Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia,eprints.ulm.ac.id/4932/1/3-.pdf · Kompetensi membaca...

20

Transcript of Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia,eprints.ulm.ac.id/4932/1/3-.pdf · Kompetensi membaca...

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| i

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN KIMIA

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to

Build Excellent and Productive Generation”

Sabtu, 17 November 2018

Penerbit

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| ii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN KIMIA

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to

Build Excellent and Productive Generation”

ISBN: 9786026030658

Ketua Pelaksana : Liana Wahyuni

Wakil Ketua I : Fathur Rahman

Wakil Ketua II : Hanifah Wahyudi

Sekretaris : Nurlaila Hayati

Bendahara : Riska Yulianti

IT dan Website : Munira Aidhea

Muhammad Fakhri Nawidi

Rahmi Febriani

Humas & Publikasi : Puput Rahayu

Rani Widya Astuti

Sponsor & Promosi : Muhammad Kholilul Rahman

Sisiliana B.Z

Sarana dan Prasarana : Riza Zulfahnur

Budi Harianto

Ahmad Yani

Melania Saputri

Acara : Aulia Ulfah

Annisa Zakiyah Fajriani

Kesekretariatan : Larasatie Melani Dewi sawitri

Mutiara

Eka Aulia Nisa

Steering Committee:

Drs. Iriani Bakti, M.Si.

Dra. Hj. Rilia Iriani, M.Si.

Muhammad Isra‘i Rahman

Muhammad Rizal

Riviewer:

Rahmat Eko Sanjaya, S.Pd., M.Si.

Dra. Hj. Rilia Iriani, M.Si.

Drs. H. Bambang Suharto, M.Si.

Drs. Syahmani, M.Si.

Dr. Arif Sholahuddin, S.Pd., M.Si.

Drs. Mahdian, M.Si.

Drs. H. Abdul Hamid, M.Si.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| iii

Editor:

Dr. Hj. Atiek Winarti, M.Pd., M.Sc.

Drs. Rusmansyah, M.Pd.

Almubarak, S.Pd., M.Pd.

Drs. Parham Saadi, M.Si.

Managing Editor:

Drs. H. Muhammad Kusasi, M.Pd.

Restu Prayogi, S.Pd.

Tata Letak:

Aulia Ulfah

Annisa Zakiyah Fajriani

Salis Padli

Mustika Suci Lestari

Nasrina Wadhhah

Dina Safira

Penerbit:

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat

Redaksi:

Jl. Brigjend. H. Hasan Basri Laboratorium MIPA FKIP ULM

Kayutangi-Banjarmasin 70123

Telp 089528398393

Email : [email protected]

Email: [email protected]

Cetakan pertama, November 2018

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini

dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselenggaranya

Seminar Nasional Pendidikan Kimia tahun 2018, sehingga prosiding seminar

nasional pendidikan kimia ini dapat diselesaikan.

Seminar Nasional Pendidikan Kimia ini merupakan agenda rutin bagi Program

Studi Pendidikan Kimia yang akan diselenggarakan setiap tahun. Prosiding ini

bertujuan mendokumentasikan dan mengomunikasikan hasil penelitian bidang

Kimia, Biologi, IPA, dan terapannya pada seminar nasional yang

diselenggarakan oleh pendidikan kimia di Aula Rektorat Lantai 1 Universitas

Lambung Mangkurat.

Terima kasih disampaikan kepada pemakalah yang telah berpartisipasi pada

desiminasi hasil kajian atau penelitian yang dimuat pada prosiding ini. Terima

kasih juga disampaikan pada tim reviewer, tim prosiding, dan segenap yang

terlibat.

Akhir kata, seiring permohonan maaf, apabila dalam pelaksanaan Seminar

Nasional Pendidikan Kimia tahun 2018 ini, kami selaku panitia belum

mampu menyajikan persembahan terbaik. Kami selalu bertekad untuk

memperbaiki setiap kekurangan pada kegiatan-kegiatan yang akan datang.

Semoga prosiding ini bermanfaat.

Banjarmasin, November 2018

Ketua,

Liana Wahyuni

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv

SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA ................................ v

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi

MAKALAH SESI PARALEL

BLENDED LEARNING, MENJAWAB TANTANGAN REVOLUSI

INDUSTRI 4,0 .................................................................................................................... 1

I Wayan Redhana

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DARI LINGKUNGAN LAHAN

BASAH MELALUI PENDEKATAN CTL TERHADAP HASIL BELAJAR

PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ASAM BASA ................................................... 20

Amalia Yunita, Parham Saadi, Muhammad Kusasi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

MENGGUNAKAN PERTANYAAN SOCRATIK UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL

BELAJAR PADA MATERI SISTEM KOLOID ............................................................. 29

Farah Medina, Muhammad Kusasi, Syahmani

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA PROSES

PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERHADAP SISWA SMA ......................... 39

Habibah Nuhayati

JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DARA LAUT (FAMILI

STERNIDAE) DI KAWASAN DESA SUNGAI RASAU KECAMATAN

BUMI MAKMUR SEBAGAI HANDOUT MATERI PENGAYAAN

BIOLOGI SMA KELAS X ............................................................................................... 44

Hardiansyah, Disyacitta Camelia,Mahrudin

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PBL BERBASIS KEARIFAN

LOKAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS .......................................................................................................... 55

Helda Rahmawati, Rise Hidayati Viktres, Nurfina Aznam SU

STUDI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA MELALUI

PEER ASSESSMENT DALAM TRAINING PRA-INSTRUMENT .................................... 71

Herlina Apriani

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA TIPE

TPSS-BRAIN BASED LEARNING ................................................................................ 77

Ikhwan Khairu Sadiqin, Samsuni, Saidah

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| vii

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR BERBASIS LINGKUNGAN

PADA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN MODEL

INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI,

PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA KELAS XII MIPA 3 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN TAHUN

PELAJARAN 2017/2018 .................................................................................................. 84

Khoirotun Nisa SA, M. Pd

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS LINGKUNGAN PADA MATERI

KIMIA IPA SMP .............................................................................................................. 94

Lisnawati, Abudarin

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED LEARNING

DENGAN PENDEKATAN FLIPPED CLASSROOM TERHADAP SELF

EFFICACY DAN HASIL BELAJAR KESETIMBANGAN ION DALAM

LARUTAN GARAM ........................................................................................................ 99

Nadya Hidayati, Leny, Rilia Iriani

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA DASAR

BERBASIS WEB POKOK BAHASAN ATOM, MOLEKUL DAN ION ..................... 108

Nopriawan Berkat Asi, Maya Erliza Anggraeni

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING (IT) TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MIKROSKOPIS LARUTAN PENYANGGA

PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA MAN 2 MODEL BANJARMASIN ................... 117

Nurusshobah, Leny, Atiek Winarti

ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED

LEARNING (PJBL) PADA MAHASISWA PENGIKUT MATAKULIAH

FISIOLOGI TUMBUHAN ............................................................................................. 124

Riya Irianti, Noorhidayati

ANALISIS PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK

PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA ANTARA MODEL

PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) DAN

MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI) ......................................................................... 129

Rizaldi, Bambang Suharto, Parham Saadi

PROFIL HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI

DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KIMIA KOLOID MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF-REGULATED

LEARNING (SRL) DI KELAS XI SMAN 1 BANJARMASIN ..................................... 135

Rizki Fahreza, Parham Saadi, Syahmani

PENERAPAN MODEL AUDITOY INTELLECTUALLY REPETITION

(AIR) DALAM PEMBELAJARAN KELARUTAN DAN HASIL KALI

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| viii

KELARUTAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS DAN HASIL BELAJAR ................................................................................... 146

Rushapiana, Mahdian, Rusmansyah

AKTIVITAS DAN RESPON SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 25

BANJARMASIN TERHADAP PENERAPAN BAHAN AJAR BERBASIS

INKUIRI TERBIMBING ............................................................................................... 152

Saidatun Ni‘mah, Almira Ulimaz, Nana Citrawati Lestari

VALIDITAS DAN PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN REACT BERBANTUAN

METACOGNITIVE QUESTIONING UNTUK MENINGKATKAN

KOGNISI DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI PADA MATERI

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT ................................................ 159

Siti Rahmah, Syahmani, Atiek Winarti

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN

HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA MATERI ELEKTROKIMIA DI

SMK NEGERI 2 BANJARMASIN ................................................................................ 168

Iriani Bakti, Siti Rahmah, Leny

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KAJIAN KONSEP

MIKROSKOPIK PADA BUKU TEKS KIMIA KELAS X DAN

PEMAHAMAN KONSEP MIKROSKOPIK PADA MATERI LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT .................................................................... 179

Triana Maulida Agustini, Atiek Winarti, Rusmansyah

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 29

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

MENGGUNAKAN PERTANYAAN SOCRATIK UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI

SISTEM KOLOID

The Implementation Of Problem Based Learning Model That Using Socratic Questions

to Increase of Critical Thinking Skills And Learning Outcomes On Colloidal System

Subject Matter

Farah Medina

1, Muhammad Kusasi

1, Syahmani

1

1Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung

Mangkurat, Banjarmasin

*email: [email protected]

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis,

dan hasil belajar kognitif serta afektif antara kelas yang diajar dengan menggunakan model

PBL dan PBL-Socratik dalam materi sistem koloid. Penelitian ini menggunakan metode kuasi

eksperimen dengan rancangan the non-equivalent control group dan diselenggarakan di kelas

XI IPA SMAN 1 Martapura. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik tes, observasi,

dan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji-t dan analisis deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam keterampilan berpikir kritis

dan hasil belajar kognitif serta afektif antara peserta didik yang diajar dengan model PBL dan

PBL-Socratik. Peserta didik yang diajar dengan menggunakan model PBL-Socratik memiliki

hasil belajar kognitif yang lebih baik daripada yang diajar dengan menggunakan model PBL.

Kata kunci: Model pembelajaran berbasis masalah, pertanyaan Socratik, sistem koloid,

keterampilan berpikir kritis, dan hasil belajar.

Abstract. This study aimed to determine the differences of critical thinking skills, cognitive,

and affective learning outcomes that has taught through PBL and Socratic-PBL model on

colloidal system subject matters. This study was used quasi-experimental method with the

non-equivalent control group design and was conducted at XI science class of SMAN 1

Martapura. Data collection techniques were used test, observation, and questionnaire. Data

analysis techniques were used t-test and descriptive analysis. The result showed that there

were differences of critical thinking skills, cognitive, and affective learning outcomes

sigificantly between students who has taught through PBL and Socratic-PBL model. Students

who has taught thorugh Socratic-PBL model had a better cognitive learning outcomes than

students were taught through PBL model.

Keywords: Problem based learning model, Socratic questions, colloidal system, critical

thinking skills, and learning outcomes.

PENDAHULUAN

Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu

masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagiadengan kedudukan yang terhormat dan

setara dengan bangsa lain di dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari

sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan, dan

berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa (BSNP, 2010). Sejalan dengan hal tersebut,

Kemendikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad XXI terhadap kemampuan

peserta didik dalam mencari dari berbagai sumber, merumuskan masalah, berpikir analitis, dan

kerja sama serta berkolaborasi dalam penyelesaian masalah.

Kehidupan di abad XXI menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai peserta didik.

Keterampilan-keterampilan penting di abad XXI masih relevan dengan empat pilar kehidupan

yang mencakup learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live togheter.

Prinsip tersebut masing-masing mengandung keterampilan khusus yang perlu diberdayakan dalam

kegiatan belajar, seperti keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, metakognisi,

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 30

keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi, dan kreasi, literasi informasi, dan berbagai

keterampilan lainnya (Zubaidah, 2017). Berpikir kritis berarti proses dan kemampuan yang

digunakan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesis, dan mengevaluasi yang diperoleh

atau informasi yang dihasilkan (Zubaidah, 2010).

Berdasarkan pencapaian nilai Programme for International Student Assessment (PISA)

yang diinisiasi oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang

dilakukan dan diikuti oleh 72 negara peserta survei PISA untuk nilai rerata, terjadi peningkatan

nilai PISA Indonesia di tiga kompetensi yang diujikan. Peningkatan terbesar terlihat pada

kompetensi sains, dari 382 poin pada tahun 2012 menjadi 403 poin di tahun 2015. Dalam

kompetensi matematika meningkat dari 375 poin di tahun 2012 menjadi 386 poin di tahun 2015.

Kompetensi membaca belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari 396 di tahun 2012

menjadi 397 poin di tahun 2015. Peningkatan tersebut mengangkat posisi Indonesia 6 peringkat ke

atas bila dibandingkan posisi peringkat kedua dari bawah pada tahun 2012 yang artinya Indonesia

menduduki peringkat 66 dari 72 negara.

Hasil Ujian Nasional (UN) untuk mata pelajaran kimia di SMAN 1 Martapura selama 3

tahun terakhir mengalami penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2015 perolehan nilai rerata seluruh

peserta didik sebesar 73,60; pada tahun 2016 sebesar 52,46; dan pada tahun 2017 sebesar 59,54.

Hal ini menjelaskan bahwa tingkat pemahaman dan hasil belajar pada materi kimia masih belum

stabil.

Hasil wawancara terhadap guru kimia di SMAN 1 Martapura menyatakan bahwa peserta

didik telah aktif dalam kegiatan praktikum tetapi masih ada peserta didik yang kurang aktif dalam

proses pembelajaran terutama apabila diajar oleh guru tertentu. Hal ini diperkuat dengan

wawancara yang dilakukan dengan beberapa peserta didik yang menyebutkan bahwa mereka

belum bisa langsung menentukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diajukan oleh guru dan

perlunya bimbingan guru dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Sehingga untuk

memunculkan suatu keterampilan berpikir cukup sulit untuk dilakukan.

Hasil persentase penguasaan materi sistem koloid pada soal kimia untuk ujian nasional

tahun ajaran 2016/2017 di SMAN 1 Martapura di tingkat sekolah sebesar 70,37; di tingkat

kota/kabupaten sebesar 34,62; di tingkat propinsi sebesar 41,01; dan di tingkat nasional sebesar

46,42. Hal ini membuktikan bahwa masih rendahnya penguasaan peserta didik pada materi sistem

koloid.

Permasalahan yang ada membuat kita mengharapkan adanya suatu model pembelajaran

yang sesuai dan mampu menunjang terwujudnya suatu keterampilan berpikir dan hasil belajar

yang diinginkan pada peserta didik. Problem Based Learning menggunakan kemampuan berpikir

pada sebuah proses kognitif yang melibatkan mental yang dihadapkan pada kompleksitas

permasalahan di dunia nyata (Rusman, 2014) dimana peserta didik bekerja dalam kelompok

selama keseluruhan proses dan mengajukan solusi terhadap skenario permasalahan secara

bersama-sama dan berbagi informasi serta ide (Overton & Randles, 2015). Problem Based

Learning (PBL) telah diadopsi secara luas dalam berbagai macam bidang dan konteks pendidikan

untuk memajukan berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam situasi pembelajaran yang

autentik (Yew & Goh, 2016). Jantung dari pengajaran kritis adalah pertanyaan sokratik dimana

peserta didik memperoleh pemikiran dan penyelidikan yang menuntun peserta didik untuk

mengembangkan dan mengevaluasi pemikirannya secara jelas (Paul, Richard, dan Binker, 1995).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Redhana (2012) menunjukkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan Socratik lebih efektif jika dibandingkan dengan

model pembelajaran langsung untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karena

itu, penulis tertarik untuk mengangkat topik yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Menggunakan Pertanyaan Socratik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Kritis dan Hasil Belajar Pada Materi Sistem Koloid”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen semu (quasi

experiment). Adapun rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah the non-equivalent control

group design (Yusuf, 2014).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah implementasi model

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 31

pembelajaran berbasis masalah menggunakan pertanyaan Socratik (MPBM-PS).Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik yang ingin

ditingkatkan.

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Martapura yang beralamat di jalan Ahmad Yani No.

59 A Martapura. Penelitian ini dilakukan pada 26 April 2018 sampai dengan 14 Mei 2018.

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA di SMAN 1 Martapura. Sampel yang digunakan

menggunakan teknik sampling pertimbangan yang sering disebut teknik sampling bertujuan

(purposive) yaitu 2 kelas XI IPA di SMAN 1 Martapura yang terdiri dari kelas eksperimen yaitu

kelas XI IPA 3 dan kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 4.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes.

Teknik nontes adalah pengamatan atau observasi dan kuesioner.

Perangkat penelitian adalah komponen-komponen penunjang yang diperlukan selama

proses penelitian yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja peserta didik

(LKPD). Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar kognitif berbentuk soal

pilihan ganda (objective) sebanyak 15 soal dan tes untuk keterampilan berpikir kritis berbentuk

soal uraian (essay) sebanyak 6 soal diujikan pada pertemuan awal dan akhir penelitian.Instrumen

non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan atau observasi dan

kuesioner.

Instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data yang baik harus memenuhi persyaratan

yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis (Arikunto, 2016).

Menurut Azwar (2015) salah satu statistik yang menunjukkan validitas isi aitem adalah

sebagaimana yang diusulkan oleh Aiken (1985). Statistik Aiken’s V dirumuskan:

Tabel 1. Kriteria validitas instrumen

No Skala Aiken’s V Validitas

1 V ≤ 0,4 Kurang

2 0,4 < V ≤ 0,8 Sedang

3 0,8 < V Valid

(Nugroho & Ruwanto, 2017)

Hasil validitas instrumen keterampilan berpikir kritis adalah 0,9 - 1 yang artinya instrumen

soal valid. Hasil validitas instrumen hasil belajar kognitif adalah 0,85 -0,9 yang artinya instrumen

soal valid. Hasil validitas instrumen hasil belajar afektif adalah 0,85 -0,9 yang artinya instrumen

soal valid. Hasil validitas instrumen angket respon peserta didik adalah 0,8 - 0,95yang artinya

instrumen soal valid.

Reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap

individu yang sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda(Yusuf, 2014). Kriteria reliabilitas

instrumen menurut Ratumanan & Laurens (2011) dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria reliabilitas instrumen

Koefisien Reliabilitas Penafsiran

Derajat reliabilitas tinggi

Derajat reliabilitas sedang

Derajat reliabilitas rendah

Untuk mengukur reliabilitas instrumen yang berupa soal pilihan ganda menggunakan

rumus Kuder dan Richardson yaitu rumus K-R. 20 sebagai berikut:

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 32

Reliabilitas tes hasil belajar kognitif adalah 1,19 dengan kriteria tinggi.

Adapun untuk mengukur reliabilitas tes uraian menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:

Reliabilitas tes keterampilan berpikir kritis adalah 0,78 dengan kriteria sedang.

Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan inferensial. Analisis inferensial

mencakup uji normalitas, uji homogenitas, dan uji-t.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 33

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis

Data hasil penelitian keterampilan berpikir kritis peserta didik didapatkan dari instrumen

tes keterampilan berpikir kritis. Instrumen tes berisi soal uraian berjumlah 6 soal yang memiliki 6

indikator yaitu (1) interpretasi, (2) analisis, (3) inferensi, (4) evaluasi, (5) eksplanasi, dan (6) self-

regulasi. Hasil pre-test dan post-test keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol terdapat dalamTabel 3.

Tabel 3. Hasil Pre-Test dan Post-Test

Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre-test Post-test Pre-test Post-test

Terendah 0 46,67 0 0

Tertinggi 63,33 100 36,67 80

Rata-rata 13,52 74,48 13,15 60,09

Dari hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat bahwa

kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini terjadi

karena implementasi model pembelajaran berbasis masalah menggunakan pertanyaan Socratik.

Peserta didik dituntut untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Kegiatan

dalam proses tersebut merangsang siswa untuk berpikir. Kemampuan seseorang dalam berpikir

akan memengaruhi pemahaman seseorang. Pengembangan kemampuan berpikir

khususnyaberpikir kritis dalam proses pembelajaran juga dapat menjadi salah satu cara untuk

meningkatkan hasil belajar siswa (Zubaidah, Corebima, & Mistianah, 2015).

Materi pelajaran dalam ilmu kimia tersusun secara hierarki mulai konsep-konsep dasar

sampai kepada konsep-konsep yang lebih tinggi tingkatannya. Jika siswa dapat mengaitkan konsep

yang satu dengan konsep yang lainnya, dapat dikatakan bahwa siswa tersebut telah memiliki

pemahaman yang utuh akan konsep tersebut (istilah Ausubel belajar bermakna). Akan tetapi, jika

siswa tidak dapat mengaitkan antara konsep satu dengan konsep lainnya akan mengakibatkan

proposisi yang salah sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam memahami konsep (Kusasi,

2010).

Nilai post-test tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan standar ketuntasan. Standar

ketuntasan yang berlaku di SMA Negeri 1 Martapura adalah 70 untuk mata pelajaran kimia pada

tahun ajaran 2017/2018.

Tabel 4. Ketuntasan keterampilan berpikir kritis peserta didik

Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

< 70 12 23

≥ 70 23 13

Ketuntasan Kelas (%) 65,71 36,11

BerdasarkanTabel 4, ketuntasan individu pada kelas eksperimen adalah 23 dari 35 orang

sedangkan ketuntasan individu pada kelas kontrol adalah 13 dari 36 orang. Ketuntasan klasikal

kelas eksperimen dan kelas kontrol secara berturut-turut sebesar 65,71% dan 36,11%. Persentase

ini menunjukkan jumlah peserta didik yang dinyatakan tuntas pada kelas eksperimen lebih banyak

dibandingkan kelas kontrol meskipun nilai ketuntasan klasikal belum mencapai 85%.

Adapun persentase pencapaian keenam indikator keterampilan berpikir kritis pada saat pre-

test dan post-test diklasifikasikan seperti Gambar1.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 34

Gambar 1. Tingkat Pencapaian Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Hasil post-test menunjukkan indikator evaluasi memiliki tingkat pencapaian tertinggi yaitu

sebesar 92,00% pada kelas eksperimen dari pada kelas kontrol sebesar 91,67%. Selain itu,

indikator analisis dan self-regulasi juga memiliki tingkat pencapaian yang tinggi. Indikator analisis

pada kelas eksperimen sebesar 61,86% lebih tinggi daripada kelas kontrol sebesar 54,86%.

Indikator self-regulasi pada kelas eksperimen sebesar 73,14% lebih tinggi daripada kelas kontrol

sebesar 70,56%. Meskipun kedua kelas memiliki ketuntasan yang sama, persentase ketuntasan dari

kedua kelas memiliki perbedaan yang cukup berarti. Perbedaan tersebut terlihatdiTabel 5 dan 6.

Tabel 5. Hasil uji-t keterampilan berpikir kritis

Hasil Kelas NN Ddb SD2 thitung ttabel 5% Kesimpulan

Pre-

test

Eksperimen 35 34 13,52 231,33 0,115 1,667

Tidak ada

beda Kontrol 36 35 13,15 133,93

Post-

test

Eksperimen 35 34 74,48 188,85 3,827 1,667 Ada beda

Kontrol 36 35 60,09 299,99

Pada Tabel 5 hasil pre-test menunjukkan harga thitung<ttabel yaitu 0,115<1,667 maka dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

keterampilan berpikir kritis peserta didik untuk kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebelum

diberi perlakuan. Sedangkan hasil post-test menunjukkan harga thitung>ttabel yaitu 3,827>1,667

sehingga disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara

keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dengan peserta didik kelas kontrol

setelah diberikan perlakuan tertentu atau adanya pengaruh dari variabel terikat.

Tabel 6. N-Gain rata-rata keterampilan berpikir kritis

Kelas N-gain rata-rata Kriteria

Eksperimen 0,71 Tinggi

Kontrol 0,54 Sedang

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 35

Pada Tabel 6 terlihat bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen

lebih tinggi daripada kelas kontrol. Kelas eksperimen berada pada kriteria tinggi sedangkan kelas

kontrol berada pada kriteria sedang.

Analisis Hasil Belajar Kognitif

Data hasil penelitian hasil belajar kognitif peserta didik didapatkan dari instrumen tes hasil

belajar kognitif. Instrumen tes berisikan soal pilihan ganda berjumlah 15 soal. Instrumen ini

memiliki 6 indikator yaitu (1) memilih berbagai jenis produk yang berupa koloid, (2)

mengelompokkan jenis koloid dan menentukan sifat-sifat koloid, (3) menganalisis sistem koloid

dan sifat-sifatnya, (4) menganalisis koloid liofob dan hidrofob, (5) menentukan pemurnian koloid,

pembuatan koloid, dan peranannya dalam kehidupan sehari-hari, dan (6) mengelompokkan

bahan/zat yang berupa koloid dalam industri farmasi, kosmetik, bahan makanan, dan lain-lain.

Hasil pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pre-Test dan Post-Test

Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre-test Post-test Pre-test Post-test

Terendah 6,67 53,33 0 46,67

Tertinggi 73,33 93,33 73,33 86,67

Rata-rata 35,62 76,76 39,44 70,56

Dari hasil pre-test dan post-test hasil belajar kognitif dapat dilihat bahwa rata-rata kelas

eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol pada saat post-test. Sedangkan pada saat pre-test

rata-rata kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Pesertadidik kelas eksperimen

mengatakan lebih terfokus untuk menjawab soal uraian pada saat pre-test. Nilai post-test hasil

belajar kognitif peserta didik kemudian dikategorikan berdasarkan standar ketuntasan.

Tabel 8. Ketuntasan hasil belajar kognitif peserta didik

Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

< 70 7 16

≥ 70 28 20

Ketuntasan Klasikal (%) 80 55,56

Berdasarkan data pada Tabel 8, ketuntasan individu pada kelas eksperimen sebanyak 28

dari 35 orang sedangkan ketuntasan individu pada kelas kontrol sebanyak 20 dari 36 orang.

Ketuntasan klasikal kelas eksperimen dan kelas kontrol secara berturut-turut sebesar 80% dan

55,56%. Persentase ini menunjukkan jumlah peserta didik yang dinyatakan tuntas pada kelas

eksperimen lebih banyak dibandingkan kelas kontrol meskipun nilai ketuntasan klasikal belum

mencapai 85%.

Materi sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang seringkali diabaikan padahal

koloid sendiri mempunyai peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia, baik menyangkut

lingkungan maupun kehidupan sehari-hari (Chairisa, Sholahuddin, & Leny, 2016).

Adapun persentase pencapaian keenam indikator hasil belajar kognitif pada saat pre-test

dan post-test diklasifikasikan pada Gambar 2.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 36

Gambar 2. Tingkat Pencapaian Indikator Hasil Belajar Kognitif

Berdasarkan Gambar 2, tingkat pencapaian peserta didik kelas eksperimen dan kelas

kontrol berbeda-beda pada setiap indikator. Tingkat pencapaian peserta didik kelas eksperimen

lebih tinggi daripada kelas kontrol pada saat post-test yaitu pada indikator 2, 4, 5, dan 6. Meskipun

begitu, kelas eksperimen dinyatakan tuntas pada indikator 1, 2, 4, 5, dan 6, sedangkan kelas

kontrol dinyatakan tuntas pada indikator 1, 3, 5, dan 6. Kedua kelas memiliki ketuntasan yang

berbeda, hal ini dapat dilihat dalamTabel 9 dan 10.

Tabel 9. Hasil uji-t hasil belajar kognitif

Hasil Kelas N Db SD2 thitun

g

ttabel

5% Kesimpulan

Pre-test

Eksperi

men 35 34 35,62 16,48

0,96 1,67 Tidak ada

beda Kontrol 36 35 39,44 16,44

Post-

test

Eksperi

men 35 34 76,76 10,27

2,62 1,67 Ada beda

Kontrol 36 35 70,55 9,34

Pada Tabel 9, hasil pre-test menunjukkan harga thitung<ttabel yaitu 0,96<1,667 maka dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar kognitif peserta didik untuk kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebelum diberi

perlakuan. Sedangkan hasil post-test menunjukkan harga thitung>ttabel yaitu 2,62>1,667 sehingga

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

kognitif peserta didik kelas eksperimen dengan peserta didik kelas kontrol setelah diberikan

perlakuan tertentu atau adanya pengaruh dari variabel terikat.

Tabel 10. N-Gain rata-rata hasil belajar kognitif

Pada Tabel 10 terlihat bahwa peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan

kelas kontrol berada pada kriteria yang sama yaitu sedang. Meskipun berada pada kriteria yang

sama namun rata-rata N-gain memiliki perbedaan yang signifikan.

Kelas Rata-rata N-gain Kriteria

Eksperimen 0.62 Sedang

Kontrol 0.47 Sedang

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 37

Proses belajar menggunakan model problem based learning dapat membuat peserta didik

merasakan keambiguan dari masalah dan dapat menemukan solusi atas kesulitan yang dihadapi.

Hal ini dapat terjadi dengan memberikan pertanyaan yang membimbing peserta didik untuk

mengklarifikasi sebuah masalah dan membantu peserta didik untuk memecahkan masalah yang

mereka hadapi (Syahmani & Borneo, 2017). Pertanyaan yang digunakan untuk membimbing

peserta didik mengklarifikasi dan memecahkan masalah tersebut adalah peertanyaan Socratik.

Analisis Hasil Belajar Afektif

Aspek hasil belajar afektif yang harus diamati observer terdiri dari 3 aspek yaitu rasa ingin

tahu, tanggung jawab, dan kerja sama. Pengamatan dilakukan selama dua kali baik untuk kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Data hasil belajar afektif terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil belajar afektif peserta didik

No. Aspek yang

diamati

Persentase Kelas

Eksperimen (%)

Persentase Kelas Kontrol

(%)

Pertemuan

I Pertemuan II Pertemuan I

Pertemuan

II

1.

Rasa ingin

tahu 69.29 81.43 65.28 77.08

Kriteria Baik Baik Cukup baik Baik

2.

Tanggung

jawab 75.00 89.29 70.83 80.56

Kriteria Baik Sangat baik Baik Baik

3. Kerja sama 77.86 93.57 73.61 93.75

Kriteria Baik Sangat baik Baik Sangat baik

Setelah dilakukan analisis dapat dilihat bahwa rata-rata persentase untuk ketiga aspek sikap

pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah menggunakan pertanyaan

Socratik lebih memacu peserta didik untuk lebih aktif. Pertanyaan tambahan dan diskusi tentang

jawaban dari pertanyaan tersebut membuat mereka lebih aktif dalam menyelesaikan persoalan jika

dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Rata-rata hasil belajar afektif dapat terlihat dalam Gambar 3.

Gambar 3. Rata-rata hasil belajar afektif peserta didik

Adanya keterlibatan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran diharapkan

akan meningkatkan keberhasilan pembelajaran. Ketika keberhasilan pembelajaran meningkat

maka hasil belajar yang mereka dapat pun akan ikut meningkat (Puspadewi & Syahmani, 2016).

Analisis Respon Peserta Didik

Penilaian terhadap respon peserta didik ditujukan untuk mengetahui bagaimana sikap,

ketertarikan, dan penerimaan peserta didik terhadap pembelajaran sistem koloid yang berlangsung

di kelas. Angket respon peserta didik dibagikan pada tahap akhir pembelajaran untuk mengetahui

respon peserta didik terhadap pembelajaran pada kelas eksperimen. Hasil respon peserta didik

tergambar pada Gambar 4.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 38

Gambar 4. Respon peserta didik kelas eksperimen

Respon peserta didik kelas eksperimen terhadap model pembelajaran berbasis masalah

menggunakan pertanyaan Socratik diukur dengan pernyataan nomor 1, 2, 4, 5, dan 9 yang

menyatakan bahwa peserta didik merasa senang dan tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran

dengan model pembelajaran berbasis masalah menggunakan pertanyaan Socratik. Peserta didik

termotivasi untuk aktif merumuskan dan menyelesaikan masalah dalam pembelajaran melalui

diskusi kelompok dan bebas mengeksplorasi ide-ide menarik dalam merumuskan dan

menyelesaikan permasalahan. Model pembelajaran berbasis masalah menggunakan pertanyaan

Socratik juga merangsang pola berpikir peserta didik agar belajar kimia lebih dalam.

Secara umum, hasil penelitian membuktikan bahwa implementasi model pembelajaran

berbasis masalah menggunakan pertanyaan Socratik memberikan respon yang lebih positif. Hal

ini dikarenakan respon positif (SS+S) yaitu sebesar 88% lebih besar daripada respon negatif

(STS+TS) yaitu sebesar 4%.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sesuai dengan rumusan

masalah penelitian yaitu (1) terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara kelas dengan

implementasi model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan pertanyaan socratik

dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada materi sistem koloid di SMAN 1

Martapura. Hal ini dibuktikan dengan uji-t yang menghasilkan thitung>ttabel yang berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. (2) terdapat perbedaan hasil

belajar antara kelas dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah dengan

menggunakan pertanyaan socratik dengan implementasi model pembelajaran berbasis masalah

pada materi sistem koloid di SMAN 1 Martapura. Hal ini dibuktikan dengan uji-t yang

menghasilkan thitung>ttabel yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Respon peserta didik terhadap implementasi model pembelajaran berbasis

masalah menggunakan pertanyaan socratik pada materi sistem koloid di SMAN 1 Martapura

memperoleh respon positif sebesar 88%.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BNSP. (2010). Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Kemendiknas.

Chairisa, N., Sholahuddin, A., & Leny. (2016). Perbedaan Literasi Ilmiah dan Hasil Belajar Pada

Materi Sistem Koloid Antara Pembelajaran yang Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing

Dengan Metode Eksperimen Riil dan Eksperimen Animasi. Jurnal Quantum Inovasi

Pendidikan Sains , 156-175.

Kusasi, M. (2010). Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Meningkatkan Pemahaman

Konsep Termokimia Pada Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Siti Mariam Banjarmasin.

Jurnal Quantum Inovasi Pendidikan Sains , 69.

Nugroho, I. R., & Ruwanto, B. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Media

Sosial Instagram Sebagai Sumber Belajar Mandiri Untuk Meningkatkan Motivasi dan

Prestasi Belajar Fisika Kelas XI SMA. Jurnal Pendidikan Fisika , 460-470.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 39

Overton, T. L., & Randles, C. A. (2015). Beyond Problem-Based Learning: Using Dynamic PBL

In Chemistry. The Royal Society of Chemistry , 251-259.

Paul, Richard, & Binker, A. J. (1995). Socratic Questioning. In J. Willsen, & A. J. Binker, Critical

Thinking: How to Prepare Students for a Rapidly Changing World (pp. 341, 343-344).

Santa Rosa: Foundation for Critical Thinking.

Puspadewi, A., & Syahmani. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Modul Dalam Materi Larutan

Penyangga. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains (Quantum) , 19-26.

Redhana, I. W. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pertanyaan Socratik Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Cakrawala Pendidikan , 355-356.

Rusman. (2014). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Syahmani, & Borneo, D. C. (2017). The Differences of Students Learning Outcomes and

Metacognitive Skills by Using PBL and Metacognitive-PBL. Advances in Social Science,

Education, and Humanities Research , 249-255.

Yew, E. H., & Goh, K. (2016). Problem-Based Learning: An Overview Of Its Process and Impact

On Learning. Health Professions Education , 1-5.

Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta:

Prenada Media Group.

Zubaidah, S. (2010). Berpikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang Dapat

Dikembangkan Melalui Pembelajaran Sains. Seminar Nasional Sains 2010 (pp. 1-14).

Malang: Universitas Negeri Malang.

Zubaidah, S. (2017). Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan yang Diajarkan Melalui

Pembelajaran. Seminar Nasional Pendidikan (pp. 1-17). Malang: Universitas Negeri

Malang.

Zubaidah, S., Corebima, A., & Mistianah. (2015). Asesmen Berpikir Kritis Terintegrasi Tes Essay.

Symposium on Biology Education (Symbion) (pp. 200-213). Malang: