REPOSITORY
Transcript of REPOSITORY
SINTESIS KATALIS K-CaO UNTUK TRANSESTERIFIKASI CPO MENJADI
BIODIESEL VARIASI BERAT KATALIS
REPOSITORY
OLEH:
RIVALDO
NIM. 16030767
PROGRAM STUDI S1 KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
1
SINTESIS KATALIS K-CaO UNTUK TRANSESTERIFIKASI CPO
MENJADI BIODIESEL VARIASI BERAT KATALIS
Rivaldo1*
, Nurhayati2
1Mahasiswa Program Studi S1 Kimia
2Dosen Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
ABSTRACT
The manufacture of biodiesel is usually used a transesterification reaction using an
alkaline catalyst. The alkaline catalyst used in this study was K-CaO catalyst derived
from shells of blood clams (Anadara granosa) using the sol-gel method with a ratio
between KOH: CKD: Ethylene glycol 0.5: 6: 12 calcined at 700, 800 and 900 oC. The
catalyst was characterized using XRD to determine the type of mineral in a material.
The types of minerals contained in the catalyst were calcite, portlandite and lime. The
catalyst was tested in biodiesel synthesis with variations in the weight of the catalyst (1,
2, 3, and 4 %). The maximum biodiesel yield was 92.48 %, that is, at the maximum
condition of K-CaO-700 catalyst with a catalyst weight of 2 %. The characteristics of
the biodiesel produced in this study were water content, density, viscosity, carbon
residue, acid number, soap number, iodium number and cetane number. The
characteristics of biodiesel was selected range of SNI 7182-2015 except for carbon
residue and cetane numbers.
Keywords : biodiesel, catalyst, transesterification
ABSTRAK
Pembuatan biodiesel biasanya digunakan reaksi transesterifikasi menggunakan katalis
basa. Katalis basa yang digunakan pada penelitian ini yaitu katalis K-CaO yang berasal
dari cangkang kerang darah (Anadara granosa) menggunakan metode sol-gel dengan
perbandingan antara KOH : CKD : Etilen glikol 0,5 : 6 : 12 yang dikalsinasi pada suhu
700, 800 dan 900 oC. Katalis dikarakterisasi menggunakan XRD untuk menentukan
jenis mineral suatu material. Jenis mineral yang terdapat pada katalis adalah calcite,
portlandite dan lime. Katalis diuji dalam sintesis biodiesel dengan variasi berat katalis
(1, 2, 3, dan 4 %). Hasil biodiesel maksimum diperoleh 92,48 % yaitu pada kondisi
maksimum katalis K-CaO-700 dengan berat katalis 2 %. Karakteristik biodiesel yang
dihasilkan pada penelitian ini yaitu kandungan air, densitas, viskositas, residu karbon,
bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan iodium dan angka setana. karakteristik
biodiesel sudah memenuhi SNI 7182-2015 kecuali residu karbon dan angka setana.
Kata kunci: biodiesel, katalis, transesterifikasi
2
PENDAHULUAN
Bioenergi adalah energi alternatif
yang berasal dari bahan baku bersifat
renewable, salah satu jenis bioenergi
adalah biodiesel. Menurut peraturan
menteri nomor 32 tahun 2008 biodiesel
(B100) adalah produk Fatty Acid Methyl
Ester (FAME) atau Mono Alkyl Ester
yang dihasilkan dari bahan baku hayati
yang diproses secara esterifikasi. Bahan
baku yang digunakan sebagai sumber
trigliserida dalam proses produksi
biodiesel seperti crude palm oil (CPO),
minyak goreng bekas, minyak jarak
(Oko dan Mohammad, 2019) dan
minyak biji karet. Biodiesel dapat
diproduksi melalui reaksi esterifikasi
ataupun reaksi transesterifikasi.
Reaksi transesterifikasi sudah umum
digunakan dalam pembuatan biodiesel,
katalis yang sering digunakan pada
proses transesterifiikasi adalah katalis
basa homogen seperti KOH dan NaOH.
Kekurangan katalis ini sulit dipisahkan
antara katalis dengan produk biodiesel,
tidak ekonomis dan mencemari
lingkungan (Zuhra et al., 2015). Pada
penelitian yang dilakukan Gafur (2015),
katalis CaO dari CaCO3 cangkang
kerang darah (CKD) yang dikalsinasi
pada suhu 900 o
C selama 10 jam
menghasilkan biodiesel sebesar 84,89 %
dengan kondisi rasio mol minyak :
metanol 1:9, suhu reaksi 60 o
C dan
waktu reaksi 3 jam. Katalis CaO
dimodifikasi dengan menambahkan ion
kalium yang bertujuan untuk
meningkatkan kebasaannya sehingga
diharapkan sifat katalitiknya meningkat .
Peneltian mengenai katalis CaO yang
dimodifikasi menggunakan ion kalium
sudah banyak dilakukan seperti
penambahan CH3COOK menghasilkan
biodiesel 91,22 %, dengan katalis berasal
dari CaO komersial dengan bahan baku
nya minyak almond (Fadhil et al.,2018),
Afandi (2015) katalis CaO yang
diimpregnasi KOH dengan
menggunakan minyak goreng bekas
sebagai sumber trigliserida
menghasilkan biodiesel sebesar 82,53 %
dengan tingkat kemurnian 98,46 %.
Penelitian Gafur (2015) memiliki
kekurangan yaitu kemurnian yang
rendah dan Afandi (2015) memiliki
kekurangan hasil biodiesel yang rendah.
Pada penelitian Gupta dan Madhu (2016)
sintesis biodiesel dengan menggunakan
katalis CaO/CaN dan CaO/SS dengan
menambahkan etilen glikol (12 mL), Ca
(NO3)2. 4H2O (6 g) dan NaOH (1 g),
yang dikalsinasi pada suhu 700 oC
selama 3 jam dengan kondisi reaksi berat
katalis 8 %, waktu reaksi 6 jam, suhu
reaksi 65 oC dan rasio mol minyak
metanol 1:12 menghasilkan biodiesel
sebesar 96 %.
Pada penelitian ini dilakukan
sintesis katalis K-CaO dari CKD sebagai
bahan dasar pembuatan katalis
menggunakan metode sol-gel dengan
perbandingan KOH : CKD : EG (etilen
glikol) 0,5 : 6 : 12. Penelitian ini
merupakan modifikasi dari penelitian
yang dilakukan oleh Gupta dan Madhu
(2016) yang menggunakan perbandingan
NaOH : CaO : EG (etilen glikol) 1 : 6 :
12.
3
METODE PENELITIAN
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah mortar, ayakan 200 mesh (W.S
Tyler Incorporated U.S.A), oven
(Gallenkemp), furnace (vulcanTM
seri
A130), labu leher tiga lengkap dengan
kondensor, hotplate, magnetic stirrer,
instrument X-Ray Diffraction (XRD), X-
Ray Fluoresence (XRF), Fourier
Transform Infrared (FTIR), pompa air,
termometer alkohol, viskometer
Ostwald, piknometer 5 mL, desikator,
neraca analitik dan peralatan gelas
penelitian lainnya..
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah crude palm oil
(CPO) yang diambil di PT. Wilmar Kota
Dumai, cangkang kerang darah
(Anadara granosa), metanol (Merck),
etilen glikol (Merck), isopropil alkohol,
indikator phenolphtalein, potassium
hydrogen pthalate, potassium hydroxide
(KOH), kertas saring Whatman 42, akua
DM dan cuka (asam asetat 2 %).
b. Perlakuan awal CPO
Sampel CPO yang digunakan pada
penelitian ini diperoleh dari PT. Wilmar
Nabati Indonesia, Dumai. CPO yang
disimpan di dalam jeregen didiamkan
hingga terbentuk 2 fasa yaitu fasa padat
dan fasa cair. CPO fasa cair dan fasa
padat dipisahkan secara perlahan-lahan
dan CPO fasa cair yang akan digunakan
dalam penelitian ini. CPO cair yang
digunakan dipisahkan dengan kertas
saring dan dicuci menggunakan akuades
(suhu 50-60 oC) dengan perbandingan
berat 1:1. Kemudian untuk mengurangi
kandungan air CPO setelah dicuci, CPO
dipanaskan pada suhu 100±5 oC sampai
CPO terlihat lebih jernih.
c. Sintesis katalis
Cangkang kerang darah (Anadara
granosa) dikumpulkan dari rumah
makan seafood yang ada disekitar kota
Pekanbaru. CKD yang digunakan
merupakan limbah kerang darah yang
sudah direbus dan isinya dikeluarkan
dari cangkangnya untuk membuat
makanan olahan. CKD direndam
menggunakan cuka (asam asetat 2%)
selama semalaman untuk mendenaturasi
protein, mengurangi ketebalan dan
kekuatan cangkang, serta membersihkan
populasi mikrobiologi dari cangkang.
Sebelum dibersihkan menggunakan air
untuk membuang kotoran dan pasir yang
masih tersisa. Setelah itu, cangkang
kerang dicuci menggunakan akuades
hingga bersih dan dioven selama 24 jam.
Cangkang yang sudah kering ditumbuk
dan digerus menggunakan mortar martir
dan diayak lolos 200 mesh. Bubuk CKD
yang lolos 200 mesh dibuat sol-gel
menggunakan KOH dan etilen glikol
dengan perbandingan KOH : CKD : EG
(etilen glikol) 0,5 : 6 : 12. KOH
dimasukan sebanyak 0,5 gram kedalam
gelas beker, kemudian 6 gram bubuk
CKD ditambahkan dan 12 mL etilen
glikol di masukkan kedalam campuran
tersebut. Campuran di stirer selama 10
menit dengan kecepatan 300 rpm. Hasil
campuran yang diperoleh didiamkan
selama 5 jam, disaring dan dicuci
menggunakan akua DM. Katalis
4
dikeringkan pada suhu ±105 oC, lalu
dikalsinasi suhu 700, 800 dan 900 ℃
selama 3 jam. Katalis yang diperoleh
diberi kode K-CaO-700, K-CaO-800,
dan K-CaO-900. katalis CaO tanpa K
dibuat menggunakan metode sol-gel dan
dikalsinasi suhu 700, 800 dan 900 oC.
d. Sintesis biodiesel
Sebanyak 100 g CPO dipanaskan
pada suhu ±105 oC dan diaduk
menggunakan magnetic stirrer selama
30 menit. CPO didinginkan hingga
mencapai suhu 50 oC. Pada labu leher
tiga, campuran 1 % katalis (sebelum
digunakan, katalis dipanaskan di dalam
oven suhu ±105 oC minimal 10 menit)
dan 23,8213 g metanol (rasio mol
minyak:metanol 1:6) direfluks selama 1
jam. CPO (suhu 50 oC) ditambahkan ke
dalam campuran katalis-metanol dan
diaduk selama 3 jam dengan kecepatan
pengadukan 500 rpm pada suhu 60 oC.
Campuran dimasukkan ke dalam gelas
beker dan dibiarkan semalam untuk
memisahkan katalis. Hasil biodiesel
disaring menggunakan kertas saring
biasa hingga didapatkan crude biodiesel.
Pengulangan dilakukan untuk variasi
berat katalis 2, 3 dan 4 %.
e. Pencucian biodiesel
Biodiesel dicuci mengunakan akua
DM suhu 50-60 oC dengan perbandingan
berat biodiesel:akua DM 1:1. Campuran
kemudian dikocok selama ± 1 menit
untuk melarutkan metanol dan sabun
yang masih larut di dalam biodiesel.
Campuran didiamkan selama lebih
kurang 24 jam dan akan membentuk dua
lapisan, lapisan atas yang berwarna
terang adalah biodiesel, sedangkan
lapisan bawah yang berwarna putih susu
adalah emulsi yang merupakan sabun
dan metanol yang bercampur dengan air
pencuci. Biodiesel dipisahkan dari
emulsi lalu setelah terpisah disaring
mengunakan kertas saring Whatman 42
dan dipanaskan pada suhu di atas titik
didih air (105 ºC) hingga gelembung air
tidak terlihat lagi. Berat biodiesel setelah
pemanasan ditimbang dan dapat dihitung
persentase biodiesel yang dihasilkan.
Selain itu, hasil maksimum biodiesel
dikarakterisasi berdasarkan standar mutu
biodiesel SNI 7182-2015 meliputi
kandungan air, berat jenis, viskositas,
residu karbon, bilangan asam, bilangan
iodium, bilangan penyabunan dan angka
setana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Penentuan jenis mineral
menggunakan X-Ray Diffraction
(XRD)
Hasil analisis XRD katalis K-CaO
dengan menggunakan metode sol-gel
yang dikalsinasi pada suhu 700, 800 dan
900 oC selama 3 jam dapat dilihat pada
Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1.
dapat dilihat bahwa pada katalis K-CaO-
700 di dominasi oleh puncak CaCO3
diantaranya yaitu pada theta 23,042;
29,395; 31,410; 43,157; 47,105; 48,493.
Pada katalis K-CaO-800 di dominasi
oleh puncak CaCO3 diantaranya yaitu
pada theta 29,379; 34,109; 35,987;
39,406; 43,171 dan pada K-CaO-900 di
5
dominasi puncak Ca(OH)2 diantaranya
adalah pada theta 18,005; 28,662;
32,157; 34,039; 47,09; 50,739; 53,818;
62,506; 64,135;71,68.
Menurut Fanny et al (2012)
munculnya puncak-puncak CaCO3
(calcite) akibat dekomposisi CaCO3
yang tidak sempurna menjadi CaO dan
CO2 selama proses kalsinasi sehingga
terbentuk CaCO3 dalam fasa calcite (fasa
stabil). Kouzu et al (2008) menyatakan
bahwa katalis yang mengandung mineral
portlandite (Ca(OH)2) disebabkan oleh
adanya kontak antara permukaan
padatan CaO dengan uap air dari udara
bebas. Kemungkinan lain yang
menyebabkan munculnya mineral
porlandite pada penelitian ini disebabkan
karena cangkang kerang mempunyai
lapisan yang sangat keras sehingga
kalsinasi pada suhu dan waktu tersebut
masih belum menghasilkan perubahan
sempurna CaCO3 menjadi CaO. Menurut
Setiowati (2014) penyebab tidak
munculnya puncak CaO (lime)
disebabkan oleh CaO yang terbentuk
bereaksi dengan uap air dari udara bebas.
Gambar 1. Pola XRD katalis (a) K-CaO-700, (b) K-CaO-800 dan (c) K-CaO-900
b. Pengaruh berat katalis terhadap
hasil biodiesel
Pengaruh berat katalis terhadap hasil
biodiesel dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 2 tersebut dapat
dilihat bahwa kondisi maksimum berat
maksimum yaitu pada katalis K-CaO-
700 dengan berat katalis 2 % diperoleh
hasil biodiesel 92,48 %. Penambahan
katalis yang melewati kondisi
maksimumnya dapat mengakibatkan
6
terjadinya aglomerasi pada katalis
sehingga sisi aktif katalis yang
digunakan sebagai tempat
berlangsungnya reaksi akan tertutup. Sisi
aktif katalis yang tertutup akan
menyebabkan reaktan yang bereaksi
akan semakin sedikit sehingga biodiesel
yang terbentuk akan semakin berkurang.
Biodiesel yang didapatkan dengan
menggunakan katalis K-CaO-900 lebih
sedikit dibandingakn menggunakan
katalis K-CaO-700 dan K-CaO-800. Hal
ini disebabkan karena kandungan CaO
dan K2O semakin berkurang dengan
bertambahnya suhu, sehingga
menurunkan aktivitas katalitiknya.
Penyebabnya terjadinya penurunan
kandungan CaO dan K2O disebabkan
karena terjadinya sintering pada katalis
K-CaO.
Gambar 2. Pengaruh berat katalis terhadap yield biodiesel
Hasil biodiesel maksimum di
karakterisasi menurut SNI 7182-2015
meliputi kandungan air, berat jenis,
viskositas, residu karbon, bilangan asam,
bilangan penyabunan, bilangan iodium
dan angka setana. Hasil karakteristik
biodiesel penelitian ini yaitu kandungan
air 0,019 %, densitas 878 kg/m3,
viskositas 6,05 mm2/s, residu karbon
0,91 %, bilangan asam 0,51 mg KOH/g,
bilangan penyabunan 394,26 mg KOH/g,
bilangan iodium 56,86 g-I2/100 g dan
angka setana 47,35. Secara umum,
karakteristik biodiesel sudah memenuhi
SNI 7182-2015 kecuali residu karbon
dan angka setana.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini dapat
diambil kesimpulan bahwa reaksi
transesterifikasi CPO menjadi biodiesel
menggunakan katalis K-CaO
menggunakan metode sol-gel diperoleh
hasil biodiesel sebesr 92,48% dengan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4
Yie
ld b
iod
iese
l (%
)
Berat Katalis (%b/b)
K-CaO-700
K-CaO-800
K-CaO-900
7
menggunakan katalis K-CaO-700 dan
berat katalis 2%. Hasil karakteristik
biodiesel pada penelitian ini sudah
memenuhi SNI 7182-2015 kecuali residu
karbon dan angka setana.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, T. 2015. Impregnasi KOH pada
cangkang kerang darah (Anadara
granosa) yang dikalsinasi suhu
900oC sebagai katalis heterogen
dalam produksi biodiesel. Skripsi.
Universitas Riau, Pekanbaru.
Fadhil, A. B., Al-Tikrity, E. T. B and
Khalaf, A. M. 2018.
Transesterification of non-edible
oils over kalium acetate
impregnated CaO solid base
catalyst. Fuel. 1(1) : 81-93.
Fanny, W. A., Subagjo dan Prakoso, T.
2012. Pengembangan Katalis
Kalsium Oksida Untuk Sintesis
Biodiesel. Jurnal Teknik Kimia
Indonesia. 11(2): 66-73.
Gapur, A. 2015. Sintesis Biodiesel
Melalui Reaksi Transesterifikasi
CPO Menggunakan Katalis CaO
dari Cangkang Kerang Darah
Kalsinasi 900 oC. Skripsi. FMIPA
Universitas Riau, Pekanbaru.
Gupta, J and Madhu, A. 2016.
Preparation and characterization
of CaO nanoparticle for biodiesel
production. 2nd
International
Conference of Emerging
Technologies : Micro to Nano.1-
10.
Kouzu, M., Kasuno, T., Tajika, M.,
Sugimoto Y, Yamanaka and
Hidaka, J. 2008. Calcium Oxide
as a Solid Base Catalyst for
Transesterification of Soybean
Oil and Its Application to
Biodiesel Production. Fuel. 87
(12): 2798-2806.
Oko, S and Andri, K. 2019. Modification
of CaO catalyst with
impregnation method using KOH
in biodiesel synthesis from waste
cooking oil. Journal of
Engineering Design and
Technology. 19(2): 62-67.
Peraturan menteri nomor 32. 2008.
Penyediaan, Pemanfaatan dan
Tata Niaga Bahan Bakar Nabati
(Biofuel) Sebagai Bahan Bakar
Lain.
Setiowati, R. 2014. Produksi Biodisel
dari Minyak Goreng Bekas
Menggunakan Katalis CaO
Cangkang Kerang Darah
Kalsinasi 900 °C. Skripsi.
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Riau, Pekanbaru.
Zuhra, H. H., Hasfita , F dan Rinaldi, W.
2015. Preparasi katalis abu kulit
kerang untuk transesterifikasi
minyak nyamplung menjadi
biodiesel. Agritech. 35(1) : 69-
77.