Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages
-
Upload
brillian-muamar-khadafi -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages
-
8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages
1/7
Pembangunan
Wilayah
"Rural
Urban
Economic
-lngkages"
Konsep [lrgensinya
alann
emperkuat
Pembangunan
esa
(Bagian Terakbir dari
Dua Twlisan)
ANroNtusTerucaN
*)
Ir. Antonius
Tarigan,
M.Si adalah
KastLbdit elembagaan
erja Sama
Pembangunan,
irektornt
Kerja Sama
Pembangttnan ektoral
dan
Daerah,
Kantor
Mencg PPN
Bap1.tenas
Mahasiszua
rogram
Doktor Unioersitas
Indonesia
Konsentrasi
Kebiiakan
Publik-red
Interuensi
emerintah
alam
Strategi
Pembangunan
erdesaan
Sejalan
dengan
strategi pembangunan
perdesaanseperti
yang
telah
dipaparkan
pada
bagian
pertama
dari
tulisan
ini, maka
tahapan
intervensi pemerintah
dalam
pengembangan
ekonomi
di
daerah
dapat dilihat pada Gambar-4 (Haeruman, 2001).
Gambar-4.
Tahapan
Intervensi
Pemerintah
Dalam
Strategi
Pembangunan
Perdesaan
EFGH
Peran
40
Pemerintah
Dunia Usaha
&
Masyarakat
20
30
10
Penilaian Kelayakan
? 4
-
P
"nn"
n^anPembangunan
o.3
v
April Juni 003
I
\
J
\
PM
PK
DS
Sosial
Ekonomi
Komersial
-
8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages
2/7
Pembangunan
Witayah
-.i,'
,.,,#
Tahap 1 : Pemberdavaan
Masvarakat
(PM)
Masalah pemberdayaan
masyarakat yang
terjadi saat ini
telah
mendapat
perhatian
besar dari
berbagai
pihak
tidak
terbatas pada aspek
pemberdayaan sosial-ekonomi,
akan tetapi
juga
menyangkut
aspek pemberdayaan
politik.
Pemberdayaan
masyarakat halam
hal
ini terkait pula dengan
masalah
pemberian
akses
bagi masyarakat, lembaga
dan
organisasi
masyarakat
untuk memperoleh
dan
memanfaatkan hak
masyarakat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Saat
ini, ketidakmampuan
masyarakat untuk
memperolah
akses disebabkan
oleh
kurangnya
pengetahuan
dan keterampilan
sumber
daya
manusia, adanya
kondisi
kemiskinan yang
dialami
sebagian
masyarakat,
dan
adanya kesediaan untuk
membagi wewenang
dan
sumber
daya yang
berada di
pemerintah
kepada
masyarakat
atau dari
kelompok ekonomi
kuat
kepada
kelompok
ekonomi
lemah.'
DenS;andemikian,
pemberdayaan
dapat
ditempuh
melalui
usaha
menciptakan situasi
kondusif,
memperkuat potensi/daya
yang
dimiliki
oleh masyarakat,
serta
melindungi/mencegah
penindasan
kelompok kuat
terhadap
kelompok
lemah.
Tahap
2 : Pengembangan
Kemitraan
(PK)
Penguatan
ekonomi
masyarakat di
perdesaan
tidak
berarti
harus mengekang
tumbuh
dan
berkembangnya
sektor
ekonomi
besar, sebab
tumbuhnya
ekOnomi
rakyat membutuhkan
kekuatan
penarik yaitu
ekonomi
besar.
Keduanya
merupakan satu
kesatuan
ekonomi.
Ekonomi
nasional akan
tokoh dan efisien,
kalau ada sinergis
antara
kekuatan ekonomi
rakyat dengan
kekuatan
ekonom
besar. Oleh
sebab
itu, dalam
rangka memperkuat
ekonomi
rakyat
yang efisien
dan
berdaya saing,
harus
ada kemitraan
antara usaha
ekonomi
besar dan usaha
ekonomi
rakyat
(industri
rakyat,
pertanian
rakyat,
perkebunan
rakyat, usaha perdagangan
rakyat).
Tahap 3 :
Peningkatan
Daya Saing
(DS)
Pengembanganekonomi rakyat tidak
dapat dibangun
melalui
supply driaen
ataupendekatan
produksi
saja.
Fakta
empirik
telah membuktikan
kegagalan pendekatan
supply
dritten
ini. Kegagalan
memasarkan produksi
yang
melimpah
dan
pemborosan
penggunaan
sumberdaya
ekonomi,
adalah
indikator
atas
kegagalan
pendekatan
supply
driuen
tersebut.
OIeh
karenanya,
dalam
rangka
efisiensi
ekonomi
secara
regional
dan nasional,
maka
perlu
dilakukan
upaya
untuk
memperkuat
daya saing
produk
di
suatu
daerah
melalui peningkatan
kompetensi
ekonomi
lokal
(perdesaan).
Dengan
peningkatan
daya
saing
ini,
diharapkan
produk
barang
dan
jasa
yang
dihasilkan
oleh suatu
daerah
dapat
bersaing
di
pasar
lokal,
regional,
nasional dan
internasional.
Dari gambar
4 tersebut, peran
pemerintah
relatif
dominan
pada
saat
tahap
pemberdayaan
masyarakat
(Daerah
ABIE)
dan mengalami
pergeseran
ketika
memasuki
tahap pengembangan
kemitraan
(Daerah
BCf).
Namun
tetap dalam
kerangka keqa partnership sebagaimana yang ditegaskan
Paoletto
(dalam
Wang,
2000) yaitu
kerjasama
diantara
kelompok
kepentingan,.bertumpu
pada
kesepahaman
tentang
kekuatan
dan kelemahan,
bekerjasama
untuk
mencapai
tujuan
melalui
komunikasi
dan
efektifitas
yang
terus
menerus.
Akhirnya
peran
pernerintah
akan
sangat
minimal
(sebatas
asilitasi,
advokasi,
mediasi)
(Daerah
CDIK) pada sait
memasuki
tahap peningkatan
daya saing,
dimana
pada tahap
ini
peran
swasta
dan
masyaiakat
akan
sangat
dominan
-
8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages
3/7
Tf,t '
Pembangunan
Wilayah
Sejalan dengan
pemikiran
tersebut,
Uphoff
(1986)
menyebutkun
upuUlta
kelembagaan
dari
pemerintah
mauPun
swasta
berfungsi
kuat
dan dapat mengidentifikasi
kebutuhan
dan
permasalahan
(diperdesaan),
maka
bantuan dari
pihak
luar
sesuai bagi
pengembangan
kelembagaan
tersebut
adalah
assistance.
Sementara
itu, apabila
kelembagaan
lokal belum berpengalaman
yang
berarti kemampuan
untuk
mengambil
inisitiaf
masih lemah,
maka
peranan dari
pihak
luar
untuk
mengembangkan
kelembagaan
yang
demikian adalah
dalam
bentuk
t'acilitation.
Apabila
kelembagaan
sangat lemah
kapasitasnya,
niaka
strategi yang tepat
untuk mengembangkan
kelembagaan
tersebut
melalui
cara
promotion.
Artinya,
pada
tahap
awal
pihak
luar haruslah
memiliki
peranan yang
pro-aktif
dalam
menumbuhkan
kemampuan
kelemb agaan.
Konsep
keterkai tan
(ekonomi)
desa-kota
merupakan
sarana yang
sangat
pent ing dalam
Perencanaan
daerah
bagi
semua stakeholders
(pemerintah,
swasta,
masyarakat)
khususnya
sejak
dikeluarkannya
UU
22 Tahun
1999 tentang
Pemerintahan
Daerah dan
UU 25
Tahun 1999
tentang
Perimbangan Keuangan
Pusat dan
Daerah.
Asumsi
tersebut
dipengaruhi
oleh
beberapa
aspek
pertimbangan diantaranya
adalah
:
Konsep KDK
memberikan
penlahaman
mengenai
pengembangan
ekonomi
di daerah.
Pada awalnya, konsep KDK memberikan gambaran mengenai pengembangan ekonomi di daerah,
dan bagaimana
hal
tersebttt dilaksanakan.
Konsep KDK
membantu untuk
mengidentifikasikan
rintangan-rintangan
dan
permasalahan-permasalahan
yang mungkin
menghambat
pasar
lokal,
serta identifikasi
terhadap kesempatan-kesempatan
atau
peluang-peiuang dalam
meningkatkan
produksi, pekerjaan,
dan
pendapatan. Dengan
demikian,
konsep KDK merupakan
upaya untuk
mengidentifikasikan
kegiatan dan
intervensi
dalam
menrperkuat
pasar dan
mempromosikan
pertumbuhan
ekonomi
daerah,
hal
ini dapat dilakukan
melalui
inisiatif masyarakat
perdesaan.
Konsep
KDK
mendukung market-based
pproach
(pendekakan
pasar) dalam
pengembangan daerah.
Denga4 adanya
penekanan terhadap
pasar yang
dihubungkan dengan
produksi lokal
(perdesaan), konsep KDK secara langsung berkaitan dengan pendekatan pasar dalam upaya
pengembangan
suatu daerah. Lebih
lanjut,
strategi
berbasis
pasar ditujukan
untuk memperkuat
daerah
agar
lebih
kornpetitif dengan
daerah lainnya
sehingga dapat
meningkatkan
produktivitas
dan
pendapatannya.
Konsep KDK
membantu
menyusun
kembali
pengaturan
secara
struktural.
Dengan
adanya
fokus
pada pasar
di tingkat regional/daerah,
konsep
KDK
dapat digunakan
sebagai
pelengkap dalam
upaya
penyusunan
kembali
pengaturan
secara struktural
pada tingkat
nasional. Saat
penyusunan
kebijakan-kebijakan
makro
ekonomi menjadi cukup
penting dalarn
upaya
promosi
pengembangan
ekonomi
perdesaan khususnya,
dibutuhkan
tindakan-tindakan
di tingkat regional dalam mengatasi hambatan-hambatan dan menciptakan peluang-peluang
bagi
produsen
dan
pedagang dalam
memanfaatkan
insentif
dari
adanya kebijakan
secara mikro.
Pendekatan
KDK menyarankan
tindakan-tindakan
dan
intervensi-intervensi
apa yang
sesuai
dan dapat
mendukung
penguatan
pengaturan secara
struktural.
Konsep
KDK
menawarkan
alat
perencanaan
praktis bagi
pelaku
lokal
(perdesaan).
Analisa
pasar
regional dan
keterkaitan
desa-kota
yang
mempengaruhi
operasionalisasi
pasar, memberikan
kesempatan
bagi daerah
untuk berinisiatif
dalam membantu
memperkuat
pemerir-rtah
daerah
dan
organisasi-organisasi
lokal lainnya,
serta mengurangi
ketergantungan
mereka
pada pemerintah
pusat
dalam
mempromosikan
petumbuhan
dan pengembangan
ekonomi
di daerahnya.
2
6
-
p"r.n.un"an
Pembanlunan
o. VApril
uni2003
-
8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages
4/7
-
8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages
5/7
Pembangunan
i
Wilavah
I
W};i""l""
:j
i
Secara
administratif,
Laos terbagi
atas beberapa propinsi,
kabupaten
dan
kecamatan.
Tetapi
tidak
ada pembedaan
administrasi
antara desa
dan kota.
Absennya
pembedaan
tersebut seringkali
menyulitkan
dalam
menentukan
intervensi yang tepai
dengan kemungkinan
memberikan
intervensi
yang
sama
di atas
wilayah
yang
sebenarnya
memiliki
karakter yang
berbeda.
Belakangan pemerintah
telah
membuat perbedaan
tersebut
yang dipicu oleh
dinamika
urbanisasi
dan pembangunan
ekonomi.
Sejalan
dengan
derap pembangunan
yang
makin
tingg, pemerintah
telah
mengambil
kebijakan
untuk meningkatkan investasi di bidang infrastruktur kota yang juga disponsori oleh ADB. HaI itu
diikuti
oleh
kebijakan
untuk
mengembangkan
pemerintah
kabupaten
sehingga
mereka
dapat
mengelola
fasilitas
infrastruktur
tersebut. Terdapat
5 badan
khusus
yang
menangani
masalah
ini
yang
disebut sebagai
-IrbanDeaelopment
dninistration
Authority.
Tugasnya
adalah
menangani
pembauran
antara
wilayah
kota dengan
daerah pedesaan
tertentu.
Badan ini
telah
berhasil membuat
pembedaan
antara
wilayah
kota
dan
desa.
Untuk
Program Investasi
Tahun
2000
-
2003, Pen-rerintah
memberi prioritas
pada penguatan
hubungan
desa-kota
dengan
mengadopsi
strategi pembangunan
kota yang sesuai.
Penekanan
khusus
diberikan
pada pembangunan
kota-kota
kecil yang
memiliki
hubungan
yang
kuat
dengan
wilayah
pedesaan
yang
sekaligus
bisa
berperan sebagai
pusat
pasar
dan
jasa
bagi
masyarakat
dan
perekonomian
desa. Tujuan
jangka
menengah
dan panjangnya
adalah
menjadikan
kota-kota
kecil
tersebutsebagaiwahana untuk mendukung pembangunan desadan produksi pertanian.
Pada tahun
2000
-
2001 alu,
pemerintah
telah menvusun
Draft
National
Urban
and Rural Basic
Infrastructure
Deaelopntent
Strategy
NURBIDS)
sebagai
bagian
dari
strategi
pengentasan
kemiskinan
hingga
tahun
2020
mendatang.
Tujuannya
adalah
untuk
mencapai
pembangunan
regional
yang
seimbang
yang
didasarkan pada
strategi
pusat pertumbuhan
kota.
Di
sini
kota
dijadikan sentral
pertumbuhan
beberapa
daerah di
sekitarnya
yang
disebut
dengan
klaster.
Hubungan
antara
desa
kota
diharapkan
mampu berperan
optimal
dalam pengentasan
emiskinan
di
wilayah
pedesaan
maupun
kota
mengingat semakin
meningkatnya
urbanisasi
di
satu
sisi
dan
mayoritas penduduknya
yang
berdiarn
di
desa di sisi
lain.
LAHAN
ERTANIAN
Di
ingkat
ecamatan,
ARUL
mengorganisasi
ubungan
tau
aringan
antara
elompok
etani/Produsen
dengan
lT.Perhat ian
husus
iberikan
kepada
engembangan
ubungan
tau
jaringan
erja
ntara
rodusen
an
pasar
engan
emfasi l i tasi
ransaksi
bisnisi antaramereka.
c.
Poverty
Alleviation Through
Rural-Urban
Lingkages
(PARUL)
di Indonesia
Krisis
ekonomi
dewasa
ini telah
memberikan
pengaruh signifikan
terhadap perekonomian
In-
donesia,
termasuk
meningkatnya
angka
pengangguran. Sektor
yang
mampu
bertahan dalam kondisi
ini adalah
mereka yang
bergerak
di UKM. Adanya
fenomena ketahanan
UKM
telah mendorong
lahirnya
PARUL,
sebuah
program
kerjasamaantara Bappenas,UNDP,
dan
UN-Habitat.
Tantangan
utama PARUL adalah bagaimanamenciptakan keuntungan yang semakin besar bagi mereka yang
berdihm
di wilayah pedesaan yang
nyaris termarginalisasi dari proses
pembangunan.
Salah
satu
2 8
-
pur"n*nuan
Pembangunan{o.
3vApril
-
Juni
2003
-
8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages
6/7
1
Pembangunan
I
Wilavah
,,,.-,
rl,
.
j.. ffi
penyebabnya
adalah
lemahnya hubungan antara wilayah
pedesaan
dengan
jaringan
pasar
yang luas
yang
umumnya
terdapat di perkbtaan.
PARUL dilaksanakan
dengan mengintroduksi
pendekatan
pasar
dalam
penguatan
ekonomi
lokal melalui
pembentukan
kemitraan tripartit berbasis komoditas di
beberapa
daerah
(propinsi
dan kabupaten)
di bawah koordinasi pemerintah
lokal, terutama Bappeda. Menjadi
tugas Forum
Kemitraan itu
untuk mengidentifikasi berbagai hambatan
yang dihadapi
dalam pengembangan
komoditas ekspor tertentu, memobilisasi sumberdaya, serta memperbaiki hubungan dan kerangka
kerja ekonomi
antara produsen
di wilayah
perdesaan
serta para pedagang
(eksporter)
di
wilayah kota.
Untuk
memperkuat
hubungan tersebut, PARUL
bekerja di tingkat propinsi
maupun
kabupaten.
Di tingkat propinsi
ada Cluster
Development Partnership
(CDP)
yang menyatukan
berbagai aktor
dalam komoditas
yang sama, seangkan di tingkat
kabupaten ada
Kabupaten Implementation
Kit
(KIT)
yang
juga
merupakan kumpulan stakeholders
ang terlibat
dalam pengembangan
komoditas
tertentu
pula.
PARUL
memfasilitasi kemitraan
ini untuk mengembangkan
rencana
aksi dan
memperkuat
kapasitasnya
dalam
menangani berbagai hambatan
dan tantangan
yang
dihadapi
dalam
upaya pengembangan
suatu
komoditas.
Di tingkat
kecamatan,
PARTIL mengorganisasi
hubungan
atau
jaringan
antara
kelompok
petani/
produsen dengan
KIT. Perhatian.khusus
diberikan
kepada pengembangan
hubungan
atau
jaringan
kerja antara produsen
dan pasar
dengan
memfasilitasi
transaksi
bisnis di
antara
mereka.
d.
Program
Kemitraan
Desa-Kota di
Nepal
Rasionale
utama
dari program
ini
adalah
bahwa
hambatan
utama
dalam
upaya
komersialisasi
produksi
peitanian
desa
dalam upaya
mengentaskan
kemiskinan
adalah
absennya
aringan
pasar
dan informasi
tentang
pasar.
Dibeberapa
wilayah,
fenomena
nibahkan
diperparah oleh
rnembanjirnya
impor
dari India.
Kondisi
ini
sernakin
memperkuat
tuntutan
untuk menemukan
jaringan
pasar
untuk
komoditas
dan
jasa
bagi
wilayah pedesaan.
Dengan
bantuan
dana UNDP dan
Habitat,
program
ini
telah
berhasil'mengidentifikasi
sejumlah
jaringan
pasar,
terutama
Pasar-pasar
okal
di
mana produsen
dan penyedia jasa dapat berproduksi secaraefisien dan kompetitif.
Walaupun
terdapat
berbagai
hambatan dalam
mengakses
pasar,
nalnun
Program
ini
berhasil
memperlihatkan
bahwa
masyarakat yang
miskin serta
UKM
di wilayah
desa
maupun
kota
juga
mampu
berkompetisi
dalam pasar-pasar
besar. Misalnya
dalam
penjualan
ternak, sayuran,
kerajinan
p"tuk,
dan sebagainya.
Program
ini bertujuan
mengentaskan
kemiskinan
melalui
peningkatan
hubungan
desa-kota.
Intervensi yang
diberikan
antara
lain
meliputi pembangunan
pasar
induk desa
di tingkat
kabupaten,
di samping
mendukung pembangunan
jalan
dan
jembatan,
serta
infrastruktur
jasa
bagi pasar
induk
desa. Sedangkan
pada
tingkat
masyarakat,
program
ini membantu
memilah
usaha-usaha
potensial
dan pengusaha
dalam
kelompok
kecil.
yang
dianggap
layak
untuk
menerima
kredit
dalam
jumlah tertentu lewat
mekanisme
Tale-Lane
Organization
TLO).
TLO
menjadi
mekanisme
yang efekt if
bagi
pembuatan
keputusan yang
part isipat if
dan
demokrat is,
terutama
dalam
menetapkan prioritas tertentu atas dasar konsensus, serta mendelegasikanProsespembuatan
keputusan
tersebut
langsung
kepada kelompok
masyarakat.
Sampai
dengan
tahun
1999,program
ni telah
membantu
lebih
dari
250 usaha yang
secara
angsung
telah
memperkuat
hubungan
desa-kota.
Pendekatan
paket
yang
mencakup
kredit,
teknologi,
dan
alih
keterampilan
serta
hibah
mini dalam
upaya promosi
usaha ekonomi
telah
membawa
hasil
berupa
opt imal isasi
sumberdaya
dan
memberikan
basis
bagi
terwujudnya
dampak ekonomi
yang
berkelanjutan.
Total
kredit yang
disalurkan pada
tahun
1999
mencapaiS,4juta
NRps
di
mana 3
juta
di antaranya
telah
dikembalikan.
Dana mandiri yang
sudah
berkembang
mencaPai
3,8
uta
NRps,
atau setara
dengan
7O% dari
total kredit yang
disalurkan.
Daftar Bacaan
1.
Bendavid-Val, Avrom,
1983. Regional and
Local Economic
Analysis
for Practitioners,
New York:
Praeger
Percncanaan
embangunano.3VApril
-
Juni
ZOOS 29
-
8/17/2019 Rural- UrbanE Conomilc- Lngkages
7/7
Pembangunan
Wilayah
;;*:.
2. Bendavid-Val, Avrom, 1991. Rural
Area Development
Planning
:
Principles,
Approaches
and Tools of
Economic
Analysis, Training Materials
for Agricultural Planning
27/'I and
2. Rome: FAO
Economic and Social Policy
Department
(2
vols).
3. Bintoro, Bambang.S.
2002.Paradigma
Baru Dalam Pengelolaan
Potensi
dan Pembangunan
Daerah.
Disampaikan
Dalam Acara Lokakarya
Pengembangan
dan Pemanfaatan
Potensi
Ekonomi Daerah,
Propinsi
Banten.
4.
Douglass,
Mike,
1988.
"A
Regional
Network
Strategy
for Reciprocal
Rural-Urban
Lingkages
: An Agenda for
Policy Research With
Reference to Indonesia
",
Third World
Planning
Review, Vol.
20 No. 1
(February
7998),pp.
1 - 3 5 .
5. Development Communication
Office
(2000),
The Ninth
Plan Development
Vision Framework,
Dez.telopment
ews
Bulletin, Vol. 15, No. 8,
August 2000.
6.
Hanafiah, T. 1989. Strategi
Pembangunan
Wilayah Perdesaan-
Kerangka
Pemikiran
Bagi Pembangunan Desa
Terpadu.
Jurusan
llmu-Ilmu Sosial
Ekonomi
Pertanian. Fakultas
Pertanian,
Institut
Pertanian
Bogor.
7. Haeruman, H,
Js
dan Eriyatno.
2001. Kemitraan
Dalam Pengembangan
Ekonomi Lokal
(Bunga
Rampai). Yayasan
Mitra
Pembangunan
Desa dan Business
Innovation Center
of Indonesia-
8.
International Labour Organisation
(ILO),2002.
ASIST-AP
(Advisory
Support,
Information Services
and
Training),
Infonnal.ion
Brochure,
w ww.ilo.org /asist
9.
Kammeier, H. Detlef,
and Erfried
Neubauer, 1985. Settlement
Development
Study West
Pasaman,
Padang
(West
Sumatra, Indonesia)
: Area Development
Programme
(ADP
/GTZ).
10. Lipton, Michael,
1977.Why
Poor People Stay
Poor
:
A Study
of Urban
Bias in World
Development, Cambridge,
Harvard University Press.
11.
Lo,
Fu-Chen
(ed.),
1981.
Rural-Urban
Relations and
Regional
Development.
Hong
Kong: Maruzen
Asia
(Regional
Development Series,
vol
5).
72.
Lo,
Fu-Chen,
and Kamal
Salih
(eds.),
1978. Growth
Pole Strategy
and
Regional
Development
Policy : Asian
Experiences
and
Alternative
Approaches. Oxford
:
Pergamon
Press.
13.
Rondinelli, Dennis, 1985.
Applied Methods of
Regional
Analysis
: The Spatial
Dimensions
of Development
Policy,
Boulder,
Colorado
: Westview
Press.
1.4. Roucek,
S.
Joseph
and
Warren,
Roland R.
"sociology,
an
tntroduction",
Littlefield,
Adam
& Co,
Peterson,
New
Jersey,1962.
15. Sen, Amartya
,1.999.
Beyoncl
lrc Crisis,
DeaelopmentStrategies
n Asia.
76. Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor
25 Tahun
2000 Tentang
Program
Pembangunan
Nasional, Bab IX
Pembangunan Daerah.
17. UN Economic
and Social Commision
for Asia and
the Pacific
(ESCAP),2001.
Reducing
Disparities : Balanced
Development od Urban and
Rural
Areas and Regions
within the countries
of
Asia and
The Pacific, New York
:
United
Nations.
18. Usman, Sunyoto,
Hastu
P dan Bayu
Krisna M. Diskusi
Terbatas Strategi
Pembembangan
Perdesaan
Bappenas,2T
Agustus
2002.s
1.9. Uphoff, N., 1986.
Local Institutional
Development.
An Analytical
Sourcebook
With
Cases.
Kumarian Press, Con-
necticut.USA.
3 0
-
P"r.n".n"an
Pembangunan{o. 3 V April Juni
003