pustaka-indo.blogspot...penting adalah apa yang ada di balik teka-teki itu. Bagaimana orang-orang...

387
pustaka-indo.blogspot.com

Transcript of pustaka-indo.blogspot...penting adalah apa yang ada di balik teka-teki itu. Bagaimana orang-orang...

  • iiiii

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • iiiii

    SULUK MALANG SUNGSANGKonflik dan Penyimpangan

    Ajaran Syaikh Siti JenarBuku 6

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • i ii ii ii ii i

    Suluk Malang Sungsang

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • i vi vi vi vi v

    Suluk Malang Sungsang

    SULUK MALANG SUNGSANGKonflik dan Penyimpangan Ajaran Syaikh Siti JenarBuku 6Agus Sunyoto© Pustaka Sastra LKiS, 2004

    viii + 378 halaman; 12 x 18 cm1. Sastra-Sejarah 2. SufismeISBN: 979-3381-57-4ISBN 13: 9789793381572

    Editor: Retno SuffatniRancang sampul: Haitami el-JaidSetting/Layout : Santo

    Penerbit dan Distribusi:Pustaka Sastra LKiS YogyakartaSalakan Baru No. 1 Sewon BantulJl. Parangtritis Km. 4,4 YogyakartaTelp.: (0274) 387194Faks.: (0274) 379430http://www.lkis.co.ide-mail: [email protected]

    Anggota IKAPI

    Cetakan I: November 2004Cetakan II: Februari 2005Cetakan III: Agustus 2008Cetakan IV: Januari 2012

    Percetakan:PT LKiS Printing CemerlangSalakan Baru No. 3 Sewon BantulJl. Parangtritis Km. 4,4 YogyakartaTelp.: (0274) 7472110, 417762e-mail: [email protected]

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • vvvvv

    Pengantar Redaksi

    Akhirnya, saat-saat sejarah Syaikh Siti Jenarsemakin mendekati ujung. Buku ini merupakan satudari dua buku penutup (Suluk Malang Sungsang: Konflikdan Penyimpangan Ajaran Syaikh Siti Jenar Buku Keenamdan Ketujuh). Sebagaimana sebuah teka-teki, kisahakhir hidupnya menimbulkan pertanyaan beragam:Benarkah dia mati? Benarkah dia tidak mati?Benarkah dia dimatikan? Namun demikian, yang lebihpenting adalah apa yang ada di balik teka-teki itu.Bagaimana orang-orang memahami ajarannya?

    Sejarah hampir tidak pernah berbicara tentangkelompok marjinal karena dianggap telah subversifmelalui wacana dan praksis keagamaan yang merekakembangkan. Mereka dianggap menantang status quokaum mayoritas. Sejarah kaum terpinggirkan telahtertindas oleh sejarah yang berpusat pada kaumborjuasi lain: ulama dan elit penguasa.

    Hegemoni menurut Gramsci bukan semata-matadominasi, melainkan juga “kepemimpinan” dan“kekuasaan” kelompok sosial tertentu yang

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • v iv iv iv iv i

    Suluk Malang Sungsang

    diwujudkan dalam masyarakat luas melalui keber-hasilan untuk mendapatkan pengaruh.

    Persoalan dasar hegemoni bukanlah tentangbagaimana suatu kelompok baru mendapatkandominansi dan kekuasaan, melainkan lebih pentinglagi bagaimana kelompok itu sampai bisa diterima,tidak hanya sebagai penguasa, juga sebagai “pe-mandu” masyarakat sehingga mampu memainkanperan sebagai pemimpin moral.

    Kepemimpinan moral yang hegemonik dapatmenjadi dominan secara formal melalui aliansidengan kekuatan politik. Begitu aliansi seperti initerjadi maka kekuatan dominan dan hegemonik dapatmenggunakan kekuatan dan bahkan kekerasan untukmempertahankan posisinya yang dominan. Pada tahapinilah muncul kelompok-kelompok terpinggirkanyang menjadi sasaran dominansi dan penindasan.

    Kerja keras Syaikh Siti JenarAbdul Jalil untuk me-wujudkan pembaharuan-pembaharuan dalam tatananhidup manusia masih berlanjut pada buku ini. Iamembuka Dukuh Lemah Abang, Lemah Ireng,Lemah Putih, Lemah Ireng, membentuk CaturbhasaMandala, dan Majelis Wali Songo. Di sini ia punbanyak menyingkap perjanjian-perjanjian rahasiadalam mewujudkan cita-citanya.

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • v i iv i iv i iv i iv i i

    Demikian pula, kabar kedatangan pasukan Dajjal,Ya’juj wa Ma’juj, yang dibawa Syaikh Siti Jenarsemakin mendekati kebenaran. Bangsa kulit putihbermata biru tengah beriap-riap mengibarkanpengaruhnya.

    Tidak mudah memang merekonstruksi sejarahmasa silam yang jauh. Namun demikian, ini meru-pakan kerja penting untuk mendudukkan peristiwa-peristiwa historis dalam posisinya secara proporsionaldan adil.

    Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepadaMas Agus Sunyoto yang mempercayakan penerbitankarya ini kepada kami. Kepada pembaca yangbudiman, kami mengucapkan selamat membaca.

    Pengantar Redaksi

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • vi i iv i i iv i i iv i i iv i i i

    Suluk Malang Sungsang

    Pengantar Redaksi vDaftar Isi viii

    Kesadaran Burung 1Keanehan-Keanehan 23Tu-lah Sang Naga Shesha 43Perubahan Demi Perubahan 69Rahasia Dukuh Lemah Abang 85Caturbhasa Mandala 99Mandala Lemah Putih 123Mandala Siti Jenar 169Ksatria dan Prajurit tuhan 207Sang tuhan 241Perlawanan para Hamba Tuhan 257Majelis Wali Songo 285Hidayah al-Hâdî 321Syaikh Malaya 353

    Biodata Penulis 377

    Daftar Isi

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 11111

    Kesadaran Burung

    K esadaran burung adalah kesadaran yangdiperoleh seorang penempuh (salik) selamatahap-tahap perjalanan ruhani melampaui kedudukan(maqâmat) menuju Kesatuan (Tauhid). Bagaikanseekor burung, seorang salik yang sudah mencapaitahap ini akan menyaksikan dunia sebagai tempathinggap sementara dan dapat ditinggalkan kapan pundikehendaki. Segala sesuatu yang terkait dengankecintaan terhadap dunia (hubb ad-dunyâ) sudahmenyingsing bagaikan matahari menyeruak di tengahgumpalan awan hitam. Dunia telah menjadi sesuatuyang rendah di bawahnya. Pada tahap ini sang salikakan merasakan getar-getar cinta (hubb) seorangpecinta (muhib) untuk mengarahkan pandangankepada Kekasih (Mahbûb) sehingga yang lain (ghair)akan terabaikan.

    Kesadaran burung adalah kesadaran sang salikmelihat dunia sebagai sekadar tempat berpijak untukhinggap, makan, istirahat, bermadu kasih, tidur, danbersarang. Atau, kesadaran makhluk berkedudukan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 22222

    Suluk Malang Sungsang

    tinggi yang selalu mengarahkan pandangan kehamparan kehidupan di bawahnya. Atau, kesadaranuntuk selalu melimpahkan segala sesuatu dari atastanpa pernah menengadah dari bawah. Atau,kesadaran untuk selalu memberi tanpa pernahmeminta. Atau, kesadaran seorang salik yang sudahberada di ambang batas antara alam kasatmata danalam tak kasatmata. Atau, kesadaran untuk memaknaiangkasa kosong sebagai Tujuan akhir dari Kebebasanyang didambakannya, meski sayap-sayapnya telahpatah dan tubuhnya terbanting menjadi bangkai dimuka bumi. Di atas semua gambaran itu, mereka yangsudah memiliki kesadaran burung adalah cermin darijiwa merdeka yang tak sudi bertekuk lutut kepadasesama, meski kepadanya disediakan sangkar emasdan limpahan makanan.

    Meski kesadaran burung nilainya lebih tinggidibanding kesadaran hewan melata dalam rentangperjalanan ruhani seorang salik, kesadaran burungmasih terjenjang berdasarkan tingkat-tingkat kedu-dukan (maqâmat) yang mencitrai makna keburungan.Ada kesadaran burung gagak yang tak mampu terbangtinggi dan jauh, itulah kesadaran yang masih tercekamlingkaran angan-angan (al-wahm) yang memungutiserpihan-serpihan bangkai kemalasan dan cepat lupadiri jika dipuji-puji. Ada kesadaran burung merak yangtak mampu terbang tinggi dan jauh, itulah kesadaran

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 33333

    yang cenderung membusungkan dada dan mem-bentangkan bulu-bulu untuk memamerkankeindahan citra dirinya sebagai yang terbaik danterindah di antara segala burung. Ada pula kesadaranbangau yang pintar bertutur kata, namun cenderungmemuji diri dan selalu memanfaatkan “udang-udang”yang percaya pada ucapannya.

    Pada tingkat-tingkat kedudukan selanjutnya adayang disebut kesadaran burung beo, yang cenderungbangga dan berpuas diri bisa berkata-kata menirukankata-kata orang bijak tanpa tahu maknanya. Adakesadaran burung pipit yang cenderung berbanggadiri hidup dalam kawanan-kawanan dan kemudianmembanggakan kawanannya sebagai yang paling baikdan benar. Ada kesadaran burung merpati yang meskimampu terbang tinggi dan jauh, cenderung gampangterbujuk oleh kemapanan sehingga menjadi hewanpeliharaan yang jinak. Yang tergagah dan terperkasadi antara kesadaran-kesadaran burung itu adalahkesadaran burung rajawali; sebuah kesadaran yangterbang tinggi dan jauh di tengah kesenyapan angkasa,berkawan kesunyian dan keheningan, bersarang tinggidi puncak tebing karang, tidak makan jika tidak lapar,tidak minum jika tidak haus, dan selalu bertasbihmemuji Penciptanya dengan suara garang digetarimakna rahasia. Haqq … haqq … haqq!

    Kesadaran Burung

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 44444

    Suluk Malang Sungsang

    Raden Ketib yang sadar dirinya telah memilikikesadaran burung sering merasakan kegamanganketika belajar terbang mengepakkan sayap jiwanyamenembus angkasa luas tanpa batas. Ia gamang karenabelum tahu apakah kesadaran yang dimilikinya itukesadaran gagak, bangau, merak, pipit, beo, merpati,atau rajawali. Ia hanya merasa telah menjadi seekorburung yang setiap saat dengan ringan dapat terbangmeninggalkan bumi. Di tengah kegamangan itulahia menyaksikan angkasa sekitarnya penuh dilintasikelebatan burung yang mengepakkan sayap-sayapdengan suara gemuruh; burung gagak yang hitam,burung bangau yang putih, burung merak yang anekawarna, burung beo yang hitam dengan jambul kuning,burung pipit yang coklat, burung merpati yangkelabu, dan burung rajawali yang coklat bersalutputih.

    Di tengah kelepak sayap burung-burung yangterbang memenuhi angkasa itu, tanpa terduga danterbayangkan sebelumnya tiba-tiba Raden Ketibmenyaksikan bayangan Sang Maut membentangkansayap di atas angkasa Nusa Jawa bagaikan bayanganburung raksasa yang mengerikan. Peristiwamenakjubkan itu disaksikannya ketika ia melakukanperjalanan dari kediaman Pangeran Fadhilah Khandi Caruban ke kediaman Raden Sahid, susuhunanKalijaga, di Demak. Sepanjang perjalanan yang

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 55555

    dilakukannya itu, baik dengan perahu maupundengan berjalan kaki, ia terus-menerus mendengarberbagai cerita tentang Sang Maut yang rakus dantak kenal puas menghirup napas kehidupan yangberpusar-pusar di tengah kelebatan pedang, tombak,panah, dan keris pusaka yang tersebar di gunung,lembah, bukit, hutan, sawah, desa, dan kuta di NusaJawa. Bahkan, saat berada di Demak ia mendengarjeritan Sang Maut begitu mengerikan seolah-olahledakan halilintar yang membelah cakrawala jiwanya.

    Para pelaut menuturkan kepadanya, meski SangMaut tidak seganas dan serakus tahun-tahunsebelumnya, napas kehidupan yang dihirup-Nya padatahun-tahun belakangan masih menggemakantembang Kematian di berbagai sudut Nusa Jawa. Ditanah Blambangan yang membentang di timur NusaJawa, tembang Kematian masih terdengar mengharubiru di tengah kelepak sayap Sang Maut yangmenggemuruh di Pajarakan, Besuki, dan Demung.Sementara, para pedagang di pedalaman menuturkandi tanah Pasir yang menghampar di selatan Nusa Jawa,Sang Maut tengah mengumandangkan kidungKematian di Bocor, Wirasabha, dan Maron. Melaluipandangan mata batin, Raden Ketib memangmenyaksikan Sang Maut mengejawantahkan keberada-an-Nya laksana hamparan mendung kelabu tersalutcahaya subuh dengan berjuta sayap Kematianmengambang di cakrawala.

    Kesadaran Burung

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 66666

    Suluk Malang Sungsang

    Ketika Raden Ketib menjumpai para kawi yangbijak dan waskita sepanjang perjalanan ke Demak, iaberoleh petunjuk bahwa sejak zaman purwakala SangMaut telah menampakkan kesetiaan dan kecintaanpada Nusa Jawa. Kesetiaan Sang Maut laksanakesetiaan burung raksasa Kematian di alam dongengyang setia menunggu Pohon Kehidupan tempatnyabersarang. Selama puluhan abad Sang Maut dengankeganasan tiada tara nyaris tak pernah beranjak daripohon Kehidupan yang disebut Nusa Jawa. Dariwaktu ke waktu, Sang Maut dengan kerakusanmenakjubkan menggelar pesta darah, menyantappenghuni Nusa Jawa bagaikan burung raksasaKematian menyantap kawanan ulat yang memenuhipenjuru pohon.

    Aneh, tutur para kawi nan bijak, manusia-manusia penghuni Nusa Jawa yang bagaikan kawananulat itu secara ajaib tidak pernah habis, meskidijadikan santapan dalam pesta darah Sang Maut.Ulat-ulat itu terus berdatangan ke Pohon KehidupanNusa Jawa. Dengan beriap-riap mereka bermunculandari pohon-pohon sekitar, seolah-olah sengajamenyuguhkan diri untuk disantap. Demikianlah, sangburung raksasa Kematian akhirnya tak pernahberanjak pergi dari Pohon Kehidupan yangmenyuguhkan santapan lezat. Sambil berkicau danmenjerit-jerit garang sang burung raksasa Kematian

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 77777

    melahap manusia-manusia ulat penghuni PohonKehidupan Nusa Jawa sebagai makanan kesukaan-Nya.

    Kepada Raden Ketib, para kawi menuturkansejak zaman purwakala Sang Maut telah beribu-ribukali menjadikan penghuni Nusa Jawa sebagaihidangan lezat dalam pesta darah. Tidak satu punpenghuni Nusa Jawa yang ingat berapa kali perhelatanpesta darah dilakukan. Mereka hanya bisa menandaibahwa citra Kematian bagi penghuni Nusa Jawaadalah berwarna merah laksana darah yang tumpahpada pesta tersebut. Para kawi sejak zaman purwakalamenggambarkan kegemaran Sang Maut menyantappenghuni Nusa Jawa itu sebagai kegemaran penghuniNusa Jawa mengunyah buah pinang dan sirih yangmengeluarkan cairan warna merah. Kematian merekagambarkan sama merahnya dengan air kunyahan sirihdan pinang. Kematian adalah darah. Kematian adalahair kunyahan sirih. Kematian adalah air kunyahanpinang. Kematian adalah merah. Lantaran itu, katapejah (Jawa Kuno: mati), mengandung perlambangyang sama dengan kata peja (Jawa Kuno: pinang) yangjika dikunyah menghasilkan air berwarna merah. Kataseda (Jawa Kuno: mati) pun mengandung maknaperlambang yang sama dengan kata sedah (Jawa Kuno:sirih) yang jika dikunyah mengalirkan air berwarnamerah. Bagi penghuni Nusa Jawa, Kematian adalah

    Kesadaran Burung

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 88888

    Suluk Malang Sungsang

    darah merah. Darah adalah Kematian. Kematianadalah merah. Merah adalah Kematian.

    Di tengah kegemaran Sang Maut mengunyahpenghuni Nusa Jawa bagaikan kegemaran merekamengunyah sirih dan pinang, di tengah kuatnya kesanbahwa Kematian adalah darah dan merah, tiba-tibamuncul seorang guru manusia yang dengan anehmengajarkan manusia untuk “belajar mati”, “belajarmengakrabi Kematian”, dan “mencintai Sang Maut”.Aneh memang. Di tengah orang-orang yang takutdengan Kematian justru ada yang menyampaikanajaran sebaliknya. Guru manusia itulah yang dikenaldengan nama Syaikh Datuk Abdul Jalil atau masyhurdengan sebutan Syaikh Lemah Abang (tanah merah),Syaikh Sitibrit (tanah merah), Syaikh Jabarantas (yangberpakaian compang-camping), dan SusuhunanBinang (raja merah), yang semuanya merujuk padakata merah, lambang Kematian.

    Keanehan ajaran Syaikh Lemah Abang tentangSang Maut dan Kematian di tengah orang-orang yangakrab dengan Kematian telah menimbulkan berbagaikesan dan pandangan beragam dari mereka yangbelum mengenal secara dekat baik pribadi maupunajaran sang guru manusia tersebut. Ada yangmenganggap Syaikh Lemah Abang telah mengajarkanajaran sesat: mati adalah hidup dan hidup adalah mati.Ada pula yang menganggap Syaikh Lemah Abang sesat

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 99999

    karena telah menyuruh pengikutnya untuk bunuh dirimencari mati. Bahkan, tak kurang ada yangberanggapan Syaikh Lemah Abang adalah Kematianitu sendiri, titisan Hyang Yamadipati Sang PencabutNyawa, sehingga siapa pun yang berdekatandengannya akan mati. Kematian adalah merah. Merahadalah Kematian. Lemah Abang yang bermakna tanahmerah adalah tanah Kematian. Lemah Abang adalahtanah larangan, mala ning lemah, yang harus dijauhi.

    Ketumpangtindihan dan kegandaan makna katadalam bahasa Jawa, yang cenderung dikait-kaitkandengan kerangka pikir otak-atik mathuk, itulah yangditangkap Raden Ketib ketika ia beroleh penjelasantentang liku-liku hidup Syaikh Datuk Abdul Jalil dariRaden Sahid yang dijumpainya di Selamirah (BatuMerah) di kaki Gunung Chandramukha (Merbabu).Rupanya, menurut kesan Raden Ketib, liku-liku hidupRaden Sahid tak jauh berbeda dengan mertuanya,Syaikh Datuk Abdul Jalil. Meski orang mengatakanSyaikh Datuk Abdul Jalil tinggal di Lemah Abang,kenyataan menunjuk bahwa guru manusia itu selaluberkeliaran ke mana-mana untuk menyampaikanajarannya. Hal serupa menunjuk pula pada RadenSahid. Kadilangu yang dianggap sebagai kediamanRaden Sahid ternyata hanya merupakan kediaman istridan putera-puterinya. Raden Sahid sendiri nyaris takpernah berada di rumah karena mengikuti jejak

    Kesadaran Burung

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 01 01 01 01 0

    Suluk Malang Sungsang

    mertuanya untuk menyampaikan ajaran Tauhidkepada manusia-manusia yang berada di dalamkegelapan akal dan budi yang diliputi karat kejahilan.Lantaran itu, Raden Sahid dikenal dengan sebutanmasyhur Syaikh Malaya, guru ruhani pengelana.

    Di bawah cahaya rembulan yang menerangipunggung Gunung Chandramukha, di dalambayangan atap balai-balai yang berdiri di antara batang-batang pohon randu alas di ujung Desa Selamirah,di tengah terkaman rasa dingin malam, Raden Ketibduduk bersila di atas hamparan lampit, tikar rotan.Di hadapannya tersuguh aneka kue lezat yangdisediakan murid Raden Sahid, Ki Luwung Salawe(Jawa Kuno: kehampaan sebesar benang), yangmenemaninya selama menunggu Raden Sahid. Meskidua belas jenis penganan lezat seperti juwadah, ketansrikaya, arang kambang, serabi, sagon, cucur merah,cucur putih, ketan, wajik, buah jeruk, durian, dankepundung yang terhidang di depannya sangatmenarik selera dan mengandung makna perlambang,Raden Ketib justru sangat terkesan denganpenampilan sederhana lelaki setengah baya itu. Iamenangkap sasmita bahwa Raden Sahid sengajamenguji dirinya dengan perlambang Ki LuwungSalawe dan kedua belas jenis penganan yangdisuguhkan. Lantaran itu, setelah saling diam be-

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 11 11 11 11 1

    berapa jenak Raden Ketib bertanya kepada Ki LuwungSalawe, “Maaf Paman, jika boleh tahu, apakah maknaperlambang di balik dua belas jajanan yang Pamansuguhkan ini?”

    Ki Luwung Salawe tersenyum sambil meng-angguk-angguk dan berkata dengan nada menguji,“Bagaimana Raden bisa mengira bahwa jajanan yangkami suguhkan memiliki makna perlambang?”

    “Saya tidak tahu, Paman,” jawab Raden Ketibpolos. “Saya hanya menangkap sasmita bahwa jajananitu mengandung makna perlambang. Bahkan namaPaman, Luwung Salawe, pun menurut penangkapansaya memiliki makna perlambang yang sangat dalam.Jadi, saya merasa Kangjeng Susuhunan Kalijagamemberi pelajaran kepada saya melalui perlambang-perlambang. Karena itu, saya mohon agar Pamanberkenan menerangkan makna perlambang di balikdua belas jenis jajanan ini.”

    “Saya tidak akan memaparkan secara rinci tentangmakna masing-masing perlambang, tetapi dua belasjajanan itu adalah perlambang pancaran Ahmad bilâmim dalam tujuh selubung nafsu manusia, yaituhayawâniyyah, musawwilah, ammârrah, lawwâmmah,mulhammah, muthma’innah, wâhidah, dan lima tahappemunculannya menjadi manusia sempurna (insân al-kâmil), yaitu alfah, khasafah, antifah, amarullâh, Ahmad.”

    Kesadaran Burung

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 21 21 21 21 2

    Suluk Malang Sungsang

    “Terima kasih, Paman. Saya sudah paham. Sayapaham jika tahap kemunculan Ahmad bilâ mim sebagaiAhmad sang manusia sempurna tidak bakal terwujudtanpa melalui Luwung Salawe.”

    “Begitu juga ketika Ahmad terserap kembali kedalam liputan Ahmad bilâ mim mesti melalui LuwungSalawe,” ujar Ki Luwung Salawe.

    Ketika Raden Ketib akan berkata-kata lebihlanjut, terdengar suara orang berdeham dari arahrumah. Raden Ketib menoleh. Di ujung pintu iamelihat Raden Sahid berjalan dengan langkah mantapke arahnya. Ki Luwung Salawe berdiri dan bergegaske dalam lalu keluar lagi dengan membawa ceranatempat sirih. Saat Raden Sahid duduk berhadap-hadapan dengan Raden Ketib, Ki Luwung Salawemenempatkan cerana sirih di depannya dan kemudianmenghilang ke dalam rumah. Setelah duduk beberapajenak, Raden Sahid menatap mata Raden Ketibseolah-olah hendak mengukur pedalamannya.

    Raden Sahid adalah laki-laki sederhana, namundiliputi kewibawaan besar. Usianya kira-kira limapuluh tahun lebih sedikit. Tubuhnya lebih tinggi danlebih tegap dibanding orang Jawa pada umumnya.Kulitnya coklat kemerahan seperti tembaga. Wajahnyabulat seperti memancarkan cahaya keagungan.Hidungnya mancung dengan hiasan kumis tebal dibawahnya. Alisnya yang tebal melengkung laksana

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 31 31 31 31 3

    pedang. Matanya yang lebar berkilat-kilatmemancarkan kewaskitaan rajawali. Sekepal janggutyang menggantung di dagunya menambahkesempurnaan citra seorang guru suci. Pakaian yangdikenakannya sangat sederhana sebagai layaknya or-ang kebanyakan: baju, celana, jubah, dan destar warnahitam terbuat dari bahan kain kasar. Kain batikkawung yang menutupi bagian bawah tubuhnyaterbuat dari bahan kain kasar. Ikat pinggang lebar yangdikenakannya pun terbuat dari bahan kulit kasar.Hanya sebilah keris bergagang gading dengan serasaemas yang diselipkan di perutnya yang menjadipenanda bahwa dia bukanlah orang dari kalangan ke-banyakan.

    Duduk berhadapan beberapa jenak di hadapanRaden Sahid yang berpenampilan bersahaja itu, RadenKetib merasakan semacam getar kewibawaan seekorharimau menerkam jiwanya. Ia merasakan semacamrasa gentar, galau, kikuk, dan ketundukan yang sulitdiungkapkan dengan kata-kata. Saat Raden Sahidmempersilakannya menikmati kue-kue yangdisuguhkan, Raden Ketib hanya mengangguk sambiltersenyum blingsatan. Ia tidak tahu apa yang harusdilakukannya saat itu. Ia hanya menunggu denganmenatap lantai di depannya dengan dada terasaberdebar-debar. Ketika Raden Sahid mengambil sedah(sirih), hapu (kapur), peja (pinang) dan

    Kesadaran Burung

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 41 41 41 41 4

    Suluk Malang Sungsang

    mempersilakannya, barulah ia mengambil sirih danmengunyahnya. Setelah meludah beberapa kali kedalam cerana, Raden Sahid pun berkata dengan suarapenuh wibawa.

    “Jika engkau ingin menangkap citra Syaikh DatukAbdul Jalil, o kulup, hendaknya engkau mengambilgambaran alam yang tergelar di hadapanmu sebagaiperlambang. Jika engkau melihat deretan pohon randualas yang tegak di depanmu, hendaknya engkaumenangkap makna yang sama dari kehidupan manusiayang saling berusaha meninggikan keberadaan diriseperti pohon-pohon yang tegak menjulang itu.Sebab, di tengah pohon-pohon yang tegak meninggiitu Syaikh Datuk Abdul Jalil telah membiarkan dirinyamenjadi tanah yang dijadikan tumpuan bagi tegaknyapohon-pohon tersebut. Ya, tanah yang membiarkanpohon-pohon yang tinggi maupun yang rendahtumbuh di atasnya. Tanah yang membiarkan dirinyaditembus akar-akar pohon yang menghunjampedalamannya. Tanah yang membiarkan dirinyadiinjak-injak dan dilukai oleh para penanam. Tanahyang selalu bersedia merangkul kayu-kayu tumbangyang membusuk. Tanah yang menjadi tumpahnyadarah para makhluk di atasnya sejak lahir hingga mati.Tanah yang tak pernah dihargai, tetapi sangat dicintaidan diperebutkan oleh para penghuninya.”

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 51 51 51 51 5

    Kesadaran Burung

    “Jika engkau sudah paham bahwa gambaranSyaikh Datuk Abdul Jalil adalah tanah maka engkauakan paham bahwa mereka yang menganggapnyasebagai pohon lebat yang berbuah telah keliru dalammemaknai keberadaannya. Sebab, makna di balikperlambang sebatang pohon yang tinggi adalahsemakin ia bergerak naik hingga pucuknya menjulangke angkasa maka semakin dalam pula akarnyamenyusup ke bumi menuju dalam kegelapan.Begitulah manusia yang berusaha bermegah-megahke puncak kemasyhuran, sesungguhnya ia pada saatyang sama ditarik oleh naluri kegelapan jiwanya kedalam lubang kejahatan di dalam jiwanya. Itusebabnya, Syaikh Datuk Abdul Jalil menolak usahabermegah-megah diri. Sebaliknya, ia berjuang kerasmembiarkan keberadaan dirinya sebagai tanahsehingga jejak-jejak kemanfaatan hidupnya tak pernahdiketahui orang lain, kecuali mereka yang memahamihakikat pohon-pohon dan tanah.”

    “Hidup manusia memang seibarat pohon.Semakin ia berusaha meraih Kehidupan sempurnadan abadi bagaikan pohon tumbuh tegak menjulangke atas, maka kegelapan dan Kematian akan mena-riknya ke bawah bagaikan akar-akar pohon menembuskegelapan bumi. Itu sebabnya, Syaikh Datuk AbdulJalil mengajarkan tentang Kematian agar tumbuhbersemi Kehidupan yang sempurna dan abadi.

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 61 61 61 61 6

    Suluk Malang Sungsang

    Kematian dan Kehidupan saling menarik ibarat akardan pucuk. Di tengah tarik-menarik itulah cakrawalakehidupan manusia akan diwarnai perubahan-perubahan tatanan, sebagaimana pohon-pohonmemiliki citra musim yang terus berubah.”

    “Apakah itu berarti pengikut Syaikh Datuk AbdulJalil tidak boleh terikat dengan keberadaannya,sebagaimana para salik tidak boleh terikat padaduniawi?” tanya Raden Ketib.

    “Engkau sudah memahaminya, o kulup,” kataRaden Sahid bijak. “Sebagai seorang pengajar Tauhid,ia telah berjuang keras untuk mendobrak semua sekatyang menghijab Sang Ahad. Ia telah menegakkanrambu-rambu bagi para pengikut agar tidak me-nempatkan dirinya sebagai hijab bagi Kebenaran.Tentang usahanya mendobrak sekat-sekat hijab itu,pernah aku alami dengan penuh kebingungan setelahaku mengikuti perjalanan bersamanya selama limatahun mengembara ke berbagai tempat.”

    “Sungguh kami merasa beruntung jika Padukaberkenan menuturkan hal tersebut kepada kami,”pinta Raden Ketib berharap.

    “Sepanjang mengikuti perjalanan membukadukuh-dukuh bercitra mandala dan mengajarkanSasyahidan di berbagai tempat di Nusa Jawa, akusudah seperti anaknya sendiri. Aku menganggapnya

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 71 71 71 71 7

    sebagai pembimbing ruhaniku yang sejati. Akumenganggapnya sebagai mursyid pengejawantahan ar-Rasyîd, yang menjadi jalan bagiku menuju Kebenaran(al-Haqq). Namun, saat aku sudah begitu meyakinianggapanku itu, tiba-tiba ia mengusirku dan tidakmau lagi aku ikuti. Semula aku terkejut dan bingungkarena aku tidak tahu kesalahan apa yang telahkuperbuat hingga aku diusir dan tidak diperbolehkanlagi mengikuti perjalanannya. Saat itu aku rasakandunia ini seperti runtuh. Aku hampir putus asa. Dan,pada detik-detik krisis kepercayaan terhadap dirisendiri itulah tiba-tiba aku ingat akan ajarannyatentang Ngalah (tawakal), yakni memasrahkan segalaurusan kepada Gusti Allah.”

    “Akhirnya, dengan bekal Ngalah itulah akuhadapkan kiblat hati dan pikiranku hanya kepadaAllah. Seluruh keraguanku kusingsingkan. Seluruhkeinginanku kusingsingkan. Bahkan, seluruh gan-tungan harapanku kusingsingkan. Saat semua me-nyingsing, terbukalah hijab demi hijab yang menye-lubungi Kebenaran. Saat itulah aku beroleh pen-cerahan ruhani sebagaimana yang pernah engkau alamisaat mencapai kesadaran burung. Dan ternyata, saatitu pula Syaikh Datuk Abdul Jalil datang menemuikusambil berkata, ‘Sesungguhnya, aku mengusirmudengan tujuan utama agar aku tidak menjadi hijabantara engkau dan Dia.’ Saat itulah aku baru sadar

    Kesadaran Burung

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 81 81 81 81 8

    Suluk Malang Sungsang

    tentang ketinggian martabatnya sebagai pengajarTauhid. Bahkan, setelah itu ia menikahkan akudengan puterinya Zainab. Sebagai lambangkeberhasilanku dalam beroleh pencerahan, iamengganti nama Zainab menjadi Ratu Arafah.”

    “Kami pernah mendengar bahwa Syaikh DatukAbdul Jalil mengajarkan Martabat Tujuh dan mem-bagi kedudukan pengikut-pengikutnya ke dalamjenjang-jenjang kedudukan. Apakah pernikahanPaduka dengan puterinya yang dinamai Ratu Arafahitu memiliki keterkaitan makna dengan kedudukanPaduka sebagai pengikut Syaikh Datuk Abdul Jalil?”tanya Raden Ketib dengan rasa ingin tahu berkobar-kobar.

    Raden Sahid terdiam. Beberapa kali dia menariknapas panjang. Sejenak setelah itu dia berkata,“Sesungguhnya, ia tidak pernah membagi-bagikedudukan pengikut-pengikutnya. Namun, parapengikutnya sendirilah yang telah membagi-bagikedudukan masing-masing berdasar tingkatan maqam,yang hal itu dilakukan sangat rahasia. Yang tertinggidi antara pengikut-pengikut adalah yang digolong-kan ke dalam kelompok Ahadiyah, kemudiankelompok Wahdat, kelompok Wahidiyah, danseterusnya.”

    “Bolehkah kami mengetahui salah satu di anta-ra mereka itu, o Paduka Guru?” pinta Raden Ketib.

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1 91 91 91 91 9

    “Salah satu di antara pengikutnya yang meng-golongkan diri ke dalam kelompok Ahadiyah adalahPangeran Karucil (Jawa Kuno: belanga kecil),bangsawan asal Blambangan yang mengajarkanTauhid di Gunung Argapura. Ia dikenal dengan namaSyaikh Akadiyat. Yang tergolong ke dalam kelompokWahdat salah satunya adalah Susuhunan WahdatCakrawati, ahli wahdat, yang mengajarkan Tauhid diBonang, Tuban, Komalasa, dan Karang Kemuning.Yang tergolong kelompok Wahidiyah salah satunyaadalah Pangeran Pringgabhaya yang mengajarkanTauhid di Pamotan. Yang cukup banyak di antarakelompok-kelompok tersebut adalah dari kelompokWahidiyah. Mereka menjadi pengajar Tauhid hinggaluar Nusa Jawa. Bahkan, belakangan aku mendengarkabar ada lagi kelompok ruwahan (arwah), yangdipimpin Kyayi Jasim Latif di Kabumian dan KyayiMujasim di Mataram.”

    “Murid-murid Syaikh Datuk Abdul Jalil meng-ajar hingga luar Nusa Jawa?” gumam Raden Ketibheran.

    “Ya, terutama setelah ajarannya dilarang padamasa awal pemerintahan Tranggana, sultan Demakyang sekarang. Saat itulah pengikut-pengikutnyameninggalkan kampung halaman dan menebar keberbagai tempat di bumi Allah. Sebagai tanda bahwamereka adalah pengikut Syaikh Datuk Abdul Jalil,

    Kesadaran Burung

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 02 02 02 02 0

    Suluk Malang Sungsang

    mereka menamai kediaman barunya dengan LemahAbang, Tanah Merah, Batu Merah, Sela Mirah, LemahPutih, Batu Putih, Lemah Ireng, Kemuning, KarangKemuning, dan Kajenar.”

    “Kenapa ada merah, putih, hitam, dan kuning?Bukankah ia hanya membuka Dukuh Lemah Abang?”

    “Sesungguhnya, yang ia buka bukan hanyaDukuh Lemah Abang, melainkan empat jenis dukuhyang pada masa silam dikenal dengan sebutanCaturbhasa Mandala. Ia mendirikan mandala-man-dala yang dijadikan sebagai tempat berpijak bagi ajaranIslam di Nusa Jawa. Tetapi, karena dukuh pertamayang ia buka adalah Lemah Abang maka ia dikenalorang dengan sebutan Syaikh lemah Abang,” paparRaden Sahid.

    “Mohon ampun Paduka Guru, apakah sesung-guhnya makna sejati dari nama Lemah Abang?”Raden Ketib ingin tahu. “Sebab, banyak tempat yangbernama Lemah Abang, namun ternyata tanahnyatidak merah. Selain itu, kenapa pula Syaikh DatukAbdul Jalil disebut dengan nama Syaikh Siti Jenaryang bermakna sang guru ruhani dari tanah kuning?Apakah makna merah dan kuning di dalam nama yangdisandangnya?”

    Raden Sahid tercenung beberapa saat mendapatpertanyaan dari Raden Ketib. Setelah menarik napas

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 12 12 12 12 1

    Kesadaran Burung

    berat beberapa kali dia berkata dengan suara yang lain,“Nama Lemah Abang, Sitibrit, Siti Jenar, dan LemahKuning adalah nama-nama yang menyiratkan maknapengorbanan rahasia anak manusia demi lahirnyazaman baru. Nama-nama itu adalah tonggak-tonggaksejarah perubahan di suatu kurun zaman. Nama-nama yang tetap dikenang, meski dibalut bermacam-macam gambaran membingungkan tentangmaknanya. Hanya mereka yang memiliki kesadaranburung jua yang dapat mengetahui makna sejati dibalik nama-nama itu.”

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 22 22 22 22 2

    Suluk Malang Sungsang

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 32 32 32 32 3

    Keanehan-Keanehan

    K etika gemuruh perubahan melanda bumiPasundan bagaikan bah membanjiri aliransungai kehidupan, membobol kemandekan diRajagaluh dan Dermayu, Abdul Jalil yang sedangberkeliling ke berbagai tempat di Rajagaluh untukmenyampaikan ajaran Sasyahidan tiba-tibamemutuskan kembali ke gubuknya di Lemah Abang.Ia menarik diri dari hiruk pikuk semangat perubahanmanusia yang meluap-luap dan menyambar-nyambardengan ganas. Ia menghindar dari gelegak semangatperubahan yang membuat orang-orang berkeliaran,berdesak-desakan, berhimpitan, jungkir balik,tumbang, bangkit kembali, dan kemudian berpacumenyongsong cakrawala baru yang penuh harapan.Ia ingin menjauh dari semua itu. Di dalam gubuknyayang selalu penuh sesak oleh murid, ia sering terlihatduduk merenung menapaki jejak-jejak yang telahdilewatinya.

    Di tengah perenungannya menapaki jejak-jejakperubahan yang berliku itu, Abdul Jalil menyaksikan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 42 42 42 42 4

    Suluk Malang Sungsang

    sebuah pemandangan yang membuat hatinya lega,namun sekaligus khawatir. Lega karena sebuahbentangan cakrawala baru yang gemilang denganmanusia-hewan dan manusia saling berpacu untukmewujudkan diri menjadi adimanusia. Namun, ia jugakhawatir karena di tengah gelombang perubahan ituia melihat terbuka celah-celah bagi sebuahkemungkinan buruk, di mana manusia-manusia yangmenjelma makhluk bayangan nirwujud danadimanusia-adimanusia yang bakal mendudukipuncak-puncak kekuasaan duniawi akan rawan ter-perosok ke jurang nista pemberhalaan diri sebagaifir’aun-fir’aun.

    Di tengah perenungan menilai kembali liku-likuperubahan itu, tiba-tiba muncul Angga, wali nagariKuningan, di gubuk Abdul Jalil. Kemenakan SriMangana itu dengan bingung mengungkapkankerumitan hidup yang nyaris tak bisa diatasinya. Diamengaku seperti orang yang dibelit ular raksasa gaib.Seolah-olah terkungkung oleh kekuatan dahsyat takkasatmata sehingga untuk bernapas pun sulit. “Semuaseperti buntu. Ke mana pun aku hendak melangkah,yang aku temukan adalah bentangan tembok besar.Bahkan yang aku rasakan sekarang, aku seperti beradadi dalam kuburan. Tubuhku seperti dihimpit bumi.Aku benar-benar tersiksa, o Saudaraku. Tolonglah aku.Aku tidak mau mati dalam keadaan tidak tahu arah

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 52 52 52 52 5

    seperti ini,” keluh Angga sambil memegangi kepa-lanya.

    “Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu,o Saudaraku terkasih?” tanya Abdul Jalil.

    “Aku ingin engkau membaiat aku. Bimbinglahaku ke jalanmu. Aku sangat yakin engkaulah yang bisamenolongku dari kesempitan yang kualami ini,” kataAngga memegangi tangan Abdul Jalil.

    “Apa yang engkau alami ini, menurut hematku,karena engkau telah banyak melupakan-Nya.Kembalilah kepada-Nya. Ingatlah Dia sebanyakmungkin, niscaya engkau akan lepas dari penderita-anmu.”

    “Aku sudah mengingat-Nya terus dengan ber-sembahyang. Aku terus memanjatkan doa kepada-Nya. Tetapi, semua bagaikan buntu. Allah yangkusembah tidak menjawab doa-doaku. Padahal,menurut kakek, nenek, ibunda, ayahanda, dan guruagamaku, Allah itu Maha Pemurah. Maha Pengasih.Maha Mengabulkan doa. Kenyataannya, apa yang akuinginkan tidak ada yang terpenuhi sehingga aku jadiragu dengan semua pelajaran agama yang telahkuperoleh sejak kecil.”

    “Jika demikian, kenapa engkau mau mintabimbinganku? Bukankah yang akan aku sampaikankepadamu tidak akan jauh berbeda dengan apa yang

    Keanehan-Keanehan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 62 62 62 62 6

    Suluk Malang Sungsang

    telah disampaikan keluarga dan gurumu?” Abdul Jalilbalik bertanya.

    “Tidak. Aku yakin apa yang akan engkau ajarkantidak sama dengan mereka. Di tengah kesempitanyang menyesakkan ini aku justru melihat bayanganmuberkelebat memasuki ingatanku seperti cahayamatahari menerangi malam yang gelap gulita. Akuyakin isyarat yang aku terima itu benar, meski selamaini yang kuingat tentangmu adalah kecemburuan dankebencian. Aku yakin hanya engkaulah yang bisamenunjukkan jalan Kebenaran sehingga aku terlepasdari himpitan kehidupan yang menyiksa ini,” kataAngga tiba-tiba merangkul lutut Abdul Jalil.

    “Tegaklah dengan gagah menghadapi tantang-an hidup, o Saudaraku,” kata Abdul Jalil menegakkanbadan Angga. “Aku tidak keberatan membimbingmuke jalan Kebenaran, asalkan engkau mau menerimasyarat utamanya.”

    “Apakah syarat itu, o Saudaraku?” tanya Anggaingin tahu.

    “Pertama-tama, engkau harus keluar dari dirimu.Maksudku, engkau harus bersedia meninggalkansegala sesuatu yang engkau miliki di dunia ini,terutama keakuanmu yang kerdil. Keakuanmu yangkerdil itulah yang selama ini telah membuatmu kelirudalam memahami keberadaan-Nya.”

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 72 72 72 72 7

    “Apa pun yang engkau tunjukkan akan akujalankan, apa pun tantangannya.”

    Sebagaimana prinsip Abdul Jalil bahwa masalahbaiat adalah masalah kesadaran pribadi akibattergugahnya hati nurani, ia pun membaiat Angga danmengajarkan Jalan Lurus (sabîl hudâ) sesuai ajaranTarekat Akmaliyah. Abdul Jalil berharap, dengan setiamenekuni jalan yang diajarkannya, sang burung gagakakan menjelma rajawali, rajadiraja burung, pecintaangkasa kesunyian yang perkasa. Namun, keterbukaanAbdul Jalil dalam menerima Angga sebagai pengikutruhani ternyata dianggap sebagai sesuatu yang kurangtepat sehingga menimbulkan ketidaksukaan peng-ikutnya yang lain. Beberapa murid terang-teranganmenyatakan ketidakpahaman mereka terhadap ke-hadiran Angga di Lemah Abang, terutama denganbaiatnya sebagai pengamal Tarekat Akmaliyah. BahkanLiu Sung, pemuka suku Tungsiang Caruban yangselama perang dengan Rajagaluh ditugaskan menjagaKuta Caruban, tiba-tiba datang ke Lemah Abang danmenyatakan keheranannya atas kesudian Abdul Jalilmenerima Angga sebagai pengikut. “Kami khawatirdia akan melakukan tindakan-tindakan tidak terpujidengan membawa-bawa nama Tuan Syaikh. Itu akanmerugikan semua orang, terutama Tuan Syaikhsendiri. Bukankah selama ini dia sudah sering

    Keanehan-Keanehan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 82 82 82 82 8

    Suluk Malang Sungsang

    mempermalukan Sri Mangana dengan tingkahnyayang tidak terpuji?” kata Liu Sung.

    “Sesungguhnya, Angga hanyalah manusiasengsara yang menjadi korban dari lingkungan yangmembentuknya. Sejak kecil dia hanya menjadi alat dariorang-orang sekitarnya untuk melampiaskan dendamsehingga dia kebingungan saat menerima akibat daritindakan-tindakan yang tidak disadarinya,” Abdul Jalilmenjelaskan.

    “Apakah itu bukan akibat dia selalu dimanja olehkeluarganya?” tanya Liu Sung.

    “Paduka Khalifah telah bercerita banyak kepa-daku tentang Angga,” kata Abdul Jalil dengan suaraperlahan. “Betapa sejak kecil Angga dan saudara-saudaranya sudah dicekoki oleh dendam dankebencian terhadap kakeknya, Prabu Guru DewataPrana, dan terutama kepada para pendeta kerajaan.Itu sebabnya, dalam setiap perbedaan sekecil apa pundengan pihak kerajaan Sunda selalu ditanggapinyasecara berlebihan, seolah-olah maharaja Sunda dansemua kekuatan yang mendukungnya adalah musuhutama yang harus dibinasakan.”

    “Kenapa bisa begitu, Tuan Syaikh? BukankahPrabu Guru Dewata Prana itu kakeknya? Kenapa puladia sangat membenci pendeta-pendeta kerajaan?”

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2 92 92 92 92 9

    “Ini sebenarnya rahasia keluarga. Namun, kalaukita mengetahuinya maka kita akan paham kenapaAngga dan saudara-saudaranya begitu membenci kakekdan kerabatnya, terutama pendeta-pendeta kerajaan.”

    “Bolehkah saya sedikit mengetahuinya?” tanyaLiu Sung penasaran.

    “Cerita kebencian keluarga Angga itu bermuladari kisah lama tentang nenek Angga yang bernamaJata Mernam, selir Prabu Guru Dewata Prana, yangoleh orang-orang Caruban dipanggil dengan namaAci Putih. Sebutan Aci Putih itu sesungguhnya bukantanpa alasan. Beberapa waktu sebelum kelahiranputerinya yang kelak diberi nama Dewi Siliwangi,Prabu Guru Dewata Prana bermimpi buruk bahwadari dalam kratonnya tiba-tiba muncul mata air yangberbual-bual, yang makin lama airnya makinmenggenangi seluruh kraton. Bahkan, akhirnya airitu berubah menjadi bah yang melanda seluruhwilayah kerajaan. Maharaja dan keluarga besertaseluruh kawula hanyut tersapu bah. Mimpi buruk ituoleh para pendeta yang menjadi penasihat ruhaninyaditafsirkan sebagai suatu tengara buruk bagi KerajaanSunda akibat tersiarnya agama baru. Merekamenganggap bah itu adalah agama baru, yaitu Islam.Dan, mata air itu adalah keluarga maharaja sendiri,yaitu selir bernama Jata Mernam, satu-satunyakeluarga maharaja yang beragama Islam.”

    Keanehan-Keanehan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 03 03 03 03 0

    Suluk Malang Sungsang

    Para pendeta menyatakan jika hal itu dibiarkanmaka keturunan Jata Mernam akan menimbulkankerusakan dan kebinasaan bagi kerajaan Sunda. Sebab,yang akan menentang agama baru itu bukan hanyapara nayakapraja kerajaan, tetapi juga para bhuta yangtidak suka dengan agama baru tersebut. Agar mimpiburuk itu tidak menjadi kenyataan, harus diadakanupacara korban persembahan kepada para bhuta(Bhutayajna). Sebagai korban persembahan (aci)untuk para bhuta, yang paling tepat adalah selir PrabuGuru Dewata Prana. Dengan demikian, tidak saja parabhuta akan bisa diredam kemarahannya, tetapi mataair itu dengan sendirinya tidak akan lagi mengalirkansumbernya.

    Dengan alasan demi keselamatan kerajaan danseluruh kawula, Prabu Guru Dewata Prana akhirnyamerelakan selirnya, Puteri Jata Mernam, dijadikan aci.Namun, dengan alasan Puteri Jata Mernam masihhamil maka pelaksanaan korban itu menungguhingga ia melahirkan. Demikianlah, setelah me-lahirkan seorang bayi perempuan yang dinamai DewiSiliwangi, Puteri Jata Mernam dijadikan korban untukpara bhuta. Bayi Dewi Siliwangi dijauhkan dari kratondengan cara dikembalikan kepada kakek dan neneknya,Haji Ma Huang dan Nyi Rara Rudra yang tinggal diCaruban.

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 13 13 13 13 1

    Peristiwa mengorbankan Puteri Jata Mernam itusangat memukul jiwa keluarga Haji Ma Huang danNyi Rara Rudra, bahkan penduduk Caruban yangberagama Islam. Untuk menandai peristiwa tersebutpenduduk Caruban sepakat menyebut Puteri JataMernam dengan nama Nyi Aci Putih, yang bermaknaputeri suci yang menjadi korban persembahanbuthakala. Prabu Guru Dewata Prana sendiri olehpenduduk Caruban disebut dengan gelar PrabuSiliwangi, yaitu sebutan menurut nama puterinyayang lahir dari Puteri Jata Mernam. Hal itudimaksudkan agar sang prabu selalu teringat kepadakeberadaan puterinya, Siliwangi, sekaligus selalumengingat peristiwa keji itu.

    Dewi Siliwangi, ibunda Angga, dibesarkan olehlingkungan orang-orang yang kecewa dan sakit hatidengan peristiwa itu. Saat dewasa Dewi Siliwangidiam-diam menaruh dendam kepada ayahandanyayang sampai hati menjadikan ibundanya sebagaikorban persembahan. Ketika ia menikah dan ber-keturunan, semua puteranya sejak kecil sudah diwarisibibit kebencian kepada kakeknya, Prabu Guru DewataPrana, yang dianggapnya sebagai pembunuhibundanya.

    “Nah, dari cerita rahasia keluarga ini kita akanmemahami kenapa Angga dan saudara-saudaranya

    Keanehan-Keanehan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 23 23 23 23 2

    Suluk Malang Sungsang

    begitu membenci kakeknya dan para pendetakerajaan,” kata Abdul Jalil.

    Liu Sung menarik napas berat. Sejenak setelahitu dia menggumam lirih, “Pantas saja Sri Manganaselama ini membiarkan Angga dan saudara-sauda-ranya bersikap memusuhi sanak-kerabatnya sendirisehingga terkesan ia memanjakan mereka. Rupanya,Sri Mangana bisa memahami hal itu dan meman-faatkannya untuk kepentingan mempertahankan ke-kuasaannya.”

    “Sri Mangana memanfaatkannya untuk kepen-tingan kekuasaan? Apa maksudmu?” tanya AbdulJalil.

    “Kami kira, penempatan ayahanda Angga sebagaigedeng di Kemuning dan pengangkatan Anggasebagai penguasa di Kuningan bukan tanpa maksudapa-apa. Namun, bukankah hal itu bisa ditafsirkanbahwa dengan kebijakan itu Sri Mangana dengancerdik dapat menjaga perbatasan Caruban denganGaluh Pakuan, Talaga, dan Rajagaluh?”

    “Kalau itu memang benar sekali. Bahkan, karenaalasan itu perbatasan Caruban di selatan ditetapkandi Cigugur, yang mengandung makna suara gemuruhguruh (Sunda, gugur: guruh, gugur), lambang Rudra(Yang Berteriak), perwujudan Syiwa yang dahsyat danakan menggugurkan semua kekuatan makhluk yang

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 33 33 33 33 3

    akan melintasinya. Sri Mangana seolah memberiperingatan kepada ayahanda dan para saudaranya agarmereka tidak melewati Cigugur. Sebab, Cigugur tidaksaja mengandung perlambang nama Rudra, tapi jugamenyembunyikan lambang penderitaan dan rasa sakithati ibunda Puteri Jata Mernam, Nyi Rara Rudra,”kata Abdul Jalil.

    “Seperti itukah makna rahasia di balik namaCigugur?” gumam Liu Sung terkagum-kagum. “Ma-kanya, selama ini pasukan Galuh dan Talaga sepertitabu melintasi Cigugur. Bahkan kami dengar cerita,Angga dan pengawalnya yang lari ke Kuningan tidakdiburu lagi oleh musuhnya ketika memasuki Cigugur.Sungguh mengagumkan kecerdikan Sri Manganadalam menggunakan perlambang untukmenggetarkan nyali musuh-musuhnya.”

    “Tahukah engkau tentang hikmah di balikperistiwa itu?”

    “Tentu saja Tuan Syaikh yang lebih tahu.”

    “Pertama-tama, tafsiran para pendeta atas mimpiPrabu Guru Dewata Prana itu benar, namun sedikitmeleset. Sebab, mata air yang berbual-bual di dalamkraton yang bakal menjadi bah itu bukanlah PuteriJata Mernam, melainkan putera Prabu Guru DewataPrana yang lain, yaitu Pangeran Walangsungsang. Parapendeta keliru dalam menafsirkan mata air dengan

    Keanehan-Keanehan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 43 43 43 43 4

    Suluk Malang Sungsang

    perempuan dan pancuran dengan laki-laki sehinggaPangeran Walangsungsang luput dari bidikan tafsirmimpi mereka. Sekarang mimpi itu telah mewujudmenjadi kenyataan. Mata air yang berbual-bual daridalam kraton itu kini telah menjadi bah. Rajagaluhsudah diempaskan. Dermayu tergulung. Bahkan, akumengira pada gilirannya nanti seluruh bumiPasundan, termasuk kraton Pakuan Pajajaran, akantenggelam dilanda bah Islam yang disebarkanPangeran Walangsungsang.”

    “Apakah itu berarti bahwa usaha apa pun yangdilakukan oleh manusia pada dasarnya tidak dapatmenolak takdir Ilahi, begitukah Tuan Syaikh?” tanyaLiu Sung.

    “Itulah makna hakiki dari peristiwa itu,” tegasAbdul Jalil. “Pada dasarnya manusia tidak memilikikehendak apa pun kecuali apa yang dikehendaki Al-lah (QS. at-Takwir: 29). Lantaran itu, sekeras apa punperjuangan orang-seorang dalam berusaha, menurutpara arif billah, tidak akan dapat menembus tiraitakdir (sawâbiq al-himami lâ takhriqu aswâr al-aqdâr).”

    “Jika demikian, sungguh kasihan Angga dankeluarganya yang masih belum dibebaskan-Nya dariterkaman dendam yang merusak jiwa,” kata Liu Sung.

    “Lantaran itu, aku menerima kehadirannyadengan rasa syukur dan kemudian memenuhi ke-

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 53 53 53 53 5

    inginannya untuk dibaiat. Aku yakin, kehadirannyake sini bukanlah atas kehendaknya sendiri, melain-kan atas kehendak-Nya jua. Aku yakin, Allah akanmengakhiri semua dendam yang menguasai jiwanyadengan lantaran amaliah yang kuajarkan. Mudah-mudahan semua kotoran jiwa Angga akan bisa di-sucikan sehingga dia secepatnya sadar jika dendamkesumat itu hanya membuat rusaknya jiwa,” kataAbdul Jalil.

    “Kami juga berharap demikian, Tuan Syaikh.”

    Hari-hari selama di Lemah Abang, meski dili-puti suasana tenang dan tenteram dengan gelak tawadan canda ria orang-orang yang patuh dan selalu setiamelayaninya, ternyata tidak mampu meredam gejolakjiwa Abdul Jalil yang laksana samudera diaduk badai.Di tengah panah waktu yang melesat, ia merasakanjiwanya seperti kapal yang terombang-ambingdipermainkan gelombang lautan ganas. Jauh dikedalaman palung jiwanya ia merasakan tarikan dansentakan dahsyat perasaan yang menggerus pantaikesadarannya, seolah-olah terkaman kekuatan gaibyang akan melemparkannya jauh dari gubuknya. Iaseolah-olah diseret oleh suatu kekuatan adiduniawiuntuk pergi meninggalkan gubuknya tanpa alasanyang jelas. Apa yang dirasakannya sebagai sesuatu yang

    Keanehan-Keanehan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 63 63 63 63 6

    Suluk Malang Sungsang

    aneh itu ditangkapnya sebagai tengara bakal terjadisesuatu yang akan membuatnya meninggalkangubuknya, meski ia tidak tahu kapan hal itu akanterjadi.

    Ketika Abdul Jalil mengaitkan antara gelegak jiwadan liku-liku perjalanan hidup di tengah arusperubahan yang telah dilaluinya, ia mendadak terkejutsendiri. Sebab, di hadapannya terpampang dengan jelassebuah kenyataan yang mengejutkan dan membuatnyamakin sadar diri akan kekurangannya. Ia menyaksikankenyataan betapa tugas yang dijalankannya sebagaipenyulut api perubahan belumlah tuntas. Pekerjaanbesar untuk menata nilai-nilai kehidupan sebuahbangsa yang ambruk masih belum selesai. Kenyataanitu membuatnya sadar, sekalipun setiap usaimemimpin sembahyang isya ia selalu mengajarkankepada murid-muridnya tentang Jalan Lurus (sabîlhudâ) bagi manusia di dalam menuju Kebenaran, yaituJalan Lurus yang membebaskan manusia dari rasatakut atas segala sesuatu selain Yang Mahabenar, yangmembebaskan manusia dari keputusasaan, yangmembebaskan manusia dari perangkap penderitaandan kesengsaraan, yang membebaskan manusia darikejahilan, yang membebaskan manusia dari khayalansesat tentang Kematian maupun Kehidupan, yangmenuntun manusia pada Kebenaran hakiki; padakenyataannya ia tetap merasakan betapa semua itu

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 73 73 73 73 7

    Keanehan-Keanehan

    masih belum cukup. Ya, ia merasa masih belum cukupmemberi kepada manusia. Ia merasa selama ini masihbelum cukup menyampaikan Kebenaran hakikikepada manusia. Ia merasa betapa masih cukup banyaktugas yang diembannya dalam membentangkan cakra-wala baru itu yang belum terselesaikan dan bahkanterbengkalai.

    Sadar bahwa tugas belum selesai dan sesuatu yangtak menyenangkan bakal terjadi, Abdul Jalil buru-burumengumpulkan mereka yang selama itu telahmenunaikan tugas untuk mencatat dan menyusuncerita-cerita, dongeng-dongeng, adab, dan ajaran jalanhidup yang berdasar Tauhid. Karya mereka itulah yangbakal digunakan untuk memperkuat nilai-nilai baruyang telah ditebarnya, yaitu nilai-nilai baru berdasarpenghormatan dan keseimbangan yang bakalmenggantikan nilai-nilai lama yang sudah tidak sesuaituntutan perubahan. Di antara mereka itu adalahRaden Sahid, Raden Sulaiman, Syaikh Abdul MalikIsrail, Ki Gedeng Pasambangan, Syaikh Bentong, KiSarajaya, dan Ki Luwung Seta. Ia merasa senang saatmengetahui mereka ternyata telah menyelesaikanpekerjaannya dengan baik, meski belum sempurna.

    Raden Sulaiman yang mendampingi SyaikhBayanullah di Gunung Gundul telah mencatat cerita-cerita dan dongeng keislaman, Persia, dan Melayu.Raden Sulaiman menjelaskan, selama tinggal bersama

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 83 83 83 83 8

    Suluk Malang Sungsang

    Syaikh Bayanullah ia telah menyusun sejumlah naskahyang berkaitan dengan tarikh dan keteladanan NabiMuhammad yang diberinya judul Babad Makah, KitabBayanullah, Hikayat Sayid Abdullah, Nurbuat, Babar Nabi,Hikayat Nabi Muhammad, Carita Paras Nabi, dan CaritaNabi Nikah. Semua naskah masih ditulis dalambentuk prosa dengan catatan-catatan. Raden Sahidyang selama beberapa waktu mendampingi RadenQasim untuk mencatat cerita dan dongeng yang di-tuturkan Syaikh Bayanullah, mengaku pula bahwa iatelah menyusun sejumlah naskah yang berkaitandengan kisah kepahlawanan dan pelajaran tasawuf.Ia telah menyelesaikan sejumlah naskah yang diberijudul Kitab Martabat Alam Tujuh, Tapel Adam, KitabNur Muhammad, Serat Menak, Suluk Rumeksa Ing Wengi,dan saduran Nawa Ruci.

    Ki Gedeng Pasambangan mengaku telah men-catat cerita dan dongeng yang terkait dengan adabkeluarga muslim. Ia telah menyelesaikan sejumlahnaskah yang diberi judul Kitab Fatimah, Ilmu Adab,Kitab Piwulang Istri, Smaragama, Carita PangantenTujuh, Doa dan Mantra Kulawarga, Doa Istifal, Doa GuaHira. Syaikh Abdul Malik Israil mengaku telahmenyusun cerita dan dongeng serta tuntunan amaliahyang terkait dengan Bani Israil. Ia telah menyelesaikansejumlah naskah yang diberi judul Carita Nabi Yusuf,Sajarah Para Anbiya, Tujuh Asma’ Suryaniyah, Asma’

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3 93 93 93 93 9

    Qamar, Asma’ Asha Musa, Doa Nabi Sulaiman, Doa NabiDaniyyal, dan saduran Kitab Jaljalut. Sementara, SyaikhBentong menyusun naskah yang terkait denganpranata mangsa dan dongeng Campa. Ia mengakutelah menyelesaikan sejumlah naskah yang diberijudul Primbon Palintangan, Primbon Mujarobat, DoaDzulfaqor, Mantra Tulak Bala, Kitab Ayat Lima Belas,Kitab Ayat Pitu, Pantun Sang Kodok.

    Abdul Jalil gembira mengetahui naskah-naskahyang dibutuhkannya sebagai salah satu sandaranperubahan nilai-nilai itu telah tersusun, meski masihdalam bentuk prosa dan sebagian masih belumselesai. Dengan suara berkobar-kobar penuh sema-ngat ia berkata, “Ibarat orang maju ke medan perang,semua naskah itu adalah senjata ampuh yang akanmenjadi salah satu penentu kemenangan. Yang kitabutuhkan sekarang adalah para prajurit yang ungguldan pandai dalam menggunakan senjata tersebut.”

    “Tapi bagaimana caranya? Apakah naskah ituakan ditulis dalam jumlah banyak dan kemudiandisebarkan ke berbagai tempat?” tanya Abdul MalikIsrail.

    “Tentu saja kita tidak mungkin melakukan caraitu,” kata Abdul Jalil. “Sebab, penduduk di Pasundandan Majapahit yang bisa baca dan tulis hanya kalangankraton. Padahal, kita ingin menyebarkan ini ke seluruh

    Keanehan-Keanehan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 04 04 04 04 0

    Suluk Malang Sungsang

    penduduk. Menurutku, semua naskah harusdisampaikan dari mulut ke mulut hingga dipahamioleh semua orang.”

    “Aku belum paham maksudmu, o Saudaraku,”kata Abdul Malik Israil

    “Pertama-tama, kita harus mengubah sebagiannaskah itu ke dalam bentuk sastra yang mudahdipahami kalangan bawah. Aku akan meminta kepadadua orang kepercayaanku, Ki Sarajaya dan Ki LuwungSeta, untuk menuangkan naskah-naskah itu ke dalambentuk tembang sederhana seperti smaradhana,sinom, lambang, durma, pangkur, pucung, gambuh,kinanthi, dandanggendis, dan megatruh. Setelah itu,kita akan memperbanyak jumlah pamancangahmenmen, tukang dongeng keliling, yang bertugasmenjajakan cerita dan dongeng dari naskah-naskahtersebut kepada penduduk,” kata Abdul Jalil.

    “Aku sangat setuju dengan cara itu. Aku sendirisudah menyiapkan sejumlah muridku untuk tugasitu,” tukas Syaikh Bentong. “Tapi, bagaimana denganbekal kehidupan mereka selama menjalankan tugas?”

    “Tentu saja dari kita,” kata Abdul Jalil. “Selamaini aku sudah mengeluarkan dana yang cukup besaruntuk membiayai Raden Sahid dan kawan-kawannyayang berkeliling di pedalaman sebagai pamancangahmenmen. Jika ada yang bertanya dari mana aku

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 14 14 14 14 1

    beroleh uang dan perhiasan? Aku katakan, sebagianaku dapat dari utang kepada Li Han Siang dan sampaisekarang belum lunas.”

    Syaikh Abdul Malik Israil yang mendengarucapan Abdul Jalil tiba-tiba tertawa terkekeh-kekeh.Dengan menahan geli dia berkata, “Kehendak Allahmemang aneh dan sering tak bisa dipahami. Orang-orang yang memiliki iktikad baik untuk berkhidmatkepada masyarakat justru diberi kesempitan dalamkebutuhan duniawi sehingga berutang ke sana kemari.Sementara, orang yang berkhidmat kepada diri pribadijustru dilimpahi perbendaharaan duniawi hinggajiwanya terkubur di bawah benda-benda. Aneh sekali.Aneh.”

    Keanehan-Keanehan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 24 24 24 24 2

    Suluk Malang Sungsang

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 34 34 34 34 3

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    K etika Abdul Jalil dan Syaikh Bentong barusaja melepas pengikut-pengikutnya yangditugaskan menjadi pamancangah menmen, tanpaterduga-duga datanglah tiga orang pengikutnya secarahampir bersamaan. Yang pertama, Kyayi TapakMenjangan, kepala dukuh Lemah Abang di Kadipa-ten Kendal. Kedua, Ki Wujil Kunting, kepala dukuhLemah Abang di Kadipaten Samarang. Ketiga, KiSaridin, kepala dukuh Lemah Abang di KadipatenJapara. Mereka datang berurutan dengan membawakabar yang sama, di sejumlah desa baru di KadipatenKendal, Wirasari, Pengging, dan Lasem telah terjadiperistiwa aneh dan menggemparkan penduduk.

    “Jika waktu candikala (senja) datang, bayi-bayimenangis sepanjang malam hingga pagi. Banyak diantara bayi-bayi itu kemudian jatuh sakit dan mati.Gadis-gadis yang belum baligh secara berbarengantidak sadarkan diri. Mereka menjerit-jerit dan kejang-kejang. Setelah sadar, mereka menuturkan bahwatubuhnya telah dimasuki roh kakek atau neneknya.

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 44 44 44 44 4

    Suluk Malang Sungsang

    Sedangkan yang tidak pernah sadar menjadi hilangingatan. Gila. Ibu-ibu muda banyak membunuhibayinya tanpa sebab yang jelas. Anak-anak lelaki punmenunjukkan perilaku aneh. Tanpa sebab jelas merekamengomel, marah-marah, mengamuk, merusakbarang-barang, dan bahkan menyerang orang-orangyang berada di dekatnya. Tidak peduli bapak, ibu, adik,dan kakek, semua diserang. Bahkan, sejumlah laki-laki dewasa tanpa sebab yang jelas pula tiba-tibamenganiaya istri dan anak-anak mereka sampai mati.Pendek kata, semua orang ketakutan karenapenganiayaan dan pembunuhan yang terjadi di dalamkeluarga itu bisa mengenai siapa saja,” kata KyayiTapak Menjangan.

    Ki Saridin membenarkan penuturan Kyayi TapakMenjangan dan menambahkan, “Malah yang sedangmarak di Wirasari adalah tawur antardesa. Rumah-rumah dibakar. Lumbung-lumbung dibakar. Pedati,gerobak, wluku, lesung, dan barang apa saja yangditemui dibakar. Bahkan, sawah-sawah pun dibakar.Penduduk tak bersalah, tak peduli orang tua, perem-puan, dan anak-anak diburu-buru, dianiaya, dandibunuh. Pendek kata, semua orang di sana tindakan-nya seperti orang kesurupan setan.”

    Abdul Jalil menarik napas berat. Ia merasaperasaan aneh yang dialaminya belakangan ini, yangmembuatnya seolah-olah harus pergi meninggalkan

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 54 54 54 54 5

    gubuknya, ternyata memang isyarat gaib yang diterima-nya dalam kaitan dengan peristiwa bersifat adiduniawisebagaimana dikabarkan ketiga pengikutnya tersebut.Abdul Jalil makin yakin ketika tak lama berbincang-bincang dengan pengikut-pengikut setianya itudatang pula ke gubuknya dua pengikutnya yang lain,Ki Kakat Penjalin, kepala dukuh Lemah Abang diPamotan, dan Kyayi Menjangan Tumlaka, kepaladukuh Lemah Abang di Giri Kedhaton. Merekaberdua menyampaikan kabar yang sama, yaitu tentangperistiwa aneh yang terjadi pula di Japan, Terung, danWirasabha.

    Di antara kabar tentang peristiwa aneh dari parapengikutnya itu, yang paling mengejutkannya adalahberita yang disampaikan Kyayi Menjangan Tumlakatentang amuk yang dilakukan Yang DipertuanTerung Raden Kusen. Menurut kabar yang didengar-nya, penguasa Terung yang terkenal gagah berani danjago perang itu suatu malam mengamuk seperti or-ang keranjingan setan. Ia menghunus keris pusaka-nya dan menikam puterinya sendiri hingga tewas. Paradayang dan prajurit yang menjaga kaputren dibunuhsemua. Belum puas dengan apa yang dilakukannya,putera Ario Damar itu membakar Kraton Katerungandan semua bangunan di sekitarnya sampai rata dengantanah. Bahkan, dengan amarah yang masih berkobar-kobar Raden Kusen memerintahkan prajuritnya

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 64 64 64 64 6

    Suluk Malang Sungsang

    untuk membuat tambak (bendungan) yang menutupaliran Bengawan Terung. Setelah itu, ia dan keluargapindah ke Bubat.

    “Menurut kabar yang kami dengar, amuk yangdilakukan oleh Yang Dipertuan Terung itu terjadiakibat kekecewaan mendalam yang dialaminya setelahmengetahui puterinya yang bernama Mas AyuTunjung, yang belum menikah dan dijaga ketat dikaputren itu, telah hamil,” kata Kyayi MenjanganTumlaka.

    Abdul Jalil merasakan dadanya sesak. Ia cepatmenangkap kebenaran cerita bahwa peristiwa yangdialami Raden Kusen itu sejatinya tidak memilikikaitan dengan peristiwa-peristiwa aneh yang baru sajadikabarkan oleh para pengikutnya. Ia sangat yakintindakan amuk Raden Kusen adalah tindakan wajarbagi seorang penguasa Majapahit yang masihmemegang kuat nilai-nilai lama saat mengalamikekecewaan dan dibakar api marah. Celakanya, peristi-wa itu terjadi bertepatan waktu dengan maraknyakabar tentang peristiwa-peristiwa aneh di berbagaitempat. Lantaran itu, orang cenderung mengaitkan-nya satu sama lain. Untuk mengingatkan parapengikutnya agar tidak terjebak pada cara berpikirotak-atik mathuk, Abdul Jalil bertanya kepada KyayiTapak Menjangan, “Andaikata engkau, o Saudaraku,belum mengikuti ajaranku dan mengalami peristiwa

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 74 74 74 74 7

    seperti yang dialami oleh Adipati Terung, apakah yangakan engkau lakukan?”

    Kyayi Tapak Menjangan, bangsawan asal Pajangyang menjadi kepala dukuh Lemah Abang diKadipaten Kendal, dengan ucapan tegas berkata,“Tentu kami akan melakukan hal serupa dengan apayang dilakukan Yang Mulia Adipati Terung. Anakgadis kami yang memalukan itu tentu akan kamibunuh. Bahkan, lelaki yang telah menistanya akankami bunuh bersama seluruh keluarganya.”

    “Itu berarti, peristiwa yang dialami PamandaAdipati Terung itu tidak ada kaitan dengan peristiwaaneh yang marak belakangan ini. Jadi, jangan dikait-kaitkan,” kata Abdul Jalil.

    “Kami rasa, apa yang Kangjeng Syaikh ucapkanmemang benar adanya,” kata Kyayi MenjanganTumlaka. “Kami pun berpikiran seperti itu. Tetapi,peristiwa aneh dan kejadian menyedihkan di Terungitu telah menjadi bahan pembicaraan seru di kalanganpenduduk. Orang-orang begitu ramai menggunjingkeadaan mengerikan itu. Mereka bilang, semuakekisruhan itu akibat kutukan. Para janggan dandukun menyatakan bahwa penduduk yang mendapattanah bagian dari para adipati itu telah mendirikanbangunan-bangunan tanpa mengikuti ketentuan yangberlaku di kalangan perundagian sehingga mereka ter-kena tu-lah Sang Naga Shesha.”

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 84 84 84 84 8

    Suluk Malang Sungsang

    “Tu-lah Sang Naga Shesha?” gumam Abdul Jalil.

    “Ya,” kata Kyayi Menjangan Tumlaka. “NagaShesha yang disebut juga dengan nama Naga Basukiatau Naga Karkotaka. Kami kira Kangjeng Syaikhsudah paham soal itu.”

    Abdul Jalil menekur sambil memegangi dagu. Iamenangkap suatu tengara kerumitan yang bakalmemerangkap penduduk ke lingkaran jalan buntukarena terjebak dengan keyakinan-keyakinan purwayang sudah menebarkan jaring-jaringnya yangmengikat akal budi. Sang Naga Shesha, menurutkeyakinan penduduk, adalah raja ular yang sesekalimenampakkan wujud sebagai ular berkepala seribudan kadang-kadang berupa badai merah yang merusak.Dia bersemayam di dalam bumi dan selalumenyemburkan api yang membakar pada senja hari.

    Naga Shesha di dalam khazanah cerita Jawaadalah nama naga jelmaan Wisynu, Sang Basuki, yangbermakna penyelamat. Seiring berkembangnya ilmuperundagian (arsitektur), yang menempatkankepercayaan terhadap Sang Naga Shesha sebagaibagian dari ilmu tata letak tanah, maka pendudukNusa Jawa meyakini keberadaan raja ular tersebutdalam kaitan dengan perudagian. Ketika peradabanMajapahit merosot, sistem pengetahuan itu berkem-bang menjadi sistem yang lebih luas yang mencakup

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4 94 94 94 94 9

    pula pengetahuan tentang hari baik dan hari buruk,yang intisarinya kira-kira seperti ini: “Jika seseorangingin selamat (basuki), hendaknya jangan berhadapanmuka dengan Naga Basuki yang menyemburkan apimembakar tiap senjakala.” Bertolak dari keyakinanitu, agar manusia bisa mencapai keselamatan hidupmaka mereka harus mengetahui keberadaan Sang NagaShesha, terutama arahnya menghadap.

    Kepercayaan terhadap Naga Shesha pada masakejayaan Majapahit memang berbeda dengan yangberkembang kemudian. Jika kaum cerdik cendekiapada masa kejayaan Majapahit, terutama para undagi,mengetahui tentang sistem pengetahuan tersebutdengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampai-kan oleh para guru suci berdasar pustaka rontal HastaBhumi dan Wiswakarma, maka di tengah kemerosot-an Majapahit, ilmu perundagian itu ikut merosot,membaur dengan kepercayaan takhayul Campasehingga menjadi sistem pengetahuan yang dikenaldengan sebutan petungan nagadina, yaitu sistempengetahuan yang jauh lebih luas dan lebih rumitdibanding ilmu perundagian. Bahkan, yang menyedih-kan, bagian terbesar dari sistem petungan nagadina ituhanya didasari pada kerangka berpikir otak-atik mathuk.

    Kabar peristiwa-peristiwa aneh yang disampai-kan para kepala dukuh Lemah Abang itu ternyata tidakberhenti pada pengaitan tu-lah Sang Naga Shesha, tetapi

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 05 05 05 05 0

    Suluk Malang Sungsang

    yang lebih berbahaya adalah tersebarnya kasak-kusukyang menyatakan bahwa peristiwa tersebut merupakanhukuman para dewa, karena orang-orang telahmeninggalkan ajaran leluhur untuk mengikuti ajaranbaru dari negeri asing. Yang tak kalah kalah berbahaya,kasak-kusuk itu mengaitkan peristiwa aneh tersebutdengan pembukaan dukuh-dukuh Lemah Abang yangtidak sesuai dengan tatanan umum yang berlaku.Dukuh-dukuh Lemah Abang yang dibuka, yangkatanya diperuntukkan para wiku, ternyata dijadikanhunian penduduk dari berbagai kalangan.

    “Hal itulah yang menurut desas-desus telahmenimbulkan tu-lah Sang Naga Shesha dan sekaligusamarah para dewa. Lantaran itu, kata mereka, selamamenunggu giliran Dukuh Lemah Abang tertimpabencana, desa-desa di sekitarnya terlebih dulu yangmenanggung akibat buruk itu,” kata Kyayi MenjanganTumlaka.

    Abdul Jalil menunduk memegangi kening. Dibenaknya tiba-tiba berkelebat gambaran menyedihkantentang dukuh-dukuh Lemah Abang yang dikucilkanorang. Tidak cukup di situ, berkelebat pula gambarantentang dukuh-dukuh Lemah Abang ramai-ramaidiserang penduduk dan dibakar. Di tengah gambarankobaran api itu berkelebat pula wajah para janggandan dukun yang menghasut penduduk untukmembenci dan memusuhi warga Dukuh Lemah

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 15 15 15 15 1

    Abang. Namun, kelebatan-kelebatan bayangan itutidak lama memasuki benaknya. Abdul Jalil menariknapas dalam-dalam dengan mata terpejam. Iamemasrahkan semua urusan kepada Allah. “Ya Al-lah, semua kejadian baik dan kejadian buruk adalahmutlak berasal dari kehendak-Mu. Karena itu, kamipasrahkan semua kepada-Mu,” katanya dalam hati.

    Setelah berdiam beberapa jenak, Abdul Jalilberkata dengan suara tegar, “Sekarang kembalilahkalian semua ke dukuh masing-masing. Pasrahkansemua kepada Allah. Tetap teguhlah kalian padaprinsip Ngalah. Yakinlah bahwa para janggan, dukun,dan pedagang jimat yang menunggu musibah besaratas Lemah Abang itu akan kecewa karena fitnah yangmereka sebarkan tidak pernah terbukti.”

    Sadar peristiwa aneh yang tak terduga itu bakalmenjadi petaka besar bagi perubahan yang sedangdirintisnya, Abdul Jalil buru-buru pergi ke Carubanuntuk menemui Sri Mangana dan ibunda asuhnya. Iaingin meminta petunjuk mereka tentang apa yangharus dilakukannya dengan peristiwa-peristiwa anehyang dialami penduduk Wirasari, Lasem, Pengging,Japan, Terung, dan Wirasabha. Secara kebetulan, saatAbdul Jalil datang, Sri Mangana dan permaisurisedang memperbincangkan masalah tersebut dengan

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 25 25 25 25 2

    Suluk Malang Sungsang

    Raden Sepat, Ki Waruanggang, Ki Tameng, KiTedeng, dan Ki Sukawiyana. Raden Sepat adalahundagi termasyhur dari Majapahit yang dikirimadipati Terung untuk membantu perluasan TajugAgung Caruban. Dari Raden Sepatlah kabar tentangperistiwa aneh di Japan, Terung, dan Wirasabha itusampai ke Caruban.

    “Jadi peristiwa serupa juga terjadi di Wirasari,Pengging, dan Lasem?” kata Sri Mangana menolehke arah permaisurinya dan kemudian berkata kepadaAbdul Jalil, “Kami semua sebenarnya sedang mem-bicarakan masalah itu dan berkeinginan memanggil-mu. Ternyata engkau sudah datang sendiri. Jadi,biarlah ibundamu yang akan menjelaskannya karenadia tahu banyak tentang masalah itu.”

    “Sesungguhnya, apa yang terjadi dengan peris-tiwa aneh itu, o Ibunda Ratu?”

    “Kalau melihat gelagatnya dan penjelasan dariYang Mulia Raden Sepat, penduduk yang tinggal dipemukiman baru itu terkena tu-lah Sang Naga Shesha,Sang Kalaraja, dan Sang Kala Greha. Sebab, merekatelah melanggar tempat-tempat terlarang,” kata NyiIndang Geulis.

    “Melanggar tempat-tempat terlarang?” gumamAbdul Jalil. “Apakah yang Ibunda maksud peristiwaitu berkaitan dengan tempat-tempat khusus seperti

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 35 35 35 35 3

    Bale Panca Rsi, Bale Panangkilan, Bale Cakrawarti,dan Bale Kapeningan di suatu tempat?”

    “Tepat seperti itu. Orang-orang Islam baru(mu’alaf) yang tidak paham tentang WiswakarmatmajaTattwa dengan semau-maunya membuka pemukimanbaru, bahkan membangun rumah di atas lambang(bangunan lain) secara sembarangan tanpa melakukanupacara Prascita (penyucian). Akhirnya, merekamenjadi watang akreb dan berada dalam keadaan yangberbahaya. Kalau sudah begitu, yang disalah-salahkanadalah agama Islam dan terutama ajaranmu yangmembuat orang-orang menjadi liar dan tidak tahuaturan,” kata Nyi Indang Geulis.

    “Ananda siap menerima curahan segala ke-salahan, o Ibunda,” kata Abdul Jalil tenang. “Namun,apa yang ananda lakukan, menurut hemat ananda,tidak mungkin menimbulkan keanehan-keanehanseperti itu. Sebab, sebelum ananda membuka dukuh-dukuh Lemah Abang, ananda sudah bertemu denganpara penghuni purwa Nusa Jawa, yaitu para bhutadan kala dari antara Banu al-Jann. Kami sudahmengadakan kesepakatan dengan mereka. Dan se-pengetahuan ananda, mereka tidak mungkin ciderajanji seperti manusia. Sementara, soal tata cara pe-nyucian tanah, ananda sudah mengikuti semua pe-tunjuk Ibunda Ratu. Jadi, ananda berpikir, pasti adasebab lain yang menimbulkan keadaan aneh tersebut.”

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 45 45 45 45 4

    Suluk Malang Sungsang

    “Apakah engkau benar-benar melakukan pe-nyucian tanah dengan upacara Pracista seperti yangaku ajarkan?”

    “Ananda sudah melakukan semua petunjukIbunda Ratu. Karena itu, dukuh-dukuh LemahAbang yang diniatkan sebagai Jajar Lemah (tanah yangboleh ditempati semua kalangan) tetap terhindarselamat dari peristiwa aneh tersebut. Bahkan, sesuaikeinginan Ibunda untuk membuat tawar daya shaktiksetra-ksetra dan tempat-tempat pemujaan Prthiwi,ananda telah pula melakukan penyucian tanah yangdisebut Bhumisoddhana dan Bhuta-suddhi, dantentu saja ditambah usaha batin ananda agar apa yangIbunda Ratu inginkan itu dapat ananda penuhi.”

    “Mohon maaf, Tuan Syaikh,” Raden Sepatmenyela. “Apakah dalam penyucian tanah itu, Tuanmenggunakan sarana jimat yang dirajah aksara AHdan ANG yang dipadukan menjadi satu? Sebab,sesuai petunjuk Wismatattwa, semua bangunan yangberdasarkan widhi widana harus memakai sarana jimatlambang perempuan dan laki-laki yang disatukan danditanam di bawah hulu bangunan.”

    Abdul Jalil tersentak kaget mendengar pertanya-an Raden Sepat. Cakrawala jiwanya yang semulatertutup kabut tiba-tiba bersinar cemerlang bagaiditimpa matahari. Kemudian dengan suara lain ia

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 55 55 55 55 5

    berkata, “Kami sudah melakukan itu semua, YangMulia. Namun, kami jadi sadar bahwa justru di situlahletak masalah yang sesungguhnya hingga timbulberbagai masalah aneh sekarang ini.”

    “Apakah Tuan Syaikh menggunakan sarana jimatbatu merah, emas, perak, atau tembaga?”

    “Ketika kami menutup Kabhumian di Caruban,yang kami tanam sebagai lambang aksara AH danANG adalah lingga dari puncak Gunung Pulasaridan yoni yang dipuja di Kabhumian. Bahkan, karenaperlambang aksara AH dan ANG itulah kamikemudian menamai dukuh-dukuh baru yang kamibuka itu dengan Lemah Abang, yang bermakna per-satuan lambang laki-laki dan perempuan. LemahAbang adalah perlambang AH dan ANG, manusiaperempuan dan laki-laki, keturunan Adam dan Hawa.Lemah Abang adalah perlambang Prthiwi (tanah)yang membentuk tubuh dan jiwa (nafs) manusia,sekaligus perlambang Wisynu (Sang Pemelihara,Rabb) yang memancarkan Ruh Kebenaran (rûh al-Haqq) dari Paramasyiwa (Rabb al-Arbâb),” papar AbdulJalil.

    “Kami paham itu, Tuan Syaikh. Tetapi, maksudkami, sarana jimat apakah yang Tuan gunakan untukditanam di bawah hulu bangunan? Sebab, hal itusangat menentukan dalam suatu upacara penyuciantanah.”

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 65 65 65 65 6

    Suluk Malang Sungsang

    “Kami tidak mengikuti aturan yang lazim, YangMulia,” kata Abdul Jalil menjelaskan. “Sebab, yangkami sucikan bukan sepetak atau dua petak tanah,melainkan tanah se-Nusa Jawa. Tanah Majapahit danPasundan. Bahkan di balik itu, kami ingin menutupksetra-ksetra dan tempat-tempat pemujaan SangBhumi yang meminta korban manusia dengan caramembuat tawar daya shakti dari tempat-tempattersebut. Kami sudah mengikat suatu perjanjiandengan Ibunda Prthiwi, Sang Bhumi. Itu sebabnya,kami tidak menggunakan sarana jimat yang lazim.”

    “Jika boleh tahu, sarana apakah itu?” tanya RadenSepat makin penasaran.

    “Darah dan keakuan kami.”

    “Maksudnya?”

    “Pertama-tama, di setiap Dukuh Lemah Abangyang kami buka, kami harus menumpahkan darahsebagai ganti bagi korban-korban yang selama inidijadikan persembahan di situ. Karena itu, sesuaijumlah dukuh Lemah Abang yang kami buka, sepertiitulah jumlah luka bekas sayatan yang ada pada tubuhkami,” kata Abdul Jalil sambil menyingsingkan lenganjubahnya dan menunjukkan bekas luka sayatan yangmenghiasi lengannya bagai ukiran.

    Semua mata memandang lengan Abdul Jalilsambil menggelengkan kepala. Nyi Indang Geulis

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 75 75 75 75 7

    sendiri merasakan jantungnya berhenti dan keteguh-an hatinya runtuh. Meski berusaha menahan rasa ibayang menguasai jiwanya, tak urung Nyi Indang Geulismenitikkan air mata. Dengan suara tersendat bercam-pur isak pedih dia bertanya lirih, “Kenapa engkautidak pernah bercerita kepada kami tentang per-janjianmu dengan Ibunda Prthiwi?”

    “Ananda kira itu tidak perlu, Ibunda Ratu,”Abdul Jalil menutup kembali lengan jubahnya.“Ananda paham, apa yang dilakukan Ibunda Bhumiitu hanyalah suatu ujian. Ujian untuk menguji putera-puteranya, manusia-manusia yang rela berkorbansebagaimana pengorbanan Ibunda Bhumi yangmerelakan tubuhnya diinjak-injak dan dilukai olehputera-puteranya. Dan ananda, selaku putera IbundaBhumi, ingin membuktikan bahwa di antara putera-putera Sang Bhumi itu ada yang rela berkorban tanpameminta imbalan apa-apa. Ananda ingin me-nunjukkan kepada Ibunda Bhumi bahwa adaputeranya yang melebihinya dalam berkorban. Sebab,hanya dengan cara melebihi keikhlasan IbundaBhumi saja kekuatan ‘haus darah’ dari Sang Prthiwiitu dapat ditawarkan.”

    “Apakah cukup dengan menumpahkan darahmudi dukuh-dukuh Lemah Abang?”

    “Tentu saja tidak, o Ibunda Ratu. Sebab, yanglebih mendasar dari perjanjian kami dengan Ibunda

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 85 85 85 85 8

    Suluk Malang Sungsang

    Bhumi adalah jati diri kami yang dijadikan jimat dibawah hulu bangunan. Maksud ananda, sebagaimanajimat yang ditanam di bawah hulu bangunan, demi-kianlah jati diri kami wajib diinjak-injak dan diren-dahkan oleh setiap manusia yang menghuni permu-kaan bumi. Itu berarti, setiap manusia harus meren-dahkan dan menista ananda sebagaimana merekamemperlakukan bumi,” kata Abdul Jalil tegas.

    “Kenapa engkau mau mengikat perjanjian sepertiitu?” tanya Nyi Indang Geulis dengan air matabercucuran. “Sungguh aku tak pernah mengira jikapermintaanku itu akan berakibat menyengsarakanmu,o Puteraku.”

    “Sesungguhnya, ananda sudah menawarkannyawa ananda kepada Ibunda Bhumi sebagai tebusanbagi upacara korban persembahan manusia. Namun,Ibunda Bhumi tidak berkenan. Penebusan seperti itu,menurut Ibunda Bhumi, bisa dilakukan oleh banyakorang. Ibunda Bhumi ingin yang lebih dari itu, yaituingin melihat pengorbanan orang-orang yang ikhlaskeakuannya diinjak-injak dan dinista sepanjangzaman. Bahkan, dalam perjanjian itu telah ditetapkanpula bahwa jika suatu saat keberadaan anandadiangkat melebihi letak kedudukan tanah maka saatitulah Ibunda Bhumi akan meminum kembali darahdari manusia-manusia melalui caranya sendiri.”

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5 95 95 95 95 9

    “Apakah peristiwa-peristiwa aneh itu engkauanggap terkait dengan perjanjianmu?”

    “Ananda kira demikian, o Ibunda Ratu. Sebab,di berbagai tempat ananda mendengar bahwa namaananda dipuja-puja sebagai dewa penolong dan dipujisetinggi langit oleh kalangan kawula. Dengandemikian, melalui peristiwa aneh itu Sang Bhumitelah mengingatkan kembali kepada ananda akanperjanjian itu dengan caranya. Itu berarti, sekarang-lah saatnya orang-orang harus memulai penistaanterhadap ananda. Dan bagi ananda, apa yangdikehendaki Ibunda Bhumi itu sebagai suatu yangwajar dan tidak berlebihan. Sebab, dari IbundaBhumilah jasad ananda ini terbentuk. Dari IbundaBhumi juga makanan yang memelihara keutuhan jasadananda ini berasal. Karena itu, jika Ibunda Bhumimenghendaki darah ananda maka ananda akan selalusiap menyediakan demi kepuasannya. Ananda akanmenunjukkan kepada Ibunda Bhumi bahwa tidaksemua putera Bhumi adalah makhluk perusak danpenghancur ibunya. Ananda ingin menunjukkanbahwa tidak semua putera-putera Bhumi adalahmanusia tak tahu budi. Ananda akan menunjukkanbahwa ananda adalah putera Ibunda Bhumi yang tahuberterima kasih karena ananda telah memakan segalasesuatu dari Ibunda Bhumi secara haqq dan tidakberlebihan. Ananda ingin menunjukkan bahwa

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 6 06 06 06 06 0

    Suluk Malang Sungsang

    ananda adalah putera Bhumi yang lebih ikhlas danlebih tanpa pamrih dalam berkorban dibanding SangBhumi sendiri.”

    Tanpa kembali ke gubuknya di Lemah Abang,Abdul Jalil meninggalkan Caruban disertai AbdulMalik Israil, Ki Tameng, Ki Waruanggang, RadenSulaiman, Raden Sahid, dan Liu Sung. Ketika bertemudengan Adipati Bojong Pangeran Danareja, AbdulJalil diberi tahu bahwa di Kadipaten Bojong secaraberangsur-angsur sudah diberlakukan tatanan yangsama dengan yang berlaku di Caruban. Jabatan Buyutsebagai kepala wisaya telah diganti dengan jabatanKi Gede. Jabatan Rama sebagai kepala desa telahdiganti, namun bukan Ki Kuwu, melainkan Ki Lurah.

    “Perubahan itu terutama kami berlakukan diwilayah pesisir. Nanti jika tepat waktunya, daerahpedalaman pun akan menyusul,” kata PangeranDanareja.

    “Wisaya mana sajakah yang sudah diubah?”tanya Abdul Jalil.

    “Wilayah pesisir, terutama yang dipimpin olehpengikut-pengikut Kangjeng Syaikh, yaitu Wanasari,Talang, Pangkah, Suradadi, dan Patarukan.”

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 6 16 16 16 16 1

    Setelah berbincang lama tentang makna Tauhiddi balik perubahan jabatan-jabatan pemerintahan,Abdul Jalil dan rombongan meninggalkan Kadipa-ten Bojong. Mereka mengunjungi Dukuh LemahAbang di Kadipaten Kendal. Kepada Kyayi TapakMenjangan, kepala dukuh Lemah Abang di KadipatenKendal, Abdul Jalil memberi tahu tentang perikatanjanjinya dengan Sang Bhumi. Kyayi Tapak Menjanganterkejut mendengarnya dan tak dapat mengucapkankata-kata, kecuali mengungkapkan tanda tanyaseseorang yang kebingungan, “Bagaimana mungkinkami bisa ikut-ikutan menista dan merendahkanKangjeng Syaikh? Bagaimana cara kamimelakukannya?”

    “Sekarang ini diam adalah yang utama,” kataAbdul Jalil tegas. “Katakan kepada seluruh wargaLemah Abang untuk tidak sekali-kali memuji aku.Maksudku, jika kalian tidak bisa menista dan me-rendahkan aku maka sebaiknya kalian diam dan tidakmemuji aku sekecil apa pun. Diam. Diam. Seribu kalidiam.”

    Setelah dari Lemah Abang, Abdul Jalil dan rom-bongan menghadap Pangeran Gandakusuma, adipatiKendal. Sebagaimana di Bojong, usai berbincangtentang peristiwa-peristiwa aneh di pedalaman, sangadipati memberi tahu Abdul Jalil bahwa di wilayahkekuasaannya pun sedang berlangsung pergantian

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 6 26 26 26 26 2

    Suluk Malang Sungsang

    istilah jabatan kepala wisaya dari Buyut menjadi KiGede dan jabatan kepala desa dari Rama menjadi KiLurah. Tak berbeda dengan Bojong, di Kendal punperubahan itu dimulai di wilayah pesisir, yaitu diWisaya Pakalongan, Kedungwuni, Jalasakti, Banyu-putih, dan Kaliwungu. Dalam upaya memacusemangat perubahan sang adipati, Abdul Jalilmemaparkan makna rahasia di balik perubahan-perubahan jabatan itu.

    “Sesungguhnya, perubahan istilah itu bukansekadar mengganti nama, Yang Mulia. Namun, adapenegakan Tauhid di dalamnya. Karena itu, pahalaAllah yang tak terhingga tercurah kepada mereka yangberjuang menegakkan Tauhid di bumi Allah,” kataAbdul Jalil. Sebagaimana Pangeran Danareja AdipatiBojong, Pangeran Gandakusuma pun berjanji kepadaAbdul Jalil akan secepatnya melakukan perubahanserentak di seluruh wilayah kekuasaannya.

    Ketika singgah di pelabuhan Samarang, AbdulJalil mendapati kenyataan yang sama dengan diBojong dan Kendal, yaitu terjadinya penggantianistilah jabatan pemerintahan. Sementara itu, selainmendapati orang-orang ramai membicarakan peris-tiwa aneh di Wirasari, Pengging, Kendal, dan Lasem,Abdul Jalil juga beroleh kabar dari para pelaut bahwadi Japara saat itu sedang dibangun pabrik mesiu danpengecoran bedil-besar (Jawa Kuno: meriam) yang

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 6 36 36 36 36 3

    dikerjakan oleh orang-orang Cina ahli senjata asalPalembang, Terung, dan Lawe, ditambah orang-orangasal Kerala di pantai Malabar. Yang disebut bedil-besar adalah sejenis gurnita, namun bahan yangdigunakan dari besi atau perunggu. Sebutan bedilsendiri berasal dari kata wedhil, yaitu istilah yang di-gunakan oleh orang-orang Kerala.

    Senjata bedil dan bedil-besar sudah digunakanbarang seratus tahun silam oleh orang-orang Maja-pahit yang membelinya dari pedagang-pedagang In-dia. Sebelumnya, pedagang-pedagang India membelisenjata-senjata api tersebut dari saudagar-saudagarTurki. Kira-kira lima puluh tahun silam, usaha mem-buat sendiri bedil-besar dilakukan untuk kali pertamaoleh Ario Damar Adipati Palembang, dengan dibantuahli-ahli mesiu Cina Palembang dan orang-orangKerala. Usaha membuat bedil-besar memangdimungkinkan karena tekniknya jauh lebih sederhanadibanding bedil yang rumit. Sayang, sejumlah bedil-besar hasil pengecoran di Palembang itu belumsempurna, meledak saat dicoba dan menelan korbanjiwa. Meski begitu, Ario Damar berhasil membangunpabrik mesiu besar di sana.

    Ketika Raden Sahun, putera Ario Damar, men-jadi adipati Samarang, dibangunlah pabrik penge-coran logam di situ dengan bantuan orang-orangPersia dan Turki yang bermukim di Kerala. Di

    Tu-lah Sang Naga Shesha

    pusta

    ka-in

    do.b

    logsp

    ot.co

    m

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 6 46 46 46 46 4

    Suluk Malang Sungsang

    Samarang itulah bedil-besar berhasil disempurnakandengan pasokan mesiu dari Palembang. Sejak itu,bedil-besar buatan Samarang diperdagangkan keberbagai negeri seperti Pasai, Kedah, Malaka, Aceh,Tamiang, bahkan Siam dan Pegu. Namun, demi alasankekuasaan keturunannya, Ario Damar melarangpenjualan bedil-besar dan mesiu kepada orang-or-ang Majapahit dan Sunda. Itu sebabnya, orang-orangMajapahit tetap membeli bedil-besar dari saudagar-saudagar India dengan harga yang sangat mahal.Bahkan di tengah kemelut perebutan takhta, raja-rajaMajapahit tidak mampu lagi membeli bedil-besar.

    Lantaran kebijakan Ario Damar seperti itu,keberadaan bedil-besar banyak didapati orang diKadipaten Samarang, Demak, Madura, dan Terung,tempat putera-puteranya menjadi penguasa. Di tengahkekacauan yang berlangsung tak kunjung henti di ibukota Majapahit, hampir seluruh bedil-besar milik ke-rajaan dikuasai oleh Raden Kusen Adipati Terung.