through

    Rural-Urban

    Lingkages

    (PARUL)

    di Indonesia

    Krisis

    ekonomi

    dewasa

    ini telah

    memberikan

    pengaruh signifikan

    terhadap perekonomian

    In-

    donesia,

    termasuk

    meningkatnya

    angka

    pengangguran. Sektor

    yang

    mampu

    bertahan dalam kondisi

    ini adalah

    mereka yang

    bergerak

    di UKM. Adanya

    fenomena ketahanan

    UKM

    telah mendorong

    lahirnya

    PARUL,

    sebuah

    program

    kerjasamaantara Bappenas,UNDP,

    dan

    UN-Habitat.

    Tantangan

    utama PARUL adalah bagaimanamenciptakan keuntungan yang semakin besar bagi mereka yang

    berdihm

    di wilayah pedesaan yang

    nyaris termarginalisasi dari proses

    pembangunan.

    Salah

    satu

    2 8

    -

    pur"n*nuan

    Pembangunan{o.

    3vApril

    -

    Juni

    2003

  • 8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

    6/7

    1

    Pembangunan

    I

    Wilavah

    ,,,.-,

    rl,

    .

    j.. ffi

    penyebabnya

    adalah

    lemahnya hubungan antara wilayah

    pedesaan

    dengan

    jaringan

    pasar

    yang luas

    yang

    umumnya

    terdapat di perkbtaan.

    PARUL dilaksanakan

    dengan mengintroduksi

    pendekatan

    pasar

    dalam

    penguatan

    ekonomi

    lokal melalui

    pembentukan

    kemitraan tripartit berbasis komoditas di

    beberapa

    daerah

    (propinsi

    dan kabupaten)

    di bawah koordinasi pemerintah

    lokal, terutama Bappeda. Menjadi

    tugas Forum

    Kemitraan itu

    untuk mengidentifikasi berbagai hambatan

    yang dihadapi

    dalam pengembangan

    komoditas ekspor tertentu, memobilisasi sumberdaya, serta memperbaiki hubungan dan kerangka

    kerja ekonomi

    antara produsen

    di wilayah

    perdesaan

    serta para pedagang

    (eksporter)

    di

    wilayah kota.

    Untuk

    memperkuat

    hubungan tersebut, PARUL

    bekerja di tingkat propinsi

    maupun

    kabupaten.

    Di tingkat propinsi

    ada Cluster

    Development Partnership

    (CDP)

    yang menyatukan

    berbagai aktor

    dalam komoditas

    yang sama, seangkan di tingkat

    kabupaten ada

    Kabupaten Implementation

    Kit

    (KIT)

    yang

    juga

    merupakan kumpulan stakeholders

    ang terlibat

    dalam pengembangan

    komoditas

    tertentu

    pula.

    PARUL

    memfasilitasi kemitraan

    ini untuk mengembangkan

    rencana

    aksi dan

    memperkuat

    kapasitasnya

    dalam

    menangani berbagai hambatan

    dan tantangan

    yang

    dihadapi

    dalam

    upaya pengembangan

    suatu

    komoditas.

    Di tingkat

    kecamatan,

    PARTIL mengorganisasi

    hubungan

    atau

    jaringan

    antara

    kelompok

    petani/

    produsen dengan

    KIT. Perhatian.khusus

    diberikan

    kepada pengembangan

    hubungan

    atau

    jaringan

    kerja antara produsen

    dan pasar

    dengan

    memfasilitasi

    transaksi

    bisnis di

    antara

    mereka.

    d.

    Program

    Kemitraan

    Desa-Kota di

    Nepal

    Rasionale

    utama

    dari program

    ini

    adalah

    bahwa

    hambatan

    utama

    dalam

    upaya

    komersialisasi

    produksi

    peitanian

    desa

    dalam upaya

    mengentaskan

    kemiskinan

    adalah

    absennya

    aringan

    pasar

    dan informasi

    tentang

    pasar.

    Dibeberapa

    wilayah,

    fenomena

    nibahkan

    diperparah oleh

    rnembanjirnya

    impor

    dari India.

    Kondisi

    ini

    sernakin

    memperkuat

    tuntutan

    untuk menemukan

    jaringan

    pasar

    untuk

    komoditas

    dan

    jasa

    bagi

    wilayah pedesaan.

    Dengan

    bantuan

    dana UNDP dan

    Habitat,

    program

    ini

    telah

    berhasil'mengidentifikasi

    sejumlah

    jaringan

    pasar,

    terutama

    Pasar-pasar

    okal

    di

    mana produsen

    dan penyedia jasa dapat berproduksi secaraefisien dan kompetitif.

    Walaupun

    terdapat

    berbagai

    hambatan dalam

    mengakses

    pasar,

    nalnun

    Program

    ini

    berhasil

    memperlihatkan

    bahwa

    masyarakat yang

    miskin serta

    UKM

    di wilayah

    desa

    maupun

    kota

    juga

    mampu

    berkompetisi

    dalam pasar-pasar

    besar. Misalnya

    dalam

    penjualan

    ternak, sayuran,

    kerajinan

    p"tuk,

    dan sebagainya.

    Program

    ini bertujuan

    mengentaskan

    kemiskinan

    melalui

    peningkatan

    hubungan

    desa-kota.

    Intervensi yang

    diberikan

    antara

    lain

    meliputi pembangunan

    pasar

    induk desa

    di tingkat

    kabupaten,

    di samping

    mendukung pembangunan

    jalan

    dan

    jembatan,

    serta

    infrastruktur

    jasa

    bagi pasar

    induk

    desa. Sedangkan

    pada

    tingkat

    masyarakat,

    program

    ini membantu

    memilah

    usaha-usaha

    potensial

    dan pengusaha

    dalam

    kelompok

    kecil.

    yang

    dianggap

    layak

    untuk

    menerima

    kredit

    dalam

    jumlah tertentu lewat

    mekanisme

    Tale-Lane

    Organization

    TLO).

    TLO

    menjadi

    mekanisme

    yang efekt if

    bagi

    pembuatan

    keputusan yang

    part isipat if

    dan

    demokrat is,

    terutama

    dalam

    menetapkan prioritas tertentu atas dasar konsensus, serta mendelegasikanProsespembuatan

    keputusan

    tersebut

    langsung

    kepada kelompok

    masyarakat.

    Sampai

    dengan

    tahun

    1999,program

    ni telah

    membantu

    lebih

    dari

    250 usaha yang

    secara

    angsung

    telah

    memperkuat

    hubungan

    desa-kota.

    Pendekatan

    paket

    yang

    mencakup

    kredit,

    teknologi,

    dan

    alih

    keterampilan

    serta

    hibah

    mini dalam

    upaya promosi

    usaha ekonomi

    telah

    membawa

    hasil

    berupa

    opt imal isasi

    sumberdaya

    dan

    memberikan

    basis

    bagi

    terwujudnya

    dampak ekonomi

    yang

    berkelanjutan.

    Total

    kredit yang

    disalurkan pada

    tahun

    1999

    mencapaiS,4juta

    NRps

    di

    mana 3

    juta

    di antaranya

    telah

    dikembalikan.

    Dana mandiri yang

    sudah

    berkembang

    mencaPai

    3,8

    uta

    NRps,

    atau setara

    dengan

    7O% dari

    total kredit yang

    disalurkan.

    Daftar Bacaan

    1.

    Bendavid-Val, Avrom,

    1983. Regional and

    Local Economic

    Analysis

    for Practitioners,

    New York:

    Praeger

    Percncanaan

    embangunano.3VApril

    -

    Juni

    ZOOS 29

  • 8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages

    7/7

    Pembangunan

    Wilayah

    ;;*:.

    2. Bendavid-Val, Avrom, 1991. Rural

    Area Development

    Planning

    :

    Principles,

    Approaches

    and Tools of

    Economic

    Analysis, Training Materials

    for Agricultural Planning

    27/'I and

    2. Rome: FAO

    Economic and Social Policy

    Department

    (2

    vols).

    3. Bintoro, Bambang.S.

    2002.Paradigma

    Baru Dalam Pengelolaan

    Potensi

    dan Pembangunan

    Daerah.

    Disampaikan

    Dalam Acara Lokakarya

    Pengembangan

    dan Pemanfaatan

    Potensi

    Ekonomi Daerah,

    Propinsi

    Banten.

    4.

    Douglass,

    Mike,

    1988.

    "A

    Regional

    Network

    Strategy

    for Reciprocal

    Rural-Urban

    Lingkages

    : An Agenda for

    Policy Research With

    Reference to Indonesia

    ",

    Third World

    Planning

    Review, Vol.

    20 No. 1

    (February

    7998),pp.

    1 - 3 5 .

    5. Development Communication

    Office

    (2000),

    The Ninth

    Plan Development

    Vision Framework,

    Dez.telopment

    ews

    Bulletin, Vol. 15, No. 8,

    August 2000.

    6.

    Hanafiah, T. 1989. Strategi

    Pembangunan

    Wilayah Perdesaan-

    Kerangka

    Pemikiran

    Bagi Pembangunan Desa

    Terpadu.

    Jurusan

    llmu-Ilmu Sosial

    Ekonomi

    Pertanian. Fakultas

    Pertanian,

    Institut

    Pertanian

    Bogor.

    7. Haeruman, H,

    Js

    dan Eriyatno.

    2001. Kemitraan

    Dalam Pengembangan

    Ekonomi Lokal

    (Bunga

    Rampai). Yayasan

    Mitra

    Pembangunan

    Desa dan Business

    Innovation Center

    of Indonesia-

    8.

    International Labour Organisation

    (ILO),2002.

    ASIST-AP

    (Advisory

    Support,

    Information Services

    and

    Training),

    Infonnal.ion

    Brochure,

    w ww.ilo.org /asist

    9.

    Kammeier, H. Detlef,

    and Erfried

    Neubauer, 1985. Settlement

    Development

    Study West

    Pasaman,

    Padang

    (West

    Sumatra, Indonesia)

    : Area Development

    Programme

    (ADP

    /GTZ).

    10. Lipton, Michael,

    1977.Why

    Poor People Stay

    Poor

    :

    A Study

    of Urban

    Bias in World

    Development, Cambridge,

    Harvard University Press.

    11.

    Lo,

    Fu-Chen

    (ed.),

    1981.

    Rural-Urban

    Relations and

    Regional

    Development.

    Hong

    Kong: Maruzen

    Asia

    (Regional

    Development Series,

    vol

    5).

    72.

    Lo,

    Fu-Chen,

    and Kamal

    Salih

    (eds.),

    1978. Growth

    Pole Strategy

    and

    Regional

    Development

    Policy : Asian

    Experiences

    and

    Alternative

    Approaches. Oxford

    :

    Pergamon

    Press.

    13.

    Rondinelli, Dennis, 1985.

    Applied Methods of

    Regional

    Analysis

    : The Spatial

    Dimensions

    of Development

    Policy,

    Boulder,

    Colorado

    : Westview

    Press.

    1.4. Roucek,

    S.

    Joseph

    and

    Warren,

    Roland R.

    "sociology,

    an

    tntroduction",

    Littlefield,

    Adam

    & Co,

    Peterson,

    New

    Jersey,1962.

    15. Sen, Amartya

    ,1.999.

    Beyoncl

    lrc Crisis,

    DeaelopmentStrategies

    n Asia.

    76. Undang-Undang

    Republik

    Indonesia Nomor

    25 Tahun

    2000 Tentang

    Program

    Pembangunan

    Nasional, Bab IX

    Pembangunan Daerah.

    17. UN Economic

    and Social Commision

    for Asia and

    the Pacific

    (ESCAP),2001.

    Reducing

    Disparities : Balanced

    Development od Urban and

    Rural

    Areas and Regions

    within the countries

    of

    Asia and

    The Pacific, New York

    :

    United

    Nations.

    18. Usman, Sunyoto,

    Hastu

    P dan Bayu

    Krisna M. Diskusi

    Terbatas Strategi

    Pembembangan

    Perdesaan

    Bappenas,2T

    Agustus

    2002.s

    1.9. Uphoff, N., 1986.

    Local Institutional

    Development.

    An Analytical

    Sourcebook

    With

    Cases.

    Kumarian Press, Con-

    necticut.USA.

    3 0

    -

    P"r.n".n"an

    Pembangunan{o. 3 V April Juni

    003