Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

21
Resume Materialitas, Resiko, dan Pengendalian Internal Kelompok I 28 Januari 2014 Audit Komersial

description

resume mengenai materialitas, resiko, dan pengendalian internal

Transcript of Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

Page 1: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

Resume Materialitas, Resiko, dan Pengendalian Internal

Kelompok I 28 Januari 2014 Audit Komersial

Page 2: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

Diploma IV Akuntansi Khusus

8A Khusus

Kelompok 1

Birochi Puspo Raharjo (6)

Dyah Ayu Pradnya Paramita (11)

Gusti Randy Herdiansyah (16)

Kharisma Baptiswan (18)

Page 3: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

Merencanakan

luas pengujian

Mengevaluasi

hasil-hasil

RESUME BAB 9

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

1. Materialitas

Definisi materialitas (FASB 2)

Besarnya penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan

memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana

yang mengandalkan informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh

penghapusan atau salah saji tersebut.

Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas:

Langkah

3

Mengestimasi total salah saji

dalam segmen

2. Menetapkan Pertimbangan Pendahuluan tentang Materialitas

Definisi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas:

Jumlah maksimum dimana auditor yakin bahwa laporan keuangan akan disalahsajikan

dan tetap tidak mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pemakai yang bijaksana;

digunakan dalam perencanaan audit.

SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan

dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika

sedang mengembangan strategi audit secara keseluruhan. Keputusan ini disebut sebagai

pertimbangan pendahuluan tentang materialitas, karena mungkin saja berubah selama

penugasan.

Langkah

1

Menetapkan pertimbangan

pendahuluan tentang

materialitas

Langkah

2

Mengalokasikan

pertimbangan pendahuluan

tentang materialitas ke

segmen-segmen

Langkah

4

Memperkirakan salah saji

gabungan

Langkah

5

Membandingkan salah saji

gabungan dengan

pertimbangan pendahuluan

atau yang direvisi tentang

materialitas

Page 4: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu

merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang pertimbangan

pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.

Selama pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan

tentang materialitas karena adanya perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan

untuk menentukan pertimbangan pendahuluan. Perubahan ini disebut dengan

pertimbangan tentang materialitas yang direvisi.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang

materialitas adalah:

1) Materialitas adalah Konsep yang Bersifat Relatif ketimbang Absolut

Salah saji dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi dapat saja

tidak material bagi perusahaan besar. Jadi, tidak mungkin menetapkan pedoman nilai dolar

bagi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang dapat diterapkan pada semua klien

audit.

2) Dasar yang Diperlukan untuk Mengevaluasi Materialitas

Laba bersih sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama bagi perusahaan yang berorientasi

laba. Beberapa perusahaan menggunakan dasar utama yang berbeda karena laba bersih sering

berfluktuasi cukup besar dari tahun ke tahun. Dasar utama lainnya meliputi penjualan bersih,

laba kotor, serta total aktiva atau aktiva bersih. Dasar yang digunakan oleh auditor ini

kemudian harud didokumentasikan dalam file audit (SAS 107 AU 312).

3) Faktor-faktor Kualitatif yang Juga Mempengaruhi Materialitas

Jenis salah saji tertentu mungkin lebih penting bagi para pemakai dibandingkan salah saji

lainnya, sekalipun nilai dolarnya sama, sebagai contoh:

a) Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting ketimbang kesalahan

yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama.

b) Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang mungkin

timbul dari kewajiban kontraktual.

c) Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi material jika mempengaruhi

tren laba.

3. Mengalokasikan Pertimbangan Pendahuluan tentang Materialitas ke Segmen-Segmen

(Salah Saji yang Dapat Ditoleransi)

Definisi alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas;

Proses pembebanan ke setiap akun neraca jumlah salah saji yang dianggap material

bagi akun tersebut berdasarkan pertimbangan pendahuluan auditor.

Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo

akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu disebut dalam SAS 107

(AU 312) sebagai salah saji yang dapat ditoleransi. Dalam mengalokasikan materialitas

pada akun-akun neraca, auditor menghadapi tiga kesulitan utama yaitu:

1) Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji

dibandingkan akun-akun lainnya.

2) Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.

3) Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini.

4. Mengestimasi Salah Saji dan Membandingkan dengan Pertimbangan Pendahuluan

Tiga langkah terakhir dalam menerapkan materialitas berasal dari pelaksanaan pengujian audit.

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas kerja untuk

mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Page 5: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

1) Salah saji yang diketahui

Merupakan salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Contoh: ketika

mengaudit properti, pabrik, dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasi lease peralatan

yang dikapitalisasi, padahal seharusnya dibebankan karena merupakan lease operasi.

2) Salah saji yang mungkin

Terbagi menjadi dua jenis:

a) Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang

estimasi saldo akun. Contoh: perbedaan estimasi penyisihan untuk piutang tak tertagih atau

kewajiban garansi.

b) Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi. Contoh:

asumsikan auditor menemukan enam salah saji yang dilakukan oleh klien dalam sampel

yang terdiri atas 200 barang ketika menguji biaya persediaan. Auditor menggunakan salah

saji tersebut untuk mengestimasi total atau proyeksi salah saji yang mungkin dalam

persediaan. Disebut proyeksi karena hanya sampel yang diaudit, bukan keseluruhan

populasi. (langkah 3)

Jumlah salah saji yang diproyeksikan untuk setiap akun digabungkan dalam kertas kerja

(langkah 4), dan kemudian gabungan salah saji yang mungkin ini dibandingkan dengan

materialitas. (langkah 5)

5. Model Risiko Audit

PDR = Risiko deteksi yang direncanakan (Planned Detection Risk)

AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk)

IR = Risiko Inheren (Inherent Risk)

CR = Risiko Pengendalian (Control Risk)

1) Risiko Deteksi yang Direncanakan(Planned detection Risk)

Definisi Planned Detection Risk :

risiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen akan gagal mendeteksi salah saji melebihi

salah saji yang dapat ditoleransi.

Risiko ini sangat tegantung pada tiga faktor lain dalam model risiko audit. Risiko deteksi

yang direncanakan menentukan jumlah bukti substansif yang direncanakan akan dikumpulkan

auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko

deteksi yang direncakan dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk

mencapai rencana pengurangan risiko tersebut.

2) Risiko Audit yang Dapat Diterima(Acceptable Audit Risk)

Definisi Acceptable Audit Risk :

ukuran kesediaan auditor menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah

saji yang material setelah audit selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah

dikeluarkan.

Page 6: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

Jika auditor telah memutuskan untuk mengurangi risiko audit yang dapat diterima, risiko

deteksi yang direncanakan juga dikurangi dan bukti yang direncanakan harus ditambah.

Auditor juga seringkali menugaskan staff yang lebih berpengalaman atau mereviu file audit

dengan lebih cermat.

Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima

Untuk dapat menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima, auditor harus terlebih dahulu

memutuskan risiko penugasan dan kemudian menggunakan risiko penugasan ini untuk

memodifikasi risiko audit yang dapat diterima. Risiko audit yang dapat diterima dinilai sejak

proses perencanaan audit. Risiko audit yang dapat diterima biasanya dinilai sama untuk setiap

segmen dan tidak berubah nilainya sepanjang proses audit.

Risiko Penugasan adalah risiko bahwa auditor atau KAP akan menderita kerugian setelah

audit selesai walaupun laporan audit sudah benar. Contohnya, jika klien mengumumkan

kepailitan setelah audit selesai kemungkinan diajukannya gugatan hukum terhadap KAP

sangatlah besar meskipun mutu audit itu baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko penugasan

a) Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan. Jika pemakai

eksternal sangat bergantung pada laporan keuangan, maka tepat untuk mengurangi risiko

yang dapat diterima. Auditor juga dapat dengan lebih mudah menjelaskan biaya yang

timbul untuk memperoleh bukti tambahan jika kerugian yang diderita para pemakai akibat

salah saji yang material ini cukup besar.

b) Ukuran klien, semakin besar operasi klien, semakin luas pemakai laporan keuangan

c) Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan terbuka umumnya diandalkan lebih

banyak pemakai dibanding laporan perusahaan tertutup.

d) Sifat dan jumlah kewajiban. Apabila dalam laporan keuangan terdapat kewajiban

berjumlah besar, laporan tersebut kemungkinan akan digunakan secara luas oleh kreditor

actual maupun calon kreditor dibanding jika jumlah kewajibannya kecil.

e) Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit

dikeluarkan. Jika klien terpaksa mengajukan permohonan kebangkrutan atau menderita

kerugian yang besar setela audit selesai, auditor akan menghadapi kemungkinan yang

besar untuk menghadapi tuntutan klien. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa auditor

tidak melaksanakan audit dengan baik atau oleh keinginan para pemakai laporan untuk

memperoleh kembali sebagian kerugian mereka tanpa memperhatikan kelayakan

pekerjaan audit. Beberapa indicator untuk mengetahui kemungkinan klien akan

mengalami kesulitan keuangan yaitu sebagai berikut.

Posisi likuiditas, jika klien terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja, hal ini

mengindikasikan bahwa ada masalah dalam pembayaran tagihan

Laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya, jika suatu perusahaan mengalami penurunan

laba yang pesat selama beberapa tahun, auditor harus mempertimbangkan perubahan

laba relative terhadap saldo sisa laba ditahan yang tersisa

Metode pembiayaan pertumbuhan, jika klien semakin mengandalkan utang sebagai

alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan jika keberhasilan operasi

klien menurun

Sifat operasi klien, jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang lebih besar dari

lainnya

Kompetensi manajemen, manajemen yang kompeten akan selalu waspada terhadap

potensi kesulitan keuangan dan memodifikasi metode operasinya. Auditor harus

Page 7: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

menilai kemampuan manajemen sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan

kepailitan

f) Integritas Manajemen. Jika klien memiliki integritas yang meragukan, auditor akan

menilai risiko audit yang dapat diterima menajdi lebih rendah. Perusahan yang memiliki

manajeman dengan integritas rendah seringkali menjalankan urusan bisnisnya dengan

cara yang akhirnya menimbulkan konflik dengan para pemegang saham, pembuat

peraturan, serta pelanggan. Konflik tersebut akan mempengaruhi pandangan orang

terhadap mutu audit dan dapat memunculkan gugatan hukum.

Risiko Pengendalian(Control Risk)

Risiko Pengendalian mengukur apakah salah saji yang melebihi jumlah yang dapat ditoleransi

dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal

klien. Hubungan antara risiko pengendalian, dan risiko deteksi yang direncanakan adalah

berbanding terbalik, sedangkan hubungan antara risiko pengendalian dan bukti audit bersifat

langsung. Jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal efektif, risiko deteksi yang

direncanakan dapat diperbesar sehingga bukti dapat dikurangi. Auditor dapat memperbesa risiko

deteksi yang direncanakan bila pengendaliannya efektif, karena pengendalian internal yang efektif

akan memperkecil kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Risiko

pengendalian, tidak dinilai oleh auditor secara keseluruhan, tetapi dinilai untuk setiap siklus, setiap

akun dalam suatu siklus dan kadang-kadang setiap tuuan audit untuk akun tersebut.

Risiko Inheren(Inheren Risk)

Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji(kekeliruan atau

kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian

internal.

Menilai Risiko Inheren

Risiko Inheren, tidak dinilai oleh auditor secara keseluruhan, tetapi dinilai untuk setiap siklus,

setiap akun dalam suatu siklus dan kadang-kadang setiap tujuan audit untuk akun tersebut.

Auditor harus menilai faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren dan memodifikasi bukti

audit untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut yaitu:

1) Sifat bisnis klien, risiko inheren untuk akun-akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien

2) Hasil audit sebelumnya, salah saji yang ditemukan pada audit tahun sebelumnya, dapat saja

terjadi lagi dalam audit tahun kerjalan. Hal ini disebabkan karena seringkali salah saji bersifat

sistemis dan organisasi seringkali lamban dalam mengadakan perubahan.

3) Penugasan awal vs penugasan berulang, auditor akan memperole pengalaman dan

pengetahuan tentang kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama beberapa tahun.

Kebanyakan auditor akan menilai risiko inheren lebih tinggi di audit awal, dibanding pada

penugasan berulang.

4) Pihak-pihak yang terkait,transaksi yang terjadi antara dua pihak yang independen akan

memiliki kemungkinan disalahsajikan jauh lebih besar, seperti pada transaksi antara anak dan

induk perusahaan.

5) Transaksi nonrutin, transakasi yang tidak biasa bagi klien lebih besar kemungkinannya

dicatat secara salah ketimbang transaksi rutin, karena seringkali klien belum berpengalaman.

6) Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat, untuk

akun-akun yang perlu penyesuaian, adanya saldo dan transaksi atas akun-akun tersebut

Page 8: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

memerlukan pertimbangan dan estimasi. Karenanya kemungkinan salah saji meningkat dan

auditor harus memperbesar reiko inheren

7) Unsur-unsur populasi, setiap item-item yang membentuk total populasi seringkali juga

mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah saji material.

8) Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan curang dan misapropriasi.

6. Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko

Auditor merespon risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur audit.

Termasuk memasukka unsur ketakterdugaan salam prosedur audit yang digunakan. Selain

memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat dipakai auditor untuk mengubah audit guna

merespon risiko, yaitu:

1) Memilih staf yang lebih berpengalaman untuk penugasan

2) Penugasan akan direvieu secara lebih seksama.

Salah satu keterbatasan dalam menerapkan model risiko audit adalah sulitnya mengukur

risiko-risiko tersebut. Penilaian atas risiko-risiko tersebut akan sangat subjektif dan hanya

mendekati realitas. Dalam menerapkan model risiko audit, auditor sangat memperhatikan tentang

overauditing dan underauditing. Sebagian besar auditor lebih mengkhawatirkan underauditing.

Hal ini disebabkan underauditing membuat KAP lebih rentan kewajiban hukum dan hilangnya

reputasi professional.

7. Hubungan Risiko dan Materialitas dengan Bukti Audit.

Konsep materialitas dan risiko dalam auditing berkaitan erat dan tidak terpisahkan. Risiko

adalah ukuran ketidakpastian dan materialitas adalah ukuran besarannya. Secara bersama-sama

keduanya mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran tertentu.

Contoh: Auditor berencana mengumpulkan bukti sedemikian rupa sehingga hanya ada 5%

risiko(risiko audit yang dapat diterima ) kegagalan mengungkap salah saji yang melampaui salah

saji yang dapat diterima sebesar 265,000 (materialitas)

Materialitas bukan merupakan bagian dari model risiko audit, tetapi kombinasi salah saji yang

dapat ditoleransi dan faktor-faktor model risiko audit menentukan bukti yang direncanakan.

8. Mengevaluasi Hasil

Setelah auditor merencanakan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasil-hasilnya dapat

juga dinyatakan dalam versi evaluasi model risiko audit. Model risiko audit untuk mengevaluasi

hasil-hasil audit dinyatakan dalam SAS 107 sebagai:

AcAR = IR X CR X AcDR

AcAR = Achieved audit risk(risiko audit yang dicapai). Ukuran risiko yang sudah diambil

auditor bahwa suatu akun dalam laporan keuangan disalahsajikan secara material setelah

auditor mengumpulkan bukti audit.

IR = Inheren Risk(Risiko Inheren)

CR = Control Risk(Risiko Pengendalian)

AcDR = Achieved Detection Risk(Risiko deteksi yang dicapai). Ukuran risiko bahwa bukti

audit untuk suatu segmen tidak mendeteksi salah saji yang melampaui salah saji yang dapat

ditoleransi. Auditor dapat mengurangi risiko deteksi yang dicapai ini hanya dengan

mengumpulkan bukti.

Riset menunjukkan menunjukkan bahwa tidak tepat menggunakan ruus evaluasi

tersebut untuk benar-benar menghitung risiko audit yang dicapai sebagaimana yang

dinyatakan dalam rumus di atas.Walaupun tidak tepat menggunakan rumus di atas, namun

hubungan dalam rumus tersebut adalah valid, dan dari rumus di atas didapatkan tiga cara

untuk mengurangi risiko audit, yaitu:

Page 9: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

1) Mengurangi risiko inheren. Karena risiko inheren dinilai oleh auditor berdasarkan

keadaan klien, penilaian ini dilakukan selama tahap perencanaan dan biasanya tidak

diubah kecuali terungkap fakta-fakta baru selama berlangsungnya audit.

2) Mengurangi risiko pengendalian. Penilaian risiko pengendalian dipengaruhi oleh

pengendalian internal klienserta penguian yang dilakukan auditor terhadap pengendalian

tersebut. Auditor dapat mengurangi risiko pengendalian dengan menguji secara lebih

ekstensif pengendalian jika klien memiliki pengendalian yang efektif

3) Mengurangi risiko deteksi yang dicapai dengan meningkatkan pengujian substantive.

Auditor mengurangi risiko dengan mengumpulkan bukti melalui pengumpulan bukti

menggunakan proseduur analitis, pengujian subtantif atas transaksi, dan pengujian atas

rincian saldo. Prosedur audit tambahan, dengan mengasumsikan prosedur tersebut efektif,

serta ukuran sampel yang lebih besar keduanya mengurangi risiko deteksi yang dicapai.

Page 10: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

RESUME BAB 10

AUDIT ATAS PENGENDALIAN INTERNAL MENURUT SECTION 404 DAN MENILAI

RESIKO PENGENDALIAN

1. Tujuan Pengendalian Audit

Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk

memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan

sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian,dan secara kolektif

membentuk pengendalian internal entitas tersebut. Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan

umum dalam merancang sistem pengendalian yang efektif:

1) Realibilitas pelaporan keuangan. Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan

keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.

2) Efisiensi dan efektivitas operasi. Tujuan yang penting dari ini adalah memperoleh informasi

keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan

pengambilan keputusan.

3) Ketaatan pada hukum dan peraturan. Tak hanya mematuhi ketentuan hukum dalam section

404, juga diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan mengenai organisasi-organisasi

publik, nonpublik, dan nirlaba. Dan diharuskan mengeluarkan laporan tentang keefektifan

pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

2. Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor Atas Pengendalian Internal

Tanggung jawab atas pengendalian internal berbeda antara manajemen dan auditor. Manajemen

bertanggung jawab untuk menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian internal entitas.

Sementara, tanggung jawab auditor mencakup memahami dan menguji pengendalian internal atas

pelaporan keuangan.

1) Tanggung Jawab Manajemen Untuk Menetapkan Pengendalian Internal

Ada dua konsep yang melandasi perancangan dan implementasi pengendalian internal, yaitu:

a) Kepastian yang layak. Perusahaan harus mengembangkan pengendalian internal yang akan

memberikan kepastian yang layak, tetapi bukan absolut, bahwa laporan keuangan telah

disajikan secara wajar.

b) Keterbatasan Inheren. Pengendalian internal tidak akan pernah bisa efektif 100% tanpa

menghiraukan kecermatan yang diterapkan dalam perancangan dan implementasinya.

Meskipun personil yang menangani sistem itu sanggup merancang sebuah sistem yang

ideal, keefektifannya tergantung pada kompetensi dan tergantung pada orang-orang yang

menggunakannya.

2) Tanggung Jawab Pelaporan oleh Manajemen menurut Section 404

Manajemen juga harus mengindentifikasi kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi

keefektifan pengendalian internal.Penilaian manajemen mengenai pengendalian internal atas

pelaporan keuangan terdiri atas dua komponen:

a) Rancangan Pengendalian Internal. Manajemen harus mengevaluasi apakah pengendalian

telah dirancang dan diberlakukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material

dalam laporan keuangan.

b) Efektivitas Pelaksanaan Pengendalian. Di samping itu,manajemen juga harus menguji

efektivitas pelaksanaan pengendalian.Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan

apakah pengendalian telah berjalan seperti yang dirancang,dan apakah orang yang

melaksanakan memiliki kewenangan serta kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan

pengendalian itu secara efektif.

3) Tanggung Jawab Auditor Untuk Memahami Pengendalian Internal

Page 11: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

a) Pengendalian Atas Reliabilitas Laporan Keuangan. Untuk memenuhi standar pekerjaan

lapangan yang kedua, auditor terutama berfokus pada pengendalian yang berhubungan

dengan perhatian manajemen yang pertama dalam pengendalian internal, yaitu reliabilitas

laporan keuangan

b) Pengendalian atas Kelas-kelas Transaksi. Auditor menekankan pengendalian internal atas

kelas-kelas transaksi, bukan saldo akun, karena keakuratan output sistem akuntansi (saldo

akun) sangat bergantung pada keakuratan input dan pemrosesan (transaksi)

4) Tanggung Jawab Auditor untuk Menguji Pengendalian Internal

Section 404 mensyaratkan bahwa auditor menegaskan dan menerbitkan laporan keuangan

mengenai penilaian manajemen terhadap pengendalian internal atas laporan keuangan. Untuk

menyatakan pendapat mengenai pengendalian ini, auditor harus memahami dan melakukan

pengujian atas pengendalian untuk semua saldo akun, kelas transaksi, dan pengungkapan yang

signifikan, serta asersi terkait dalam laporan keuangan.

3. Komponen Pengendalian Internal COSO

COSO mendefinisikan pengendalian intern sebagai, “sebuah proses yang dipengaruhi oleh

dewan komisaris, manajemen dan pegawai perusahaan lainnya yang dibentuk untuk menyediakan

keyakinan yang memadai/wajar berkaitan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut:

1) Efektifitas dan efisiensi aktivitas operasi

2) Kehandalan pelaporan keuangan

3) Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

4) Pengamanan aset entitas

Pengendalian internal menurut COSO terdiri dari 5 komponen yang saling berhubungan.

Komponen-komponen tersebut memberikan kerangka kerja yang efektif untuk menjelaskan dan

menganalisa sistem pengendalian internal yang diimplementasikan dalam suatu organisasi.

Komponen-komponen tersebut, adalah sebagai berikut:

1) Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menempatkan kualitas dalam organisasi, mempengaruhi kesadaran

pengendalian terhadap pegawainya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi

komponen Pengendalian Internal lainnya, memberikan disiplin dan struktur. Faktor lingkungan

pengendalian termasuk :

a) Integritas dan Nilai etika

Ada dan diterapkannya kode etik

Bekerjasama dengan karyawan, pemasok dan lain-lain dengan integritas yang tinggi

Tekanan mencapai target yang tidak realistis dan target ini dipakai sebagai ukuran

kinerja

b) Komitmen atas kompetensi

Deskripsi pekerjaan formal atau informal

Analisis mengenai kompetensi dalam mengisi formasi pegawai

c) Dewan Komisaris/Komite Audit

Independen dari manajemen

Frekuensi dan ketepatan pertemuan dengan CFO, internal auditor maupun eksternal

auditor

Penyediaan informasi yang penting dan tepat waktu untuk memungkinkan pemantauan

atas tujuan dan strategi manajemen, performa keuangan perusahaan dan syarat-syarat

atas perjanjian penting

d) Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi

Resiko bisnis yang diterima, ini bisa berbentuk risk adverse atau risk taker

Page 12: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

Frekuensi pertemuan manajemen puncak dan manajemen operasi, terutama ketika

beroperasi dalam wilayah geografis yang berbeda

Sikap dan tindakan berkaitan dengan pelaporan keuangan termasuk juga mengenai

perbedaan pendapat atas perlakuan akuntansi yang diterima.

e) Struktur organisasi

Kelayakan struktur organisasi dan tersedianya jalur informasi yang layak

Kecukupan pembagian tanggung jawab diantara manajer

Kemampuan dan pengalaman manajer dalam memenuhi tanggung jawabnya

f) Kewenangan dan Tanggung Jawab

Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab disesuaikan dengan keperluan

pencapaian tujuan perusahaan, peraturan yang berlaku, atau tujuan operasional

Kecukupan standar dan prosedur yang berkaitan dengan pengendalian, termasuk juga

deskripsi pekerjaan

Kecukupan kuantitas dan kualitas pegawai dalam bidang akuntansi dan pemrosesan

data disesuaikan dengan kompleksitas, sifat dan ukuran entitas

g) Kebijakan dan praktek berkaitan dengan manajemen SDM

Adanya kebijakan dan prosedur berkaitan dengan penerimaan, pelatihan dan promosi

pegawai

Untuk kasus yang tidak sesuai dengan kebijakan yang berlaku, maka prosedurnya harus

diulang

Kecukupan pengecekan mengenai latar belakang pegawai

Kecukupan kriteria promosi dan teknik-teknik pengumpulan informasi berkaitan

dengan kode etik pegawai

2) Penilaian Resiko

Seluruh entitas menghadapi berbagai macam resiko dari luar dan dalam yang harus ditaksir.

Prasyarat dari Penilaian Resiko adalah penegakan tujuan, yang terhubung antara tingkatan yang

berbeda, dan konsisten secara internal. Penilaian Resiko adalah proses mengidentifikasi dan

menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis

untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi,

dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan

menghadapi resiko-resiko spesial terkait dengan perubahan tersebut.

3) Aktivitas Pengendalian

Definisi Aktivitas Pengendalian

kebijakan dan prosedur membantu meyakinkan manajemen bahwa arahannya telah

dijalankan.

Aktivitas Pengendalian membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil

dalam menghadapi resiko sehingga tujuan entitas dapat tercapai. Aktivitas Pengendalian

terjadi pada seluruh organisasi, pada seluruh level, dan seluruh fungsi. Aktivitas Pengendalian

umunnya dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut:

a) Pemisahan tugas yang memadai

Pemisahan Penyimpanan Aktiva dari Akuntansi

Pemisahan Otorisasi Transaksi dari Penyimpanan Aktiva Terkait

Pemisahan Tanggung Jawab Operasional dari Tanggung Jawab Pencatatan

Pemisahan Tugas TI dari Departemen Pemakai

b) Otorisasi yang Tepat atas Transaksi dan Aktivitas

Otorisasi Umum: manajemen menetapkan kebijakan dan para bawahan diinstruksikan

untuk mengimplementasikan otorisasi umum tersebut dengan menyetujui semua

Page 13: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

transaksi dalam batas yang ditetapkan oleh kebijakan tersebut. Contohnya adalah

dikeluarkannya harga tetap sebuah produk dan batas kredit untuk pelanggan.

Otorisasi Khusus: berlaku untuk transaksi individual. Contohnya adalah otorisasi

transaksi penjualan oleh manajer penjualan untuk perusahaan penjual mobil bekas.

c) Dokumen dan Catatan yang Memadai

Meliputi berbagai item seperti faktur penjualan, pesanan pembelian, jurnal penjualan,

kartu absensi karyawan, dan catatan pembantu. Suatu pengendalian yang berhubungan

erat dengan dokumen dan catatan adalah bagan akun (chart of accounts). yang

mengklasifikasikan transaksi ke dalam akun-akun neraca dan laporan laba rugi.

d) Pengendalian Fisik atas Aktiva dan Catatan

Untuk menyelenggarakan pengendalian interal yang memadai, aktiva dan catatan harus

dilindungi. Jika tidak dilindungi, maka beresiko dicuri, hilang, rusak, yang daat

mengganggu proses akuntansi dan operasi bisnis.

e) Pemeriksaan Independen atas Kinerja

Kategori terakhir dari aktivitas pengendalian adalah review yang cernat dan berkelanjutan

atas keempat hal lainnya diatas, yang harus dilakukan secara independen dari individu yang

semula bertanggung jawab menyiapkan data.

4) Information and Communication

Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi dalam sebuah

form dan timeframe yang memungkinkan orang-orang menjalankan tanggung jawabnya.

Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan

terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan

mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang

dihasilkan internal, tetapi juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk

memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal.

Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas, mengalir ke bawah, ke

samping dan ke atas organisasi. Seluruh personel harus menerima dengan jelas pesan dari

manajemen teratas bahwa pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius. Para personel

harus mengerti peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana mereka

mengerti bahwa kegiatan individu mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain. Mereka

harus memiliki niat untuk mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada atasannya.

Selain itu juga dibutuhkan komunikasi efektif dengan pihak eksternal, seperti customer,

supplier, regulator, dan Pemegang Saham.

5) Pemantauan (Monitoring)

Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas performa

sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang

berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini

termasuk manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang dilakukan personel

dalam menjalankan tugasnya. Luas dan frekuensi evaluasi terpisah, akan tergantung pada

terutama penaksiran resiko dan efektifnya prosedur monitoring yang sedang berlangsung.

Ketergantungan sistem pengendalian harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah yang

serius juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.

4. Memperoleh dan Mendokumentasikan Pemahaman tentang Pengendalian Internal

Tingkat Pemahaman atas pengendalian internal serta luas pengujian yang dibutuhkan

untuk audit atas pengendalian internal melampaui apa yang disyaratkan untuk audit atas laporan

keuangan saja. Karena itu, apabila terlebih dahulu berfokus pada pemahaman atas pengendalian

internal dan pengujian yang diperlukan untuk audit pengendalian internal, auditor sudah

Page 14: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk memahami dan menguji pengendalian internal atas

audit laporan keuangan.

Sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan prosedur untuk

memperoleh pemahaman, yang meliputi pengumpulan bukti tentang rancangan pengendalian

internal dan apakah pengendalian itu sudah diimplementasikan,lalu menggunakan informasi itu

sebagai dasar audit terpadu.

Biasanya Auditor menggunakan tiga jenis dokumen untuk memperoleh dan

mendokumentasikan pemahamannya atas perancangan pengendalian internal, antara lain:

a. Naratif: uraian tertulis tentang pengendalian internal klien

b. Bagan Arus: diagram yang menunjukkan dokumen klien dan aliran urutannya dalam

organisasi, dan

c. Kuesioner Pengendalian Internal: mengajukan serangkaian pertanyaan tentang

pengendalian dalam setiap area audit sebagai sarana untuk mengindetifikasi pengendalian

internal.

5. Mengevaluasi Pengimplementasian Pengendalian Internal

Selain memahami perancangan pengendalian internal, auditor juga harus mengevaluasi

apakah pengendalian yang dirancang itu telah diimplementasikan. Dalam praktik, pemahaman

atas rancangan dan pengimplementasian sering dilakukan secara bersamaan. Metode-metode yang

umum digunakan, antara lain:

Memutakhirkan dan mengevaluasi pengalaman auditor sebelumnya dengan entitas

Melakukan tanya jawab dengan personil klien, auditor juga harus meminta manajemen,

penyelia, dan staff untuk menjelaskan tugas-tugasnya

Menelaah dokumen dan catatan

Mengamati aktivitas dan operasi entitas untuk meningkatkan pemahaman auditor apakah

pengendalian internal telah diimplementasikan.

Melakukan penelusuran sistem akuntansi dari awal transaksi sampai seluruh proses transaksi

selesia

6. Menilai Resiko Pengendalian

Auditor mendapatkan pengetahuan tentang desain dan implementasi pengendalian

internal yang dimiliki oleh klien, dalam rangka melakukan penilaian awal terkait resiko

pengendalian. Penilaian ini merupakan bagian dari penilaian total resiko keterjadian salah saji

yang material. Tingginya resiko pengendalian yang terdapat pada perusahaan klien dapat

mempengaruhi kelayakan laporan keuangan untuk dapat diaudit atau tidak.

Dua faktor yang mempengaruhi kelayakan dilakukan audit adalah tingkat integritas

manajemen dan kecukupan catatan akuntansi. Jika dirasa manajemen kurang memiliki integritas,

sudah selayaknya tawaran audit ditolak. Ketidakcukupan catatan akuntansi akan mempersulit

auditor dalam memperoleh bukti audit yang cukup.

Setelah mendapatkan pengetahuan akan proses bisnis dan pengendalian internal klien,

auditor membuat penilaian awal atas resiko pengendalian. Penilaian ini berguna untuk mengukur

resiko salah saji dan kemampuan auditor dalam menemukan salah saji tersebut dan bahkan

mengkoreksinya. Proses penilaian ini dimulai dengan urutan tahapan sebagai berikut :

1) Pengendalian level entitas

2) Pengendalian level siklus transaksi

3) Pengendalian level transaksi utama

4) Pengendalian level tujuan audit transaksional (transaction-related audit objectives)

Page 15: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

Matriks resiko pengendalian adalah alat yang digunakan auditor untuk membantu proses

penilaian resiko pengendalian pada level transaksi. Matriks ini mempermudah penataan proses

penilaian resiko untuk setiap tujuan audit. Tahapan penyusunan matriks adalah sebagai berikut :

1) Identifikasi tujuan-tujuan audit pada setiap kelas transaksi, saldo akun, penyajian serta

pengungkapan.

2) Identifikasi pengendalian yang telah ada dalam sistem klien. Identifikasi pengendalian

kunci sangat diharapkan untuk alasan efisiensi. Lima aktifitas pengendalian seperti

pemisahan tugas, pemberian otorisasi, kecukupan dokumentasi, pengendalian fisik atas

aset dan catatan, serta pengawasan kinerja yang independen)

3) Identifikasi keterkaitan pengendalian dengan tujuan audit. Pengendalian internal yang ada

kemungkinan dapat memuaskan lebih dari satu tujuan audit.

4) Identifikasi dan evaluasi kekurangan dalam pengendalian klien serta kelemahan lain yang

material. Standar audit membagi menjadi tiga macam kurangnya pengendalian yaitu :

a) Control deficiency terjadi jika perancangan atau pelaksanaan pengendalian tidak

memungkinkan karyawan perusahaan mencegah atau mendeteksi salah saji secara

tepat waktu. Design deficiency terjadi jika pengendalian yang diperlukan tidak ada

atau tidak dirancang dengan baik. Operation deficiency terjadi jika pengendalian yang

dirancang dengan baik tidak berjalan seperti yang diharapkan atau orang yang

melaksanakan tidak memiliki kualifikasi atau kewenangan yang memadai.

b) Significant deficiency terjadi jika ada satu atau lebih defisiensi pengendalian muncul

yang membutuhkan perhatian auditor, namun masih dibawah taraf material weakness.

c) Material weakness terjadi jika significant deficiency, baik sendiri ataupun kombinasi,

akan mengakibatkan resiko pengendalian yang tidak akan mencegah atau mendeteksi

salah saji yang material dalam laporan keuangan.

Tabel Pengukuran Pengendalian

Signifikansi Material

Kecil Besar

Kemungkinan

Tidak material

Pendekatan lima langkah yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi control

deficiency, significant deficiency, dan material weakness adalah sebagai berikut :

a) Mengidentifikasi pengendalian yang ada,

b) Mengidentifikasi tidak diterapkannya pengendalian kunci,

c) Mempertimbangkan adanya compensating control,

d) Memutuskan apakah ada significant deficiency dan material weakness,

e) Menentukan kemungkan salah saji yang dapat dihasilkan.

5) Identifikasi keterkaitan antara significant deficiency dan material weakness dengan

tujuan audit terkait.

6) Menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan audit yang terkait.

Komunikasi antara auditor dengan komite audit atau entitas sederajat diperlukan jika resiko

pengendalian yang ditemukan cukup signifikan. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada

klien untuk memperbaiki sistemnya, sehingga resiko pengendalian dapat berkurang dan auditor

dapat menyesuaikan penilaiannya. Selain itu auditor juga dapat menerbitkan management letter

kepada manajemen terkait resiko yang kurang signifikan namun berpengaruh terhadap

Page 16: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

operasional perusahaan klien. Hal ini tidak diatur oleh standar audit, namun auditor biasanya

memberikannya dalam rangka memberikan nilai tambah pada jasanya.

7. Pengujian Pengendalian

Pengujian pengendalian adalah prosedur untuk menguji efektivitas pengendalian dalam

mendukung penilaian resiko pengendalian yang lebih rendah. Auditor menggunakan empat jenis

prosedur untuk mendukung efektivitas pelaksanaan pengendalian internal, yang meliputi :

1) Mengajukan pertanyaan kepada personel klien yang tepat (wawancara),

2) Memeriksa dokumen, catatan dan laporan,

3) Mengamati aktifitas yang terkait dengan pengendalian (observasi),

4) Melaksanakan kembali prosedur.

Intensifitas dari kegiatan-kegiatan diatas berbanding terbalik dengan tingkat resiko

pengendalian yang diharapkan oleh auditor (trade off antara biaya dan tingkat resiko). Efektifitas

pelaksanaan pengendalian internal juga dapat diperoleh dari bukti audit tahun sebelumnya dengan

tetap mempertimbangkan jangka waktu daluwarsa sesuai standar audit yang berlaku. Pengujian

Page 17: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

parsial untuk tiap tahun sekali dan pengujian secara utuh setiap tiga tahun sekali. Auditor juga

diharuskan menguji resiko yang signifikan untuk memastikan pengendalian terkait resiko tersebut

telah berjalan secara efektif. Auditor juga harus mempertimbangkan kerangka waktu pengujian

sesuai dengan sifat pengendalian terkait. Bisa jadi pengujian hanya dilakukan pada akhir tahun

atau akhir interim suatu periode tertentu. Auditor hanya perlu mempertimbangkan perubahan-

perubahan yang mungkin ada dan mencari tahu dampak akibat perubahan pengendalian tersebut.

Auditor menggunakan hasil penilaian resiko pengendalian dan hasil pengujian pengendalian

untuk menentukan resiko deteksi (detection risk) serta pengujian substantive terkait audit atas

laporan keuangan. Hubungan antara hasil penilaian resiko pengendalian dengan tujuan audit akan

menentukan tingkat resiko deteksi menurut model resiko audit.

8. Pelaporan atas Pengendalian Internal

Sarbanes-Oxley Act mengharuskan auditor untuk menyusun laporan audit pengendalian

internal atas pelaporan keuangan. Laporan dapat dilaporkan secara terpisah atau digabung dengan

laporan audit atas laporan keuangan. Jenis-jenis pendapat terkait pengendalian internal atas

pelaporan keuangan meliputi :

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Pendapat ini dimunculkan jika

terdapat dua kondisi yaitu : tidak ada material weakness yang teridentifikasi dan tidak ada

pembatasan atas ruang lingkup pekerjaan auditor.

2) Pendapat tidak wajar (adverse opinion). Pendapat ini dimunculkan jika ada material weakness

dalam pelaksanaan pengendalian internal.

3) Pendapat wajar dengan pengecualian atau Menolak memberikan pendapat (qualified or

disclaimer opinion). Pembatasan ruang lingkup menyebabkan munculnya pendapat ini. Auditor

tidak dapat mengumpulkan bukti yang cukup sebagai dasar pemberian pendapat.

Page 18: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal
Page 19: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal
Page 20: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal

9. Perbedaan Evaluasi, Pelaporan Dan Pengujian Pengendalian Internal Untuk Perusahaan

Non-Publik

Beberapa perbedaan antara perusahaan publik dan non-publik terkait evaluasi, pelaporan

dan pengujian pengendalian internal meliputi :

1) Persyaratan pelaporan. Tidak seperti perusahaan publik, perusahaan non-publik tidak

diisyaratkan untuk melaporkan laporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Namun

pengujian efektifitas pelaksanaan pengendalian internal harus tetap dilakukan auditor untuk

memastikan audit atas laporan keuangan yang berkualitas.

2) Luas pengendalian internal yang diisyaratkan. Bagi perusahaan non-publik, yang biasanya

memiliki skala kecil, penerapan pengendalian internal akan memberi beban keuangan

tambahan bagi perusahaan. Pengendalian internal yang cukup dan complementary control dapat

diterapkan dengan alasan efisiensi. Beberapa pengendalian yang mungkin dapat diterapkan

pada perusahaan non-publik antara lain : merekrut personel yang kompeten dan dapat dipercaya

dengan memberikan tanggung jawab yang jelas, prosedur yang jelas terkait otorisasi, eksekusi,

dan pencatatan, dokumentasi yang memadai, pengendalian fisik scara terbatas, dan penilaian

kinerja.

3) Luas pemahaman yang diperlukan. Auditor hanya perlu memahami kelayakan proses audit

kedepan dan sikap manajemen terhadap pengendalian internal sertapenilaian resiko

pengendalian yang dilakukan pada tingkat maksimum.

4) Menilai resiko pengendalian. Penilaian resiko pengendalian harus dilakukan pada tingkat

maksimum ketika tidak ada atau tida efektifnya pengendalian untuk satu atau semuat tujuan

audit yang terkait.

5) Luas pengujian pengendalian yang diperlukan. Pengujian pengendalian tidak akan dilakukan

jika tidak terdapat pengendalian internal yang spesifik atau resiko pengendalian berada pada

tingkat maksimum.

Page 21: Resume Materialitas, Resiko, Dan Pengendalian Internal