Ruang Dahlia
-
Upload
maharanisavitri -
Category
Documents
-
view
36 -
download
1
description
Transcript of Ruang Dahlia
Homepage RSS Search:
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI HOME ALL ARTICLE ( DAFTAR ISI ) PRIVACY AND POLICY ABOUT ME MOTTO
Sunday, November 10, 2013
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan
atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau
bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai
rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
Menurut WHO
Tekanan darah adalah kekuatan yang di perlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh
darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan lancar beredar
ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat zat
lain yang di perlukan bagi kehidupan sel sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsisebagai sarana
pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh.
Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam
tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik.
MENURUT WHO
Hipertensi adalah istilah medis dimana kondisi tekanan darah tinggi, beberapa orang menyebutnya
penyakit tekanan darah tinggi, namun pada kenyataannya, hipertensi adalah suatu gejala penyakit!
Dokter ahli jantung tidak menyebutnya suatu penyakit hipertensi. Hipertensi dikenal sebagai “silent
killer” karena tidak memiliki gejala awal tetapi dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan
komplikasi yang berakibat fatal. Pengertian hipertensi sendiri menurut kesepakatan WHO adalah
keadaan seseorang apabila mempunyai tekanan sistolik sama dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih tinggi dari 80 mmHg secara konsisten dalam beberapa
waktu.
2. Anatomi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada
sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas : pembuluh darah besar
2) Bawah : diafragma
3) Setiap sisi : paru
4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan.
Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya
tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm
(0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-
kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3
lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri dari
jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan termasuk
otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur
yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat
berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat
lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke
venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam
darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe
sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.
Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. (Gibson,
John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk
ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini
juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik
kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94
mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal,
jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi
parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan
tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang
berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah
dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
4. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh
darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi
Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5) Kebiasaan hidup
6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8) Kegemukan atau makan berlebihan
9) Stress
10) Merokok
11) Minum alcohol
12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid
5. Faktor Resiko
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti merokok,
kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.
Factor emosional dan tingkat stress
Gaya hidup yang monoton
Sensitive terhadap angiotensin
Kegemukan
Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka
akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan
adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Pathways
7. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun
gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk
menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter.
CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
(USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
9. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
Pemekaran pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
Malam banyak kencing
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
c. Jantung
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah
Gagal jantung
10. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
i. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium,
atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai
berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar
apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur
tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
11. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada
anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-
tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
Perawatan Hipertensi
Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).
Batasi pemakaian garam.
Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan hipertensi
dalam keluarga.
Tidak merokok.
Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
Hindari minum kopi yang berlebihan.
Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.
Bagi yang sudah sakit
Berobat secara teratur.
Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter.
Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada
obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan,
kunci utamanya adalah :
1. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
2. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
3. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
12. Diit Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1) konsumsi lemak dibatasi
2) konsumsi Cholesterol dibatasi
3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4) Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1) Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling
banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
3) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge,
labu siam, oyong, wortel.
6) Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
7) Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.
8) Minuman
Thea encer, coklat encer, juice buah.
c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1) Makanan yang banyak mengandung garam
o Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
o Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan teri, telur asin.
o Keju, margarine dan mentega.
2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol
Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
o Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
o Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
4) Makanan yang banyak menimbulkan gas
Kool, sawi, lobak, dll.
d. Bagaimana Mengatur Diit
1) Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai pengganti
gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap kali
makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5) Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun,
permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional
untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada
masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang
tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:
1) Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa menurunkan
tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang
sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas
sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu
menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur
menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya
lebih banyak.
2) Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus, saring dan peras
deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam,
kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut
penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
3) Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan sore hari.
Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika
tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena
banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya
ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
4) Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan buah
belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih,
diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur
5) Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih. Tunggu air
rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum
sore hari.
6) Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7) Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8) Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum
13. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat
c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple
( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Mual
Muntah
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai
sakit kepala oksipital berat
nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alkohol
1 4. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
RENCANA KEPERAWATAN
NO DX
DIANGOSA KEPERAWATAN DAN
KOLABORASITUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
NOC : Cardiac Pump effectiveness Circulation Status Vital Sign Status
Kriteria Hasil: Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan
darah, Nadi, respirasi) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada
kelelahan Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada
asites Tidak ada penurunan kesadaran
NIC :Cardiac Care
Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi) Catat adanya disritmia jantung Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput Monitor status kardiovaskuler Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi Monitor balance cairan Monitor adanya perubahan tekanan darah Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan Monitor toleransi aktivitas pasien Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor adanya pulsus paradoksus Monitor adanya pulsus alterans Monitor jumlah dan irama jantung Monitor bunyi jantung Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
NOC : Energy conservation Self Care : ADLs
NIC :Energy Management
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor respon kardivaskuler Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
progran terapi yang tepat. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
3 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level
Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
NIC :Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
4 Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, cemas pasien berkurang dengan kriteria hasil:
Anxiety Control Coping Vital Sign Status Menunjukan teknik untuk mengontrol
cemas teknik nafas dalam Postur tubuh pasien rileks dan ekspresi
wajah tidak tegang Mengungkapkan cemas berkurang TTV dbn
TD = 110-130/ 70-80 mmHgRR = 14 – 24 x/ menitN = 60 -100 x/ menitS = 365 – 375 0C
Anxiety Reduction Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis Dorong keluarga untuk menemani anak Lakukan back / neck rub Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
NOC : Kowlwdge : disease process Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
NIC :Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
cara yang tepat Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat Hindari harapan yang kosong Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,Hamzah, www.wikicek.com : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang
Kumpulan Asuhan Keperawatan
Minggu, 14 Juli 2013
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT HEPATITIS
I. KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta
seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
B. Etiologi
Beberapa virus yang menyebabkan hepatitis adalah :
a. Hepatitis A Virus (HAV)
Merupakan virus RNA kecil yang dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan
fase preikterik. HAV sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. HAV terutama ditularkan
melalui oral dengan menelan makanan yang sudah terkontaminasi. Penularan ditunjang oleh adanya
sanitasi yang buruk, kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak intim (tinggal serumah atau seksual).
Masa inkubasi rata-rata adalah 28 hari. Masa infektif tertinggi adalah pada minggu kedua segera
sebelum timbulnya ikterus.
b. Hepatitis B Virus (HBV)
HBV termasuk virus DNA bercangkang ganda yang memiliki lapisan permukaan dan bagian inti.
Infeksi HBV merupakan penyebab utama dari hepatitis akut dan kronik, sirosis dan kanker hati di
seluruh dunia. Cara utama penularan HBV melalui parenteral dan menembus membran mukosa,
terutama melalui hubungan seksual. Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar 120 hari. Hampir semua
cairan tubuh –darah, semen, saliva, air mata, asites, susu ibu, kemih dan juga feses– dari orang yang
terinfeksi dapat menular, terutama 3 dari yang pertama.
c. Hepatitis C Virus (HCV)
HCV merupakan virus RNA kecil terbungkus lemak. HCV diduga terutama ditularkan melalui
jalan parenteral, kemungkinan melalui kontak seksual. Virus dapat menyerang semua kelompok usia,
tetapi lebih sering orang dewasa. Masa inkubasi berkisar 15–160 hari, rata–rata 50 hari.
d. Hepatitis D Virus (HDV)
HDV (delta) merupakan virus RNA. Penularannya terutama melalui serum. Masa inkubasinya
sekitar 2 bulan.
e. Hepatitis E Virus (HEV)
HEV adalah suatu virus RNA kecil. Infeksi HEV ditularkan melalui jalan fekal-oral, dan telah
dikaitkan lewat air di negara sedang berkembang. Paling sering menyerang orang dewasa muda
sampai setengah umur, dan pada wanita hamil didapatkan angka mortalitas yang sangat tinggi (20
%). Masa inkubasinya sekitar 6 minggu. (Price S.A., 1995 : 440–442).
C. Tanda dan Gejala
a. Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang
dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan
hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.
b. Hepatitis B
Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, demam ringan, mual muntah, kurang nafsu
makan, mata dan kulit kuning, dan air kencing berwarna gelap.
c. Hepatitis C
Gejala yang dirasakan pada hepatitis C antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala,
sakit pada bagian atas sebelah kanan perut atau hilangnya nafsu makan. (Silalahi L., 2004/03/26/).
D. Patofisiologi
Hati adalah salah satu organ tubuh yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang
untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi; memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol;
menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi dari darah; dan bertindak sebagai semacam
pengaruh seluruh bagian tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem
itu. Kalau hati tidak sanggup berfungsi, tubuh akan rentan terhadap infeksi sekunder dan organ pada
umumnya akan gagal berfungsi. (Silalahi L., http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/
2004/03/26/).
Hepatitis, penyakit hati yang biasanya sembuh sendiri dan tanpa komplikasi, disebabkan oleh
agen virus. Virus hepatitis dapat digolongkan menjadi lima jenis; hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV),
hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV), dan hepatitis E (HEV). Hepatosit (sel epitelail hati) dirusak secara
langsung oleh virus atau oleh respons imun tubuh terhadap virus; pada penyakit ini terjadi
perubahan fungsi seluler yang menimbulkan inflamasi, nekrosis, dan autolisis hati. Regenerasi sel
terjadi jika sel-sel yang rusak dibuang oleh fagositosis sel. Biasanya penyembuhan terjadi dengan
sedikit sekali meninggalkan kerusakan, meskipun dapat juga berkembang menjadi hepatitis kronik
dan sirosis. (Betz C.L., 2002 : 185).
Hepatitis A ditularkan terutama oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit
Hepatitis B menyebar melalui kontak dengan darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi.
Hubungan seks dengan orang yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat dapat
menyebarkan penyakit ini. Hepatitis C ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan obat-obatan
dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang telah
terinfeksi. (Silalahi L., http://www.tempointeraktif.com/ hg/narasi/2004/03/26/).
Beberapa etiologi yang mengakibatkan terjadinya Hepatitis diantaranya; komplikasi infeksi,
obstruksi traktusbilliaris, penyebaran dari visera saluran pencernaan, septikemia, trauma pada hati
dan abses amoeba. Yang menyebabkan kelainan yaitu abses hati, sehingga dari gejalanya dapat
terjadi gangguan citra tubuh dan harga diri rendah. Sedangkan luka tusuk tembus, luka tumpul,
kecelakaan mengakibatkan kelainan trauma pada hati, sehingga dilihat dari gejalanya menjadikan
perubahan perlindungan. Sedangkan adanya faktor resiko primer hepatitis, sirosis, hepatotoksis,
trauma metastase dari tempat lain umumnya dari visera abdomen, payudara, ginjal, ovarium, testis,
kulit yang menyebabkan kelainan karsinoma hati dan bisa beresiko tinggi terhadap infeksi, dan yang
mana gejalanya memunculkan masalah kurang pengetahuan, intoleransi aktifitas (lemah badan),
resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit.
Dari ketiga kelainan tersebut, menyebabkan peradangan hati, sehingga menimbulkan
beberapa gangguan yaitu necrosis hati yang mengakibatkan menurunnya metabolisme (karbohidrat,
lemak, protein, besi). Akibat menurunnya metabolisme tersebut, terjadi penurunan fungsi hati.
Peradangan hati juga menimbulkan nyeri sehingga muncul anoreksia. Akibatnya anoreksia
menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh maka terjadi penurunan BB, timbul
kelemahan pada pasien, yang disebabkan oleh yang lain yaitu hipoglikemia dan menurunnya
metabolisme tubuh (karbohidrat, lemak, protein, besi) yang nantinya mengakibatkan kelelahan.
Anoreksia juga timbul karena nausea dan vomitus yang merupakan gejala dari gangguan
gastrointestinal akibat peradangan hati. Peradangan hati juga memunculkan gejala gastrointestinal
yaitu disfungsi intestinal, penyebab kelemahan yang lain yaitu hipoglikemia. Dan yang lebih parah
lagi, peradangan hati bisa sampai ke gagal hati total.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hepatitis terdiri dari diit, istirahat, dan pengobatan medikamentosa.
a. Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika
sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan protein
cukup (1 g/kg BB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk
membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kandung empedu. Dapat diberikan diit hati II-
III.
b. Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak
terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua
dan keadaan umum yang buruk.
c. Medikamentosa
1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid
dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali
normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 X 10 mg selama 7
hari kemudian dilakukan tapering off.
2) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
3) Antibiotik tidak jelas kegunaannya.
4) Jangan diberikan antiemetik. Jika perlu sekali diberikan golongan fenotiazin.
5) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. (Mansjoer A., 1999 : 514-515).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- urobilirubin direk
- bilirubun serum total
- bilirubin urine
- urobilinogen urine
- urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
- protein totel serum
- albumin serum
- globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- foto rontgen abdomen
- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
- kolestogram dan kalangiogram
- arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- laparoskopi
- biopsi hati
G. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia
serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin
hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
alkoholik.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas
Kelemaha
Kelelahan
Malaise
2. Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
Anoreksia Berat badan menurun Mual dan muntah Peningkatan oedema Asites
5. Neurosensori
Peka terhadap rangsang Cenderung tidur Letargi Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen Nyeri tekan pada kuadran kanan Mialgia Atralgia Sakit kepala Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
Demam Urtikaria Lesi makulopopuler Eritema Splenomegali Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.
C. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling
sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan
nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi
hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis
intensitas dan lokasinya)
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan
secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan
nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c. Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan
dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat
penjelasan)
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk
mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi
kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan
untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-
minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu
kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban
rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui
vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus
untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan
ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen
b. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan
ukuran sekret
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan
tubuh
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup
kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk
membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah
transmisi penyakit
c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan
petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia Pustaka
Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung
Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta, Salemba
Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.